Sekretariat Negara Republik Indonesia
Karakter Bangsa Sebagai Modal Sosial Untuk Menghadapi Tantangan Pembangunan Global Kamis, 15 Januari 2009
M. Hatta Rajasa
Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia
Pendahuluan Bangsa Indonesia seperti halnya dengan bangsa-bangsa lain di dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan pembangunan global. Harus diakui bahwa tantangan itu semakin lama tidaklah semakin ringan, akan tetapi justru berkembang menjadi semakin kompleks dan semakin beragam. Di sisi lain, globalisasi juga membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang memiliki karakter yang kuat dan tangguh akan sanggup menghadapi berbagai tantangan pembangunan. Bangsa yang kuat dan tangguh juga akan sanggup untuk mengubah berbagai tantangan itu menjadi peluang yang menguntungkan.
Bangsa Indonesia sejatinya adalah bangsa yang memiliki karakter positif yang kuat. Salah satu dari karakter itu adalah semangat kejuangan yang terbukti telah berhasil membawa bangsa ini merebut kemerdekaannya dan tampil sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Oleh karena itu, dewasa ini, di tengah maraknya tantangan pembangunan global yang sangat berat, menjadi kewajiban bagi segenap komponen bangsa untuk saling memberikan pencerahan dan saling berupaya membangun dan menumbuhkembangkan kembali karakter kejuangan itu.
Karakter kejuangan dan karakter positif bangsa lainnya itu harus dapat kita jadikan sebagai modalitas potensial untuk menghadapi tantangan global. Pada paparan ini, penulis akan mengulas singkat peran penting dari karakter bangsa sebagai modal sosial untuk menghadapi tantangan global sekaligus menyampaikan beberapa pesan terkait dengan kontribusi dari seluruh warga bangsa untuk ikut membangun dan memperkokoh karakter positif bangsa sebagai bagian dari penyelenggaraan pembangunan.
Karakter Bangsa dan Karakteristik Umum Pembangunan di Era Global Secara umum, karakter bangsa sering didefinisikan sebagai hal unik dan khas yang menjadi unsur pembeda antara bangsa itu dengan bangsa lainnya. Karakter bangsa memiliki peran penting dalam menentukan kekuatan dan kemampuan bangsa untuk mencapai tujuan pembangunan. Karakter bangsa adalah unsur penting bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa.
Karakter bangsa umumnya bersifat kolektif yaitu akumulasi dari karakter pribadi seluruh warga bangsanya. James Madison, salah satu peletak dasar konstitusi Amerika Serikat, pernah menyatakan bahwa2, “the character of a nation is determined by the character of its people― atau karakter yang dimiliki suatu bangsa ditentukan oleh karakter warga bangsanya. Komponen utama dari karakter bangsa adalah tata nilai atau values yang dibangun dan ditumbuhkembangkan oleh para warga bangsanya. Oleh karena itu, keberhasilan atau kegagalan sebuah bangsa menjadi sangat tergantung pada upaya pembinaan dan pembangunan karakter warga bangsanya.
Bangsa-bangsa yang maju dan berhasil menjadi negara terkemuka, umumnya memiliki warga bangsa yang sarat dengan karakter positif, capaian pribadi yang prestisius, serta beragam capaian pribadi lainnya yang membanggakan. Karakter bangsa yang maju juga umumnya tercermin dari pola sikap warga bangsanya yang memahami sepenuhnya bahwa kesejahteraan dan tujuan bangsa hanya dapat dicapai melalui kreativitas dan kerja keras. Pola pembinaan karakter yang baik akan mendorong terbangunnya karakter positif menuju pada kemajuan dan keunggulan bangsa. Tentu saja, keberhasilan suatu bangsa dalam membangun karakter warga bangsanya itu tidak cukup hanya dengan menerapkan tatanan dan peraturan hukum yang kuat di kalangan masyarakatnya, akan tetapi juga harus ditopang oleh http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
keberadaan sistem pembangunan tata-nilai di masyarakat, yang mengedepankan tercapainya pengokohan nilai-nilai positif karakter bangsa.
