KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Diajukan dalam Rangka Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Bidang IPA
Disusun Oleh:
GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
1
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Diajukan dalam Rangka Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Bidang IPA
Disusun Oleh: GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003
Menyetujui, Pembantu Dekan III Fakultas Teknik
Surakarta, 12 Februari 2009 Dosen Pembimbing
Ir. Agung Kumoro, MT NIP. 131 964 092
Irwan Iftadi, ST. M.Eng
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan judul: Kampanye Kecelakaan Nol Untuk Meningkatkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Stasiun Kereta Api. Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu syarat Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan kesulitan yang menyertai penulis selama penyusunan karya tulis ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Irwan Iftadi, ST. M.Eng., selaku dosen pembimbing penyusunan karya tulis ini. 2. Ir. Agung Kumoro, M.T., selaku Pembantu Dekan III FT UNS. 3. Ayah dan Bunda tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil demi terselesaikannya karya tulis ini. 4. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk perbaikan karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat para pembaca. Surakarta,
Februari 2009
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4 1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 5 1.4. Batasan Masalah........................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .................................................... 6 2.2. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ......................... 8 2.3. Kecelakaan kerja ........................................................................................ 9 BAB III METODE PENULISAN 3.1. Sumber Data............................................................................................. 11 3.2. Analisis Data ............................................................................................ 11 3.3. Prosedur Penulisan ................................................................................... 12 3.4. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Masalah ...................................................................................... 14 4.2. Pembahasan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .................................... 14 4.3. Pembahasan Metode Kampanye Kecelakaan Nol.................................... 16 4.4. Pembahasan Penerapan Metode Kampanye Kecelakaan Nol .................. 20 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 21 5.2. Saran......................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kereta Api ........................................................................................... 3 Gambar 3.1. Flow chart penulisan karya tulis ...................................................... 12 Gambar 4.1 Skema Manusia Melakukan Perbuatan Yang Tidak Aman ............. 15 Gambar 4.2 Bagian dari Kegiatan Kampanye Kecelakaan Nol............................ 17 Gambar 4.2 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut’....................... 21 Gambar 4.3 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut secara Bersama-sama” ....................................................................... 22
5
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API Gustitia Putri Perdana Teknik Industri Fakultas Teknik-Universitas Sebelas Maret Surakarta Email:
[email protected]
ABSTRAK Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Selain itu diperlukan upaya untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengingat semakin meningkatnya jumlah kecelakaan dan gangguan kerja di berbagai area kerja, misalnya yang terjadi di stasiun kereta api. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji mengenai metode untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api dengan menggunakan Kampanye Kecelakaan Nol. Karya tulis ini merupakan sebuah kajian mengenai pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api. Pengkajian dilakukan dari beberapa pustaka acuan. Hasil kajian tersebut diolah untuk kemudian diambil kesimpulan mengenai tingkat kepentingan, keunggulan metode dan potensi keberhasilan penerapan metode tersebut. Hasil dari pengkajian menunjukkan bahwa penerapan metode kampanye kecelakaan nol dapat meminimalisasi kecelakaan kerja akibat kesalahan manusia (human error) yang terjadi di stasiun kereta api. Sehingga dengan berkurangnya kesalahan manusia diharapkan dapat meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kata kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kampanye Kecelakaan Nol, Stasiun kereta api, kecelakaan kerja
6
ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Gustitia Putri Perdana Industrial Engineering-Engineering Faculty Sebelas Maret University-Surakarta Email:
[email protected]
ABSTRACT Faces globalization era, contribution of employees is expected in increasing quality of human resource which will be look at the height of professionalism, independence, job ethos and work productivity. To support that is required by healthy labour and work environment, safe, comfortable and guarantees improvement of work productivity. Besides that, its also required effort to apply Safety And Health Activity (K3) remembers that job accident and trouble in various job is growing of amounts, for example happened in railway station. Purpose of this writing is to study about method to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station by using Zero Accident Campaign. This writing is a study about execution of Zero Accident Campaign to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station. The study is carried out by studying several literature. The result of that study is analized and then conclusion about level of importance, excellence of method and potency success of applying of the method. Result from study indicates that applying of zero accident campaign method can minimalized accident of job caused by man mistake (human errors) happened in railway station. So with the lessen of human errors is expected able to increase Safety And Health Activity ( K3). Keyword : Safety And Health Activity ( K3), Zero Accident Campaign, Railway station, job accident
7
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(K3)
adalah
kepentingan
pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun 1997, walaupun periode sesudah itu didera oleh krisis keuangan. Selama tahap pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan kerja cenderung mengalami kenaikan. Tetapi selama resesi, jumlah biaya yang dialokasikan untuk keselamatan dan kesehatan kerja justru termasuk salah satu yang mengalami pemangkasan. Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tersebut
8
sedang mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda resesi. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan, perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke. Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan pada otot, yang mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan ditempat kerja seperti stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental. Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Jacob
Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja, yang seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah. Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98,902 kasus pada tahun 2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun 2001. Dan 11 selama paruh pertama tahun 2002 saja, telah tercatat 57,972 kecelakaan kerja.Meskipun tingginya angka kecelakaan kerja ini cukup memprihatinkan, hal ini menyiratkan adanya perbaikan yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi tentang kecelakaan kerja kepada masyarakat. Kereta api adalah salah satu jenis transportasi darat yang cukup di minati masyarakat dengan jumlah penumpang sebanyak 186,469,269 pada tahun 1999. (http://www.kereta-api.com).
