KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PADA BUDIDAYA BANDENG DI PESISIR KARAWANG
DICKY RACHMANZAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 i
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014 Dicky Rachmanzah C252100174
iii
iv
RINGKASAN DICKY RACHMANZAH. Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di Pesisir Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh BAMBANG WIDIGDO dan YUSLI WARDIATNO. Agar program pemberdayaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang dapat dievaluasi capaiannya, sehingga program dapat berlanjut dan terlaksana secara efektif dalam mencapai tujuannya, maka diperlukan suatu kajian akademis mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk:1) menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan program penberdayaan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan, 2) mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan sebagaimana disebutkan dalam pedoman pemberdayaan terhadap tujuan program pemberdayaan dalam dimensi ekologis, ekonomi, dan sosial, serta 3) merumuskan strategi perbaikan yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif. Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) Indeks Pelaksanaan Program adalah sebesar 2,42 dengan kategori Baik. Indikator yang memerlukan upaya perbaikan yaitu indikator ketepatan waktu penyaluran bantuan, 2) Indeks Pencapaian Tujuan sebesar 2,14 dengan kategori Cukup. Indikator capaian tujuan peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan kelembagaan kelompok memerlukan upaya perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik, 3) Keseluruhan variabel pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologis berupa peningkatan kualitas lingkungan, 4) Terhadap pencapaian tujuan dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, variabel ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan berpengaruh positif, sedangkan variabel kejadian kekeringan berpengaruh negatif, dan 4) Untuk pencapaian tujuan dalam dimensi sosial, hanya variabel aktivitas pendampingan yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelembagaan kelompok. Dengan memperhatikan hasil analisis, beberapa opsi kebijakan yang perlu dilakukan oleh KKP yaitu: 1) peningkatkan capaian tujuan dalam dimensi ekologis, berupa peningkatan kualitas lingkungan melalui pemberian intensif bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, 2) penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musim tanam untuk meningkatkan efektifitas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi, berupa peningkatan produksi, dan 3) peningkatan dukungan terhadap aktivitas pendampingan oleh tenaga penyuluh, untuk meningkatkan capaian tujuan dalam dimensi sosial, berupa peningkatan kelembagaan kelompok. Kata kunci : mangrove, bandeng, budidaya, karawang, pemberdayaan.
v
vi
SUMMARY DICKY RACHMANZAH. Study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities for Milkfish Aquaculture in the coastal district of Karawang. Supervised by BAMBANG WIDIGDO and YUSLI WARDIATNO. In order to evaluate the accomplishment of community empowerment program in the coastal district of Karawang, so the program can continue and be implemented effectively in achieving its goal, then needed a study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities. This study aims to: 1) assess the suitability of the empowerment program implementation and goals through the introduction of programs implementation indexes and achievement of goals indexes, 2) identify influences of enforcement variable mentioned in empowerment guidelines against goals of empowerment programs, the objectives in the form of ecology, economic, and social dimensions, and 3) formulate strategy that needs to be done so the program can continue and be implemented effectively in achieving its goal. The result of studies have shown that:1) Program Implementation Index that states conformance level of coastal community empowerment program is worth 2.42 with the Good category. Performance indicators that require improvement efforts in order to achieve a better category, ie punctuality indicators of aid distribution, 2) Achievement Index that states the level of achievement goals of empowerment program is worth 2.14 with enough categories. Improving the quality of the environment and increased institutional groups indicators in the category of quite and require attention and improvement efforts in order to achieve a better category, 3) all of implementation variable hasn’t effect against the objectives in the form of ecology, 4) against the objectives in the form of economic,variable aid delivery timeliness,adequacy of the amount of aid, and mentoring activity has a positive effect, while the incidence of drought has negative impact, and 5) against the objectives in the form of social, only mentoring activities has a positive effect. By considering the results of the analysis,some policy options that need to be done by KKP are: 1) improvement of objectives in the form of ecology objectives through the provision of intensive to the farmers who are certified CBIB, 2) timing adjustment aid to the cultivation season to increase the effectiveness of objectives in the form of economic; and 3) Improved support for mentoring activities, to increase the objectives in the form of social. Keywords : aquaculture, empowerment, karawang, milkfish.
vii
viii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apa pun tanpa izin IPB
ix
x
KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PADA BUDIDAYA BANDENG DI PESISIR KARAWANG
DICKY RACHMANZAH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 xi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.
Penguji Program Studi
: Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
xii
Judul Tesis : Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang Nama : Dicky Rachmanzah NIM : C252100174
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Bambang Widigdo Ketua
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc
Tanggal Ujian: 14 Desember 2013
Tanggal Lulus:
xiii
Judul Tesis : Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pad a Budidaya Bandeng di Pesisir Karawan g : Dicky Rachman za h Nama : C252JOOl74 N1M
Disetujui oJeh
Komisi Pembimbing
\
'II .
.
,- ~ Of. If. Yusli War ·atno M.Sc Anggota
Dr. If. Bambang Widigdo
Ketua
Di ketahui oleh
Ketua Program Studi PengelolaCin Sumberdaya Pes isi r dan Lautan
Dr. If. Luky Adrianto, M.Sc
Tanggal Ujian: 14 Desember 2013
Tanggal Lulus:
xiii
.
J3
MAR 2014
xiv
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan Pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulisan ini kiranya tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Dr.Ir. Bambang Widigdo dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing pembimbing yang tidak pernah bosan untuk memberikan dorongan, bimbingan dan arahan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer selaku penguji program studi dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si. selaku penguji luar komisi, atas kritik dan masukan yang memperkaya penulisan tesis ini. 3. Dr. Siti Hajar Suryawati, koordinator peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi KP, dan segenap Redaksi Pelaksana serta Mitra Bestari pada Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan atas reviu yang diberikan. 4. Drs. H. Yayat Supriatna selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang dan Kemal, S.St.Pi selaku Penyuluh Perikanan Berbasis Masyarakat yang telah mendampingi dan banyak memberikan informasi implementasi program pemberdayaan masyarakat pesisir di Kabupaten Karawang. 5. Ir. Jayeng C. Purewanto, M.M. dan rekan-rekan Inspektorat I Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis. 6. Tengku Sonya Nirmala selaku Komti dan seluruh rekan-rekan Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan kelas Khusus, dimana penulis banyak mengadakan diskusi dan menerima masukan. 7. Orangtua dan mertua tercinta atas doanya, serta istri dan ketiga putraku, Fardin, Irfan, dan Ridwan atas pengertian dan kesabarannya selama penulis menyelesaikan studi. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia atas segala kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pemangku kebijakan untuk merumuskan program pemberdayaan yang secara efektif mampu meningkatkan kesejahteraan pembudidaya pada khususnya, dan masyarakat kelautan dan perikanan pada umumnya. Bogor, Maret 2014
Dicky Rachmanzah
xv
xvi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................ DAFTAR GAMBAR................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ 1. PENDAHULUAN................................................................................ Latar belakang...................................................................................... Perumusan masalah.............................................................................. Tujuan dan Manfaat............................................................................. Tujuan Penelitian............................................................................ Manfaat Penelitian......................................................................... Kerangka Pemikiran............................................................................. 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... Budidaya Perikanan.............................................................................. Deskripsi dan klasifikasi ikan Bandeng......................................... Ekologi lokasi dalam pemilihan lokasi tambak ........................... Pengelolaan berkelanjutan.................................................................... Pemberdayaan masyarakat pesisir........................................................ PNPM Mandiri KP......................................................................... Safver............................................................................................. 3. METODE ............................................................................................ Lokasi dan waktu penelitian .............................................................. Metode penelitian ……………........................................................... Pengumpulan data……………………………………………….. Penentuan jumlah sampel …..…………………………………… Analisis data…………………………………………………………. Variabel dan skala penilaian kesesuaian pelaksanaan.................... Variabel dan skala penilaian atas capaian tujuan………………... Kuesioner penelitian……………………………………………... Penilaian atas kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan ...…… Pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan………… Strategi perbaikan……………………………………. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… Kondisi umum wilayah penelitian…………………………………… Kondisi fisik……………………………………………………... Kondisi sosial……………………………………………………. Budidaya pembesaran ikan Bandeng ……………………………...... Persiapan tambak………………………………………………… Penebaran nener…………………………………………………. Pemeliharaan…………………………………………………….. Pemanenan………………………………………………………. Penilaian atas kesesuaian pelaksanaan program ……………...…….. Lama pengalaman pembudidaya………………………………… Keterhindaran kejadian kekeringan……………………………… Aksesbilitas lokasi-jarak pembelian benih………………………. Ketepatan waktu penyaluran bantuan……………………………
xvii
xix xix xx 1 1 2 3 3 3 3 5 5 5 6 9 10 11 15 21 21 22 22 23 24 24 27 29 30 30 35 37 37 37 40 41 41 44 45 46 47 48 48 49 49
Kecukupan jumlah bantuan benih……………………………….. Aktivitas pendampingan…………………………………………. Indeks pelaksanaan program…………………………………….. Penilaian atas capaian tujuan program………………...…………….. Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekologi………………... Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekonomi………………. Penilaian capaian tujuan dalam dimensi sosial………………….. Indeks pencapaian tujuan……………………………………….. Pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan..................... Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologi……… Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekonomi..…… Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi sosial…...…… Perumusan strategi perbaikan ………………………………………. Pemberian intensif dan penambahan paket sarana budidaya…………………………………….………………….... Penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musi tanam……. Peningkatan aktivitas pendampingan……………………………. 5. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………. Simpulan……………………………………………………………... Saran…………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. LAMPIRAN................................................................................................. RIWAYAT HIDUP......................................................................................
xviii
49 50 50 51 52 53 53 54 54 54 55 57 58 58 59 60 63 63 63 65 69 101
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6. 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Parameter kualitas air untuk pembesaran ikan Bandeng............................. Parameter, peralatan, dan tempat analisis.................................................... Jenis dan sumber data penelitian………………………………….……… Variabel dan skala penilaian yang digunakan ............................................ Anggota kelompok penerima bantuan dan responden kuesioner ............... Nilai dan kategori untuk capaian variabel dan indeks ................................ Nama kecamatan dan jumlah desa/kel. di Kabupaten Karawang............... Curah dan hari hujan pada Kec. Tirtajaya Tahun 2011............................... Curah dan hari hujan pada Kec. Cilamaya Wetan Tahun 2011................... Capaian variabel pelaksanaan...................................................................... Penilaian atas variabel lama pengalaman pembudidaya.............................. Penilaian atas variabel kejadian kekeringan................................................ Penilaian atas variabel aksesbilitas/jarak pembelian benih......................... Penilaian atas variabel ketepatan waktu penyaluran.................................... Penilaian atas variabel kecukupan jumlah bantuan..................................... Penilaian atas variabel aktivitas pendampingan.......................................... Capaian variabel tujuan............................................................................... Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekologis................................ Hasil pengukuran kualitas air pada Stasiun I dan II................................... Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi................................ Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi sosial..................................... Kesimpulan atas hasil analisis regresi linear berganda................................ Kesimpulan atas hasil analisis regresi logistik............................................
9 22 21 26 26 27 35 37 38 45 46 47 47 47 48 48 49 50 50 51 52 54 55
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kerangka pikir penelitian ............................................................................. Morfologi ikan Bandeng .............................................................................. Peta Lokasi Penelitian................................................................................... Proses pengeringan menggunakan mesin pompa.......................................... Saluran air setelah dilakukan perbaikan........................................................ Pematang tambak setelah dilakukan perbaikan............................................. Monik dan laha setelah dilakukan perbaikan ............................................... Proses keduk teplok....................................................................................... Pengapuran dasar tambak.............................................................................. Pemilihan benih............................................................................................. Persiapan penarikan jaring............................................................................ Jebakan jaring................................................................................................ Capaian variabel pelaksanaan....................................................................... Capaian variabel tujuan................................................................................
xix
3 6 19 39 40 40 41 41 42 43 44 44 46 50
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Usaha budidaya ikan yang difasilitasi oleh program pemberdayaan............... Jenis bantuan yang diberikan oleh program pemberdayaan............................ Kriteria penilaian kelembagaan kelompok...................................................... Kuesioner penelitian........................................................................................ Identitas responden penelitian......................................................................... Hasil rekapitulasi kuesioner penelitian............................................................ Variabel X dan Y2 dalam analisis regresi linear berganda.............................. Rumus yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda...................... Variabel X dan Y3 dalam analisis regresi logistik........................................... Rumus yang digunakan dalam analisis regresi logistik................................... Pengelompokkan skor untuk penilaian kesesuaian pelaksanaan program dan pencapaian tujuan............................................................................................ Hasil perhitungan nilai indeks......................................................................... Hasil analisis regresi linear berganda.............................................................. Hasil analisis regresi logistik...........................................................................
xx
73 74 76 81 85 88 91 93 96 97 100 101 103
1
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Fokus utama pengelolaan perikanan seharusnya ditujukan untuk terciptanya keselarasan pemanfaatan sumberdaya perikanan guna memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan konservasi dari sumber daya tersebut untuk generasi mendatang (Robert, 1995). Untuk itu, Pemerintah melalui UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas tanggung jawab negara, yaitu bahwa negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam untuk memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan, serta mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Namun demikian, kualitas lingkungan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang saat ini masih belum memenuhi harapan. Hasil perhitungan menggunakan Indeks Mutu Lingkungan Perairan (IMLP) yang dikembangkan oleh US-National Sanitation Foundation menunjukkan bahwa status kualitas perairan di wilayah pesisir utara Karawang berkisar antara 58,71 s.d. 67,78 dari skala 1 s.d. 100 (Suriadarma, 2011). Hasil perhitungan tersebut jika dibandingkan dengan kriteria mutu lingkungan perairan menurut NSF-WQI (Qtt, 1978) berada dalam kualifikasi sedang mendekati buruk untuk memelihara organisme perairan seperti ikan atau udang. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan secara umum, dan juga meningkatkan capaian ekonomi dan sosial, pemerintah menginisiasi upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan. Saat ini, konsep pemberdayaan masyarakat mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat ”people-centered (berbasis masyarakat), participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan), and sustainable (berkelanjutan)”. Munasinghe (1993) dalam Suryawati dan Purnomo (2011) mendeskripsikan sifat sustainable atau berkelanjutan dengan persyaratan terkait tiga dimensi, yaitu: 1) secara ekologis, lestari atau ramah lingkungan, 2) secara ekonomi, dapat efisien dan layak, dan 3) secara sosial berkeadilan. Salah satu kawasan yang potensial bagi pengembangan usaha budidaya tambak di pesisir utara Jawa adalah Kabupaten Karawang (Suriadarma, 2011). Sejalan dengan kebijakan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yang menetapkan bandeng (Chanos chanos Forskal) sebagai salah satu ruang lingkup industrialisasi kelautan dan perikanan (KKP, 2012a), maka potensi pembudidayaan bandeng ini dikembangkan melalui pengikutsertaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang dalam program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan, yaitu melalui kegiatan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan-Perikanan Budidaya (PUMP-PB) sebagai bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri-Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) serta melalui program Pengembangan Perikanan Budidaya
2
Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan atau Suistanable Aquaculture Development for Food Security and Poverty Reduction (Safver) project. Secara umum, tujuan program pemberdayaan sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012) maupun Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), yaitu adanya peningkatan terkait tiga dimensi, meliputi: 1) Ekologi, berupa peningkatan kualitas lingkungan, 2) Ekonomi, berupa peningkatan produksi, dan 3) Sosial, berupa penguatan kelembagaan kelompok. Selanjutnya, agar pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang tersebut dapat berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan dan keberlanjutannya, maka diperlukan suatu kajian akademis mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir. Perumusan Masalah
Program pemberdayaan PUMP-PB memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) berdasarkan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang diajukan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). Sedangkan program pemberdayaan Safver menyalurkan Bantuan Input Produksi (BIP) berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diajukan Kelompok Penerima Manfaat (Pokmaman). Bantuan yang diberikan meliputi sarana produksi perikanan, berupa: benih, pakan, saponin, pupuk, dan kapur pertanian. Namun demikian, dengan telah tersalurkannya BLM atau BIP, masyarakat di pesisir Karawang masih sulit meningkatkan kualitas kehidupan dalam indikator ekologi berupa peningkatan kualitas lingkungan, ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, dan sosial berupa penguatan kelembagaan kelompok. Berdasarkan hasil evaluasi atas kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan disarikan dari Pedoman Teknis PUMP-PB serta Pedoman Pemberian Input Produksi Proyek Safver, permasalahan ini muncul karena keberhasilan tujuan pemberdayaan masyarakat berbasis pengelolaan berkelanjutan tidak hanya dipengaruhi oleh telah tersalurkannya BLM atau BIP berupa: benih, pakan, saponin, pupuk, maupun kapur pertanian kepada kelompok penerima, namun juga diduga dipengaruhi oleh ketepatan penerima bantuan, kesesuaian lokasi budidaya, ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan, serta aktivitas pendampingan. Permasalahan-permasalahan tersebut dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan di pesisir Karawang ditinjau atas kesesuaiannya dengan pedoman pemberdayaan? 2. Sejauh mana capaian atas tujuan program pemberdayaan, ditinjau berdasarkan atas parameter multi kriteria, meliputi indikator ekologi, ekonomi, dan sosial? 3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pelaksanaan terhadap pencapaian tujuan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan?
3
4. Strategi perbaikan apa yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif? Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan sebagaimana disebutkan dalam pedoman pemberdayaan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan. 2. Mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan program pemberdayaan dalam dimensi ekologis, ekonomi, dan sosial. 3. Merumuskan strategi perbaikan yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan masukan tentang efektivitas program yang dikaji secara akademis terkait dengan variabel-variabel yang mempengaruhi dan pengembangan strategi ke depan, sehingga dapat berdaya guna dalam meningkatkan kualitas ekologis, ekonomi dan sosial pembudidaya di wilayah pesisir.
Kerangka Pemikiran
Buruknya kualitas lingkungan, serta rendahnya kinerja masyarakat pembudidaya yang berada di wilayah pesisir dalam dimensi ekonomi dan sosial melatarbelakangi pemerintah menginisiasi upaya pemberdayaan masyarakat melalui program PUMP-PB dan Safver. Penyerahan BIP Safver telah dimulai pada tahun 2011, dan BLM PUMP-PB pada tahun 2012. Namun demikian, hingga saat ini masih belum diketahui bagaimana pengaruh nyata dari kedua program tersebut, apakah telah dapat memberikan dampak yang lebih baik atau sebaliknya. Kerangka pikir dari kajian pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan, dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut.
4
Buruknya kualitas lingkungan dan rendahnya kinerja masyarakat pembudidaya
Upaya pemberdayaan pembudidaya melalui program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan
program Safver
Strategi apa yang perlu dilakukan shg pelaksanaan program dapat terlaksana dan berlanjut
program PNPM Mandiri KP
? Sejauh mana efektivitas pencapaian Tujuan program
Bagaimana Pelaksanaan program
?
?
Variabel:
Variabel : 1. Ekonomi-Peningkatan produksi budidaya
Lama pengalaman pembudidaya
Aksesbilitas/jarak pembelian benih
Kecukupan jumlah bantuan
2. Sosial- peningkatan kelembagaan kelompok 3.Ekologis – Peningkatan kualitas lingkungan
Kejadian kekeringan
Ketepatan waktu penyaluran
Aktivitas pendampingan
Indeks Pencapaian Tujuan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bagaimana pengaruh variabel Pelaksanaan: Lama pengalaman pembudidaya Kejadian kekeringan Aksesbilitas/jarak pembelian benih Ketepatan waktu penyaluran bantuan Kecukupan jumlah bantuan Aktivitas pendampingan
terhadap Tujuan program dalam dimensi: 1. Ekonomi-peningkatan produksi 2. Sosial-peningkatan kelembagaan 3. Ekologis-peningkatan kualitas lingkungan
? Indeks Pelaksanaan Program
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian .
5
2
TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Perikanan
FAO (2010a) mendefinisikan budidaya perikanan sebagai suatu cara untuk memproduksi bahan makanan dalam usaha ketahanan pangan (food security), pembuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan dan penerimaan devisa. Budidaya perikanan juga digunakan untuk menyelamatkan sumber daya ikan asli dan plasma nutfah, khususnya spesies ikan yang dikhawatirkan punah, serta untuk memproduksi benih guna keperluan penebaran (restocking) perairan umum dalam rangka introduksi spesies baru dan peningkatan populasi (FAO, 2010b). Lebih lanjut, Dahuri et al. (1996) dalam Murachman et al. (2010) menyatakan bahwa salah satu kegiatan budidaya perikanan yang dapat dilakukan di wilayah pesisir adalah usaha perikanan budidaya di tambak untuk monokultur bandeng, atau polikultur udang dan bandeng. Namun demikian, terkadang beberapa tipe perikanan budidaya menurunkan keanekaragaman dan pencemaran genetik, konversi lahan yang mengarah perusakan habitat, pencemaran lingkungan, dan wabah penyakit, sehingga pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dalam budidaya perikanan harus terus dikembangkan (Rustadi, 2011). Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Bandeng Bandeng memiliki daerah penyebaran alami di laut tropik Indo Pasifik dan dominan di daerah Asia. Di Asia Tenggara, ikan Bandeng berada di daerah perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia, dan Indonesia. Penyebarannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti fase bulan, pasang surut, arus air dan kelimpahan plankton. Ikan Bandeng (Chanos channos) hidup di perairan laut yang memiliki salinitas 35‰ hingga ke muara-muara sungai yang memiliki salinitas 15-20‰, sehingga ikan bandeng digolongkan ke dalam euryhaline (mampu mentolerir perubahan salinitas yang sangat luas). Ikan Bandeng dewasa biasanya berada di perairan littoral, pada musim pemijahan induk ikan bandeng sering dijumpai berkelompok pada jarak tidak terlalu jauh dari pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan berkarang dengan kedalaman antara 10-30 m. Bandeng memiliki karakteristik badan yang memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda bahwa ikan bandeng tergolong perenang cepat. Kepala ikan Bandeng tidak bersisik, memiliki mulut kecil yang terletak di ujung rahang tanpa gigi, mata diseliputi oleh selaput bening (subcutaneus), lubang hidung terletak di depan mata, dan memiliki warna badan putih keperak-perakan dan punggung biru kehitaman (Kordi, 2000). Morfologi ikan Bandeng dapat dilihat pada Gambar 2.
6
Gambar 2. Morfologi ikan bandeng Klasifikasi ikan bandeng (Rusmiyati, 2012) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Famili : Chanidae Genus : Chanos Spesies : Chanos chanos Ekologi Lokasi dalam Pemilihan Lokasi Tambak Dalam budidaya air payau, pemilihan lokasi memegang peranan yang sangat penting. Lokasi yang tepat sangat mendukung keberhasilan usaha budidaya, dan sebaliknya, jika lokasi yang dipilih tidak memenuhi syarat, bukan hanya usaha berkelanjutan sulit terealisasi, tetapi malah kemungkinan sejak dini sudah mengalami kerugian. Oleh karena itu, pemilihan lokasi secara baik dan benar harus menjadi agenda penting dalam proyeksi usaha. Aspek-aspek yang merupakan faktor pendukung keidealan lokasi antara lain adalah ekologi lokasi. Ekologi lokasi budidaya perairan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara ikan yang dipelihara dan keadaan lingkungannya. Kordi (2000) menyatakan bahwa beberapa faktor yang berkaitan dengan aspek ekologis dalam pemilihan lokasi tambak, yaitu sumber air, kuantitas air, kualitas air, iklim dan suhu lingkungan, pasang surut, arus air, dan pola hujan. a. Sumber Air Dalam budidaya ikan bandeng di tambak, air yang digunakan sebagai media budidaya adalah air laut yang dimasukkan ke dalam tambak dengan memanfaatkan pasang/pompa, dan air tawar dari sungai. Salinitasnya sekitar 10-35‰, atau digolongkan ke dalam air payau. Oleh karena jumlah dan mutu air adalah kunci dari kemampuan/kapasitas daya produksi suatu tambak, maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sumber air, mekanisme pengambilan air dan pembuangan air bekas perlu mendapat perhatian khusus di dalam proses penentuan lokasi, disain dan konstruksi tambak. b. Kuantitas air Kuantitas (jumlah) air tambak ditentukan oleh pasang surut air laut sebagai suplai air tambak. Pada dasarnya pasang surut yang diterima oleh daerah pantai dan estuarine adalah pasang surut semi diurnal. Dengan dua kali pasang
7
dan dua kali surut terjadi pergantian dalam satu hari. Tambak-tambak air payau kebanyakan dibangun di daerah pasang surut, yaitu di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Situasi tersebut diperlukan untuk mempermudah dalam memenuhi kebutuhan air selama masa pemeliharaan ikan bandeng di tambak. Ukuran pasang surut tertentu sangat diperlukan agar konstruksi tambak dan pengelolaannya dapat dilakukan secara efisien. Pasang surut yang ideal untuk tambak adalah sebesar 1,5 – 2,5 meter. Fluktuasi pasang surut yang lebih tinggi dari 3 meter, membutuhkan pematang/tanggul yang kuat, sedangkan kurang dari 1,5 meter dibutuhkan pompa dalam mengisi air tambak. c. Kualitas air Kualitas air sangat mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup (survival rate), pertumbuhan dan reproduksi bandeng. Faktor fisika Faktor fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karena dapat mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor ini sangat tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat. Faktor fisika yang besar pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air. Cahaya matahari dan suhu air merupakan faktor alam yang sampai saat ini belum bisa dikendalikan. Suhu air dan oksigen saling berhubungan. Pada saat suhu naik, maka oksigen akan turun. Pada suhu 120° C, bandeng akan mati. Untuk menjaga agar suhu dan oksigen dalam keadaan optimal, dilakukan pembuatan caren, sehingga saat suhu tinggi, bandeng bisa bersembunyi dalam caren yang relatif lebih dalam dengan suhu yang lebih rendah dan oksigen tercukupi. Menurut Pusat Penyuluhan KP (2011), suhu yang optimal untuk pembesaran ikan Bandeng adalah 2032° C Faktor kimia Air yang digunakan untuk budidaya mempunyai komposisi dan sifatsifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yang telah ditentukan dapat segera dikendalikan. Parameter-parameter kimia yang digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain: Oksigen terlarut (Disolved Oxygen/DO) Oksigen memegang peranan penting dalam kehidupan seluruh makhluk hidup. Hanya terdapat perbedaan antara oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup di darat dan makhluk hidup di dalam air seperti ikan bandeng. Makhluk darat menghidup oksigen yang terdapat pada udara bebas, sedangkan makhluk air menghirup oksigen yang terlarut. Oksigen masuk ke dalam air melalui proses difusi langsung dari udara yang mengandung 20,95% oksigen. Proses ini terjadi secara cepat pada permukaan air, namun berjalan sangat lambat ke lapisan yang lebih dalam, maka untuk mempercepat difusi dari permukaan ke bagian air yang lebih dalam dibutuhkan usaha, seperti dengan memasang kincir air (aerator) di dalam tambak.