Di sisi lain, ketidaksanggupan sebuah bangsa dalam melakukan pembinaan karakter warga bangsanya berpotensi untuk menghadirkan beragam masalah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa. Sejumlah kasus dimana pembangunan suatu bangsa mengalami kegagalan, terjadinya perang saudara berkepanjangan, kemiskinan, dan sejumlah masalah domestik lainnya adalah beberapa contoh dampak dari kegagalan pembangunan karakter warga bangsanya. Kegagalan suatu bangsa dalam membangun karakter warga bangsanya bahkan dapat berujung pada runtuhnya eksistensi bangsa itu. Pemerintah kabinet Indonesia Bersatu memberikan perhatian besar pada pembinaan dan pembangunan karakter bangsa. Di era Kabinet Indonesia Bersatu sekarang ini, arah pembinaan moral dan karakter bangsa itu ditujukan untuk menjadikan Indonesia bangsa yang maju di abad ke-21. Pembinaan karakter dan moral bangsa itu ditujukan untuk memperkokoh tiga landasan fundamental bangsa yang maju yaitu: meningkatkan kemandirian bangsa, meningkatkan daya saing bangsa, dan mampu memberikan kontribusi pada pembangunan peradaban dunia.
Tiga landasan fundamental itu diperlukan untuk menghadapi tantangan pembangunan di abad 21 ini yang dicirikan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi. Beberapa fitur yang mengemuka di abad ke-21 untuk bidang ekonomi, antara lain, adalah maraknya perusahaan multinasional dengan modal yang sangat kuat sebagai seiring dengan makin berkembangnya tatanan pasar bebas dan liberal. Globalisasi ekonomi juga telah meningkatkan kondisi saling ketergantungan ekonomi antara satu negara dengan negara lainnya.
Di bidang geopolitik, abad ke-21 ini menghadirkan tantangan, masih sering digunakannya pendekatan hard power dan penggunaan kekuatan militer dari negara-negara kuat, dalam menyelesaikan ragam permasalahan politiknya. Sejumlah negara-negara besar juga masih memelihara angkatan bersenjata yang kuat, dilengkapi dengan senjata pemusnah massal, dan dengan kecenderungan adanya peningkatan anggaran militernya.
Dewasa ini dunia tengah dihadapkan pada krisis keuangan global yang dipicu oleh kasus pemberian kredit yang sangat ekspansif di Amerika Serikat. Pemberian kredit di negeri itu, dilakukan dengan kecenderungan dan tatanan prosedur yang relatif longgar. Akibatnya banyak lembaga keuangan dan lembaga penjamin yang mengalami kerugian sehingga mengganggu stabilitas tatanan pasar keuangan domestik di Amerika Serikat. Sehubungan dengan kedudukan AS sebagai pusat jaminan keuangan internasional, maka krisis keuangan di AS itu dengan cepat merambat dan memberikan imbas ke seluruh dunia.
Besarnya imbas krisis keuangan global itu, nampak dari komentar sejumlah Pakar Ekonomi dan Pemimpin Dunia berikut3:
- Krisis keuangan global adalah bukti kegagalan filosofi ekonomi Amerika yang berprinsipkan pada ideologi Pasar Bebas [Joseph Stiglitz, Pemenang Hadiah Nobel Ekonomi, 2001]. - Krisis keuangan global adalah awal dari kehancuran menyeluruh (comprehensive destruction) dari Sistem Kapitalisme Global [Kevin Ruud, PM Australia]. - Krisis keuangan global adalah akhir dominasi Amerika atas tatanan perekonomian dunia [Prof. John Gray, London School of Economics]. - Krisis keuangan global menunjukkan bahwa dunia membutuhkan tatanan ekonomi baru yang mengedepankan nilainilai moral, regulasi yang efektif, dan pengawasan ketat atas sektor keuangan [Nicolas Sarkozy, Presiden Perancis].
Tentu saja, krisis keuangan global itu juga memberikan dampak pada penyelenggaraan pembangunan di tanah air. Beberapa kondisi pembangunan di tanah air yang terkena dampak krisis itu, antara lain: http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
- pasar keuangan Indonesia harus berkompetisi dengan negara maju untuk memperebutkan kapital dan likuiditas; - baik swasta maupun pemerintah akan mengalami kesulitan/tantangan untuk mendapatkan pendanaan dari pasar modal; - penurunan pertumbuhan ekonomi dunia akan berpengaruh terhadap keadaan neraca pembayaran baik neraca arus barang dan jasa maupun neraca arus modal; - permintaan ekspor menurun; - produk-produk negara lain yang kehilangan pasar akan menyerbu pasar domestik Indonesia
Untuk menghadapi dampak krisis keuangan global itu, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Pemerintah telah mengeluarkan 10 instruksi presiden pada tanggal 6 Oktober 2008, yang pada prinsipnya berisikan 4 hal pokok yaitu: Pertama, bersatu padu dan bersinergi untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi; Kedua, mengutamakan produk dalam negeri; Ketiga, terus bekerja keras untuk membangun dan memajukan dunia usaha; dan Keempat, optimalisasi APBN 2009 yang difokuskan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan terbangunnya jaring pengaman sosial.
