KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Yudhia Mulya ABSTRACT Choosing the appropriate level of debt and equity is an on-going process as long as there are continuous changing of market conditions, tax rules and competitions. This study examines the pattern of relationship between profitability and usage of debt for companies listed at Jakarta Stock Exchange. This is a cross-sectional study, which used 122 firms selected from manufacturing industry in period of December 2005. Return on assets is used to measure profitability and with correlation analysis, this study tried to find the relationship between profitability and debt ratio as a measure of usage of debt. Pearson coefficient correlation indicate that there is an inverse relationship between profitability and usage of debt wherein the lower the profitability, the higher the usage of debt, or vice versa, but the relationship is weak. Keywords: insolvent, profitability, debt ratio, pecking order theory PENDAHULUAN Dalam berbagai literatur manajemen keuangan disebutkan bahwa perusahaan perlu mempertahankan keseimbangan antara hutang dan ekuitas. Penggunaan
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
68
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
hutang dalam proporsi lebih besar akan meningkatkan risiko perusahaan untuk mengarah pada kondisi insolvent. Kondisi insolvent dapat dibedakan atas dua jenis yaitu (1) flow-based insolvency yang terjadi jika arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban lancar; dan (2) stock-based insolvency yang terjadi jika perusahaan memiliki nilai ekuitas negatif sehingga nilai aset menjadi lebih rendah daripada nilai hutangnya (Ross, 2002, 855). Dari hasil pengamatan pada perusahaan-perusahaan emiten di Bursa Efek Jakarta, terdapat beberapa perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negatif yang berarti perusahaan berada dalam kondisi stock-based insolvency. Adapun data perusahaan emiten yang memiliki ekuitas negatif adalah sbb.: Tabel 1.1: Total Ekuitas & Total Aktiva Perusahaan Emiten Bursa Efek Jakarta Per 31 Desember 2005 (dalam jutaan Rp.) Sektor Industri Dasar & Kimia Mulia Industrindo Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ind. Tbk Surya Dumai Industri Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Aneka Industri Polysindo Eka Perkasa Tbk Texmaco Jaya Tbk Primarindo Asia Infrastructure Tbk Asia Grain International Tbk Barang Konsumsi Ades Waters Indonesia Tbk Suba Indah Tbk
69
Total Ekuitas
Total Aktiva
(2.679.790) (359.165)
43.115.990 289.447
(466.348) (2.378.231)
676.689 2.121.633
(6.022.047) (1.559.579)
6.093.780 525.499
(207.893) (20.717)
86.678 91.145
(87.901) (90.460)
210.052 838.121
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
Properti dan Real Estat Ciputra Development Tbk (96.428) Mulialand Tbk (452.547) Panca Wiratama Sakti Tbk (225.198) Infrastruktur, Utilitas & Transportasi Steady Safe (25.323) Bukaka Teknik Utama Tbk (1.008.296) Keuangan: Global Financindo Tbk (3.364) Perdagangan, Jasa & Investasi: Inter Delta Tbk (34.439) Mitra Investindo (9.383) Sumber: Investor, 2006 - data diolah
5.306.703 1.390.643 318.091
193.379 439.097 61.270
31.328 39.732
Kondisi stock-based insolvency terjadi di hampir semua jenis kategori industri. Nilai ekuitas negatif yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan dalam tabel diatas dikarenakan membukukan laba bersih negatif. Menurut pecking order theory, salah satu pendekatan teori struktur modal, perusahaan-perusahaan yang profitable memiliki kecenderungan untuk menggunakan hutang dengan proporsi sedikit. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut mampu menghasilkan dana secara internal sehingga mengurangi kebutuhannya akan sumber pembiayaan dari luar perusahaan (Ross, 2002, 440). Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang memiliki laba tinggi umumnya memiliki hutang lebih sedikit. Hal tersebut bukan dikarenakan perusahaan memiliki target rasio hutang yang rendah melainkan karena perusahaan yang memiliki laba tinggi tidak memerlukan dana dari luar perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki laba relatif rendah cenderung akan menerbitkan surat hutang Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
70
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
karena perusahaan tersebut tidak memiliki dana internal yang cukup untuk memenuhi program investasi dan karena pembiayaan dari hutang merupakan alternatif pertama yang akan dipilih oleh para manajer sebagai sumber dana eksternal berdasarkan pecking order theory (Brealey, 1996, 501). Tujuan Penelitian Kajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana arah dan kekuatan hubungan antara profitabilitas dengan rasio hutang pada perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Adapun penelitian dilakukan terhadap perusahaanperusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta yang bergerak pada sektor industri manufaktur. TINJAUAN TEORITIS Keberadaan pecking order theory diawali dengan adanya informasi yang tidak simetris antara pihak manajer dengan investor. Informasi tidak simteris adalah suatu situasi dimana para manajer memiliki informasi berbeda (lebih baik) mengenai prospek perusahaan dari pada para investor. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati perubahan harga saham yang disebabkan oleh pengumuman-pengumuman yang dilakukan oleh manajer. Adanya informasi yang tidak simetris antara manajer dan investor tersebut mempengaruhi pilihan antara pembiayaan internal dan eksternal (Brealey, 1996, 498). Secara garis besar, pecking order theory menyatakan bahwa para manajer memiliki urutan preferensi (pecking order) alternatif pembiayaan sebagai berikut (Jones, 1992, 471): 1. ekuitas internal 71