9
Gambar 1.1 Kereta Api Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet van den Beele.
Pembangunan
diprakarsai
oleh
"Naamlooze
Venootschap
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir.J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Walaupun kereta api dikatakan cukup diminati masyarakat, bukan berarti alasan tersebut dikarenakan oleh rasa aman yang ditimbulkan. Bahkan kereta api menjadi salah satu penyebab kecelakaan bahkan kematian bagi masyarakat. Hal ini dilihat dari jumlah angka kecelakaan yang menimpa baik karyawatan PT. Kereta Api maupun penumpangnya. Data kecelakaan yang terjadi di pintu lintasan ini mempunyai frekuensi yang sangat tinggi. Dalam lima tahun terakhir (2003-2007), terjadi 134 kasus tabrakan antara kereta api dengan kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan kereta api. Kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538 kasus pada periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap bulan. Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana dan prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal dunia, 478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir.
10
Sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 7 kasus, diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok. Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang perlu mendapatkan perhatian, perlindungan tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup tinggi dalam suatu industri, khususnya industri yang rawan cedera, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Selain
menerbitkan
peraturan
dan
undang-undang,
sebaiknya
pemerintah mengajak masyarakat untuk menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di area stasiun kereta api dengan berbagai metode yang menarik, guna meminimalisasi kecelakan dan gangguan-gangguan kerja baik bagi karyawan maupun pengguna stasiun lainnya.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan di stasiun kereta api? 2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)? 3. Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat diadakannya karya tulis ini antara lain adalah; 1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api . 2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di stasiun kereta api. 3. Memberikan metode kampanye kecelakaan nol untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api.
11
1.4. Batasan Masalah Dalam mengangkat permasalahan pada karya tulis ini ini terdapat batasan-batasan terhadap permasalahan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan di stasiun kereta api. 2. Kecelakaan kerja terjadi di area stasiun kereta api. 3. Kecelakaan kerja terjadi pada pekerja di area stasiun kereta api.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. .( Suma’mur, 1988) K3 mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan dating. ( http://www.sinarharapan.co.id) Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut falsafah keselamatan kerja dapat diterangnkan sebagai berikut: ” menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya ” (Dalih, 1982) Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu dibuat peraturan–peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja sebagai berikut: 1. Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety) 2. Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety) 3. Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction safety) 4. Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety) 5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
13
6. Keselamatan kerja kereta api ( railway safety) 7. Keselamatan kerja di rumah ( home safety) 8. Keselamatan kerja di kantor ( office safety)
Menurut Undang-Undang No.23/ 1992 tentang kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002). Higiene perusahaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dikatakan memiliki satu kesatuan pengertian, yang merupakan terjemahan resmi dari ”Occupational Health” dimana diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh terhadap tenaga kerja.Menyeluruh maksudnya usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian faktor menusiawi terhadap pekerjaanya. ( Suma’mur, 1988) Tujuan utama dari dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai karena terdapat korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja atau perusahaan berdasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut ( Suma’mur, 1988) : 1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksud meliputi diantaranya tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penyerasian manusia dan mesin, dan pengekonomisan usaha. 2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh
14
pekerjaan sangat mahal misalnya meliputi pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan akibat kecelakaan, terganggunya pekerjaan dan cacat yang menetap. Untuk mencapai tujuannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga harus mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengannya seperti ergonomi, psikologi industri, toksiologi industri, dan lain sebagainya. 2.2. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja. Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing sektor ekonomi. Beberapa diantaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi
15
Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement (Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya. Namun sekarang Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terutama di Indonesia adalah Undang-Undang No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan adalah UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja. Pengaturan hukum K3 dalam konteks diatas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No.13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No.15 Tahun 1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa. (Konradus,2003: pada http://www.sinarharapan.co.id). 2.3. Kecelakaan kerja Terjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupun cacat berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai faktor sebagai berikut (Bennet, 1985) : 1. Golongan fisik a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak baik sementara maupu permanen. b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia, heat stroke, dan heat cramps ( keadaan panas badan yang tinggi suhunya ). Sedangkan suhu yang rendah dapat menyebabkan kekakuan dan peradangan. c. Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan kelainan pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah. 2. Golongan kimia a. Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan.
