KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
INTAN KUSUMA JAYANTI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
November 2009
Intan Kusuma Jayanti C24052884
RINGKASAN
Intan Kusuma Jayanti. C24052884. Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Fredinan Yulianda dan Gatot Yulianto. Sumberdaya fisik dan biologi Danau Rawa Pening dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, wisatawan, dan instansi terkait sebagai pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan suatu objek wisata tentunya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Untuk menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif tersebut tentu saja memerlukan pengelolaan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata, permasalahan pengelolaan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening, dan menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening secara berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis sumberdaya, analisis kesesuaian, analisis daya dukung, dan analisis SWOT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Hasil penelitian yang diperoleh antara lain diketahui potensi wisata mencakup pemandangan alam, daya tarik flora dan fauna, potensi budaya, dan potensi sosial ekonomi. Berbagai permasalahan yang dihadapi Danau Rawa Pening sebagai objek wisata yaitu terkait dengan masalah ekologi dan fisik, permasalahan sumberdaya manusia, dan permasalahan dalam pengelolaan oleh instansi terkait yang mempengaruhi kegiatan wisata. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, kegiatan wisata memancing dapat dilakukan di lokasi 1 dan 2. Kegiatan berperahu dapat dikembangkan di lokasi 3 dan 4. Kegiatan duduk santai dapat dikembangkan di lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10. Kegiatan outbound dapat dilakukan di lokasi 11 dan kegiatan dapat berkemah di lokasi 12. Lokasi 7 tidak dikembangkan untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound, karena berdasarkan perhitungan analisis kesesuaian wisata lokasi 7 termasuk kategori tidak sesuai untuk dikembangkan kegiatan-kegiatan tersebut. Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu sebesar 1.378 orang/hari. Daya tampung kegiatan memancing yaitu 40 orang/hari, kegiatan berperahu 579 orang/hari, kegiatan duduk santai 584 orang/hari. Kegiatan outbound 50 orang/hari dan kegiatan berkemah sebanyak 125 orang/hari. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu: mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening, memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan, dan membuat paket tour wisata dengan objek wisata lain.
KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
INTAN KUSUMA JAYANTI C24052884
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul
: Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Nama Mahasiswa
: Intan Kusuma Jayanti
NIM
: C24052884
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui: Komisi Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M. Sc NIP 1963073 11988 1 002
Ir. Gatot Yulianto, M. Si NIP 19650706 199203 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc NIP 19660728 199103 1 002
Tanggal lulus: 30 Oktober 2009
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk
Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah” disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Danau Rawa Pening merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.
Melalui analisis sumberdaya, analisis
kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan, dan analisis SWOT diharapkan penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperoleh informasi alternatif strategi pengelolaan yang berkelanjutan bagi kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yang tepat. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bogor,
November 2009
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I dan II atas bimbingan dan arahan-arahan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama masa studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3. Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS selaku dosen penguji tamu dan Ir. Zairion, M.Sc selaku dosen penguji dari progam studi yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis. 4. Ayahanda R. Supono Hadi Prayitno dan Ibunda Sri Pujaswati (almarhumah), serta adikku Candra Kusuma Setiyawan atas doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. 5. Bapak Sukirno (Kepala UPTD Rawa Pening) dan Bapak Pandiman atas segala bimbingan, kerjasama, dan bantuannya selama di lapangan. 6. Keluarga di Salatiga yang telah berkenan membantu dengan tulus saat pengambilan data di lapangan dan perhatiannya sampai saat ini. 7. Mbak Widar dan staf Tata Usaha MSP lainnya atas bantuan, perhatian dan doa selama penulisan skripsi. 8. Diana, Steven (ITK’42), Muning, Kak Andi (THP’41), Moro, Lily, Irma, Avie, Ebit, Erys, Lenggo, Wati, Desi, dan seluruh rekan-rekan MSP 42 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persaudaraan, bantuannya, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 9. Teman-teman di Wisma SAS atas motivasi dan persaudaraannya yang telah diberikan selama ini.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 September 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan R.Supono Hadi Prayitno dan Sri Pujaswati (almarhumah). Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi Kabupaten Semarang (1991), SD Negeri Kramat Pela 08 Petang Jakarta (1993), SLTP Negeri 19 Republica de Columbia Jakarta (1999), SMA Negeri 74 Jakarta (2002). Pada tahun 2005 penulis melanjutkan
studinya di
Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah mengikuti Tahap Persiapan Bersama (TPB), kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai asisten luar biasa Ekologi Perairan periode 2006-2007.
Penulis juga aktif menjadi staf Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan divisi Sosial dan Lingkungan periode 2007-2008 dan Bendahara Divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitian dalam acara di lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pengalaman magang pernah dilakukan di Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul “Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah”.
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................................
xiv
1.
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................................. 1.3. Kerangka Pendekatan Studi ................................................................................. 1.4. Tujuan ............................................................................................................................. 1.5. Manfaat ...........................................................................................................................
1 1 2 3 3 4
2.
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 2.1. Ekosistem Perairan Danau ................................................................................... 2.2. Pariwisata ..................................................................................................................... 2.3. Ekowisata ...................................................................................................................... 2.4. Wisatawan .................................................................................................................... 2.5. Pengelolaan dan Pengembangan Danau sebagai Kawasan Wisata yang Berkelanjutan ...................................................................................
5 5 8 10 12
3.
METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 3.3. Jenis dan Pengumpulan Data ............................................................................... 3.3.1. Data primer .................................................................................................. 3.3.2. Data sekunder ............................................................................................. 3.4. Analisis Data ................................................................................................................ 3.4.1. Analisis sumberdaya ............................................................................... 3.4.2. Analisis kesesuaian wisata ................................................................... 3.4.3. Analisis daya dukung .............................................................................. 3.4.4. Analisis SWOT .............................................................................................
16 16 16 17 17 20 21 21 21 22 23
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 4.1. Keadaan Fisik Danau Rawa Pening .................................................................. 4.2. Sejarah Kawasan Danau Rawa Pening ............................................................ 4.3. Pemanfaatan Danau Rawa Pening .................................................................... 4.3.1. Pertanian/irigasi ........................................................................................ 4.3.2. Lahan pertanian pasang surut ............................................................. 4.3.3. Tenaga listrik................................................................................................ 4.3.4. Pariwisata ...................................................................................................... 4.3.5. Perikanan danau ......................................................................................... 4.3.6. Kerajinan dan industri ............................................................................. 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo ....................... 4.4.1. Jumlah penduduk ....................................................................................... 4.4.2. Jenis pekerjaan ............................................................................................ 4.4.3. Pendidikan penduduk .............................................................................. 4.5. Sarana dan Prasarana .............................................................................................
28 28 29 29 29 29 30 30 31 32 32 32 32 33 34
ix
13
4.6. 4.7. 4.8. 4.9.
Transportasi dan Komunikasi ............................................................................. Kunjungan Wisatawan ............................................................................................ Instansi-instansi terkait ......................................................................................... Analisis Sumberdaya Alam ................................................................................... 4.9.1. Kualitas air..................................................................................................... 4.9.2. Flora dan fauna di sekitar Danau Rawa Pening ........................... Potensi Sumberdaya Objek Wisata Danau Rawa Pening ....................... 4.10.1. Pemandangan alam ................................................................................... 4.10.2. Daya tarik flora dan fauna...................................................................... 4.10.3. Potensi Budaya ............................................................................................ 4.10.4. Potensi Sosial Ekonomi ........................................................................... Karakteristik Sosial Ekonomi .............................................................................. 4.11.1. Karakteristik responden masyarakat sekitar ............................... 4.11.2. Karakteristik Wisatawan ........................................................................ Identifikasi Isu Permasalahan Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta .................................................................. 4.12.1. Masalah ekologi dan fisik ....................................................................... 4.12.2. Permasalahan sumberdaya manusia ................................................ 4.12.3. Permasalahan pengelolaan.................................................................... Peluang Objek Wisata Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta .................................................................. Dampak Pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening ............................................................................................................................. Indeks Kesesuaian Wisata .................................................................................... Daya Dukung Kawasan ........................................................................................... Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata .............................................. 4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Danau Rawa Pening .................................. 4.17.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ................ 4.17.3. Pembuatan matriks SWOT..................................................................... 4.17.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ..............................
34 35 36 37 37 45 46 46 46 46 47 47 47 54
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 5.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 5.2. Saran .................................................................................................................................
94 94 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................
96
LAMPIRAN .........................................................................................................................................
100
4.10.
4.11. 4.12.
4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17.
x
65 65 68 68 69 70 71 77 80 80 86 87 87
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas air………………………………………………………………………………………………………..
17
2.
Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data .......................................
19
3.
Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal .......................................
24
4.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) .....................................................................................................................
26
5.
Matriks analisis SWOT .........................................................................................................
26
6.
Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT ................
27
7.
Sarana dan prasarana yang ada di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
35
8.
Kualitas air di Danau Rawa Pening ...............................................................................
37
9.
Jenis tumbuhan air di Danau Rawa Pening ...............................................................
42
10. Laju erosi dan sedimentasi Sembilan anak sungai Danau Rawa Pening ......
66
11. Tempat wisata yang berdekatan dengan objek wisata Danau Rawa Pening, khususnya wisata Bukit Cinta .........................................................................
71
12. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Danau Rawa Pening ...................................
76
13. Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening .................................
81
14. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening .............................................................................................................................
87
15. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening .............................................................................................................................
88
16. Matriks SWOT strategi pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
90
17. Perangkingan alternatif strategi .......................................................................................
91
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka pendekatan studi ..............................................................................................
4
2.
Lokasi sampling kualitas air dan pengamatan tumbuhan air ..........................
18
3.
Jenis pekerjaan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun 2008 ..............................................................................................................................................
33
4.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun 2008 ..............................................................................................................................................
34
5.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Rawa Pening pada bulan Maret s/d Desember 2008 ........................................................................
35
6.
Komposisi responden masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ..............................................................................................................
48
Kelompok umur responden masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ..............................................................................................
48
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ..............................................................................................................
48
Jenis pekerjaan responden masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening .............................................................................................
49
10. Tingkat pendapatan per bulan responden masyarakat di sekitar objek wisata Danau Rawa Pening .................................................................................
49
11. Manfaat yang dirasakan responden masyarakat sekitar adanya kawasan wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................
50
12. Pengaruh/dampak yang dirasakan responden masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening .............................................................
51
13. Aktivitas responden masyarakat sekitar Danau Rawa Pening ........................
51
14. Keterlibatan responden masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan Danau Rawa Pening ..............................................................................................................
52
15. Persepsi responden masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ...................................
52
16. Persepsi responden masyarakat tentang ekowisata dan keadaan sumber daya alam Danau Rawa Pening .................................................................................
53
17. Komposisi responden wisatawan Danau Rawa Pening ......................................
54
18. Kelompok umur responden wisatawan Danau Rawa Pening ..........................
54
19. Tingkat pendidikan responden pengunjung Danau Rawa Pening .................
55
20. Pekerjaan responden wisatawan Danau Rawa Pening .......................................
55
21. Tingkat pendapatan responden wisatawan per bulan wisatawan Danau Rawa Pening .............................................................................................................................
56
7. 8. 9.
22. Informasi responden wisatawan mengenai keberadaan Danau Rawa
xii
Pening ..........................................................................................................................................
56
23. Tujuan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
57
24. Alasan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
57
25. Tingkat kepuasan responden wisatawan terhadap objek wisata Danau Rawa Pening ...................................................................................................
58
26. Hambatan responden wisatawan untuk datang ke kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ...............................................................................................
58
27. Pendapat responden wisatawan mengenai harga tiket masuk .......................
59
28. Pendapat responden wisatawan terhadap fasilitas kawasan wisata ...........
59
29. Persepsi responden wisatawan terhadap kondisi fasilitas, dan lingkungan kawasan Danau Rawa Pening .................................................................
60
30. Persepsi responden wisatawan mengenai ekowisata .........................................
62
31. Persepsi responden wisatawan terhadap kelestarian Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
63
32. Aktivitas responden wisatawan ......................................................................................
64
33. Aktivitas wisata yang perlu dibenahi ...........................................................................
65
34. Peta kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening ........................................................
76
35. Peta daya dukung kawasan di Danau Rawa Pening ...............................................
79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Lokasi penelitian Danau Rawa Pening..........................................................................
101
2.
Kuisioner untuk wisatawan ...............................................................................................
102
3.
Kuisioner untuk masyarakat sekitar .............................................................................
107
4. 5.
Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ...............................................................................................................
110
6.
Panduan wawancara dengan instansi terkait ..........................................................
111
7.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ......................................................
112
8.
Peta pengamatan kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening ............................
114
9.
Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori wisata danau..............................................................................................................................
115
10. Beberapa kualitas air sungai yang masuk (inflow) Danau Rawa Pening bulan Agustus tahun 2008 berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 ............
117
11. Jumlah wisatawan objek wisata Danau Rawa Pening ...........................................
120
12. Aktivitas masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening ............................................
121
13. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan jenis pekerjaan ...................................................................................................................................
122
14. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan pendidikan ................
123
15. Fasilitas di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................
124
16. Kelimpahan fitoplankton di Danau Rawa Pening ....................................................
125
17. Beberapa jenis tumbuhan air yang ada di Danau Rawa Pening ......................
126
18. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Danau Rawa Pening .........................................
128
19. Karakteristik masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening berdasarkan 30 contoh orang ...........................................................................
129
20. Karakteristik wisatawan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening berdasarkan 30 contoh orang ..........................................................................................
133
21. Foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
139
22. Perhitungan indeks kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
141
23. Kategori kesesuaian wisata masing-masing lokasi di Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
146
24. Peta kesesuaian wisata perahu di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
147
xiv
25. Peta kesesuaian wisata memancing di objek wisata Danau Rawa Pening ...........................................................................................................................................
148
26. Peta kesesuaian wisata duduk santai di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
149
27. Peta kesesuaian wisata outbound di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
150
28. Peta kesesuaian wisata berkemah di objek wisata Danau Rawa Pening ..........................................................................................................................................
151
29. Prediksi waktu yang dibutuhkan (Wp), potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) ................................................................................................
152
30. Penilaian bobot strategis internal dan eksternal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ...............................................................................................................
153
31. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ..........................
154
32. Aktivitas-aktivitas wisatawan di objek wisata Danau Rawa Pening .............
155
33. Kondisi lingkungan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ...............
156
xv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Danau adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan atau limpasan air permukaan. Danau sebagai lingkungan perairan yang tidak bergerak memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batas-batas yang jelas seperti tepian danau, dasar danau yang berupa kumpulan sedimen, permukaan air serta dinding danau. Danau termasuk perairan yang mempunyai luas kecil sampai sedang yakni dari beberapa puluh hektar sampai puluhan ribu hektar (Suhardja 1993). Manfaat ekosistem danau bagi spesies tumbuhan, satwa, dan manusia antara lain sebagai habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologis, pencegah bencana alam, menjaga sistem dan prosesproses alami, penghasil sumberdaya alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga, manfaat sosial dan budaya, dan sebagai sarana penelitian dan pendidikan (Ditjen PKA-Dephut 1999). Danau Rawa Pening merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang terbentuk akibat pergeseran lapisan bumi (Suwondo 2007). Dilihat dari bentang alam Danau Rawa Pening yang dikelilingi 4 pegununungan (Gunung Telomoyo, Merbabu, Kendali Sodo, dan Ungaran) tentu saja membuat iklim di sekitar danau sejuk dan pemandangannya indah. Ekowisata sendiri dapat diartikan sebagai kawasan yang memiliki pemandangan alami yang khas. Kekhasan tersebut selain dalam hal unsurunsur biotik dan juga abiotik yang ada di dalamnya, seperti flora dan fauna endemik, keadaan iklim, dan bahkan tatanan sosial budaya yang ada di kawasan tersebut (Santoso 2007). Danau Rawa Pening juga memiliki nilai budaya terkait legenda Rawa Pening dan tidak dapat dipisahkan dengan peninggalan purbakala yang berada di sebelah selatan tepi danau yang berada di Bukit Cinta. Aktivitas wisatawan yang dapat dilakukan di objek wisata Danau Rawa Pening antara lain duduk santai sambil menikmati pemandangan dengan udara yang sejuk, memotret, memancing, dan berperahu mengelilingi danau. Keseimbangan sumberdaya perairan Danau Rawa Pening saat ini terancam kelestariannya karena danau tersebut merupakan tempat bermuaranya 9 sungai. Sungai-sungai tersebut membawa bahan organik yang menimbulkan pencemaran dan sedimentasi di danau tersebut. Selain itu, semakin banyaknya tanaman air di danau mengakibatkan pendangkalan, hal tersebut tentu saja mengancam keberadaan danau
2
sebagai objek wisata. Pengembangan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dapat ditingkatkan melalui pembenahan di bidang sarana dan prasarana dan juga peningkatan promosi. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan industri pariwisata yang berkelanjutan berarti mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan/manajemen di seluruh komponen pariwisata.
Untuk kepentingan pengelolaan maka informasi
sumberdaya baik kuantitas maupun kualitas, permasalahan yang sedang terjadi di dalam dan di luar badan air serta bentuk-bentuk pengelolaan yang sedang dilakukan saat ini merupakan data-data yang diperlukan untuk mencari alternatif pengelolaan yang akan dilakukan dalam rangka mempertahankan kelestarian fungsinya.
1.2. Perumusan Masalah Danau Rawa Pening merupakan danau yang memiliki banyak manfaat dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitarnya dan pihak-pihak terkait yang memanfaatkan Danau Rawa Pening. Salah satu manfaat yang dirasakan yaitu adanya keberadaan kawasan wisata karena Danau Rawa Pening memiliki daya tarik untuk tujuan wisata. Namun, kegiatan wisata di Danau Rawa Pening belum berkembang luas. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya wisatawan yang datang pada hari-hari biasa. Permasalahan dalam pengembangan wisata yang saat ini terlihat yaitu sederhananya fasilitas yang disediakan pihak pengelola. Selain itu, belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening untuk beberapa kegiatan wisata sehingga diperlukan analisis kesesusaian wisata. Danau Rawa Pening dalam jangka panjang terancam keberadaanya sebagai objek wisata karena sebagian permukaan danau ini tertutupi tumbuhan air dan danau ini menjadi tempat bermuaranya 9 sungai yang membawa bahan sedimen yang menyebabkan danau ini mengalami sedimentasi dan penurunan kualitas air. Pemanfaatan Danau Rawa Pening sebagai pengembangan kawasan objek wisata Bukit Cinta tentu saja akan membawa dampak negatif. Dampak negatif yang dapat dilihat akan adanya kegiatan wisata saat ini yaitu banyaknya sampah yang dibuang sembarangan oleh wisatawan di tepian danau dan di sekitar kawasan wisata. Hal tersebut berpengaruh untuk kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan dalam pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu
pengelolaan wisata berkelanjutan yang diharapkan dapat meningkatkan manfaat positif dan menekan dampak negatif.
3 1.3. Kerangka Pendekatan Studi Kawasan objek wisata Danau Rawa Pening memiliki potensi alam yang sangat menarik, sehingga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang mulai mengembangkan kawasan ini menjadi objek wisata. Dalam mengembangkan kawasan ini sebagai objek wisata tentu saja langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengkaji aspek sumberdaya objek wisata Danau Rawa Pening, seperti potensi alam (keadaan umum, flora, fauna) yang dimiliki danau ini. Selain itu juga mengkaji potensi sumberdaya manusia seperti masyarakat sekitar, pengunjung, maupun lembaga instansi yang terkait dalam pengelolaannya Danau Rawa Pening sebagai kawasan objek wisata. Langkah selanjutnya adalah menganalisis kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan Danau Rawa Pening yang mempengaruhi dalam pemanfaatannya sebagai kawasan wisata.
Pehitungan kesesuaian dan daya dukung kawasan tersebut
disesuaikan dengan sumberdaya alam yang ada untuk mengarahkan agar tercipta suatu analisis pengelolaan sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Selain itu juga diperlukan analisis faktor internal dan faktor eksternal untuk meningkatkan kekuatan dan peluang, serta mengurangi atau meminimalkan kelemahan dan ancaman dalam mengembangkan Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Adapun, alternatif strategi yang dipilih nantinya adalah pengelolaan kawasan wisata Danau Rawa Pening yang berkelanjutan, sehingga potensi alam yang terdapat didalamnya dapat dijaga kelestariannya (Gambar 1).
1.4. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi wisata kawasan objek wisata Danau Rawa Pening 2. Mengidentifikasi permasalahan pengelolaan objek wisata Danau Rawa Pening 3. Menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata Danau Rawa Pening 4. Menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening dalam upaya mendukung pengembangan kawasan wisata Bukit Cinta secara berkelanjutan
4
Danau Rawa Pening
Potensi Sumberdaya Alam
Indeks Kesesuaian Wisata
Isu dan Permasalahan
Daya Dukung Kawasan
Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Rawa Pening
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Analisis SWOT
Strategi Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Rawa Pening
Implementasi
Keterangan : : Alur Penelitian
:
Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 1. Kerangka pendekatan studi
1.5. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat dan pihak pengelola Danau Rawa Pening mengenai pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening dan memberikan masukan mengenai perencanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Perairan Danau Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sistem ekologi sering dinamakan ekosistem merupakan suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat tak hidup) serta antara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik (Resosoedarmo et al. 1984). Menurut Odum (1993) ekosistem merupakan satuan yang mencakup semua organisme (yakni komunitas) di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur-daur bahan yang jelas (yakni, pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian yang hidup dan yang tidak hidup). Pengertian lain tentang ekosistem menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan. Lingkungan perairan tawar secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu lactic atau lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak dan lotic yaitu lingkungan air tawar yang bergerak. Danau adalah contoh bentuk lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak dan terbentuk secara alami. Danau sebagai lingkungan perairan yang tidak bergerak memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batas-batas yang jelas seperti tepian danau, dasar danau yang berupa kumpulan sedimen, permukaan air serta dinding danau. Cahaya matahari dapat menembus hingga ke dasar perairan (biasanya pada danau yang kecil), sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik (Santoso 2008). Badan danau terbentuk melalui beberapa sebab (Welch 1952 in Kusnandar 2004), diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas glacial, daerah yang dilingkupi oleh gletser biasanya terdapat danau. 2. Longsoran tanah ke lembah. 3. Larutan dari lapisan batuan yang perlahan mengikis permukaan. 4. Pergerakan lapisan bumi. 5. Kawah-kawah dari gunung berapi yang sudah tidak aktif. 6. Akibat dari beberapa pergerakan sungai, seperti pembentukan oxbow.
6 Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi vertikal kualitas air yang tergantung pada kedalaman. Lapisan-lapisan yang terbentuk pada stratifikasi vertikal pada kolom air berdasarkan cahaya (eufotik, kompensasi, dan profundal/afotik) kadang kala berada pada posisi yang sama dengan lapisan-lapisan yang terbentuk pada stratifikasi vertikal berdasarkan panas (epilimnion, metalimnion/termoklin, dan hipolimnion) (Wetzel 1952 in Kusnandar 2004).
Ciri khas dari danau adalah
mempunyai stratifikasi temperatur, bahkan pada danau tidak mungkin dibuat generalisasi karakteristik, namun antara danau yang satu dengan yang lainnya pasti ada perbedaan, serta perkecualian-perkecualian yang berlaku, terutama antara danau yang sangat kecil dan sangat luas perbedaan tersebut akan lebih nyata (Basmi 1999). Manfaat ekosistem danau bagi spesies tumbuhan, satwa, dan manusia antara lain (Ditjen PKA-Dephut 1999): a. Habitat tumbuhan dan satwa Berbagai jenis tumbuhan dan satwa hidupnya sangat tergantung pada keberadaan ekosistem danau sebagai tempat hidup, berkembang dan mencari makan. Beberapa jenis diantaranya merupakan jenis tumbuhan dan satwa endemik serta dilindungi karena keberadaanya yang hampir punah. b. Pengatur fungsi hidrologi Keberadaan ekosistem danau tidak dapat dilepaskan dari air, oleh karena itu sangat erat kaitannya dengan proses hidrologi yang terjadi di bumi. Secara alami danau merupakan tempat penampungan air, baik sumber air maupun air hujan. Selain itu danau juga berfungsi sebagai pemasok air ke kantung-kantung air lain, seperti air tanah, sungai, persawahan dan lain-lainnya.
Dengan keberadaan
ekosistem danau maka persediaan air tanah dapat dipertahankan, sehingga dapat mencegah intrusi air laut. c. Pencegah bencana alam Danau, situ, dan waduk dapat menyimpan kelebihan air pada musim hujan kemudian mengalirkannya kembali pada waktu musim kering. Dengan demikian ekosistem danau dapat mengurangi volume air banjir yang menuju hilir, sehingga bahaya banjir dapat berkurang, sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kering. d. Menjaga sistem dan proses-proses alami Keberadaan ekosistem danau dapat menjaga kelangsungan sistem dan prosesproses ekologi, geomorfologi, dan geologi yang terjadi di alam. Dataran banjir sekitar danau pada umumya dijadikan lahan pertanian karena sangat subur.
7 Kesuburan itu disebabkan adanya proses penambahan unsur hara dari hasil sedimentasi. e. Penghasil sumberdaya alam hayati Manfaat ekosistem danau bagi penghasil sumberdaya alam hayati antara lain sebagai sumber perikanan, pertanian, dan kayu serta sebagai sumber plasma nuftah. f.
Penghasil energi Ekosistem danau dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat dikelola secara berkelanjutan. Beberapa pemanfaatan ekosistem danau sebagai sumber energi yaitu sebagai pembangkit litrik tenaga air, pembuatan arang dengan memanfaatkan kayu yang terdapat di sekitar danau, dan sebagainya
g. Sarana transportasi, rekreasi, dan olah raga Beberapa
danau,
waduk,
dan
bendungan
dimanfaatkan
sebagai sarana
transportasi, rekreasi dan olah raga air. Olah raga air yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan danau yaitu ski air, parasailing dan memancing. h. Manfaat sosial dan budaya Keberadaan lahan basah, khususnya ekosistem danau, sangat mempengaruhi keadaan sosial budaya kehidupan masyarakat sekitarnya. i.
Sarana penelitian dan pendidikan Pengembangan penelitian dan pendidikan yang berguna bagi kehidupan dapat menggunakan objek-objek yang terdapat pada ekosistem danau, dan sangat penting bagi penerapan berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, limnologi, geomorfologi, dan sebagainya. Banyak faktor yang dapat mengancam kelestarian ekosistem danau, baik sebagai
akibat alami, seperti gempa dan tanah longsor, maupun akibat antropogenik (akibat aktivitas manusia). Beberapa ancaman kerusakan ekosistem danau yang disebabkan aktivitas manusia, antara lain (Ditjen PKA-Dephut 1999): a. Sedimentasi yang berlebihan sebagai akibat erosi Daerah Aliran Sungai (DAS). Proses ini dapat dipercepat dengan adanya kegiatan manusia berupa penebangan hutan di DAS atau pengolahan lahan secara tidak benar. b. Pencemaran yang diakibatkan adanya buangan minyak, pupuk, pestisida atau pencemaran bahan buangan padat. c. Pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang berlebihan dan dengan cara-cara yang merusak.
8 d. Memasukkan spesies tumbuhan atau hewan baru (eksotik) yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan memusnahkan spesies asli. e. Konversi lahan menjadi lahan pertanian, perikanan, perkebunan dan pemukiman sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dapat mengancam keberadaan ekosistem danau dan sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya. f.
Perubahan sistem hidrologi sebagai akibat pengubahan aliran sungai, pembuatan waduk, pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mempengaruhi kelestarian ekosistem danau dan sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya.
2.2. Pariwisata Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasaan manusia (Yulianda 2007). Menurut Yoeti (2004) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Kepariwisataan adalah keseluruhan
daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu. Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (good and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalannya. Pada dasarnya gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni: manusia (unsur insani sebagai perilaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan. Selanjutnya, menurut Wahab (1992) bentuk-bentuk pariwisata antara lain, yaitu: 1. Menurut jumlah orang yang bepergian, a. Pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian. b. Pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama. 2. Menurut maksud bepergian,
9 a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, yang maksud kepergian ini untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi. b. Pariwisata budaya, maksudnya untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran dan fair, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain. c. Pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain.
Pariwisata ini
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya kebersihan, ketenangan, dan taraf hidup yang pantas. d. Pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti misalnya mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski, bertanding, dan mendaki gunung. e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi yang mencakup pertemuanpertemuan ilmiah, seprofesi, dan bahkan politik. 3. Menurut alat transportasi, a. Pariwisata darat (bis, mobil pribadi, kereta api). b. Pariwisata tirta (laut, danau, sungai). c. Pariwisata dirgantara. 4. Menurut letak geografis, a. Pariwisata domestik nasional, yang menunjukkan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara. b. Pariwisata regional, yakni
kepergian wisatawan terbatas pada beberapa
negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat. c. Pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari suatu negara ke negara lain. 5. Menurut umur, a. Pariwisata remaja b. Pariwisata dewasa
10 6. Menurut jenis kelamin, a
Pariwisata pria.
b. Pariwisata wanita. 7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, a. Pariwisata taraf lux b. Pariwisata taraf menengah c. Pariwisata taraf jelata Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan (Fandeli 2000; META 2002 in Yulianda 2007): 1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. 2
Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
3. Ekowisata (ecoutourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
2.3. Ekowisata Menurut Santoso (2008) ekowisata merupakan sebuah bentuk wisata yang menjual daya tarik alam pada kelestarian dan keaslian lingkungan, maka keseimbangan ekosistem sebagaimana yang seharusnya harus diciptakan kembali. Dengan ekowisata, maka berbagai kepentingan dapat dipadukan dengan sempurna yaitu meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Untuk itu Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
pengembangan ekowisata. Namun potensi tersebut belum ditangani secara serius. Padahal dalam tatanan konsep, keberhasilan ekowisata sangat tergantung pada usaha penyadaran semua pihak yang terkait, terutama Pemerintah Daerah yang bersangkutan (Santoso 2007). Sesuatu dikatakan objek, bila untuk melihat objek itu tidak ada persiapan dilakukan terlebih dahulu.
Dengan perkataan lain, kita dapat melihatnya secara
langsung tanpa bantuan orang lain, seperti misalnya pemandangan, gunung, sungai, lembah, candi bangunan, monumen, gereja, mesjid, tugu peringatan, dan lain-lain. Semuanya ini dapat kita lihat secara langsung tanpa bantuan orang lain, walapun kadang-kadang kita harus membayar sekedar tanda masuk saja (Yoeti 2004). Objek
11 dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang suatu daerah/tempat tertentu (Marpaung 2002). Di daerah tujuan wisata, objek-objek yang menjadi daya tarik kegiatan ekowisata adalah (Mulia 2004): 1. Kondisi alamnya. 2. Kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, misalnya ikan-ikan karang. 3. Kondisi fenomena alamnya. 4. Kondisi adat dan budaya. Beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan mengembangkan kawasan danau sebagai kawasan wisata antara lain: 1. Meningkatkan PAD; 2. Mencegah kerusakan ekosistem lebih jauh oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab; 3. Meningkatkan perekonomian masyarakat; 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keseimbangan lingkungan. Menurut Yulianda (2007) bahwa konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan konservasi yang mempunyai tujuan: 1. Menjaga tetap berlangsunganya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan. 2. Melindungi keanekaragaman hayati. 3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. 4. Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat. Suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi (Yulianda 2007): 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi. 3. Pendapatan
langsung untuk
kawasan; retrisbusi atau pajak
konservasi
(conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan. 5. Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.
