Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL Oleh Lusyana Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang ABSTRAK Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan, bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, daya pelekatan dengan aspal, serta kebersihan. Secara teoritis baik agregat dari batu sungai maupun batu gunung baik digunakan sebagai material perkerasan jalan asalkan memenuhi persyaratan spesifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja properties agregat batu gunung yang memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC agar dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan. Berdasarkan data-data yang diperoleh seperti analisa saringan, berat jenis, pengujian keausan agregat, impact dan crushing, semua menunjukkan bahwa material ini dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Spesifikasi Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batu gunung ini memiliki nilai keausan yang sangat tinggi 39,74%mendekati batas maksimum yang dipersyaratkan (40%). Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan untuk campuran AC-WC lebih besar yaitu 5,75%, disebabkan persentase agregat halus pada campuran AC-WC lebih besar sehingga membutuhkan kadar aspal yang lebih banyak untuk menyelimuti agregat. Kata kunci : batu gunung, properties agregat, AC-WC.
PENDAHULUAN
dibandingkan dengan material yang berasal
Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan
dari
batu
gunung.
Tapi
kemungkinan
adalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan
dijadikan
agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan,
jalan,
bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas,
disyaratkan, dalam penelitian ini memenuhi
kemampuan
persyaratan spesifikasi
menyerap
air,
daya
material
asal
batu
tertutup
kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan
untuk
bahwa
tidak
gunung
konstruksi
memenuhi
bisa
perkerasan
spesifikasi
Kimpraswil
yang
2005.
pelekatan dengan aspal, serta kebersihan.
Terlebih sekarang ini banyak stone crusher
Secara teoritis baik agregat dari batu sungai
yang memproduksi batu pecah yang berasal
maupun batu gunung baik digunakan sebagai
dari batu gunung atau bukit.
material perkerasan jalan asalkan memenuhi persyaratan spesifikasi. Tapi umumnya agregat
Tujuan Penelitian
yang dipakai untuk material perkerasan jalan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
seringkali batu pecah yang berasal dari batu
kinerja properties agregat batu gunung yang
sungai. Batu tersebut dipecah ke di mesin
memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC
pemecah
agar
batu
didapatkan Berdasarkan
(stone
crusher)
ukuran-ukuran beberapa
hingga tertentu.
penelitian
yang
dapat
digunakan
sebagai
material
perkerasan jalan. Penelitian
ini
juga
dimaksudkan
pernah dilakukan untuk kinerja properties
memaksimalkan
batu pecah yang berasal dari batu sungai
sehingga mengurangi ketergantungan terhadap
menunjukkan nilai
batu sungai.
yang lebih baik jika
penggunaan
batu
untuk gunung
1
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 TINJAUAN PUSTAKA
agregat merupakan hal yang penting dalam
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu gunung sehingga
diperlukan
terlebih dahulu
ISSN : 1858-3695
proses
sebelum
dapat
campuran beraspal karena berkaitan dengan kestabilan dari konstruksi jalan.
pengolahan digunakan
Agregat Kasar
sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.
Fraksi agregat kasar adalah yang tertahan
Agregat ini harus melalui proses pemecahan
saringan No.8 (standar ASTM) atau 2,36 mm.
terlebih dahulu supaya diperoleh:
Fungsi agregat kasar dalam campuran panas
Bentuk
partikel
bersudut
diusahakan
dalam campuran juga sebagai pengisi mortar
berbentuk kubus. Permukaan
aspal adalah selain memberikan stabilitas
partikel
kasar
sehingga
sehingga campuran menjadi ekonomis.
mempunyai gesekan yang baik. Gradasi sesuai yang diinginkan.
Agregat Halus Agregat
halus
terdiri
dari
pasir
atau
sebaiknya
pengayakan batu pecah yang lolos saringan
menggunakan mesin pemecah batu (Crusher
No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.200
stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan
(0,075 mm). Fungsi utama agregat halus
dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang
adalah memberikan stabilitas dan mengurangi
ditetapkan.
deformasi permanen campuran melalui friksi
Proses
pemecahan
agregat
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku
yang
digunakan
sebagai
bahan
dan
perilaku
saling
mengunci
partikel-
partikelnya.
