KARAKTER AIRTANAH BERDASARKAN SIFAT FISIK SEBAGAI DASAR PENDUGAAN INTRUSI AIRLAUT DAERAH GLAGAH DAN SEKITARNYA M. Prahastomi M. S.* Cipta Endayana ST., MT.*
[email protected] *Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Abstrak Daerah penelitian terletak di Kecamatan Wates, Provinsi DIY. Secara geografis daerah penelitian ini terletak pada koordinat 110o 04’ 00’’ – 110 o 08’ 00’’ BT dan 7 o 55’ 30’’-7 o 56’ 00’’ LS. Penelitian aspek geologi dan sifat fisik airtanah dilakukan sebagai dasar pendugaan adanya intrusi air laut pada daerah penelitian. Bidang temu air tawar dan air asin dibuat menggunakan model numerik Ghyben-Herzberg dengan mengasumsikan bahwa akifer memiliki sifat homogen. Daerah penelitian memiliki runtutan batuan/ stratigrafi dari atas ke bawah adalah pasir tak terkonsolidasi, gravel, dan lapisan lanau (silt). Litologi yang bertindak sebagai akifer adalah Pasir dan Gravel. Litologi yang bertindak sebagai akuitard adalah lanau (silt). Pengukuran aspek fisik airtanah meliputi pH, EC, TDS, dan suhu. Pengamatan sifat fisik airtanah dilakukan pada 88 titik sumur, sumur gali maupun sumur bor. Kedalaman sumur dan muka airtanah diukur pada tiap titik pengamatan. Konus muka airtanah diperlihatkan pada beberapa titik sumur. Model Ghyben- Herzberg dikomparasi dengan sifat fisik airtanah pada penampang. Konus-konus yang diperoleh pada penampang tidak memperlihatkan adanya pengaruh pada sifat fisik airtanah (DHL). Hasil analisis dari data penampang sumur yang berkonus memperlihatkan bahwa hanya sumur DW 38-2 yang memperlihatkan tingginya pengaruh nilai DHL.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang
meningkat dipicu oleh meningkatnya
penting
kehidupan
jumlah penduduk, wilayah pemukiman,
manusia. Kebutuhan air bersih yang kian
irigasi, industri. Survey yang dilakukan
paling
dalam
i
oleh Pemerintah Daerah Kulon Progo
dilakukan secara bersamaan untuk saling melengkapi.
(2010) menunjukkan bahwa mayoritas penduduk daerah Wates sebesar 3281
1.2 Identifikasi Masalah
jiwa
airtanah
Permasalahan yang akan mempengaruhi
mereka
kegiatan penelitian, yaitu:
masih
sebagai
memanfaatkan
sumber
air
untuk
konsumsi dan mandi.
Bagaimana kondisi geologi daerah penelitian?
Manajemen airtanah di daerah pantai dibutuhkan penanganan yang
sangat hati-hati. Abstraksi airtanah yang
Bagaimana
sifat
fisik
airtanah
daerah penelitian?
berlebihan dari akuifer memaksa conate
water keluar menggantikan airtanah
air tawar dengan air asin pada
tawar dan menyebabkan intrusi airlaut
daerah penelitian?
masuk kedalam sumur-sumur warga. Kegiatan pengambilan airtanah oleh perusahaan
tambang
Bagaimana batas bidang temu antara
1.3 Tujuan Penelitian
dapat
Tujuan penelitian ini secara mempengaruhi keseimbangan airtanah. Sehingga,
pengamatan
hidrogeologi
perlu
dilakukan
umum, yaitu:
kondisi
untuk
mencegah intrusi airlaut .
Mengetahui sifat fisik airtanah
mengidentifikasi
Menentukan batas bidang temu
daerah yang terindikasi terpengaruh oleh
air tawar dengan air asin
air asin. Data studi fisik airtanah perlu diperkuat dengan data kimia airtanah, sehingga
dalam
praktisnya
geologi
daerah penelitian
Studi sifat fisik airtanah sangat dalam
kondisi
daerah penelitian
mengelola pengambilan airtanah untuk
membantu
Mengetahui
II. METODE PENELITIAN
perlu ii
Pengamatan aspek geologi
untuk melihat pengaruh pasang surut
dan hidrologi dilakukan di lapangan.
airlaut. Metode yang digunakan pada
Pengamatan geologi dilakukan untuk
penelitian ini dijelaskan dalam bagan
melihat
alir dibawah ini:
persebaran
batuan
di
permukaan. Untuk menunjang data stratigrafi
bawah
permukaan,
rekonstruksi penampang stratigrafi dilakukan menggunakan data bor. Pengamatan hidrologi mencangkup pengamatan Muka Airtanah dan sifat fisik airtanah (Ph, EC, TDS, Suhu Air, Suhu Udara). Pengukuran tinggi muka air dan debit sungai dilakukan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sedang dan menghalus kearah atas.
