KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM AIR DAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus C.V) DI KAWASAN KONSERVASI SUNGAI BATANG KUANTAN KECAMATAN SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG Agusri naldi, Hafrijal Syandri, Dahnil Aswad, Jurusan budidaya perairan, fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas bung hatta E-mail :
[email protected] Jurusan budidaya perairan, fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas bung hatta
Abstrack This article reports an effect of illegal gold maining activities to the waters´ Qualities and metal on Baung fish (Hemibagrus Nemurus C.V) in kuantan rivers´ conservation area at nagari Silokek and Durian Gadang, Siunjung. This research was done on July 2013. An analysis heavy metal on fish body was done in Bung hatta university´ laboratorium which compare heavy metals´ containing with waters´ Qualities based on PP. RI No 82 . 2001 about waters´ Qualities mantainance and controling water contamination on III level. In addition, containing of heavy metals on fish body compare to the maximum of containing heavy metals on fish body based on PP. RI .No 82 . 2001 about maximum limit of metal contamination on pangans´ production. This research was measure a containing heavy metals such as : Cu, Zn, Pb and Hg on water and Baung fish on three station on july 2013. Research or observation shows containing heavy metals Cu on water in station I (1,223±0,572 mg/l), on station 2 (1,086±0,016 mg/l), on station 3 (0,803±0,052 mg/l), containing Zn on water at station 1 (0,659±0,016 mg/l) on station 2 (0,361±0,643 mg/l) on station 3 (0,503±0,136 mg/l), containing Pb on station 1 (0,926±0,008 mg/l) on station 2 (0,485±0,043 mg/l) on station 3 (0,591±0,061 mg/l), containong Hg on station 1 (0,108±0,002 mg/l) on station 2 (0,092±0,014 mg/l) on station 3 (0,022±0,003 mg/l). Containing heavy metals Cu on baung fish on station 1 (26,310±0,014 mg/kg) on station 2 (17,495±0,629 mg/kg) on station 3 (9,830±0,017 mg/kg), containing Zn on station 1 (126,155±17,573 mg/kg) station 2 (107,820±4,780 mg/kg) station 3 (77,150±8,838 mg/kg), containing Pb on station 1 (2,046±0,014 mg/kg) on station 2 (1,136±0,033 mg/kg) station 3 (0,722±0,009 mg/kg) and containing Hg on station 1 (0,700±0,067 mg/kg) on station 2 (0,271±0,0012 mg/kg) on station 3 (0,083±0,012 mg/kg). In conclusion, containing of heavy metals on each station that have been observed was over or up to maximum level of waters´ Qualities which is decided by PP. RI. No 82 .2001 about maintaining Qualities and controling water contamination. Key word : Heavy metals, Waters’ qualities, Baung Fish.
Pendahuluan Air merupakan komponen lingkungan
makhluk hidup lainnya. (Halim, 2006 dalam Herlina, Krisdianto, Ramli, 2009). Di
yang penting bagi kehidupan manusia,
Kabupaten
Sijunjung
hampir seluruh aspek kehidupan tergantung
dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi
dengan keberadaan. air sangat berperan
sepanjang 12 Km yang terdapat di Nagari
dalam menjaga kelancaran sistem tubuh
Durian Gadang dan Silokek. Keberadaan zat
suatu organisme terutama manusia dan
pencemar
dalam
Sungai
perairan
Kuantan
akan
mempengaruhi makhluk hidup yang ada di
logam berat di dalam organ tubuh ikan dan
dalamnya. Masuknya zat pencemar ke dalam
air dilakukan di Laboratorium Universitas
tubuh biota air dapat melalui saluran
Bung Hatta. Analisa kualitas perairan seperti
pernafasan dan saluran pencernaan ( Shita,
suhu, pH dilakukan secara Insitu sedangkan
2005).
