KAJIAN KESEJAHTERAAN HEWAN TERNAK DALAM AJARAN AGAMA BUDDHA, HINDU, YAHUDI, NASRANI DAN ISLAM
Oleh: AJI WINARSO B04103044
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Aji Winarso. B04103044. Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak dalam Ajaran Agama Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani dan Islam. Di bawah bimbingan Fadjar Satrija dan Hasim. Perhatian masyarakat dunia terhadap isu kesejahteraan hewan (kesrawan) temak terus mengalami peningkatan. Sayangnya dalam usaha promosi kesrawan tidak semua negara di dunia mendukung dengan peraturan legalnya. Oleh karena itu perlu digali nilai-nilai agama yang mendukung promosi kesrawan. Telaah pustaka ini bertujuan mengetahui pandangan ajaran agama atas hubungan manusia dan hewan, mengetahui implementasi kesrawan pada ajaran agama serta mengidentifikasi tantangan dalam mewujudkan kesrawan yang muncul dari ajaran agama. Telaah pustaka yang dilakukan menunjukkan bahwa agama mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang relasi manusia dengan hewan temak. Agama Buddha dan Hindu cenderung untuk memberikan hak-hak asasi hewan yang setara dcngan hak asasi nlanusia sehingga tidak memperbolehkan pemanfaatan dan penyembelihan he\van ternak dengan alasan penyakralan. Yahudi dan Nasrani niemberikan mazusia kekuasaan atas hewan, yang dalam ha1 ini posisi hewan lebili rendali daripada nianusia. Sedangkan Islam memberikan pemahaman bahwa manusia adalah khnlijhlz (pemimpin) di muka bumi sehingga bumi dan isinya termasuk henan dapat dimanfaatkan agar tercapai keuntungan dan kesejahteraan secara tinihal halik. Secara umum semua agama niemberikan tuntunan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada liewan teniak dan nleniperlakukannya dengan kasih sayang. Namun, ketidakrincian ajaran kesra\van dalam agama (kecuali Islam) nienimhulkan banyak penafsiran yang berbeda di antara pemeluknya sebinggd benmhas pada munculnya masalah-niasalah kesral~an.Imbas tersrbut juga diperk~.at dcnyan rnasalah relevansi agania dengan keadaan sosial mas) arakat pengenutnya. Kata kunci: kesejahteraan hewan, agama, teniak
ABSTRACT Aji Winarso. B04103044. Study on Animal Weyare of Farm Ani~nai by Affiliatio~~ of Buddhism, Hinduism, Judaism, Christendom and Islam. Under direction of Fadjar Satrija and Hasim. World's public concenz on animal welfare issues has been increasing. U~lfortunatelydue to promotions of animal welfare, it isn't all of cotintries have any supporting legal regulations. Therefore it is necessaly to bring out religious values to support animal we@re promoting efforts. This literature study aims to know religious perspective on h~inzan-animalrelation, to know aninla1 welfare itnpleinentatio~~ by religiozcs affiliation and to identifl facing problem by religious aspect on animal welfare inzpleinentatio~~ effort. Co~zductedstudy on literature has showr~ that religions have dijjerent perrepti012 1cpo11hlmtan aid far111 ani~nalrelatioil. Buddlzisnz and Hir~duisn~ arterid to recognize tl~atai~iri~al have the same rigl~tswith hunzan and since tl~ey are sacred beings it has been banned to use or to sln~iglrteraiziinals. Jtrciaism and Cl~risre~zdo~ir have giver? hlrrnnr~ dolorniniotr over a~ri~~lals so that a~zimalsare iilferior to Ir~tntnnbeitrgs. bi%i/e Zslafn recognize tl~ntI?u~?zanas vicegerents on earth aizd 1tzr111nware pernzirted to take benefit jronz animals by nlutually works. Genercrlly al! of religions irlstnrct their adl~ererrrs to treat ar~ir~ralswith contpassio~r. Hoive\~e~..~rrrspecrjicdetails of the t h o ~ c ~ l(exceptior~ally ~ts Isla111's) catrsed difference iirterpretariort in tl~eiradl~erentsand the11 ar~irnal welfare PI-oblemshad arisen. More over this proble~nshas bee11stre~~gtlzened by religion relevancies ~nirht l ~ sociul e coiztlrrior~of udlrcrent 's cor~rrrnrr~ity.
KAJIAN KESEJAHTERAAN HEWAN TERNAK DALAM AJARAN AGAMA BUDDHA, HINDU, YAHUDI, NASRANI DAN ISLAM
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN HEWAN pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Oleh: AJI WINIIRSO
I304103044
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAK INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN LEMBAR PENGESAHAN Judul
: Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak dalam Ajaran
Agama Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani dan Islam Nama
: Aji Winarso
NIM
:B04103044
Program Studi : Strata-1 Kedokteran Henran
Menyetujui,
1 Dekan FKH IPB
: 18 Januari 2008
Tanggal Ujian Tanggal Lulus
.. I1 i
RTWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 1 Januari 1985. Penulis merupakan anak bungsu dari pasangan Saliyo dan Surati. Orang tua dan kedua saudara kandung penulis tinggal di Kebumen, tempat penulis dibesarkan. Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak Buana Putra Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren. Ia masuk TK tersebut pada tahun 1990 dan menyelesaikan belajamya tahun 1991. Penulis kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah dasar (SD) daii tahun 1991 hingga 1997 di SD Negeri 1 Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren. Penulis melanjutkan penimbaan ilmunya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Buluspesantren pada tahun 1997 &an menyelesaikannya tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMU Negeri 1 Kebumen pada tahun 2000 dan lulus pada 2003. Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang dipenuhi penulis membawanya helajar di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan. Or~anisasi yang pemah diikutinya diantaranya
Tin1 Mahasiswa Peduli
Lingkungan Lingkar Ka~iipus(TMPLLK), Forum Ilmiah Mahasisxva FKH IPB. dan De\van Penvakilan Maliasis\va FKH IPB. Selanla menyusun skripsi ini, pcnulis lnasih aktif sebagai angyota Dewan Penvakilan Ma1iasisn.a dan hlajelis Perniusya\\~i:tan Mahasisna Keluarga Mahasiswa IPB. Di kegiata~i ilmiah. penulis pelnah niendapatkan pendanaan DIKTI atas dua proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang pengabdian masyarakat dan satu proposalnya di bidang penelitian.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw., keluarga, dan sahabat serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Tiada kata yang layak penulis haturkan selain rasa syukur ke hadirat-Nya atas segala nikmat, kesempatan d m kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Kajian Kesejahteraan Hewan dalam Ajaran Agama Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani d m Islam" ini. Penulis tidak mengingkari bahwa rahmat Allah telah penulis dapatkan melalui orang-orang di sekitar penulis. Atas kebaikan tersebut, penulis tak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya (teriring doa semoga mereka mendapat balasan yang lebih baik dari .411ah) kepada: 1. Orang tua tercinta (Rnnza Saliyo dan Biyz~ilgSurati) beserta kakak-kakak penulis (Krtng Danar, Mbak Yuni dan Kaiig Unggul); 2. Kedua dosen pembimbing, yaitu Drh. Fadjar Satrija, MSc. PhD. dan Dr. Drh. Hasini, DEA serta Dr. Drh. I Wayan Teguli LVibawan, MS. selaku dosen penguji: 3. Dr. Drh. De\\.i Ratili Agungpriyono, MSc. selaku Dosen Pembinlbing Akademik; 4. E!.tr~rg Sitti Soetamii Tjitl-osomo (Aln;li.,, Bapak Agik Suprayogi. dan
Bapak Boedi Tjahjono; 5. Anggota G~~nzrzolueri~riznta, Keluarga PKPTTIPKTT OYE, Anggota MPM
Kh1 IPB 2006,'2007 dan tema11-teman sesama anak kosi Perumdos; dan 6. Seinua pihak yang baik secara langsung Inaupun secara tidak langsung berkontribusi dalam proses penyelesaiail tugas akhir ini. Penulis menyadari masih terdapat kekuranga~ldala~nkarya ini. Walapun begitu, penulis berharap cemoga karya ini dapclt menjadi salah satu pelengkap khasanah ilillu pengetahuan dunia. Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien 3x Bogor, Desember 2007 Penulis
DAFTAR IS1 Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
.................................................................................................v DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii I . PENDAHULUAN .................................................................................... 1 DAFTAR IS1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2. Tujusn Studi Pustaka ........................................................................
3
1.3. Manfaat Studi Pustaka .......................................................................
I1. RIETODOLOGI PENELITIAN
..
............................................................
3.1. Kerangka Penuklran ........................................................................ 3.2. Materi dan Metode ............................................................................ 3 3 . ItI aktu dan Tempat ............................................................................. 9
111. RIANUSI.4, HEWAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
.............
3.1 Tinjauan Filosofis Hubungan Manusia dan Hewan Tenyak ............. 3.2 Kesejahteraan Hexvan Menurut Ilniuxvan .......................................... I\. . P.ATDATG.4N AG.4RI.4-AGARl.4: RELASI RI.4NUSI.4 DAN
HE\\'AIi TERii.4K
..............................................................................
4.1 Pandangan Buddhisme rerhadap Relasi Manusaia-Hen an ..............
4.2 Pandangan Hinduisme terhadap Relasi Manusaia-Hewan ............... 4.3 Pandangan Yahudi terliadap Relasi Maliusaia-Hewan ..................... 4.4 Pandangan Nasrani terhadap Relasi Manusaia-Hewan .................... 4.5 Pandangan Islam terhadap Relasi Manusaia-Hewan ........................ \'. PERIELIH.4RAAN HEWAN TERh'AK DALARI PERSPEKTIF
AG.4MA
................................................................................................
26
5.1 Pemeliharaan Temak dalanl Perspektif Buddhisme .........................
26
5.2 Pemeliharaan Temak dalam Perspektif Hinduisme .........................
28
5.3 Pemeliliaraan Temak dalalli Perspektif Yahudi ............................... 30 5.4 Pemeliharaan Ternak dalam Perspektif Nasrani ..............................
31
5.5 Pemeliharaan Temak dalam Perspektif Islam ...............................
32
VI. PEDOMAN AGAMA DALAM PENYEMBELIHAN HEWAN
.....
6.1 Penyembelihan Non-Ritual ............................................................. 6.2 Penyembelihan Ritual ..................................................................... 6.2.1 Shechita (Yahudi) ................................................................. 6.2.2 Penyeinbelihan Halal (Islam) ............................................... VII. KESIMPULAN DAN SARAN
...........................................................
7.1 Kesinlpulan ..................................................................................... 7.2 Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................
DAFTAR TABEL 1
Pandangan agama-agama terhadap relasi inanusia-hewan (peluang dan tantangan terhadap kesejahteraan hewan) ..............................................
2
Pedoman agama-agama dalam pemeliharaan hewan ternak (peluang dan tantangan terhadap kesejahteraan hewan) ................................................
3
15 27
Pedoman agama-agama dalam penyembelihan hewan (peluang dan tantangan terhadap kesejahteraan hewan) ...............................................
44
DAFTAR GAMBAR 1 Bagan kerangka pemikiran ...................................................................
6
2 Ilustrasi penghonnatan sapi oleh umat Hindu ...........................................
19
............................ 4 Sapi yang disakralkan di India ................................................................... 5 Tradisi Kapparot: memindahkan dosa seseorang ke ayam .......................