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
2. hutang 3. ekuitas eksternal Dalam penelitian Myers (1984) mengenai pecking order theory sebagai pendekatan dalam struktur modal disebutkan bahwa perusahaan lebih memilih laba ditahan (aktiva likuid yang tersedia) sebagai sumber dana utama untuk kebutuhan investasi sebelum memutuskan menggunakan hutang dan penerbitan saham baru sebagai sumber pembiayaan eksternal (Weston, 1992, 605). Rasio hutang akan berubah pada saat terjadi ketidakseimbangan antara arus kas internal, dividen dan peluang investasi riil. Perusahaan yang sangat profitable dengan peluang investasi yang terbatas akan mengupayakan rasio hutang yang rendah. Perusahaan yang kekurangan sumber dana internal dalam membiayai peluang investasinya akan terdorong untuk meminjam lebih besar. Teori ini menjelaskan hubungan yang terbalik antara profitabilitas dengan leverage finansial pada perusahaan-perusahaan yang berada dalam satu industri. Pecking order theory memprediksikan perubahan rasio hutang pada berbagai perusahaan yang berada dalam tahap mature. Perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kenaikan rasio hutang pada saat mengalami defisit finansial dan rasio hutang menurun pada saat terjadi surplus finansial (Brealey, 1996, 501). Berikut ini faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan perusahaan dalam membuat keputusan struktur modal (Brigham, 2005, 572-574 ): 1. stabilitas penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat menambah hutang secara Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
72
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
73
aman daripada perusahaan perusahaan yang memiliki penjualan tidak stabil struktur aktiva: perusahaan yang memiliki aktiva yang layak untuk dijadikan jaminan cenderung menggunakan hutang dalam jumlah lebih besar operating leverage: dengan asumsi kondisi lain tidak berubah, perusahaan dengan leverage operasi rendah lebih mampu menggunakan leverage finansial. tingkat pertumbuhan: dengan asumsi kondisi lain tidak berubah, perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan banyak mengandalkan sumber dana eksternal karena floatation cost penerbitan saham lebih tinggi daripada penerbitan surat hutang. profitabilitas: perusahaan dengan tingkat imbalan investasi tinggi menggunakan hutang rekatid kecil. Tingginya tingkat imbalan investasi membuat perusahaan tersebut mampu melakukan pembiayaan secara internal. pajak: beban bunga merupakan tax deductable expense dimana penghematan pajak sangat bernilai bagi perusahaan yang memiliki tingkat pajak tinggi. Semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar manfaat penggunaan hutang. kendali: kendali manajemen terhadap pilihan hutangekuitas dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. perilaku manajemen: perilaku manajemen yang konservatif atau agresif akan mempengaruhi tingkat penggunaan hutang. perilaku pemberi pinjaman dan agen pemeringkat: pertimbangan dari pihak pemberi pinjaman dan Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
perusahaan-perusahaan pemeringkat berpengaruh kepada keputusan manajemen dalam hal memilih bentuk pembiayaan. 10. kondisi pasar: kondisi pasar saham dan obligasi akan berdampak pada perubahan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada keputusan struktur modal perusahaan. 11. kondisi internal perusahaan 12. fleksibilitas finansial Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis diatas, maka perumusan hipotesis pada penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat hubungan antara profitabilitas dengan tingkat penggunaan hutang dalam industri manufaktur. Ha : Terdapat hubungan antara profitabilitas dengan tingkat penggunaan hutang dalam industri manufaktur. METODOLOGI PENELITIAN Data Populasi yang digunakan dalam kajian ini adalah 335 perusahaan emiten yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta dalam periode Desember 2005. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah purposive sampling dimana diambil 112 perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang terdiri atas sektor: industri dasar & kimia, industri barang konsumsi dan aneka industri. Dasar pemilihan sampel adalah adanya Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
74
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
pengaruh struktur aktiva dalam proses penetapan struktur modal dimana perusahaan-perusahaan yang memiliki aktiva yang layak untuk dijadikan jaminan cenderung menggunakan hutang dalam jumlah besar. Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria pemilihan sampel adalah perusahaan-perusahaan yang relatif memiliki nilai total aktiva relatif besar dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur dinilai memenuhi kriteria tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder yang berkaitan dengan data keuangan perusahaan sampel per tanggal 31 Desember 2005. Identifikasi & Pengukuran Variabel Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan, maka variabel-variabel yang akan diteliti adalah profitabilitas dan tingkat penggunaan hutang. Profitabilitas akan diukur dengan Return on Asset (ROA) yang dihitung dari: laba bersih dibagi terhadap total aktiva. Sementara tingkat penggunaan hutang akan diukur dengan rasio hutang (Debt Ratio). Adapun skala pengukuran untuk kedua variabel penelitian tersebut adalah skala rasio. Metode Analisis Data Pola penyajian analisis terdiri dari tiga tahap. Pertama akan disajikan analisis deskriptif atas variabel-variabel yang diteliti. Kedua, untuk memelihat arah dan keeratan hubungan antara kedua variabel penelitian diatas maka akan digunakan analisis statistik koefisien korelasi Pearson product moment. Ketiga, untuk menguji hipotesis null diterima atau ditolak maka akan digunakan uji t.
