Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
KAJIAN PRINSIP-PRINSIP PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI TINGKAT SEKOLAH DASAR
Oleh Vebbi Andra Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN SAS Babel Email:
[email protected]
Abstract Contextual approach emphasizes learning principles which consists of 7 (seven) main components. Thus 7 components are constructivism, questioning, inquiry, learning community, modeling, reflection, and authentic assessment. All these principles will be applied directly in the form of Indonesia language learning in elementary student. Keywords: Contextual approach, Indonesia language, Elementary school
A. Pendahuluan Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, digunakan dengan maksud adalah agar dapat membantu guru untuk mampu mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Dalam konteks tersebut siswa perlu memahami tentang makna belajar, apa manfaatnya, dan dalam status apa mereka, serta bagaimana cara mencapainya. Di dalam pendekatan kontekstual guru berperan sebagai fasilitator proses pembelajaran di kelas yang menyiapkan fasilitas pembelajaran, yang meliputi berbagai sumber belajar, alat belajar, dan bantuan belajar. Dalam model pendekatan pembelajaran ini, siswa ditempatkan pada proses “dibudayakan”
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
160
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
secara maksimal sehingga kemampuan dan pengetahuan siswa berkembang atas dasar potensi yang dimilikinya.1
B. Pembahasan 1. Konstruktivisme (Constructivism)2 Komponen ini merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual. Dalam komponen ini harus ditekankan bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta atau konsep yang siap diterima atau diingat oleh siswa tetapi pengetahuan ini akan lebih berarti bagi siswa jika siswa harus bergelut sendiri dengan ide-ide yang membantu mereka membentuk pengetahuan di benak mereka sendiri. Konstruktivisme menginginkan bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran artinya semua kegiatan harus berpusat kepada siswa bukanlah guru, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar. Landasan berpikir konstruktivisme berbeda dengan kaum objektivitas yang lebih menekankan kepada hasil pembelajaran bukan pada proses pembelajaran. Dalam komponen ini siswa harus dibiasakan dengan anggapan bahwa strategi memperoleh harus lebih diutamakan bila dengan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa tersebut mengingat pengetahuan yang ia dapatkan. Konstruktivisme dalam pelaksanaannya menggunakan pola pikir induksi. Karena pada saat siswa memperoleh kesimpulan mengenai konsep, siswa mencoba mengumpulkan data sebanyak-banyaknya guna mendukung ada dan dapat tertatanya suatu konsep tersebut, sehingga konsep tertata di benak para siswa. Konstruktivisme dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri I Petaling dapat dilihat pada contoh di bawah ini:3 Kutipan Rekaman 1: Guru : Dari dua puisi yang sudah kalian baca, coba sebutkan jenis puisi tersebut? 1
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari berbagai ahli pendidikan di Indonesia, seperti Aminuddin, Latief, Muhaiban, dan Departemen Pendidikan Nasional. 2 Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional. 3 Data hasil penelitian atas penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
161
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Siswa : Puisi bebas, bu! (Serentak). Guru : Coba Dani menurut kamu puisi tentang dokter, bagus tidak? Siswa : Iya bu, puisi itu mudah dipahami. Guru : Coba, siapa yang mau menjawab, puisi tentang ibu, bagus tidak? Siswa : Iyaaaaaaaaa (serentak) bu. Guru : Bisakah kamu bedakan keduanya? Coba Ari! Siswa : Puisi tentang dokter bercerita tentang jasa dokter dalam menyembuhkan orang sakit, kalau puisi tentang ibu bercerita tentang jasa dan kasih sayang ibu kepada kita.
Kutipan Rekaman 2: G
: Apa yang dimaksud dengan puisi?
S
: (Diam sejenak) karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah, bu.
G
: Ada lagi yang mau menambahkan?
S
: Kata yang mengandung keindahan, bu.
Kutipan Rekaman 3: G
: (Sebelumnya guru sudah memerintahkan membuat puisi karangan sendiri di rumah dan ketika masuk kelas guru langsung memerintahkan kelompok 1 maju ke depan kelas), silahkan kepada kelompok 1 bacakan ke depan kelas salah satu puisi kalian!
S
: “Assalaamualaikumwarohmatullaahiwabarakaatuh”.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
162
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
S
: “Waalaikumsalamwarohmatullaahiwabarakaatuh”.