campuran, yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan, yang termasuk di dalamnya
Bahan Pengisi (Filler)
antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak
Filler yang digunakan dapat berupa debu batu
dapur tinggi, abu (debu) agregat. Kadar agregat
kapur (limestone dust), abu terbang, semen
dalam campuran beraspal pada umumnya
(PC), abu tanur semen dan abu batu serta
berkisar antara 90 sampai dengan 95 % dari
harus kering dan bebas dari bahan lain yang
berat campuran, atau berkisar antara 75-85 %
mengganggu. Fungsi filler dalam campuran
dari volume campuran. Agregat merupakan
adalah memodifikasi gradasi agregat halus dan
bahan utama yang turut menahan beban yang
bersama-sama
diterima oleh bagian perkerasan jalan, begitu
sebagai pelumas dan mengikat agregat halus
pula dalam pelaksanaan perkerasan, dimana
pada adukan.
digunakan
bahan
dipengaruhi
oleh
pengikat mutu
aspal,
sangat
agregat.
Untuk
aspal
membentuk
adukan
Aspal
menentukan agregat yang baik maka agregat
Aspal adalah suatu material yang berwarna
dapat diklasifikasikan dan diidentifikasi ukuran,
hitam atau coklat tua yang bersifat termoplastis.
kebersihan,
bentuk
Jenis aspal yang umum digunakan di Indonesia
porositas,
adalah aspal dengan penetrasi 60/70 (aspal
komposisi pembentuknya dan kelekatannya
pen 60/70) dan penetrasi 80/100 (aspal pen
terhadap aspal. Oleh sebab itu pemilihan jenis
80/100).
butiran,
kekuatan,
tekstur
kekerasan,
permukaan,
2
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)
Agregat yang digunakan dalam penelitian
Campuran Laston Lapis Aus (AC-Wearing
berasal dari stone crusher dari daerah Laing
Course) merupakan lapisan paling atas dari
Ampang Kualo Kabupaten Solok. Agregat
struktur
kasar, halus dan filler diperoleh dari hasil mesin
perkerasan
yang
berhubungan
langsung dengan roda kendaraan, dengan
pemecah
ukuran maksimum agregat 19 mm. Kekuatan
mendapatkan
lapis
persyaratan ukuran yang diperlukan sesuai
beton
aspal
didapat
dari
gradasi
batu
(stone
crusher),
agregat
yang
untuk
memenuhi
agregatnya yang menerus (Continuous Graded)
spesifikasi.
yang
dilakukan terhadap material agregat kasar,
menjadikan
struktur
agregat
saling
mengunci.
Pengujian
laboratorium
yang
halus (batu pecah), dan filler seperti tercantum pada Tabel 1.
METODOLOGI PENELITIAN Prosedur penelitian ini mengacu kepada Spesifikasi
Campuran
Aspal
Panas
Tabel.1. Pengujian Agregat Kasar, Halus Dan
Departemen Kimpraswil tahun 2005 dengan menggunakan
Standar
Nasional
Filler
Indonesia
(SNI).
Pengujian
Nilai
Agregat Kasar Mulai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan
Studi Literatur
Maks.18%
magnesium sulfat Persiapan Material
Berat jenis dan penyerapan Abrasi dengan mesin Los
Pengujian Agregat Kasar, Halus, Filler
Pengujian Aspal Penetrasi 60/70
Angeles Kelekatan agregat terhadap aspal Angularitas (kedalaman dari
Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Dengan Metoda Marshall untuk campuran AC-WC
permukaan < 10 cm) Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10 cm)
Memenuhi Syarat ?
