ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 KAJIAN NILAI ERODIBILITAS TANAH PADA LAHAN KEBUN CAMPUR DAN TEGALAN DI SUB – SUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Purwandaru Widyasunu dan Bondansari
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Perubahan penggunaan lahan di wilayah Sub - sub DAS Logawa dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah kerusakan sumber daya lahan. Salah satu penyebab kerusakan sumber daya lahan yang paling utama di lapangan adalah erosi. Erodibilitas tanah merupakan salah satu faktor dari erosi yang sangat penting untuk diketahui. Erodibilitas tanah adalah sifat kepekaan tanah terhadap erosi atau mudah tidaknya tanah terkena erosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui nilai erodibilitas tanah (K) di Sub-sub DAS Logawa Kabupaten Banyumas, 2) mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap nilai erodibilitas tanah (K) di Sub-sub DAS Logawa Kabupaten Banyumas, dan 3) mengkaji pengaruh kemiringan lahan terhadap nilai erodibilitas tanah (K) di Sub-sub DAS Logawa Kabupaten Banyumas. Nilai (K) dari beberapa lahan sampel kemudian diuji dengan analisis varian tersarang untuk menentukan korelasi dengan penggunaan lahan dan kemiringan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai erodibilitas tanah di wilayah Sub – sub DAS Logawa, Kabupaten Banyumas memiliki harkat sedang sampai harkat agak tinggi, sehingga daerah tersebut termasuk dalam kategori rentan erosi. Berdasarkan hasil analisis varian tersarang diperoleh hasil bahwa penggunaan lahan di Sub – sub DAS Logawa Kabupaten Banyumas ini berpengaruh terhadap nilai eroibilitas tanah (K), sedangan kemiringan lahan tidak berpengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah (K). Kata kunci: erodibilitas tanah, penggunaan lahan, Sub-sub DAS Logawa
ABSTRACT
Changes in land use in Sub - sub watershed Logawa causes various problems, one of which is degradation of land resources. One of important factor has ability to degrade the land is soil erosion. Soil erodibility is one of the factors of erosion though it is very important to know how is impacting. Soil erodibility is the nature of soil sensitivity to be eroded or easily to be affected soil erosion. The purpose of this study was to determine such of erosion hazzard of sub-sub-watershed Logawa Banyumas comprises about: 1) how the value of soil erodibility (K), 2) to study the influence of land use on soil erodibility value (K), and 3) to study the influence of land slope to the value of soil erodibility (K). The value (K) of land samples then tested with nested variance analysis to determine correlations between land use and land slope. The results showed that the value of soil erodibility in sub-sub watershed Logawa, district of Banyumas has moderate to rather high dignity, so that area ware categorized as of moderate to high soil erodibility included in the vulnerable category of erosion. Based on a nested analysis of variance test, it showed that the value of the soil erodibility (K) was influenced by the land use of the sub-sub watershed Logawa, however, the slope of the land was not affected the value of soil erodibility (K). Key words: soil erodibility, land use, sub-sub watershed Logawa.
PENDAHULUAN Kabupaten Banyumas merupa-kan
secara administrasi meliputi Keca-matan Kedungbanteng,
Kecamatan
Cilongok,
salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Kecamatan Karanglewas, dan Kecamatan
Tengah yang kaya akan sumber daya air,
Patikraja.
dan salah satunya adalah Sungai Logawa.
Curah hujan yang terjadi di wilayah
Sungai ini bagian hulunya berada di
Sub-sub DAS Logawa relatif cukup tinggi
Gunung Slamet dan bermuara di Sungai
dan berlangsung cukup lama. Wilayah
Serayu. Wilayah Sub–sub DAS Logawa
Sub-sub DAS Logawa secara morfografi
78
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 memiliki
bentuk
berombak,
relief
agak
datar,
kandungan bahan organik dan komposisi
bergelombang,
bergumuk,
berbukit, dan bergunung.
penggunaan
Faktor erodibilitas tanah me-rupakan
lahan di wilayah Sub-sub DAS Logawa
suatu penilaian untuk menunjukan mudah
meliputi tegalan, sawah (irigasi dan tadah
tidaknya tanah terkena erosi, semakin
hujan),
rendah
kebun,
hutan,
semak,
dan
fraksi tanah, Al2O3 dan Fe2O3.
nilai
erodibilitas
tanah
maka
pemukiman. Wilayah ini memungkinkan
semakin tahan terhadap erosi. Kepekaan
nilai
tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh
erodibilitas
tanahnya
berkisaran
sangat rendah sampai tinggi.
fraksi tanah terutama kadar debu, liat, dan
Erodibilitas tanah menurut Asdak
pasir halus, struktur tanah, bahan organik,
(2002) adalah resistensi partikel tanah
serta permeabilitas tanah (Hardjowigeno,
terhadap pengelupasan dan transportasi
1992).
partikel-pratikel tanah oleh adanya energi
Fraksi
halus
(dalam
sedimen
kinetik air hujan, sedangkan menurut
tersuspensi) juga dapat membuat pori-pori
Karta-sapoetra
tanah
dan
Soetejo
(1985)
menjadi
mampat
permukaan.
terhadap
menurun sehingga aliran permukaan akan
penghayutan
menghancurkan
partikel
tanah
oleh
dan air
meningkat.
