Buletin STKIP Surya
Kanta Edisi 2 Volume 3 September 2014
Laporan Utama
Laporan Utama
Wawancara : Membumikan Penelitian
Membangun Budaya Penelitian di Kampus
STKIP SURYA
EDITORIAL Buletin STKIP Surya
SURYAKANTA
ISSN : 977 2339005001 Pembina Mauritsius Tuga, Ph.D. (Ketua STKIP Surya) Pengarah / Dewan Redaksi • Ir. Budi Tjusila, MM. (Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan) • Johannes H. Siregar, Ph.D. (Pembantu Ketua Bidang Administrasi Umum) • Agus Purwanto, Ph.D. (Pembantu Ketua Bidang Penelitian, Pengabdian dan Kemitraan)
Pembaca yang budiman, Kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat merupakan pilar penting dalam pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain kegiatan pengajaran itu sendiri. STKIP Surya sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi sangat menyadari pentingnya hal tersebut dengan menerjemahkannya ke dalam kegiatan-kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diharapkan dapat memberikan manfaat langsung maupun tak langsung bagi masyarakat secara luas. Laporan utama pada edisi ini kami berhasil melakukan wawancara dengan Pembantu Ketua 3 Bidang Penelitian, Pengabdian dan Kerjasama, Bpk. Agus Purwanto, Ph.D mengenai strategi penelitian di lingkungan STKIP Surya. Wawancara tersebut dapat disimak pada halaman 4-7. Pada halaman 8-11 kami juga menampilkan laporan utama perihal Membangun Budaya Penelitian di lingkungan kampus. Pada kolom sains, kami sajikan tulisan Anne Sirait, M.Sc tentang pentingnya kreativitas seseorang untuk mengantisipasi segala keterbatasan yang mungkin akan dihadapi dalam tulisan yang berjudul Mengapa Perlu “Do It Yourself ?” pada halaman 12-13. Kegiatan Kemahasiswaan yang semakin aktif dan beragam juga tidak lupa kami sajikan di halaman 14 - 15. Kami sajikan pula sebuah tulisan karya mahasiswa tentang kebudayaan dan kuliner. Pada rubrik penelitian di halaman 20 - 23, kami sajikan dua materi yaitu tentang penelitian mahasiswa yang didanai oleh Dikti melalui program PKM Karsa Cipta dan ikut dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke 27 di Semarang, dan sebuah laporan penelitian yang dilakukan oleh dosen/peneliti STKIP Surya yaitu tentang pembelajaran perkalian bilangan. Masih banyak artikel-artikel lain yang tidak kalah menariknya untuk disimak. Besar harapan kami agar Buletin SURYAKANTA ini dapat menjadi sarana penambahan wawasan dan media komunikasi kegiatan kampus STKIP Surya. Salam, Tim Redaksi
Pemimpin Redaksi / Penanggung Jawab Agus Purwanto, Ph.D. Tim Redaksi • Rully Charitas Indra P., M.Pd. • Anne Sirait, M.Si. • Mira Rosalina, S.Pd. M.T. • Alfi Syukrina Amir, M.Pd. • Jayus Riyadi S, M.Pd. • Wiwik Wiyanti, M.Sc. • Fauzan Joko Layout & Desain Biro Komunikasi, STKIP Surya Foto Cover Pelepasan mahasiswa PPL angkatan 1, STKIP Surya (Biro Komunikasi, STKIP Surya) Sekretariat Biro Komunikasi STKIP Surya Gedung SURE Center, Lt.3, Ruang 313.A Jl. Scientia Boulevard Blok U/7 Gading Serpong, Tangerang 15810 Banten, Indonesia Email :
[email protected] Penerbit STKIP Surya
DAFTAR ISI
Wawancara
4
Laporan Utama
8 Membangun Budaya Penelitian di Kampus Membumikan Penelitian dengan Pengabdian Masyarakat Penelitian merupakan kegiatan untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat dibaca secara data, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya ilmu pendidikan, pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pengabdian masyarakat merupakan kegiatan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai pabrik para intelektual, sudah sewajarnya kampus memiliki peranan yang sangat penting dalam melahirkan produk-produk akademis yang mampu bersaing dan bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya dengan menghasilkan ide atau gagasan untuk memerangi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, baik itu berupa buku ataupun karya tulis ilmiah. Hal tersebut dapat terlaksana, jika kita tidak terperangkap dalam aturan kebijakan dan birokrasi akademik yang sangat ketat, sehingga budaya akademik berupa berpikir kritis, inovatif, kreatif, dan berinisiatif dapat muncul dari seluruh civitas akademi di lingkungan kampus.
12 SAINS : Mengapa Perlu “Do It Yourself ?” 14 Kegiatan Mahasiswa 16 Suara Mahasiwa 18 Gradasi 2014 19 Akreditasi Program Studi 20 Penelitian Mahasiswa/PIMNAS 27 22 Penelitian Dosen 24 Rekam Peristiwa
WAWANCARA
MEMBUMIKAN PENELITIAN DENGAN PENGABDIAN MASYARAKAT Wawancara dengan Bpk. Agus Purwanto, Ph.D (Pembantu Ketua 3 Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama, STKIP Surya) Oleh: Wiwik Wiyanti, M.Sc
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
S
epenggal kalimat di atas dapat menjadi sebuah inspirasi bagi setiap akademisi di Indonesia, tidak terkecuali di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya. Penggalan kalimat tersebut terasa istimewa karena sangat tepat dengan tema wawancara kali ini yaitu tentang penelitian dan pengabdian masyarakat. Sebagai akademisi di STKIP Surya, sudah saatnya untuk “membumikan” penelitian dengan pengabdian masyarakat, sehingga manfaatnya bukan hanya dirasakan
4
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
untuk diri sendiri (peneliti) namun juga untuk masyarakat. Hal ini juga diamini oleh Agus Purwanto, Ph.D ketika diwawancarai Jumat 19 September 2014 di STKIP Surya. Disela-sela kesibukan di ruang kerjanya, Agus Purwanto penuh semangat menjawab beberapa pertanyaan yang redaksi ajukan seputar penelitian dan pengabdian masyarakat. Berikut cuplikan hasil wawancara tersebut. Redaksi (Red) : Selamat siang Pak, saya dari redaksi Suryakanta ingin
mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang ada di STKIP Surya. Apakah bapak ada waktu 15 menit untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan? Agus Purwanto (AP) : Selamat siang. Silahkan, dengan sangat senang hati. Red : Pak, menurut pribadi bapak sebenarnya penelitian dan pengabdian masyarakat itu apa?
WAWANCARA AP : Penelitian merupakan kegiatan untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat dibaca secara data, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya ilmu pendidikan, pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pengabdian masyarakat merupakan kegiatan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Red : Menurut bapak, seberapa pentingkah penelitian dan pengabdian masyarakat di STKIP Surya sendiri? AP : Sangat penting, dengan penelitian nantinya pengajaran bisa diarahkan ke dalam suatu penyelesaian masalah, begitu juga pengabdian, sangat penting karena pengajaran bisa ditujukan untuk hal-hal yang berguna bagi masyarakat. Red : Apakah ruang lingkup penelitian dan pengabdian masyarakat di STKIP Surya sendiri dibatasi dalam bidang kependidikan atau keguruan saja karena latar belakang STKIP sendiri adalah merupakan sekolah keguruan? AP : Tentu saja tidak. Lingkup penelitian sudah di atur dalam buku panduan penelitian dan pengabdian masyarakat STKIP Surya, yang mana lingkup penelitian sendiri dibagi menjadi tiga kategori, yaitu penelitian dasar, terapan dan pengembangan. Untuk lingkup pengabdian masyarakat sendiri mencakup kegiatan perintis, pengembangan dan penunjang, dan semuanya juga sudah dijelaskan dalam buku panduan.
Berikut adalah rangkuman beberapa daftar hasil penelitian mahasiswa STKIP Surya dari tahun 2013 sampai 2014 yang telah diseminarkan di Seminar Nasional maupun di Konferensi Nasional yang redaksi himpun dari staf kemahasiswaan STKIP Surya. 1. Oryza Zafivani, 2013, Penerapan Matematika GASING untuk Penjumlahan Bilangan Satu Angka dengan Satu Angka, dipresentasikan pada Seminar Nasional Matematika Universitas Indonesia, Prodi Pendidikan Matematika. 2. Ira Silviana Rahman dan Dwi Wulandari, 2014, MATHCHAN (Mathematics Dakocan) sebagai Media untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I Sekolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika. 3. Dyah Indah Adrelia dan Venny Kurniawati, 2014, Pemahaman Konsep Pembelajaran Kelipatan Persekutuan Terkecil Menggunakan Permainan Tradisional Boom Angka untuk Anak Kelas IV, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika. 4. Fadila Hasmita dan Oryza Zafivani, 2014, Penggunaan Permainan Tradisional “Icak-icakan” dalam Pemahaman Materi Persentase Laba Rugi pada Siswa dengan Gaya Belajar Cenderung Kinestetik, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika. 5. Sari Juliana dan Sri Ratnadewi, 2014, Penggunaan Permainan Tradisional Yeye dalam Pemahaman Konsep Operasi Perkalian untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika 6. Yuannisya Walimun dan Yuli Pinasthika, 2014, Pentingnya Pengaruh Permainan Tradisional Layang-layang dalam Pembelajaran Phytagoras di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika 7. Armianti dan Olanda Dwi Sumitra, 2014, Pembelajaran Operasi Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Permaianan Tradisional Kelereng Kelas III Sekolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika 8. Novia Larosa dan Nurrochmah, 2014, Penanaman Konsep Materi Operasi Pembagian menggunakan Permaianan Tradisional Bola Bekel di Kelas II Sekolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika
Red : Baik pak, menarik sekali, dari penjelasan bapak berarti ada hubungan atau kaitan antara penelitian dan pengabdian masyarakat, bisa dijelaskan?
adalah saling memperkuat, kurang lebih begitu, keluaran dari penelitian kalau tidak digunakan dan diaplikasikan untuk pengabdian masyarakat, maka penelitian yang dilakukan hanya buang-buang resource atau sumber daya, kemudian untuk pengabdian sendiri menjadi umpan balik terhadap penelitian, sehingga penelitiannya itu bisa berdaya guna, ibarat “ular yang menggigit ekornya” jadi akan berputar terus menerus.
AP : Iya, betul, ... hubungannya
Red : Siapa saja yang bisa terlibat
dalam penelitian dan pengabdian masyarakat di lingkup STKIP Surya? AP : Seharusnya mahasiswa dan dosen. Red : Apakah ada lembaga yang menaungi mengenai penelitian dan pengabdian masyarakat di STKIP Surya? AP : Tentu saja ada. Namanya lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat atau biasa kita kenal dengan nama LPPM. Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
5
WAWANCARA Red : Peran LPPM sendiri dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat apa pak? AP : LPPM melakukan kordinasi kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di lingkungan STKIP Surya dan tentu saja dengan bantuan pendampingan dari centercenter yang ada di STKIP Surya . Red : Bagaimana prosedur untuk melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat di STKIP Surya? AP : Prosedurnya ada dua, yaitu internal dan eksternal. Eksternal biasanya bisa seperti hibah penelitian, untuk mendapatkan hibah tersebut harus mengajukan proposal sesuai dengan jenis hibah yang akan diajukan. Peran LPPM dalam hal ini adalah melihat kelengkapan kemudian melihat laporannya apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kemdikbud. Sedangkan internal biasanya seperti penelitian yang tidak membutuhkan dana yang besar, sehingga untuk hal seperti ini bisa diawali langsung dari dosen yang melakukan penelitian, namun apabila STKIP Surya sudah cukup dananya akan dibantu oleh STKIP Surya. Red : Nah berkaitan dengan dana penelitian nih pak, sistem pendanaan bantuan penelitian dan pengabdian masyarakat sendiri bagaimana prosedurnya pak? AP : Pengajuan dana penelitian dan pengabdian masyarakat diajukan melalui Prodi, kemudian diseleksi secara kolektif melalui LPPM sampai pelaporan hasil penelitian-pun di laporkan melalui LPPM juga. Red : Karena bapak menyebutkan hasil penelitian, hasil dari penelitian yang diharapkan berupa apa saja?