Tidak
Ya Analisis Data
95/90
80/75 Maks. 25%
Partikel Lonjong
Maks. 10%
Material lolos Saringan No.200
Maks. 1%
Agregat Halus
Material Lolos Saringan No. 200
Selesai
Min. 95%
Partikel Pipih
Nilai Setara Pasir Kesimpulan Dan Saran
Maks. 40%
Min. 50% Maks. 8%
Berat jenis dan penyerapan
Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Penelitian Pengujian Agregat
3
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
Pengujian Aspal
¾”
19
100
100
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini
½”
12,5
90 - 100
95,0
adalah aspal dengan penetrasi 60/70 produksi
3/8”
9,5
Maks.90
85,0
Pertamina. Dipilihnya aspal penetrasi 60/70
No.8
2,36
28 - 58
48,6
adalah
di
No.16
1,18
Indonesia dengan iklim tropis yang panas,
No.30
0,60
sehingga
No.200
0,075
4 - 10
5,5
karena
pertimbangan
perlu
kondisi
diantisipasi
dengan
menggunakan aspal yang mempunyai nilai
DAERAH LARANGAN
penetrasi rendah. Prosedur pengujian material
No.4
4,75
-
-
yang dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian
No.8
2,36
39,1
48,6
No.16
1,18
25,6 - 31,6
38,1
No.30
0,60
19,1 - 23,1
29,0
No.50
0,30
15,5
21,0
aspal seperti disyaratkan dalam spesifikasi yang diperlihatkan pada Tabel 2
Tabel 2. Pengujian Aspal Karakteristik
Syarat
o
Penetrasi, 25 C, 100 gram, 5 detik
60 - 79
Titik Lembek
48 - 58
o
Untuk campuran Laston selain batasan titik kontrol terdapat persyaratan khusus yaitu kurva Fuller dan daerah larangan, kombinasi agregat
Daktilitas 25 C, 5 cm/menit
Min.100
dianjurkan tidak berimpit dengan kurva Fuller
Titik Nyala
Min. 200
yaitu kurva gradasi dimana kondisi campuran
Berat Jenis, pada suhu 25oC
Min. 1
memiliki kepadatan maksimum dengan rongga
Kelarutan Trichloro Ethylene
Min. 99
diantara mineral agregat (VMA) yang minimum,
Maks.0,8
selain itu juga kombinasi agregat dianjurkan
o
Kehilangan Berat, 163 C, 5 jam Penetrasi kehilangan berat
Min. 54
Daktilitas kehilangan berat
Min. 100
menghindari daerah larangan Tabel 4. Ketentuan Sifat – sifat Campuran
Gradasi Agregat Campuran
Laston
Kombinasi gradasi agregat campuran yang
Sifat-sifat Campuran
Laston
digunakan adalah Laston Lapis Aus yang harus
AC-WC
memenuhi batas-batas gradasi agregat seperti
Penyerapan aspal (%)
tercantum pada Tabel 3.
Jumlah tumbukan per
Maks.
1,2 75
bidang Tabel 3. Gradasi Laston Lapis Aus
(AC-
WC) yang diteliti
Rongga dalam campuran (%) Rongga dalam Agregat
% Berat yang Lolos Ukuran Ayakan
ASTM 1”
(mm)
Min.
3,5
Maks.
5,5
Min.
15
(VMA) (%)
LASTON LAPIS AUS
Rongga terisi aspal (%)
Min.
65
(AC-WC) Spesifikasi
Stabilitas Marshall (kg)
Min.
800
Gradasi
Pelelehan (mm)
Min.
3
Rencana
Marshall Quotient (kg/mm)
Min.
250
25
4
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695 dalam campuran beraspal. Pengujian sifat-sifat aspal hanya dilakukan pada kondisi aslinya. Hasil pengujian sifat-sifat aspal diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Aspal Penetrasi 60/70 Jenis
Hasil
Pengujian
Pengujian
Min
Maks
1,030
1
-
62,9
60
79
49
48
58
336
200
-
> 100
100
-
1. Berat Jenis
Persyaratan
2. Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5
Gambar 2. Alat Uji Marshall
detik, 0,1 mm
Agregat dan aspal dipanaskan pada suhu dengan nilai viskositas aspal
170
20
centistokes (cst) dan dipadatkan pada suhu dengan nilai viskositas aspal 280 30 cst pada cetakan berbentuk silinder dengan tinggi 64 mm dan diameter 102 mm.
3. Titik Lembek, o
C
4. Titik Nyala, o
C
5. Daktilitas, 25 ºC, 5 cm/menit, cm
Kadar aspal optimum perkiraan awal (Pb) dihitung berdasarkan formula: Pb = 0,035 ( % CA ) + 0,045 ( % FA ) + 0,18 ( % FF ) + C dimana : CA =
Coarse Aggregate (agregat kasar)
FA =
Fine Aggregate (agregat halus)
FF = Fine Filler (bahan pengisi) C = Konstanta sebesar 0,5 – 1,0 untuk Laston (AC). Perkiraan awal kadar aspal untuk campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) ini adalah 5,5%. Untuk masing-masing kadar aspal disiapkan 3 (tiga) benda uji sehingga total benda uji yang disiapkan adalah 15 sampel.