29
3 Upacara ritual Tabuh Rah oleh masyarakat Hindu Bali
29 31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domestikasi hewan yang diniulai 12000 tahun yang lalu mengawali kebersamaan hidup manusia dengan hewan ternak. Anjing merupakan hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Pada masa itu (8000-16000 SM) manusia mulai beralih dari budaya berburu dan meramu menjadi bercocok tanam. Kambing menjadi ternak pertama yang didomestikasi yaitu antara 8500 sampai 9000 tahun yang lalu. Temak besar baru didomestikasi pada 6000-6500 tahun yang lalu, disusul ayam sekitar seribu tahun sesudahnya.' Domestikasi hewan liar menjadi ternak telah mempemudah pemenuhan kebutuhan manusia sehingga manusia tidak selalu liarus berburu setiap kali membutuhkan pansan asal hewan (daging, susu, dan telur). Hewan
ternak
nlempunyai
andil
besar
dalam
kesejahteraan
dan
kemakmuran nianusia sejak zaman nenek moyang kita.' Selain sebagai bahan pangan. temak juga dianibil tulang, bulu atau kulitnya. Mereka juga dimanfantkan sebagai hen.an tunggangan dan hewan pekerja untuk menibantu n~anusia nlelakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Mengingat banyaknya manfaat ternak dalam menopang keliidupan rnanusia dan seiring pertambahan jumlah penduduk dunia. pernlintaan akan lie\\.an ternak dan produknya terus meningkat dari s e g kualitas maupun kuantitas. Hal ini memacu lnanusia untuk meningkatkan &an mengembangkan produksi temak. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menlbawa peternakan menuju peternakan yang intensif.' Penerapan teknologi baru dan mekanisasi bel-pengaruh besar dalan~peningkatan efisiensi produksi petemakan. Dengan keadaan tersebut petemakan berubah menjadi industri (factory fir-niing).' Fnctoly famzing menjanjikan produktivitas ternak yang tingyi. Teniak dapat dipanen dalani waktu singkat dan de~lgarijumlali yang besar. Efisiensi pakan yang diperoleh juga meminimalkan biaya produksi. Dengan deniikian peternak lnendapatkan keuntungan materi lebih banyak dibandingkan dengan pengelolaan secara
Adanya industrialisasi di bidang petemakan berdampak pada. tirnbulnya masalali kesejahteraan hewan yang buruk. Pada industri petemakan akan dijumpai lebih banyak problem dibandingkan pada petemakan tradisional.' Jika problem yang timbul pada petemakan tradisional lebih banyak akibat kurangnya modal dan minimnya pengetahuan petemak,6 maka di petemakan modem lebih karena intensifikasi dan manajerial petemakan. Temak pada petemakan modem bermasalah dengan kepadatan temak, obesitas, kebosanan, ketidaknyamanan kandang, timbulnya penyakit, gangguan metabolisme akibat produktivitas tinggi, dan sebagainya. Kesejahteraan hewan telah berkembang menjadi isu kontemporer di bidang petemakan dunia.' Era globalisasi mempercepat laju pertumbuhan dan perluasan isu ini. Selain adanya desakan para aktivis pendukung arlimal riglit dan aninial
xve~fare?~ha1 ini juga mengingat bahwa kesejahteraan hewan memiliki arti penting bagi ballyak pihak. Bagi lie\\.an, tiada ha1 lain yang diharapkan dalarn hidupnya selain kesejahteraan itu ~ e n d i r i Secara .~ ekoiiomi, kesejahteraan hewan penting bagi petemak karena produktivitas dan kualitas temak meningkat. Kesejahteraan
hewan juga
penting
bagi
konsuiiien
karena
konsumen
rnenginginkan produk yang seliat. amaii. berkualitas dan berasal dari 1ie\tran dengan standar kesejahteraan tinggi.' Upaya peningkatan status kesejahteraan he\van pada teniak menemui keiidala dari sisi sosial masyarakat. Benturan aantara upaya tersebut dengan nilainilai budaya dan agania sering tak terelakkan. Beberapa budaya dan agama membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang tidak sejalan dengan usalia peningkatan kesejahteraan hewan. Padahal lzltnza~ifactor diakui inempunyai pengaiuh terhadap kesejahteraan dan produktivitas t e i ~ ~ a01eh k . ~ karena itu, ilmu tentang kesejahteraari hewan harus dapat menjawab pernasalahan yang ada seputar masalah tersebut, seliingga harus dipelajaii secara interdisiplin termasuk segi filosofi yang dapat diteriina oleh seniua golongail masyarakat.
Di beberapa iiegara terjadi perdebatan tentang kebijakan kesejahteraan liewan dalail 5-10 tahun terakhir. Iniple~nentasinyaadalah campur tangan negara dalain masalah kesejahteraan hewan dalam bentuk peraturaii hukum. Akan tetapi liingga sekaraiig belum semua negara di dunia mempunyai peraturan hukum yang
mendukung
kesejahteraan
hewan."
Di
banyak
negara,
masyarakatnya
berpedoman pada norma-norma yang sudah mengakar. Bahkan di negara yang telah mempunyai aturan hukum, masyarakat belum dapat menerima aturan tersebut, sehingga dijumpai pelanggaran-pelanggaran (perlakuan hewan secara tidak sejahtera atau tidak manusiawi)." Penerapan kesejahteraan hewan di Indonesia belurn dapat berjalan secara optimal. Salah satu kendalanya adalah belum adanya peraturan pemerintah yang menjadi dasar hukum bagi instansi terkait untuk mengawasi penerapan kesejahteraan hewan dalam usaha peternakan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalarn menerapkan kesejahteraan hewan adalah menggali nilai-nilai religius tentang kesejahteraan hewan dan menyebarkannya. Dengan langkah ini masyarakat akan memahami bahwa kesejahteraan hewan itu merupakan salah satu aspek dalam ajaran agama. Selanjutnya diharapkan akan tumbuh kesadaran masyarakat untuk menerapkan kesejahteraan hewan meskipun peraturan legalformal yang ada belum sempuma. 1.2 Tujuan Studi Pustaka
Kajian ini secara umunl be~tujuanuntuk mempelajari ajarali agama-agama berkaitan dengan dukungan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan hexvan ternah. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. h:engctahui pandangan agan~a-agamaatas hubungan umatnya dengan he\\.an
rcviak, 2. Mengetahui implementasi kesejahteraan hewan yang diajarkan oleh agama-
agama, dan 3. Men~identifikasitantangan dalam mewujudkan kesejahteraan hewan yang muniul dari ajaran agama. 1.3 Manfaat Studi Pustaka
Pcnelitian ini akan bennanfaat bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui pandan~an beberapa agama tentang hubungan umatnya dengan hewan. Bagi pembaca diharapkan hasil penelitian dapat menjadi surnber materi pembelajaran masyar~kat melalui
pendekatan
keagamaan
agar
lebih
memperhatikan
kesejahteraan hewan temaknya. Terlebih untuk pelajar atau mahasiswa di bidang
yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan hewan, sikap berapresiasi terhadap hewan dapat tumbuh dan berkembang pada diri mereka. Penelitian ini juga bermanfaat bagi penentu kebijakan norma dan etika. Dari hasil penelitian, tokoh agama dapat mempertimbangkan hal-ha1 yang harus dilaksanakan terkait dukungan umatnya terhadap kesejahteraan hewan. Pemerintah yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab membentuk regulasi, dapat memutuskan kebijakan mendatang mengingat isu peningkatan kesejahteraan hewan yang mendesak untuk segera disikapi.
BAB I1
METODOLOGI 2.1 Kerangka Pemikiran Etika manusia dalam berinteraksi dengan hewan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya latar belakang agama yang d i a n ~ t n ~ a . ~ Setiap ,'* agama mempunyai pandangan tersendiri mengenai hubungan manusia dengan alarn dan h e ~ a n Melalui .~ doktrin-doktrin yang disampaikan, agama membentuk sebuah pola hubungan tersebut. Di dalamnya dijelaskan posisi manusia, hewan dan komponen alam laimya. Berangkat dari pemahaman yang ditanamkan tersebut, umat suatu agama akan melakukan tindakan-tindakan yang diperintahkan atau diperbolehkan dan menghindari hal-ha1 yang dilarang dalam berinteraksi dengan hewan ternak. Penianfaatan hewan berawal dari persepsi bahwa ada hak manusia atas hewan.
Terkait deilgan ajaran agama, manusia aknn memelihara
dan
meinanfaarkan hewan jika ia diperbolehkan ole11 kepercayaan atau agamanya. Beralval dari ha1 tersebut manusia mendoniestikasi heliran dan dipelihara untuk diambil manfaatnya, yang keinudian dikenal dengan istilah liewan ternak. Suatu asama mungkin tidak mzmperbolehkan pemanfaatan he~vantertentu sehinzza he\van tersebut tidak dikenal sebagai temak dalani masyarakat penganutnya. Pemeliharaan dan penyembelihan temak adalah dua ha1 yang berheda naniun sama-sama menjadi sumber is^^ kesejahteraan he\\an. Harus diakui bahwa lie\van merupakan makhluk liidup, sedangkan penyembelihan hewan nierupakan usaha mengambil kehidupan hewan. Suatu agama mungkin memiliki aturan tentang pemeliharaan hewan dan lengkap dengan aturan penyembelihan. Akan tetapi niungkin juga terdapat agama yang hanya memiliki salah satu aturan dari kedua aturan tersebut. Di 'dalam kajian ini dibahas nilai-nilai (etika) yang ada dala~ilajaran asanla. Secara garis besar terdapat tiga Lvilayah kajian yaitu p~ndanganumum agarna tentang relasi nianusia-hewan, pedoman pemeliliaraai~ liewan dan pedoman penyembelihan. Masing-masing agana mungkin meniiliki perspektif yang berbeda-beda dalam menyikapi perilial-perihal etika terhadap hewan dalam wilayah-wilayah kajian tersebut. Oleh karena itu di dalam ajaran-ajaran agama
tersebut dapat ditemukan peluang (aspek positif) bahkan mungkin tantangan (aspek negatif) dalam meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan hewan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Peluang dukungan terhadap pewujudan dan peningkatan kesejahteraan hewan dapat dikatakan selalu ada dalam setiap agama. Akan tetapi tantangan berat dapat muncul karena absennya pedoman tersebut atau karena adanya ajaran yang tidak sejalan dengan usaha promosi kesejahteraan hewan.
.Kesejahteraan Manusia
+
> ........................................ 1 Etika j / ......................................... :
Pandangan Umum atas Hewan
/Pedoman Pemeliharaan
I
Pedoman Penyembelihan
I
+ Kesejahteraan Hewan Garnbar 1 Bagan kerangka pemikiran. 2.2 Materi dan Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan nletode studi pustaka melalui media yang memuat sumber-sumber hukum agama. etika dan sains. Media tersebut dapat berupa media cetak maupun media elektronik termasuk 11,orll wide websires. Media tercetak yang dipelajari adalah buku-buku, jurnal dan berbagai jenis publikasi lainnya. Sedangkan publikasi elektronik merupakan hasil akses internet. Mengingat keterbatasan penulis, penelitian ini juga telah melibatkan pendapat tokoh agama.