16
b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan. c. Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan sebagainya. d. Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit. e. Cairan beracun. 3. Golongan Biologis a. Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi; b. Penyekit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja, misal penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan kulit. 4. Golongan Fisiologis a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh manusia. b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik. c. Cara bekerja yang membosankan/ titik jenuh tinggi. 5. Golongan Psikologis a. Proses kerja yang rutin dan membosankan; b. Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu menekan atau sangat menuntut; c. Suasana kerja yang kurang aman.
17
BAB III METODE PENULISAN
3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari internet dan studi pustaka. Prosedur penulis dalam metode studi pustaka adalah: 1. Penulis menguraikan informasi mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) yang terjadi di area stasiun kereta api. 2. Penulis menguraikan pendapat beberapa ahli yang telah mempelajari terlebih dahulu mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). 3. Penulis mengolah hasil studi pustaka menjadi tulisan dalam karya tulis ini. 4. Penulis mengambil kesimpulan dari berbagai sumber pustaka.
3.2. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan pendekatan teoritis dan tidak dilakukan percobaan pembuktian.
3.3. Prosedur Penulisan Prosedur penulisan dalam pembuatan karya tulis ini dapat dilihat dari flow chart (diagram alir) berikut.
18
Gambar 3.1. Flow chart penulisan karya tulis
3.4. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Berisi perumusan masalah (latar belakang, makna penting serta menariknya masalah untuk ditelaah), mengandung pertanyaan yang akan dijawab melalui penulisan, tujuan, dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan.
19
Bab II Tinjauan Pustaka Telaah pustaka berisikan uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah. Bab III Metode Penulisan Berisi uraian tentang metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis dan prosedur penulisannya. Bab IV Pembahasan Mengandung analisis permasalahan berdasarkan telaah pustaka untuk menghasilkan alternatif model pemecahan. Bab V Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan yang konsisten sesuai dengan analisis dan sintesis pada pembahasan permasalahan dan saran yang berupa prediksi transfer gagasan dan adopsi teknologi.
20
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Analisis Masalah Data kecelakaan ataupun kecelakaan kerja di area transportasi kereta api tahun 2003-2007 yakni 134 kasus tabrakan antara kereta api dengan kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan kereta api, kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538 kasus pada periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap bulan. Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana dan prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal dunia, 478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir. Kemudian pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan drastis menjadi 7 kasus, diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok. 4.2. Pembahasan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan data yang telah dianalisis, penyebab terjadinya kecelakaan dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor mekanis dan lingkungan yang meliputi segala sesuatu selain manusia dan faktor manusia itu sendiri. a. Faktor Mekanis Faktor mekanis bisa berupa mesin-mesin yang sudah tidak layak. Dari segi mesin, memang perkeretaapian di Indonesia sudah banyak yang tidak layak jalan. Hal ini dikarenakan usia yang sudah bertahun-tahun. Berdasarkan data Ditjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan pada Mei 2008, dari 342 lokomotif yang dimiliki PT.Kereta Api, ternyata 109 lokomotif sudah berusia diatas 40 tahun. Itu umur yang sudah terlalu tua dan berisiko tinggi terhadap keamanan dan keselamatan penumpang. Untuk gerbong kereta, dari 1.275 gerbong, 412 di antaranya juga berusia diatas 40 tahun. Kereta-kereta api tak sehat tersebut jelas tidak bisa digunakan secara terus menerus sebagai sarana transportasi oleh PT KA. Apabila dijalankan