Pemerintah juga telah menetapkan sejumlah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), antara lain, Penetapan PERPU 4/2008, tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) yang ditujukan untuk memelihara dan menjamin stabilitas sistem keuangan melalui pencegahan dan penanganan krisis secara terpadu.
Beberapa pakar dan pengamat ekonomi juga menyatakan bahwa krisis keuangan global menjadi bukti bahwa tatanan pembangunan ekonomi global harus dikaji kembali secara komprehensif. Tatanan pembangunan global yang berprinsipkan pada pasar bebas terbukti belum berhasil dalam menangani dinamika perkembangan sektor keuangan yang terlalu bebas, terutama pada tiga hal yaitu: kebijakan pengawasan dalam tata ekonomi maju; manajemen resiko sektor keuangan; dan mekanisme disiplin pasar yang dibiarkan terlalu bebas.
Dampak krisis keuangan global itu sekarang mulai menyentuh ranah di luar sektor ekonomi. Masyarakat internasional sangat mencemaskan meluasnya dampak dari krisis keuangan global itu pada krisis kemanusiaan, antara lain, kemiskinan, pengangguran, dan berbagai dampak kemanusiaan lainnya. Oleh karena itu, pada pertemuan G-20 yang diadakan di Washington D.C., Amerika Serikat, baru baru ini, negara-negara pesertanya telah berusaha merumuskan suatu pendekatan yang lebih seimbang dalam pengelolaan tatanan ekonomi dunia sehingga dapat diciptakan arus perdagangan dan investasi yang lebih seimbang dan tetap saling menguntungkan.
Ke depan, fenomena tantangan globalisasi yang lebih kompleks dan lebih beragam akan tetap mengemuka. Pemerintah AS di bulan November 2008, merilis laporan bertajuk4, “Global Trend 2025: A Transformed World―. Pada laporan itu diulas beberapa proyeksi di tahun 2025, antara lain untuk bidang ekonomi, demografi, kebutuhan energi, pangan dan air, fenomena perubahan iklim, serta potensi konflik yang akan timbul.
Untuk bidang ekonomi, laporan itu memproyeksikan bahwa tatanan ekonomi dunia yang terbentuk sekarang akan mengalami perubahan besar. Sejumlah institusi ekonomi yang bersifat multilateral seperti IMF dan World Bank akan digantikan oleh sistem yang berbeda sehubungan dengan menurunnya dominasi ekonomi negara-negara Barat dan makin kuatnya pengaruh ekonomi negara-negara Asia, terutama India dan Cina, yang sering disebut dengan powerhouse ekonomi dunia di masa depan; beberapa negara Amerika Latin, utamanya Brasil dan Meksiko; dan Russia. Paradigma pembangunan ekonomi yang berbasiskan ekonomi liberal, yang merupakan bagian dari tata nilai negaranegara Barat, akan digantikan oleh paradigma ekonomi baru, berbasiskan tata nilai negara-negara non-Barat. http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Selanjutnya, laporan itu juga memproyeksikan bahwa masalah energi, pangan, dan air serta perubahan iklim akan tetap menjadi agenda internasional yang mengemuka. Penggunaan bahan bakar non-fosil akan makin meningkat, seiring dengan kemajuan teknologi, namun hal itu akan diikuti dengan perubahan total dari postur ekonomi negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah dan dengan segala konsekuensinya. Demikian pula dengan fenomena perubahan iklim, yang diperkirakan juga masih akan terus berlanjut. Fenomena perubahan iklim diproyeksikan akan memberikan pengaruh pada ketersediaan air di sejumlah negara tertentu karena meluasnya dampak kekeringan. Di sisi lain, meningkatnya kesejahteraan berbagai negara berkembang juga akan makin meningkatkan kebutuhan pangan.