Hal-ha1 yang menjadi peluang atau tantangan pada setiap agama selanjutnya dikaji melalui pendekatan ilmiah konsep kesejahteraan hewan. Kajian tersebut berhngsi untuk membandingkan konsep yang diajarkan agama dengan pendapat ilmuwan dari segi sains. Sedapat mungkin peluang-peluang promosi kesejahteraan hewan yang ditemukan dapat menjadi pedoman utama etika urnat beragama. Sedangkan tantangan yang ditemukan dapat diupayakan solusinya. 2.3 Waktu dan Tempat
Studi pustaka dilakukan di wilayah Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Sumber pustaka tercetak didapatkan di Perpustakaan Pusat P B , Perpustakaan FKH P B , dan termasuk beberapa perpustakaan pribadi. Sedangkan pustaka elektronik diperoleh dari internet. Pelaksanaan studi pustaka ini dimulai pada bulan Januari hingga November 2007.
BAB I11 MANUSIA, HEWAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN 3.1 Tinjauan Filosofis Hubungan Manusia dan Hewan Ternak Sebuah perkataan filsuf Arab berbunyi, "Sebuah rregeri yarzg miskin ternak tidak akan pernah kaya, dun sebuah negeri yang kayo ternak tidak akan miskin."' Dari kalimat tersebut tergambarkan betapa pentingnya hewan bagi kesejahteraan manusia. Pemanfaatan hewan oleh manusia dimulai sejak manusia berburu hewan untuk makanan. Domestikasi hewan terjadi puluhan ribu tahun yang lalu melalui proses seleksi terhadap hewan yang toleran dengan keberadaan manusia di lingkungannya secara mendadak."
Untuk tejalin hubungan tersebut tentu
keduanya hams saling lilenerilna keberadaan yang lain. Tidak semua hewan dapat tinggal bersania manusia d m n~enjadihewan domestik. Ikatan manusia dengan hewan ter~ambarjelas dalam berbagai konteks. Misalnya ikatan antara orang dengan h e \ ~ a nkesayangannya maupun petemak dengan temaknya.'" Namun, pandangan masyarakat duliia mengenai status hewan sangat beragam. Selain dipensamhi oleh pribadi, banyak diantaranya akibat pengaruh pemikiran filsuf di masa lalu.'.'j Secara global ada empat model liubungan manusia dengan alam temiasuk henan. yaitu O I I ~ I I C I Ti\.orship, ~ I ~ ~ I . pa~?t:erslrip dan t~~ail~tetlar~ce erigirreer-. Cin dari masing-masing h nod el adalah:'"
model 1 : On rlcrsltip Dalarn niodel ini manusia dianggap sebagai pemilik alam sehingga dapat mengeksploitasi
sesuai
kehendaknya.
Kepemilikan
suatu
materi
didasarkan pada siapa penemu per-tamanya. Model 2: Fi'orship Pviodel ini berada di kutub yang berlawanan dengan model ownerslzip. hlanusia Iianij>ir tidak boleh berbuat apapun terhadap dam. Alam dianggap suci, ini adalah ekspresi dari panentheisme (Tuhan ada di semua benda) sthingga ada keterbatasan tentang apa yang bisa dilakukan terhadap dam. Manusia tidak berbeda dengan ha1 lain di alam selnesta (ekosentnk).
Model 3: Partnership Model ini menghilangkan beberapa larangan yang ada pada model worship. Alam tidaklah sesuci itu hingga tak dapat disentuh. Manusia boleh bertindak, tetapi tidak terlalu banyak dan tidak mengubah keseimbangan alamiahnya. Model 4: Maintena~tceEngineer Model ini adalah bentuk moderat dari ownership. Manusia boleh melakukan perubahan pada alam. Tokoh pencetus model ini adalah Margaret Thatcher. Manusia mempunyai kontrak memelihara secara penuh terhadap planet ini. Manusia bertanggung jawab pada generasi selanjutnya. Pandangan terhadap posisi lnanusia dan hewan juga tidak terlepas dari keyakina~ibahwa apakah hewan mempunyai ruh seperti halnya manusia. Dan kriteria ini, pandangan manusia dapat digolongkan menjadi empat17 yaitu artimist. nlechartist, vitalist, dun grotrps of Ancient Greek (Yunani Kuno). Animist berkeyakinan baIi\\,a manusia dan hewan berbagi dan bertukarjiwa/mh. Golongan ~~zechnrlistmenganggap manusia maupun hewan tidak mempunyai ruh, seperti mesin. Golongan ~,irctlisrmengakui bah\va hewan meniputiyai ruli, tetapi tidak semaju nlilik manusia. Terakhir, golongan penganut Yunani Kutmo tidak tnempedulikan n11ilie\van, tetapi mereka berkepkinan hewan ada di Bumi untuk kcpentinsan dan manfaat bagi manusia. Golonsan ~erakhirini adalah golonsan yang paling banyak pmganutnya. ~irois" dan ~ r o o r n menyebutkan '~ ada setidaknya enam golongan orang berdasarkan pernahatmiatinya terhadap hewan, yaitu:
- Anilnal Exploitatiorl berkeyakinan hewan ada di Bumi untuk menjadi milik manusia secara absolut, baik digunakan atau p1ui disalahgunakan. Mereka tidak memahami atau memperliatikan rasa sakit yang dialanmi hewan. Anggota golongan ini celiderung tidak peka terhadap penderitaan hewan. Kegiata~i-kegiatan golongan ilii hanipir semuatiya bertentangan dengan hukum.
- Alzinznl Use berkeyakinan bahwa hewan ada terutama untuk digunakan untuk kepentingan manusia nanlun ada tangsung j a m b atasnya. secara
umum
golongan ini berpandangan
bahwa tidak
ada salahnya
memanfaatkan hewan.
- Aninla1 control mengusahakan perubahan hukum, peraturan dan regulasi tentang hewan. Keyakinan mereka adalah bahwa pemerintah seharusnya membuat hukum yang mengakomodasi kepentingan masyarakat banyak. Perubahan hukum yang diusahakan adalah menuju satu tujuan, yaitu meningkatkan kualitas pemeliharaan dan kesejahteraan hewan.
- Aiziinal Welfare merupakan masyarakat manusiawi, agen kesejahteraaan yang mempromosikan perawatan terhadap hewan yang manusiawi. Komunitas animal welfarist tidak menyalahkan pemanfaatan hewan untuk
kepentingan
manusia
asalkan
dengan
cara-cara
yang
meminimalkan penderitaan h e \ ~ a n .Mereka ~ menaati hukum dalam mencapai tujuan. Salah satu kegiatan mereka berkampanye serta mempublikasikan dan mendokumentasi kegiatan penyalahgunaan hewan untuk mengupayakan hukum.
- Aizb~~al Rigl~fsberkeyakinan bahwa hewan mempunyai hak intrinsik yang hams dijaniin seperti hak-liak manusia. Hak-hak itu termasuk seperti untuk tidak dibunuh. dimakan.
untuk olaliraga dan riset. atau
disalahgunakan dalani bentuk apapun. -
Arliri~nlLiberations kadang sulir dibedakan &an <~rli~ncrl rigl~rs.~iiereka meyakini bali\\oa hexvan seliarusnya tidali dipaksa bekerja atau berproduksi untuk manfaat bagi manusia. Menurut kelompok ini, memiliki hewan kesayangan pun termasuk perbudakan hewan.
~ l b r i g h t 'lebih ~ menyoroti dua golongan yang paling berpengaruh yaitu
arzirnal
dan aninzal rigltts. Golongan at~ir~zal welfare lebih mewakili
kebanyakan masyarakat d a ~ i riiencemlinkan perhatian masyarakat kepada penieliharaan
hewan
yang
nianusiawi.
Golongan
anirnal
rigl~ts
mengumandangkan bali\\;a hewan mempunyai hak-hak dasar seperti manusia layaknya, untuk bebas dari kurungan, sakit, penderitaan dan kematian untuk alasan konsumsi manusia. Hexvan tidak boleh dieksploitasi dalani bentuk apa pun. Golongan aninlal rights berkeyakinan bahwa manusia hams berkembang menuju titik dimana manusia bisa hidup tanpa produk hewan. Pada prinsipnya paham
animal welfare mengakui hak penggunaan hewan oleh manusia dengan mengurangi atau menghilangkan penderitaan hewan dan mengusahakan perubahan dari kekejaman atau penyalahgunaan menuju pengwangan penderitaan, sedangkan paham animal rights mengakui hewan mempunyai hak moral yang tidak dapat dicabut yang tidak boleh dilanggar m a n ~ s i a . ' ~ 3.2 Kesejahteraan Hewan Menurut Ilmulvan Berbagai upaya telah diusahakan untuk mendefinisikan istilah welj?are.I9 ~ r e ~ o r ?memberikan ' gambaran bahwa animal welfare adalah sebuah perhatian untuk penderitaan hewan dan kepuasan hewan. Sedangkan ilmu animal welfare adalah ilmu tentang penderitaan hewan dan kepuasan hewan. Kesejahteraan mc~nilikibanyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan yang sederhana; pem~asalahannya sangat banyak dan beragam; c~ninrnl11.elfi1r-emengacu pada kualitas hidup hewan, kondisi hewan dan perawatanlperlakuan terhadap hewan." Daltrn Brarlrbell Reports tahun 1965, dinyatakan bahwa aspeknya mencakup kebaikan kondisi fisik dan mental.22 Namun sayangnya semua definisi tidaklah membantu untuk menentukan apakah hewan menikmati keseimbangan yang benar." Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk men-ujudkan kesejahteraan 11e\\.ailada dua macam, yaitu mengusahakan heIvan hidup sealanii niungkin atau r;lcnlbiarkan lie\van hidup dengan pejalanan fungsi biologisnya." Sctiap he\van ?ang dipelihara nianusia setidaknya diusahakan terbebas dari penderitaan yang
tidak perlu.' Menurut
alla as^'
dan WSPA~" kesejahteraan hewan (anirtial
uelfnre) dapat diukur dengan indikator Lima Kebebasan (Five Freedonu), yaitu: I.
Bebas dari rasa haus dan lapar (freedo17zfioiizIiunger and thirst) Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup. Kebebasan dari rasa lapar dan haus ini ditempatkan di urutan pertanla karena ini sangat mendasar, primitif dan tak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat hewan terstimulasi untuk makan. Hewan memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.
2.
Bebas dari ketidaknyamanan Vreedomfrom discomfort) Hewan akan merasa nyalnan pada lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang nyaman. Kondisi lingkungan yang ekstrim
dan penerapan
ma~~ajemenyang membuat stress
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan temak. Stressor tersebut secara langsung mengubah fungsi kekebalan
Akibatnya, selain
metabolisme hewan yang stress akan memperburuk penampilan (kurus), hewan juga akan lebih rentan terhadap infeksi agen penyakit. 3.
Bebas dari kesakitan, lukatcidera dan penyakit fieedont from pain, injury and disease)
Secara sangat sederhana, seliat pada hewan secara individu dapat didefinisikan negatif sebagai 'tidak adanya symptom penyakit'?6 Penyakit yang sering timbul di petemakan adalah penyakit prod~ksi.2~ Penyakit ini adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau akibat sistem yang diberlakukan di petemakan. Penyakit produksi meliputi malnutrisi, rraurna, dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara manusia. Kebebasan ini dapat diwujudkan dengan pencegahan, diagnosa yang tepat dan perawatan. Pengetahuan psternak pang cukup atau tersedianya dokter he\\-an sangat pentin?. Hc\\-an yang sehat sangat rnenguntungkan p e ~ e r n a k ~karena -'~ selain mcnirigkatkan produktivitas, lie\\-an yang sehat juga akan n~eningkatkandaya ju-I. 4.