3.1 Stratigrafi Daerah Penelitian
Mineral yang dijumpai antara lain
Daerah penelitian tersusun
feldspar,
piroksen,
hornblenda,
oleh endapan aluvium berupa pasir
kuarsa serta di beberapa tempat
halus
dijumpai
mineral
hematit.
Pada
sampai
ditemukan
sedang,
juga
setempat
lempung
tak
magnetit
beberapa
dan lokasi
terkonsolidasi. Endapan pasir yang
nampak lapukan pasir yang sudah
dijumpai umumnya berwarna abu
berubah
kehitaman hingga putih kecoklatan,
ketebalan
memiliki
butiran
halus
sampai iii
menjadi berkisar
tanah, 10
dengan –
50
sentimeter,
berwarna
kecoklatan.
Secara struktur geologi, daerah studi
3.2 Hidrogeologi Daerah Penelitian
disusun oleh lapisan yang relatif
Daerah
penelitian
terletak
datar dan belum mengalami proses
pada Cekungan Airtanah Wates,
pengangkatan,
tepatnya di hilir Sub-DAS Serang
perlipatan,
serta
pensesaran. Runtutan
yang memiliki luas sekitar 161,6 km2. DAS serang ini secara umum
batuan/Stratigrafi
daerah penelitian didapatkan dari
memiliki
pola
hasil pengeboran. Litologi umum
dendritik di bagian hulu, dan pada
penyusun daerah penelitian dari
sungai
utamanya
memiliki
pola
bawah ke atas adalah silt, gravel,
aliran
meandering
dengan
arah
dan pasir.
pengaliran utara – selatan mengikuti topografi setempat.
ii
pengaliran
sub
Cekungan Airtanah Wates
topologi sistem akifer Puradimadja Secara umum penggunaan (1993) termasuk pada sistem akifer lahan di CAT Wates berupa sawah Endapan Aluvial Pantai. Penentuan irigasi,
permukiman,
rumput, sistem akifer ini didasarkan pada
tegalan,
badan
air
dan geomorfologi di daerah penelitian
gedung.sedangkan
penggunaan yang
umumnya
datar
hingga
yang ada di area 150 hektar hanya bergelombang
dan
memanjang
ada tegalan dan rumput. sejajar dengan garis pantai. Berdasarkan terminasi akifer
Sistem akifer yang terdapat
oleh Todd (1984) maka material
pada daerah penelitian berdasarkan ii
yang bertindak sebagai akifer adalah
keterdapatan sumur (sudah termasuk
pasir
halus-sedang
dan
gravel.
29 titik sumur yang dibuat) yang
bertindak
sebagai
dilakukan pengukuran, sumur-sumur
akitard adalah lapisan lanau. Jenis
tersebut berada bagian timur, barat,
akifer di daerah penelitian adalah
utara dan selatan daerah studi. Pada
akifer
umumnya
Litologi
yang
tak
tertekan
(unconfined
aquifer).
sumur-sumur
gali
dijumpai pada litologi berupa pasir yang berbutir halus sampai sedang.
Berdasarkan hasil pemetaan Sebaran lokasi titik sumur dapat muka airtanah pada sumur bor dan dilihat pada gambar. sumur-sumur warga yang terdapat di Muka airtanah pada daerah
daerah studi, peta isofreatik dibuat untuk
menggambarkan
kedalaman daerah
muka
studi.
airtanah
Selain
studi memiliki kedalaman berkisar
hubungan
itu,
pada
antara
0,3
peta
permukaan
hingga tanah,
6,1
m
secara
berarah
dari
umum
isofreatik/watertable map ini juga
pergerakannya
utara
bermanfaat untuk menentukan arah
selatan (mengarah ke laut). Nampak
aliran dan gradien hidrolik airtanah,
pada peta beberapa daerah yang
serta mengetahui hubungan antara
menunjukan
airtanah dengan air permukaan.