Pengujian sifat-sifat teknis agregat dilakukan untuk mengetahui
properties dari
agregat
tersebut apakah memenuhi sebagai bahan campuran beraspal panas. Agregat kasar, halus dan filler diperoleh dari hasil mesin pemecah
batu
mendapatkan
(stone agregat
crusher), yang
untuk
memenuhi
persyaratan ukuran yang diperlukan sesuai spesifikasi. Pengujian ini meliputi pengujian terhadap agregat kasar, halus dan filler seperti pengujian
analisa
saringan,
berat
jenis,
crushing, impact, dan keausan. Hasil pengujian properties agregat batu gunung dari daerah Laing dapat dilihat pada Tabel 6. Pengujian berat jenis agregat kasar dan halus dilakukan
HASIL
Pengujian sifat fisik pada material aspal dilakukan untuk mengetahui karakteristik aspal
per fraksi. Berat jenis bulk agregat gabungan (Gsb) untuk campuran AC-WC, diperoleh dari hasil perhitungan penggabungan dari masingmasing fraksi
tersebut.
Hasil
berat
jenis
jenis penetrasi 60/70 yang akan digunakan
5
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
gabungan adalah 2,558 untuk berat jenis bulk
gradasi campuran AC-WC yang akan dipakai
dan 2,592 untuk berat jenis efektif.
nantinya.
Tabel 6. Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik
Variasi kadar aspal yang digunakan untuk tiap
Agregat Kasar, Agregat Halus
tipe campuran adalah 4,5% sampai 7,0%,
Karakteristik Agregat
Persyaratan Min
Maks
Hasil
dengan peningkatan kadar aspal sebesar
Pengujian
0,5%. Pencampuran benda uji dilakukan pada temperatur 165
Agregat Kasar Penyerapan, %
-
3
0,732
dengan
o
C, selanjutnya dipadatkan
menggunakan
pada temperatur 145
Berat Jenis
Marshall
C, dengan jumlah
- Berat Jenis Bulk
2,5
-
2,684
pemadatan
- Berat Jenis SSD
2,5
-
2,704
masing bidang permukaan benda uji.
2,5
-
2,737
Pada penelitian ini Kadar aspal optimum
- Berat Jenis Apparent
-
40
39,74
Value (AIV), % Aggregate Crushing Value (ACV), %
30
19,91
-
30
22,89
persyaratan
-
3
1,208
spesifikasi.
memenuhi KAO
semua
ditentukan
rentang kadar aspal, yang memenuhi semua
Marshall, VMA, VFA, Stabilitas, Kelelehan dan MQ.
2,5
-
2,480
- Berat Jenis SSD
2,5
-
2,510
2,5
-
2,557
Data dari
pengujian Marshall
untuk
campuran AC-WC dan AC-BC ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall Campuran AC-WC Pada KAOMarshall
Filler Berat Jenis
yang
syarat kriteria campuran beraspal, yaitu : VIM
- Berat Jenis Bulk
Apparent
minimum
dengan metode bar-chart yang merupakan
Berat Jenis
- Berat Jenis
masing-
Kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai
dan -
Agregat Halus Penyerapan, %
untuk
tengah, dari rentang kadar aspal maksimum
% Aggregate Impact
tumbukan
(KAO) yang digunakan adalah KAO Marshall.
Abrasi dengan Mesin Los Angeles,
75
pemadat o
-
-
2,644
Agregat Gabungan AC-WC
Sifat-Sifat
Hasil Pengujian
Campuran Kadar
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
2,209
2,229
2,274
2,298
2,294
V I M, %
8,969
7,486
4,959
3,265
2,798
V M A, %
17,53
17,22
16,00
15,54
16,17
serta pengujian analisa saringan untuk agregat
V F A, %
48,86
56,54
69,00
79,02
82,72
halus ukuran 0-1 cm dari batu pecah dan pasir.