DO, BOD, COD, TDS, TSS, kecerahan,
Berdasarkan diperlukan
pertimbangan
suatu
kajian
tersebut,
yang
dapat
kesadahan, alkalinitas, dilakukan secara Eksitu.
memberikan informasi terkini mengenai kandungan logam berat terutama di kawasan
3.2 Alat dan Bahan
konservasi Kabupaten Sijunjung, khususnya
3.2.1
kandungan tembaga (Cu), seng (Zn), timbal
Alat: Kotak pendingin (cool box), Botol
(Pb), dan merkuri (Hg). Kandungan logam
polietilen,
di kawasan konservasi Kabupaten Sijunjung
Termometer air raksa, pH universal, Pipet,
apabila telah melebihi baku mutu air,
Erlenmeyer, Gelas ukur,Atomic Absorption
diharapkan dapat segera diambil tindakan
Spectrophotometer
perbaikan untuk mengembalikan kondisi
dan TDS, TSS
kawasan konsevasi seperti semula.
3.2.2
Penelitian mengetahui
ini
bertujuan
pengaruh
untuk aktifitas
Van
dorn
bottle
sampler,
Bahan: MnSO4, H2SO4, KI Alkalis, Na-
Thiosulfat, HCI, Daging ikan, Air, HNO3
Pernambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di sungai terhadap kualitas air dan logam berat
3.3 Metode Kerja
pada
3.3.1
tubuh
Ikan
Baung
(Hemibagrus
Penentuan Stasiun Pengambilan
nemurus) yang ada di kawasan konservasi
Contoh
Sungai Kuantan yang melewati nagari
Stasiun
yang
dipilih
diharapkan
Silokek dan Durian Gadang Kecamatan
dapat mewakili kondisi perairan Sungai
Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.
Batang Kuantan yang di jadikan kawasan konservasi melewati Nagari Silokek Durian
Metodelogi
Gadang Kecamatan Sijunjung sepanjang 12
3.1 Waktu dan Tempat
Km, sehingga pengambilan contoh pada tiga
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di kawasan ko nservasi
sungai
wilayah di setiap stasiun dijarakan 4 Km antara stasiun satu dengan stasiun dua dan
Kuantan
yang
melewati nagari Silokek dan Durian Gadang Kecamatan Sijunjung. Analisa kandungan
stasiun tiga yaitu :
1. Stasiun satu merupakan bagian hulu
beberapa ikan yang dikumpulkan untuk
kawasan konservasi di Nagari Silokek
memenuhi berat minimal yang dibutuhkan
dan Durian Gadang.
untuk analisa (3-5 gram berat basah/organ).
2. Stasiun dua merupakan bagian tengah kawsan
konservasi
antara
Organ
contoh
tersebut
masing-masing
Nagari
dimasukan ke dalam botol film, kemudian
Silokek dengan Nagari Durian Gadang
dapat diawetkan dengan pembekuan sampai
3. Stasiun tiga merupakan bagian hilir dan akhir dari konservasi yaitu Nagari
siap dianalisa (Shita 2005). 3.3.5
Durian Gadang.
Perlakuan Contoh Analisa Pengukuran
contoh
3.3.2 Pengambilan Contoh Air Pengambilan contoh air dilakukan
organ
menggunakan
logam
tubuh metode
berat
ikan
pada
dan
AAS
air
(Atomic
pada bulan Juli 2013 dengan 2 kali
Absorption
pengambilan
pada
dilakukan di laboratorium. Prinsip dari
permukaan, pada masing-masing. Contoh air
metode ini berdasarkan pada penguapan
diambil dengan menggunakan Van Dorn
larutan sampel, kemudian logam yang
bottle sampler. Contoh air dimasukkan ke
terkandung di dalamnya diubah menjadi
dalam botol polietilen dan diawetkan dengan
atom bebas (Darmono 1995).
penambahan
contoh
HNO3
selanjutnya
air
diambil
sampai
dianalisa
pH
≤
Spectrophotometrik)
yang
2
dilaboratorium
Universitas Bung Hatta.