21
maka melanggar Bab XVII Pasal 187 ayat (1),(2),(3) dalam UU Perkeretaapian tentang ancaman pidana bagi penyelenggara sarana dan prasarana perkeretaapian yang memaksakan pengoperasian kereta api umum yang tidak memenuhi standar kelaikan operasi. b. Faktor Manusia Selain karena faktor mekanis kecelakaan kerja di stasiun kereta api juga diakibatkan karena human error yang merupakan kelemahan sifat manusia seperti salah mengoperasikan, salah memutuskan dan salah mengerjakan sering menjadi penyebab kecelakaan dan kecelakaan kerja. Sifat perbuatan manusia yang keliru (salah sangka) dan kurang hati-hati disebut “sifat manusia”, sedangkan error yang disebabkan oleh sifat manusia disebut “human error”.Misalnya pegawai tidak mahir dalam mengoperasikan mesin lokomotif, tidak bisa menggunakan rem bahaya, salah dalam memberi peringatan kedatangan kereta, dan lain-lain. Berikut adalah gambaran secara umum terjadi nya kesalahan kerja yang dilakukan manusia/ tenaga kerja :
Gambar 4.1 Skema Manusia Melakukan Perbuatan Yang Tidak Aman
22
Untuk memperbaiki kelaikan dan kenyamanan layanan kereta api pemerintah sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan
peremajaan
atau
mengganti
baru
lokomotif
atau
komponen-komponen utama pada kereta api dengan merealisasikan kerja sama dengan General Electric (GE) tentang skema soft loan. 2. Hanya mengoperasikan kereta yang laik jalan sesuai dengan standar kelaikan operasional. Pihak penyelenggara tidak perlu memaksakan diri mengoperasikan kereta api tidak laik jalan hanya untuk memenuhi jadwal perjalanan KA. 3. Menjatuhkan sanksi tegas terhadap oknum yang mengganggu kelancaran operasional, sesuai UU Perkeretaapian Bab XV Pasal 189184 tentang larangan, antara lain menindak tegas oknum yang menghilangkan,
merusak,
atau
melakukan
perbuatan
yang
menyebabkan rusak atau tidak berfungsinya sarana dan prasarana kereta api. Di samping itu, menindak tegas orang yang berada di atap kereta, lokomotif, kabin masinis, di gerbong kereta yang tidak diperuntukkan bagi penumpang. Menindak calo karcis, dan tak kalah pentingnya, seharusnya menindak tegas kondektur yang selalu menerima pungutan liar dari penumpang tak berkarcis. 4. Adanya perbaikan kualitas SDM sesuai dengan kecakapan yang dibutuhkan pada seluruh sektor personal terkait dengan operasional kereta api. Perbaikan ini meliputi SDM yang ada di pintu lintasan, pemeriksa rel, masinis, teknisi, kondektur, sampai pada kepala stasiun. Perbaikan SDM ini diharapkan dapat meminimalkan risiko kecelakaan yang diakibatkan oleh human error. 4.3. Pembahasan Metode Kampanye Kecelakaan Nol Kampanye Kecelakaan Nol merupakan salah satu metode untuk mengurangi potensi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error). Sehingga dengan menerapkan metode ini diharapkan
23
dapat memperbaiki atau bahkan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di stasiun kereta api di Indonesia. Metode ini secara konkret dikembangkan di tempat kerja dengan menerapkan prinsip menghargai manusia, yaitu latihan antisipasi keselamatan serta menunjuk dan menyebutkan. Aktivitas menghadapi bahaya merupakan kegiatan yang dilakukan dengan bergabung dan dijadikan satu dalam aktivitas disebut aktivitas prediksi bahaya.