75
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Untuk memenuhi asumsi normalitas, maka beberapa sampel yang bersifat outlier dikeluarkan sehingga total jumlah sampel yang digunakan menjadi 110 perusahaan sampel. Uji kenormalan data dilakukan dengan menghitung rasio skewness dan rasio kurtosis dengan ketentuan dimana jika kedua rasio tersebut berada dalan rentang –2 dan 2, maka distribudi data adalah normal. Berdasarkan tabel 4.1. yang disajikan di bawah, variabel rasio hutang memiliki rasio skewness sebesar 0.221/0.23 = 0.96 dan rasio kurtosis sebesar –0.366/0.457 = 0.8. Sementara untuk variabel profitabilitas memiliki rasio skewness sebesar –0.14/0.23 = -0.61 dan rasio kurtosis sebesar 0.684/0.457 = 1.5. Karena rasio skewness dan kurtosis untuk kedua variabel penelitian masih berada dalan rentang yang disyaratkan, maka kedua variabel penelitian memiliki dapat diasumsikan berdistribusi normal. Tabel 4.1.: Skewness Dan Kurtosis untuk Variabel ROA dan Debt Ratio
DR ROA Valid N (listwise)
N Statistic 110 110 110
Skewness Statistic Std. Error .221 .230 -.140 .230
Kurtosis Statistic Std. Error -.366 .457 .684 .457
Berikut ini disajikan hasil pengolahan statistik deskriptif untuk variabel profitabilitas dan Debt Ratio yang diukur dengan return on assets.
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
76
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
Tabel 4.2.: Statistik Deskriptif ROA dan Debt Ratio Pada Perusahaan Manufaktur per 31 Desember 2005 N DR ROA Valid N (listwise)
110 110 110
Minimum Maximum 9.01% 122.73% -18.75% 27.16%
Mean Std. Deviation 53.44% 24.22% 5.64% 8.28%
Dari hasil pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata return on assets pada perusahaan manufaktur adalah 5,64%. Namun tingkat return on assets tersebut sangat bervariatif yang dapat dilihat dari nilai standar deviasi sebesar 8,28%. Nilai ROA tertinggi sebesar 27.16% dicapai oleh PT. Malindo Feedmill Tbk dan nilai ROA terendah sebesar –18.75% dimiliki oleh PT. Suba Indah Tbk. Adapun profil data keuangan untuk kedua perusahaan tersebut adalah sbb.: Tabel 4.4.: Profil Data Keuangan Emiten Dengan Nilai ROA Tertinggi Dan Terendah Per 31 Desember 2005 (dalam jutaan Rp.) Profil ROA Tertinggi Nama Emiten PT. Malindo Feedmill Total Aktiva Rp. 314.028 Total Ekuitas Rp. 105.724 Laba Usaha Rp. 85.286 Laba Bersih Rp. 47.058 Sumber: data diolah
ROA Terendah PT. Suba Indah Rp. 838.121 (Rp. 90.460) (Rp.157.146) (Rp. 328.969)
Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.2. diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio hutang pada perusahaan manufaktur adalah 53,44% dengan standar deviasi 24,22%. Berdasarkan informasi tersebut dapat 77
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
disimpulkan juga bahwa rasio hutang pada perusahaan manufaktur pun bervariatif. Rasio hutang tertinggi sebesar 122,73% dimiliki oleh PT. Asia Grain International yang berarti besarnya nilai hutang perusahaan 1,23 kali lebih tinggi daripada nilai total aktivanya. Sementara rasio hutang terendah sebesar 9% dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal Tbk. Adapun profil data keuangan untuk kedua perusahaan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.6.: Profil Data Keuangan Emiten Dengan Rasio Hutang Tertinggi dan Terendah per 31 Desember 2005 (dalam jutaan Rp.) Profil Nama Emiten
Rasio Hutang Tertinggi PT. Asia Grain Int’l
Total Aktiva Total Ekuitas Laba Usaha Laba Bersih Sumber: data diolah
Rp. 210.052 (Rp. 87.901) (Rp.115.786) (Rp. 119.256)
Rasio Hutang Terendah PT. Betonjaya Manunggal Rp. 27.271 Rp. 24.814 Rp. 2.071 Rp. 1.750
Berdasarkan hasil pengamatan dari profil keuangan diatas, dalam suatu kelompok industri, perusahaan yang memiliki return on asset paling rendah atau perusahaan yang memiliki rasio hutang paling tinggi memiliki circiri yang sama yaitu memiliki nilai ekuitas negatif dan disertai dengan laba usaha dan laba bersih yang juga negatif. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh apakah ada hubungan antara kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan tingkat penggunaan hutang mengingat terdapat Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
