KAJIAN PERKEMBANGAN AREA INDUSTRI DI KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 1980-2000
TESTS Untuk memenuhi sebagian pcrsyaratan untuk mencapai der~at Sarjana S-2
Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah
diajukan oleh ABRIYANI 6512/PS/MPKD/2000. Kepada PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH 1\'IADA ··'>1FOGYAKARTA
2002
KAJIAN PERKEMBANGAN AREA INDUSTRI DI KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 1980-2000
TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Kepada PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2002 /
Tesis KAJIAN PERKEMBAN(!AN AREA INDUSTRI DI KECAMATAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 1980-2000 dipersiapkan dan disusun oleh
Abriyani
6512/PS/MPKD/00 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal
13 Mei 2002
Susunan Dewan Pengujl Anggota Dewan Penguji Lain
Pembimbing Utama
· .mbang Hari Wibisono, MUP.,M.Sc.,Ph.D. ······· ····· ··· ······ ·········· ···· ·····
Pe~ Pen mping I
Drs. Pan
stu Subagyo, M.B.A.
················ ·· ··· ·················· ·
Pembimbing Pendamping II
··· ·· ···················· ·· ·············
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
13 Mei 2002
Pengelola Program Studi : .......................... .
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan .disebutkan dalam pustaka.
Yogyakarta, Mei 2002.
ABRIYANI Tanda Tangan dan Nama Terang.
Ill
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan dan hidayahNya, sehingga pcnyusunan tcsis yang bcrjudul : " Kajian Pcrkembangan Area lndustri di Kccamatan Panjang Kota Bandar Lampung," dapat diselesaikan. Penulis pada kesempatan ini mcnyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir. Kawik Sugiana, M.Eng, PhD dan Bapak Drs. Pangestu Subagio, MBA sebagai Pembimbing (Utama dan Pendamping) yang telah memberikan arahan dan bimbingan scrta kcpada Bapak Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP, MSc, PhD dan Bapak Ir. Santosa, MS sebagai Penguji (Utama dan Pendamping) yang telah memberikan masukan dan saran. Pcnyusunan tesis ini tidak Jcpas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1)
Bapak Gubernur Bengkulu, atas perkenannya memberikan pcrsetujuan sebagai mahasiswa tugas belajar.
2)
Bapak Bupati Bengkulu Utara yang telah memberikan kesempatan tugas bclajar.
3)
Bapak Ka. Pusdiklat Renbang Bappenas RI beserta Staftelah menetapkan penulis sebagai mahasiswa penerimav beasiswa di Program MPKD UGM.
4)
Bapak Ir. Gunung Radjiman, MSc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran selama studi.
5)
Para dosen
(staf pengajar)
yang
telah
memberikan
bantuan
kelancaran
pengembangan wawasan serta karyawan MPKD UGM yang telah memberikan pelayanan dalam menunjang kelancaran perkuliahan.
IV
6)
Rekan-rckan Angkatan 14 serta sahabat-sahabat dalam Kelompok Studio Kab. Nganjuk (Nusa, Fahmi, Jendro, Hapriadi) yang sama-sama berjuang menempuh masa kuliah dan suka duka di Studio Perencanaan.
7)
Kepada Ayahanda dan lbunda (Aim) yang telah melahirkan dan membesarkan, kakak, adik serta keluarga isteri,
mertua
kakak maupun adik yang telah
memberikan dukungan moril dan do'a restunya.
8)
Dan teristimewa buat isteriku Yuvita yang tercinta dan tersayang yang rela dalam suka dan duka yang dukungan dan kesetiaannya mendampingi dan mendidik anak-anak serta anak-anakku Aditya dan Putri Syaqinah yang harus rela untuk berbagi kasih sayang dengan waktu perkuliahan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan
dalam tulisan ini, sehingga kritik dan yang bersifat membangun penulis terima dengan tangan terbuka. masukan
dalam
Tulisan ini diharapkan bagi pemerintah setempat dapat menjadi menentukan
kebijakan
pembangunan
serta
akan
menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan.
Y ogyakarta,
Mei 2002.
Penulis.
v
INTISAI{I
Sal_ah satu wujud keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan industri merupakan salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi dengan pesat. Begitu pula dengan halnya Kota Bandar Lampung, kegiatan sektor industri telah mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut. Sektor lndustri pada tahun 2000 telah memberikan kontribusi sebesar 18,74 o/o dari total PDRB Kota Bandar Lampung. mt bertujuan untuk memahami dan menjelaskan Penelitian perkembangan industri serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dari waktu ke waktu. Parameter dan variabel dalam penelitian ini yaitu faktor yang dipengaruhi berupa penggunaan tanah dan kegiatan industri serta faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu pelablihan, bahan baku, tenaga kerja, somber energi, suplai air, aksesibilitas, kebijakan pemerintah dan lembaga keuangan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan rasionalistik dan analisis yang digunakan adalah empirical analitik dengan kedudukan teori sebagai basis kontruksi pemaknaan atas empiri sensual, logik ataupun etik. Hasil penelitian menunjukkan dari tahun 1980-2000 terjadinya perkembangan pesat kegiatan sektor industri di Kecamatan Panjang. Berkembangnya kegiatan industri di Kecamatan Panjang pada awalnya di Kelurahan Serengsem, Way Lunik, kemudian berkembangan di Kelurahan Way Laga dan Ketapang. lndustri yang ada di Kecamatan Panjang sebagian besar merupakan industri yang mengelola basil perkebunah. Faktor yang mempengaruhi kegiatan indostri di Kecamatan Panjang, yaitu faktor internal seperti somber energi, kebijakan pemerintah, suplai air, tenaga kerja; sedangkan faktor eksternal yaitu pelabuhan, bahan baku, aksesibilitas dan lembaga keuangan. Rekomendasi yang di'sarankan mengenai penelitian p.erkembangan industri di Kecamatan Panj~ng yaitu perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh kegiatan industri tersebut terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup di wilayah tersebut. Selain itu sehubungan dengan makin:. terbatasnya tahan di wilayah. tersebut perlu diantisipasi konflik yang akan mungkin terjadi dan juga penempatan kegiatan in(fustri ke lokasi lairr yang lebih memadai.
v
ABSTRACT
The success of development in particular area is indicated by the high economic growth, which can be accelerated by the growth of industry as one of the sectors of development. In Bandar Lampung Municipality, industries have contributed relatively high to the Gross Domestic Product (GOP) ( 18.74% in 2000). This research was aimed at understanding and explaining the growth of industry and factors that have influenced the growth during a period of time. The parameters and variables consist of factors influenced, i.e. land use and industrial activities, and factors influencing the growth, i.e. the availability of sea port, raw materials, human resources, enerb'Y resources, supply of water, accessibility, government policies and financial institution. This research was conducted using qualitative method and empirical analysis, where theories were put as the base for constructing base for sensual, logic and ethic meanings. The results show that between 1980 and 2000, the growth of industries in Panjang District was relatively rapid, which began with Kelurahan Serengsem. It was, then, followed by Kelurahan (sub-district) Way Lunik, Kelurahan Way Laga and Kelurahan Ketapang. Most of the industries in Panjang District were those processing products of farm. Factors influencing such growth in Panjang District are internal factors, i.e. enerb'Y resources, government policies, water supply and manpower, and external factors, i.e. the availability of sea ports, raw materials, accessibility and financial institution. It was recommended tor future researches studying industrial development in Panjang District, to examine more troughly industrial impacts toward social, economic, and environment life in region. Moreover, due to limited space of land in area, it is important to anticipate potential conflicts and move industrial activities to other appropriate sites.
VI
DAFTAR lSI
Hal HALAMAN JUDUL ......................................................................... ...... . HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. . HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... :. PRAKATA ......................................................................... .......... . INTISARI ......................................................................... .................. . ABSTRACT ......................................................................... .............. . DAFTAR lSI ......................................................................... ............. . DAFTAR TABEL ......................................................................... ....... . DAFTAR GAM BAR ......................................................................... .... . DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ .. . BAB I.
BAB II.
II
iii IV VI VII
viii xi xiii XV
PENDAHULUAN ....................................................................... .
1
1. 1.
La tar Belakang ................................................................ .
1
1.2.
Pertanyaan Penelitian ....................................................... .
3
1.3.
Tujuan Penelitiaan ............................................................ .
3
1.4.
Keaslian Penelitian ........................................................... .
3
1.5.
Manfaat Penelitian ......................................................... .
5
1.6.
Sistematika Penulisan ....................................................... .
6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... .
7
2.1.
Pengertian Kegiatan lndustri ............................................... .
7
2.2.
Peranan lndustri dalam Pembangunan ................................. .
2.3.
Pengelompokan lndustri .................................................... .
11 12 14
2.4.
Teori Lokasi lndustri ......................................................... .
14
2.4.1. Faktor-faktor dari Berdirinya lndustri ........................ . 2.4.2. Teori Lokasi lndustri dari Weber (least Cost Location) ............................................ . 2.4.3. Orientasi Pilihan Lokasi .......................................... .
14
18 21
VIII
BAB Ill.
BAB IV.
2.4.4. Teori hoover tentang Lokasi Kegiatan Ekonomis 2.4.5. Modifikasi Segitiga Lokasional ... ... ... ... ... ... .. . ... 2.4.6. Teori Lokasi Optimal dari Losch . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
22 23 24
2.5.
Daya Sentrifugal dan Daya Sentripetal ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
25
2.6.
Pola Lokasi Berpadu ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
27
2.7.
Tata Guna Lahan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
28
2.8.
Pergerakan dan Sistem Transportasi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
30
2.9
Landasan Teori ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
31
METODE PENELITIAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
34
3.1.
Pendekatan Penefitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
34
3.2.
Lokasi dan Lingkup Penefitian . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
34
3.3.
Prosedur Penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
35
3.4. 3.5.
Proses Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Parameter dan Variabel Penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
37 37
3.6.
Kerangka Alur Pikir Penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
40
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
41
4.1.
Kota Bandar Lampung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
4.1.1. Kondisi Fisik Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4.1.2. Aspek Kependudukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4.1.3. Aspek Perekonomian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 4.1.4. Kebijakan Perwifayahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41 44 47 49
Kecamatan Panjang ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....
52
4.2.1. 4.2.2. 4.2.3. 4.2.4.
52 54 60 62
4.2.
Kondisi Fisik Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Keadaan Penduduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Harga Tanah ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... Keadaan Fasilitas . .. . .. .. . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
IX
BAB V.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 5. 1.
Hasil Penelitian . .. . .. .. . ... .. . ... .. . ... .. . ... .. . . .. .. . .. . . .. ... . .. . .. . . . ... .. . . . 5.1.1. 5.1.2. 5.1.3. 5.1.4.
5.2.
5.3. BAB VI.
Tata Guna Lahan Kota Bandar Lampung Faktor yang Dipengaruhi Faktor-faktor yang Mempengaruhi... ... ... ... ... . .. ... ... .. Keterkaitan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dengan Faktor yang Dipengaruhi .. . . .. ... .. . . .. . .. ... ... .. . .. . .. . ... .. . .
67 67 67 73 96 118
Pembahasan . .. . . . ... . .. . .. ... ... ... . .. .. . .. . . .. ... . .. . .. .. . .. . . .. . .. .. . . .. . .. ..
130
5.2.1. Ana lisa Perkembangan lndustri . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . ... . .. .
130
5.2.2. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan lndustri.... ... . .. ... .. . ... ... ... .. . .. . .. . . .. .. . ...
134
Keterkaitan Sektor .. . .. . . .. . .. ... .. . ... ... .. . .. . . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. .. .
140
KESIMPULAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
149
5. 1.
Kesimpulan .. . ... ... .. . ... .. . .. . . .. . .. ... . .. ... . .. .. . ... .. . . .. . .. . .. . .. .. . .. .
149
5.2.
Rekomendasi . .. ... .. . . .. ... .. . .. . . .. . .. ... .. . . .. .. . .. . . .. ... . .. . .. . .. .. . .. .
150
DAFTAR PUSTAKA ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ...... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
152
LAMP IRAN . .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. .. . . .. ... . .. ... ... .. . . .. ... .. . . .. .. . ... .. . . .. .. . .. . . . . . . . .. . . .. ... . ..
155
X
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Parameter dan Varia bel yang digunakan dalam Penelitian .. . . .. .. . ... .. . . .. ... ..
35
4.1.
Penduduk Kota Bandar Lampung T ahun 1970-2000 . .. . .. ... . .. .. . ... .. . .. . . .. .. . .
45
4.2.
Distribusi Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ..
46
4.3.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandar Lampung . ... ... . . ... ... ... ... ... . Tahun 1970-2000 ...
48
4.4.
Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000 ... . .. ... ... ... ... ... ... ...
56
4.5.
Distribusi Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 2000 ............... :.. ... ... ... ..
57
4.6.
Angkatan Kerja di Kecamatan Panjang menurut Lapangan Usaha Tahun2000 ......................... ......................... ......................... .........
59
4.7.
Harga Tanah di Kecamatan Panjang ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
62
4.8.
Fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Panjang Tahun 2000... .. ... . .. . .. ... .
64
5.1.
Luas Area Terbangun, Area lndustri dan Kawasan Konservasi per Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
70
Jumlah Perusahaan, lnvestasi dan Tenaga Kerja lndustri di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
70
5.3.
Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1980 ... ... ... ... ... ... ... ... ..
80
5.4
Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1990 .. . .. . .. . . .. .. . ... ... .. . ..
81
5.5
Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ..
82
5.6
Perusahaan lndustri yang Melakukan Kegiatan di Kecamatan Panjang Tahun 1980 . . . .. . . .. . .. . .. . .. .. . . .. .. . . . . . .. . .. . .. ... ... ... .. . .. .
89
Perusahaan lndustri yang Melakukan Kegiatan di Kecamatan Panjang Tahun 1990 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
90
5.2.
5.7.
5.8. 5.9.
Perusahaan lndustri yang Melakukan Kegiatan di Kecamatan Panjang Tahun 2000.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . Perkembangan lnvestasi dan Tenaga Kerja lndustri di Kecamatan Panjang Tahun 1980-2000...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
91 93
XI
5.1 0. Pengelompokan lndustri di Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000 . .. .. .
95
5.11. Realisasi Volume Ekspor yang Melalui Pelabuhan Panjang Tahun 1970-2000 ......................... ......................... ......................... ... .
11 0
5.12. Jaringan Jalan yang Melintasi Kecamatan Panjang Tahun 2000 ... ... ... ... ... .
113
5.13. Keterkaitan Faktor yang Mempengaruhi( Independent Variabel) dengan Faktor yang Dipengaruhi (Dependent Variabel) .. . .. . . .. .. . . .. . .. .. . ... . .. . .. ... ... . .
126
.. XII
DAFTAR GAMBAR
Gambar Segitiga Lokasional dari Weber .. . ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ...
20
2.2. Efek Tenaga Buruh dan Transportasi pada Lokasi Pabrik ... ... ... ... ... ... ... ... ..
24
3.1.
Kerangka Tahapan Penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
39
3.2.
Kerangka Alur Pikir Penelitian... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
40
4.1. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
42
4.2. Grafik Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 1970-2000 ..... ... ... ....
46
Grafik Distribusi Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... .
47
4.4. Grafik Produk Domestik Regional Brute (PDRB) Kota Bandar Lampung Tahun 1970-2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
49
4.5. Kebijakan Perwilayahan Berdasarkan RUTRK Tahun 1994-2004 Kota Bandar Lampung ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
51
4.7. Peta Administrasi Kecamatan Panjang... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
53
2.1.
4.3.
Grafik Jumlah Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000 .. ... ... ... ... ... .
57
4.8. Grafik Distribusi Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... .
58
Grafik Angkatan Kerja di Kecamatan Panjang menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
60
4.8.
4.9.
4.1 0. Peta Karakteristik Lahan Kecamatan Panjang ... ... ... ... ... ... .. . ... ... .. . . .. ... .. . ..
66
5.1. Peta Area Terbangun Kota Bandar lampung ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
69
5.2. Grafik perbandingan Area industri di Kota Bandar lampung Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
71
5.3. Grafik Perbandingan Jumlah Perusahaan lndustri per Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
71
X Ill
5.4. Grafik Perbandingan Jumlah lnvestasi lndustri per Kecamatan di kota bandar lampung Tahun 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
72
5.5. Grafik perbandingan Jumlah Tenaga Kerja lndustri per Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
72
5.6. Peta Area Terbangun di Kecamatan Panjang Tahun 1980 ... ... ..... ... ...... ... ... .
76
5.7. Peta Area Terbangun di Kecamatan Panjang Tahun 1990 ... ... ..... ... ... ...... ... .
77
5.8. Peta Area Terbangun di Kecamatan Panjang Tahun 2000 ... ... ..... ...... ... ... ... .
78
5.9. Peta Perkembangan lndustri di Kecamatan Panjang Tahun 1980-2000 ... ... ...
79
5.9. Grafik Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1980 . . . ... .. .. . . . . .. . .. . .
83
5.1 0. Grafik Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1990 . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .
83
5.11. Grafik Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 2000 ... ... ..... ... ... ... .
84
5.12. Grafik Perbandingan Luas Area lndustri di Kecamatan Panjang per Kelurahan Tahun 1980 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
84
5.13. Grafik Perbandingan Luas Area lndustri di Kecamatan Panjang per Kelurahan Tahun 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
85
5.14. Grafik Perbandingan Luas Area lndustri di Kecamatan Panjang per Kelurahan Tahun 2000 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
85
5.15. Perkembangan Kegiatan lndustri di Kecamatan Panjang T ahun 1980-2000 . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
93
5.16. Grafik Realisasi Volume Ekspor yang Melalui Pelabuhan Panjang Tahun 1970-2000 . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
11 0
5.17. Skematis Perkembangan lndustri di Kecamatan Panjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
117
5.18. Peta Pergerakan Bahan Baku lndustri . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
145
5.19. Peta Pergerakan Tenaga Kerja lndustri . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
146
5.20. i>eta'Pergerakan Produk lndustri ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
147
5.21. Peta Pargerakan Kegiatan lndustri yang Ada di4<ecamatan Panjang ... ... ... ...
148
XIV
DAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran
I. Gambar aktivitas Perusahaan lndustri di Kecamatan Panjang. 2. Gambar aktivitas Pelabuhan Panjang. 3. Gambar jalan at1eri primer yang melintasi Kecamatan Panjang. 4. Daftar jawaban pertanyaan dari pertanyaan yang diajukan kepada perusahaan industri. 5. Daftar perusahaan industri di Kecamatan Panjang yang diwawancarai. 6. Daftar Pertanyaan. 7. Test jawaban hasil wawancara.
XV
BAR I. PENI>AIHILl!AN
t. t. La tar Belakang
Pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan kata lain pembangunan akan membcrikan manfaat positif bagi kehidupan masyarakat.
Kegiatan pembangunan diharapkan dapat
menimbulkan perubahan kehidupan masyarakat menuju kepada kondisi yang lebih baik. Todaro (I 989) mendetinisikan pembangunan sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pcrtumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. keberhasilan
pelaksanaan
pembangunan
Akan tetapi kenyataannya
scringkali
digambarkan
dari
segt
pertumbuhan ekonomi, misalnya meningkatnya kehidupan rnasyarakat dari segt ekonomi dengan adanya perubahan taraf hidup rnasyarakat. Perturnbuhan penduduk yang
sernakin pesat, juga diiringi dengan sernakin
bertarnbahnya kebutuhan hidup rnasyarakat dan terutama dalarn penyediaan lapangan kerja. Sebagian besar orang berpendapat peranan industri sang'~t rnendukung untuk rnengatasi perrnasalahan tersebut, dan. sekaligus rnendorong kegiatart pembanguhan yang rnenjanjikan perturnbuhan ekonorni lebih cepat dibandingkan dengan sektor lain.
lndustri dapat rnenyerap banyak tenaga kerja yang diharapkan akan
rnernberikan pendapatan, serta akan meningkatkan kesejahteraan dan daya beli
masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut Arsyad (I 988) mengemukakan, bahwa
pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu prioritas pembangunan,
hal ini didasarkan kepada hasil penelitian yang menunjukan
pertumbuhan industri menyertai perkembangan pembangunan.
Bahkan para ahli
ekonomi mengemukakan bahwa industri merupakan sektor pemimpin (leading sector),
karena berperanan besar untuk merangsang dan mendorong investasi di
sektor-sektor lain, dengan demikian pola perkembangan industri sangat memiliki keterkaitan dengan sektor lain. Kenyataan yang ada dalam pengembangannya industri di suatu daerah banyak hal yang mempengaruhinya.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
keberadaan industri yaitu pemilihan lokasi. Dengan pemilihan lokasi yang tepat akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan dihasilkannya. Supono ( 1999) dalam teori
ekonomi
mengemukakan,
bahwa
pertimbangan pemilihan lokasi industri.
faktor-faktor
spasial
menjadi
bahan
Pertimbangan yang memasukan faktor-
faktor spasial dalam pemilihan lokasi industri dalam rangka untuk mempertahankan keberlangsungan industri tersebut. Dan untuk mencapai kegiatan industri agar dapat \
berkembang secara optimal, diantaranya yang berdekatan satu sama lainnya di suatu daerah, yang dikenal dengan pola lokasi berpadu (aglomerasi). Dan pola lokasi berpadu ini berperan menimbulkan berkembangnya suatu kota, kemudian daerah. Begitu pula halnya dengan Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung seiring dengan adanya pertumbuhan ekonomi, sangat didukung keberadaaan industri di daerah tersebut yang terus tumbuh pesat.
Dengan keberadaan beraneka ragam 2
industri tumbuh di Kecamatan Panjang menyebabkan kota tersebut tumbuh dan berkembang menjadi salah kota industri.
Perkembangan industri sendiri di
Kecamatan Panjang hanya pada beberapa lokasi dan Pemerintah Daerah telah mengarahkan industri sesuai Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Tahun 1994 -2004 ke kecamatan tersebut.
1.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan
Jatar belakang tersebut diatas,
maka dapat dikemukakan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: I.
Seperti apa perkembangan industri dari waktu ke waktu di Kecamatan Panjang.
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan industri di Kecamatan tersebut.
1.3.Tujuan Penelitian Pehelitian ini bertujuan urrtuk memahami dan menjelaskan industri
perkerribangan
time_ series serta faktor-fak't6r yang mempengaruhi perkembanganhya di
Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.
1.4. Keasfian Penelitian Banyak penelitian yang telah dilakukan seperti topik mengenai industri, kota Bandar Lampung dan teori-teori yang menyangkut spasial, antara lain dilakukan :
3
Rendra Dwidjoko Prakosa ( 1997) mengenai Kecenderungan Pemilihan Lokasi Industri Sedang dan Besar di Surabaya dan Sekitamya. Agus Nompitu ( 1997) mengenai Kajian Perubahan Lahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung Tahun 1986-1995. Djoko Dwi Martono ( 1998) mengenai Kajian Teoritis Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu, Studi Kasus Di Aglomerasi Perkotaan YOt:,')'akarta. Stet~mus
Tehang ( 1999) mengenai Kajian Faktor-faktor Penghambat dalam
Pembangunan Kawasan lndustri Bolok Kabupaten Dati II Kupang. Mike Yumida Rolobessy ( 1999) mengenai lmplikasi Spasial Perkembangan Sekitar Industri di Surakarta. Melkias Mozes Lohy (2000)
mengenai Studi Perkembangan Kawasan
Perdagangan Kasus Kota Purwokerto, Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Hasvia (2000) mengena1 Kajian Faktor-faktor Penentuah Lokasi lndustri di Klaten. Pramu Sigit .Priyaridbno (2001) · rnengenai Kajian Pengatuh Perkembarrgan Kawasan Industri Sier terhadap Perubahan Guna Lattan Kawasan Sekitamya. Mansyur- (200 1)
mengena1
Pengaruh
jalan
Arteri
Primer
terhadap
Perkembangarr Kota Bandar Lam pun g. Akan tetapi dapat dikemukakan, bahwa penelitian yang ditakukan tidak ~~p®y.aj
w..aktu
sl.iW
"-esamaan dengan penelitian di atas, selain lokasi Qbyek penelitian juga berbeda.
Namun demikian penelitian yang akan 4
dilakukan ini tidak dapat lepas dan mungkin saja mengacu kepada sumber-sumber dan literasi yang hampir sama. Disamping itu menurut sepengetahuan penulis belum banyak penelitian yang mengungkapkan tentang perkembangan industri secara spasial.
Akhimya dengan berbagai metode dan cara maka penelitian yang akan
dilakukan ini dapat melengkapi penelitian yang dilakukan sebelumnya.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan ·dapat memberikan manfaat, yaitu: (I) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan akan dapat digunakan sebagai bahan acuan, wawasan dan pembanding bagi penelitian atau studi yang sama pada lokasi dan waktu yang lain. (2) Bagi pemerintah daerah Kotamadya Bandar Lampung berkaitan erat dengan perencanaan pembangunan, dan diharapkan ha:sil penelitian yang akan dilakukan dapat diguna'kan seb'agtii batran pertiinbangan dalam penyusunan hbijakan mengenai lahan untuk industri di nu1sa yarfg akan datang. (3) Sebagai penambah wawAsart dan pengetahuan bagi kepentingan ilmu Jkttgetahuan dalam peman.fMtan struktur ruang kota pada sektor industri.
5
1.6. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dilakukan mengenai Kajian Perkembangan area Industri, di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 1980-2000 yang dibagi dalam beberapa bab dcngan rincian sebagai berikut : BAB I.
Berisikan Jatar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian, faedah yang diharapkan, batasan-batasan serta sistematika penulisan penelitian.
BAB IL
Menguraikan konsep-konsep berupa teori-teori yang akan digunakan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan.
BAB IlL
Mengkaji metode penelitian yang berupa pendekatan studi, prosedur penelitian, wilayah penelitian, parameter, variabel, hubungan antar variabel, indikator penelitian, proses pengumpulan data, bahan dan alat penelitian yang dipergunakan, kesulitan-kesulitan dalam penelitian serta kerangka penulisan.
BAB IV.
Memberikan gambaratl wilayah penelitian dati berbagai aspek fisik dan non fisik, berupa Profil Kotamadya Bandar Lampung, Kecamatan Panjang.
BABY.
Industri beserta kajian-kajian yang a.k.an digunakan untuk membahas mengenai perkembangan industri dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya pada Lokasi yang rrterljatli wilayah studi
BABVL
Merupakan kesirnpulan yang akan diperoleh dari kajian dan hasil bahasan mengedai perkembangan industri di Kecamatan Panjang. Rekomendasi dari hasil penelitian yang dapat diberikan menjadi masukan bagi pengembangan industri di masa mendatang.
6
BAB fl. TINJAlJAN PlJSTAKA
2.1. Pengertian Kegiatan lndustri Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan ( 1997), bahwa kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi.
Mengingat pengaruh kegiatan
ekonomi di dalam ruang kegiatan tidak terbatas pada batas administratif: maka dalam pembangunan industri yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi, juga tidak mengenal batas administrasi. Dengan kata lain dalam mendefinisikan suatu lokasi kegiatan industri, pendekatan yang dilakukan lebih bersifat pengamatan fungsi tertentu baik secara ekonomi ruang maupun fisik.
Berdasarkan pemikiran di atas,
maka dapat dirumuskan beberapa pengertian dasar ruang kegiatan industri dan ciriciri industri sebagai berikut : a. Segi ekonomi ruang (spatial economic) Dari segi ekonomi ruang industri dibagi menjadi : Wilayah Pusat Pertumbuhan lndustri (WPP 1) Bentangan alami yang terdiri dari zona industri yang memiliki potensi untuk. tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri dan mempunyai keterkaitan ekonomi yang bersifat dinamis, karena didukung sistem pethubungan yang man tap.
7
Zona lndustri Satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri (industri dasar yang berorientasi pada sumber daya alam. industri kunci yang bertumpu yang kepada pengolahan potensi pembangunan yang ada maupun industri hilir yang berorientasi populasi
tinggi) sebagai
penggerak
kepada konsumen akhir dengan utama. yang secara keseluruhan
membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi yang mempunyai daya ikat spasial, sehingga mewujudkan suatu sistem ekonomi dalam batasan jarak tertentu. b. Segi fisik (physical approach) Dari segi pendekatan fisik industri dibagi menjadi : Kawasan lndustri Satuan areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan industri. baik dalam bentuk kompleks industri (industrial complex), Estet lndustri (Industrial Estate), Peruntukap. Lahan lndustri ( lahan disediakan untuk industri yang secara fisik mempunyai batasan tertentu. Dalam suatu kawasan industri, walaupUn secant tisik didQ;t'ninasi oleh kegiatan
industri,
namun
masih
bersifat
sebagai
unsur
penunJang
kelangsungan kegiatan industri seperti perumahan karyawan, balai latihan dan sebagainya.
8
Kompleks Industri Suatu areal yang secara khusus disediakan bagi sekumpulan kegiatan industri yang mempunyai keterkaitan proses produksi mulai dari industri hulu/dasar, industri antara dan industri hilir, yang biasanya dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi. Misalnya: Kompleks Industri Petrokimia, Kompleks Industri Tekstil Terpadu, Kompleks Industri Kayu Terpadu dan sebagainya. Estet Industri Suatu Iahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industriindustri yang bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat, dengan luas minimal 20 ha dan maksimal 400 ha yang lokasinya masih di dalam radius pelayanan sarana dan prasarana perkotaan. Peruntukan Lahan Industri Lokasi industri yang telah di tetapkan dalam Masterplan suatu daerah/kota yang biasanya terfetak pada jalur jal.a.n regional diperbatasan kota yang bersifat pertumbuhan pita danmasih berbauniengan kegiatan lain secara lebih teratur. Pemukiman Industri Kecil Suatu area yang terdapat berbagai kegiatan usaha industri kecil sejenis yang tumbuh dan berkembang dalam suatu lokasi tertentu ( pedesaan ).
9
Sarana Usaha Industri Kecil (SUlK) Suatu sarana usaha yang disediakan di dalam Estet Industri khusus bagi industri kecil yang mempunyai kaitan dengan berbagai industri di estet industri tersebut. c. Industri berdasarkan pengelompokannya Dari segi pengelompokannya industri dibagi menjadi : Lokasi yang Berbaur (Arbitrary) Lokasi industri yang berbaur secara acak dengan kegiatan sosial ekonomi lainnya di suatu daerah/kota, dapat berupa industri kecil dan industri hilir. Estet Industri Suatu lahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industriindustri yang bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat, dengan luas minimal 20 ha dan maksimal 40 ha yang lokasinya rnasih di dalam radius pelayanan sarana dan prasarana ~Iwtaan. Petuntukan Lahan Industri Lokasi indu~th yang telah dipersiapaiaR--dalam Masterplan suatu daer<\bf kota
yang
biasanya terletak
pada jalur jalan regional diperbatasan kota--}ang
bersffat pertumbuhan pita dan masih berbaur denga kegiatan lain secara lebih teratur.
10
Lokasi Industri Khusus Lokasi industri yang berlokasi di luar kota dan jauh dari pemukiman penduduk, terutama untuk menampung industri-industri dasar dan lebih dikenal dengan istilah Kompleks lndustri. Sentra lndustri Kecil Suatu area yang terdapat berbagai kegiatan usaha industri kecil sejenis yang tumbuh dan berkembang dalam suatu lokasi tertentu (pedesaan).
2.2. Peranan lndustri dalam Pembangunan Arsyad (1988) mengemukakan konsep pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialiasi.
Proses industrialiasi dan pembangunan industri ini
sebenamya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih berrnutu. Dengan kata lain pembangunan industri bukan hanya mencapai fisik saja, tetapi merlipakan suatu fungsi da'fi tujuan pokok kesejahteraan rakyat. lndustri juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia dan kemampuannya secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia.
Kita juga sering mendengar
industri merupakan sektor pemimpin (leading sector). Leading sector ini maksudnya dengan adanya pembangunan industri akan memacu dan mengangkat sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.
Pertumbuhan industri yang pesat akan II
merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku industri. Begitu juga sektor jasa yang berkembang dengan adanya pertumbuhan industri seperti
berdirinya
lembaga-lembaga
keuangan,
lembaga-lembaga
periklanan.
Kesemuanya itu akan mendukung pertumbuhan kegiatan industri di suatu daerah. Dari sisi lain dapat meningkatkan lapangan kerja yang pada akhimya akan meningkatkan pendapatan dan daya beli
masyarakat, dengan meningkatnya
pendapatan dan daya beli (pennintaan) tersebut akan menunjukan perekonomian yang sehat.