Gambar 4.2 Bagian dari Kegiatan Kampanye Kecelakaan Nol
Munculnya metode ini diawali di negara Jepang melalui asosiasinya yang bernama Keselamatan dan Kesehatan Industri Jepang (Japan Industrial Safety & Health Association (JISHA) didirikan dengan tujuan mendukung aktivitas pencegahan kecelakaan kerja pemilik industri berdasarkan UU
24
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan pada tahun 1964 yang merupakan masa pertumbuhan ekonomi tinggi. Dalam kampanye kecelakaan nol, semua orang berpartisipasi untuk melaksanakan berbagai usaha yang berhubungan dengan pencegahan kecelakaan kerja sejak dini. Dasar dan inti dari kampanye ini adalah antisipasi keselamatan dan kesehatan dengan keikut-sertaan semua orang agar tidak ada seorang pun mengalami cedera di tempat kerja. Kampanye kecelakaan nol bukan hanya sebatas prinsip “menghargai manusia”. Melainkan, kampanye ini merupakan “metode” untuk mewujudkan prinsip tersebut dan mengembangkannya secara nyata serta “penerapan” untuk melaksanakan metode itu di lapangan. Kampanye kecelakaan nol adalah kampanye yang mendukung trinitas dari prinsip, metode dan praktek. Bila salah satunya ditiadakan, kampanye kecelakaan nol ini tidak dapat dilakukan. Kampanye kecelakaan nol terdiri dari 3 prinsip yaitu “nol”, “antisipasi” dan “partisipasi”. Hal ini disebut 3 prinsip citra dasar. a. Prinsip nol Yang dimaksud dengan “nol” adalah prinsip untuk melenyapkan semua kecelakaan sampai nol, termasuk kecelakaan kerja, penyakit yang terdapat dari pekerjaan dan kecelakaan lalu lintas, dengan menemukan, memahami dan memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di dalam kehidupan seharihari setiap orang atau tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan. b. Prinsip antisipasi Yang dimaksud dengan “antisipasi” adalah mencegah munculnya kecelakaan sebelum beraktivitas, dengan menemukan, memahami dan memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di dalam kehidupan sehariharinya serta tentu saja bahaya yang tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan, dan untuk menciptakan tempat kerja yang lebih ceria, jumlah kecelakaan dan penyakit nol.
25
c. Prinsip partisipasi Yang dimaksud dengan “partisipasi” adalah mempraktekkan aktivitas memecahkan masalah dengan semangat dari inisiatif sendiri diposisi dan tempat kerja masing-masing dengan keterpaduan dan kerjasama pimpinan, manajer, staf, dan pegawai, untuk menemukan, memahami dan memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan.
Ada 3 pilar utama yang penting untuk melaksanakan kampanye kecelakaan nol yaitu “sikap manajemen pimpinan”, “penyempurnaan pembentukan line kerja”, dan “pengaktivan kegiatan dari inisiatif sendiri di tempat kerja”. Ketiga pilar utama ini saling berhubungan dan mendukung untuk mengembangkan kampanye kecelakaan nol. a. Sikap manajemen pimpinan Patroli keselamatan bermula dari sikap manajemen dari pimpinan yang ketat menjaga supaya kecelakaan dan penyakit nol. Kampanye dimulai dari keputusan pimpinan untuk menghargai manusia, yaitu “setiap orang yang bekerja adalah orang penting” dan “tidak
membiarkan satu orang pun
cedera”. b. Penempurnaan pembentukan di line kerja Untuk menjalankan patroli keselamatan, manajer/pengawas (line) harus mempraktekkan sendiri dan memberi teladan patroli keselamatan waktu bekerja. Hal ini disebut patroli keselamatan dibentukkan sebagai line. c. Pengaktifan kegiatan dari inisiatif sendiri di tempat kerja Human error menyertai di sebagian besar kecelakaan kerja. Harus disadari bahwa keberadaan diri tidak dapat digantikan, lalu keselamatan dan kesehatan harus ditekankan sebagai masalah interpersonal dengan rekan sekerja. Bila semua orang tidak menerapkan “ayo lakukan”, “ayo begini”
26
“saya tidak akan cedera”, “saya tidak membiarkan rekan mengalami cedera”, maka keselamatan tempat kerja juga tidak dapat dijaga. 4.4. Pembahasan Penerapan Metode Kampanye Kecelakaan Nol Untuk memulai melaksanakan Kampanye Kecelakaan Nol di stasiun kereta api, pertama harus berkumpul semua karyawan mulai dari pimpinan stasiun sampai dengan teknisi. Karena dalam aktivitas menghadapi bahaya merupakan kegiatan yang dilakukan dengan bergabung dan dijadikan satu dalam aktivitas disebut aktivitas prediksi bahaya. a. Latihan prediksi bahaya Aktivitas antisipasi keselamatan sebelumnya dengan diskusi, berpikir dan memahami dalam tim di tempat kerja dengan tanya jawab sendiri mengenai “penyebab bahaya” yang tersembunyi di dalam tempat kerja dan kondisi kerja (aktivitas dan kondisi tidak aman yang berkemungkinan menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja) serta “gejala” (jenis kecelakaan) yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembaran ilustrasi tempat kerja dan kondisi kerja atau langsung di tempat kerja dan dengan benda langsung, sambil membiarkan tetap kerja atau memperlihatkan cara kerja. Kemudian menentukan poin-poin bahaya dan tujuan aktivitas serta memastikannya dengan menunjuk dan menyebutkannya. b. Menunjuk dan menyebut “Menunjuk dan menyebut” adalah metode untuk memastikan agar pekerjaan dilakukan secara aman dan tidak keliru, dengan cara menunjuk ke objek dengan lengan lurus dan menyebutkannya dengan suara yang jelas, misalkan [nama objek] bagus!! Menunjuk dan menyebut merupakan cara untuk meningkatkan kepastian dan keselamatan kerja dengan mengubah tingkat kesadaran menjadi normal dan jelas sehingga setelah aktivitas ini dikembangkan di semua tempat
27
kerja akan menjadi kebiasaan setiap karyawan orang untuk menjaga keselamatan, yang dilatarbelakangi prinsip penghargaan manusia. Berdasarkan hasil eksperimen penilaian efeknya menunjuk dan menyebut yang diselenggarakan oleh Institut Umum Kereta Api pada 1994, rasio munculnya kesalahan kerja menurun sampai kurang dari sekitar 1/6 “bila melakukan menunjuk dan menyebut” dibanding “bila tidak melakukan apaapa”.