8
Jika kandungan oksigen dalam suatu tambak terlalu banyak, maka akan terdapat gelembung di lamella bandeng, sedangkan jika terlalu sedikit maka bandeng akan mati lemas. Penurunan oksigen di dalam air disebabkan oleh peningkatan suhu air, semakin tinggi suhu di suatu perairan, semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Oksigen paling rendah terjadi pada pagi hari, yakni sesaat setelah matahari terbit, dan tertinggi pada pukul 14.00-17.00. Selain karena peningkatan suhu, oksigen di dalam air tersebut dapat berkurang karena proses diffusi, respirasi (pernapasan) biota, dan reaksi kimia (oksidasi dan reduksi). Oleh karenanya, untuk menjaga oksigen dalam kondisi optimal, perlu dilakukan pengadukan air sekitar jam 13.00-15.00 dan pada malam hari. Pengadukan dan penambahan oksigen dapat dilakukan dengan menggunakan aerator. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pembesaran ikan Bandeng adalah 2 mg/l (Pusat Penyuluhan KP, 2011), sementara Bose et al. (1991) menyarankan agar udang dapat tumbuh dengan baik, diperlukan kadar oksigen terlarut sebesar 5 mg/l. Salinitas Salinitas adalah tingkat keasinan atau ketawaran air. Walupun bandeng termasuk ikan yang tergolong dalam euryhaline (mampu mentolerir salinitas yang luas serta tahan terhadap goncangan salinitas tinggi dalam waktu yang relatif singkat), namun tingkat salinitas harus diperhatikan. Berdasarkan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011), kualitas air yang optimal untuk pembesaran ikan Bandeng di tambak adalah 29,0-30,0 ‰. Sementara menurut Bose et al. (1991), ikan bandeng akan hidup dengan baik pada perairan yang memiliki kadar saliinitas 20,0-30,0 ‰. Pada salinitas optimal, energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan. Derajat keasaman (pH) pH adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat senyawa di dalam air. pH air ditentukan oleh konsentrasi ion H+ yang digambarkan dengan angka 1 sampai 14. Angka kurang dari 7 menunjukkan bahwa air bersuasana asam dan lebih dari 7 bersuasana basa. Bose et al. (1991) mengemukakan bahwa kualitas air yang baik untuk memelihara organisme perairan di perairan payau, memiliki pH berkisar antara 7,0-8,0. Lebih lanjut, Pusat Penyuluhan KP (2011) menyatakan bahwa khususnya untuk budidaya pembesaran ikan bandeng, pH yang optimal adalah 8,0-8,3. Konsentrasi pH tersebut mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Penggoncangan pH di suatu tambak berpengaruh langsung terhadap aktivitas biota di dalamnya. Pada siang hari saat terjadi booming plankton, pH di tambak biasanya mencapai 9,0-9,5. Penanggulangan yang cepat dan aman adalah membuang sebagian air untuk mengurangi kepadatan plankton dan menambah atau mengganti air yang baru. Sebaliknya, untuk meningkatkan pH yang turun pada saat pemeliharaan, dilakukan pengeringan dan
9
pemberian kapur. Pemberian kapur dilakukan saat pengeringan, yaitu dengan menaburkan kapur dan kemudian dilakukan pembalikan lahan, sehingga kapur tersebar merata. Ammonia (NH4) Sebagian besar pakan yang dimakan oleh bandeng, diubah menjadi daging atau jaringan tubuh, sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran padat (faeces) dan terlarut (ammonia). Faeces dikeluarkan lewat anus, sedangkan ammonia lewat insang (ammonotelik). Konsentrasi amoniak dalam budidaya perairan akan meningkat apabila kepadatan ikan cukup tinggi dan diberikan makanan tambahan. Amoniak anionik bersifat toxic bagi ikan. Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen dalam jaringan, menimbulkan kerusakan insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen sehingga menyebabkan nafsu makan ikan menurun (Goldman dan Horne, 1983). Sementara itu, Alabaster dan Loyd (1980) mengemukakan bahwa amoniak anionik dapat meracuni hewan akuatik terutama ikan. Peningkatan konsentrasi ammonia dalam satu media budidaya juga dapat mempengaruhi aktivitas bakteri, khususnya bakteri penyebab penyakit insang. Antara ammonia dan oksigen berbanding terbalik, apabila ammonia sangat tinggi, maka oksigen menjadi rendah. Demikian pula, makin tinggi suhu, makin besar kandungan ammonia. Oleh karena itu penjagaan suhu air sangatlah penting. Untuk menghindari pembentukan ammonia yang terlalu banyak di tambak, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengadukan dan pembuatan caren, mengganti air dan melakukan pengeringan lahan. Kadar amoniak yang optimal untuk pembesaran bandeng adalah 0 mg/l (Pusat Penyuluhan KP, 2011), sementara menurut Wickins (1976), kadar amoniak maksimum 0,1 mg/l, masih aman untuk kehidupan udang.
Parameter kualitas air yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan Bandeng di tambak ditunjukkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Parameter Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan Bandeng Parameter Satuan Kualitas air Kualitas air (Bose et al., (Pusat Penyuluhan KP, 2011) 1991) Ambang Ambang Optimum bawah atas Suhu °C 26 32 29-32 DO mg/l 5 2,0 >5 Salinitas ‰ 20-30 20,0 35,0 29,0-30,0 pH 7,0-8,0 7,5 9,0 8,0-8,3 NH4 mg/l 0,0 1,0 0
Pengelolan Berkelanjutan Code of Conduct for Responsible Fisheries, guideline no 4 mendefinisikan bahwa pengelolaan perikanan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan
10
keputusan, dan alokasi sumber serta implementasinya dalam upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan. Lebih lanjut, pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan yang mengarah kepada bagaimana sumber daya ikan yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang, dimana aspek berkelanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial, ekonomi, masyarakat, dan institusi (Mallawa, 2006). Pengelolaan berkelanjutan tidak melarang aktivitas yang bersifat ekonomi/komersial, tetapi menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity) lingkungan, sehingga generasi mendatang tetap memiliki aset sumber daya alam yang sama atau lebih banyak dari generasi saat ini. Beller (1990) memberikan penekanan pada pentingnya prinsip Justice of Fairness, yang menuntut tanggung jawab semua generasi terkait hal ini. Kay dan Alder (1999) menyebutkan adanya tiga tema yang terkandung dalam definisi pembangunan berkelanjutan, yaitu: integritas lingkungan, efisiensi ekonomi, dan keadilan kesejahteraan. Selaras dengan hal itu, Bengen (2005) menyatakan bahwa suatu pengelolaan dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti bahwa kegiatan pengelolaan SDI dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya ikan, termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga pemanfaatan SDI dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan SDI serta investasi secara efisien. Sedangkan berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pemberdayaan berasal dari kata ”daya” yang berarti kekuatan. Jadi pemberdayaan adalah penguatan, yaitu penguatan yang lemah. Menurut Kusnadi (2009), pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai usaha-usaha sadar yang bersifat terencana, sistematik, dan berkesinambungan untuk membangun kemandirian sosial, ekonomi, dan politik masyarakat dengan mengelola potensi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan sosial yang bersifat berkelanjutan. Berbagai pendekatan digunakan untuk mengelola sumber daya tersebut, diantaranya yaitu pendekatan pengelolaan berbasis masyarakat (Community Based Management). Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumber daya perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Sementara itu Carter (1996) mendefinisikan Community-Based Resource Management sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, di mana pengambilan keputusan tentang keberlanjutan sumber daya lokal dalam pemanfaatannya berada di tangan masyarakat.
11
Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan program pemberdayaan masyarakat pembudidaya. Tajerin (2006) menyatakan bahwa degradasi lingkungan, serangan penyakit, kualitas benih rendah, dan pelayanan serta penyuluhan yang tidak memadai merupakan sebagian dari faktor penyebab kegagalan panen dan kondisi kebangkrutan usaha pertambakan. Beberapa program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu: PUMP-Perikanan Budidaya (untuk mendukung PNPM Mandiri-KP) dan Safver. PNPM Mandiri-KP PNPM Mandiri KP yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di bawah koordinasi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, telah diinisiasi mulai tahun 2009. Merujuk pada Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri KP (KKP, 2012b), PNPM Mandiri KP dilakukan melalui tiga komponen, yaitu: Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP), Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR), dan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Selanjutnya, komponen PUMP sendiri terbagi atas tiga kegiatan, yaitu: PUMP Perikanan Tangkap (PUMP PT), PUMP Perikanan Budidaya (PUMP PB), dan PUMP Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP P2HP). PUMP PB sebagai bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri KP merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha yang diperuntukkan bagi pembudidaya ikan yang tergabung dalam Pokdakan. Pokdakan merupakan salah satu kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan dibidang perikanan budidaya sebagai pelaksana PUMP Perikanan Budidaya yang menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pengembangan usaha bagi seluruh anggota kelompoknya. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan PUMP-PB, Pokdakan didampingi oleh tenaga pendamping yang berasal dari Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK). Berikut tujuan, sasaran, indikator keberhasilan, dan tahapan pelaksanaan PUMP PB sesuai Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012). 1) Tujuan Tujuan PUMP PB adalah meningkatkan kemampuan usaha, produksi budidaya, penyerapan tenaga kerja, pendapatan dan kesejahteraan, menumbuhkan wirausaha, dan memperkuat kelembagaan Pokdakan serta meningkatkan kualitas lingkungan 2) Sasaran Sasaran PUMP PB adalah Pokdakan di kawasan budidaya untuk mendukung pencapaian target peningkatan produksi dan mendukung industrialisasi perikanan budidaya. 3) Indikator keberhasilan Indikator output adalah: Tersalurkannya BLM kepada 3.000 Pokdakan; Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kelembagaan Pokdakan melalui sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan pembinaan di 393 Kabupaten/kota. Diterapkannya teknik budidaya sesuai dengan teknologi anjuran.
12
Indikator outcome adalah: Meningkatnya produksi perikanan budidaya Meningkatnya pendapatan masyarakat pembudidaya ikan; Meningkatnya pertumbuhan wirausaha di bidang perikanan budidaya Meningkatnya kapasitas kelembagaan kelompok pembudidaya ikan Meningkatnya penyerapan tenaga kerja sekitar 50.000 orang pembudidaya ikan 4) Teknis Pelaksanaan Kegiatan PUMP-PB a) Identifikasi calon penerima BLM dan calon lokasi PUMP PB Untuk dapat menentukan Pokdakan calon penerima BLM calon lokasi PUMP-PB yang sesuai dan tepat, dilakukan identifikasi dengan melakukan peninjauan di lapangan. Data dan informasi dari hasil identifikasi, selanjutnya dikompilasi dan diverifikasi keabsahannya untuk dijadikan dasar dalam melakukan seleksi terhadap penerima BLM dan lokasi PUMP-PB. b) Seleksi calon penerima dan calon lokasi PUMP PB Seleksi calon penerima BLM dan calon lokasi PUMP-PB perlu dilakukan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran, dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut: Kriteria umum Pokdakan calon penerima BLM PUMP-PB Usaha pokdakan termasuk kategori usaha mikro; Pengurus dan anggota Pokdakan bukan perangkat desa/kelurahan, PNS, TNI/Polri dan Penyuluh/PPTK; Anggota Pokdakan berdomisili/berada di desa yang sama atau desa yang berdekatan dengan lokasi usahanya; Terdaftar pada Dinas Kabupaten/Kota; Diutamakan Pokdakan yang belum menerima bantuan dari Ditjen Perikanan Budidaya; Kelompok tidak boleh menerima lebih dari satu paket BLM PNPM Mandiri KP. Kriteria Teknis Pokdakan Calon Penerima BLM PUMP-PB Merupakan penduduk setempat yang tidak mampu dan belum mempunyai penghasilan tetap (KTP/ identitas lain dan alamat yang jelas); Mempunyai usaha budidaya ikan milik sendiri, sewa, penggarap atau wirausaha pemula; Bersedia bergabung dalam kelompok dengan jumlah anggota minimal 10 orang per kelompok; Berusaha dibidang budidaya ikan dengan komoditas yang sama dalam satu kelompok; Pokdakan mengusulkan untuk memperoleh BLM PUMP-PB kepada Dinas KP Kabupaten/Kota; Bersedia menandatangani dokumen administrasi penyaluran BLM PUMP-PB serta memanfaatkan bantuan tersebut untuk pengadaan wadah, sarana produksi dan peralatan budidaya untuk pengembangan usaha budidaya ikan;
13
Bersedia mengikuti ketentuan penerapan CPIB/CBIB, teknologi anjuran dan menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala; Bersedia mengikuti bimbingan, pembinaan dan pendampingan teknologi budidaya ikan yang efisien dan produktif, agar usahanya berhasil dan menguntungkan.
Persyaratan teknis calon lokasi: Potensi sumberdaya lahan dan perairan untuk kegiatan budidaya ikan; Mempunyai aksebilitas yang dapat dijangkau; Desa/kelurahan yang sesuai untuk pengembangan usaha budidaya ikan; Masyarakatnya mendukung dilaksanakannya kegiatan PUMP-PB. c) Pengusulan dan Penetapan Pokdakan Calon Penerima BLM Pengusulan Pokdakan calon penerima BLM dilakukan secara berjenjang, dimulai dari identifikasi dan seleksi yang dilakukan oleh tenaga pendamping dan tim teknis Dinas KP Kab./Kota, yang kemudian hasilnya disampaikan kepada Kepala Dinas Kab./Kota untuk selanjutnya diusulkan kepada Tim Pembina Dinas KP Provinsi. Tim Pembina memferivikasi ulang berkas persyaratan Pokdakan calon penerima BLM untuk selanjutnya diusulkan kepada Kelompok Kerja (Pokja) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Pokja Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memverifikasi ulang calon Pokdakan penerima BLM untuk selanjutnya diusulkan kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Dalam rangka percepatan realisasi penyaluran BLM PUMP-PB kepada Pokdakan, batas akhir pengusulan Pokdakan calon penerima BLM PUMP-PB dijadwalkan pada bulan April agar pelaksanaan verifikasi dapat dilakukan pada bulan Mei, sehingga calon penerima BLM PUMP-PB dapat ditetapkan paling lambat pada bulan Juni 2012, kemudian dilanjutkan dengan proses pencairan dan penyaluran. Dengan demikian, pemanfaatan BLM oleh Pokdakan diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun berjalan. d) Pendampingan Proses pendampingan kepada Pokdakan penerima BLM merupakan kegiatan yang penting dan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut, karena dengan adanya pendampingan maka kemampuan dan ketrampilan pembudidaya dapat meningkat, wawasan manajemennya berkembang, pola kerjanya lebih efisien, serta usahanya lebih produktif dan keuntungan diharapkan dapat lebih meningkat. Oleh karena itu, Pokdakan penerima BLM senantiasa perlu didampingi oleh Tenaga Pendamping untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan di bidang budidaya ikan serta sikap dan perilaku yang baik agar usahnya bisa berkembang, maju dan mandiri. Proses pendampingan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: Sosialisasi kegiatan PUMP-PB Pelaksanaan sosialisasi merupakan kegiatan lapangan guna memberikan penjelasan tentang tujuan dilaksanakannya PUMP-PB
14
kepada Pokdakan. Disamping itu, disampaikan juga informasi lainnya seperti ketentuan dan persyaratan menjadi peserta PUMP-PB, cara memperoleh dan memanfaatkan dana BLM untuk usaha budidaya ikan, sosial kemasyarakatan dan kearifan lokal serta motivasi untuk bekerja keras agar usahanya berhasil. Penumbuhan kelompok Upaya penumbuhan kelompok dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya dengan memfasilitasi dinamika kelompok. Pada tahap ini dilakukan fasilitasi pertemuan antar pembudidaya sebagai wujud untuk rasa kebersamaan diantara sejumlah masyarakat pedesaan misalnya melalui forum musyawarah desa/ajang diskusi, walimahan, atau perkumpulan warga dan kepentingan lainnya. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut pembudidaya ikan calon peserta PUMP diajak untuk mau bergabung dalam wadah kelompok dengan tujuan untuk usaha bersama, pembelajaran berorganisasi, penumbuhan minat berwirausaha dan lain-lain. Melalui kelompok, dapat meningkatkan posisi tawar para pembudidaya ikan dalam berusaha. Bimbingan Teknis Budidaya Ikan Pada umumnya, pengetahuan dan ketrampilan teknis Pokdakan masih rendah, oleh karena itu perlu dilakukan bimbingan teknis tentang metode dan teknik budidaya ikan yang baik, efisien, produktif dan berkelanjutan. Pembinaan Kegiatan usaha memerlukan ketrampilan dalam mengelola usahanya secara baik sesuai dengan kaidah manajemen, untuk itu Pokdakan perlu mendapatkan pembinaan termasuk manajemen usaha. Manajemen usaha yang akan diterapkan antara lain pengelolaan input produksi, pemeliharaan, pemberian pakan, pengaturan tenaga kerja, pembukuan keuangan, pengendalian kualitas air dan lingkungan, pemberantasan hama penyakit dan sistem pencatatan semua transaksi dan tahapan pelaksanaan. Demikian juga pembudidaya ikan sedapat mungkin dianjurkan melakukan pembukuan sederhana dan mencatat semua transaksi dalam proses pengelolaan usaha budidaya ikan. Pemupukan Modal Usaha Pendampingan dan pembinaan terkait pengelolaan keuangan usaha kepada Pokdakan merupakan hal yang berat dan perlu upaya yang terus menerus agar usahanya dapat berkembang, yaitu dengan memotivasi untuk memupuk modal usaha dengan cara menabung sebagian keuntungan dari hasil usahanya untuk dapat digunakan sebagai modal usaha siklus berikutnya. Tabungan dapat melalui kelompok atau bank sebagai pembelajaran bertransaksi dengan lembaga keuangan perbankan. e) Penyaluran BLM BLM yang diberikan kepada Pokdakan disalurkan secara langsung melalui transfer dana ke rekening Pokdakan. Penyaluran BLM pelaksanaannya direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh
15
Pokdakan itu sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari tenaga pendamping serta dipantau oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya f) Pemanfaatan BLM Dana BLM yang sudah diterima oleh Pokdakan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kegiatan usaha budidaya ikan selama periode pemeliharaan yang telah direncanakan. Pemanfaatan BLM digunakan untuk pembelian sarana usaha budidaya, seperti wadah/unit budidaya, perbaikan tambak, benih atau induk ikan, pakan, probiotik, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan RUB. Kegiatan hasil usaha budidaya yang diperoleh dari hasil panen agar diatur dan dikelola oleh kelompok sebagai keuntungan untuk anggota, biaya operasional, perawatan dan penambahan modal untuk pengembangan usaha selanjutnya yang dilakukan secara bersama. g) Pemantauan dan evaluasi Pemantauan terhadap penggunaan BLM dilakukan oleh tenaga pendamping dan tim teknis mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan usaha budidaya, meliputi: pemantauan administrasi terhadap dokumentasi pelaksanaan kegiatan, pemantauan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, dan pemantauan hasil produksi panen setiap Pokdakan penerima bantuan. Selanjutnya, dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PUMP-PB setiap bulan oleh Tim Teknis, dengan memberi masukan dan rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan budidaya oleh Pokdakan. h) Pelaporan Pelaporan pemanfaatan BLM, produksi hasil panen, pendapatan dan kemajuan usaha, dilakukan secara berkala dua minggu sekali oleh pokdakan kepada Tenaga Pendamping. 5) Menu kegiatan budidaya PUPM PB memfasilitasi usaha budidaya yang dilakukan di air payau, air tawar, dan laut. Untuk air payau, usaha budidaya yang difasilitasi adalah: bandeng, polikultur (udang, bandeng, rumput laut), udang windu/vanname, rumput laut (gracilaria sp.), kerapu, dan kepiting. Menu kegiatan budidaya PUMP-PB selengkapnya tersaji pada Lampiran 1. Safver Program Pengembangan Perikanan Budidaya untuk Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan atau Suistanable Aquaculture Development for Food Security and Poverty Reduction (Safver) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat pesisir yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan dibantu oleh Asian Development Bank (ADB) melalui loan nomor 2285-INO (SF). Memorandum Administrasi Proyek Safver (ADB, 2007) menyebutkan bahwa proyek yang telah dilaksanakan mulai tahun 2009 tersebut, dilaksanakan pada lima Kabupaten, yaitu: Langkat, Ogan Komering Ilir, Karawang, Sumedang, dan Buton.