2.3. Pengelompokkan lndustri
Watanabe dalam Arsyad (1993) membedakan industri kedalam 4 golongan, yaitu :industri barang jadi, industri barang setengah jadi, industri barang jadi sektor primer dan industri barang setengah jadi sektor primer.
Selanjutnya Departemen
Perindustrian mengelompokkan industri kedalam tiga kelompok besar, yaitu : a. lndustri dasar meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) serta lndustri Kimia Dasar
(IKD).
Kelompok IMLD, antara lain industri mesin
pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraaan bennotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya.
Sedangkan yang tennasuk dalam
IKD, antara lain industri pengloahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri pupuk, industri semen, industri batu bara, industri silikat dan sebagainya.
12
Ditinjau dari m1smya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. b. Industri kecil meliputi industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri kerajinan umum dan industri logam. Kelompok industri ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan.
Teknologi yang
digunakan teknologi menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan luar negeri. c. Industri hilir yaitu meliputi kelompok Aneka lndustri (AI) yang meliputi, antara lain mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambagan, industri yang mengolah sumber pertanian secara luas dan sebagainya. Kelompok AI mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan dapat teknologi menengah ataupun maj u. Pengelompokan industri yang lain dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), dengan mengelompokk&n industri kedalam em pat (4) kelompok yaitu : a. Perusahaan/Industri besar, jika mempekerjakan I 00 orang atau lebih. b. Perusahaan/lndustri sedang, jika mempeketjakan 20 sampai dengan 99 orang. c. Perusahaan/lndustri kecil, jika mempekerjakan 5 sampai 19 orang. d. lndustri kerajinan rumah tangga, jika mempekerjakan · kurang dari 3 orang (termasuk tenaga kerja tidak dibayar) 13
2.4. Teori-teori Lokasi lndustri
2.4.1. Faktor-faktor dari Berdirinya lndustri Menurut Potter ( 1990) ada empat faktor yang menyebabkan negara untuk mengembangkan perusahaaan di dalam negeri : a. Faktor kondisi dan posisi negara dalam faktor produksi seperti tenaga kerja, infrastruktur yang diperlukan untuk industri tertentu. b. kondisi dan karakteristik permintaan untuk suatu produk industri atau jasa. c. Hubungan dan dukungan antar industri seperti ada atau · tidaknya kegiatan pemasokan bagi kepentingan industri dan hubungan antar industri dengan kompetisi dunia intemasional. d. Strategi, struktur dan persaingan antar perusahaan serta kondisi dari pemerintahan suatu negara yang mengatur pendirian industri, pengorganisasian dan m.anajemen perusahaan lokal.
Yip (1995) dalarn Prakosa ( 1997) mengemukakan
sua~u
industri akan
berkembang karena dorongan beberapa faktor, yang dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu : a. Faktor pasar (market driver) yaitu kebutuhan konsumen yang homogen, konsumen global, saluran distribusi global dan perpindahan pasar.
14
b. Faktor biaya (cost driver) dalam skala dan cakupan ekonomi, pengalaman dan pengetahuan, efisiensi sumber daya, pasokan yang baik, perbedaan biaya dan ketrampilan antar negara dan pengembangan produk. c. Faktor
pernerintah,
peraturan
dan
kebijakan
tentang
perdagangan
yang
mendukung standarisasi produk dan kebiasaan dalam distribusi pemasaran. d. Faktor persaingan, ketergantungan antar negara serta kompetisi global.
Thompson dalam Sugiana (2001) berbagai teori mengenai pengembangan kegiatan industri seperti locational determinant theory, product cycle
theory~
Locational determinant theory merupakan konsep umum yang digunakan para ekonom, ahli geografi dan perencanaan wilayah dalam penentuan lokasi industri. Locational determinant theory lokasi
rnengernukakan beberapa faktor yang menentukan
industri berkaitan dengan sumber daya dan pasar, biaya dan sistem
transportasi, biaya variasi spasial, permintaan produk, teknologi, permodalan, skala ekonomi dan aglomerasi ekonorni. Produs cycle theory mengemukakan tahap-tahap dalam pengembangan industri seperti inovasi, pengernbangan, standarisasi. Tahap standarisasi merupakan tahap yang memperhtikan biaya produksi yang rendah, yang memberikan kesempatan bagi negara yang sedang berkembang untuk menarik odal as mg. Sejalan dengan hal tersebut Tan (1992) mengemukakan perkembangan industri dengan munculnya negara industri baru di Asia.
Munculnya negara industri baru di
Asia dikemukakan ada dua pendapat, yaitu pendapat yang bersifat populer dan 15
pendapat yang bersitat radikal.
Pendapat yang populer menyebutkan munculnya
negara industri baru di Asia, disebabkan adanya hipotesis industri sebagai pemacu perkembangan teknologi,
kebijakan yang berorientasi pasar, kebijakan yang
berorientasi ekspor, aturan investasi yang memacu industri, stabilitas ekonomi makro dan aturan pemerintah yang menyiapkan infratsruktur serta efisiensi dalam hal pengurusan administrasi. Pendapat yang bersifat radikal mengemukakan munculnya negara industri baru di Asia, disebabkan taktor historis, faktor geografis, faktor politis, faktor budaya dan faktor keberuntungan. Faktor historis seperti munculnya negara industri disebabkan adanya kolonisasi yang dilakukan negara Jepang dan Inggris yang meninggalakan infrastruktur untuk kebutuhan industri.
Faktor politis
disebabkan adanya peran pemerintah yang begitu besar untuk mensukseskan pelaksanaan pembangunan, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi.
Faktor
budaya seperti dengan adanya budaya yang mendorong keberadaan industri yaitu Ajaran Confuse dan Shinto. Etika Protestan.
Ajaran ini seperti halnya Bangsa Eropa dengan adanya
Faktor keberuntungan lebih disebabkan adanya perdagangan
intemasional yang diikuti revolusi transportasi dan komunikasi yang menjadikan negara tersebut letaknya pada posisi yang menguntungkan seperti halnya dengan Negara Singapura (terletak pada posisi perdagangan antara dua benua yaitu Asia dan Australia. Selanjutnya Daldjoeni (1997) meskipun munculnya industri seringkali karena faktor kebetulan belaka, akan tetapi ada sejumlah faktor yang ikut menentukan berdirinya di suatu wilayah, diantaranya berkaitan dengan faktor ekonomis, historis: 16
manusia, politis dan akhimya geogratis. Di masa lampau faktor berdirinya industri diduga berkaitan erat dengan pengaruh geografis. Sehubungan dengan hal tersebut Robinson memasukan ke dalam faktor geografis dari berdirinya industri yang terdiri dari keberadaan bahan mentah, sumberdaya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air, pasaran dan fasilitas transportasi.
Kesemua faktor geografis ini timbul sesuai
orientasi dan jenis industri yang didirikan.
Seperti halnya jenis industri tertentu
sangat tergantung bahan mentah, maka industri tersebut didirikan dengan orientasi ke daerah bahan baku, terutama untuk industri yang memiliki bahan baku yang cepat rusak, bobot yang lebih berat dan pengangkutannya memakan yang memakan tempat dibandingkan barang tersebut setelah diolah oleh industri. Akan tetapi industri lain dapat saja pada Iokasi pasar dengan
pertimbangan apabila jauh dari pasar akan
memakan ongkos angkut yang besar. Dan industri tertentu juga sangat tergantung kebutuhan akan air dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya, tentu saja pilihan berdirinya industri tersebut pada daerah yang banyak suplai aimya.
Semakin
berkembanbrnya industri, maka produk yang dihasilkan tidak hanya untuk kebutuhan lokal dan harus dipasarkan dalam jangkauan yang lebih luas.
Hal ini disebabkan
pasaran lokal tidak dapat menampung semua hasil produk industri untuk itu pasatan mulai merambah dalam jangkauan yang lebih besar, pada kondisi ini industti sangat tergantung dengan fasilitas transportasi seperti misalnya jalan, pelabuhan, lapangan udara.
17
2.4.2.
Teori Lokasi lndustri dari Weber (Least Cost Location)
Seperti halnya pada aspek-aspek lain dari geografi manus1a, kajian lokasi industri telah bergeser dari tata
ke~janya
yang deskriptif ke yang ilmiah (deduktif).
Berbagai teori dan modelnya telah dirumuskan dengan maksud menjelaskan Iokasilokasi yang terdapat di lapangan (kenyataannya). Teori ini tujuan utamanya untuk menemukan atau menjelaskan lokasi optimal (lokasi terbaik secara ekonomis). Dan kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi optimal adalah yang memberikan keuntungan maksimal, artinya keuntungan tertinggi yang diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya paling rendah.
Dan kenyataan yang ada di Iapangan sulit
ditemukan lokasi yang dapat mengakomodasi keinginan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, karena itu lokasi industri dibagi kedalam least cost location dan maksimum revenue location. Alfred Weber dalam Friedrich ( 1929), mengemukakan lokasi optimal untuk kegiatan industr, yaitu menggunakart prinsip biaya transportasi yang paling minimal (prinsip least cost locations) dan untuk mendapatkan enarrt pra kondisi tersebut perlu diasumsikan : Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (berkaitan dengan ketrampilan) Sumber daya atau bahan mentah terdapat di tempat tertentu saja. Upah buruh yang telah baku artinya sama di manapun juga.
18
Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut dan dipindahkan. Terdapatnya kompetisi antar industri. Man usia itu berpikir rasional.
Weber menyusun model yang berupa segitiga lokasional (locational triangle) untuk membuktikan adanya enam prakondisi yang diasumsikan di atas. Dan lokasi industri yang ideal yaitu yang paling rendah biaya transportasinya untuk mengangkut bahan mentah dan hasil industri yang ada pada titik P 1 pada segitiga lokasional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gam bar 2. 1.
19
M
M
(b)
. M- Market (pasar)
R 1 R 2 -Raw materials (bahan ·
mentah)
·
R 1 dan R 2 melukiska. n dua asal ber-· sumber bahan mentah yang setelah d.ipabrikka n, dibutuhk~ oleh tempal A yaitu puaran tunggal bagi hasil yang diolah. Di manakah berdasarkan- biaya transportas i baik untuk bahan mentah maupun h.uil pabrik tadi?
M
.P- (lokasi berbiaya terendah t
Yang ideal tentunya di pus~t segitiga itu, yakni di P 1 , karena biaya untuk mentransp ortuikan bahan mentah dan produk-jad inya adalah sama besa.rnya, Kdang jarak ·dari · P 1 -~eM, ~e R 1 d~n R 2 samajauhn ya. Jad1 d.em1 least cost, . maka lokasi pabrik tepatnya di P 1 itu.
G4:1mbar 2. l. Segitiga Lokasio nal dari \Veber
Weber mengemuk~kan ada tiga faktor utama penentu lokasi pabrik yaitu matrial konsumsi dan tenaga
ke~ja.
Weber menggunakan asumsi dalam mengemukakan
tcori pencntuan lokasi pabrik :
20
(a) Hanya tersedia satu jenis alat transportasi. (b) Tempat berproduksi (lokasi pabrik) hanya pada satu tempat. (c) J ika ada beberapa bahan mentah yang berasal dari beberapa tempat.
Tiga asumsi di atas, menyebabkan Biaya transport akan tergantung dari bobot barang atau volume dan jarak pengangkutan.
Weber menggunakan segitiga bobot
yang sisinya menunjukan perbandingan bobot material-material yang diangkut dan segitiga jarak yang menunjukan jarak pengangkutan. Alfred Weber dalam menyusun konsepnya tentang the least cost location (1909) mengadakan
penyederhanaan dalam
bentangan
lahan
(homogen dan datar)
Perumusan biaya terendah kegiatan produksi memungkinkan transport cost terendah. Analisis lebih lanjut menghasilkan lokasi optimal yang terletak di antara yang disebut isodapane yang mencerminkan lokasi median.
2.4.3. Orientasi Pilihan Lokasi Kenyataan yang ada di lapangan tidak sesederhana yang dikemukakan oleh Weber, karena ada industri yang weight losing (bahan mentahnya selama pemrosesan berkurang beratnya) dan ada industri yang weight gaining (bertambah beratnya selama pemrosesan).
Dalam keadaan yang demikian (weight losing) dapat
menyebabkan kemungkinan terjadinya biaya bahan mentah menuju pabrik akan lebih mahal dibandingkan dengan baya transportasi produk jadinya yang menuju pasaran. Oleh karena itu lokasi industri dekat sumber bahan mentah yang menjadi pilihan 21
dalam menentukan lokasi, sedangkan yang weight gaining cenderung meilih lokasi yang mendekati pasaran. Dalam realitas kenyataan yang ada di lapang jarak antara satu titik sumber bahan mentah dengan pasar (konsumen) dalam hal transportasi seringkali tidak menempuh jalan yang bentuknya lurus, jalan yang dipergunakan bahkan seringkali juga berbelok-belok dan turun naik, karena itu jenis sarana transportasi yang digunakan harus diperhitungkan dalam penentuan lokasi industri.
2.4.4. Teori Hoover tentang Lokasi Kegiatan Ekonomis Banyak para ahli yang tidak semuanya dapat menerima pendapat Weber, dengan segala argumentasi mencoba mengkritik bahkan mengemukakan pendapat untuk menyempumakan pendapat Weber tentang lokasi industri.
Seperti halnya
Hoover ( 1948) muncul sebagai kritik terhadap teori yang dikemukakan Weber tentang-lokasi industri, khususnya yang menyangkut biaya transport yang terendah di daiarn segitiga lokasional.
Hoover mengemukakan lokasi pabrik atau perusahaan
dapat saja di titik pasar ataupun pada titik sumber bahan mentah, jadi tidak hanya lokasi antaranya seperti pendapat Weber. Yang mendasari teori Hoover juga biaya transport, dengan memperhitungkan assembly cost ditambah distribution cost. Pada kasus industri yang berkiblat bahan mentah akan menempatkan industri tersebut pada lokasi bahan mentah, begitu juga sebaliknya bagi industri yang berkiblat pasar akan menempatkan industri pada lokasi pasar. Pada kasus dimana pabrik ditemukan pada lokasi antar pasar dan sumber bahan mentah dapat diketahui industri tersebut 22
memperhatikan non biaya transport, aspek lain yang penting dalam teori Hoover adalah trasnshipment point sebagai biaya transport paling rendah.
Sehubungan
dengan itu perlu diketahui seluk-beluk biaya break-of-bulk point, tempat dimana cargo dipindahkan dari sarana transport jenis yangsatu ke jenis yang lain, misalnya tempat pelabuhan atau stasiun kereta api.
2.4.5. Modifikasi Segitiga Lokasional Pendekatan Weber yang sangat mementingkan transport cost banyak mendapat kritikan, karena faktor lain yang dapat menentukan lokasi industri seperti halnya tenaga kerja yang murah, terutama industri yang memerlukan tenaga kerja yang besar. Dengan kata lain pabrik atau industri memperhatikan aspek least labour cost. Berlangsungnya kegiatan suatu industri industri dalam menghasilkan produknya yang paling utama sangat tergantung dengan ketrampilan manusia sebagai tenaga kerja. Dengan upah buruh yang murah akan mampu mengurangi total cost (biaya transportasi total), terutama pada industri yang memerlukan tenaga kerja
dalam
jumlah yang besar seperti industri meubel, rokok, keram;k dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gam bar 2.2.
23
lsodapon l
B
lsodopan l<,ritis
lsodapan adalah gans di mana total transport cost sama. Dua 11111< (L I, L2) mc·na":arkan upah buruh murah, yang dapat mengurangi total cosr densan £3 tiap unit. Lokasi pabrik di L I itu ideal, karena ada dalam 1sodapan L3, (dalam transport yang sclamat mclcbihi yang h1Jang) Lokasi di L2 d1ccgah, karcna mcru· gil
Gambar 2. 2. Efek Tenaga Buruh dan Transportasi pada Lokasi Pabrik
2.4.6. Teori Lokasi Industri Optimal dari Losch
Losch menulis teorinya dalam buku Economics of Location terbitan tahun 1954. Teori Losch berdasarkan demand (permintaan), sehingga diasumsikan bahwa lokasi optimal suatu industri adalah dimana yang bersangkutan dapat met,ruasai wilayah
24
pasaran yang terluas, dengan demikian dapat dihasilkan paling banyak pendapatan (maximum revenue). Kemudian Losch mengasumsikan permukaan lahan datar lagi homogen yang selalu disuplai oleh pusat industri, karena ada permintaan secara memta.
Losch menggambarkan bahwa harga penyerahan hasil (produk) harus
ditanggung para industrialis berupa ongkos ekstra dari transportasi. dik~luarkan
Harga yang
sebagai biaya transportasi akan meningkat mengikuti jarak, maka setiap
industriawan akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pemasaran seluasluasnya.
2.5. Daya Sentrifugal dan Daya Sentripetal Johnston ( 1981) mengemukakan istilah sentrifugal dan sentripetal berasal dari C.C. Colby yang mengkatagorikan dua tenaga yang sating berlawanan dan
menghasilkan pola-pola perubahan tata guna lahan di dalam kawasan perkotaan. Proses berekpansinya kota dan berubahnya struktur tata guna lahan sebagian besar disebabkan oleh adanya daya sentrifugal dan sentripetal pada kota. Yang pertama mendorong gerak ke luar dari penduduk dan berbagai usahanya, lalu terjadilah dispersi kegiatan manusia dan relokasi sektor-sektor dan zone-zone kota. Adapun yang kedua mendorong gerak ke dalam dari penduduk dan berbagai usahanya sehingga terjadilah pemusatan kegiatan manusia. Ada beberapa hal yang mendorong gerak sentrifugal, yaitu :
25
a. Adanya gangguan yang berulang seperti macetnya lalulintas, polusi dan gangguan bunyi menjadikan penduduk kota merasa tidak nyaman. b. lndustri modem kota yang memerlukan lahan-lahan yang relatif kosong di pinggiran kota, dimana dimungkinkan pemukiman yang tidak padat penghuninya, kelancaran lalulintas kendaraan di tengah kota. c. Sewa tanah yangjauh lebih murah jika dibandingkan ditengah kota. d. Gedung-gedung bertingkat yang tidak mungkin lagi diperluas, kecuali dengan biaya yang sangat tinggi. e. Perumahan ditengah kota yang pada umumnya serba sempit dan tidak sehat. f.
Sebagian penduduk kota yang berkeinginan secara naluri untuk menghuni di luar kota yang terasa serba alami.
Ada beberapa hal yang mendorong gerak sentripetal yang mendorong pemusatan (konsentrasi) kegiatan manusia yang dianggap menguntungkan, yaitu: a. Lokasi dekat pelabuhan atau persimpangan jalan yang sangat strategis bagi industri. b. Bagi berbagai perusahaan dan bisnis sangat menyukai lokasi dekat stasiun kereta api dan terminal. c. Mengikuti kecenderungan dekat tern pat ahli hukum, tukang gigi, tukang jahit, perdagangan. d. Orang akan bangga tinggal dekat pusat-pusat perbelanjaan yang besar dan toko-toko.
26
e. Kelompok-kelompok gedung-gedung yang seJems seperti perkantoran, tlat ikut menurunkan harga tanah. f.
Adanya tempat-tempat untuk olah raga, hiburan dan seni budaya yang dapat dikunjungi pada waktu senggang.
g. Dengan adanya pertimbangan jarak antara rumah dan tempat kerja tidak jauh.
2.6.
Pola Lokasi Berpadu (Aglomerasi)
Supono ( 1999) mengemukakan selain industri memilih pola lokasi yang menyebar, ada pula perusahan yang memilih pola lokasi berpadu (aglomerasi). Konsep isodapane dari Weber menjelaskan pentingnya perusahaan atau industri mengadakan aglomerasi.
Isodapane memungkinkan sebuah perusahaan memilih
lokasi yang berorientasi pada kebersamaan lokasi daripada memilih lokasi optimal yang berorientasi pada biaya transportasi, bila manfaat aglomerasi melebihi biaya transportasi tersebut. Aglomerasi akan memberikan manfaat external aglomeration economies (penghematan aglomerasi) disamping internal aglomerasi (penghematan aglomerasi intern). Suatu daerah atau kota umumnya berkembang karena aglomerasi. Aglomerasi mengakibatkan industri-industri atau perusahaan-perusahaan dapat melakukan kegiatan produksi dengan biaya yang lebih rendah.
Ada dua macam
aglomerasi yaitu localization economies (penghematan lokasi) dan urbanization economies (penghematan urbanisasi). Penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya total rata-rata produksi dari industri-industri sejenis pada lokasi sama turun bila 27
jumlah produksi dari berbagai nidustri di suatu lokasi naik.
Penghematan lokasi
terjadi karena tiga alasan yaitu dalam hal pembelian input bersama dalam jumlah besar dari perusahaan sejenis dalam lokasi yang sama dari pemasok input yang sama, ekonomi pasar tenaga kerja(kemudahan memperoleh tenaga kerja) dan kemudahan komunikasi ekonomi (mudahnya pertukaran informasi dan penyebaran teknologi). Penghematan urbanisasi terjadi karena alasan-alasan yang sama seperti penghematan lokalisasi. Perusahaan yang sama dapat membeli secara bersama-sama pada pemasok bahan baku yang sama.
Dari segi lain perusahaan akan mudah mendapat tenaga
kerja, memperoleh pertukaran informasi dan penyebaran teknologi secara cepat. Sejalan dengan hal tersebut Daldjoeni ( 1997) mengemukakan, bahwa keuntungan yang diperoleh karena pemusatan kegiatan sekaligus bercorak ekonomis, geografis dan psikologis. Aglomerasi itu sendiri merupakan faktor lokasi yang sangat penting, terutama industri sejenis ataupun yang berkepentingan dalam satu komples, apalagi jika berdekatan dengan terminal angkutan darat, pelabuhan atau bandar udara.
2.7. Tata Guna Lahan.
Menurut Gallion dan Eisner ( 1986) ada lima kategori dalam pengunaan lahan kota, yaitu ruang terbuka, lahan pertanian, perumahan, perdagangan dan industri. Sejalan dengan hal tersebut Chapin
and Kaiser ( 1979)
mengemukakan, bahwa
penggunaan lahan berkaitan erat dengan sistem aktivitas antara manusia sampai dengan kelembagaan (institusi), yaitu induvidu, rumah tangga, perusahaan serta
28
institusi. Dan masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda. lnduvidu dan rumah tangga memanfaatkan lahan kota secara optimal lebih dibatasi oleh faktor sosial ekonominya yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pribadi. Perusahaan dalam hal ini swasta dalam memanfaatkan orientasi pada keuntungan (profit).
la~1an
kota, yang biasanya dibatasi oleh
Dan teori lokasi dipakai untuk mendukung
aktivitasnya, sehingga tercapai jangkauan pelayanan yang paling ekonomis dan akan cepat mendatangkan keuntungan.
Sebagai akibatnya seringkali pihak swasta akan
menguasai lahan dalam skala luas dan akan menempati posisi lahan yang strategis, yaitu pusat-pusat pertumbuhan terutama dikota. lnstitusi dalam hal ini pemerintah memanfaatkan lahan secara optimallebih berorientasi pada pelayanan umum (public services) dengan tujuan untuk pengembangan manusia. Sejalan dengan hal tersebut Andrew ( 1971 ) mengemukakan perubahan guna tanah yang dimaksud dalam hal ini adalah proses beralihnya fungsi atau guna tanah dalam bentuk perluasan, jenis dan intensitas dari penggunaan sebelumnya, karena adanya aktivitas manusia yang mendiami untuk memaksimalkan keuntungan dan nilai tanah ekonomis dalam rangka pemanfaatannya. Salim dalam Koester (1997) mengemukakan faktor-faktor kota yang dominan- mempengaruhi pemanfaatan Iabarr adalah penduduk, pertumbuhan industri, jasa dan pendapatan dan simpul-simpol aksebilitas terhadap ekonomi kota.
29
2.8. Pergerakan dan Sistem Transportasi Dalam mempercepat perkembangan wilayah, salah satu prasaran transportasi yang berperan yaitu dengan keberadaaan jalan. Dan jalan sendiri merupakan faktor kunci
yang
harus diperhitungktan.
Tanpa adanya
keberadaan jalan yang
menghubungkan suatu wilayah dapat dipastikan laju perkembangan pembangunan dapat terhambat.
Menurut Branch ( 1995) pembangunan jaringan jalan kota akan
memberikan dampak atau perubaahan yang akan timbul sebagai akibat aksesibilitas pergerakan manusia mapun barang dengan menggunakan transportasi seperti kendaraan urn urn maupun pribadi. Oleh karena itu jalur transportasi dan utilitas kota merupakan pembentuk pola ruang kegiatan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan komunitas dan kenyataanya berbagai kegiatan usaha dengan memilih lokasi disepanjang jalur-jalur lalu Iintas primer dan ditempat-tempat yang merupakan pusat pembangunan. Rondinelli ( 1985) menyoroti kegiatan ekonomi di kota orde kedua yang menimbulkan kegiatan, serta memberikan dorongan secara sentrifugal perkembangan fisik kota.
bagi
Sejalan dengan itu Hadjisarosa ( 1981) mengemukakan,
bahwa terlepas dari dari ukuran setiap simpul jasa distribusi oleh pusat kegiatan usaha distribusi yang mencakup perdagangann dan angkutan.
Disitu telibat sejumlah
manusia yang memerlukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan.
Dan kegiatan
usaha yang berfungsi sebagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan. Kegiatan usaha yang berfungsi sebagai pelayanan akan menyebabkan kegiatan usaha dan manusia yang membentuk kehidupan kota.
Dalam kaitan tersebut simpul jasa distribusi 30
dinyatakan sebagai titik tumpu bagi tumbuh dan berkembangnya kota menurut pertumbuhan ekonomis, ataua dengan kata lain kota mempunyai peran sebagai simpul jasa distribusi.
Dan interaksi antara simpul besar dengan simpul-simpul kecil dan
daerah belakang lainnya yang berada dalam wilayah pengaruhnya merupakan unsur yang penting. Ada dua fungsi penting sipul-simpul, yaitu fungsi primer sebagai pusat pelayanan jasa distribusi bagi wilayah pengembangan (bersifat keluar) dan fungsi sekunder sebagai kehidupan masyarakat di simpul bersangkutan (bersifat ke dalam).
2.9. Landasan Teori Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat disusun landasan konseptual penelitian atau konsep yang ada dalam bentuk landasan teori yang mendukung penelitian.
Dapat dikemukakan, bahwa industri merupakan salah sattf sektor
pembangunan yang memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat, dengan perannya memacu pertumbuhan perekonomian secara pesat.
Bahkan ada yang mengemukakan sebagai sektor
pemimpin (leading sector) yang dapat merangsang tumbuh dan berkemb.angnya sektor-sektor lain.
Untuk itu perkembangan sektor industri di suatu wilayah
mendapat perhatian banyak ahli. Faktor yang menyebabkan berkembangnya industri di suatu wilayah seperti faktor ekonomi, historis, manusia, politis dan gerografis, yang
dikemukakan
oleh
Yip,
Tan
(1992).
Faktor
yang
me~ngaruhi
berkembangnya industri berkaitan erat dengan keberadaaan industri di suatu wilayah dengan melihat pemiliftan lokasi untuk kegiatan industri, yang tentu saja sangat 31
memperhatikan aspek keuntungan ekonomis yang akan dicapai dari produk yang dihasilkan industri, apabila industri ditempatkan di lokasi tersebut. Robinson (1979) mengemukakan faktor-faktor geografis yang menentukan berdirinya industri yaitu tersedianya bahan baku, tenaga kerja, sumber energi, air bersih, tempat pemasaran' dan fasilitas transportasi.
Untuk mencapai keuntungan yang optimal harus dilandasi
teori-teori lokasi industri, yang dikemukakan beberapa ahli yaitu Weber (yang mengemukakan lokasi untuk kegiatan industri yaitu lokasi yang memberikan keuntungan maksimal degan penekanan pada pengeluaran biaya transport serendahrendahnya), Hoover (yang mengemukakan lokasi optimal untuk kegiatan industri yaitu lokasi yang juga harus memperhatikan kemungkinan biaya non transport seperti biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan kargo (barang) dati sarana transport yang satu ke jenis yang lain), dan Losch (yang mengemukakan lokasi optimal untuk kegiatan industri dengan penekanan pada permintaan (demand) yang berkaitan dengan luas wilayah pemasaran. Kegiatan industri sendiri tidak lepas dengan aktivitasnya yang berkaita.n dengan pemanfaaatan ruang, sehingga berpengaruh dengan tata guna laban, yang harus bersama-sama dengan berbagai aktivitas lain atau dengan kata lain seringltali sangat berbeda
kepentingannya dalam pemanfaatan
laban yang ada tersebut.
Industri
dengan segala kegiatan yang dilakukannya akan mempengaruhi tata guna laban, yang dikemukakan Andrew ( 1971 ), Chapin dan Kaiser ( 1979), sejalan dengan hal tersebut dikemukakan oleh Gallion dan Eisner (1986 ).
32
Industri harus tetap men_1aga keberlangsungan kegiatannya dengan selalu memiliki bahan baku yang akan dikelolanya, juga harus menjaga kelancaran distribusi dari produknya.
Kegiatan industri harus didukung dengan adanya
kelancaran pergerakan transportasi,
dengan demikian keberadaan jaringan jalan
menjadi hal yang sangat penting, seperti yang dikemukakan oleh Hadjisarosa ( 1981 ), Rondinelli ( 1985)dan Branch ( 1995).
33
BAB III. METODE I,ENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan, bahwa penelitian akan dilakukan disusun secara berurutan dimulai dari pendekatan studi, prosedur, wilayah penelitian, teknis analisis sampai dengan model analisis, pengumpulan data, teknik analisis, peralatan serta kendala-kendala yang mungkin akan terjadi di Iapangan.
3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan rasionalistik yang lebih menekankan pada pemaknaan empiri yang didukung data empirik yang relevan dengan kegiatan industri di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.
Analisis yang digunakan untuk membahas hasil penelitian adalah
empirical analitik dengan kedudukan teori sebagai basis konstruksi pemaknaan atas empiri sensual, logik ataupun etik.
3.2. Lokasi dan Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada area industri di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung dengan petimbangan, bahwa wilayah tersebut merupakan area industri yang tumbuh dan berkembang serta mempunyai intensitas kegiatan yang cukup tinggi dari seluruh wilayah yang ada di Kota Bandar Lampung, bahkan di Propinsi Lampurlg ymtgJditandai dengan perkembangan y.ang cukup pesat dari jum1ah l'Crusahaan yapg 34
melakukan kegiatan industri di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini dibatasi pada kajian mengenai perkembangan industri pengolahan di Kecamatan Panjang dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, disebabkan industri tersebut memang merupakan industri yang sangat dominan di wilayah tersebut.
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian yang akan dilakukan mencakup tahap-tahap yang disusun sebagai berikut : a. Melakukan observasi pendahuluan tentang kegiatan industri pada lokasi menjadi studi kasus yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Dalam observasi pendahuluan peneliti mengunjungi lokasi industri dan mengamati kegiatan industri, sambil melakukan wawancara dengan beberapa orang secara tidak terstruktur, kemudian mencatat fenomena yang merupakan fakta yang tampak tennasuk kuantitas lokasi industri. b. Mempelajari konsep-konsep yang berkaitan erat dengan aglomerasi, industri tennasuk kebijakan dan aturan-aturan tentang lokasi industri. c. Merumuskan landasan teoritis yang akan menjadi bahan acuan penyusunan tulisan untuk melakukan kegiatan penelitian nantinya. d. Merumuskan metode penelitian yang akan digunakan
tennas,1,1~
varia.bel-variabel
yang rencana akan digunakan.
35
e. Membuat model analisis yang akan digunakan untuk menjelaskan variabelvariabel serta keterkaitan antar variabel tersebut. f.
Mengumpulkan data sekunder dari berbagai lembaga baik instansi pemerintah mapun swasta sebagai bahan yang akan diolah.
g. Mengumpulkan data primer dengan mengadakan
survei di lapangan dan
mengadakan wawancara dengan perusahaan yang di ambil sebagai responden sebanyak 33 perusahaan yang berada di Kecamatan Panjang berdasarkan pertanyaan yang terstruktur dan fleksibel. Dan pertanyaan yang mengenai faktor yang paling mempengaruhi perkembangan industri
dibuat persentasenya,
sedangkan pertanyaan hasil wawancara yang lain dan data sekunder digunakan sebagai bahan untuk membahas perkembangan industri dengan menggunakan metode analisis kualitatif. h. Hasil penelitian yang dilakukan akan dibahas dengan menggunakan pendekatan empirical analisis yang diharapkan akan memberikan gambaran korelasi antara teori dan keadaan 1.
empi~i
(lapangan) ..