3.4 Analisa Data 3.4.1 Analisa Kandungan Logam Berat Kandungan
3.3.3 Pengambilan Contoh Ikan
logam
berat
yang
Pengambilan contoh ikan dilakukan
terukur dilakukan secara deskriptif, yaitu
pada bulan Juli 2013. Pengambilan contoh
dengan membandingkan kandungan logam
ikan dilakukan pada ke tiga stasiun 2 kali
berat dalam air dengan baku mutu air
pengambilan. Pada masing-masing stasiun
menurut PP. RI No. 82 tahun 2001 tentang
diambil 5 ekor Ikan Baung (Hemibagrus
pengelolaan kualitas air dan pengendalian
nemurus
dikonsumsi.
pencemaran air kelas III, yaitu air yang
Pengambilan ikan dengan cara memancing
peruntukkannya dapat digunakan untuk
ikan yang dilakukan oleh nelayan setempat.
kegiatan budidaya perikanan. Sedangkan
3.3.4 Pengambilan Organ Tubuh Ikan
kandungan logam berat pada organ tubuh
C.V)
yang
siap
Ikan-ikan yang diambil dari setiap
ikan
(daging)
dibandingkan
dengan
stasiun tersebut dibedah dan diambil daging.
kandungan maksimum logam berat dalam
Organ
tubuh ikan pada PP. R No. 82 tahun 2001
contoh
yang
dibutuhkan
analisis logam berat seperti daging,
untuk dari
mengenai batas maksimum cemaran logam
tentang batas baku mutu yang diperbolehkan
dalam produk pangan.
dalam daging ikan.
3.4.2 Analisa Logam Berat Pada Ikan
3.4.3
Analisa Kualitas Air
Perbedaan kandungan logam berat
Nilai parameter fisika dan kimia
pada daging ikan yang terukur yang
yang diukur dibandingkan dengan baku
dilakukan
dengan
mutu kualitas air kelas 3 menurut PP. RI
membandingkan dengan baku mutu yang
No. 82 tahun 2001. Nilai baku mutu dari
ditetapkan oleh PP. RI No 82 tahun 2001
parameter yang diukur dan sumbernya dapat
secara
deskriptip
dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Nilai Baku Mutu Parameter NIlai baku mutu Suhu 27 ± 3 pH 6-9 Alkanitas >80 mg/I Oksigen terlarut (DO) 4 mg/I BOD 3 mg/l COD 25 mg/l TSS 50 mg/I TDS 1000 mg/I Kecerahan >45 cm Kesadahan 350 mg/I Sumber : PP. RI No 82 Tahun 2001
Sumber PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001 PP. RI No 82 Tahun 2001
HASIL DAN PEMBAHASAN
tubuh
4.1 Logam Berat Dalam Air
kecenderungan
Kandungan logam berat Cu, Zn, Pb, dan Hg pada perairan selain keberadaannya
makhluk
membentuk
hidup, dari
senyawa
dikarenakan
logam dengan
tersebut protein
jaringan makhluk hidup (Darmono 1995).