12 6. Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam. 7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan. 8. Kontribusi pendapatan bagi negara (pemerintah daerah dan pusat).
2.4. Wisatawan Menurut Cohen (1974) in Ross (1998), seorang wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu sementara saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang. Gambaran tentang tempat tujuan pariwisata digunakan oleh wisatawan untuk membuat keputusan dalam mengunjungi suatu tempat atau sesuatu yang menarik. Gambaran tersebut memainkan peranan utama dalam mendorong perjalanan dan menimbulkan harapan tentang tempat tujuan perjalanan dan masyarakat setempat. Um dan Crompton (1991) in Ross (1998), berpendapat bahwa gambaran suatu tempat sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan berasal dari sikap pada ciri-ciri yang dapat ditangkap dari suatu tempat untuk berwisata. Menurut Burkart dan Medlik (1981) in Ross (1998), wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu: 1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai tempat tujuan. 2. Tempat
tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan. 3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek. 4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah. Melarikan diri dari kegiatan sehari-hari merupakan motivasi yang lebih penting dalam berwisata. Mayo dan Jarvis (1981) in Ross (1998) mengatakan motivasi untuk berpariwisata dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Motivasi fisik: istirahat fisik, ikut olahraga, rekreasi pantai, hiburan yang membuat tubuh tidak tegang, dan pertimbangan kesehatan.
13 2. Motivasi budaya: keinginan mengetahui negeri lain, misalnya seni, adat-istiadat, tari, lukisan, dan agama. 3. Motivasi antarpribadi: keinginan bertemu dengan muka-muka baru, mengunjungi teman atau sanak saudara, melarikan diri dari kegiatan sehari-hari, keluarga atau tetangga, atau menciptakan sahabat baru. 4. Motivasi status dan martabat: kebutuhan pengakuan, perhatian, penghargaan, dan reputasi.
2.5. Pengelolaan dan Pengembangan Danau Sebagai Kawasan Wisata yang Berkelanjutan Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu: indutri pariwisata, wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah, dan akademisi. Para pelaku ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu (Razak 2008): 1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan dengan flora, fauna, dan alam. 2. Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan. 3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan, dan penerapan dan pengawasan pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan. 4. Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan. 5. Akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya. Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata dimainkan sesuai dengan perannya, bekerjasama secara holistik di antara para stakeholder, memperdalam pengertian dan kesadaran terhadap pelestarian alam, dan menjamin keberlanjutan kegiatan ekowisata tersebut. Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang dimaksud pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
14 pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin ditimbulkan dari kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Ciri pariwisata yang berwawasan lingkungan, sesuai ciri pembangunan berkelanjutan pada umumnya adalah (Widiasari 2007): 1. Fungsi ekosistem sumberdaya alam tetap berjalan sebagaimana mestinya. 2. Terkelolanya dampak negatif dan berkembangnya dampak positif bagi lingkungan. 3. Kualitas dan kuantitas sumberdaya alam tetap terjaga. 4. Perubahan lingkungan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Dalam wisata tirta/bahari ini, termasuk wisata laut, danau dan sungai. pengembangan lingkungan wisata tirta/bahari memerlukan adanya pertimbanganpertimbangan khusus dalam perencanaannya (Marpaung 2002).
Mengembangkan
industri pariwisata yang berkelanjutan berarti mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan/manajemen di seluruh komponen pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai berikut seperti: pengembangan sistem manajemen pariwisata berkelanjutan dan pelestarian sumber daya alam dan warisan budaya. Pengaruh kepariwisataan terhadap lingkungan merupakan hal yang penting mengingat perhatian masyarakat terhadap perlindungan lingkungan semakin meningkat. Penyelenggaran kepariwisataan sebenarnya memiliki potensi terhadap perlindungan lingkungan tetapi tidak jarang pariwisata dijadikan sebagai alasan dalam permasalahan lingkungan (Marpaung 2002). Tanggung jawab untuk mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan adalah tanggung jawab semua pihak: pemerintah, industri pariwisata, masyarakat maupun wisatawan. Kemampuan untuk menegakkan peraturan dan mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan merupakan salah satu indikator kompetensi pemerintah maupun industri pariwisata.
Dampak dari
kunjungan wisatawan ke suatu tempat tergantung kepada sikap dan perilaku wisatawan. Kewajiban pengembangan tidak cukup dalam bentuk charity, sebaliknya masyarakat juga harus ikut mempunyai rasa memiliki dan melakukan kendali terhadap pertumbuhan kawasan wisata. Hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan suatu area tertentu.
Hal ini penting agar
15 perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Karenanya objek
wisata
alam
dan
budaya
harus
dipelihara
dan
dilestarikan
untuk
memelihara/menjamin mutu dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri (Marpaung 2002). Pengembangan adalah tidak terbatas dengan membuat tempat serta pembuatan lingkungan semata-mata.
Rencana pengembangan seharusnya mencoba merubah
suatu objek lingkungan menjadi objek yang baik sehingga menarik perhatian wisatawan (Marpaung 2002). Ilmu sosial sangat penting bila komponen manusia dimasukkan dalam cakupan ekosistem, atau bila kita mempelajari peran ekosistem terhadap kehidupan manusia (Resosoedarmo et al. 1984). Pembangunan pariwisata menimbulkan perubahan pada ekosistem yang bersangkutan, sehingga mungkin akan merusak ekosistem.
Bermacam-macam tindakan dilakukan dalam pembangunan
pariwisata, yang masing-masing akan menimbulkan dampak ekologi tersendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan (Soekadijo 2000): 1. Kemampuan untuk mendorong meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. 2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. 3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Pariwisata berkelanjutan memenuhi kebutuhan wisatawan dan daerah penerima pada saat ini sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang mengarah kepada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk pariwisata berkelanjutan yang dioperasikan secara harmonis dengan masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata (Saut 2000).
3. METODE PENELITIAN
3.1 .
Tempat dan Waktu Penelitian Danau Rawa Pening dikelilingi oleh sepuluh desa yaitu Desa Asinan, Bejalen,
Banyubiru, Kebondowo, Rowoboni, Rowosari, Sraten, Kesongo, Lopait, dan Tuntang. Desa-desa tersebut berada di empat kecamatan yaitu Kecamatan Ambarawa, Banyubiru, Bawen, dan Kecamatan Tuntang. Desa Kebondowo terletak di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang dijadikan sebagai tempat untuk penelitian karena desa tersebut merupakan desa yang menjadi pusat untuk kegiatan wisata di Danau Rawa Pening dan tempat beradanya wisata Bukit Cinta (Lampiran 1).
Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009. Penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan membuat perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisis data. Tahap kedua yaitu pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa studi literatur dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan analisis sesuai dengan metode analisis yang telah ditentukan. Analisis kualitas air baik parameter fisika, kimia, maupun biologi dilakukan di Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain : a. Kondisi fisik dan biologi Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi objek wisata Danau Rawa Pening, beberapa dokumen yang berkaitan dengan Danau Rawa Pening dan studi pustaka yang mendukung penelitian. Alat yang digunakan dalam menentukan titik sampling kualitas air yaitu dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan alat untuk mengukur kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1. b. Kondisi sosial ekonomi. Formulir kuisioner, alat tulis, perekam suara untuk merekam wawancara, dan laporan-laporan.
17 Tabel 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas air Parameter Fisika 1.Suhu 2.Kecerahan 3.Bau 4.Warna Kimia 1.DO 2.BOD5 3.pH 4.Nitrit 5.Nitrat 6.Amonia Biologi 1.Fitoplankton 2.Ikan 3.Tanaman air
Metode
Alat
Pemuaian Visual Chemical reseptor Visual
Termometer Secchi disk Indera penciuman Indera penglihatan
Winkler Winkler Colorimetrik Brucine Phenate
Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, buret, plastik hitam, inkubator Kertas lakmus Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret
Sensus Visual Visual
Planktonnet, botol film, mikroskop Alat tulis Kamera dan alat tulis
3.3. Jenis dan Pengumpulan Data Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. 3.3.1.Data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan: a. Observasi Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi yaitu meninjau langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan pengukuran pada beberapa parameter seperti kualitas air, biota (flora atau fauna), dan kondisi kawasan. Pengamatan dan pengambilan sampel kualitas air diambil pada tanggal 7 April 2009. Pengambilan kualitas air dilakukan di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2) yaitu : 1. Stasiun 1 mewakili daerah yang dekat dengan dermaga sehingga sering dilalui perahu dan dekat dengan keramba dengan koordinat 7017’74” LS dan 110025’41” BT. 2. Stasiun 2 berada hampir ditengah badan danau mewakili sebagai daerah yang jarang dilalui dengan koordinat 7017’30” LS dan 110025’41” BT. 3. Stasiun 3 mewakili daerah dekat outlet dengan koordinat 7016’17” LS dan 110025’53” BT.
Gambar 2. Lokasi sampling kualitas air dan pengamatan tumbuhan air 18
19 Tabel 2. Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data No. 1.
Komponen data
b.Demografi c. Sarana dan prasarana Sumber daya alam (SDA) a.Flora (vegetasi dan tumbuhan air) b.Fauna (Ikan, fitoplankton, dan biota air lainnya) 3.
Teknik pengambilan data
Primer dan sekunder Sekunder Primer dan sekunder
Responden dan laporan Laporan Lapangan dan laporan
Wawancara dan studi pustaka Studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka
Primer dan sekunder
Lapangan dan laporan Lapangan. reponden, dan laporan
Observasi lapang dan studi pustaka Observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka
Primer Primer Primer Primer
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang
Primer Primer Primer Primer Primer Primer
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Laporan
Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang
Primer
Lapangan
Observasi lapang
Primer Primer Primer Primer dan sekunder
Responden Responden Responden Lapangan dan laporan Responden. lapangan, dan laporan Lapangan Lapangan
Wawancara Wawancara Wawancara Observasi lapang dan studi pustaka Wawancara, observasi lapang, dan studi pustaka Observasi lapang Observasi lapang
Keadaan umum kawasan wisata Danau Rawa Pening a.Sejarah kawasan
2.
Sumber data
Jenis data
Kualitas air Danau Rawa Pening Parameter fisika a.Suhu b.Kecerahan c.Bau d.Warna
Primer dan Sekunder
Parameter kimia
4.
a. DO b.BOD c. pH d.Nitrit-nitrogen e. Nitrat-nitrogen f. Amonia-nitrogen Parameter biologi Fitoplankton Sumber daya manusia (SDM) a. Masyarakat b. Pengunjung c. Lembaga terkait
5.
Potensi wisata
6.
Isu-isu yang berkembang
Primer dan sekunder
7. 8.
Data kesesuaian wisata Daya dukung kawasan
Primer Primer
b. Wawancara Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang lokasi penelitian terkait aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar Danau Rawa Pening dan wisatawan. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan penelitian, yaitu: a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara kepada responden seperti untuk mengetahui pendapatan, tingkat pendidikan, motivasi
20 dan persepsi wisatawan terhadap Danau Rawa Pening (Lampiran 2). Pemilihan responden ini dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan contoh yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama dan responden yang dimintai informasi diperoleh secara kebetulan tanpa pertimbangan tertentu.
Jumlah
responden yang diambil sebanyak 30 orang. b. Masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara kepada responden seperti untuk mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening, tingkat pendidikan, dan persepsi mengenai ekowisata (Lampiran 3). Pemilihan responden kepada masyarakat dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan responden yang digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan responden sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah responden masyarakat yang diambil sebanyak 30 orang. c. Pengelola kawasan wisata, lembaga atau pihak-pihak terkait juga dilakukan dengan metode purposive sampling (Lampiran 4 dan 5). 3.3.2. Data sekunder Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, seperti dengan mempelajari buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang, peta, dan sumber lainnya yang dapat dijadikan informasi pendukung yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dipelajari. Studi dokumen/literatur merupakan langkah awal dari data sekunder untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari: a. Perpustakaan Institut Pertanian Bogor di Bogor. b. Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga. c. Instansi-instansi terkait seperti; Balai Pengelolaan Sumber Air (PSDA) Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pengairan Umum Kabupaten Semarang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang. d. Internet seperti jurnal dan hasil penelitian.
21 3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis sumberdaya Analisis sumberdaya meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Analisis sumberdaya alam meliputi kondisi kawasan, kualitas air, flora, dan fauna yang terdapat di sekitar danau. Kondisi kawasan diperoleh melalui data primer yaitu melalui observasi dan wawancara dan data sekunder melalui pengumpulan literaturliteratur. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi (Tabel 2), kemudian data kualitas air tersebut dibandingkan dengan baku mutu menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 kelas II yaitu air baku untuk sarana rekreasi, peternakan, pembudidayaan ikan air tawar dan pertamanan (Lampiran 6). Untuk flora yang hidup di perairan Danau Rawa Pening seperti tumbuhan air dilihat jenis yang tumbuh disana.
Persen penutupan beberapa jenis tumbuhan air yang terdapat
dipermukaan danau diperoleh berdasarkan data sekunder dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Propinsi Jawa Tengah. Pengamatan jenis tumbuhan air secara visual hanya dilakukan disebagian Danau Rawa Pening dengan 6 lokasi pengamatan (Gambar 2). Pengamatan jenis tumbuhan air tidak dilakukan di semua bagian danau karena lokasi pengamatan yang ditentukan merupakan tempat yang terkain untuk dikembangkan beberapa kegiatan wisata. Fauna perairan dilihat banyaknya jenis ikan yang ada di dalam perairan dan sekitar danau berdasarkan pada data sekunder dan wawancara. Analisis sumberdaya manusia yaitu mencakup masyarakat sekitar kawasan wisata, wisatawan, pengelola, dan instansi yang terkait. Analisis sumberdaya manusia dilakukan melalui wawancara dengan beberapa responden dan diberikan kuisioner seperti untuk mengetahui tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, dan tingkat pemahaman kelestarian lingkungan.
3.4.2. Analisis kesesuaian wisata Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan.
Lokasi analisis kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening tidak
semuanya diamati karena tidak semua bagian danau akan dikembangkan untuk kegiatan wisata.
Kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan di objek wisata ini
antara lain berkemah, memancing, berperahu, duduk santai, dan outbound. Kawasan
22 yang akan dikaji untuk dikembangkan sebagai tempat kegiatan wisata tersebut adalah di 12 lokasi amatan (Lampiran 7 ). Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007):
Keterangan: IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai Parameter ke-i Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Nilai parameter ke-i (Ni) dan nilai maksimum dari suatu kategori wisata (Nmaks) diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari setiap parameter. Parameter, bobot, dan skor pada setiap kategori wisata dilihat pada Lampiran 8 menurut modifikasi Yulianda (2007). Berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata pada setiap kegiatan wisata yang dikembangkan dapat dimasukkan ke dalam empat kategori yaitu kategori sangat sesuai jika nilai IKW antara 83-100%, kategori sesuai jika nilai IKW antara 50-<83%, kategori sesuai bersyarat jika nilai IKW antara 17-<50%, dan kategori tidak sesuai jika nilai IKW <17%. Kategori yang sesuai dan sangat sesuai merupakan kegiatan yang dapat direkomendasikan kepada pengelola untuk dikembangkan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening.
3.4.3. Analisis daya dukung kawasan (DDK) Daya dukung lingkungan (carrying capasity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam juga membatasi pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia yaitu dengan perhitungan menggunakan rumus (Yulianda 2007):
Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari) K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m 2/m) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2/m) Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari) Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam)
23 Perhitungan daya dukung kawasan dilakukan setelah diperoleh kegiatankegiatan yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di Danau Rawa Pening. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu lokasi wisata dalam waktu yang bersamaan. Potensi ekologis setiap jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan berbeda-beda. Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas melakukan kegiatan wisata yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas melakukan kegiatan tersebut dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) adalah lamanya waktu kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 08.30-16.30). Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan setiap jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda seperti untuk berkemah, memancing, duduk santai, berperahu, dan outbound.
3.4.4. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi
(Rangkuti
2002).
Analisis
ini
didasarkan
dengan
memaksimalkan kekuatan (strenght), peluang (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).
Analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Kekuatan (strenght) adalah unsur yang dimiliki kawasan wisata Danau Rawa Pening yang
bisa membantu pengelola mencapai
keberhasilan. Kelemahan (weakness) adalah unsur yang dimiliki oleh kawasan wisata yang bisa menyebabkan kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan. Peluang (oppurtunity) adalah unsur lingkungan yang berada di luar kendali pengelola yang menguntungkan pengelola.
Ancaman (threat) adalah
unsur lingkungan yang berada di luar kendali pengelola yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu/menghalangi suatu kegiatan/usaha di kawasan wisata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah:
24 a. Identifikasi faktor internal dan eksternal Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat untuk menganalisis faktor internal adalah matrik IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang. Alat yang digunakan untuk menganalisis faktor eksternal adalah matriks EFE yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi dari luar. Hasil dari kedua identifikasi fakor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot peringkat (rating). b. Penentuan bobot setiap variabel Penentuan bobot dilakukan dengan mengidentifikasi masing-masing dari faktor strategis internal dan eksternal (Tabel 3).
Penentuan bobot setiap variabel
menggunakan skala 1,2, 3, dan 4 (Kinner 1991 in Agustin 2007) yaitu : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 4 = Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 3. Bentuk pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor strategis internal.
Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal Faktor Strategis Internal/ Eksternal A B C … Total
A
B
C
…
Total x1 x2 x3 x4
Bobot α1 α2 α3 α4
n
n
Σx
Σ αi
i=1
i=1
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Kinner in Agustin 2007):
25 Keterangan :
α1 xi i n
= Bobot faktor ke-i = Nilai faktor ke-i = 1, 2, 3,…,n = jumlah faktor
c. Penentuan peringkat Penentuan Peringkat (rating) merupakan pengukuran terhadap masing-masing variabel terhadap kondisi objek wisata dengan skala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategi. Skala rating yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu: a. faktor kekuatan: 1 = kekuatan yang kecil 2 = kekuatan yang sedang 3 = kekuatan yang besar 4 = kekuatan yang sangat besar b. faktor kelemahan: 1 = kelemahan yang sangat berarti 2 = kelemahan yang cukup berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti 4 = kelemahan yang tidak berarti Sedangkan pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) yaitu: a. faktor peluang: 1 = peluang rendah, respon kurang 2 = peluang sedang, respon rata-rata 3 = peluang tinggi, respon diatas rata-rata 4 = peluang sangat tinggi, respon superior b. faktor ancaman : 1 = ancaman sangat besar 2 = ancaman besar 3 = ancaman sedang 4 = ancaman sedikit Selanjutnya nilai pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total nilai pembobotan (Tabel 4). Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai dengan 4 dengan rata-rata 2,5.
Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat
26 dinyatakan bahwa kondisi internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE jika dibawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat.
Tabel 4. Matriks internal factor evaluation (IFE) dan eksternal factor evaluation (EFE) Faktor Strategis Internal/Eksternal Kekuatan/Peluang 1. 2. ….. Sub total Kelemahan/Ancaman 1. 2. ….. Sub total Total Sumber: Rangkuti (2002)
Bobot
Rating
Nilai
….. ….. ….. …..
….. ….. ….. …..
….. ….. ….. …..
….. ….. ….. ….. …..
….. ….. ….. ….. …..
….. ….. ….. ….. …..
d. Penyusunan analisis strategi dengan menggunakan matriks SWOT Matriks SWOT dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 5).
Tabel 5. Matriks analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threath)
Kekuatan (Strenght)
Kelemahan (Weakness)
Strategi S-O Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi W-O Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada. Strategi W-T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti (2002)
e. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan Penentuan prioritas strategi pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Rangking prioritas strategi ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 6.
27 Tabel 6. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT Alternatif strategi SO1 SO2 SOn WO1 WO2 WOn ST1 ST2 STn WT1 WT2 WTn
Keterkaitan dengan unsur SWOT ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..
Jumlah skor (nilai) ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..
Rangking ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..
28
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Fisik Danau Rawa Pening Secara georafis Danau Rawa Pening terletak 7004’-7030’LS dan 110011110044’BT dengan ketinggian 460 m diatas permukaan laut. Secara administratif Danau Rawa Pening berada di Kabupaten Semarang dan terletak di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bawen, Ambarawa, Banyubiru, dan Tuntang. Luas genangan Danau Rawa Pening pada ±463,30 dpl merupakan ketinggian maksimum yaitu mencapai 2670 ha dengan volume danau ±65 juta m3 dan pada ±462,05 dpl merupakan ketinggian minimum dengan luasan genangan sebesar 1.760 ha dengan volume danau ±25 m 3. Air Danau Rawa Pening berasal dari air hujan, sungai dan mata air. Sub DAS Rawa Pening memiliki luas area 25.079 ha bersumber dari 9 sungai yaitu Sungai Kedungringin, Sraten, Muncul, Legi, Galeh, Torong, Panjang, Ngaglik, dan Parat, serta 4 mata air yaitu Mata Air Petit, Dadang, Pening, dan Muncul. Keluaran air (outflow) dari danau ini hanya ada satu sungai yaitu Sungai Tuntang yang kemudian dimanfaatkan untuk PLTA Jelok dan PLTA Timo. Saat musim hujan Danau Rawa Pening mendapat masukan air (inflow) sebesar 8.190 m3/dt dan pada musim kemarau masukan air (inflow) sebesar 3.848 m3/dt (DPU 2008). Kawasan Danau Rawa Pening terletak di bagian tengah kawasan dataran tinggi yang memiliki iklim tropis C dengan musim hujan (bulan basah) terjadi selama 6 bulan (Oktober-Maret), musim kemarau (bulan kering) selama 6 bulan (April-September) atau zona Agroklimat C2 dengan curah hujan tahunan ±2.500 mm, suhu rata-rata 250– 290 C dan kelembaban udara 70%-90%. Secara hidrologis Rawa Pening berfungsi sebagai reservoir penampung run off antara 7,5 m3/dt-30 m3/dt dan tingkat evaporasi sampai 5 mm/hari-6 mm/hari (PSDA-PDU 2008). Sisi-sisi Danau Rawa Pening dibatasi areal persawahan yang tinggal di sekitar danau. Danau ini pun terdiri dari beberapa area wisata yang mengelilinginya dari wisata budaya, alam, maupun buatan. Salah satu wisata yang berada di Danau Rawa Pening adalah Bukit Cinta yaitu sebuah bukit peninggalan purbakala yang terletak di tepian danau di sebelah selatan Rawa Pening yang terletak di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pemanfaatan Bukit Cinta yang terdapat di tepian danau dan juga sebagai area wisata tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Danau Rawa Pening karena berpengaruh langsung terhadap
29 pemanfaatan Danau Rawa Pening sebagai objek wisata antara lain untuk duduk santai, memancing, dan berperahu.
4.2. Sejarah Kawasan Danau Rawa Pening Danau Rawa Pening adalah sebuah danau alam yang terbentuk karena pergeseran lapisan bumi dimana sisi-sisi pegunungan yang mengitari danau muncul ke atas (uplift) oleh gerakan endogen dan kemudian disusul dengan runtuhnya bagian tengah (subsidence) oleh gerakan endogen. Keadaan ini diduga terjadi pada zaman Kenozoikum (masa tertier). Bagian tengah tersebut kemudian terisi air yang dikenal sebagai Rawa Pening dan bermuara di sebelah utara yang dikenal Sungai Tuntang. Tahun 1912-1916 Pemerintah Belanda meninggikan bendungan alam di sebelah Timur Laut dan kemudian mencoba memanfaatkan untuk pengairan dan pembangkit listrik di Jelog (Suwondo 2007). Keberadaan atau sejarah Rawa Pening tidak dapat dilepaskan dari tokoh legenda yang bernama “Baru Klinting” dan dikaitkan dengan benda purbakala bernama “Lumpang Lentong” yang berada di tepian danau yaitu di Bukit Cinta. Pihak pengelola pariwisata memiliki 8 orang pekerja dimana 4 pegawai kontraktor yang bertugas untuk membersihan kawasan wisata dan 4 PNS bertugas sebagai petugas loket dan pengawas kawasan wisata. Pengelolaan objek wisata Rawa Pening terutama wisata Bukit Cinta yang terletak di tepi danau dikelola oleh UPTD Rawa Pening, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintahan Daerah Kabupaten Semarang.
4.3. Pemanfaatan Danau Rawa Pening 4.3.1. Pertanian/irigasi Danau Rawa Pening berfungsi sebagai sumber air untuk mengairi sawah seluas 20.067 ha yaitu di daerah Kabupaten Grobogan dan Demak (Glapan Barat seluas 10.113 ha dan Glapan Timur seluas 8.671 ha), daerah Tuntang Jelok seluas 374 ha, dan Pelayaran Buyaran seluas 909 ha. Pada saat musim kemarau, air di danau ini pun digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk mandi, cuci, dan minum. 4.3.2. Lahan pertanian pasang surut Saat musim kemarau masyarakat sekitar Danau Rawa Pening dapat menanami padi di sekeliling danau. Status tanah persawahan dalam radius jangkauan genangan air danau dapat dibedakan sebagai berikut (PSDA-DPU 2008):
30 1. Tanah Patok Kuning. Pada elevasi +461,30 s/d 462,05 mempunyai luas ±330 ha, hak milik saat ini sudah dibeli oleh pemerintah. 2. Tanah Patok Merah. Pada elevasi +462.05 s/d 462,30 mempunyai luas ±110 ha. Hak menanam padi diperbolehkan 1 kali setahun yaitu hanya musim hujan saja. 3. Tanah Patok Hitam. Pada elevasi +462,30 s/d 463,30 mempunyai luas ±584 ha. Pada lahan ini dapat ditanami padi sebanyak 2 kali setahun dengan ketentuan waktu penanaman harus dilakukan menurut aturan. Lahan pada elevasi +462,05 s/d +463,30 menghidupi sekitar 1.320 petani.
4.3.3. Tenaga listrik Air yang berasal dari keluaran Danau Rawa Pening antara lain digunakan untuk (PSDA-DPU 2008): 1.
PLTA Jelok Dibangun tahun 1938 dengan 3 buah mesin turbin pembangkit dan pada tahun 1962 ditambah 1 unit lagi.
Kapasitas terpasang sebesar 20.480 Kw dengan
kemampuan maksimum sebesar 15.000 Kw 2. PLTA Timo Dibangun tahun 1963 dengan 3 buah mesin turbin. Kapasitas terpasang sebesar 12.000 Kw dan kemampuan maksimumnya sebesar 10.000 Kw. Guna memenuhi PLTA Jelok dan Timo dibutuhkan setiap bulannya sebesar ±10,2 m3/dt untuk 3 buah turbin sehingga kebutuhan masing-masing turbin 3,4 m 3/dt. Sedangkan pada bulan Agustus, September, dan Oktober debit aliran hanya cukup untuk 1 buah turbin karena sudah masuk dalam musim kemarau. Tenaga listrik yang dihasilkan dari kedua PLTA ini kemudian disalurkan ke daerah Jawa Tengah bagian Timur, D.I Yogyakarta, Solo, dan Kudus. Aliran air dari Danau Rawa Pening sebesar 8,36 m3/dt dapat menghasilkan 10 megawatt.
4.3.4. Pariwisata Kawasan Danau Rawa Pening merupakan daerah yang sangat cocok sekali dikembangkan sebagai area ekowisata karena memiliki pemandangan alam yang indah. Di Danau inipun terdapat peninggalan purbakala berupa bukit yang terdapat di
31 sebelah selatan Rawa Pening yaitu di Bukit Cinta. Pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata mulai dikembangkan dengan dibangunnya Bukit Cinta pada tahun 1967. Bukit Cinta merupakan kawasan yang langsung bersinggunggan dengan danau dan aktifitas wisatawan yang dapat dilakukan antara lain duduk santai sambil melihat pemandangan, memancing, dan berperahu. Danau Rawa Pening juga terdapat taman bermain, rekreasi air, dan peninggalan benda bersejarah. Selain Bukit Cinta terdapat banyak tempat wisata yang berdekatan dengan Bukit Cinta, seperti Wisata Pemandian Muncul, Wisata Pendidikan Langen Tirta Muncul, Rawa Permai, Bandungan, dan Lopait.
Sektor pariwisata ini dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan wisata seperti adanya pengembangan usaha jasa transportasi perahu, pedagang makanan dan souvenir, dan usaha wiraswasta lainnya.
4.3.5. Perikanan danau Danau Rawa Pening merupakan danau yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar dan dapat menghidupi 1.934 jiwa yang bekerja sebagai nelayan di Rawa Pening. Berdasarkan data statistik (Dinas Perikanan Kabupaten Semarang) 2008) jumlah keramba jaring apung dan jaring insang tetap sebanyak 609 buah. Produksi ikan tertinggi yang pernah dicapai dikawasan ini telah mencapai ±700 ton/tahun dengan jenis ikan nila, mujair, tawes, dan jenis ikan lainnya seperti wader, betutu, gabus. Perikanan Danau Rawa Pening terdapat 3 kegiatan yakni penangkapan ikan, kegiatan budidaya ikan, dan pemeliharaan atau konservasi. Kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan perorangan ataupun kelompok yakni berupa keramba jaring apung (KJA) dan untuk kegiatan pemeliharaan yaitu dengan melakukan penebaran benih ikan (restocking) dan pengendalian eceng gondok. Salah satu jenis ikan yang dipelihara di keramba jaring apung (KJA) adalah ikan nila yang dibudidayakan dengan waktu pemeliharaan 7-12 bulan dengan produksi maksimal yang ingin dicapai 100 kg per petak dengan rata-rata berat ikan 150 per ekor. Usaha keramba jaring apung lebih diminati daripada kegiatan penangkapan, hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produksi ikan karena penangkapan ikan yang berlebihan dan banyaknya tumbuhan air.
Nelayan yang akan mengembangkan
keramba jaring apung memerlukan modal minimal sebesar 20 juta. Karena modalnya terbatas, budidaya yang diupayakan masih minim modal, yakni berkisar Rp. 2 juta per unit, sehingga hasilnya pun belum optimal.
Selain itu juga pemahaman nelayan
32 mengenai aspek teknologi masih minim sehingga nelayan pun belum efektif dalam mengelola usahanya, termasuk dalam pemberian pakan yang belum optimal sehingga pengembangbiakan ikan menjadi lambat.