Menyusun kesimpulan dan saran penelitian sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan.
36
3.4.
Proses Pengumpulan Data
Penelitian lapangan akan dilakukan bertempat di Kota Bandar lampung pada lokasi yaitu Kecamatan Panjang yang diharapkan dapat berlangsung selama 8 (delapan) minggu dalam Catur Wulan IV yang diperkirakan dimulai awal Bulan Januari 2002 sampai dengan Februari 2002. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data sekunder sebagian besar terdapat di lembaga pemerintah yaitu Dinas lnformasi dan lnvetasi Propinsi Lampung, Kotamadya,
Dinas
Perindustrian
BAPPEDA
(Kotamadya!Propinsi),
Kotamadya,
Badan
Biro
Pusat
Pertanahan
Statistik Nasional
(Kotamadya!Propinsi), Dinas Perhubungan (Kotamadya!Propinsi), Dinas Pekerjaan Umum (Propinsi/Kotamadya), Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kotamadya serta Sekretariat Kecamatan Panjang. diambil dengan mewawancarai
Sedangkan data primer yang digunakan
berdasarkan pertanyaan yang telah disusun yang
ditujukan kepada perusahaan industri yang melakukan kegiatan pada lokasi penelitian.
3.5. Parameter dan Variabel Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Panjang dan Kota Bandar Lampung, dengan parameter yang disusun untuk melihat perkembangan industri yang ada antara periode tahun 1980-2000 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
37
Tabel3.1. Parameter dan Variabel yang Digunakan dalam Penelitian N
Parameter
Varia bel
lndikator
Teori/Konsep yang digunakan
Faktor yang dipengaruhi
Pcnggunaan tanah
Luas dan perk em bang an penggunaan tanah, nilai tanah. Jenis perusahaan, Perkembang an investasi, tenaga kerja Keberadaan bahan baku
Gallion dan Sekunder Eisner, Andrew serta Johston.
Keberadaan tenaga kerja Ketersediaa n sumber energi Keterscdiaa nsumber air Perkembang an kegiatan Perkembang an Janngan jalan. Jenis kebijakan Hirarki lembaga
Robinson, Weber, Sekunder Losch, Hoover dan primer Robinson, Weber, Sekunder Losch, Hoover dan primer
0
I
Pcrusahaan Industri
2
Faktor yang Mempenga ruhi
Bahan baku
sumber day a tenaga kcrja sumber daya energ1 suplai air Pelabuhan Aksesibi litas
Kebijakan Pemcrintah ILembaga Keuangan
Teknik Pengumpulan Data
Departemen Perindustrian, BPS,
Sekunder dan primer
Robinson, Weber, Losch, Hoover
Sekunder dan primer
Robinson, Weber, Losch, Hoover Hoover, Johstons Branch, Hadjisarosa, Rondinelli. Dunn, Tan Arsyad
Sekunder dan primer Sekunder dan primer Sekunder dan primer Sekunder dan primer Sekunder dan primer
38
Mempelajari tentang konsep dan teori mengenai industri
+ Merumulkan landasan teori Merumuskan metode penelitian, parameter dan variabel Penelitian
~
Membuat metoda nalisis
,, Pengumpulan data primer dl. seknnder Anal isis
Kesimpulat dan Rekomendasi
Gambar 3.1. Kerangka Tahapan Penelitian
39
3.6. Kerangka Alur Pikir Penelitian
Landasan Tcori lr
Perkembangan lndustri
+
I
I Faktor Internal ~
~lr
=
...:;.:::
= c = ..c =
..c
= =~=·=
~
c
I.
=~ ~
..c Q)
E
~
Q)
~~
I
.=
I Faktor eksternal I
~ .bil
I.
I.
Q)
Q)
b() = c= Q)
~
~
I I
...... ~
....
c
~
,,
.
= b()=cb() = ..c c
-=
g;
·-..c--
·-= ·-=c.
~~
~
rFJ
E
I. Q)
..c
Q)
E
ri:J
··~
.-:::: ri:J
Q)
Q)
I.
=
--(
~
I
,, c
= = ~
..c ..c
=
~
rFJ
I
,, Kawasan lndustri di k.ec. Panjang
..
~
~~
lr
Kesimpulan
..
Rekomendasi
I
I·······
Gambar3.2. Kerangka Alur Pikir Penelitian
40
BAB IV. DESKRIPSI WILA YAH PENELITIAN
4.1. Kota Bandar Lampung 4. 1. 1. Kondisi Fisik Dasar Kota Bandar Lampung secara geografis terletak pada koordinat 105°28'-105°37' Bujur Timur dan 5°20'-5°30' Lintang Selatan. Adapun batas administratif Kota Bandar Lampung sebagai berikut: •
Sebelah Utara dengan Kabupaten Lampung Selatan.
•
Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus.
•
Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Selatan.
•
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lampung Selatan.
Dan sejak tahun 1981 Kota Bandar Lampung luas wilayah 19.260 ha terdiri dari sembilan kecamatan, dengan rincian luas wilayah: •
Kecamatan Kedaton dengan luas 3.552 ha.
•
Kecamatan Panjang dengan luas 2. 716 ha.
•
Kecamatan Sukarame dengan luas 2.746 ha.
•
Kecamatan Tanjungkarang Barat dengan luas 4. I 0 I ha.
•
Kecamatan Tanjungkarang Pusat dengan luas 495 ha.
·-.
Kecamatan Tanjungkarang Timur dengan luas 211 ha.
•
Kecamatan Telukbetung Utara dengan luas 625 ha.
•
Kecamatan Telukbetung Selatan dengan luas 539 ha.
•
Kecamatan Teluk Betung Barat dengan luas 2.412 ha.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.1.
41
/
'
/
\
KAH. I.AMPUNCSI'J.ATAN
KAH. I.AMI'UN\.SI-l.ATAN
I I I
-'\.
· KAI:l.I.AMf'IJNCSJ-l.ATAN
-
/
/
/
<
/
,..
'/ '
Pelabuhan
TELUK LA:\1/'UNc..;
-
~
i
I
KOTABANDARLAMPUNG
~============~======================================~
Gambar4.1
PETA ADMINISTRASI
I.Jibi
~~
MACISTER l'l:RI'NCANAAN KOI"i\ DAN IJAEAAI-I l iNIVFR>ITA.<; (;i\l)ji\1 1 MAD/\
u>genda: @ Kanlor Gu bernur ® Kantor Walikola • Kantor Kecamalan :t Pelabuhan - - Balas Kola . -- Balas Kecamalan Arteri Prime r - - Arteri Sekunder - - · Koh!ktor . · R4!l K(!reld Api ~~ Wilayah Penelitian Sumht•r: BI'N Kota Bandar l.ampun1\
Keadaan topograti Kota Bandar larnpung terletak pada ketinggian 0-500 di atas pennukaan taut, dengan rincian rnasing-rnasing kecarnatan rnerniliki topografi :
• Kecarnatan Kedaton dengan tofograti datar, bergelornbang dan berbukit. • Kecarnatan Panjang dengan topografi datar, bergelornbang dan berbukit. • Kecarnatan Tanjungkarang Tirnur dengan topograti bergelornbang dan berbukit.
•
Kecarnatan Tanjungkarang Pusat dengan topografi sebagian besar datar dan bergelornbang.
•
Kecarnatan Tanjungkarang Barat dengan topografi
datar, bergelornbang dan
berbukit. •
Kecarnatan Telukbetung Utara dengan topograti datar dan bergelornbang.
•
Kecarnatan Telukbetung Selatan dengan sebagian besar datar dan bergelornbang.
•
Kecarnatan Telukbetung Barat dengan topografi sebagaian besar bergelornbang dan berbukit.
Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelornbang dipengaruhi oleh Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang yang terdiri dari Gunung Betung dari sekitar Tanjungkarang kearah Barat dan Gunung Balau dari sekitar Tanjungkarang Timur serta Bukit Serampok di bagian Timur sampai Selatan.
Dari kesemua keadaan topografi yang telah
dikemukakan, bahwa Kota Bandar lampung memiliki daerah datar 40 %, landai sampai miring 55 %, sangat miring sampai curarn 4 %, serta wilayah tergenang di tepi pantai seluas 4%. Kota Bandar Lampung beriklim tropis dengan merniliki dua musim yaitu musirn penghujan pada bulan Oktober sampai dengan April dan musim kemarau pada bulan
43
April sampai dengan Oktober dengan temperatur rata-rata minimal 22 rata-rata maksimal 32 °.
o
dan temperatur
Curah hujan maksimal jatuh pada bulan Maret (554 mm),
sedangkan curah hujan minimal jatuh pada bulan Juni (27 mm). Keadaan hidrologi yang ada di Kota Bandar Lampung berupa air tanah permukaan di sebelah Utara dan Selatan :
rata-rata 8 meter dari permukaan air tanah, sedangkan di bagian Barat dan Timur mencapat keadalaman 12 meter dari permukaan air tanah.
Keberadaan sungai yang
melintasi kota Bandar Lampung hanya merupakan sungaisungai kecil (kali) yang merupakan ranting dari cabang sungai besar River Bacin seperti Way Awi, Way Galih, Way Kupang, Way Kemiling, Way Betung, Way Kuripan, Way Kedamaian dan masih banyak lagi sungai kecil yang panjangnya tidak Iebih dari 14 km.
4.1.2. Aspek Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bandar lampung tahun 2000 diperkirakan
sebanyak
743.109 jiwa, tahun 1990 senyak 636.418 jiwa, tahun 1980 senyak 284.167 jiwa dan tahun 1970 sebanyak 198.427 jiwa. Dan dalam kurun waktu 30 tahun dari tahun 19702000 mengalami kenaikan
sebesar 374,50 %, dengan rata-rata pertumbuhan hingga
tahun 2000 sebesar 914 jiwa per tahun. Kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung tahun 2000 sebesar 38,70 jiwa perhektar. Distribusi penduduk Kota Bandar Lampung dengan jumlah penduduk yang terbesar yaitu Kecamatan Kedaton ( 136.702 jiwa) diikuti Kecamatan Tanjungkarang Barat 99.785 jiwa dan Kecamatan Sukarame (95.888 jiwa), sedangkan yang terkecil yaitu Kecamatan Telukbetung Barat (52 .510 jiwa) diikuti Kecamatan Telukbetung Utara (2.51 0 jiwa).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
44
Tabel 4. I dan Gambar 4.2.
Kepadatan penduduk terbesar yaitu Kecamatan Telukbetung
Selatan ( 162,32 jiwa per hektar) diikuti Kecamatan Tanjungkarang Pusat ( 141,52 jiwa per hektar) dan kepadatan yang terkecil yaitu Kecamatan Telukbetung Barat (21 ,77 jiwa perhektar) diikuti Kecamatan Tanjungkarang .Barat (24,31 jiwa per hektar) dan Kecamatan Panjang (25,32 jiwa perhektar).
Untuk Iebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.1. Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 1970-2000
No.
Tahun
Penduduk t---···.
Jumlah Oiwa)
Kepadatan ijiwa/ha)
·~
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996
1lJ96 2000
191.631 199.427 203.382 223.225 227.186 284.167 461.242 493.718 619.717 626.328 636.418 629.629 645.759 '668.059 672.264 743.109
14,78 15,39 15,69 17,22 17,53 21,92 24,02 25,71 32,28 32,62 33,15 32,79 33;63 34,19 35,01
~,..70
Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung (2002).
45
Gam bar 4 .2. Grafik Jumlah Penduduk Kota Bandar L.ampung Tahun 1970-2000
800.000 , - - - -- - - - - -- - - - , 700.000 6 00.000 500 .000 . 400 .000 200.000 100.000 0 ~--~~~~--~----~~~ m m m m m m m m ~ ~ ~ oo oo m m m o ~ oo ~ m o ~ oo ~
~
~
~
~
~
~
~
Tahun
Tabel4.2.
o·ISt n"b USI. Pend u d u k K 0 ta B an d ar L No. Kecamatan
ampun~
Luas Wilayah (ha)
T a h un 2000
Penduduk Jumlah (jiwa)
Kepadatan (jiwa/ha)
1 T anjungkarang 495 Pusat ·2 T anjungkarang 211 Timur -- - -------- - -- --·-·--·-· 3 T anjungkarang 4.101 .. - -- ----- ··- ----- Barat -4 T elukbetung Utara 625 5 T elukbetung Selatan 539 6 T elukbetung aarat . 2.412 --2.716 --- 7 Panjar:!g 2.746 - -- 8 Sukarame -- .. --~. 552 9 Ked a ton ....19~21>0 Jumlah ~
70.050 ..
75.303
- - ·99.785
141 ,52 ---
356,89
-- ·- - 24,33
- - · -- - -56.612 90,58 87.489 162,32 52.510 21 ,77 68.770 25,32 34,92 95.888 ------~ 38,-t19 136:-Z~ 743.109 42;11
Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung (2002).
46
Gambar 4.3. Grafik Distribusi Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2000
l!lD Tanjungkarang Pusat
9%
I!J Tanjungkarang Timur • Tanjungkarang Barat 0 T elukbetung Utara
13%
13 %
D T elukbetung Selatan 0 T elukbetung Barat EJ Panjang
7%
OSukarame
12% •Kedaton
4.1.3. Aspek Perekonomian Kondisi Perekeonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regionoal Bruto (PDRB) daerah yang bersangkutan, termasuk kontribusi dari sektor yang ada di daerah tersebut. PDRB Kota Bandar Lampung tahun 2000 sebesar Rp. 1.690.977.00 0.000,- ; tahun 1990 sebesar Rp. 487.776.000.000,- ; tahun 1980 sebesar Rp. 1'75.454.854.000,- -; tahun 1970 sebesar Rp. 73.135.300.000,-.
Dalarn kurun 30
tahun ( 1910-2000) terdapat kenaikan sebesar 2.212,12 %, dengan rata-rata kenaikan sebesar Rp. 53.928.056.000,- per tahun. Sedangkan sektor industri'sendiri memberikan kontribusi ·lahun 2000 sebesar Rp. 316.910.000 .000,- (18,74 % dari total keseluruhan PDRB tahun 2000), tahun 1990 sebesar Rp. 74.549.830.000,- (15,28 % dari total keseluruhan PDRB tahun 1990), tahun 1980 sebesar Rp. 14.251.026.000,- (8, 12% dari
47
total keseluruhan PDRB tahun 1980), tahun 1970 sebesar Rp. 4.958.200.000,- (6,87% dari total keseluruhan PDRB tahun 1970). Dalam waktu 30 tahun ( 1970-2000) sektor industri memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung antara 6- 21 % dari total keseluruhan PDRB dengan kontribusi terhadap PDRB yang terbesar pada tahun 1998 (21,81 %) dan yang terkecil tahun 1972 (6,02 %).
Dan kalau dilihat dari total
keseluruhan PDRB terdapat peningkatan dari tahun 1970-1998 dan menurun tahun 2000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gam bar 4.4.
Tabel4.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandar Lampung Tahun 1970-2000.
No.
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1996 2000
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (jutaan rupiah) Sektor lndustri Total (keseluruhan) 4.958,20 73.135,00 4.974,50 82.654,00 7.120,80 92.396,90 9.725,80 107.990,00 12.834,60 132.347,30 14.251,03 175.454,85 33.098,93 219.458,00 35.304,49 278.136,19 49.373,67 339.989,02 61.135,39 403.761,60 74.549,83 487.776,34 267.804,00 1.328.359,00 314.464,00 1.532.866,00 1. 720.658,00 331.488,00 345.611,00 1.584.900,00 316.910,00 1.690.977,0Q
Kontribusi (%) 6,78 6,02 7,71 9,01 9,70 8,12 15,08 12,69 14,52 15,14 15,28 20,16 20,51 19,27 21,81 18,74
Sumber: Ba~~ Ko.~Lampung (2002).
48
Gambar 4.4. Grafik Produk domestik Regional Bruto Tahun 1970-2000 2.500.000,00
····-··------ - -···---,
2.000.000,00
- -l II
1.500.000,00 1.000.000,00
-Total PDRB
500.000,00 ~
~
~
~
.......l.
.....lrrrr.
....
.....lrrrr.
0
~
~
~
~ co co co "' (J)
0
~
-.-PDRB Sektor lndustri
co
Tahun
L __ _
--- ------- - ----------_I
4. 1.4. Kebijakan Perwilayahan Dalam upaya memacu tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan kota yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daf! kesejahteraan masyarakat, maka pendekatan pembartgunan dilakukan melalui kebijakan perwilayahan (spasila) yang dibagi dalam bentuk Kawasan Wilayah Pembangunan (KWP), yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). RTRWK diharapkan dapat menciptakan pemerataan pertumbuhan kawasan perkotaan dengan memandang kawasan potensial urltuk cepat tumbuh dan'. berkembang.
Dalam rangka mendorong kemajuan
pembangumm Kota Bandar Lampung di bagi dalam enam wilayah pembangunan, yaitu : 1) WilaY"ah I, berpusat di kawasan Tanjungkarang yang diarahkan untuk kegiatan perdagangkan eceran, jasa dan perumahan fungsi ganda (rumah toko ).
49
2) Wilayah II, berpusat di kawasan Telukbetung yang diarahkan untuk kegiatan perdagangan besar (grosier), pemerintahan dan jasa. 3) Wilayah III, berpusat di Kawasan Panjang yang di arahkan untuk kegiatan industri
manufaktur, pelabuhan, terminal barang dan jasa, perumahan buruh/karyawan, pergudangan, areal wisata dan daerah konservasi. 4) Wilayah IV, berpusat di kawasan Gedongmeneng yang diarahkan untuk kegiatan
perguruan tinggi, kebudayaan, perumahan skala kecil, pusat kegiatan regional . 5) Wifayah V, berpusat di kawasan Langkapura yang dirahkan untuk kegiatan
perumahan terbatas pengmebangan hortikultura dan konservasi alam. 6) Wilayah VI, berpusat di kawasan Sukarame yang di arahkan untuk kegiatan pusat
industri kecil, perumahan skala besar, cadangan pengembangan dan pusat pelayanan lokal. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.5.
50
Kab. Lampung
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Selatan Pel. Panjang \
\ :reluk Lampung
\
\'
~ ..
'\
,,,,
/
\7
KOTA BANDAR LAMPUNG
N
A
0.1
0
0.1
0.2 Kilometers
Kebijakan Perwilayahan
~~~~
SWPI SWPII
Gambar4.5. PETA KEBIJAKAN PERWILAYAHAN BERDASARKAN RUTRK TAHUN 1994-2004
SWP Ill SWPIV SWPV SWPVI
MAGISTER l'ERENCANAAN kOTA DAN DAERAJ-1 UN IVE RSITAS GADJAH MADA
Somber : Bappeda Kota Bandar Lampung
4.2. Kecamatan Panjang
4.2.1. Kondisi Fisik Dasar Kecamatan Panjang merupakan salah satu kecamatan yang sejak tahun 1981 secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kota Bandar Lampung dari sembilan kecamatan yang ada saat ini (tahun 2002). Adapun Kecamatan Panjang memiliki batas adminstratif :
•
Sebelah Utara dengan Kecamatan Telukbetung Selatan.
•
Sebelah Barat dengan Pantai Teluk Lampung.
•
Sebelah Selatan dengan Kecmatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan.
•
Sebelah Timur dengan Kecamatan Tanjungkarang Timur.
Kecamatan Panjang memiliki luas 2. 716 ha yang terdiri dari de Iapan kelurahan dengan rincian luas sebagai berikut : •
Kel urahan Ketapang dengan Iuas 180 ha.
•
Kelurahan Way Gubag dengan luas 570 ha.
J.
Kelurahan Way Laga dengan luas 704 ha.
rl
Kelurahan Way Lunik dengan luas 140 ha.
•
Kelurahan Pidada dengan luas 230 ha.
*
Kelurahan Panjang Utara dengan luas 210 ha.
•
Kelurahan Papjang Selatan dengan luas 210 ha.
•
Kelurahan Serengsem dengan luas 560 ha.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.5.
52
-\
----,
~
~
KK'. TANJUNC KARANC TIMUR
' ./<" I
_...-___.,...__ -···-
.J .......... __ /
/_. /
1
/~
......._ . . . ._
I I I
......._
/ /
''
I
Kc•l Way ( ";uhag
I
\
I
\
-' - K<-1. Way Lar,a 1
I
I
KABUPATf..N
I
IAMPUNG~"FJATAN
.\ \
\ \
-Pelabuhan Panjang
l PETAKOTA BAN DAR LAMPUNG
TEL UK V.MPUNG
'' '-
'' '' '' '
/
KECAMATAN PANJANG
Gambar4.6
PETA ADMINISTRASI
L.egenda: ® Kantor Kecamatan • Kantor Kelurahan ± Pelabuhan - - Batas Kola -- - - - - Batas Kecamatan Arteri Prime r - - Arteri Sekunder - - - Kolektor - . ·- Rei Kemta Api
MAGLSTER
l'l.il.:liNCANAAN KU I"A DAN DAI.ii.:AH UNIVERSITAS t:ADjAii 1\IADA
Sumher: BPN Kola Bandar Lampung
Keadaan topografi Kecamatan Panjang terletak pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan taut, dengan rincian kelcrengan 0-15 % diperkirakan seluas 1.290,90 ha (47, 53 %), kelerengan 15-25 % seluas 393,69 ha ( 14,49 %), kelerengan 25-40 % seluas 472,63 ha ( 17,40 %) dan kelerengan > 40 % seluas 558,68 ha (20,58 %).
Kecamatan
Panjang yang memiliki wilayah datar (kclcrcngan 0-15 %) yaitu kclurahan Way Utga yang diperkirakan sebesar 344,82 ha, Kelurahan Way Gubag sebesar 326,84 ha dan Kelurahan Serengsem 210, 82 ha. Dan wilayah yang memiliki kelerengan > 40 % yaitu Kelurahan Serengsem sebesar 309,65 ha diikuti Panjang Selatan sebesar 136,45 ha, sedangkan wilayah yang lain sebagian besar berkisar antara kelerengan 15-25 %. 4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan data BPS jumlah penduduk Kecamatan Panjang pada tahun 2000 diperkirakan sebanyak
68.770 jiwa, tahun 1990 sebanyak 62.209 jiwa, tahun 1980
sebanyak 39.056 jiwa dan tahun 1970 sebanyak 36.694 jiwa. Dalam kurun waktu 30 tahun ( 1970-2000) terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 32,076 % dengan pertumbuhan rata-rata sebanyak 1.233 jiwa per tahun. Dan pertumbuhan penduduk yang terbesar antara tahun 1980-1990 sebanyak 23.153 jiwa dan diikuti pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 sebanyak 6.561 jiwa. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5.
Distribusi penduduk di Kecamatan Panjang, berdasarkan data
statistik tahun 2000 yang terbesar yaitu Kelurahan Panjang Selatan sebanyak 20.395 jiwa diikuti Panjang Utara sebanyak 13.293 jiwa dan yang terkecil yaitu Kelurahan Way Gubag sebanyak 2.666 jiwa diikuti Kelurahan Ketapang sebanyak 3.751 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk yang terbesar yaitu Kelurahan Panjang Selatan ( 108,96 jiwa/ha)
54
diikuti
Kclurahan
Panjang Utara (97, 12 jiwa/ha) dan yang terkecil kepadatan
penduduknya yaitu Kelurahan Way Gubag (4,68 jiwa/ha) diikuti Kelurahan Way Laga (7,29 jiwa/ha). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6. Jumlah angkatan kerja yang ada di Kecamatan Panjang tahun 2000 diperkirakan sebanyak 1.403 orang dengan komposisi yang bekcrja di sektor pertanian sebanyak 1.441 orang, pertambangan dan penggalian sebanyak 80 orang, industri sebanyak 2. 715 orang, kemudian sektor Iistrik, gas dan air sebanyak 76 orang, konstruksi sebanyak 641 orang, perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 1.318 orang, nagkutan, pergudangan dan komunikasi 2.483 orang, jasa persewaan sebanyak 52 orang, jasa kemasyarakatan 1.177 orang serta lain-lain sebanyak 4.049 orang dapat dilihat pada Tabel 4.6. Dari data tersebut di atas dapat di kemukakan, bahwa yang bekerja di sektor industri di Kecamatan Panjang tahun 2000 berkisar 18,30 % dari total keseluruhan angkatan kerja.
Kalau dilihat pada setiap masing-masing kelurahan yang ada di
Kecamatan Panjang yang bekerja pada sektor industri,
yaitu
Kelurahan Serengsem
sebanyak 404 orang (27,92 % dari total keseluruhan yang ada di Kelurahan Serengsem), Kelurahan Panjang Selatan sebanyak 600 orang ( 14,61 % dari total keseluruhan angkatan kerja yang ada di Kelurahan Panjang Selatan), Kelurahan Panjang Utara sebanyak 317 orang (12,01 % dari angkatan kerja yang ada di Kelurahan Panjang Utara), Kelurahan Pidada sebanyak 335 orang (39,14% dari angkatan kerja yang ada Kelurahan Way Lunik sebanyak 492 orang (39,14 % dari
di Kelurahan Pidada),
artgkatan kerja yang ada di
Kelurahan Way Lunik), Kelurahan Way Laga sebanyak 166 orang (13,06 % dari angkatan kerja yang ada di Kelurahan Way Laga), Kelurahan Way Gubag sebanyak 68
55
orang (II ,68 % dari angkatan ker:ja yang ada di Kelurahan Way Gubag) dan Kelurahan Ketapang sebanyak 273 orang (34,47 % dari angkatan kerja yang ada di Kelurahan Ketapang) dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.4. Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000
No.
Tahun Jumlah Oiwa)
Penduduk Kepadatan ijiwa/ha)
1
1970
36.694
13,51
2
1975
37.978
13;98
3
1980
39.056
14,38
4
1985
49.856
18,36
5
1990
62.209
22,90
6
1995
64.217
23,64
7
2000
68.770
25,32
Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung (2002).
56
Gambar 4.6. Grafik Jumlah Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000
i
80 . 000
I
70 . 000
I
I
60 . 000
IX
50 .000
~
40 .000
E
30 .000
ro
:::J .....,
-----·
20 . 000 10 .000
19 70
1975
1980
1985
1990
1995
2000
Tahun
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ __ J
Tabel4.5. Distribusi Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 2000. No.
Kelurahan
Luas Wilayah (ha)
Penduduk Jumlah (jiwa)
Kepadatan (jiwa/ha) 7.297 13,03
1 Serengsem
560
2 Panjang
210
20.395
97,12
3 Panjang Utara
122
13.293
108,96
4 Pi dada
230
9.144
39,76
5 Way Lunik
140
6.822
48,73
6Way Laga
704
5.392
7,66
7WayGubag
570
2.666
4,68
8 Ketapang
180
3.761
20,89
2.716
68.770
25,32
Selatan
Jumlah
Sumber : Sekretariat Kecamatan Panjang (2002 )_
57
Gambar4 .7. Grafik distribus i Pendudu k Kecamat an Panjang Tahun 2000 per Keluraha n
5%
(g
11 %
Serengsem
• Panjang Selatan • Panjang Utara •Pidada 30%
•WayLL nik owayla ga oWayGL bag
o Ketapang 19%
'-------------
----
j
58
Tabel4.6. Angkatan Kerja di Kecamatan Panjang menurut Lapangan Usaha Tahun 2000
No. Kelurahan
Lapangan Usaha (orang) 3 4 5
1 2 1 Serengsem
7
6
404 137
-
8
9
10 1.447
:
17 41
2 Panjang
Total
96
52
-
133
567 4.908
660
Utara
328
-
31 16
334 1.182
18
336
1.853
6 3 Panjang
2.639
317
Selatan
50
-
14 98
4 Pidada
314
671
21
396
758 1.936
335 198 31
11 86
5 Way Lunik
259
394
7
77
538 1.257
492 38 12
394
6 Way Laga
109
68
1
130
310 1.271
166 311 16
-65
37
107
-
19
550 582
68
7 Way Gubag
- 9
259 16
12
21
-
16
181
273
8 Ketapang
792 -82
120 5
87
58
5
70
92 14.832
2.715 1.441 80
76 64
1.318 2.483
52 1.177
4.849
1
Keterangan : 1 = Pertanian 4 Listrik, Gas dan Air
=
7
= Transportasi, gudangan dan Komunikasi
Sumber
2 = Pertambangan dan penggalian
Per5 8
=Kontruksi =Jasa Persewaan
=
3 lndustri 6 Perdagangan, Hotel ~~11 Restor"n · 9 J"'~ Kemasyarakatar1 10= Lainnya
= =
Sekretariat Kecart'latan Panjang (2002 ).
59
Gam bar 4-8. Grafik Angkatan Kerja di Kec. Panjang menurut
Lapangan Usaha Tahun 2000.
10% 1% 111 Pertan
; 0 Pertarrb l •lndustri
. 0 Ustrik,Gas,Air : 0 Konstruksi D Perdag, hotei&Resto.
I
Ill Transport
I
L__
1
0 Jasa Persew D Jasa Kerresy . · • Lainnya
0%
---- - J"Z.% _ _ _.
4.2.3. Harga Tanah Perkembangan pembangunan yang diikuti juga dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, menyebabkan adanya perkembangan aktivitas manusia untuk memenuhi kehidupan hidupnya, dengan demikian kegiatan manusia yang berkaitan dengan tanah akan semakin meningkat. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan akan tanah juga semakin meningkat, sedangkan jumlah (luas) tanah tidak bertambah. Keadaan seperti ini menyebabkan meningkatnya harga tanah, apalagi pada wilayah-wilayah yang dianggap memiliki letak yang menguntungkan dan memiliki aksesibilitas yang tinggi, seperti wilyayah yang terletak dekat jaringan jalan dan menjadi pusat-pusat perdagangan, perumahan serta industri.
Harga tanah di Kecamatan Panjang tahun
1970-1980
berkisar antara 5 ribu rupiah sampai dengan 150 ribu rupiah sesuai klas tanah pada saat itu.
Daetah yang padat dan diperebutkan banyak .Qrang seperti di pittggir jalan raya
60
memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan yang jauh dari jalan raya. Begitu juga Kelurahan yang ada di Kecamatan Panjang, memiliki harga tanah yang berbeda-beda, Kelurahan yang menjadi pusat perdagangan seperti Panjang Utara dan Panjang Selatan memiliki harga tanah yang lebih mahal dibandingkan kelurahan lain seperti Way Laga, Way Gubag. Berbeda dengan Kelurahan Ketapang memiliki harga tanah yang mahal disebabkan Ietaknya berdekatan dengan Kecamatan Tanjungkarang Timur yang juga tumbuh pesat sebagai lokasi perumahan. Periode tahun I980-I990 harga tanah yang ada di Kecamatan Panjang mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya berkisar antara 25 ribu rupiah sampai dengan 250 ribu rupiah, terutama Kelurahan Panjang Selatan, Panjang Utara dan Ketapang yaitu berkisar antara I 00 ribu rupiah sampai dengan 250 ribu rupiah, sedangkan kelurahan lain seperti Way Laga, Way Gubag harga tanah masih berkisar di bawah 25 ribu rupiah. Periode tahun I990-2000 harga tanah yang ada di Kecamatan Panjang sudah berkisar antara 75 ribu rupiah sampai dengan I juta rupiah, terutama harga tanah di Kelurahan Panjang Utara, Panjang Selatan, Panjang Selatan dan Ketapang berkisar antara I 00 ribu rupiah sampai dengan I juta rupiah, sedangkan harga tanah di kelurahan lain seperti Way Laga dan Way Gubag berkisar antara 75 ribu rupiah sampai dengan IOO ribu rupiah.
61
Tabel4.7. Harga Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000 No. Kelurahan
Harga Tanah (rupiah per m2) Periode Tahun 1970-1980
1980-1990
1990-2000
I
1 Serengsem
5.000
50.000
100.000-300.000
2 Panjang Utara
40.000-100.000
80.000-200.000
200.000-1.000.000
3 Panjang
70.000-150.000
100.000-250.000
250.000-1.000.000
50.000-100.000
75.000-150.000
200.000-350.000
5 Way Lunik
5.000
50.000
150.000-350.000
6 Way Laga
5.000
25.000
. 75.000-100.000
7 Way Gubag
5.000
25.000
75.000-100.000
70.000-200.000
100.000-200.000
100.000-350.000
Selatan 4 Pidada
8 Ketapang
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bandar Lampung dan Survei Lapangan (2002).