78
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
teori struktur modal yang menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah cenderung untuk lebih banyak menggunakan hutang dan sebaliknya perusahaan-perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung untuk menggunakan hutang lebih sedikit. Analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment dan Koefisien Determinasi Untuk melihat pola hubungan antara return on assets dengan rasio hutang berikut ini disajikan hasil pengolahan data dengan menggunakan koefisien korelasi pearson product moment. Tabel 4.7.: Hasil Pengolahan Data Koefisien Korelasi Pearson
Debt Ratio ROA
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Debt Ratio 1.000 . 110 -.241* .011 110
ROA -.241* .011 110 1.000 . 110
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan-perusahaan manufaktur terdapat pola hubungan negatif antara return on assets dengan rasio hutang yang artinya kedua variabel tersebut bergerak ke arah yang berlawanan. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan return on assets diikuti dengan penurunan rasio hutang atau penurunan return on assets
79
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
diikuti dengan kenaikan rasio hutang. Jika melihat arah hubungan kedua variabel tersebut, maka hal ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan arah hubungan yang berlawanan antara profitabilitas dengan rasio hutang. Dari sisi keeratan hubungan, besaran nilai koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang lemah karena besarannya berada dalam rentang 0.21 r 0,4. PENGUJIAN HIPOTESIS Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi Pearson diatas, selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis melalui uji t dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa t hitung adalah –2,58. Sedangkan t tabel untuk pengujian 2 sisi adalah 1,98. Karena -t hitung < -t tabel, maka hipotesis null (H0) ditolak dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara statistik koefisien korelasi sebesar –0.241 adalah signifikan yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan tingkat penggunaan hutang pada industri manufaktur. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian diatas, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. perusahaan yang memiliki ciri-ciri nilai ekuitas negatif dan disertai dengan laba usaha dan laba bersih negatif cenderung memiliki return on assets paling rendah atau rasio hutang paling tinggi dalam industrinya. 2. terdapat hubungan yang signifikan antara return on assets dengan rasio hutang pada perusahaanperusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011
80
KAJIAN TERHADAP POLA HUBUNGAN ANTARA PROFITABILITAS DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN HUTANG PADA INDUSTRI MANUFAKTUR
dimana arah hubungannya bergerak berlawanan (terbalik) yang berarti kenaikan return on assets diikuti dengan penurunan rasio hutang dan sebaliknya. 3. keeratan hubungan antara return on assets dengan rasio hutang menunjukkan hubungan yang lemah. DAFTAR PUSTAKA -
81
Brealey, Richard A. and Stewart C. Myers, 1996, Principles of Corporate Finance, 5th Edition, McGraw Hill, United States of America. Brigham, Eugene F and Michael C. Ehrhardt, 2005, Financial Management, 11th Edition, Thompson Southwestern, United States of America. Ross, Stephen A, Randolph W. Westerfield and Jeffrey F. Jaffe, 2002, Corporate Finance, 6th Edition, McGraw Hill, New York. Investor, 2006, Data Pokok 335 Emiten, No. 145 Tahun VIII, 26 April – 8 Mei. Jogiyanto H. M., Prof. Dr. M.B.A., Akt, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman, 2004, BPFE, Yogyakarta. Jones, Charles P., 1992, Introduction to Financial Management, Richard D. Irwin, United States of America. Kountur, Ronny, 2006, Statistik Praktis, Seri Umum No. 9, PPM, Jakarta. Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland, 1992, Managerial Finance, 9th Edition, Dryden Press, United States of America. http://www.jsx.co.id
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE) Volume Semester I 2011