muka air tanah yang lebih dalam dari
konus-konus
ke
dengan
daerah sekitarnya, hal tersebut dapat Pengamatan muka air tanah diakibatkan oleh adanya pemompaan di lokasi penelitian selain diamati yang dilakukan oleh warga atau dari sumur bor yang dibuat juga di mengikuti permukaan dari lapisan amati dilokasi sumur gali, ada 87 ii
litologi di bawahnya. Peta Isofreatik
sekitarnya. Sumur BHa-08, DW 28-
disajikan di halaman berikut ini.
2, BHa-07, DW 22-2, BHa-21, BHa17,
Hubungan antara air tawar dan
DW
38-2,
dan
DW
50-2
air asin ini menurut Ghyben Herzberg
memiliki suhu airtanah berkisar 32-
(1901)
35°C.
berkaitan
erat
dengan
perbedaan berat jenis antara kedua
Pengamatan pada peta iso
jenis fluida ini. Dari peta muka airtanah
konduktivitas listrik memperlihatkan , maka dapat dihitung kedalaman
bahwa umumnya keadaan airtanah bidang temu (interface zone) antara
pada
derah
penelitian
belum
airtawar dan air asin.
terkontaminasi
air
asin.
Namun
Pengamatan pada peta zonasi
terdapat anomali dimana nilai DHL
suhu airtanah menunjukkan adanya
tinggi (1560 µS/cm) pada sumur DW
titik-titik dengan suhu airtanah yang
17-1 yang terletak 3.8 kilometer dari
lebih tinggi dari rata-rata suhu
garis pantai. Nilai DHL diatas 1500
airtanah di sekitarnya. Terdapat dua
menurut klasifikasi kualitas airtanah
titik sumur, yaitu DW 23-2 dan BHa-
Sihwanto (1990) dalam Saefudin
29 yang memiliki suhu diatas 35°C.
(2000) tergolong air agak payau.
Keberadaan dua sumur ini sangatlah
Genesa /asal/penyebab dari tingginya
dekat dengan pantai. Anomali suhu
nilai DHL tidak dapat ditentukan dan
ini
perlu
mungkin
berkaitan
dengan
dilakukan
pengaruh dari airlaut, sehingga suhu
mendalam
airtanah di DW 23-2 dan BHa-29
airtanah.
tersebut lebih tinggi dari sumur di iii
dalam
kajian
lebih
aspek
kimia
Pengukuran
Daya
Hantar
Pengukuran pada 3 bagian
Listrik juga dilakukan pada masing-
sungai
memperlihatkaan
masing sumur bor, namun metode
terdapat hubungan tinggi muka air
dalam penentuan titik vertical yang
sungai terhadap perubahan pasang
diambil tidak berdasarkan elevasi
surut
airtanah. Hal ini menyebabkan data
dipengaruhi
pengukuran Daya Hantar Listrik per
terdapat
kedalaman sumur (vertikal) tidak
airlaut kedalam akifer. Hal ini dapat
dapat dikorelasi dengan baik.
diamati dengan adanya anomali nilai
airlaut.
Ketika
oleh
sungai
airlaut,
kemungkinan
bahwa
maka
masuknya
DHL pada sumur di sekitar hulu Perbandingan
nilai
DHL sungai serang (DW 07-1, DW 01-2,
sumur
DW
23-2
dan
BHa-29 DW 06-1, DW 16-2, DW 02-1, DW
menunjukkan nilai masing-masing 05-1,
DW
04-1)
dibandingkan
400 dan 730. Hal ini menarik dengan nilai DHL di sumur yang diperhatikan karena dua titik sumur jauh dari sungai (Misalnya, DW 09ini memiliki karakter suhu airtanah 1). yang memiliki nilai diatas 35°C dan terdapat di sekitar garis pantai.