4.2.4. Keadaan Fasilitas Dalam rangka memacu
kegiatan pembagunan harus didukung dengan adanya
keberadaan fasilitas-fasilitas berupa fasilitas-fasilitas sosial seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan maupun hiburan/ rekreasi. Selain itu juga diperlukannya fasilitasfasilitas ekonomi untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat (pasar, pertokoan), fasilitas transportasi (terminal bus, pelabuhan, jaringan jalan), lembaga keuangan baik bank maupun non bank, serta fasilitas-fasilitas lain seperti listrik, telepon dan air bersih. Kecamatan Panjang di lihat dari keadaan fasilitas yang ada dapat dikemukakan memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai untuk menunjang kegiatan pembangunan, baik
62
berupa fasilitas sosial sosial, ekonomi, transportasi, keuangan maupun fasilitas Iistrik, telepon dan air bersih. Dan dari segi sebaran fasilitas yang ada diKecamatan Panjang dengan hampir merata pada tiap-tiap kelurahan, walaupun ada beberapa fasilitas yang tidak dimiliki semua kelurahan bahkan tidak dimiliki Kecamatan Panjang seperti Perguruan Tinggi, Rumah . Akan tetapi dengan tersedianya angkutan umum (bus kota, mikrolet, taksi) dan terdapatnya jalur angkutan urn urn ke fasilitas-fasilitas tersebut tidak menjadi persoalan yang serius dan mudah dijangkau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabe14.8.
63
Tabcl4.8. Fasilitas yang tcrsedia di Kecamatan Panjang Tahun 2000
Kelurahan
J u m I
a h
Pemerintahan Kan. Kan. Kan. Kec. Kel.
Serengsem Panjang Selatan Panjang Utara Pidada Way Lunik Way Laga Way Gubag Ketapang Jumlah
0 1 0 0 0 0 0 0 1
Fasilitas
Lainnya Pasar Pertokoan
~
t 8
0 1 0 0 1 0 0 0 2
t)
Perekonomian Makan
0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 45 76 21 2 5 0 1 150
1 1 1 4 1 0 0 0 8
I
Sosial
Hotel fwarung
Polisi
1 1 1 1 1 1
{u n i
3 1 5 4 2 0 0 0 15
Pendidikan TK
1 4 1 1 0 1 0 0 8
so 1 5 6 2 2 6 2 2 26
Kesehatan
SLTP SLTA Puskesmas
0 6 1 2 0 2 0 0 11
0 3 0 1 0 0 0 0 4
Peribadatan
Pustu Klinik Mesjid Gereja IWihara
0 2 2 0 2 0 0 0 6
1 1 0 0 0 •2 1 0 5
1 2 1 0 0 0 0 0 4
'
5 5 4 3 6 7 2 3 35
0 5 0 0 0 0 0 0 5
0 1 1 0 1 0 0 0 3
Sumber : Sekretariat Kecamatan Panjang (2002).
64
Lnnjutan Tabcl 4.8.
No. Kelurahan
Jumlah Fasilitas (unit) Olah Wisata PLN Raga
PDAM Telpon
(Sam b)
Transportasi Terminal Pelabuhan Angkutan Umum Truck Bus/Mikrolet
1 Serengsem
1
3
811
0
12
0
0
10
7
2 Panjang Selatan
1
0
2886
436
126
1
0
7
29
3 Panjang Utara
1
0
2439
252
136
0
1
8
33
4Pidada
1
0
1789
48
71
0
0
11
21
SWay Lunik
1
0
827
36
153
0
0
5
5
6Way Laga
1
0
605
0
24
0
0
4
14
?Way Gubag
1
0
54
0
3
0
0
1
1
8 Ketapang
1
0
640
0
25
0
0
4
7
8
3 10051
772
550
1
1
50
117
'
65
-~--~~ KK TAN)UNCKARANC TIMUR
~
-----
KABUPATI:N IAMPUN<;SEIATAN
KB:: TfJ.UK HI-TUNC SFl.ATAN
PETAKOTA BANDAR LAMPUNG
TELUK LAMI'UNG
KECAMATAN PANJANG
Gambar4.11
L.egenda: ® Kantor Kecamatan • Kantor Kelurahan :t Pelabuhan - - Balas Kola - - - -- Balas I
PETA KARAKTERISTIK IAHAN ~Vl!J)
!J
• ,_ , _} ·
MACIST I-:1-: I'IXI ·N CA NAAN K
Arleri Primer - - Arleri Sekunde r
~ Daerah Konservasi ~ Lereng >40 ,-. 0 Lereng 25 - 40 ,-. f:;ssJ Lereng 8 - 25 ,.. LSJ Lereng 0- 8 ,..
- - Kol<~klor - · ·• Rd K<~r
Sun~r:
l:!l'N Kola Ban<.lar Lampung
BAB V. HASIL PENELITIAN HAN PEMBAHASAN
Kajian yang dimuat dalam tulisan ini berdasarkan temuan yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data baik data primer maupun data sekunder nyang berkaitan erat dengan perkembagan industri di Kecamatan Pan_jang Kota Bandar Lampung.
Kemudian hasil temuan dalam penelitian tersebut dianalisa secara
empirikal dengan memberikan pemaknaan terhadap teori yang digunakan menurut keadaan Japangan yang ada pada lokus penelitian. Hasil analisa dalam penelitian diharapkan akan memberikan penjelasan korelasi antara teori dan empiris dalam kajian spasial. Dalam hal ini akan dibahas mengenai perkembangan industri, faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan dan hal-hal yang berkaitan dengan aspekaspek yang penting dalam kegiatan industri.
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Tata Guna Lahan Kota Bandar Lampung
Pemanfaatan ruang Kota Bandar Lampung
untuk area terbanguri- seluas
8.004,60 ha dengan luas area industri yaitu seluas 332, I 0 ha (4, I 5 % dari Iuas area terbangun). Luas area terbangun dibandingkan Iuas masing-masing kecamatan, yang terbesar yaitu Tanjungkarang Pusat (95,74 %) diikuti Kecamatan Telukbetung Utara (91,84
%) dan Kecamatan Telukbetung Selatan (89,29 %), sedangkan luas area
terbangun yang terkecil yaitu Kecamatan Panjang (24, 19 %) diik,uti Kecamatan
67
Telukbetung Barat (26,26 %) dan Kecamatan Sukarame (33,72 %).
Pemanfaatan
ruang Kota Bandar Lampung untuk bangunan industri dibandingkan luas area keseluruhan yang dipergunakan untuk industri di Kota Bandar Lampung, yang terbesar yaitu Kecamatan
Panjang seluas 205 ha (61 ,72 %) diikuti Kecamatan
Telukbetung Selatan seluas 25,60 ha (7,71 %)dan Kecamatan Telukbetung Barat seluas 13 ha (3,91 %), sedangkan yang terkecil yaitu Kecamatan Tanjungkarang Barat seluas 5,50 ha (1,66 %) diikuti Kecamatan Telukbetung Utara seluas 12 ha (3,61 %) dan Kecamatan Sukarame seluas 21 ha (6,32 %). Selengkapnya dapat dilihat pada . dan Tabel 5.1, Gambar5.1, Gambar 5.2. lndustri yang melakukan kegiatan di Kota Bandar lampung secara keseluruhan yaitu sebanyak 91 perusahaan, dengan industri yang melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang beijumlah 40 perusahaan (43,96% dari keseluruhan perusahaan industri di Kota Bandar Lampung). Investasi kegiatan industri secara keseluruhan sebanyak Rp. 638.673.610.000,- dengan investasi kegiatan industri di Kecamatan Panjang Rp. 482.512.510.000,- (75,55 % dari keseluruhan investasi industri di Kota Bandar Lampung). Dan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri secara keseluruhan di Kota Bandar Lampung sebanyak 8.579 orang dengan tenaga keija industri yang bekerja di Kecamatan Panjang berjumlah 5.693 orang ( 66,36 o/odari keseluruhan tenaga keija industri di Kota Bandar Lampung). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.3, Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.
68
,,
Kab. Lampung Setatan
............... , ''
,,'
,~~
. \ .. .. .
...........
Ka b. lampung Setatan
............. ,,
..'
'---......... ,
Ke
Pet. Panjangl
Tetuk lampung
Ke Bakaheuni
KOTA BANDAR LAMPUNG N
A
0 .07
0
0 .0 7
0 .1-4 Kilometers
l""""""5iiiiiil~~iiiiiiii.Zi?Zi? i.!!
Gambar 5.1 PETA AREA TERBANGUN
Kantor e C amat Watikota • e Gubernur Jaringan Jatan
N ~:I!~ M:~l ~~ru'i,'der 1./ ~e'rRer'e'ta Apl Batas Wllayah / \ / Batas Kecamatan :/'~'; Batas Kota Garis Pantal
N
D
® \
.
.
MAGISTER I'Eili·:N<:N·.; AAN kO T A DAN DAERA I t I ":-J IVERSIT AS G AD.J AH .'vfA D A
-
Bangunan tndustri Bangunan Selaln lndustri Sumber : BPN Kola Bandar l.ampung
Tabel 5.1. Luas Area Terbangun, Area lndustri dan Kawasan Konservasi per Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 No.
----
Kecamatan
Luas - -
-~-
Wilayah (ha)
- ------
-
Area Terbangun (ha)
Area lndustri (ha)
Kawasan Konservasl (ha)
--------------- -----------
473.90 12.00 1 T_~nj_lJ_I'l~k~~c:l-~~ ~~sa!_ - - - - - - 495 ----- -- --·- 2,110 1,234.00 26.00 2 anjl!~gkar~~_g_!imu~ __ T - --------------- ------ ------. ------- --4,101 1,763.90 - · - - -5.50 1,240.00 3 !~~iljr:'9~_C!_I"_ang Barat --625 574.00 12.00 -------- ---4 l'~lukb_~tu_~~-~~a~_ 481.30 ----- 25.60 5 Telukbetung Selatan 539 ------------ - - Barat 2,412 633.50 13.00 6 Telukbetung 1 '125.00 ---. - - - - - - - -------- ----- - 2,716 657.00 205.00 1,422.95 7 Panjang ------- - - - - - - - - - - - - - - - - - - --------- ---------2,746 926.00 21.00 520.00 8 Sukarame -----1,261.00 12.00 725.00 3,552 9 Kedaton 8,004.60 332.10 5,032.95 Jumlah 19,296 - ·---
---
---
---
----
-
------
----
-
-
-----
------,~-
--~-~---
----
-
--
-~
Sumber: Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bandar Lampung (2002).
Tabel5.2. Jumlah Perusahaan, Invstasi dan Tenaga Kerja Industri di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 No.
Kecamatan -- - -
-~-
--
----
----------------
- - - - - ------
----
-
. ···-------
1 T anjungkarang Pusat 2 Tanjungkarang Timur 3 T anjungkarang Barat 4 Telukbetung Utara 5 Telukbetung Selatan ---------------------- - - ---6 T elukbetung Barat t-y Panjang -8 Sukarame -···------9 Keda'ton Jumlah
Jumlah
-------
-
Perusahaan (unit)
-------
lnvestasi (jutaan -Rupiah)
----
Tenaga Kerja (orang) -------.
17,767.41 177 25,481.53 340 6,325.12 - - - - - - - - - - - -212 --24,732.44 321 29,636.51 698 ------ . '5 --- ------16,424.26 321 40 482,512.51 5,693 9 23,542.43 565 ·-----------·------c-=- - - - - - - - - - 5 12,251.40 252 91 638,673.61 8,579 ~
------
3 12 2 5 10
------
-
-~-
-~-
-··
Sumber: Dinas Informasi dan Investasi Propinsi Lampung (2002).
70
------
~- -··
·-·---· ---·--- - - - - - - - - - - · ·-
-·--------
'
Gambar5.2. Grafik Area lndustri di Kota Bandar Lampung Tahun 2000
I
--------------1 1[!J Tanjungkarang Pus at ! i
i; io Tanjungkarang Barat I:
!111 Tanjungkarang Timur oTelukbetung Utara
1!
1I1l Telukbetung Selatan
i!
oTelukbetung Barat
I!
• Panj ang
!•
'• i•
·I
!osukarame
'·
!oKedaton
p
.L
-----------------~· ·
Gambar5.3. Grafik Perbandingan Jumlah perusahaan lndustri per Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2000
1
I I i
rn Tanjungkarang Pus at 5%
3%
0 Tanjungkarang lim.Jr
e Tanjungkarang Barat 0 Telukbetung Llara
mTelukbetung Selatan mTelukbetung Barat •Panjang [!J Sukararre
mKedaton
71
Gambar 5.4. Grafik Perbandingan Jumlah lnvestasi lndustri per Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 f
I
..
..
I
I
...
···~···..
[] Tanjungkarang Pus at 0 Tanjungkarang Tlmur Iii} Tanjungkarang
Barat
0 Telukbetung Utara [!) Telukbetung Selatan
[l!JTelukbetung Barat •Panjang
IEl Sukaram e
rn Kedaton
Gam bar 5.5. Grafik Perbandlngan Jumlah Tenaga Kerja lndustri per Kelurahan di Kota Bandar Lampung Tahun
2000 CTanjungkarang Pusat 13Tanjungkarang Timur ElJTanjungkarang Barat OTelukbetung Utara liiiTelukbetung Selatan IITelukbetung Barat •Panjang IDSukarame I!JKedaton
---
______________
___)
72
5.1.2. Faktor-faktor yang Dipengaruhi a.
Penggunaan Tanah Penggunaan tanah akan menjelaskan
luasan tanah yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan di Kecamatan Panjang.
Pengunaan tanah di Kecamatan
Panjang antara lain untuk kegiatan pemerintahan, fasilitas sosial, jasa dan perdagangan, perumahan, industri, pertanian, tanah kosong dan areal konservasi. Penggunaan tanah di Kecamatan Panjang tahun 1980 yaitu untuk pemerintahan seluas 9,5 ha (0,34 %), fasilitas sosial seluas 12,05 ha (0,44 %), jasa dan perdagangan seluas 49,99 ha ( 1,84 %), perumahan seluas 131,46 ha (4,84 %), industri seluas 31 ha (1,14 %), pertanian seluas 485,43 ha (17,87 %), tanah kosong 545,17 ha (20,07 %) dan konservasi seluas 1.451 ha (53,42 %).
Penggunaan tanah untuk industri tahun
1980 pada masing-masing kelurahan yang ada dalam Kecamatan Panjang yaitu Kelurahan Serengsem seluas 23 ha (4,11 % dari keseluruhan luas tanah Kelurahan Serengsem), Kelurahan Way Lunik seluas 8 ha (5,71 % dari luas keseluruhan Kelurahan Way Lunik). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.3, Gambar 5.6 dan Gambar 5.9. Penggunaan tanah di Kecamatan Panjang tahun 1990 yaitu untuk pemerintahan seluas 16,81 ha (0,61 % ), fasilitas sosial seluas 19,74 ha (0, 73 % ), jasa-perdagangan seluas 76,01 ha (2,80 %), perumahan seluas 208,56 ha (7,67 %), industri seluas 95 ha (3,49 %), pertanian seluas 4866,13 ha (17,16 %), tanah kosong seluas 359,32 ha (13,23 %) dan konservasi seluas 1.454,4 % (53,54 %).
Pengunaan tanah untuk
73
industri tahun 1990 pada masing-masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Panjang yaitu Kelurahan Serengsem seluas 52 ha (9,29 % dari luas Kelurahan Serengsem), Way Lunik seluas 35 ha (25 % dari luas Kelurahan Way Lunik) dan Kelurahan Way Laga seluas 8 ha (1,14 % dari luas Ke1urahan Way Laga). Selengkapnya dapat diJihat pada Tabel 5.4, Gambar 5.7 dan Gambar 5. 10. Penggunaan tanah di Kecamatan Panjang tahun 2000 yaitu untuk pemerintahan se1uas25,2 ha (0,92 %), fasilitas sosia1 seluas 30,62 ha (1,13 %),jasa-perdagangan se1uas 117,73 ha (4,33 %), perumahan seluas 263,68 ha (9,71 %), industri seluas 205 ha (7,55 % ), pertanian seluas 442,68 ha ( 16,29 % ), tanah kosong seluas 208,14 ha (7,66 %) dan kosenservasi seluas 1.422,95 ha (52,39 %). industri tahun
Pengunaan tanah untuk
2000 pada masing-masing kelurahan yang ada dalam Kecamatan
Panjang yaitu Kelurahan Serengsem seluas 71 ha (12,67 % dari luas Kelurahan Serengsem), Kelurahan Way Lunik seluas 69 ha (49,29 % dari luas Kelurahan Way Lunik, Kelurahan Ketapang seluas 25 ha ( 13,89 % dari luas Kelurahan Ketapang) dan Ke1urahan Way Laga seluas 40 ha (5,68 % dari luas Kelurahan Way Laga). Se1engkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.5, Gambar 5.8 dan Gambar 5.11. Luas keseluruhan area industri pada masing-masing kelurahan di kecamatan Panjang pada tahun 1980 dari 71 ha luas area industri dengan persentase 74 % terdapat di Kelurahan Serengsem dan 26% terdapat di Kelurahan Way Lunik. Dapat dilihat pada tabel 5.5 dan Gambar 5.12.
74
Pada tahun 1990 di Kecamatan Panjang dari 95 ha luas area industri dengan persentase 55% terdapat di Kelurahan Serengsem, 37% Kelurahan Way Lunik dan 8 % Kelurahan Way Laga. Dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Gambar 5.12. Pada tahun 2000 di Kecamatan Panjang dari 205 ha luas area industri dengan persentase 34% terdapat di Kelurahan Serengsem, 34% di Kelurahan Way Lunik, 20 % di Kelurahan Way Laga dan 12 % di Kelurahan Ketapang. Dapat dilihat pada
Tabel 5.7 dan Gambar 5.13. Dari gambaran di atas dapat dikemukakan ada pergeseran pengunaan tanah di Kecamatan Panjang tahun 1980-2000, yaitu untuk pemerintahan dari luas 9,5 ha menjadi 25,2 ha (bertambah 5,70 ha), fasilitas sosial dari luas 12,05 ha menjadi 30,62 ha (bertambah 18,57 ha), jasa-perdagangan dari luas 49,99 ha menjadi 117,73 ha (bertambah 67,74 ha), perumahan dari luas 131,46 ha menjadi 263,68 ha (bertambah 132,92 ha), industri dari luas 31 ha menjadi 205 ha (bertambah 174 ha), pertanian dari luas 485,43 ha menjadi 442,68 ha (berkurang 42,75 ha), tanah kosong dari luas 545,17 ha menjadi 208,14 ha (berkurang 337,03 ha) dan tanah konservasi dari luas 1.451,4 ha menjadi 1422,95 ha (berkurang 28,45 ha). Pengunaan tanah untuk industri tahun 1980-2000 pada masing-masing kelurahan yang ada dalam Kecamatan Panjang, yaitu Kelurahan Serengsem dari Iuas 23 ha menjadi 71 ha (bertarhbah seluas 48 ha), Way Lunik dari 8 ha rrtenjadi 69 ha (bertambah seluas 61 ha), serta beberapa
kelur~~~n pengunaan tanah unfuk industri baru setelah tahun 1~90.
Penggunaan
tanah un~uk industri ber~arkan data tahun 2000 pads. Keb.trahan l<.etapang seluas 25 ha dan Way Laga seluas 40 ha.
75
KK. TANJUNG KARANC TIMUR
..........
_______...
/ / -.:;:- ..
\
- -- .. ..
\
.-- ·· -"' /
\
,.
I
K<•l. Way <;ohag
••
I
I
,_
I
\ KrC 11-l.UK HI-TUNC SJ-lAT AN
I 1
K<•l. w...y l .<~p,a
KABUPAlF~
I
'-
IAMPUNC~"Fl ATAN
\ ..--,
1/
\
\ \
\., \ \
PETA KOTA BANOAR LAMPUNG
~ ,~dlljan~ Selatan\ ' ·\
"f ELUK LAMPUNG
.
' '
'
KECAMATAN PANJANG Legenda: ® Kantor Kecamatan • Kantor Kelurahan :t Pelabuhan
Gambar5.6 PETA AREA TERBANGUN 1980
-
- Balas Kola · . .. Balas Kecamatan
Arteri Primer - - Arleri Sekunder - - - Lokal - .._ Rl!l Kereta Api Bangwum Permukiman, Perk.antoran & P
0
MJ\t;L•;TER l'l'RINCANAAN KCHA IJAN IJAERAH lJNIVFR>ITAS GAI)fA II MJ\I)A
Sunlhl>r: BPN Kota Handar L.ampung
' ' '
-~'"'<:·
KK·: TAN}UNC KARAN( ; TIMUI<
""'.
-'-...,
I
..1 /_ . /
/ /
I, '
I
-- ·,,
\
i
\
,.>'
,, ·
\
~
I
..
I ~
\
./-
i I
- I
I
\) I Kt•l. w~y 1"'K"
\.
\
1
/
1 I
I
'- Kt•l. Kt•t f'd"l\
Kl'C. TI-l .UK Bt-:TUNC !>l'JATAN
KABUI'A1l'N I AMPUN< ;~l'J ATAN
-
\ I
\
\
\ \
PETA K OTA BAN D A R LAM PUNG
TELUI< U\.\IPU.\!G
''
. .. ,
,,~,,
. :- ·
.
'
I
KECAMATAN PANJANG Legend a: ®
•
±
Gambar5.7 PETA AREA TERBANGUN 1990
-
Kantor Kecamatan Kantor Kelurahan Pelabuhan
-
Batas Ko la · · Balas Kt.>t'ama lan Arteri Prim<>r - - Arteri St~ kund1!r ·-·--- Ko ll'klor - · - Rl!l Kt•n !la Api Banp,unan Pt!rmukii'Tldn, Pt•rk.dnloran & Perdaganga n C:::7J Bang una n lnduslri
0
\lACISI'FJ.: 11-.I(I~I'ANA/\N KOI A 1)1\N I)AEJ.:i\11 lii' IVEIN I1\S Gi\Dfi\11 Mi\Di\
Sumht'f: BI'N Kola Handdr f
' ' ' ~""7 -~c•"
/
.. ......._
I
..I / .. /
·. ......._
1 I
/
\.
\
--- \ -·
I I
\. KfC. Tf-l .UK HEfUNC ~UATAN
01
'
t>
..
KABUPATEN I AMPUNC. ~"FJ AT AN
::\
\ \
PETAKOTA BANDAR LAMPUNG
Gambar5.8
PETA AREA TERBANGUN 2000 MAG ISTI".R K\HA DAN I) AERAH UNIVERSITAS GAI)IAII MADA
TELUK LAMI'UNG
Legenda: ® Kanlor Kecamalan • Kanlor Kelurahan ± Pelabuhan - - Balas Kola - - -- -- Balas Kccamatan Arleri Primer - - Arleri Sckunder - - Koleklor - -·- Rei Kewla Api 0 Bangunan P1!rmukiman, Perkanloran & PenJagangan f!::-.r·it'l Bangunan lndu.o;lri
1'1:~1\NCANA A N
Su mlll•r: HI'N Kola Handa r l.ampung
Kab. Lampung Selatan
Teluk Lampung
KOTA BANDAR LAMPUNG
N
A
• Kantor Kecamatan • Kantor Kelurahan
0.2
0
0.2 Kilometers
J~rin,gao Jalan \./ ~Arten Pnmer
1
Arteri Sekunder /'~ ./ Rei Kereta Api
--------·----------------·-----
Bangunan lndustri Tahun 2000 Bangunan lndustri Tahun 1990 Bangunan lndustri Tahun 1980
Gambar5.9. PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 1980-2000
Batas Wilayah Garis Pantai NKabupaten / \ / Kecamatan / '\ / Kelurahan
N
MAG ISTER PEREI'CANAAN kOTA Di\1\: DAERAII l lN JVERSITAS GADJAH .\ iADA
Tabel 5.3. Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1980 Pen~gunaan Tanah (ha) Peme- Fasos Jasa & Peru mahan lndustri Pertanian ITanah Konservasi Keseluruhan rintahan Kosong Perdag 14,15 0,75 2,17 2,49 23 0 87 430,44 1 Serengsem 560 2,41 2 12,36 18,85 2 Panjang Utara 0 0 35,28 51,1 122 2,72 1 ;68 20,73 40 110,18 34,69 0 3 Panjang Selatan 0 210 0,77 26,41 0,61 1,46 9,87 0 12 178,88 4Pidada 230 0,41 0,83 5,83 9,93 0 115 8 5Way Lunik 0 140 1,73 2,23 68,63 180,41 5 445,39 0,61 0 704 6Way Laga 0,81 1,86 1,86 5,11 0 294,95 30 235,41 570 ?Way Gubag 33,86 95,44 45,48 180 0,76 1,43 3,03 0 0 8Ketapang 131,46 31 485,43 545,17 1451,4 2716 9,5 12,05 49,99 Jumlah
No. Kelurahan
---
Sumber data: Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung Tahun 2001
80
Tabel 5.4. Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1990 No. Kelurahan
Penggunaan Tanah (ha) Peme- Fasos Jasa & Peru mahan lndustri Pertanian Tanah Konservasi Keseluruhan Per,dag rintahan Kosong 1,65 3,73 3,21 18,97 52 0 1 Serengsem 50 430,44 560 3,25 3,53 20,64 20,48 0 0 15 59,1 2 Panjang Utara 122 50,84 0 0 17 3,56 2,59 30,83 3 Panjang Selatan 105,18 210 9,1 178,88 1,43 1,45 2,12 16,31 0 20,71 230 4Pidada 17,97 140 76 1,77 0,83 8,43 35 0 0 5Way Lunik 16,78 90,91 135,76 704 1,35 2,49 3,32 8 445,39 6Way Laga 18,14 280,16 1,92 2,35 2,02 0 30 235,41 570 ?Way Gubag 180 49,07 94,35 26,49 0 5,44 0 1,88 2,77 8Ketapang 486,13 359,35 1454,4 208,5§ 95 2716 16,81 19,74 76,01 Jumlah
Sumber data : Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung Ta:1un 2001
81
Tabel 5.5. Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 2000 No. Kelurahan
Pen~gunaan
Tanah (ha) j Peme- Fasos Jasa & Peru mahan lndustri Pertanian [Tanah Konservasi Keseluruhan! rintahan Perdag Kosong_ . "25 1 Serengsem 2,27 4,35 5,59 21,35 71 0 430,44 560 5,38 5,76 31,44 2 Panjang Utara 30,32 0 0 7 42,1 122 3 Panjang Selatan 5,9 3,97 48,52 52,43 0 0 6 93,18 210 4Pidada 2,27 2,85 3,44 21,35 0 17,66 176,43 6 230 2,57 1,89 13,57 5Way Lunik 22,97 69 0 30 0 140 2,27 3,91 6Way Laga 5,66 28,9 79,22 98,65 40 445,39 704 2,27 3,94 7Way Gubag 2,66 27,48 0 275,24 23 235,41 570 2,27 3,95 8Ketapang 6,85 58,88 25 70,56 12,49 0 180 Jumlah 263,68 205 442,68 208,14 1422,95 2716 - 2?.~ 30,62 117,73
Sumber data: Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung Tahun 2001
82
,Gambar 5.9. Grafik Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1980
o Peme- rintahan
I
D Fasos 0 Jasa & Perdag
I I
0 Peru mahan
I
E1 lndustri
I I
IDI Pertanian
.I
I
Ill Tanah Kosong
I
• Konservasi
I jGambar5.10. Grafik Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 1990.
I
OPemerintahan DFasos
••
•• • • 'd
.~'
DJasa & Perdag Eil Perumahan 0 lndustri 1111 Pertanian
IJTanah Kosong • Konservasi
83
Gambar 5.11. Grafik Penggunaan Tanah di Kecamatan Panjang Tahun 2000 1% 1%
EJ Pemerintahan oFasos oJasa & Perdag oPerumahan
52%
mlndustri 11 Pertanian 111Tanah Kosong • Konservasi
Gambar 5. 12. Grafik Perbandingan Luas Area lndustri di Kecamatan Panjang per Kelurahan Tahun 1980
•Serengsem l!iJWay Lunik
I
__j
84
Gambar 5.13. Grafik Perbandingan Luas Area lndustri di Kecamatan Panjang per Kelurahan Tahun 1990
8% ~~aSerengsem
0Way Lunik 37%
55%
r:;JWay Laga
-----------------------------------------------'
~----------------------------------------------------~I
Gambar 5.14. Grafik Perbandingan Luas Area lndustri ·di Kecamatan Panjang per Kelurahan T ahun 2000
12%
•serengsem []] Way Lunik 1£1 Way. Laga
0 Ketapang 34%
t___________ --------- - ---------- --
I
_ _ _ _!
85
b.
Kegiatan Industri di Kecamatan Panjang Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan
di Kecamatan Panjang pada tahun 1980 berjumlah tujuh perusahaan dengan kegiatan berupa pengelolaan basil hutan, makanan temak dan komoditi perkebunan. Hasil hutan yang dikelola berupa kayu dan komoditi perkebunan seperti ke1apa, kopi, singkong.
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah investasi kegiatan perusahaan
yang ada di Kecamatan Panjang tahun 1980 sebesar .Rp.27.072.960.000,-
~
dengan
perusahaan yang melakukan investasi terbesar yaitu PT Budi Sari Bumi sebesar Rp.15.423.007.000,-
~
diikuti dengan CV Bumi Waras Rp.5.267.000.000,- dan yang
terkecil yaitu PT Dharmala sebesar Rp.702.700.000,- diikuti PT National Sumatera Pellezing sebesar Rp.800.000.000,-.
Data jumlah tenaga kerja yang bekerja pada
sektor industri di Kecamatan Panjang hingga tahun 1980 sebanyak 658 orang, dengan jumlah tenaga kerja yang terbesar bekerja pada CV Bumi Waras sebanyak 245 oraHg (37,23 %) diikuti PT Budi Sari Bumi sebanyak 118 orang (17,93 %). Dan pemodal yang menanamkan investasi pada perusahaan yang ada di Kecamatan Panjang tahun hingga tahun 1980 seluruhnya Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6. Pada tahun 1990 perusahaan yang melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang berjumlah empat betas perusahaan industri. Kecamatan Panjang
Industri yang melakukan kegiatan di
bergerak mengelola basil hutan berupa kayu dan komoditi
perkebunan seperti kelapa (minyak goreng, sabun), singkong
(t~pung
tapioka,
pell~t
gaplek, campuran makanan temak, campuran rnakanan rmgan), dan kopi -(sortasi,
86
coffe instan). Selain itu di Kecamatan Panjang terdapat perusahaan yang mengelola industri pertambangan seperti batubara. yang melakukan kegiatan di
Dari data diperoleh investasi perusahaan
Kecamatan Panjang
tahun 1990 beijumlah
Rp.322.574.580.000,- ; dengan perusahaan yang melakukan investasi terbesar yaitu PT Taba Bukit Asam sebesar Rp.249.927.460.000,- diikuti PT Netle Beverages Indonesia sebesar Rp.32.056.000.000,- dan investasi terkecil yaitu PT Dharmala sebesar Rp.702.700.000,- diikuti PT National Sumatera Rp.800.000.00,-.
Pellezing
sebesar
Data jumlah tenaga keija yang bekerja pada sektor industri di
Kecamatan Panjang hingga tahun 1990 sebanyak I. 726 orang, dengan jumlah tenaga kerja yang terbesar bekeija pada PT Lampung Sumber sebanyak 446 orang diikuti CV Bumi Waras sebanyak 245 orang (25,84 %) diikuti CV Bumi Waras sebanyak 245 orang (14,19 %). Dan pemodal yang menanamkan investasi pada perusahaan yang ada di Kecamatan Panjang yaitu 12 perusahaan berasal dari Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 2 perusahaan berasal dari Penanam Modal Asing (PMA). Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada tahun 2000 perusahaan yang melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang berjumlah empat puluh perusahaan industri.