4.3.6. Kerajinan dan industri Eceng gondok yang menutupi Danau Rawa Pening dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kerajinan dengan memanfaatkan batangnya. Eceng gondok rata-rata dapat diambil 1.000 kg/hari dan bisa mencapai sekitar 1% dari luasan danau yang tertutup eceng gondok dengan harga sebesar 125,00/kg basah dan Rp. 2.000,00/kg kering. Menurut salah satu responden masyarakat yang bekerja sebagai pengumpul eceng gondok, dia dapat memperoleh uang sampai Rp. 20.000,00/hari dari hasil penjualan eceng gondok kering bila pada musim kemarau karena intensitas cahaya matahari tinggi. Penambangan gambut merupakan salah satu potensi industri yang perlu dikembangkan karena dapat mengurangi sedimentasi di dasar danau.
Gambut
tersebut berasal dari tanah terapung yang disebabkan oleh tekanan gas-gas hasil proses dekomposisi bahan organik, terhadap lapisan tanah organik. Tanah hitam tersebut muncul sedikit demi sedikit ke permukaan air disertai munculnya gelembung gas dan bau pembusukan (Notosoedarmo 2003).
Penambangan gambut tersebut
digunakan untuk kegiatan industri pengolah pupuk yang bahan bakunya berasal dari dekomposisi tumbuhan air dan akibat sedimentasi atau masyarakat sekitar mengatakan gambut.
Produktivitas pengolahan pupuk tersebut sebesar 54.000
m3/tahun yang pengambilannya dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa perahu dan alat galian.
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo 4.4.1. Jumlah penduduk Berdasarkan data Kelurahan Kebondowo pada bulan Maret 2009, jumlah penduduknya adalah 4.083 jiwa yang terdiri dari 1994 laki-laki dan 2.089 perempuan.
4.4.2. Jenis pekerjaan Persentase terbesar jenis pekerjaan penduduk adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 973 jiwa ( 29,75%). Pekerjaan masyarakat sebagai buruh tani yaitu mereka yang mengolah lahan pertanian milik orang lain dan menempati persentase terbesar
33 kedua yaitu sebanyak 473 jiwa (14,46%), namun adapula yang dapat mengolah lahan pertanian mereka sendiri yaitu sebagai petani sebanyak 202 jiwa (6,18%). Pekerjaan penduduk sebagai pedagang/wiraswasta yaitu sebanyak 304 jiwa (9,30%). Penduduk yang pekerjaannya sebagai wiraswasta adalah mereka yang membuka usaha untuk memanfaatkan Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata. Penduduk Kelurahan Kebondowo juga banyak bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 375 jiwa (11,46%). Pekerjaan penduduk sebagai TNI/Polri yaitu sebanyak 219 jiwa (6,69%), hal itu terkait daerah sebagian Danau Rawa Pening juga merupakan daerah militer. Pekerjaan penduduk lainnya adalah sebagai pengrajin, penjahit, montir, guru swasta, kontraktor, tukang kayu, dan tukang batu (Gambar 3).
Gambar 3. Jenis pekerjaan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun 2009 4.4.3. Pendidikan penduduk Tingkat pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening khususnya di Desa Kebondowo dekat dengan kawasan wisata Bukit Cinta. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kebondowo tergolong masih rendah karena adanya masyarakat yang masih buta huruf yaitu sebanyak 81 jiwa (1,98%), tidak tamat SD yaitu sebanyak 596 jiwa (14,6%) dan hanya tamatan SD/sederajat yaitu sebesar 996 jiwa (24,40%). Walaupun tingkat pendidikan rendah namun adapula yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai tamatan S1 dan S2 (Gambar 4).
34
Gambar 4. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun 2009
4.5. Sarana dan Prasarana Danau Rawa Pening dikembangkan sebagai daerah wisata karena tempat ini memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk pengembangan wisata. Prasarana sekitar Danau Rawa Pening yaitu dekat dengan wilayah pemerintah seperti kantor pemerintahan camat dan lurah, kantor pos, Puskesmas, Rumah Sakit Umum Ambarawa, kantor polisi, supermarket dan pasar. Kawasan wisata ini juga dapat dikategorikan masih aman karena kawasan wisata ini dekat dengan daerah militer sehingga terjamin keamanan wisatawan yang ingin datang ke Danau Rawa Pening. Berdasarkan observasi sarana dan prasarana yang tersedia di dalam kawasan wisata Bukit Cinta, Danau Rawa Pening terlihat dalam Tabel 7.
4.6. Transportasi dan Komunikasi Danau Rawa pening merupakan lokasi strategis yang mudah dijangkau, karena berada di simpul tiga kota besar yakni Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Jika pergi ke tiga kota tersebut dan ingin ke Danau Rawa Pening, wisatawan dapat turun di Salatiga kemudian naik mini bus jurusan Salatiga-Ambarawa dan turun di depan Bukit Cinta dengan tarif Rp. 2.500,00. Sarana komunikasi di sekitar Danau Rawa Pening sangat mudah karena adanya menara telekomunikasi untuk telepon genggam (handphone) dan jaringan telepon seperti tersedianya warung telepon (wartel).
35 Tabel 7. No.
Sarana dan prasarana yang ada di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Sarana dan Prasarana
Jumlah
1.
Loket
1
2.
Toilet
2 dengan 6 pintu
3.
Tempat Parkir
3
5.
Media Informasi Ikan Rawa Pening Warung makan
13
6.
Rumah makan terapung
1
7. 8.
Ayunan dan jungkit Tempat duduk dan shelter
4 16
9.
Mushola
1
10.
Perahu motor
33
11.
Sampan
12.
Tempat sampah
4.
Tempat sewa memancing Sumber: Data Primer (2009) 13.
1
Belum keterangan pasti 3 alat
1
ada yang
Keterangan Bangunan semi permanen Tiket masuk pada hari libur Rp. 3.500,00/orang dan hari biasa Rp. 3.000,00/orang Keadaannya kotor, pintu rusak Parkir motor 2 (disamping loket dan di dalam area wisata) dan parkir mobil 1. Tempat parkir rencananya akan diperbaiki dan diperluas. Hanya hari libur buka, keadaan akuarium sebagian kotor dan rusak. 8 bangunan baru dan 5 bangunan lama 7 tempat lesehan dengan fasilitas tempat pancing. Keadaan baik Keadaan baik Berada di luar loket dan dekat dengan rumah penduduk dengan jarak ± 2,5 m dari pintu masuk. Harga sewa Rp 30.000/30 menit dan harga sewa Rp. 80.000,00/hari. Banyak perahu yang rusak dan tidak terpakai. Harga sewa Rp. 4.000,00 Berada di dekat loket, di bukit, dan di dekat warung. Hanya ada 1 warung yang menyewakan alat pancing dengan perahu dan dayung
Gambar 5. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Rawa Pening pada bulan Maret s/d Desember 2008
4.7. Kunjungan Wisatawan Kunjungan wisatawan objek wisata Danau Rawa Pening pada bulan Maret s/d Desember 2008 berfluktuasi (Gambar 5). Jumlah pengunjung tertinggi yaitu bulan Oktober yaitu sebesar 2662 orang karena pada bulan tersebut libur Hari Raya Idul
36 Fitri. Kondisi kunjungan wisatawan yang datang ke Danau Rawa Pening berfluktuasi karena dipengaruhi oleh masa liburan sekolah karena biasanya pada hari libur banyak wisatawan yang memanfaatkannya untuk berwisata bersama keluarga.
4.8. Instansi-Instansi Terkait Sejak tanggal 6 Maret 2002 Gubernur Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan keputusan yang mendasarkan kepada PP No. 35 Tahun 1991 (Pasal 1, 2, dan 10) menyatakan bahwa pengelolaan Danau Rawa Pening mulai saat itu dikoordinasikan secara terpadu oleh pihak Pemda Provinsi Jawa Tengah, yaitu terkait dengan (Suwondo 2007): 1.
Pengelolaan dan pengembangan air dan sumber air Danau Rawa Pening,
2.
Menyusun, mengesahkan, dan memberi ijin (pengusahaan dan peruntukan),
3.
Pembuatan hukum, dan
4.
Peran koordinasi. Dengan adanya Keputusan Gubernur Jawa Tengah tersebut maka semua
program yang akan masuk ke Danau Rawa Pening harus membuat hubungan koordinasi dengan pihak Pemda Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan Danau Rawa Pening ditangani tujuh instansi pemerintah yang terkait dalam usaha pemanfaatan Danau Rawa Pening, yaitu: 1. Pemerintah
Daerah
(kecamatan,
kelurahan)
yang
mencoba
membenahi
administrasi dan program-progam pembangunan yang menggunakan Dana Alokasi Umum. 2. PSDA
(Pengelolaan
Sumber
Daya
Air)
yang
mencoba
mengembangkan
kemanfaatan air di Danau Rawa Pening termasuk pengaturan tinggi air dan bahkan pengaturan pintu air ke PLTA. 3. Dinas Pengairan (Pekerjaan Umum) yang mengatur debet air bagi pengairan terutama bagi wilayah hilir. 4. PLTA Jelok yang mengatur debet air masuk ke turbin Jelog. 5. Dinas Perikanan yang berusaha membudidayakan ikan di Danau Rawa Pening. 6. Dinas
Pariwisata
yang
mempunyai
kewenangan
adanya
tugas
untuk
mengembangkan kawasan Rawa Pening untuk daerah wisata terutama kegiatan utama di Bukit Cinta. 7. Dinas Koperasi dan Perindustrian yang berusaha mengembangkan koperasi dan industri berkaitan dengan keberadaan air Rawa Pening (termasuk eceng gondok).
37 4.9. Analisis Sumberdaya Alam 4.9.1. Kualitas air Berdasarkan pengukuran beberapa parameter fisika dan kimia di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yang digunakan untuk menunjang pengembangan wisata Bukit Cinta maka nilai beberapa parameter disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Kualitas air Danau Rawa Pening Parameter Baku Mutu* Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Fisika Suhu (0C) ±3 26,9 27,2 27,4 Kecerahan Tidak Tercantum 0,47 0,51 0,40 (m) Bau Tidak Tercantum Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Warna Tidak Tercantum Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau Kecoklatan Kimia pH 6-9 7 7,5 7 DO** (mg/l) 4 6,48 6,26 6,19 BOD (mg/l) 3 12,25 13,49 13,49 Nitrit (mg/l) 0,06 0,052 0,055 0,052 Nitrat (mg/l) 10 0,262 0,206 0,181 Ammonia Tidak Tercantum 0,237 0,434 0,284 (mg/l) Keterangan: * Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II ** Batas minimum yang diperbolehkan Sumber: Data primer (2009)
a. Parameter fisika a.1. Suhu Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Peningkatan suhu perairan sebesar 100C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Suhu di Danau Rawa Pening hasil dari pengukuran di tiga stasiun yaitu berkisar 26,9-27,40C. Dengan demikian, suhu di Danau Rawa Pening dapat dikatakan layak untuk kegiatan rekreasi dan perikanan berdasarkan baku mutu air PP No.82 tahun 2001 kelas II yang toleransinya sebesar ±3 dari rataan suhu air di lingkungan tersebut. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20–300C, maka daerah Rawa Pening juga dapat dikembangkan untuk perikanan karena fitoplankton menjadi makanan bagi ikan pemakan plankton.
Suhu perairan relatif stabil karena sifat
keberadaan molekul cukup mampat yaitu molekul air terdiri atas 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen saling memenuhi orbit elektron kulit luarnya, sehingga orbit elektron
38 kulit luar masing-masing atom menjadi mantap. Kemantapan ini menyebabkan suhu air menjadi lebih stabil daripada larutan kimia lainnya (Utami et al. 2003). a.2. Kecerahan Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk.
Ukuran yang diperoleh adalah ukuran
kedalaman yang menggambarkan seberapa dalam pengamat secara visual masih dapat melihat objek (keping “Secchi”) dalam air. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Nilai kecerahan yang diperoleh di Danau Rawa Pening adalah berkisar 0,40-0,51 (Tabel 8). Nilai kecerahan terendah berada di stasiun 3, hal tersebut dikarenakan banyaknya aktivitas penambang gambut yang menggunakan perahu motor melewati area ini sehingga kandungan padatan tersuspensi tinggi dari buangan gambut yang berjatuhan ke danau. Nilai kecerahan dianggap cukup produktif dan masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika pinggan secchi masih terlihat pada kedalaman 30-60 cm (Boyd 1982). Perairan yang keruh kecerahannya bisa sampai 5-15 cm saja, sementara perairan yang jernih kecerahannya bisa mencapai beberapa puluh meter (Hariyadi 2001). a.3. Bau Bau sangat berpengaruh dalam penentuan suatu perairan sebagai tempat rekreasi dan keindahan (estetika). Penilaian bau perairan Danau Rawa Pening pada ketiga stasiun dengan indera penciuman yaitu tidak berbau. a.4. Warna Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik; karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lain. Warna perairan dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga adanya bahan tersuspensi (Effendi 2003). Warna perairan Danau Rawa Pening dari tiga titik stasiun yang diamati secara visual berdasarkan indera penglihatan yaitu berwarna hijau kecoklatan. Warna kecoklatan tersebut disebabkan adanya bahan-bahan organik,
39 misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati (Effendi 2003). b. Parameter kimia b.1. Derajat keasamaan (pH) Derajat keasaman (pH) air adalah sifat kimia yang berperan dalam menentukan kualitas air dalam kehidupan organisme perairan dan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7–8,5 (Effendi 2003). Berdasarkan pengukuran Danau Rawa Pening memiliki kisaran pH 7–7,5, ini berarti perairan danau memenuhi baku mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II yaitu air baku untuk sarana rekreasi dan perikanan yang berada diantara 6-9. b.2. Oksigen terlarut (DO) Kadar oksigen terlarut (DO) menunjukkan jumlah mg/l oksigen yang terlarut dalam air. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer.
Semakin besar suhu dan
ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills 1996 in Effendi 2003).
Oksigen terlarut hasil
pengukuran di Danau Rawa Pening adalah berkisar 6,19-6,48 mg/l. Kadar oksigen terlarut di perairan ini dapat dikatakan memenuhi baku mutu air PP No.82 tahun 2001 kelas II. Untuk kehidupan biota perairan pada umumnya, kadar oksigen terlarut disarankan tidak kurang dari 3 mg/l (Hariyadi 2001). Dilihat dari kondisi fisik Danau Rawa Pening yang mengalami pendangkalan dan banyak ditumbuhi tumbuhan air pada zona litoral maka keberadaan oksigen lebih banyak dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Di perairan umum, oksigen terlarut berasal dari hasil samping proses fotosintesis tumbuhan air yang ada atau difusi dari udara (adanya riak air menyebabkan aerasi). b.3. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical oxygen demand/BOD) BOD merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis and Cornwell 1991 in Effendi 2003). menggambarkan
bahan
organik
yang dapat
didekomposisi
BOD hanya
secara
biologis
40 (biodegradable) dan menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam BOD yang diinkubasi pada suhu 200C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd 1982). Pada hari ke-5 tersebut diperkirakan sekitar 75% bahan organik telah terurai dan ini cukup memadai sebagai gambaran BOD. Berdasarkan hasil pengukuran dari ketiga stasiun Danau Rawa Pening memiliki kisaran nilai BOD5 yaitu 12,25-13,49 mg/l. Nilai BOD tersebut dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis kandungan bahan organik (Effendi 2003). Nilai tersebut sudah melebihi baku mutu air berdasarkan PP No. 28 tahun 2001 kelas II yaitu sebesar 3 mg/l, hal ini disebabkan karena Danau Rawa Pening mendapat masukan dari 9 sungai yang membawa limbah domestik buangan masyarakat. Tingginya konsentrasi ini menunjukkan bahwa kondisi perairan di Danau Rawa Pening sudah tercemar. b.4. Nitrit-nitrogen (NO2-N) Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas oksigen (denitrifikasi). Denitrifikasi tersebut berlangsung pada kondisi aerob (Effendi 2003).
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil nitrit yaitu
berkisar antara 0,052-0,055 mg/l. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/l dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Moore 1991 in Effendi 2003). Namun, hasil pengukuran tersebut tidak melebihi baku mutu air berdasarkan PP No. 28 tahun 2001 kelas II yaitu air baku untuk sarana rekreasi dan perikanan karena tidak lebih dari 0,06 mg/l. b.5. Nitrat-nitrogen (NO3-N) Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tumbuhan dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil.
Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Danau Rawa Pening memiliki nilai nitrat berkisar antara 0,181–0,262 mg/l (Tabel 8). Dari hasil pengukuran tersebut maka kandungan nitrat tidak melebihi ambang baku mutu air berdasarkan PP No. 28 tahun 2001 yakni tidak melebihi 10 mg/l.
41 b.6. Ammonia-nitrogen (NH3-N) Ammonia (NH3) bersifat mudah larut dalam air. Ammonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat, amonium nitrat, dan amonium sulfat), serta industri bubur kertas dan kertas (pulp dan paper). Sumber ammonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Perairan Danau Rawa Pening memiliki kisaran nilai ammonia yaitu 0,237–0,434 mg/l. Berdasarkan baku mutu air PP No. 82 tahun 2001 kelas II untuk bahan baku rekreasi dan perikanan tidak ada batasan untuk nilai ammonia. Kadar ammonia yang terukur adalah ammonia total yaitu terdiri dari NH 3 dan NH4+, karena pada larutan bersuasana basa kuat semua ammonia berada dalam bentuk NH 3. Ini berarti, ammonia yang terukur adalah NH 3 yang secara alami ada dalam air ditambah NH3 yang berasal dari reduksi ammonium (NH4).
Ammonia jarang
ditemukan pada perairan yang mendapat cukup pasokan oksigen. Menurut McNeely et al. (1979) in Effendi (2003), kadar ammonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. Kadar ammonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan (run-off) pupuk pertanian. c. Parameter biologi c.1. Fitoplankton Fitoplankton memegang peranan penting dalam suatu perairan.
Fungsi
ekologisnya sebagai produser primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan. Keberadaan fitoplankton sangat penting karena merupakan penghasil produktivitas primer utama dalam ekosistem perairan.
Kisaran kelimpahan fitoplankton yang
diperoleh berkisar antara 81-456.890 sel/l. Fitoplankton yang dijumpai di perairan Danau Rawa Pening yaitu terdiri dari empat kelas fitoplankton dengan 33 genus yaitu Bacillariophycea (16 genus), Dinopyhceae (6 genus), Cyanophyceae (5 genus), Chloropyceae (6 genus). Dari keempat kelas yang ditemukan, perairan Danau Rawa Pening didominasi oleh genus Peridium sp. sebesar 456.980 sel/l. Dari kelimpahan yang diperoleh maka dapat dihitung nilai keanekaragaman fitoplankton, keseragaman, dan dominansi. Nilai indeks keanekaragaman Shannon (H’) fitoplankton adalah sebesar 0,4939. Nilai tersebut berada antara 0≤H’≤2,033 berarti tingkat keanekaragaman rendah dan
42 tekanan ekologi tinggi. Nilai indeks keseragaman (E) fitoplankton adalah sebesar 0,1413. Nilai tersebut memperlihatkan keseragaman rendah, kekayaan individu yang dimiliki oleh masing-masing jenis jauh berbeda, dan kondisi lingkungan tidak stabil karena mengalami tekanan. Nilai indeks dominansi (D) fitoplankton di Danau Rawa Pening adalah sebesar 0,838.
Nilai tersebut berada antara 0,6
dominansi tinggi, terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya, kondisi lingkungan tidak stabil terhadap suatu tekanan ekologi. c.2. Tumbuhan air Kondisi permukaan perairan Danau Rawa Pening sekarang sudah banyak tertutupi tumbuhan air. Berdasarkan pengamatan jenis tumbuhan air ada 13 jenis tumbuhan air yang terdapat di Danau Rawa Pening (Tabel 9).
Tabel 9. Jenis tumbuhan air di Danau Rawa Pening No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jenis tumbuhan air Eceng gondok (Eichornia crassipes) Kiyambang (Salvinia cucculata) Ganggang rante (Hydrilla verticillata) Kiyambang (Salvinia molesta) Rumput-rumputan (Scirpus grossus) Teratai (Nymphaea pubescens) Eceng kebo (Monochoria hastata) Gulma itik (Lemna perpusilla) Mendong (Fimbristylis globulosa) Rumput katak (Limnobium spongia) Kapu-kapu (Pistia stratiotis) Kekal rerumputan (Typha latifolia) Teki-tekian (Sacciolepis interupta)
1 v v v v v v v v v v v v v
2 v v v v v v v v v v v v
Lokasi 3 4 5 v V v v v v v v v v v v v v v v v v - v v v v v v v v v v v v v v v v
6 v v v v v v v v v v v v
Tumbuhan air yang terdapat di Danau Rawa Pening dapat memberikan estetika bagi keindahan danau. Tumbuhan air juga dapat menjaga kebersihan danau dengan menyaring partikel-partikel yang ada di air oleh akar sehingga dapat menjernihkan air. Namun bila jumlahnya tidak dapat dikendalikan maka dapat menjadi gulma. Karakteristik gulma air adalah daya adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan dan daya reproduksinya yang cepat. Jenis tumbuhan air yang banyak terdapat di Danau Rawa Pening adalah eceng gondok (Eichornia crassipes) dan ganggang rante (Hydrilla verticilata). Populasi eceng gondok saat ini diperkirakan menutupi perairan Danau Rawa Pening ±30% dan ganggang rante sekitar ±11% (BLH 2008).
Jika
tumbuhan air tersebut jumlahnya tidak dapat dikendalikan maka berakibat pada
43 rusaknya ekosistem seperti pendangkalan sehingga akan mengancam keberadaan danau dalam waktu jangka panjang tersebut. Tumbuhan kiyambang merupakan tumbuhan yang berwarna hijau terang, waktu muda daun selalu mandatar, bentuknya agak membulat , setelah tua melipat ke atas sepanjang rusuk tengahnya. Kiyambang merupakan salah satu tumbuhan air selain memiliki nilai estetika bila pertumbuhannya terkendali, juga memiliki fungsi sebagai tumbuhan air yang dapat memulihkan pencemaran lingkungan. Kiyambang dapat tumbuh secara pesat, menutupi daerah permukaan air yang luas, menghambat lalu lintas, menghalangi kegiatan perikanan, dan bahkan dapat menghilangkan mata pencaharian utama bagi nelayan. Teratai adalah salah satu tumbuhan air yang memiliki nilai estetika, selain bentuknya yang menawan teratai juga memiliki kemampuan dalam menetralisir limbah. Teratai hanya ditemukan di lokasi 1 karena tumbuhan air ini dibawa oleh masyarakat yang memiliki usaha rumah makan terapung dan digunakan untuk estetika. Ganggang rante merupakan salah satu tumbuhan air yang juga terdapat banyak di Danau Rawa Pening. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan menahun, tumbuh di dasar yang berlumpur, panjang 0,25-2,00 m (Widjaja 2004) dan tersebar luas di perairan dangkal. Eceng gondok mengandung beberapa senyawa organik yang penting dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama babi, karena mangandung senyawa organik antara protein, selulosa, eter. Eceng gondok juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos karena terbukti dapat meningkatkan kualitas tanah.
Kandungan
mineral pada eceng gondok tinggi karena gulma ini memiliki kemampuan untuk menyerap hara yang terdapat pada air di sekitarnya. Manfaat lainnya yaitu dapat digunakan sebagai bahan generator biogas. Saat ini eceng gondok di Danau Rawa Pening dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan kerajinan. Eceng gondok memiliki pertumbuhan yang sangat cepat sehingga dapat mengurangi kandungan oksigen di perairan, bahkan mengurangi fitoplankton di perairan. Untuk mengurangi jumlah eceng gondok tersebut tentu saja harus dilakukan pengelolaan eceng gondok secara benar. Masyarakat sekitar bisa diberi pelatihan mengenai pengolahan eceng gondok menjadi produk-produk bernilai ekonomi.
Pengendalian populasi eceng
gondok yang melibatkan masyarakat akan memberikan keuntungan bagi pengelola danau sekaligus masyarakat sekitar. Disamping adanya manfaat yang dirasakan adapula kerugian yang ditimbulkan dari eceng gondok yang sudah menjadi gulma air yaitu menghambat produktivitas
44 perairan karena populasi ikan di perairan menjadi berkurang karena disebabkan proses eutrofikasi, penetrasi sinar matahari ke dalam perairan terhalang oleh eceng gondok sehingga fitoplankton tidak dapat melakukan fotosintesis sehingga produksi O2 menurun dan ikan-ikan mati sehingga produktivitas perairan terhambat. Karena jumlah O2 di perairan menurun sehingga kemampuan alami perairan untuk menyerap polusi organik menjadi berkurang. Keadaan tersebut menyebabkan bau yang tidak enak dan akhirnya menjadi gambut. Populasi eceng gondok sangat dipengaruhi oleh permukaan tinggi air dan angin, karena eceng gondok hidup mengapung bebas. Keadaan serupa juga untuk populasi Salvinia molesta dan Salvinia cucculata meskipun gangguan gulma ini tidak sehebat eceng gondok. c.3. Ikan Jenis ikan yang ditemukan di perairan Danau Rawa Pening terdiri dari 15 jenis yaitu: 1. Mujair
(Oreochromis mossambicus) 9. Betik (Anabas testudineus)
2. Wader
(Puntius binotatus)
10. Gabus (Ophiocephalus sriatus)
3. Wader andong ( Rasbora spp.)
11. Lele
(Clarias batracus)
4. Sepat siam
(Trichogaster trichogaster)
12. Nila
(Oreochromis niloticus)
5. Sepat rawa
(Trichogaster pectoralis)
13. Tawes (Puntius javanicus)
6. Nilem
(Osteochilus hasselti)
14. Belut (Monopterus albus)
7. Gurame
(Osphronemus goramy)
15. Koan (Ctenopharngodon idella)
8. Mas
(Cyprinus carpio)
Jenis ikan yang dipelihara dan diintroduksi dalam keramba apung yaitu ikan nila (Oreohromis niloticus), ikan lele (Clarias batracus), dan ikan mas (Cyprinus carpio). Banyaknya jenis ikan yang terdapat di danau ini dimanfaatkan untuk kegiatan memancing sebagai salah satu potensi wisata. Pada tahun 2001 Dinas Perikanan Kabupaten
Semarang
melepas
10.000
bibit
ikan
koan
atau
grass
carp
(Ctenopharngodon idella) yang diharapkan dapat memakan eceng gondok. Selain ikan juga terdapat biota perairan lainnya seperti udang tawar (Caridina laevis, Macrobrachium rosenbergii, dan Caridina laevis). Caridina laevis memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekologis yaitu sebagai pemakan plakton sisa materi-materi organik dan juga makanan bagi ikan dan udang air tawar lainnya. Jenis ikan yang hidup di Danau Rawa Pening sebagian besar merupakan ikan pemakan plankton karena kelimpahan plankton di danau ini tinggi. Selain ikan dan udang
45 adapula moluska yang terdapat di Danau Rawa Pening ini yaitu Anadonta woodiana, Corbicula javanica, Pila ampullacea.
4.9.2. Flora dan fauna di sekitar Danau Rawa Pening a. Flora Suasana di sekitar Danau Rawa Pening masih sejuk dan asri, hal tersebut karena masih banyaknya tumbuhan darat di tepian danau. Jenis-jenis tumbuhan darat yang berada di tepi danau dan Bukit Cinta antara lain adalah : 1. Beringin
(Ficus benjamina)
7. Kelapa (Cocos rucifera)
2. Cemara
(Casuarina equisetifolia)
8. Jati
3. Pinus
(Pinus merkusii)
9. Melinjo (Gnetum gnemon)
4. Akasia
(Acasia sieberiana)
10. Bambu (Gigantololochloa apus)
5. Kamboja
(Plumiera acuminata)
11. Pakis
(Tectora grandis)
(Cycas rumphii)
6. Kelengkeng (Dimocarpus longan) b. Fauna Fauna yang dijumpai di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening adalah burung, ayam, capung, serangga, dan kupu-kupu. Burung yang ada di danau ini sangat potensial menjadi aset wisata seperti adanya burung migran Chilodonisas hybryda di awal musim kemarau dan pergi ke daerah asal daratan yaitu Asia pada awal musim hujan. Luasnya populasi eceng gondok dan semakin banyaknya pengguna perairan danau mengakibatkan keberadaan burung langka bangau Ciconia epicopus yang menyukai habitat persawahan berlumpur semakin berkurang. Fauna lainnya yang dapat dijumpai yaitu burung belibis Dendocygna javanica dengan ciri-cirinya membentuk formasi atau barisan, suaranya nyaring dan sangat unik. Banyaknya jenis fauna terutama jenis burung-burungan karena di tepian Danau Rawa Pening terdapat perbukitan yang masih banyak pepohonan. Adapula burung yang keberadaanya akrab dengan keberadaan sekitar dan bahkan menjadi perburuan, burung tersebut dikenal oleh warga Danau Rawa Pening dengan sebutan manuk pepelan (Gallinula chloropus). Spesies burung lain yang terdapat di Danau Rawa Pening adalah burung kuntul (Egretta intermediai), burung pelikan (Pelecanus onocrotalus), dan burung mandar besar (Porphyrio porphyrio). Jenis ampifi yang terdapat di sekitar Danau Rawa Pening yaitu Katak (Bufo melanosticus dan Rana erythraea). Selain ampifi dan burung adapula reptil yang terdapat di danau ini namun keberadaannya saat ini sudah sulit dijumpai bahkan tidak ada yaitu kura-kura air tawar (Trionyx cartilagineus).
46 4.10. Potensi Sumberdaya Objek Wisata Danau Rawa Pening Daya tarik atau potensi wisata yang ada di Danau Rawa Pening untuk pengembangan wisata Bukit Cinta antara lain meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.
4.10.1. Pemandangan alam Wilayah Danau Rawa Pening secara fisik dibatasi oleh pegunungan meliputi Gunung Ungaran, Telomoyo, Kendali Sodo, dan Merbabu.
Pemandangan alam di
sekitar Danau Rawa Pening sangat indah dan membuat iklim disekitarnya sejuk. Selain dikelilingi pegunungan di tepian danau juga terdapat sebuah bukit kecil yaitu Bukit Cinta yang menambah sejuk di kawasan wisata. Keindahan alam Danau Rawa Pening tentu saja memberikan perasaan tenang dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung untuk menghilangkan kepenatan dari kegiatan atau rutinitas sehari-hari mereka seperti dengan duduk santai.
4.10.2. Daya tarik flora dan fauna Keanekaragaman hayati di Danau Rawa Pening termasuk flora dan fauna yang terdapat dalam dan sekitar perairan dan daratan Danau Rawa Pening memiliki daya tarik yang dapat dijadikan aset wisata. Tumbuhan air yang terdapat di Danau Rawa Pening dengan jumlah yang dapat dikendalikan dapat menjadi estetika dan pepohonon di tepi danau yaitu di Bukit Cinta tentu saja membuat kawasan ini menjadi tambah sejuk dan menarik untuk didatangi. Selain daya tarik flora di sekitar dan di perairan Danau Rawa Pening terdapat juga fauna yang memiliki nilai ekonomis untuk dijadikan aset wisata seperti banyak jenis ikan yang terdapat di sini sehingga dapat digunakan sebagai area wisata memancing. Hal tersebut dapat terlihat dari jumlah pemancing yang tersebar di tepian daerah danau pada saat libur. 4.10.3. Potensi budaya Peninggalan bersejarah di sekitar Danau Rawa Pening dapat dijadikan sebagai potensi budaya untuk dikunjungi wisatawan. Peninggalan bersejarah tersebut adanya “Lumpang Lentong” yaitu sebuah peninggalan purbakala yang terkait dengan mitos mengenai legenda Danau Rawa Pening. Selain itu cerita mitos legenda terjadinya Danau Rawa Pening juga dikaitkan dengan tokoh yang bernama “Baru Klinting” yaitu tokoh yang mencabut lidi dari dasar danau yang kemudian dipercaya sebagian
47 masyarakat dari cabutan lidi tersebut keluar banyak air yang terus keluar dari dasar danau.