S
: Baiklah kami dari kelompok 1 akan membacakan puisi karya kami. Pada data ini terlihat bahwa komponen konstruktivisme sudah
dilaksanakan dalam pembelajaran. Guru memerintahkan untuk membandingkan kedua puisi yang dibaca dan memberikan pendapat tentang puisi. Siswa mulai bergelut dengan ide-ide yang muncul di benak mereka masing-masing dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya. Sehingga
pada
akhirnya
siswa
memperoleh keberanian dalam
membacakan puisi dengan lafal dan ekspresi yang tepat. Siswa dituntut untuk menciptakan ide sendiri, proses penciptaan ide ini didasarkan kepada pengetahuan yang mereka miliki. Siswa menentukan pengertian puisi, dari berbagai ide yang muncul dan menyebabkan para siswa mencoba menerapkan ide-ide mereka sendiri di sini terlihat proses siswa merekonstruksikan
pengetahuan
dan
mencoba
menghubungkan
antara
pengetahuan yang baru didapati dengan pengetahuan yang ada di benak mereka masing-masing. Guru berupaya untuk menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, artinya bukan hanya pengertian tentang puisi yang ia dapatkan tetapi proses atau langkah pertama yang harus ia temukan untuk membacakan sebuah puisi. Siswa mulai disadarkan bahwa dalam membaca puisi, dibutuhkan pemahaman isi puisi tersebut sehingga akan memunculkan ekspresi yang tepat ketika melafalkannya, artinya pengetahuan tentang langkah-langkah dalam melafalkan puisi ditransformasikan kepada pengetahuan yang lama yaitu tentang pengertian puisi dan komponen pelafalan puisi. 2. Menemukan (Inquiry)4 Komponen ini merupakan komponen inti dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Siswa diharapkan menemukan sendiri pengetahuan, bukan hanya 4
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
163
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
sekedar mengingat fakta-fakta. Dengan menemukan sendiri berarti siswa belajar dari pengalaman yang ia temui sendiri di dalam kehidupan dunia nyata. Dalam komponen menemukan ini terdapat empat langkah yang harus dilalui siswa, di antaranya: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel, bagan, atau karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, guru atau audiens lainnya. Pelaksanaan komponen menemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri I Petaling, dapat dilihat pada kutipan berikut: 5 Kutipan Rekaman 4: G
: Coba kalian buka buku halaman 33, di sana ada dua buah puisi, yaitu puisi „Terima Kasih, Dokter‟ dan „Ibu‟. Tentunya kalian sudah mempelajarinya di rumah, dari dua puisi tersebut apa yang kalian dapatkan?
S
: Pengertian puisi!
G
: Coba sekarang, apa pengertian puisi?
S
: Puisi adalah karya tulis yang menggunakan kata-kata indah!
G
: Coba menurut Maria?
S
: Puisi adalah sebuah karya sastra yang berirama, terdapat irama!
Kutipan Rekaman 5: G
: Coba kalian sebutkan tema dari kedua puisi tersebut, Rani, apakah tema dari puisi „Terima kasih, Dokter‟?
5
Data hasil penelitian atas penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
164
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
S
: Jasa dokter menyembuhkan orang sakit!
G
: Ayo, tema dari puisi „Ibu‟?
S
: Kasih sayang ibu merawat anaknya!
Kutipan Rekaman 6: G
: Coba kalian sebutkan apa yang dimaksud „rasa‟ dalam puisi?
S
: Sikap penyair terhadap persoalan yang ada dalam puisi!
Kutipan Rekaman 7: G
: Coba kelompok satu bacakan ke depan kelas puisi „Terima Kasih, Dokter‟, silahkan!
S
: “Assalaamualaikumwarohmatullaahiwabarakaatuh”.
S
: “Waalaikumsalamwarohmatullaahiwabarakaatuh”.
S
: Baiklah kami dari kelompok 1 akan membacakan puisi „Terima Kasih, Dokter‟.
S
: (Siswa mulai membacakan puisi). ............................................................................