Bebas untuk mengekspresikan perilaku normal peedon? to express
nor~nrrll~eltaviolrr) Hewan lnempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masingmasing jenis temak. Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit kese~npatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya tersebut. Pada kondisi ekstrin?, ha1 yang mungkin terjadi justru hewan menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari sejenisnya akan membantu he\van rnendapat kebebasan menunjukkan perilaku norma~npa.~*
5.
Bebas dari rasa takut dan tertekan (freedomfromfear or distress) Petemak hams memastikan hewannya terbebas dari penderitaan mental akibat kondisi sekitar, perlakuan d m manajemen. Untuk dapat bertahan, seekor hewan harus mampu menyesuaikan din dan mengatasi tantangan a l a ~ n .Respon ~ ~ ' ~ terhadap ~ tantangan alam ini salah satu wujudnya adalah
stress. Stress selalu hadir, dan tanpa kehadiran stress berarti kematia~~.~' Rangsangan yang memicu stress disebut dengan istilah stressor. Stress berbeda daii distress, distress adalah stress yang buruk sementara stress tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kesejahteraan hewan. Istilah
eustress
digunakan
untuk
keadaan
oleh
stressor
yang
menyenangkan, misalnya saat bermain dengan kawanannya. 'I Menurut ~ o b e r gstress ~ ~ berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan tergantung besar-kecilnya kerugian biologis akibat stress tersebut. Meskipun akomodasi atas stress mungkin terjadi, narnun jika tidak maka
stress dapat berakibat kematian. Stress tidak I~anyamerupakan lieadaan saat hewan haius beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat he\van niempunyai respons yang lemah hahkan rerliadap rangsangan 'nonnal' sehari-hai3' Takut rnerupakan emosi primer yang dimiliki he\van yang mengatur respon rnereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut kini dianggap sehagai srressor yang merusak hewan: 34 Rasa ta'hut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, perilaku peternak sangat berperan dalam membangun sikap hewan terhadap petemak. Temak yang sering diperlakukan buruk, sangat n~ungkinuntuk menyinlpan kesan yang buruk terhadap petemak. cheeke7 menitik beratkan pada teknik manajemen
hewan yang
mengurangi atau n~enghilangkan stress sebagai komponen penting dari
aniiizal vvelfni-e. Keliiua poin di atas iilerupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan secara umum saja. Penjabaran kesrawan ke dalaill lima aspek kebebasan tidaklah mutlak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu mungkin berpengaruh pada aspek lainnya sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan satu problem dapat
merupakan cakupan beberapa poin di atas. Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan prioritas. Aplikasi konsep dan i~nplementasikesrawan dipengaruhi oleh berbagai hal. Dalam penelitiannya yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan, ilmuwan menggunakan parameter sesuai kepentingannya yang didasarkan pada pandangan mereka tentang bagaimana hewan seharusnya dipelihara dan kesejahteraannya diperhatikan. Sangat mungkin berbeda antara peneliti yang satu dengan yang l a i n ~ ~ ~Pandangan-pandangan a.~' ini menurut ~ r a s e r ~dapat ' dibagi menjadi tiga. Pandangan pertama menyatakan bahwa hewan sebaiknya dipelihara pada kondisi yang memungkinkan berjalannya fungsi biologis (tetap sehat, pertumbuhan, dan reproduksi). Pandangan kedua menekankan pemeliharaan hewan seharusnya dengan cara-cara yang mengurangi penderitaan hewan dan mengutamakan kesenangan hewan. Pada puncaknya pandangan ketiga mengusulkan pemeliharaan dengan cara membiarkan hewan hidup secara alami.
BAB IV PANDANGAN AGAMA-AGAMA: RELASI MANUSIA DAN HEWAN TERNAK Kandungan ajaran dalam sebagian besar agama adalah perihal hubungan manusia (pemeluk agama) dengan Tuhannya. Terdapat juga ajaran tentang hubungan manusia dengan sesama manusia. Selain itu, agama juga mengatur hubungan manusia dengan alam semesta dan hewan. Dalarn ha1 ini tidak semua agama memberikan penjelasan secara lengkap dan rinci tentang hubungan manusia dengan h e ~ a n . ) ~Namun, agama mempengaruhi pola kehidupan pemeluknya dalam sikap dan perilaku umatnya terhadap hewan ternak karena agama memberikan doktrin mengenai posisi manusia di dalam pola hubungan tersebut. Oleh karena itu, ajaran agamalah yang menjadi titik tolak etika pengikutnya dalam kaitannya dengan kesejahteraan hewan. Tabel 1 Pandangan agama-agama terhadap relasi tantangan terhadap kesejahteraan hewan) No. Agarna Peluang 1. Buddha - penyakralan alam - hetvan termasuk zcjo - konsep ahimsa - adanya ajaran berkasih sayang terhadap hewan 2. Hindu - konsep ahimsa - penyakralan hewan tertentu . - konsep Tri Hita Karana 3. Yahudi - manusia sebagai - penguasa . alam 4. Nasrani - manusia sebagai penguasa alam (hewan)
5.
Islam
alam semesta adalah untuk semua makhluk ciptaan Allah - manusia sebagai khalifah di muka bumi - hewan sama dengan manusia sebagai ut71al -
manusia-Ile\iran @eluang dan Tantangan
- kepercayaan adanya kamma buruk yang harus dijalani hexvan dalam rri~ikaniasi
-
zoonosis oleh hewan sakral
- penafsiran kekuasaan ke arah eksploitasi hewan - manusia lebih superior dibandingkan hewan - penafsiran kekuasaan ke arah eksploitasi hewan
tidak boleh memperlakukan hewan dengan kejam. Apalagi adanya doktrin karma yang menyatakan bahwa setiap perbuatan tercela akan mendapatkan balasan pada kehidupan
men data^^^.^' Hal tersebut menjadi pertimbangan umat Buddha ulituk
tidak menyakiti atau mengambil nyawa hewan. Oleh karena itu tidak ada anjuran terhadap pengikut Buddha untuk mengadakan persembahan dengan binatang. Hubungan manusia dan hewan sangat erat dalam kepercayaan Buddha. Kepercayaan adanya reinkamasi menunjukkan perhatian khusus terhadap hewan sekaligus kedekatan hubungan manusia deugannya. Reinkamasi adalah peristiwa dilahirkannya kembali jiwa yang pemah mati. Sebuah nh (jiwa) dapat dilahirkan kembali dalam raga manusia atau hewan. raga apa yang akan didapatkan sebuah jiwa ditentukan oleh karma perbuatannya di kehidupan sebelumnya. Kedekatan hubungan tersebut juga semakin terlihat pada penghormatan terhadap hewan, yaitu keyakinan bahwa hewan berpeluang untuk dapat memperoleh pencerahan dan mencapai kesempumaan, sama seperti peluang yang dimiliki manu~ia.~" Ajaran Buddha secara umum men~anjurkanuntuk berbuat baik kepada he\\-an. Namun di balik kepercayaan reinkamasi, hewan dianggap inferior dibanding manusia. Hal ini berawal dari pemahanian bah\\.a karma buruk yang liarus dijalani heivan. Jiwa yang ada di dalam tubuh lle\\ran adalah jiwa yang pada kehidupan sebelumnya melakukan tindakan tercela dan berbuat dosa sehingga pada lingkaran rsinkamasi sela~ijutnyaterperangkap dalam raga hswdn. Jiv-a tcrsebut hams rnenyelesaikan karmanya di dalam tubuli henan seba~aih:~kuman. Dari persepsi yang menganggap rendah hewan tersebut, umat Buddha terdahulu (bukan Sang Buddha sendiri) menjadikan lial tersebut sebagai alasali untuk memperlakukan hewan secara semena-mena.40 4.2 Pandangan Hinduisme terhadap Relasi Manusia-Hewan
Menurut ajara~i Hindu. alam szmesta diciptakan oleh De\vata untuk kebahagiaan se~iiuajenis kehidupan."
Alam selnesta dalam ajaran Hindu
mempunyai ~iilaisakral yang tinggi. Ajaran agama Hindu menjunjung tinggi dan menghomlati segala bentuk kehidupan karena semua makhluk hidup, tumbuhan, bi~iataligs e ~ t akskuatan alani, semuanya rnemiliki ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Ma~iusiaadalah bagian dari alam yang secara spiritual dan psikologis terkait dengan seluruh elemen fisik dan biologi yang me~iyus~m
lingkungan, dan semuanya berada di bawah kekuatan spiritual yang sanla (Brihad
Aranyaka Upanisad II1.7.15).~~ Masing-masing komponen di alam ini mempunyai peran dan fungsi masing-masing serta terkait dalarn siklus mata rantai kehidupan. Manusia selayaknya menjaga kelestarian a ~ a m . ~ ' Manusia dapat memanfaatkan bumi dan isinya. Di dalam Kitab
Bhagawadgita
(1II:lO) dituliskan "Sahayajlzah prajah srstvu, puro vaca
prajapatih, anena prasavisyad/tvam, esa vo 'stv itakamadltuk." Arti kalimat di atas adalah "Dahulti kala Tzlhan lnenciptakan manusia dengan yadnya, dan
berkata: Dengan yadriya pulalah hendaknya elzgkau berkembang, dan biarlah ini (bumi) jadi kamadl~ulcdari keinginanmu." Kanzadhuk mengacu kepada binatang perahan (sapi) yang dalam ha1 ini dapat dimaknai bahwa bumi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia.13 Namun dalam memanfaatkan sumber daya alam umat Hindu menganut falsafah yang dikenal Tri Hita Karana, yang mengandung makna adanya keserasian antara Hya~lg Widhi
-
nlanusia
-
lingkungan.44.J5,46 Pengertian berbakti kepada Hj.atig Widlii hams dibarengi dengan pengertian memelihara, melindungi dan menjaga alam. Ajaran Gandhi yang juga dipercaya oleh masyarakat Bali, salah satunya mengungkapkan bahwa alani dan segala isinya cukup untuk nlemenuhi kebutuhan manusia, tetapi tidak cukup untuk memuaskan keserakahan n~anusia.~' HeIvan dan manusia adalah makhluk yang diciptakan Dexvata. Sesan~a makhluk, manusia dan hen-an h a n ~ sberbagi alam. Sepenggal isi dari mantra rri
srtndya berbunyi sbb.: ". .. A4nhn Deittn snrvnpl-ani Izitntn knl-ah ..." yang artinya
". ..Mahadelr,a yartg rt~ert~ber-i arr~~gernl~ keselal~lntartkepada seinzra makl~lzrk..." Mantra tersebut menunjukkan bahwa Dewata yang telah menciptakan hewan, manusia serta makhluk lainnya selanjutnya memperhatikan keselamatannya juga. Setelah dianugerahi keselamatan, manusia tidak boleh menindas makhluk lain akibat keserakahannya.'" Apresiasi terhadap he\van tercennin dari dewa-dewa yang dipercayai agania Hindu. Beberapa dewa niempunyai bentuk hewan, seperti Ganesha yang berwujud gajah dan Hanuman yang benvujud kera. Bahkan dalam kepercayaan Hindu Bali beberapa dewa mempunyai peran dan kekuasaan khusus pada kehidupan hewan.
Dewa Maheswara memberikan kehidupan kepada bimatang dan Dewa Shambu memberikan anugerah kepada bih~atan~.~' Umat Hindu menyakralkan hewan-hewan tertentu diantaranya sap1.48,49
(lan
unggas.49Sapi merupakan lambang kemakmuran dan Dewa Siwa juga mempunyai seekor sapi tunggangan yang bemama ~ a n d i Sedangkan .~~ menurut Sudarsana diacu dalam Ayadnya dan ~ r i n a s aunggas ~ ~ terutama itik dianggap suci karena merupakan simbol kebijaksanaan yaitu dari kemampuan itik memisahkan kotoran dan amerta (kebaikan) saat mencari makan dalam lumpur.