16
Dampak yang diharapkan dari Program Safver adalah berkurangnya kemiskinan dan meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan perikanan budidaya secara berkelanjutan. Adapun hasil yang diharapkan ialah meningkatnya produksi ikan dan hasil perairan lainnya, meningkatnya pendapatan, gizi, dan penyerapan tenaga kerja pembudidaya ikan dan masyarakat pesisir yang miskin. Dalam Safver, model pemberdayaan masyarakat pesisir diimplementasikan dalam tiga komponen utama program Safver, sebagai berikut: 1) Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Merupakan komponen inti dari program, dan ditujukan untuk memperbaiki produksi seluruh jenis sistem perikanan budidaya di wilayah proyek melalui pengelolaan oleh masyarakat sendiri. Komponen ini meliputi: Pengorganisasian masyarakat; Pembangunan sarana air bersih dan jalan penghubung ke sentra budidaya ikan; Perbaikan kolam dan tambak; dan Pembangunan sarana/model percontohan untuk berbagai teknologi budidaya ikan. 2) Pelayanan Penunjang Perikanan Budidaya Ditujukan untuk peningkatan teknik produksi dan mutu hasil budidaya. Komponen ini meliputi: Penguatan penyuluhan untuk menunjang produksi perikanan budidaya; Peningkatan kelaikan memperoleh kredit bagi OPI; Penyediaan BIP kepada pembudidaya ikan yang miskin; Penyiapan sarana pasca panen; Pelatihan kepada pembudidaya mengenai pasca panen; Pemantauan rutin mutu air dan pengendalian penyakit ikan; Pembangunan laboratorium mutu air dan penyakt ikan; Penelitian terapan budidaya ikan dan kajian-kajian. 3) Penguatan Kelembagaan dan Pengelolaan Proyek Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) selaku Project Management Office (PMO), Dinas Kelautan dan Perikanan (KP) Kabupaten selaku Project Implementation Units (PIU), Organisasi Pembudidaya Ikan (OPI), dan pihak swasta. Komponen ini meliputi: Pelatihan staf teknis DJPB, Dinas KP Kabupaten, dan instansi pemerintah terkait; dan Perbaikan atau pembangunan balai teknis budidaya ikan. Merujuk pada Pedoman Pemberian BIP kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), berikut tujuan, sasaran, serta kriteria dan persyaratan pemilihan calon lokasi dan calon penerima BIP proyek Safver: 1) Tujuan Tujuan kegiatan pemberian BIP kepada masyarakat penerima manfaat yaitu untuk membantu pengembangan usaha secara berkelanjutan,
17
peningkatan produktivitas dan produksi ikan, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. 2) Sasaran Sasaran pemberian BIP diarahkan kepada 14.000 rumah tangga perikanan budidaya di lima lokasi proyek Safver. BIP yang akan diberikan kepada Kelompok Penerima Manfaat (Pokmaman) dalam proyek Safver adalah sekitar US $ 12,9 juta selama lima tahun. Namun dana bantuan tersebut sebagian digunakan untuk pekerjaan sipil rehab sarana dan prasarana/wadah budidaya, serta dempond sekitar 40% dan yang dipakai untuk pengadaan input produksi sekitar 60% yaitu sebesar US $ 7,74 juta. 3) Kriteria Pemilihan Calon Lokasi Dalam menentukan lokasi pemberian bantuan agar dipilih daerah yang mempunyai potensi sumber daya lahan dan perairan untuk pengembangan usaha budidaya ikan; Lokasi merupakan sentra atau kawasan budidaya ikan yang sedang berkembang dan aksesbilitasnya cukup baik; Lokasi dipilih beberapa yang tidak bermasalah dan tidak rawan/rentan bencana alam serta lingkungannya baik; Masyarakat di lokasi yang akan dipilih sebagian besar tergolong miskin dan mendukung pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Proyek Safver. Persyaratan Calon Lokasi Lokasi pemberian bantuan adalah desa atau gabungan beberapa desa dalam suatu kecamatan di kabupaten lokasi proyek Safver. Dalam satu kabupaten dapat dipilih beberapa kecamatan dan desa yang layak untuk dijadikan lokasi binaan dan pemberian bantuan; Lokasi mempunyai batas-batas administrasi pemerintahan yang jelas untuk pemetaan penyaluran bantuan dari proyek Safver; Lokasi mempunyai penduduk yang bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan dan sebagian besar tergolong miskin. Lokasi mempunyai kelayakan teknis dan ekonomi untuk dikembangkan usaha budidaya, sehingga dimungkinkan mitra usaha atau pelaku lain tertarik berinvestasi di daerah tersebut. 4) Kriteria Calon Penerima Pembudidaya tergolong miskin dengan pendapatan Rp2.500.000,00 s.d. Rp3.300.000,00 per kapita per tahun atau yang kondisi sosial ekonominya termasuk rendah diantara komunitas masyarakat di lokasi tersebut; Mempunyai unit usaha budidaya sendiri atau sebagai penggarap milik orang lain; Tergabung dalam Kelompok Penerima Manfaat (Pokmaman) yang jumlahnya 10 s.d. 30 orang per kelompok dan menjadi binaan proyek Safver; Usaha yang dijalankan mempunyai prospek untuk dikembangkan, namun tidak mempunyai modal usaha dan sarana produksi yang tidak mencukupi;
18
Perilaku pembudidaya cukup baik dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam mendukung kelancaran kegiatan proyek Safver. Persyaratan Calon Penerima WNI dan penduduk setempat yang berdomisili di lokasi proyek Safver; Dewasa (umur 18-60 tahun) dan mempunyai identitas yang jelas seperti KTP atau surat keterangan domisili dari Kepala Desa; Sehat jasmani dan rohani; Bermata pencaharian utama sebagai pembudidaya ikan dan tergolong tidak mampu atau miskin dengan ciri-ciri kepemilikan lahan sempit, pendapatannya rendah, rumah terbuat dari bambu/papam kayu atau semi permanen, kepemilikan perabotan rumah tangga sangat sederhana, akses kesehatan rendah, pendidikan sangat kurang dan mobilitasnya rendah; Untuk pembudidaya penggarap, bagi hasil keuntungan adalah 70% penggarap dan 30% pemilik lahan tambak/kolam/sawah; Bersedia memanfaatkan bantuan dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan usaha budidaya ikan dan mempunyai komitmen untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya Bersedia mentaati ketentuan, pedoman, juklak, dan juknis Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) serta perjanjian secara tertulis yang harus ditandatangani antara proyek dengan pembudidaya ikan penerima manfaat; Mengikuti pelatihan dan pendampingan oleh proyek Safver; Bila menyalahgunakan BIP, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. 5) Mekanisme pemberian bantuan Proses pemberdayaan melalui pemberian BIP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a) Sosialisasi Sebelum kegiatan pemberdayaan dijalankan, terlebih dulu dilakukan sosialisasi mengenai tujuan kegiatan dan manfaat BIP. Dalam proses sosialisasi, diserap permasalahan yang dihadapi masyarakat dan usulan yang diperlukan dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan pembudidaya ikan. b) Identifikasi, seleksi, dan verifikasi calon lokasi dan calon penerima Kegiatan identifikasi calon lokasi atau calon penerima dilakukan oleh PIU dibantu Penyuluh Perikanan Berbasis Masyarakat (PPBM) bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dalam proses identifikasi akan diketahui wilayah, alamat, kepemilikan unit usaha, luas lahan budidaya, nama dan target kelompok, sehingga dihasilkan daftar lokasi dan pembudidaya ikan yang memenuhi kriteria, persyaratan, dan direncanakan akan dibantu. Daftar Calon lokasi atau calon penerima hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan seleksi dan verifikasi oleh tim daerah yang dibentuk oleh PIU bersama tim pusat yang dibentuk oleh PMO, melalui pengecekan administrasi dan kondisi di lapangan, untuk selanjutnya diusulkan ke Direktur Proyek Safver untuk ditetapkan sebagai pembudidaya ikan penerima BIP dari proyek Safver.
19
c) Penyusunan RDKK Untuk mengetahui dan memperkirakan jenis serta jumlah BIP yang akan diberikan, maka anggota kelompok pembudidaya ikan calon penerima bantuan difasilitasi untuk menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sebagai usulan jenis dan jumlah kebutuhan input produksi dari Pokmaman. RDKK merupakan dasar bagi PIU untuk memberikan BIP yang sesuai dengan kebutuhan dan sasaran kelompok penerima. d) Pelatihan Pelatihan bagi pembudidaya ikan calon penerima bantuan input produksi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja dibidang manajemen usaha, teknik budidaya, Cara Berbudidaya Ikan yang Baik (CBIB), penanganan hasil panen, pemasaran, budaya kerja, dan dinamika kelompok. Melalui pelatihan ini diharapkan bantuan yang diberikan akan digunakan dengan untuk meningkatkan usaha dan produksi agar pendapatannya meningkat. Materi pelatihan yang diberikan agar disesuaikan dengan jenis usaha dan bantuan yang diterima dari proyek Safver. e) Pengadaan BIP Pengadaan BIP dilakukan oleh PIU melalui Panitia Pengadaan dengan cara sistem pengadaan ”shopping”, yaitu pembelian barang atau input produksi dengan menggunakan metode pemilihan langsung dari penawaran terendah dengan kualitas sesuai spesifikasi yang disyaratkan dari minimal 3 rekanan perusahaan sebagai pembanding. Proses pengadaan BIP ini agar dilaksanakan transparan, tidak KKN, mengutamakan produk dalam negeri dan tepat waktu dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. f) Penyaluran BIP Tahapan berikutnya adalah penyaluran Bantuan Input Produksi dengan rincian sebagaimana terdapat pada Lampiran 2. Penyaluran Bantuan Input Produksi dilakukan oleh PIU kepada Pokmaman untuk diberikan kepada masing-masing anggotanya yang sudah ditetapkan dan dilatih terlebih dahulu. Pelaksanaan penyaluran dan pemanfaatan Bantuan Input Produksi kepada pembudidaya ikan dimonitor oleh PPBM dan diawasi secara ketat oleh LSM dan tim supervisi dari PIU dan PMO. g) Pembinaan Pembinaan teknis dan manajemen usaha budidaya ikan kepada Pokmaman dilakukan secara berkala, intensif dan berkelanjutan. Pembinaan dilakukan oleh PPBM untuk memberikan arahan, motivasi, konsultasi, fasilitasi, dan solusi bila pembudidaya mengalami kendala atau permasalahan. Bila dijumpai permasalahan yang mendesak untuk diselesaikan, agar dilakukan rapat antar pengurus dan anggota Pokmaman, bersama PPBM, LSM, dan PIU untuk mengatasi dan mencari solusi terbaik.
20
h) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan melalui pencatatan setiap aktivitas dan transaksi budidaya ikan bagi pembudidaya dengan buku kemajuan usaha. Disamping itu dilakukan kunjungan lapangan ke tempat usaha Pokmaman secara periodik dan teratur serta secara sampling melakukan pengecekan langsung di lokasi tambak. Hasil monitoring tersebut dikumpulkan, sehingga bila terjadi masalah dapat ditangani secara cepat dan tepat oleh petugas. Selanjutnya, hasil evaluasi berdasarkan data mengenai kemajuan dan hasil kegiatan, dibahas dan dianalisa untuk perbaikan dan langkah penyempurnaan pelaksanaan kegiatan proyek Safver kedepan.
21
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua kecamatan pesisir pada Kabupaten Karawang yang telah menerima bantuan program pemberdayaan masyarakat, yaitu: Kecamatan Tirtajaya dan Kecamatan Cilamaya Wetan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu pada bulan April s.d. Juli 2013. Survei pendahuluan dilaksanakan pada bulan April, pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei, dan pada bulan Juni hingga Juli untuk pengolahan data dan analisis data.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
22
Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode survai, yaitu mengadakan penyelidikan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala yang ada dihubungkan dengan kondisi faktual dari daerah dimana lokasi penelitian itu berada (Nazir, 2003). Metode survai juga bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dirancang dan dipersiapkan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 1995). Obyek penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling). Dalam penelitian ini, responden yang diambil sebagai sampel penelitian yaitu 100 orang pembudidaya bandeng penerima bantuan program pemberdayaan masyarakat yang berada di Kecamatan Tirtajaya dan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif, serta data primer dan data sekunder. Data kualitatif adalah data yang berupa pendapat (pernyataan) atau judgement sehingga tidak berupa angka akan tetapi berupa kata-kata atau kalimat (Effendy, 2010). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan terkait pelaksanaan program pemberdayaan dan untuk perumusaan strategi perbaikan yang akan disarankan. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan serta mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan terhadap pencapaian tujuan program pemberdayaan. Data primer untuk indikator ekologi, khususnya kualitas air diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan, dan untuk indikator ekonomi serta sosial diperoleh dari hasil wawancara langsung di lapangan dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Beberapa variabel fisika dan kimia dalam kualitas air yang dipilih untuk diukur dalam penelitian ini, meliputi: suhu, oksigen terlarut (Disolved Oxygen/DO), salinitas, derajat keasaman (pH), dan amoniak (ammonia/NH4), sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Pengukuran suhu, DO, salinitas, pH, dan NH4 tersebut dilakukan pada dua stasiun di dalam lahan tambak milik pembudidaya penerima bantuan terpilih. Tabel 2. Parameter, peralatan dan tempat analisis Parameter Satuan Alat Suhu °C Termometer Hg DO mg/l DO meter Salinitas ‰ Salinometer pH pH meter NH4 mg/l Spectrofotometer
Tempat Insitu Insitu Insitu Insitu Lab
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari suatu instansi yang telah didokumentasikan dalam bentuk laporan, publikasi ilmiah dan/atau publikasi daerah. Data tersebut dikumpulkan dari instansi terkait, antara lain: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas Kehutanan,
23
dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang. Jenis dan sumber data penelitian terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis dan sumber data penelitian No 1
2
3
4
Tujuan Penelitian Gambaran kondisi umum wilayah penelitian
Uraian/Parameter
Jenis Sumber Data Sekunder BPS
Kondisi fisik (letak geografis, luas wilayah, batas-batas wilayah, jumlah wilayah administratif, curah hujan dan hari hujan) Kondisi Sosial (kependudukan, ketenagakerjaan) Mengidentifikasi Ketepatan penerima Primer kesesuaian bantuan, pelaksanaan Kesesuaian lokasi program dan budidaya, capaian tujuan Ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan Aktivitas pendampingan Mengidentifikasi Dalam dimensi ekologis: Primer pengaruh variabel Peningkatan kualitas pelaksanaan lingkungan terhadap tujuan Dalam dimensi ekonomi : program peningkatan produksi pemberdayaan: budidaya Dalam dimensi sosial: peningkatan kelembagaan kelompok Merumuskan Untuk capaian tujuan dalam Primer strategi dimensi: pemberdayaan Ekologis Ekonomi Sosial
Kuesioner, pengukuran in situ
Kuesioner
Focus Group Discusion (FGD)
Penentuan Jumlah Sampel Sampel ditentukan sebanyak 100 responden dari jumlah anggota kelompok pembudidaya bandeng penerima bantuan sebanyak 313 orang. Penentuan jumlah sampel ini telah memenuhi ukuran keterwakilan, dikarenakan mengacu pada rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90% atau taraf signifikansi 0,10, jumlah sampel yang dipersyaratkan adalah minimal 76 orang, sebagai berikut:
24
dibulatkan 76 Keterangan: n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah populasi e = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (= 0,1) Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis dengan memperhatikan tiga tujuan penelitian, yaitu: menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan, mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan sebagaimana disebutkan dalam pedoman program pemberdayaan terhadap capaian tujuan program pemberdayaan, dan merumuskan pengembangan strategi kedepan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif. Tahapan kegiatan dan analisis dalam penelitian ini mencakup: 1) penetapan variabel dan skala penilaian kesesuaian pelaksanaan, 2) penetapan variabel dan skala penilaian atas capaian tujuan, 3) penyusunan dan pendistribusian kuesioner, 4) rekapitulasi hasil kuesioner, 5) penilaian atas kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan program pemberdayaan, 6) pengidentifikasian pengaruh variabel pelaksanaan terhadap variabel capaian tujuan, dan 7) perumusan pengembangan strategi kedepan. Variabel dan Skala Penilaian Kesesuaian Pelaksanaan Dengan mendasarkan pada pedoman program pemberdayaan, berupa Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012), dan Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), kesesuaian pelaksanaan dinilai berdasarkan enam variabel pelaksanaan, meliputi: lama pengalaman pembudidaya, intensitas kejadian kekeringan, aksesbilitas/jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan benih, dan aktivitas pendampingan. a. Lama Pengalaman budidaya Berdasarkan hasil penelitian Max Planck Institute for Demographic Research Germany yang dilakukan oleh Skirbekk (2003), menunjukkan bahwa penurunan kemampuan kognitif pekerja yang lebih tua dapat menyebabkan rendahnya produktivitas, terkecuali pengalaman mereka lebih lama. Analisis dalam penelitian ini membagi pengalaman pembudidaya menjadi tiga kelompok. Semakin lama pengalaman budidaya penerima bantuan, semakin tinggi perolehan skornya, yaitu: kelompok dengan pengalaman kurang dari 2 tahun dengan skor 1, kelompok dengan pengalaman antara 2 s.d. 4 tahun dengan skor 2, dan kelompok dengan pengalaman lebih dari 4 tahun dengan skor 3. b. Intensitas kejadian kekeringan Faktor yang perlu dihindari dalam pemilihan lokasi budidaya bandeng adalah kejadian kekeringan. Keterhindaran kejadian kekeringan ini dipengaruhi oleh kecukupan sumber air, baik air tawar yang berasal dari muara, sungai, dan air hujan maupun air asin yang berasal dari laut. Selain dekat dengan sumber air, lokasi budidaya hendaknya juga tidak terletak di
25
c.
d.
e.
daerah dengan musim kemarau panjang. Hal ini dimaksudkan agar air tambak tidak mengalami peningkatan salinitas yang terlalu besar (Sudradjat et al., 2011). Walaupun bandeng mampu hidup pada kisaran salinitas tinggi, tetapi kestabilan salinitas perlu dijaga agar bandeng dapat tumbuh secara optimal. Dalam analisis penilaian yang dilakukan, semakin rendah intensitas kejadian kekeringan, maka akan semakin baik atau semakin tinggi perolehan skornya. Intensitas kejadian kekeringan dua kali/setahun memperoleh skor 1, intensitas kejadian kekeringan satu kali/setahun memperoleh skor 2, dan terhindar dari kejadian kekeringan dengan skor tertinggi atau skor tiga. Aksesbilitas/jarak pembelian benih Kriteria pemilihan calon lokasi penerima bantuan sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Pemberian Input Produksi Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009) adalah aksesbilitas lokasi yang cukup baik. Salah satu indikator yang dipilih dalam analisis ini adalah jarak untuk pembelian benih. Jika pembelian benih dilakukan di daerah lain yang jauh, terdapat risiko kematian benih yang semakin besar dan diperlukan proses adaptasi yang lebih lama untuk mempertahankan tingkat vitalitas benih, disamping harga benihnya menjadi lebih tinggi. Analisis ini membagi interval nilai atas jarak pembelian benih menjadi tiga kelompok, yaitu: jarak untuk pembelian benih lebih dari 20 km dengan skor 1, jarak antara 10 s.d. 20 km dengan skor 2, dan jarak kurang dari 10 km dengan skor 3. Ketepatan waktu penyaluran Penyaluran BLM/BIP dilaksanakan setelah semua dokumen administrasi penetapan kelompok terselesaikan. Pemanfaatannya digunakan bagi kegiatan budidaya dalam masa pemeliharaan yang telah direncanakan, yaitu paling lambat 30 hari setelah dana/sarana (termasuk benih) diterima oleh kelompok penerima bantuan (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2012). Pada umumnya, nener yang ditebar masih sangat peka terhadap perubahan lingkungan, oleh karenanya untuk mendapatkan hasil yang baik, penebaran nener harus dilakukan tepat waktu, yaitu dengan memperhatikan musim tanam (Sudradjat, 2011). Analisis dalam penelitian ini membagi interval penilaian dari indikator ketepatan waktu penyaluran menjadi dua, yaitu skor 1 untuk waktu penyaluran benih bantuan tidak sesuai musim tanam, dan skor 3 untuk waktu penyaluran benih bantuan sesuai musim tanam, yang berdasarkan kebiasaan pembudidaya di pesisir Kabupaten Karawang adalah pada bulan September hingga bulan Oktober. Kecukupan jumlah bantuan benih Selain ketepatan waktu, jumlah benih yang ditebar juga merupakan kunci awal keberhasilan budidaya. Dalam proses penebaran diperlukan ketepatan jumlah dengan memperhatikan kapasitas maksimal dari luas tambak yang digunakan. Dengan demikian, daya dukung tambak mampu menampung semua benih yang ditebar sampai saatnya panen (Sudradjat, 2011). Teknologi budidaya bandeng yang dilakukan oleh seluruh pembudidaya penerima bantuan masih merupakan teknologi budidaya tradisional plus, yaitu teknik budidaya dengan padat tebar yang rendah, yaitu sekitar 6.000 ekor/ha atau 0,6/m2, dengan pakan mengandalkan kelekap (pakan alami).
26
Penilaian kecukupan jumlah bantuan benih, dilakukan dengan membandingkan jumlah benih bantuan yang diberikan dengan jumlah benih yang biasa ditebar pembudidaya pada musim tanam sebelum menerima bantuan. Diharapkan jumlah bantuan benih yang diberikan oleh program melebihi jumlah benih yang ditebar pembudidaya, sehingga terjadi peningkatan kemampuan usaha dari pembudidaya. Semakin besar prosentase perbandingannya, maka skor yang didapatkan akan semakin tinggi. Skor 1 untuk jumlah benih bantuan yang menurun (<90%) jika dibandingkan dengan jumlah benih yang biasa ditebar pembudidaya sebelumnya, skor 2 untuk jumlah benih bantuan yang sama/tetap dengan jumlah benih yang biasa ditebar, dan skor 3 bila jumlah benih yang diterima oleh pembudidaya meningkat dibandingkan dengan jumlah benih yang biasa ditebar sebelumnya. f. Aktivitas pendampingan Pendampingan terhadap kelompok penerima bantuan merupakan kegiatan yang penting dan menentukan keberhasilan program pemberdayaan. Dengan adanya pendampingan, maka kemampuan dan ketrampilan pembudidaya dapat meningkat, wawasan manajemennya berkembang, pola kerjanya lebih efisien, serta usahanya lebih produktif dan keuntungan diharapkan dapat lebih meningkat. Oleh karena itu kelompok penerima bantuan perlu didampingi Tenaga Pendamping dan Pembina Teknis untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan dibidang budidaya ikan serta sikap perilaku yang baik agar usahanya bisa berkembang, maju dan mandiri (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2012). Proses pendampingan yang telah dilakukan oleh tenaga pendamping mencakup tiga kegiatan pendampingan, yaitu: pendampingan pembuatan proposal, pelatihan teknis budidaya, dan pembinaan manajemen usaha. Variabel dan Skala Penilaian Atas Capaian Tujuan Penilaian atas capaian tujuan juga didasarkan atas tujuan program pemberdayaan sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012) maupun Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), yaitu adanya peningkatan dalam tiga dimensi, yaitu ekonomi, sosial dan ekologi. Variabel capaian tujuan dalam dimensi ekologi berupa peningkatan kualitas lingkungan, dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, dan dalam dimensi sosial berupa penguatan kelembagaan kelompok. a. Peningkatan kualitas lingkungan Penilaian atas indikator kualitas lingkungan didasarkan atas pengakuan pemerintah terhadap penerapan cara budidaya ikan yang baik oleh unit usaha pembudidaya, melalui pemberian sertifikat Cara Berbudidaya Ikan yang Baik (KKPd, 2007). Dalam kebijakan tersebut, penerapan Cara Berbudidaya Ikan yang Baik diantaranya mencakup: 1) pembangunan tambak pada lokasi yang terhindar dari kemungkinan terjadinya pencemaran, jauh dari permukiman, industri, serta lahan
27
pertanian dan peternakan, 2) kualitas air sumber sesuai dengan peruntukannya, tidak mengandung residu logam berat, pestisida, organisme patogen, cemaran dan bahan kimia lainnya, 3) saluran pasok dan saluran buang dibuat terpisah, tidak melalui daerah pemukiman, daerah industri, serta lahan pertanian dan peternakan, 4) keberadaan fasilitas MCK, toilet dan septic tank yang terletak minimal 10 meter dari petak pemeliharaan dan saluran, 5) tidak menggunakan pupuk, probiotik, pestisida, desinfektan, dan bahan kimia yang terlarang, 6) bebas hama/patogen dan binatang peliharaan serta melakukan tindakan isolasi terhadap ikan yang terserang penyakit, 7) penggunaan pakan ikan tidak mengandung zat beracun, bahan pencemaran yang berbahaya bagi kesehatan ikan dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan produksi, atau menyebabkan pencemaran/kerusakan lingkungan. b. Peningkatan produksi budidaya Peluang peningkatan produksi budidaya masih memiliki prospek yang sangat tinggi. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diperlukan upaya percepatan pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan empat pilar kebijakan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), pro growth (pertumbuhan), dan pro environment (pemulihan dan pelestarian lingkungan). Program pemberdayaan masyarakat pesisir pada pembudidaya bandeng merupakan program pemerintah yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi budidaya, yang secara signifikan juga akan berdampak pada peningkatan pendapatan pembudidaya. Analisis ini mengukur capaian tujuan peningkatan produksi dengan membandingkan rata-rata produksi pada 2 s.d. 4 siklus tanam setelah pelaksanaan program dengan produksi sebelum pelaksanaan program. Skor 1 diberikan bila prosentase jumlah produksi budidaya setelah pelaksanaan program menurun atau kurang dari 90% jika dibandingkan jumlah produksi sebelum pelaksanaan program, skor 2 diberikan bila prosentase terhadap jumlah produksi sebelum pelaksanaan program adalah tetap (90%-110%), dan skor 3 diberikan bila prosentase jumlah produksi budidaya setelah pelaksanaan program meningkat atau lebih dari 110% jika dibandingkan jumlah produksi sebelum pelaksanaan program. c. Penguatan kelembagaan kelompok Saat ini, kelembagaan kelompok perikanan masih dikelola dengan manajemen yang kurang baik, sulit mengakses informasi, teknologi dan permodalan, serta belum terintegrasi dengan baik. Program pemberdayaan diharapkan memberikan fasilitasi dan pemberdayaan terhadap kelembagaan kelompok sehingga kelompok perikanan dapat menjadi sebuah organisasi yang kuat dan mandiri serta mampu mencapai tujuan yang diharapkan anggotanya. Penilaian atas indikator capaian tujuan dalam dimensi sosial didasarkan atas penilaian pemerintah terhadap kelas kelompok yang diklasifikasikan kedalam tiga kelas, meliputi: kelas pemula (skor penilaian 0 s.d. 350), kelas madya (skor 351 s.d. 650), dan kelas utama (skor penilaian 651 s.d. 1.000), dengan memperhatikan pada penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerjasama, dan akses informasi pasar, sebagaimana
28
diatur dalam pedoman umum penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku utama perikanan (KKPc, 2012). Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan secara berkala melakukan penilaian terhadap kelembagaan kelompok tersebut dengan menggunakan kriteria penilaian sebagaimana terdapat dalam Lampiran 3. Penguatan kelembagaan kelompok merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan kelompok, sehingga kelas kelompok pelaku utama perikanan dapat meningkat dari kelas pemula, sebagai kelas kelompok terendah dan terbawah menjadi kelas madya atau kelas utama. Skor 1 diberikan bila terdapat penurunan kelas kelompok, skor 2 bila kelas kelompok sebelum dan sesudah pelaksanaan program adalah tetap, dan skor 3 bila terdapat peningkatan kelas kelompok setelah pelaksanaan program jika dibandingkan kelas kelompok sebelum pelaksanaan program. Skala penilaian dari indikator pelaksanaan dan capaian tujuan sebagaimana diatas, dirumuskan sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Variabel dan skala penilaian yang digunakan Tahapan Persyaratan
Indikator Variabel
Kode
Skala Penilaian Interval
Ketepatan penerima bantuan
Variabel Pelaksanaan Program Lama X1 < 2 tahun pengalaman 2-4 tahun pembudidaya > 4 tahun
Kesesuaian lokasi budidaya
Kejadian kekeringan/tahun
X2
Aksesbilitas/ jarak pembelian benih
X3
Ketepatan waktu penyaluran Kecukupan jumlah bantuan benih
X4
Aktivitas pendampingan
X6
Ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan
Aktivitas pendampingan
Pencapaian tujuan dalam dimensi ekologis
X5
Skor
1 2 3
2 kali 1 kali 0 kali (terhindar kekeringan) >20 km 10-20 km < 10 km
1 2 3 1 2 3
Tidak sesuai musim tanam * Sesuai musim tanam dibandingkan jumlah benih yang biasa ditebar: < 90% 90-110% >110%
1 3
Mencakup 1 diantara 3 kegiatan pendampingan** Mencakup 2 diantara 3 kegiatan Mencakup keseluruhan 3 kegiatan
1
Variabel Pencapaian Tujuan Peningkatan Y1 Pembandingan jumlah pembudidaya kualitas yang memiliki sertifikat CBIB lingkungan*** sebelum dan sesudah pelaksanaan program: Menurun Tetap Meningkat
1 2 3
2 3
1 2 3
29
Pencapaian tujuan dalam dimensi ekonomi
Peningkatan produksi budidaya****
Y2
Pencapaian tujuan dalam dimensi sosial
Peningkatan kelembagaan kelompok *****
Y3
Prosentase terhadap jumlah produksi sebelum pelaksanaan program: Menurun (< 90%) Tetap (90%-110%) Meningkat (>110% ) Pembandingan kelas kelompok sebelum dan sesudah pelaksanaan program: Menurun Tetap Meningkat
1 2 3
1 2 3
Keterangan: * Musim tanam bandeng berdasarkan kebiasaan pembudidaya adalah bulan September-Oktober ** Cakupan 3 kegiatan pendampingan: 1) Pendampingan pembuatan proposal, 2) Pelatihan teknis budidaya, 3) pembinaan manajemen usaha. *** Didasarkan atas perolehan sertifikat Cara Berbudidaya Ikan yang baik (CBIB) dari KKP. **** Dihitung dari rata-rata produksi per siklus tanam pada 2 – 4 siklus setelah pelaksanaan program. ***** Didasarkan atas pengakuan pemerintah terhadap kemampuan kelompok (kelas pemula, madya, atau utama). Kuesioner Penelitian Guna memperoleh informasi mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang, disusun kuesioner penelitian sebagaimana terlampir pada Lampiran 4. Kuesioner didistribusikan kepada 100 responden pembudidaya bandeng penerima program pemberdayaan (meliputi program PUMP-PB dan Safver) yang berada di Kecamatan Tirtajaya dan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, sebagaimana pada Tabel 5. Tabel 5. Anggota kelompok penerima bantuan dan responden kuesioner Program
PUMP-PB TA 2012
Lokasi Σ kelompok Penelitian penerima (Kecamatan) bantuan Tirtajaya
2
Cilamaya Wetan
1
Safver TA 2011
Tirtajaya
6
Safver TA 2012
Tirtajaya
10
Nama Kelompok
1. Mina Sari 2. Tambak Sejahtera 1. Samudera Timbul Jaya Sub total 1 1. Wana Sari 1 2. Wana Sari 2 3. Wana Jaya 1 4. Wana Lestari 1 5. Wana Lestari 2 6. Wana Lestari 3 Sub total 2 1. Mina Lestari 2. Mina Warsa
Σ anggota klpk
Responden kuesioner
10 10 10
8 4 6
30 25 19 13 19 22 15 113 18 8
18 2 1 1 5 5 3 17 1 1
30
3. Minahasa Jaya 4. Minajaya Subur 5. Windu mandiri 6. Windu jaya 7. Nener jaya 8. Nener mandiri 9. Mina Tirta 10. Mina Bakti Sub total 3 Total
4 9 15 23 22 20 24 27 170 313
Identitas responden kuesioner dan rekapitulasi hasil kuesioner secara lengkap ditampilkan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Penilaian atas Kesesuaian Pelaksanaan dan Capaian Tujuan Dengan menyertakan pengaruh skala penilaian, analisis ini menghasilkan Indeks Pelaksanaan Program yang menunjukkan tingkat kesesuaian pelaksanaan program, dan Indeks Pencapaian Tujuan yang menunjukkan capaian tujuan program pemberdayaan. Nilai Indeks merupakan rata-rata (mean) dari keseluruhan capaian indikator, atau dihitung berdasarkan rumus:
Indeks dengan selang nilai 1-3 terbagi atas lima kategori, sebagaimana pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai dan kategori untuk capaian variabel dan indeks Nilai Variabel / Indeks Kategori Warna Variabel Indeks 1,00 s.d. < 1,40 Sangat Buruk 1,40 s.d. < 1,80 Buruk 1,80 s.d. < 2,20 Cukup 2,20 s.d. < 2,60 Baik 2,60 s.d. 3,00 Sangat Baik Pengaruh Variabel Pelaksanaan Terhadap Capaian Tujuan a. Terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologis berupa peningkatan kualitas lingkungan (Y1) Analisis ini mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan program pemberdayaan yang meliputi: lama pengalaman pembudidaya (X1), kejadian kekeringan (X2), ketepatan waktu penyaluran (X3), kecukupan jumlah bantuan (X4), aktivitas pendampingan (X5), dan periode kunjungan (X6) terhadap variabel peningkatan kualitas lingkungan yang didasarkan atas pengakuan pemerintah terhadap penerapan cara budidaya ikan yang baik oleh unit usaha pembudidaya (Y1). Variabel X dalam analisis ini berbentuk data dikotomi, yaitu terdapat peningkatan jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB dan tidak terdapat peningkatan jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB.