G
: Silahkan kelompok lain ada yang ingin memberi tanggapan, kritik, atau saran! Pelaksanaan komponen menemukan di data ini terlihat pada saat guru
memerintahkan untuk membaca kedua puisi tersebut. Dari dua puisi yang ada, siswa dituntut untuk melafalkan. Dengan demikian siswa sudah mampu
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
165
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
menemukan masalah dalam melafalkan kedua puisi dan masalah ini dapat membangkitkan kembali ingatan-ingatan siswa mengenai pengetahuan yang sudah mereka dapatkan yaitu mengenai pengertian puisi. Pada data di atas, khususnya di contoh 6 ini terlihat siswa menemukan makna „rasa‟ dari puisi dan dari hasil menemukan makna „rasa‟ dapat digunakan sebagai bahan diskusi di kelas. Guru juga menanyakan tentang tema yang terkandung dalam kedua puisi dan menanyakan hal tersebut kepada para siswa. Langkah
dalam
kegiatan
menemukan
salah
satunya
adalah
mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru ataupun audiens lainnya. Pembacaan puisi di depan kelas merupakan sebuah kegiatan mengkomunikasikan isi puisi kepada teman sekelas dan guru, dengan dibacakan di depan kelas, siswa mendapatkan masukan-masukan yang berkaitan dengan pembacaan puisi. Hal ini berguna untuk memperbaiki cara pelafalan puisi nantinya. Kegiatan mengkomunikasikan hasil karya siswa bukan hanya secara pribadi, juga dapat dilakukan secara kelompok, begitu pula pada contoh ini, siswa secara berkelompok menampilkan hasil karyanya di depan kelas. Dengan cara seperti ini, para siswa dapat menemukan mana pendapat yang baik bagi kemajuan kelompoknya dan mana yang harus dihilangkan. 3. Bertanya (Questioning)6 Bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Kegiatan bertanya berguna bagi guru dan siswa. Bagi guru kegiatan bertanya berfungsi untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, sedangkan kegiatan bertanya bagi siswa merupakan bagian penting dalam menunjang penerapan pembelajaran kontekstual yang terdapat di dalamnya komponen menemukan.
6
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
166
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Proses bertanya dalam aktivitas belajar di kelas dapat terjadi antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, atau antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Pelaksanaan komponen pendekatan kontekstual bertanya ini pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Petaling dapat dilihat pada kutipan rekaman di bawah ini:7 Kutipan Rekaman 8: G
: Coba Hani apa yang dimaksud dengan tema puisi?
S
: Judul bu!
G
: Judul? (Guru nampak agak ragu).
S
: Menurut saya tema puisi adalah ide pokok, pokok pikiran yang ada dalam puisi.
G
: Harus kamu ingat, judul tidak selamanya tema, tetapi tema dapat dijadikan judul, apa tadi yang dimaksud dengan tema puisi?
S
: Pokok pikiran yang ada dalam puisi! (Serentak).
Kutipan Rekaman 9: G
: Ada pertanyaan anak-anak?
S
: Ya bu (sambil mengacungkan jari). Baiklah kami dari kelompok tiga ingin bertanya mengapa kelompok satu membaca puisi tadi secara datar, tidak ada ekspresi? Karena menurut kami, puisi yang dibacakan kelompok
7
Data hasil penelitian atas penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
167
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
satu tadi tidak enak didengar sehingga membuat kami tidak semangat mendengarkannya padahal puisi tersebut menceritakan tentang jasa para dokter dan ibu. S
: Baiklah kami akan menjawab pertanyaan kelompok tiga. Karena menurut kami puisi tersebut sudah kami lafalkan secara benar dengan ekspresi yang tepat.
