1
KAJIAN PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK HOTEL SEBAGAI ALAT UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia
Oleh: SRI NATALIA SARAGIH NPM
:209420243
JURUSAN :AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA MEDAN 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah yang Kudus di surga melalui Putra-Nya Yesus Kristus, karena atas Berkat, Rahmat dan Anugerah-Nya dari awal masuk kuliah tahun 2009 sampai dengan akhir perkuliahan yaitu dengan menyelesaikan/merampungkan penyusunan Skripsi yang berjudul “Kajian Penerapan Perhitungan dan Pelaporan Pajak Hotel Sebagai Alat Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan)”sebagai persyaratan untuk menyandang gelar sarjana ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan banyak hambatan dan tantangan, tapi dengan penyertaan Tuhan, dan dorongan semangat dari orang tua, keluarga
besar
dan
teman-teman
semuanya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang dialami penulis. Hal ini terjadi karena kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Berkaitan dengan bantuan dari berbagai pihak maka kelemahan dan keterbatasan penulis teratasi. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan rasa syukur serta terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1
Ibunda dan Saudara – saudara saya yang telah banyak membantu saya baik material maupun moril, mulai dari awal masuk kuliah sampai saya menyelesaikan perkuliahan. Saya akan selalu ingat pesan-pesan yang diamanatkan kepada saya.
ii
2
Bapak Melanthon Rumapea,SE,Ak selaku pembimbing I, Bapak Anton Sinaga,SE,Msi Selaku pembimbing II dan Bapak Septony Siahaan,SE Ak selaku Ketua Jurusan yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis.
3
Para dosen dan Para pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Methodist yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
4
Pemimpin dan staf Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, khususnya bagian yang mengurus Pajak Hotel yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian dan kesediaanya memberikan data yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi.
5
Semua pihak yang tidak sempat penulis sebut satu per satu, terimakasih bagi kalian semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata dengan rendah hati, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.
Medan,
SRI NATALIA
SARAGIH
Nim: 209420243
iii
ABSTRAK Kajian Penerapan Perhitungan dan Pelaporan Pajak Hotel Sebagai Alat Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sri Natalia Saragi (209420243) Pajak Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Daerah dan dipungut berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Pendapatan Asli Daerah,Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran pajak daerah khususnya pajak hotel untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan apakah kajian atas penetapan perhitungan Pajak Daerah khususnya pajak hotel sangat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Penelitian ini berbentuk Diskriptif komperatif, dimana penulis menggunakan data primer dan data sekunder dengan menggunakan prosedur pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi pustaka serta kajian secara diskriptif yaitu dengan mengumpulkan dan menafsirkan data yang sesuai dengan prosedur yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Hasil dari penelitian yang diperoleh penulis pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari sektor pajak daerah yang dapat menciptakan kemakmuran daerah kota medan. Kata Kunci : Keuangan Daerah, Pajak Hotel dan Pendapatan Asli Daerah
iv
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ......................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii ABSTRAK......................................................................................................... iv DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3 1.3 Pembatasan Masalah........................................................................... 3 1.4 Perumusan Masalah ............................................................................ 4 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6 2.1 Pengertian Keuangan Daerah .............................................................. 6 2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)........................................................... 9 2.3 Pajak Daerah .................................................................................... 12
v
2.4 Pajak Hotel ....................................................................................... 14 2.5 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel ............................................ 15 2.6 Objek Pajak Hotel............................................................................. 15 2.7 Subjek Pajak Dan Wajib Pajak Hotel ............................................... 16 2.8 Bukan Objek Pajak Hotel.................................................................. 16 2.9 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Perhitungan Pajak Hotel....................... 17 2.9.1 Dasar Pengenaan Pajak Hotel ............................................ 17 2.9.2 Tarif Pajak Hotel ................................................................ 18 2.9.3 Perhitungan Pajak Hotel ..................................................... 18 2.10Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat terutang Pajak dan Wilayah Pemungutan Pajak Hotel ........................................................................ 20 2.11 Pelaporan Pajak Dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ........................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 22 3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................... 22 3.2 Objek dan Subjek Penelitian ............................................................. 22 3.3 Pemilihan Informan Penelitian ......................................................... 22 3.4 Jenis Data ......................................................................................... 23 3.5 Tehnik Pengumpulan Data................................................................ 23 3.6 Tehnik Analisis Data ........................................................................ 24 3.7 Unit Analisis dan Unit Observasi ...................................................... 24
vi
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN ..... 25 4.1 Sejarah Singkat DISPENDA Kota Medan......................................... 25 4.1.1 Visi dan Misi DISPENDA Kota Medan.............................. 27 4.1.2 Struktur Organisasi DISPENDA Kota Medan .................... 29 4.2 Uraian Tugas Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan .............. 32 4.3 Gambaran Umum Pajak Hotel Kota Medan ..................................... 44 4.3.1 Dasar Hukum Pajak Hotel Kota Medan .............................. 44 4.3.2 Terminologi Pemungutan Pajak Hotel Kota Medan ........... 46 4.3.3 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Hotel dan Cara Pengenaan Pajak Hotel DISPENDA Kota Medan ....................... 51 4.4 Perhitungan dan Pelaporan dalam Proses Pemungutan Pajak Hotel ............................................................. 51 4.4.1 Proses Penerapan Perhitungan Pajak Hotel yang Dilakukan OlehDISPENDA Kota Medan Pada Tahun 2013 & 2014 ........... 51 4.4.2 Perhitungan dan Pelaporan Dalam Proses Pemungutan Pajak Hotel
Dinas Pendapatan Kota Medan ............................ 56
4.5 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Realisasi PAD dan APBD TA.2013 dan RAPBD TA. 2014 ............................................................. 58 4.5.1 Realisasi PAD Terhadap APBD TA.2013 dan RAPBD TA. 2014 ................................................................ 58 4.5.2 Kontribusi pajak hotel TA 2013 - 2014 Untuk Meningkatkan PAD pada DISPENDA Kota Medan .................... 62
vii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 66 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 66 5.2 Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Realisasi PAD Terhadap APBD TA.2013 dan RAPBD TA. 2014 Daerah Kota Medan ........................................................................................... 60 4.2 Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Dispenda Kota Medan TA 2013 .............. 62 4.3 Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Dispenda Kota Medan TA 2014 .............. 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
4.1 Struktur Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ........................................... 43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Keuangan Daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan suatu kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
perencanaan
pembangunan
daerah,
sehingga
analisis
pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek kebijakan keuangan daerah yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah pemerintah diwajibkan untuk meningkatkan kualitas kemampuan keuangan yang terampil sekaligus dapat mengimplementasikan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah, “ kas menuju akrual”. Kota Medan saat ini telah menjadi pusat kegiatan pertumbuhan dan penggerak perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara. Perencanaan Pembangunan Daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pembangunan Kota Medan menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2015 yang memuat prioritas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kota. Selain itu, RPJMD Kota Medan Tahun 2011-2015 merupakan tahapan kedua
1
2
dalam rangka mewujudkan visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Medan Tahun 2006-2025. Dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) perlu diperhatikan upaya-upaya untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan daerah adapun yang mendukung rencana Pembangunan Daerah antara lain adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan dan pendapatan daerah yang sah dan tetap harus dilakukan secara optimal. Kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika ditinjau pertumbuhan pada periode 2010 - 2011 terjadi peningkatan PAD sebesar Rp 561,990 miliar (102.46%). Peningkatan tersebut sebagian besar bersumber dari Pajak Daerah sebesar Rp 259,021 miliar (79,45%), namun APBD Kota Medan untuk Tahun Anggaran 2013 tidak terealisasi seperti tahun-tahun sebelumnya sehingga mengakibatkan Pendapatan Asli Daerah juga tidak terealisasi dan dapat disimpulkan bahwa terjadi defisit anggaran hal ini disebabkan oleh kebutuhan pembangunan kota yang semakin meningkat atau adanya hambatan yang mengakibatkan Anggaran tersebut tidak terealisasi. Pengembangan di bidang pariwisata merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan, mengingat banyak sekali keuntungan atau manfaat yang bisa diambil dari kegiatan pariwisata diantaranya adalah Pembangunan Hotel di Kota Medan sebagai Sarana wisata dan merupakan kelengkapan sarana untuk daerah tujuan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dan yang tak kalah penting adalah dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Usaha perhotelan adalah usaha yang sangat menguntungkan dan sustainable atau bertahan lama serta menitikberatkan pada SDM shingga
3
kontribusi yang diperoleh dari usaha perhotelan tersebut dari tahun ke tahun dapat ditargetkan. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah salah satu diantarannya adalah Pajak Hotel. Pada tahun 2013 kontribusi pajak hotel sebesar Rp 77.500.946.333,24 dari target Rp 83.105.407.537,00 atau sekitar 93,25% yang dilaporkan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, namun PAD yang dianggarkan tidak terealisasi. Berdasarkan dari rumusan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas yang sesuai dengan jalur konsentrasi pajak untuk dijadikan dalam sebuah karya ilmiah (skripsi) dengan judul: “Kajian Penerapan Perhitungan dan Pelaporan Pajak Hotel Sebagai Alat Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan)”.