6
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
Mahasiswa STKIP Surya melakukan praktikum di laboratorium
Daftar penerima hibah penelitian yang telah diperoleh mahasiswa maupun dosen tingkat nasional maupun internasional. 1. Muthmainah, Dinna Cilvia Asri, Ichtiar Rizki Erianti dan Jefrid Taimenas (Hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Dikti, 2014), Program Pengembangan Media Pembelajaran Visual Berbasis Open Source sebagai Penarik Benang Merah antar Rumus dan Fenomena Alam. 2. Chairunnisa, Marwinda Koen dan Muhammad Arif berhasil (Hibah PKM, Dikti, 2014) Program TA-SHIRT (Teknologi Air Track Sederhana Berbasis Sensor Cahaya) sebagai Solusi Penyediaan Alat Praktikum Fisika Mekanika Sekolah Menengah Atas di Indonesia. 3. Eka Prihartini, Asri Gita, Marini Oktaria dan Putri Lestari, (Hibah PKM, Dikti, 2014), Program Futsuu Gakusei Store. 4. Ahmad Zulfakar Rahmadi, Marezhaq Salsabila, Muhammad Fauzi Ashari dan Syiroja Isyatirrodiyah (Hibah PKM, Dikti, 2014), Program Hogu Electric untuk Penskoran Otomatis Pertandingan Taekwondo. 5. Trimahdania Ulandari, Bella Tania, Evin Kurniasih, Sari Yulli Safitri dan Sri Lestari, (Hibah PKM, Dikti, 2014), Program Martabak Manis dan Asin dari Kulit Pisang (Masin Kusang) sebagai Camilan Bergizi. 6. Rully Charitas Indra Prahmana, S.Si., M.Pd., dan Alberta Makur, S.Si., ( Hibah Dosen Pemula, Dikti, 2014), Penyebab Kecemasan Matematika Mahasiswa Calon Guru Asal Papua. 7. Rully Charitas Indra Prahmana, S.Si., M.Pd. dan Samsul Arifin, M.Sc., (Hibah Dosen Pemula, Dikti, 2013), Desain Pembelajaran Operasi Bilangan dalam Matematika GASING untuk Pelajar Papua. 8. Yalun Arifin, MSc, PhD, AMIChemE., Dr. Ing Arbi Dimyati dan Dr. Ing. Pudji Untoro, (Hibah Toray Science Foundation (ITSF), 2012), A Second Generation Biofuel from Cellulosic Agricultural by-product Fermentation using Clostridium Species for Electricity Generation. 9. Dr. Handri Santoso dan Jaha Nababan, Ed. M., (Hibah dari GOOGLE.COM melalui TIDES Foundation0, engembangan Metode Pembelajaran Interaktif menggunakan Google 3D Warehouse dan Augmented Reality. 10. Yalun Arifin, MSc, PhD, AMIChemE., dan Lies Dwiarti., M.Sc., Ph.D., (Hibah International Foundation for Science (IFS)), Itaconic Acid Production from Agricultural Waste in Escherichia Coli W. 11. Eddy Yusuf, Ph.D., (Hibah TWAS), Actin Cytoskeleton Dynamic and Morphology.
WAWANCARA AP : Bisa dalam bentuk jurnal, maupun publikasi ilmiah, tentunya lebih bagus kalau bisa yang skala internasional, kemudian paten, kalaupun tidak dipatenkan setidaknya dapat menghasilkan suatu produk penelitian yang khas. Selanjutnya adalah pengabdian kepada masyarakat, yaitu hasil dari penelitian yang dicapai, diaplikasikan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Red : Harapan untuk STKIP Surya sendiri dari hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan berupa apa? AP : Harapannya, berbagai penelitian yang telah dilakukan dapat menjadi umpan balik untuk pengajaran. Dan dikemudian hari, semakin banyak lagi penelitian-penelitian yang dilakukan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Red : Perlukan mahasiswa STKIP Surya yang notabene calon guru melakukan penelitian? AP : Sangat perlu. Penelitian itu kan suatu keterampilan, itu harus dibangun sejak dini, dan yang sering terjadi di Indonesia itu adalah rasa ingin tahu ketika masa kecil menjadi hilang setelah mereka berangkat dewasa karena pengajaran di sekolah, dan ini harus dikembalikan ketika ada kesempatan di bangku kuliah. Sebelum mengakhiri sesi wawancara, redaksi meminta pak Agus Purwanto untuk memberikan pesan kepada mahasiswa STKIP Surya.
Daftar hasil penelitian dosen dalam bentuk Jurnal Internasional 1. Rully Charitas Indra Prahmana dan Petra Suwasti, 2014, Local Instruction Theory on Division in Mathematics GASING, Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME) Vol.5 No 1, pp 17-26, Palembang:IndoMS. 2. Josephine Kusuma dan Sulistiawati, 2014, Teaching Multiplication of Numbers using Matematika GASING, Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME) Vol.5 No 1, pp 66-84, Palembang:IndoMS. 3. Johannes, H., S., Wiwik, W., Nur, S., W., dan Ali., G., 2014, Learning the Critical Points for Addition in Matematika GASING, Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME) Vol.5 No 2, pp 6160-169, Palembang:IndoMS. 4. Prahmana, Rully Charitas I, Zulkardi, Hartono, Yusuf, 2012, Learning Multiplication Using Indonesian Traditional Game in Third Grade, Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME) Vol. 3 No. 2, pp. 115-132, Palembang: IndoMS. 5. Md. Mamudur Rahman, Rifki Muhida, Md. Sazzad Hossein Chowdhury, Henry Setiyanto, Hishamuddin Zainuddin, Azmi Bin Zakaria, and Hideaki Kasai, 2012, Theoretical Investigation of a Benzene-Vanadium MultipleDecked Sandwich Chain on a Gold Surface, J. Comput, Theor. Nanosci 9, 1063-1066. 6. Rifki Muhida, Md. Mamudur Rahman, Md. Sazzad Hossein Chowdhury, Henry Setiyanto, Hishamuddin Zainuddin, Azmi Bin Zakaria, and Hideaki Kasai, 2012, Theoretical Study of Atomic Level Understanding of the Reactive Ion Etching (RIE), J. Comput, Theor. Nanosci 9, 1067-1069. 7. Mun Teng Soo, Niki Prastomo, Atsunori Matsuda, Go Kawamura, Hiroyuki Muto, Ahmad Fauzi Mohd Noor, Zainovia Lockman, Kuan Yew Cheong, 2012, Elaboration and characterization of solgel derived ZrO2 thin films treated with hot water, Applied Surface Science 258 [13] 5250-5258. 8. Tyler Drake, Eddy Yusuf and Dimitrios Vavylonis, 2012, A Systems-Biology Approach to Yeast Actin Cables, in “Advances in Systems Biology”, Springer series Advances in Ex- perimental Medicine and Biology, 736:325-35. 9. Niki Prastomo, N. H. Zakaria, G. Kawamura, H. Muto, M. Sakai, and A. Matsuda, 2011, High surface area BaZrO3 photocatalyst prepared by base-hotwater treatment, J. Eur. Ceram. Soc., 31 [1] 2699-2705. 10. Niki Prastomo, M. M. Ayad, G. Kawamura, and A. Matsuda, 2011, Synthesis and characterization of polyaniline nanofiber/TiO2 nanoparticles hybrids, J. Ceram. Soc. Japan, 119 [1] 342-345. 11. Yalun Arifin, Suriana Sabri, Haryadi Sugiarto, Jens O. Krömer, Claudia E. Vickers, Lars K. Nielsen, 2011, Deletion of cscR in Escherichia coli W improves growth and poly-3-hydroxybutyrate (PHB) production from sucrose in fed batch culture, Journal of Biotechnology 156 (4), 275-278. 12. Handri Santoso, Nomura Shusaku, Yajima Kuniaki, Ogawa Nobuyuki, Fukumura Yoshimi, Nakamura Kazuo, 2011, Student Attitude Identification Towards E-Learning Course Based on Biosensor Information, International Journal of Cyber Society and Education 4, 63-76. 13. Agung Alfiansyah, 2011, Deformable Models and Level Sets in Image Segmentation, in “Medical Image Processing”, Springer series Biological & Medical Physics, Biomedical Engineering 59-87. 14. Zainul Abidin, Herry J. Kwee, and Jong Tan Anly, 2011, Asymptotic Freedom in Holographic QCD, JHEP 12 026.
Red : Sebelum saya mengakhiri wawancara dengan bapak, adakah pesan untuk Mahasiswa STKIP Surya terkait penelitian dan pengabdian kepada masyarakat?
pada masyarakat untuk melatih kemandirian kalian. Bermanfaatlah untuk lingkungan di manapun kalian berada.
AP : Terus kembangkan keterampilan science, penelitian, kemudian tingkatkan dengan mengabdi ke-
Red : Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk wawancara pak.
AP : Terimakasih kembali, semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat, untuk lebih lengkapnya dan jelasnya mengenai pedoman penelitian dan pengabdian masyarakat bisa dilihat dan dibaca pada buku pedoman penelitian dan pengabdian masyarakat STKIP Surya. Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
7
LAPORAN UTAMA
Gambar : http://iserotope.com/
Membangun Budaya Penelitian di Kampus Oleh : Rully Charitas Indra Prahmana
Salah satu faktor penyebab Indonesia Jaya, suatu hari nanti, adalah tingginya animo masyarakat dalam bidang penelitian. Masyarakat disini, lebih ditekankan kepada para civitas akademik yang bernaung dalam suatu payung yang bernama Kampus
K
ampus merupakan salah satu tempat yang paling ideal untuk melakukan aktifitas penelitian, dikarenakan memiliki sarana dan prasarana yang sangat mendukung.
8
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
Selain itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), selaku lembaga pemerintah yang mengayomi kampus-kampus di Indonesia, memberikan dukungan materi berupa
dana hibah yang jumlah nya sangat besar, bagi civitas akademik yang ingin melakukan penelitian, tidak ada alasan lagi untuk tidak segera bergegas melakukan penelitian.