S
: Tapi menurut kami tidak. Bertanya dilakukan antara guru dan siswa, tujuannya adalah untuk
mengecek pemahaman siswa. Proses bertanya terjadi pada saat diskusi kelas. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang sudah diajarkan, selain untuk mengetahui pemahaman siswa, proses bertanya ini bertujuan juga untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Guru melakukan hal ini karena tidak semua siswa mempunyai pemahaman yang sama terhadap suatu masalah. Dengan adanya bertanya, maka antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat disamakan persepsinya mengenai suatu masalah. Kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru ini terjadi pada saat pembelajaran mengenai suatu materi sudah selesai. Kegiatan seperti ini berguna untuk mengetahui sejauh mana hal-hal yang sudah diketahui siswa sehingga guru dapat menentukan langkah apa yang akan dilaksanakan selanjutnya. Selain itu juga, kegiatan ini mempunyai tujuan untuk mengecek pemahaman siswa. Proses bertanya dilakukan pada saat diskusi kelas, artinya bertanya terjadi antara siswa dengan siswa, hal ini berguna untuk siswa karena informasi yang didapatkan siswa semakin lengkap. Siswa mencoba menjawab pertanyaan temannya berdasarkan pengetahuan yang sudah dikonstruksikan di dalam benaknya sehingga tukar menukar informasi terjadi antara siswa. Tugas guru hanya sebagai pengarah apabila nantinya siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
168
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Berdasarkan data yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa guru dominan dalam melakukan kegiatan bertanya, hal ini disebabkan karena guru ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan pada hari itu. Siswa masih belum termotivasi untuk bertanya, hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan keberadaan peneliti karena pada sekolah tersebut jarang sekali diadakan penelitian. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)8 Pengetahuan yang didapatkan dalam masyarakat belajar ini merupakan hasil tukar menukar informasi antara siswa yang heterogen. Di dalam masyarakat belajar ini, prosesnya dapat terjadi dengan baik apabila di dalam kelompok tersebut tidak ada yang dominan berbicara dan tidak ada yang segan untuk bertanya, semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama dalam pembelajaran. Bahasa yang digunakan siswa berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh guru, hal ini mempermudah di dalam proses saling membantu dan tukar menukar informasi. Siswa akan mudah memahami bahasa temannya sendiri bila dibandingkan dengan bahasa guru. Dalam masyarakat belajar ini siswa saling belajar dengan sesamanya. Untuk pelaksanaan masyarakat belajar di kelas V SD Negeri 1 petaling dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:9 Kutipan Rekaman 10: G
: Sekarang dari sini (menunjuk siswa yang ada di sebelah kanan) mulai berhitung 1 sampai dengan 5, kemudian kalian kerjakan latihan di halaman 34 kalian!
S
: Untuk apa bu berhitung? (Siswa nampak bingung).
8
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional. Data hasil penelitian atas penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar. 9
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
169
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
G
: Untuk pembagian kelompok, sekarang mulai berhitung!
S
: (Terdengar siswa ribut dan mulai berhitung).
G
: Kemudian satu berkumpul dengan yang satu, dua dengan dua, tiga dengan tiga, empat dengan empat, dan lima dengan lima. Ayo lakukan!
S
: (Siswa ribut mencari teman kelompoknya). Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, siswa belajar
mengenai pelafalan puisi dari sesama temannya. Pada proses ini siswa yang mempunyai informasi mengenai cara pelafalan puisi berbagi informasi dengan siswa yang belum mengetahui caranya. Informasi mengenai pelafalan puisi yang didapatkan melalui proses sharing di antara sesama siswa ini, menyebabkan pemahaman yang diperoleh antara siswa yang satu dengan siswa yang lain menjadi semakin lengkap. Pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru dengan membagi siswa yang mendapat nomor urut satu dengan satu, dua dengan dua, dan seterusnya, mempunyai maksud agar kelompok-kelompok kecil yang terbentuk merupakan kumpulan para siswa yang heterogen dan untuk menghindari kumpulan para siswa yang homogen dari sudut pengetahuan dan penugasan informasi tentang materi yang dibahas, dengan demikian diharapkan siswa yang pintar dapat mengajari siswa yang kurang pintar di dalam kelompok yang tercipta tersebut. 5. Pemodelan (Modelling)10 Pada pendekatan kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model yang bisa ditiru. Seorang model dalam pembelajaran dapat dirancang dengan melibatkan siswa, artinya siswa menjadi model bagi siswa yang lain. Pemilihan siswa sebagai model yang bisa ditiru oleh siswa yang lain tentunya harus mempunyai alasan, apakah siswa tersebut memang mempunyai kelebihan dalam bidang tertentu dibandingkan dengan siswa yang lain. 10
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
170
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Komponen pendekatan kontekstual pemodelan ini sudah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Petaling seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini:11 Kutipan Rekaman 11: G
: Itulah kesimpulan tentang puisi, sekarang siapa yang bisa baca puisi?
S
: Anita! (Serentak).