Akan
infiltrasi
lapisan
Erodibilitas tanah adalah kepekaan tanah daya
Akibatnya
di
tetapi,
jika
akan tanah
curahan hujan. Erodibilitas tanah adalah
demikian mempunyai agregat yang mantap
suatu
erosi
yakni tidak mudah terdispersi, maka
yang
penyerapan air ke dalam tanah masih
mempunyai erodibilitas tinggi akan mudah
cukup besar, sehingga aliran permu-kaan
mengalami erosi daripada tanah yang
dan erosi menjadi relatif tidak berbahaya
mempunyai nilai erodibilitas rendah.
(Arsyad, 2000).
kepekaan tanah terhadap
(Arsyad,
1989).
Erodibilitas
Jadi
tanah
dipengaruhi
Menurut Syarief (1986), struk-tur
banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat fisik,
tanah dapat dikatakan baik apabila di
mekanik,
litologi,
dalam terdapat penyebaran ruang pori-pori
termasuk
yang baik, yaitu terdapat ruang pori di
karakteristik profil tanah seperti kedalaman
antara agregat yang dapat diisi air, udara
tanah dan sifat-sifat dari lapisan tanah
dan sekaligus mantap keadaanya. Agre-gat
(Veiche, 2002). Menurut Arsyad (1989),
tanah yang mantap tidak mudah hancur
nilai erodibilitas tanah ditentukan ber-
oleh adanya gaya dari luar seperti pukulan
dasarkan perhitungan komposisi fraksi
butir air hujan, sehingga pori-pori tanah
mineralogi,
tanah
hidrologi, dan
kimia, biologi,
tanah, struktur, permeabilitas tanah dan 79
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 tidak gampang tertutup oleh partikel-
Sub-sub
DAS
partikel tanah halus.
Banyumas.
Logawa
Kabupaten
Menurut Suripin (2001), peranan bahan organik pada sifat fisik tanah adalah
METODE PENELITIAN
menaikkan kemantapan agregat tanah, mem-perbaiki menaikkan
struktur
daya
tanah
dan
air
tanah
menahan
sehingga mempengaruhi erodibilitas tanah. Cepat lambatnya permeabilitas tanah
Penelitian dilaksanakan di Sub-sub DAS
Logawa,
Kabupaten
Banyumas.
Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah
Fakultas
Jenderal
Pertanian
Soe-dirman.
Universitas
Penelitian
telah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik,
dilakukan selama kurang lebih empat
tekstur tanah, dan struktur tanah. Tanah-
bulan, yaitu mulai Oktober 2009 sampai
tanah yang bertekstur pasir akan lebih
Januari 2010.
cepat
permeabilitasnya jika dibanding
Metode
yang
dalam
metode
survei.
tanah-tanah bertekstur debu dan lempung.
penelitian
Dampak dari cepatnya permeabilitas ini
Pengambilan sampel dilakukan dengan
adalah ber-kurangnya aliran permukaan
metode
karena air banyak yang terinfiltrasi, se-
berdasarkan data satuan lahan homogen.
baliknya
yang ber-tekstur
Satuan lahan homogen dibuat atas dasar
mempunyai permea-bilitas yang
peta penggunaan lahan, peta jenis tanah,
halus lambat
tanah-tanah sehingga
menambah
besarnya
aliran per-mukaan.
ini
dilakukan
adalah
purposive
sampling
yang
dan peta kemiringan (skala 1:72.500). Dari SLH ditentukan secara sengaja beberapa
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
SLH
yang
digunakan
sebagai
lahan
sempel. Variabel
yang
diukur
dalam
1. Mengetahui nilai erodibilitas tanah (K)
penelitian ini adalah variabel penentu nilai
di Sub-sub DAS Logawa Kabupaten
erodibilitas tanah (K) atas dasar teori
Banyumas.
USLE Wischmeier dan Smith (1978).
2. Mengkaji pengaruh penggunaan lahan
Penetapannya dengan meng-hitung : (i)
terhadap nilai erodibilitas tanah (K) di
persentase fraksi debu, pasir halus, dan
Sub-sub
liat, ditetapkan dengan metode pemipetan,
DAS
Logawa
Kabupaten
Banyumas.
(ii) persentase bahan organik tanah, (iii)
3. Mengkaji pengaruh kemiringan lahan
permeabilitas tanah, dan (iv) struktur
terhadap nilai erodibilitas tanah. (K) di
tanah. Metode penetapan bahan organik adalah konversi dari nilai C organik tanah,
80
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 sedangkan C organik tanah ditetapkan
diketahui bahwa jumlah bulan kering rata-
menggunakan analisis Spektrofotometri.
rata 3 bulan dalam setahun, jumlah bulan basah 8 bulan dalam setahun. Dari data
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut, maka nilai Q sebesar 37,5 %.
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan besarnya nilai Q tersebut
1.