1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi Masalah yang dapat penulis sajikan dalam skripsi ini adalah Apakah ada hambatan dalam penerapan Perhitungan dan Pelaporan Pajak Hotel sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah dianggarkan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan TA 2013 tidak terealisasi.
4
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada hambatan dalam Pelaporan Pajak Hotel sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan TA 2013 tidak terealisasi. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka Perumusan Masalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1
Apakah kendala atau hambatan dalam pemungutan pajak hotel berpengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah?
2
Apakah kontribusi
pajak hotel TA 2013 kurang memadai terhadap
Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan?
1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan Pokok Permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1
Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel TA 2013-2014 terhadap PAD melalui aplikasi penghitungan, dan pelaporan Pajak Hotel yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.
2
Untuk mengetahui dan menganalisa kendala atau hambatan yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Medan dalam proses pelaksanaan, proses pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel.
5
1.6 Mamfaat Penelitian Mamfaat dari penelitian tersebut adalah: 1
Sebagai bahan pertimbangan antara teori yang diperoleh dari perkuliahan dan
2
praktek.
Sebagai bahan pustaka bagi masyarakat maupun khalayak umum yang tertarik akan masalah perpajakan khususnya Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
3
Untuk memberi masukan bagi aparat pelaksana yang langsung melakukan penghitungan, dan pelaporan terhadap Pajak Hotel tersebut yaitu berupa masukan konseptual.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keuangan Daerah Dalam arti sempit, keuangan daerah yakni terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut. Hak dan Kewajiban daerah perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Menurut Yusuf (2009 :1) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah suatu bentuk pertanggung jawaban pemerintah daerah kepada stakeholder yang di dalamnya mencakup berbagai macam pekerjaan yang membutuhkan keuangan, termasuk komponen aset yang tercermin dalam neraca daerah dimana setiap tahunnya dilaporkan setelah pelaksanaan anggaran. Menurut Bastian (2010 :191) Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan menyangkut perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang, Berdasarkan Permendagri Nomor. 13 Tahun 2006, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun. Menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA), saat ini Governmental Accounting Standarts Board (GASB), definisi anggaran
6
7
(budget) sebagai berikut: Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Menurut Mardiasmo (2002:28) APBD adalah pendekatan suatu kinerja yang merupakan suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut tentang anggaran maka dapat disimpulkan bahwa APBD
digunakan sebagai alat untuk menentukan besar
pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Dalam kaitan ini proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran hendaknya difokuskan pada upaya mendukung pelaksanaan aktivitas/program yang menjadi prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan. Dalam penyusunan anggaran telah ditetapkan Berdasarkan
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan bahwa dalam menyajikan laporan keuangan didasarkan pada SAP Berbasis Akrual diterapkan dalam lingkup pemerintahan,
8
yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah
pusat/daerah,
organisasi
dimaksud
menurut wajib
peraturan
menyajikan
perundang-undangan laporan
keuangan
satuan dan
mengimplementasikan SAP Berbasis Akrual serta harus disertai dengan upaya sinkronisasi berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, “Kas menuju Akrual”. Kelebihan Cash Basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, rill dan obyektif, sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya karena dengan Cash Basis tidak dapat diukur tingkat efesiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program atau aktivitas dengan baik. Tehnik Akuntansi Accrual Basis dinilai dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terdiri atas:
1. Pendapatan Daerah Kelompok Pendapatan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Jenis PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis Dana Perimbangan adalah dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Jenis Lain-lain Pendapatan Yang Sah adalah dana bagi hasil pajak dan bantuan atau hibah 2. Belanja Daerah
9
Belanja Daerah adalah suatu kesatuan pengguna anggaran seperti DPRD dan sekretariat DPRD, Kepala daerah dan wakil kepala daerah. Fungsi belanja adalah untuk pendidikan dan kesehatan. Jenis belanja adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dan belanja modal atau pembangunan. 3. Pembiayaan Sumber pembiayaan yang merupakan penerimaan daerah adalah sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman/obligasi serta penerimaan dari penjualan
aset daerah yang dipisahkan. Sumber
pembiayaan yang merupakan pengeluaran antara lain seperti pembayaran utang pokok.
Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terdiri dari :
1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses penyusunan rencana kerja. 2. Anggran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang. 3. Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dengan bawahan. 4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja. 5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan yang efektif serta efesien dalam pencapaian visi organisasi.
10
2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Djaenuri (2012:88) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pajak Daerah merupakan salah satu sumber PAD yang penting
dalam
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
dan
pembangunan daerah. Menurut Mardiasmo (2002:132) PAD dapat juga diartikan sebagai penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157 Tentang pemerintah daerah PAD merupakan salah satu komponen sumber pendapatan daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa PAD adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah. Bedasarkan Undang-undang
No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
dijelaskan bahwa, Pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari :
11
a. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan digunakan
untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan
atau
pembangunan daerah b. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah merupakan jenis penerimaan antara lain bagian laba, dividen dan penjualan saham milik daerah, d. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan
dinas-dinas.
Lain-lain
pendapatan
daerah
yang
sah
mempunyai sifat terbuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
Rencana Penerimaan (target) PAD, disusun dengan menggunakan beberapa variabel antara lain :
12
1. Kondisi potensi atau data objek pungutan dan asumsi perkembangannya pada tahun berjalan. 2. Tingkat realisasi penerimaan pada tahun berjalan dan Tahun Anggaran sebelumnya. 3. Estimasi perkembangan dan kondisi dilapangan. 4. Faktor-faktor pendukung seperti : tarif, penagihan tunggakan,
dan
kegiatan pemungutan dilapangan. 5. Karakter masing-masing jenis pungutan terutama PAD tidak sama. 6. Penerimaan yang bersumber dari bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak sangat erat kaitannya dengan kebijakan Pemerintah Pusat. 7. Kajian potensi dan pendataan objek pungutan untuk dijadikan bahan referensi dan evaluasi sehingga target yang ditetapkan lebih rasional.
2.3 Pajak Daerah Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah, dimana wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pembangunan di daerah.