Konflik antar negara diperkirakan akan tetap ada, bahkan tidak tertutup konflik militer dengan melibatkan penggunaan senjata nuklir. Selain konflik antar negara, juga diproyeksikan akan muncul sejumlah konflik antar kelompok yang disebut dengan ‘non-state actors’. Ranah konflik juga diproyeksikan akan meluas ke bidang lain seperti informasi dan media. Ruang angkasa (space) juga diperoyeksikan berpotensi menjadi ranah konflik masa depan.
Pada paragraf berikut akan dibahas tentang modalitas yang dimiliki bangsa ini dan arah pembinaan karakter. Pembinaan karakter yang ditujukan agar pengelolaan modalitas bangsa itu menjadi lebih optimal untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, berdaya saing tinggi, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam tatanan pembangunan peradaban.
Modalitas Nasional untuk Menjadi Negara Maju
Sebagai sebuah bangsa besar, Indonesia memiliki peran yang sangat potensial untuk menjadi negara maju dan berkontribusi penting dalam pembangunan global. Setidaknya ada lima modalitas nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu:
- Kekayaan alam yang sangat besar. Antara lain mencakup cadangan energi, yaitu batubara 90,5 milyar ton; gas alam 334,5 TSCF (Trillion Standard Cubic Feet), coal bed methane 453 TSCF; panas bumi 27.000 giga watt (40% cadangan dunia). Ketersediaan cadangan pangan (antara lain): padi (swasembada 2008), jagung (swasembada 2007), kedelai (target swasembada 2015), gula (swasembada 2009). Selain itu, bangsa Indonesia juga masih memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang termasuk terbesar di dunia [Referensi: Dep.ESDM dan DepTan, Mei 2008]. - Capaian dan prestasi pembangunan khususnya di empat tahun terakhir. Beragam capaian pembangunan adalah modalitas nasional yang dapat kita jadikan pijakan untuk membangun negara yang maju. Antara lain: pertumbuhan ekonomi 6,4% (Semester 1, tahun 2008); rasio utang terhadap PDB (2008) 33% (terendah di seluruh Asia); Pendapatan Domestik Bruto bangsa Indonesia di tahun 2007 ini, termasuk peringkat 20 besar dunia [Referensi: Depkeu, 2008]. - Sumber daya manusia yang sangat besar, yaitu sebanyak 234.693.997 orang dan menduduki peringkat ke-4 dunia. Tentu saja jumlah penduduk yang besar itu juga dengan kualitas pembangunan yang cukup baik yang ditunjukkan dengan indeks pembangunan manusia (human development index) 0,728 atau dalam kategori menengah/medium [Referensi: BPS, Bappenas, 2007]. - Tingkat kapasitas pengetahuan dan tingkat kemajuan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa Indonesia memiliki kapasitas pengetahuan dan tingkat kemajuan iptek yang terus meningkat, yang ditunjukkan, antara lain, dengan indeks daya saing global (global competitiveness index) yang makin membaik dari peringkat ke-69 (2004) ke peringkat 55 (2008) [Referensi: World Economic Forum, 2008]. - Modal sosial atau social capital. Bangsa Indonesia memiliki modal sosial yang sangat luar biasa. Antara lain, semangat gotong royong sebagai modal sosial terbesar bangsa Indonesia. Dengan semangat ini bangsa Indonesia berhasil mengatasi bencana dahsyat tsunami di Aceh tahun 2004. Modal sosial lainnya adalah wawasan kebangsaan dan cinta tanah air yang telah berhasil menumbuhkan kohesivitas sosial sehingga kita sanggup menyelesaikan masalah di Aceh dan beragam konflik etnis lainnya di tanah air.
http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Modal sosial penting lainnya adalah warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari kekayaan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dan diperkaya dengan letak bangsa Indonesia yang telah menjadi pertemuan tiga peradaban besar dunia yaitu peradaban Islam, Barat, dan Timur. Perpaduan itu menjadikan bangsa Indonesia memiliki ragam budaya yang tinggi, yang sarat dengan nilai-nilai keutamaan dan merupakan sumber kreasi dan inovasi yang sangat luar biasa.