Anomali ditemui pada daerah
Sampling airtanah pada dua titik
di dekat aliran sungai bagian hilir,
tersebut
untuk
yaitu DW 11-1, DW 09-2, DW 10-2
indikasi
yang memiliki nilai DHL yang tidak
perlu
mengkonfirmasi
dilakukan adanya
pengaruh air asin ke dalam dua titik
begitu
tinggi
(400-600
µS/cm)
sumur tersebut.
dibandingkan daerah hulu sungai. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh iv
nilai
permeabilitas
yang
Dalam distribusi nilai pH
berbeda antara bagian hulu dengan
yang terdapat di berbagai sumur
hilir sungai. Penelitian lebih lanjut
dapat menunjukkan adanya pengaruh
melalui pumping test perlu dilakukan
airlaut.
untuk melihat nilai permeabilitas di
dipengaruhi oleh berbagai faktor,
beberapa titik sekitar hulu dan hilir
misalnya pengaruh dari jenis mineral
sungai. Pengambilan sampling kimia
penyusun material pasir maupun
airtanah
gravel. Pada deskripsi bor yang
perlu
dilakukan
mengkonfirmasi pengaruh
akifer
apakah
airlaut
didalam
untuk terdapat
Namun
diperoleh,
nilai
pH
terdapat
dapat
mineral
sumur
Horblenda, yang sifatnya basa karena
warga atau pengaruh dari aktivitas
megandung banyak Fe maupun Mg.
manusia (pertanian, perkebunan dll).
Hornblende memiliki rumus kimia [Ca2(Mg,Fe2+)4-
Nilai
DHL
pada
muka (Al,Fe3+)(Si7Al)O22(OH)2]
airtanah yang terjadi pada muka (Raymond,2002). Hal ini tentu dapat airtanah yang terdepresi, yaitu DW menaikkan
nilai
pH
airtanah.
51-2 (380) dan DW 56-2 (380) tidak Sehingga tingginya nilai pH airtanah menunjukkan adanya nilai DHL dapat
terjadi
karena
airtanah
yang tinggi. Nilai tinggi pada DW melewati material dengan mineral 19-2 (1110) dapat disebabkan karena penyusun tersebut (mineral basa). letak sumur yang dekat dengan Jadi ketika peneliti mendapati nilai dermaga. pH yang amat tinggi, terdapat dua kemungkinan yang akan muncul: v
akibat pengaruh airlaut atau sifat
Klorida dan bikarbonat yang tinggi.
alamiah airtanah daerah tersebut
Dan apabila kadar rasio tersebut
(karena melimpahnya mineral yang
tinggi, maka perlu diperiksa apakah
bersifat basa). Karena itu perlu
peningkatan rasio klorida-bikarbonat
dilakukan sampling kimia airtanah
tersebut karena pengaruh airlaut atau
pada
karena
beberapa
spot
yang
pengaruh
menunjukkan nilai pH diatas 7.4
manusia/mikroorganisme
apakah menunjukkan kadar rasio
melihat nilai rasio Na-Cl.
Nama Stasiun
Jarak Dari Pantai
Jam Pengukuran MAT
Kode Penampang
(meter)
aktivitas dengan
Sifat Fisik Airtanah pH
EC
TDS
Suhu
DW 31-2 KPAC 0454 KPAC 0457
60
13.20
7.9
1140
560
31
320
-
?
?
?
?
720
-
?
?
?
?
DW 12-2
970
15.10
6.2
290
120
30.2
Bha-12 KPAC 0551 KPAC 0546
1370
-
7.1
340
160
28.8
180
-
?
?
?
?
650
-
?
?
?
?
BHa-20
1100
-
DW 09-1 KPAC 0066 KPAC 0062 KPAC 0060
1250
11.12
140
A-B
6.9
370
170
30.6
6.8
490
230
29.2
-
?
?
?
?
530
-
?
?
?
?
730
-
?
?
?
?
Bha-22
1050
-
DW 02-1
1860
15.10
DW 50-2 KPAC 0251 KPAC 0467
240
C-D
7.4
430
210
32.7
7.2
730
365
28.3
13.18
7.2
660
320
34
470
-
?
?
?
?
630
-
?
?
?
?
DW 42-2
930
15.21
7.2
310
150
29.5
DW 38-2
1070
10.38
7.2
970
480
31.3
E-F
G-H
vi
DW 01-2
2050
15.29
6.9
1000
490
27.6
Perbandingan Sifat Fisik Airtanah Pada Tiap Titik Stasiun di Penampang
dan
Pada model interface air asin
normal. Muka airtanah yang diukur
airtawar
pada
penampang
C-D
saat
surut
airlaut
akan
didapatkan konus di sumur BHa-20.
menunjukkan muka airtanah yang
Sumur BHa-20 memiliki sifat fisik
semakin rendah dari kondisi normal.
airtanah yang belum dipengaruhi air
Kondisi normal disini didefinisikan
laut dengan nilai pH 6.9, DHL 370
ketika muka air laut berada pada Mid
mhos/cm, dan suhu air 29.2°C.