secara alamiah di perairan tersebut, juga
Kandungan logam berat Cu, Zn, Pb
tidak terlepas dari aktivitas manusia yang
dan Hg, dari hasil penelitian yang dilakukan
ada di sekitar perairan tersebut. Fluktuasi
pada bulan Juli di kawasan konservasi
konsentrasi logam berat dapat dipengaruhi
sungai Kuantan Kabupaten Sijunjung dapat
oleh masuknya buangan yang mengandung
dijelaskan sebagai berikut:
logam berat, seperti limbah industri, limbah domestik, pernambangan dan pertanian yang masuk ke perairan, debu yang masuk ke perairan dengan bantuan air hujan, aliran sungai dan angin. Rendahnya kandungan logam berat di perairan dibandingkan dalam
Tabel. 4.1 Nilai Hasil Baku Mutu Logam Berat dalam Air
Parameter
Hulu konservasi (Stasiun 1) Nilai Rata ±
Tengah konservasi (Stasiun 2) Nilai Rata ±
Baku mutu kualitas air Kelas 3 PP. RI No Tahun 2001
Hilir konservasi (Stasiun 3) Nilai Rata±
Cu (mg/l) 1,223 ± 0,572¹ 1,086 ± 0,016² 0,803 ± 0,052³ 0,02 Zn (mg/l) 0,659 ± 0,016¹ 0,361 ± 0,043² 0,503 ± 0,136³ 0,05 Pb (mg/l) 0,926 ± 0,008¹ 0,485 ± 0,014² 0,591 ± 0,061³ 0,03 Hg (mg/l) 0,108 ± 0,002¹ 0,092 ± 0,014² 0,022 ±0,003³ 0,002 Ket : angka superscrip yang berbeda di belakang angka rata-rata antar stasiun menunjukan berbeda nyata (P<0,05) 4.1.1 Kandungan Cu dalam Air
mg/l, maka kandungan Cu pada bulan Juni
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan
di masing-masing stasiun sudah melewati
bahwa nilai kandungan logam berat Cu
baku mutu, pada stasiun 2 dan 3 kondisinya
pada stasiun 1 hulu konservasi dengan rata-
lebih baik, kandungan logam berat Cu pada
rata 1,223 ± 0,572 mg/l pada stasiun 2
perairan tersebut
tengah konservasi dengan rata-rata 1,086 ±
kemungkinan peningkatan dan juga bisa
0,016 pada stasiun 3 hilir konservasi dengan
terjadi penurunan kandungan Cu secara tiba-
rata-rata 0,803 ± 0,052. Hasil pengamatan
tiba.
kandungan logam berat Cu pada ketiga
4.1.2
stasiun di kawasan konservasi Sungai Kuantan
mengalami
tidak aman, karena ada
Kandungan Zn dalam Air Pada tabel 4.1 dijelaskan kandungan
pengenceran
logam berat Zn pada masing-masing stasiun
kandungan logam berat dari stasiun 1 ke 2,
menunjukkan nilai yang berbeda. stasiun 1,
dan ke 3 semakin kehilir logam berat yang
hulu konservasi dengan nilai rata-rata 0,659
terkandung semakin mengalami penurunana
± 0,016 mg/l pada stasiun 2, tengah
yang disebabkan arus sungai yang deras
konservasi 0,361 ± 0,043 mg/l pada stasiun
pada stasiun 2 dan masuknya aliran anak
3, hilir konservasi 0,503 ± 0,136 mg/l.
sungai pada stasiun 3. Pengambilan contoh
Berdasarkan data tersebut, terjadi
air pada ketiga stasiun dilakukan pada hari
kecenderungan
yang sama dan cuaca mendung
penurunan
logam
Zn
mengalami
pada stasiun 2 dan 3 lebih
Sesuai dengan ketentuan baku mutu
rendah dibandingkan dengan stasiun 1
yang ditetapkan oleh PP. RI. No. 82 Tahun
disebabkan terjadinya pengenceran logam
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
berat dari stasiun 1 sampai stasiun 3, dimana
pengendalian pencemaran air bahwa baku
pada stsiun 2 arus sungai semakin deras dan
mutu Cu pada perairan yang diperuntukkan
pada stasiun 3 terdapatnya muara dari anak
pembudidayaan ikan air tawar sebesar 0,02
sungai.
Sesuai dengan ketentuan baku mutu
Kandungan Pb pada masing-masing
yang ditetapkan oleh PP. RI No. 82 tahun
stasiun tersebut sudah melebihi baku mutu
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
yang ditetapkan oleh PP. RI No. 82 tahun
pengendalian pencemaran air bahwa baku
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
mutu Zn pada perairan yang diperuntukkan
pengendalian pencemaran air, dimana baku
bagi pembudidayaan ikan air tawar sebesar
mutu Pb yang ditetapkan pada perairan
0,05 mg/l, maka kandungan Zn pada
sebesar 0,03 mg/l.
masing-masing stasiun sudah melewati baku
4.1.4
mutu.