Industri yang melakukan kegiatan di
Kecamatan Panjang masih bergerak mengelola hasil hutan berupa kayu (Kayu lapis) dan komoditi perkebunan seperti kelapa (minyak goreng, sabun, minuman de coco), singkong (tepung tapioka, pellet gaplek, campuran makan temak, campuran makanan ringan, kopi (sortasi, coffe instan), !ada, jagung. Selain itu di Kecamatan Panjang terdapat perusahaan yang mengelola industri pertambangan seperti batubara (briket),
87
pulp (bubur kertas), arang kayu. melakukan
kegiatan
di
Dari data diperoleh investasi perusahaan yang
Kecamatan
Panjang
hingga
tahun
2000
sebesar
Rp.484.150.870.000,- ; dengan perusahaan yang melakukan investasi terbesar yaitu PT Bukit Asam sebesar Rp.249.927.000.000,- diikuti CV Sinar Laut sebesar Rp.57.365.000.000,-. Data jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri di Kecamatan Panjang hingga tahun 2000 berjumlah 5.806 orang, denganjumlah tenaga kerja terbesar pada PT Andatu Lestari sebanyak 1.291 orang (22,24 %) diikuti PT Sari Segar Husada sebanyak 654 orang (11,26 %) dan yang terkecil yaitu PT Jaya sebanyak 22 orang (0,37 %) diikuti CV Sumber Terang sebanyak 26 orang (0,45 %). Dan pemodal yang menanamkan modal pada perusahaan yang ada di Kecamatan Panjang terdiri dari 36 Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 4 Penanam Modal Asing (PMA). Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada Tabel5.8. Dari gambaran di atas dapat dikemukakan, bahwa jumlah investasi dan tenaga kerja industri yang melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang tahun 1980-2000 menunjukan peningkatan yaitu jumlah perusahaan, investasi dan tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
88
Tabel5.6. Perusahaan lndustri yang Melakukan Kegiatan di Kecamatan Panjang Tahun 1980. No. Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7
PT. Andatu PT. Jaka Utama PT. Gresia Wood PT. Budi Sari Bumi PT. Dharmala CV. Bumi Waras PT. National Sum. Pellezing Jumlah
Kegiatan Usaha
Ala mat
Pengolahan Kayu Makanan Ternak Pengolahan Kayu Makanan Ringan Tepung Tapioka Minyak Goreng Pellet gaplek
Jl. Raya Serengsem Jl. Raya Serengsem Jl. Raya Serengsem JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik Jl. HM. Salim Way Lunik
'
Besar Jumlah Pemodal lnvestasi Tenaga Uutaan Kerja rupiah) 1.645,50 93 PMDN 2.887,00 29 PMDN 347,75 32 PMDN 15.423,01 118 PMDN 702,70 81 PMDN 5.267,00 245 PMDN 800 73 PMDN 27.072,96 671
Sumber : Dinas lnformasi dan lnvestasi Propinsi Lampung (2002)
89
Tabel5.7. Perusahaan lndustri yang Melakukan Kegiatan di Kecamatan Panjang Tahun 1990. No. Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PT. Andatu PT. Jaka Utama PT. Gresia Wood PT. Taba Bukit Asam PT. Budi Sari Bumi PT. Dharmala CV. Bumi Waras PT. Lampung sumber PT. Lampung Pelletizing PT. Mosis Utama PT. Nestle Beverages Ind. PT. Aman Jaya Perdana CV. Halim Graha PT. National Sum. Pellezing Jumlah
Kegiatan Usaha
Ala mat
Pengolahan Kayu Makanan Ternak Pengolahan Kayu Penambangan Batubara Makanan Ringan Tepung Tapioka Minyak Goreng Pellet Gaplek Pellet Gaplek Pengolahan Kopi Coffe Milk lnstan Makanan Ternak Pengolahan Kopi Pellet gaplek
Jl. Raya Serengsem Jl. Raya Serengsem Jl. Raya Serengsem Jl. Raya Serengsem JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik JI.Yos Sudarso Way Lunik Jl. Raya Serengsem Jl. lr. Sutami Way Laga Jl. lr. Sutami Way Laga Jl. HM. Salim Way Lunik
-
--
Besar Jumlah Pemodal lnvestasi Tenaga (jutaan Kerja rupiah) 1.645,50 93 PMDN 2.887,00 29 PMDN 347,75 32 PMDN 249.927,46 105 PMON 15.423,01 118 PMDN 702,70 81 PMDN 5.267,00 245 PMDN 1.97-8,06 446 PMDN 1.031,30 61 PMDN 143,30 87 PMDN 32.056,00 171 PMA 2700 135 PMA 7665,5 50 PMDN 800 73 PMDN 322.574,58 1726
I
Sumber : Dinas lnformasi dan lnvestasi Propinsi Lampung (2002)
90
Tabel5.8. Perusahaan lndustri yang Melakukan Kegiatan di Kecamatan Panjang Tahun 2000
No. Nama Perusahaan
Kegiatan Usaha
Pengolahan Kayu 1 PT. Andatu I Penambangan Batubara 2 PT. Taba Bukit Asam Makanan Ternak 3 PT. Jaka Utama Kayu Lapis 4 PT. Andatu Lestari Pengolahan Kayu 5 PT. Gresia Wood Ind. Coffe Milk lnstan 6 PT. Nestle Beverages Makanan Ringan 7 PT. lndofood Jaya Raya Tepung Tapioka 8 PT. Dharmala Minyak Goreng 9 CV. Bumi Waras Makanan Ringan 10 PT. Budi Sari Bumi Pellet Gaplek 11 PT. Lampung sumber Pengolahan biji kopi & Jagung 12 CV. Setia Utama Pengolahan Jagung 13 PT. Jaya Pellet Gaplek 14 PT. Lampung Pelletizing Pengolahan Kopi 15 PT. Mosis Utama Pengolahan Kopi 16 CV. Kemala Raya Pengolahan kopi & Jagung Mulia 17 CV. Giri Makanan Ternak 18 PT. Sentra Profeed Kontruksi Rangka Besi 19 PT. lronik Arang Kayu 20 PT. Tanso Putera Asia Jumlah
Ala mat
Besar Jumlah Pemodal lnvestasi Tenaga Uutaan Kerja rupiah) 1.645,50 Jl. Raya Serengsem 93 PMDN Jl. Raya Serengsem 249.927,46 105 PMDN Jl. Raya Serengsem 29 PMDN 2.887,00 Jl. Raya Serengsem 15.899,50 1291 PMDN Jl. Raya Serengsem 347,75 32 PMDN 171 PMA 32.056,00 Jl. Raya Serengsem Jl. Raya Serengsem 87 PMDN 1.640,00 702,70 81 PMDN JI.Yos Sudarso Way Lunik 5.267,00 245 PMDN JI.Yos Sudarso Way Lunik 118 PMDN 15.423,01 JI.Yos Sudarso Way Lunik 1.978,06 446 PMDN JI.Yos Sudarso Way LLinik 50 PMDN 1.690,98 JI.Yos Sudarso Way Lunik 550,00 22 PMDN JI.Yos Sudarso Way Lunik 61 PMDN 1.031,30 JI.Yos Sudarso Way Lunik . 87 PMDN 143,30 JI.Yos Sudarso Way Lunik 4.700,00 103 PMDN JI.Yos Sudarso Way Lunik 41 PMDN 2.522,00 JI.Yos Sudarso Way Lunik Lunik 89 PMDN Way 22.579,43 Hatta Jl. Soekarno 65 PMDN 2.000,00 74 PMDN 3.900,00 Jl. lr. Sutami Way Laga 3290 366.890,99
Sumber: Dinas lnformasi dan lnvestasi Propinsi Lampung (2002)
91
Lanjutan Tabel 5.8. No. Nama Perusahaan
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT. Aman Jaya Perdana CV. Halim Graha PT. Kakap Mas PT. Patroman Seno Putra CV. Sumber Mustika CV. Bumi lndah Satria CV. Sumbu Terang CV. Salam PT. Elyana PT. Abdina Jaya PT. Teluk lntan CV. Maja Raya PT. Sari Segar Husada CV. Maju Kencana PT. Gunung Putra CV. Sinar Laut PT. Volkopi PT. Tanjung Enim PT. National Sum. Pellezing PT. Japfa Cornfeed Indonesia
Kegiatan Usaha
Ala mat
Makanan Ternak Pengolahan Kopi Pengolahan Kopi, lada Pengolahan Kopi Pengolahan Kopi Pengolahan Kopi Pengolahan Kopi Pengolahan Kopi, lada Pengolahan Kopi, lada Pengolahan Kopi, lada Pengolahan Kopi Pengolahan Kopi Minuman sari kelapa Pengolahan Kopi, lada Karet Coumpon Sa bun Pengolahan Kopi Pulp (bubur Kertas) Pellet gaplek Makanan Ternak
Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl. Jl.
& Jagung
& Jagung & Jagung & Jagung
& Jagung
Jumlah
lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga lr. Sutami Way Laga Kgs Anang Way Lunik Kgs Anang Way Lunik Kgs Anang Way Lunik Kgs Anang Way Lunik Soekarno Hatta Ketapang Soekarno Hatta Ketapang Soekarno Hatta Ketapang Soekarno Hatta Ketapang HM. Salim Way Lunik HM. Salim Way Lunik
Besar Jumlah Pernodal lnvestasi Tenaga (jutaan Kerja -rupiah) 2.700,00 135 PMA 7.665,50 50 PMDN 1.590,00 34 PMDN 1.250,00 87 PMDN 320,40 18 PMDN 1.250,00 60 PMDN 2.181,00 26 PMDN 899,00 32 PMDN 1.854,00 76 PMDN 2.900,00 310 PMDN 4.250,00 400 PMDN 1.200,00 56 PMDN 7.651,00 654 PMDN 899,00 32 PMDN 355,00 21 PMDN 57.365,00 125 PMDN 2.572,00 76 PMA 17.821,00 34 PMA 800,00 73 PMDN 1.736,98 104 PMDN 117.259,88 2403 484.150,87 5693
Sumber : Dinas lnformasi dan lnvestasi Propinsi Lampung (2002)
92
Tabel5.9. Perkembangan lnvetasi dan Tenaga Kerja lndustri di Kecamatan Panjang tahun 1980-2000 Tahun
J
u
m
I
a
h
No. lnvestasi
Perusahaan
Tenaga Kerja
(jutaan rupiah)
SD
SLTP
SLTA
AKADEMI/ PT
1
1980
7
27.072,96
236
400
31
4
2
1990
14
322.574,54
281
1066
308
71
3
2000
40
484.150,87
311
2864
2327
191
Sumber : Dinas Informasi dan Investasi Propinsi Lampung (2002). Gambar 5.15. Perkembangan Kegiatan lndustri di Kecamatan Panjang Tahun 1980-2000
1
__....
Perusahaan (unit)
-
Tenaga Kerja (dalam 'I ratus orang) .........._lnvestasi (dalam puluhan milyar)
10 ~---1
0
--~=---~------------------~
L:
1980
1990
2000
Tahun
93
c.
Pengelompokan Industri
Pengelompokan industri sangat penting untuk melihat perkembangan industri dan pengaruh keberadaannya yang membentuk dinamika kehidupan di suatu wilayah, sehingga dapat. ditentukan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk menjaga kegiatan industri tetap berada pada tujuan pengembangan wilayah. Ada beberapa pendapat
yang
mengemukakan
pengelompokan
industri,
diantaranya
yang
dirumuskan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depindag), Biro Pusat Statistik (BPS).
Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengelompokan
industri ke dalam tiga kelompok yaitu industri dasar, industri hilir dan industri kecil. Biro Pusat Statistik (BPS) mengelompokan industri ke dalam empat kelompok yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh industri di Kecamatan Panjang tahun 19?0 menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari 2 industri dasar dan
5 industri hilir, sedangkan menurut Biro Pusat Statistik dikelompokan ke dalam yaitu 2 industri besar dan 5 industri sedang. Pada tahun 1990 menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari 3 industri dasar dan 14 industri hilir, sedangkan menurut Biro Pusat Statistik dikelompokan ke dalam yaitu 6 industri besar dan I I industri sedang. Pada tahun 2000 menurut Depatemen Perindustrian dan Perdagangan terdiri darei 8 industri dasar dan 32 industri hilir, sedangkan menurut Biro Pusat Statistik dikelompokan ke dalam 14 industri besar dan 26 industri sedang.
94
Berdasarkan gambaran di atas dapat dikemukakan periode tahun 1980-2000, menurut pengelompokan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, yaitu yang semula tahun 2 industri dasar menjadi 8 industri dasar (terjadi penambahan 6 industri dasar) dan dari 5 industri hilir menjadi 32 industri hilir (terjadi penambahan 26 industri hilir).
Sedangkan berdasarkan pengelompokan Biro Pusat Statistik periode
tahun 1980-2000, yaitu yang semula 2 industri besar menjadi 14 industri besar (terjadi penambahan 12 industri besar) dan dari 5 industri sedang menjadi 26 industri sedang (terjadi penambahan 21 industri sedang). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Pengelompokan lndustri di Kecamatan Panjang Tahun 1970-2000
·-------
--
Pengelompokan Menurut
Taboo
Biro Pusat Statistik
Deperindag. Industri
lndustri
Industri
Industri
Industri
Industri
dasar
kecil
hilir
besar
sedang
kecil
19·80
2
0
5
2
5
0
1990
3
0
14
6
14
0
2000
8
0
32
14
26
0
Sumber : Dinas Informasi dan Investasi propinsi Lampung (2002).
95
5.1.3. Faktor-htktor yang Mempengaruht Kegtatan lndustn a. Sumber daya energi. Dalam melakukan kegiatannya industri tidak hanya tergantung dengan tenaga manusta, terutama pekerJaan-pekerJaan yang dtanggap ttdak etekttt" ataupun yang mengandung resiko, Jika menggunakan tenaga manusta. Dan mesm dtpergunakan untuk menggantikan tenaga manusia dalam kegiatan industri. Sumber daya energi dipergunakan untuk menjalankan tenaga mesin untuk menghasilkan produk industri. lndustn dt Kecamatan PanJang menggunakan sumber daya energt untuk menghastlkan produk industn, yaitu berupa sumber energt buatan yang dtproduksi Perusahaan Listrik Negara (PLN) berupa tenaga Diesel (bahan bakar solar). Selain itu perusahaan juga menggerakan mesin menggunakan ketel uap yang bahan bakamya berasal dan ltmbah mdustnnya (tempurung kelapa untuk mdustn de coco) dan bnket batubara yang dihasilkan dan pengembangan perusahaan penambangan batubara. Sumber. energi yang diperlukan untuk kegiatan industri di Kecamatan Panjang pada pen ode tahun I ~70-l ~~U berasal dan tenaga dtesel yang menyatu dengan Kota Bandar Lampung yang kemudian disambungkan sampai ke wilayah tersebut, selain itu juga perusahaan memiliki sumber energi tenaga diesel sendiri. Periode tahun 1980-1990 kegiatan industri di Kecamatan Panjang juga masih seperti kondisi penode sebelumnya, sumber energt untuk kegtatan produkst masth menyatu dengan Kota Bandar Lampung.
Periode tahun 1990-2000, sebungan dengan perkembangan
pembangunan yang dikuti dengan perkembangan penduduk dan perkembangan industri yang cukup pesat serta tetap menjaga keberlangsungan industri, maka sumber energi untuk kegiatan industri berasal dari tenaga diesel yang berasal dari wilayah tersebut dan terpisah dari Kota Bandar Lampung. Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan dengan mewawancarai perusahaan yang beijumlah 33 perusahaan yang ditunjuk sebagai responden, mengenai sumber energi yang digunakan untuk menjalankan kegiatan industri, maka diperoleh jawaban perusahaan menggunakan sumber energi buatan. digunakan untuk menjalankan kegiatan
Sumber energi buatan yang
perusahaan terdiri dari sebagian besar
merupakan listrik yang disalurkan oleh PLN dan sebagian kecil yang menggunakan milik sendiri berupa generator tenaga diesel. Perkembangan industri di Kecamatan Panjang
diiringi juga bertambahnya oleh kebutuhan energi., untuk itu diperlukan
sumber energi yang lebih besar. Kondisi sumber energi yang tidak bertambah akan meyebabkan terganggunya kegiatan perusahaan dalam berproduksi. hasil
surve1
dengan
mewawancarai
responden,
maka
dapat
Berdasarkan dikemukakan
perkembangan jumlah perusahaan tanpa dibarengi dengan ketersediaan energi yang cukup akan menyebabkan kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga lokasi tersebut menjadi tidak layak untuk tempat kegiatan industri.
b. Suplai air. Kegiatan industri tidak lepas dari
kebutuhan a•r dalam menjalankan
kegiatannya maupun untuk kebutuhan air bersih bagi pekeijanya (minum, mandi,
97
cuci).
Kecamatan Panjang tidak memiliki sungai yang biasanya dimiliki lokasi
industri,
sebagai sumber air untuk keperluan menjalankan industri diambil dari
sumber air bawah tanah dengan cara membuat sumur bor. Industri memperoleh air bersih terutama yang ada di Kelurahan Serengsem dan Way Lunik disuplai oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sedangkan industri yang kegiatan berlokasi di kelurahan yang lain yang belum dijangkau PDAM menggunakan air bersih berasal dari sumur bor. Pengambilan air bawah tanah di Kecamatan Panjang untuk kegiatan industri telah berlangsung sejak keberadaan industri di wilayah tersebut, walaupun pada awalnya kegiatan industri bel urn begitu pesat dan peralatannya masih sederhana yaitu dengan menggunakan pompa air. Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dan kebutuhan air yang cukup besar, maka pompa yang sederhana digantikan dengan mesin yang mampu menyedot air tanah dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan air tanah yang semakin meningkat disebabkan adanya peningkatan kebutuhan produk industri. dipenuhi
Kebutuhan air tersebut kemudian berusaha untuk
PDAM, akan tetapi karena keterbatasan sumber air dan kondisi wilayah
setempat yang berbukit-bukit hanya dapat memenuhi perusahaan industri yang terletak tidak betjauhan dengan pusat kecamatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden sebanyak 33 perusahaan yang melakukan kegiatan di Kecamatan Parljang sangat tergantung dari pengambilan air bawah tanah melalui sumur bor, hal ini disebabkan wilayah tersebut tidak memiliki sumber air lain sepetti sungai.
Kondisi seperti ini hatus diantisipasi, sehubungan
98
keberadaan industri di wilayah tersebut terns berkembang dengan pesat. Kegiatan industri yang sangat menggantungkan air bawah tanah akan berakibat berkurangnya ketersediaan air, sehingga tentu saja akan berakibat terganggunya keberlangsungan kegiatan perusahaan di wilayah tersebut.
c. Sumber tenaga kerja . Berjalannya kegiatan industri tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ketersediaan tenaga kerja yang cukup. Kegiatan-kegiatan dalam sektor industri tidak dapat dikerjakan dengan mesin, untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka peran tenaga kerja menjadi sangat penting. Tenaga kerja yang bekerja di sektor industri di Kecamatan Panjang beraasal dari kelurahan-kelurahan yang termasuk di dalam wilayah Kecamatan Panjang, dan berdasarkan data angkatan kerja keseluruhan yang berjumlah 5.693 orang sebanyak 2.715 orang
(47,69 % dari total keseluruhan
angkatan kerja sektor industri yang ada di Kecamatan Panjang) berasal dari kelurahan yang ada di Kecamatan tersebut. Sumber tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri di Kecamatan tersebut yang berasal dari kecamatan lain yang ada di dalam Kota Bandar Lampung, dan ada yang berasal dari Kabupaten Lampung Selatan yang berbatasan dengan Kecamatan Panjang.
Hal ini didukung posisi Kecamatan Panjang yang merupakan pintu
gerbang Kota Bandar Lampung berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan, terutama Kelurahan Serengsem dan Way Laga.
99
Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan industri di Kecamatan Panjang tidak menjadi permasalahan, hal ini disebabkan jumlah penduduk yang bertambah cukup pesat di Kota Bandar Lampung dan Kecamatan Panjang. Pertambahan penduduk di Kecamatan Panjang juga diiringi bertambahnya angkatan kerja dan sektor industri tidak akan kekurangan tenaga kerja, hanya saja yang harus diantisipasi untuk lebih meningkatkan kualitas tenaga kerja, yang berdasarkan data merupakan tenaga kerja yang memiliki latar belakang pendidikan di bawah SLTP. Dimasa depan di harapkan tingkat pendidikan menjadi bahan pemikiran untuk menjadi persoalan penting untuk menjadi bahan pertimbangan bagi perkembangan industri. Tenaga kerja sektor industri di Kecamatan Panjang semula (periode tahun 1970-1980) berasal dari Kecamatan Panjang dan kecamatan lain yang berbatasan dengan kecamatan tersebut, kemudian dengan lancamya pergerakan tenaga kerja yang didukung angkutan umum, maka tenaga kerja yang bekerja di sektor
indu~tri
periode tahun 1990-2000 juga berasal dari daerah lain yang bertempat tinggal jauh dari Kecamatan Panjang, yaitu Kecamatan lain yang termasuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan Kecamatan dalam Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan berdasarkan hasil wawancara, tenaga kerja yang bekerja di sektor industri di Kecamatan Panjang antara tenaga kerja yang berasal dari wilayah tersebut, Kota Bandar Lampung dan luar Kota bandar Lampung secara kuantitatif masih menunjukkan komposlsi yang seimbang, akan tetapi kalau kita lihat secara kualitatif tenaga kerja yang bekerja di sektor industri masih didominasi tenaga kerja yang berasal dari luar Kota Bandar Lampung, kondisi
100
seperti ini harus diantisipasi dengan menyiapkan program pembangunan daerah yang diarahkan dengan meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat setempat.
d. Kebijakan Pemerintah
Berdasarkan hasil survei lapangan dapat dikemukakan, bahwa industri tumbuh di Kecamatan Panjang dimulai tahun 1970an. lndustri yang ada tersebut tumbuh dengan sendirinya, disebabkan letak atau posisi geografis Kecamatan Panjang yang menguntungkan, sebagai wilayah yang memiliki pelabuhan taut yang memadai untuk mengangkut hasil industri pengelolaan komoditi perkebunan yang ada di Propinsi Lampung ke Pulau Jawa. Periode tahun 1980an dengan semakin pesatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan, Pemerintah Pusat dengan tujuan memacu pertumbuhan ekonomi memilih industri sebagai salah satu sektor penting untuk mengatasi ketergantungan terhadap minyak bumi. Kebijakan pemerintah pusat untuk memacu perkembangan industri dikeluarkan pada akhir tahun 1980an yaitu dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 yang menetapkan sektor industri sebagai salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam memacu pembangunan di bidang ekonomi, selanjutnya diikuti Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 tentang kawasan industri. Dan mekanisme pelaksanaan Keputusan Pesiden tersebut di daerah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Propinsi (dalam hal ini Kanwil Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Iampung) darr Gubemur sebagai Kepala Daerah sekaligus
101
Kepala Wilayah (Pejabat Pusat) mengantisipasi sesuai dengan potensi yang ada di daerah masing-masing dengan membantu kemudahan perizinan. Periode tahun 1990an Pemerintah Pusat dalam rangka memacu pembangunan sektor industri
diperkuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 33
Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi Pembangunan Kawasan Industri, kemudian diikuti dengan Peraturan mengenai Deregulasi dalam Penanaman Modal dan Perizinan yang tertuang dalam Fakto 23 tahun 1993, yang pada intinya memberikan berbagai kemudahan dalam perizinan lokasi.
Pemerintah Pusat
mengeluarkan perizinan bagi perusahaan industri yang bergerak dalam hal kegiatan industri strategis dan berhubungan dengan keamanan negara, sedangkan Pemerintah Daerah dalam hal ini Propinsi membantu kemudahan perizinan perusahaan yang bergerak pada industri besar dan sedang, serta Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten!Kotamadya) berupa kemudahan perizinan bagi industri kecil dan rumah tangga.
Selain itu Pemerintah Daerah Tingkat II (Kotamadya Bandar Lampung)
menindaklanjuti dengan mengeluarkan aturan berupa kebijakan pembangunan perwilayahan
dalam
RUTRK
Tahun
1994-2004
berupa
Satuan
Wilayah
Pembangunan (SWP) dengan menetapkan Kecamatan Panjang sebagai SWP III yang difokuskan kepada kegiatan industri, perdagangan, rekreasi dan konservasi.
102
e. Keberadaan Bahan baku . Kegiatan industri tidak akan berjalan dengan baik tanpa ketersediaan bahan baku, yang nantinya akan diolah menjadi produk dari industri tersebut. Berdasarkan kenyataan ini bahan baku merupakan hal yang keberadaan suatu industri.
penting untuk berlangsungnya
Bahan baku industri yang ada di Kecamatan Panjang
untuk keperluan industri hampir seluruhnya diperoleh dari luar Kota Bandar Lampung. Bahan baku tersebut diperoleh dari Kabupaten-kabupaten yang ada dalam Propinsi Lampung, terutama komoditi perkebunan dan hasil hutan (kayu). Kabupaten yang menghasilkan komoditi perkebunan dan hasil hutan seperti Lampung Selatan (kopi, kelapa, jagung), Lampung Tengah (singkong, kopi, jagung), Lampung Utara (singkong, karet, lada, cengkeh, kopi), Lampung Barat (kopi, cengkeh), Lampung Timur (kopi, lada), Way Kanan (jagung, kopi) dan Tulang Bawang Tengah (kopi, !ada, cengkeh). Bahan baku hasil tambang diperoleh dari Tanjung Enim (BatubaraY. Bahan baku untuk keperluan kegiatan industri pada periode tahun 1970-1990 hanya berasal dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang berbatasan dengan Kecamatan Panjang, kemudian kegiatan industri yang terns berkembang dengan pesat hingga periode tahun 1990-2000, maka kebutuhan bahan baku tidak dapat dipenuhi oleh wilayah Kabupaten Lampung Selatan, maka bahan baku yang diperlukan kegiatan industri berasal kabupaten-kabupaten lain yang termasuk di dalam Propinsi Lampung, .bahkan Kabupater\ yahg tennasu,k dalam Propinsi Sumatera Selatan d~n Bengkulu.
IOJ
Berdasarkan hasil wawancara dengan perusahaan industri yang ada di Kecamatan Panjang, maka dapat dikemukakan bahan baku yang diperlukan bagi kegiatan industri tidak berasal dari Kecamatan Panjang, akan tetapi berasal dari luar Kecamatan Panjang dan Kota Bandar Lampung.
Kondisi seperti ini menyebabkan
perlunya jaringan jalan yang memadai untuk mengangkut bahan baku yang letaknya di luar Kecamatan Panjang. Selain itu industri di Kecamatan Panjang yang sebagian besar merupakan industri yang mengolah hasil pertanian, yang tentu saja karakteristik bahan baku yang memiliki beban berat dan tidak tahan lama, maka jaringan jalan yang memadai dan letak perusahaan di pinggir jalan raya menjadi pilihan sangat penting untuk tetap menjaga keberlangsungan perusahaan.
f. Pelabuhan Panjang.
Keberadaan industri umumnya di Propinsi Lampung dan khususnya di Kota Bandar Lampung diawali dengan keberadaan dari beberapa kekayaan hac;il bumi berupa komoditi hasil perkebunan seperti cengkeh, kopi, lada, singkong dan kelapa. Dengan hasil komoditi perkebunan yang melimpah tersebut Propinsi Lampung memerlukan pemasaran dan yang menjadi pilihan sebagai tempat pemasaran yang penting yaitu menuju ke Pulau Jawa, disebabkan jumlah penduduknya besar dan juga telah terlebih dahulu tumbuh dan berkembangnya industri yang mengelola hasil I
komoditi perkebunan. Selain itu di Pulau Jawa terdapat Kota Jakarta sebagai pusat perdagangan dan mengumpulnya berbagai kegiatan ekonomi seperti industri. Letak
104
Propinsi Lampung yang berada di Pulau Sumatera dan terpisah dari Pulau Jawa, untuk mencapainya harus melalui jalan laut dan kondisi ini menyebabkan pelabuhan taut menjadi sangat penting bagi Propinsi Lampung. Dan berdasarkan sejarah dapat dijelaskan, bahwa Propinsi Lampung sejak jaman penjajahan Belanda memiliki pelabuhan laut yaitu Telukbetung (yang saat ini dikenal dengan nama Gudang Lelang sebagai pendaratan dan pelelangan ikan). Pelabuhan laut Telukbetung telah menyebabkan tumbuhnya kota lama yang dikenal dengan Telukbetung seabagai kota yang berbasis perdagangan, menjadi urat nadi perekonomian yang menghidupi Propinsi Lampung. Dan pergerakan hasil bumi dari komoditi hasil perkebunan saat itu tumbuh dan berkembang seiring perkembangan jaman dan sampai pada kondisi hasil komoditi perkebunan menjadi berlimpah. Dengan kondisi yang berlimpah
ini, tempat pemasaran hasil bumi menjadi
berkembang dan tidak hanya mengandalkan pulau Jawa saja, selain itu komodrti perkebunan tidak dapat ditampung dengan kapal-kapal kecil yang dianggap tidak efisien dari segi ekonomi.
Dengan demikian kapal-kapal dengan kapasitas besar
menjadi alat angkut yang sangat penting.
Dan Pelabuhan Telukbetung menjadi
kurang memadai sebagai pelabuhan untuk sebagai tempat transit, hal ini berkaitan dengan tidak dapat merapatnya (tidak dapat dimasuki) oleh kapal-kapal dengan kapasitas besar. Kapal-kapal dengan kapasistas besar harus menunggu di tengah laut ·dan hasil bumi terlebih cfithulu diangkut dengan perahu-perahu (dikenal dengan nama tongkang), baru kemudian dipindahkan ke kapal-kapal dengan kapasitas besar yang berada di tengah laut. Dengan keadaan seperti ini, selain dari segi ekonomi terjadi
105
penambaban biaya pengangkutan, juga perpindaban barang di tengab laut mengandung sangat berbabaya. Kendala kondisi Pelabuban Teluk yang tidak dapat merapatnya kapal-kapal besar, maka dicari lokasi lain untuk digunakan sebagai pelabuhan laut. Berdasarkan basil survei terpilib Panjang sebagai pelabuhan laut, yang semula Panjang tempat pendaratan ikan (bertukar tempat dengan Telukbetung). Pelabuban Panjang terletak pada teluk Lampung yang terlindung dari ombak dan gelombang yang besar, disebabkan dilindungi pulau yang ada di Selat Sunda tidak jaub dari Panjang dan juga ke dalamannya sangat mendukung untuk dapat merapatnya kapalkapal dengan kapasitas besar. Dan sejak tabun 1970 Panjang digunakan sebagai pelabuban taut, yang memulai era tumbuhnya industri di Propinsi Lampung.
Pelabuhan Panjang pada
awalnya dipergunakan oleb Perusabaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dengan menyambung rei dari Tanjungkarang bingga ke Panjang dan membuat stasiun pemberhentian terakhir di Propinsi Lampung berada di Kecamatan Panjang digunakan untuk penumpang,
barang dan juga untuk basil tambang, kemudian
diangkut dengan kapal laut sesuai dengan tujuannya. Berdasarkan peraturan yang berlaku mengenai penguasaan daerah pantai, maka Pelabuhan Panjang diserahkan dan dikuasai Pibak Pelabuban serta PJKA banya sebagai pihak pengguna.
Pibak
Pelabuhan (Administratur Pelabuhan) membagi Pelabuhan Panjang, yaitu pelabuhan barang (Panjang Utara) dan pelabuban penumpang (Serengsem). Dengan didukung keberadaan pelabuhan, maka tumbuh industri di Kecamatan Panjang.
Dengan
106
semakin berkembangnya jaman, timbul pemikiran untuk mengelola produk pertanian dari komoditi perkebunan, selain memberikan nilai tambah yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan produk pertanian (bahan mentah), juga untuk mengurangi kerusakan dari komoditi pertanian yang secara umum memiliki sifat kurang tahan lama. Dalam era tahun 1980an Pelabuhan Panjang dikembangkan menjadi pelabuhan dan menjadi andalan Kota Bandar Lampung bagi produk industri yang ada di Bandar lampung, terutama dengan selesainya jalan Soekamo Hatta sepanjang dari Terminal Raja Basa sampai Kecamatan Panjang dilanjutkan mulainya kegiatan Pelabuhan Bakaheuni sebagai pelabuhan penumpang, maka Pelabuhan Panjang hanya berfungsi sebagai pelabuhan barang. Pelabuhan Panjang dapat berjalan secara optimal sebagai pelabuhan barang, dan pengembangannya terarah sesuai dengan layaknya sebagai pelabuhan yang melayani pengangkutan barang, sehingga industri tumbuh dan berkembang di Kecamatan Panjang.