Stabilitas,
Pengujian ini diperlukan untuk pembuatan
kg
- Berat Jenis Bulk
2,5
-
2,558
- Berat Jenis Efektif
2,5
-
2,592
Aspal, % Kepadatan , t/m3
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian analisa saringan untuk tiap-tiap ukuran agregat kasar yang terdiri dari ukuran 2-3 dan 1-2 cm,
726,83 841,92 954,66 1107,05 907,72
6
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 Kelelehan, mm
ISSN : 1858-3695 Analisis Data Pengujian Agregat
2,83
3,27
3,07
3,76
3,15
Untuk hasil dari pengujian sifat-sifat fisik atau karakteristik agregat kasar, agregat halus
MQ,
270,06 278,45 316,40 296,97 298,53
kg/mm
dan filler yang berasal dari batu gunung menunjukkan
Dari
nilai
karakteristik
volumetrik
dan
memenuhi
bahwa
contoh
persyaratan
yang
uji
agregat
ditentukan.
karakteristik Marshall didapat : Kadar Aspal
Berdasarkan data-data yang diperoleh seperti
Optimum (KAO) 5,75% untuk campuran AC-
data analisa saringan, berat jenis, pengujian
WC.
keausan agregat, impact dan crushing, semua menunjukkan
bahwa
material
ini
dapat
PEMBAHASAN
digunakan sebagai bahan perkerasan jalan,
Analisis Data Pengujian Aspal
walaupun ada beberapa data yang didapatkan
Berdasarkan hasil pengujian, aspal yang
hampir mendekati batasan spesifikasi.
digunakan dalam campuran sesuai dengan
Hasil
spesifikasi Kimpraswil 2005. Tapi pengujian
karakteristik agregat kasar, agregat halus dan
aspal yang dilakukan terbatas pada properties
filler yang digunakan dalam campuran seperti
seperti penetrasi, daktilitas, berat jenis, titik
yang diperlihatkan pada Tabel 6, menunjukkan
lembek dan titik nyala. Pengujian ini dilakukan
bahwa contoh uji agregat memenuhi Spesifikasi
pada kondisi asli. Pada pengujian penetrasi
Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batu
diperoleh nilai yang memenuhi range nilai untuk
gunung ini memiliki nilai keausan yang sangat
penetrasi yaitu 62,9 (range nilai 60-79). Untuk
tinggi 39,74% mendekati batas maksimum yang
pengujian daktilitas diperoleh nilai > 100 cm,
dipersyaratkan (40%). Hal ini sangat agak
dimana lebih dari 100 cm aspal yang ditarik
beresiko
dengan mesin penarik belum putus. Dan
campuran beraspal adalah sebagai lapisan aus.
berdasarkan pengujian titik lembek diperoleh
Sehingga apabila agregat dalam campuran
nilai 49 (dengan range nilai 48-58). Pengujian
beraspal memiliki agregat yang cepat aus, akan
yang sangat penting untuk aspal adalah berat
menyebabkan
jenis
akan
permukaan jalan tersebut, yang berakibat
karakteristik
terjadinya slip antara roda kendaraan dengan
campuran terutama penentuan nilai berat jenis
permukaan jalan.Hal ini bisa mengakibatkan
campuran.
kecelakaan pada jalan tersebut apabila dilewati
yaitu
digunakan
1,030, untuk
Berdasarkan disimpulkan
karena
nilai
penentuan
analisa
material
ini
diatas
aspal
yang
dapat diuji
dari
pengujian
karena
sifat-sifat
salah
satu
kurangnya
fisik
fungsi
kekesatan
atau
dari
pada
kendaraan dengan kecepatan tinggi terutama untuk jalan yang lurus.
propertiesnya memenuhi persyaratan sebagai
Untuk itu dalam pengambilan dari batu gunung
material campuran beraspal. Namun mungkin
itu sendiri harus diperhatikan, supaya nilai
akan lebih baik kalau juga dilakukan pengujian
keausan dari batu gunung tersebut tidak
properties
mendekati
aspal
kehilangan berat.
pada
kondisi
setelah
batas
maksimum
yang
dipersyaratkan.