Gambar 2 Ilustrasi penghormatau sapi oleh umat Hindu. (Sumber: Wikipedia) Penyakralan hewan tidak menjamin dan berimpliii pada kesejahteraan hewan.36,50,51 Sapi adalah hewan yang d i i i a k a n oleh m a t Hindu. Membunuh sapi sangat dilarang dalam ajaran Hindu. Larangan ini sangat keras dalam masyarakat Hindu India. Tidak ada pula orang yang berani memakan daging sapi atau produk pangan asal sapi. Susu, 'dadih, urin dan faces sapi digunakan dalam ritual penyucian dan pengakuan dosa. Sapi dibiarkan hidup bebas di tengah kehidupan m a n ~ s i a Selain . ~ ~ mengganggu aktivitas perkotaan, populasi sapi yang berbaur di pemukiman berpeluang besar menyebarkan atau menderita (tejangkit) zoonosis. Penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease) dan tuberkulosis (TB) adalah contoh penyakit yang mungkin merebak dan patut mendapat perhatian lebih akibat kontak bebas antara populasi manusia dengan populasi sapi.
4.3 Pandangan Yahudi terhadap Reiasi Manusia-Hewan Yahudi merupakan agama monoteistik yang pertama muncul pada sekitar tahun 2000 SM. Agama ini adalah agama yang dibawa oleh keturunan Ibrahim
pertama, yang disusul nasrani dan Islam. Agama Yahudi inempunyai ajaran dan hukum (halacha) yang tertuang di dalam Taurat, Talmud dan Ketuviv. Taurat merupakan lima kitab yang diturunkan kepada Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan). Talmud merupakan wahyu para rasul, sedangkan kitab-kitab lain temasuk dalam ~etuviv.'* Pemahaman umat tentang keberadaan manusia dan hewan berdasarkan kitab agama Yahudi adalah bahwa manusia dan hewan adalah makhluk Tuhan. Ajaran Yahudi menempatkan manusia pada posisi sebagai penguasa atas hewan-hewan. Penganut Yahudi berpandangan bahwa hewan diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia. Hal tersebut berdasarkan Taurat dalam Kitab Kejadian 1:26 dan 28 yang memerintahkan manusia agar berkembang biak dan menguasai binata~ig-binatang yang ada di bumi. Oleh karena itu manusia dapat memanfaatkan hewan untuk kepe~itingannya.53 4.4 Pandangan Nasrani terhadap Relasi Manusia-Hewan
Nasrani merupakan agama monoteistik kedua yang dibawa oleh keturunan Ibraliim. Kitah sucinya adalah Injil; di dalam Injil juga terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Peijanjian Lama adalah kitab yang sebelumnya diturunkan kepada uniat Ydhudi dengan sedikit perbedaan dalam ha1 penamaan dan susunar~." Berdasarkan pada I~ijil,nidnusia memiliki kuasa atas hewan. Keistimewaan yans dimiliki ma~iusiaini diberikan oleh Tuhan Iangsung karena tertuang dalalil Kitab Kejadian 1 2 6 dan 28. Namun agalna Nasrani tidak menerangkan lebih lanjut tentang hubungan manusia sebagai "penguasa" dengan hewan. Pendapat peniikir Nasrani tentang keberadaan hewan pada umumnya s'ama, yaitu bahwa manusia scbagai peminipin alam semesta berhak memanfaatkan hewan.j4 Kekuasaan
maiusia
atas
hewan
yang
dipaharni
umat
Nasrani
nienghilangkan hak-hak asasi hewan. Sebagian besar umat Nasrani berpandangan bah\\.a he\\ an tidak mempunyai hak asasi. Dalam ha1 tersebut baik teolog kuno mauputl tcolog ii~odemberpcndapat sama.j5 Beberapa hasil pemikiran teolog nasrani tentang bagaimana \\.ujud kekuasaan manusia atas hewan, sebagai berikut:"
- Augustine berpendapat bahwa manusia bersifat rasional sedangltan hewan bersifat irasional. Yang rasional digariskan untuk memerintah yailg irasional. Manusia dapat menaklukkan hewan, tetapi hewan tidak dapat melakukan sebaliknya. Karena hewan tidak rasional, bahkan dia tidak tahu bahwa dia hidup.
- Thomas Aquinas mengemukakan sebuah hirarki dengan puncaknya adalah Tuhan. Lapis yang di atas menguasai lapis di bawahnya, dan hewan berada di bawah lapis manusia dalam hirarki tersebut. Pendapatnya juga bahwa hewan hewan tidak mempunyai nth yang kekal d m hewan diciptakan untuk digunakan oleh manusia. Hewan berada di bawah kekuasaan manusia karena mereka tidak berakal.
- Karl Barth adalah pemikir modem di abad ke-20. Ia berpendapat bahwa Tuhan telah memilih penjelmaan sebagai lnanusia dan ini menunjukkan nilai manusia lebih penting daripada hewan lainnya. Tejadi perubahan pandangan uniat Nasrani terhadap hewan. Teolog Nasrani kuno cenderung berpandangan bahwa manusia jauh lebih superior dibanding he\van dan spesies lain. Menurut pendapat mereka, hewan lebih rendah karena tiga alasan, yaitu: bahwa hewan diciptakan Tuhan untuk tnenjadi milik n~anusiadan dapat digunakan sesukanya. manusia memiliki ruh dan rasio (he\van tidak). dan ajaran Nasrani bersifat hirrtlnrlo-cerlrric. Dari alasan-alasan tersebut tentu saja adanya eksploitasi alam (termasuk ternak)." Desakan pertumbuhan gerakan lingkungan, mengubah pola pikir umat Nasrani secara radikal tentang peran inanusia dalam berhubungan dengan lingkungan (termasuk hewan). Secara umum pendapat yang diterima setelah perubahan ini adalah stel~.ardship dan parrr~ership daripada dominasi dan eksploitasi.
Hasil
pemikil-an Nasrani
modem
tersebut
secara sigifikan
menghaluskan sikap terhadap l~e\c-an.~~ Perdebatan umat Nasrani masih terjadi antara golongan unirnnl rightist dengan golongan t i l i t ~ i ~ rKalangan . atrinzal rightist tidak nienyetujui pemanfaatan hewan untuk kepentingan manu~ia.~' Alasan mereka adalah bahwa di dalam versi King James (berbahasa Inggris). ayat Kejadian 1:28 menggunakan kata dominiori. Kata dorlzirlior~berbeda dari clor~tirzatiori.Maksudnya dominion
adalah diwujudkan dengan melindungi dan merawat bukan membunuh dan memakannya. Kemudian juga didukung ayat selanjutnya pada Kejadian 1:29
"Be~$rmanlah Allah: Zihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuhtunzbuha~zyang berbiji di seluruh bumi dun segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan meiljadi makananmu "'57 Dari ayat-ayat tersebut aninzal rightist menganggap bahwa pada awalnya manusia diciptakan sebagai vegetarian. Pendapat kalangan aninzal rightist tidak selamanya benar karena banyak ayat yang menunjukkan penggunaan hewan oleh orang-orang terdahulu. Misalnya di ayat yang lain disebutkan, "Yolzanes menzakai jubah bulu unta darz ikat
pinggang hrlit, clan ~nnkaita~znya belalarzg dun nzadu hutan" (Matius 3:4).57 Bahkan berita kekuasaan manusia atas alam adalah pada pejanjian Allah dengan Nuh. Kitab Kejadian 9:l-4 menyatakan "Lahr Allali r~iemberkatiNzrh da~zarzak-
anaktzya serm berfiniaiz kepada r~iereka: 'Bera~zakcrinllah dun ta~nbah barz)~aklaIi serta penrtliilalz brirni Akarr m k ~ tn'nn gerrtar kepa&rtrii segala birzatang di hinrzi h r z segala burrrrig di tida~a,segala yang bergerak di niuka bunri darr segala ikrrrt di 1arlt; ke rltrlcrr~ita~ignr~rizzrlah se~~zztarrya i[ir diserahkaii. Segcrla ~~clrigbergercrk, ja~rg Iiiriilp, akarr 11iergadi rizakarrarrri~rr. Akrr telah ~rrenrberikrrriserilirci itrr kepcrrlorliii seperti jiigci rirrizbulz-tzinlhrrha~r hijau. hariya dagirrg j.aiig ?.rrr~grrrrrsil~ crcla rr!.tr~t.a~ij.a.!.crk~ri rlnl-ah~ij.a,,jariga~rlah lirtnizr .-
r ~ k ~ r r ,%!.at-ayat .' di atas nienunj~ikkanadanya izin dari Tuhan yang diperolzh manusia ~intuknienguasai alam da~imemanfaatkan hewan. Bentuk ekstrim keberadaan hewan dalan~Injil salah satunya terdapat pada
...sarria dengun birzatarzg yartg Ira~zya dilahirkan urztuk ditangkap darr dirtzusrzalzkari.. ." (I1 Petrus 2:12).j7 Tantangan Perjanjian Baru yang menyatakan
"
dalam perjuangam kesejahteraan hewan dapat muncul dari penganut yang berpaham nriinial erploirntiorr sehingga eksploitasi terhadap hewan mungkin dapat timbul dari ayat tersebut. Persepsi untuk menganggap rendah status hewan dan tidak adanya hak-liak hewan semakin menguat dari ayat tersebut. Akan tetapi dewasa ini aturan hukum dan perkembangan ilmu pengetahuan telah mulai diarahkan untuk mengatasi tantangan tersebut. 4.5 Pandangan Islam terhadap Relasi Manusia-Hewan
Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wasalla~n(saw.) adalah pembawa ajaran Islam. Muhammad saw. diutus Allah swt. untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (ralznzatan lil 'alamiin). Telah difirmankan Allah swt. dalam Al Quran surat (QS) Al Anbiya' ayat 107, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
inelainkan urztuk (nzenjadi) rahmat bagi semesta a~arn."*~Hal tersebut berarti Islam membawa kebaikan bukan hanya untuk rnanusia saja, tetapi juga bagi seluruh makhluk yang ada di jagat raya ini termasuk hewan temak. Binatang yang ada di muka Bumi (termasuk hewan temak) adalah inakhluk ciptaan Tuhan (Allah). Perhatian Tuhan terhadap hewan sebagai makhluknya tidak berbeda jauh dengan perhatian terhadap manusia. Hewan merupakan unzat seperti halnya manusia. Di dalam QS A1 An'am: 38 dijelaskan seperti berikut:
"Dari tiadalah birzatang-biizatarzg yang ado di bzriizi riait birnl~~g-blrrzirzg ya~ig terbaizg dengan kedzra sayapnya, nzelainkan uiizat-umat fjuga) seperti kamzr. 3.58 Oleh karenanya manusia juga hams menghormati keberadaan hewan dan hidup berdampingan. Kemudian Allah menegaskan bahwa semua makhluk Allah beribadah kepada-Nya dan memuji-Nya meskipun dengan bahasa yang manusia tidak memahaminya: "Larzgit yang tzrjuli, blnizi do17 seriztra j*arzg a h di clalannzya
ber~trshil~ kepada Allrrli. Dan tak ada s~rrrtzrpzrrl rizelaiizkarl bertasbili dengan ~tzernuj-.A).rr,retapi kniizir sekaliarz rirlnk ntenger-ri rasbih nzereko. Sesznzggz~hrzya Ditr cztltrltr/i
.\lrr/ltr
Perq.arr~urzlagi nlnhrr Perzganzpzrri " (QS Bani Israail: 43).j8
Lebih jauh lagi, Allah mengatur rizki dan ketentuan atas hewan seperti halnya atas manusia. h i dapat kita ketahui dalam QS Huud ayat 6 berikut: "Dan tirlak ada
strnltr binatang rtzelara purl di bznni nzelainkarz Allalz-lali yang merizberi rezekinya, dan Din rnengetahtli tenzpat berdiariz birzatang itu da~ztenpat penyinzpanannya. Selnzranya tertulis dala~nkitab yang nyata (Lawh Mal$rz).