(menurut Schmidt dan Ferguson), daerah
Letak geografis Secara
DAS
penelitian masuk pada tipe curah hujan C
Logawa Kabupaten Banyumas terletak di
yang merupakan daerah zona iklim agak
antara 109o08’30” BT sampai 109o14’20”
basah.
BT dan 07o15’15” LS sampai 07o29’45”
3.
LS.
geografis
Sub–sub
Kemiringan dan jenis tanah
Secera administrasi, daerah kajian
Berdasarkan peta kemiringan daerah
yang berada di Sub–sub DAS Logawa
kajian terdapat pada kemiringan (%)
memiliki
12.405,474 ha.
meliputi 2– 8, 8–15, 15–25, dan > 40,
Bagian hulu dari Sub-sub DAS Logawa
sehingga jika dilihat dari morfografi,
berada
daerah penelitian berada dalam relief agak
area di
seluas
Kecamatan
kedungbanteng,
bagian hilir dari Sub–sub DAS Logawa
datar,
berada di Kecamatan Patikraja yang
bergunung. Kemiringan 2–8 (agak datar)
bermuara di Sungai Serayu.
merupakan daerah yang ter-luas yaitu
2.
Iklim
dengan luas 7226,448 Ha atau 58,25 %
Berdasarkan data curah hujan rata-rata
dan
daerah kajian selama 6 tahun (Tabel 1),
berombak,
kemiringan
bergelombang,
>
40
dan
(bergunung)
merupakan daerah yang terkecil
Tabel 1. Curah hujan bulanan rata-rata selama 6 tahun (2004-2009). Bulan
CH (mm) Januari 347,50 Februari 240,66 Maret 309,16 April 318,66 Mei 58,66 Juni 115,00 Juli 51,50 Agustus 15,16 September 93,83 Oktober 336,16 Nopember 580,66 Desember 490,33 ∑ 2957,28 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas.
Rerata HH (mm) 16,16 10,66 14,50 16,00 7,50 6,50 3,50 2,66 4,00 10,16 18,50 17,50 126,98
81
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Tabel 2. Kemiringan daerah Sub–sub DAS Logawa, Kabupaten Banyumas No . 1. 2. 3. 4.
Luas kemiringan Hektar Persen 61,088 0,49 1158,227 9,34 3959,711 31,92 7226,448 58,25 12405,474 100
Kemiringan / relief
> 40 (Bergunung) 15 – 25 (Bergelombang) 8 – 15 (Berombak) 2 – 8 (Agak datar) Total Sumber : Hasil analisis, tahun 2010.
Tabel 3. Jenis tanah daerah sub–sub DAS Logawa, Kabupaten Banyumas. No.
Jenis Tanah
Hektar 9948,25 2457,224 12405,474
2. 3.
Latosol Coklat Podsolik Merah Kekuningan Total Sumber : Hasil analisis, tahun 2010.
Luas tanah
Persen 81,19 18,81 100
yaitu dengan luas 76,306 Ha atau 0,52 %.
sama yakni 0,28 dengan harkat sedang.
Sebaran kemiringan disajikan pada Tabel
Dari data hasil analisis, faktor–faktor
2. Jenis tanah yang terdapat di Sub-sub
yang
DAS Logawa terdiri dari : (i) Latosol
erodibilitas tanah pada kedua jenis tanah
Coklat
Merah
tersebut
Kekuningan. Sebaran tanah Latosol Coklat
Latosol
merupakan sebaran tanah yang terluas
berpengaruh adalah kandungan bahan
yaitu dengan luas 9951.120 hektar atau
organik yang cukup besar yakni 2,812 %
67,54 % dan sebaran tanah Podzolik
dibandingkan de-ngan kandungan bahan
Merah Kekuningan merupakan sebaran
organik pada jenis tanah Podzolik Merah
tanah terkecil yaitu dengan luas 2321.865
Kekuningan yakni sebesar 1,541 %. Pada
hektar atau 15,76 %. Sebaran tanah
tanah
Podzolik
disajikan pada Tabel 3.
faktor
yang
dan
(ii)
Podsolik
Bila dihubungkan dengan sifat-sifat
menye-babkan
besarnya
berbeda–beda. Coklat
faktor
Merah
nilai
Pada
tanah
yang
paling
Keku-ningan
mempengaruhi
nilai
erodibilitas tanah adalah kandungan pasir
tanah, yakni fraksi tanah dan kandungan
yang
bahan organik tanah (Tabel 4), pada
dibandingkan dengan kandungan pasir
tanah Latosol Coklat dan Podzolik Merah
yang ada jenis tanah latosol coklat yakni
Kekuningan
sebesar 4,92 %.