Kandungan Hg dalam Air Pada tabel 4.1 menerangkan nilai
4.1.3 Kandungan Pb dalam Air.
rata-rata setiap stasiun sebagai berikut pada
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan
stasiun 1 hulu konservasi dengan rata-rata
bahwa hasil pengukuran kandungan logam
0,108 ± 0,002 mg/l pada stasiun 2 tengah
Pb, menunjukkan perbedaan setiap stasiun
konsevasi dengan rata-rata 0,092 ± 0,014
dimana pada stasiun 1, hulu konservasi nilai
pada stasiun 3 hilir konservasi dengan rata-
rata-rata , 0,926 ± 0.008 mg/l pada stasiun 2,
rata 0,022 ± 0,003. Dari tabel kandungan
tengah konservasi 0,485 ± 0,403 mg/l pada
logam Hg pada setiap pengambilan stasiun
stasiun 3, hilir konservasi 0,591 ± 0,061
menunjukkan nilai yang berbeda.
mg/l.
Nilai kandungan logam Hg stasiun 1 Kandungan Pb yang terdapat di
perairan
selain
alamiah di berasal
dari
keberadaannya
hulu
konservasi
terlihat
sangat
jelas
secara
kandungan Hg tinggi dari pada stasiun 2
perairan tersebut, juga dapat
dan semakin rendah pada stasiun 3, hal ini
manusia
seperti
dapat dikarenakan lokasi stasiun 1 paling
Penambangan Emas Tanpa Izin
yang
dekat dengan kegiatan pertambangan emas
mengandung Pb dan dari buangan bahan
sebagai penyumbang merkuri terbesar di
bakar kapal penambangan. Pada stasiun 1
perairan maka stasiun 2 dan 3 rendah,
terlihat kandungan Pb cenderung lebih besar
karena semakin kebawah semakin terjadinya
dari
pengenceran logam berat.
stasiun
aktifitas
lainnya,
hal
ini
dapat
dikarenakan lokasi stasiun 1 yang paling
Kandungan Hg pada stasiun 1, 2 dan
dekat dengan kegiatan pertambangan, logam
3 telah melebihi baku mutu yang ditetapkan
Pb yang berasal dari buangan bahan bakar
oleh PP. RI No.82 tahun 2001 tentang
kapal pertambangan dapat secara alami
pengelolaan kualitas air dan pengendalian
masuk ke perairan karena adanya angin dan
pencemaran air, baku mutu Hg yang
hujan.
ditetapkan pada perairan sebesar 0,002 mg/l.
4.2 Logam Berat pada Daging Ikan Baung Kandungan logam berat Cu, Zn, Pb dan Hg, dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juli di kawasan konservasi sungai Kuantan Kabupaten Sijunjung dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel. 4.2. Hasil Kandungan logam berat dalam Daging Ikan Baung Hulu
Tengah
Hilir
Baku mutu logam
konservasi
konservasi
konservasi
berat menurut PP.