0 5 9 5 8 3 15 18 65 100
31
b. Terhadap tujuan dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya (Y2) Analisis ini mengidentifikasi pengaruh enam variabel pelaksanaan program pemberdayaan yang meliputi: lama pengalaman pembudidaya (X1), kejadian kekeringan (X2), aksesbilitas/jarak pembelian benih (X3), ketepatan waktu penyaluran (X4), kecukupan jumlah bantuan (X5), dan aktivitas pendampingan (X6) terhadap variabel peningkatan produksi budidaya (Y2) yang merupakan indikator capaian tujuan dalam dimensi ekonomi. Data variabel X1, X2, X3, X5, dan X6 berbentuk skala rasio, sedangkan variabel X4 merupakan variabel dummy, dengan data berbentuk skala nominal, yaitu: 1 untuk waktu penyaluran sesuai musim tanam (bulan September s.d. Oktober) dan 0 untuk waktu penyaluran tidak sesuai musim tanam (selain bulan September dan Oktober), sebagaimana terdapat pada Lampiran 7. Selanjutnya, variabel Y2 dalam analisis ini berbentuk skala rasio, sehingga statistik parametrik analisis regresi linear berganda (multiple regression) merupakan teknik analisis yang tepat digunakan (Latan dan Temalagi, 2013), setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi regresi linear berupa uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas untuk menghindari munculnya bias dan kesalahan spesifikasi model regresi yang digunakan (Gujarati and Poter, 2010). Rumus yang digunakan dalam pengujian asumsi dan analisis regresi linear berganda, sebagaimana terdapat pada Lampiran 8. 1) Pengujian asumsi: Asumsi Normalitas Normalitas data diketahui melalui sebaran regresi yang merata di setiap nilai. Metode yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah metode Kolmogorov Smirnov (KS). Dalam metode KS, penerimaan H0 mengindikasikan bahwa data yang dianalisis tersebar normal. Nilai KS yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan KS tabel. Jika: nilai KS hitung < KS Tabel atau P value > 5% maka data regresi mengikuti sebaran normal. Sebaliknya jika nilai KS hitung atau P value < 5%, maka data regresi tidak mengikuti sebaran normal. Normalitas data juga dapat dinilai dari Grafik normal probability plot, jika titik-titik menyebar berhimpit dan searah mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal secara multivariat. Asumsi multikolinieritas Kolinier ganda (multikolinearitas) merupakan hubungan linear yang sama kuat antara variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi berganda. Adanya kolinier berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil (Chaterjee, 1977). Jolite (1986) menyebutkan bahwa adanya kolinear ganda dalam model akan mengakibatkan: penduga koefisien regresi menjadi tidak nyata walaupun nilai koefisien determinasi tinggi, nilai-nilai dengan koefisien regresi menjadi sangat sensitif terhadap
32
perubahan data, dan dengan metode kuadrat terkecil, penduga koefisien regresi mempunyai simpangan baku yang sangat besar. Uji Multikolieritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi ganda (multikolinearitas) atau hubungan linear yang sama kuat antar variabel-variabel independen dalam persamaan regresi berganda. Nilai yang direkomendasikan untuk menunjukkan tidak adanya problem multikolonieritas adalah nilai Tolerance harus lebih besar dari 0,10 dan nilai Varian Inflation Factors (VIF) yang lebih kecil dari 10 (Hair et al., 2010). Asumsi Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketdaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki varian residual data dalam satuan yang sama (homokedastisitas) atau tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan tinggi. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan cara melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Priyatno, 2013). 2) Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda pada dasarnya merupakan suatu studi untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Hasil dari analisis regresi berupa koefisien signifikansi untuk masing-masing variabel independen yang menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis nol, dengan bentuk model hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut: Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + ß6X6 + e Keterangan: Y = variabel terikat X = variabel bebas ß0 = intersep ß1, 2, 3 = slope e = error term (residual) Terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam analisa regresi, yaitu signifkansi uji F (ANOVA atau Analysis of Variance), signifikansi uji t dan koefisien determinasi (R-Squares) Uji F Dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (Xi) secara bersamaan (simultan) terhadap variabel terikat (Y). Pengujian ini dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut: H0 : ß1 = ß2 = ß3 = ß4 = ß5 = ß6 = 0 (Semua variabel Xi tidak memengaruhi Y) H1 : ß1 ≠ 0 (Sekurangnya terdapat satu Xi yang memengaruhi Y)
33
Suatu variabel X akan memengaruhi Y secara bersama-sama, jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji F P lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel Y.
Uji t Uji t bertujuan untuk mengetahui secara individual pengaruh satu variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Pengujian ini dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut: H0 : ßi = 0 (variabel Xi tidak memengaruhi Y) H1 : ßi ≠ 0 (variabel Xi memengaruhi Y) Suatu variabel X mempunyai pengaruh terhadap Y atau terjadi penolakan terhadap H0, jika nilai thitung lebih besar dari ttabel, atau nilai probabilitas hitung lebih kecil dari α (α=5%). Sedangkan kebalikannya variabel X tidak mempunyai pengaruh terhadap Y, jika nilai thitung lebih kecil dari ttabel atau nilai probabilitas hitung lebih besar dari α (α=5%). thitung > ttabel atau P value < α, maka H0 ditolak thitung < ttabel atau P value > α, maka H0 diterima
Koefisien determinasi Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel bebas (X) dalam menjelaskan keragaman variabel terikat (Y). Model Persamaan Analisis regresi menghasilkan model hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan bentuk umum model sebagai berikut: Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + ß6X6 + e Keterangan: Y = variabel terikat X = variabel bebas ß0 = intersep ß1, 2, 3 = slope e = error term (residual) c. Terhadap capaian tujuan dalam dimensi sosial berupa peningkatan kelembagaan kelompok Dalam analisis ini juga diidentifikasi pengaruh enam variabel pelaksanaan program pemberdayaan yang akan diidentifikasi meliputi: lama pengalaman pembudidaya (X1), kejadian kekeringan (X2), aksesbilitas/jarak pembelian benih (X3), ketepatan waktu penyaluran (X4), kecukupan jumlah bantuan (X5), dan aktivitas pendampingan (X6) terhadap variabel capaian tujuan dalam dimensi sosial berupa peningkatan kelembagaan kelompok (Y3). Data variabel X1, X2, X3, X5, dan X6 berbentuk skala rasio, sedangkan variabel X4 merupakan variabel dummy, dengan data berbentuk skala nominal yaitu: 1 untuk waktu penyaluran sesuai musim tanam (bulan September s.d. Oktober) dan 0 untuk waktu penyaluran tidak sesuai musim tanam (selain bulan September dan
34
Oktober), sebagaimana terdapat pada Lampiran 9. Selanjutnya, data dari variabel capaian tujuan dikelompokkan menjadi data dikotomi, yaitu terdapat peningkatan kelembagaan kelompok dan tidak terdapat peningkatan kelembagaan kelompok. Sesuai bentuk data dari variabel dependen tersebut, maka alat analisis yang tepat digunakan yaitu analisis regresi logistik (Agung, 2005), dengan sebelumnya dilakukan pengujian asumsi kebaikan model (test goodness of fit). Rumus yang digunakan dalam pengujian asumsi dan analisis regresi logistik, sebagaimana terdapat pada Lampiran 10. 1) Pengujian asumsi kebaikan model Pengujian asumsi kebaikan model dilakukan dengan menggunakan metode Pearson Chi Square (Iriawan dan Astuti, 2006). Nilai chi square hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel. Jika nilai hitung lebih besar dari tabel ( atau P value lebih kecil dari α (P< 0,05), maka model regresi yang dibuat tidak layak atau tidak mencukupi untuk membuat keputusan. Sebaliknya, jika nilai hitung lebih kecil dari tabel ( atau P value lebih besar dari α (P> 0,05), maka model regresi yang dibuat sudah layak atau mencukupi untuk membuat keputusan. 2) Analisis regresi logistik Bentuk umum dari model analisis regresi logistik adalah Y = Logit [ (χ)] = log = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + ß6X6 Keterangan: Y1 = peningkatan kelembagaan kelompok 1 = jika terdapat peningkatan kelembagaan kelompok 0 = jika tidak terdapat peningkatan kelembagaan kelompok X1, 2, 3, 4, 5, 6 = variabel bebas ß1, 2, 3, 4, 5, 6 = koefisien regresi logistik variabel X terhadap Y Dalam metode regresi logistik dua parameter stastistik yang harus diperhatikan, yaitu: Uji Wald Uji Wald digunakan untuk melihat variabel-variabel X yang mempengaruhi Y. Hipotesis uji Wald adalah: H0: ) H1:
)
Penolakan H0 terjadi jika nilai uji Wald hitung lebih besar dari Wald tabel, atau nilai Probability uji Wald hitung lebih kecil dari α (0,05). Sedangkan penerimaan H0 terjadi jika nilai uji wald hitung
35
lebih kecil dari Wald tabel, atau nilai probability uji Wald hitung lebih besar dari α (0,05%). Odds Ratio Nilai odds ratio digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai odds ratio merupakan asosiasi yang memperkirakan seberapa besar kecenderungan pengaruh variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Jika suatu variabel bebas memiliki koefisien regresi positif, maka nilai odds ratio nya akan lebih besar dari satu (>1). Sebaliknya, jika suatu variabel bebas memiliki koefisien regresi negatif, maka nilai odds ratio nya akan lebih kecil dari satu (<1) (Hosmer and Lomeshow, 1989). Interpretasi dari nilai odds ratio adalah sebagai berikut: a) Nilai odds ratio > 1 menunjukkan bahwa peluang terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok lebih besar dari tidak terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok. b) Nilai odds ratio = 1 menunjukkan bahwa peluang terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok sama dengan tidak terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok. c) Nilai odds ratio < 1 menunjukkan bahwa peluang terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok lebih kecil dari tidak terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok.
Strategi Perbaikan Berdasarkan atas hasil kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan serta pengidentifikasian pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan program pemberdayaan, dirumuskan strategi perbaikan bagi pelaksanaan dan keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat pesisir.
36
37
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian Kondisi Fisik Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara: 107°02’-107°40’ Bujur Timur dan 5°56’6°34’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Karawang adalah 1.753,27 km2, atau 3,73% luas provinsi Jawa Barat. Secara administratif terdiri dari 30 kecamatan, dengan jumlah desa/kelurahan seluruhnya sebanyak 309 desa, terdiri dari 297 desa dan 12 kelurahan (Bapeda dan BPS Kabupaten Karawang, 2012), sebagaimana pada Tabel 7. Tabel 7. Nama kecamatan dan jumlah desa/kel. di Kab. Karawang Nama Kecamatan Pangkalan Tegalwaru Ciampel Telukjambe Timur Telukjambe Barat Klari Cikampek Purwasari Tirtamulya Jatisari Banyusari Kotabaru Cilamaya Wetan Cilamaya Kulon Lemahabang Telagasari Karawang Timur Karawang Barat Majalaya Rawamerta Tempuran Kutawaluya Rengasdengklok Jayakerta Pedes Cilebar Cibuaya Tirtajaya Batujaya Pakisjaya Jumlah Sumber: Karawang dalam angka 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jumlah Desa/Kelurahan 8 9 7 9 10 13 10 8 10 14 12 9 12 12 11 14 8 8 7 13 14 12 9 8 12 10 11 11 10 8 309
Kabupaten Karawang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang Sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
38
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi Bentuk tanah di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang relatif rata dengan variasi antara 0-5 m diatas permukaan laut, hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0-1200 m permukan laut. Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas, yang terhampar di bagian utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m di atas permukaan laut. Sesuai dengan bentuk morfologinya, Kabupaten Karawang merupakan daerah dataran rendah dengan temperatur udara yang cukup panas, yaitu rata-rata 27°C, dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban nisbi 80%. Pada bulan Januari sampai dengan April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5-7 jam. Kabupaten Karawang dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di Laut Jawa. Sebagai pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi adalah Sungai Citarum, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar, yaitu : Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2011 mencapai 5.566 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 463,83 mm, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2010 yang mencapai 4.408 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 180 mm. Frekuensi hujan terbesar terjadi pada bulan Februari dan terkecil pada bulan Agustus. 1. Kecamatan Tirtajaya Kecamatan Tirtajaya sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang memiliki luas wilayah 101,12 km2 yang terbagi atas 11 desa. Desa yang memiliki lahan terluas adalah Desa Tambaksari dengan luas 38,89 km2 atau 34,5% dari luas wilayah kecamatan Tirtajaya. Sedangkan Desa Gempolkarya adalah desa yang luas wilayahnya terkecil yaitu 3,1 km2 atau 3,07% dari luas wilayah kecamatan. Secara geografis Kecamatan Tirtajaya terletak di bagian utara Kabupaten Karawang. Hampir seluruhnya berupa daerah datar dan berbatasan langsung dengan pantai utara (BPS Kabupaten Karawang, 2012 a). Kecamatan Tirtajaya mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Berbatasan langsung dengan Pantai Utara Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Cibuaya Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Jayakerta Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Batujaya
39
Iklim di Kecamatan Tirtajaya tidak berbeda jauh dengan daerah lain di wilayah Indonesia yang terletak di daerah tropis dimana hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sepanjang tahun 2011, curah hujan di Kecamatan Tirtajaya sekitar 460 mm3 dengan jumlah hari hujan sebanyak 31 hari. Bulan Desember merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi yaitu 110 mm 3 dengan 8 hari hujan, sebagaimana Tabel 8. Tabel 8. Curah dan hari hujan pada Kec. Tirtajaya Tahun 2011 Bulan (1) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Curah Hujan (mm) (2) 30 90 50 75 65 40 110
Hari Hujan (3) 3 3 5 2 4 6 8
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Tirtajaya Tahun 2012 Jumlah Desa di kecamatan Tirtajaya sebanyak 11 desa dan semuanya berstatus pedesaan. Berdasarkan satuan lingkungan terdiri dari 48 Dusun, 59 Rukun Warga (RW), dan 135 Rukun Tetangga (RT). 2. Kecamatan Cilamaya Wetan Kecamatan Cilamaya Wetan sebagai salah satu lokasi penelitian merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Karawang bagian utara dengan batas wilayah: Sebelah utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Banyusari Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Cilamaya Kulon Kecamatan Cilamaya Wetan memiliki luas wilayah sebesar 7.134 km2, yang terdiri dari 12 desa. Berdasarkan satuan lingkungan, terdiri dari 54 dusun, 101 RW dan 265 RT (BPS Kabupaten Karawang, 2012b). Desa Muara, merupakan desa pesisir yang memiliki luas wilayah terbesar di Kecamatan Cilamaya Wetan, yaitu 1.568 km 2. sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil, yaitu Desa Tegalsari, dengan luas hanya 205 km2. Sepanjang tahun 2011, curah hujan di Kecamatan Cilamaya Wetan adalah 249 mm atau rata-rata 20,75 mm/bulan. Jumlah hari hujan 25 hari atau rata-rata 2,08 hari/bulan, sebagaimana Tabel 9.
40
Tabel 9. Curah dan Hari Hujan Kec. Cilamaya Wetan Tahun 2011 Bulan (1) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata
Curah Hujan (mm) (2) 69 0 20 32 37 20 0 0 0 0 46 25 249 20,75
Hari Hujan (3) 6 0 2 2 3 1 0 0 0 0 7 4 25 2,08
Kondisi Sosial 1. Kependudukan Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Karawang pada tahun 2011 mencapai 591.898 Rumah Tangga dengan jumlah penduduk mencapai 2.187.861 jiwa (Bapeda dan BPS Kab Karawang, 2012). Penduduk lakilaki berjumlah 1.127.859 jiwa dan perempuan berjumlah 1.060.002 jiwa. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Karawang Barat yaitu sebesar 159.860 jiwa, hal ini disebabkan karena Kecamatan Karawang Barat sebagai pusat pemerintahan. Rasio jenis kelamin penduduk kabupaten Karawang adalah 106,40 yang artinya penduduk laki-laki lebih banyak dibanding dengan penduduk perempuan, dimana setiap 100 perempuan, terdapat 106,40 laki-laki di Kabupaten Karawang. Kepadatan penduduk menunjukkan persebaran penduduk di suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah penduduk dibagi luas wilayah. Dengan luas kabupaten Karawang seluas 1.753,27 km2 didapat kepadatan penduduk per km2 adalah sebesar 1.248 orang. 2. Ketenagakerjaan Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas dan terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Lebih lanjut angkatan kerja dibagi menjadi yang bekerja dan pencari kerja. Angkatan kerja adalah sebagian penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang diserap oleh pasar kerja digolongkan sebagai yang bekerja, sedangkan yang tidak atau belum terserap oleh pasar kerja tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan digolongkan sebagai pencari kerja.
41
Di Kabupaten Karawang, pada tahun 2011 jumlah pencari kerja terdaftar sebanyak 33.763 orang, dari sebelumnya pada tahun 2010 sebanyak 36.308 orang atau terjadi penurunan sebesar 7,01%. Dari jumlah pencari kerja yang terdaftar, tercatat sebanyak 22.324 orang (66,12%) yang sudah ditempatkan. Budidaya Pembesaran Ikan Bandeng Budidaya pembesaran ikan bandeng secara tradisional yang dilakukan oleh pembudidaya pada Kecamatan Tirtajaya dan Kecamatan Cilamaya Wetan, meliputi 4 kegiatan, yaitu kegiatan persiapan tambak (berupa: pengeringan, perbaikan saluran/pematang/pintu air, pengapuran, pemupukan, dan penumbuhan pakan alami), penebaran nener, pemeliharaan, dan pemanenan. Persiapan Tambak a. Pengeringan Tambak yang telah digunakan akan menurun kualitas fungsinya, dikarenakan adanya senyawa beracun (seperti sulfide) yang tertinggal dalam tambak akibat proses pembusukan kotoran selama dasar tambak terendam air, kejenuhan dasar tambak, dan tertinggalnya benih ikan liar atau hama yang dapat mengganggu usaha pemeliharaan bandeng. Pengeringan bermanfaat untuk meningkatkan kembali kualitas tambak dengan menguapkan senyawa beracun, membuat terjadinya proses mineralisasi tanah di dasar tambak, serta mematikan benih atau telur ikan liar dan hama yang kemungkinan menetas pada saat pemeliharaan bandeng berlangsung.
Gambar 4. Proses pengeringan menggunakan mesin pompa Proses pengeringan sebagaimana terlihat pada Gambar 4 dilakukan oleh pembudidaya bandeng di pesisir Karawang setelah panen musim tanam ke dua. Untuk mempercepat proses pengeringan, pembudidaya menggunakan mesin pompa. Proses pengeringan berlangsung selama 1-2 minggu (tergantung luasan tambak) hingga tanah dasar tambak retak-retak, namun tidak sampai kering sekali, melainkan jika diinjak masih amblas atau turun sekitar 1-2 cm. b. Perbaikan saluran Sebagian besar pembudidaya di lokasi penelitian tidak memiliki petak atau kolam reservoir yang berfungsi sebagai penampungan air payau sementara, sehingga sumber air payau yang masuk ke dalam tambak, langsung berasal dari pertemuan antara air tawar yang berasal dari hulu Sungai Citarum, dan air asin yang berasal dari hilir Pantai Utara Jawa. Seringkali hal ini menyebabkan pendangkalan saluran, karena adanya lumpur yang terbawa air kemudian mengendap di saluran air. Pendangkalan saluran juga terjadi karena pengaruh
42
air hujan, sehingga menyebabkan tanah dari permatang tambak turun ke saluran air. Oleh karenanya, setelah masa pemeliharaan selesai, pembudidaya bandeng dengan dibantu 1 sampai 20 tenaga kerja harian (tergantung luasan tambak) melakukan penggalian saluran air dan mengangkat lumpur ke pematang.