di
daerah
penelitian
memiliki nilai erodibilitas tanah yang
82
cukup
besar
yakni
8,38
%
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Tabel 4. Data analisis fraksi pasir tanah berdasarkan jenis tanah. Jenis tanah
Latosol coklat
Desa
Sampel
Windujaya Sokawera Babakan Sokawera Karangkemiri Keniten Pageraji Pageraji Kediri Karanggude
1 2 3 4 5 6 7 8 12 13
Podzolik merah kuning
Fraksi Tanah Pasir Debu halus %
Liat
5,95 6,02 3,84 9,34 9,99 4,82 5,3 6,37 4,36 7,85
0,20 0,45 0,42 0,22 0,27 0,17 0,43 0,16 0,43 0,10
6,38
0,28
39,87 19,99 32,51 45,02 40,97 56,65 29,52 55,54 36,31 66,91
5,984 2,921 2,073 3,584 1,742 3,356 2,673 3,001 0,944 1,846
4,92
3,08
49,64
42,33
2,812
9 10 11 14
2,80 1,80 8,77 16,2
2,39 1,44 3,02 5,54
46,89 38,05 32,25 42,04
47,90 58,69 55,93 35,22
1,882 1,871 1,704 1,634
Remah Gumpal Remah Remah
4,98 3,71 9,5 1,34
0,26 0,18 0,15 0,34
15
12,4
6,33
52,13
29,15
0,614
Remah
0,73
0,50
8,39
3,74
46,47
45,38
1,541
Remah – gumpal
4,05
0,28
sawahan faktualnya luas yakni 4049.313
Penggunaan lahan penggunaan
Remah Gumpal Remah Gumpal Remah Remah Remah Gumpal Gumpal Remah Remah – gumpal
55,06 53,30 59,98 49,91 54,15 37,55 60,73 40,54 54,69 30,53
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010.
Luas
K
Struktur
2,24 7,52 2,60 1,34 0,54 2,42 3,85 2,06 6,86 1,45
Rata - rata
4.
Permeabilitas
B.O
2,80 19,2 4,89 3,71 4,32 3,36 5,88 1,84 2,12 1,08
Rata - rata Panusupan Panusupan Notog Kedungrandu Kedungwuluh Lor
Pasir
pada
Ha atau 32,64 % dibandingkan dengan
lahan
luasan tegalan yakni dengan luas 265,631
disajikan pada Tabel 5. Lahan ter-luas
Ha atau 2,14 % dari luas daerah penelitian.
adalah penggunaan untuk lahan kebun,
Luas masing-masing penggunaan lahan
yaitu sebesar 4190,286 Ha atau sekitar
disajikan
33,77 %. Penggunaan lahan yang paling
bermasalah terhadap erosi.
sempit
B. Penentuan Nilai Erodibilitas Tanah
masing-masing
adalah
lahan
penggunaan
tegalan
yakni
sebesar
pada
265,631 Ha atau 2,14 % dari seluruh jenis
1. Bahan organik
penggunaan lahan yang ada di wilayah
Daerah
penelitian. Berdasarkan
perbandingan
luas
Tabel
penelitian
5.
atas
penggunaan
lahan,
maka
kandungan
bahan
organik
Tegalan
dasar rata-rata pada
tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah
penggunaan lahan kebun lebih besar
penelitian merupakan daerah agraris atau
dibandingkan dengan rata-rata kandungan
pertanian, terutama pertanian lahan basah.
bahan organik pada penggunaan lahan
Hal ini di-karenakan luasan daerah per-
tegalan yakni senilai 2,54 % dan 1,85 %
83
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 (Tabel 6). Sedangkan kandungan bahan
rata kandungan debu pada kemiringan 15–
organik atas dasar kemiringan lahan, rata-
25 % lebih besar dibandingkan dengan
rata
kandungan
organik
pada
rata-rata kandungan debu pada kemiringan
lebih
besar
25–40 % yakni senilai 49,85 % dan 43,34
dibandingkan dengan rata-rata kandungan
% (Tabel 7). Rata-rata kandungan liat di
bahan organik pada kemiringan 25–40 %
penggunaan lahan kebun lebih besar
yakni senilai 2,36 % dan 2,04 % (Tabel 6).
dibandingkan dengan rata-rata kandungan
2. Tekstur
liat di penggunaan lahan tegalan yakni
kemiringan
bahan
15–25
%
Kandungan debu rata-rata di lahan
senilai 48,82 % dan 33,97 %. Sedangkan
kering Sub-sub DAS Logawa. Rata-rata
kandungan liat yang berdasarkan pada
kandungan debu pada penggunaan lahan
kemiringan,
kandungan
tegalan lebih besar dibandingkan dengan
kemiringan
15–25
rata-ratanya pada penggunaan lahan kebun
dibandingkan dengan kandungan liat pada
yakni senilai 48,89 % dan 44,30 % (Tabel
kemiringan 25–40 yakni senilai 39,54 %
7). Sedangkan rata-rata kandungan debu
dan 43,25 %.
liat lebih
pada kecil
berdasarkan pada kemiringan lahan, rataTable 5. Luasan penggunaan lahan wilayah kajian. No.
Penggunaan lahan
Hutan 1. 2. Kebun 3. Pemukiman 4. Sawah irigasi 5. Sawah tadah hujan 6. Semak 7. Tegalan 8. Sungai Total Sumber : Hasil analisis, tahun 2010.