13
Dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatannya, maka Pemerintah Daerah membutuhkan sumber pendapatan yang cukup. Salah satu pendapatan Pemerintah Daerah berasal dari pajak daerah. Pajak Daerah bermanfaat untuk membiayai pengeluaran Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana dalam pasal 2 (dua) disebutkan bahwa Jenis Pajak Daerah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Jenis pajak provinsi terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; e. Pajak Rokok. 2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan ; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
14
g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Dalam melaksanakan pemungutan pajak daerah, Pemerintah Daerah juga harus mempunyai dasar hukum atau peraturan yang ditetapkan oleh daerah itu sendiri. terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu Peraturan dapat diterapkan di suatu daerah, antara lain: 1. Tidak boleh bertentangan dengan kebijakan Pemerintah Pusat. 2. Sederhana. 3. Jenisnya tidak terlalu banyak. 4. Lapangan pajaknya tidak mencampuri pajak pusat. 5. Berkembang sejalan dengan perkembangan kemakmuran di daerah tersebut. 6. Biaya administrasinya rendah. 7. Beban pajak relatif seimbang. 8. Dasar pengenaan yang sama ditetapkan secara nasional.
15
2.4 Pajak Hotel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pengertian pajak hotel adalah: 1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel 2. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga Motel, Losmen, Gubuk Wisata, Wisma Parawisata, Pasanggrahan, Rumah Penginapan dan sejenisnya, serta Rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar, walaupun lokasinya berbeda.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran. termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan perkantoran. Pengertian Hotel disini termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Rumah Penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apapun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan untuk umum.
16
2.5. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel Pemungutan pajak Hotel di Indonesia saat ini didasar pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar pemungutan pajak hotel pada suatu kabupaten atau kota yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 4. Peraturan Walikota Medan Nomor : 30 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel
2.6 Objek Pajak Hotel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk Fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang lainnya sebagai kelengkapan Hotel yaitu: Fasilitas Telephone, Faximile, Teleks, Internet, Fotocopy, Pelayanan cuci, Strika, Transportasi dan Fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola oleh Hotel.
17
2.7 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pada Pajak Hotel yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan Hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh Pengusaha Hotel. Sedangkan yang menjadi wajib pajak adalah Pengusaha Hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan Perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha dibidang jasa penginapan. Dengan demikian pada Pajak Hotel subjek pajak dan wajib pajak tidak sama, dimana konsumen yang menikmati pelayanan Hotel merupakan subjek pajak yang membayar atau menanggung pajak, sementara
Pengusaha Hotel
bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen atau subjek pajak dan melaksanakan kebijakan perpajakan.
2.8 Bukan Objek Pajak Hotel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, Pada Pajak Hotel tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk Objek Pajak Hotel adalah sebagai berikut: a. Jasa tempat tinggal yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
18
b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya yang tidak difungsikan sebagai Hotel. c. Jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kegiatan keagamaan d. Jasa tempat tinggal di Rumah Sakit, Asrama Perawat, Panti Jompo, Panti asuhan dan Panti sosial lainnya yang sejenis, dan e. Jasa biro perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan umum.
2.9 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Perhitungan Pajak Hotel 2.9.1 Dasar Pengenaan Pajak Hotel Dasar pengenaan pajak hotel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dikenakan atas jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah yang seharusnya dibayarkan subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual, baik jumlah yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai pertukaran atas pemakaian jasa tempat penginapan dan fasilitas penunjang termasuk pula semua tambahan dengan nama dan dalam bentuk apapun juga dilakukan berkaitan dengan usaha Hotel. Dalam hal pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pemakaian jasa Hotel. Contoh hubungan istimewa adalah apabila orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa Hotel dengan Pengusaha Hotel, baik langsung maupun tidak langsung berada di bawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi atau badan yang sama.
19
2.9.2 Tarif Pajak Hotel Sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2009 pasal 33 Tarif pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh) persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten/kota diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainya, asalkan tidak lebih dari 10% (sepuluh) persen.
2.9.3 Perhitungan Pajak Hotel Perhitungan Pajak Hotel dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Tarif Pajak x (dikali) Jumlah pembayaran yang dibayar atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel. Perhitungan Pajak Hotel dapat dilihat dari contoh berikut ini:
Diketahui seorang tamu Hotel menginap di Hotel XYZ dan melakukan pembayaran atas tagihan yang diterima dari Hotel tersebut, dengan rincian sebagai berikut: - Untuk jasa sewa kamar
Rp.2.000.000,00
- Untuk jasa pencuci
Rp. 150.000,00
- Untuk jasa telepon
Rp. 100.000,00
20
- Untuk service charge
10% (dari semua tagihan)
Diketahui besarnya tarif Pajak Hotel yang berlaku pada kota dimana Hotel XYZ berada adalah sebesar 10% (sepuluh) persen. Jadi Besarnya Pajak Hotel yang terutang adalah: 10% x {(Rp.2.000.000,00 + Rp. 150.000,00 +Rp. 100.000,00) + 10% (Rp.2.000.000,00 + Rp. 150.000,00 +Rp. 100.000,00)} = 10% x Rp.2.475.000,00 = Rp. 247.500,00
Service charge adalah Biaya Pelayanan dan bukan merupakan obyek PPN hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan
peraturan
pemerintah
didasarkan
atas
kelompok-kelompok
jasa
diantaranya adalah Jasa Perhotelan yang meliputi : a. Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap, dan b. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hostel. Dengan demikian Jasa perhotelan tidak dikenakan PPN.
21
2.10 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak Hotel Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Penentuan masa pajak yang menggunakan bulan takwim mengatur bahwa bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh. Masa pajak sangat menentukan proses pemungutan pajak yang dilakukan oleh fiskus karena pada proses penetapan, pemungutan, pembayaran dan penagihan pajak sangat ditentukan oleh penetapan pajak. Pada Pajak Hotel selain masa pajak juga diatur ketentuan tentang tahun pajak. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan satu tahun takwim. Selain berguna untuk penetapan pajak, Tahun pajak juga sangat diperlukan dalam administrasi perpajakan yaitu dalam pemungutan, penagihan dan pembukuan penerimaan pajak oleh fiskus. Umumnya pada setiap Peraturan Daerah akan dicantumkan pasal tentang jangka waktu masa pajak dan tahun pajak yang dipergunakan pada setiap jenis pajak daerah. Saat Pajak Hotel terutang dalam masa pajak adalah pada saat terjadi pembayaran atau pelayanan jasa penginapan di Hotel atau Penginapan dan Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah daerah Kabupaten/Kota tempat Hotel berlokasi. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang hanya terbatas atas setiap Hotel yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup wilayah administrasinya.
22
2.11 Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Wajib Pajak Hotel wajib melaporkan kepada Bupati/Walikota, dalam praktik
sehari-hari
adalah
kepada
Kepala
Dinas
Pendapatan
Daerah
Kabupaten/kota, tentang perhitungan dan pembayaran pajak Hotel yang terutang. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada Walikota/Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya 15 (limabelas) hari setelah berakhirnya masa pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak yang terutang. Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Bupati/walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat diterima, dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu, yang diatur dalam peraturan daerah. SPTPD dianggap tidak sah jika wajib pajak tidak melaksanakan atau tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan. Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan dalam Peraturan Daerah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, tepatnya di Jl. A.H Nasution No. 43 Medan Sumatera Utara. Dengan mempertimbangkan bahwa baik data maupun informasi yang dibutuhkan mudah diperoleh serta relevan dengan pokok permasalahan yang menjadi objek pokok penelitian. Adapun waktu penelitian yang dilakukan kurang dari 3 (tiga) bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga bulan Mei Tahun 2014.