LAPORAN UTAMA Penelitian sebagai Nafas Kampus Sebagai pabrik para intelektual, sudah sewajarnya kampus memiliki peranan yang sangat penting dalam melahirkan produk-produk akademis yang mampu bersaing dan bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya dengan menghasilkan ide atau gagasan untuk memerangi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, baik itu berupa buku ataupun karya tulis ilmiah. Hal tersebut dapat terlaksana, jika kita tidak terperangkap dalam aturan kebijakan dan birokrasi akademik yang sangat ketat, sehingga budaya akademik berupa berpikir kritis, inovatif, kreatif, dan berinisiatif dapat muncul dari seluruh civitas akademi di lingkungan kampus. Selain itu, belum terbentuknya budaya penelitian di kampus diduga bukan saja berhubungan dengan kebijakan dan birokrasi yang sangat ketat, tetapi faktor internal dari para civitas akademi, dalam hal ini para dosen, baik itu berupa interaksi sosiologis yang cenderung belum bisa menerima perbedaan pendapat, bersaing dan berambisi atas suatu hal, individualis, dan memiliki pemikiran bahwa dosen itu tugasnya hanya mengajar alias acuh terhadap hal lain selain mengajar. Hal ini, jika dibiarkan secara terus menerus, akan berakibat hilangnya jati diri kampus sebagai lembaga ilmiah yang menjunjung tinggi tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyakarat. Tantangan berikutnya yang masih dihadapi adalah tradisi akademik berupa senioritas dan gelar oriented dari para civitas akademik, untuk menyatakan pendapat (ide) penelitian apa adanya namun bertanggung jawab masih belum diterima, dimana dosen-dosen muda, yang baru lulus magister, masih dipandang sebelah mata oleh para
senior bergelar doktor dalam hal mengajukan ide atau gagasan penelitian. Seharusnya, tidak perlu lagi ada dinding tebal yang menghalangi setiap dosen menyatakan pendapat dan pemikiran-pemikirannya, sekalipun mungkin berbeda dengan kebanyakan penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya, asal didukung kaidah ilmiah yakni obyektif dan kebenaran, maka alangkah baiknya mereka dipercaya untuk melakukan penelitian tersebut. Selanjutnya, hasil dari kebijakan kampus, termasuk visi dan misi nya, juga perlu ditelaah kembali, dilihat dari sisi substansial maupun teknis operasionalnya, apakah sudah memuat unsur budaya penelitian atau belum. Jangan sampai unsur-unsur non akademik dan sangat teknis lebih mendominasi dalam membuat indikator keberhasilan kampus. Sudah seharusnya, ukuran keberhasilan suatu kampus adalah terbentuknya budaya meneliti dan menulis karya ilmiah yang menjadi rujukan masyarakat akademik secara global. Oleh sebab itu, kemampuan kampus dalam menciptakan suasana nyaman dalam mengembangkan budaya penelitian harus lebih ditingkatkan, yang berakibat pada dihasilkannya teori baru, buku ilmiah, dan karya tulis dalam jurnal ilmiah yang berkualitas, dalam jumlah besar, sehingga, istilah penelitian sebagai nafas kampus bukan hanya menjadi isapan jempol belaka. Membangun Budaya Penelitian Budaya penelitian akan terbangun, jikalau kampus mampu memfasilitasi para civitas akademik dalam bentuk program dan kegiatan akademik yang berkesinambungan. Setiap dosen, tanpa memandang senioritas dan gelar akademik, terbuka peluangnya untuk mengembangkan ide atau gagasan penelitiannya.
Budaya penelitian ini, harus memiliki karakter bahwa mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk penelitian adalah manifestasi dari ibadah seseorang (menyebarkan ilmu yang bermanfaat dan menjadi pribadi yang bermanfaat buat banyak orang). Selain itu, dibutuhkan keteladanan sebagai karakter sejati dari para senior, utamanya para guru besar, dalam membangun budaya penelitian ini, seperti berbagi pengalaman dalam penelitian, mengayomi para dosen-dosen muda, dan merekomendasikan mereka dalam berbagai kegiatan maupun publikasi ilmiah. Selanjutnya, para guru besar seharusnya mampu menjadi panutan dalam hal pengalaman, wawasan keilmuan yang luas, berbudi pekerti luhur, dan profesional di bidangnya. Sehingga, budaya penelitian akan secara otomatis dan alami akan diikuti seluruh civitas akademik di kampus, baik oleh dosen muda maupun mahasiswanya. Bentuk budaya penelitian yang sifatnya substansial harus datang dari setiap civitas akademik, khususnya para dosen. Budaya penelitian, mulai dari menelaah bahan ajar yang terbaik untuk mahasiswanya (penelitian eksperimen atau pengembangan), diskusi keilmuan dan tinjauan teori-teori yang ada untuk mencari topik-topik apa yang lagi hangat di dunia penelitian, menulis buku dan jurnal ilmiah yang Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
9
LAPORAN UTAMA seharusnya sudah menjadi aktifitas keseharian, dan terakhir mengikuti forum atau konferensi ilmiah, minimal 1 semester sekali. Selanjutnya, ada baiknya dikembangkan perilaku atau ekspresi dalam budaya penelitian, yang diawali dari perenungan, perencanaan, penelitian, rekonstruksi/kontemplasi, penulisan, dan publikasi serta diseminasi karya ilmiah dalam bentuk seminar, penulisan, dan publikasi ilmiah yang bersifat nasional maupun internasional. Di era modern seperti sekarang ini, kampus diharapkan mampu mengembangkan jejaring lintas kampus baik di dalam maupun luar negeri (lebih diprioritaskan), agar terbangun joint research, yang menjadi nilai tambah dalam budaya penelitian yang telah terbangun di lingkungan kampus. Interaksi antar peneliti yang berasal dari berbagai kampus menjadi sangat penting dalam rangka menghasilkan penelitian dan publikasi yang terstandarisasi dan menambah wawasan serta cara pandang seorang peneliti. Intinya adalah bagaimana memperoleh manfaat dan mengambil sisi baik suatu budaya penelitian yang berasal dari luar, dengan harapan budaya penelitian yang telah terbangun di kampus memiliki cara pandang global, namun tetap ber-
10
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
sifat lokal. Sehingga, penelitian dan publikasi yang berkualitas, bukan suatu hal yang mustahil untuk terlaksana dan harapannya, jangan sampai ada kesan seorang dosen baru rajin menulis karya ilmiah, ketika sudah waktunya untuk meraih angka kredit jabatan akademik saja. Peneliti sebagai Ruh Budaya Penelitian Ketika bercermin, maka cermin akan merefleksikan apa yang ada di depannya, sehingga segala hal yang ada didepannya akan tampak sama apa adanya di dalam cermin. Hal ini juga berlaku dalam penelitian. Pada dasarnya, penelitian merupakan sebuah cermin yang paling jujur untuk mengetahui seberapa besarkah kompetensi peneliti dalam suatu displin ilmu tertentu dan seberapa besar penguasaaan peneliti pada ilmu tersebut. Dengan melakukan penelitian, maka peneliti akan mengetahui dimana letak kelebihan dan kekurangannya. Dalam proses penelitian, seorang peneliti pada hakikatnya sedang merefleksikan dan mengekspresikan keingintahuannya terhadap sesuatu. Sehingga, akan timbul kepuasaan yang tidak ternilai, ketika ia dapat menyelesaikan penelitiannya dengan baik. Terlebih, ketika penelitiannya, dapat langsung berman-
faat bagi orang banyak. Selain itu, ketika sedang melakukan penelitian, maka ia sedang merefleksikan hasratnya dan segenap pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang ditelitinya. Oleh karena itu, peneliti yang baik, memiliki cara berfikir skeptik, yang artinya selalu menanyakan dan memikirkan bukti ilmiah yang ada dari permasalahan yang ingin dipecahakan, berfikir runut dan sistematis serta terstruktur, dan kritis atas segala hal yang ditemukan. Sehingga, ketika ada fenomena dan permasalahan yang mesti dicari pemecahannya, maka seorang peneliti dituntut untuk mengembangkan logika berpikirnya secara holistik dan ilmiah. Selanjutnya, seorang peneliti harus mampu fokus untuk mencari solusi atas masalah yang akan dihadapi. Ini artinya, ia harus benar-benar menguasai apa yang menjadi permasalahan penelitian dan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut (kompeten atau ahli di bidangnya). Selain itu, peneliti harus memiliki sifat jujur, yaitu mampu mengungkapkan fakta-fakta yang ditemukan dan dihasilkan apa adanya selama proses mengkaji penelitiannya. Terakhir, seorang peneliti juga harus objektif dalam melaksanakan penelitian. Suatu kebenaran yang dicari
LAPORAN UTAMA dari sebuah penelitian akan didapat dari seberapa objektifkah peneliti dalam melakukan penelitian. Berpikir terbuka terhadap segala kemungkinan yang muncul dalam penelitian merupakan ketentuan lain yang mesti ada dalam diri peneliti. Dengan demikian, peneliti nantinya mampu menelaah dan memberikan penyelesaian jawaban terbaik atas permasalahan yang dihadapi selama proses penelitian. Sebagai tambahan, seorang peneliti juga merupakan seorang pembelajar sejati. Ini artinya, ia tidak hanya puas dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak ada keinginan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan.
Dinamika penelitian selalu berkembang. Oleh karena itu, seorang peneliti harus selalu belajar dan belajar agar pengetahuan dan kompetensinya tetap terjaga, dengan harapan ia dapat menjadi ruh dalam menumbuhkan budaya penelitian. Menjemput Dana Penelitian Melihat dana atau biaya untuk melakukan penelitian sangat besar, tergantung kedalaman penelitian yang akan dilakukan, maka sudah menjadi alasan klasik bagi para peneliti untuk tidak melakukan penelitian, dengan sebab tidak adanya dana penelitian untuk membiayai penelitiannya. Padahal, pada kenyataannya banyak sekali instansi-instansi, bahkan industri-industri yang bersedia memberikan donatur dalam penelitian, misalnya DP2M Dikti, Menristek, Diknas, Balitbang,
Pertamina, industri-industri swasta, dan sebagainya, dimana jumlah dana yang diberikan juga sangat bervariasi, mulai dari 10 Juta sampai dengan 500 Juta bahkan 1 Milyar dalam setiap tahunnya. Selain itu, pelaksanaan penelitian, kalau mengungkinkan, juga dapat diajukan kembali untuk tahun berikutnya sampai dua tahun ke depan yang biasanya dengan total biaya hibah yang mendekati tahun pertama. Pada dasarnya, untuk mendapatkan dana penelitian itu sangat sederhana. Untuk sponsor yang berasal dari Negara, seperti DP2M Dikti, Menristek, Diknas, dan Balitbang, peneliti cukup membaca panduan yang mereka buat, ikuti dengan baik, dan submit proposal sesuai tanggal yang telah ditentukan. Apabila semua hal telah dilakukan dengan baik, maka besar kemungkinan untuk mendapatkan dana hibah tersebut. Selanjutnya, pergunakan dana tersebut dengan sebaik-baiknya, berikut laporannya, sehingga peneliti memiliki track record, yang
baik. Akibatnya, pengajuan proposal dana hibah penelitian berikutnya, akan lebih mudah untuk didapat. Selain dari lembaga pemerintah, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan dana hibah dari sponsor swasta, yang cara mendapatkannya juga cukup mudah, diantaranya dengan mengadakan perkenalan dengan donatur penelitian tersebut. Perkenalan dengan donatur dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke instansi donatur dengan memperkenalkan potensi peneliti dalam bidang yang tepat dengan pemberi dana penelitian. Dengan mengetahui potensi peneliti dalam segi penelitian yang relevan dengan permasalahan mereka, maka tanpa adanya rayuan pasti mereka akan menghubungi peneliti, apabila mereka mengalami suatu permasalahan yang perlu untuk diteliti. Oleh karena itu, pada dasarnya dana penelitian itu sesungguhnya ada dimana-mana, sehingga yang diperlukan peneliti hanyalah usaha untuk menjemput, bukan mencarinya.