Sea
Level.
terlihat
Konus-konus
dapat
penampang
dapat
karena
waktu
pada
Pada model interface air asin disebabkan dan airtawar penampang E-F, konus pengamatan yang berbeda-beda (saat terdapat di sumur BHa-22. Sumur pasang/surut airlaut). BHa-22 memiliki sifat fisik airtanah yang belum terpengaruhi air laut
Hal
ini
dapat
dibuktikan
dengan nilai pH 7.4, DHL 430
dengan melihat adanya konus-konus
mhos/cm, dan suhu air 32.7°C
pada daerah penelitian dimana sifat fisik dari airtanahnya tidak terlihat
Pengukuran Muka Airtanah adanya pengaruh air asin. Konusmerupakan dasar pembuatan dari konus yang terdapat pada BHa-22 interface zone. Muka airtanah yang dan BHa-20 tidak menunjukkan nilai diukur pada saat pasang airlaut akan EC maupun pH yang tinggi. menunjukkan nilai muka airtanah yang semakin tinggi dari kondisi ii
Pengukuran datum 0 mdpl
mengubah model interface model
berdasarkan mid sea level daerah
airtawar dan air asin sebanyak 40
penelitian tidak dilakukan ketika
meter.
pengambilan data sumur dilakukan. Pada model interface air asin Hal ini dikarenakan keterbatasan dan airtawar penampang G-H, konus waktu pengambilan data. Penelitian terdapat di sumur DW 38-2. Sumur yang dilakukan di area pantai dengan DW
38-2
memiliki
sifat
fisik
kondisi morfologi yang relatif datar airtanah
yang
agak
dipengaruhi
perlu dilakukan pengukuran geodetic airlaut. Hal ini ditunjukkan dengan detil agar dalam penentuan elevasi nilai EC yang relatif tinggi, yaitu 970 memiliki tingkat keakuratan yang mhos/cm. Nilai pH airtanah di sumur dapat
dipertanggungjawabkan. ini adalah 7.2 dengan suhu airtanah
Konus-konus yang didapatkan pada 31°C. hasil permodelan dapat saja berubah secara
drastis
apabila
dilakukan
Dari beberapa pengamatan
pemetaan geodesi detil. Ketelitian
konus pada penampang dan analisis
pengukuran
sangat
sifat fisik airtanah, maka didapatkan
penting dalam hal ini untuk membuat
kesimpulan bahwa pada sumur DW
model interface airtawar dan air asin.
38-2 mempunyai indikasi kuat terjadi
Perbedaan ketinggian 1 meter dapat
upconing.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
nilai
elevasi
telah
dilakukan,
disimpulkan: ii
maka
dapat
Geomorfologi
daerah
konus-konus
penelitian terdiri dari 3
yang
mengidikasikan
bentuk
lahan
yaitu:
adanya
upconing
bentuk
lahan
marin,
daerah
di
penelitian.
bentuk lahan eolian, dan
Upconing
bentuk lahan aluvial.
menyebabkan arah aliran
Stratigrafi
airtawar berbalik ke arah
daerah
satuan, yaitu satuan pasir permukaan,
ini
darat.
penelitian terdiri dari 3
Terdapat
Berdasarkan sifat daya
satuan
hantar listrik, semua titik
gravel, dan satuan lanau
sumur daerah penelitian
(silt).
umumnya
Litologi
yang
memiliki
bertindak sebagai akifer
kualitas
adalah lapisan pasir dan
masih tergolong airtawar.
gravel.
yang
Kecuali di satu titik, nilai
bertindak sebagai akitard
DHL 1560 pada sumur
adalah lanau (silt).
DW 17-1 yang tergolong
Litologi
Berdasarkan
dari
pengamatan
muka
airtanah
yang
air agak payau.