3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti hanya terbatas pada perhitungan presentase yang didapat dari data kualitatif yang berkaitan dengan data pajak hotel, perhitungan kontribusi dan potensi pajak hotel sebagai alat untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. Sumber Data dalam penelitian ini adalah a. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung pada lokasi penelitian, khususnya pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan melakukan wawancara langsung dengan staf Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
23
24
b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber dari dalam dan luar objek penelitian berupa buku-buku dan literatur yang berkaitan erat dengan masalah yang dibahas.
3.3 Tehnik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan atau memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah : 1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas pegawai di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. 2. Interview yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap responden Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Berdasarkan Jenis penelitian yang digunakan maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan peneliti terdiri dari: 1.Informan Kunci (Key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, Informan kunci berjumlah tiga orang, yaitu: a. Kepala Dinas Pendapatan Daerah
: 1 orang
b. Kepala Sub Dinas Penagihan
: 1 orang
c. Kepala Seksi Dinas Penagihan dan Perhitungan
: 1 orang
2.Informan Utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama berjumlah dua orang, yaitu: a. Kepala Seksi Dinas Pembukuan dan Verifikasi
: 1 orang
b. Kepala Seksi Dinas Pertimbangan dan Keberatan
: 1 orang
25
3.Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.Informan tambahan berjumlah tiga orang, yaitu: Wajib Pajak Hotel
: 3 orang
3.4 Tehnik Analisis Data Adapun metode analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif yakni menggambarkan perbandingan penerapan Aplikasi Penghitungan, dan Pelaporan Pajak Hotel pada Kantor dinas Pendapatan kota Medan dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
3.5 Unit Analisis dan Unit Observasi Unit Analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA)
Kota Medan,
dan Badan Penelitian dan Pengembangan
(BALITBANG) Kota Medan untuk mendapatkan surat persetujuan dalam melakukan penelitian di Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan. Sedangkan Unit Observasi dalam Penelitian ini adalah pegawai pada Dinas Pendapatan Kota Medan, dan pegawai pada Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Kota Medan.
BAB IV GAMBARAN UMUM PAJAK HOTEL PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
4.1 Sejarah Singkat DISPENDA Kota Medan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelolah bidang penerimaan/pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi Pajak Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka pada Sub Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan. Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta pontensi Pajak Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama “Bagian IX” yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan Daerah. Pada tahun 1978 berdasarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7,
Tahun 1978 tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha dengan 3
26
27
(tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi dengan masing-masing Seksi terdiri dari 3 (tiga) Sub seksi. Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut diubah secara fungsional. Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 (Sembilan puluh Sembilan) Kabupaten/Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/POUD tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Nomor : 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota madya Daerah TK.II Medan. Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001 sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak
28
berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya, Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
yang berada dan
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4(empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional.
4.1.1.Visi dan Misi DISPENDA Kota Medan a. Visi Dispenda Kota Medan Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi : Jangka Panjang (Visi 2025). Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan yang maju, sejahtera, religious dan berwawasan lingkungan (Indikasi : Income perkapita Rp. 72 juta/tahun). Jangka Menengah (Visi 2015) : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. Jangka Pendek (Tahun 2011) : Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja yang luas, mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat (Indikasi : Income perkapita menjadi Rp 41,3 juta dari Rp 36 juta Tahun 2010. b. Misi Dispenda Kota Medan Misi Dispenda Pemerintah Kota Medan Tahun 2014 Melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 (enam) aspek dasar
29
yaitu : Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul. Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan, taman kota dan drainase serta penataan pasar tradisional secara simultan. Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang semakin baik. Peningkatan pelayanan administrasi publik terutama pelayanan KTP/KK/Akte kelahiran dan perizinan usaha. Peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing serta Menurunkan angka penganguran dan kemiskinan. Misi Dispenda Kota Medan dapat disimpulkankan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Medan. 2. Memberdayakan SDM Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan diluar Dinas aktif meningkatkan kebersihan Kota Medan. 3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat/Wajib Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah. 4. Mengintensifkan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja pengelola PAD lainnya. 6. Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru di luar PAD yang sudah ada.
Catatan : Misi ini tidak ringan dan pencapaiannya akan dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Untuk itu, kita harus bekerja lebih efektif. Rencana pecapaian Sasaran Pembangunan Kota Medan untuk Tahun Anggaran 2014.
30
4.1.2. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Sesuai dengan Pasal 89 dan 90 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Dispenda Kota Medan, bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pendapatan dimaksud dipandang perlu untuk mengatur lebih lanjut rincian tugas pokok dan fungsi pada setiap jenjang jabatan struktural, maka dipandang perlu menetapkan Rician Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan dalam satu Peraturan Walikota. Adapun Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Dinas Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. 2. Sekretariat Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Adapun yang bertanggung jawab kepada Sekretaris yaitu : a. Sub Bagian Umum b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Penyusunan Program 3. Bidang Pendataan dan Penetapan Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, setiap seksi
31
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan. Sub Dinas Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran b. Seksi Pemeriksaan c. Seksi Penetapan d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan Bidang Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Penagihan. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi 5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan
32
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari ; a. Seksi Bagi Hasil Pajak b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan penyajian Pendapatan. 6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Pengembangan Pendapatan Daerah. Sub Dinas Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari : a. Seksi Pengembangan Pajak b. Seksi Pengembangan Retribusi c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga, dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. 8. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Unit Pelaksana Teknis terdiri dari : a. KA. UPT WIL-1
33
b. KA. UPT WIL-2 c. KA. UPT WIL-3 d. KA. UPT WIL-4 e. KA. UPT WIL-5 f. KA. UPT WIL-6 g. KA. UPT WIL-7
4.2 Uraian Tugas Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 1. Dinas Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Dinas menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan, b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan, dan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Skretariat Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengolahan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sekretariat menyelenggarakan fungsi :
34
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan, b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas, c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan kerumahtanggaan Dinas, d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia , pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan, e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas, f. Penyiapan Bahan Pembinaan, pengawasan dan pengendalian g. Pelaksanaan monotoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan, dan h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya 3. Sub Bagian Umum Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengolalaan admistrasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Umum, b. Penyusunan bahan petujuk teknis pengelolaan Administrasi Umum, c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas,
penataan
kearsipan,
perlengkapan
dan
penyelenggaraan
kerumahtanggaan Dinas, d. Pengelolaan administrasi kepegawaian, e. Penyiapan
bahan
pembinaan
ketatalaksanaan dan kepegawaian,
dan
pengembangan
kelembagaan,
35
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian, g. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya 4. Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat
lingkup
pengelolaan
administrasi
keuangan.
Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Keuangan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengolaan administrasi keuangan, c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosessan, pengusulan dan verifikasi, d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan, e. Penyusunan laporan keuangan Dinas, f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian, g. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. 5. Sub Bagian Penyusunan Program Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Dalam
36
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program, b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup Sub Bagian Penyusunan Program, c. Pengumpulan bahan penyusunan rencana dan program Dinas d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan dan pengendalian, e. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6. Bidang Pendapatan dan Penetapan Bidang Pendapatan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pendapatan dan Penetapan, b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan, penetapan dan pengolahan data dan informasi c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya,
37
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait, e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi, g. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan, h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dengan tugas dan fungsinya. 7. Seksi Pendataan dan Pendaftaran Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendapatan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagian dimaksud, Seksi Pendataan dan Pendaftaran menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pendapatan dan Pendaftaran, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pendataan dan Pendaftaran, c. Peaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir pendaftaran,
38
e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan, f. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. 8. Seksi Pemeriksaan Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penetapan lingkup pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pemeriksaan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan, c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa, d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak, e. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. 9. Seksi Penetapan Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah / retribusi daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Penetapan, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Penetapan,
39
c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah/ retribusi daerah,, d. Penyiaan penerbitan, pendistribusian, serta penyiapan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak, f. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. 10. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendapatan dan Penetapan lingkup data dan informasi. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Data dan Informasi, b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pendataan dan Informasi, c. Pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah, d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data, e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan, f. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. 11. Bidang Penagihan
40
Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan perhitungan restitusi, pemindahbukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. 12. Seksi Pembukuan dan Verifikasi Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan/atau penerimaan pajak daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pendataan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala. 13. Seksi Penagihan dan Perhitungan Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan. 14. Seksi Pertimbangan dan Restitusi Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi. 15. Bidang Hasil dan Pendapatan
41
Bidang Hasil dan Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan serta pengkajian pendapatan. 16. Seksi Bagi Hasil Pajak Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak/Daftar Himpunan Penetapan Pajak, PBB, melaksanakan penagihan PBB, melaksanakan perhitungan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada Wajib Pajak, menerima kembali SPOP dan mengirimkannya kepada KPPBB. 17. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat serta pemeriksaan dari Dana Alokasi Umum (DAU), melaksanakan perhitungan dari Dana Alokasi Khusus (DAK). 18. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan dan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU,DAK dan lain-lain pendapatan yang sah. 19. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok mengkaji tentang pelaksanaan peraturan Perundang-
42
Undangan serta melaksanakan pengkajian atas Penerimaan Pendapatan Daerah secara periodik dan Penyiapan bahan/data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan. 20. Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain dan Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya. 21. Seksi Pengembangan Pajak Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas
Bidang
Pengembangan
Pendapatan
Daerah
Lingkup
pengembangan pajak serta Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah. 22. Seksi Pengembangan Retribusi Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas
Bidang
Pengembangan
Pendapatan
Daerah
Lingkup
pengembangan retribusi serta Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah. 23. Seksi Pendapatan Lain-lain Seksi Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas
Bidang
Pengembangan
Pendapatan
Daerah
Lingkup
pengembangan pendapatan lain-lain serta Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain. 24. Kelompok Jabatan Fungsional
43
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. 25. Unit Pelaksana Teknis Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Untuk lebih jelas dapat dilihat Bagan Struktur Organisasi yang dipergunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai berikut :
44
GAMBAR 4.1 STRUKTUR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN TAHUN 2014
KEPALA DINAS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KABID PENDATAAN DALAM PENETAPAN
SEKSI PENDATAAN & PENDAFTARAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENETAPAN
SEKRETARIAT
KASUBBAG KEUANGAN
KASUBBAG UMUM
KABID BAGI HASIL PENDAPATAN
KABID PENAGIHAN
SEKSI PEMBUKUAN & VERIFIKASI
SEKSI BAGI HASIL PAJAK
SEKSI PENAGIHAN & PERHITUNGAN
SEKSI BAGI HASIL BUKAN PAJAK SEKSI PENATAUSAHAAN BAGI HASIL
SEKSI PERTIMBANGAN & RESTITUSI
SEKSI PENGOLAHAN DATA & INFORMASI
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
UPT
SEKSI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN & PENGKAJIAN PEND.
KASUBBAG PENY. PROGRAM
KABID PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH SEKSI PENGEMBANGAN PAJAK SEKSI PENGEMBANGAN RESTITUSI SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAINLAIN
45
4.3 Gambaran Umum Pajak Hotel Daerah Kota Medan 4.3.1 Dasar Hukum Pajak Hotel Daerah Kota Medan Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan pemungutan Pajak Hotel di Kota Medan, antara lain adalah: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Bab II Pasal 2 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. 4. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel 5. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor: 2 tahun 2003. Tentang Penetapan Kembali Nilai Jual Objek Pajak Hotel, Berdasarkan Nilai Strategis Dan Klasifikasi Pemanfaatan Pajak Hotel Dalam Wilayah Kota Medan. 6. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor: 500/423/KEP/IV/09 Tentang Penetapan Perhitungan Nilai Sewa Hotel Kota Medan.
4.3.2Terminologi pemungutan Pajak Hotel Kota Medan Terminologi pemungutan Pajak Hotel sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan, yang dimaksud dengan : Daerah adalah Kota Medan. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
46
Kepala Daerah adalah Walikota Medan. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Badan adalah sekumpulan orang/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan usaha milik negara (BUMN), atau Badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk Badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat
memaksa
berdasarkan
Undang-
Undang,
dengan
tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejeninya, serta rumah kost dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan pajak.
47
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Perpajakan Daerah. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dalam Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data Objek dan Subjek Pajak, penentuan besarnya pajak yang terhutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan Perhitungan dan/atau Pembayaran Pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
48
Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang dapat selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
49
Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan atau Surat Keputusan Keberatan. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan Wajib Pajak. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada periode Tahun Pajak tersebut. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
50
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Putusan Banding adalah putusan Badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan
yang
dilakukan
oleh
Penyidik
untuk
mencari
serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.
4.3.3 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Hotel dan Cara Pengenaan Pajak Hotel pada DISPENDA Kota Medan Cara pengenaan Pajak Hotel pada DISPENDA Kota Medan yaitu dengan mengalikan DPP dengan tarif pajak hotel yang berlaku sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus untuk rumah kost yang lebih dari 10 (sepuluh) kamar yang dihuni mahasiswa dengan harga sewa kamar diatas 1 (satu) juta rupiah per
51
kamar per bulan dikenakan tarif pajak 10% (sepuluh persen). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari rumus berikut ini: Pajak Hotel = DPP x 10% Dasar pengenaan pajak (DPP) Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel. Yakni segala pengeluaran yang se-nyatanya telah dibayarkan atas jasa yang telah dinikmati pada Hotel tersebut
4.4 Perhitungan dan Pelaporan Dalam Proses Pemungutan Pajak Hotel Kota Medan 4.4.1 Proses Penerapan Pehitungan Pajak Hotel Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan pada tahun 2013 dan 2014 Berdasarkan Proses penerapan perhitungan pajak hotel yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan pada tahun 2013 dan 2014 untuk Daerah Kota Medan dikenakan pada 2 (dua) segmentasi hotel yaitu: 1.Hotel Bintang (All Suited Hotels) Hotel bintang adalah hotel dengan nuansa modern, komersial dan berusaha bersaing dengan hotel eksekutif. Hotel bintang biasa menawarkan jasa dan fasilitas dengan tarif yang bersaing. Jika ditinjau penggolongan dari Segi Fasilitas dan Persyaratan maka Hotel Bintang dikelompokkan menjadi 5 (lima) bagian yaitu: a. Hotel berbintang Satu (*) b. Hotel berbintang Dua (**) c. Hotel berbintang Tiga (***) d. Hotel berbintang Empat (****)
52
e. Hotel berbintang Lima (*****)
2.Hotel Melati (Mid Market Hotels) Hotel Melati adalah hotel dengan nuansa modern dan mendasarkan diri pada unsur komersial. Secara fisik hotel melati merupakan sebuah bangunan dengan jumlah hunian cukup banyak (50-100 kamar) terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu : 1. Hotel Melati 3 2. Hotel Melati 2, dan 3. Hotel Melati 1 Contoh Perhitungan Pajak Hotel Untuk Setiap Bill Proses penerapan perhitungan Pajak Hotel dihitung untuk setiap Bill yang dikeluarkan oleh pengusaha hotel dan atas jumlah yang akan dibayar oleh tamu hotel. Adapun contoh penerapan perhitungan pajak hotel adalah sebagai berikut: Contoh 1. Sewa kamar 3 (tiga) hari = 3 x Rp. 300.000,00
= Rp. 900.000,00
Cuci strika = 3 (tiga) potong
= Rp.
Telephone
= Rp. 125.000,00
Restoran
=Rp.
Taxi
=Rp.
Jumlah
= Rp.1.130.000,00
Service 10%
=Rp.