Mahasiswa STKIP Surya melakukan praktikum di laboratorium Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
11
SAINS
Mengapa Perlu “DO IT YOURSELF ?” Oleh : Anne Sirait, M.Sc.
A
Bayangkan jika suatu saat anda membutuhkan alat/barang, namun alat/barang yang anda perlukan tersebut tidak tersedia atau sangat langka (susah mendapatkannya) tapi anda punya sedikit kemampuan teknis, apa yang bisa Anda lakukan?
nda pastinya akan mencoba untuk merancang, membuat alat yang mirip dengan alat yang diinginkan atau butuhkan, atau malah lebih lagi, anda akan memodifikasi model yang ada hingga sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah ketika anda berhasil membuatnya, dan alat tersebut dapat berfungsi dan bekerja dengan baik.
Konsep diatas dikenal dengan sebutan “Do It Yourself”, suatu kegiatan membuat, memodifikasi atau memperbaiki alat atau instrumen secara sendiri tanpa bantuan ahli. Istilah “do-it-yourself” bermula dipakai pada tahun 1950an untuk menyebut orang – orang yang melakukan perbaikan rumah, kerajinan tangan sederhana ataupun proyek– proyek konstruksi sederhana sebagai bagian dari kegiatan rekreasi kreatif.
Konsep DIY makin berkembang tidak hanya terbatas pada kegiatan 3R (reduce, re-use, recycle) atau pada kegiatan perbaikan rumah atau kerajinan tangan, namun juga meluas pada kegiatan lain seperti merancang, dan memodifikasi kendaraan sendiri, pembuatan alat atau instrumen sederhana, berkebun, dan lain sebagainya. Istilah D.I.Y, juga dipakai untuk cakupan yang lebih luas baik untuk istilah pekerjaan kreatif, musik,
SAINS komunitas media dan jaringan, bahkan dalam militer. Seseorang berminat untuk melakukan kegiatan D.I.Y dapat didasarkan karena beberapa hal seperti adanya ketertarikan untuk mencipta sesuatu yang bernilai ekonomi atau karena adanya keinginan untuk meningkatkan kemampuan mencipta, memodifikasi atau memperbaiki, ataupun dikarenakan kelangkaan beberapa barang atau alat yang akhirnya memacu kreativitas untuk membuat alat sederhana dengan fungsi sama atau mendekati dengan alat aslinya. Sesuai dengan konsep D.I.Y. yang mengutamakan kemampuan diri sendiri, memungkinkan setiap orang untuk mencoba meniru, memodifikasi alat bahkan alat baru sesuai dengan yang dibutuhkan. Melalui kegiatan D.I.Y ini, banyak hal yang dapat diperoleh para penggiatnya, pengetahuan baru, keahlian baru hingga kepuasan tersendiri yang diperoleh dari keberhasilan membuat alat sendiri. Misalnya, kita hendak membuat radio transistor sendiri, kegiatan ini tidak hanya terbatas menyolder komponen elektronika ke papan sirkuit, namun kita juga belajar bagaimana merangkai komponen dengan benar, menggunakan komponen elektronik yang tepat. Mengerti fungsi dari masing-masing komponen elektronik merupakan dasar dari mengerti elektronika itu sendiri. Contoh lain misalnya jika hendak membuat kebun hidroponik sendiri, tanaman bisa tumbuh tidak dengan menggunakan tanah tapi menggunakan air. Akar tanaman tidak hanya dialiri dengan air saja agar bisa tumbuh, namun penggiat kegiatan ini juga harus mengerti nutrisi yang tepat untuk tanaman yang tepat, debit aliran yang pas dimana akar tanaman bisa menyerap nutrisi dari air. Dalam prosesnya, kegiatan ini mungkin saja tidak berhasil pada percobaan pertama, mungkin setelah berkali-kali mencoba barulah berhasil. Rasa penasaran yang timbul dari setiap percobaan yang dilakukan, malahan mendorong penggiatnya untuk mencari
tahu lebih lagi dan belajar lebih dalam lagi. Kegiatan ini tidak hanya mengenai belajar, tapi juga melakukan. Bisa melakukan (doing) apa yang orang lain buat atau bahkan memodifikasi hal yang sudah umum atau lebih lagi, mencipta hal baru yang lebih baik dari yang sebelumnya merupakan suatu capaian tersendiri yang membawa kebanggaan. Mampu mencipta menimbulkan rasa bangga, pencapaian, sesuatu hal yang dapat “dipamerkan” dan mungkin saja menimbulkan ambisi baru untuk melakukannya lagi dan lagi dan lebih lagi. Hari ini menanam bibit dalam pot sederhana dari botol bekas dengan sistem Wicks, besok mulai menanam berbagai jenis bibit dengan sistem pengairan yang lebih efisien dan hemat. Mungkinkah STKIP Surya mengajarkan konsep D.I.Y. ini kepada para mahasiswanya? Seperti yang diungkapkan diatas, D.I.Y mengutamakan konsep membuat sendiri alat, atau instrumen atau sistem. STKIP Surya bisa memanfaatkan konsep ini untuk melatih mahasiswa, yang nantinya akan berkarya sebagai pendidik di daerah, untuk mampu berkreasi membuat sendiri alat atau instrumen yang nantinya mungkin diperlukan pada saat mereka menjadi pendidik. Dimulai dengan kegiatan meniru dari model atau alat yang sudah ada, mahasiswa dapat melatih ketrampilan dalam membangun atau membuat alat atau instrumen sederhana. Seiring dengan terbiasanya mahasiswa membuat dan membangun alat atau instrumen, rasa ingin tahu disertai dengan kemampuan kreatif mahasiswa tersebut, akan membuat mahasiswa berkeingin untuk memodifikasi alat atau model yang sudah ada sesuai dengan yang mahasiswa inginkan. Dengan melatih kreatifitas dan mengembangkan bakat teknis mereka, nantinya mahasiswa dapat merancang alat-alat sederhana yang dibutuhkan dalam proses belajar - mengajar. Mereka dapat memodifikasi bahkan mencipta alat atau instrumen baru dengan memanfaatkan bahan – bahan sederhana ataupun bahan – ba-
han yang tersedia di daerah mereka. Permasalahan dana, kelangkaan bahan baku hingga minimnya fasilitas, yang mungkin nantinya mereka hadapi, tidak akan menjadi halangan bagi mereka untuk melengkapi diri dengan alat atau instrumen yang memadai untuk kegiatan belajar mengajar. Beberapa mahasiswa bahkan dosen di STKIP Surya sudah mulai mencoba untuk membuat alat atau instrumen sederhana yang mungkin dapat membantu kegiatan belajar dan mengajar di kelas.
Pengamatan gula dan teh dengan menggunakan lup dan kamera hp
Mesin gula – gula kapas sederhana
Anne Sirait, M.Sc. menyelesaikan pendidikan S2 di bidang Geofisika Reservoir pada Universitas Indonesia dan lulus tahun 2009. Bergabung dengan STKIP Surya sejak bulan Juli 2012 sebagai Dosen dan Peneliti pada Jurusan Pendidikan Fisika.
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
13
KEMAHASISWAAN
LAPORAN KEGIATAN MAHASISWA STKIP SURYA KEMBALI UTUS MAHASISWA DALAM FIM ke-16 130 Mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia mengikuti Forum Indonesia Muda (FIM) 16 di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta, 30 April – 5 Mei 2014. Kegiatan yang rutin diselenggarakan ini bertujuan membekali kaum muda untuk menjadi pemimpin yang tangguh, dan mampu menggerakkan kaum muda lain di sekitarnya. Asri Gita, mahasiswi STKIP Surya tahun 2013, berkesempatan diutus untuk menjadi duta di FIM 16 tersebut. FIM 16 mengangkat tema “Character Building dan Leadership Lifeskill Training: Penggerak Perubahan” FIM 16 merupakan forum independen yang mendidik dan membentuk karakter calon pemimpin bangsa melalui kegiatan yang aktif, inovatif dan memberikan kontribusi nyata. Salah satu bentuk kegiatan yang akan diwujudnyatakan oleh para alumni FIM di STKIP Surya nantinya adalah menyelenggarakan seminar, pelatihan ataupun talk show yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa STKIP Surya.
14
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
PRESTASI EMAS UKM TAEKWONDO Enam mahasiswa/i STKIP Surya telah berjuang dalam ajang Festival Taekwondo Tang City ke-2 pada 10 – 11 Mei 2014 yang lalu. Keenam mahasiswa mahasiswi tersebut adalah Ahmad Zulfakar Rahmadi (Pend. Matematika), Bella Tania, Marezhaq Salsabilla, Syiroja Istyatirrodiyah, Tassa Khairun Nisa (keempatnya dari prodi Pend. Fisika) dan Muhammad Fauzi Ashari (dari prodi Pend. TIK), Hasil selengkapnya yang diraih oleh tim STKIP Surya adalah : • Syiroja, Medali Emas Katagori Kyorugi kelas U-45. • Maeszhaq, Medali Emas Katagori Kyorugi kelas U-56 senior • Bella Tania, Medali Perak, Katagori Kyorugi kelas U-56 senior • Tassa Khairun Nisa, Medali Perak Katagori Kyorugi kelas U-54 senior. • Muhammad Fauzi, Medali Emas Katagori Kyorugi kelas U-62, • Ahmad Zulfakar Rahmadi, Medali Perak Katagori Kyorugi kelas U-62, Keberhasilan UKM Takwondo ini menjadi bukti bahwa mahasiswa
mampu mengembangkan diri di banyak bidang selain mengutamakan pengembangan akademi. KUNJUNGAN HIMAFI STKIP SURYA KE UNIV. NEGERI JAKARTA Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber dan kegiatan. Salah satunya adalah dengan melakukan studi banding ke kampus lain. Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika (HIMAFI) mengunjungi kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tanggal 31 Mei 2014 yang lalu. Kegiatan ini diikuti oleh 40 mahasiswa-mahasiswi STKIP Surya dengan tujuan belajar berorganisasi, menjalin solidaritas antar mahasiswa dan mengenal lebih jauh peran HIMAFI UNJ dalam pengembangan dunia pendidikan dan ilmu fisika bagi diri sendiri, profesi dan masyarakat. Tujuan inilah yang diharapkan mampu dikembangkan oleh para mahasiswa di STKIP Surya di masa mendatang agar mampu menjawab persaingan bebas dan kebutuhan dunia pendidikan.