7
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
ISSN : 1858-3695
Tabel 7. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 2-3 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah
Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 14,86 0,74 0,74 1439,58 71,92 72,67 496,20 24,79 97,46 45,64 2,28 99,74 0,22 0,01 99,75 0,34 0,02 99,77 0,14 0,01 99,77 0,17 0,01 99,78 2,80 0,14 99,92 1,59 0,08 100,00 2001,54 100,00
Lolos % 99,26 27,33 2,54 0,26 0,25 0,23 0,23 0,22 0,08
Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 23,15 1,16 1,16 1458,09 72,87 74,03 466,10 23,29 97,32 45,90 2,29 99,62 0,62 0,03 99,65 0,91 0,05 99,69 0,49 0,02 99,72 0,26 0,01 99,73 3,46 0,17 99,91 1,90 0,09 100,00 2000,88 100,00
Lolos % 98,84 25,97 2,68 0,38 0,35 0,31 0,28 0,27 0,09
Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 19,01 0,95 0,95 1448,84 72,40 73,35 481,15 24,04 97,39 45,77 2,29 99,68 0,42 0,02 99,70 0,63 0,03 99,73 0,32 0,02 99,75 0,22 0,01 99,76 3,13 0,16 99,91 1,75 0,09 100,00 2001,21 100,00
Lolos % 99,05 26,65 2,61 0,32 0,30 0,27 0,25 0,24 0,09
Tabel 8 Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 1-2 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah
Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 25,02 1,25 1,25 664,08 33,19 34,44 1246,58 62,31 96,75 44,87 2,24 98,99 2,21 0,11 99,10 3,18 0,16 99,26 2,44 0,12 99,38 9,77 0,49 99,87 2,60 0,13 100,00 2000,75 100,00
Lolos % 100,00 98,75 65,56 3,25 1,01 0,90 0,74 0,62 0,13
Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 30,05 1,50 1,50 625,49 31,27 32,78 1273,31 63,66 96,44 54,68 2,73 99,17 1,64 0,08 99,25 2,65 0,13 99,39 1,81 0,09 99,48 9,22 0,46 99,94 1,26 0,06 100,00 2000,11 100,00
Lolos % 100,00 98,50 67,22 3,56 0,83 0,75 0,61 0,52 0,06
Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 27,54 1,38 1,38 644,79 32,23 33,61 1259,95 62,98 96,59 49,78 2,49 99,08 1,93 0,10 99,18 2,92 0,15 99,32 2,13 0,11 99,43 9,50 0,47 99,90 1,93 0,10 100,00 2000,43 100,00
Lolos % 100,00 98,62 66,39 3,41 0,92 0,82 0,68 0,57 0,10
8
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
ISSN : 1858-3695
Tabel 9. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 0-1 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah
Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 83,93 8,39 8,39 248,01 24,80 33,19 229,93 22,99 56,18 205,62 20,56 76,73 176,75 17,67 94,41 53,50 5,35 99,76 2,45 0,24 100,00 1000,19 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 91,61 66,81 43,82 23,27 5,59 0,24
Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 45,19 4,52 4,52 195,14 19,51 24,03 234,73 23,47 47,50 173,92 17,39 64,89 108,70 10,87 75,76 181,34 18,13 93,89 61,06 6,11 100,00 1000,08 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 95,48 75,97 52,50 35,11 24,24 6,11
Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 64,56 6,46 6,46 221,58 22,15 28,61 232,33 23,23 51,84 189,77 18,97 70,81 142,73 14,27 85,08 117,42 11,74 96,82 31,76 3,18 100,00 1000,14 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 93,54 71,39 48,16 29,19 14,92 3,18
Tabel 10. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk pasir ukuran 0-1 cm Ukuran Ayakan in mm 3/4 19 1/2 12,5 3/8 9,5 #4 4,75 #8 2,36 # 16 1,18 # 30 0,6 # 50 0,3 # 200 0,075 Filler Jumlah
Sampel I Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 58,52 5,84 5,84 223,91 22,36 28,21 212,84 21,26 49,47 228,03 22,77 72,24 201,78 20,15 92,39 74,36 7,43 99,82 1,79 0,18 100,00 1001,23 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 94,16 71,79 50,53 27,76 7,61 0,18
Sampel II Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 33,53 3,72 3,72 158,24 17,57 21,29 123,68 13,73 35,03 175,63 19,50 54,53 117,54 13,05 67,58 204,70 22,73 90,31 87,30 9,69 100,00 900,62 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 96,28 78,71 64,97 45,47 32,42 9,69
Rata-rata Tertahan Kumulatif Berat % % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 46,03 4,84 4,84 191,08 20,09 24,93 168,26 17,69 42,63 201,83 21,22 63,85 159,66 16,79 80,64 139,53 14,67 95,32 44,55 4,68 100,00 950,93 100,00
Lolos % 100,00 100,00 100,00 95,16 75,07 57,37 36,15 19,36 4,68
9
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
Analisis Data Analisa Saringan
untuk campuran AC-WC berdasarkan data
Persentase agregat yang digunakan untuk campuran
AC-WC
berdasarkan
analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 12.
analisa
saringan adalah :
Tabel 12. Gradasi rencana untuk Campuran
Agregat 2-3 = 10%
Agregat 1-2 = 30%
Agregat 0-1 = 45%
ISSN : 1858-3695
AC-WC Campuran AC-WC Ukuran Ag.