Di sisi lain, Bangsa Indonesia juga berhasil mengembangkan tatanan demokrasi yang maju. Indonesia adalah negara demokrasi ketiga terbesar di dunia dan demokrasi Indonesia kerap dijadikan bahan rujukan bagi sejumlah negaranegara lainnya. Kapasitas bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan demokrasi itu juga modal sosial yang sangat potensial untuk ditumbuhkembangkan.
Dengan modalitas yang dimiliki di atas, maka bagi bangsa Indonesia, tekad untuk menjadi bangsa yang maju harus merupakan sebuah keniscayaan. Cukup banyak lembaga kajian dan analisa serta laporan ekonomi internasional yang telah memproyeksikan bahwa di masa depan, bangsa Indonesia akan menjadi negara yang maju.
Goldman Sachs5 memproyeksikan Indonesia pada 2050 akan menjadi Poros Ekonomi Dunia bersama dengan 10 negara lainya yang disebut dengan The Next Eleven (N-11). Di masa itu kekuatan ekonomi Indonesia akan lebih besar di bandingkan Korea, Itali, dan Kanada (pada saat itu). Pendapatan perkapita bangsa Indonesia akan mencapai US$ 12.000.
PricewaterHouse Coopers6 dalam laporannya untuk OECD, memproyeksikan Indonesia pada 2050 akan menjadi salah satu dari 7 negara maju dunia yang baru, The Emerging Seven, E-7, bersama dengan Rusia, Brasil, Meksiko, India, Cina dan Turki. PDB Indonesia di masa itu diperkirakan mencapai US$ 13,8 Trilyun. Ekonomi Indonesia akan lebih besar dibandingkan Inggris dan Jerman. Kekuatan ekonomi E-7 juga akan lebih besar dibandingkan dengan G-7 di masa itu.
Dokumen yang telah disinggung di muka, yaitu ―Global Trend 2025: A Transformed World―, juga secara eksplisit menyebutkan bahwa Indonesia bersama dengan Iran dan Turki akan menjadi pilar kekuatan ekonomi dunia setelah India, Cina, Brasil, dan Russia. Indonesia dipastikan mampu tampil menjadi negara maju, apabila sanggup memelihara stabilitas politik dalam negeri, terus menyempurnakan pranata hukum untuk terbentuknya masyarakat madani yang demokratis, dan terus berupaya untuk menyempurnakan iklim yang akan menjamin peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi dan analisa dari berbagai lembaga kajian itu, makin diperkuat dengan persepsi dari berbagai negara maju, yang nampak pada forum pertemuan G-20 dan Pertemuan APEC di akhir bulan November 2008. Diundangnya Indonesia pada summit G-20 untuk bersama-sama dengan negara maju lainnya mencari solusi atas krisis global merupakan era baru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sekaligus pengakuan dunia terhadap peran bangsa Indonesia.
Pada dua perhelatan internasional itu, masyarakat intenasional mengakui Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN dan terkemuka di Asia Timur. Peran Indonesia dalam pertemuan APEC sangat memberikan pengaruh kuat di dalam perumusan Deklarasi APEC. Wujud dari apresiasi dan penghargaan masyarakat internasional, khususnya dari negara-negara maju kepada Indonesia, juga nampak dari sikap para pemimpin negara maju seperti Amerika, Rusia, Australia, Selandia Baru, dan Brasil yang memberikan respek atas sikap pemerintah Indonesia yang terus berupaya keras dalam mencari solusi atas krisis yang melanda dunia, baik untuk kepentingan nasional maupun global.
Tentu saja, upaya keras pemerintah itu juga terbukti telah mampu memberikan rasa aman di dalam negeri, baik di kalangan dunia usaha, perbankan dan masyarakat di tengah turbulensi dan sekaligus meredam berbagai isu yang sempat merebak di tanah air.
http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Arah Pembinaan Karakter Bangsa Menuju Negara Maju Seperti yang telah diuraikan di muka, pembinaan karakter itu sangat erat korelasinya dengan kekuatan yang dimiliki bangsa dalam menyelenggarakan pembangunan. Karakter positif suatu bangsa adalah energi penggerak utama (prime energy) yang akan mendayagunakan semua modalitas yang dimiliki bangsa itu dalam mencapai cita-cita pembangunan. Presiden AS ke-32, Franklin Delano Roosevelt, bahkan menyatakan bahwa karakter bangsa sama pentingnya dengan sumber daya fisik yang dimiliki bangsa itu, untuk mencapai kemajuan bangsanya7.