4.10.4. Potensi sosial ekonomi Beranekaragam pekerjaan yang dilakukan masyarakat seperti nelayan sedang mencari ikan, pencari eceng gondok sedang menjemur eceng gondoknya, dan sejumlah perahu berlalu lalang di Danau Rawa Pening dapat dijadikan daya tarik untuk kegiatan berwisata karena wisatawan yang datang dapat melihat aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. Ekonomi masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening juga tumbuh seiring dengan tumbuhnya sektor pariwisata yang ingin dikembangkan di sekitar danau. Sehingga pengembangan kegiatan wisata di Danau Rawa Pening tentu saja dapat mengurangi timbulnya persepsi negatif masyarakat sekitar terhadap kawasan objek wisata Danau Rawa Pening.
4.11. Karakteristik Sosial Ekonomi 4.11.1. Karakteristik responden masyarakat sekitar Masyarakat yang diwawancarai menjadi responden adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Rawa Pening khususnya yang dekat dengan wisata Bukit Cinta yaitu Desa Kebondowo. Peran masyarakat terhadap keberadaan kawasan wisata tentu saja mempengaruhi pengelolaan suatu kawasan wisata air, sehingga masyarakat hendaknya dilibatkan dalam pengembangan suatu kawasan wisata. a. Data pribadi masyarakat sekitar a.1. Jenis kelamin Responden masyarakat yang diambil di lapangan terdiri dari 60% laki-laki dan 40% perempuan (Gambar 6). Komposisi laki-laki lebih besar dibandingkan wanita karena laki-laki lebih banyak ditemui saat mereka melakukan aktivitasnya di sekitar Danau Rawa Pening seperti sedang berada di KJA, memanen eceng gondok, ataupun memancing. Sedangkan responden masyarakat perempuan yang dijumpai rata-rata sebagai pedagang. a.2. Umur Kisaran umur responden masyarakat yaitu antara 16-57 tahun. Responden yang ditemui dilapangan memiliki kisaran umur yang beragam dan persentase terbesar
48 adalah kelompok umur 26-30 tahun sebesar 17% dan persentase terkecil ada pada kelompok umur 41-45 tahun sebesar 7% (Gambar 7).
Gambar 6. Komposisi responden masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening
Gambar 7. Kelompok umur responden masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening a.3. Pendidikan Tingkat pendidikan dari responden masyarakat merupakan pendidikan formal yang terakhir diambil atau yang sudah memperoleh ijazah.
Tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan persentase terbesar yaitu sebesar 37% dan persentase terkecil adalah tingkat lulusan S1 hanya 3% (Gambar 8). Berdasarkan data dari responden masyarakat terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan wisata masih rendah.
Sebagian besar masyarakat yang diwawancarai
menyatakan bahwa pendidikan itu merupakan hal yang penting, tetapi karena faktor ekonomi mereka tidak dapat melanjutkan sekolah. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar berperan dalam menentukan pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap konsep wisata yang berkelanjutan.
Gambar 8. Tingkat pendidikan responden masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening
49 a.4. Pekerjaan Responden masyarakat sekitar Danau Rawa Pening umumnya memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta (33%) dan karyawan (20%) (Gambar 9). Masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta antara lain berdagang, berjualan makanan, memiliki keramba sekaligus menjual hasil ikannya. Pekerjaan lainnya yang dilakukan masyarakat sekitar kawasan Danau Rawa Pening yaitu sebagai ibu rumah tangga, pelajar, petani, PNS, dan buruh serabutan (seperti memanen eceng gondok, ojek perahu, petani, nelayan). Masyarakat yang tinggal di sekitar danau umumnya menggantungkan hidupnya pada Danau Rawa Pening.
Gambar 9. Jenis pekerjaan responden masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening a.5. Pendapatan Berdasarkan data yang diperoleh presentase terbesar pendapatan per bulan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening (Gambar 10) yaitu
Gambar 10. Tingkat pendapatan per bulan responden masyarakat di objek wisata Danau Rawa Pening b. Manfaat dan pengaruh wisata bagi masyarakat sekitar Sebagian besar masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening merasa ada manfaat yang diperoleh adanya wisata (Gambar 11a) yaitu
dapat
50 membuka lapangan kerja/ada kesempatan berusaha (80%).
Manfaat lain yang
dirasakan yaitu kondisi jalan menjadi baik (13%) dan bisa berinteraksi dengan wisatawan (7%).
Bentuk kerjasama/bantuan yang dilakukan pengelola dengan
masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar (80%) dan lainnya menyatakan tidak ada bantuan apa-apa (20%) (Gambar 11b).
Lapangan
pekerjaan yang bisa dikembangkan di kawasan wisata ini antara lain yaitu berwiraswasata seperti menjadi pedagang makanan, souvenir atapun bentuk usaha wiraswasta yang lainnya.
Gambar 11. Manfaat yang dirasakan responden masyarakat sekitar adanya kawasan wisata Danau Rawa Pening Suatu kawasan wisata pasti akan memberikan pengaruh kepada masyarakat di sekitarnya dan pengaruh tersebut bisa saja pengaruh negatif. Sebesar 50% responden menyatakan pengaruh/dampak negatif adanya objek wisata Danau Rawa Pening yakni takut terpengaruh oleh perilaku wisatawan (Gambar 12a). Hasil dari wawancara dengan pegawai wisata Bukit Cinta juga menguatkan ketakutan pernyataan dari masyarakat yaitu perilaku wisatawan yang tidak baik yaitu banyaknya pemuda pemudi yang memilih Danau Rawa Pening khususnya Bukit Cinta sebagai tempat berpacaran. Dampak negatif lain yang dirasakan masyarakat antara lain kawasan menjadi kotor (33%) seperti terlihat adanya sampah yang dibuang sembarangan. Dampak negatif lainnya yaitu tercemarnya perairan (10%) dan keamanan masyarakat terganggu (7%). Menurut data yang diperoleh bahwa ada pengaruh yang sudah ada pada masyarakat akibat perilaku wisatawan yaitu cenderung adanya pengaruh tingkah laku (53%), pengaruh berbicara (30%), pengaruh berpakaian (7%), dan sisanya menyatakan tidak ada pengaruh apa-apa (Gambar 12b).
51
Gambar 12. Pengaruh/dampak yang dirasakan responden masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening c. Aktivitas masyarakat di kawasan Danau Rawa Pening c.1. Aktivitas yang dilakukan Responden mengakui datang ke kawasan wisata ini sudah lebih dari dua kali dan dapat dikatakan sering datang ke Danau Rawa Pening. Aktivitas yang dilakukan masyarakat yaitu bekerja (50%) seperti memanen eceng gondok, bertani, menyewakan perahu (Gambar 13). Selain bekerja, masyarakat juga berdagang (37%) dan melakukan aktivitas lainnya (13%) seperti memancing. Berdasarkan data yang diperoleh umumnya aktivitas masyarakat yang dilakukan yaitu bekerja hal ini terbukti bahwa Danau Rawa Pening menjadi sumber mata pencaharian masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada danau tersebut.
Gambar 13. Aktivitas responden masyarakat sekitar Danau Rawa Pening c.2. Keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan Danau Rawa Pening Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar danau mengaku pernah turut terlibat dalam menjaga kebersihan Rawa Pening (90%) seperti tidak membuang sampah di danau dan ikut membersihkan eceng gondok serta tumbuhan air lainnya yang berada tepian di Danau Rawa Pening yang dirasa mengganggu (Gambar 14).
52 Responden yang tidak turut terlibat dalam menjaga kebersihan Danau Rawa Pening karena mereka sibuk bekerja di luar rumah dan merasa bahwa kebersihan danau menjadi tanggung jawab pihak pengelola. Menurut wawancara dengan salah satu responden ada kelompok masyarakat yaitu kelompok Sadar Wisata yang melakukan aksi bersih-bersih di sekitar tempat wisata bila tempat wisata sudah terlihat kotor.
Gambar 14. Keterlibatan responden masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan Danau Rawa Pening d. Persepsi dan pendapat masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Seluruh responden masyarakat mengakui senang akan adanya objek wisata Danau Rawa Pening (Gambar 15a) karena dapat menambah penghasilan, menyimpan nilai budaya terkait dengan legenda Rawa Pening, dan banyak manfaat sehingga masyarakat bersyukur adanya tempat wisata ini.
Selain masyarakat dapat mencari
nafkah di kawasan wisata ini, mereka juga dapat menyalurkan hobi seperti memancing. Semua responden mengakui tidak ada aktivitas wisata yang mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar (Gambar 15b) dan masyarakat setuju kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dikelola oleh pihak pengelola saat ini (Gambar 15c).
Gambar 15. Persepsi responden masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Masyarakat setuju (100%) bila tanah milik masyarakat dibeli oleh pengelola dan dibangun fasilitas hotel/restoran tradisional.
Harapan-harapan yang diinginkan
53 masyarakat terhadap pengelola kawasan wisata antara lain yaitu memberikan ijin untuk berdagang di area wisata, membuka usaha perahu milik pribadi, mengijinkan pemanen eceng gondok untuk melewati area wisata, menambah fasilitas di kawasan wisata, dan mengoptimalkan pengelolaan karena tingkat kebersihan dan tata letak perahu masih kurang baik dan belum teratur.
e.
Persepsi masyarakat mengenai ekowisata dan sumberdaya alam Danau Rawa Pening Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden masyarakat tidak
mengerti dengan ekowisata yaitu sebesar 93% (Gambar 16a) karena mereka lebih sering mendengar kata wisata. Menurut responden potensi sumberdaya alam danau yang masyarakat ketahui untuk pengembangan wisata antara lain dibuat rumah khusus kerajinan eceng gondok yang nantinya juga bisa dipelajari langsung oleh wisatawan sebagai daya tarik untuk menambah penghasilan masyarakat dan mengurangi jumlah tumbuhan air, dibuat rumah makan terapung di tengah danau karena sampai saat ini hanya ada satu pemilik tempat makan terapung dengan 7 tempat lesehan sambil menikmati suasana danau dengan pengelolaan limbah buangan makanan yang baik. Menurut masyarakat, Danau Rawa Pening sudah mengalami pencemaran (83%) (Gambar 16b).
Hal tersebut terlihat tumbuh cepatnya eceng gondok di danau,
banyaknya sampah di pinggiran danau dan sampah yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara ke danau. Harapan-harapan masyarakat terhadap pengelola mengenai kerusakan/pencemaran yang terjadi yaitu diadakan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar sungai yang alirannya bermuara ke Rawa Pening untuk lebih memperhatikan alam sekitar seperti tidak membuang sampah ke sungai dan adanya pegawai khusus untuk membersihkan sampah.
Selain itu perlu adanya
kegiatan rutin untuk membersihkan tumbuhan air seperti eceng gondok karena dapat mengganggu kegiatan perikanan dan mengganggu jalannya perahu.
Gambar 16. Persepsi responden masyarakat tentang ekowisata dan keadaan sumber daya alam Danau Rawa Pening
54 4.11.2. Karakteristik Wisatawan a. Data pribadi wisatawan a.1. Jenis kelamin Wisatawan yang dijadikan sebagai responden terdiri dari 40% laki-laki dan 60% perempuan (Gambar 17). Responden yang datang dipilih secara acak saat mereka sedang memancing, duduk santai sambil menikmati pemandangan, dan berbincangbincang dengan kerabatnya untuk menghilangkan kejenuhan dari kegiatan sehari-hari. Wisatawan yang datang ke kawasan wisata ada yang sendiri, berdua, ataupun dengan kelompok/keluarganya. Asal wisatawan antara lain berasal dari Semarang, Salatiga, Ungaran, Ambarawa, Demak, Kuningan, Solo, Klaten, dan Banyubiru.
Gambar 17. Komposisi responden wisatawan Danau Rawa Pening a.2. Umur Kisaran usia responden wisatawan adalah berkisar 16-51 tahun. Persentase kelompok umur terbesar yaitu berumur 21-25 tahun (27%).
Wisatawan dengan
kelompok umur 16-20 tahun dan 26-30 tahun masing-masing adalah sebesar 23% (Gambar 18).
Wisatawan yang datang ke tempat wisata ini bertujuan untuk
menghilangkan kejenuhan dari kegiatan sehari-hari dan keramaian dari kehidupan kota yang menjadi tempat tinggal sebagian wisatawan, ini terlihat dari umur responden yang masih produktif.
Gambar 18. Kelompok umur responden wisatawan Danau Rawa Pening
55 a.3. Pendidikan Tingkat pendidikan responden wisatawan (Gambar 19) adalah pendidikan terakhir yang diambil atau sudah memperoleh ijazah. Persentase terbesar tingkat pendidikan responden wisatawan adalah SMA (70%), sisanya berpendidikan SD sebesar 6%, SMP sebesar 7%, dan ada yang sudah mendapat gelar S1 sebesar 17%.
Gambar 19. Tingkat pendidikan responden wisatawan Danau Rawa Pening a.4. Pekerjaan Mata pencaharian atau pekerjaan wisatawan beranekaragaman yang sebagian besar sebagai karyawan dan wiraswasta (27%) (Gambar 20). Sisanya bekerja sebagai buruh (10%), PNS (6%), pelajar (7%), mahasiswa (13%) dan 10% lainnya bekerja sebagai petani, penjahit dan sopir. Biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan dapat dijangkau seluruh kalangan sehingga tidak heran jika banyak wisatawan yang memiliki beragam pekerjaan dapat datang ke kawasan wisata ini.
Gambar 20. Pekerjaan responden wisatawan Danau Rawa Pening a.5. Pendapatan Tingkat pendapatan wisatawan berkisar dari
Pendapatan per bulan wisatawan yang terbesar adalah berkisar
Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 (47%) (Gambar 21). Dilihat dari tingkat pendapatan responden wisatawan memperlihatkan wisatawan memiliki gaya hidup yang sangat sederhana sehingga banyak wisatawan yang memilih tempat ini sebagai tempat wisata karena biayanya terjangkau.
56
Gambar 21. Tingkat pendapatan wisatawan per bulan responden wisatawan Danau Rawa Pening b. Motivasi Wisatawan b.1. Informasi mengenai kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Wisatawan mendapatkan informasi mengenai kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu berasal dari temannya yang sebelumnya sudah pernah datang ke tempat wisata ini dengan persentase terbesar yaitu sebesar 70% (Gambar 22). Informasi lainnya diperoleh dari keluarganya (27%) dan hanya 3% mengetahui keberadaan objek wisata ini dari brosur.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
wisatawan, sebagian besar dari mereka mengetahui tempat wisata ini dari kerabatkerabatnya, ini membuktikan bahwa promosi kawasan wisata ini belum optimal sehingga belum banyak orang yang mengetahui keberadaan kawasan wisata ini.
Gambar 22. Informasi responden wisatawan mengenai keberadaan Danau Rawa Pening b.2. Tujuan datang ke objek wisata Danau Rawa Pening Sebagian besar tujuan wisatawan datang ke kawasan wisata ini adalah untuk menghilangkan stress dari aktivitas-aktifitas keseharian mereka (62%).
Tujuan
lainnya adalah menikmati keindahan alam (11%), mengisi waktu luang (8%), menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan di area wisata (4%) dan sisanya memilih tujuan lainnya (Gambar 23). Alasan wisatawan memilih tujuan lain datang ke kawasan wisata ini yaitu untuk memancing karena tempat ini terkenal sebagai kawasan untuk
57 memancing dan dijadikan pilihan keluarga untuk santai dan berkumpul bersama di akhir pekan.
Gambar 23. Tujuan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa Pening b.3. Alasan wisatawan datang ke Danau Rawa Pening Sebagian besar wisatawan memilih Danau Rawa Pening sebagai tempat wisata karena biaya murah (53%) (Gambar 24a). Alasan lainnya memilih Danau Rawa Pening sebagai tempat wisata karena aksesibilitas mudah (20%), dan lainnya (27%). Alasan responden yang memilih lainnya yaitu seperti adanya wisata air, belum pernah datang ke sini, dan tempatnya nyaman. Sebesar 67% responden mengaku datang ke kawasan wisata ini karena adanya pengaruh objek wisata lain (Gambar 24b). Objek wisata Rawa Pening ini sangatlah cocok digunakan sebagai sarana santai bersama keluarga karena banyak pilihan lain untuk berwisata bersama keluarga dan bentuk wisata antara objek wisata yang satu dengan lainnya berbeda. Sebesar 33% responden menyatakan tidak ada pengaruh dengan adanya tempat wisata lain karena tujuan mereka hanya untuk memancing.
Gambar 24. Alasan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa Pening c. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas, dan lingkungan di Danau Rawa Pening c.1. Tingkat kepuasan wisatawan terhadap objek wisata Danau Rawa Pening Sebagian besar wisatawan merasa cukup puas (47%) terhadap tingkat kepuasaannya (Gambar 25). Alasan wisatawan merasa cukup puas antara lain karena mereka dapat menyalurkan hobi memancing, dapat menghilangkan stres karena
58 udaranya sejuk, suasana tenang dan nyaman. Adapun sebesar 33% menyatakan puas dengan alasan kawasannya mudah dijangkau, biaya murah, dan pemandangannya indah. Bahkan ada yang merasa tingkat kepuasaannya sangat puas (13%) alasannya mereka merasa terhibur karena tempatnya nyaman.
Namun ada juga yang
menyatakan tidak puas (2%) karena fasilitasnya kurang lengkap/minim dan pelayanan kurang. Berdasarkan tingkat kepuasaan wisatawan tersebut maka Danau Rawa Pening memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan apabila ditunjang dengan perbaikan fasilitas wisata.
Gambar 25. Tingkat kepuasan responden wisatawan terhadap objek wisata Danau Rawa Pening c.2. Hambatan dalam mencapai Danau Rawa Pening Sebagian besar yang menjadi hambatan wisatawan datang ke lokasi wisata adalah karena tidak ada waktu luang untuk datang lagi (50%).
Sebanyak 17%
mengeluhkan yang menjadi hambatan ke kawasan wisata adalah kondisi jalan menuju ke kawasan wisata seperti jalan rusak dengan gambaran adanya jalan-jalan yang bolong, sehingga saat hujan air menggenang dan lalu lintas yang sering macet (7%) (Gambar 26). Hambatan lainnya dikeluhkan oleh pelajar dan mahasiswa yang belum memiliki penghasilan yaitu tiket masuk yang mahal (13%). Sebagian besar pendapat wisatawan mengenai harga tiket masuk adalah murah (83%), sedang (3%), dan mahal (14%) (Gambar 27).
Gambar 26. Hambatan responden wisatawan untuk datang ke kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening
59
Gambar 27. Pendapat responden wisatawan mengenai harga tiket masuk c.3. Fasilitas yang perlu ditambah atau dibenahi Berdasarkan data yang diperoleh dari responden persentase terbesar yaitu sebesar 57% menyatakan fasilitas kawasan wisata tidak lengkap seperti tidak adanya musholla di dalam tempat wisata tetapi berada di luar dekat dengan pintu masuk dengan jarak ±2,5 m dari loket karcis dan tempat bermain anak kurang. Sisanya sebesar 43% menyatakan fasilitas di kawasan wisata sudah cukup dengan alasan banyak tersedia warung yang menjual makanan. Sebagian besar pendapat wisatawan mengenai fasilitas yang perlu dibenahi/dibangun yaitu tempat ibadah (34%). Fasilitas lain yang perlu dibenahi/dibangun adalah tempat sampah (23%) dan penginapan (10%) (Gambar 28b).
Seperti yang telah diutarakan wisatawan mengeluhkan
kekurangan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening adalah fasilitas kurang, kemudian kenyamanan kurang karena banyaknya sampah (Gambar 28c).
Gambar 28. Pendapat responden wisatawan terhadap fasilitas kawasan wisata
60
Gambar 29. Persepsi wisatawan terhadap kondisi fasilitas dan lingkungan kawasan Danau Rawa Pening 60
61 Menurut wisatawan, kawasan objek wisata Danau Rawa Pening memiliki banyak kekurangan antara lain kebersihan lingkungan, kebersihan air, tempat duduk, tempat bermain anak, dan toko souvenir.
Walaupun ada yang dirasa kurang oleh
wisatawan,tetapi ada pula yang dirasa baik seperti aksesibilitas, pelayanan oleh pengelola, keamanan kawasan wisata, dan fasilitas perahu (Gambar 29). Keamanan kawasan wisata dirasa baik karena sekitar kawasan wisata dekat dengan daerah militer. Aksesibilitas yang baik juga dikarenakan oleh letak yang strategis, sehingga mudah untuk mencapai Danau Rawa Pening. Menurut wisatawan, fasilitas yang dirasa cukup yaitu kenyamanan, keindahan, sistem tata ruang dan tata letak fasilitas, dan warung penjualan makanan. Keindahan alam yang dimiliki Danau Rawa Pening memiliki potensi yang besar untuk dijadikan objek wisata namun karena banyaknya tumbuhan air dan sampah sehingga wisatawan merasa cukup dengan keadaan tersebut. Warung penjualan makanan dirasa sudah cukup oleh wisatawan karena dari pihak pengelola sudah menyediakan bangunan kios baru yang digunakan untuk berjualan. f. Persepsi wisatawan terhadap ekowisata dan kelestarian lingkungan Danau Rawa Pening Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, sebagian besar dari wisatawan mengerti tentang konsep ekowisata (53%) (Gambar 30a). Sebesar 83% setuju bila Danau Rawa Pening dijadikan sebagai kawasan ekowisata (Gambar 30b) dengan alasan kawasan wisata akan semakin terawat dan lingkungannya tetap bersih, serta dapat mengurangi pengangguran di kalangan masyarakat yang ingin membuka usaha. Sedangkan yang tidak setuju (17%) Danau Rawa Pening dijadikan sebagai kawasan ekowisata karena sebagian dari mereka tidak tahu tentang ekowisata dan tidak setuju karena adanya pembatasan jumlah wisatawan. Sebagian besar wisatawan tidak setuju (83%) (Gambar 30c) jika ada pembatasan jumlah wisatawan karena pada hari-hari biasa masih terlihat sepi dan tentu saja mengurangi pendapatan pemerintah daerah dan masyarakat yang membuka usaha di sekitar kawasan wisata. Responden yang setuju (17%) adanya pembatasan wisatawan karena agar lebih nyaman tanpa terganggu aktivitasnya oleh wisatawan lainnya. Pendapat wisatawan bila kawasan wisata dipadati wisatawan yaitu nyaman (70%), kurang nyaman (13%), dan biasa saja (17%) (Gambar 30d). Sebagian besar wisatawan menyatakan kelestarian Danau Rawa Pening kurang baik (77%) dengan alasan banyak sampah berserakan. Sampah tersebut berasal dari
62 wisatawan dan sampah yang berada di tepian danau. Alasan lain kelestarian Danau Rawa Pening kurang baik yaitu banyaknya tumbuhan air seperti eceng gondok dan tumbuhan air lainnya kurang tertata dengan baik sehingga mengganggu pemandangan wisatawan yang berada di tepi danau.
Gambar 30. Persepsi responden wisatawan mengenai ekowisata Persepsi responden mengenai kelestarian Danau Rawa Pening yaitu sebesar 23% menyatakan masih baik dengan alasan lingkungannya masih asri, banyak pepohonan di tepi danau yang membuat wisatawan nyaman dan pepohonan tersebut dirawat dengan baik, hal tersebut terlihat dari tatanan pepohonan yang rindang dan rapi. Sebesar 77% responden menyatakan kelestarian Danau Rawa Pening sudah rusak (Gambar 31a).
Persepsi wisatawan terhadap kebersihan lingkungan yaitu
persentase terbesar menyatakan kurang (60%) ini terlihat dari banyaknya sampah yang berasal dari sungai yang bermuara ke Rawa Pening dan sampah yang dibuang oleh wisatawan. Alasan lain dari responden yang menyatakan kebersihan lingkungan kurang juga disebabkan karena banyaknya tumbuhan air yang berada di tepi danau. Menurut responden ada kegiatan yang merusak lingkungan di kawasan wisata (87%) (Gambar 31b) seperti wisatawan dan penduduk yang tinggal di sekitar wisata membuang sampah sembarangan bahkan adanya sampah di pinggiran danau, adanya limbah bensin dari perahu motor, dan masukan pestisida dari kegiatan pertanian di pinggiran danau.
Semua wisatawan setuju bila terdapat kegiatan yang merusak
63 lingkungan sebaiknya dikurangi karena agar ekosistem danau tetap lestari dan terjaga dan bisa ditambah aktifitas wisata air lainnya.
Gambar 31. Persepsi responden wisatawan terhadap kelestarian Danau Rawa Pening e. Aktivitas wisatawan Wisatawan yang datang ke kawasan objek wisata Danau Rawa Pening datang dengan menggunakan kendaraan pribadi (90%) seperti menggunakan sepeda motor dan mobil (Gambar 32b). Sedangkan lainnya datang dengan angkutan umum (7%) dan berjalan kaki (3%) karena rumahnya dekat dengan kawasan wisata. Wisatawan yang datang ke kawasan wisata ini dengan persentase terbesar yaitu sebesar 43% datang berdua (Gambar 32a). Hal tersebut terlihat dari banyaknya jumlah sepeda motor yang diparkir. Sedangkan lainnya datang dengan keluarganya (33%) untuk menghabiskan liburan akhir pekan dan memancing bersama keluarganya. Wisatawan yang datang sendiri (7%) biasanya mereka yang ingin memancing dan lainnya datang dengan rombongan/kelompok (17%). Perlengkapan wisatawan yang dibawa ke kawasan wisata sebagian besar membawa kamera (80%), handycam (3%), dan lainnya (5%) seperti alat pancing (Gambar 32c). Kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan wisata ini persentase terbesar yaitu menikmati keindahan alam (56%) (Gambar 33d). Kegiatan lain yang dilakukan wisatawan yaitu piknik (17%), memancing (20%) dan fotografi (7 %). Sebagian besar wisatawan yang datang ke kawasan wisata ini ingin datang lagi (93%) bila mereka memiliki waktu luang. Alasan wisatawan ingin datang lagi ke danau ini antara lain
karena ingin memancing, dapat menghilangkan stress dari aktifitas
rutinitas kegiatan sehari-hari, suasananya nyaman, sejuk dan alamnya masih asli, dan harga tiketnya murah. Sebesar 6% responden tidak ingin datang lagi (Gambar 32e), karena mereka tidak tahu memiliki waktu luang atau tidak untuk datang lagi karena jaraknya jauh dengan tempat tinggal, keindahan alamnya sudah rusak seperti banyaknya eceng gondok. Wisatawan umumnya sadar untuk membuang sampah di
64 tempat sampah (90%), namun karena sedikitnya tempat sampah ada pula yang dibuang begitu saja (10%) (Gambar 32f).
Gambar 32. Aktivitas responden wisatawan f. Aktivitas yang perlu dibenahi Menurut wisatawan ada beberapa aktifitas wisata yang perlu ditambahkan atau diperbaiki yaitu sebesar 33% menyatakan sebaiknya ada fasilitas berkemah (Gambar 33a).
Aktivitas lain yang perlu diperbaiki/ditambahkan yaitu memancing (27%),
duduk santai (27%), perahu (3%), dan lainnya seperti ditambahkan fasilitas untuk kegiatan outbound (10%). Pendapat wisatawan mengenai jumlah perahu sebesar 40% sebaiknya perahu ditambah (Gambar 34b) karena pada waktu-waktu tertentu seperti hari libur wisatawan banyak namun perahu yang dibutuhkan masih kurang. Sedangkan wisatawan lain berpendapat perahu tidak ditambahkan (60%) karena kadang-kadang wisatawan sepi bahkan jarang yang naik perahu, alasan lain karena biaya untuk berperahu terlalu mahal dan jumlah perahu sudah banyak. Semua responden sebanyak 40% tidak tahu/ada aktifitas yang berpotensi untuk dikembangkan dan sebanyak 60% (Gambar 33c) menurut mereka ada aktifitas yang berpotensi untuk dikembangkan seperti
sky air, kereta gantung untuk melihat
pemandangan danau dari atas dan perbaikan kereta keliling yang berada di Stasiun Tuntang untuk mendukung pengembangan wisata.
65
Gambar 33. Aktivitas wisata yang perlu dibenahi
4.12. Identifikasi Isu Permasalahan Pengembangan Wisata Bukit Cinta 4.12.1. Masalah Ekologi dan Fisik
Danau
Rawa
Pening untuk
Tatanan ekosistem Danau Rawa Pening di Kabupaten Semarang kini sudah terancam oleh ketidakseimbangan ekologis, antara lain disebabkan: a. Sedimentasi Kondisi Danau Rawa Pening mengkhawatirkan karena terjadi masalah ekologi dan fisik seperti sedimentasi. Sedimentasi merupakan konsekuensi dari perairan yang bersifat lentik.
Sedimentasi tersebut tentu saja dapat mengancam keseimbangan
ekologis di Danau Rawa Pening. Sedimentasi yang terjadi dapat disebabkan oleh 2 sumber yakni sumber allochtonous dan autochtonous. Sumber allochtonous meliputi materi-materi yang terbawa sungai-sungai yang bermuara di Rawa Pening, erosi dari hulu, serta kegiatan penduduk di sekitar danau. Sumber autochtonous yaitu berasal dari perairan itu sendiri seperti pembusukan gulma air dalam hal ini eceng gondok dan alga yang mati sesudah terjadinya blooming alga. Sedimentasi terjadi akibat akumulasi perlakuan masyarakat pada daerah tangkapan dan erosi pada tebing serta gejala agregasi muara sungai yang terjadi serta adanya pembuangan limbah diluar kendali oleh masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening. Permasalahan di daerah hulu disebabkan antara lain oleh tingginya erosi karena pesatnya pembangunan yang tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap kerusakan lahan dan besarnya aliran permukaan, penambangan batu secara liar dibeberapa lokasi yang kelerengannya cukup tinggi, penebangan kayu dan hutan
66 sehingga menyebabkan tanah gundul, fungsi lindung di hulu menjadi hunian dan sawah intensif, intensifikasi usahatani yang kurang memperhatikan kaidah konservasi (seperti tegalan/kebun berada pada kelerengan >15%) dan pola tanam di beberapa daerah yang belum mengacu pada pelestarian lingkungan.