(Stasiun 1)
(Stasiun 2)
(Stasiun 3)
RI No 82
Nilai Rata ±
Nilai Rata ±
Nilai Rata±
Tahun 2001
Cu (mg/l)
26,310 ± 0,014¹
17,495 ± 0,629²
9,830 ± 0,353³
20
Zn (mg/l)
126,155 ± 17,573¹
107,820 ± 4,780²
77,150 ± 8,838³
100
Pb (mg/l)
2,046 ± 0,052¹
1,136 ± 0,033²
0,722 ± 0,009³
2,0
Hg (mg/l)
0,700 ± 0,067¹
0,271 ± 0,012²
0,083 ± 0,017³
0,5
Parameter
Ket : angka superscrip yang berbeda di belakang angka rata-rata antar stasiun menunjukan berbeda nyata (P<0,05)
4.2.1 Kandungan Cu pada Daging Ikan
logam Cu pada stasiun 1 berkaitan dengan
Baung Pada
bawah baku mutu. Tingginya kandungan
Cu
penyerapan air oleh ikan pada stasiun 1
berbeda pada setiap stasiun yaitu stasiun 1
kandungan logam Cu dalam air juga tinggi
hulu konservasi dengan rata-rata 26,310 ±
sedangkan pada stasiun 2 dan 3 semakin
0,014
rendah terjadi pengeceran.
mg/kg
tabel
pada
4.2
kandungan
stasiun
2
tengah
konservasi nilai rata-rata 17,495 ± 0,629
4.2.2
Kandungan Zn Dalam Daging
mg/kg pada stasiun 3 hilir konservasi nilai
Ikan Baung
rata-rata 9,830 ± 353 mg/kg,
Logam
Zn
pada
tabel
4.1
Kandungan Cu paling tinggi terdapat
menunjukkan bahwa di setiap stasiun yang
pada stasiun 1 yang telah melebihi baku
diamati berbeda. Pada stasiun 1 hulu
mutu yang di tetapkan oleh PP.RI No 82
konservasi dengan rata-rata 126,155±7,753
tahun 2001, di stasiun 2 dan 3 masih di
mg/kg, pada stasiun 2 tengah konservasi
dengan nilai rata-rata 107,820±4,780 mg/kg
berbeda
dan pada stasiun 3 hilir konservasi dengan
kegiatan pertambangan emas.
nilai rata-rata 72, 150±8,838 mg/kg.
selain itu juga dipengaruhi oleh
Sedangkan pada stasiun 1 nilai Pb
Dari hasil tersebut, nilai Pb pada
telah melewati baku mutu yang ditetapkan
stasiun 1 dan 2 telah melebihi baku mutu
oleh PP.RI No 82 Tahun 2001. Sedangkan
yang ditetapkan oleh PP.RI No 82 tahun
pada stasiun 2 dan 3 masih di bawah baku
2001 batas baku mutu yang ditetapkan
mutu
sebesar 100 mg/kg hanya pada stasiun 3
tingginya
yang masih di bawah batas baku mutu yang
dikarenakan tingginya kandungan logam Pb
ditetapkan. Namun,
dalam air pada stasiun 1.
bisa saja berubah
sewaktu-waktu tergantung dari keadaan
4.2.4
yang
ditetapkan.
logam
Pb
Kemungkinan
pada
stasiun
1
Kandungan Hg pada Daging Ikan
alam dan aktivitas pertambang emas yang
Baung
mencemari perairan.
Dari tabel 4.2 di atas kandungan Hg
4.2.3 Kandungan
logam
Pb
dalam
dalam daging Ikan Baung yang sudah
Daging Ikan Baung
terdeteksi dimana pada stasiun 1 hulu
Pada pengukuran tabel 4.2 nilai
konservasi dengan rata-rata 0,700 ± 0,067
kandungan Pb pada setiap stasiun terlihat
mg/kg pada stasiun 2 tengah konservasi
sangat berbeda dimana Pada stasiun 1 yaitu
dengan rata-rata 0,271 ± 0,012 mg/kg pada
hulu konservasi dengan nilai rata-rata 2,046
stasiun
± 0,052 mg/kg, pada stasiun 2 yaitu tengah
0,083±0,017 mg/kg
konservasi dengan nilai rata-rata 1,136 ±
karena adanya kegiatan pertambangan emas
0,033 mg/kg dan pada stasiun 3 yaitu hilir
tanpa izin bagian hulu Sungai Kuantan,
konservasi dengan nilai rata-rata 0,722 ±
pencemaran merkuri dikelompokkan dua
0,009 mg/kg.
bagian besar yaitu berasal dari alam dan
Berdasarkan hasil penelitian Anny, Purwanto,
hilir
konservasi
rata-rata
hal ini disebabkan
berasal dari pertambangan.