Jumlah sebelum pajak
= Rp.1.243.000,00
Diskon 5%
=Rp
Jumlah setelah diskon
=Rp. 1.180.850,00
30.000,00
75.000,00 0,00 +
113.000,00 -
62.150,00 -
53
Pajak Hotel 10%
=Rp.
Jumlah yang harus dibayar
=Rp. 1.298.935,00
Uang muka / deposit
=Rp. 500.000,00
Sisa yang harus dibayar
=Rp. 798.935,00
Pajak Hotel = DPP x 10%
118.085,00 -
= Rp 1.180.850,00 x 10% = Rp 118.085,00
Contoh 2. Mr. Mark menginap di hotel “The Royal Bali” 5 malam dengan rincian bill sebagai berikut: -
5 Nights Delux Ocean Terace
= Rp 2.500.000,00
(5 x USD 500.00) -
Laundry
= Rp
35.000,00
-
Mini Bar
= Rp
65.000,00
-
Oriental Dinner
= Rp
150.000,00
-
American Lunch
= Rp
250.000,00
TOTAL
= Rp 3.000.000,00
Subject to : 10% service & 10% Tax Hitung Pajak dan service-nya dengan 4 langkah Langkah pertama : Tentukan nilai obyek pajaknya. nilai obyek pajaknya sebesar
= Rp 2.935.000,00
makanan dan minuman dari MINIBAR sebesar
=Rp 65.000,00 ( PPN)
Langkah kedua : Hitung servicenya
54
Service = 10% x Rp 2.935.000,00
= Rp
293.500,00
= Rp
322.850,00
= Rp
616.350,00
Langkah ketiga Hitung pajak hotelnya Pajak Hotel= 10% x (Rp 2.935.000,00 + Rp 293.500,00) Langkah keempat : Hitung Pajak dan servicenya Service & Pajak = Rp 293.500 + Rp 322.850
Total yang harus dibayar(Rp 3.000.000,00 + Rp 616.350,00) = Rp 3.616.350,00 Pajak Hotel = DPP x 10%
= Rp 3.228.500,00 x 10% = Rp 322.850,00
Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan
peraturan
pemerintah
didasarkan
atas
kelompok-kelompok
jasa
diantaranya adalah Jasa Perhotelan yang meliputi : c. Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap, dan d. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hostel. Dengan demikian Jasa perhotelan tidak dikenakan PPN.
55
4.4.2 Perhitungan dan Pelaporan Dalam Proses Pemungutan Pajak Hotel Dinas Pendapatan Kota Medan
Nama WP NPWPD Bulan TANGGAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun 13-Jun G.Total
MASA PAJAK HOTEL : Johan Mark : 012345678910 : Juni 2013 OMZET
TAX 10%
TOTAL
Rp205.000 Rp176.000 Rp225.000 Rp137.000 Rp169.000 Rp147.000 Rp225.000 Rp116.000 Rp178.000 Rp284.000 Rp242.000 Rp271.000 Rp183.000 Rp192.000 Rp177.000 Rp175.000 Rp173.000 Rp149.000 Rp185.000 Rp248.000 Rp261.000 Rp172.000 Rp196.000 Rp171.000 Rp118.000 Rp134.000 Rp125.000 Rp235.000 Rp255.000 Rp112.000 Rp5.636.000
Rp 20.500 Rp 17.600 Rp 22.500 Rp 13.700 Rp 16.900 Rp 14.700 Rp 22.500 Rp 11.600 Rp 17.800 Rp 28.400 Rp 24.200 Rp 27.100 Rp 18.300 Rp 19.200 Rp 17.700 Rp 17.500 Rp 17.300 Rp 14.900 Rp 18.500 Rp 24.800 Rp 26.100 Rp 17.200 Rp 19.600 Rp 17.100 Rp 11.800 Rp 13.400 Rp 12.500 Rp 23.500 Rp 25.500 Rp 11.200 Rp 563.600
Rp225.500 Rp193.600 Rp247.500 Rp150.700 Rp185.900 Rp161.700 Rp247.500 Rp127.600 Rp195.800 Rp312.400 Rp266.200 Rp298.100 Rp201.300 Rp211.200 Rp194.700 Rp192.500 Rp190.300 Rp163.900 Rp203.500 Rp272.800 Rp287.100 Rp189.200 Rp215.600 Rp188.100 Rp129.800 Rp147.400 Rp137.500 Rp258.500 Rp280.500 Rp123.200 Rp6.199.600
Wajib Pajak Hotel wajib melaporkan Jumlah Pajak Hotel yang terutang seperti contoh perhitungan diatas, Jumlah Pajak Hotel yang dilaporkan yaitu Rp
56
563.600,00 kepada bupati/walikota, dalam praktik sehari-hari adalah kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) kota Medan, tentang perhitungan dan pembayaran pajak hotel yang terutang. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib pajak mengisi SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada Walikota/Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya (15) lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak yang terutang. Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan. Walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu, yang diatur dalam peraturan daerah. SPTPD dianggap tidak dimasukan jika wajib pajak tidak melaksanakan atau tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan. Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai kepada Wajib Pajak untuk mengangsur Pajak yang terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT tidak atau sepenuhnya dibayar dalam
57
jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 (dua Persen) per bulan.
4.5 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Realisasi PAD dan APBD TA.2013 dan RAPBD TA. 2014 4.5.1 Realisasi PAD Terhadap APBD TA.2013 dan RAPBD TA.2014 Proses
penyusunan
APBD
dimulai
dengan
pemerintah
daerah
menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya, yang sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan juni tahun berjalan. Selanjutnya, DPRD akan membahas kebijakan umum APBD dalam pembicaraan pendahuluan mengenai RAPBD tahun anggaran berikutnya. Sistem Penganggaran Publik yang digunakan dalam APBD yaitu Incremental budgeting adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran priode tahun yang akan datang. Angka pada pos pengeluaran merupakan perubahan (kenaikan) dari angka periode sebelumnya. Permasalahan yang harus dipecahkan bersama adalah metode kenaikan/penurunan (incremental) dari angka anggaran tahun sebelumnya. Logika sistem penganggaran adalah seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya. Siklus realisasi anggaran terdiri dari serangkaian kegiatan setelah penganggaran ditetapkan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan anggaran tersebut. Siklus realisasi anggaran dibagi kedalam 3(tiga) tahap,
58
1. Pencairan anggaran (pengeluaran) Tahap persiapan yang terdiri dari kegiatan pembuatan prosedur dan formulir serta pembuatan anggaran kas; Tahap proses pelaksanaan terdiri dari kegiatan belanja barang, jasa, dan modal; Tahap penyelesaian terdiri dari kegiatan pengumpulan bukti untuk pencatatan, penyelesaian tata prosedur pencatatan barang dan modal, serta pelaporan aktivitas jasa. 2. Realisasi pendapatan Tahap persiapan terdiri dari kegiatan menghitung potensi dan membuat regulasi untuk prosedur serta formulir; Tahap proses pelaksanaan terdiri dari kegiatan penagihan dan pengumpulan pendapatan; Tahap penyelesaian terdiri dari kegiatan rekapitulasi realisasi pendapatan serta pengenaan sanksi dan insentif. 3.