Sebagian besar bukit
memiliki kelerengan tanah cukup tinggi pada topografi dengan kelerengan 25% akan mempercepat laju run off dan akan memperbanyak sedimentasi (Sutrisno 2003). Banyaknya sungai yang masuk ke Rawa Pening dengan membawa sedimen merupakan sebab utama besarnya sedimentasi. Bahan sedimen yang masuk ke Danau Rawa Pening diperkirakan mencapai 880 kg/hari (musim penghujan) dan 270 kg/hari (musim kemarau). Ketebalan sedimen di Rawa Pening tahun 1970 telah mencapai 7 m (Suwondo 2007). Sedimentasi tergolong tinggi berasal dari Sungai Legi dan Sungai Parat (Tabel 10). Hal tersebut bisa mempercepat sedimentasi di daerah hilir dan menipiskan cadangan air tanah dan daya tampung, serta mengancam keberadaan Danau Rawa Pening.
Tabel 10. Laju erosi dan sedimentasi sembilan anak sungai Danau Rawa Pening Sungai Luas (ha) Laju Erosi (ton/tahun) Potensi Sedimentasi (ton/tahun) Legi 931,50 405,23 215,58 Parat 3.744,00 381,27 164,71 Galeh 6.121,00 303,75 116,03 Torong 2.687,00 115,75 54,16 Panjang 4.893,24 73,37 29,13 Straten 2.822,26 290,49 133,92 Kedungringin 918,00 76,47 41,75 Rengas 1.751,00 29,15 14,49 Muncul 1.211,00 17,84 9,15 Total 778,93 Sumber: Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Tengah (2008)
b. Pencemaran perairan Kualitas air Danau Rawa Pening terus menurun disebakan karena masuknya polutan dari pertanian sisa pupuk, pestisida, limbah domestik yang dibawa dari sungai-sungai yang bermuara ke Danau Rawa Pening, dan sisa pakan ikan dari keramba jaring apung.
Kegiatan yang berpotensial terjadinya pencemaran yaitu
pemanfaatan tanah disekeliling Danau Rawa Pening sebagai lahan pertanian pasang surut yang juga mempengaruhi pola operasional dan penyebab tampungan air tidak optimal. Limbah pertanian merupakan air yang berasal dari aliran permukaan (run off) maupun sisa air irigasi yang mengalir ke dalam sungai. Pola tanam yang salah dengan menggunakan pupuk secara berlebihan, akan dapat meningkatkan kendungan
67 organik dalam air larian (run off), sehingga menyebabkan terjadinya eutrofikasi (penyuburan) di daerah tangkapan di bawahnya, sehingga memicu terjadinya pertumbuhan secara cepat bagi jenis flora dan fauna yang peka terhadap perubahan tersebut. Seperti halnya yang terjadi di DAS Rawa Pening yang memiliki tingkat erosi lahan disekitar hulu cukup tinggi, maka akan mengangkut berbagai unsur hara yang menyebabkan pencemaran perairan di Danau Rawa Pening.
Contohnya saja
kandungan unsur nitrit yang melebihi ambang batas baku mutu kelas II di aliran sungai
Galeh
yang
merupakan
hulu
Danau
Rawa
Pening
(Lampiran
9),
mengindikasikan adanya peningkatan unsur hara dalam air sungai tersebut, yang berpotensial menyebabkan terjadinya eutrofikasi di Danau Rawa Pening. Kegiatan wisata di sekitar Danau Rawa Pening juga berpotensi menimbulkan pencemaran karena tempat sampah yang jumlahnya terbatas dapat meningkatkan kemungkinan
wisatawan
untuk
membuang
berpotensial terjadinya pencemaran.
sampah
sembarangan
sehingga
Hal tersebut sudah terlihat dari banyaknya
sampah-sampah yang ditemukan di tepian danau dan di area wisata seperti bekas makanan dan botol-botol bekas minuman.
Begitupun dengan budidaya ikan di
karamba, dengan jumlah KJA sebanyak 609 petak yang masing-masing petak berisi 2000 ekor. Pakan ikan menurut petani keramba diberikan dua kali sehari dengan jumlah pakan yang diberikan 1-5 kg per karamba sekali pemberian pakan. Makanan ikan tersebut tentu saja tidak semuanya dikonsumsi oleh ikan karena ada sebagian yang langsung tenggelam waktu diberikan ataupun tenggelam karena jumlahnya terlalu banyak sehingga tidak dikonsumsi.
Hal tersebut tentu saja berkontribusi
terhadap peningkatan kesuburan perairan, mengingat
pellet yang digunakan
mengandung gizi tinggi. c. Tumbuhan air Peningkatan unsur hara di bagian hulu DAS Rawa Pening tentu akan memberikan dampak terhadap peledakan populasi gulma (eceng gondok) di perairan. Dengan adanya eutrofikasi pada DAS Rawa Pening tersebut, maka laju pertumbuhan populasi eceng gondok meningkat pesat sampai dengan 20% per bulan (pada umumnya laju pertumbuhan berkisar antara 7-10% per bulan). Eceng gondok yang dimasukkan ke Indonesia (dari Amerika) pada tahun 1984 sebagai tumbuhan hias telah berkembang menjadi masalah besar karena telah menutupi permukaan Rawa Pening sampai ±30% dari luas genangan dengan kenaikan populasi dapat mencapai 2 kali dalam 10-15 hari dan ±7,1% per tahun. Tanpa adanya upaya pengendalian gulma
68 tersebut, maka setiap bulan luas permukaan air Rawa Pening akan berkurang seluas ±460 ha setiap bulannya (BLH 2008). Eceng gondok dimanfaatkan untuk bahan dasar kerajinan dan sebagai tempat perkembangbiakan ikan dan burung. Di lain pihak juga membawa dampak negatif seperti mempercepat laju sedimentasi, menurunkan konsentrasi oksigen, menghambat saluran irigasi, merusak panorama Danau Rawa Pening yang berakibat terganggunya pengembangan pariwisata, menyulitkan pengoperasian alat tangkap, mengganggu transportasi air dan saluran untuk membangkitkan tenaga listrik. Sisa eceng gondok yang tidak dimanfaatkan yaitu bagian daun dan akar sebagian besar dibuang ke danau pada saat panen, sehingga proporsi eceng gondok yang tidak dimanfaatkan cukup besar sehingga juga dapat meningkatkan sedimentasi ke dalam perairan. Menurut Harahap (2003), suhu ideal untuk pertumbuhan eceng gondok berkisar antara 280300 C dengan derajat keasaman (pH) antara 4-12.
4.12.2. Permasalahan sumberdaya manusia Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sekitar tentu saja mempengaruhi pengelolaan Danau Rawa Pening yang multifungsi ini. Sumberdaya manusia seperti petani dan nelayan masih dirasakan kurang. Contohnya petani lahan pasang surut di tepian danau yang pengetahuan mengenai pola tanam yang baik masih rendah sehingga hal ini mempengaruhi simpanan air danau secara optimal. Selain itu juga pengetahuan nelayan dan petani keramba mengenai teknologi yang digunakan dalam penangkapan ikan dan pemberian pakan ikan yang efektif masih rendah. Permasalahan sumberdaya manusia tersebut tentu saja berkaitan dengan kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Selain itu, kadang masyarakat yang ingin memancing juga menyelinap masuk tanpa mau dikenakan tiket masuk, sehingga dapat merugikan pihak pengelola wisata.
4.12.3. Permasalahan pengelolaan Permasalahan pengelolaan di Danau Rawa Pening terkait dengan kelemahan dalam pengambilan keputusan dan penegakan peraturan dari pengelola instansiinstansi yang terkait. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di Danau Rawa Pening seperti belum teraturnya peruntukan lahan untuk budidaya perikanan air tawar, belum adanya peraturan pembatasan musim penangkapan agar ekosistem perikanan tetap berjalan seimbang, banyaknya bangunan liar yang dibangun masyarakat di
69 sekitar danau. Permasalahan pengelolaan yang terjadi disebabkan koordinasi kegiatan antar berbagai sektor atau instansi yang terkait dirasakan masih kurang. Jumlah keramba jaring apung di Danau Rawa Pening juga semakin banyak hal tersebut karena petani keramba yang mengelola keramba tidak dibebani pajak atau dipungut biaya dari pemerintah. Hal tersebut dikarenakan perijinan yang dilakukan kepada Bupati Semarang melalui Dinas Peternakan dan Perikanan seperti yang diatur dalam Perda No.25/2001 belum berjalan dengan baik. Pengelolaan yang belum optimal tersebut tentu saja akan mempengaruhi Danau Rawa Pening sebagai objek wisata.
4.13. Peluang Objek Wisata Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta Danau Rawa Pening memiliki lokasi yang strategis sehingga mudah untuk mencapai lokasi wisata. Salah satu faktor yang mendukung Danau Rawa Pening dijadikan objek wisata yaitu adanya dukungan pemerintah pusat dan propinsi. Hal tersebut terlihat sejak diberlakukan UU No. 22 Tahun 1999 (Undang-Undang Otonomi Daerah) yaitu desa mempunyai kewenangan yang lebih besar untuk mengatur pemerintahan dan pembangunanya sendiri sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berlaku. Sejak 5 Maret 2006, Kabupaten Semarang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan meluncurkan program “One Day Tour” untuk menjelajahi tempat-tempat wisata di Kabupaten Semarang termasuk Danau Rawa Pening yaitu semacam pembuatan paket wisata yang ada di Kabupaten Semarang. Dampak positif yang sekaligus dapat dijadikan peluang yaitu masyarakat membangun usaha-usaha yang mendukung pariwisata sehingga lapangan pekerjaan semakin bertambah seperti restoran, warung makan, usaha perahu, penginapan, souvenir/kerajinan,
wartel,
pemancingan, dan sebagainya. Danau Rawa Pening sendiri banyak dikelilingi tempat wisata salah satunya Bukit Cinta yang aktivitas wisatanya bersinggungan langsung dengan danau. Tempat wisata lain yang jaraknya berdekatan dengan Danau Rawa Pening (Tabel 11) sekaligus dapat menjadi pendukung dalam usaha pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening khususnya
wisata
Bukit
Cinta.
Kawasan-kawasan
wisata
tersebut
dapat
dikombinasikan menjadi satu paket wisata sehingga dapat menjadi daya tarik dalam usaha pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening khususnya wisata Bukit Cinta.
70 Tabel 11.
Tempat wisata yang berdekatan dengan objek wisata Danau Rawa Pening, khususnya wisata Bukit Cinta No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tempat Wisata Museum Stasiun Kereta Api Ambarawa Pemandian Muncul Lopait Asinan Tlogo Air Terjun Bolodewo Air Terjun Semirang Bandungan Museum dan Monumen Palagan Ambarawa Candi Kedongsongo Borobudur Sumber Mata Air Senjoyo
Jarak (km) 7 6 10 10 11 20 24 11 10 22 140 12
4.14. Dampak Pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening Pengelolaan suatu kawasan menjadi kawasan objek wisata akan memberikan dampak bagi masyarakat sekitar terhadap kondisi lingkungan fisik dan biologi perairan serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. ditimbulkan baik dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak yang
Dampak dari adanya
pengelolaan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening antara lain: 1. Perluasaan lapangan kerja Adanya kawasan objek wisata Danau Rawa Pening tentu saja telah memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Pihak pengelola dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang telah membantu masyarakat sekitar dalam hal perekonomian seperti mengijinkan masyarakat membuka usaha di dalam kawasan wisata dan menyediakan kios untuk masyarakat yang ingin membuka usaha, dan ada masyarakat yang bekerja menjadi pegawai dan tukang parkir. yang bisa menambah pendapatan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. 2. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Masyarakat sekitar dapat memanfaatkan keberadaan objek wisata Danau Rawa Pening dalam meningkatan pendapatan mereka sehari-hari. Contohnya saja pemilik kios pada hari biasa memperoleh pendapatan kotor Rp. 30.000,00 dan pada hari libur mencapai Rp 100.000,00. Wisatawan yang membelanjakan uangnya dalam membeli keperluan wisata selama mereka berkunjung ke Danau Rawa Pening ini tentu saja membantu ekonomi masyarakat sekitar seperti membeli makanan, souvenir, dan naik perahu. Hal lain yang bisa menambah pendapatan masyarakat yaitu pembayaran atas pemakaian toilet dan wc yang ada di kawasan wisata. 3. Peningkatan pendapatan daerah
71 Peningkatan pendapatan daerah dihasilkan dari uang tiket masuk dalam hal ini didistribusikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang. Tiket masuk yang dikenakan wisatawan pada hari libur sebesar Rp.3.500,00 dan pada hari biasa sebesar Rp. 3.000,00 per orang. 4. Terganggunya kelestarian sumberdaya alam Keberadaan objek wisata Danau Rawa Pening membawa keberuntungan tersendiri bagi masyarakat yang memperoleh manfaatnya, namun hal ini tidak sejalan dengan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan Danau Rawa Pening. Kelestarian sumberdaya alam Danau Rawa Pening dapat terjaga bila pengelolaan kawasan yang dilakukan tetap menjaga keseimbangan alam. Adanya kesadaran pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan sangat berperan dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening. Dampak negatif yang terjadi dari adanya pengelolan objek wisata Danau Rawa Pening adalah adanya kerusakan lingkungan dan pencemaran dari tindakan membuang sampah sembarangan di tepian danau dan berkurangnya kelimpahan ikan di Danau Rawa Pening karena banyak pemancing yang masuk secara ilegal ke kawasan wisata. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya pengawasan dari pihak pengelola.
4.15. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Analisis kesesuaian wisata Danau Rawa Pening diamati di dua belas lokasi yang terbagi menjadi stasiun air (lokasi 1, 2, 3, dan 4) untuk kegiatan memancing dan berperahu dan stasiun darat (lokasi 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12) untuk kegiatan duduk santai, berkemah, dan outbound.
Penentuan lokasi tersebut didasarkan pada
perbedaan karakteristik yang dimilikinya.
Hasil analisis kesesuaian wisata
dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai.
Beberapa kegiatan wisata yang akan dikembangkan adalah
berkemah, memancing, duduk santai, outbound, dan berperahu. Lokasi satu sesuai untuk dikembangkan kegiatan berperahu dan memancing dengan nilai masing-masing IKW sebesar 78,43% dan 80,56% (Tabel 12). Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berperahu yaitu warna perairannya hijau kecoklatan, tidak berbau, kedalaman perairan antara <1 m dan >5 m, vegetasi yang hidup di tepi danau yaitu kelapa, cemara, akasia, dan kecepatan arusnya 0-0,15 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan memancing yaitu kelimpahan ikan sedikit, 2 s/d 3 jenis ikan, dan kedalaman perairan <1 m dan >5 m.
72 Lokasi dua sesuai untuk dikembangkan kegiatan perahu dengan nilai IKW sebesar 72,55%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berperahu yaitu warna perairannya hijau kecoklatan, tidak berbau, kedalaman perairan <1 m dan >5 m, vegetasi yang hidup di tepi danau yaitu kelapa, dan kecepatan arusnya 0-0,15 m/s. Lokasi dua juga sangat sesuai untuk kegiatan memancing dengan nilai IKW sebesar 94,44%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan memancing yaitu yaitu kelimpahan ikan banyak, 2 s/d 3 jenis ikan, dan kedalaman perairan <1 m dan >5 m. Lokasi tiga sesuai dikembangkan untuk kegiatan berperahu dan memancing dengan nilai IKW masing-masing sebesar 72,55% dan 77,78%. Adapun parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berperahu yaitu warna perairannya hijau kecoklatan, tidak berbau, kedalaman perairan 3-5m, vegetasi yang hidup di tepi danau yaitu kelapa, dan kecepatan arusnya 0,15-0,30 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan memancing yaitu kelimpahan ikan banyak, jenis ikan lebih dari 4, dan kedalaman perairan 3-5m. Lokasi empat sesuai untuk dikembangkan kegiatan berperahu dan memancing dengan nilai IKW masing-masing kegiatan tersebut yaitu 62,74% dan 75% sehingga kedua kegiatan tersebut termasuk kategori sesuai.
Parameter yang berpengaruh
untuk penilaian kegiatan berperahu yaitu warna perairannya hijau kecoklatan, tidak berbau, kedalaman perairan <1m dan >5 m, vegetasi yang hidup di tepi danau yaitu kelapa, dan kecepatan arusnya 0,15-0,30 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan memancing yaitu kelimpahan ikan sangat banyak, jenis ikan lebih dari 4, dan kedalaman perairan <1 dan >5 m. Lokasi lima termasuk kategori sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai dengan nilai IKW sebesar 86,28% dan termasuk kategori sesuai untuk kegiatan berkemah dan outbound dengan masing-masing nilai IKW sebesar 73,68% dan 69,44%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau >8m, pemandangan berupa danau, hutan, dan pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, cemara, akasia, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan tidak ada biota berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau >8m, pemandangan berupa danau, hutan, dan pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, cemara, akasia, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan kecepatan arus 0-0,15 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi
73 danau >8m, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, cemara, akasia, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan tidak ada biota berbahaya. Lokasi enam termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound dengan masing-masing nilai IKW sebesar 50,88%, 58,82%, dan 50,00%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau 1-4 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan
tidak ada biota
berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau 1-4 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan kecepatan arus 00,15 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi danau 1-4 m, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Lokasi tujuh termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai, outbound dengan nilai IKW sebesar 50,00% dan termasuk kategori sesuai bersyarat untuk kegiatan berkemah dan duduk santai dengan masing-masing nilai IKW yaitu sebesar 49,12% dan 47,06%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau 4-8 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau 4-8 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, hamparan dataran berupa lumpur, dan kecepatan arus 0-0,15 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi danau 4-8 m, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Lokasi delapan termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai dan outbound dengan masing-masing nilai IKW sebesar 58,82% dan 50,00%. Kegiatan berkemah termasuk dalam kategori sesuai bersyarat dengan nilai IKW sebesar 49,12%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau 1-4 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan kecepatan arus 00,15 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar
74 tepi danau 1-4 m, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Lokasi sembilan termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound dengan masing-masing nilai IKW sebesar 61,40%, 62,75%, dan 66,67%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau 4-8 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa tanah liat, dan tidak ada biota berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau 4-8 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa tanah liat, dan kecepatan arus 0,15-0,30 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi danau 4-8 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa tanah liat, dan tidak ada biota berbahaya. Lokasi sepuluh termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai dan outbound dengan masing-masing nilai IKW sebesar 58,82% dan 50,00%. Kegiatan berkemah termasuk dalam kategori sesuai bersyarat dengan nilai IKW sebesar 49,12%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau 1-4 m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan kecepatan arus 00,15 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi danau 1-4 m, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa lumpur, dan tidak ada biota berbahaya. Lokasi sebelas termasuk kategori sangat sesuai untuk kegiatan outbound dengan nilai IKW sebesar 100% dan termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai dan berkemah dengan nilai IKW 78,94% dan 70,59%. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi danau >8m, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan tidak ada biota berbahaya. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau >8m, pemandangannya berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan tidak ada biota berbahaya. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan
75 berkemah yaitu lebar tepi danau >8m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan kecepatan arus 0,15-0,30 m/s. Tabel 12. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Danau Rawa Pening Lokasi
Perahu
Skor kesesuaian (%) Duduk Memancing Berkemah santai 80,56 94,44 77,78 75,00 73,68 86,28 50,88 58,82 49,12 47,06 45,61 54,90 61,40 62,75 49,12 60,78 78,94 70,59 89,47 70,59
1 78,43 2 72,55 3 72,55 4 62,74 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan: SS: Sangat sesuai S : Sesuai Sumber : Data primer 2009 (diolah)
Outbound 69,44 50,00 55,56 50,00 66,67 61,11 100 83,33
Kegiatan yang dipilih Memancing Memancing Perahu Perahu Duduk santai Duduk santai Duduk santai Duduk santai Duduk santai Outbound Berkemah
Tingkat kategori S SS S S SS S S S S SS SS
Lokasi dua belas termasuk kategori sangat sesuai untuk kegiatan berkemah dan outbound dengan nilai IKW masing-masing kegiatan tersebut sebesar 89,47% dan 83,33% dan termasuk kategori sesuai untuk kegiatan duduk santai dengan nilai IKW 70,59%. Paramater yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan berkemah yaitu lebar tepi danau >8m, pemandangan berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, cemara, akasia, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan kecepatan arus 0,15-0,30 m/s. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan outbound yaitu lebar tepi danau >8m, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, cemara, akasia, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan tidak ada biota berbahaya. Parameter yang berpengaruh untuk penilaian kegiatan duduk santai yaitu lebar tepi danau >8m, pemandangannya berupa danau, pegunungan, vegetasi yang hidup di tepi danau berupa kelapa, hamparan dataran berupa rumput/pasir, dan tidak ada biota berbahaya.
76
Gambar 34. Peta kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening
76
77 Berdasarkan analisis kesesuaian wisata tersebut diperoleh lima kegiatan wisata yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening (Gambar 35), yaitu: 1. Perahu Kegiatan berperahu dapat dikembangkan pada lokasi tiga dan empat dengan luas area yang dapat dimanfaatkan seluas 101.850 m2. 2. Memancing Kegiatan memancing dapat dikembangkan pada lokasi satu dan dua dengan luas area yang dapat dimanfaatkan seluas 7.124 m2. 3. Duduk santai Kegiatan duduk santai dapat dilakukan pada lokasi lima, enam, delapan, sembilan, dan sepuluh dengan luas area yang dapat dimanfaatkan seluas 2.953 m 2. 4. Berkemah Kegiatan berkemah dapat direkomendasikan untuk dikembangkan pada lokasi duabelas dengan luasan area yang dapat dimanfaatkan seluas 1.250 m 2. 5. Outbound Kegiatan outbound dapat direkomendasikan untuk dikembangkan pada lokasi sebelas dengan luasan yang dapat dimanfaatkan seluas 3.124 m 2.
4.16. Daya Dukung Kawasan (DDK) Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung dalam suatu kawasan terhadap penggunaan sumberdaya alam tanpa mengganggu alam dan manusia. Daya dukung setiap kawasan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada objek wisata Danau Rawa Pening ada beberapa kegiatan wisata yang perlu diketahui daya dukung kawasanya yaitu untuk kegiatan berperahu, memancing, berkemah, duduk santai, dan outbound. Kegiatan berperahu dapat dilakukan pada lokasi 3 dan 4 (Gambar 35) dengan luas lokasi berperahu yaitu 101.850 m2. Waktu yang dihabiskan wisatawan naik perahu biasanya 0,5 jam dan waktu yang disediakan oleh oleh selama 8 jam/hari. Biasanya satu perahu dapat menampung 8 orang wisatawan dan luas lokasi yang diperlukan agar dapat bergerak bebas tanpa terganggu oleh perahu lain adalah 22.500
78 m2. Daya dukung kawasan yang dapat ditampung untuk kegiatan berperahu adalah sebesar 579 orang/hari. Kegiatan memancing dapat dilakukan pada lokasi 1 dan 2 dengan luas area yang dapat dimanfaatkan yaitu seluas 7.124 m 2 (Tabel 13). Wisatawan membutuhan lokasi agar dapat bergerak bebas untuk memancing dan tidak terganggu oleh pemancing lain yaitu seluas 240 m2. Waktu yang disediakan untuk memancing adalah selama 8 jam/hari dengan waktu maksimum wisatawan memancing yaitu selama 6 jam/hari. Maka, daya dukung kawasan untuk memancing di lokasi tersebut adalah 40 orang/hari. Kegiatan berkemah dapat dikembangkan di lokasi 11 dengan luas lokasi yang dapat dimanfaatkan 1.250 m2 sedangkan lokasi yang dibutuhkan wisatawan agar dapat berkemah dengan dengan nyaman dan tidak terganggu wisatawan lainnya adalah 50 m2. Waktu yang dihabiskan untuk berkemah oleh wisatawan selama 24 jam/hari dan satu tenda dapat ditempati 5 orang. Jadi daya dukung kawasan untuk berkemah sebanyak 125 orang/hari. Kegiatan duduk santai dapat dilakukan pada lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10 dengan luas area yang dapat dimanfaatkan seluas 2.953 m 2. Luas lokasi agar wisatawan dapat duduk dengan nyaman tanpa terganggu oleh wisatawan lainnya adalah 10m 2. Waktu maksimum wisatawan dapat duduk santai adalah 3 jam/hari dan waktu yang disediakan oleh pengelola adalah selama 8jam/hari. Wisatawan dapat duduk santai di tempat-tempat yang disediakan oleh pengelola. Jadi jumlah wisatawan yang dapat ditampung pada lokasi ini adalah 584 orang/hari. Kegiatan outbound dapat dikembangkan pada lokasi 11. Luas area yang dapat dimanfaatkan adalah seluas 3.124 m 2. Kegiatan ini dapat dilakukan sekaligus 20 orang. Lokasi yang dibutuhkan agar wisatawan dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu dengan wisatawan lain adalah 2500 m 2.
Waktu yang dihabiskan oleh
wisatawan untuk kegiatan outbound adalah 4 jam dan waktu yang disediakan oleh pengelola adalah 8 jam/hari. Jadi daya dukung untuk kegiatan outbound ini adalah 50 orang/hari. Total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan wisata Danau Rawa Pening sebanyak 1379 orang/hari. Dilihat dari kunjungan jumlah wisatawan yang datang (Lampiran 10), hal tersebut memperlihatkan masih di bawah daya dukung kawasan. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Danau Rawa Pening diperlukan adanya peningkatan promosi, perbaikan, dan penambahan sarana
79
Gambar 35. Peta daya dukung kawasan Danau Rawa Pening
79
80
sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Danau Rawa Pening.
Tabel 13. Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Jenis kegiatan wisata
Lokasi
1&2 3&4 5, 6, 8, 9, & 10
Total
11 12
7.124 101.850
Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung (jam) (Wp) 6 0,5
Waktu yang disediakan oleh pengelola (jam/hari) (Wt) 8 8
10
2.953
3
8
584
2.500 50
3.124 1.250
4 24
8 24
50 125 1.378
Potensi ekologis pengunjung (orang) (K)
Unit area (m2/m) (Lt)
Luas area yang dapat dimanfaatkan (m2/m) (Lp)
1 8
240 22.500
1 20 5
Memancing Berperahu Duduk santai Outbound Berkemah
Daya dukung kawasan (orang/hari) (DDK) 40 579
4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata Pemanfaatan potensi Danau Rawa Pening untuk pengembangan kawasan wisata memerlukan strategi pengelolaan yang tepat agar tidak menimbulkan kerusakan ekosistem Danau Rawa Pening. Penentuan strategi pengembangan kawasan wisata air Danau Rawa Pening dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.
4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, wisata Danau Rawa Pening
peluang, dan, ancaman objek
a. Kekuatan (Strength) a.1. Daya tarik alam Rawa Pening merupakan danau alam yang memiliki potensi sumber daya alam seperti daya tarik bentang alam (pemandangan danau) yang indah. Hal tersebut dikarenakan letak Danau Rawa Pening yang dikelilingi pegunungan yaitu Gunung Merbabu, Telomoyo, Ungaran, dan Gunung Kendali Sodo sehingga daya tarik alam tersebut dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk objek wisata ini. a.2. Iklim yang sejuk Terlihat dari bentang alam dan lokasi Danau Rawa Pening yang dikelilingi pegunungan, tentu saja membuat iklim di sekitar danau menjadi sejuk. Hal tersebut ditambah lagi banyaknya pepohonan yang terdapat di tepian danau yaitu adanya bukit kecil yang dinamakan Bukit Cinta, tentu saja menambah suasana di sekitar danau bertambah sejuk. Keadaan lain yang membuat suasana sejuk yaitu belum banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di sekitar objek wisata sehingga membuat keadaan menjadi tenang dan nyaman. Hal tersebut sangatlah cocok jika digunakan sebagai
81 salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan yang lingkungan rumahnya ramai dan disibukkan dengan pekerjaan kantor. a.3. Keanekaragaman hayati perairan Keanekaragaman hayati perairan yang terdapat di Danau Rawa Pening sangat beragam seperti jenis ikan, tumbuhan air, dan biota-biota air yang lain.
Para
pemancing di sekitar daerah Kabupaten Semarang menjadikan Danau Rawa Pening sebagai daerah berlibur mereka karena jenis ikan dan kelimpahan ikan menurut wisatawan dan masyarakat yang dijadikan responden ketika memancing menurut mereka masih banyak ikannya. Jenis ikan yang terdapat di Danau Rawa Pening antara lain mujair, gabus, wader, gurame, nila, koan, dan masih terdapat jenis ikan lainnya sehingga banyak wisatawan yang datang untuk memancing saat akhir pekan. Tumbuhan air yang berada di Danau Rawa Pening juga banyak jenisnya, salah satunya adalah eceng gondok yang saat ini dikembangkan sebagai bahan kerajinan. Banyaknya eceng gondok di tempat ini dapat menjadi daya tarik untuk para wisatawan yang datang karena mereka dapat melihat proses pembuatan kerajinan berbahan baku eceng gondok menjadi tas, sendal, tempat tisu, dan lainnya. Keanekeragaman hayati seperti adanya biota air yang lain seperti udang air tawar dan keong memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk membuka rumah makan. Keanekaragaman hayati di Danau Rawa Pening ini menjadi kekuatan bagi suatu objek wisata dan dapat dijadikan sebagai peluang usaha bagi masyarakat sekitar. a.4. Potensi budaya dan legenda/sejarah kawasan wisata Danau Rawa Pening merupakan salah satu danau alam yang keberadaannya menyimpan cerita legenda yang dikaitkan dengan “Baru Klinting”. “Baru Klinting” merupakan tokoh yang dipercaya oleh sebagian masyarakat sekitar akan mitos terjadinya Rawa Pening. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi daya tarik yang dapat memikat investor di bidang pariwisata. Selain cerita legenda, di tepian Danau Rawa Pening juga terdapat peninggalan benda purbakala yang bernama “Lumpang Lentong” yaitu sebuah benda yang juga dikaitkan dengan mitos terjadinya Rawa Pening. Potensi budaya lainnya yakni setiap tahun masyarakat sekitar Danau Rawa Pening mengadakan Sedekah Rawa Pening karena menurut masyarakat sekitar danau ini banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Ritual tersebut tentu saja dapat menjadi daya tarik wisata karena selain proses ritual yang menarik juga melibatkan banyak atraksi kesenian daerah.
82
a.5. Dukungan masyarakat Masyarakat sekitar Danau Rawa Pening umumnya mendukung akan adanya tempat wisata ini.