Gambar 4.2 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut’
28
c. Menunjuk Dan Menyebutkan Bersama-Sama Selain cara ”menunjuk dan menyebutkan” secara perorangan,
ada
pelaksanaan yang dilakukan oleh beberapa orang disebut ”menunjuk dan menyebutkan bersama-sama”. Tujuannya yaitu menyatukan semangat untuk meningkatkan rasa keterpaduan dan kebersamaan sebagai tim, dengan menunjuk objek dan menyebut bersama-sama. Ada juga tipe touch and control yaitu tipe menyentuh waktu menunjuk.
Gambar 4.3 Cara Melakukan Metode ”Menunjuk dan Menyebut secara Bersama-sama”
29
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisis dan pembahasan dari masalah yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diterapkan di setiap area kerja tak terkecuali di stasiun kereta api. Dimana stasiun kereta api merupakan area kerja yang memiliki resiko kecelakaan dan gangguan kerja yang tinggi. 2. Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja, hal ini berarti pemerintah telah memperhatikan akan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tiap pegawai. 3. Dalam beberapa tahun terakhir tingkat kecelakaan kerja di stasiun kereta api mengalami peningkatan, dan setelah dianalisis hal tersebut dikarenakan kesalahan mekanis dan kesalahan manusia/ pekerjanya. 4. Kesalahan mekanis terjadi karena kerusakan mesin kereta api dan usia kereta yang sudah tua sehingga tidak laik jalan. 5. Kecelakaan kerja yang terjadi karena kesalahan manusia (human error) misalnya operator tidak mahir dalam menjalankan mesin, kurang memperhatikan tanda-tanda bahaya di tempat kerja, ceroboh dalam menjalankan tugas, dan lain-lain. 6. Kampanye Kecelaakaan Nol dilakukan untuk mengurangi kesalahan manusia di tempat kerja. Dasar dan inti dari kampanye ini adalah antisipasi keselamatan dan kesehatan dengan keikut-sertaan semua orang agar tidak ada seorang pun mengalami cedera di tempat kerja. 7. Berdasarkan hasil eksperimen pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol menghasilkan rasio munculnya kesalahan kerja menurun sampai kurang dari sekitar 1/6 “bila melakukan menunjuk dan menyebut” dibanding “bila tidak melakukan apa-apa”.
30
5.2. Saran Upaya pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol seharusnya mendapat dukungan dari pemerintah melalui Departemen Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) dibidang Perkereta-apian. Kegiatan ini bisa dilakukan secara berkala disetiap stasiun kereta api di Indonesia dengan memberikan pelatihan kepada para karyawannya. Hal ini karena pengupayaan tersebut sangat penting
untuk
mengurangi
human
error
sehingga
nantinya
dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas pegawai di Stasiun Kereta api.
31
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara ASEAN), 2003; http://www.asean-osh.net/indonesia/osh%20statistic.htm. Bennet, dkk.1985. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo Dalih. 1982. Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Konradus, Dangur. 2003. Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja. pada http://www.sinarharapan.co.id/berita/0708/02/opi01.html) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 21 Agustus 2008 diambil di website http://gedbinlink.wordpress.com/tag/k3/ Suma’mur. 1988. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.Haji Masagung http://www.kereta-api.com
32