Hektar 550,316 4190,286 2280,093 1447,877 2601,436 899,497 265.631 170.338 12405.474 Ha
Luas lahan
Persen 4,45 33,77 18,38 11,67 20,97 7,25 2,14 1,37 100.00
Tabel 6. Kandungan bahan organik (%) berdasarkan penggunaan lahan dan kemiringan di daerah kajian. Penggunaan lahan
Kemiringan (%) 15 – 25 25 - 40 Kebun 2,65 2,44 Tegalan 2,07 1,63 Jumlah 4,72 4,07 Rata - rata 2,36 2,04 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010.
84
Jumlah
Rata - rata
5,09 3,70 8,79 4,39
2,54 1,85 4,39
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Tabel 7. Kandungan debu (%) berdasarkan penggunaan lahan dan DAS Logawa. Kemiringan (%) 15 - 25 25 – 40 Penggunaan lahan Debu Liat Pasir Debu Liat Pasir (%) (%) halus (%) (%) halus (%) (%) Kebun 43,98 47,38 1,61 44,61 50,26 2,19 Tegalan 55,72 31,71 4,70 42,05 36,23 5,54 Jumlah 99,70 79,09 6,31 86,66 86,49 7,73 Rata-rata (%) 49,85 39,54 3,15 43,34 43,25 3,87 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010. Rata-rata kandungan pasir halus
kemiringan di Sub-sub Rata-rata fraksi Debu (%)
Liat (%)
Pasir halus (%) 44,30 48,82 1,90 48,89 33,97 5,12 93,19 82,79 7,02 -
dengan harkat lambat sampai sedang
daerah penelitian atas dasar penggunaan
permeabilitas
lahan menunjukkan bahwa di penggunaan
kemiringan, rata-rata permea-bilitas pada
lahan
ke-miringan
kebun
reratanya
lebih
kecil
yang
berdasarkan
15–25
%
lebih
besar
dibandingkan dengan rerata kandungan
dibandingkan
pasir halus di penggunaan lahan tegalan
permeabilitas pada ke-miringan 25–40 %
yakni senilai 1,90 % dan 5,12 %. Sedang-
yakni senilai 5,91 cm/jam dengan harkat
kan rata-rata kandungan pasir halus yang
lambat sampai sedang dan 3,04 cm/jam
berdasarkan pada kemiringan, rata-rata
dengan harkat lambat sampai sedang
kandungan pasir halus pada kemiringan
(Tabel 8). Jelaslah bahwa strata penutupan
15–25 % lebih kecil di-bandingkan dengan
lahan menunjukkan pengaruh ter-hadap
rata-rata kan-dungan pasir halus pada
perlindungan permukaan tanah, sehingga
kemiringan 25–40 % yakni senilai 3,15 %
lebih lama me-melihara permeabilitas
dan 3,87 %.
tanah. Ini merupakan suatu kekuatan tanah
3. Permeabilitas
untuk tidak mudah tererosi. Per-meabilitas
Daerah penggunaan
penelitian lahan,
atas
diperoleh
dasar rata-rata
dengan
pada
rata-rata
tanah yang lebih cepat maka lebih cepat pengaliran airnya dalam sub-sub
tubuh tanah di
permeabilitas untuk penggunaan lahan
wilayah
DAS
kebun lebih besar diban-dingkan dengan
Penggunaan
rata-rata permea-bilitas untuk penggunaan
permeabilitas
tanah,
lahan tegalan. Nilainya yaitu 5,71 cm/jam
menentukan
erodibilitas
dengan harkat lambat sampai sedang
berubah dari aslinya akibat budidaya
(kebun) dan untuk tegalan 3,24 cm/jam
tanaman pertanian.
lahan
Logawa. menentukan
yang
selanjutnya tanah
yang
85
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Tabel 8. Permeabilitas (cm/jam) berdasarkan penggunaan lahan dan kemiringan di daerah kajian. Penggunaan lahan Kemiringan (%) Rata - rata 15 – 25 25 - 40 Kebun 6,67 4,74 5,71 Tegalan 5,13 1,34 3,24 Jumlah 11,81 6,08 8,95 Rata - rata 5,91 3,04 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010. Tabel 9. Nilai erodibilitas tanah berdasarkan penggunaan lahan dan kemiringan di daerah kajian. Penggunaan lahan
Kemiringan (%) 15 – 25 25 - 40 Kebun 0,234 0,238 Tegalan 0,395 0,345 Jumlah 0,629 0, 583 Rata - rata 0,315 0,291 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010.
Rata - rata 0,236 0,370 0,606
penelitian berkisar antara 0,236 dan 0,370.