Adanya dukungan dari masyarakat tentu saja mempermudah
pengelola untuk mengembangkan objek wisata ini. Masyarakat dapat membuka usaha seperti rumah makan, gallery kerajinan eceng gondok, wartel, dan warung-warung makan. b. Kelemahan (Weakness) b.1. Penurunan kualitas air Kualitas air di Danau Rawa Pening mengalami penurunan seperti kadar bahan organik yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Danau Rawa Pening merupakan tempat bermuaranya 9 sungai yang membawa limbah pabrik, limbah domestik, sisa pupuk dari lahan pertanian, pestisida, dan berasal dari sisa pakan ikan di KJA. Penurunan kualitas air tersebut tentu saja akan mengganggu kenyamanan wisatawan karena banyaknya bahan organik dalam perairan tentu saja akan menimbulkan bau yang tidak sedap. b.2. Kondisi perairan tidak stabil Kondisi perairan di Danau Rawa Pening tidak stabil, hal tersebut diketahui dari adanya salah satu spesies fitoplankton yang mendominasi dari spesies lainnya yaitu Peridium sp. dari kelas Dinophyceae. Hal tersebut dikarenakan spesies tersebut dapat bertahan lebih baik dibanding spesies lainnya terhadap suatu tekanan seperti banyaknya tumbuhan air yang menutupi permukaan danau dan terjadinya pencemaran di danau tersebut. b.3. Kualitas tenaga kerja yang masih rendah dan jumlahnya sedikit Tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi salah satu sebab rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya masyarakat sekitar yang masih rendah tentu saja mempengaruhi keadaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening. Kurangnya keahlian dan pengetahuan masyarakat membuat pengelolaan perairan kurang optimal sehingga timbul banyak masalah yang mengancam kelestarian Danau Rawa Pening. Selain kualitas tenaga kerja yang masih rendah juga karena masih sedikitnya jumlah tenaga kerja atau pegawai yang bergerak langsung dalam pengelolaan Danau Rawa Pening.
83 b.4. Pengelolaan terhadap perairan yang masih kurang optimal Pengelolaan perairan Danau Rawa Pening yang masih kurang optimal dikarenakan masih ada masyarakat sekitar yang masih sulit untuk diajak bekerja sama dalam upaya pengelolaan Danau Rawa Pening. Hal tersebut dapat dilihat dari tata letak keramba yang tidak beraturan, selain itu juga masalah pola penanaman yang masih kurang baik dan teratur sesuai musimnya oleh masyarakat sekitar. Masalah tersebut tentu saja menambah sedimentasi di danau. Belum adanya pembatasan pemancing yang masuk ke Danau Rawa Pening juga mengancam kelestarian dari danau itu sendiri yang berakibat semakin sedikitnya kelimpahan ikan di Danau Rawa Pening. b.5.Tingkat kebersihan Danau Rawa Pening masih rendah Tingkat kebersihan di objek wisata Danau Rawa Pening yang masih rendah dikarenakan wisatawan yang datang kurang peduli dengan kebersihan dan kurangnya kepedulian pengelola Danau Rawa Pening untuk menyediakan tempat sampah di sekitar kawasan wisata. Banyak sampah menumpuk di pinggiran danau sehingga mengganggu pemandangan wisatawan. b.6. Kurangnya prasarana pendukung Kurangnya fasilitas dan prasarana yang berada di Danau Rawa Pening menyebabkan wisatawan merasa belum puas menikmati fasilitas di kawasan wisata. Contohnya keadaan WC yang sebagian sudah rusak dan kotor dan juga jumlah tempat sampah yang masih sangat sedikit. Jumlah tempat sampah yang terbatas mempengaruhi wisatawan untuk membuang sampah sembarangan sehingga membuat keadaan wisata menjadi kotor. b.7. Kurang tertatanya tumbuhan air dengan baik Tumbuhan air yang berada di Danau Rawa Pening terdiri dari bermacam jenis yang keberadaan kurang tertata dengan baik sehingga menjadikan Danau Rawa Pening menjadi tambah kotor.
Salah satu jenis tumbuhan air yaitu eceng gondok yang
merupakan gulma air memiliki pertumbuhan sangat cepat.
Pertumbuhan eceng
gondok mampu menyerap air 9,7 mm/hari dan dapat memperbesar penguapan air sampai 2-4 kali penguapan pada permukaan air biasa.
Akibat banyaknya eceng
gondok keindahan Danau Rawa Pening menjadi berkurang karena permukaan
84 perairan tertutupi oleh eceng gondok, sedangkan pemanfaatan eceng gondok belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. b.8. Volume dan kedalaman air berfluktuatif Volume dan kedalaman air Danau Rawa Pening dipengaruhi oleh jumlah air yang masuk dan jumlah yang keluar. Ketersediaan air di Danau Rawa Pening berasal dari air hujan, 4 sumber mata air, 9 sungai dan keluar melalui Sungai Tuntang yang kemudian dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan PLTA. Keberadaan tumbuhan air yang jumlahnya berlebihan dan sedimentasi juga ikut mempengaruhi ketersediaan air dan pada akhirnya mempengaruhi kegiatan wisata seperti memancing dan berperahu. c. Peluang (Oppurtunity) c.1. Letak strategis dan aksesibilitas mudah Letak yang strategis menjadi peluang untuk mengembangkan suatu wilayah menjadi kawasan wisata. Danau Rawa Pening mudah dijangkau karena letaknya menghubungkan antara tiga kota besar yaitu Semarang, Solo, Yogyakarta. Kondisi tersebut tentu saja membuka peluang Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata karena aksesibilitasnya mudah. c.2. Keberadaan objek wisata lain Kabupaten Semarang memiliki banyak objek wisata mulai dari objek wisata alami sampai buatan. Keberadaan objek wisata yang ada di Kabupaten Semarang tentu saja dapat dibuat suatu paket wisata. Danau Rawa Pening sendiri merupakan objek wisata danau alam yang jenisnya hanya ada satu di Kabupaten Semarang sehingga membuka peluang besar untuk pengembangan wisata karena bentuk wisata lain yang berdekatan dengan Danau Rawa Pening seperti Pemandian Muncul, Museum Stasiun Kereta Api Ambarawa, dan Lopait memiliki tawaran wisata yang berbeda. c.3. Dukungan berbagai instansi terkait terhadap pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening Sejak diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 (Undang-Undang
Otonomi
Daerah) desa mempunyai kewenangan lebih besar untuk mengatur pemerintahan dan pembangunannya sendiri sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berlaku. Undangundang tersebut sekarang digantikan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, dengan berlakunya undang-undang tersebut sejumlah intervensi dari berbagai
85 instansi yang berdalih untuk mengadakan program pembangunan telah masuk dan memenuhi desa. Kondisi ini dapat mendukung pengembangan objek wisata Rawa Pening.
Dukungan berbagai instansi terkait terlihat adanya keinginan untuk
mempertahankan keberadaan Danau Rawa Pening yang memiliki banyak manfaat tersebut. Kesatuan tujuan untuk mempertahankan Danau Rawa Pening tersebut tentu saja mempengaruhi keberlanjutan Danau Rawa Pening sebagai objek wisata. d. Ancaman (Threath) d.1. Terjadinya sedimentasi Akibat dari sedimentasi mempercepat terjadinya pendangkalan yang berasal dari muara-muara sungai yang bermuara ke Danau Rawa Pening.
Sedimentasi
tersebut terjadi karena tingginya erosi di daerah hulu. Bila hal terus terjadi maka kelestarian Danau Rawa Pening akan terancam keberadaannya. d.2. Terjadinya pencemaran Penyuburan suatu perairan ditandai dengan meningkatnya kandungan Nitrogen (N), hal tersebut terjadi karena masuknya kandungan unsur hara dari 9 sungai yang masuk ke Danau Rawa Pening. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan mikrofita akuatik seperti eceng gondok yang cepat. Kualitas air yang masuk ke Danau Rawa Pening merupakan indikasi dari terjadinya pencemaran di Danau Rawa Pening, seperti masuknya polutan dari penggunaan pupuk yang berlebihan oleh petani, pestisida, dan limbah domestik dari aliran sungai yang bermuara ke Danau Rawa Pening. d.3. Pola pembangunan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan Penggunaan lahan yang tidak sesuai di daerah hulu mengakibatkan laju run off ke daerah hilir meningkat dan lahan menjadi rusak. Penggunaan lahan tidak lagi sesuai dengan peruntukkan misalnya tegalan/kebun berada pada kelerengan >15%. Pemukiman penduduk banyak dibangun di daerah-daerah rawan longsor atau pada daerah dengan kelerengan yang cukup terjal (>25%). Banyaknya bangunan yang berdiri pada topografi dengan kelerengan 25% akan mempercepat laju run off dan akan memperbanyak sedimentasi dan pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran sehingga akan menurunkan kualitas air.
86 d.4. Kurang koordinasinya antar berbagai pihak pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening
yang
terkait dalam
Setidaknya ada tujuh instansi pemerintah yang terus menerus mempunyai kegiatan untuk mengelola Danau Rawa Pening.
Masing-masing instansi tersebut
mempunyai kepentingan yang kadang-kadang justru bertentangan dan juga berbeda dengan keinginan dan kepentingan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening. Contohnya rencana untuk mengembangkan jumlah cadangan air yang akan sangat berguna bagi irigasi di daerah hilir dan bagi pasokan listrik di Jelog. Namun pihak petani pasang surut menghendaki agar tinggi permukaan air Rawa Pening ditekan serendah mungkin agar dapat ditanami lahan pasang surut. Kehendak petani ini selalu bertentangan dengan kehendak PLTA Jelog yang selalu menghendaki permukaan air setinggi mungkin agar produksi listrik dapat terus berlangsung.
Perbedaan
kepentingan ini seringkali muncul kepermukaan dan menyebabkan ketidakselarasan antara petani dengan PLTA Jelog. Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening sehingga kebijakan dan peraturan yang dibuat tumpang tindih sesuai dengan konflik kepentingan. 4.17.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal Faktor internal dan eksternal terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya sebelum dilakukan pembobotan pada faktor-faktor tersebut. Tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal pada kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14.
Simbol S1 S2 S3 S4 S5 Simbol W1 W2 W2 W3 W4 W5 W6 W7
Tingkat kepentingan faktor internal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Faktor internal Faktor kekuatan (Strenght) Daya tarik alam Iklim yang sejuk Keanekaragaman hayati perairan Potensi budaya dan legenda/sejarah kawasan wisata Dukungan masyarakat Faktor kelemahan (Weakness) Penurunan kualitas air Kondisi perairan tidak stabil Kualitas tenaga kerja yang masih rendah dan jumlahnya sedikit Pengelolaan terhadap perairan yang masih kurang optimal Tingkat kebersihan Danau Rawa Pening Kurangnya prasarana pendukung Kurang tertatanya vegetasi tumbuhan air dengan baik Volume dan kedalaman air berfluktuatif
Tingkat Kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang besar Tingkat kepentingan Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti Kelemahan yang cukup berarti Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti
87 Tabel 15.
Simbol O1 O2 O3 Simbol T1 T2 T3 T4
Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Faktor eksternal Faktor peluang (Oppurtunity) Letak strategis dan aksesibilitas mudah Keberadaan objek wisata lain Dukungan berbagai instansi terkait terhadap pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening Faktor ancaman (Threath) Terjadinya sedimentasi Terjadinya pencemaran Pola pembangunan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening
Tingkat kepentingan Peluang sangat tinggi Peluang tinggi Peluang tinggi Tingkat kepentingan Ancaman sangat besar Ancaman besar Ancaman besar Ancaman sedang
4.17.3. Pembuatan matriks SWOT Analisis SWOT dilakukan untuk mendeteksi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta merumuskan strategi dari kondisi yang tergambarkan lewat matriks SWOT setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE.
Matriks SWOT ini
menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi (startegi S-T), mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan (strategi W-O), meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi W-T) (Tabel 16).
4.17.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan objek Wisata Danau Rawa Pening dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi (Tabel 17). Jumlah skor (nilai) ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategi yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yaitu: 1.
Mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening.
2.
Memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan
3.
Membuat paket tour wisata dengan objek wisata lain
4.
Mengoptimalkan aksesibilitas dengan bekerjasama pihak-pihak terkait dalam upaya mempermudah pengembangan wisata
88 5.
Pemerintah (instansi-instansi terkait) memperhatikan dan membantu usahausaha masyarakat yang berkontribusi positif terhadap usaha penyelamatan Danau Rawa Pening
6.
Memanfaatkan dukungan masyarakat dan pemerintah untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening
7.
Membenahi fasilitas yang belum optimal dan membangun fasilitas yang kurang agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik
8.
Mengembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata ruang lahan, air dan SDA lainnya dalam satuan sistem DAS Danau Rawa Pening yang ditunjang dengan pengelolaan perkembanan penduduk yang serasi
9.
Instansi terkait melakukan pengontrolan dan pengawasan terhadap ketersediaan air
10. Mengupayakan penyuluhan konsep penataan dan pengelolaan kawasan yang menunjang kegiatan pengelolaan wisata dengan melibatkan semua pihak 11. Mendayagunakan lahan sesuai dengan daya dukung dan keseimbangan lingkungan 12. Meningkatkan penyuluhan dan pelatihan keterampilan kerja serta pembinaan masyarkat agar dapat berperan dalam pengembangan wisata 13. Pemanfaatan tumbuhan air sebagai penyaring air tercemar oleh berbagai bahan polutan 14. Mengembangkan usaha pengambilan/pengerukan sedimen oleh masyarakat sekitar danau untuk mengurangi sedimentasi
89 Tabel 16.
Matriks SWOT strategi pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening INTERNAL
E K S T E R N A L
Kekuatan (Strenght) 1. Daya tarik alam 2. Iklim yang sejuk 3. Keanekaragaman hayati perairan 4. Potensi budaya dan legenda/ sejarah wisata 5. Dukungan masyarakat
Peluang (Oppurtunity) 1. Letak strategis dan aksesibilitas mudah 2. Keberadaan objek wisata lain 3. Dukungan berbagai instansi terkait terhadap pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening
Strategi S-O 1. Memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan 2. Memanfaatkan dukungan masyarakat dan pemerintah untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening 3. Membuat paket tour wisata dengan objek wisata lain 4. Mengoptimalkan aksesibilitas dengan bekerjasama pihak-pihak terkait dalam upaya mempermudah pengembangan wisata
Ancaman (Threat) 1. Terjadinya sedimentasi 2. Terjadinya pencemaran 3. Pola pembangunan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan 4. Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening
Strategi S-T 1. Mengembangkan usaha pengambilan/ pengerukan sedimen oleh masyarakat sekitar danau untuk mengurangi sedimentasi 2. Mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening
Kelemahan (Weakness) 1. Penurunan kualitas air 2. Kondisi perairan tidak stabil 3. Kualitas tenaga kerja yang masih rendah dan jumlahnya sedikit 4. Pengelolaan terhadap perairan yang masih kurang optimal 5. Tingkat kebersihan Danau Rawa Pening masih rendah 6. Kurangnya prasarana pendukung 7. Kurang tertatanya vegetasi tumbuhan air dengan baik. 8. Volume dan kedalaman air berfluktuatif Strategi W-O 1. Mendayagunakan lahan sesuai dengan daya dukung dan keseimbangan lingkungan 2. Pemanfaatan tumbuhan air sebagai penyaring air tercemar oleh berbagai bahan polutan 3. Pemerintah (instansi-instansi terkait) memperhatikan dan membantu usaha-usaha masyarakat yang berkontribusi positif terhadap usaha penyelamatan Danau Rawa Pening 4. Meningkatkan penyuluhan dan pelatihan keterampilan kerja serta pembinaan masyarakat agar dapat berperan dalam pengembangan wisata 5. Membenahi fasilitas yang belum optimal dan membangun fasilitas yang kurang agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik Strategi W-T 1. Mengembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata ruang lahan, air dan SDA lainnya dalam satuan sistem DAS Danau Rawa Pening yang ditunjang dengan pengelolaan yang baik 2. Mengupayakan penyuluhan konsep penataan dan pengelolaan kawasan Rawa Pening yang menunjang kegiatan wisata dengan melibatkan semua pihak dan instansi terkait 3. Instansi terkait melakukan pengontrolan dan pengawasan terhadap ketersediaan air
90
Tabel 17. Perangkingan alternatif strategi No.
Alternatif strategi
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
S1, S2, S3, S4, O1, O3
2,106
2
1.
Memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan
2.
Memanfaatkan dukungan masyarakat dan pemerintah untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening
S5,O1,O3
1,226
6
3.
Membuat paket tour wisata dengan objek wisata lain
S4, S5, O2,O3
1,670
3
4
Mengoptimalkan aksesibilitas dengan bekerjasama pihak-pihak terkait dalam upaya mempermudah pengembangan wisata
S5,O1,O2,O3
1,614
4
5.
Mendayagunakan lahan sesuai dengan daya dukung dan keseimbangan lingkungan
W1, W2, W4, O3
0,850
11
6.
Pemanfaatan tanaman air sebagai penyaring air tercemar oleh berbagai bahan polutan
W3, W4, O3
0,738
13
7.
Pemerintah (instansi-instansi terkait) memperhatikan dan membantu usaha-usaha masyarakat yang berkontribusi positif terhadap usaha penyelamatan Danau Rawa Pening
W3, W4, W7, O2, O3
1,210
5
8.
Meningkatkan penyuluhan dan pelatihan keterampilan kerja serta pembinaan masyarkat agar dapat berperan dalam pengembangan wisata
W3, W6, O3
0,844
12
9.
Membenahi fasilitas yang belum optimal dan membangun fasilitas yang kurang agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik
W3, W6, O1,O3
1,173
7
10.
Mengembangkan usaha pengambilan/pengerukan sedimen oleh masyarakat sekitar danau untuk mengurangi sedimentasi
S5, T1
0,426
14
11.
Mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening
S1, S2, S5, T1, T2, T3, T4
2,252
1
12.
Mengembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata ruang lahan, air dan SDA lainnya dalam satuan sistem DAS Danau Rawa Pening yang ditunjang dengan pengelolaan perkembanan penduduk yang serasi
W3, W5, T1, T2, T3
0,984
8
13.
Mengupayakan penyuluhan konsep penataan dan pengelolaan kawasan yang menunjang kegiatan pengelolaan wisata dengan melibatkan semua pihak
W3,W4, W5, W7, T1, T3
0,857
10
14.
Instansi terkait melakukan pengontrolan dan pengawasan terhadap ketersediaan air
W4, W7, W8, T4
0,932
9
91 Dari 14 alternatif strategi yang dihasilkan, maka tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu: 1. Mengadakan koordinasi dengan pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening Dalam suatu usaha pengembangan wisata haruslah mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Masyarakat memiliki andil besar dalam keberlangsungan suatu kawasan wisata, karena dengan dukungan dari masyarakat maka kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik. Begitupun dengan pemerintah, dalam hal ini pemerintah sebagai perencana, pengelola, dan pengawas dari suatu kawasan wisata. Kegiatan wisata dalam Danau Rawa Pening ditentukan
oleh kerjasama antara
masyarakat sekitar dan pemerintah setempat yang terkait. Mengintegrasikan pelaksanaan kegiatan sektor secara terpadu dan berkesinambungan melalui peningkatan koordinasi.
Koordinasi tersebut dapat dimulai dengan mengadakan
forum untuk mengajak diskusi dan kerjasama dengan masyarakat mulai dari hulu hingga hilir. Pelaksanaan pembangunan kawasan wisata harus memenuhi kriteria dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, sehingga dampak negatif dari pembangunan dapat ditekan sekecil mungkin.
Gambaran realisasinya terwujud yaitu dengan
keterlibatan masyarakat tani dan nelayan dalam pengangkatan gulma air eceng gondok yang merupakan masalah utama di Danau Rawa Pening. Pengelolaan danau dan pengelolaan sumberdaya air pada umumnya yang efektif memerlukan tiga elemen pendukung (Sutardi 2003) yaitu: a.
Lingkungan yang menunjang atau enabling environmental yaitu adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang menunjang
b.
Keberadaan, peran dan fungsi institusi pada berbagai tingkatan pemerintahan dan partisipasi aktif stakeholders
c.
Adanya
instrumen-instrumen
manajemen
yang
operasional
dan
sistem
monitoring dan evaluasi serta penegakan hukum yang konsisten. Adapun langkah-langkah dalam upaya penanggulangan dan penanganan terhadap permasalahan Danau Rawa Pening agar kelestarian ekosistem danau tetap berkelanjutan adalah: a.
Meningkatkan kerjasama antar berbagai pihak yang berkepentingan terhadap Danau Rawa Pening sehingga harus adanya perencanaan yang terpadu dengan memperhatikan fungsi dan peruntukan lahan yang sesuai.
92 b.
Pembersihan eceng gondok yang tumbuh di Danau Rawa Pening, namun pada tingkatan luas tertentu masih disisakan untuk tetap menjaga keseimbangan ekosistem budidaya ikan air tawar seperti untuk tempat bertelur dan untuk kepentingan ekonomi masyarakat sekitar Danau Rawa Pening.
c.
Pembuatan tanggul keliling Danau Rawa Pening pada elevasi +462,30 dpl agar dapat meningkatkan daya tampung air sehingga pemerintah (instansi yang terkait) harus melakukan pembelian hak tanah masyarakat.
d.
Pemerintah (instansi-instansi terkait) seharusnya memperhatikan dan membantu usaha-usaha masyarakat yang memberikan kontribusi positif terhadap upaya penyelamatan Danau Rawa Pening.
Contohnya adalah usaha penambangan
gambut, permasalahan yang harus mendapat perhatian adalah teknologi penambangannya yang masih sederhana dan pemanfaatan tanah gambut masih terbatas. Pemanfaatan tumbuhan air seperti eceng gondok untuk dimanfaatkan menjadi bahan kerajinan. Menurut Sutardi (2003) danau terdiri dari 2 komponen yaitu daerah tangkapan air (drainage basin) dan badan air.
Aspek-aspek pengelolaan danau mencakup:
pengelolan kegiatan pada daerah tangkapan, pengelolaan badan air danau secara keseluruhan dan pengelolaan kegiatan yang terkait dengan manajemen kualitas dan kuantitas air danau. Mengingat pengelolaan DAS suatu danau tidak terlepas dari pengelolaan DAS dari suatu sungai yang masuk ke danau. Pengelolaan DAS suatu danau dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan sistem pengelolaan yang mencakup kegiatan konservasi (perlindungan), pendayagunaan (pengembangan dan pemanfaatan), dan pengendalian kerusakan karena air secara terpadu, guna menjamin fungsi sungai baik sebagai bagian utama dari ekosistem maupun elemen pembangunan yang sudah selayaknya tetap terjaga guna dimanfaatkan secara berkelanjutan. Mengingat keterkaitan air dengan daur hidrologi dimana daerah hulu dan hilir merupakan satu kesatuan maka penanganannya dilaksanakan melalui pendekatan pengelolaan terpadu DAS. Oleh karenanya, koordinasi dalam pengelolaan terpadu DAS menjadi elemen penting untuk terlaksananya pengelolaan terpadu DAS yang optimal. 2. Memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan Danau Rawa Pening memiliki prospek yang baik untuk pengembangan wisata bila dapat memanfaatkannya secara optimal.
Potensi tersebut tidak hanya dari
bentang alam yang dikelilingi 4 gunung yaitu Gunung Ungaran, Kendali sodo, Merbabu, dan Gunung Telomoyo sehingga selain memiliki panorama yang baik juga memiliki
93 iklim yang sejuk. Dengan letaknya yang strategis dan potensi sumber daya alam utamanya potensi keindahan alam yang ada, menjadikan danau ini sebagai kawsan yang menarik untuk dikembangkan industri pariwisata. Keberadaan Danau Rawa Pening yang terkenal dengan legenda “Baru Klinting” merupakan daya tarik yang dapat memikat wisatawan dan terkenal dengan objek wisata yang berhawa dingin. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang menginginkan kawasan wisata yang masih sejuk dan alami. Selain itu keanekaragaman hayati seperti banyaknya jenis ikan yang terdapat di danau ini juga menjadi kekuatan untuk menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang memiliki hobi memancing. 3. Membuat paket tour wisata dengan objek wisata lain Kabupaten Semarang memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan dan dapat saling sinergis antara satu tempat wisata dengan yang lain.
Untuk
pengembangan Danau Rawa Pening sebagai objek wisata dapat didukung dengan membuat paket tour objek wisata lain, karena khusunya di daerah kabupaten Semarang Rawa Pening merupakan bentuk wisata alam air tawar berupa danau alam yang hanya ada satu di daerah tersebut.
Pembuatan paket tour wisata ini juga
dimaksudkan untuk menjaga kondisi sumberdaya alam dan kondisi perairan agar dapat dimanfaatkan secara optimal karena wisatawan masih dibawah daya dukung tetapi tidak merusaknya.
94
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1.
Danau Rawa Pening memiliki potensi sumberdaya alam dan lingkungan seperti pemandangan alam, daya tarik flora dan fauna, potensi budaya, dan potensi sosial ekonomi.
Kondisi Danau Rawa Pening yang dikelilingi 4 pegunungan yaitu
Gunung Kendali Sodo, Merbabu, Ungaran, dan Gunung Telomoyo tentu saja membuat pemandangan danau indah dan menambah kesejukan kondisi danau. Keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna baik yang berada di perairan dan di sekitar danau juga menambah daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Potensi budaya yang dikaitkan dengan mitos terjadinya Danau Rawa Pening dengan tokoh utamanya “Baru Klinting” menambah nilai tambah untuk dikembangkannya Danau Rawa Pening sebagai kawasan ekowisata. 2.
Isu permasalahan yang terdapat di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening meliputi masalah ekologi dan fisik, permasalahan sumberdaya, dan permasalahan pengelolaan.
3.
Sumberdaya alam yang dimiliki Danau Rawa Pening sesuai untuk dilakukan beberapa kegiatan wisata. Kegiatan wisata yang sudah ada di Danau Rawa Pening yaitu memancing, duduk santai, dan berperahu.
Kegiatan lain yang bisa
dikembangkan adalah berkemah dan outbound. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, lokasi-lokasi yang sesuai untuk dilakukan kegiatan tersebut adalah memancing (lokasi 1 dan 2), berperahu (lokasi 3 dan 4), duduk santai (lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10), outbound (lokasi 11), dan berkemah (lokasi 12). Berdasarkan perhitungan daya dukung kawasan (DDK) di objek wisata Danau Rawa Pening diperoleh daya dukung kawasan (DDK) sebanyak 1.378 orang/hari dengan berbagai kegiatan wisata seperti berperahu, memancing outbound, berkemah, dan duduk santai. Jumlah wisatawan yang datang masih sangat jauh dibawah dari DDK, sehingga pihak pengelola dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang perlu mengoptimalkan promosi agar lebih dikenal sebagai kawasan wisata serta memperbaiki dan menambah sarana prasarana di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang ke objek wisata ini. 4.
Tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yaitu mengadakan koordinasi dengan
95 pemerintahan setempat termasuk masyarakat untuk menanggulangi terancamnya Danau Rawa Pening, memanfaatkan potensi Danau Rawa Pening untuk menarik wisatawan, dan membuat paket tour dengan objek wisata lain.
5.2. Saran 1.
Mengimplementasikan
strategi
yang
direkomendasikan,
mencakup:
pengoptimalisasian lahan dan fasilitasnya, pengawasan dari instansi dan pengelola, dan kerja sama dari berbagai pihak. 2.
Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas objek wisata Danau Rawa Pening, serta peningkatan sumberdaya manusia, dan peningkatan promosi wisata mengingat jumlah wisatawan masih di bawah Daya Dukung Kawasan.
3.
Perlunya penelitian lebih lanjut di objek wisata Danau Rawa Pening pada musim tertentu yakni musim kemarau untuk mendapatkan perbandingan keadaan sumberdaya alam yang terdapat dalam perairan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Agustin H. 2007. Inventarisasi Potensi dan Peluang Pengembangan Ekowisata Situ Lengkong Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 24-49. [BLH] Badan Lingkungan Hidup. 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang. Pemerintah Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Ungaran. Hlm 11. Basmi J. 1999. Ekosistem Perairan : Habitat dan Biota. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hlm 49. Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Oxford. 318p. [PSDA-DPU] Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Pengairan Umum. 2008. Laporan Pengelolaan Rawa Pening. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Semarang. Hlm 26. [DPU] Dinas Pengairan Umum. 2008. Nota Penjelasan Rawa Pening. Dinas Pengairan Umum Dati I Jateng. Ungaran. Hlm 1. [Dinas Perikanan]. 2008. Statistik Trip Penangkapan Ikan Di Perairan Umum Menurut Jenis Alat Penangkap Ikan dan Kategori Perahu/Kapal. Dinas Pengairan Umum Dati I Jateng. Ungaran. Hlm 1. [Ditjen PKA-Dephut] Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi AlamDepartemen Kehutanan. 1999. Aspek Konservasi Sumberdaya Alam Pada Pengelolaan Ekosistem Danau. Hlm 1-5 In: Suwignyo P, Soedharma D, Rahardjo MF, Suhatmansyah, Sujiprihati, Gunawan A, Wirawan B, Sulistiono, Effendi I, Saptono A, Kania A, Arifin MA, Saepudin A, & Amir. Prosiding Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk, 30 November 1999, Bogor. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 57-156. Harahap AS. 2003. Kerajinan Eceng Gondok. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (BPPLSP) Jawa Tengah. Semarang. Hlm 3. Hariyadi S. 2001. Teknik Sampling Kualitas Air. Makalah Pendidikan dan Latihan Teknik Sampling Kelautan, Angkatan I 3-7 September 2001. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Kusnandar E. 2004. Rancang Bangun Sistem Informasi Penunjang Keputusan Pengelolaan Ekosistem Danau [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 11.