Gambar 5. Saluran air setelah dilakukan perbaikan c. Perbaikan pematang/tanggul Pematang tambak juga seringkali mengalami kerusakan, yaitu turunnya bagian depan pematang akibat erosi terkena air hujan, dan pematang berlubang atau bocor akibat gangguan hama (belut, kepiting, atau ular). Kerusakan tersebut mengakibatkan jumlah air dalam tambak tidak dapat dipertahankan sesuai keinginan, serta tidak mampu mencegah terjadinya banjir dan masuknya hama penganggu ke dalam tambak. Untuk mengatasi hal ini, pembudidaya melakukan servis pematang dengan menaikkan kembali bagian depan tanggul dan menutup bagian pematang yang bocor.
Gambar 6. Pematang tambak setelah dilakukan perbaikan d. Perbaikan pintu air (monik) Sebagai pintu air masuk sekaligus pintu air keluar, monik dipasang pada pematang tambak sebagaimana terlihat pada gambar 7. Pada tambak pembudidaya, penutup monik terbuat dari kayu yang berkualitas baik, sehingga dapat bertahan kurang lebih selama dua tahun, sebelum kayu tersebut menjadi lapuk akibat dimakan usia atau gangguan hama. Namun demikian, terutama pada bagian laha bambu yang dilapisi oleh waring hitam atau hijau sering terdapat kerusakan akibat gangguan hama. Perbaikan dilakukan dengan mengganti laha yang rusak, sehingga pintu air dapat berfungsi kembali, dengan demikian, tambak tidak kekurangan atau kelebihan air.
43
Monik dan laha
Gambar 7. Monik dan laha yang telah dilakukan perbaikan e. Perbaikan pelataran tambak Pelataran tambak berfungsi untuk mempertahankan air tambak sebagai media tumbuh pakan alami (klekap). Kebocoran akibat hama penganggu, ataupun penimbunan kotoran dari klekap yang mati dan kotoran ikan, akan menyebabkan pelataran tambak menurun fungsinya. Pada tambak pembudidaya, pelatarannya telah dilengkapi dengan saluran di sekeliling tambak (caren), sehingga kotoran akan menumpuk atau berkumpul di caren tersebut. Perbaikan pelataran tambak dilakukan pada bagian caren, yang dikenal dengan istilah “nyaer” atau “keduk teplok”, sebagaimana terlihat pada Gambar 8. yaitu menggali tanah dengan kedalaman 0,5 m dan lebar 2 – 3 m, mengikuti lingkaran caren hingga bertemu kembali dengan awal penggalian. Kegiatan keduk teplok ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan perbaikan saluran, pematang tambak, dan pintu air.
Gambar 8. Proses keduk teplok f. Pengapuran dasar tambak Tujuan dari pengapuran adalah untuk meningkatkan pH tanah atau mengembalikan keasaman tanah karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran sebagaimana terlihat pada Gambar 9. dapat mematikan bakteri dan jamur
44
pembawa penyakit, serta membuat dasar tambak mampu menumbuhkan pakan alami secara optimal.
Gambar 9. Pengapuran dasar tambak Terdapat banyak jenis kapur yang biasa digunakan pembudidaya, antara lain kapur pertanian (CaCO3), kalsium hidroksida Ca(OH)2, kalsium oksida (CaO) dan kapur cair. Namun demikian, dari beberapa jenis kapur tersebut, program pemberdayaan memberikan bantuan kapur pertanian karena dianggap mempunyai daya penetral yang tinggi. Kegiatan pengapuran dilakukan setelah kegiatan pengeringan selesai, dengan dosis 50 kg/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara menaburkan kapur pertanian secara merata ke seluruh pelataran tambak. g. Pemupukan dan penumbuhan pakan alami Melalui bantuan input produksi yang difasilitasi dalam program pemberdayaan, masing-masing pembudidaya menerima bantuan berupa 10 liter pupuk cair dan 100 kg pupuk anorganik. Pemupukan bertujuan untuk menyuburkan tanah sehingga pertumbuhan pakan alami bandeng berupa klekap, lumut dan plankton bisa lebih cepat. Musim kemarau merupakan saat yang paling baik dan cocok untuk menumbuhkan klekap sebagai makanan alami. Setelah perbaikan konstruksi tambak dilakukan, dilakukan proses pengeringan selama 1-2 minggu, hingga tanahnya retak-retak. Keberhasilan atau kegagalan dalam menumbuhkan klekap yang baik dan menahannya agar tetap menempel pada dasar tambak tergantung derajat kekeringannya. Pengeringan yang tidak seimbang atau pengeringan yang kurang sempurna akan menghasilkan klekap yang mudah lepas dari tanah dan akhirnya mengambang. Bilamana terjadi sebaliknya, terlalu lama pengeringannya sehingga lapisan permukaan tanah kekeringan, maka terjadi kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk pertumbuhan klekap (Rusmiyati, 2012.) Setelah dilakukan proses pengeringan dan perbaikan konstruksi tambak, kemudian tambak di isi air selama 3 hari. Penaburan pupuk urea/organik dilakukan setelahnya, dengan waktu untuk menumbuhkan pakan alami (klekap) kurang lebih selama 1 minggu. Penebaran Nener Penyaluran bantuan benih dilakukan pada bulan Juli s.d. Desember. Dengan luasan lahan pembudidaya yang beragam, yaitu antara 1 s.d 5 ha, program pemberdayaan memberikan bantuan benih dalam jumlah yang sama, yaitu 8.000 ekor nener dengan size 6-8cm untuk usaha budidaya monokultur bandeng, dan
45
untuk usaha budidaya polikultur sebanyak 6.030 ekor nener dan 20.000 ekor benur (benih udang) dengan size 15-20 ml. Sebagian besar nener bantuan didatangkan dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang berada di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya dan untuk benur ditangkan dari luar Kabupaten Karawang. Jauhnya jarak pengiriman dapat menyebabkan kematian benih ikan yang diangkut, sehingga penebaran nener dilakukan oleh pembudidaya dengan terlebih dahulu melakukan pemilihan benih sebagaimana terlihat pada Gambar 10. Selanjutnya, pembudidaya juga melakukan adaptasi (aklimatisasi) benih, dengan cara meletakkan dan mengapung-apungkan kantong plastik yang berisi nener pada permukaan air tambak kurang lebih 15-30 menit sebagai proses adaptasi suhu dan kemudian memasukkan air tambak ke dalamnya sedikit demi sedikit, untuk menyesuaikan nener dengan kualitas air lainnya, seperti suhu, salinitas, dan pH.
Gambar 10. Pemilihan Benih Pemeliharaan Setelah benih ditebar di tambak, langkah selanjutnya adalah pemeliharaan sampai panen. Tahap pemeliharaan ini meliputi pemberian pakan, pemupukan tambahan, pengendalian hama. a. Pemberian pakan Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivora, maka bandeng suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di tambak. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, program pemberdayaan Safver memberian bantuan berupa pakan buatan pabrik dengan kadar protein 20-30% sebanyak 430 kg. Pemberian pakan buatan bersifat suspensi pertumbuhan, bukan dimaksudkan untuk menggantikan pakan alami (klekap, lumut dan plankton), karena dalam budidaya bandeng secara tradisional, bandeng memang mengandalkan pakan alami sebagai pakan utamanya. Adapun pemberian pakan ikan bandeng dibedakan sesuai ukuran ikan, pada umur ikan satu bulan diberikan pakan dengan butiran halus dan selanjutnya pakan dengan butiran yang lebih besar, disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan buatan diberikan dengan frekuensi sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
46
b. Pemupukan tambahan Pemberian pupuk tambahan dengan menggunakan probiotik, dilakukan pada saat nener atau benur berumur 1-2 minggu. c. Pengendalian hama Hama bandeng sangat beragam. Ada hama yang bersifat penganggu, penyaing (kompetitor), dan pemangsa. Jenis hama penganggu misalnya kepiting, ketam, udang tanah, teritip, dan kerang-kerangan yang pada umumnya membuat kebocoran pematang tambak atau menempel di pintu air. Hama penyaing merupakan binatang yang bersaing dalam memanfaatkan semua hal yang dibutuhkan oleh bandeng, baik tempat maupun makanan, yaitu: ikan liar (gabus,mujair dan belanak), siput, ketam-ketaman serta udang kecil. Sedangkan hama pemangsa adalah binatang yang secara langsung memakan bandeng yang dipelihara, meliputi: ikan liar (payus, kakap, kerongkerong, keting, dan sembilang), kepiting, ular air,biawak dan musang air. Solusi pengendalian terhadap hama bandeng yang telah dilakukan pembudidaya, yaitu berupa: pemberian saponin pada awal persiapan tambak, melakukan penyaringan air pada saat pengisian kolam tambak untuk mencegah benih ikan predator masuk, memberikan penerangan di sekeliling tambak untuk mencegah musang air memasuki tambak, dan memburu atau menyemprotkan racun ular (potas) untuk membasmi ular air. Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan menggunakan jaring insang atau gill nett. Jaring dibentangkan melintang tambak, sambil ditarik ke arah satu sisi tambak (biasanya sisi lebar) sebagaimana terlihat pada Gambar 11. Bandeng yang berusaha keluar dari jeratan jaring akan terperangkap atau tersangkut di jaring sebagaimana terlihat pada Gambar 12. Bandeng yang tersangkut jaring dapat dilepaskan dengan mudah, kemudian dikumpulkan dalam wadah tertentu.
Gambar 11. Persiapan penarikan jaring Gambar 12. Jebakan jaring Dari hasil panen, dapat diketahui budidaya yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Jumlah panen di akhir kegiatan budidaya akan mempengaruhi pendapatan yang diterima. Semakin banyak hasil panen, semakin besar pula pendapatan yang diterima. Panen dilakukan ketika masa pemeliharaan telah berjalan selama 5 s.d. 6 bulan, biasanya berukuran antara 250-300 gr/ekor. Para petambak juga melakukan panen atas dasar pertimbangan ekonomi, misalnya harga ikan sedang tinggi atau petambak sedang memerlukan uang. Pembeli merupakan tengkulak
47
yang menjemput hasil panen dari pembudidaya dengan harga jual senilai Rp15.000/kg jika harga stabil atau Rp12.000-17.000/kg jika harga tidak stabil. Penilaian atas Kesesuaian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Analisis kesesuaian pelaksanaan program dilakukan dengan mengelompokkkan hasil kuesioner atas setiap variabel pelaksanaan, meliputi: lama pengalaman pembudidaya, kejadian kekeringan, aksesbilitas/jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan kedalam interval dan skor yang telah ditetapkan, sebagaimana pada Lampiran 11. Capaian setiap variabel pelaksanaan (mean) diperoleh dengan membagi total nilai skor dengan jumlah responden. Hasil penilaian, sebagaimana pada Tabel 10 menunjukkan bahwa capaian variabel pelaksanaan program pemberdayaan pada Kabupaten Karawang berada pada kisaran nilai 1,72 (kategori buruk) hingga 2,83 (kategori sangat baik). Tabel 10. Capaian variabel pelaksanaan Variabel Pelaksanaan (1)
Lama Pengalaman pembudidaya Kejadian kekeringan Aksesbilitas/jarak pembelian benih Ketepatan waktu penyaluran Kecukupan jumlah bantuan benih Aktivitas pendampingan
Σ Responden berdasarkan skor Skor Skor Skor 1 2 3 (2) (3) (4)
Total Responden
Σ nilai skor
Capaian Variabel
(5)
(6) =1x(2) + 2x(3) + 3x(4)
(7) = (6) : (5)
Kategori (8)
2
13
85
100
283
2.83
Sangat baik
5
7
88
100
283
2.83
Sangat baik
10
87
3
100
193
1.93
Cukup
64
0
36
100
172
1.72
Buruk
10
9
81
100
271
2.71
Sangat baik
9
32
59
100
250
2.50
Baik
Terdapat tiga variabel yang memperoleh kategori sangat baik, yaitu variabel lama pengalaman pembudidaya (rata-rata capaian 2,83), keterhindaran kejadian kekeringan (rata-rata capaian 2,83), dan kecukupan jumlah bantuan benih (rata-rata capaian 2,71). Sedangkan variabel yang memperoleh kategori baik, yaitu aktivitas pendampingan (rata-rata capaian 2,50). Satu variabel yang memperoleh kategori cukup, yaitu aksesbilitas/jarak pembelian benih (rata-rata capaian 1,93), dan satu variabel yang memperoleh kategori buruk yaitu variabel ketepatan waktu penyaluran, dengan rata-rata capaian 1,72. Gambar 13. dimaksudkan untuk memperjelas pembandingan atas hasil analisis nilai pelaksanaan masing-masing variabel.
48
Gambar 13. Capaian variabel pelaksanaan Lama pengalaman pembudidaya Lama pengalaman responden penerima program pemberdayaan dalam berbudidaya bandeng sangat beragam, yaitu antara 1 s.d. 33 tahun, Namun demikian sebagian besar pembudidaya (85 responden atau 85%) memiliki pengalaman lebih dari 4 tahun, bahkan mereka telah menjalankan usaha budidayanya secara turun temurun. Sebanyak 13 responden lainnya (13%) memiliki pengalaman antara 2 hingga 4 tahun, dan hanya terdapat dua responden (2%) yang memiliki pengalaman kurang dari 2 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembudidaya penerima program pemberdayaan adalah pembudidaya yang telah memiliki pengalaman berusaha budidaya bandeng, sebagaimana terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penilaian atas variabel lama pengalaman pembudidaya Lama Pengalaman
Skor
Jumlah
Persentase
< 2 tahun 2-4 tahun > 4 tahun
1 2 3 Total
(Responden) 2 13 85 100
(%) 2 13 85 100
Keterhindaran kejadian kekeringan Hal lain yang sangat baik dalam pelaksanaan yaitu adanya kesesuian lokasi budidaya, yang ditunjukkan dengan kondisi tambak dari sebagian besar pembudidaya (88 responden) yang terhindar dari kekeringan, 7 responden lainnya (7%) menyatakan pernah mengalami 1 kali kejadian kekeringan/tahun, dan hanya 5 responden (5%) yang menyatakan pernah mengalami 2 kali kejadian kekeringan/tahun Sebagaimana terlihat pada Tabel 12. Hal ini menggambarkan kecukupan sumber air payau dari tambak di pesisir Kab. Karawang, yaitu berasal dari pertemuan antara air tawar dari hulu Sungai Citarum dan air hujan, dan air asin dari hilir Pantai Utara Jawa.
49
Tabel 12. Penilaian atas variabel kejadian kekeringan Kejadian kekeringan/tahun
Skor
Jumlah
Persentase
2 kali 1 kali 0 kali (terhindar kekeringan)
1 2 3 Total
(Responden) 5 7 88 100
(%) 5 7 88 100
Aksesbilitas lokasi-jarak pembelian benih Ketersediaan Balai Benih Ikan (BBI) dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang terjangkau menjadi kebutuhan bagi pembudidaya bandeng. Sebagaimana pada Tabel 13, untuk membeli benih, sebagian besar pembudidaya (87 responden atau 87%) harus menempuh jarak antara 10 km hingga 20 km, bahkan terdapat 10 responden (10%) yang harus menempuh jarak yang jauh untuk memperoleh benih, yaitu lebih dari 20 km. Hanya terdapat 3 responden (3%) yang mendapatkan benih dengan jarak kurang dari 10 km. Tabel 13. Penilaian atas variabel aksesbilitas/jarak pembelian benih Jarak pembelian benih (km) >20 km 10-20 km < 10 km
Skor
Jumlah
Persentase
1 2 3 Total
(Responden) 10 87 3 100
(%) 10 87 3 100
Ketepatan waktu penyaluran bantuan Sebagaimana terlihat pada Tabel 14, 64 responden atau 64% menerima bantuan tersebut pada bulan yang tidak tepat, yaitu tidak pada bulan September s.d. Oktober yang merupakan bulan saat pembudidaya biasa memulai musim tanam Bandeng. Hanya 36 responden (36%) yang menyatakan menerima bantuan sesuai musim tanam, yaitu pada bulan September s.d. Oktober. Permasalahan ini disebabkan waktu penyaluran bantuan oleh program pemberdayaan belum memperhatikan kesesuaian musim tanam, namun lebih dipengaruhi oleh penyelesaian tahapan program, mulai dari pengusulan dan penetapan kelompok penerima bantuan hingga proses pencairan dana bantuan, yang seringkali terselesaikan pada akhir tahun Tabel 14. Penilaian atas variabel ketepatan waktu penyaluran Ketepatan waktu penyaluran bantuan
Tidak sesuai musim tanam Sesuai musim tanam
Skor
Jumlah
Persentase
1 3 Total
(Responden) 64 36 100
(%) 64 36 100
Kecukupan jumlah bantuan benih Meskipun program pemberdayaan Safver memberikan bantuan benih bandeng kepada masing-masing pembudidaya dalam jumlah yang sama tanpa memperhatikan luasan lahan dan padat tebar sebelumnya, namun jumlah benih
50
bantuan ternyata masih melebihi dibandingkan dengan jumlah benih yang biasa ditebar pembudidaya sebelumnya. Secara umum, jumlah benih bandeng (nener) yang diberikan program pemberdayaan lebih dari cukup, yaitu sebanyak 81 responden (81%) menerima bantuan benih dengan jumlah lebih dari 110% jumlah benih yang biasa ditebar pembudidaya, dan 9 responden (9%) menerima bantuan benih dengan jumlah antara 90 s.d. 110% jumlah benih yang biasa ditebar sebelumnya. Namun demikian, juga terdapat responden yang menerima bantuan benih kurang dari jumlah benih yang biasa mereka tebar, yaitu 10 responden (10%) menerima benih dengan jumlah 90% dari jumlah benih yang biasa ditebar, sebagaimana pada Tabel 15. Perbedaan rasio antara jumlah benih bantuan dengan jumlah benih yang ditebar pembudidaya, dikarenakan alasan pemerataan sehingga program pemberdayaan memberikan bantuan benih kepada masing-masing pembudidaya dengan jumlah yang sama, tanpa mempertimbangkan luasan lahan dan kemampuan penebaran benih yang dimiliki oleh pembudidaya. Tabel 15. Penilaian atas variabel kecukupan jumlah bantuan Kecukupan jumlah bantuan benih (dibandingkan jumlah benih yang biasa ditebar) < 90% 90-110% >110%
Skor
1 2 3 Total
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
10 9 81 100
10 9 81 100
Aktivitas pendampingan Aktivitas pendampingan oleh tenaga pendamping/penyuluh meliputi tiga kegiatan, yaitu: pendampingan pembuatan proposal, pemberian pelatihan teknis, dan pembinaan manajemen usaha. Sebagaimana terlihat pada Tabel 16, sebanyak 59 responden (59%) menerima keseluruhan 3 kegiatan pendampingan, 32 responden (32%) menerima 2 diantara 3 kegiatan pendampingan, dan terdapat 9 responden (8,18%) yang hanya menerima 1 diantara 3 kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan yang seringkali tidak direalisasikan kepada seluruh responden penerima bantuan, yaitu pemberian pelatihan teknis dan pembinaan manajemen usaha. Tabel 16. Penilaian atas variabel aktivitas pendampingan Aktivitas Pendampingan
Skor
Jumlah
Persentase
Mencakup 1 diantara 3 kegiatan pendampingan Mencakup 2 diantara 3 kegiatan pendampingan Mencakup keseluruhan 3 kegiatan pendampingan
1 2 3
(Responden) 9 32 59
(%) 9 32 59
Total
100
100
Indeks Pelaksanaan Program Nilai Indeks Pelaksanaan Program merupakan rata-rata (mean) dari keseluruhan capaian variabel dengan perhitungan sebagaimana terdapat pada Lampiran 12. Dalam penelitian ini, nilai Indeks Pelaksanaan Program yang menyatakan tingkat kesesuaian pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
51
di pesisir Kabupaten Karawang adalah sebesar 2,42 dengan kategori Baik. Variabel dengan kategori buruk, yang memerlukan upaya perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik, yaitu variabel ketepatan waktu penyaluran bantuan. Penilaian atas Capaian Tujuan Program Analisis atas capaian tujuan program pemberdayaan dilakukan dengan tahapan sebagaimana penilaian atas kesesuaian pelaksanaan. Hasil penilaian capaian tujuan program sebagaimana pada Tabel 17 menunjukkan bahwa variabel tujuan dalam dimensi ekologi berupa peningkatan kualitas lingkungan dan variabel tujuan dalam dimensi sosial berupa peningkatan kelembagaan kelompok hanya berada pada kategori cukup, yaitu dengan rata-rata capaian 2,00 dan 2,17. Hanya variabel tujuan dalam dimensi ekonomi yang berada pada kategori baik, dengan rata-rata capaian 2,24. Tabel 17. Capaian variabel tujuan Variabel Tujuan Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial
Σ Responden berdasarkan skor Skor Skor Skor 1 2 3 0 100 0 25 26 49 0 83 17
Total Responden
Σ nilai skor
Capaian Variabel
100 100 100
200 224 217
2.00 2.24 2.17
Kategori Cukup Baik Cukup
Gambar 14 dimaksudkan untuk memperjelas pembandingan atas hasil analisis nilai pelaksanaan masing-masing variabel.