Pelaksanaan program
Tahap persiapan yang terdiri dari kegiatan pembentukan tim dan membuat tata aturan serta pembagian beban kerja. Tahap proses pelaksanaan terdiri dari kegiatan pelaksanaan pekerjaan Tahap penyelesaian terdiri dari kegiatan finalisasi produk dan pembuatan laporan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan bahwa dalam menyajikan laporan keuangan didasarkan pada SAP Berbasis Akrual diterapkan dalam lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, menurut peraturan
59
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan dan mengimplementasikan SAP Berbasis Akrual serta harus disertai dengan upaya sinkronisasi berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berdasarkan Permendagri Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 Pada Pasal 3 Poin 1 Huruf a mengenai Kebijakan Penyusunan APBD Disebutkan bahwa : Kebijakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 terkait dengan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut: 1.Pendapatan Daerah Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. 2) Tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha.Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada
60
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dengan demikian dalam menyusun RAPBD tahun anggaran 2014 memerlukan pertimbangan yang cukup realistis terhadap realisasi APBD tahun anggaran 2013. Berikut adalah tabel Realisasi PAD Terhadap APBD TA.2013 dan RAPBD TA. 2014 Daerah Kota Medan.
61
Tabel 4.1 Realisasi PAD Terhadap APBD TA.2013 dan RAPBD TA. 2014 Daerah Kota Medan No Uraian APBD 2013 Realisasi APBD 2013 1 Pendapatan Asli Daerah Rp 1,786,070,614,484.00 Rp1.578.247.819.724,32 2 Hasil Pajak daerah Rp 1,214,522,048,367.00 3 Retribusi daerah Rp 326,207,917,236.00 4 Hasil Pengelolaan Rp 23,860,102,339.00 kekayaan daerah yg dipisahkan 5 Lain - lain PAD yang sah Rp 221,480,546,543.00 6 Dana Perimbangan Rp 1,851,450,446,701.00 7 Dana bagi hasil pajak Rp 405,350,016,228.00 /Bukan Pajak 8 Dana alokasi umum Rp 1,297,275,795,415.00 9 Dana alokasi khusus Rp 148,824,635,058.00 10 Lain - lain pendapatan Rp 623,336,496,009.00 daerah 11 Dana Bagi Hasil Pajak dari Rp 590,757,813,318.00 Provinsi dan Penerimaan Daerah Lainnya 12 Bantuan Keuangan dari Rp 27,728,682,691.00 Provinsi dan Penerimaan Daerah Lainnya 13 Pendapatan Hibah dari LN Rp 4,850,000,000.00 14
TOTAL PENDAPATAN DAERAH
Rp 4,260,857,557,195.00
Sumber: RKPD Kota Medan 2013, data diolah
Rp 4,106,900,462,377.32
APBD 2014 Rp 1,943,073,844,539.00 Rp 1,312,916,856,242.00 Rp 353,162,455,201.00 Rp
PAPBD 2014 Rp.1.736.989.468.770,00
27,585,289,634.00
Rp 249,409,243,462.00 Rp 2,108,731,191,236.00 Rp 536,373,018,290.00 Rp 1,441,472,590,830.00 Rp 130,885,582,116.00 Rp 711,351,934,693.00 Rp 671,856,067,498.00
Rp
39,495,867,195.00
Rp 4,763,156,970,468.00
Rp 4.324.000.000.000,00
62
Target Pendapatan Asli Daerah Kota Medan untuk Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp. 1.736.989.468.770 yang bersumber dari : 1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Rp.
365.000.000.000,00
2. Pajak Restoran
Rp.
113.000.000.000,00
3. BPHTB
Rp.
330.974.000,00
4. Pajak Hotel
Rp.
81.000.000.000,00
5. Pajak Penerangan Jalan
Rp.
164.746.000,00
6. Pajak Parkir
Rp.
10.000.000.000,00
7. Pajak Reklame
Rp.
51.161.000,00
8. Pajak Hiburan
Rp.
35.308.000,00
9. Pajak Air Bawah Tanah
Rp. 1.167.399.279.770,00
Total PAD
Rp. 1.736.989.468.770,00
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Total RAPBD TA 2014 sebesar Rp 4.763.156,970.468,00 Dibanding dengan APBD TA 2013 (Rp 4.260.857.557.195,00) maka RAPBD TA 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp. 502.299.413.273. Struktur APBD Kota Medan TA 2013 menunjukkan PAD mampu memberikan kontribusi sebesar 41,9%, Namun rencana realisasi APBD TA 2013 tidak mencapai target. Tentu apa yang disajikan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Medan Tahun 2013 tidak relevan. Rancangan APBD TA 2014 dinyatakan tanpa melakukan pendataan dan
analisis tentang
sejauhmana potensi pendapatan itu telah dihitung secara cermat dan realistis serta sejauhmana kebijakan dalam bidang ini berpotensi mengabaikan kesulitan masyarakat yang mengalami himpitan ekonomi.
63
4.5.2 Kontribusi pajak hotel TA 2013 - 2014 Untuk Meningkatkan PAD pada DISPENDA Kota Medan Jika ditinjau pertumbuhan PAD pada periode 2010 - 2011 terjadi peningkatan sebesar Rp 561,990 miliar (102.46%). Peningkatan tersebut sebagian besar bersumber dari Pajak Hotel. Namun untuk Tahun Anggaran 2013 terjadi penurunan yang sangat signifikan. Untuk lebih jelas berikut adalah tabel realisasi penerimaan pajak hotel untuk Tahun Anggaran 2013. TABEL 4.2 Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Dispenda Kota Medan TA 2013 (dalam Rupiah) JENIS PAJAK
REALISASI
DALAM
TARGET
S/D BULAN INI
PERSEN (%)
Hotel Bintang 5
31.742.954.148,21
39.760.857.671,00
125,26
Hotel Bintang 4
21.768.314.326,90
5.054.379.834,81
69,16
Hotel Bintang 3
18.689.050.786,79
13.250.898.846,76
70,90
Hotel Bintang 2
662.641.986,66
678.365.761,67
102,37
Hotel Bintang 1
3.583.413.520,13
3.615.152.100,51
100,89
Hotel Melati 3
2.346.512.410,20
2.119.427.471,26
90,32
Hotel Melati 2
815.528.908,68
801.482.120,31
98,28
Hotel Melati 1
1.391.583.912,42
773.328.696,74
55,57
81.000.000.000,00
76.053.892.503,06
93,89
HOTEL
Total Pajak Hotel
Sumber data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
64
Jika dilihat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2013 pada
Dinas
Pendapatan
Daerah
Kota
Medan
adalah
sebesar
Rp
1.578.247.819.724,32. Dimana Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak dan retribusi daerah. Pajak daerah dibagi jadi 2 (dua) kelompok yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota yang sebagian besar sumbernya berasal dari pajak hotel. Realisasi pajak hotel untuk Tahun Anggaran 2013 pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebesar Rp 76.053.892.503,06. Sehingga dapat disimpulkan pajak hotel masih tergolong kecil untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan, Kontribusi pajak hotel terhadap PAD TA 2013 adalah sebesar 4,81%. Jika dikaji dari segi segmentasi potensi penerimaan pajak hotel di Kota Medan dapat disimpulkan tidak semua terealisasi contohnya Hotel Bintang 4, Hotel Bintang 3, Hotel Melati 3, Hotel Melati 2 dan Hotel Melati 1 hal ini terjadi karena adanya hambatan-hambatan dalam upaya pengumpulan pajak daerah, utamanya pajak hotel. Hambatan tersebut berasal dari dua sisi, yang pertama adalah dari sisi Wajib Pajak Daerah (pihak eksternal), dan yang kedua berasal dari sisi Pemungut Pajak,fiskus (pihak internal), yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.Dari sisi Wajib Pajak Daerah (pihak eksternal) : a. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak Daerah dalam membayar pajak, karena selama ini Wajib Pajak Daerah menganggap bahwa pajak adalah kewajiban bagi pengusaha. b. Wajib Pajak Daerah belum sepenuhnya mengerti tentang peraturan perpajakan.