G
: Baiklah, sekarang kamu Anita, bacakan puisi yang berjudul „Terima kasih, Dokter‟ di depan kelas!
G
: Ayo Anita, maju, maju! (Terdengar suara ribut).
S
: (Siswa maju ke depan dan mulai membacakan puisi). Terima Kasih, Dokter Kala teringat waktu sakit Terlintas bayang rasamu Kau rawat aku Kau obati aku Kau hibur aku Terima kasih, dokter Berkat jasamu Kini, ku ceria kembali Jalani hidup sepenuh hati
11
Data hasil penelitian atas penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
171
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Karya: Galih Barat W. Masaran, Sragen Sumber: Majalah INO, 2007
Kutipan Rekaman 12: G
: Setelah kamu mendengar temanmu membaca puisi „Terima Kasih, Dokter‟ sekarang siapa yang bisa membaca puisi „Ibu‟? Siapa yang bisa baca puisi?
S
: Agus, bu, Agus! (Serentak).
G
: Ayo Agus kamu baca puisi „Ibu‟ ke depan kelas!
S
: (Siswa maju ke depan dan mulai membacakan puisi yang berjudul „Ibu‟).
Ibu Oh…Ibu Engkau yang melahirkanku Serta merawatku Ibu juga yang menggendongku Sampai aku berumur satu tahun Alangkah gembiranya Waktu aku kecil dulu Ibu sudah mengajariku
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
172
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Apa saja yang belum kutahu Karya: Rahadatul Afifah Sumber: Majalah INO, 2007 Siswa menjadi model dalam membaca puisi bagi teman-temannya. Pada saat siswa membacakan puisi di depan kelas, siswa yang lain dapat mengerti bagaimana cara membaca puisi yang benar. Pada kutipan rekaman 11 siswa membacakan puisi di depan kelas, puisi yang dibacakan adalah puisi yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dalam proses ini selain mengerti cara membaca dan melafalkan puisi yang baik, siswa juga dituntut untuk memahami bahasa yang digunakan pada puisi pertama tersebut. Begitu pula dengan kutipan rekaman 12 siswa menjadi model dalam membacakan puisi dengan menggunakan bahasa yang juga mudah untuk dipahami diikuti dengan pelafalan dan ekspresi. 6. Refleksi (Reflection)12 Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi sangat diperlukan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan agar tidak terulang lagi pada masa yang akan datang. Proses saat kita berpikir refleksi adalah pengetahuan yang sudah tertata di dalam diri kita direvisi karena terdapat kekurangan atau kekeliruan sehingga pengetahuan yang siswa dapatkan akan sempurna. Refleksi di dalam kegiatan belajar mengajar biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran. Biasanya pada akhir pembelajaran guru memberikan waktu sejenak untuk siswa melakukan refleksi tentang apa saja yang baru ia dapatkan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya sehingga
12
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
173
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
diharapkan siswa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Pelaksanaan komponen pendekatan kontekstual refleksi ini pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Petaling tergambar dari rekaman di bawah ini:13 Kutipan Rekaman 13: G
: Setelah ibu perhatikan kalian sudah bisa membaca puisi, tetapi kalian belum dapat melafalkan dengan baik, hanya sebagian kelompok yang bisa, kemudian yang membuat karya puisi juga hanya sebagian, dan sebagian lagi banyak yang belum. Kalian ingat tugas kemarin?
S
: Ya Bu! (Serentak).
G
: Apa tugas yang Ibu berikan?
S
: Membuat puisi tentang dokter dan ibu!
Kutipan Rekaman 14: G
: Sebagai saran yang ibu sampaikan, kalau puisi harus dilafalkan ya! Iya kan?
S
: Iya! (Serentak).
G
: Tadi kelompok satu sudah membacakan puisi. Sekarang giliran kelompok selanjutnya. Kelompok dua siap?
S
: Siap! (Serentak). 13
Data hasil penelitian atas penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
174
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
G
: Baik.
Kutipan Rekaman 15: G
: Baiklah, semua kelompok telah maju. Berhubung waktu sudah habis, jangan lupa untuk memperbaiki puisinya ya, dan untuk yang mengajukan pertanyaan jangan bertele-tele, kamu harus ingat bagaimana cara menanggapi pendapat dari orang lain, kita tidak boleh memaksakan kehendak, kemudian kalau kamu ingin bertanya, gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ya! Jelas!