KEMAHASISWAAN FLASH MOB UKM SENI TARI Ada yang berbeda pada peringatan Hari lahirnya Pancasila, 1 Juni di STKIP Surya. Peringatan tersebut dilakukan mahasiswa STKIP Surya, yang dimotori UKM Seni Tari dengan menyelenggarakan Flash Mob, Kamis 5 Juni 2014 di Plaza SURE. Acara yang sebenarnya sederhana ini dikemas dengan apik sehingga membuat banyak mahasiswa yang kebetulan berada di Plaza SURE bergabung dan ikut menari. Flash mob diawali dengan deringan alarm tanda bahaya dan kemudian muncul dua orang yang menari di area plaza SURE, secara berangsur penari semakin bertambah banyak karena terprovokasi untuk terlibat menari bersama dan secara tiba-tiba tarian selesai dan kembali beraktifitas normal. Kegiatan ini juga melibatkan dua UKM Teater Atom dan UKM Voice. Dengan flash mob ini selain memperingati hari lahirnya Pancasila, mahasiswa diajak semakin mencintai Indonesia dengan kebhinnekaannya melalui seni tari. PELATIHAN SURAT MENYURAT DAN TATA ADMINISTRASI ORMAWA Badan Eksekutif Mahasiswa STKIP Surya (BEM) mengadakan Pelatihan Sehari Surat Menyurat dan Tata Administrasi bagi seluruh Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di STKIP Surya pada Sabtu, 7 Juni 2014. Pelatihan ini merupakan bentuk perhatian BEM yang akan membenahi tata kelola administrasi organisasi yang dipayungi BEM agar terlaksana secara tertib, rapi dan benar. Kegiatan ini diikuti oleh 57 peserta perwakilan pengurus BEM, BLM dan UKM di lingkungan STKIP Surya. Setelah pelatihan ini peserta mulai memahami seperti apa administrasi yang baik itu dan besarnya manfaat apabila administrasi dilakukan dengan benar. TEMU AKRAB MAHASISWA FISIKA Kehidupan mahasiswa-mahasiswi STKIP Surya sangat berbeda dengan kehidupan mahasiswa-mahasiswi di kampus lainnya. Di STKIP Surya mahasiswa-mahasiswi seluruhnya merupakan mahasiswa pilihan dari tiap pemerintahan daerah (Pemda) yang harus
menempuh studi jauh dari orang tua dan tinggal di asrama. Kesibukan kuliah tak jarang memunculkan kerinduan kepada orang tua dan kampung halaman. “Di sini aku tak sendiri”, itulah tema kegiatan Temu Akrab Mahasiswa Prodi Fisika, Sabtu, 7 Juni 2014. Delapanpuluh mahasiswa dari berbagai daerah dan sejumlah dosen/ tutor membaur dalam acara itu. Acara yang diketuai oleh Hamzah Kadir (2012) ini dimaksudkan untuk menghidupkan suasana sebagai saudara dan keluarga kedua di STKIP Surya dan saling memotivasi dalam perjuangan sebagai mahasiswa utusan daerah yang sedang mempersiapkan diri menjadi guru. KUNJUNGAN HIMAFI UNSRI KE STKIP SURYA STKIP Surya mendapat kehormatan menerima kunjungan 70 mahasiswa HIMAFI Universitas Negeri Sriwijaya, Palembang, Senin, 9 Juni 2014 yang lalu. Kunjungan ini bertujuan untuk saling mengenal berbagai kegiatan keilmuan yang diadakan dan pernah dicapai oleh HIMAFI di kampusnya masing-masing. Bapak Dr. Ketang Wiyono, S.Pd, M.Pd dan Bapak Taufiq, M.Pd yang turut mendampingi para mahasiswa Unsri mengungkapkan bahwa kunjungan ini dapat menjadi ajang bersilaturahmi melalui kegiatan ilmu. Beberapa momen lain yang mempertemukan mahasiswa antar kampus seperti kejuaraan ataupun kunjungan studi banding diharapkan dapat mengembangkan motivasi dan keilmuan para mahasiswa. PELANTIKAN KOMANDAN MENWA SATUAN STKIP SURYA Eko Ebriyanto, mahasiswa Prodi Matematika telah dilantik menjadi Komandan Menwa Satuan STKIP Surya oleh Pembantu Ketua III Bapak Agus Purwanto, Ph. D mewakili Ketua STKIP Surya. Pelantikan di laksanakan di Plaza SURE, 28 Juni 2014 disaksikan langsung oleh Kasmen Jayakarta Bapak Mahathir dan Bapak Rifki Muhida, Ph.D., Ibu Tju Suminar Ayu dan Bapak Muhammad Irvan selaku pendiri resimen mahasiswa STKIP Surya.
Pelantikan ini menjadi babak baru bagi Menwa STKIP Surya yang baru terbentuk beberapa bulan lalu melalui proses seleksi dan pelatihan yang ketat. Kasmen Jayakarta berpesan, Menwa Jayakarta Satuan STKIP Surya, di bawah pimpinan Sdr. Eko Ebriyanto ini diharapkan terus membina dan menggiatkan peran serta seluruh anggotanya dalam tugas memupuk nasionalisme di kampus dan masyarakat sekitarnya. MAHASISWA BARU IKUTI ORIENTASI HIDUP DI ASRAMA Mahasiswa baru perlu mengenal lingkungan baru tempat mereka akan tinggal selama beberapa tahun untuk belajar. Berbeda dari tahun sebelumnya, mahasiswa baru angkatan 2014 dari Kabupaten Pegunungan Arfak dan Kabupaten Yapen sebanyak 64 orang, mendapatkan dua kali masa orientasi, yakni orientasi keasramaan dan orientasi kampus (Gradasi) Mahasiswa baru dari Kab. Pegunungan Arfak mendapatkan masa orientasi lebih awal pada tanggal 1- 9 Agustus 2014 sedangkan mahasiswa baru dari Kab. Yapen harus mengikuti orientasi pada minggu pertama matrikulasi dan seterusnya sesuai ketersediaan waktu. Orientasi keasramaan sangat penting untuk diikuti seluruh mahasiswa baru. Pembina asrama bekerja sama dengan Bag. Kemahasiswaan, dokter klinik dan konselor mahasiswa membekali para mahasiswa dengan berbagai materi yang penting untuk dipraktikkan selama di asrama. Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
15
SUARA MAHASISWA
Loteng tempat
Ume kbubu,
Simbol Kehidupan Suku Meto
Oleh : Marwinda Koen
S
uku Meto adalah salah satu suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Suku Meto merupakan penduduk asli pulau Timor. Bagi mereka, rumah bukan saja merupakan tempat tinggal melainkan sebagai simbol tatanan sosial. Penataan rumah tidak berpatokan kepada nilai seni atau fungsi melainkan oleh suatu makna yang hendak diungkapkan. Artinya, bentuk, letak, maupun jumlah memiliki makna tersendiri. Ume kbubu (secara harafiah : rumah bulat) merupakan rumah tempat tinggal bagi keluarga suku Meto. Bangunan ini dindingnya berbentuk bulat yang terbuat dari anyaman bambu, tanpa jendela. Atap ume kbubu berbentuk kerucut, terbuat dari alang-alang yang menutup seluruh tampilan rumah, mulai dari bumbungan sampai dasar rumah. Ume kbubu hanya memiliki satu pintu yang berukuran sempit dan letaknya sangat rendah. Ukuran pintu dimaksudkan untuk menjaga kehangatan udara didalam rumah. Kehangatan juga dibutuhkan untuk menjaga persediaan makanan di loteng rumah agar tetap utuh. Ume kbubu adalah bangunan yang sangat tertutup bagi dunia luar. Hanya keluarga inti yang dapat keluar masuk secara bebas. Penghuni rumah ataupun tamu harus membungkuk agar dapat keluar masuk, sebagai tanda penghormatan. Sikap hormat dan tunduk merupakan hal yang paling patut
16
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
ditunjukkan oleh mereka yang tinggal dalam perlindungan Tuhan yang kuat dan perkasa. Bagian dalam Ume kbubu terdiri dari dua unit yakni ruang atas dan ruang bawah. Ruang atas adalah loteng (pana), berfungsi sebagai tempat persediaan makanan. Tingginya sekitar 2 meter agar mudah dijangkau oleh penghuninya. Ruang bawah (nanan) adalah tempat tinggal keluarga. Sisi kanan merupakan wilayah laki-laki, sedangkan sisi kiri wilayah perempuan. Di wilayah laki-laki terdapat tempat tidur bagi kaum laki-laki beserta semua peralatan yang sering mereka pakai, seperti pedang dan tombak (suni ma auni). Dua buah tiang di sebelah kanan yang menyangga rumah itu diberi nama laki-laki. Di sisi kiri adalah wilayah perempuan. Dua tiang rumah sebelah kiri diberi nama feminin. Di sana terdapat dipan (tempat tidur yang terbuat dari papan yang tidak berkelambu), tungku masak (tunaf), tempayan air, dan rak tempat perabotan. Antara pana dan nanan terdapat lubang (pintu loteng) sehingga orang dapat naik turun untuk mengambil jagung atau padi untuk dimasak bagi keluarga. Pintu loteng ada di bagian kiri (wilayah perempuan). Hal ini berarti yang bertugas untuk mengatur makanan bagi keluarga adalah kaum perempuan. Ibu adalah pemegang kunci loteng rumah. Dialah yang boleh
meyimpan baha
n bakanan
naik dan turun untuk mengambil bahan makanan. Adalah pantangan bagi suku Meto jika laki-laki naik ke atas loteng. Menurut kepercayaan suku Meto, apabila laki-laki yang membagi/mengukur bahan makanan, maka bahan makanan tidak akan cukup bagi mereka hingga tiba musim panen nanti atau semua persediaan makanan yang ada akan dirusak oleh hama tikus. Hal yang perlu diketahui juga dari ume kbubu adalah dalam (nanan) dan luar (monê). Nanan merujuk kepada semua hal yang berhubungan di dalam, artinya bahwa semua yang bersifat pribadi adalah urusan kaum perempuan. Di dalam rumah itu kaum perempuan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan status-nya sebagai seorang ibu dan seorang istri. Monê merujuk pada semua hal yang ada di luar, artinya semua yang bersifat umum adalah urusan kaum laki-laki. Contohnya, menyediakan kayu bakar, mempersiapkan lahan untuk ditanami dan lain-lain. Hubungan klasifikasi seperti feto-mone, olif-tataf, merupakan aliansi yang dapat keluar masuk di ume kbubu. Artinya, hanya orang-orang yang punya hubungan darah dengan keluarga inti yang bebas keluar masuk ume kbubu. Sedangkan tamu atau orang luar tidak dapat masuk ke ume kbubu. Kehidupan mereka berkeluarga dan beranak cucu di dalam ume kbubu. Dalam proses persalinan bife meto (perempuan Timor) akan disediakan satu tiang di wilayah kiri (wilayah perempuan) yang berfungsi sebagai penopang saat persalinan berlangsung. Setelah persalinan, bayi harus tetap tinggal di dalam ume kbubu selama 40 hari. Hal ini menandakan bahwa ume kbubu memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan mereka.