Ayakan
0-1
Pasir = 15%
Pasir
Ag. 1-2
ASTM (mm) 0,45
0,15
0,30
45,00
15,00
30,00
9,91
99,91
12,5 45,00
15,00
29,59
2,67
92,25
¾”
Data gradasi campuran diatas didapatkan
½”
Ag. 2-3 Jumlah
19
0,10
saringan
3/8”
45,00
15,00
19,92
0,26
80,18
agregat
No.8
2,36 32,13
11,26
0,28
0,03
43,69
No.16
1,18 21,67
8,61
0,25
0,03
30,55
13,13
5,42
0,20
0,03
18,78
1,43
0,70
0,03
0,01
2,17
No.4
4,75 42,10
14,27
1,02
0,03
57,42
digunakan
No.8
2,36 32,13
11,26
0,28
0,03
43,69
umumnya memenuhi untuk agregat kasar dan
No.16
1,18 21,67
8,61
0,25
0,03
30,55
berdasarkan untuk
perhitungan
masing-masing
analisa kelompok
meliputi agregat 2-3 cm, 1-2 cm dan 0-1 cm
No.30
(untuk batu pecah dan pasir).
Untuk
campuran
berdasarkan
halus
AC-WC
presentase
berdasarkan
mengalami
kekurangan
9,5
0,6
No.200 0,075
terlihat yang
spesifikasi, untuk
filler
bahwa
tetapi
No.30
0,6
13,13
5,42
0,20
0,03
18,78
No.50
0,3
6,71
2,90
0,17
0,02
9,81
yang
dihasilkan dari hasil pemecah batu (stone crusher). Hal ini disebabkan oleh pengaturan pisau pada stone crusher yang yang terlalu besar sehingga butiran agregat yang dihasilkan juga lebih besar. Akan lebih baik kalau dalam pengolahan pemecahan batu di stone srusher juga memperhatikan kebutuhan akan agregat halus dan filler, supaya mutu campuran yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan. Karena kalau agregat halus dan filler yang dihasilkan stone crusher persentasenya sangat kecil, akan membuat kecendrungan dari kontraktor atau pelaksana pekerjaan jalan menggunakan pasir
Analisis Data Pengujian Marshall Campuran AC-WC Berdasarkan pembuatan sampel Marshall untuk campuran AC-WC, untuk karakteristik volumetrik
terlihat
memenuhi
berdasarkan
ketentuan untuk sifat Laston seperti nilai kepadatan, VIM, VMA, dan VFA. Begitu jua untuk
nilai
Marshall
yang
yaitu
ditunjukkan
Stabilitas,
karakteristik
Kelelehan
dan
Marshall Quotient. Sehingga berdasarkan nilainilai tersebut didapatkan nilai Kadar aspal optimum (KAO) 5,75%.
sebagai pengganti material halus. Padahal campuran Laston membatasi penggunaan pasir dalam campuran maksimum 15% dan tidak boleh melewati daerah larangan untuk ukuran agregat halus.. Apabila penggunaan pasir lebih dari 15%, akan menurunkan kinerja dari campuran beraspal tersebut. Gradasi rencana
10
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695 perlu
menjadi
perhatian
mengenai
persentase keausan agregat 39,74% yang mendekati batas maksimum 40%. 2. Berdasarkan pengujian analisa saringan persentase filler untuk campuran ini tidak mencukupi. Akan tetapi untuk campuran AC-WC ini berdasarkan analisa terhadap volumetrik dan karakteristik Marshall, hasil Gambar 3. Penentuan KAO Campuran AC-WC
yang diperoleh masih memenuhi sifat-sifat dari campuran AC-WC dan AC-BC meliputi
Ini
menunjukkan
campuran
AC-WC
yang
memiliki persentase agregat halus yang lebih
nilai VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Kelelehan dan Marshall Quotient.