(2012)
Kandungan Hg pada stasiun 1 hulu
kandungan logam Pb pada ikan nila dengan
konservasi telah melebihi baku mutu dalam
nilai 0,18 mg/kg di Danau Rawapening
daging ikan yang ditetapkan PP. RI N0. 82
Semarang.
dengan
Tahun 2001 yang mana batas baku mutunya
kandungan logam Pb pada daging ikan
0,5 mg/kg sedangkan pada stasiun 2 tengah
Baung di kawasan konservasi
konservasi dan stasiun 3 hilir konservasi
rendah.
Retnaningsih
3
Jika
Hal
ini
dibandingkan
jauh masih
dikarenakan
lokasi
masih di bawah baku mutu yang ditetapkan
pengambilan ikan dan jenis ikan yang
PP. RI No.82 tahun 2001 meskipun pada stasiun 2 dan 3 masih di bawah baku mutu
ini bisa saja berubah pada waktu yang
berat. Beberapa parameter yang berpengaruh
semakin lama, karena airnya telah tercemar
pada kandungan dan toksisitas logam berat
ole kandungan Hg yang disebabkan oleh
antara lain suhu, pH, alkalinitas, Oksigen
pertambangan
yang
terlarut, BOD, COD, zat padat terlarut, zat
yang
tersuspensi dan kesadahan, kecerahan.
emas
menggunakan
tanpa
bahan
izin
kimia
mengandung logam.
4.3 Kualitas Perairan Aktivitas manusia dan pengaruh alam akan mempengaruhi kondisi kualitas perairan. Pengukuran beberapa parameter kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi perairan pada masing-masing stasiun dan pengaruhnya terhadap toksisitas logam
Tabel. 4.3 Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia pada kawasan konservasi
Suhu
27,7 ± 0,35
Tengah konservasi (Stasiun 2) Nilai Rata ± 27,5 ± 0,7
pH
6,28 ± 0,02
Parameter
Hulu konsevasi (Stasiun 1) Nilai Rata ±
Hilir konservasi (Stasiun 3) Nilai Rata±
Baku mutu PP. RI No. tahun 2001
27,5 ± 0,49
27 ± 3 C
6,3 ± 0,12
6,32 ± 0,05
6–9
20,385 ± 0,473
18,485 ± 11,462
25,92 ± 12,416
>80
4,35 ± 0,07
4,47 ± 0,028
4,57 ± 0,296
4
BOD (mg/l)
4,23 ± 0,042
3,45 ± 0,07
3,51 ± 0,58
3
COD (mg/l)
72,04 ± 12,72
58,205 ± 5,607
53,665 ± 33,113
25
TSS (mg/l)
77,065 ± 3,372
46,445 ± 3,372
53,465 ± 29,479
50
TDS (mg/l)
124,22 ± 5,501
64,14 ± 13,307
76,695 ± 36,918
1000
12 ± 2,82
27 ± 4,24
33 ± 21,21
>45
74,11 ± 19,685
56,075 ± 7,841
350
Akalinitas (mg/l) DO (mg/l)
Kecerahan (cm) Kesadahan (mg/l)
82,465 ± 9,623
KESIMPULAN DAN SARAN
baku mutu yang telah di tetapkan dalam
5.1 Kesimpulan
PP. RI No 82 Tahun 2001.