Foto : http://marthasariwulan.wordpress.com/
SUARA MAHASISWA
Gangan,
Makanan Khas Belitong Oleh : Atika Sari
B
elitong adalah negeri Laskar Pelangi yang terkenal dengan panorama alamnya yang indah. Tidak hanya panorama alamnya yang bisa kita temui disana, tetapi ada makanan khas Belitong yang tidak kalah nikmatnya, yaitu Gangan. Gangan adalah sup ikan kuah kuning dengan rasa asam dan gurih yang populer di kalangan masyarakat Belitong. Kuahnya yang kuning merupakan warna alami dari kunyit. Gangan terbuat dari bahan utama ikan yang segar dan nanas sebagai sayur pelengkapnya. Semua ikan bisa dijadikan Gangan, tetapi ada ikan-ikan tertentu yang membuat rasa Gangan sedikit berbeda. Ikan yang sering digunakan untuk Gangan biasanya ikan ketarap, ikan kerisi, ikan bulat, ikan gabus, ikan bebulus, atau ikan belanak (terutama bagian kepala). Jika ada yang tidak suka dengan ikan karena bau
amisnya, hal ini tidak akan terjadi jika ikan tersebut dimasak menjadi Gangan, bau amisnya dapat hilang. Menurut orang Belitong, bau amis tersebut bisa hilang atau netral dengan menambahkan kunyit, cabe rawit (cabe rawit asli belitong), serta potongan nanas. Cara memasak Gangan yaitu bahan utama dan semua bumbu yang telah dihaluskan langsung direbus. Biasanya bahan pelengkap ditambahkan dengan daun salam. Jika tidak terlalu suka dengan ikan, bahan utama bisa diganti dengan daging sapi, ayam, atau kancil (orang Belitong menyebutnya dengan pelandok). Tetapi, Gangan ini memiliki nama yang lain yaitu Gangan darat. Selain bahan utama yang berbeda, Gangan darat juga tidak menambahkan lengkuas sebagai bumbu masaknya. Sebagai sayurnya, biasanya Gangan darat menggunakan singkong yang dire-
bus. Selain itu, bahan pelengkap lainnya yang ditambahkan dalam menyajikan Gangan darat adalah pucuk daun kedondong dan daun nangka. Selain itu, ada juga yang namanya Gangan asam pedas. Beda Gangan asam pedas ini dengan Gangan biasa adalah pada bumbunya yang biasanya ditumis terlebih dahulu. Gangan dianjurkan pedas, karena semakin pedas masakannya maka bau amis pada ikan juga mudah hilang. Masakan Gangan ini mudah ditemukan di Belitong, karena ini merupakan makanan utama masyarakat Belitong dan hampir tiap hari makanan ini disajikan di rumah. Gangan juga memiliki banyak kandungan gizi. Terutama ikan yang merupakan sumber protein. Ikan kaya akan Omega 3 dan Asam Amino yang merangsang pertumbuhan sel otak. Selain itu ikan juga mengandung Vitamin A, Vitamin D, Vitamin B6, vitamin B12, Zat besi dan Yodium. Sedangkan kunyit, selain untuk menghilangkan rasa amis ternyata juga mengandung kurkumin, desmetoksin, vitamin C, protein, zat besi, fosfor, dan masih banyak lagi. Kandungan zat yang ada dalam kunyit ini mampu meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, menghambat penyakit pikun, serta mengurangi rasa nyeri karena kunyit memiliki sifat analgesik. Bahan lain yang digunakan dalam Gangan, yakni nanas muda mengandung vitamin C. Vitamin ini menjadikan nanas bisa berfungsi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan radikal bebas. Jadi, meski sering menikmati Gangan kita tak perlu khawatir akan terkenal kolesterol sebab gangan ikan mengandung banyak gizi dan manfaat bagi kesehatan tubuh. Sumber : • Gangan, Sup Ikan Dari Tanah Belitung. (http://www.wacananusantara.org) • Mencicip Gangan Ikan, “Sup Kuning” Lezat dari Belitung.(http://ranselhitam. wordpress.com) • Gangan:Legenda Kuliner Khas Belitung. (http://www.indonesia.travel)
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014 Pantai Tanjung Tinggi, Belitung (sumber : http://untung09.wordpress.com/)
17
KEGIATAN
GRADASI 2014
P
Program Adaptasi dan Orientasi (Gradasi) STKIP Surya merupakan kegiatan tahunan yang diadakan sebagai wadah pengenalan STKIP Surya kepada mahasiswa baru.
ada tahun ini, kegiatan Gradasi berlangsung selama 5 hari dimulai pada hari Selasa (2/9) sampai Sabtu (6/9) yang mengangkat tema “ Membentuk Pribadi Cerdas untuk Menjadi guru Berkualitas“. Kegiatan ini diikuti oleh 37 orang peserta, gabungan mahasiswa baru STKIP Surya angkatan 2014 dan angkatan 2013 yang belum mengikuti Gradasi pada tahun sebelumnya. Gradasi kali ini dibuka Ketua STKIP, Bapak Drs. Mauritsius Tuga, M.S., Ph. D pada Rabu (3/9). Rangkaian acara Gradasi yang harus diikuti oleh peserta antara lain pembekalan materi mengenai pengenalan STKIP Surya, pengenalan peraturan akademik, bahaya narkoba, minuman keras, dan kedisiplinan mahasiswa serta kegiatan yang berkaitan dengan penalaran, minat, bakat mahasiswa. Ada juga pembekalan tentang Pemerataan Pendidikan di Indonesia, Guru dan Riset, Perkembangan Olimpiade Sains dan Matematika di Indonesia. Seperti halnya pada kepanitiaan tahun sebelumnya, panitia pelaksana merupakan mahasiswa utusan
dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP), dan berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di STKIP Surya. Kepanitiaan juga mendapatkan arahan dan bimbingan dari Steering Committee (SC) dari dosen dan tutor yang diketuai oleh Dr. Eng Wikky Fawwaz Al Maki. Menurut ketua pelaksana M. Raynaldo Sandita Powa, pada Gradasi kali ini ada kegiatan menarik yang diberikan kepada peserta. Para peserta dibekali dengan berbagai kegiatan untuk membina kedisplinan dan keberanian mahasiswa berupa mentoring yang dibimbing oleh seorang mentor dari panitia. Program mentoring dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi setelah apel pagi, siang pada saat makan siang, dan sore pada saat penutupan kegiatan gradasi setiap harinya. Dalam mentoring diberikan materi-materi yang berguna untuk kehidupan sehari-hari di kampus, misalnya : etika menggunakan toilet yang baik, etika makan yang baik, selain itu juga penugasan membuat tulisan berupa karangan, dan materi lainnya sebagai bekal bagi calon mahasiswa
STKIP Surya dalam menjalani kehidupan kampus dengan baik ke depannya. Gradasi ditutup pada Sabtu (6/9) dengan berbagai rangkaian acara dan penampilan dari UKM STKIP Surya. Pada saat upacara penutupan, para peserta menuruni tangga putar dari lantai dua dan kemudian langsung membuat formasi berupa tulisan “STKIP Surya”, sebagai salah satu prosesi kelulusan peserta gradasi menjadi mahasiswa STKIP Surya. Pada saat penutupan, diumumkan para peserta yang mendapatkan penghargaan. Antara lain : • Peserta terbaik : Clarissa Sariani Toban, • Peserta dengan IPK tertinggi : Irwita Asriyanti B, • Peserta teraktif : Tri Aditya Putra, • Peserta terfavorit pilihan panitia : Petrus Alberth Manuputty, dan • Peserta paling disiplin : Clarissa Sariani Toban. ”Acara ini dapat terlaksana dengan lancar dan baik berkat kerja keras seluruh panitia dan dukungan dari dosen dan tutor serta berbagai pihak” ujar Ray menutup wawancara.
KEGIATAN
AKREDITASI PROGRAM STUDI STKIP SURYA
A
kreditasi merupakan salah satu syarat wajib setiap pendidikan tinggi untuk dapat meluluskan mahasiswanya. Untuk dapat diakreditasi, terdapat dua hal penting yang harus dilakukan program studi yaitu pengajuan borang dan visitasi. STKIP Surya yang berencana untuk meluluskan mahasiswanya di tahun 2015 telah mengajukan akreditasi sejak tahun 2013. Akhirnya di tahun 2014 dua dari tiga progam studi telah divisitasi, yaitu program studi fisika dan program studi TIK. Visitasi Program Studi Pendidikan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika kedatangan Asesor dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) tanggal 11 - 12 Juni 2014. Asesor yang melakukan visitasi adalah Dr. H. Prabowo, M. Pd dari Universitas Negeri Surabaya dan Dr. Ing. Cuk Imawan dari Universitas Indonesia. Visitasi Program Studi Pendidikan Fisika terbagi menjadi 6 sesi. Pada sesi pertama, asesor melakukan diskusi dengan pimpinan institusi. Diskusi ini membahas tentang buku IIIB (Borang institusi) yang sebelumnya telah dilaporkan ke Dikti. Asesor meminta bukti yang lebih lengkap jika terdapat pernyataan dalam borang yang belum terperinci dengan baik. Pimpinan institusi menjelaskan kepada asesor terkait dengan informasi yang ada di dalam borang. Pada sesi kedua, para asesor mengunjungi sarana-prasarana program studi pendidikan fisika. Asesor mengunjungi laboratorium fisika, ruang dosen, ruang kelas, dan perpustakaan. Selain mendokumentasikan ruangan-ruangan yang dikunjungi, asesor juga melakukan wawancara singkat dengan penanggung jawab ruangan. Selanjutnya di sesi ketiga, asesor meminta wawancara dengan tim akreditasi. Wawancara ini berkait penilaian yang
telah dilakukan oleh asesor pada saat asesmen kecukupan (desk evaluation) dan kesesuaian dengan kondisi di lapangan. Tahap ini merupakan mediasi yang merupakan tahap terpenting dalam visitasi. Tim akreditasi memberikan argumenargumen dan bukti-bukti yang kuat ketika terdapat pernyataan asesor yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Hal ini dilakukan tim demi mendapat poin maksimal di setiap pernyataan. Sesi keempat, mahasiswa diwawancarai oleh asesor. Prodi telah menyiapkan 15 mahasiswa yang merupakan perwakilan tiap daerah untuk wawancara dengan asesor. Berbagai pertanyaan terjawab dengan baik oleh mahasiswa. Asesor sempat bertanya tentang kurikulum 2013. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan baik oleh mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang telah mengambil kuliah kependidikan. Pada sesi kelima, asesor meminta ruangan khusus untuk berdiskusi secara internal. Mereka menyiapkan temuan-temuan yang ada saat melakukan visitasi. Di sesi terakhir, asesor menyampaikan kesimpulan visitasi. Terdapat beberapa hal perbaikan yang disampaikan asesor. Asesor sangat memuji keberadaan STKIP Surya karena ada kampus yang peduli terhadap daerah tertinggal. Setelah menunggu selama 2 bulan akhirnya prodi fisika mendapat keputusan tentang akreditasi. Berdasarkan SK No 211/SK/BAN-PT/Akred/S/VII/2014 program studi fisika terakreditasi dengan nilai C dan berlaku hingga 18 Juli 2019. Visitasi Program Studi Pendidikan TIK Pada tanggal 25 Agustus 2014 program studi TIK kedatangan dua orang assesor BAN PT, yaitu: 1) Prof. Dr. Aniati Murni, M, Sc dari Universitas Indonesia dan 2) Dr. Ir. Adang Suhendra, M, Sc dari Universitas Gunadarma. Visitasi dilakukan