Gambar 14. Capaian variabel tujuan Berikut adalah bahasan atas hasil analisis pada masing-masing variabel capaian tujuan program pemberdayaan
52
Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekologi Capaian tujuan dalam dimensi ekologi dinilai berdasarkan penilaian variabel kualitas lingkungan yang diproksikan dengan jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat Cara Berbudidaya Ikan yang Baik (CBIB). Hasil penilaian sebagaimana pada Tabel 18, menunjukkan bahwa jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB sebelum dan sesudah pelaksanaan program pemberdayaan adalah tetap, yaitu 0, atau sebelum dan sesudah pelaksanaan program tidak terdapat satupun pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB. Keengganan pembudidaya memenuhi persyaratan untuk memiliki sertifikat tersebut dikarenakan tidak adanya intensif dari pemerintah bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, baik berupa peningkatan harga jual bandeng, kepastian pemasaran, maupun subsidi harga pengadaan sarana produksi perikanan. Tabel 18. Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekologis Aktivitas Pendampingan
Skor
Pembandingan jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB sebelum dan sesudah pelaksanaan program: Menurun Tetap Meningkat
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
0 100 0 100
0 100 0 100
1 2 3 Total
Untuk menilai capaian tujuan dalam dimensi ekologis berupa peningkatan kualitas lingkungan, juga dilakukan pengukuran atas beberapa variabel fisika dan kimia dalam kualitas air, meliputi: suhu, DO, salinitas, pH, dan NH4 di dalam lahan tambak milik kelompok Wana Lestari 2, yang berada di Dusun Mekarjaya, Desa Tambak Sumur, Kecamatan Tirtajaya, yaitu lahan tambak milik Sdr. Ateng (Stasiun I) dan Sdr. Ilan Saputra (Stasiun II). Hasil pengukuran sebagaimana terlihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil pengukuran kualitas air pada Stasiun I dan II °C
Stasiun I 32,4
Nilai Stasiun II 32,8
Optimum* 29-32
mg/l
6
6
>5
‰
3
6
29-30
pH
-
7,9
8,0
8,0-8,3
NH4
mg/l
<0,01
<0,01
<0,1
Variabel Suhu DO Salinitas
Satuan
Kesimpulan Berada pada nilai optimum Berada pada nilai optimum Di bawah nilai optimum Berada pada nilai optimum Berada pada nilai optimum
Keterangan: *Didasarkan atas brosur Budidaya Ikan Bandeng (Pusat Penyuluhan KP, 2011)
53
Dengan mendasarkan pada parameter kualitas air untuk pembesaran ikan bandeng di tambak, sebagaimana disebutkan dalam brosur Budidaya Ikan Bandeng yang dipublikasikan oleh Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011) terlihat bahwa variabel suhu pada stasiun I sebesar 32,4 °C dan pada stasiun II sebesar 32,8 °C berada pada nilai optimum. Begitu pula dengan variabel DO, pH, dan NH4 air pada stasiun I dan II juga berada dalam nilai optimum untuk pemeliharaan Bandeng. Namun demikian, faktor salinitas tidak berada dalam kondisi optimum untuk pemeliharaan bandeng. Berdasarkan pengamatan, rendahnya tingkat salinitas, yaitu 3‰ pada stasiun I dan 6‰ pada stasiun II disebabkan adanya kesulitan dalam mendapatkan air laut, dimana kebutuhan air laut untuk tambak pembudidaya penerima bantuan tidak dapat dilakukan secara alami dengan adanya pasang surut air laut, melainkan harus menggunakan pompa, yang sebagian besar pembudidaya belum memilikinya. Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekonomi Capaian tujuan dalam dimensi ekonomi dinilai berdasarkan variabel peningkatan produksi budidaya, yaitu melalui pembandingan jumlah produksi sebelum dan setelah pelaksanaan program. Berdasarkan Tabel 20, jika dibandingkan sebelum pelaksanaan program, terlihat bahwa 25 responden (25%) mengalami penurunan produksi, 26 responden tetap, dan 49 responden (49%) lainnya mengalami peningkatan. Penurunan total panen yang dialami 25 responden antara lain disebabkan oleh ketidaktepatan waktu penyaluran bantuan, sehingga pembudidaya terpaksa menanam bandeng pada bulan dimana curah hujan sangat tinggi. Tabel 20. Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi Peningkatan produksi budidaya
Skor
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
25 26 49 100
25 26 49 100
Prosentase terhadap jumlah produksi sebelum pelaksaan program: Menurun (< 90%) Tetap (90%-110%) Meningkat (>110% )
1 2 3 Total
Penilaian capaian tujuan dalam dimensi sosial Capaian tujuan dalam dimensi sosial dinilai berdasarkan penguatan kelembagaan kelompok, yaitu dinilai berdasarkan pengakuan kelas kelompok yang diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu: Kelas Pemula, Kelas Madya, dan Kelas Utama sesuai kriteria pada Pedoman Umum Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan (KKP, 2012c). Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana pada Tabel 21, terlihat bahwa setelah pelaksanaan program, 83 responden (83%) masih tergabung dalam kelompok dengan pengakuan kelas yang sama dengan sebelum pelaksanaan program, yaitu kelas Pemula yang merupakan kelas terbawah dan terendah dari sisi kemampuan kelompok. Hal ini disebabkan tidak tercakupnya kegiatan fasilitasi dinamika kelompok melalui pertemuan, diskusi, dan musyawarah antar anggota kelompok dalam kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga pendamping. Hanya
54
terdapat, 17 responden (17%) yang mendapat peningkatan pengakuan kelas kelompok dari kelas pemula ke kelas madya. Tabel 21. Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi sosial Aktivitas Pendampingan
Pembandingan kelas kelompok sebelum dan sesudah pelaksanaan program: Menurun Tetap Meningkat
Skor
1 2 3 Total
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
0 83 17 100
0 83 17 100
Indeks Pencapaian Tujuan Nilai Indeks Pencapaian Tujuan merupakan rata-rata (mean) dari keseluruhan capaian variabel capaian tujuan, dengan perhitungan sebagaimana terdapat pada Lampiran 12. Dalam penelitian ini, nilai Indeks Pencapaian Tujuan yaitu sebesar 2,14 dengan kategori cukup. Perbedaan capaian kategori antara Indeks Pelaksanaan Program yang berkategori baik, dengan Indeks Pencapaian Tujuan yang berkategori cukup menunjukkan bahwa pelaksanaan program yang baik sesuai pedoman pemberdayaan belum mampu secara selaras meningkatkan capaian tujuan program pada kategori baik. Hal tersebut diduga disebabkan oleh belum seluruh intervensi kebijakan yang diperlukan untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang efektif diatur dalam pedoman pemberdayaan masyarakat, diantaranya yaitu: penggunaan teknologi budidaya yang sesuai, yaitu dengan pengintegrasian antara pengetahuan ekologi tradisional pembudidaya dengan penelitian sains dan pengetahuan manajemen modern (Butler, 2012), Penyediaan fasilitas kredit mudah dengan menghubungkan pembudidaya dengan lembaga-lembaga institusional (Sathiadhas et al., 2014), dan peningkatan alokasi bantuan dana untuk kegiatan pengembalian kesuburan tanah (IFAD, 2001). Pengaruh Variabel Pelaksanaan Terhadap Capaian Tujuan Pengaruh terhadap Capaian Tujuan Dalam Dimensi Ekologi Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekologi didasarkan atas peningkatan kualitas lingkungan yang terlihat melalui peningkatan penerapan cara budidaya ikan yang baik oleh unit usaha pembudidaya. Dalam kebijakan tersebut, penerapan Cara Berbudidaya Ikan yang Baik diantaranya mencakup: 1) pembangunan tambak pada lokasi yang terhindar dari kemungkinan terjadinya pencemaran, jauh dari permukiman, industri, serta lahan pertanian dan peternakan, 2) kualitas air sumber sesuai dengan peruntukannya, tidak mengandung residu logam berat, pestisida, organisme patogen, cemaran dan bahan kimia lainnya, 3) saluran pasok dan saluran buang dibuat terpisah, tidak melalui daerah pemukiman, daerah industri, serta lahan pertanian dan peternakan, 4) keberadaan fasilitas MCK, toilet dan septic tank yang terletak minimal 10 meter dari petak pemeliharaan dan saluran, 5) tidak menggunakan pupuk, probiotik, pestisida,
55
desinfektan, dan bahan kimia yang terlarang, 6) bebas hama/patogen dan binatang peliharaan serta melakukan tindakan isolasi terhadap ikan yang terserang penyakit, 7) penggunaan pakan ikan tidak mengandung zat beracun, bahan pencemaran yang berbahaya bagi kesehatan ikan dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan produksi, atau menyebabkan pencemaran/kerusakan lingkungan. Hasil penelitian sebagaimana dinyatakan pada Tabel 18 sebelumnya. menunjukkan bahwa jumlah pembudidaya di lokasi penelitian yang memiliki sertifikat CBIB sebelum dan sesudah pelaksanaan program pemberdayaan adalah tetap, yaitu 0, atau tidak terdapat peningkatan jumlah pembudidaya yang memperoleh sertifikat CBIB. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelaksanaan program pemberdayaan, dengan enam variabel pelaksanaan didalamnya, seluruhnya tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Hasil ini mengandung pengertian bahwa program pemberdayaan dengan persyaratan dan pelaksanaan yang ada saat ini belum menyentuh kepentingan peningkatan kualitas lingkungan, atau terjadi ketimpangan dalam pencapain tujuan dalam dimensi ekologis. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan konsep pengelolaan berkelanjutan, yang menyebutkan bahwa aspek berkelanjutan harus meliputi aspek ekologis ekonomi, dan sosial secara bersamaan. Mengatasi permasalahan ini diperlukan perubahan lingkup pelaksanaan kegiatan pemberdayaan atau bahkan program/kegiatan baru untuk mendukung pencapaian tujuan peningkatan kualitas lingkungan. Pengaruh terhadap Capaian Tujuan Dalam Dimensi Ekonomi Lampiran 13 menunjukkan hasil pengujian asumsi dan regresi linear berganda. Hasil pengujian asumsi tersebut menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan sudah baik, yaitu: 1) data terdistribusi normal secara multivariat, terlihat dari nilai signifikansi pada uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov test sebesar 0,882, yang lebih besar dari 0,05 dan titik-titik yang menyebar berhimpit dan searah mengikuti garis diagonal grafik normal probability plot, 2) tidak terdapat problem multikolonieritas, yaitu didukung dari nilai VIF yang lebih kecil dari 10 untuk semua variabel, dan 3) tidak terjadi permasalahan heteroskedastisitas, yang terlihat dari titik-titik yang menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y grafik scatterplot. Selanjutnya, kesimpulan atas hasil analisis regresi linear berganda sebagaimana pada Tabel 22 menunjukkan bahwa lama pengalaman pembudidaya dan aksesbilitas/jarak pembelian benih tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian tujuan peningkatan produksi, sehingga peningkatan lama pengalaman pembudidaya dan aksesbilitas pembelian benih bukan merupakan kegiatan efektif yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi budidaya. Tidak berpengaruhnya variabel pengalaman pembudidaya terhadap pencapaian tujuan peningkatan produksi disebabkan teknologi budidaya bandeng secara tradisional yang dilakukan oleh pembudidaya penerima bantuan di pesisir Kabupaten Karawang merupakan teknologi sederhana yang mampu digeluti oleh masyarakat pesisir bahkan oleh pembudidaya pemula. Berdasarkan penelitian lebih lanjut terhadap pembudidaya bandeng yang memiliki pengalaman budidaya yang cukup lama, menunjukkan bahwa pembudidaya bandeng umumnya tidak memiliki sifat
56
kritis terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan hasil produksi budidaya, sehingga lama pengalaman pembudidaya tidak secara selaras meningkatkan pengetahuan mereka tentang hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan produksi budidaya. Aksesbilitas/jarak pembelian benih juga tidak berpengaruh secara signifikan karena Unit Pembenihan Rakyat (UPR) selaku produsen benih telah memahami bagaimana mengemas benih, sehingga tidak terjadi tingkat kematian benih yang tinggi disebabkan jauhnya jarak pengiriman. Selain itu, terhadap perbedaan salinitas antara hatchery tempat nener dibeli dengan tambak budidaya, pembudidaya juga telah melaksanakan proses adaptasi (aklimatisasi) terhadap benih yang dibeli dengan cara meletakkan dan mengapung-apungkan wadah benih yang berisi nener pada permukaan air tambak dan memasukkan air tambak sedikit demi sedikit, sehingga memudahkan nener beradaptasi dengan perubahan kualitas air, mencegah benih stres dan mampu mempertahankan tingkat daya tahan hidup benih. Berdasarkan hasil analisis, variabel kejadian kekeringan mempunyai nilai thitung negatif yang berarti variabel kejadian kekeringan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel tujuan peningkatan produksi. Semakin tinggi intensitas kejadian kekeringan, maka akan berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi pembudidaya bandeng di pesisir Kabupaten Karawang. Hal yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencapaian tujuan peningkatan produksi budidaya adalah ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan benih, dan aktivitas pendampingan. Semakin baik waktu penyaluran bantuan, kecukupan jumlah bantuan atau aktivitas pendampingan, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi pembudidaya bandeng di pesisir Kabupaten Karawang. Tabel 22. Kesimpulan atas hasil analisis regresi linear berganda Tahapan Variabel Uji Signifikansi t (uji t) persyaratan Nilai t Nilai Kesimpulan hitung signifikansi Ketepatan X1 Lama Pengalaman 0,374 0,709 Tidak berpengaruh penerima pembudidaya bantuan Kesesuaian lokasi Budidaya
X2 X3
Ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan
X4
Efektivitas Pendampingan
X6
X5
Kejadian kekeringan aksesbilitas/jarak pembelian benih
-4,044 0,291
ketepatan waktu penyaluran kecukupan jumlah bantuan benih
3,203
Aktivitas pendampingan
2,946
3,384
0,000 Berpengaruh negatif dan signifikan 0,771 Tidak berpengaruh
0,002 Berpengaruh positif dan signifikan 0,001 Berpengaruh positif dan signifikan 0,004 Berpengaruh positif dan signifikan
Hasil analisis koefisien determinasi juga menunjukkan bahwa pengaruh variabel pelaksanaan berupa: lama pengalaman pembudidaya, kejadian kekeringan, aksesbilitas/jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran,
57
kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan terhadap pencapaian tujuan dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya adalah sebesar 43,00% dan sisanya sebesar 57,00 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Hasil ini menjawab permasalahan tentang adanya perbedaan capaian kategori antara Indeks Pelaksanaan Program (kategori baik) dengan Indeks Pencapaian Tujuan (kategori cukup), yang diduga disebabkan belum keseluruhan variabel pelaksanaan yang berpengaruh terhadap capaian tujuan dipersyaratkan atau diatur dalam pedoman pemberdayaan masyarakat, sehingga mengakibatkan pelaksanaan program yang baik sesuai pedoman pemberdayaan belum mampu secara selaras meningkatkan capaian tujuan program pada kategori baik. Berikut adalah model regresi yang dihasilkan dalam analisis ini adalah: Y2 = 16.959 – 35,779 X2 + 27,553 X4 + 0,279 X5 + 18,680 X6 Model ini menunjukkan bahwa setiap kejadian kekeringan(X2) akan mengurangi produksi budidaya sebesar 35,779%, ketepatan waktu penyaluran sesuai musim tanam (X4) akan meningkatkan produksi budidaya sebesar 27,553%, peningkatan prosentase kecukupan jumlah bantuan (X5) sebesar 1% akan meningkatkan produksi budidaya sebesar 0,279%, dan setiap penambahan satu lingkup kegiatan pendampingan (X6) akan meningkatkan produksi budidaya sebesar 18,680%. Pengaruh Terhadap Capaian Tujuan Dalam Dimensi Sosial Lampiran 14 menunjukkan hasil pengujian kebaikan model dan analisis regresi logistik. Pengujian kebaikan model menggunakan metode Pearson Chi Square (Iriawan dan Astuti, 2006), menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%, dapat diyakini bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini telah cukup mampu menjelaskan data dan sudah memenuhi asumsi kelayakan model. Kesimpulan atas hasil analisis regresi logistik adalah sebagaimana Tabel 23 berikut Tabel 23. Kesimpulan atas hasil analisis regresi logistik Tahapan persyaratan Ketepatan bantuan
Variabel Odds Ratio 0,974
penerima
X1
Lama Pengalaman pembudidaya
lokasi
X2
Kejadian kekeringan
0,000
X3
aksesbilitas/jarak pembelian benih
1,011
X4
ketepatan waktu penyaluran kecukupan jumlah bantuan benih Aktivitas pendampingan
1,847
Kesesuaian Budidaya
Ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan Efektivitas Pendampingan
X5 X6
1,001 6,587
Nilai Kesimpulan signifikansi 0,596 Tidak berpengaruh 0,998 Tidak berpengaruh 0,816 Tidak berpengaruh 0,307 Tidak berpengaruh 0,851 Tidak berpengaruh 0,020 Berpengaruh positif dan signifikan
Berdasarkan besaran nilai signifikansi, terlihat bahwa lima variabel pelaksanaan berupa lama pengalaman pembudidaya, kejadian kekeringan,
58
aksesbilitas/jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran, dan kecukupan jumlah bantuan, tidak berpengaruh terhadap diperoleh atau tidaknya peningkatan kelas kelembagaan kelompok sebagai indikator capaian tujuan dalam dimensi sosial. Hal ini dikarenakan peningkatan kelembagaan kelompok lebih banyak ditentukan oleh kesamaan pengertian dan gerak dari para pembudidaya sebagai anggota kelompok, sehingga pemenuhan persyaratan berupa lama pengalaman, intensitas kejadian kekeringan, jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran dan kecukupan jumlah bantuan yang diatur dalam pedoman pelaksanaan program bukan merupakan faktor yang terkait dengan peningkatan kelembagaan kelompok. Dari keseluruhan variabel pelaksanaan, hanya variabel aktivitas pendampingan yang mempengaruhi terhadap diperoleh atau tidaknya peningkatan kelembagaan kelompok. Nilai Odds Ratio dari variabel aktivitas pendampingan sebesar 6,587 menunjukkan bahwa peluang penambahan jenis aktivitas pendampingan terhadap peningkatan kelembagaan kelompok lebih besar 6,587 kali dibandingkan jika tidak dilakukannya penambahan jenis aktivitas pendampingan. Perumusan Strategi Perbaikan Untuk dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan pembudidaya di wilayah pesisir, dirumuskan strategi perbaikan bagi pelaksanaan dan keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat pesisir berdasarkan atas kelemahan-kelemahan yang ditemui pada pembahasan. Beberapa hal perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong capaian tujuan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan. Dalam penelitian ini, setidaknya terdapat tiga opsi kebijakan yang perlu dilakukan, yaitu: 1) peningkatkan capaian tujuan dalam dimensi ekologis melalui pemberian intensif bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB dan penambahan paket bantuan sarana berupa pompa; 2) penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musim tanam untuk meningkatkan efektifitas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi, berupa peningkatan produksi; dan 3) Peningkatan dukungan terhadap aktivitas pendampingan oleh tenaga penyuluh, untuk meningkatkan capaian tujuan dalam dimensi sosial, berupa peningkatan kelembagaan kelompok. Pemberian insentif dan penambahan paket sarana budidaya Capaian tujuan dalam dimensi ekologis dinilai berdasarkan penilaian variabel kualitas lingkungan yang diproksikan dengan peningkatan jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat Cara Berbudidaya Ikan yang Baik (CBIB). Kebijakan penerapan CBIB diantaranya mencakup: 1) pembangunan tambak pada lokasi yang terhindar dari kemungkinan terjadinya pencemaran, jauh dari permukiman, industri, serta lahan pertanian dan peternakan, 2) kualitas air sumber sesuai dengan peruntukannya, tidak mengandung residu logam berat, pestisida, organisme patogen, cemaran dan bahan kimia lainnya, 3) saluran pasok dan saluran buang dibuat terpisah, tidak melalui daerah pemukiman, daerah industri, serta lahan pertanian dan peternakan, 4) keberadaan fasilitas MCK, toilet dan septic tank yang terletak minimal 10 meter dari petak pemeliharaan dan saluran, 5) tidak menggunakan pupuk, probiotik, pestisida, desinfektan, dan bahan kimia
59
yang terlarang, 6) bebas hama/patogen dan binatang peliharaan serta melakukan tindakan isolasi terhadap ikan yang terserang penyakit, 7) penggunaan pakan ikan tidak mengandung zat beracun, bahan pencemaran yang berbahaya bagi kesehatan ikan dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan produksi, atau menyebabkan pencemaran/kerusakan lingkungan Hasil penilaian sebagaimana pada Tabel 18, menunjukkan bahwa jumlah pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB sebelum dan sesudah pelaksanaan program pemberdayaan adalah tetap, yaitu 0, atau sebelum dan sesudah pelaksanaan program tidak terdapat satupun pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB. Keengganan pembudidaya memenuhi persyaratan untuk memiliki sertifikat tersebut dikarenakan tidak adanya intensif dari pemerintah bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, baik berupa peningkatan harga jual bandeng, kepastian pemasaran, maupun subsidi harga pengadaan sarana produksi perikanan. Untuk itu, sebagaimana halnya telah dilakukan di negara tetangga kita, Malaysia, pemerintah Indonesia melalui KKP perlu mengusahakan agar tercipta insentif bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, sehingga kedepan kualitas lingkungan dapat meningkat untuk mendukung budidaya berkelanjutan. Selanjutnya, untuk memperoleh kualitas air yang memiliki kisaran salinitas yang optimum untuk pemeliharaan bandeng, juga diperlukan pemberian bantuan sarana budidaya berupa pompa yang sebagian besar pembudidaya di lokasi penelitian belum memilikinya. Konstruksi tambak di lokasi penelitian tidak baik sehingga kebutuhan air laut selama masa pemeliharaan tidak dapat lagi dilakukan secara alami dengan adanya pasang surut air laut. Pemberian bantuan berupa pompa bermanfaat untuk memudahkan pembudidaya dalam mendapatkan air laut, sehingga salinitas air tambak dapat meningkat menjadi 29,0‰ - 30,0‰. Dengan kadar salinitas yang optimum tersebut, diharapkan energi yang digunakan bandeng untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan. Penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musim tanam Berdasarkan penilaian atas kesesuaian pelaksanaan program pemberdayaan, variabel ketepatan waktu penyaluran bantuan teridentifikasi di lapangan sebagai variabel yang memperoleh kategori paling buruk, yaitu dengan capaian 1,72. Hal ini membawa implikasi perlunya upaya perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik atas variabel ketepatan waktu penyaluran. Terlebih jika melihat hasil pengidentifikasian pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekonomi, ternyata variabel ketepatan waktu penyaluran bantuan berpengaruh posistif dan signifikan terhadap pencapaian tujuan peningkatan produksi, sehingga ketepatan waktu penyaluran bantuan merupakan hal efektif yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi budidaya. Seyogyanya waktu penyaluran bantuan oleh program pemberdayaan tidak hanya dipengaruhi oleh penyelesaian tahapan program mulai dari pengusulan kelompok penerima bantuan hingga proses pencairan dana bantuan, yang saat ini seringkali terselesaikan pada akhir tahun. Namun sebaiknya penyaluran bantuan dilakukan dengan memperhatikan musim tanam, sehingga bantuan berupa benih, pakan, pupuk, saponin, kapur pertanian, dan kebutuhan sarana produksi lainnya
60
kepada pembudidaya dapat segera termanfaatkan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan pembudidaya. Berdasarkan penilaian atas variabel ketepatan waktu penyaluran bantuan sebagaimana pada Tabel 14, sebanyak 64 responden atau 64% pembudidaya yang berada di lokasi penelitian menerima bantuan tidak sesuai musim tanam, yaitu diantaranya menerima bantuan pada bulan Desember yang merupakan bulan dengan curah hujan yang sangat tinggi. Pada Kecamatan Tirtajaya, Desember merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi sepanjang tahun 2011, yaitu sebesar 110 mm3, sementara rata-rata curah hujan/bulan yaitu sebesar 38,33 mm3 sebagaimana telah dinyatakan pada Tabel 8. Demikian pula pada Kecamatan Cilamaya Wetan, sebagaimana terdapat pada Tabel 9, bulan Desember merupakan bulan dengan curah hujan yang tinggi, yaitu sebesar 25 mm3 dari rata-rata curah hujan sebesar 20,75 mm3. Lebih lanjut, Sudradjat et al., (2011) menyatakan bahwa budidaya ikan bandeng secara tradisional hanya mengandalkan pakan alami (klekap) sebagai makanan utama bagi bandeng yang dipelihara. Untuk itu, Rusmiyati (2012) menyatakan bahwa musim kemarau merupakan saat yang paling baik dan cocok untuk menumbuhkan klekap sebagai makanan alami. Keberhasilan dalam menumbuhkan klekap dan tetap menahannya agar tetap menempel pada dasar tambak tergantung pada proses pengeringan petakan, dimana pengeringan yang kurang, akan menghasilkan klekap yang mudah lepas dari dasar tambak dan akhirnya mengambang. Pada musim hujan, klekap tumbuh tidak sebanyak pada musim kemarau, dan cenderung mudah lepas dari tanah dasar petakan, kemudian mengapung, serta mengelompok di sisi petakan akibat dihembus oleh angin, sehingga tidak dimanfaatkan oleh ikan bandeng yang dipelihara. Penurunan kadar garam (salinitas) akibat curah hujan yang terlalu tinggi juga menghalangi pertumbuhan klekap, dan dapat menyebabkan kerusakan dari klekap bila terjadi perubahan yang mendadak terhadap salinitas air. Memperhatikan hal ini, perbaikan kebijakan perlu dilakukan dengan menyalurkan bantuan sesuai musim tanam. Proses pengusulan dan penetapan kelompok penerima bantuan yang selama ini memerlukan waktu berbulan-bulan, dapat dilakukan pada tahun sebelumnya, sehingga pada tahun berjalan, proses pencairan bantuan dapat segera dilakukan dengan sesuai musim tanam. Peningkatan Aktivitas Pendampingan Hasil penilaian atas capaian tujuan program, sebagaimana pada Tabel 17, menunjukkan bahwa variabel capaian tujuan program dalam dimensi sosial, berupa peningkatan kelembagaan kelompok masih berada pada kategori cukup, yang tentu saja perlu ditingkatkan untuk pencapaian kategori yang lebih baik. Terkait dengan hal tersebut, dengan mendasarkan pada hasil pengidentifikasian pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan dalam dimensi sosial, ternyata dari keseluruhan variabel pelaksanaan, meliputi lama pengalaman pembudidaya, kejadian kekeringan, aksesbilitas/jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan, hanya variabel aktivitas pendampinganlah yang memengaruhi peningkatan kelembagaan kelompok (Y2). Hasil penelitian di lapangan /sebagaimana pada Tabel 21, terlihat bahwa setelah pelaksanaan program, 93 responden (84,55%) masih tergabung dalam kelompok dengan pengakuan kelas yang sama dengan sebelum pelaksanaan
61
program, yaitu kelas Pemula yang merupakan kelas terbawah dan terendah dari sisi kemampuan kelompok. Peningkatan kapasitas dan kemampuan pembudidaya dengan meningkatkan kelembagaan kelompok penerima bantuan ini menjadi penting, dikarenakan pengelolaan perikanan tidak dapat dikelola secara efektif tanpa kerjasama dari pembudidaya selaku pelaksana yang akan membuat kebijakan dan program yang telah disusun berjalan dengan baik (Pomeroy, 1995). Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi kegiatan pendampingan dengan kegiatan berupa fasilitasi dinamika kelompok melalui pertemuan, diskusi, dan musyawarah antar anggota kelompok, sehingga tercipta kesamaan gerak dan pikiran dari pembudidaya sebagai anggota kelompok. Pertemuan rutin bulanan untuk membentuk kelompok-kelompok yang kuat perlu dilakukan, sehingga permasalahan-permasalahan yang ada di tambak, seperti halnya penanganan dan pemberantasan hama, pembagian air melalui saluran, dan pengaturan jadwal panen untuk menghindari turunnya harga jual dapat bersama-sama mereka atasi. Hingga saat ini, belum terdapat pendampingan berkelanjutan atas usaha budidaya yang dilakukan oleh penerima bantuan. Tenaga pendamping, baik PPTK/PPBM melaksanakan pendampingan terhadap kelompok penerima bantuan hanya sebatas pada tahun berjalan. Pada tahun berikutnya, perhatian tenaga penyuluh sudah tercurah pada proses pengusulan dan penetapan anggota kelompok, sehingga proses pendampingan terhadap usaha budidaya yang dilakukan oleh penerima bantuan tidak lagi dilakukan. Hanafi et al. (2011) dalam salah satu penelitiannya menyebutkan bahwa saat ini komposisi jumlah penyuluh perikanan dan jumlah petambak yang ada sangat tidak berimbang, sehingga proses alih ketrampilan dan teknologi budidaya ikan tidak maksimal dilakukan. Pengawasan dan bimbingan langsung kepada petambak sulit dilakukan, sehingga hanya sebagian kecil kelompok yang dapat dikunjungi oleh penyuluh perikanan. Penambahan jumlah tenaga penyuluhan perikanan melalui perekrutan tenaga penyuluh yang berasal dari masyarakat lokal atau kontrak kerja dengan Sekolah Tinggi Perikanan dengan model magang mahasiswa perikanan dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi permasalahan ini. Memperhatikan hal ini, perbaikan kebijakan perlu dilakukan KKP dengan memberikan dukungan terhadap kegiatan penyuluhan, baik berupa pemenuhan tenaga penyuluhan maupun operasionalisasi fasilitasi dinamika kelompok.