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan
1. Kandungan logam Cu, Zn, Pb, dan Hg
Sungai
konservasi dikonsumsi
Yaitu :
pada
Ikan Baung yang ada pada kawasan
perairan
kawasan
konservasi
Batang Kuantan Kecamatan
Sijunjung Kabupaten Siujunjung pada setiap stasiun pengamatan telah melebihi baku mutu kualitas air (DMKA) kelas 3 yang ditetepkan oleh PP. RI. No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pencemaran air. 2. Pada ikan Baung yang hidup di kawasan konservasi Sungai Kuantan, terdeteksi logam berat berupa Cu, Zn, Pb dan Hg. Pada stasiun 1 kandungan logam berat yang terkandung pada ikan Baung telah melampaui standar nilai baku mutu yang telah di tetapkan dalam PP. RI. No 82 Tahun 2001 tentang batas maksimum terhadap daging ikan, sedangkan pada
tidak
diperbolehkann
karena
telah
untuk
terdeteksi
kandungan logam berat apabila di konsumsi bisa menyebabkan keracunan dan penyakit pada tubuh manusia. Berdasarkan parameter suhu, pH, alkalinitas, DO, BOD, TDS, TSS dan kesadahan, kecerahan. Nilai parameter suhu, pH, TDS dan kesadahan masih berada dalam kisaran yang dianjurkan pada baku mutu yang diperbolehkan PP. RI. No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pencemaran pada air sedangkan alkalinitas, DO,BOD, COD, TSS dan kecerahan sudah melewati baku mutu yang ditetapkan oleh PP. RI. No. 82 tahun 2001 tentang kualitas air dan pencemaran pada air. DAFTAR PUSTAKA Anny, M, Purwanto, Tri, R, S. 2012. Kandungan Logam Berat pada Air, Sedimen dan Ikan (Oreochromis niloticus linn) di Keramba Danau Rawapening. Diakses 4 Mei 2013
stasiun 2 dan 3 masih dbawah standar Anonim. 2011. Penyakit Velver Odinium. Diakses 4 Mei 2013.
Bobby, J, P, Desmi, N, S. 2002. Pendugaan Kandungan Merkuri dan Sianida Di Daerah Aliran Sungai (Das) Buyat Minahasa. Ekoton 2 (1) : 31-37. Bunda, H. 2007. Kandungan Cu pada Air dan Ikan Puyau ( puntius huguenini) Di Bendungan Sungai Tabaniao Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten tanah laut. Bioscientiae 4 (1) : 43 – 52. Cahyono, B, 2000, Budidaya Ikan Air Tawar, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Darmono.1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia- Press. Jakarta. Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sijunjung. 2009 Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya di Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. FPIK. IPB. Bogor. Herilna, W, Krisdianto, Ramli, R.Januari 2009. Kandungan Logam Besi (Fe) dalam Air dan Ikan Sepat (Trichogaster Trichopterus Egen) Di Sungai yang Melewati Kecamatan Gambut dan Aluh Aluh Kabupaten Banjar. Bioscientiae 6 (1) : 26 -39. Nurlitasari, A . Ramadhani, F.M. Zurica, Afandi. F, dan Puspitasari .1. 2010. Pengaruh Pemberian Susu Sapi Cair Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Baung (Mystus nemurus). Program Kreatif Mahasiswa. Universitas Airlangga. Surabaya. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Environmental Enginering Division, Asian Institute Tec. Bangkok. Priyono, A. 1994. Parameter-Parameter Kualitas Air. Laboratorium Analisis Lingkungan. Jurusan Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Shita, F,S, 2005. Kandungan Logam Berat Cu, Zn, Dan Pb dalam Air, Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus Carpio) dalam Keramba Jaring Apung, Waduk Saguling, Jawa Barat, (Skipripsi). Bogor. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB. Subanri. 2008. Kajian Beban Pencemaran Merkuri(Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan Gangguan Kesehatan Pada Penambangan Sebagai Akibat Penambangan Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro Semarang. Sunardi. 2004. Cara Alternatif untuk Mengolah Limbah Padat yang Mengandung Merkuri dan Arsen. Merujuk Kasus Buyat. H ttp://www.kompas.co.id