65
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 14 Tahun 2011 tentang pajak hotel disebutkan bahwa Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar dikenakan denda adminisrasi sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. 2.Dari sisi Petugas Pemungut Pajak/Dinas Pendapatan Daerah (pihak internal) : a. Keterbatasan jumlah personel Petugas Pemungut Pajak b. Belum dapat menerapkan sanksi pajak terhadap Wajib Pajak Daerah secara optimal. c. Terkait dengan Peraturan dan Kebijakan Daerah tentang penyegaran pegawai, yaitu adanya mutasi pegawai setiap beberapa tahun sekali. Sehingga sangat dimungkinkan bagi pegawai yang sudah menguasai tugasnya sebagai petugas pemungut pajak kemudian dimutasi ke bagian atau dinas lainnya, dan posisinya tersebut digantikan oleh pegawai yang berasal dari dinas lain yang belum menguasai tugas barunya sebagai petugas pemungut pajak.
Jika ditinjau dari Tahun Anggaran 2014 Realisasi penerimaan pajak hotel hingga tanggal 28 Maret 2014 masih sebesar 21,42% . Untuk lebih jelas berikut adalah tabel realisasi penerimaan pajak hotel dari 1 januari s/d 28 Maret 2014.
66
TABEL 4.3 Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Dispenda Kota Medan Dari 1 Januari s/d 28 Maret 2014 (dalam Rupiah). JENIS PAJAK HOTEL
TARGET
REALISASI
DALAM
S/D 28 MARET
PERSEN (%)
2014
Hotel Bintang 5
32.601.065.825,00
9.364.469.137,30
28,72
Hotel Bintang 4
21.749.569.706,00
4.052.811.679,50
18,63
Hotel Bintang 3
18.458.321.764,00
2.328.581.191,04
12,62
Hotel Bintang 2
654.461.221,00
159.499.802,73
24,37
Hotel Bintang 1
3.539.173.847,00
430.242.088,00
12,16
Hotel Melati 3
2.317.543.121,00
680.175.914,42
29,35
Hotel Melati 2
805.460.651,00
205.867.747,75
25,56
Hotel Melati 1
1.373.403.865,00
219.637.414,00
15,98
81.500.000.000,00
17.441.284.974,74
21,40
Total Pajak Hotel
Sumber data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Anggaran
Pajak
Hotel untuk
Tahun
2014
adalah
sebesar
Rp
81.500.000.000,00 atau sekitar 4,69% dari Target PAD Tahun Anggaran 2014 yaitu sebesar Rp. 1.736.989.468.770,00. Sementara itu Realisasi Pajak Hotel hingga 28 Maret TA 2014 adalah 17.441.284.974,74 atau sekitar 21,40% dari Target Anggaran pajak hotel TA 2014. Maka dapat disimpulkan bahwa pajak hotel masih harus digali terus untuk mencapai target Pendapatan Asli Daerah Kota Medan TA 2014.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan Pertama : Penerimaan pajak hotel pada DISPENDA Kota Medan masih tergolong kurang efesien dalam membiayai Anggaran PAD TA 2013, hal ini dikarenakan banyaknya hambatan/kendala baik dari pihak eskternal maupun internal dalam pemungutan pajak hotel. Kedua : Saat ini Pemerintah Kota Medan fokus kepada peningkatan komponen-komponen yang dapat merealisasi RAPBD TA 2014, komponen tersebut salah satu diantaranya adalah Pajak Hotel yang berasal dari PAD, Namun kontribusi pajak hotel yang dianggarkan masih kurang efesien dan efektif sehingga sulit untuk Pemerintah Kota Medan mencapai target RAPBD TA 2014. Kedua hal tersebut yang mengakibatkan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan kurang transparan untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang Keuangan Daerah.
5.2 Saran Transparansi adalah bentuk keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan publik sehingga dapat diketahui dan diawasi pelaksanaannya oleh warga negara. Hal ini pada dasarnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah dan rakyat dengan demikian akan tercipta pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel, efektif, efesien dan responsif terhadap aspirasi dan
67
68
kepentingan rakyat, Oleh karena itu, diharapkan agar Pemerintah Kota Medan lebih transparan dalam pengelolaan keuangan daerah serta dalam Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah perlu melakukan penyesuaian terhadap Peraturan Daerah (Perda) untuk menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Bagi wajib/objek pajak hotel, diharapkan untuk memahami tentang tata cara penerapan perhitungan pajak hotel sesuai dengan Undang-undang yang berlaku agar hambatan/kendala yang dihadapi selama ini dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atak_snajpera (2013) “Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Medan 2013”. Pemko Medan. http://pemkomedan.go.id Bastian, Indra. (2010) “Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar Edisi Ketiga”. Yokyakarta : Erlangga Darminto, Prastowo Dwi dan Suryo Aji, 2002. Analisis Laporan Keuangan Hotel. Jakarta: Andi Yokyakarta Deteksi_Nusantara, (2014) “Pendapatan Asli Daerah Kota Medan Masih Rendah”. Forum Diskusi Grup Bersama Dispenda Medan http//www.deteksinusantara.com Djaenuri, Aries, 2012. Hubungan Keuangan Pusat – Daerah. Jakarta: Ghalia Indonesia Hadin, Ahmad F. 2013. Eksistensi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Di Era Otonomi Daerah. Banjarmasin: Genta Press M, Yusuf, (2009) “Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik”. Tangerang : Salemba Empat Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Managemen Keuangan Daerah. Yokyakarta: Andi Yokyakarta _________, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Jakarta: C.V Andi Offset Muljono, Djoko. 2010. Hukum Pajak – Konsep, Aplikasi dan Penuntut Praktis. Jakarta: C.V Andi Offset Pahala, Marihot. 2010. Hukum Pajak Material. Yokyakarta: Graha Ilmu Peraturan Daerah Kota Medan Nomor. 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. Sanusi Anwar, 2011, Metodelogi Penelitian Bisnis, Salemba Empat, Jakarta. Soebechi, Imam. 2011. Judicial Review Perda Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sri Natalia Saragi
Tempat/Tanggal Lahir
: Saribudolok, 17 Desember 1989
Alamat
: Jl. Melati Raya No. 55 Medan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Kebangsaan
: Indonesia
Pendidikan 1. Tahun 2002 Tamat Sekolah Dasar Don bosco Saribudolok 2. Tahun 2005 Tamat Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Saribudolok 3. Tahun 2008 Tamat Sekolah Menengah Umum Swasta C.R Duyhoven Saribudolok 4. Tahun 2009 Masuk Universitas Methodist Indonesia Fakultas Ekonomi Jusrusan Akuntansi S-1
Medan,
SRI NATALIA SARAGI
PEMERINTAH KOTA MEDAN DINAS PENDAPATAN DAERAH Jalan Jenderal Besar H.Abdul Haris Nasution No. 32 Medan - 20143 Tel. 7851694 – 7851695
SURAT KETERANGAN Nomor : 070.SC / Berdasarkan Surat Keterangan Izin Penelitian Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan tanggal 20 Maret 2014, Nomor 070 /238/ Balitbang / 2014 maka dengan ini diterangkan bahwa : Nama STB/NPM Universitas Fakultas
: Sri Natalia Saragi : 209420243 : Methodist Indonesia : Ekonomi
Benar dan telah selesai melakukan Riset/Penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Penelitian tersebut dimaksudkan sebagai Bahan/masukan bagi yang bersangkutan untuk menyusun Skripsi yang berjudul : “KAJIAN PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK HOTEL SEBAGAI ALAT UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI KASUS DI KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN)” Demikian Surat Keterangan inin dikeluarkan, untuk dapat dimaklumi dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Medan , Mei 2014 An. KEPALA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN KASUBAG UMUM
Dra. FITRIATI HASIBUAN PENATA TK.I NIP. 19690102 1996032 2 003