62
63
5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berikut adalah beberapa simpulan atas kajian pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir di berbasis pengelolaan berkelanjutan pada budidaya bandeng di pesisir Kabupaten Karawang: 1. Indeks Pelaksanaan Program yang menyatakan tingkat kesesuaian pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir adalah sebesar 2,42 dengan kategori Baik. Indikator pelaksanaan yang memerlukan upaya perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik, yaitu indikator ketepatan waktu penyaluran bantuan. 2. Indeks Pencapaian Tujuan yang menyatakan tingkat capaian tujuan program pemberdayaan adalah sebesar 2,14 dengan kategori Cukup. Indikator capaian tujuan peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan kelembagaan kelompok memerlukan upaya perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik, 3. Keseluruhan variabel pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologis berupa peningkatan kualitas lingkungan. Terhadap pencapaian tujuan dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, variabel ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan berpengaruh positif, sedangkan variabel kejadian kekeringan berpengaruh negatif, dan untuk pencapaian tujuan dalam dimensi sosial, hanya variabel aktivitas pendampingan yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelembagaan kelompok 4. Strategi perbaikan yang perlu dilakukan oleh KKP sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif, yaitu berupa: 1) peningkatkan capaian tujuan dalam dimensi ekologis melalui pemberian intensif bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, 2) peningkatan capaian tujuan program pemberdayaan dalam dimensi ekonomi, melalui penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musim tanam, dan 3) peningkatan capaian tujuan dalam dimensi sosial melalui dukungan terhadap aktivitas pendampingan oleh tenaga penyuluh. Saran Untuk lebih dapat meningkatkan capaian tujuan program pemberdayaan, perlu dilakukan kajian atas pengaruh variabel-variabel independen lain yang diduga mempengaruhi pencapaian tujuan program, selain yang diatur dalam pedoman pemberdayaan, diantaranya yaitu: penggunaan teknologi budidaya yang sesuai, yaitu dengan pengintegrasian antara pengetahuan ekologi tradisional pembudidaya dengan penelitian sains dan pengetahuan manajemen modern, Penyediaan fasilitas kredit mudah dengan menghubungkan pembudidaya dengan lembaga-lembaga institusional, dan kurangnya alokasi bantuan dana untuk kegiatan pengembalian kesuburan tanah. .
64
65
DAFTAR PUSTAKA ADB (Asian Development Bank). 2007. Memorandum Administrasi Proyek Pengembangan Perikanan Budidaya untuk Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan (Sustainable Aquaculture Development for Food Security and Poverty Reduction). Asian Development Bank. Singapura. Agung IGN. 2002. Statistika: Aplikasi Hubungan Kausal Berdasarkan Data Ketegorik. Rajawali Press. Jakarta Alabaster JS, Loyd R. 1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Butterworths. London. Bappeda dan BPS Kabupaten Karawang. 2012. Karawang dalam Angka 2012. BPS Kabupaten Karawang Beller J. 1990. A Moral Reasoning Intervention Program for Division I AthletesCan Atheletes Learn Not to Cheat?. Disertation, College of Graduate Studies, University of Idaho. Bengen DG. 2005. Merajut keterpaduan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut kawasan Timur Indonesia bagi Pembangunan Kelautan Berkelanjutan. Disajikan pada Seminar Makassar Maritime Meeting. Makassar. Bose AN, Ghosh SN, Yang CT, Mitra A. 1991. Coastal Aquaculture Engineering. Edward Arnold a Division of Hodder & Stougghton. Great Britain, London. BPS Kabupaten Karawang. 2012a. Statistik Daerah Kecamatan Tirtajaya Tahun 2012. BPS Kabupaten Karawang. Karawang BPS Kabupaten Karawang. 2012b. Kecamatan Cilamaya Wetan dalam Angka 2012. BPS Kabupaten Karawang. Karawang Butler JRA, Tawake A, Skewes T, Tawake L, McGrath V. 2012. Integrating Tradional Ecological Knowledge and Fiheries Management in The Torres Strait, Australia: the Catalytic Role of Turtle and Dugong as Cultural Keystone Spesies. Ecology and Society 17(4): 34. Carter RW. 1996. Coastal Environment: An Introduction to the Physical, Ecological, and Cultural Systems of Coastlines. Acad. Press Inc. San Diego, USA. Chaterje S and Prince B. 1977. Regression Analysist by Example. John Wiley and Sons. New York Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2009. Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver. Satker Pengembangan Akuakultur untuk Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan Proyek Safver Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2012. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor: KEP.45/DJ-PB/2012 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Effendi S. 2010. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta. LP3ES. FAO (Food and Agricultural Organization). 2010a. Assesing the Contribution Aquaculture to Food Security. FAO. Rome. FAO (Food and Agricultural Organization). 2010b. The State of World Fisheries and Aguaculture 2010. DAO. Rome.
66
Goldman RG, Horne AJ. 1983. Lymnology. Mc Graw Hill Book Company Japan. Gujarati D.N. and Poter D.C. 2010. Basic of Econometrica. McGraw-Hill. New York. Hair, Joseph F, William CB, Berry JB, Rolph EA. 2010. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall. EnglewoodCliffs, NJ. Hanafi A, Supii AI, Adriyanto W, Prasetio AB, Sudradjat A. Kebijakan Strategis Pengembangan Bisnis Budidaya Bandeng. Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya:137-151 2011. Hosmer DV, Lemeshow S. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons. New York. IFAD (International Fund for Agricultural Development). 2001. Environment and Natural Resource Management-IFAD’s Growing Commitment. Programme Management Department. Rome, Italy. Iriawan N, Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Jolite IT. 1986. Principal Component Analysist. Springer Verlog. New York Kay R, Alder J. 1990. Coastal Planning and Management. Routledge New York. KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2012a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.27/MEN/2012 tentang Pedoman Umum Industrialisasi Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2012b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.07/MEN/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2012c. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.14/MEN/2012 tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2007d. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Kordi K. 2000. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem Polikultur. Semarang. Dahara Prize. Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta. Penerbit Ar Ruzz Media. Latan H, Temalagi S. 2013. Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program IBM SPSS 20.0. Bandung. Penerbit Alfabeta. Mallawa A. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Lokakarya Agenda Penelitian Program COREMAP II Kabupaten Selayar. Makassar. Murachman, Nuhfil H, Soemarno, Sahri M. 2010. Model Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon Fab), Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forskal), dan rumput laut (Gracillaria Sp.) Secara Tradisonal. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari, 1: 1-10. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Nikijuluw VPH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. P3R. Jakarta.
67
Priyatno D. 2013. Analisis, Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS. Yogyakarta. Penerbit Gava Media. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2011. Budidaya Ikan Bandeng. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Pomeroy RS. 1995. Community-Based and Co-Management Institutions for Sustainable Coastal Fisheries Management in Southeast Asia. Ocean and Coastal Mangement, 27:143-162. Rusmiyati S. 2012. Budidaya Bandeng Super, Langkah Jitu Menuju Kemapanan Finansial. Yogyakarta. Pustaka Baru Press Rustadi. 2011. Peranan dan Adaptasi Budidaya Perikanan dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogjakarta. Sathiadhas R, Hassan F, Raj YJ. 2014. Empowerment of Women Involved in Clam Fisheries of Kerala-A Case Study. Indian Journal of Social Research 46 (1): 39-48 Singarimbun, Effendi. 1995. Metode dan Proses Penelitian dalam Metode Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES. Skirbekk V. 2003. Age and Individual Productivity: a literature survey MPIDR Working Pape Max-Planck Institut fur Demografische Forschung Max Planck Institute for Demographic Research Konrad-Zuse-Strasse 1. D-18057 Rostock. Germany Steel RGD and Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudradjat A. 2011. Panen Bandeng 50 Hari. Jakarta. Penebar Swadaya. Sudradjat A, Wedjatmiko, Setiadharma. 2011. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP. Jakarta Suriadarma. 2011. Dampak Beberapa Parameter Faktor Fisika Kimia Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan Wilayah Pesisir Karawang-Jawa Barat. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 21: 19-33. Suryawati SH, Purnomo AH. 2011. Analisis Ex-Ante Keberlanjutan Program Minapolitan. Jurnal Sosek Kelautan dan Perikanan, 6: 61-81. Tajerin. 2006. Efisiensi Teknis Usaha Budidaya Udang di Lahan tambak dengan Teknologi Intensifikasi Pembudidayaan Ikan. Jurnal Ilmu Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Jilid 14 Nomor 1: 1-11. Wickins. 1976. Prawn Biology and Culture Oceanography. Mar Biol Annu Rev 14:436-507. Qtt, WR. 1978. Environmental Indices, Theory and Practice, An Arbor Science. Publ Inc Ann. Arbor Mich.
68
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Usaha Budidaya Ikan yang difasilitasi oleh Program Pemberdayaan Jenis Budidaya Budidaya laut
PUMP-PB 1 2 3
Budidaya air 1 payau 2 3 4 5 6 Budidaya air 1 tawar 2 3 4 5 6 7
Rumput laut Ikan kerapu di KJA Kakap, bawal bintang, bubara di KJA Udang windu/vanname Bandeng Polikultur: udang, bandeng, rumput laut Kerapu di tambak Kepiting di tambak Budidaya rumput laut (gracilaria sp.) di tambak ikan mas di kolam atau karamba ikan patin di kolam atau karamba ikan nila di kolam atau karamba ikan lele di kolam tanah atau kolam terpal ikan gurame di kolam udang galah atau lobster sidat atau belut
Safver 1 2 3
Rumput laut Ikan kerapu di KJA Lainnya
1 2 3
Udang windu/vanname Bandeng Polikultur: udang windu, bandeng, rumput laut Kerapu di tambak Kepiting di tambak Polikultur: udang windu dan bandeng Ikan mas di karamba, kolam air tenang, atau kolam air deras ikan patin di kolam air tenang atau karamba ikan nila di kolam air tenang atau karamba Ikan lele di kolam air tenang
4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8
Pembenihan 1 /HSRT ikan 2 air payau 3 /laut 4 Pembenihan 1 /HSRT Ikan 2 Laut 3 4 5 Pembenihan 1 /HSRT ikan 2 air tawar 3 4 5 6 7 8 Pembibitan 1 rumput laut
ikan bandeng/HSRT 1 udang windu dan vaname ikan kakap, bawal bintang, ikan hias, kerapu Kebun bibit rumput laut ikan bawal bintang ikan kakap putih ikan kerapu bebek ikan kerapu macan kuda laut ikan lele 1 ikan patin ikan mas ikan nila ikan tawes; sidat/belut udang galah/lobster ikan gurame. Kebun bibit rumput laut 1 (Euchema cottonii)
ikan gurame di kolam air tenang udang galah di kolam air tenang Polikultur ikan mas, nila, dan udang galah di kolam air tenang Ikan mas, nila, dan lainnya di sawah (mina padi) Pembenihan ikan laut atau udang skala rumah tangga (HSRT)
Pembenihan ikan air tawar
Lainnya
71
Lampiran 2. Jenis Bantuan yang diberikan oleh Program Pemberdayaan Nama Klpk
Mina Lestari Mina Warsa Minajaya Subur
Windu Mandiri
Windu Jaya
Nener Jaya
Nener mandiri Mina Tirta
Nama Anggota Nener
Bantuan yang diberikan Saponin Pupuk Pupuk cair anorganik (kg) (ltr) (kg) 70 10 100
1
Rosidi
(ekor) 6.080
Benih udang (ekor) 20.000
Kapur pertanian (kg) 200
Pakan bandeng (kg) 430
1
Bonin
6.080
20.000
70
10
100
200
430
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Mamun Rosidi Ali Toha Edi B Masyanto Ma’in Joyo Maskiyem Tarmas Karyadi Mardi Agus S. Warsiah Mastim Tahir Wawan H. Kaba Topik Darman Adam Jumanta Abidin Dadi S. Aming Nasir Raslim Parman Raitam Ecang Hidayatul Acik Andi Atma Karman Sarmin Rapit Misda Saarip Ecan Namin Hardi Narma Samsudin Aspa Badri
6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 8.000 6.080 8.000 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 8.000 8.000 8.000 8.000 6.080 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 6.080 8.000 8.000 6.080 8.000 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 6.080 8.000 8.000
20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 -
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430
72
Lanjutan Lampiran 2 Mina Bakti
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Amin S. Rasam Nuryadi Acing Osep Darma Andi Itam Nurjaya Darkim Enen Bone Hasan Hamun Junaedi Enok P. Somad Yanto
8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 6.080 6.080
20.000 20.000
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430 430
73
Lampiran 3. Kriteria Penilaian Kelembagaan Pelaku Utama Kegiatan Perikanan No 1
2
3
Jenis, Indikator, dan komponen
Nilai Maksimal 200 dan 60
PERENCANAAN a Kemampuan mengidentifikasi potensi wilayah sumberdaya perikanan yang ada di lingkungannya i Pengetahuan infrastruktur ii Kemampuan melestarikan lingkungan iii Kesadaran hukum iv Pengetahuan kondisi tanah dan air v Pengetahuan kondisi iklim vi Pengetahuan sumber air b. Kemampuan memilih teknologi yang dibutuhkan i Kemampuan memilih teknologi proses produksi ii Kemampuan memilih teknologi pemanenan Iii Kemampuan memilih teknologi pasca panen c Kemampuan dalam menyusun RUK I Dasar penyusunan RUK ii Kehadiran anggota dalam penyusunan RUK iii Keterikatan anggota terhadap RUK iv Penguasaan kelompok terhdap materi RUK v Cakupan materi RUK d Kemampuan dalam penyusunan rencana kegiatan di bidang produksi, pengolahan dan pemasaran i Produksi ii Pengolahan hasil iii Pemasaran hasil e Kemampuan dalam pembinaan kader i Dasar pembinaan kader kelompok ii Kesempatan anggota lain menjadi pengurus iii Kesempatan anggota mengikuti kursus kepemimpinan KEMAMPUAN BERORGANISASI a Kemampuan mengidentifikasi perjanjian dengan pihak lain dalam meningkatkan usaha perikanan b Kemampuan dalam mengembangkan kelompok c Kemampuan menjalin kemitraan secara eksterna maupun internal d Kemampuan dalam mentaati peraturan e Kemampuan melakukan monitoring dan evaluasi serta mengaudit keuangan f Kemampuan dalam mentaati setiap perjanjian AKSES KELEMBAGAAN a Kemampuan dalam mengembangkan simpul jaringan kelembagaan b Kemampuan dalam mengembangkan akses jaringan elektronik c Kemampuan dalam meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi d Kemampuan dalam menumbuhkan solidaritas sosial e Kemampuan dalam mengakses dan mengembangkan teknologi
10 10 10 10 10 10 50 20 15 15 40 10 8 6 10 6 30 10 10 10 20 8 7 5 200 40 40 30 30 30 30 150 30 30 30 30 30
74
4
5
KEMAMPUAN WIRAUSAHA Kemampuan dalam memupuk modal usaha Kemampuan dalam mengembangkan usaha Kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan pemasaran Kemampuan dalam kredibilitas usaha/bankable Kemampuan dalam menganalisis peluang pasar Kemampuan dalam menciptakan peluang kerja Kemampuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan aset usaha KEMANDIRIAN Kemampuan merespon inovasi Kemampuan mengelolarisiko usaha Kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah Kemampuan merespon peluang usaha
250 40 30 30 30 40 40 40 200 50 50 50 50
75
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR I. PENGANTAR Disampaikan daftar pertanyaan kepada Bapak/Ibu untuk mohon bantuannya memberikan keterangan dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Adapun keterangan yang didapat akan digunakan dalam penyusunan Tesis yang berjudul “Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan Pada Budidaya Bandeng di Pesisir Kabupaten Karawang“. Keterangan ini tidak akan mempengaruhi hubungan Bapak/Ibu/Saudara dengan pihak manapun. Atas kesediaan dan bantuannya disampaikan terima kasih. II. PETUNJUK PENGISIAN Kuesioner ini terdiri atas 21 pertanyaan, diisi dengan dari 3 cara pengisian, yaitu: 1. Jika disediakan titik-titik (...........) isilah sesuai dengan keadaan yang Bapak/Ibu alami. 2. Jika jawaban berupa pilihan Ya dan Tidak, isilah dengan melingkari salah satu jawaban, Ya atau Tidak. 3. Jika jawaban berupa pilihan huruf a, b, c, d, dan e, isilah dengan melingkari salah satu pilihan a, b, c, d, atau e sesuai pengetahuan Bapak/Ibu. III. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :……………………………………………………………………. 2. Usia : ………………………………………………………………….. 3. Alamat : Dusun…………………………………………………………. Desa ………………………., Kecamatan……………… 4. Pendidikan terakhir :…………………………………………………………………… 5. Nama Kelompok :…………………………………………………………………….. 6. Jabatan dlm Kelompok :……………………………………………………………………. 7. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 8. Luas lahan :…………………………………………………………………ha 9. Komoditas yang dibudidayakan : a. Monokultur : Bandeng b. Polikultur : Bandeng dan……………………………………………… 10. Program Bantuan yang diterima: a. PUMP-PB (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan-Perikanan Budidaya) nilai BLM Rp………………………………………………………………….. (sebutkan) b. Proyek Safver c. Lainnya, sebutkan……………………………………………………………………………. IV. KAJIAN ATAS PELAKSANAAN PUMP-PB A. Ketepatan Penerima Pengalaman Budidaya 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu berbudidaya Bandeng?
76
……………………………………………………………………………………………………………………….. B. Kesesuaian Lokasi Budidaya Kejadian kekeringan 2. Berapa bulan dalam setahun, tambak Bapak/Ibu dilanda kekeringan? ………………………………………………………………………………………………………………bulan Aksesbilitas/jarak pembelian benih 3. Berapa jarak yang harus Bapak/Ibu tempuh untuk membeli benih? ……………………………………………………………………………………………………………….… km Sumber air 4. Darimana asal sumber air untuk tambak Bapak/Ibu? a. Saluran irigasi; b. Sungai; sebutkan………………………………………………………………………………………………… c. Tadah hujan; d. Waduk; e. Lainnya, sebutkan………………………………………………………………………………………………….. C. Ketepatan Penyaluran dan Pemanfaatan Bantuan Ketepatan waktu penyaluran 5. Pada bulan apa biasanya musim tanam dimulai? ……………………………………………………………………………………………..……………………… 6. Pada bulan apa Bapak/Ibu menerima BLM/BIP? ……………………………………………………………………………………………………………………… Kecukupan jumlah bantuan 7. Berapa luasan lahan budidaya yang Bapak/Ibu usahakan? …………………………………………………………………………………………….……………………ha 8. Berapa jumlah benih dan pakan yang biasa Bapak/Ibu beli dalam 1 siklus tanam? Benih………………………………………………………………………………………………………ekor; Pakan ………………………………………………………………………………………………………….kg 9. Berapa jumlah bantuan benih dan pakan yang Bapak/Ibu terima melalui BLM/BIP? Benih…………………………………………………………………………………………..…………ekor; Pakan ………………………………………………………………………………………………………………….…kg 10. Apakah nilai BLM/BIP yang diterima tergantung luasan lahan yang dimiliki/digarap? Ya Tidak D. Aktivitas Pendampingan Pembuatan proposal 11. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendampingan dalam pembuatan proposal? Ya Tidak
77
12. Jika ya, Pendampingan pembuatan proposal telah menghasilkan RUB/RDKK sesuai kebutuhan Bapak/Ibu. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju Penumbuhan kelompok 13. Apakah PPTK pernah memfasilitasi dinamika kelompok melalui pertemuan, diskusi, dan musyawarah antar pembudidaya ikan? Ya Tidak Jika ya, 1) Setiap berapa lama fasilitasi dinamika kelompok tersebut dilakukan? ………………………………………………………………………………………………………………… 2) PPTK memiliki kemampuan dalam memfasilitasi pertemuan, diskusi, dan musyawarah antar pembudidaya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju Pelatihan teknis budidaya 14. Apakah Bapak/Ibu pernah diberikan pelatihan teknis? Ya Tidak 15. Jika pernah diberikan pelatihan teknis, 1) Materi pelatihan teknis sesuai dengan usaha budidaya bandeng yang Bapak/Ibu jalankan. (DAM4) a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju 2) Dalam memberikan pelatihan teknis, digunakan sarana praktek yang sesuai a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju 3) Cara menyampaikan materi pelatihan teknis, mudah Bapak/Ibu pahami. a. Sangat tidak setuju
78
b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju 4) PPTK menguasai materi pelatihan teknis yang dilatihkan. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju Pembinaan manajemen usaha 16. Apakah Bapak/Ibu pernah diberikan pembinaan untuk membuat pembukuan sederhana? Ya Tidak 17. Apakah Bapak/Ibu pernah diberikan pembinaan untuk menabung sebagian keuntungan usaha? Ya Tidak 18. Jika pernah dilakukan pembinaan, 1) Setiap berapa lama pengecekan terhadap pembukuan tersebut dilakukan? ………………………………………………………………………………………………………………… 2) Cara pembukuan/pencatatan yang disampaikan telah sesuai, sehingga mudah Bapak/Ibu pahami a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu d. Setuju e. Sangat setuju V. KAJIAN ATAS PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM No Pertanyaan Sebelum Saat ini (Setelah menerima menerima bantuan bantuan) 19 Peningkatan Kualitas Lingkungan a Apakah Bapak/Ibu telah Ya Ya memiliki sertifikat CBIB? Tidak Tidak 20 Peningkatan Produksi Budidaya a Dalam 1 siklus, berapa total ……………………..kg ………………………..kg panen bandeng yang Bapak/Ibu peroleh? b Berapa lama masa ……………….bulan ……………….….bulan pemeliharaan yang dibutuhkan dalam 1 siklus, sehingga bandeng bisa
79
21
dipanen total? Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok a Apa kelas Pokdakan/Pokmaman Bapak/Ibu? b Apakah Pokdakan/Pokmaman Bapak/Ibu telah berbentuk koperasi? c Berapa jumlah anggota Pokdakan/Pokmaman bapak/Ibu yang masih aktif berbudidaya?
Kelas Pemula Kelas Madya Kelas Utama Ya Tidak
……………….. orang
Kelas Pemula Kelas Madya Kelas Utama Ya Tidak
……………….. orang
Apakah ada saran/masukan dari Bapak/Ibu untuk perbaikan program pemberdayaan masyarakat bagi pembudidaya Ikan Bandeng ini? ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………….
80
Lampiran 5. Identitas responden kuesioner No
Nama
Kelompok
Jabatan
Dusun
1
Nadi
Wanasari I
Ketua
Saca
2
Wardi
Wanasari I
Anggota
Saca
3
Anwar
Wanasari 2
Sekretaris
4
Wirya
Ketua
5
Kosim
6
H. Minan
7
Sumarna
8
Ota
9
Wardi
10
Ilan S.
11
Ateng
12
M. Tarmin
13
Kartim
14
Rasim
15
Namin
16
Ego
17
Minan
18
Rosidi
19
Bonin
20
Mamun
21
Masyanto
22
Pandi
23
Edi B.
24
Rastan
25
Main
26
Joyo
Wana Jaya 1 Wana lestari I Wana lestari I Wana lestari I Wana lestari I Wana lestari I Wana Lestari 2 Wana Lestari 2 Wana Lestari 2 Wana Lestari 2 Wana Lestari 2 Wana Lestari 3 Wana Lestari 3 Wana Lestari 3 Mina Lestari Mina Warsa Mina jaya Subur Mina jaya Subur Mina jaya Subur Mina jaya Subur Mina jaya Subur windu Mandiri windu
Sumur laban Saca
Ketua Bendahara Anggota Anggota Anggota Ketua Sekretaris
Mekar jaya Mekar jaya Jamantri Mekar jaya Mekar jaya Mekarjaya
Anggota
Karang mulya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Kuta makmur Mekar jaya Mekarjaya
Anggota
Mekarjaya
Sekretaris
Mekarjaya
Anggota
Mekarjaya
Anggota
Mekarjaya
Anggota
Mekarjaya
Anggota
Mekarjaya
Ketua
Mekar jaya Mekar
Bendahara Anggota Anggota Ketua Anggota Anggota
anggota
Desa
J.Kelamin
Tambak Sumur Tambak Sumur Saba Soya
Laki-laki
Usia (thn) 50
Pendidikan
Laki-laki
38
SD
Laki-laki
30
SMP
Tambak sumur Tambak Sumur Tambak Sumur Saba Jaya
Laki-laki
38
SD
Laki-laki
55
SD
Laki-laki
55
SD
Laki-laki
45
SD
Tambak Sumur Tambak Sumur Tambak sumur Tambak Sumur Tambak Sumur Tambak Sumur Tambak Sumur Tambak Sumur Kuta makmur Tambak Sumur Tambak Sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak
Laki-laki
44
Laki-laki
42
Tidak sekolah SD
Laki-laki
38
SD
Laki-laki
32
SD
Laki-laki
43
SD
Laki-laki
23
SD
Laki-laki
32
SD
Laki-laki
51
Laki-laki
40
Tidak sekolah SMA
Laki-laki
48
SD
Laki-laki
43
SD
Laki-laki
55
SMP
Laki-laki
31
SMA
Laki-laki
34
SD
Laki-laki
48
SD
Laki-laki
33
SMA
Laki-laki
43
SD
Laki-laki
39
SMA
Laki-laki
31
SD
SD
81
27
Maskiyem
28
Tarmas
29
Karyadi
30
Mardi
31
Agus S.