4. Struktur Struktur tanah yang terdapat di
Nilai erodibilitas tanah pada kemiringan
daerah kajian antara lain remah dan
15–25 % dan pada kemiringan 25–40 %
gumpal. Struktur remah menunjuk pada
berkisar antara 0,315 dan 0,291 (Tabel 9).
lebih kuatnya pengaliran air ke dalam
C. Pengaruh Penggunaan Lahan dan Kemiringan Terhadap Erodibilitas Bedasarkan hasil analisis va-riansi
tanah akibat permeabilitas yang lebih cepat (lihat permeabilitas tanah).
tersarang, penggunaan lahan memberikan
5. Erodibilitas Tanah Berdasarkan data kandungan bahan organik (Tabel 6), kandungan debu (Tabel 7), kandungan liat (Tabel 7), kandungan pasir
halus
(Tabel
7),
besarnya
permeabilitas (Tabel 8) dan struktur tanah pada
tiap
kemiringan,
penggunaan maka
lahan
diperoleh
dan nilai
erodibilitas tanah yang beragam dari Subsub DAS Logawa. Nilai erodibilitas tanah pada penggunaan lahan kebun dan penggunaan lahan tegalan yang terdapat di daerah
86
pengaruh
yang
nyata
terhadap
nilai
erodibilitas tanah di daerah kajian. Nilai erodibilitas tanah pada penggunaan lahan kebun dan penggunaan lahan tegalan masing–masing adalah 0,236 (sedang) dan 0,370 (agak tinggi). Rinci nilai erodibilitas tanah
di
daerah
kajian
atas
dasar
penggunaan dan kemiringan lahan tersaji pada Tabel 9. Penggunaan
lahan
memberikan
pengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah di daerah penelitian. Hal ini disebabkan
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 karena faktual kisaran kandungan bahan
ke tanah. Kebun juga memiliki lapisan
organik tanah pada penggunaan lahan
seresah dan vegetasi yang cukup banyak,
tegalan dan kebun bervariasi, yaitu antara
dan pada lahan kebun diterapkan sistem
1,85 % (tegalan) sampai 2,54 %. (kebun
terasering. Pelapukan bahan induk juga
campur). Permeabilitas tanah di kedua
dibantu oleh akar tanaman yang ada dalam
penggunaan lahan adalah lambat sampai
tanah
sedang. Persentase liat pada penggunaan
kandungan liat. Meningkatnya liat ini
lahan kebun relatif lebih tinggi dibandingkan
akan berperan dalam menekan nilai
pada penggunaan lahan tegalan,
erodibilitas tanah, karena tanah-tanah
masing-masing 48,82 % persentase
pasir
yaitu
dan 33,97 %;
sangat halus
sehingga
bertekstur
akan
liat
meningkatkan
akan
mempunyai
pada
kemantapan agregat yang lebih stabil
penggunaan lahan tegalan relatif lebih
dibandingkan fraksi tanah yang lain
besar dibandingkan dengan kandungan
sehingga
pasir halus pada penggunaan lahan
erodibilitas tanah (Arsyad, 2010).
kebun yaitu masing-masing 5,12 % dan 1,90 %. Bentuk struktur di
daerah
akan
dapat
menekan
nilai
Penggunaan lahan tegalan tidak memiliki lapisan seresah dan memiliki
penelitian yaitu: remah, dan gumpal.
vegetasi
Tabel 10 menyajikan data nilai/harkat
tanah yang jarang. Hal ini berakibat
variabel penentu erodibilitas tanah pada
penggunaan
penggunaan lahan kebun dan tegalan sub-
kualitas tanah dan produktivitas lahan yang
sub DAS Logawa. Kebun memperoleh
rendah karena hilangnya partikel liat yang
bahan organik tanah
halus dari lapisan olah yang kaya akan
dedaunan,
ranting
dari pelapukan pohon,
sisa-sisa
tanaman, serta bangkai hewan yang jatuh
dengan
kerapat-an
lahan
tegalan
penutup memiliki
bahan organik dan adanya unsur hara terbawa
erosi
(Agung,
2006).
Tabel 10. Data rata-rata analisis tanah berdasarkan penggunaan lahan.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penentuan nilai erodibilitas Bahan Organik Permeabilitas Persen debu Persen liat Persen pasir halus Struktur
7.
Tekstur
No.
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Penggunaan lahan
Kebun 2,54 Lambat - sedang 44,295 48,82 1,90 Remah, gumpal
Tegalan 1,85 Lambat - sedang 48,885 33,97 5,12 Remah, gumpal Liat, liat berdebu, lempung Lempung berdebu, liat liat ber-debu berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat
87
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Dengan
demikian
pada
tidak
bervariasi.
Kandungan
bahan
penggunaan lahan tegalan memi-liki
organiknya hampir sama yaitu hanya antara
nilai
2,36 % sampai 2,04 %.
erodibilitas
yang
lebih
besar
Permeabilitas
dibandingkan pada peng-gunaan lahan
tanah di kedua kemiringan adalah lambat
kebun. Menurut Stocking (1984), tanah-
sampai sedang. Persentase liat pada setiap
tanah
dikerjakan
kemiringan relatif tidak berbeda, yakni
umumnya porositasnya lebih jelek dari
bekisar antara 39,54 % sampai 43,25 %,
aslinya.