satu hari penuh, mulai dari pukul 09.00 s.d. 20.00 WIB. Visitasi prodi TIK terbagi menjadi 6 sesi, Pada sesi pertama, asesor melakukan diskusi dengan pimpinan institusi. Diskusi ini membahas tentang F5 (Borang institusi) yang sebelumnya telah dilaporkan ke Dikti. Sesi kedua, asesor meminta untuk wawancara dengan dosen. Semua dosen TIK pun dikumpulkan dalam satu ruangan dan berdiskusi dengan asesor. Asesor memverifikasi informasi-informasi yang disampaikan dalam borang terkait dengan dosen dan kegiatan pembelajaran. Diskusi berjalan dengan suasana hangat dan kondusif. Sesi ketiga, Prodi telah menyiapkan beberapa mahasiswa yang merupakan perwakilan dari angkatan 2011, 2012, dan 2013 untuk wawancara dengan asesor. Asesor menanyakan tentang sarana prasarana yang tersedia, seperti adanya asrama, bis antar jemput, dan laboratorium. Sesi keempat, asesor meminta untuk mengunjungi sarana-prasarana program studi pendidikan TIK. Asesor mengunjungi lab TIK, ruang dosen, ruang kelas, dan perpustakaan. Asesor berpendapat bahwa prodi TIK memiliki fasilitas yang memadai. Selanjutnya di sesi kelima, asesor meminta wawancara dengan prodi dan tim akreditasi. Kegiatan ini mendiskusikan F4 (borang program studi). Tim akreditasi dan beberapa dosen yang ada di lab mengikuti kegiatan ini. Tahap ini merupakan mediasi yang merupakan tahap terpenting dalam visitasi. Sesi keenam, asesor menyampaikan hal tentang hasil visitasi. Asesor berpendapat bahwa Prodi TIK sudah sangat baik walaupun dalam proses akreditasi yang pertama. Mereka juga salut bahwa ada perguruan tinggi yang peduli terhadap daerah tertinggal. Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
19
PENELITIAN
Dahsyatnya PIMNAS 27 Oleh : Chairunnisa
A
lhamdulilah merupakan kata pertama yang terucap dari kelompok PKM-KC yang beranggotakan : Chairunnisa (Ketua, Prodi S1 Pendidikan Fisika STKIP SURYA, 2012), Muhammad Arif (Fisika, 2011), serta Marwinda Koen (Fisika, 2010). Saya merupakan satu-satunya mahasiswi yang duduk di semester 3 ketika mengetahui PKM yang kami ajukan ke DIKTI lolos PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional) ke 27 di UNDIP Semarang. PKM yang kami ikuti adalah Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta dengan judul “TA-SHIRT (Teknologi AIr Track Sederhana Berbasis Sensor Infra Red Sebagai Solusi Penyediaan Alat Praktikum Fisika Mekanika)” Proposal kami merupakan salah satu PKM yang terpilih dari 44.000 proposal yang diajukan PTN/PTS se Indonesia kemudian disaring menjadi 7.800 proposal untuk didanai oleh DIKTI dan kemudian tersaring kembali menjadi 440 proposal yang akan dinilai di tingkat nasional melalui ajang bergengsi di kalangan mahasiswa se Indonesia yakni PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional). Kegiatan PIMNAS ke-27 dilaksanakan di Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 25-29 Agustus 2014. Hari pertama kami disambut dengan kegiatan welcome dinner yang dilaksanakan di gedung Gradhika Bhakti Praja Jawa Tengah. Acara gala dinner acara tersebut dihadiri langsung oleh Bapak Ganjar Pranowo, S.H selaku Gubernur Jawa Tengah. Dalam kegiatan tersebut kami disuguhi berbagai macam hiburan mulai dari pementasan seni tari tradisional dan pementasan musik dari Bank Jateng. Hari selanjutnya kami bergegas untuk melaksanakan presentasi di hadapan 3 orang dewan juri, dosen pembimbing dan kelompok PKM dari mahasiswa se Indonesia. Pada kesempatan presentasi kali ini kami mendapat undian nomer 12, kegiatan presentasi diberikan waktu 15 menit untuk menyampaikan
proposal yang kami buat dan 15 menit untuk sesi tanya jawab. Di awal presentasi kami merasa gugup berada di hadapan juri dan peserta dari PTN/PTS se Indonesia dalam ruangan tersebut. Namun, berkat sambutan baik yang diberikan oleh dewan juri membuat kami menjadi lebih tenang dan dapat segera menguasai keadaan. Dewan Juri menilai kelompok kami merupakan kelompok yang unik, dikarenakan cara presentasi yang kami berbeda dibandingkan dengan presentasi yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang lain yang cenderung terlalu formal dan membuat suasana dalam ruangan tesebut menjadi tegang. Komentar lain yang disampaikan oleh juri adalah program yang diusung sangat bagus bagi sekolah-sekolah di daerah karena mereka bisa secara mandiri membuat media pembelajaran. Pagelaran poster dan produk yang diikuti oleh 440 kelompok PKM dilaksanakan di hari ketiga. Banyak dari mahasiswa dari PTN/PTS yang melihat poster dan produk yang kami buat, mereka tidak menyangka bahwa dari barang sederhana bisa dibuat menjadi media pembelajaran yang sangat luar biasa dan bermanfaat. Semoga ditahun berikutnya lebih banyak lagi proposal yang diterima dari STKIP SURYA yang diajukan ke DIKTI. Hari keempat adalah hari yang paling dinanti peserta PIMNAS 27, karena hari ini adalah saatnya bagi seluruh peserta untuk melepas semua kepenatan selama kegiatan. Seluruh peserta PIMNAS mendapatkan hadiah city tour ke lokasi wisata di Semarang. Tempattempat yang kami kunjungi adalah : 1. Lawang Sewu, ini merupakan stasiun kereta api zaman belanda. Arsitektur di Lawang Sewu sangat kental dengan nuansa kolonial. Hal ini bisa di lihat dari banyaknya pintu (konon junlah pintu di lawang sewu mencapai 1000 buah) yang berornamen kolonial. Selain itu, disini juga terdapat banyak replika kereta
api tahun 1800an, bahkan masih ada jejak dari rel kereta tersebut. Nah sayangnya tempat ini sudah tidak bisa beroperasi lagi. 2. Selanjutnya, rombongan melanjutkan perjalanan ke kuil SAM POO KONG yang tempat suci umat budha terbesar di kota semarang. Di lingkungan SAM POO KONG semua kawasan identik dengan nuansa Tiongkok. Menurut cerita masyarakat, konon tempat ini merupakan persinggahan yang pertama dari kaisar Tiongkok bernama SAM POO KONG. 3. Hari sudah menjelang malam, tapi kami tetap melanjutkan perjalanan menuju “Kampoeng Semarang“. ini merupakan kawasan oleh-oleh terbesar di kota semarang. Disinilah peserta PIMNAS berbondongbondong membeli oleh-oleh untuk pulang kampung. Harga barangbarang disini cukup terjangkau sehingga sangat sesuai dengan kantong mahasiswa. Hari berikutnya adalah acara penutupan dan jadwal kepulangan seluruh peserta ke daerah masing-masing. Seluruh peserta pulang dengan membawa sejuta cerita, tambahan pengalaman, wawasan dan persahabatan. Mengikuti kegiatan ini merupakan pengalaman yang sangat luar biasa bagi kami yang tidak akan mungkin bisa terlupakan. Dengan adanya kegiatan PIMNAS tersebut banyak ilmu yang dapat kami peroleh dari berbagai juri maupun dari mahasiswa yang berasal dari berbagai macam PTN/PTS se Indonesia, semua ini tidak lepas dari doa beserta dukungan dari semua pihak.
PENELITIAN
TA-Shirt di PIMNAS 27, Universitas Diponegoro Chairunnisa, Marwinda Koen, Muhammad Arif , Djukarna
P
ekan Ilmiah Mahasiswa ke-27 tahun ini diselenggarakan di Universitas Diponegoro, Semarang. STKIP Surya mewakilkan salah satu timnya yaitu Chairunnisa, Marwinda Koen, Muhammad Arif, dan dibimbing oleh Pak Djukarna. Penelitian yang disampaikan yaitu Desain Air-Track Berbasis Sensor Infra-Red sebagai Media Pembelajaran Mekanika. Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya kendala selama proses pembelajaran materi fisika mekanika yang diajarkan pada siswa SMA kelas X dan XI. Salah satu penyebabnya adalah penyampaian materi pelajaran menggunakan metode konvensional seperti ceramah. Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang baik agar dapat membantu siswa selama eksperimen. Air track adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk eksperimen mekanika gerak. Namun, masalah yang dihadapi sekarang adalah mahalnya harga air track. Menurut survei dari salah satu produsen alat-alat pendidikan, harga satu set air track mencapai 10, 5 juta rupiah. Berdasarkan masalah tersebut, solusi yang diberikan adalah membuat media pembelajaran air track berbasis sensor infra-red yang murah dan berkualitas. Sehingga media pembelajaran berupa alat praktikum ini dapat dimiliki oleh setiap sekolah. Metode penelitian yang dilakukan adalah perancangan prototipe, persiapan alat dan bahan, pembuatan prototipe, uji coba dan analisis, finalisasi dan penyempurnaan. Tahap awal dalam pelaksanaan adalah perancangan prototipe, yang dilakukan secara teoritis dan perincian material meliputi: pembuatan desain perangkat utama berupa satu set air track, dan pemilihan sensor yang efektif dan efisien. Kemudian persiapan alat dan bahan. Selanjutnya pembuatan prototipe meliputi:
Setelah itu dilakukan uji coba alat, sehingga didapatkan data koefisien gesek:
Tabel Koefisien Gesek Nomer Skala Angin
Koefisien Gerakan Kinetik
1
0.13375
2
0.133606
3
0.130678
4
0.12537
5
0.12924
Selanjutnya dilakukan finalisasi dan penyempurnaan desain serta kinerja prototipe. Adapun Hasil yang telah tim capai selama kurun waktu pelaksanaan sampai program berakhir adalah: 1) Prototipe air track sebanyak 3 unit: • Prototipe pertama: 30 Januari 2014 – 10 Februari 2014 • Prototipe kedua: 27 Februari 2014 – 10 Maret 2014 • Prototipe ketiga: 20 Maret 2014
2) Hasil uji coba koefisien gesekan yang terjadi antara glider dengan air track. Berdasarkan diagram diatas, terlihat bahwa koefisien gesekan terbesar terdapat pada skala angin 1 dan 2 ( μ𝑘 ≈ 0,133). Hal ini disebabkan oleh tekanan udara yang diberikan kecil sehingga glider tidak terangkat. Pada skala angin 4, koefisien gesekan yang dihasilkan paling kecil (μ𝑘 ≈ 0,125) karena tekanan udara yang diberikan dapat mengangkat glider dengan sempurna. Sedangkan pada skala angin 5, koefisien gesekan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan skala angin 4. Hal ini dikarenakan tekanan udara yang diberikan terlalu besar sehingga menghambat laju glider. Oleh karena itu, tekanan udara pada skala angin 4 adalah skala yang paling efektif untuk menghasilkan gerak benda tanpa gesekan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan air track berbasis sensor infra-red layak digunakan karena gesekan yang terjadi antara glider dan air track sangat kecil (μ𝑘 ≈ 0,12) . disamping itu, air track dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika khususnya mekanika gerak karena memudahkan siswa dalam memahami konsep. Koefisien Gesekan antara Glider dengan Air track
Prototipe Ketig
a
a
e Pertam
Prototip
Prototip
e Kedua
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
21
PENELITIAN
PEMBELAJARAN PERKALIAN BILANGAN 1 – 10 DENGAN MATEMATIKA GASING KEPADA MAHASISWA STKIP SURYA Oleh: Josephine Kusuma & Sulistiawati, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Surya
(Raharjo, Waluyati, Sutanti) menyatakan bahwa hingga saat ini siswa masih kesulitan dalam menerima pelajaran perkalian dan pembagian. Mereka tidak hafal perkalian dasar (perkalian dua bilangan satu angka) yang berarti perkalian 1 sampai 10.