Hal ini dapat terlihat dengan adanya
peningkatan tonase (beban angkutan) dari Pelabuhan Panjang. Dan di Kecamatan Panjang tumbuh industri-industri barn yang mengelola hasil pertanian seperti pengolahan kayu, singkong, kelapa, kopi, karet, pakan temak. Dalam era tahun 1990an Pelabuhan Panjang telah dilengkapi dengan berbagai perailltan dan fasilitas-fasilitas yang memadai sebagai pelabuhan baratig, seperti 6 unit gudang dengan luas keselunthan B.2o2 m 2 , lapangan 'pemtmptikan barang 6 lokasi dengan luas keseluruhan 24.973 m 2, serta alat bongkar muat. Seiring dengan perkembangan industri, maka pelabuhan panjanghar'Us !'rletnberikan pelayanan yang
107
memadai, terutama dengan adanya penggunaan continer (peti kemas). Pelabuhan Panjang menyediakan continer yard (lapangan penumpukan peti kemas) seluas 75.000 m2 dengan alat bongkar muat seperti continer crane, trainer, top loader, superstacker, forklifts spreader. Dengan adanya perkembangan pelabuhan dapat dilihat dari realisasi ekspor yang
menggunakan
Pelabuhan
Panjang
sebagai
pelabuhan
taut
untuk
mendistribusikan hasil produk perusahaan ke wilayah pemasaran, dengan gambaran realisasi ekspor melalui Pelabuhan Panjang tahun 1970-2000.. Realisasi ekspor yang melalui Pelabuhan Panjang tahun 1970 dengan volume sebesar 267.485,35 ton; tahun 1980 dengan volume sebesar 673.427,45 ton; tahun 1990 dengan volume sebesar 1.347.935 ton dan tahun 2000 dengan volume sebesar 2.532.973 ton. Dari gambaran di atas dapat dikemukakan realisasi ekspor melalui Pelabuhan Panjang dalam kurun 30 tahun
(tahun 1970-2000) terdapat kenaikan sebesar 846,96 % atau dengan
kenaikan rata-rata realisasi ekspor sebesar 75.516,26 ton per tahunnya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel5.12. Berdasarkan kenyataan di atas, maka Pelabuhan Panjang memiliki peran yang sangat besar bagi kegiatan pendistribusian produk indust,ri. wawancara,
bahw~
Berdasarkan hasil
produk industri sebagian besar dipasaFkan ke luar Pulau
Sumatera dan P(!labuhan -Panjang sebagai tempat pendistribusian produk industri. Perkembangan fas}.litas pelabuhan tentu saja sangat mendukung kegiatan industri. Pada awal kegiatannya Pelabuhan
Pa~ang
memiliki fasilitas yang kurang
mendukung, akan tetapi dengan kondisi alam yang memiliki kedalaman yang
108
memadai untuk merapatnya kapal-kapal laut dengan kapasitas besar. Perkembangan kegiatan industri yang pesat, terutama berbagai produk industri yang semakin beranekaragam diperlukan pelabuhan yang makin memadai, apalagi perusahaan industri sangat berkepentingan Pelabuhan Panjang, terutama dengan adanya sebagian besar pergerakan produk menggunakan pelabuhan tersebut.
Fasilitas pendukung
memadai diperlukan industri untuk mencegah terjadinya penumpukan produk yang secara ekonomis akan merugikan pihak perusahaan yang berkaitan perputaran modal. Pelabuhan Panjang dalam mengantisipasi perkembangan industri saat ini terns menyiapkan peralatan modem seperti fasilitas continer dengan berbagai kelengkapan modem lainnya. Tabel 5.12. Realisasi Volume Ekspor Produk Industri melalui Pelabuhan Panjang Tahun 1980-2000
Tahun
No.
Volume Ekspor (ton)
1.
1980
673.427,45
2.
1985
693.771
3.
1990
1.347.147
4.
1995
1.744.935
5.
2000
2.532.973 I
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang (2002).
109
r----- -
!
I
I~
c:
0
---------~-------------~-----·-------
-------------------
Gam bar 5.7. Realisasi Volume Ekspor Poduk lndustri Melalui Pelabuhan Panjang 3.000.000,00 , . . - - - - - - - - - - - . . . , 2.500.000,00 + - - - - - - - - - 2.000.000,00 1.5oo.ooo,oo 1.000.000,00 +--------~ 500.000,00 - t - 0,00 -+--~
~
~
~
~
~
1'\)
<0
<0
<0
<0
0
<0 <0 01
0
01
<0 <0 0
-..1
0
-..1
(X)
(X)
01
I•
Ekspo~
I
0 0
Tahun
g.
Aksesibilitas Dengan adanya kegiatan industri diperlukan kondisi jaringan jalan yang
memadai, agar pergerakan lalu lintas baik barang maupun orang menjadi terhambat.
tidak
Dalam kaitannya dengan keberadaan industri di Kecamatan Panjang,
jalan sangat diperlukan untuk pergerakan bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran basil produk industri. Pergerakan secara internal terjadi berupa pergerakan tenaga kerja industri yang berasal dari Kecamatan Panjang dan pergerakan produk industri menuju Pelabuhan Panjang. Pergerakan internal berupa pergerakan bahan baku yang berasal dari luar Kota Bandar Lampung melewati jaringan jalan arteri primer. Periode tahun 1970-1980 jaringan jalan yang ada di Kota Bandar Lampung, I
terutama yang menuju ke Kecamatan Panjang menggunakan jalur jaringan jalan yang melalui Telukbetung yang merupakan jalan kolektor primer. Pada jalan tersebut
II 0
dilalui kendaraan yang berasal dari luar kota atau luar propinsi,juga dilalui kendaraan yang berasal dari dalam kota dengan berbagai kegiatan, baik pergerakan barang maupun pergerakan orang (penumpang). Kondisi penggunaan jalan untuk berbagai kepentingan dan kegiatan ini sering menimbulkan kemacetan dan juga banyak jaringan jalan menjadi cepat rusak.
Untuk itu industri hanya tumbuh industri
disekitar pelabuhan (terutama di Srengsem).
Selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 5.6. Periode tahun 1980-1990 jaringan jalan yang ada dikota Bandar Lampung mulai terjadi penambahan dan perbaikan.
Jaringan jalan yang baru dibuat
diantaranya jaringan jalan yang cukup besar, yaitu Jalan Soekamo Hatta yang menghubungkan
Terminal Raja Basa dan Panjang, selain itu mulai diaspalnya
jaringan Jalan Ir. Sutami.
Jaringan Jalan Soekamo Hatta dibuat dengan
menggunakan teknologi maju dengan menggunakan tenaga ahli yang berasal dari Korea Selatan.
Setelah selesainya pembuatan Jalan Soekamo Hatta menjadikan
pergerakan lalu lintas semakin jalan, walaupun dengan beberapa kali perbaikan dan penyempumaan. Dan industri mulai tumbuh di Jalan Soekamo Hatta. Selengkapnya dapat dilihat pada Gam bar 5. 7. Periqde tahun 1990-2000 setelah selesainya Jalan Soekamo Hatta, diikuti dengan mengadakan pelebaran jaringan Jalan Ir. Sutami. Jalan lr. Sutami semula hanya dapat dilalui oleh kendaraan oengan kapasitas kecil (angkutan pedesaan), disebabkan Iebar jalan yang masih sempit dan memiliki kemiringan > 40 °. Jalan Ir.
Ill
Sutami dengan bantuan teknologi maJu dengan menggunakan tenaga ahli yang berasal dari Jepang, maka jalan tersebut diperlebar dengan cara memotong tebing yang ada pada kiri dan kanan jalan serta kemiringan jalan dikurangi dengan cara membuat jalan seperti spiral. Setelah selesainya Jalan Ir. Sutami diperbaiki dan disempurnakan, maka dapat dilintasi kendaraan angkutan barang (truk).
Industri
tumbuh dan berkembang di sepanjangjaringan Jalan Ir. Sutami. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.8. Sistem jaringan transportasi di Kecamatan Panjang saat ini (tahun 2000) terdiri dari sistem jaringan transportasi perkotaan dan regional. Sistem jaringan perkotaan (lokal) terdiri dari jalur yang menghubungkan Kecamatan Panjang dengan Kecamatan Teluk Betung Barat (Terminal Sukaraja) melalui Jalan Yos Sudarso dan dengan Kecamatan Kedaton (Terminal Raja Basa) melalui Jalan Soekamo Hatta. Sistem jaringan transportasi regional melalui Jalan Soekamo Hatta yang menghubungkan Terminal Raja basa dengan Pelabuhan Bakaheuni.
Sistem jaringan transportasi
perkotaan (1okal) dan sistem transportasi regional yang melalui Kecamatan Panjang menjadikannya sebagai kota yang memiliki aksesibilitas yang tinggi. Jaringan jalan yang memadai sangat dibutuhkan untuk perkembangan industri, hal ini dimiliki Kecamatan panjang.
Dan dengan semakin lancamya pergerakan lalu lintas di
Kecamatan Panjang, maka permintaan tanan akan semakin tinggi terutama untuk kegiatan industri.
Penggunaan tanah yang semakin meningkat untuk kepentingan
yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi seperti halnya industri, sed&ngkan kenyataannya luas tanah yang tersedia terbatas, maka harga tanah menjadi makin
112
mahal.
Jaringan jalan yang melintasi Kecamatan Panjang yang sangat berkaitan
dengan perkembangan kegiatan industri yaitu Jalan Soekamo Hatta, Jalan Yos Sudarso, Jalan Ir. Sutami, Jalan Gatot Subroto, Jalan Kgs. Anang dan Jalan HM. Salim. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.13. Berdasarkan basil wawancara jaringan jalan yang menghubungkan Kecamata'rl Panjang dengan wilayah lain merupakan hal yang sangat penting, terutama diperlukan untuk pengangkutan bahan baku, tenaga kerja dan produk industri.
Lancarnya
pengangkutan bahan baku, tenaga kerja dan produk industri merupakan pendudukng untuk berjalannya kegiatan suatu industri. Berkembangnya jaringan jalan yang ada di Kecamatan Panjang sangat mempengaruhi keberadaan industri di Kecamatan Panjang.
Tabel 5.13. Jaringan Jalan yang Melintasi Kecamatan Panjang Tahun 2002.
Nasional
Garis Se~adan Kanan Kiri (m) (ml 45 65
Panjan Jalan (Km) Keseluruhan Kec. Panj_aq 5 26
Nasional
20
20
2,25
10,45
Kodya
11
11
2
3,329
Kodya
11
11
3
3
Kodya
10
10
3
3
No
Nama Jalan
Fungsi jalan
Status Jalan
I.
2
SoekamoHatta Yos Stidarso
3.
Ir. Sutami
4.
Gatot Subroto Kgs Anang
5.
HM. Salim
Arteri Primer Arteri Primer Kolektor Prilner Kolektor Primer Kolektor Primer Kolektor Pritner
Sumber
Nasional
Bappeda Kota Bandar Lampung dan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Lampung (2002).
113
Perkembangan industri yang melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang tahun 1970-2000, menyebabkan kecamatan tersebut tumbuh dan berkembang menjadi kawasan industri atau dengan kata lain membentuk Kota Industri, untuk lebih jelasnya ditunjukan dengan skematis pada gambar 5.16.
h.
Lembaga Keuangan Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan industri diperlukan Iembaga
keuangan, baik untuk kepentingan pengusaha, karyawan, maupun masyarakat di sekitar area industri. Lembaga keuangan yang diperlukan dapat berupa Bank maupun Lembaga Keuangan non Bank seperti asuransi ataupun koperasi. Bank diperlukan untuk menyimpan uang ataupun untuk keperluan kredit bagi kegiatan usaha, terutama pada daerah industri yang perputaran uangnya sangat pesat. Berdasarkan data yang ada di Kecamatan Panjang terdapat empat Bank yang melakukan kegiatan di wilayah tersebut, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BCA) dan Bank Danamon. Keempat Bank ini mulai beroperasi di sekitar awal tahun 1990an. Keberadaan Bank ini telah banyak membantu kegiatan masyarakat di Kecamatan Panjang terutama dalam hal pencairan kredit usaha dan peny1mpanan uang. Lembaga Keuangan non Bmtk yang ada di Kecamatan Panjang yaitu Asuransi Te~ Kerja
yang pesetanya berdasarkan informasi berjumlah sekitar 22 perusahaan
(55 % dari jumlah perusahaan yang: melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang)
dengan anggota asuransi tersebut yang berasal tenaga kerja yang bekerja di sektor
114
industri berjumlah 2435 orang (42,77%).
Berdasarkan keyataan ini dapat
dikemukakan telah mulai tumbuh kesadaran baik dari pihak pengusaha maupun tenaga ketja akan pentingnya jaminan sosial tenaga ketja.
Selain itu lembaga
keuangan non Bank yang berkembang pesat yaitu Koperasi Karyawan yang telah banyak membantu tenaga ketja industri dalam memperoleh dana untuk kepentingan yang mendesak seperti dengan adanya unit simpan pinjam. Kegiatan yang lain yang dimiliki Koperasi Karyawan yaitu warung yang menyediakan kebutuhan pokok bagi keperluan karyawan seperti alat keselamatan ketja (sarung tangan, helm, masker juga terdapat kebutuhan kehidupan sehari-hari seperti beras, sabun dan sebagainya. Koperasi Karyawan di Kecamatan Panjang di tempatkan di Kelurahan Panjang Utara dan unit-unit yang melayani kegiatan hingga pada kelurahan-kelurahan yang merupakan lokasi kegiatan industri. Pada awal kegiatan industri belum didukung Iembaga keuangan, semua kegiatan yang berkaitan dengan keuangan, baik untuk kegiatan operasional dan rutin perusahaan berhubungan langsung dengan pusat yaitu Jakarta. Periode Tahun 19801990 mulai terdapatnya lembaga keuangan yang berada di Kecarnatan Teluk Betung Selatan yang berfungsi untuk menangani kegiatan rutin perusahaan (upah), sedangkan menyangkut kegiatan investasi dan operasional masih berhubungan dengan Jakarta. Periode tahun 1990-2000 dengan berkembangnya perusahaan secara pesat, maka diperlukan lembaga keuangan, baik berupa Bank maupun lembaga keuangan non Bank seperti Koperasi Karyawan dan Asuransi Tenaga Kerja. Kecamatan Panjang sudah berfungsi sebagai tempat transfer untuk
Bank yang ada di ~egiatan
rutin dan
115
operasional yang tidak bersifat prinsip bagi perusahaan, sedangkan untuk kegiatan investasi dan operasional yang betulbetul prinsip yang menyangkut kebijakan perusahaan masih melalui Jakarta, serta hanya sebagian kecil yang sudah dapat ditangani oleh Bank yang berada di Kecamatan Telukbetung Selatan sebagai Bank Caban g. Berdasarkan posisi Kecamatan Panjang yang merupakan wilayah yang paling Selatan dari Kota Bandar Lampung, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten lain, maka kegiatan industri yang ada di Kecamatan Panjang tidak akan terlepas dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Berkaitan dengan kegiatan industri yang ada di Kecamatan tersebut, maka faktor yang mempengaruh kegiatan industri dapat di bagi menjadi pengaruh yang dapat dikontrol pemerintah setempat, dalam hal ini Pemerintah Kota Bandar Lampung, yang digolongkan ke dalam pengaruh internal dan faktor yang mempengaruh kegiatan industri yang tidak dapat dikontrt>l
Pemerintah Kota Bandar Lampung, yang digolongkan ke dalam pengaruh ekstemal Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan industri tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan industri yang ada di Kecamatan Panjang.
116
Perkembangan Industri
I Faktor Ekstemal
Faktor Internal
I
I
~ Cl;
"i:' ~
"&l :r..
Cl;
c ~
~ OD Cl;
c~ E-
~
:r..
c.
,.Q
00
CIS
OD
c
0:
= ~ ~
=
~
e
c
:r..
< ·;
CIS
OD
= '--r--
Cl;
rl1
,, =
~
= = Cl;
c
cCl; .::::
.c
,.Q
CIS
CIS
,.Q
= Cl;
~
=-
.-::"' Cl;
:c
·;; ~
~
<
e
~
....J
I
I Penggunaan Tanah I ~,
I
K~iatan
Industri
J
~r
Industri di Area Kecamatan Panjang
Gambar 5.16. Skematis Perkemlnrngan lndustri di 'Kecamatan Panjang
117
5.1.4. Keterkaitan Faktor yang Mempengaruhi (Independent Variabel) dan Faktor yang Dipengaruhi (Dependent Variabel)
a. Faktor yang Dipengaruhi (Dependent Variabel) Periode Tahun 1970-1980. Kegiatan industri periode tahun 1970-1980 di Kecamatan Piftjang, ditunjutckah oleh data kegiatan industri tahun 1980, yaitu luas penggunaan tanah untuk kegiatan industri seluas 31 ha yang terdiri dari 23 ha di Kelurahan Serengsem dan 8 ha di Kelurahan Way lunik.
Industri yang melakukan kegiatan betjumlah 8 perusahaan
dengan investasi sebesar 27.072,96 milyar rupiah dan tenaga kerja berjumlah 671 orang.
Periode Tahun 1980-1990. Kegiatan industri periode tahun 1980-1990 di Kecamatan Panjang, dapM ditunjukkan oleh data kegiatan industri tahun 1990, yaitu luas penggunaan tanah untuk kegiatan industri seluas 95 ha yang terdiri dari 52 ha di Kelurahan Serengsem, 35 ha di Kelurahan di Kelurahan Way Lunik dan 8 ha di Kelurahan Way Laga.
Industri yang melakukan kegiatan berjumlah 20 perusahaan dengan investasi sebesar 322,574 milyar rupiah dan tenaga ketja betjumlah 1726 orang.
Periode Tahun 1990-2000. Kegiatan industri periode tahun 1990-2000 di Kecamatan Panjang ditunjukkan oleh data kegiatan industri tahun 2000, yaitu luas penggunaan tanah untuk kegiatan
118
industri seluas 205 ha yang terdiri dari 71 ha di Kelurahan Serengsem, 69· ha.di Kelurahan Way Lunik, 40 ha di Kelurahan Way Laga dan 25 ha di Kelurahan Ketapang. Industri yang melakukan kegiatan beijumlah 40 perusahaan dengan investasi sebesar 484.150 milyar rupiah dan tenaga keija beijumlah 5693 orang.
b. Faktor yang Mempengaruhi (Independent Variabel) Periode Tahun 1970-1980. Kegiamn industri di Kecamatan Panjang periode tahun 1970-1980 dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: I) Pelabuhan Panjang mulai beroperasi sebagai tempat pendistribusian barang dan penumpang, yang ditunjukkan dengan volume ekspor produk industri melalui pelabuhan tersebut sebesar 673.427 ton. 2) Keberadaan jaringan jalan
Yos Sudarson sebagai jalan utama yarig
menghubungkan pusat kota dan kabupaten lain di dalam Propinsi Lampung dengan panjang 10,45 meter dan Iebar 20 meter. 3) Kebijakan Pemerintah masih menggunakan aturan ten tang pembentukkan kota yaitu 4) Bahan baku yang berasal dari Kabupaten Lampung Selatan dan Tengah yang paling jauh beijarak sekitar 30 km. 5) Sumber energi yang berasal dari jaringan listrik
bertena~a
sJisel yang
terletak di Kecamatan Tanjungkarang Pusat Ual1 tenaga diesel milik perusahaan sendiri.
119
6) Tenaga kerja sektor industri yang berasal dari Kecamatan Panjang dan Kecamatan Telukbetung yang palingjauh berjarak sekitar 6 km. 7) Pengambilan kebutuhan air untuk keperluan industri yang berupa air bawah tanah melalui peralatan pompa air. 8) Semua kegiatan
yang berkaitan dengan keuangan (permodalan, rutin)
masih ditangani langsung dari Jakarta. Kesemua
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
di
atas
secara
bersama-sama
mempengaruhi penggunaan tanah dan kegiatan industri di Kecamatan Panjang. Keberadaan kegiatan industri di Kecamatan Panjang di sepanjang Jalan Yos Sudarso yang memiliki aksesibilitas yang memadai untuk pergerakan bahan baku, tenaga kerja dan produk industri mengakibatkan kegiatan industri berada di sepanjang jalan tersebut. Kenyataan ini yang kemudian menyebabkan nilai tanah di sepanjang jalan tersebut menjadi meningkat (yang ditunjukkan Tabel 4.7. tentang Harga Tanah ·ai Kecamatan Panjang), diikuti dengan keberadaaan bangunan atau kegiatan lain yang menyebabkan permintaan tanah semakin meningkat.
Periode Tahun 1980-1990. Kegiatan industri di Kecamatan Panjang periode tahun 1980-1990 dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : I) Pelabuhan Panjang yang hanya ditetapkan sebagai pelabuhan barang yang hanya melayani bongkar muat barang, sedangkan pelabuhan penumpang dipindahkan ke Bakaheuni.
Pelabuhan Panjang yang hanya berfungsi
120
sebagai pelabuhan bongkar muat barang, menyebabkan pelabuhan ini dapat secara berfungsi secara optimal melayani pendistribusian barang ke pulau lain. Volume ekspor produk industri dari Kecamatan Panjang tahun 2000 beijumlah I .347.147 ton 2) Pembuatan jalan Soekamo Hatta dengan panjang jalan 26 km dan Iebar 25 meter dan Ir. Sutami dengan panjang jalan I 0 km Iebar 5 meter. Kedua Jalan tersebut berfungsi menghubungkan Kabupaten lain dalam Propinsi Lampung sebagai tempat penghasil bahan baku untuk keperluan industri, akan tetapi belum dapat secara optimal dipergunakan untuk kendaraan berat. Jalan Ir. Soekamo Hatta masih dalam penyempumaan, sedangkan Jalan Ir. Sutami kondisinya sempit dan kemiringannya 45 °. 3) Kebijakan Pemerintah mengenai industri masih mengacu kebijakan yang
..
berasal dari Pemerintah Pusat seperti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 yang diikuti dengan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 yang intinya mendorong untuk perkembangan industri yang kemudian diantipasi oleh Pemerintah Daerah yang mendukung dalam bentuk kemudahan menyangkut pelaksanaan perizinan yang merupakan kewenangannya seperti 1MB.
4) Bahan baku untuk keperluan industri sehunbungan dengan meningkatkan kegiatan dibandingkan periode sebelumnya tidak hanya berasal dari
121
Lampung Tengah dan
Lampung Selatan yang berdekatan dengan
Kecamatan Panjang, tetapi juga berasal dari Kabupaten Lampung Utara. 5) Sumber energi pada periode ini masih menggunakan jaringan yang berasal dari Kecamatan Tanjungkarang Pusat dan tenaga diesel perusahaan sendiri, kebutuhan energi untuk kegiatan industri masih
memadai untuk
menggunakan jaringan yang berasal dari Kecamatan Tanjungkarang, selain kegiatan lain yang berhubungan dengan listrik bel urn begitu banyak. 6) Kebutuhan tenaga kerja industri di Kecamatan Panjang masih dapat dipenuhi dari wilayah tersebut dan wilayah lain yang berdekatan seperti Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kecamatan yang berbatasan dengan Kecamatan Panjang yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan. 7) Pengambilan air bawah tanah melalui pengeboran, hal ini disebabkan kebutuhan air yang meningkat untuk keperluan kegiatan perusahaan. 8) Kegiatan yang berhubungan dengan keuangan yang berhubungan kebijakan perusahaan masih ditangani Bank yang berasal dari Jakarta, sedangkan kegiatan rutin seperti upah dan operasional perusahaan ditangani Bank Cabang yang berada di Kecamatan Telukbetung Selatan. Kesemua faktor-faktor tersebut di atas mempengaruhi perkembangan kegiatan industri di Kecamatan Panjang, terutama dengan adanya pembuatan Jalan Ir. Soekamo Hatta dan lr. Sutami, kegiatan industri setelah tahun I 985 telah mulai beralih ke Kelurahan lain. Kegiatan industri harus diakui masih di dominasi kegiatan
122
yang berada di Jalan Yos Sudarso, hal ini disebabkan Jalan Soekarno-Hatta dan Ir. Sutami belum dapat dipergunakan secara optimal. Kegiatan industri yang berada di sepanjang Jalan Yos Sudarso, menyebabkan nilai tanah (yang ditunjukkan dengan harga tanah) masih makin meningkat, hal ini di sebabkan selain perrnintaan tanah untuk kebutuhan industri juga untuk keperluan lain seperti bangunan pertokoan dan pasar.
Periode Tahun 1990-2000. Faktor yang mempengaruhi kegiatan industri periode tahun 1990-2000 di Kecamatan Panjang, yaitu : I) Pelabuhan Panjang, selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang, juga menyediakan pelayanan beupa fasilitas modern berupa pelabuhan yang dilengkapi dengan pelayanan untuk kegiatan industri yang menggunakan continer.
Peningkatan ekspor produk industri di Kecamatan Panjang
berdasarkan data tahun 2000 berjumlah 2.532.973 ton. 2) Penyempurnaan Jalan Soekamo Hatta yang kemudian dikuti dengan pelebaran dan mengurangi kemiringan jalan Ir. Sutami menyebabkan jalan tersebut dapat berfungsi secara otimal. Kedua jalan tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Jalan Nasional, sehingga dapat dilalui kendaraan berat seperti truck. Jalan Soekamo Hatta kemudian diperlebar menjadi 30 meter dan Ir. Sutami diperlebar menjadi 15 meter dengan kemiringan 30 °.
123
3) Kebijakan Pemerintah mengenai industri yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 mengenai Penggunaan Tanah
untuk Kawasan Industri, kemudian diikuti dengan
Deregulasi Penanaman Modal dan Perizinan yang tertuang Paket Oktober 23 Tahun 1993 yang memberikan kemudahan prosedur perizinan lokasi kegiatan industri. Kebijakan Pemerintah Pusat tersebut didukung dengan Kebijakan
Perwilayahan
dalam
RUTRK
Tahun
1994-2004
yang
tnenetapkan. Keearpatan Panjang sebagai lokasi kegiatan industri. 4) Bahan baku '"OOtU.k keperluaq in(fustri selain berasal dari dari Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Terigah, Lampung Utara juga berasal dari Kabupaten lain yang tennasuk ke dalam wilayah Propinsi Lampung. Selain bahan baku juga berasal dari Kabupaten yang termasuk ke dalam wilayah propinsi lain seperti Propinsi Bengkulu dan Propinsi Sumatera Selatan. Berkembangnya kebutuhan bahan baku, disebabkan adanya perkembangan kegiatan industri di Kecamatan Panjang. 5) Sumber energi untuk kegiatan industri di Kecamatan Panjang menggunakan listrik yang terletak dalam Kecamatan Panjang sendiri yang terpisah dari jaringan Iistrik yang ada di Kota Bandar Lampung yang berasal dari Kecamatan Tanjungkarang Pusat. 6) Tenaga kelja sektor industri selain berasal dari kecamatan lain yang termasuk ke dalam wilayah Kota bandar Lampung dan Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Lampung selatan.
124
7) Kebutuhan air untuk kegiatan industri menggunakan air bawah tanah melalui pengeboran, juga industri yang terletak dekat dengan Kelurahan Panjang Utara menggunakan air yang beradal dari PDAM. 8) Kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan keuangan berupa kegiatan rutin dan operasional perusahaan ditangani Bank Cabang Pembantu yang terletak di Kelurahan Panjang Utara, sedangkan yang menyangkut kebijakan sebagian besar masih di tangani Bank yang ada di Jakarta dan sebagian kecil sudah ditangani
Bank Cabang yang terletak di
Kecamatan
Telukbetung Selatan. Perkembangan kegiatan industri di Kecamatan Panjang secara bersama-sama dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas. Keberadaan fasilitas pelabuhan yang memadai,
asesibilitas dan arahan kebijakan pemerintah makin mendorong
perkembangan industri di wilayah tersebut. Keberadaan jaringan jalan yang memadai menyebabkan kegiatan industri tidak hanya berkembang di sepanjang Jalan Yos sudarso, akan tetapi juga berkembang di sepanjang Jalan Soekamo Hatta.
Jalan
Soekamo yang kondisinya lebih datar dan dapat dilalui berbagai kendaraan termasuk kendaraan berat berkapasitas besar, menyebabkan permintaan tanah di sepanjang jalan tersebut meningkat terutama untuk kegiatan industri dan kegiatan Iainnya tnengakibatkan nilai tanah (yang ditunjukkan dengan harga tanah) juga menjadi sema'kin meningkat. Perkembangan industri di Kecamatan Panjang juga didukung
deng~n kebjakan perwilayaoon ya~tapkan kecamatan Panjang sebagai lokasi kegiatan industri.
125
Tabcl 5.13. Kcterkait an antara Faktor yang Dipengaru hi dan Faktor yang Mcmpcng aruhi Paramete r/Varia bel
Peri ode Tahun 1970- I 980
Faktor yang
T:thun I980-1990
Tahun I 990-2000
I Penggunaa n I Data
Dipengaru hi I Tanah
tahun 1980 luas area I Data tahun 1990 luas area I Data tahun 2000 luas area industri 31 ha yang terdiri industri 95 ha yang terdiri industri 205 ha yang terdiri
dari
23
ha
di
Kel.
dari
52
ha
di
Kel.
dari
71
ha
di
Kel.
Screngsem dan 8 ha di Kcl.
Screngscm, 35 ha di Kel.
Serengsem , 69 ha di Kcl.
Way Lunik.
Way lunik dan 8 ha di Kel.
'Nay Lunik, 40 ha di Kel.
Vvay Laga.
Way Laga dan 25 ha di Kel. Ketapang .
Kegiatan Industri
Jumlah dengan
7
perusahaan Jumlah
investasi
27,072
14
pcrusahaan Jumlah
40
perusahaan
dengan investasi 365,252 dengan investasi 484, 15"0
milyar rupiah, tenaga kerja
mliyar rupiah, tenaga kerja
milyar rupiah, tenaga ·kerja
671 orang
1726 orang
5693 orang.
Sumber: Hasil analisa Data Primer dan Sekundcr
126
Lanjutan Tahcl 5,13. Paramctcr/Variabcl
Peri ode Tahun 1970-1980
Faktor yang
Pclabuhan
Tahun 1980-1990
Pclabuhan mulai Pclabuhan Panjang hanya Pelabuhan Panjang beroperasi sebagai sebaga1 pelabuhan bongkar berfungsi sebagai tempat pendistribusian muat barang. Volume pelabuhan bongkar muat barang dan pcnumpang. ckspor produk industri tahun yang juga menyediakan Volume ekspor produk 1990 yaitu 1.347.147 ton. pelayanan dengan industri tahun 1980 peralatan modern seperti yaitu 673.427 ton. continer dengan perlengkapannya. Volume ek~aitu 2.532.973 ton. Jalan Yos Sudarso Pembuatan Jalan Soekarno Penyempurnaan Jalan merupakan satu- Hatta dan Ir. Sutami. Jalan Soekarno Hatta, sehingga satunya jalan yang Soekarno difungsi sebagai dapat dilewati berbagai menghubungkan pusat Jalan alternatif yang kendaraan termasuk kota dan kabupaten menghubungkan dengan kendaraan berat. Pelebaran lain, selain Kab. pusat kota dan Jalan Ir. dan pengurangan Lampung Selatan. Sutami berfungsi kemiringan Jalan Ir. menghubungkan wilayah lain Sutami, sehingga dapat yang tcnnasuk dalam dilewati kendaraan berat. wilayah Kab. Lampung Selatan. •
Mempengaruhi
Aksesibilitas
Tahun 1990-2000
I
Sumber: Hasil analisa Data Primer dan Sekunder 127
Lanjutan Tabcl 5.13. Paramctcr/Variabcl
Peri ode Tahun 1970-1980
Faktor yang
Kcbijakan
Mempengaruhi
Pcmcrintah
Bahan Baku
Sumber Energi
Tahun 1980-1990
Tahun 1990-2000
Menggunakan aturan Undang-undang 5 Tahun Kepprcs Nomor 33 lama mcngcnai tata ruang 1984 diikuti dan Kepprcs Tahun 1990 diikuti Paket kota Nomor 53 Tahun 198 Oktober 23 Tahun 1993, mcndorong kegiatan dan Pemerintah Daerah industri dalam memacu menetapkan Kec. pertumbuhan ekonomi .. Panjang sebagai lokasi industridi RUTRK Tahun 1994-2004. Berasal dari Lampung Selain Berasal dari dari Berasal semua Selatan dan Lampung Lampung Selatan, Kabupaten yang Tengah. Lampung Tengah juga tennasuk ke dalam Lampung Utara. wilayah Prop. Lampung, juga dari Kabupaten yang tennasuk ke dalam wilayah Prop. Sumatera Selatan dan Bengkulu. Tenaga Diesel · yang Tenaga Diesel yang Tenaga Diesel sendiri merupakan bagian dari mcrupakan bagian dari yang ada di Kec. Panjang jaringan Kota bandar jaringan Kota bandar dan terpisah dari jaringan Lampung. Lampung. listrik Kota Bandar
I
L-------------~------------~--------------------~--------------------~-L_a_m~p~u_n~Q~·------------~ Sumbcr: Hasil Analisa Data Primer dan Sekunder
128
Lanjutan Tabcl 5.13. Paramctcr/Variabcl
Peri ode Tahun 1970-1980
Faktor yang Mempengaruhi
Kcbcradaan Tcnaga Ke1ja
Suplai air.