Penyebabnya
begitu juga dengan persentase
tersebut
telah
yang
kerap
kali
karena
mengalami
tanah
perubahan
sangat halus
pasir
yakni berkisar 3,15 %
struk-tur, baik oleh pengolahan tanah
sampai 3,87 %. Bentuk struktur di daerah
maupun
bahan
penelitian yaitu : remah dan gumpal.
organic (Stocking, 1994). Pengu-rangan
Secara terinci hasil analisis tanah variabel
porositas biasanya
ber-hubungan
penentu erodibilitas atas dasar kemiringan
dengan
kandungan
karena
turunnya
berkurangnya
erat bahan
lahan disajikan pada Tabel 11.
organik yang menyebabkan berkurangnya
Pada berbagai tingkat ke-miringan
pem-butiran tanah (Ethika dan Widyasunu,
lahan
2009), sehingga pada penggunaan lahan
lahan yang saling mempengaruhi baik
tegalan lebih memiliki struktur remah dan
dari segi kan-dungan bahan organik,
atau gumpal.
permeabi-litas tanah, tekstur tanah dan
Kemiringan
tidak
memberikan
terdapat
struk-tur
beberapa
tanah
pada
penggunaan
masing-masing
pengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah
pengunaan lahan. Hal ini bisa dipahami
di
bahwa
daerah
penelitian.
Hal
tersebut
dengan
semakin
besarnya
disebabkan karena rata-rata kisaran bahan
kandungan debu dan pasir sangat halus
organik tanah pada setiap kemiringan
serta
sedikitnya
kandungan
Tabel 11. Data rata-rata analisis tanah berdasarkan kemiringan.
No.
Penentuan nilai erodibilitas Bahan Organik Permeabilitas Persen debu Persen liat Persen pasir halus Struktur Tekstur
Kemiringan (%)
15 - 25 2,36 lambat - sedang 49,85 39,54 3,15 remah, gumpal lempung liat berdebu, lempung berdebu, liat berdebu, dan liat Sumber : Hasil analisis, tahun 2010. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
88
25 - 40 2,04 lambat - sedang 43,33 43,25 3,87 remah, gumpal lempung liat berdebu, liat, liat berdebu, dan lempung berliat
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 bahan organik akan memperlemah kekuatan
diversitas dan populasi tertentu guna
pengikatan antara partikel-partikel tanah.
perbaikan kualitas tanah atau program
Ke-mantapan agregat tanah yang makin
rekla-masi tanah/lahan baik akibat erosi
rendah menyebabkan partikel tanah makin
maupun
mudah diangkut oleh air ( t r i g ge r e f e k
Widyasunu, 2009).
erodibilitas
men-jadi
lebih
pertambangan
(Kusuma
dan
besar).
Menurut Morgan (1990), partikel tanah yang paling peka terhadap pengangkutan
KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
dan pengikisan adalah debu dan pasir
erodibilitas
sangat halus. Menurut Dangler dan El-
sub DAS Logawa, Kabupaten Banyumas,
Swaify (1975), tanah yang kandungan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
debunya antara 40-60 persen
berikut :
tanah
yang
peka
terhadap
adalah erosi.
tanah
penilaian
(nilai-K)
di
Sub
1. Nilai erodibilitas tanah lahan di
Menurut Kurnia dan Suwardjo (1984),
wilayah
bahwa tanah di Jawa yang termasuk latosol,
Kabupaten Banyumas harkatnya adalah
regosol, dan podsolik adalah tanah-tanah peka
sedang sampai agak tinggi,
terhadap erosi. Tanah dengan kan-dungan
berkisar antara 0,234 sampai 0,395,
liat agak tinggi bisa merupakan tanah-tanah
sehingga daerah tersebut termasuk
yang
dalam kategori rentan erosi.
mudah
tererosi
(Olson
dan
Wischmeier, 1963) terutama apabila liatnya termasuk plastis terhadap
dengan
sesquioksida
nisbah
silika
(SiO2/(Fe2O3
sub–sub
DAS
Logawa, yaitu
2. Penggunaan lahan di wilayah Sub-sub DAS Logawa, berpengaruh terhadap
+
nilai erodibilitas tanah, yaitu pada
Al2O3)) > 2,0 (Arsyad, 2010). Guna
penggunaan lahan kebun campur nilai
meningkatkan
erodibilitas
resistensi
tanah
tanah
berkisar
(menurunkan erodibilitas) dapat ditempuh
0,234-0,238
antara lain dengan menambah bahan
penggunaan lahan tegalan kisarannya
organic tanah ideal sampai kandungan 5 %
antara 0,345-0,395.
(Widyasunu, 2010). Tanah-tanah tropika
sedangkan
antara
3. Kemiringan lahan di wilayah Sub-sub
hutan hujan basah apapun dominansi
DAS
fraksi teksturalnya memerlukan program
terhadap nilai erodibilitas tanah.