M
atematika GASING merupakan salah satu solusi dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada logika sehingga siswa tidak perlu menghafal atau bergantung pada rumus. Untuk belajar perkalian, siswa harus bisa perkalian bilangan 1 sampai 10 secara mencongak. Inilah yang disebut sebagai titik kritis GASING perkalian. Titik kritis GASING diartikan sebagai hal-hal dasar yang harus dikuasai siswa agar dapat mengerjakan semua soal-soal dalam topik yang bersangkutan dengan lancar atau tidak kesulitan lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) lintasan belajar untuk pembelajaran perkalian bilangan 1 sampai 10 kepada mahasiswa STKIP Surya, 2) kemampuan berhitung perkalian bilangan 1 sampai 10 mahasiswa STKIP Surya, 3) kemampuan mengajar perkalian 1 sampai 10 mahasiswa STKIP Surya, semuanya dengan menggunakan Matematika GASING. Penelitian menggunakan metode design research yang dikembangkan oleh van den Akker, Gravemeijer, dkk. Tujuan umum dari design research adalah untuk meneliti kemungkinankemungkinan untuk pengembangan edukasi dengan mewujudkan dan mempelajari bentuk pembelajaran yang baru. Ada tiga tahap dalam design research yang dilakukan secara berulang sampai ditemukannya teori baru: (1) preparation for the experiment or preliminary design, (2) teaching experi-
22
Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 2014
ment dan (3) retrospective analysis. Tahap I: Preliminary design Pada tahap ini dilakukan kajian literatur berkaitan tentang perkalian bilangan 1 sampai 10 dan titik kritis perkalian dalam Matematika GASING dilanjutkan dengan menyusun konjektur aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan cara berpikir mahasiswa yang dinamakan sebagai Local Instruction Theory (LIT). LIT ini dapat dikembangkan dan diperbaiki seiring dengan pelaksanaan eksperimen. Setelah konjektur selesai disusun didiskusikan dengan guru pengampu mata kuliah Matrikulasi Matematika I. Pada tahap ini didesain juga learning trajectory dan juga Hypothetical Learning Trajectory (HLT). Apabila pembelajaran yang dilaksanakan belum sesuai dengan desain yang disusun maka dilakukan kembali pendesainan HLT (thought experiment) untuk kemudian dilakukan pengujian kembali terhadap HLT (instruction experiment). Tahap II: Teaching experiment Tujuan dari teaching experiment adalah untuk mengeksplorasi, menyelidiki dan meneliti. Tahap ini adalah uji coba HLT yang diperoleh dari tahap I di atas. Selama tahap uji coba ini peneliti melakukan observasi dan analisa terhadap kejadian-kejadian yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Proses ini dimaksudkan untuk mengevaluasi konjektur aktivitas pembelajaran yang telah disusun. Untuk mendukung proses observasi dan analisa pembelajaran
didokumentasikan dalam foto dan juga video. Selain itu diberikan beberapa tes kecil untuk melihat penyerapan materi yang diajarkan oleh guru.
Gambar 1. Konjektur Local Instruction Theory (LIT)
Tahap III: Retrospective analysis Tahap retrospective analysis merupakan tahapan terakhir dari design research di mana dilakukan analisa data dari tahap teaching experiment. Hasil analisa ini digunakan untuk mengembangkan rancangan bagi pembelajaran berikutnya dan secara umum tahap ini bertujuan untuk mengembangkan Local Instruction Theory (LIT). Adalah sangat penting LIT direvisi menjadi sedekat mungkin dengan kenyataan yang berlangsung selama proses pembelajaran. Sumber data yang diteliti, diperoleh dari instrumen tes, catatan lapangan dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Tes yang diberikan berupa tes tertulis, tes mencongak, dan tes microteaching. Tes tertulis dan tes mencongak digunakan untuk menguji kemampuan berhitung sedangkan tes microteaching diberikan untuk menguji kemampuan mengajar. Jenis data
PENELITIAN yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil tes mencongak, hasil tes tertulis, hasil tes microteaching, catatan lapangan dan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Analisa data dalam penelitian ini adalah melalui retrospective analysis. Data yang diperoleh selama proses pembelajaran dianalisis dan dibandingkan bersama dengan HLT yang berfungsi sebagai pemandu. Pembelajaran pada tahap teaching experiment ini berlangsung selama satu setengah hari atau sekitar 11,5 jam. 1. Lintasan Belajar Perkalian Bilangan 1 sampai 10 Guru menyampaikan bahwa titik kritis perkalian tersebut adalah perkalian 1 sampai 10. Untuk mencapai titik kritis tersebut ada lima tangga yang harus dikuasai yaitu: 1) konsep perkalian; 2) perkalian bilangan 1, 10, 9, 2, dan 5; 3) perkalian untuk bilangan yang sama, seperti 1 × 1, 2 × 2, 3 × 3, dst.; 4) perkalian bilangan 3 dan 4, dan 5) perkalian 8, 7, dan 6. Berikut ini salah satu cuplikan pembelajarannya untuk konsep perkalian. Pembelajaran Konsep Perkalian Berikut salah satu dialog yang terjadi antara guru dan mahasiswa selama pembelajaran tersebut. Guru Mhs1
: Apa sih perkalian? : Penjumlahan berulang
Disini mahasiswa setuju bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang. Guru
: Kalau 3 × 5 apa sih maksudnya? Mhs1&2 : 3 ditambahkan sebanyak 5 kali. Mhs 3 : 5 ditambahkan sebanyak 3 kali.
Disini terdapat dua pemahaman yang berbeda. Guru
: Kalau 4 × 6 sekarang, kirakira apa? Mhs 2 : 4 ditambahkan sebanyak 6 kali.
Mhs 4 : 6 ditambahkan sebanyak 4 kali Mhs 5 : 4 kotak isinya 6
Dari dialog ini guru menjelaskan dengan mengambil gambar pisang untuk menjelaskan 2 × 3.
Gambar 2. 2 × 3 dan 3 × 5 menggunakan kartu
Setelah beberapa contoh disimpulkan bahwa 2 × 3 artinya 2 kotak yang isinya masing-masing 3. Selanjutnya kata kotak digantikan dengan simbol □. Kemudian, 2 × 3 dapat ditulis 2□3, artinya 3+3=6. Sama halnya dengan 3 × 5. Selanjutnya, guru meminta salah satu mahasiswa untuk menjelaskan arti dari 5 × 2 menggunakan kartu di papan tulis. Kemudian dilanjutkan mahasiswa lain untuk menjelaskan 2 × 5. Di sini mahasiswa diarahkan untuk menyimpulkan bahwa hasil dari perkalian sama tetapi artinya berbeda. 2. Kemampuan berhitung perkalian bilangan 1 sampai dengan 10 pada mahasiswa STKIP Surya menggunakan Matematika GASING. Mahasiswa diberikan tes tertulis dan tes mencongak untuk mengetahui kemampuan berhitung. Skor rata-rata tes tertulis sebesar 94% dengan rata-rata waktu pengerjaan 5 menit 6 detik. Skor rata-rata tes mencongak adalah 84% dengan rata-rata waktu menjawab 3 menit 8 detik. 3. Kemampuan mengajar perkalian 1 sampai 10 mahasiswa STKIP Surya menggunakan Matematika GASING. Topik yang diujikan untuk tes microteaching adalah perkalian bilangan 10, 9, 4, 8, dan perkalian dua bilangan yang sama. Mahasiswa diminta menjelaskan ulang satu topik yang terpilih selama 20 menit. Rata-rata skor microteaching adalah 83,04%.
Kesimpulan dari penelitian ini, Matematika GASING dapat menciptakan suasana yang asyik dan menyenangkan dalam pembelajaran perkalian 1 sampai 10. Pada umumnya mahasiswa dapat mengerjakan perkalian 1 sampai 10 baik secara tertulis maupun mencongak dengan baik setelah pembelajaran dengan Matematika GASING. Selama penelitian dijumpai mahasiswa yang mempunyai masalah dengan kemampuan menulis secara matematika, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor bahasa ataupun kemampuan menulis. LIT yang telah direvisi memuat aktivitas instruksional tambahan yaitu drilling di akhir semua sesi pembelajaran topik-topik perkalian 1 sampai 10. Penekanan mengenai cara menghafal perkalian 1 sampai 10 dengan Matematika GASING juga dapat ditambahkan dalam LIT revisi, selain itu penggunaan alat peraga yang nyata seperti buah atau benda konkret lainnya dapat digunakan sebelum menggunakan kartu bergambar untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata saat pembelajaran. Pustaka • Ibrahim and Suparmi, 2012, Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya, SUKA-Press, Yogyakarta. • Gravemeijer, K. and van Eerde, D., 2009, Design Research as a Means for Building a Knowledge Base for Teachers and Teaching in Mathematics Education, The Elementary School Journal Vol. 109 No. 5, 510524. • Reys, B. J., 1985, Mental Computation, The Arithmetic TeacherVol. 32 No. 6 (1985),43-46. • Surya, Y., 2011, Buku Petunjuk Guru: Pintar Berhitung GASING Vol 1, PT. Kandel, Tangerang. • Surya, Y. and Moss, M., 2012, Mathematics Education in Rural Indonesia, Proceeding in the 12th International Congress on Mathematics Education: Topic Study Group 30, 6223-6229. • van den Akker, J., Gravemeijer, K., McKenney, S., and Nieveen, N., 2006, Educational Design Research, Routledge, Taylor and Francis Group, Abingdon. Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014
23
REKAMPERISTIWA PERISTIWA REKAM
Pada tanggal 22 Mei 2014, STKIP Surya menyelenggarakan Workshop “Cerdas dalam menerapkan kurikulum 2013 melalui pembelajaran inkuiri 5E (Engange, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate) ” yang diikuti oleh kurang lebih 133 orang dari kalangan Mahasiswa, Guru dari SDSMA di Jabodetabek, Banten, dan Yogyakarta, dan Dosen.
Izin penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Surya telah dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 134/E/O/2014 pada tanggal 3 Juni 2014. Berdasarkan hal tersebut, pada semester Ganjil 2014 secara resmi STKIP Surya memiliki mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia. (Foto:tim Prodi Kimia)
STKIP Surya menyelenggarakan Workshop Penelitian Tindakan Kelas bertema ”Meningkatkan Budaya Penelitian Untuk Guru dan Calon Guru Demi Kemajuan Pendidikan Menuju Indonesia Jaya”. Menampilkan nara sumber ahli-ahli pendidikan dan juga dosen STKIP Surya. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2014 di Kampus STKIP Surya.
Sejumlah 62 mahasiswa angkatan 2010 (Matematika : 33, Fisika : 18, TIK : 11) mengikuti Praktek Pengalaman Lapangan di berbagai sekolah SD dan SMP di wilayah Tangreang, sebagai salah satu kewajiban prasyarat kelulusan mahasiswa STKIP Surya. Upacara pelepasan dilakukan di halaman kampus STKIP Surya bulan Agustus 2014 lalu.
STKIP Surya menyelenggarakan workshop Kurikulum 2013 untuk para guru SD dan SMP disekitar tangerang sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dari STKIP Surya. Workshop dilakukan pada tanggal 19 - 20 September 2014 diikuti oleh kurang lebih 70 orang guru.
Pada 6 Oktober 2014, Program Studi Pendidikan Matematika kedatangan tim asesor BAN-PT yaitu Bpk. Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd. (UNESA) dan Bpk. Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc. (UNP) untuk melakukan akreditasi sesuai dengan permohonan yang telah diajukan beberapa waktu lalu.