"58
Manusia tinggal di planet ini berbagi tempat, lingkungan dan sumber daya dengan makhluk hidup lainnya. Makhluk hidup yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah binatang dan ternak. Manusia hanyalah segelintir dari banyak makhluk yang sama-sama mempunyai hak dan kepentingan untuk mengakses sumber daya yang disediakan Tuhan. Firman Allah swt. dalam QS Ar Rahman ayat 10 menggambarkan kenyataan tersebut: "Dan Allah telah nzeratakan bunzi
untuk inakhlzrk-Nya. ,858 Hal ini juga dipertegas dan ayat lain pada QS A1 Furqan:
49, "Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dun agar
Kami melnberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kanzi, binatang-binatang ternak dun manusia yang banyak."58Ha1 tersebut juga tertuang dalam firman-Nya yang lain, QS 'Abasa: 25-32 sebagai berikut: "Sesungguhnya
Kami benar-benar telah nlencurahkan air (dari langit). Kenzudian Kami belah bumi dengarz sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu anggur dun sayur-sayuran, zaitun dun pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat dun buahbuahan serta rumput-rumputan untztk kesenangatzmu dun untuk bi~zatangbirzatang ternaknlu.
'"'
Islam membenarkan hak penggunaan hewan oleh manusia. Hewan-hewan di dunia telah diciptakan Allah s~vt. untuk dimanfaatkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Hewan merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia sebagaimana firman-Nya, "Dia telah nzer~garzugeralzkarz kepadarnu
birzrrtnr~g-binatarg ternak, ..." (QS Asy Syuraa': 133).~' Naniun, dalam memanfaatkan alam, manusia liarus menjaganya dari kerusakan yang mungkin timbul, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Firman Allah,
d
i
"
...(/mi jarzgnrzlah
kni~t~ii~~elzrpukarzbahagiartrnti dari (kerzikn~atai~)
~ ...i rlarr ,jaizg~rr~lalzkarrnr herb~rat kerlisaka~z di fiizttka) bz~rrzi.
Scs~i11gg7il111g.a Alloh tirlnli nic.r~j,~rkai orarzg-orang ?,arzg berbuat kenrsakai~" (QS Al Qashash: 77).'" hlanusia dapx mengarnhil nianfaat yang banyak dari hewan temak. Di dalam ayat Al Quran, dijelaskan bahwa hewan diciptakan dengan berjenis-jenis manfaat untuk kesejaliteraaan nianusia. Di antaranya disebutkan baliwa hewan bemianfaat sebagai transportasi dan suniber pangan. Ayat yang menyebutkannya adalah sbb.: "Dan dinntara bitzatatzg ternak it21 ada yang dijadikatz untuk
pe~rgu~zgkzrtnri dun arki ynrzg ur~;~rk disernbelih. " (QS Al &]>am: 142)~'dan di ayat yang bsrbeda ';lllalz-la11 gung rnerzjadikan binatatzg terrzak uiztuk kamu,
sebagic~rrrij~i trrttuk kunrt~ker~rlirraidan sebagiarzrzya ur~tukkainu nlakan" (QS A1 Mu'min:
79).jS Heuran juga nienyediakan tenaga sehingga manusia dapat
melakukan kegiatan yang tidak efektif dikejakan dengan tenaga manusia, seperti disebutkan dalam ayat Allah, "Dan ia 11ze171ikul bebarz-lebannzu ke suatu negeri
ynrzg koirzu tidak sarzggzrp sarrlpai kepadanya rnelainkan derzgan kesukararz-
kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhan-mu belzar-benar maha Pengasih lagi Maha Penyayang, " (QS An-Nahl: 7)58Pada ayat yang lainnya juga disebutkan "Dan ada lagi manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu
untuk kamu dan supaya hint4 mencapai suatu keperluan yang tersilnpan dalam hati dengan mengendarairiya ... (QS A1 Mu'min: 80).~' Manfaat lainnya masih banyak dan pengembangan manfaat hewan ini tergantung pada pemikiran manusia untuk mau melakukan inovasi-inovasi, "Dan Dia telah rnenciptakan
binatang-birzatalzg terrtak uiztzlk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai nzanfaat, dati sebagiannya karrzu ntakarz " (QS An-Nahl: 5).58 Manusia dianugerahi keistimewaan sekaligus amanah sebagai pemimpin dunia. Dalam pengertian ini manusia mempunyai gelar khalifah di bumi. Allah SIY~.
menuangkan ketetapan-Nya dalam ayat-Nya: "...sesunggzthiz~uA k i ~Izerzdak
rrtetgadikari seorang khalifalz di nzuka burni ... "(QS A1 Baqarah: 3 0 ) ~ dan ~ juga dalam firman Allah yang lain, "Dia-lah ynng rrleitjndikan karntr khalifali-khalifah
di mzrkn birrni ... (QS Fatir: 39)''
Oleh karena itu manusia dapat memimpin
semua bentuk keliidupan di bumi. Akan tetapi gelar klzalifalz berbeda dengan penguasa. Khalifah bertanggung jawab juga atas kesejahteraan segenap ulllat yang dipimpinnya. Dengan deniikian manusia bertanggung jawab atas kesejahteraan hexvan tenialinya.
BAB V PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK DALAM PERSPEKTIF AGAMA 5.1 Pemeliharaan Ternak dalam Perspektif Buddhisme Ajaran Buddha sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya mengarah kepada penyakralan alam, agar manusia tidak banyak mengganggu alam atau membuat kerusakan padanya. Dengan demikian secara tidak langsung hewan dibiarkan hidup sealami mungkin. Buddha juga mengajarkan ahimsa terhadap makhluk hidup berperasaan (setztient beings).59 Demikian pula ha1 pel-tama yang ada dalam lima pantangan adalah larangan untuk membunuh makhluk hidup6' Akan tetapi penyakralan alam hams disertai tindakan harmonisasi kebutuhan manusia yang semakin kompleks dengan kondisi alam agar tetap menjamin kesejahteraan hewan. Berbagai ha1 yang dilakukan nianusia, baik disadari maupun tidak, dapat mengurangi (berimbas negatif terhadap) kesejahteraan hewan. Konsep ahinisa niungkin hanya efektif untuk menglman~bat perbuatan negatif manusia yang disadari.
Sedanzkan perbuatan
negatif lainnya tanpa disadari selllakin
berkembang. Tantangan yang liarus dihadapi adalah nieningkatnya jumlali manusia sehingga keadaan ini memaksa ekspansi nianusia terhadap alam sernakimi kuat. canipur tangan manusia terhadap alanm senlakin kental. Selain menguraiigi habitat hewan, nmobilitas manusia juga berperan dalanl menyebarkan penyakit hewan bahkan zoonosis. Hal lain yang menjadi tantangan adalah masalali kelestariatl liewan. Harus diakui bahwa kesejahteraan hewan berbeda dengan kelestarian liewan. Kesejahteraan hewan berkaitan dengan status individual, sedaiigkan kelestarian mengacu kepada status jenis (spesies) hen.an.'"ernlasalahan
akibat penyakralan
liewan adalali minimnya domestikasi hewan sehingga tidak ada kontrol atau modifikasi populasi dati reproduksi hewan oleh manusia. Dapat kita lihat bah\va liewan-hewan doniestik lebih eksis dibandingkan satwa yang tidak didomestikasi (liar). Hal tersebutlah yang disebut sustaiilable atziinal use, penggunaan liewan oleh manusia dengall harapan tejadi kelangsungan j e n i s ~ ~ y a . ~ '
Satwa liar mengalami kepunahan karena kehilangan habitat atau karena tidak dibudidayakan manusia. Berkaitan dengan kesejahteraan hewan, bukan peristiwa kepunahannya yang menjadi perhatian, tetapi proses kepunahan yang dialami oleh individu-individu spesies tersebut. Proses menuju kepunahan dapat berupa terserang penyakit, kelaparan, kehausan, malnutrisi, hilangnya kesempatan bereproduksi, stress dan lain sebagainya. Punahnya spesies hewan salah satunya akibat ekspansi tempat tinggal manusia. Oleh karenanya konsep ahimsa tidak cukup untuk mencapai kesejahteraan hewan jika diartikan bahwa manusia tidak boleh menyakiti, merusak atau membunuh hewan. Akan tetapi diperlukau langkah positif untuk mencapai kesejahteraan hewan, salah satunya domestikasi. Tabel 2 Pedoman agama-agama dalam pemeliharaan hewan temak (peluang dan tantangan terhadap kesejahteraan hewan) No. Agama Peluang Tantangan 1. Buddha - konsep ahimsa dalam - pertumbuhan jumlah memperlakukan trjo manusia mendesak habitat - membiarkan hewan hidup hewan sealami mungkin - minimnya domestikasi sehingga sedikit kontrol terhadap populasi hewan - isu konservasi hewan dengan nienitikberaatkan masalali kesraxan saat hewan menuju kepunahan 2. Hindu - konsep ahimsa - persembahan kepada Bh~trrr - kebebasan kehidupan Kala di Bali hewan sakral - keterpumkan sosial ekonomi masyarakat India mengurangi kepedulian terhadap hewan sakral 3. Yahudi - menghindari tzaar baalei - ritual kapparot cliayinz - produksi foie gras 4. Nasrani - ajaran berlaku kasih sayailg - anggapan hewan tidak nlerasakan sakit terhadap hewan 5. Islain - perintah berbuat baik - jarang menjadi topik aktual kajian-kajian kepada hewan - larangan kejam terhadap hewan - berhati-hati dalam mernanfaatkan hewan yang merupakan sentient beings - terpenuhinyafive freedoms
5.2 Perneliharaan Ternak dalarn Perspektif Hinduisme Hinduisme mempakan sebuah istilah yang mencakup banyak ide berbeda meskipun saling berkaitan. Oleh karenanya tidak ada pandangan tunggal yang jelas tentang cara yang benar dalam memperlakukan h e ~ a n Akan . ~ ~ tetapi secara umum Hinduisme mengajarkan konsep ahimsa. Istilah ini bermakna tidak melakukan kekerasan dan tidak m e m b ~ n u h . ~ Berpedoman ~" pada konsep ahimsa tersebut, masyarakat Hindu merawat hewan dengan baik. Masyarakat Bali adalah masyarakat yang religius sehingga pemeliharaan hewan temak dan pemanfaatannya tidak jauh dari tradisi persembahan. Untuk menghormati dewata, umat Hindu melakukan persembahan. Dalam adat Bali persembahan upaliara ini disebut beba~zten. Bebanten biasanya diwujudkan dengan:4"
-
Afarlriga, yaitu bahan yang berasal dari telur atau binatang yang nienetas dari telur. Rinatang-binatangnya adalah ayam, angsa, itik, dsb.