penambahan
bahan
organik
dan
pengkayaan mikroba tanah (Widya-sunu
pada
Logawa
tidak
ber-pengaruh
UCAPAN TERIMAKASIH: Diucapkan
terimakasih
atas
dan Atmodjo, 2010). Prak-tiknya sampai
terselenggaranya riset ini dari dana Riset
menghasilkan mi-kroba dan biota tingkat
Unggulan Nasional DIKTI T.A. 2009. 89
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Terimakasih pula atas jerih payah Sdr. Yuli Budiyanto yang ikut dalam penelitian ini. Pekerjaan saudara mulai persiapan teknis sampai dengan survey tanah/lahan dan pekerjaan laboratorium termasuk baik. DAFTAR PUSTAKA Agung I. G. A. Mas Sri. 2006. Prospek Pengembangan Per-tanian Lahan Kering. Di Ende. Fak. Pertanian UNUD Denpasar, Bali. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 274 hal. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumber-daya Informasi – Institut Pertanaian Bogor. IPB Press, Bogor. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-2 Copyright 2009, Cetakan ke-2 tahun 2010. IPB Press, Bogor. 472 hal. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. UGM press. Yogya-karta. hal 4-377. Dangler, E.W. and El-Swaify. 1975 . Water Erosion in Hawii Soils. Agronomy Abstract. ASA. 158. Dangler, E.W. and El-Swaify. 1976. Erosion on Selected Hawaian Soils by Simulated Rainfall. Soil Science Society of America (SSSA). Proceeding 40: 769-773. Darmawijaya, M.I., 1997. Klasifikasi Tanah ; Dasar Teori bagi Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Gadjah mada University Press. Yogyakarta. hal 163-171. Ethika, D., dan P. Widyasunu. 2009. Identification of Upland Characteristics for Land Degra-dation Potential of Logawa Sub-River Basin (Banyumas Regency) to Encourage It’s Rehabilitation Trough Conservation Crop. Livestock Farming System. Proceeding of International Seminar on Upland For Food Security. Sub Topic: Cropping
90
System and Land Conservation. Held in Agricultural Faculty of Unsoed, Nov., 7-8, 2009. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Per-kasa. Jakarja. hal 36-41. Kartasapoetra, A. G. dan Sutedjo, M. M. 1985. Teknologi Konse-rvasi Tanah dan Air. PT Rineka Cipta. Jakarta. 35 hal. Kartasapoetra, A. G. 1986. Kli-matologi “Pengaruh Iklim Terhadap Tanah Pertanian “. Bina Aksara. Jakarta. hal 26 – 27. Kurnia, U., dan Suwardjo. 1984. Kepekaan Beberapa Jenis Tanah di Jawa Menurut Metode USLE. Pemb. Penel. Tanah dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah, Bogor. 3: 17-20. Lakitan, B.1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 173 hal. Morgan, R.P.C. 1990. Soil Erosion and Conservation. Long-man Scientific and Tech-nical. Co Published in The USA with John Willey and Sons Inc. New York. Musyarofah, U. 2005. Studi Ero-dibilitas Tanah pada Lahan Kering di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 53 hal. (Tidak Dipublikasikan). Nurak. V dan Utami F.B. 2002. Sistem dan Dampak Agro-silvatoral, Suatu Kajian Kritis di Desa Manumean, Keca-matan Biboki Utara, Kabupaten Timur Tengah-Pro-pinsi NTT, Kerjasama KPMNT dengan Yayasan Mitra Tani Mandiri, Studio Driya Media, Bandung. Notohadiprawiro, T. dan S. Hastuti. 1978. Asal-asal Pedologi Bagian 1. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. hal 139. Olson, T.C. and W.H. Wischmeier. 1963. Soils Erodibility Eva-luation for
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 1, Januari 2011 Soils of The Run off and Erosion Station. SSSA Proc. 27. Poesen, J. 1981. Rainwash experi-ment on the erodibility of loose sediments. Earth Surf. Proc. Landforms 6:285307. R.E.K. Kusuma dan P. Widyasunu. 2009. Characterization of Volcanoes Upland Degra-dation Caused By Stone and Sand Mining and It’s Reclamation Scenario for Bio-mass Production. Proceeding of International Seminar on Upland For Food Security. Sub Topic: Agriculture Ma-nagament. Held in Agricul-tural Faculty of Unsoed, Nov., 7-8, 2009. Sarief, S. 1985. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. CV. Pustaka Buana. Bandung. hal 136-140. Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Per-tanian. CV Pustaka Buana. Bandung. hal 136-142. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta. Utomo, W.H., 1989. Konservasi Tanah di Indonesia : suatu rekaman dan analisis. Raja-wali. Jakarta. 176 hal.
Veiche, A. 2002. The spatial varia-bility of erodibility and its relation to soil types : A study from Northerm Ghana. Geo-derma 106 : 110-120. Wischmeier, W. H., and J. V. Mannering. 1969. Relation of soil properties to its ero-dibility. Soil Sci. Am. Proc. 33 : 131-137. Wichmeier, W.H. and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses – A Guide to Conservation Planning. USDA Agric.Handb. No. 537. 58 pp. Widyasunu, P. 2010. Peranan Azolla microphylla untuk Go Padi Organik. Proceeding Seminar Hari Lingkungan Hidup Sedunia: Tata Ruang Peter-nakan Rakyat Produktif Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan untuk Mening-katkan Kualitas Hidup Masyarakat. Widyasunu, P., dan S. Atmodjo. 2010. Kajian Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batu dengan Aplikasi Pupuk Organik dan Mikoriza terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Agronomika: Jurnal Budi-daya Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Jurusan Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Unsoed. Vol. 10, No.2, Juli 2010.
91