32
Warsiah
33
Mastim
34
Tahir
35
Wawan
36
H. Kaba
37
Topik
38
Darman
39
Adam
Mandiri windu Mandiri windu Mandiri windu Mandiri windu Mandiri windu Mandiri windu Mandiri windu Mandiri Windu Jaya Windu Jaya Windu Jaya Windu Jaya Windu Jaya Nener Jaya
40
Jumanta
41
anggota anggota anggota anggota anggota anggota anggota Ketua Sekretaris
jaya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Mekar jaya Saca
sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Saba Jaya
Perempuan
60
Tidak sekolah SD
Laki-laki
35
Laki-laki
60
Laki-laki
30
Tidak sekolah SMA
Laki-laki
25
SMA
Perempuan
32
SMP
Laki-laki
37
SMA
Laki-laki
44
SD
Laki-laki
55
SD
Laki-laki
72
Laki-laki
39
Tidak sekolah SD
Laki-laki
39
SMP
Laki-laki
35
SMA
Laki-laki
38
SD
Laki-laki
35
SMP
Laki-laki
29
SMP
Laki-laki
52
SD
Laki-laki
65
SD
Laki-laki
56
Laki-laki
35
Tidak sekolah SD
Laki-laki
46
SD
Anggota
Sumur jaya Rana pulo
Anggota
Saca
Anggota Ketua
Sumur jaya Jatimulya
Nener Jaya
Sekretaris
Saca
Abidin
Nener Jaya
Anggota
Saca
42
Dadi S
Nener Jaya
Anggota
Saca
43
Aming
Nener Jaya
Anggota
Saca
44
Nasir
Nener Jaya
Anggota
Saca
45
Raslim
Nener Jaya
Anggota
Saca
46
Parman
Nener Jaya
Anggota
Saca
47
Ratim
Ketua
Ardai jaya
48
Ecang
Bendahara
Ardai jaya
Saba Jaya
Laki-laki
43
SD
49
Hidayatul
Anggota
Saca
53
SD
Acik
Ketua
Cinara
Laki-laki
40
SD
51
Andi
Mina Tirta
sekretaris
Cinara
Laki-laki
36
SD
52
Atma
Mina Tirta
Bendahara
Cinara
Laki-laki
40
SD
53
Karman
Mina Tirta
Anggota
Cinara
Laki-laki
52
SD
54
Sarmin
Mina Tirta
Anggota
Cinara
Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur
Laki-laki
50
Nener mandiri Nener mandiri Nener mandiri Mina Tirta
Tambak sumur Sumurlaba n Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Saba Jaya
Laki-laki
44
SD
82
55
Rapit
Mina Tirta
Anggota
Cinara
56
Misda
Mina Tirta
Anggota
Cinara
57
Saarip
Mina Tirta
Anggota
Cinara
58
Ecan
Mina Tirta
Anggota
Cinara
59
Namin
Mina Tirta
Anggota
Cinara
60
Hardi
Mina Tirta
Anggota
Cinara
61
Narma
Mina Tirta
Anggota
Cinara
62
Samsudin
Mina Tirta
Anggota
Cinara
63
Aspa
Mina Tirta
Anggota
Cinara
64
Badri
Mina Tirta
Anggota
Cinara
65
Amin S
Mina Bakti
Ketua
Jati mekar
66 67
Rasam Nuryadi
Mina Bakti Mina Bakti
Sekretaris Bendahara
Jamantri Krajan
68
Acing
Mina Bakti
anggota
Pilang
69
Osep
Mina Bakti
anggota
Krajan
70
Darma
Mina Bakti
anggota
Jamantri
71
Andi
Mina Bakti
anggota
Cisoma
72
Itam
Mina Bakti
anggota
Jati mulya
73
Nurjaya
Mina Bakti
anggota
Jati mekar
74
Darkim
Mina Bakti
anggota
Cisoma
75 76
Enen Bone
Mina Bakti Mina Bakti
anggota anggota
Jamantri Jamantri
77
Hasan
Mina Bakti
anggota
Pulo Jaya
78
Hamun
Mina Bakti
anggota
Jatimulya
79
Junaedi
Mina Bakti
anggota
Krajan
80
Enok
Mina Bakti
anggota
jatimekar
81
Somad
Mina Bakti
anggota
Pilang
82
Yanto
Mina Bakti
anggota
Cisoma
83
Rahmat
Samudera
Ketua
Pandawa
Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Saba Jaya Tambak sumur Tambak sari Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Saba Jaya Tambak sumur Sumurlaba n Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Rawagem
Laki-laki
53
SD
Laki-laki
46
Laki-laki
41
Tidak sekolah SD
Laki-laki
39
Laki-laki
68
Laki-laki
22
Tidak sekolah Tidak sekolah SD
Laki-laki
26
SMP
Laki-laki
29
SD
Laki-laki
53
Laki-laki
32
Tidak sekolah SD
Laki-laki
44
SD
Laki-laki Laki-laki
33 30
SMP SD
Laki-laki
45
SD
Laki-laki
30
SMP
Laki-laki
35
SMP
Laki-laki
26
SMP
Laki-laki
45
SD
Laki-laki
37
SD
Laki-laki
45
SD
Laki-laki Laki-laki
55 60
SD SD
Laki-laki
30
SMA
Laki-laki
53
SD
Laki-laki
26
SMA
Perempuan
40
SD
Laki-laki
38
SD
Laki-laki
36
SMP
Laki-laki
35
SMP
83
Hidayat 84
Taufik Hidayat
85
Uswatun Hasanah
86
Uun Kuniasih
87
Hamim
88
Dede
89
Apan
90
Dadan G
91
Maskara
92
Adi
93
Moh. Rasdi Gugun
Timbul Jaya Samudera Timbul Jaya Samudera Timbul Jaya Samudera Timbul Jaya Samudera Timbul Jaya Samudera Timbul Jaya Tambak Sejahtera Tambak Sejahtera Tambak Sejahtera Tambak Sejahtera Mina Sari
pol Kulon Sekretaris
Cermin Barat
Sukakerta
Laki-laki
28
SMA
Bendahara
Krajan Timur
Pasir Ukem
Perempuan
34
SMP
Anggota
Tanjung Jaya
Muara
Perempuan
33
SMP
Anggota
Tanjung Jaya
Muara
Laki-laki
40
SD
Anggota
Tanjung Jaya
Muara
Laki-laki
28
SD
Sekretaris
Pilang
Laki-laki
40
SD
Bendahara
Laki-laki
35
SMA
Anggota
Tambak sumur I Pilang
Laki-laki
33
SMP
Anggota
Pilang
Laki-laki
40
SD
Ketua
Krajan
Laki-laki
33
SMP
Mina Sari
Sekretaris
Krajan
Laki-laki
30
SMA
Mina Sari
Bendahara
Jati mekar
Laki-laki
26
SMA
96
Iik Saprudin Ican
Mina Sari
Anggota
Jati mekar
Laki-laki
37
SD
97
Fahrudin
Mina Sari
Anggota
Jati mekar
Laki-laki
28
SMP
98
Rudi
Mina Sari
Anggota
Jati mekar
Laki-laki
42
SMA
99
Herman
Mina Sari
Anggota
Krajan
Laki-laki
35
SD
100
Nurdiansah
Mina Sari
Anggota
Negla Sari
Tambak sari Tambak sari Tambak sari Tambak sari Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur Tambak sumur
Laki-laki
25
SMP
94 95
84
Lampiran 6. Hasil rekapitulasi kuesioner penelitian Variabel Pelaksanaan
Variabel Tujuan
No
Responden
X1 (thn)
X2 (kali)
X3 (km)
X4*
X5 (%)
X6 (jenis)
Y1**
Y2 (%)
Y3***
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Nadi Wardi Anwar Wirya Kosim H. Minan Sumarna Ota Wardi Ilan Saputra Ateng M. Tarmin Kartim Rasim Namin Ego Minan Rosidi Bonin Mamun Masyanto Pandi Edi B. Rastan Main Joyo Maskiyem Tarmas Karyadi Mardi Agus S Warsiah Mastim Tahir Wawan H. Kaba Topik Darman Adam Jumanta Abidin Dadi S Aming Nasir
33 8 8 11 8 28 11 5 13 21 8 5 19 8 28 5 13 9 14 5 4 7 6 19 9 6 19 6 24 4 6 5 4 9 9 24 9 7 8 11 6 5 19 14
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 20 20 15 15 15 15 16 15 3 15 15 10 15 15 15 12 15 16 20 15 20 16 15 15 15 15 15 16 15 20 20 20 20 10 15 15 10 20 20 20 15 15 20
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
81% 170% 170% 267% 123% 108% 142% 160% 267% 160% 133% 267% 122% 186% 267% 130% 130% 200% 160% 203% 122% 152% 174% 100% 133% 133% 160% 160% 160% 121% 203% 174% 152% 121% 160% 160% 160% 160% 122% 160% 229% 100% 229% 320%
3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 2 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50% 89% 200% 133% 140% 121% 89% 100% 200% 163% 144% 175% 71% 100% 160% 105% 88% 180% 133% 148% 171% 171% 178% 141% 160% 200% 286% 160% 157% 200% 178% 160% 168% 102% 140% 191% 93% 85% 106% 117% 113% 83% 185% 118%
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
85
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Raslim Parman Ratim Ecang Hidayatul Khoer Acik Andi Atma Karman Sarmin Rapit Misda Saarip Ecan Namin Hardi Narma Samsudin Aspa Badri Amin S Rasam Nuryadi Acing Osep Darma Andi Itam Nurjaya Darkim Enen Bone Hasan Hamun Junaedi Enok Somad Yanto Rahmat Hidayat Taufik Hidayat Uswatun Hasanah Uun Kuniasih Hamim Dede Apan Dadan Gandara
9 9 9 9
0 0 0 0
20 20 15 15
0 0 0 0
200% 135% 160% 100%
3 2 3 3
0 0 0 0
123% 108% 118% 101%
1 1 0 0
14
0
20
1
40%
2
0
38%
0
8 9 7 24 8 19 9 9 7 9 5 6 8 14 9 9 6 7 14 4 5 4 7 6 10 9 14 6 19 5 14 7 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 35 20 15 20 10 17 10 15 25 20 15 20 20 30 15 20 20 5 20 15 15 15 19 10 18 20 20 20 20 15 10 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1
267% 152% 135% 122% 174% 243% 152% 174% 122% 152% 174% 174% 152% 200% 200% 160% 200% 229% 133% 178% 100% 123% 114% 160% 160% 133% 53% 100% 133% 100% 160% 122% 101%
3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
154% 108% 125% 100% 78% 171% 130% 117% 49% 125% 125% 122% 89% 147% 141% 140% 129% 154% 93% 50% 107% 56% 111% 180% 119% 67% 95% 108% 94% 102% 31% 28% 88%
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9
0
50
0
130%
1
0
100%
0
4
0
0
0
130%
1
0
100%
0
4
0
50
0
163%
2
0
100%
0
4
0
50
0
163%
2
0
100%
0
9 4 4
0 0 1
50 50 20
0 0 0
130% 130% 50%
2 2 3
0 0 0
100% 100% 20%
0 0 0
3
1
20
0
33%
3
0
25%
0
86
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Maskara Adi Moh. Rasdi Gugun Iik Saprudin Ican Fahrudin Rudi Herman Nurdiansah
2 9 2 9 1 5 1 19 14 9
1 1 1 2 1 2 1 2 2 2
20 20 20 20 20 20 20 20 25 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
67% 67% 50% 67% 50% 100% 125% 140% 150% 167%
Keterangan: * 0 = tidak sesuai musim tanam 1 = sesuai musim tanam (bulan September s.d. Oktober) ** 0 = tidak memiliki sertifikat CBIB 1 = memiliki sertifikat CBIB *** 0 = tidak memperoleh peningkatan kelas kelompok 1 = memperoleh peningkatan kelas kelompok
3 3 1 3 2 3 2 3 3 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17% 25% 100% 100% 100% 13% 13% 4% 100% 10%
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
87
Lampiran 7. Variabel X dan Y2 dalam analisis regresi linear berganda No
X1 (thn)
X2 (kali)
X3 (km)
X4*
X5 (%)
X6 (jenis)
Y2 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
33 8 8 11 8 28 11 5 13 21 8 5 19 8 28 5 13 9 14 5 4 7 6 19 9 6 19 6 24 4 6 5 4 9 9 24 9 7 8 11 6 5 19 14 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 20 20 15 15 15 15 16 15 3 15 15 10 15 15 15 12 15 16 20 15 20 16 15 15 15 15 15 16 15 20 20 20 20 10 15 15 10 20 20 20 15 15 20 20
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
81 170 170 267 123 108 142 160 267 160 133 267 122 186 267 130 130 200 160 203 122 152 174 100 133 133 160 160 160 121 203 174 152 121 160 160 160 160 122 160 229 100 229 320 200
3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 2 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
50 89 200 133 140 121 89 100 200 163 144 175 71 100 160 105 88 180 133 148 171 171 178 141 160 200 286 160 157 200 178 160 168 102 140 191 93 85 106 117 113 83 185 118 123
88
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
9 9 9 14 8 9 7 24 8 19 9 9 7 9 5 6 8 14 9 9 6 7 14 4 5 4 7 6 10 9 14 6 19 5 14 7 5 9 4 4 4 9 4 4 3 2 9 2 9 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 1
20 15 15 20 30 35 20 15 20 10 17 10 15 25 20 15 20 20 30 15 20 20 5 20 15 15 15 19 10 18 20 20 20 20 15 10 20 50 0 50 50 50 50 20 20 20 20 20 20 20
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
135 160 100 40 267 152 135 122 174 243 152 174 122 152 174 174 152 200 200 160 200 229 133 178 100 123 114 160 160 133 53 100 133 100 160 122 101 130 130 163 163 130 130 50 33 67 67 50 67 50
2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2
108 118 101 38 154 108 125 100 78 171 130 117 49 125 125 122 89 147 141 140 129 154 93 50 107 56 111 180 119 67 95 108 94 102 31 28 88 100 100 100 100 100 100 20 25 17 25 100 100 100
89
96 97 98 99 100
5 1 19 14 9
2 1 2 2 2
20 20 20 25 20
0 0 0 0 0
100 125 140 150 167
Keterangan: * 0 = tidak sesuai musim tanam 1 = sesuai musim tanam (bulan September s.d. Oktober)
3 2 3 3 3
13 13 4 100 10
90
Lampiran 8. Rumus yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda a. Uji asumsi normalitas Metode Kolmogorov Smirnov (Steel dan Torrie, 1991)
Keterangan: KS hitung F0 Fe
= Nilai KS hitung = Frekuensi data awal = Frekuensi data sebaran normal
b. Pengujian asumsi multikolinieritas Varian Inflation Factors (VIF)
Keterangan : VIF = Variance Inflation Factors Rj2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan semua variabel lainnya c. Uji signifikansi F Nilai signifikansi uji F
Keterangan: JKK = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG = Jumlah kuadrat galat = Jumlah variabel yang dianalisis k n = Jumlah contoh d. Uji signifikansi t Nilai t hitung
Keterangan: bi = Slope variabel Xi b0 = Slope konstanta SE = Standart error
91
Keterangan: Yi = Nilai Y pada saat i Yi = Nilai Y hasil regresi pada saat i Xi = Nilai X pada saat i Xi = Nilai X hasil regresi pada saat i n = Jumlah contoh e. Koefisien determinasi Kd = R2 x 100% Keterangan: Kd = Koefisien determinasi R = Koefisien korelasi Pearso
92
Lampiran 9. Variabel X dan Y3 dalam analisis regresi logistik No
X1 (thn)
X2 (kali)
X3 (km)
X4*
X5 (%)
X6 (jenis)
Y3**
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
33 8 8 11 8 28 11 5 13 21 8 5 19 8 28 5 13 9 14 5 4 7 6 19 9 6 19 6 24 4 6 5 4 9 9 24 9 7 8 11 6 5 19 14 9 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 20 20 15 15 15 15 16 15 3 15 15 10 15 15 15 12 15 16 20 15 20 16 15 15 15 15 15 16 15 20 20 20 20 10 15 15 10 20 20 20 15 15 20 20 20
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
81 170 170 267 123 108 142 160 267 160 133 267 122 186 267 130 130 200 160 203 122 152 174 100 133 133 160 160 160 121 203 174 152 121 160 160 160 160 122 160 229 100 229 320 200 135
3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 2 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
93
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
9 9 14 8 9 7 24 8 19 9 9 7 9 5 6 8 14 9 9 6 7 14 4 5 4 7 6 10 9 14 6 19 5 14 7 5 9 4 4 4 9 4 4 3 2 9 2 9 1 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 1 2
15 15 20 30 35 20 15 20 10 17 10 15 25 20 15 20 20 30 15 20 20 5 20 15 15 15 19 10 18 20 20 20 20 15 10 20 50 0 50 50 50 50 20 20 20 20 20 20 20 20
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
160 100 40 267 152 135 122 174 243 152 174 122 152 174 174 152 200 200 160 200 229 133 178 100 123 114 160 160 133 53 100 133 100 160 122 101 130 130 163 163 130 130 50 33 67 67 50 67 50 100
3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
94
97 98 99 100
1 19 14 9
1 2 2 2
20 20 25 20
0 0 0 0
125 140 150 167
Keterangan: * 0 = tidak sesuai musim tanam 1 = sesuai musim tanam (bulan September s.d. Oktober) ** 0 = tidak memperoleh peningkatan kelas kelompok 1 = memperoleh peningkatan kelas kelompok
2 3 3 3
0 0 0 0
95
Lampiran 10. Rumus yang digunakan dalam analisis regresi logistik a. Uji asumsi kebaikan model Metode Pearson Chi Square (Iriawan dan Astuti, 2006).
Keterangan: = nilai pearson chi square hitung Yj = jumlah peluang terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok mj = jumlah banyaknya percobaan terjadinya = peluang pendugaan untuk terjadinya peningkatan kelembagaan kelompok b. Uji Wald Rumus uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 1989)
Keterangan:
enduga galat baku dari ß k
c. Odds Ratio Odd ratio (
= = exp (
Keterangan: = nilai odds ratio = variabel bebas P exp (
= peluang variabel terikat terhadap variabel bebas Exponential/nilai pangkat koefisien variabel X
96
Lampiran 11. Pengelompokkan skor untuk penilaian kesesuaian pelaksanaan program dan pencapaian tujuan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Responden Nadi Wardi Anwar Wirya Kosim H. Minan Sumarna Ota Wardi Ilan Saputra Ateng M. Tarmin Kartim Rasim Namin Ego Minan Rosidi Bonin Mamun Masyanto Pandi Edi B. Rastan Main Joyo Maskiyem Tarmas Karyadi Mardi Agus S. Warsiah Mastim Tahir Wawan H. Kaba Topik Darman Adam Jumanta Abidin Dadi S Aming Nasir
Skor Variabel Pelaksanaan
Skor Variabel Tujuan
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Y1
Y2
Y3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1
1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
3 2 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 2 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 3 3 1 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
97
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Raslim Parman Ratim Ecang Hidayatul Khoer Acik Andi Atma Karman Sarmin Rapit Misda Saarip Ecan Namin Hardi Narma Samsudin Aspa Badri Amin S Rasam Nuryadi Acing Osep Darma Andi Itam Nurjaya Darkim Enen Bone Hasan Hamun Junaedi Enok Somad Yanto Rhmat Hidayat Tauik Hidayat Uwatun Hasanah Uu Kuniasih Hamim Dede Apan Dadan
3 3 3 3
3 3 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
3 3 3 2
3 2 3 3
2 2 2 2
3 2 3 2
3 3 2 2
3
3
2
3
1
2
2
1
2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 3 3 1 1 3 1 3 1 1 3 1 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 2
3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 3 2 1 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3
3
1
1
3
1
2
2
2
2
3
3
1
3
1
2
2
2
2
3
1
1
3
2
2
2
2
2 3 2 2 2
3 3 3 2 2
1 1 1 2 2
1 1 1 1 1
3 3 3 1 1
2 2 2 3 3
2 2 2 2 2
2 2 2 1 1
2 2 2 2 2
98
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Gandara Maskara Adi Moh. Rasdi Gugun Iik Saprudin Ican Fahrudin Rudi Herman Nurdiansah
2 3 2 3 1 3 1 3 3 3
2 2 2 1 2 1 2 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 2 3 3 3 3
3 3 1 3 2 3 2 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 1 1 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
99
Lampiran 12. Perhitungan Nilai Indeks a. Indeks Pelaksanaan Program
b. Indeks Pencapaian Tujuan
100
Lampiran 13. Hasil analisis regresi linear berganda a. Uji asumsi normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
100 Mean
0E-7
Std. Deviation
38.53875460
Absolute
.059
Positive
.059
Negative
-.042
Kolmogorov-Smirnov Z
.586
Asymp. Sig. (2-tailed)
.882
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
b. Uji asumsi multikolonieritas Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 16.959 21.544 X1 .241 .643 .029 X2 -35.779 8.848 -.347 1 X3 .139 .477 .024 X4 27.553 8.603 .261 X5 .279 .082 .290 X6 18.680 6.341 .242 Dependent Variable: Y2
t
.787 .374 -4.044 .291 3.203 3.384 2.946
Sig.
.433 .709 .000 .771 .002 .001 .004
Collinearity Statistics Tolerance VIF .934 .783 .877 .867 .784 .855
1.071 1.277 1.140 1.154 1.275 1.170
101
c. Uji asumsi heteroskedastisitas
d. Uji signifikansi F ANOVAa df Sum of Squares 6 119048.358
Model Regression 1
Residual
93
137457.246
Mean Square 19841.393
F
Sig.
13.424
.000
t
Sig.
b
1478.035
99 Total 256505.604 a. Dependent Variable: Y2 b. Predictors: (Constant), X6, X4, X1, X5, X3, X2
e. Uji signifikansi t Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
(Constant) X1 X2 1 X3 X4 X5 X6 a. Dependent Variable: Y2
B 16.959 .241 -35.779 .139 27.553 .279 18.680
Std. Error 21.544 .643 8.848 .477 8.603 .082 6.341
Standardized Coefficients Beta .029 -.347 .024 .261 .290 .242
f. Koefisien determinasi (R-Squares) Model Summary Model 1
R .681
R Square a
.464
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .430
a. Predictors: (Constant), X6, X4, X1, X5, X3, X2
38.4452%
.787 .374 -4.044 .291 3.203 3.384 2.946
.433 .709 .000 .771 .002 .001 .004
102
Lampiran 14. Hasil analisis regresi logistik a. Uji kebaikan model (test goodness of fit) Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 8.883
df
Sig. 8
.352
b. Uji Wald dan Odds ratio Variables in the Equation B S.E. Wald X1 -.026 .050 .281 X2 -18.491 8474.780 .000 X3 .011 .046 .054 Step 1a X4 .614 .601 1.043 X5 .001 .006 .035 X6 1.885 .811 5.403 Constant -6.886 2.648 6.764 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6.
df 1 1 1 1 1 1 1
Sig. .596 .998 .816 .307 .851 .020 .009
Exp(B) .974 .000 1.011 1.847 1.001 6.587 .001
103
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1979 di Surabaya sebagai putra pertama dari pasangan Bapak Robert Raintung dan Ibu Siti Nurhayati. Menikah dengan Kadek Lisa Meriana dan memiliki tiga orang anak, Fardin Rachmanzah, Irfan Rachmanzah, dan Ridwan Rachmanzah. Pendidikan kesarjanaan diselesaikan pada tahun 2002 pada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia Handayani Denpasar, dengan meraih predikat IPK tertinggi. Diterima di Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan pada Tahun 2011 dengan status ijin belajar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Memiliki riwayat pekerjaan sebagai Accounting and Finance Assistant Manager PT Mina Lautan Nusantara (Pasar Ikan Higienis Jakarta) pada Tahun 2004-2005. Mulai tertarik pada dunia perikanan setelah bergabung dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai auditor dari Tahun 2005 hingga sekarang.
Saat ini, publikasi ilmiah yang merupakan bagian dari tesis berjudul “Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan Pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang” sedang diajukan untuk diterbitkan pada Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.