97 Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung. Hlm 76-83. Mulia D. 2004. Alternatif Pengembangan Urusan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai Obyek Ekowisata Bahari di DKI Jakarta [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 13. Notosoedarmo S. 2003. Rawa Pening, Danau di Ambang Sekarat. Hlm 213 In: Karwur FF, Utami A, & Notosoedarmo S. Prosiding Pekan Ilmiah Mahasiswa 2-7 Juni 2003. Keterlanjutan Rawa Pening. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisis Ketiga. [Terjemahan dari Fundamental of Ecology, 3 rd edition]. Samingan T (Penerjemah). Gadjahmada University Press. Yogyakarta. Hlm 57. [PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Sekretaris Negara Republik Indonesia Jakarta. Razak A. 2008. Sifat dan Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. Makalah Pengelolaan Ekowisata. Program Pasca Sarjana. Program Manajemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. halaman [terhubung berkala]. http://heterometrus.files.wordpress.com/2008/01/sifat-dan-karakter-odtwalam.pdf) [11 Januari 2009] Resosoedarmo, Widjajanti JL, & Soerjawinata H. 1984. Pengantar Ekologi. PT Remadja Karya. Bandung. Hlm 13. Ross GF. 1998. Psikologi Pariwisata . [ Terjemahan dari The Psychology of Tourism 1st edition]. Marianto S (penerjemah); Noerhadi TH (editor). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hlm 18-28. Rangkuti F. 2002. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm 24. Santoso WB. 2007. Potensi Indonesia untuk Ekowisata. [terhubung berkala]. http://www.kabarindonesia.com/ [20 September 2008]. Santoso U. 2008. Pengantar Falsafah Sains: Danau Dendam Tak Sudah. Program Pasca Sarjana. Makalah. Institut Pertanian Bogor. [terhubung berkala]. http://www.google.co.id/uripsantoso.wordpress.com/2008/05/01/danaudendam-tak-sudah/.htm [23 September 2008) Saut ML. 2000. Agenda 21: Agenda Pariwisata untuk Pengembangan Kualitas Hidup secara Berkelanjutan. Kerjasama Kantor Menteri Negeri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Proyek Agenda 1 Sektoral. Jakarta. Soekadijo R.G. 2000. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata Sebagai System Lynkage. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm 296. Suhardja 1993. Pengelolaan Danau dan Waduk untuk Perikanan Tangkap yang berkelanjutan in: Perikanan Perairan Umum Pengkajian Potensi dan Prospek
98 Pengembangan Perairan Umum Sumatera Bagian Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Departemen Pertanian. Jakarta. Sutardi 2003. Pengelolaan Sistem Danau di Indonesia. Hlm 6 In: Karwur FF, Utami A, & Notosoedarmo S. Prosiding Pekan Ilmiah Mahasiswa 2-7 Juni 2003 Keterlanjutan Rawa Pening. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Sutrisno D. 2003. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam Pembangunan Kawasan Rawa Pening. Hlm 25 In: Karwur FF, Utami A, & Notosoedarmo S. Prosiding Pekan Ilmiah Mahasiswa 2-7 Juni 2003. Keterlanjutan Rawa Pening. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Suwondo K. 2007. Civil Society dan Demokrasi Di Indonesia (suatu Perspektif Kritis). Makalah. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Hlm 1-20. Utami Y, Ana M, Indah RS, Kristiana W, Anandani M, Herawati N, Wisnu OA, & Notosoedarmo S. 2003. Kandungan Bahan Organik, Anorganik dan Makroinvertebrata Sungai suatu Studi Komparatif Komposisi Air Sungai Panjang Di Daerah Rawa Pening.. Hlm 236 In: Karwur FF, Utami A, & Notosoedarmo S. Prosiding Pekan Ilmiah Mahasiswa 2-7 Juni 2003. Keterlanjutan Rawa Pening. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. [terhubung berkala]. http://www.google.com// [20 September 2008]. Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan edisi kedua. PT. Pradanya Paramita. Jakarta. Hlm 23-26. Widiasari 2007. Analisis Pengelolaan Kawasan Pantai Ancol, Jakarta Utara (skripsi). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 5. Widjaja F. 2004. Tanaman Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Hlm 29-43. Yoeti O. 2004. Pengantar Ilmu Pariwisata. PT. Angkasa Bandung. Bandung. Hlm 109139. Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instut Pertanian Bogor. Hlm 16. www.google.co.id. 2009. Wader. [terhubung berkala]. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.aquafish.net/imgs/ fish/ snakeskin- Puntius binotatus -profile.jpg. [20 Juli 2009]. www.google.co.id. 2009. Rasbora spp. [terhubung berkala]. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.aquafish.net/imgs/ fish/snakeskin- Rasbora -profile.jpg. [20 Juli 2009]. www.google.co.id. 2009. Sepat Siam. [terhubung berkala]. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.aquafish.net/imgs/ fish/snakeskin-Trichogaster -profile.jpg. [20 Juli 2009].
99 www.google.co.id. 2009. Sepat Rawa. [terhubung berkala]. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.aquafish.net/imgs/ fish/snakeskin-Trichogaster -profile.jpg. [20 Juli 2009]. www.google.co.id. 2009. Ikan Koan. [terhubung berkala]. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://marketing.sragenkab.go.id/ima ges/koan.jpg. [20 Juli 2009].
100
LAMPIRAN
102
Lampiran 1. Lokasi penelitian Danau Rawa Pening
101
102 Lampiran 2. Kuisioner untuk wisatawan A.
Data Pribadi Wisatawan
1. Nama
: …………………………..
2. Umur
: …………………………..
3. Jenis Kelamin
: …………………………..
4. Asal/ Tempat Tinggal : ………………………….. 5. Pendidikan terakhir
: SD/SMP/SMA/S1/S2/S3
6. Pekerjaan
: …………………………..
7. Pendapatan
: …………………………..
a. Kurang dari Rp.500.000,-
c. Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-
b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1.000.000,- d. Lebih dari Rp. 2.000.000,8. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kawasan Danau Rawa Pening : a. Kurang dari Rp.100.000,-
c. Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,-
b. Rp. 100.000,- sampai Rp.300.000,-
d. Lebih dari Rp. 500.000,-
B. Motivasi Wisatawan 1. Dari manakah saudara/i mendapat informasi mengenai Danau Rawa Pening ? a.
Teman
c.
Leaflet / brosur
b.
Radio / televisi
d.
Lainnya..........
2. Apakah sebelumnya saudara/i pernah berkunjung ke Danau Rawa Pening ? a. Belum pernah b. Pernah, berapa kali?........... 3. Apa yang mendorong saudara/i berkunjung ke tempat ini ? a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini
d. Pemandangan indah e. Lainnya..........
b. Mudah dijangkau c. Diajak teman 4. Apakah tujuan saudara/i mengunjung tempat ini? a. Menikmati keindahan alam b. Mengisi waktu luang c. Menghilangkan stres dari aktifitasaktifitas keseharian
d. Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan e. Lainnya……….
103 Lampiran 2. (lanjutan) 5. Mengapa saudara/i memilih tempat ini? a. Aksesibilitasnya yang mudah
c. Fasilitas Lengkap
b. Biaya murah
d. Lainnya………..
C. Persepsi Wisatawan 1. Apakah saudara/i merasa puas melakukan kegiatan di kawasan wisata Danau Rawa Pening? a. Sangat puas, karena………..
d. Tidak puas, karena………..
b. Puas, karena………..
e. Sangat tidak puas, karena………..
c. Cukup puas, karena……….. 2. Apakah saudara/i mengerti dengan konsep ekowisata? a. Ya b. Tidak 3. Apakah saudara/i setuju jika kawasan wisata Danau Rawa Pening dijadikan sebagai kawasan ekowisata? a. Ya, karena ........... b. Tidak, karena. .......... 4. Apakah saudara/i setuju dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung ke kawasan wisata Rawa Pening? a. Ya, karena ........... b. Tidak, karena. .......... 5. Apa menurut saudara/i yang menjadi hambatan untuk datang ke kawasan wisata Danau Rawa Pening? a. Kondisi
jalan
yang
menuju
kawasan Danau Rawa Pening b. Lalu lintas yang sering macet
ke
d. Susah menemukan lokasi e. Tidak ada waktu luang f. Lainnya..........
c. Tiket masuk yang terlalu mahal 6. Apakah menurut saudara/i fasilitas di kawasan wisata sudah cukup lengkap atau tidak? a. Cukup lengkap, karena............ b. Tidak lengkap, karena ............ 7. Menurut saudara/i fasilitas apa yang perlu dibenahi?
104 Lampiran 2. (lanjutan) a. Tempat pembuangan sampah
g. Penunjuk jalan
b. Toilet
h. Wartel
c. Tempat ibadah
i. Taman bermain anak
d. Taman duduk
j. Penginapan
e. Warung penjualan makanan
k. Lainnya...........
f. Toko aksesoris 8. Kekurangan di kawasan wisata Danau Rawa Pening? a. Kenyamanan kurang karena sampah
d. Fasilitas kurang
b. Pelayanan kurang ramah
e. Kenyamanan kurang karena terlalu
c. Jenis-jenis aktifitas wisata kurang beranekaragaman
ramai f. Lainnya...........
9. Menurut saudara/i harga tiket masuk sekarang ke kawasan wisata Danau Rawa Pening? a. Mahal
b. Sedang
c. Murah
10. Bagaimana pendapat saudara/i terhadap kelestarian lingkungan Danau Rawa Pening? a. Baik, karena...........
b. Kurang baik, karena...........
c.
Buruk, karena..........
11. Apakah adanya objek wisata lain di dekat kawasan wisata Danau Rawa Pening berpengaruh terhadap kunjungan saudara/i ke kawasan ini? a. Ya, karena………. b. Tidak, karena ………. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang ada di kawasan wisata Danau Rawa Pening
105 Lampiran 2. (lanjutan)
Aspek Penilaian/Parameter
Baik
Kriteria / Persepsi Cukup Kurang Tidak Tahu
Aksesibilitas Pelayanan oleh pengelola Keamanan kawasan wisata Kenyamanan dalam kawasan Keindahan kawasan wisata Kebersihan lingkungan Kebersihan air Keaslian lingkungan Peraturan yang ada dalam kawasan Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas Fasilitas rekreasi: Tempat sampah Toilet Tempat ibadah Taman duduk Tempat bermain anak Warung penjualan makanan Toko souvenir Fasilitas perahu
D. Aktivitas Wisatawan 1. Saudara/i datang ke tempat ini dengan siapa? a. Sendiri
c. Keluarga
b. Berdua
d. Kelompok/Rombongan
2. Jenis kendaraan yang saudara/i gunakan untuk mencapai lokasi ini? a. Kendaraan pribadi
c. Kendaraan umum (angkot/ojek)
b. Sewa / carter
d. Jalan kaki
3. Perlengkapan apa yang saudara/i bawa ke kawasan wisata? a. Kamera
c. Tape Recorder
b. Handycam
d. Lainnya……….
4. Kegiatan apa yang saudara/i lakukan di tempat ini? a. Piknik
d. Menikmati keindahan alam
b. Mancing
e. Lainnya………..
c. Fotografi 5.
Dimanakah saudara/i membuang sampah?
a. Tempat sampah
b. Ke Danau Rawa Pening
c. Dibuang begitu saja
6. Apakah saudara/i berkeinginan untuk kembali berkunjung atau melakukan rekreasi di Rawa Pening kembali ke depannya?
106 Lampiran 2. (lanjutan) a. Ya, karena……….. b. Tidak, karena……….. 7. Apakah saudara/i merasa nyaman apabila kawasan wisata dipadati oleh pengunjung lain pada saat anda berwisata ke kawasan ini? a. Nyaman
c. Kurang nyaman
b. Biasa aja
d. Tidak nyaman
8. Apakah saudara/i setuju adanya pembatasan pengunjung dalam kurun waktu tertentu di kawasan wisata? a. Setuju, karena……….. b. Tidak setuju, karena……….. 9. Selama kunjungan saudara/i di kawasan ini, apakah ada aktivitas wisata yang menurut anda berpotensi untuk dikembangkan? a. Ya, yaitu……….. b. Tidak tahu/ada 10. Sebaiknya aktivitas wisata apa yang perlu penambahan atau perbaikan? a. Memancing
d. Duduk Santai
b. Berkemah
e. Lainnya………..
c. Perahu 11. Apakah menurut saudara/i jumlah perahu perlu dikurangi atau ditambah? a. Ya, karena………… b. Tidak, karena……….. 12. Menurut saudara/i apakah ada kegiatan yang merusak lingkungan di kawasan ini? a. Ada, yaitu……….. b. Tidak ada 13. Apakah saudara/i setuju terdapat kegiatan yang merusak lingkungan sebaiknya dikurangi? a. Ya, karena……….. b. Tidak, karena………..
107 Lampiran 3. Kuisioner untuk masyarakat sekitar A.
Data pribadi masyarakat sekitar
1. Nama
: …………………………..
2. Umur
: …………………………..
3. Jenis Kelamin
: …………………………..
4. Pendidikan terakhir
: SD/SMP/SMA/S1/S2/S3
5. Status dalam keluarga : ………………………….. 6. Pekerjaan
: …………………………..
7. Pendapatan per bulan : a. Kurang dari Rp.500.000,00 b.Rp.500.000,00
c.Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00
sampai
Rp.
d. Lebih dari Rp. 2.000.000,00
1.000.000,00 B.
Manfaat dan pengaruh wisata
1. Manfaat yang diperoleh : a. Kondisi jalan menjadi baik b. Membuka
lapangan
c. Bisa berinteraksi dengan wisatawan
kerja
/ada
kesempatan berusaha
d. Tidak ada manfaat yang dirasakan e. Lainnya………..
2. Pengaruh/dampak negatif yang saudara/i lihat atau rasakan dengan adanya kegiatan wisata : a. Terpengaruhnya
kehidupan
masyarakat oleh perilaku wisatawan
d. Tingkat
keamanan
masyarakat
terganggu
b. Kotornya kawasan
e. Tidak ada kekhawatiran apa-apa
c. Tercemarnya perairan
f. Lainnya………..
3. Bentuk kerjasama / bantuan yang dilakukan pengelola dengan masyarakat yang saudara/i tahu atau rasakan : a. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar b. Tidak ada bantuan apa-apa
c. Bantuan modal
untuk usaha di
sekitar kawasan wisata d. Lainnya……….
4. Pengaruh yang sudah ada pada masyarakat akibat perilaku wisatawan : a. Perilaku berpakaian
(ada / cenderung / tidak ada)
b. Perilaku berbicara
(ada / cenderung / tidak ada)
c. Tingkah laku
(ada / cenderung / tidak ada)
d. Lainnya………..
108 Lampiran 3. (lanjutan) C.
Aktivitas masyarakat di kawasan Danau Rawa Pening
1. Sudah berapa kali saudara/i masuk ke kawasan Danau Rawa Pening? a. Satu kali
c. Lebih dari dua kali
b. Dua kali
d. Lainnya………..
2. Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan wisata Danau Rawa Pening? a. Bekerja
b. Berdagang
c. Lainnya………..
3. Pernahkah saudara/i melakukan kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan Danau Rawa Pening? a. Belum pernah b. Pernah, yaitu……….. 4. Apakah menurut saudara/i pengelolaan kawasan wisata Danau Rawa Pening ini sudah menjaga kelestarian alamnya? a. Ya, karena……….. b. Tidak 5. Apakah saudara/i senang dengan adanya kawasan wisata ini? a. Ya, karena……….. b. Tidak 6. Setujukah saudara/i apabila tanah milik masyarat dibeli oleh pengelola dan dibangun fasilitas hotel/restoran di kawasan wisata? a. Ya, karena……….. b. Tidak, karena………. 7. Apakah menurut saudara/i ada aktivitas wisata yang mengganggu
kenyaman
masyarakat sekitar? a. Ya, yaitu………… b. Tidak ada D.
Persepsi ekowisata dan sumberdaya alam danau
1. Apakah saudara/i mengerti apa yang dimaksud dengan ekowisata? a. Ya b. Tidak 2. Apakah saudara/i setuju kawasan wisata Danau Rawa Pening dikelola oleh pihak pengelola saat ini (dalam hal ini Pemda setempat)?
109 Lampiran 3. (lanjutan) a. Ya b. Tidak 3. Harapan-harapan yang diinginkan terhadap pengelola kawasan wisata! 4. Potensi sumberdaya alam danau apa saja yang saudara/i ketahui yang dapat dijadikan untuk pengembangan wisata? 5. Menurut saudara/i apakah sumberdaya alam Danau Rawa Pening sudah terjadi kerusakan/pencemaran? a. Ya b. Tidak 6. Apa tanggapan saudara/i bila kawasan ini sudah terjadi kerusakan/ pencemaran? 7. Harapan-harapan saudara/i terhadap pengelola mengenai kerusakan/pencemaran yang terjadi. 8. Apa yang dilakukan saudara/i dalam mengurangi kerusakan/pencemaran di kawasan wisata?
110 Lampiran 4.
Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan wisata Danau Rawa Pening
1. Riwayat singkat kawasan wisata Danau Rawa Pening 2. Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata Danau Rawa Pening 3. Pemanfaatan yang telah dilakukan pengelola terhadap kawasan wisata 4. Pengelolaan objek wisata yang sudah berjalan hingga saat ini, konsep wisata yang dijalankan dan pembatasan mengenai daya dukung kawasan 5. Kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan kawasan wisata 6. Aliran kebijakan wewenang/peraturan pengelolaan kawasan wisata dari pusat hingga sampai ke lapangan 7. Rencana pengembangan yang sudah ada dan akan dilakukan 8. Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan 9. Permasalahan
atau kendala yang terjadi dalam pengelolaan kawasan wisata
termasuk saat di lapangan. 10. Solusi atau tindakan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kawasan 11. Kerjasama yang sudah dilakukan untuk pengembangan pengelolaan wisata 12. Pengelola setuju atau tidak untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola kawasan wisata? (Jika ya, dalam bentuk apa saja?) 13. Anggaran/ biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan utnuk pengelolaan wisata 14. Pendapatan yang diperoleh 15. Jumlah karyawan/ pegawai, tingkat pendidikan dan pendapatan 16. Jumlah wisatawan dalam satu tahun terakhir 17. Objek-objek wisata yang mengelilingi atau berdekatan dengan kawasan objek wisata Bukit Cinta dan Danau Rawa Pening 18. Pengaruh objek wisata lain yang berdekatan dengan Danau Rawa Pening 19. Peta-peta kawasan 20. Sumberdaya alam danau yang belum dimanfaatkan secara optimal 21. Apakah setuju dengan konsep ekowisata dan pembatasan jumlah pengunjung?
111 Lampiran 5. Panduan wawancara instansi terkait 1. Pendapat tentang keberadaan Kawasan wisata Danau Rawa Pening 2. Pendapat tentang kondisi Kawasan wisata Danau Rawa Pening saat ini 3. Rencana pengembangan Pemerintah Desa Kabupaten Semarang yang sednag dan akan dilakukan terhadap pengelolaan kawasan wisata Danau Rawa Pening (khusus wawancara dendan Pemda Kabupaten Semarang 4.
Kondisi sarana dan prasarana ekonomi, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan keamanan, serta budaya masyarakat setempat
5. Permasalah yang ada dalam masyarakat dan tingkat pengangguran 6. Tindakan/usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi 7. Potensi yang dimilki masyarakat seputar budaya atau keterampilan khas dan unik yang dapat dikembangkan 8. Pendapat mengenai kelestarian lingkungan sekitar dikaitkan dengan adanya pengelolaan kawasan wisata Danau Rawa Pening 9. Pendapat mengenai dampak positif dari adanya kawasan wisata Danau Rawa Pening 10. Pendapat mengenai dampak negatif dari adanya kawasan wisata Danau Rawa Pening 11. Setuju atau tidak Danau Rawa Pening dijadikan kawasan wisata 12. Harapan/keinginan bagi pengelolaan kawasan wisata air yang berkelanjutan 13. Apakah mau mendukung pengembangan wisata sesuai dengan kompetensi dari instansi yang terkait?
112 Lampiran 6.
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
PARAMETER
SATUAN
KELAS III
KETERANGAN
I
II
IV
°C
Dev 3
dev 3
dev 3
dev 3
mg/L
1000
1000
1000
1000
FISIKA Temperatur Residu terlarut Residu tersusupensi
mg/L
50
50
400
Deviasi temperatur dari kondisi alamiahnya
400
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤5000 mg/L Apabila secara alamiah dan rentang waktu tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
KIMIA ANORGANIK pH
mg/L
6-9
6-9
6-9
5-9
BOD COD DO Total fosfat sebagai P NO3 sebagai N
mg/L mg/L mg/L
2 10 6
3 25 4
6 50 3
12 100 0
mg/L
0,2
0,2
1
5
mg/L
10
10
20
20
NH3
mg/L
0,5
(-)
(-)
(-)
Arsen Kobalt Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,05 0,2 1 1 0,01 0,01 0,05
1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,05
1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,05
1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,01
Tembaga
mg/L
0,02
0,02
0,02
0,02
Besi
mg/L
0,3
(-)
(-)
(-)
Timbal
mg/L
0,03
0,03
0,03
(-)
Mangan Air raksa
mg/L mg/L
0,1 0,001
(-) 0,002
(-) 0,002
(-) 0,005
Seng
mg/L
0,05
0,05
0,05
2
Khlorida Sianida Fluorida
mg/L mg/L mg/L
600 0,02 0,5
(-) 0,02 1,5
(-) 0,02 1,5
(-) (-) (-)
Nitrit sebagai N
mg/L
0,06
0,06
0,06
(-)
Sulfat
mg/L
400
(-)
(-)
(-)
Khlorin bebas
mg/L
0,03
0,03
0,03
(-)
Angka batas minimum
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan peka ≤ 0,02 mg/L
Bagi pengolahan air minum konvensional, Cu ≤ 1 mg/L Bagi pengolahan air minum konvensional, Fe ≤ 5 mg/L Bagi pengolahan air minum konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/L
Bagi pengolahan air minum konvensional, Zn≤5 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2N≤1 mg/L Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
113 Lampiran 6. (lanjutan) PARAMETER
SATUAN I
Belerang sebagai H2S
II
KELAS III
KETERANGAN IV
mg/L
0,002
0,002
0,002
(-)
µg/L
1000
1000
1000
(-)
µg/L
200
200
200
(-)
µg/L
1
1
1
(-)
µg/L µg/L µg/L µg/L
210 17 3 2
210 (-) (-) 2
210 (-) (-) 2
(-) (-) (-) 2
µg/L
18
(-)
(-)
(-)
µg/L µg/L µg/L µg/L
56 35 1 5
(-) (-) 4 (-)
(-) (-) 4 (-)
(-) (-) (-) (-)
Fecal coliform
jml/100ml
100
1000
2000
2000
Total coliform
jml/100ml
1000
5000
10000
10000
KIMIA ORGANIK Minyak dan lemak Deterjen sebagai MBAS Senyawa Fenol sebagai Fenol BHC Aldrin/Dieldrin Chlordane DDT Heptachlor dan Heptachlor epoxide Lindane Methoxychlore Endrin Toxaphan MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤2000 jml/100 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, total coliform ≤10000 jml/100
RADIOAKTIVITAS Gross-A
Bq/L
0,1
0,1
0,1
0,1
Gross-B
Bq/L
1
1
1
1
Keterangan: Kelas I : Air baku air minum Kelas II : Air baku sarana rekreasi, peternakan, pembudidayaan ikan air tawar dan pertamanan Kelas III : Air baku peternakan, pembudidayaan ikan air tawar, pertamanan Kelas IV : Air baku mengairi pertanaman Mg : milligram µg/L : microgram mL : milliliter L : liter Bq : bequerel MBAS : Methylene Blue Activa Sunstance ABAM : Air Baku Untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut, kecuali untuk pH dan DO Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum Nilai DO merupakan batas minimum Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil
114
Lampiran 7. Peta pengamatan kesesuaian wisata Di Danau Rawa Pening
114 115
115 Lampiran 8.
Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori wisata danau Kategori Baik
Bobot
Parameter
Kategori Cukup Baik
Skor
Skor
Kategori Buruk
Skor
Berkemah a. Lebar tepi Danau(m)
5
x≥8
3
4≤x<8
2
1≤x<4
1
b.Pemandangan (objek view)
5
Danau, hutan, pegunungan, sungai
3
tiga dari empat pemandangan
2
dua dari empat pemandangan
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
Kelapa,cemara, akasia
3
Kelapa
2
Semak belukar rendah
1
5
Rumput
3
Tanah liat
2
Lumpur
1
e. Kecepatan arus (m/s) Perahu
1
0<x≤0,15
3
0,15<x≤0,45
2
x<1 ; x>5
1
a. Warna perairan
1
Hijau jernih
3
Hijau kecokelatan
2
b. Bau c. Kedalaman perairan (m)
3 5
Tidak berbau 1≤x<3
3 3
Sedikit berbau 3≤x<5
2 2
3
Kelapa,cemara, akasia
3
Kelapa
2
e. Kecepatan arus (m/s) Memancing a. Kelimpahan ikan b. Jenis ikan c. Kedalaman perairan (m) Duduk santai a. Lebar tepi Danau (m)
5
0<x≤0,15
3
0,15<x≤0,30
2
Cokelat kehitaman Berbau 3<x≤4 Semak belukar rendah 0,30<x≤0,50
5 4 3
Sangat banyak Lebih dari 4 1≤x<3
3 3 3
Banyak 2-3 3≤x<5
2 2 2
Sedikit <2 x<1 ; x>5
1 1 1
1
3
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau d. Hamparan dataran
5
3
2
1≤x<4 Satu dari 4 pemandangan Belukar tinggi
1
5
1≤x<8 2-3 dari 4 pemandangan 1 dari 3
2
b. Pemandangan (objek view)
x≥8 Danau, hutan, pegunungan, sungai Kelapa,cemara, akasia
3
Rumput/pasir
3
Tanah liat
2
Lumpur/batu
1
e. Biota Berbahaya
3
Tidak ada
3
1 jenis
2
>1 jenis
1
d. Hamparan dataran
d. Vegetasi yang hidup di tepi
danau
3
2
1 1 1 1 1
1 1
116 Lampiran 8. (lanjutan) Parameter
Kategori Baik
Bobot
Kategori Cukup Baik
Skor
Skor
Kategori Buruk
Skor
Outbound a. Lebar tepi Danau (m) b. Hamparan dataran
5
x≥8
3
4≤x<8
2
1≤x<4
1
1
Rumput/pasir
3
Tanah liat
2
lumpur
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
Kelapa,cemara, akasia
3
Kelapa
2
d. Biota Berbahaya Sumber: Yulianda (2007) Keterangan kategori: Sangat Sesuai : 83 – 100 % Sesuai : 50 - < 83 % Sesuai bersyarat : 17- < 50 % Tidak sesuai : <17%
3
Tidak ada
3
1 jenis
2
Semak belukar rendah >1 jenis
1 1
116
117 Lampiran 9.
Beberapa kualitas air sungai yang masuk (inflow) Danau Rawa Pening bulan Agustus tahun 2008 berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
1. Sungai Galeh No.
Parameter
FISIKA 1. Temperatur 2. Residu Terlarut Residu 3. Tersuspensi 4. Kondutivity 5. Turbidity Natrium Clorida 6. (NaCl) Oksigen Terlarut 7. (DO) KIMIA 1. pH 2. Arsen (As) 3. Raksa (Hg) 4. Barium (Ba) 5. Kadmium (Cd) 6. Tembaga (Cu) 7. Seng (Zn) 8. Krom (Vl) 9. Timbal (Pb) 10. Besi (Fe) Total Fosfat 11. sebagai P 12. Kobalt (Co) 13. Sulfida (H2S) 14. Sianida (CN) 15. Mangan (Mn) 16. Nitrat (NO3-N) 17. Nitrit (NO2-N) 18. Fenol 19. Amoniak Bebas 20. Sulfat (SO4) 21. Minyak & Lemak 22. Klorida 23. BOD5 24. COD
Satuan
Kelas I
Baku Mutu Air Kelas II Kelas III
Kelas IV
Hasil Analisis
0C mg/l
Deviasi 3 1000
Deviasi 3 1000
Deviasi 3 1000
Deviasi 5 1000
23,1 104
mg/l
50
50
400
400
5
ms/m NTU
-
-
-
-
0,60 6
%
-
-
-
-
0
mg/l
6
4
3
0
7,2
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6-9 0,05 0,001 1 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 0,3
6-9 1 0,002 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 -
6-9 1 0,002 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 -
5-9 1 0,005 0,01 0,02 2 1 1 -
6,5 <0,002 <0,001 <0,1 <0,01 <0,02 <0,05 0,0001 <0,03 <0,01
mg/l
0,2
0,2
1
5
0,0886
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
0,2 0,002 0,02 0,1 10 0,06 1 0,5 400 1000 600 2 10
0,2 0,002 0,02 10 0,06 1 1000 3 25
0,2 0,002 0,02 20 0,06 20 1000 6 50
0,2 20 20 1000 12 100
<0,05 0,0019 <0,002 0,1699 0,2418 0,065 <0,5 6,3288 52,76 0,17 37,49 130 321,43
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisa laboratorium, parameter yang melampaui baku mutu air sungai kelas II untuk perairan tersbut diatas adalah Sulfida, Nitrit, BOD, dan COD.
118 Lampiran 9. (lanjutan) 2. Sungai Rengas No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu Air Kelas II Kelas III
Kelas I
Kelas IV
Hasil Analisis
FISIKA 1.
Temperatur
2.
Residu Terlarut Residu Tersuspensi Kondutivity Turbidity Natrium Clorida (NaCl) Oksigen Terlarut (DO)
3. 4. 5. 6. 7. KIMIA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
pH Arsen (As) Raksa (Hg) Barium (Ba) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Krom (Vl) Timbal (Pb) Besi (Fe) Total Fosfat sebagai P Kobalt (Co) Sulfida (H2S) Sianida (CN) Mangan (Mn) Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO2-N) Fenol Amoniak Bebas Sulfat (SO4) Minyak & Lemak Klorida BOD5 COD
mg/l
1000
Deviasi 3 1000
mg/l
50
50
400
400
16
ms/m NTU
-
-
-
-
0,82 4
%
-
-
-
-
0
mg/l
6
4
3
0
6,2
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6-9 0,05 0,001 1 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 0,3
6-9 1 0,002 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 -
6-9 1 0,002 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 -
5-9 1 0,005 0,01 0,02 2 1 1 -
7,0 <0,002 <0,001 <0,1 <0,01 <0,02 <0,05 0,0001 <0,03 <0,01
mg/l
0,2
0,2
1
5
0,0785
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
0,2 0,002 0,02 0,1 10 0,06 1 0,5 400 1000 600 2 10
0,2 0,002 0,02 10 0,06 1 1000 3 25
0,2 0,002 0,02 20 0,06 20 1000 6 50
0,2 20 20 1000 12 100
<0,05 0,0050 <0,002 0,3442 0,2782 0,0045 <0,5 6,3288 52,76 0,17 37,49 130 321,43
0C
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 5
28
1000
1000
520
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisa laboratorum, parameter yang melampaui baku mutu air sungai kelas II untuk air tersebut di atas adalah Sulfida, BOD, dan COD.
119 Lampiran 9. (lanjutan) 3. Sungai Panjang No.
Parameter
FISIKA 1. Temperatur 2. Residu Terlarut 3. Residu Tersuspensi 4. Kondutivity 5. Turbidity 6. Natrium Clorida (NaCl) 7. Oksigen Terlarut (DO) KIMIA 1. pH 2. Arsen (As) 3. Raksa (Hg) 4. Barium (Ba) 5. Kadmium (Cd) 6. Tembaga (Cu) 7. Seng (Zn) 8. Krom (Vl) 9. Timbal (Pb) 10. Besi (Fe) 11. Total Fosfat sebagai P 12. Kobalt (Co) 13. Sulfida (H2S) 14. Sianida (CN) 15. Mangan (Mn) 16. Nitrat (NO3-N) 17. Nitrit (NO2-N) 18. Fenol 19. Amoniak Bebas 20. Sulfat (SO4) 21. Minyak & Lemak 22. Klorida 23. BOD5 24. COD
Kelas I
Baku Mutu Air Kelas II Kelas III
Kelas IV
Hasil Analisis
mg/l mg/l
Deviasi 3 1000 50
Deviasi 3 1000 50
Deviasi 3 1000 400
Deviasi 5 1000 400
26,2 540 11
ms/m NTU %
-
-
-
-
4,38 8 0,006
mg/l
6
4
3
0
6,2
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6-9 0,05 0,001 1 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 0,3 0,2
6-9 1 0,002 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 0,2
6-9 1 0,002 0,01 0,02 0,05 0,05 0,03 1
5-9 1 0,005 0,01 0,02 2 1 1 5
7,0 <0,002 <0,001 <0,1 <0,001 <0,02 <0,05 <0,0001 <0,03 <0,01 <0,0955
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
0,2 0,002 0,02 0,1 10 0,06 1 0,5 400 1000 600 2 10
0,2 0,002 0,02 10 0,06 1 1000 3 25
0,2 0,002 0,02 20 0,06 20 1000 6 50
0,2 20 20 1000 12 100
<0,05 <0,0018 <0,002 <0,1373 <0,1890 0,0039 <0,5 <0,1 19,76 0,13 12,49 3 14,23
Satuan 0C
Kesimpulan : Berdasarkan analisa laboratorium, untuk sampel air tersebut diatas semua parameter memenuhi baku mutu air sungai kelas II.