Pada
penarikan
airtanah, aliran airtanah
penampang
untuk
secara umum mempunyai
rekonstruksi
model
arah aliran ke laut.
interface airtawar air asin Ghyben-Herzberg, ii
satu
stasiun
mengkonfirmasi
dengan sifat kimia pada
adanya hubungan antara
setiap titik anomali sifat
indikasi upconing dengan
fisik (seperti pH, EC,
sifat fisik fisik airtanah,
TDS, dan suhu airtanah)
yaitu stasiun DW 38-2.
Dalam penentuan adanya intrusi airlaut atau tidak, perlu
V. SARAN
penelitian
yang
dilakukan selama jangka
Penelitian pada
hidrogeologi
daerah
waktu tertentu. Kondisi
pantai
yang berada di daerah
memerlukan pengukuran elevasi/topografi
penelitian mungkin saja
yang
merupakan
lebih detil menggunakan
alamiah bidang kontak
pemetaan geodesi dengan tingkat
antara
keakuratan
untuk
menghindari
model
diambil.
Pengambilan
data fisik dilakukan pada
tawar. sifat
memperhitungkan
elevasi dari airtanah yang
interface air asin dan air
Pengukuran
dan
Pengambilan data fisik
perlu
ketidakakuratan
asin
airtanah per kedalaman
adanya
pembuatan
air
airtawar.
dibawah 1 mm. Hal ini diperlukan
kondisi
fisik
airtanah perlu ditunjang iii
elevasi
airtanah
yang
sama,
bukan
per
kedalaman, karena elevasi
ketika
tiap
Pengukuran MAT yang
titik
pengamatan
berbeda.
tidak
Interval pengambilan data
pasang/surut
sifat fisik airtanah per
memperlihatkan
elevasi
konus
perlu
muka
airtanah
diperbesar
melihat
fisik
nilai
Interval
konusmungkin
DAFTAR PUSTAKA
airtawar. kecil
Afandi.1985. Hidrogeologi Regional
pada
Daerah Studi dan Sekitarnya.
pengambilan sifat fisik
Cooper, Hilton H. .1959. A Hypotheis
begitu
memperlihatkan
yang
akan
penelitian.
yang
tidak
memperhatikan
sifat
airtanah
terpengaruh
surut.
tidak terjadi pada daerah
untuk gradasi
peningkatan
pasang/
concerning the dynamic balance
adanya
of fresh water and salt water in a
pengaruh dari air asin
coastal aquifer: Journal
terhadap airtanah.
Geophysics Research
Pengaruh pasang surut sangat
mempengaruhi
pengukuran lapangan. perlu
Endayana, Cipta dkk. .2013. Laporan
MAT Data
diambil
Studi Hidrologi dan
di
Hidrogeologi Penambangan
MAT
Pasir Besi PT. Jogja Magasa
dalam
Ironsand
waktu yang sama, yaitu iv
Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang
Rahardjo dkk. 1995. Geologi daerah
Airtanah. Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta dan sekitarnya
Kruseman, G.P., De Ridder, N.A.,1983.
Sawyer, C. N., Mc.Carty, P.L., 1994.
Analysis and Evaluation of
Chemistry of Environmental
Pumping Test data Third
Engineering. Newyork:
Edition. ILRI: Wageningen
McGraw Hill
Netherlands.
Sihwanto. 1991. Metode Penentuan
Loren A. Raymond.2002. Petrology:
Penyebab Keasinan Airtanah:
The study of igneous,
Studi Kasus Daerah Dataran
sedimentary, and metamorphic
Pantai Dumai, Riau. Bandung:
rocks. Mcgraw-Hill
Kumpulan Makalah Ikatan Ahli geologi Indonesia.
Mandel, S. 1981. Groundwater resources: Development and
Toth, J. 1984. The role of regional
Management. Academic Press:
Gravity flow in the chemical
London
and Thermal Evolution of Groundwater. Proceedings
Matthess, George. 1982. The properties
First Canadian/American
of Groundwater. John Wiley & Sons
Conference on Hydrogeology. Puradimadja, Deny P .1993. Penyusunan
Practical Appplications of
Tipologi Paket Penelitian
Groundwater. Geochemistry:
Sumberdaya Air penunjang
Canada.