Pada pidato inagurasinya tanggal 4 Maret 1933, di tengah resesi dunia di masa itu, ketika banyak bank di Amerika terpaksa beku operasi, ekonomi Amerika nyaris lumpuh, Presiden Roosevelt menyatakan keyakinannya kepada rakyat AS bahwa untuk keluar dari krisis ekonomi, restorasi atau perbaikan ekonomi Amerika harus dilakukan dengan mengedepankan pendekatan karakter. Presiden Roosevelt dalam pidato itu menegaskan,― the measure of restoration lies in the extent to which we apply social values more noble than monetary profit...― dan “..success lays in the joy of achievement, in the thrill of creative effort―. Kutipan itu menyatakan bahwa upaya bangsa Amerika untuk mengatasi krisis harus lebih diutamakan pada penerapan nilai-nilai sosialnya, yaitu karakter pekerja keras rakyat Amerika, di samping tentunya upaya untuk terus memacu perolehan keuntungan ekonomi. Kutipan selanjutnya menegaskan bahwa keberhasilan menyelesaikan masalah harus terletak pada kepuasan ketika sanggup menyelesaikan masalah itu dengan mengerahkan daya kreatifitas seluruh bangsa. Kedua kutipan di atas memberi refleksi bahwa di tengah terpaan krisis yang sangat berat, rakyat AS justru mengedepankan pendekatan karakter positif bangsa sebagai solusinya.
Dalam kaitan itu, maka untuk menjadikan modalitas nasional menjadi kekuatan yang akan menjadikan Indonesia menjadi negara maju, kita harus mengedepankan pembangunan karakter dan watak bangsa yang positif. Pembangunan karakter yang akan menjadikan rakyat Indonesia menjadi kumpulan masyarakat pekerja keras, penuh semangat juang yang tinggi, mampu saling bekerjasama secara produktif dengan sesama warga bangsa, untuk menjadikan bangsanya bangsa yang maju dan berhasil dalam pembangunan.
Pembinaan moral dan karakter bangsa sangat terkait erat dengan peningkatan kualitas pembangunan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, maka pemerintah telah bertekad untuk menjadikan pendidikan menjadi landasan utama dalam pembinaan dan penumbuhkembangkan karakter positif bangsa. Untuk itu maka pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan pendidikan harus diarahkan pada tiga hal pokok, yaitu:
Pertama, pendidikan sebagai sarana untuk membina dan meningkatkan jati diri bangsa untuk mengembangkan seseorang sehingga sanggup mengembangkan potensi yang berasal dari fitrah insani, dari Allah SWT. Pembinaan jati diri akan mendorong seseorang memiliki karakter yang tangguh yang tercermin pada sikap dan perilakunya. Tanpa adanya jati diri, suatu bangsa akan mudah terombang-ambing dan kehilangan arah dari terpaan tantangan globalisasi yang bergerak cepat dewasa ini.
Kedua, pendidikan sebagai media utama untuk menumbuhkembangkan kembali karakter bangsa Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah, bergotong-royong, tangguh, dan santun. Sehingga apabila karakter ini dapat kita bangun kembali, kita perkuat, maka Insya Allah, kita akan mampu menghadapi setiap krisis dan tantangan masa depan.
Ketiga, pendidikan sebagai tempat pembentukan wawasan kebangsaan, yaitu perubahan pola pikir warga bangsa yang semula berorientasi pada kesukuan menjadi pola pikir kebangsaan yang utuh. Melalui wawasan kebangsaan dapat dibangun masyarakat yang saling mencintai, saling menghormati, saling mempercayai, dan bahkan saling melengkapi satu sama lain, dalam menyelesaikan berbagai masalah pembangunan.
Dalam kaitan dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah mengedepankan strategi “pertumbuhan disertai pemerataan― atau “growth with equity―, yang ditujukan mewujudkan kesejahteraan rakyat sec http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
dan merata. Kita semua bersyukur bahwa strategi itu telah memberikan dampak yang positif baik pada percepatan penurunan tingkat pengangguran terbuka maupun tingkat kemiskinan. Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,5%, kini telah berhasil diturunkan menjadi 8,5% pada Februari 2008. Begitu pula, tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari 17,7% pada tahun 2006 menjadi 15,4% pada Maret 2008.