120 Lampiran 10. Jumlah wisatawan objek wisata Danau Rawa Pening Tahun 2008
2009
Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Wisatawan 748 1401 1613 1703 1733 1430 883 2662 1200 1224 994 1062 1372
121 Lampiran 11. Aktivitas masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening
Penangkap ikan
Berdagang
Pencari eceng gondok
Hasil kerajinan eceng gondok
Penambang gambut
Lahan pasang surut
122 Lampiran 12. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan jenis pekerjaan Kategori Ibu rumah tangga Buruh tani Petani Pedagang/wiraswasta Pengrajin PNS TNI/Polri Penjahit Montir Sopir Karyawan swasta Kontraktor Tukang kayu Tukang batu Guru swasta
Jumlah
Persentase (%) 973 473 202 304 196 121 219 56 35 92 375 8 90 52 75
29,75 14,46 6,18 9,30 5,99 3,69 6,69 1,72 1,08 2,80 11,46 0,25 2,74 1,59 2,29
123 Lampiran 13. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan pendidikan Kategori Buta huruf Tidak tamat SD/ Sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D-1 Tamat D-2 Tamat D-3 Tamat S-1 Tamat S-2 Tamat S-3 Belum sekolah dan taman kanak-kanak
Jumlah
Presentasi (%) 81 596 996 882 782 106 127 181 215 4 2 110
1,98 14,60 24,40 21,60 19,17 2,60 3,11 4,44 5,26 0,10 0,05 2,69
124 Lampiran 14. Fasilitas di objek wisata Danau Rawa Pening
Warung makanan
Media informasi jenis ikan di Rawa Pening
Taman bermain
Lahan parkir
Toko souvenir
125 Lampiran 15. Kelimpahan fitoplankton di Danau Rawa Pening Kelas Bacillariophyceae
Genus Achananthes sp. Flagillaria sp. Melosira sp. Rhizosolenia sp. Nitzchia sp. Chaetoceros sp. Skeletonema sp. Coscinodiscus sp. Asterionella sp. Synedra sp. Thalassionema sp. Thalassiotrix sp. Biddulphia sp. Pleurosigma sp. Navicula sp. Thalassiora sp. Dinophyceae Peridium sp. Ceratium sp. Prorocentrum sp. Alexandrium sp. Gymnodinium sp. Dinophysis sp. Cyanophyceae Anabaena sp. Oscillatoria sp. Merismopedia sp. Protococcus sp. Spirulina sp. Chlophyceae Chlorella sp. Ankistrodesmus sp. Pediastrum sp. Staurastrum sp. Tetraedron sp. Zygnema sp. Sumber : Data Primer Diolah 2009
Kelimpahan plankton (sel/l) 425 17.628 235 153 258 102 203 112 81 507 282 118 231 183 3.876 835 456.890 1.245 98 829 231 3.762 2.319 2.341 87 279 1.154 871 1.247 276 274 982 1.253
126 Lampiran 16. Beberapa jenis tumbuhan air di Danau Rawa Pening
Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Teratai (Nymphaea pubescens)
Kiyambang (Salvinia cucculata)
Eceng kebo (Monochoria hastata)
Ganggang rante (Hydrila verticillata)
Kiyambang (Salvinia molesta)
Rumput-rumputan ( Scirpus grossus)
Gulma itik (Lemna perpusilla)
Mendong ( Fimbristylis globulosa)
Rumput katak (Limnobium spongia)
127 Lampiran 16. (lanjutan)
Kapu-kapu (Pistia stratiotis)
Kekal rerumputan (Typha latifolia)
Teki-tekian (Sacciolepis interupta)
128 Lampiran 17. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Danau Rawa Pening
Mujair (Oreochromis mossambicus)
Sepat rawa (Trichogaster pectoralis) http://www.google.co.id/i mgres?imgurl=http://ww w.aquafish.net/imgs/fish/snakesk in-Trichogaster -profile.jpg
Wader (Puntius binotatus) http://www.google.co.id/imgres ?imgurl=http://www.aquafish.net/imgs/fish/snakeskinNilem Puntius binotatus -profile.jpg (Osteochilus hasselti)
Lele (Clarias batrachus)
Nila (Oreohromis niloticus)
Tawes (Puntius javanicus) Wader andong (Rasbora spp.) http://www.google.co.id/imgre s?imgurl=http://www.aquafish.net/imgs/fish/snakeskinRasbora -profile.jpg
Gurame (Osphronemous gouramy)
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Sepat siam (Trichogaster trichogaster) Betik http://www.google.co.id/imgre (Anabas testudineus) s?imgurl=http://www.aqua- www.fisheries. Gov.bd fish.net/imgs/fish/snakeskinTrichogaster -profile.jpg
Gabus (Ophiocephalus sriatus)
Belut (Monopterus albus)
Koan (Ctenopharngodon idella) http://www.google.co.id/im gres?imgurl=http://marketi ng.sragenkab.go.id/images/ koan.jpg
129
Lampiran 18. Karakteristik masyarakat sekitar kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening berdasarkan 30 contoh orang A. Data Pribadi 1. Nama responden Nama Gatot Purwanto Slamet Kusumaningsih Hasman K. Rini Nino Santoso Yudi Nana Nurulda Tutik Nurmawati Pandiman Yanto H. Wartini Kusmantoro Sutrisno Endang Suparni Aji A.W Susi Sarjito Panji Wati Andika Masrul Bagus Affandi Satino Siti
2.
Jenis kelamin 31 34 55 39 38 48 57 41 54 40 49 29 45 37 25 35 54 47 23 17 30 35 16 29 37 27 17 37 48 28
L L P L P L L L P L P P L L P L L P P P P L L P L L L L L P
Jenis kelamin Rasio jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
3.
Umur (tahun)
Jumlah contoh (orang) 18 12 30
Persentase (%) 60 40 100
Jumlah contoh (orang) 9 11 9 1 30
Persentase (%) 30 37 30 3 100
Tingkat pendidikan Pendidikan terakhir SD SMP SMA S1 Jumlah
130
Lampiran 18. (lanjutan) 4.
Kelompok umur Kelompok umur (tahun) 16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 >50 Jumlah
5.
Jumlah contoh (orang) 3 2 5 4 6 2 4 4 30
Persentase (%) 10 7 17 13 20 7 13 13 100
Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%)
Ibu rumah tangga
3
10
Karyawan
6
20
Pelajar
2
7
10
33
Petani
4
13
PNS
3
10
Serabutan
2
7
30
100
Wiraswasta
Jumlah
6. Pendapatan per bulan Pendapatan per bulan < Rp.500.000,00 Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 Rp.1.000.000,00 s/d Rp.2.000.000,00 > Rp.2.000.000,00 Jumlah
B. 1.
Jumlah contoh (orang) 6 9 7 3 30
Persentase (%) 24 36 28 12 100
Manfaat dan pengaruh wisata berdasarkan 30 contoh orang Manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar adanya wisata Manfaat yang diperoleh
Kondisi jalan menjadi baik Membuka lapangan kerja/ada kesempatan berusaha Bisa berinteraksi dengan wisatawan Tidak ada manfaat yang dirasakan Jumlah
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 2 24 4 0 30
7 80 13 0 100
131
Lampiran 18. (lanjutan) 2.
Bentuk kerjasama/bantuan yang dilakukan pengelola dengan masyarakat Jumlah contoh (orang)
Bentuk kerjasama Terbukanya lapangan pekerjaan Tidak ada bantuan apa-apa Bantuan modal untuk usaha di sekitar kawasan wisata Lainnya Jumlah
3.
24 6 0 0 30
Jumlah contoh (orang)
Terpengaruhnya kehidupan masyarkat oleh perilaku wisatawan Kotornya kawasan Tercemarnya perairan Tingkat keamanan masyarakat terganggu Tidak ada kekhawatiran apa-apa Lainnya Jumlah
1.
Jumlah contoh (orang) 15 11 4 30
1.
15
50
10 3 2 0 0 30
33 10 7 0 0 100
Persentase (%) 50 37 13 100
Keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan Danau Rawa Pening Keterlibatan masyarakat sekitar Ya Tidak Jumlah
D.
Persentase (%)
Aktivitas masyarakat di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening berdasarkan 30 contoh orang Aktivitas masyarakat sekitar Danau Rawa Pening Aktivitas masyarakat Bekerja Berdagang Lainnya Jumlah
2.
80 20 0 0 100
Pengaruh/dampak yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Pengaruh/dampak yang dirasakan
C.
Persentase (%)
Jumlah contoh (orang) 27 3 30
Persentase (%) 90 10 100
Persepsi dan pendapat masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Persepsi masyarakat senang/tidak adanya kawasan wisata Senang/tidak adanya kawasan wisata Ya Tidak Jumlah
Jumlah contoh (orang) 30
Persentase (%) 100
0 30
0 100
132
Lampiran 18. (lanjutan) 2.
Persepsi masyarakat tentang ada/tidaknya aktivitas wisata yang mengganggu kenyamanan
Ada/tidaknya aktivitas wisata yang menggangu Ya Tidak ada Jumlah
3.
1.
0 100 100
Pendapat masyarakat setuju/tidak kawasan wisata dikelola Pemda setempat Jumlah contoh (orang) 30 0 30
Persentase (%) 100 100
Persepsi ekowisata dan sumberdaya alam danau berdasarkan 30 contoh orang Mengerti tidaknya masyarakat terhadap persepsi ekowisata Persepsi ekowisata
Paham Tidak paham Jumlah
2.
Persentase (%) 0 30 30
Setuju/tidak dikelola Pemda setempat Setuju Tidak setuju Jumlah
E.
Jumlah contoh (orang)
Jumlah contoh (orang) 2 28 30
Persentase (%) 7 93 100
Persepsi masyarakat terhadap Danau Rawa Pening terjadi pencemaran/tidak.
Persepsi terjadinya pencemaran/tidak Ya Tidak Jumlah
Jumlah contoh (orang) 25 5 30
Persentase (%) 83 17 100
133
Lampiran 19. 1.
Karakteristik wisatawan kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening berdasarkan 30 contoh orang
Nama responden Nama Achmad M Andi Bram Cholil S Deby Yolanda Desi Dwi S Edy B. Erna Faisal Arif Habib Hayati Silakati Ika Indra Setiawan Iryanto Puji Astuti Renaldo Rini Sardono Siti Qoyimah Sri Nikmah Sudaryanto Suliani Sumarno Susanto Tutik H Vincentia Winarni Wulansari Yona Pramudya S
2.
Jenis Kelamin L P L L P P P L P L L P P L L P P P L P P L P L L P P P P P
Jenis kelamin Rasio jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
3.
Umur (tahun) 23 25 22 27 29 28 21 30 18 20 18 21 27 28 46 31 45 25 51 48 20 35 16 23 40 26 18 40 21 18
Jumlah contoh (orang) 12 18 30
Persentase (%) 40 60 100
Kelompok umur Kelompok umur (tahun) 16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 >50 Jumlah
Jumlah contoh (orang) 7 8 7 2 2 1 2 1 30
Persentase (%) 23 27 23 7 7 3 7 3 100
134
Lampiran 19. (lanjutan) 4.
Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan
SD SMP SMA S1 Jumlah
5.
Pekerjaan
Persentase (%) 7 10 27 13 6 27 10 100
Jumlah contoh (orang) 9 14 7 0 30
Persentase (%) 30 47 23 0 100
Motivasi wisatawan Informasi mengenai kawasan Objek wisata Danau Rawa Pening Informasi mengenai kawasan wisata Teman Radio/televisi Leaflet/brosur Lainnya Jumlah
2.
Jumlah contoh (orang) 2 3 8 4 2 8 3 30
Pendapatan per bulan Pendapatan per bulan < Rp.500.000,00 Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 Rp.1.000.000,00 s/d Rp.2.000.000,00 > Rp.2.000.000,00 Jumlah
A. 1.
Persentase (%) 6 7 70 17 100
Pekerjaan
Pelajar Buruh Karyawan Mahasiswa PNS Wiraswasta Lainnya Jumlah
6.
Jumlah contoh (orang) 2 2 21 5 30
Jumlah contoh (orang) 21 0 1 8 30
Persentase (%) 70 0 3 27 100
Tujuan berkunjung ke objek wisata Danau Rawa Pening
Tujuan berkunjung Menikmati keindahan alam Mengisi waktu luang Menghilangkan stress dari aktifitas keseharian Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan Lainnya Jumlah
Jumlah contoh (orang) 3 2 16 1 4 30
Persentase (%) 11 8 62 4 15 100
135
Lampiran 19. (lanjutan) 3.
Alasan pengunjung datang ke Danau Rawa Pening Alasan pengunjung datang Aksesibilitasnya yang mudah Biaya murah Fasilitas lengkap Lainnya Jumlah
4.
Jumlah contoh (orang) 6 16 8 0 30
Pengaruh kunjungan wisatawan karena adanya objek wisata lain Pengaruh adanya objek wisata lain Ya Tidak Jumlah
B. 1.
Jumlah contoh (orang) 4 10 14 2 30
Persentase (%) 13 33 47 7 100
Jumlah contoh (orang) 5 2 4 15 4 30
Persentase (%) 17 7 13 50 13 100
Pendapat wisatawan mengenai harga tiket masuk Harga tiket
Jumlah contoh (orang)
Mahal Sedang Murah Jumlah
4.
Persentase (%) 67 33 100
Hambatan dalam mencapai Danau Rawa Pening
Hambatan datang Kondisi jalan yang menuju kawasan wisata Lalu lintas yang sering macet Tiket masuk yang terlalu mahal Tidak ada waktu luang Lainnya Jumlah
3.
Jumlah contoh (orang) 20 10 30
Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas, dan lingkungan di Danau Rawa Pening Tingkat kepuasan wisatawan terhadap Objek Wisata Rawa Pening Tingkat kepuasan Sangat puas Puas Cukup puas Tidak puas Jumlah
2.
Persentase (%) 20 53 27 0 100
4 1 25 30
Persentase (%) 14 3 83 100
Pendapat wisatawan mengenai kelengkapan fasilitas Kelengkapan fasilitas Cukup lengkap Tidak lengkap Jumlah
Jumlah contoh (orang) 13 17 30
Persentase (%) 43 57 100
136
Lampiran 19. (lanjutan) 5.
Pendapat wisatawan mengenai fasilitas yang perlu dibenahi/dibangun
Fasilitas yang perlu dibenahi/dibangun Tempat sampah Toilet Tempat ibadah Tempat duduk Warung penjualan makanan Toko aksesoris Penunjuk jalan Wartel Taman bermain anak Penginapan Lainnya Jumlah
6.
Jumlah contoh (orang) 7 5 10 0 0 1 1 2 2 3 0 30
Pendapat wisatawan mengenai kekurangan di kawasan wisata Danau Rawa Pening
Kekurangan di kawasan wisata Kenyamanan kurang karena sampah Pelayanan kurang ramah Jenis aktifitas wisata kurang beraneka ragam Fasilitas kurang Kenyamanan kurang karena ramai Lainnya Jumlah
C. 1.
Jumlah contoh (orang) 9 0 8 10 3 0 30
Jumlah contoh (orang) 16 14 30
Persentase (%) 53 47 100
Pendapat wisatawan setuju/tidak bila Danau Rawa Pening dijadikan kawasan ekowisata Setuju/tidak dijadikan kawasan ekowisata Ya Tidak Jumlah
3.
Persentase (%) 30 0 27 33 10 0 100
Persepsi wisatawan terhadap ekowisata dan kelestarian lingkungan Danau Rawa Pening Pemahaman wisatawan tentang konsep ekowisata Pemahaman konsep ekowisata Ya Tidak Jumlah
2.
Persentase (%) 23 17 34 0 0 3 3 3 7 20 0 100
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%)
25 5 30
83 17 100
Pendapat wisatawan setuju/tidak adanya pembatasan pengunjung Setuju/tidak adanya pembatasan pengunjung Ya Tidak Jumlah
Jumlah contoh (orang) 25 5 30
Persentase (%) 83 17 100
137
Lampiran 19. (lanjutan) 4.
Pendapat mengenai kenyamanan wisatawan bila kawasan wisata padat pengunjung Harga tiket Nyaman Biasa saja Kurang nyaman Jumlah
5.
Jumlah contoh (orang) 21 5 4 30
Pendapat wisatawan mengenai kelestarian Danau Rawa Pening
Pendapat mengenai kelestarian Danau Rawa Pening Kurang baik Baik Jumlah
6.
Ada kegiatan yang merusak Danau Rawa Pening
100
Jumlah contoh (orang)
Persentase (%) 83 17 100
Aktivitas Wisatawan Jumlah wisatawan saat datang ke objek wisata Danau Rawa Pening Jumlah wisatawan saat datang
Jumlah contoh (orang) 2 13 10 5 30
Persentase (%) 7 43 33 17 100
Jenis kendaraan yang digunakan wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa Pening
Jenis kendaraan Kendaraan pribadi Sewa/carter Kendaraan umum Jalan kaki Jumlah
3.
7 23 30
Persentase (%) 23 77
26 4 30
Sendiri Berdua Keluarga Kelompok/rombongan Jumlah
2.
Jumlah contoh (orang)
Pendapat wisatawan mengenai adanya kegiatan yang merusak Danau Rawa Pening
Ya Tidak Jumlah
D. 1.
Persentase (%) 70 17 13 100
Jumlah contoh (orang) 27 0 2 1 30
Persentase (%) 90 0 7 3 100
Jumlah contoh (orang) 1 24 0 5 30
Persentase (%) 80 3 0 17 100
Perlengkapan yang dibawa wisatawan
Perlengkapan wisatawan Kamera Handycam Tape recorder Lainnya Jumlah
138
Lampiran 19. (lanjutan) 4.
Aktivitas wisatawan
Aktivitas wisatawan Piknik Mancing Fotografi Menikmati keindahan alam Lainnya Jumlah
5.
Jumlah contoh (orang) 5 6 2 1 0 30
Persentase (%) 17 20 7 56 0 100
Keinginan wisatawan untuk kembali lagi ke objek wisata Danau Rawa Pening Keinginan wisatawan datang kembali
Jumlah contoh (orang)
Ya Tidak Jumlah
Persentase (%)
29 1 30
93 7 100
E. Aktivitas yang perlu dibenahi 1. Aktivitas wisata yang perlu diperbaiki atau ditambah Aktivitas wisata yang perlu ditambah/diperbaiki Memancing Berkemah Perahu Duduk santai Lainnya Jumlah
Jumlah contoh (orang) 8 10 1 8 3 30
Persentase (%) 27 33 3 27 10 100
2. Pendapat wisatawan jumlah perahu perlu ditambah/dikurangi Jumlah perahu perlu ditambah/dikurangi Ya Tidak Jumlah
Jumlah contoh (orang) 12 18 30
Persentase (%) 40 60 100
3. Pendapat wisatawan ada/tidaknya aktivitas wisata yang dapat dikembangkan Ada/tidak aktifitas yang dapat dikembangkan Ya Tidak tahu/ada Jumlah
Jumlah contoh (orang) 18 12 30
Persentase (%) 60 40 100
Jumlah contoh (orang) 27 0 3 30
Persentase (%) 90 0 10 100
4. Tempat membuang sampah Tempat membuang sampah Tempat sampah Ke Danau Dibuang begitu saja Jumlah
139
Lampiran 20. Foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa Pening
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
Lokasi 4
Lokasi 5
Lokasi 6
Lokasi 7
Lokasi 8
140
Lampiran 20. (lanjutan)
Lokasi 9
Lokasi 11
Lokasi 10
Lokasi 12
141
Lampiran 21. Perhitungan indeks kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa Pening 1. Perahu Lokasi 1
2
3
4
Parameter
Bobot
a. Warna perairan b. Bau c. Kedalaman perairan (m) d. Vegetasi yang hidup di tepi danau e. Kecepatan arus (m/s) a. Warna perairan b. Bau c. Kedalaman perairan (m) d. Vegetasi yang hidup di tepi danau e. Kecepatan arus (m/s) a. Warna perairan b. Bau c. Kedalaman perairan (m) d. Vegetasi yang hidup di tepi danau e. Kecepatan arus (m/s) a. Warna perairan b. Bau c. Kedalaman perairan (m) d. Vegetasi yang hidup di tepi danau e. Kecepatan arus (m/s)
Skor maksimum
1 3 5 3 5 1 3 5 3 5 1 3 5 3 5 1 3 5 3 5
Skor 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 1 3 3 2 3 1 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2
IKW (%)
78,43
72,55
72,55
62,74
2. Memancing Lokasi 1
2
3
4
Parameter
Bobot
Skor maksimum
Skor
a. Kelimpahan ikan
5
3
1
b. Jenis ikan
4
3
2
c. Kedalaman perairan (m)
3
3
1
a. Kelimpahan ikan
5
3
2
b. Jenis ikan
4
3
2
c. Kedalaman perairan (m)
3
3
1
a. Kelimpahan ikan
5
3
2
b. Jenis ikan
4
3
3
c. Kedalaman perairan(m)
3
3
2
a. Kelimpahan ikan
5
3
3
b. Jenis ikan
4
3
3
c. Kedalaman perairan(m)
3
3
1
IKW (%) 80,56
94,44
77,78
142
Lampiran 21. (lanjutan) 3. Berkemah Lokasi 5
6
7
8
9
10
Parameter
Bobot
Skor maksimum
Skor
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
3
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
3
d. Hamparan dataran
5
3
3
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
1
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
2
d. Hamparan dataran
5
3
1
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
2
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
0
d. Hamparan dataran
5
3
1
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
1
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
1
d. Hamparan dataran
5
3
1
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
2
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
1
d. Hamparan dataran
5
3
2
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
2
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
1
b. Pemandangan (objek view)
5
3
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
2
d. Hamparan dataran
5
3
2
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
2
IKW (%)
73,68
50,88
49,12
45,61
61,40
49,12
143
Lampiran 21. (lanjutan) Lokasi 11
12
Parameter
Bobot
Skor maksimum
Skor
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
3
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
1
d. Hamparan dataran
5
3
3
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
2
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
3
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
3
d. Hamparan dataran
5
3
3
e. Kecepatan arus (m/s)
1
3
2
IKW (%)
78,94
89,47
4. Duduk santai Lokasi 5
6
7
8
9
Parameter
Bobot
Skor maksimum
Skor
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
3
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
3
d. Hamparan dataran
3
3
3
e. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
1
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
2
d. Hamparan dataran
3
3
1
e. Biota berbahaya
3
3
2
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
2
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
0
d. Hamparan dataran
3
3
1
e. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
1
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
1
d. Hamparan dataran
3
3
1
e. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m) b. Pemandangan (objek view)
1 5
3 3
2 2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
1
IKW (%)
86,28
58,82
47,06
54,90
62,75
144
Lampiran 21. (lanjutan) Lokasi
10
11
12
Bobot
Skor maksimum
Skor
d. Hamparan dataran
3
3
2
e. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
1
b. Pemandangan (objek view)
5
3
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
2
d. Hamparan dataran
3
3
2
e. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
3
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
1
d. Hamparan dataran
3
3
3
e. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
1
3
3
b. Pemandangan (objek view)
5
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
5
3
1
d. Hamparan dataran
3
3
3
e. Biota berbahaya
3
3
3
Parameter
IKW (%)
60,78
70,59
70,59
5. Outbound Lokasi 5
6
7
8
Parameter
Bobot
Skor maksimum
Skor
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
3
b. Hamparan dataran
1
3
2
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
3
d. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
1
b. Hamparan dataran
1
3
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
2
d. Biota berbahaya
3
3
2
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
2
b. Hamparan dataran
1
3
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
0
d. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
1
b. Hamparan dataran
1
3
1
c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
3
3
1
d. Biota berbahaya
3
3
3
IKW (%)
69,44
50,00
55,56
50,00
145
Lampiran 21. (lanjutan) Lokasi 9
10
11
12
Parameter
Bobot
Skor maksimum
Skor
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
2
b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
1
3
2
3
3
1
d. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
1
b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
1
3
2
3
3
2
d. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
3
b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi danau
1
3
3
3
3
3
d. Biota berbahaya
3
3
3
a. Lebar tepi danau (m)
5
3
3
b. Hamparan dataran c.Vegetasi yang hidup di tepi danau d. Biota berbahaya
1 3 3
3 3 3
3 1 3
IKW (%)
66,67
61,11
100
83,33
146
Lampiran 22. Kategori kesesuaian wisata masing-masing lokasi di Danau Rawa Pening
Lokasi
Kegiatan berperahu IKW K (%) 78,43 S 72,55 S 72,55 S 62,74 S -
Kegiatan memancing IKW K (%) 80,56 S 94,44 SS 77,78 S 75,00 S -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan: K : Kategori SS : Sangat sesuai (> 83%) S : Sesuai (50% - < 83%) SB : Sesuai bersyarat (17% - < 50%) TS : Tidak sesuai (< 17%)
Kegiatan berkemah IKW K (%) 73,68 S 50,88 S 49,12 SB 45,61 SB 61,40 S 49,12 SB 78,94 S 89,47 SS
Kegiatan duduk santai IKW K (%) 86,28 SS 58,82 S 47,06 SB 54,90 S 62,75 S 60,78 S 70,59 S 70,59 S
Kegiatan outbound IKW K (%) 69,44 S 50,00 S 55,56 S 50,00 S 66,67 S 61,11 S 100 SS 83,33 SS
147
Lampiran 23. Peta kesesuaian wisata perahu di objek wisata Danau Rawa Pening
147
148
Lampiran 24. Peta kesesuaian wisata memancing di objek wisata Danau Rawa Pening
148
149
Lampiran 25. Peta kesesuaian wisata duduk santai di objek wisata Danau Rawa Pening
149
150
Lampiran 26. Peta kesesuaian wisata outbound di objek wisata Danau Rawa Pening
150
151
Lampiran 27. Peta kesesuaian wisata berkemah di objek wisata Danau Rawa Pening
151
152 Lampiran 28. Prediksi waktu yang dibutuhkan (Wp), potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) untuk setiap kegiatan wisata danau
Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan Wp (jam)
Total waktu 1 hari Wt (jam)
∑ Pengunjung (orang)
Unit area (Luas lahan)
0,5
8
8
22.500 m2
Memancing
6
8
1
240 m2
Berkemah
24
24
5
1.000 m2
Duduk santai
3
8
1
10 m2
Outbound
4
8
20
2.500 m2
Perahu
Keterangan Luas danau yang dibutuhkan untuk 8 orang (1 perahu) untuk mengelilingi danau seluas 22.500 m2 Setiap satu oran membutuhkan luas area seluas 240 m2 untuk memancing Luas lokasi yang dibutuhkan untuk 5 orang berkemah seluas 1.000 m2 Luas 1 orang yang dibutukan seluas 10 m2 untuk duduk santai Luas yang dibutuhkan seluas 2.500 m2 untuk 20 orang dalam kegiatan outbound
153 Lampiran 29. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Simbol faktor internal S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5 W6 W7 W8 Total
S1
4 2 3 4 2 2 3 2 2 3 3 3
S2
S3
S4
S5
W1
W2
W3
W4
W5
W6
W7
W8
1
2 4
1 2 1
1 3 1 2
2 2 2 3 3
2 1 1 2 1 1
1 3 1 2 2 1 1
2 2 2 4 3 1 2 4
2 3 1 3 2 1 1 2 1
1 3 1 3 2 1 2 2 2 2
1 3 1 3 3 2 3 2 2 2 2
1 2 1 3 3 1 1 2 2 2 2 2
1 2 1 2 3 1 2 1 1 1 2
4 3 2 3 3 2 3 3 3 3
2 1 2 2 1 1 1 1 1
Simbol faktor eksternal
Total
O1 O2 O3 T1 T2 T3 T4
1 3 2 1 2 2 1 1
3 3 3 3 3 2 3
O1
3 2 3 2 1 3
O2 1
4 3 2 3 3 4
2 1 1 1 2
1 2 2 2 2
O3 1 2 1 1 2 2
3 2 2 2
2 2 2
2 2
2
T1
T2
T3
T4
2 1 4
1 2 3 2
1 1 2 1 2
1 1 2 1 1 2
4 4 4
2 3
2
Total
Total 7 11 16 8 12 14 17 85
17 32 15 34 29 16 26 29 21 26 25 22 26 226
Bobot 0,082 0,129 0,188 0,094 0,141 0,165 0,200 1
Bobot 0,053 0,101 0,047 0,107 0,091 0,050 0,082 0,091 0,066 0,082 0,079 0,069 0,082 1
154 Lampiran 30. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan objek wisata Danau Rawa Pening Faktor Strategis Internal S1, Daya tarik alam S2, Iklim yang sejuk S3, Keanekaragaman hayati perairan S4, Potensi budaya dan legenda/sejarah wisata S5, Dukungan masyarakat W1, Penurunan kualitas air W2, Kondisi perairan tidak stabil W3,Kualitas tenaga kerja yang jumlahnya sedikit dan masih rendah W4,Pengelolaan terhadap perairan yang masih kurang optimal W5,Tingkat kebersihan Danau Rawa Pening masih rendah, W6,Kurangnya prasarana pendukung, W7,Kurang tertatanya vegetasi tumbuhan air dengan baik W8,Volume dan kedalaman air berfluktuatif Total Faktor Strategis Eksternal O1, Letak strategis dan aksesibilitas mudah O2, Keberadaan objek wisata lain O3, Dukungan berbagai instansi terkait terhadap pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening T1, Terjadinya sedimentasi T2, Terjadinya pencemaran T3, Pola pembangunan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan T4, Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening Total
Bobot 0,053 0,101 0,047 0,107 0,091 0,050 0,082 0,091 0,066 0,082 0,079 0,069 0,082 1
Rating 4 3 4 3 3 1 2 1 1 2 2 1 2
Nilai 0,230 0,385 0,212 0,385 0,332 0,050 0,164 0,102 0,071 0,177 0,177 0,084 0,177 2,214
Bobot 0,082 0,129
Rating 4 3
Nilai 0,329 0,388
0,188
3
0,565
0,094 0,141 0,165
1 2 2
0,094 0,282 0,329
0,200 1
3
0,600 2,588
155 Lampiran 31. Aktivitas-aktivitas wisatawan di objek wisata Danau Rawa Pening
Memancing
Duduk santai
Rekreasi perahu
156 Lampiran 32. Kondisi lingkungan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening
Tempat pembakaran sampah
Bangunan liar di pinggiran danau
Tumbuhan air di outlet
Kondisi tumbuhan air
Sampah yang dibuang sembarangan
Genangan minyak di permukaan danau
i