Perencanaan Transmigrasi. Todd.1980. Groundwater Hydrology 2nd
LAPI ITB
Ed. Newyork: John Wiley and Sons.
v
LAMPIRAN
Peta Sebaran Sumur di Daerah Penelitian
ii
Interface Zone Garis Penampang A
Interface Zone Garis Penampang B
iii
Interface Zone Garis Penampang C
Interface Zone Garis Penampang D
Data Pengamatan Sifat Fisik Tiap Sumur di Daerah Penelitian
No
STAT
X
Y
PH
TDS
EC
Temperatur
Temperatur
ppm )
(micro S.)
Air
Udara
MAT (mdpl)
1
DW01-2
401959
9125400
6.9
490
1000
27.6
29.6
2
DW02-1
401383
9125398
7.2
365
730
28.3
28.9
iv
3.52 4.12
No
STAT
X
Y
PH
TDS
EC
Temperatur
Temperatur
ppm )
(micro S.)
Air
Udara
MAT (mdpl)
3
DW08-2
399969
9125395
6.1
230
500
27.5
28
4.52
4
DW09-2
399291
9125627
6.1
250
530
28.7
29
0.9
5
DW10-2
399081
9125412
5.3
240
480
28.8
29
0.15
6
DW11-2
400230
9125003
6.4
110
240
31.9
32
1.75
7
DW12-2
399491
9125268
6.2
140
290
30.2
31
0.85
8
DW04-1
400397
9125636
6.8
420
850
29.4
27.9
3.21
9
DW05-1
401010
9125453
6.8
440
890
27.9
28.1
3.6
10
DW06-1
401898
9125485
7.0
560
1150
28.4
27.9
4.16
11
DW07-1
402357
9125394
7.0
400
810
27.8
28.3
4.7
12
DW08-1
402602
9125395
6.9
590
1190
29
28.6
3.64
13
DW09-1
400245
9125267
6.8
230
490
28.2
29
3.45
14
DW10-1
399693
9125481
6.6
300
610
27.7
29
3.88
15
DW11-1
399111
9125725
6.7
280
570
28.7
28.8
0.51
16
DW12-1
399786
9124836
7.2
120
250
29.4
31
0.33
17
DW13-1
399817
9124897
7.4
180
380
29.4
30.8
0.85
18
DW17-1
402611
9127041
7.0
790
1560
28.4
29
19
DW23-1
400196
9127699
7.2
500
1010
28.5
29.2
4.24
20
DW26-1
400892
9126079
6.6
370
760
29.4
31.8
3.75
21
DW16-2
401851
9125691
6.4
570
1160
28.5
28.7
4.2
22
DW18-2
404215
9125619
7.1
550
1120
28
28.2
4
23
DW19-2
399132
9124512
6.8
550
1110
31.8
31.9
2
24
DW20-2
399328
9124522
7.1
140
300
32.4
30.7
1.63
25
DW21-2
399361
9124423
7.6
320
650
32.4
32.7
2.1
26
DW22-2
399419
9124682
7.5
190
400
33.4
33.4
1.61
27
DW23-2
399508
9124442
7.6
190
400
32.7
32.9
1.76
28
DW25-2
399622
9124470
7.6
230
470
31.1
29.3
1.3
v
1
No
STAT
X
Y
PH
TDS
EC
Temperatur
Temperatur
ppm )
(micro S.)
Air
Udara
MAT (mdpl)
29
DW26-2
399662
9124381
7.3
260
540
30.8
29.1
1.22
30
DW27-2
399382
9124995
7.4
200
420
33.8
34.1
0.78
31
DW28-2
399342
9124936
7.4
150
320
33.8
34.3
0.85
32
DW29-2
399526
9124863
7.2
150
320
34
34.5
0.89
33
DW30-2
399342
9124826
6.8
310
650
33.1
34.9
0.89
34
DW31-2
399083
9124466
7.9
560
1140
31
34.3
0.83
35
DW32-2
399323
9125081
7.5
250
510
30.7
31.2
1.82
36
DW34-2
399589
9125216
7.3
160
330
30.7
30.9
0.15
37
DW35-2
399317
9125286
7.3
240
540
30.4
30.5
2.18
38
DW36-2
401348
9124742
7.2
240
500
30.1
30.5
4.02
39
DW37-2
401238
9124784
6.9
160
340
29.6
30.0
4.1
40
DW38-2
401238
9124654
7.2
480
970
31.0
31.3
0.2
41
DW39-2
401238
9124762
7.3
310
650
30.0
30.4
1.73
42
DW40-2
401121
9124807
7.7
150
310
28.9
20.2
1.65
43
DW41-2
401020
9123745
6.9
210
430
29.1
30.3
2.39
44
DW42-2
401128
9124549
7.2
150
310
29.5
29.5
0.99
45
DW43-2
401018
9124306
7.3
160
330
30.1
30.3
0.1
46
DW44-2
400874
9124162
7.0
130
280
30.7
30.9
1.8
47
DW45-2
400735
9124162
6.9
270
560
29.8
30.2
2.8
48
DW46-2
400715
9123909
7.1
280
580
30.7
30.70
2.4
49
DW47-2
401161
9123645
7.1
260
530
30.3
30.7
2.35
50
DW48-2
400982
9124155
7.4
480
230
30.4
30.7
1.75
51
DW49-2
400868
9124334
7.4
140
290
30.4
30.6
0.5
52
DW 502
400495
9124063
7.2
320
660
34.0
35.1
3
53
DW 512
400262
9124757
7.5
180
380
29.1
29.3
0.46
54
DW 522
401227
9123770
7.3
260
540
30.9
31.2
1.53
vi
No
STAT
X
Y
PH
TDS
EC
Temperatur
Temperatur
ppm )
(micro S.)