S
: Jelas bu! (Serentak).
G
: Untuk pertemuan yang akan datang kalau pertanyaan tersebut sudah ditanyakan, jangan ditanyakan lagi ya?
S
: Iya bu! (Serentak).
G
: Karena waktu telah habis, ibu akhiri pelajaran sampai di sini. Wassalaamualaikumwarahmatullaahiwabarakaatuh!
S
: Waalaikumsalaamwarahmatullaahiwabarakaatuh! (Serentak). Refleksi pada data ini terlihat dilakukan oleh guru, guru menanyakan
apa-apa saja yang telah diperoleh siswa hari itu. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak untuk memberikan masukan kepada siswa. Masukan dan saran ini diperoleh dengan cara berpikir refleksi. Guru mencoba mengevaluasi hasil pembelajaran hari itu, proses evaluasi dilakukan dengan refleksi terhadap hasil karya siswa. Dengan adanya refleksi seperti ini membuat para siswa paham
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
175
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
akan kesalahan yang telah diperbuat dan diharapkan pada masa yang akan datang akan lebih baik. Pada akhir diskusi kelas, guru memberikan saran-saran bagi kelompok diskusi. Dengan adanya saran dari guru diharapkan kelompok lain akan lebih baik. Bagi para siswa saran ini sangat membantu karena dengan adanya saran, para siswa di kelompoknya yang telah maju (tampil) dapat mengetahui dan dapat memperbaiki kesalahan, serta nantinya harus lebih baik lagi untuk selanjutnya. Adanya saran dari guru dapat mengubah pola pikir siswa mengenai tugas yang diberikan. Siswa dapat mengetahui bahwa cara mereka melafalkan puisi yang menjadi bahan diskusi kurang benar dan apabila mereka kelak mendapat kesempatan lagi akan lebih baik dalam melafalkan puisi. 7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)14 Sistem penilaian atau evaluasi pembelajaran menurut komponen penilaian sebenarnya ini adalah pemberian nilai kepada siswa bukan hanya diakhir proses belajar mengajar, tetapi siswa dinilai pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam penilaian sebenarnya ini tes bukanlah satu-satunya alat untuk memberikan nilai kepada siswa, keterlibatan aktif siswa di kelas menjadi suatu hal yang penting dalam memberikan nilai. Proses evaluasi dilakukan dengan melihat keterlibatan aktif siswa di dalam kelas, siswa yang aktif bertanya dan siswa yang mau menjadi model pembelajaran tanpa diperintah oleh guru diberi tanda huruf „A‟ (sama dengan 80−100), sedangkan untuk siswa yang harus dimotivasi dahulu supaya aktif dalam pembelajaran diberi tanda dengan huruf „B‟ (sama dengan 60−79). Untuk penilaian siswa dalam kelompok, dilihat apakah siswa tersebut bekerja aktif dalam memberikan pemikiran-pemikirannya di dalam kelompok tersebut, apabila aktif maka ditandai dengan huruf „A‟, sedangkan untuk siswa yang kurang aktif bekerja dalam kelompok diberi tanda „A-‟.