banyak, pasti akan membutuhkan kadar aspal
3. Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan
yang lebih besar juga untuk menyelimuti
untuk campuran AC-WC yaitu 5,75%. Ini
agregat tersebut. Ini juga menunjukkan bahwa
disebabkan persentase agregat halus pada
pemilihan gradasi yang direncanakan untuk
campuran AC-WC lebih banyak, sehingga
campuran
membutuhkan
AC-WC
dengan
menggunakan
agregat batu gunung dari daerah Laing Solok layak
untuk
digunakan
sebagai
kadar
aspal
yang
lebih
banyak untuk menyelimuti agregat
gradasi
campuran beraspal. Dan agregat dari daerah
SARAN
tersebut
Dan berdasarkan hasil penelitian ini dapat
bisa
digunakan
sebagai
material
bahan perkerasan jalan. Tapi alangkah baiknya
diusulkan beberapa saran sebagai berikut :
kalau dalam pengolahan pemecahan batu di
1. Nilai keausan yang tinggi pada batu gunung
stone srusher juga memperhatikan kebutuhan
bisa diantisipasi dengan tidak mengambil
akan agregat halus dan filler, supaya mutu
batu pada lapisan luar gunung tersebut, tapi
campuran
lebih
yang
dihasilkan
dapat
lebih
ditingkatkan.
kedalam
kurang
lebih
1
meter,
sehingga diperoleh batu dengan keausan yang lebih rendah.
KESIMPULAN
2. Kurangnya persentase filler yang dihasilkan
Berdasarkan analisis data, dapat diperoleh
bisa
diantisipasi
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
bukaan jaw, sehingga ukuran batu yang
1. Berdasarkan pengujian properties terhadap
dihasilkan
lebih
dengan halus
memperkecil
terutama
untuk
material batu gunung dari daerah Laing
mendapatkan filler. Ini
Kabupaten
bahwa
memperlambat produksi dari stone crusher,
material ini dapat digunakan sebagai salah
tapi akan lebih meningkatkan ketersedian
satu bahan perkerasan jalan terutama untuk
akan filler nantinya. Atau bisa dilakukan
agregat kasar dan halus. Hal ini terlihat dari
dengan penambahan alat baru berupa jaw
nilai pengujian yang didapatkan memenuhi
sekunder dengan ukuran yang lebih kecil
persyaratan
Solok
menunjukkan
spesifikasi
dalam
hal
ini
Spesifikasi Kimpraswil 2005. Tetapi tetap
3. Perlu
penelitian
lebih
memang akan
lanjut
untuk
memberikan gradasi rencana untuk AMP
11
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011
ISSN : 1858-3695
yang menggunakan batu gunung (komposisi
Mix Types, Manual Series No.2, Sixth Edition,
campuran pada cold bin) tidak hanya untuk
The Asphalt Institute
campuran
Laston
AC-WC
tapi
untuk
campuran beraspal panas lainnya. 4. Dan perlu penelitian lebih lanjut juga untuk material-material
yang
ada
di
seluruh
wilayah Sumatera Barat, terutama yang memanfaatkan
batu
gunung
sebagai
material perkerasan jalan, karena ini dapat mengurangi ketergantungan akan batu-batu sungai yang biasa digunakan. Dan bila hal ini berkembang, akan menjadi pemasukan bagi daerah setempat
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO.1998.Standard
Specifications
Transportation
and
Materials
for
Methods
of
Sampling and Testing. Washington D.C. Bambang
Ismanto.
2001.
Bahan
kuliah
Perancangan Perkerasan dan Bahan. Penerbit ITB Departemen
Kimpraswil.
2005.
Campuran
Beraspal Panas. Buku V Spesifikasi. Direktorat
Jenderal
Bina
Marga.
1999.
Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Departemen PU Krebs, D.Robert, Walker, D.Richard. 1971. Highway Material, Mcgraw-Hill Book Company New York Shell Bitumen. 1990. The Shell Bitumen Handbook, Shell Bitumen, U.K Standar Nasional Indonesia. 1991. Pengujian Campuran Beraspal dengan Alat Marshal, SNI No. : 03-2489-1991 The
Asphalt
Institute.
1993.
Mix
Design
Methods for Asphalt Concrete and Other Hot-
12