Ke depan, pemerintah melakukan terobosan besar dalam pembangunan pendidikan, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebanyak 20% dari APBN 2009, atau berkisar Rp. 200 Trilyun. Dengan anggaran sebesar itu, pemerintah bertekad untuk melakukan perbaikan masif dalam pembangunan pendidikan untuk mewujudkan terciptanya pendidikan nasional yang unggul dan berkualitas. Demikian pula, upaya peningkatan kesejahteraan rakyat juga akan terus kita tingkatkan. Anggaran untuk penanggulangan kemiskinan yang telah meningkat sekitar tiga kali lipat dalam kurun waktu 2005-2008, akan terus kita tingkatkan di tahun 2009 mendatang. Di tengah terpaan krisis keuangan dan beragam krisis lainnya yang berskala global, maka kita makin menyadari bahwa pembinaan karakter dan moral positif bangsa merupakan solusi yang paling efektif untuk menjadikan kita mampu bersikap optimis dan rasional. Karakter dan moral positif bangsa akan mendorong kita untuk tetap bekerja keras, produktif, dan pada akhirnya akan menjadikan kita mampu mengubah berbagai tantangan yang menerpa kita itu menjadi peluang yang menguntungkan.
Penutup
Menjadikan karakter positif bangsa sebagai kekuatan penggerak untuk mendayagunakan modalitas pembangunan secara optimal, tentu harus diikuti dengan komitmen, tekad dan dedikasi seluruh warga bangsa. Program pendidikan dan peningkatan kesejahteraan rakyat yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan instrumen utamanya, namun di balik itu tetap diperlukan kesediaan seluruh warga bangsa untuk terlibat aktif dan berperan serta dalam setiap upaya pembinaan dan peningkatan kualitas karakter positif bangsa.
Dalam kaitan itu, maka setidaknya ada tiga peran penting yang dapat dilakukan oleh setiap warga bangsa dalam mempercepat proses pembinaan karakter positif bangsa. Pertama, selalu terlibat aktif dalam mengajak sesama warga bangsa untuk berperan sebagai pembangun-kembali karakter bangsa (character builder). Hal itu dapat diwujudkan antara lain dengan saling memberikan ajakan kepada seluruh warga bangsa untuk mengapresiasi hasil-hasil pembangunan serta terus memberikan koreksi konstruktif yang ditujukan untuk makin meningkatkan kualitas penyelenggaraan pembangunan.
Kedua, terus berupaya untuk saling bersinergi dan saling bekerjasama dalam menjalankan peran sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Sesama warga bangsa harus saling menggiatkan pengembangan pola sikap yang mendukung pada pengembangan karakter bangsa yang positif. Hal itu dapat diwujudkan antara lain dengan saling menjadi role model bagi pengembangan karakter positif.
Ketiga, terus saling bekerjasama untuk mendorong para generasi muda agar mampu menjalankan peran sebagai perekayasa karakter (character engineer). Hal itu dapat dilakukan dengan terus memberikan pencerahan, bimbingan, dan pembinaan kepada para generasi muda kita sehingga mampu melakukan proses pembelajaran adaptif yang akan menyesuaikan perkembangan pembinaan karakter positif bangsa sesuai dengan kemajuan zaman.[]
___________________
2  Dikutip dari: Haynes., C., Charles, “Character Building: Nation is reflection of its citizenry―, Gannett News Service, http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44
Sekretariat Negara Republik Indonesia
October 28, 2008.
3Â Â Dimuat di harian The Guardian, United Kingdom (UK) edisi Rabu, 1 Oktober 2008.
4  U.S National Intelligence Council, “Global Trends 2025: A Transformed World―, NIC-Document number: 2008-003, Washington D.C, November 2008.
5  O’Neill and Wilson, D., “Goldman-Sachs, Global Economics Paper no: 134―, December 2005.
6  Hawksworth, J., and Cookson, G., “The World in 2050: Beyond the BRICs and broader look at emerging market growth prospects―, PriceWaterHouse-Coopers, 2006.
7  MacArthur, B., editor, “The Penguin Book of Twenty Century Speeches―, second revised edition, Penguin Book Publisher, London, UK, 1999.
http://www.setneg.go.id
Sekretariat Negara Republik Indonesia
7 September, 2011, 13:44