14
Konsep pendekatan kontekstual yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
176
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
Semua tugas yang diberikan oleh guru dikumpulkan menjadi satu, sehingga dikenal dengan satu nama (istilah) yaitu portofolio. Portofolio ini merupakan kumpulan dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru tersebut kepada siswa, tugas-tugas ini tentunya sudah diperiksa dan diberi nilai. Untuk penilaian hasil karya siswa baik itu perorangan atau kelompok guru memberikan tanda dengan angka yang mempunyai interval 60−100 pada absensi atau daftar hadir siswa. Bentuk-bentuk pelaksanaan portofolio dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Petaling adalah guru memberikan tugas untuk membuat karya puisi, resensi, kliping, dan artikel. Penilaian pengetahuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan cara tes tertulis yang dikenal dengan nama ujian blok. Tes ini terdiri dari soal pilihan ganda dan soal esai hanya proporsi soal bentuk pilihan ganda lebih banyak dibandingkan dengan tes esai. Ujian blok dilaksanakan setiap selesai beberapa kompetensi dasar, pemerolehan nilai dari ujian blok ini mencerminkan seberapa besar siswa memahami materi yang diberikan oleh guru, nilai ujian dari ujian blok ini nantinya dijumlahkan dengan nilai-nilai lainnya seperti nilai keaktifan siswa di dalam kelas dan nilai tugas sehingga didapatkan nilai akhir. Siswa yang memperoleh nilai akhir kurang dari 60 berarti siswa tersebut belum mencapai ketuntasan dalam belajar sehingga siswa ini diberikan remedial yang berupa pemberian tugas-tugas untuk dikerjakan di rumah. Siswa yang sudah memperoleh nilai di atas 60, berarti siswa tersebut sudah mencapai ketuntasan belajar sehingga siswa ini dapat melanjutkan kepada kompetensi dasar yang lain. Angka 60 tersebut yang menandakan ketuntasan belajar merupakan penilaian ranah kognitif. Dalam penilaian sebenarnya terdapat tiga ranah yang harus dinilai, ranah afektif digunakan untuk menilai sikap siswa selama
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
177
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
pembelajaran berlangsung, sedangkan ranah psikomotor digunakan untuk menilai keterampilan berbahasa siswa. Pada penelitian ini ranah afektif dilaksanakan di dalam kelas dengan memberikan tanda huruf „A‟ untuk siswa yang sikapnya sopan dan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar dan huruf „C‟ untuk siswa yang kurang aktif dan kurang sopan atau ribut di dalam kelas. Selain itu juga, ranah afektif ini dinilai melalui kehadiran siswa yang dipantau dari daftar hadir. Untuk ranah psikomotor siswa, guru memberikan penilaian berdasarkan keterampilan berbahasanya. Pada penelitian ini keterampilan berbahasa yang dinilai adalah keterampilan membaca. Guru memberi nilai dengan memberikan tanda huruf „A‟ di daftar hadir untuk siswa yang bisa membaca puisi atau melafalkan puisi dengan baik. Penilaian didasarkan kepada kejelasan pengucapan, intonasi, dan jedah pada saat membaca puisi dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
C. Simpulan Komponen
konstruktivisme
dilaksanakan
dalam
bentuk
siswa
menciptakan ide dan bergelut dengan ide-ide, dan siswa menerapkan strategi belajar sendiri. Sedangkan untuk komponen menemukan pelaksanaannya adalah berupa siswa memunculkan ide-ide baru, mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas dan guru. Komponen bertanya pelaksanaannya berupa proses bertanya yang dilakukan antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa. Komponen masyarakat belajar dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Sedangkan komponen pemodelan dilaksanakan dengan melibatkan siswa sebagai model dalam pembelajaran. Komponen refleksi dilaksanakan dalam bentuk guru menanyakan apa-apa yang sudah didapatkan siswa pada pembelajaran hari itu. Selain itu juga, guru memberikan kesan dan saran TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
178
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
mengenai pembelajaran dan guru memberikan kesimpulan pembelajaran. Komponen penilaian sebenarnya sudah dilakukan yaitu guru sudah mengenal sistem penilaian portofolio dan ujian blok untuk penilaian ranah kognitif, penilaian sikap siswa pada saat pembelajaran untuk ranah afektif, dan keterampilan berbahasa siswa untuk penilaian ranah psikomotor.
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin.
2002.
“Konstruktivisme,
Pembelajaran
Kontekstual,
dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Dalam Tim FS UNM (Eds.), Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajaran No: 1, (halaman 1-26). Malang: Fakultas Sastra UNM. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. ___________________________. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas. Djadjasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco. Latunussa, Izaak. 1998. Penelitian Pendidikan: Suatu Pengantar. Jakarta: Depdikbud. Latief, M. A. 2002. “Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kontekstual”. Dalam Tim FS UNM (Eds.), Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajaran No: 2, (halaman 248-267). Malang: Fakultas Sastra UNM. Moleong, Lexy J. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaiban. 2002. “Pembelajaran Kontekstual Bahasa Arab di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA)”. Dalam Tim FS UNM
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
179
Kajian Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…
(Eds.), Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajaran No: 1, (halaman 27-40). Malang: Fakultas Sastra UNM. Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, S. 2006. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadja Mada University Press. _________. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
180