Lembaga Keuangan
---
Bcrasal · dari Panjang, Telukbetung
Kcc. Kcc.
Pengambilan air bawah tanah dengan pompa air.
Belum terdapat Bank, semua kegiatan yang bcrkaitan dengan keuangan (investasi dan rutin) berhubungan langsung dengan Jakarta.
- -
Tahun 1980-1990 Bcrasal dari Kcc. Panjang, Kcc. Telukbetung dan Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Lampung Selatan. Pengambilan air bawah tanah melalui pengeboran.
Belum terdapat Bank, kebutuhan rutin berhubungan dengan Bank Cabang yang terdapat di Kec. Telukbetung Selatan.
Tahun 1990-2000 13crasal dari Kcc. Panjang, kccamatan lain yang termasuk wilayah Kota Bandar Lampung dan Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Lampung Selatan. I I
Pengambilan air bawah tanah melalui pengeboran dan tersedianya air bersih yang dikelola PDAM untuk industri yang dekat dengan pusat kecamatan. Terdapat Bank Cabang Pembatu yang berfungsi untuk kegiatan rutin perusahaan (upah dan operasional), sedangkan yang berkaitan dengan kebijakan secagian besar masih berhubungan dengan Bank Jakarta dan sebagian kecil dengan bank Cabang di Kec. Telukbetung Selatan.
Sumber : Hasil Analisa Data Primer dan Sekunder
129
i I I
i
5.2.
Perflbahasan
5.2.1. Analisa Perkembangan lndustri
a. Kedudukan Kecamatan Panjang dalam Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung secara geografis terletak pada jalur yang merupakan perlintasan yang menghubungkan pergerakan dari Pulau Jawa ke Sumatera maupun dari Pulau Sumatera ke Jawa. Posisi ini sangat mendukung perkembangan wilayah maupun perkembangan kegiatan atau aktivitas di wilayah tersebut, termasuk keberadaan kegiatan industri yang ada di Kota Bandar Lampung.
Begitu pula
demikian halnya dengan Kecamatan Panjang yang poisisinya merupakan wilayah yang terletak paling ujung (bagian Selatan) yang berbatasan dengan wilayah lain, dan juga sebagai pintu gerbang dari Kota Bandar Lampung dari Pulau Jawa atau dari Kota Bandar Lampung menuju Jawa.
kelu~r
Posisi Kecamatan Panjang ini,
menyebabkan kecamatan tersebut dipengaruhi berbagai aktivitas yang seringkali tidak dapat dikontrol pemerintah setempat (Kota Bandar Lampung) yang termasuk ke dalam faktor ekstemal dan yang dapat dikontrol pemerintah setempat (internal) termasuk keberadaan kegiatan industri di wilayah tersebut.
b. Perkembangan Kegiatan Industri Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh penggunaan lahan Kota Bandar Lampung dan kegitttan irtdustri di Kecamatan Panjang, maka dapat
130
dikemukakan analisa pembahasan mengenai
perkembangan industri yang ada di
Kecamatan Panjang. Penggunaan lahan Kota Bandar Lampung untuk kegiatan industri di wilayah tersebut tidak dapat lepas dengan adanya berbagai aktivitas yang menggunakan ruang kota, hal ini dapat di lihat dengan adanya bangunan-bangunan yang tumbuh di dalam kota tersebut. Begitu pula dengan keberadaan industri yang mendukung kehidupan Kota bandar Lampung, seiring dengan tumbuhnya bangunan untuk perumahan, perdagangan dan perkantoran di wilayah tersebut, maka bangunan industri juga tumbuh dan berkembang mengisi ruang Kota Bandar Lampung.
Sektor industri
memiliki peranan yang penting bagi kegiatan pembangunan Kota Bandar Lampung, seiring dengan perkembangan kegiatan pembangunan yang ditunjukkan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka sektor industri telah memberikan sumbangsihnya yang cukup besar hingga pada tahun 2000, yaitu sekitar 20 % daFi total PDRB Kota Bandar Lampung. Menurut Gallion dan Eisner (1986) ada lima kategori dalam penggunaan lahan kota, yaitu ruang terbuka, lahan pertanian, perumahan, perdagangan dan industri. Sejalan dengan hal tersebut Chapin and Kaiser ( 1979) mengemukakan, bahwa penggunaan lahan berkaitan dengan sistem aktivitas antara manusia sampai dengan kelembagaan (institusi), yaitu induvidu, rumah tangga, perusahaan serta institusi. Dan masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda.
Induvidu dan rumah
tangga memanfaatkan lahan kota untuk kepentingan sosial ekonomi yang berorientasi pada keuntungan
pribadi,
perusahaan (swasta) memanfaatkan
Ia han
untuk
131
kepentingan
yang
berorientasi
pada
keuntungan
(profit)
dan
pemerintah
memanfaatkan lahan yang berorientasi pada pelayanan umum dengan tujuan untuk pengembangan manusia. Penggunaan tanah akan menjelaskan luasan tanah yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan di Kecamatan Panjang.
Pengunaan tanah
di Kecamatan Panjang antara lain untuk kegiatan pemerintahan, fasilitas sosial, jasa dan perdagangan, perumahan, industri, pertanian, tanah kosong dan areal konservasi. Dan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan keberadaan industri di Kota Bandar Lampung pada masing-masing kecamatan yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kota Bandar Lampung yang diperlihatkan luas area industri sebagian besar berada di
Kecamatan Panjang.
Hal ini menunjukkan, bahwa
besamya peranan industri yang berada di Kecamatan tersebut terhadap aktivitas ekonomi dan berkembangnya Kota Bandar Lampung. Bahkan dari segi jumlah perusahaan, investasi dan tenaga kerja sebagai bagian dari kegiatan industri, Kecamatan Panjang memperlihatkan lebih dominan dibandingkan kecamatankecamatan lain yang termasuk ke dalam wilayah Kota Bandar Lampung. Hoover mengemukakan lokasi optimal untuk kegiatan industri yaitu lokasi yang juga harus memperhatikan kemungkinan biaya non transport seperti biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan barang (kargo) dari satu jenis ke jenis yang lain (transhipment point) atau dekat pelabuhan. Faktor yang penting mendukung berdirinya industri di Kecamatan Panjang yaitu kebijakan pemerintah yang meletzkan Pelabuhan Samudra di Kecamatan Panjang dan membuat jaringan jalan yaitu Jalan Yos Sudarso disertai dengan penyiapan sumber energi (PLN) yang disambungkan berasal tenaga diesel
132
yang berada di Kecamatan Tanjungkarang Pusat. Kondisi alam yang tidak memiliki sungai sebagai penyedia air bagi keperluan industri dapat diatasi dengan adanya pengambilan air bawah tanah melalui penyedotan dengan pompa dan secara bertahap berusaha dipenuhi Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan menyalurkan air dari PDAM bagi industri yang berada tidak jauh dari Kecamatan, terutama lokasi industri yang posisi topografinya datar. Keberadaan Jalan Yos Sudarso sangat mendukung industri yang ada di Kecamatan Panjang berfungsi untuk menghubungkan wilayah tersebut dengan pusat kota sebagai penyedia tenaga kerja, selain itu menghubungkan dengan kabupaten lain sebagai penyedia bahan baku. mengakibatkan kelancaran
Aksesibilitas akan
pergerakan bahan baku, tenaga kerja dan produk.
Lancamya pergerakan bahan baku, tenaga kerja dan produk menjadikan industri di Kecamatan Panjang dapat melakukan kegiatan untuk menghasilkan produk industri. Gambaran di atas menyebabkan Kecamatan Panjang menjadi pilihan berdirinya lokasi industri. Robinson memasukan faktor yang menentukan berdirinya industri yaitu keberadaan bahan mentah, sumber energi, tenaga kerja, suplai air, pasaran dan fasilitas transportasi. Berdasarkan bahan baku yang diolah, industri yang melakukan kegiatan di Kecamatan P'anjang berdasarkan data, masih didominasi industri yang mengelola komoditi basil perkebunan ( singkong, kopi, jagung, lada, kelapa menjadi produk pertanian olahan). Dengan demfkian letak perusahaan harus menempati posisi yang memiliki akses (mudah) untuk metagangkut bahan baku, sehingga membentuk pola kegiatan perusahaall" industri yang terletak pada jalan-jalan utama yang dapat dilalui
133
kendaraan pengangkut bahan baku komoditi pertanian dengan cepat, disebabkan bahan baku dari hasil pertanian memiliki sifat dan karakteristik yang tidak tahan lama dan memiliki beban yang berat (Von Thunen) dan berubahnya berat bahan baku setelah menjadi produk industri yang dikenal dengan weight losing atau kehilangan berat setelah menjadi produk pertanian olahan (Weber).
5.2.2. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Industri
a. Periode Kegiatan Industri Tahun 1970-1980 Kegiatan industri di Kecamatan Panjang tumbuh setelah tahun 1970, yaitu dimulai setelah berjalannya kegiatan Pelabuhan Panjang, dengan demikian keberadaan industri sangat dipengaruhi dengan adanya pelabuhan laut sebagai tempat untuk mendistribusikan produk industri ke tempat pemasaran yang lokasinya berada di daerah lain yang hanya dapat ditempuh dengan kapal laut. Sejalan dengan itu Hoover (1948) mengemukakan, bahwa lokasi industri atau perusahaan tidak hanya di lokasi pasar atau bahan mentah, tetapi aspek lain yang sangat penting adalah biaya transit (transhipment point) dan pelabuhan dipilih karena merupakan sebagai tempat degan
biaya transport yang paling rendah.
Selanjutnya Johnston ( 1981)
mengemukakan, bahwa lokasi stategis bagi industri yaitu lokasi dekat pelabuhan atau persimpangan jalan. Faktor lain yang sangat mempengaruhi keberadaaan industri di Kecamatan Panjang, yaitu keberadaan jaringan jalan, dalam hal ini Jalan
Yos Sudarso yang
134
menghubungkan
Jalan
Raya
Serengsem
dengan
pusat
kota
(Kecamatan
Tanjungkarang Pusat), Kabupaten-kabupaten lain dalam propinsi baik sebagai penyedia tenaga ketja maupun sebagai penyedia bahan baku untuk keperluan industri. Kenyataaan ini menyebabkan industri hingga tahun 1980 hanya terdapat di sekitar jaringan jalan tersebut (Kelurahan Serengsem dan Kelurahan Way Lunik).
Dalam
mempercepat pengembangan wilayah salah satu prasarana transportasi yang berperan yaitu jaringan jalan. Tanpa keberadaan jalan yang menghubungkan suatu wilayah dapat dipastikan laju perkembangan pembangunan dapat terhambat. Menurut Branch ( 1995) pembangunan jaringan jalan kota akan memberikan dampak perubahan sebagai akibat pergerakan aktivitas manusia maupun barang dan berbagai kenyataan kegiatan usaha memilih lokasi disepanjang jalur-jalur lalulintas primer dan di tempat pusat-pusat pembangunan.
c. Periode Kegiatan Industri Tahun 1980-1990 Kegiatan industri setelah tahun 1980 dipengaruhi masih oleh keberadaan pelabuhan laut yang memperbaiki pelayanan dalam pendistribusian produk industri, juga dipengaruhi dengan adanya jaringan jalan baru yaitu Soekamo Hatta sebagai jalan arteri primer yang semakin memperlancar pengangkutan bahan baku, terutama untuk menghindari kemacetan jalan Yos Sudarso yang berfungsi sebagai jalan utama dalam kota yang semakin padat dengan tumbuhnya
bangunan pemuK.iman,
perdagangan dan aktivitas ekonomi lain. Andrew ( 1971) mengemukakan perubahan guna tanah atau lahan yang dimaksud dalam hal ini adalah proses beralihnya fungsi
135
atau guna tanah dalam bentuk perluasan, jenis dan intensitasnya dari penggunaan sebelumnya, karena adanya aktivitas manusia yang mendiami untuk memaksimalkan keuntungan dan nilai tanah ekonomis dalam rangka pemanfaatannya. Perkembangan pelaksanaan kegiatan pembangunan merupakan sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi seiring dengan hal tersebut diikuti juga dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin pesat.
Lahan sebagai
tempat untuk melaksanakan aktivitas manusia luasnya terbatas, sebagai akibatnya akan terjadi benturan yang disebabkan dengan adanya perbedaan kepentingan dalam memanfaatkan lahan. Kebijakan pemerintah diperlukan untuk mengatasi perbedaan kepentingan, dengan mengembalikan semua persoalan sesuai tujuan pembangunan. Menurut Dunn (2000) kebijakan merupakan landasan yang diperlukan penguasa untuk menghindari konflik dalam segrnen-segrnen masyarakat, yang seringkali memiliki perbedaaan kepentingan. membimbing,
memberi
koreksi
Kebijakan pemerintah diperlukan untuk dan
melengkapi
kekurangan
yang
dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan yang menyebabkan menjadi tidak efisien. Selain itu kebijakan diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, agar dapat secara optimal memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut Tan (1992)mengemukakan, bahwa perkembangan kegiatan industri dipengaruhi faktor politis, berupa kebijakan pemerintah. Begitu pula halnya dengan industri yang merupakan salah satu sektor yang penting dalam pembangunan, yang sangat berperan memberikan kontribusi yang besar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dengan cepat.
Peranan pemerintah
136
sendiri dengan berbagai kebijakan yang dibuatnya terhadap sektor industri diharapkan akan memberikan arah yang sesuai dengan tujuan pembangunan, akan melahirkan industri yang merupakan kebutuhan bagi masyarakat, yang akan mewamai kehidupan wilayah. Kebijakan pemerintah terhadap sektor industri yang ada berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku berupa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.Selain itu Kebijakan pemerintah mulai berperan, dengan adanya Kebijakan pemerintah pusat untuk memacu perkembangan industri dikeluarkan pada akhir tahun 1980an yaitu Undangundang Nomor 5 Tahun 1984 diikuti Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989. Dan mekanisme pelaksanaan Keputusan Pesiden tersebut di daerah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Propinsi (dalam hal ini Kanwil Perindustrian dan Perdagangan Propinsi lampung) dan Gubemur sebagai Kepala Daerah sekaligus Kepala Wilayah (Pejabat Pusat) mengantisipasi sesuai dengan potensi yang ada di daerah masiilgmasing dengan membantu kemudahan perizinan.
d. Periode Kegiatan Industri Tahun 1990-2000 Kegiatan industri setelah tahun 1990 masih dipengaruhi faktor keberadaaan Pelabuhan Panjang, jaringan jalan, kebijakan pemerintah, juga dengan adanya lembaga keuangan. I
Dalam era tahun 1990an Pelabuhan Panjang telah dilengkapi dengan berbagai peralatan dan fasilitas-fasilitas yang memadai seiring dengan perkembangan industri, maka pelabuhan panjang harus memberikan pelayanan yang memadai, terutama
137
dengan adanya penggunaan continer (peti kemas).sebagai pelabuhan barang. Hal ini menandakan industri untuk keperluan ekspor di Kecamatan Panjang telah meningkat dengan begitu pesat. Jaringan jalan yang ada setelah adanya berbagai penyempumaaan Jalan Soekamo Hatta menjadi jalan yang memadai untuk dilalui berbagai kendaraan terutama kendaraan yang berkapasitas besar seperti dam truk, diikuti dengan mengadakan pelebaran jaringan Jalan Ir. Sutami. Jalan Ir. Sutami semula hanya dapat dilalui oleh kendaraan dengan kapasitas kecil (angkutan pedesaan), disebabkan Iebar jalan yang masih sempit dan memiliki kemiringan > 40 °. Jalan lr. Sutami dengan bantuan teknologi maju dengan menggunakan tenaga ahli yang berasal dari Jepang, maka jalan terse but diperlebar dengan cara memotong tebing yang ada pada kiri dan kanan jalan serta kemiringan jalan dikurangi dengan cara membuat jalan seperti spiral. Setelah selesainya Jalan Ir. Sutami diperbaiki dan disempumakan, maka dapat dilintasi kendaraan angkutan barang (truk). Dan Jalan Soekamo Hatta dan Jalan Ir. Sutami dimasukkan ke dalam klas jalan yang berstatus jalan nasional.
Thorlok
( 1985) sarana transportasi dalam hal ini transportasi darat adalah suatu bagian integral dari fungsi yang menunjukkan hubungan erat dengan gaya hidup, jangkauan lokasi dari aktivitas produksi. Pemerintah Pusat dalam rangka memacu pembangunan sektor industri I
diperkuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 dikuti Paket Oktober 23 tahun 1993, yang intinya memberikan berbagai kemudahan dalam
138
perizinan lokasi. Pemerintah Pusat mengeluarkan perizinan bagi perusahaan industri yang bergerak dalam hal kegiatan industri strategis dan berhubungan dengan keamanan negara, sedangkan Pemerintah Daerah dalam hal ini Propinsi membantu kemudahan perizinan perusahaan yang bergerak pada industri besar dan sedang, serta Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya) berupa kemudahan perizinan bagi industri kecil dan rumah tangga.
Selain itu Pemerintah Daerah Tingkat II
(Kotamadya Bandar Lampung) menindaklanjuti dengan mengeluarkan aturan berupa kebijakan pembangunan perwilayahan berupa Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) dengan menetapkan Kecamatan Panjang sebagai SWP III yang difokuskan kepada kegiatan industri, perdagangan, rekreasi dan konservasi. Dengan pesatnya perkembangan industri, maka kegiatan yang berhubungan dengan uang berkembang dengan pesat, disebabkan uang merupakan alat tukar yang dianggap paling fleksibel, termasuk dalam hal pencairan dana untuk kepentingan kegiatan industri dan Bank sebagai lembaga keuangan dianggap merupakan cara yang paling aman untuk memperoleh dana maupun untuk menyimpan uang hasil pemasaran produk industri, termasuk untuk kebutuhan pembayaran upah tenaga kerja industri dan hal-hal yang dianggap mendesak.
Sejalan dengan hal tersebut Arsyad
(1988)) mengemukakan keberadaan lembaga keuangan mendorong perkembangan kegiatan industri di suatu wilayah. Keberadaan Bank menjadi kebutuhan yang sangat penting setelah tahun 1990 yang berjumlah empat bank, untuk mendukung pesatnya perkembangan industri. Melihat hadimya bank di Kecamatan Panjang menunjukkan, bahwa tingkat perputaran uang atau modal di Kecamatan tersebut yang memberikan
139
kontribusi mempercepat perkembangan kegiatan usaha, antara Jain kegiatan industri yang nantinya akan berpengaruh terhadap pemanfaatan Jahan. Demikian haJnya industri yang ada di Kecamatan Panjang, yang setelah tahun 1990 begitu pesat perkembangannya.
Dan lembaga keuangan Jain yang penting untuk mendukung
keberadaan industri yaitu lembaga keuangan non bank seperti jaminan asuransi. Asuransi menjadi sangat penting, disebabkan pekerjaan di sektor industri seringkaJi mengandung resiko keselamatan bagi pekerja, untuk itu perlu diberikan jaminan kepada pekerja. Dengan jaminan terhadap kehidupan tenaga kerja sebagai pekerja industri diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja, karena tidak perJu memikirkan resiko yang akan dialaminya.
Selain lembaga asuransi, maka lembaga
lain yang penting seperti koperasi karyawan yang selalu menyediakan keperluan karyawan di saat pekerja tidak mempunyai dana yang cukup untuk keperluan yang mendesak dan kebutuhan sehari-hari.
5.3. Keterkaitan Antar Sektor
Keberadaan suatu kegiatan usaha seringkali memacu berkembangnya kegiatan usaha lain, baik kegiatan itu barn sama sekali ataupun berupa peningkatan kegiatan yang sudah ada.
Hal ini menunjukan, bahwa suatu kegiatan dapat saja berkaitan
dengan 'kegiatan 1~innya. Bahkan suatu produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan dapat membentuk rantai yang terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan dan sating membutuhkan.
Menurut Hirschman, bahwa dalam sektor produktif
140
mekanisme pendorong pembangunan yang tercipta sebagai akibat adanya hubungan langsung antara berbagai industri dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah dalam industri lainnya, yang dibedakan menjadi dua macam yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkages effects) dan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkages effects).
Keterkaitan ke belakang maksudnya adalah
tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri yang menyediakan bahan baku (input) bagi industri tersebut. Pengaruh kaitan ke depan adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri yang pertama sebagai bahan baku (input).
Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka dampak perkembangan industri yang ada dapat dibedakan menjadi tiga bentuk : Tingkat keterkaitan tinggi atau kasus kebocoran rendah (the least leakage case). Pada kasus ini perkembangan industri sebagian besar menggunakan tenaga kerja lokal, pengusaha lokal. Semua Input industri yang ada terdiri dari sebagian besar produksi domestik, sehingga efek kebocoran dari kegiatan industri dalam rasio aliran yang keluar dari pertukaran uang luar negeri terhadap total penerimaan dari industri tidak Iebih dari 15 %, yang berarti efek tingkat keterkaitan melebihi 85 %.
Tingkat keterkaitan sedang atau kasus menegah (the intermadiate case). Pada kasus ini yang ditandai dengan , pembangunan yang sangat cepat dan tidak tergantung dengan import begitujuga, perkembangan industrinya.
141
Tingkat keterkaitan rendah atau kasus kebocoran tinggi (the least linkages case). Kondisi ditunjukan dengan adanya tingkat rasio aliran keluaran dari pertukaran uang luar ngeri terhadap penerimaan pariwisata sebesar 45 % atau di bawahnya. Dampak perkembangan industri juga dapat dilihat dari tabel input-output yang dituangkan dalam bentuk tabel analisis I - 0. Dalam analisis ini dapat diketahui sebesarapa besar dampak yang ditimbulkan antara sektor produksi, baik dari segi keterkaitan
ke depan (forward linkages) yang dikenal dengan daya penyebaran
atau pun dari segi keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang dikenal dengan derajat kepekaan. Indeks daya penyebaran (forward linkages) menjelaskan tentang dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan output satu sektor terhadap output sektor lainnyasecara keseluruhan atau output satu sektor dapat mempengaruhi pertumbuhan sektor lain, hal ini memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainnya.. Indeks daya penyebaran yang mempunyai angka > 1 (satu), maka penyebaran sektor tersebut di atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Dalam tabel Input - Output (1-0) Propinsi Lampung tahun 1996 dari 50 sektor yang ada dapat dilihat, bahwa sektor yang hlempunyai penyebaran tinggi yaitu sebagai berikut : 1.
Sektor industri makanan dan minuman ringan ( 1,84)
2.
Sektor industri pengolahan kayu (I, 94)
3.
Sektor industri minyak kelapa (I ,92)
4.
Sektor industri makanan temak ( 197)
5.
Sektor industri tepung tapioka ( 1,98)
142
6.
Sektor industri arang kayu ( 1,54)
7.
Sektor industri briket (2,43)
Ketujuh sektor tersebut di atas mempunyai hubungan langsung dan mempunyai keterkaitan ke depan (forward linkages) terhadap kegiatannya di Propinsi Lampung. Derajat kepekaan (backward linkages) merupakan tolok ukur dari dampak yang ditimbulkan dari penggunaan output sektor lain terhadap input suatu sektor yang digunakan outputnya akan tumbuh juga atau mempunyai ketergantungan terhadap sektor yang lain.
Indeks daya kepekaan yang mempunyai angka > 1 (satu)
menandakan sektor tersebut mempunyai ketergantungan terhadap pertumbuhan sektor lainnya. Dalam tabel I - 0 Propinsi Lampung tahun 1996 dari 50 sektor yang ada, sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang cukup tinggi sebagai berikut 1.
Sektor komoditi singkong ( 1,98)
2.
Sektor komoditi kelapa ( 1,64)
3.
Sektor komoditi jagung ( 1,73)
4.
Sektor komoditi karet ( 1,56)
5.
Sektor komoditi kayu ( 1,83)
6.
Sektor komoditi lada (I ,42)
7.
Sektor kelapa sawit ( 1,88)
8.
Sektor perdagangan (3,27)
9.
Sektor angkutan darat (2,76)
10. Sektor jasa penunjang angkutan darat (2,46)
11. Sektor Sektor angkutan laut (2,79)
143
Dalam kaitan keberadaan industri tersebut di Propinsi Lampung, sektor-sektor tersebut di atas mempunyai keterkaitan ke belakang. Dari gambaran keterkaitan ke belakang (backward linkages dan forward linkages) dapat digambarkan pada diagram berikut ini :
Industri Pengolahan
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
I0. ll.
komoditi singkong komoditi kelapa komoditi jagung komoditi karet komoditi kayu .... ..... komoditi lada kelapa sa wit perdagangan "' angkutan darat j jasa penunJang = ;,j angkutan darat "0 I. angkutan Sektor Iaut ~CJ
1.
2.
Kawasan Industri
,.. 3. 4.
~
1)0
~
= j;Q
"' ~
1)0
Ji :E "0
5. 6.
I.
= ~
7.
industri makanan dan minuman ringan industri pengolahan kayu industri minyak kelapa. industri makanan temak industri tepung tapioka industri arang kayu industri briket
0
'*"
144
Ke. Kotabumi
_,\ \ \ \ \
\ \
Kab. Lampung Selatan
\
\ \ \
Kel. Ketapang
\
',
'' Ke Kota Agung
''
''
'
Panjang Utara
Pel. Panjang
Teluk Lampung
KOTA BANDAR LAMPUNG
N
A
1\1 Pergerakan Bahan baku 0 .1
0
0.1
0.2 Kilometers
~~~~
Batas Wilayah
N. Garis Pantai N. Kabupaten
/ " \ / ' Kecamatan ,/'\I , Kelurahan I
Gambar 5.18. PETA PERGERAKAN BAHAN BAKU INDUSTRI
Jaringan Jalan
N
../'< MAGISTER PEIU':NCAI\:AAN kOTi\ DAN D AER/\11 UNIVE RSITAS GADJAH MADA
\1
I
Arteri Primer Arteri Sekunder Rei Kereta Api
. . Bangunan lndustri SUmber : Hasil analisa
,.- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
Ke Sri Bawono
Kel. Way Gubag
I
Kab. Lampung Selatan
Pel. Panjang Kel. Panjang Selatan
Teluk Lampung
KOTA BANDAR LAMPUNG
N
A
0.2
0
0.2 Kilometers
~~iiiiiiiiiiiiiii~~~~
K~b~daan T enaga Kerja t:V:J.okal f\iluar Kecamatan
Jaringan Jalan
/V Arteri Primer / I.
Gambar 5.19. PETA PERGERAKAN TENAGA KERJA INDUSTRI
.\1M~ISTER
PERJ,NC\Nt\A.'\J kOTt\ DAN DAERAII I "NI YERSITAS GADJAH MADA
Arteri Sekunder /f Rei Kereta Api
Batas Wilayah Garis Pantai Kabupaten / \ / Kecamatan Kelurahan
/\I
1\.1
/
. . Bangunan lndustri SUmber : Hasil Analisa
Ke Sribawono Ke. Kotabumi
...
,-....---'
''
Kel. Way laga
''
'
K6,;
'
''
''
''
''
''
Kab. lampung Selatan
',
Kec. Tb. Selatan
Kel. Panjang Utara
1 Kel. Panjang Selatan
Teluk lampung
KOTA BANDAR LAMPUNG
0
0.2 Kilometers
~~iiiiiiiiiiiiiii~~~~
P~rg~kan
Produk lndustri
/~\.1;/<e Pelabuhan Panjang
/VSelain Ke Pelabuhan Panjang Jaringan Jalan
1\1 Arteri Primer Gambar 5.20. PETA PERGERAKAN PRODUK INDUSTRI
.
Arteri Sekunder
.f·
•
.1
..
f
J
Rei Kereta Api
Batas Wilayah / ' \ / . Garis Pantai "/':\/ Kabupaten ,'•\ / Kecamatan
MAGISTER PERENCANAAN kOTA DAN DAERAII UNIVERSITAS GADJAH MADA
' / \"/ / "
.Kelurahan
Sumber : Hasil Analisa
KFC. TANJUNC KARANC TIMUR
/ /
\J',
. II \
~'")
,
~ I
Kt'l. Way< ~l-..g
\
'
. 0 -\ ~/ Kd. W..yl.ap,a
.I
I KABUPAlF.N IAMPUNC~l-l ATAN
\
PETAKOTA BAN DAR LAMPUNG
TCLUK /.AMI'UNG
'
''
KECAMATA N PANJANG
Gambar 5.21
PETA PERGERAKAN KEGIATAN INDUSTRI
Legenda: ® Kantor Kecamatan • J
·- Ri!l Ken•ld Api
....._ Pergerakan Bahan Baku _._ Pergerakan Tenaga Kerja _._ Perge rdkan Produk lndustri
L=.J Bangunan P
MACtsll~
I'I.I(ISC,\;-;,\AN KOTA DAN IJAERAH l :-; IVEJ<SITAS CADjAI I MADA
P
L~] Bangunan lndustri Sumht•r: BI'N Kola Handa r lmnpung
BAB VI.
KESrMPULAN 5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai perkembangan industri di Kecamatan Panjang : I.
Kegiatan
industri
Kecamatan
di
Panjang
tahun
1980-2000
mengalami
perkembangan pesat , dilihat bertambahnya jumlah perusahaan industri(dari 7 perusahaan menjadi 40 perusahaan), investasi (dari Rp.27.072.960.000 menjadi Rp.482.512.510.000,-), tenaga kerja (dari 671 orang menjadi 5693 orang) 2.
Kegiatan industri di Kecamatan Panjang pada tahun 1980 berada di Kelurahan Srengsem dan Way Lunik, kemudian tahun 2000 berkembang hingga di Kelurahan Way Laga dan Ketapang.
3.
Jenis kegiatan perusahaan Industri yang ada di Kecamatan Panjang sebagian besar didominasi
industri
yang
mengelola
komoditi
hasil
perkebunan
(35
perusahaan)dan hasil hutan (4 perusahaan) .. 4.
Kegiatan industri yang ada di Kecamatan Panjang dipengaruhi faktor internal ( suplai air, tenaga kerja, kebijakan pemerintah dan sumber energi) dan faktor ekstemal ( bahan baku, aksesibilitas dan lembaga keuangan).
5.
Pemilihan lokasi
kegiatan industri di Kecamatan Panjang dibandingkan
I
kecamatan lain yang termasuk wilayah Kota Bandar Lampung, didasarkan teori
149
lokasi optimal
yang memperhatikan biaya pemindahan barang dari satu jenis
angkutan ke jenis angkutan lain. 6.
Terdapatnya perbedaan perkembangan industri antara beberapa lokasi kegiatan industri seperti antara Kelurahan Serengsem dan Way Lunik yang lebih pesat dibandingkan dengan Kelurahan Way Laga, disebabkan lebih efisien dari segi faktor biaya tranportasi, terutama dalam hal pengangkutan bahan baku.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu memberikan beberapa masukan berupa rekomendasi bagi kepentingan pembangunan yang berkaitan dengan perkembangan industri yang ada di Kecamatan Panjang, sebagai berikut : I.
Perkembangan industri tidak dapat menghindari adanya pergeseran fungsi lahan, oleh karena itu perlu diadakan penelitian seberapa jauh pergeseran fungsi lahan tersebut mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat, Kota Bandar Lampung dan sekitamya.
2.
Keterbatasan lahan yang tersedia untuk kegiatan industri pada Kelurahan Serengsem dan Way Lunik harus diantisipasi dengan mengarahkannya ke lokasi lain yang mengurangi pengeluaran biaya di luar kegiatan produksi, seperti faktor kondisi alam.