-
h4uhaya. yaitu makhluk hidup dari berbagai jenis binatang (sanva \i~ewalungan)pada umumnya binatang yang berkaki empat. Hewanhe~vandalarn golongm ini misalnya babi, kambing, kerbau, sapi, dsb.
-
A.lntrr~.a,yaitu material upakara (bebanten) yang terdiri dari berbagai daun. bunga dan buali dari jenis tumbuhan tertentu.
Persembahan dengan hewan lazin~nyaditujukan kepada Dhuta Kula yang menyukai darah dan dag111g"'" sebagai simbol kekuatan negatif." I a n tetapi jina yang terkurung dalam raga hewan persembahan tersebut diharapkan akan mendapatkan kamla dalam perputaran reinkamasi bempa kelahirannya dalam status yang lebih tinggi. Oleh karenanya persembahan dengan bewan selalu diawali dengaii mantra-mantra doa dan sesaji agar hewan terlahir dengan status yang Ichih tinggi di kehidupan s e l a n j u t ~ i ~ a . ~ ~ Masyarakat Hindu di Bali mempunyai tradisi sabung ayanl yang dikenal dengan nama Tuhulz Ruh. Ritual ini diselenggarakan satu hari sebelum hari raya
N I ~ ~ Bhzrta I . Kaln merupakan tujuan dari persembahan inLG6 ~ a s a l a h kesejahteraan hewan yang timbul pada tradisi ini adalah restriksi kesejahteraan ayanl aduan. Penderitaan ayam tersebut dikarenakan adanya cedera, luka dan sakit akibat bertarung dalani ritual tersebut.
Masalah ekonomi di masyarakat Hiidu di India menyebabkan masalah kesejahteraan hewan semakin k ~ m ~ l e k sKepedulian ? ~ ~ ~ ~ masyarakat terhadap hewan sakral menurun seiring menurunnya tingkat kemampuan ekonomi. Keterbatasan ekonomi masyarakat menyebabkan hewan suci terlantar karena tidak ada yang mampu m e r a ~ a t n ~Sebuah a . ~ ~ perkampungan dengan masyarakat yang miskin dan daerah yang kurang subur akan berimbas pada hewan yang k e l a p m , apalagi jika terjadi populasi sapi yang melebii ketersediaan pakan.
Gambar 3 Upacara ritual Tabuh Rah oleh masyarakat Hindu Bali. (Sumber: htto://blo~.baliwww.~om/index.~h~?tag=bhuta-vadnva)
Gambar 4 Sapi yang disakralkan di India. A. Perjalanan menuju penyembelii. B. Sebagian yang tidak tahan kondisi lingkungan. (Sumber: http://tedeboy.tripod.com/drmichaelwfox/) Sapi yang disakralkan pun berpeluang masuk ke unit pemotongan hewan.. Beberapa distrik di India tidak bermasalah dengan penyembelihan dan konsumsi daging sapi. Distrik tersebut bahkan menyuplai daging sapi ke luar negeri. Masukan sapi hidup adalah dari distrik yang tidak m e n g i z i pemotongan sapi.
umur 3 bulan untuk dikonsumsi hatinya Hati angsa yang demikian disetujui dan
umum dikenal sebagai bahan makanan kosher.71 Mengutip pemyataan Rabbi Elyashiv bahwa halacha memperbolehkan hewan menderita jika memang menghasilkan keuntungan
yang jelas
bagi
manusia,"
maka
Yahudi
memperbolehkanfactory farming.
Gambar 5 Tradisi Kapparot: memindahkan dosa seseorang ke ayam. (Sumber: htb://upc-online.ordwinter06/kapparot.html)
5.4 Pemetiaraan Ternak dalam Perspektif Nasrani Pemeliharaan hewan (temak) dalam ajaran Nasrani secara umum harus dilakukan dengan kasih sayang. Namun dalam mewujudkan terpenuhinya five freedoms, kita tidak dapat mewujudkanfreedom from pain seandainya rasa sakit itu tidak disandangkan kepada hewan. Hal tersebut dikarenakan oleh para pemikir Nasrani yang mempunyai pendapat berbeda-beda dalam hal kemampuan hewan merasakan sakit. Pendapat ekstrirn diantaranya menganggap bahwa hewan tidak merasakan sakit. Dalam pendapat ini, meskipun hewan terlihat seperti merasakan sakit, tetapi mereka tidak mederita. Pendapat selanjutnya membedakan sakit dan derita. Penderitaan lebih kompleks daripada sakit. Hanya manusia yang dapat menderita karena
Namun dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan telah
memberikan masukan untuk mengubah pandangan tersebut, meskipun ttentu saja massih ada sisa-sisa penganut paham tersebut. Injil di banyak pasalnya memperbolehkan persembahan hewan, hal ini banyak
terdapat di
Kitab
Imamat.
Persembahan-persembahan tersebut
dilaksanakan oleh kaum terdahulu. Salah satu prosesi upacara persembahan yang
dikisahkan dalam Injil Perjanjian Lama h a s berhati-hati dalam menjalankannya agar tetap memperhatikan kesejahteraan hewan. Hal ini tertuang dalam Keluaran
12:6 "Kamu harus tnengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jenlaah Israel yang berkumpul, hams menyembelihnya pada waktu s e ~ t j a . " Hewan ~~ yang dikurung dalam waktu cukup lama tidak mendapat cukup ruang bebas untuk menunjukkan perilaku normalnya. Oleh karenanya pengertian pengurungan hewan dapat diperluas sehingga dapat menjamin kesejahteraan hewan kurban. Afiliasi agama Nasrani kurang baik dalam mendukung kesejahteraan hewan. Oleh karena itu afiliasi agama perlu ditingkatkan. Hasil penelitian videras12 yang menunjukkan
bahwa
perhatian
penduduk
Florida
(Amerika)
terhadap
kesejahteraan hewan lebih cenderung karena alasan politik dan sosial ekonomi daripada pertimbangari ajaran agama mereka. Dalam penelitian tersebut kebanyakan responden adalah penganut Katolik.
5.5 Pemeliharaan Ternak dalam Perspektif Islam Islam msngajarkan manusia untuk memiliki rasa kasih sayang terhadap hewan. Rasul mencladankan kepada umatnya urltuk menunjukkan perilaku yang baik terhadap he\\san. Hadits Nabi menyebutkan bahwa beliau bersabda,
"T~rk~rtlali kepacltr Alltrlr dcrlrrrri rrienielilrcrrrr biriatarig-biiratarig j.arrg trrk dapor hicrrrtr irii. Tzrrrggt~r~gil~rl~ nierektr rler~gctrihriik, darr berilah rnakarl detigcrrt ~.airg htrrk p~~lr."'2M211usia ~ d a kdapat berbicara dengan hewan. Namun seperti ungkapan Bentham vans menjadi permasalahan bukanlah "Dapatkah mereka berbicara?',
"Dapatkah
mereka
berunding?",
tetapi
"Dapatkah
mereka
~nenderita?"~'Mereka melnang tak dapat bicara, tetapi bukan berarti mereka tidak dapat merasakan sakit. Manusia dengan keterbatasan pengetahuan
dan
komunikasi hewan, berpeluang besar memperlakukan hewan secara tidak sejahtera. Hewan tidak seperti benda mati yang tidak merasakan lelah. Pada kesempatan yang berbeda beliau juga menyampaikan: "Naikilalz binatang-
biriararzg turtggarzgart irri dalanl keadaan selat?zat, dun lepaskanlah mereka dalarn lie'rtlaart selcirnnt pzrlcr. Jariganlal~kaliarz jadikan nzer-eka sebagai kursi." (Hadits Riwayat [HR] Imam Al Hakim dan ~ a i h a ~ Hadits i ) ~ ~ lainnya menyatakan:.
"Hindarilah menjadikarz punggung-punggurzg binatang piaraanmu sebagai mimbar. Sebab Allah swt menaklukhn bagi kalian adalah agar kalian dapat rnerzcapai daerah yarzg sulit dicapai kecuali dengan memayahkan diri. Dan dia telah menciptakarz bttnzi urztuk kalian, rnalca penuhilah kebutuharz kaliarz di a t a ~ n ~ a . " 'Meskipun ~ diakui hewan memiliki beberapa hak seperti manusia, mereka bukanlah manusia, akan tetapi hewan juga tidak seperti mesin yang tidak merasakan apa pun.I5 Tinjauan konsep Five Freedorns dari ajaran Islam terkait kesejahteraan hewan adalah sebagai berikut: a. Bebas dari Rasa L a p a r dan Haus Hewan di alam liar mendapatkan makanannya sendiri. Sejak hewan didomestikasi dan hewan teniak hidup bersarna manusia, maka terjadi perubahan perilaku hewan. Kebiasaan hewan untuk bebas mencari makan sendiri di ala~nliar telah mereka tinggalkan. Kehidupan hewan menjadi di bawah kontrol manusia. Terlepas dari kerugian ekonomi akibat hewan menjadi k u n ~ sjika tidak diberi niakan atau minum, manusia memiliki kewajiban ulituk nieliiberi makan dan minum teniak yans dipeliharanya. Seorang muslim wajib niemberikan nafkali kepada liewan piaranya berupa makanan dan minuliian !an3 dapat menopang h i d ~ ~ n y aRizki . ' ~ Allah untuk heIvan ternak telah ditcntukan. Padany penggembalaan telah disediakan Allah dengan ditumbuhkan-Nya tanaman liijauan,
"
...in!:( Karrti
rlrrnbzthkail
derigarz air hz!jan itzr tananz-tartanzarz ymzg darirzya (dapat) rnnknri birzatarzgbirzatang terizak rrzereku dart nzereka serldiri ... " (QS As Sajdah: 27).js Di ayat lainnya disampaikan "Dan gztrz~trzg-g~nuizg diparzcarzgkan-Nya derzgarz teguh.
(Sernzta itzc) ztnrzrk kesenangn~znzztr(an ztrztt~kbiizatnng-biizatang t e r ~ z a h u . " ~ ~ Tenrang ha1 serupa juga disebutka~ipada QS An-Nahl: 10 "Dia-lah yang
telali nzerzur-rtrzkari nir hujniz dari lclizgit urztuk kanzu. sehagaiarzrzya rnerzjadi nzir1lrnzn11darl sebngiarzrzya (rrzert~~trbzrlcn~) tuilzbuh-tzarzbular~yang pacla (rernpat
tztnibulir~~~n)karizzt
ri~enggerizbnlaknn rcr-nakrnzc.,358
Melalui
domestikasi hewan ternak manusia telah memutuskan dirinya sebagai perantara rizki untuk temak. Oleh sebab itu, manusia wajib menyampaikan hak hewan tersebut.