Air
Udara
MAT (mdpl)
55
DW 532
400664
9123885
7.4
240
500
31.3
31.9
1.9
56
DW 542
400078
9124302
7.4
330
680
32.6
33.0
3.4
57
DW 552
400189
9124458
7.4
260
540
33.4
33.9
2.5
58
DW 562
400295
9124721
7.8
180
380
32.0
32.4
1.37
59
BH-01
400025
9124684
6.6
120
260
31.2
31.7
0.39
60
BH-02
399812
9124369
6.1
210
440
30.2
30.9
1.81
61
BHa-01
399475
9124338
7.4
230
470
37.0
38.1
2.04
62
BHa-02
399475
9124491
7.7
250
520
32.4
33.8
1.48
63
BHa-03
399144
9124445
5.5
310
630
31.5
32.0
0.9
64
BHa-04
399254
9124568
6.5
300
620
31.9
32.3
0.78
65
BHa-07
399254
9124762
7.3
540
1090
32.1
33.0
0.92
66
BHa-08
399363
9124918
7.2
190
410
31.1
31.8
0.65
67
BHa-09
399473
9125109
6.7
250
500
30.6
31.1
0.27
68
BHa-10
399473
9125300
6.7
120
260
30.2
32.8
0.56
69
BHa-11
399583
9125502
6.7
370
760
28.7
29.3
1.02
70
BHa-12
399693
9125647
7.1
160
340
28.8
29.4
4.47
71
BHa-14
399802
9126145
7.0
250
510
29.0
30.0
3.67
72
BHa-15
399786
9124155
7.6
100
230
31.0
31.6
1.12
73
BHa-16
399903
9124346
7.5
330
680
30.7
31.2
3.11
74
BHa-17
399969
9124430
7.3
250
530
31.3
32.0
1.95
75
BHa-18
400111
9124747
7.3
70
150
31.2
31.7
0.63
76
BHa-19
400247
9125024
7.0
90
200
29.9
30.6
1.85
77
BHa-20
400271
9125074
6.9
170
370
29.2
30.6
0.27
78
BHa-21
400610
9124554
7.4
200
420
33.6
34.0
1.1
79
BHa-22
400708
9124802
7.4
210
430
32.7
33.5
0.5
vii
No
STAT
X
Y
PH
TDS
EC
Temperatur
Temperatur
ppm )
(micro S.)
Air
Udara
MAT (mdpl)
80
BHa-23
400916
9123701
7.5
180
370
30.1
30.7
1.04
81
BHa-24
400909
9123965
7.0
360
730
30.9
31.4
2.2
82
BHa-25
401008
9124075
7.5
190
400
29.6
30.3
1.42
83
BHa-26
401129
9124289
7.2
150
320
34.3
35.0
0.55
84
BHa-27
401220
9124526
7.4
200
400
29.9
30.3
0.5
85
BHa-28
401348
9124730
7.1
240
500
30.7
31.2
3.2
86
BHa-29
401352
9123952
6.9
350
730
38.8
39.3
1.7
87
BHa-30
401477
9124274
7.4
130
370
32.4
32.4
0.8
viii