150
3.
Perkembangan industri yang diikuti dengan perkembangan jumlah penduduk juga tidak bisa menghindari adanya perubahan bentangan alam yang dampaknya akan menyebabkan perubahan lingkungan hidup di wilayah tersebut, oleh karena itu <
perlu diteliti pengaruh perkembangan industri tethadap lingkungan hidup setempat, Kota Bandar Lampung dan sekitamya. 4.
Perkembangan industri juga tidak bisa menghindari terjadinya konflik perebutan lahan pada saat ini dan masa yang akan datang, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan memberikan solusi yang memberikan jalan keluar yang tidak merugikan semua pihak, baik pengusaha maupun masyarakat.
151
DAFTAR PUSTAKA
1970. Bandar Lampung dalam Angka Tahun 1971. Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung.
Biro Pusat
-------. 1975. Bandar Lampung dalam Angka Tahun 1976. Biro Pusat Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung. -----. 1980. Bandar Lampung dalam Angka Tahun 1981. Biro Pusat Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung. 1984. Rencana lnduk Kotamadya Bandar Lampung 1984-1994. Bappeda kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 ten tang Perindustrian. Depatemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Jakarta. -------. 1985. Bandar Lampung dalam Angka Tahun 1986. Biro Pusat Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung. 1989. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan 1ndustri. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Jakarta. -------. 1990. Bandar Lampung dalam Angka Tahun 199 I. Biro Pusat Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung. 1990. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi Pemhangunan Kawasan 1ndustri. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Rl. Jakarta. -------. . 1994. Studi Penyuszman Rencana Pendahuluan Kawasan 1ndustri di Kabupaten Daerah Tingkat 11 Sleman. Jurusan Teknik Arsitektur UGM. Y ogyakarta. --------. 1995. Bandar 1,ampzmg dalam Angka Tahun 1996. Biro Pusat Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung. -------. 1997. Kebijakan Pengemhangan 1ndustri Nasional yang Berwawasan Lingkungan. Departemen Perindustrian, R~ublik Indonesia. ------. 2000. Bandar 1,ampung dalam Angka Tahun 200 I. Biro Pusat Statistik Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung.
152
--------. 2000. Pefabuhan Panjang Menuju Pefabuhan dengan Pefayanan Kefas Dunia. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang. Bandar Lampung. 13 halaman. 2000. Revisi Rencana Tala Ruang Wilayah Kotamadya Bandar Lampung 1994-2004. Bappeda Kotamadya Bandar LampWlg. Bandar Lampung. ------. 2001. Kecamatan Panjang dalam Angka Tahun 2000. Biro Pusat Statistik Kotamadya bekerjasama dengan Sekretariat Kecamatan Panjang. Bandar LampWlg. 2002. Rekapitulasi Laporan Perusahaan yang Beroperasi di Propinsi Lampung. Dinas Infonnasi dan Investasi Propinsi Lampung. Bandar LampWlg. Arsyad, Lincolin. 1988. Ekonomi Pembangunan. STIE-YKPN. Yogyakarta. Hal. 168-187. Arsyad, Lincolin. 1993. Perencanaan Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Chapin, J.R. and Stuart, F. Illinois Press.
1979.
STIE-YKPN.
Urban Land Use Planning. University of
Daldjoeni, N. 1997. Geografi Baru, Organisasi Kenwngan dalam Teori dan Praktek. Almuni. BandWlg. Hal 58-96. Dunn, WN. 1991. Public Policy Analysis: An. Introduction Second l!.aition. · Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Friedrich, CJ. 1951. A(fred Weber's Theory of The Location of Industries. University of Chicago Press. Chicago. Hadjisarosa, Pumomosidi. 1975. Klasifikasi satuan Wilayah. Makalah dalam Simposium Pengembangan Wilayah yang Diselenggarakan Departemen Pekerjaan Ummn. Desember 1974. Jakarta. Hoover, EM. 1972. Location of Economic Activity: Second Edition. Me Graw Hiil. New York.
Jayadinata., JT. 1986. Tala Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. lnstitut Teknologi Bandung (ITB). Bandtmg. 444 hal am an. J. Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitat(l Rosdakarya. Bandung. !~al2-4.
PT. Remaja
153
Johstons, RJ. 1981. Reference. Oxford.
The Dictionary of Human Geography.
Losch, A 1954. The Economics of Location: Haven. Conn. Yale University.
Black-well
Translated by Stolper. New
Morill, RL. 1970. The Spatial Organization of Society Wadworth. Duxbury Press. Massuchusetts.
Muhajir, Noeng. 1992. Metode Penelilian Kua/itatif. Rahe Sarasin. Yogyakarta. Prakosa, R.D. 1997. Kecenderungan pemilihan lokasi Industri Sedang dan Besar di Surabaya dan Sekitamya. Tesis: MPKD-UGM. Yogyakarta. Hal6. Robinson, H. Plymouth.
1979. Economic Geography.
Magdonal and Evans. Estover,
Rondinelli, DA. 1985. Applied Methods of Regional Analysis The Spatial Dimensions ofDevelopment Policy. Westview Press, Inc. Colorado. Sugiana, Kawik. 2001. Strategi Pengembangan lndustri Berbasis Teknologi Canggih sebagai Pendorong Pembangunan Wilayah : Kasus Propinsi D./. Yogyakarta. Jurnal Porum Perencanaan Pembangunan. PSPPR UGM. Yogyakarta. Supono, Prasetyo. 1999. Teori Lokasi Representasi Landasan Mikro bagi Teori" · Pembangunan Daerah. Jumal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.l4 No.4. Hai 15-16. Tan, Geratd. 1992. The Newly Industrializing Country ofAsia. Time Academic Press. 252 Halaman. Tjahjath Budhy dkk. 1997. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di IndonJkia. Kwnpulan Tulisan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 578 Ha1aman. Todato, MP. 1989. Longman. Chapter I.
Economics Development in Third World.
WarPani, Suwardjoko. 1980. Analisa Kola dan Daerah. Bandlliig (ITB). Bandung.
New York :
Institut Teknologi
154
Perusahaan industri yang melakukan kegiatan Di Kelurahan Way Laga.
Perusahaan industri yang melakukan kegiatan Di Kelurahan Way Lunik.
Perusahaan industri yang melakukan kegiatan di Kelurahan Serengsem.
Gam bar Perusahaan Industri yang ada Di Kecamatan Panjang.
Kegiatan bongkar muat produk industri Dari truk-truk ke kapal yang sedang berlabuh.
Kapal-kapal yang sedang merapat ke pelabuhan Untuk menunggu muatan yang akan di bawanya.
Tempat penumpukan continer (peti kemas) Yang ada di Pelabuhan Panjang.
Gam bar Aktivitas Pelabuhan Panjang.
-~~.\;~'
~~'r
.......
Jalan Yos Sudarso sebagai jalan arteri yang menghubungkan Kecamatan Telukbetung melalui Kelurahan Way Lunik.
Jalan lr. Sutami sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Kabupaten Lampung Selatan melalui Kelurahan Way Laga.
Jalan Soekamo-Hatta sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Terminal Rajabasa melalui Kelurahan Pidada, Way Lunik da Ketapang. Gambar Jalan Arteri Primer yang melintasi Kecamatan Panjang.
Daftar Jawaban dari Pertanyaan yang Diajukan kepada Perusahaan Industri Jumlah perusahaan industri yang diwawancarai sebanyak 33 perusahaan. No.
Pertanyaaan
1.
Faktor-faktor yang paling penting menyebabkan perusahaan memilih lokasi untuk kegiatan industri di Kecamatan Panjang Perusahaan memperoleh bahan baku untuk kegiatan industri yang terdekat berasal dari Perusahaan memperoleh bahan baku untuk kegiatan industri yang terjauh berasal dari Bahan baku yang ada saat ini untuk keberlangsungan perusahaan Perusahaan industri anda mengelola bahan baku berupa
.
2.
3.
4.
5.
Jawaban ( Jumlah dan persentase responden) - Pelabuhan (13): 39,39 %. - Aksesibilitas (14 ): 42,42 %. - Kebijakan Pemerintah (6) : 18,18%
Luar Kota dalam Propinsi (331): 100%.
- Luar Kota dalam Propinsi (26) : 78,79 %. - Luar Propinsi (7) : 21 ,21 %. - Cukup (33): 100 %.
- Produk Pertanian langsung ( 17) : 51,51 %. - Basil hutan produ.lcsi (2) : 6,06 %. - Produk tambang (1): 3,03 %.
I
- Produk pertanian yang sudah dikelola (13):. 39,39%.
6.
7. 8.
9.
Jenis sumber energi yang digunakan untuk menjalankan kegiatan industri Energi yang digunakan untuk menjalankan kegiatan industri Tenaga kerja yang digunakan industri yang terdekat berasal dari Tenaga kerja yang digunakan industri yang terjauh
.
10.
Jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan untuk melakukan kegiatan
Energi buatan (33): 100%
- Milik sendiri (8) : 24,24 %. - P L N (25) : 75,76 %. - Dalam Kecamatan (33): 100% . ..
- Luar Kecamatan dalam Kota (13) :39,39 %. - Luar Kota Dalam Propinsi (8): 24,24 - Luar Propinsi _( 12) : 36,36 %. - 20-29 orang (21) : 63,64 %. - > 100 orang (12) : 36,36 %.
ro .
Lanjutan Daftar Jawaban Pertanyaan
No
Pertanyaaan
11.
Air yang digunakan perusahaan untuk menjalankan kegiatan. industri berasal Pemasaran hasi1 produk industri dari perusahaan yang terdekat Pemasaran hasil produk industri dari perusahaan yang terjauh Perusahaan mengangk:ut bahan baku untuk industri melalui Perusahaan mengangk:ut produk industri melalui Perusahaan melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang sejak tahun Menurut pendapat anda, keuntungan perusahaan memilih lokasi kegiatan di Kecamatan Panjang, yaitu Kerugian yang diperoleh perusahaan dengan melakukan kegiatan industri saling berdekatan dengan industri lain di Kecamatan Panjang Menurutpendapatanda fasilitas jaringan jalan yang ada saat ini Menurut anda fasilitas sosial yang ada saat ini
12.
13.
14 15. 16. I
17.
18.
19.
Jawaban (Jumlah dan persentase responden) - PDAM (7) : 21,21 %. - Sum~r bor (26) : 78,79 %. -
Dalam kecamatan (6) : 18,18%. Luar kecamatan dalam kota (7) : 21 ,21 % Luar propinsi (201: 60,61 %. Luar Kota dalam propinsi (6): 18,18%. Luar Propinsi (27) : 81 ,82 %.
-
Jalan raya (32): 96,97 %. Kereta Api (1): 3,03 %. Jalan raya (5) : 15,15 %. Kapal laut (28) : 84,85 %. - 1970 an (7): 21,21 %. - 1980 an (5) : 15,15 %. - 1990 an (21): 63,64%. Keuntungan ekonomis (33): (100 %).
.. -
-
Ada kerugian (26) : 78,79 %. Tidak ada kerugian (7) : 21,21 %. Alasan ada kerugian yaitu kepadatan lalu lintas dan debu. Cukup (33): 100%
Cukup (33): 100%.
Lanjutan Daftar Jawaban Pertanyaan No. 21.
Pertanyaaan Menurut anda fasilitas ekonomi yang ada saat
Jawaban (Jumlah dan _Qersentase re~onden) Cukup (33): 100%.
.. Inl
22 ..
Menurut anda, Kebijakan Pemerintah yang berhubungan dengan kegiatan industri Aksesibilitas yang paling mendukung keberlangsungan kegiatan industri Jumlah fasilitas PLN yang ada saat ini yang berkai tan dengan kegiata.11 industri Jum1ah fasilitas te1ekomunikasi (jaringan telepon) yang berkaitan dengan kegiatan industri Jum1ah fasilitas air bersih yang ada saat ini untuk keberlangsungan industri Penangan limbah dari kegiatan industri perusahaan yang ada saat r
23.
24.
25.
26.
27.
..
-
Kemudahan dalam perizinan (23) : 69,70%. Araban lahan untuk kegiatan usaha (10): 30,30 %.
-
Jaringanjalan (26): 78,79 %. Letak posisi kecamatan yang strategis (7) : 21,21 %.
-
Kurang (33) : 100%. Alasan kurang : Sulit untuk peningkatan produksi. Cukup (33): 100%.
Kurang (33): 100 %. . A1asan kurang : be1um terjangkau, hanya berada di pusat kecamatan. - Ada perlakukan penangan limbah, kemudian dialirkan saluran air kotor (26) : 78,79 %. - Diangkut ke tempat pembuangan (7) : 21 ,21 %.
Inl
28.
Keberadaan perusahaan dalam melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang hingga saat ini
tidak pemah ada konflik (33): (100 %).
-
Keterangan : Responden berasal dari perusahaan industri yang ada di Kelurahan Serengsem sebanyak 6 reponden, Kelurahan Way Lunik sebanyak : 14 responden, Kelurahan Way 1aga sebanyak 10 responden dan Kelurahan Ketapang sebanyak 3 reponden.
Daftar Perusahaan l~dustri di Kecamatan Panjang yang Diwawancarai
No.
Nama Perusahaan
1 PT. Andatu 2 PT. Taba Bukit Asam 3 PT. Jaka Utama 4 PT. Andatu Lestari 5 PT. Gresia Wood 7 PT. lndofood Jaya Raya 8 PT. Dharmala 9 CV. Bumi Waras 10PT. Budi Sari Bumi 11 PT. Lampung sumber 12CV. Setia Utama 13 PT. Jaya .. 14 PT. Lampung Pelletizing 15CV. Kemala Raya 16 CV. Giri Mulia , 17 PT. Sentra Profeed 18 PT. Am an Jaya Perdana 19 CV. Halim Graha 20 PT. Kakap Mas 21 CV. Sumber Mustika 22 CV. Bumi lndah Satria 23 CV. Sumbu Terang 24CV. Salam 25 PT. Elyana 26 PT. Abdina Jaya 27 PT. Teluk lntan 28 CV. Maja Raya 29 PT. Sari Segar Husada 30 CV. Maju Kencana 31 PT. Gunung Putra 32 CV. Sinar Laut 33 PT. Volkopi
Kegiatan Usaha
!Ala mat
Pengolahan Kayu Jl. Raya Serengsem Penambangan Batubara Jl. Raya Serengsem Makanan Ternak Jl. Raya Serengsem Kayu Lapis Jl. Raya Serengsem Pengolahan Kayu Jl. Raya Serengsem Makanan Ringan WI. Raya Serengsem Tepung Tapioka JI.Yos Sudarso Way Lunik Minyak Goreng JI.Yos Sudarso Way Lunik Makanan Ringan JI.Yos Sudarso Way Lunik Pellet Gaplek JI.Yos Sudarso Way Lunik Pengolahan biji kopi & Jagung JI.Yos Sudarso Way Lunik Pengolahan Jagung JI.Yos Sudarso Way Lunik Pellet Gaplek JI.Yos Sudarso Way Lunik Pengolahan Kopi JI.Yos Sudarso Way Lunik Pengolahan kopi & Jagung JI.Yos Sudarso Way Lunik Makanan Ternak Jl. Soekarno HattaWay Lunik Makanan Ternak Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi, lada & Jagung Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi Jl. lr. Sutami Way Laga· Pengolahan Kopi, lada & Jagung Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi, lada & Jagung Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi, lada & Jagung Jl. lr. Sutami Way Laga Pengolahan Kopi Jl. Kgs Anang Way Lunik Pengolahan Kopi Jl. Kgs Anang Way Lunik Minurrian sari kelapa Jl. Kgs.Anang Way Lunik Pengolahan Kopi, lada & Jagung Jl. Kgs Anang Way Lunik Karet Coumpon Jl. Soekarno Hatta Ketapang Sabun Jl. Soekarno Hatta Ketapang Pengolahan Kopi Jl. Soekarno Hatta Ketapang
Nama Perusahaan Ala mat
Jl. ..................................................... . Kelurahan· ........................................... .
Menjawab pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban yang dianggap paling tepat : 1) Faktor -faktor yang paling penting menyebabkan perusahaan memilih lokasi untul< kegiatan industri di Kecamatan Panjang : a. Bahan Baku. b. Sumber Energi. c. Tenaga Kerja. d. Pemasaran. e. Ketersediaan Air f. Pelabuhan g. Aksesibilitas h. Kondisi Topografi. i. Harga Tanah. j. Kebijakan Pemerintah. 2) Perusahaan memperoleh bahan baku untuk kegiatan industri yang terdekat berasal dari : a. Dalam kecamatan dalam kota b. Luar kecamatan dalam kota. c. Luar kota dalam Propinsi. d. Luar Propinsi. 3) Perusahaan memperoleh bahan baku untuk kegiatan industri yang terjauh berasal dari a. Oalam kecamatan dalam kota b. Luar kecamatan dalam kota. c. Luar kota dalam Propinsi. d. Luar Propinsi. 4) Bahan baku yang perusahaan yang ada sa at ini untuk kebertangsungan peru~ahaan : a. Kurang b. Cukup c. Le~ih dari cukup. Alasan, jika kurang : .......................................................................... 5) Perusahaan lndustri anda mengelola bahan baku berupa : a. Produk pertanian langsung b. Hasil hutan produksi c. Produk Tambang. d. Produk pertanian yang sudah diolah. 6) Jenis sumber energi yang digunakan untuk menjalankan kegiatan industri : a. Energi alam. b. Energi Buatan. 7) Energi yang digunakan untuk menjalankan kegiatan industri berasal dari : a. Milik sendiri. b. Perusahaan Listrik Negara (PLN). 8) Tenaga kerja yang digunakan industri yang terdekat berasal dari : a. Dalam Kecamatan b. Luar Kecamatan dalam Kota. c. Luar Kota dalam Propinsi d. Luar Propinsi. 9) Tenaga kerja yang digunakan industri yang terdekat berasal dari a. Dalam Kecamatan b. Luar Kecamatan dalam Kota. c. Luar Kota dalam Propinsi d. Luar Propinsi.
10) Jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan untuk melakukan kegiatan a. Kurang dari 3 orang b. 5-19 orang 0 c. 20-99 orang d. > 100 orang. 11) Air yang digunakan perusahaan untuk menjalankan kegiatan industri berasal : a. PDAM b.. Sungai. c. Sumur bor 12) Pemasaran hasil produk industri dari perusahaan yang terdekat : a. Dalam Kecamatan b. Luar Kecamatan dalam Kota. c. Luar Kota dalam Propinsi d. Luar Propinsi .
.-
13) Pemasaran hasil produk industri dari perusahaan yang terjauh : a. Dalam Kecamatan b. Luar Kecamatan dalam Kota. c. Luar Kota dalam Propinsi d. Luar Propinsi. 14) Perusahaan mengangkut bah an baku untuk industri dengan melalui : a. Jalan raya b. Kereta api c. Kapallaut d. Pesawat terbang. 15) Perusahaan mengangkut produk industri melalui : a. Jalan raya b. Kereta api c. Kapallaut d. Pesawat terbang. 16) Perusahaan melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang sejak tahun : a. 1970an · b. 1980an c. 1990an d. 2000an 17) Menurut pendapat anda keuntungan perusahaan memilih lokasi kegiatan di Kecamatan Panjang, yaitu : a. Keuntungan ekonomis (pelabuhan, aksesibilitas, pemasaran) b. Keuntungan sosial (tenaga kerja) c. Keuntungan fisiologis (kenyamanan) d. Lain-lain :.................................................................. . 18) Kerugian yarig diperoleh perusahaan dengan melakukan kegiatan industri saling berdekatan dengan industri yang lain di Kecamatan Panjang : a. Ada kerugiannya. b. Tidak ada kerugiannya. Sebutkan: .................................................................... 19) Menurut pendapat anda fasilitas jaringan jalan yang ada saat ini : a. Kurang b. Cukup c. Lebih dari cukup Alasan, jika kurang : ......................................................................... . 20) Menurut anda fasilitt:!S sosial yang ada saat ini : a. Kurang b. Cukup c. lebih dari cukup Alasan, jika kurang : ......................................................................... .
21} Menurut anda fasilitas ekonomi saat ini : b. Cukup a. Kurang c. Lebih dari cukup Alasan, jika kurang : ...................................... .................................... 22} Menurut anda Kebijakan Pemerintah yang berhubungan dengan kegiatan industri: b. Kemudahan dalam hal kredit usaha. dalam perizinan a. Kemudahan I d. Arahan lahan untuk kegiatan usaha. c. Penyediaan infrastruktur 23} Aksesibilitas yang paling mendukung keberlangsungan kegiatan industri a. Jaringan jalan yang memadai. b. Letak posisi kecamatan yang strategls. c. Terdapat jalur transportasi regional dan lokal. 24} Jumlah fasilitas PI,.N yang ada sa at ini yang berkaitan dengn keberlangsungan : industri: b. Cukup a. Kurang c. Lebih dari cukup Alasan, jika kurang :...................................... .................................... 25) Jumlah fasilitas Telekomuniksi Oaringan telepon} yang berkaitan dengan kegiatan industri : b. Cukup a. Kurang c. Lebih dari cukup Alasan, jika kurang : ...................................... ....................................
26} Jumlah fasilitas air bersih yang ada saat ini untuk keberlangsungan industri : b. Cukup a. Kurang c. Lebih dari cukup Ala san, jika kurang :...................................... .................................... 27} Penangan limbah oari kegiatan industri perusahaan yang ada saat ini : a. Ada perlakukan penanganan limbah, kemudian di alirkan ke saluran air kotor.. b. Ada perlakukan penangan limbah, kemudian dialirkan ke sungai. c. Diangkut ke tempat pembuangan yang lain. 28} Keberadaan perusahaan dalam melakukan kegiatan di Kecamatan Panjang hingga saat ini : a. Tidak terdapat konflik dengan masyarakat. b. Pernah ada konflik dengan masyarakat. ·Aiasan konflik, jika ada :....................... ~ ....................................... ....... .
Pilihan Lokasi lndustri Fo Pilihan 13 14 6
Pelabuhan lAksesibilitas Keb.Pem.
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
Fn
2 3 -5 -33
11 11 11 33
4 9 25 1089
(Fo-Fn)2 Fn 0,3636 0,8182 2,2727 3,4545
X tabel = 5,591 X hit < X tabel, berarti Ho diterima. Kesimpulannya pelabuhan, aksesibilitas dan Kebijakan Pemerintah memiliki pengaruh yang sama.
Keberadaan Bahan Baku Terjauh Fo-Fn Pilihan Fo Fn Luar Kota Luar Prop.
26 7 33
9,5 -9,5 0
16,5 16,5 33
Fo-Fn)2 Fn 5,4697 90,25 5,4697 90,25 180,5 10,9394
(Fo-Fn)2
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya keberadaan bahan baku didominasi berasal luar kota dalam propinsi.
Jenis Bahan Baku Pili han Fo Pertani~m
Hasil Hutan Tam bang Pert. Diolah
Fn
17 8,25 2 8,25 1 8,25 13 8,25 33 33
Fo-Fn 8,75 -6,25 -7,25 4,75 0
(Fo-Fn)2 76,5625 39,0625 52,5625 22,5625 190,75
(Fo-Fn)2 Fn 9,2803 4,7348 6,3712 2,7348 23,1212
X tabel = 7,815 X hit > X tabel, berarti, Ho ditolak. Kesimpulannya Kegiatan industri didominasi yang mengelola bahan baku yang berasal dari pertanian.
Energ1 yang Pilihan
1gunak an Fo Fn
e
Milik Sendiri PLN
25 33
-8,5 8,5 0
16,5 16,5 33
(Fo-Fn)2 Fn 72,25 4,3788 4,3788 72,25 144,5 8,7576
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
X tabel = 3,481 X hit> X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Jenis energi yang digunakan merupakan milik PLN.
Keberadaan T enaga Kerja Pilihan Luar Kec. Luar Kota Luar Prop.
Fo
Fo-Fn
Fn 11 11 11 33
13 8 12 33
(Fo-Fn)2 2 -3 1 0
4 9 1 14
(Fo-Fn)2 Fn 0,3636 0,8182 0,0909 1,2727
X tabel = 5,591 X hit <X tabel, Berarti Ho diterima. Kesimpulannya tenaga kerja luar kecamatan, luar kota dan luar propinsi memiliki pengaruh yang sama.
Ketersediaan Air Pilihan PDAM Sumur Bor
Fo 7 26 33
Fn 16,5 16,5 33
Fo-Fn
(Fo-Fn)2 -9,5 9,5 0
(Fo-Fn)2 Fn 90,25 5,4697 90,25 5,4697 180,5 10,9394
X tabel = 3,481 X hit > X tabel berarti Ho ditolak. Kesimpulannya ketersediaan air untuk kegiatan indusatri sebagian besar menggunakan sumur bor.
Tujuan Pemasaran Terdekat Pilihan
Fo
Dalam Kec. LuanKec. Luar Prop. '
Fn
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
(Fo-Fn)2 Fn
6 7 20
11 11 11
-5 -4 9
25 16 81
2,2727 1,4545 7,3636
33
33
0
122
11,0909
X tabel = 5,591 X hit> X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Tujuan pemasaran produk industri sebagian besar ke luar propinsi.
Pengangkutan Bahan Baku Pilihan
Fo
Jalan Raya Kereta Api
Fn
Fo-Fn
(Fo-Fn)2
(Fo-Fn)2 Fn
32 1
16,5 16,5
15,5 -15,5
240,25 240,25
14,5606 14,5606
33
33
0
480,5
29,1212
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya pengangkutan bahan baku cenderung menggunakan jalan raya.
Pengangkutan Produk Pilihan
Fo
Jalan Raya Kapal Laut
=
Fn
Fo-Fn
(Fo-Fn)2
(Fo-Fn)2 Fn
5 28
16,5 16,5
-11,5 11,5
132,25 132,25
8,0152 8,0152
33
33
0
264,5
16,0303
X tabel 3,481 X hit >X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Pengangkutan Produk cenderung menggunakan kapal laut.
Tahun Kegiatan lndustri Fo Fn Pilihan 1970an 1980an 1990an
(Fo-Fn)2 Fn 1,4545 16 3,2727 36 9,0909 100 13,8182 152
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
7 5 21
11 11 11
-4 -6 10
33
33
0
X tabel = 5,591 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Kegiatan industri yang pesat pada tahun 1990an.
Jenis Kebijakan Pemerintah Fo
Pili han Kern. Perizinan ~rahan Lokasi
(Fo-Fn)2 Fn 2,5606 42,25 2,5606 42,25 5,1212 84,5
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
Fn
23 10
16,5 16,5
6,5 -6,5
33
33
0
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Jenis Kebijakan Pemerintah yang cenderung paling berperan berupa kemudahan perzinan.
Dukungan Aksesibilitas Pili han Fo Fn Jar. Jalan. Letak Kec.
=
26 16,5 7 -16,5 33 33
Fo-Fn
(Fo-Fn)2 9,5 -9,5 0
(Fo-Fn)2 Fn
90,25 90,25 180,5
X tabel 3,481 X hit> X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya dukungan aksesibilitas yang cenderung paling berperan yaitu jaringan jalan.
5,4697 5,4697 10,9394
Pilihan Lokasi lndustri Fo Pilihan
'
Pelabuhan iAksesibilitas Keb.Pem.
2 3 -5 -33
11 11 11 33
13 14 6
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
Fn
4 9 25 1089
(Fo-Fn)2 Fn 0,3636 0,8182 2,2727 3,4545
X tabel =5,591 X hit < X tabel, berarti Ho diterima. Kesimpulannya pelabuhan, aksesibilitas dan Kebijakan Pemerintah memiliki pengaruh yang sama.
Keberadaan Bahan Baku T erjauh Fo-Fn Fo Fn Pili han Luar Kota Luar Prop.
26 7 33
9,5 -9,5 0
16,5 16,5 33
tFo-Fn)2 Fn 5,4697 90,25 5,4697 90,25 10,9394 180,5
(Fo-Fn)2
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya keberadaan bahan baku didominasi berasal luar kota dalam propinsi.
Jenis Bahan Baku Fo Pilihan Pertanian Hasil Hutan Tambang Pert. Diolah
17 2 1 13 33
Fn 8,25 8,25 8,25 8,25 33
Fo-Fn 8,75 -6,25 -7,25 4,75 0
(Fo-Fn)2 76,5625 39,0625 52,5625 22,5625 190,75
(Fo-Fn)2 Fn 9,2803 4,7348 6,3712 2,7348 23,1212
X tabel =7,815 X hit> X tabel, berarti, Ho ditolak. Kesimpulannya Kegiatan industri didominasi yang mengelola bahan baku yang berasal dari pertanian.
E nerg1 yang Pilihan
1gunak an Fo Fn
Milik Sendiri PLN
8 25 33
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
16,5 16,5 33
-8,5 8,5 0
(Fo-Fn)2 Fn 72,25 4,3788 4,3788 72,25 8,7576 144,5
X tabel =3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya' Jenis energi yang digunakan merupakan milik PLN.
Keberadaan Tenaga Kerja Pilihan Fo Fn Luar Kec. Luar Kota Luar Prop.
11
13 8 12 33
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
11
2 -3 1
33
0
11
4 9 1 14
(Fo-Fn)2 Fn 0,3636 0,8182 0,0909 1,2727
X tabel = 5,591 X hit < X tabel, Berarti Ho diterima. Kesimpulannya tenaga kerja luar kecamatan, luar kota dan luar propinsi memiliki pengaruh yang sama.
Ketersediaan Air Pilihan PDAM Sumur Bor
Fo 7 26 33
Fn 16,5 16,5 33
Fo-Fn
(Fo-Fn)2 Fn 90,25 5,4697 90,25 5,4697 180,5 10,9394
(Fo-Fn)2 -9,5 9,5 0
X tabel = 3,481 X hit > X tabel berarti Ho ditolak. Kesimpulannya ketersediaan air untuk kegiatan indusatri sebagian besar menggunakan sumur bor.
T. UJuan p emasaran T erd ek at Pili han Fo Fn Oalam Kec. LuanKec. Luar Prop.
11 11 11 33
6 7 20 33
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
25 16 81 122
-5 -4 9 0
(Fo-Fn)2 Fn 2,2727 1,4545 7,3636 11,0909
X tabel = 5,591 X hit> X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Tujuan pemasaran produk industri sebagian besar ke luar propinsi.
Pengangkutan Bahan Baku Pilihan Fo Fn Jalan Raya Kereta Api
32 1 33
Fo-Fn
16,5 16,5 33
15,5 -15,5 0
(Fo-Fn)2 Fn 14,5606 240,25 14,5606 240,25 29,1212 480,5
(Fo-Fn)2
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya pengangkutan bahan baku cenderung menggunakan jalan raya.
Pengangkutan Produk Fo Pilihan Jalan Raya Kapal Laut
5 28 33
Fn 16,5 16,5 33
Fo-Fn -11,5 11,5 0
(Fo-Fn)2
(Fo-Fn)2 Fn 8,0152 132,25 8,0152 132,25 16,0303 264,5
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Pengangkutan Produk cenderung menggunakan kapal laut.
Tahun Kegiatan lndustri Pili han Fo Fn 1970an 1980an 1990an
-4 -6 10 0
11 11 11 33
7 5 21 33
(Fo-Fn)2
Fo-Fn
16 36 100 152
(Fo-Fn)2 Fn 1,4545 3,2727 9,0909 13,8182
X tabel = 5,591 X hit> X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Kegiatan industri yang pesat pada tahun 1990an.
Jenis Kebijakan Pemerintah Pilihan Fo Fn Kern. Perizinan Arahan Lokasi
23 10 33
Fo-Fn
16,5 16,5 33
(Fo-Fn)2 6,5 -6,5 0
(Fo-Fn)2 Fn 42,25 2,5606 42,25 2,5606 84,5 5,1212
X tabel = 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya Jenis Kebijakan Pemerintah yang cenderung paling berperan berupa kemudahan perzinan.
Oukungan Aksesibilitas Pilihan Fo Fn J~r.
Jalan Letak Kec.
=
26 16,5 7 ·16,5 33 33
Fo-Fn
(Fo-Fn)2 9,5 -9,5 0
(Fo-Fn)2 Fn 90,25 5,4697 5,4697 90,25 10,9394 180,5
X tabel 3,481 X hit > X tabel, berarti Ho ditolak. Kesimpulannya dukungan aksesibilitas yang cenderung paling berperan yaitu jaringan jalan.