Meinberi makan atau minum hewan adalah perbuatan baik dalam ajaran Islam. Kebalikannya, menahan nafkah hewan adalah perbuatan sangat berdosa. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang melintasi sebuah jalan. Tiba-tiba ia merasa sangat haus, lalu menemukan sebuah sumur. Ia menuruninya untuk (mengambil air) minum. Selesai minum, ia keluar. Tatkala ia telah keluar, ia menjumpai seekor anjing yang menjulurkan-julurkan lidahnya sambil mencium tanah karena kehausan. Orang itu bergumam dalam hati: "Kasihan, anjing ini benar-benar kehausan
seperti yaizg baru saja meitinpa diriku." Kemudian ia kembali menuruni sumur itu dan mengisi penuh sepatunya dengan air. Ia gigit sepatu itu hingga sampai lagi di tempat (anjing berada). Lalu ia meminumkamya kepada anjing itu. Allah s1t.r. mengucapkan terimakasih kepadanya dan mengampuni dosadosanya. Para sahabat bertanya: "E'ahai rasztl, apakah kami juga akan
n1e171perolel1pahala kar-ena (rileilololtg) birzataizg?BeIiau
menjawab;
"Seriap birlatallg yarlg rilenzilihi jarlru~lgbasalz (hidup) aka11 n~endarar~gkan pr~l~ala."72~74 Kisah serupa yang membenarkan ajaran tersebut adalah dikisahkan bahna konon ada seekor anjing yang berputar-putar di sekeliling sebuah sumur pang hamper mati karena kehausan, tiba-tiba seeorang wanita tuna susila dari Bani lsrail nielihatnya. lalu ia nielepaskan sepatunya untuk mengambil air yans kemodian diminumkannya kepada anjing tersebut. Karena arnalnya itulah kemudian Allah swr. berkenan mengampuninya.7" Sedangkan kisah yang menahan nafkah hewan piaraan, dikisahkan seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikuningnya sanlpai mati. Hanya karena kucing itu ia masuk neraka. Sebab tatkala ia mengurungnya, ia tidak memberinya makan dan minum. Ia juga tidak mau melepaskamya 7 74.75 untuk mencari makanan dari serangga dan tumbuh-tumbuhan.'~.
Islam mengajarkan juga untuk me~nperhatikan nutrisi hewan yang muda (bayi). Jika arnbing induknya itu diperah, maka pemerahan tidak dibolehkan melebihi kadar yang membahayakan bagi anak hewan tersebut. Pertimbangan untuk ha1 tersebut adalah di dalam Islam tidak ada yang dirugikan baik bagi manusia maupun b i n a t a ~ ~ Anakan ~ . ~ " teniak hams diberikan susu yang cukup. Petemak memerah ambing induknya tanpa
mengurangi asupan anakan. Hal ini menguntungkan bagi petemak juga karena selain mendapatkan susu, temalcnya juga tumbuh dengan baik.
b. Bebas dari Ketidaknyamanan Dalam Islam diajarkan untuk menempatkan hewan senyaman mungkin (tidak menempatkan hewan di daerah yang panas tanpa peneduh dan dipancang sehingga tidak memungkinkan hewan mencari ternpat yang menurutnya nyaman). Hadits yang berkaitan, diliwayatkan "Rasulullah saw
keluar untuk nternenuhi suatu keperluan. Kentudian beliau meliltat seekor unta yang diderurnkan di depan pintu rnasjid sejak siarzg hari. Namun sore harinya beliau melihatnya nzasih dalant keadaan yang santa. Melihat keadaan ini, beliatl bertanya: 'Di nla~iakalzpernilik unta irzi? Cari dia.' Terizyata tidak a&, lalu beliau bersabda: 'Bertaq~vaalakkepada Allah dalant (ine~nelihara)binatarzg ini. Turzggai~gilahdalant keadaait baik dait dalarn keadaan genzuk. ' Saat it11beliau seperti bar-21 saja mnrah" (HR Ibnu Hibban dan Imam /.hmad).j2 Perkandangan akan melindu~~gi hewan dari cuaca buruk dan lingkuugan yalig beruhah secara cepat. Perkandangan yang baik akan menyediakan kenyarnanan bagi hewan karena menjaga kestabilan suhu dan kelembaban pada tingkat yang sesuai (corlfortable zo~ie).'~Di dalam A1 Quran dicontolikan bah\va pengelolaan temak yanx baik perlu mengandangkannya dan menggembalakannya. Ini tenliaktub dalani QS An Nahl: 6 sebagai berikut, "Dan padanjja kanz~rnzemnperoleh panrlangari yang iizdalt padanyo
ketika karntc rrte~~tba~vc~itycr kenzbali ke karzda~ig dan ketika kanzu nzelepaska~t~zya ke ter?zpatpe~zggernbalaa~z."~~ c.
Bebas dari Rasa Sakit, LukaICedera dan Penyakit Hewan adalah makhluk hidup yang dapat merasakan sakit dan
merasakan senang (serrtie~ztbeings)."'
Rasa .sakit dipersepsikan sebagai
peringatan bahwa kerusakan jaringan akan terjadi, sedang terjadi atau telali tejadi sehingga hewan dapat niengambil keputusan (refleks) untuk melarikan diri, menghindar, menarik anggota badan, atau perilaku lainnya.j7 Islam melarang umatnya mengadu binatang, karena tindakan tersebut menyakiti liewan dan merusak hewan.
Penyakit produksi mungkin muncul pada hewan di petemakan. Namun Islanl
mengajarkan
supaya berhati-hati
dalam
memelihara
hewan.
Peinanfaatan hewan untuk hekerja hams dalam keadaan sehat dan dikembalikan ke tempat pemeliharaannya dalam keadaan yang baik juga. Oleh karenanya pemanfaatan hewan dalam Islam tidak boleh melebihi kapasitas kerjanya. Perlakuan tersebut merusak hewan karena sangat memungkinkan hewan menderita luka dan cedera. "Saya melihat Umar ibn
Katlzthab l~le~nukultukarzg unta sanzbil berkata:
'Mengapa engkau
nzernbebani uiztamu de~zganbeban yang tidak sanggup dipikulnya?"' (HR Ibn ~ a ' a d ) .Selain ~ ~ menjadikan hewan tidak produktif, cedera mungkin juga nienambah biaya perawatan. Ini justru sangat merugikan petemak dan bagi hewan akan berimbas berkurangnya kesejahteraan. Diriwayatkan tentang sahabat lain, Abu Darda' yang mempunyai seekor unta bemama Damun. Apabila ada orang yang menyewanya, maka ia berpesan, "Janganlah engkazr
nnrati hirtatang ini kecrmli sekian. Sebab dia tidak kuat nzengallgkut yang lebilt bcrnt dari irrr." Tatkala binatang itu mati, "Wahai Danztrrt, jaitgalllah kclrrk err,qkori nrc~i,q,y:.r~,qc~t . s r ! l ~ r di hndopan T ~ ~ h nsflJ.n, n sehoh sr0.n ritlrrk pe~-nrrlrr~~errrbebani krrrtlrr, keclmli apa yang ertgkarr nznr~zpu"(HR Abu Hasan Akhimimi~." Dencan analogi yang sama. Islam telah ,emolak pemanfaatan he\\.an dalam f ; t c r o ~ ~ ~ f ; ~ yang r ~ ~ ~menitik i n g beratkan keuntungan petemak seniata talipa mempzrhatikan kesejaliteraan hewan. Hewan hams selalu dipantau dalam ha1 kesehatannya. Hewan juga perlu diistirahatkan seandainya perlu. Sedangkan sahabat Umar ibn Abdulaziz diriwayatkan bahwa in menzpzi~zyaiseorangpelayan yang ~rzeizgurzisibighalnya
(sejenis kelerini). Iu nzen~berirzyarrpah satu dirham setiap hari~zya.Szratu hari ia nze~nbcar-inyusntlr setengah dirham. Kernzrdian ia berkata: "Tidaklah jelas bagifnu (nrakszrd scya irri)?'' Pelayan ~ne~zjawab:"nzzazgkin kare~zabararzghararzg dagarzgan .in& lahr keras?" "Bzlkan karerza ittr, tapi karerza kanzu rela11 nrenibebarii bigIra1 itzc dengan bebarz yarzg terlalu berat sehingga ia Icepayahan. Kar-enn it11istirahatkaiz ia selanza t i p hari. "(HR~ k h m a d ) ~ ' Penyakit dapat datang akibat suasana lingkungan buruk atau kotor dan karenanya mungkin menyimpan banyak bibit penyakit. Umar bin Khattab
menganjurkan untuk memilihkan padang gembalaan yang layak seandainya mungkin. Dalam sebuah riwayat, Bahwasanya ibn Umar ~nelihat seorang
penggembala kambing di tenpat yang menjijikkan. Padahal beliau nzelihat tenzpat yang lebih layak. Oleh karena itu beliau marah: "Celaka kamu, wahai penggenzbala kambing. Pindahkarz kanzbingmu itu, sebab saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: 'Setiap penggembala (genzimpi~z)akan dinzintai pertangguizgjawaban. '"(KR Ahmad) j2 Penyakit menular mudah mewabah. Kerugian akibatnya sangat besar, apalagi jika bersifat zoonotik. Tindakan biosekuriti perlu diterapkan untuk melindungi temak dan manusia disekitamya. Tindakan semacam ini telah dianjurkan ole11 Muhammad smv. dalam haditsnya "Dar-i Usa~nahra. dari riabi
sou... belinlr bersnbda: 'Apabila kaliari nieiideiigar ark1 tha'lrrl (penyakit iiierinlnr) pa& szrntzr riegeri. ritnka janganlah kalian rrzeinasuki negeri itu. Darz rrpabila perzyakit ifzi nielarida suati~negeri, seda~zgka~i kaliari a h di saila, riiaka jariganlah kalian kelirar h r i riegeri itzr. "' (HR Bukhari dan ~ u s l i m ) . ~ ' Tindakan tersebut harus secepatnya dilakukan mengingat kemajuan alat transportasi menipermudah mobilisasi manusia dan h m a n , baik dalam ha1 kecepatan dan jangkauan wilayaluiya. Berbua~ aniaya terhadap he\van jusa dilar.lny Rasulullah, apalagi membahayakannya
han!.a
untuk
kesenangan
(kurang
bemlanfaat).
"Diriu~a)~~tkarr hn1zn.a Roszrl~rlb~h satt.. tel'rli 11ielc7r~11zg ~iieiiga~l~r di aiitara binatang-bitintang tei-sebt~t."" Kesenangan manusia akan hewan sebagai sarana hiburan dapat dipenuhi dengan cara-cara yalig tanpa inenganiaya hewan ataupun mengurangi kesejahteraannya. Sarana hiburan tersebut dapat berupa perlombaan dengan hewan. Perlombaan hewan yang diperbolehkan misalnya adz!ah balap unta dan halap kuda. Rasulullah smv. bersabda, "Diriwayatkan
rlari Abu hurairalz bahwa Rasulrrllalz saiv bersabda, 'Tidak ada perlonzbaa~z kecuali rlnlanz perlombaan irritcl otau paizali atau kurlu"' (HR Ahrnad). Hal senada yalig diailjurkan dan bemlanfaat bagi manusia "Setiap perntainan itu
Izara~n,Iecunli tigo perkara: pernzairiari seorang laki-laki (suami) dengan istrinya, ine1en:parkan pariah dari busurnya, darz nzelatih kuda." (HR Bukhari dan ~ u s l i m ) . "
d. Bebas untuk Menunjukkau Perilaku Normal Umat muslim diajarkan manajemen petemakan ineskipun tidak terperinci. Allah memerintahkan manusia untuk menggembalakan temaknya,
"...datz ge~nbalakanlah bitlatang-bittatangwtu.. ." (QS Ta Ha: 54)." Penggembalaan memungkinkan hewan mendapat mang dan suasana yang mendukung ekspresi perilaku normal. Perilaku ini misalnya perilaku mandi debu, perilaku agonistic, perilaku bermain, eksplorasi, dan perilaku ~eksual.""~ Dalam padang penggembalaan, temak dapat berinteraksi, bersosial dan bermain dengan kawanannya. Kondisi bemain, bagi temak adalah untuk mendapatkan eustress (stress dengan perasaan senang). He\van tidak sembarangan dalam mencari makanan mereka. Temak ~nemilikiperilaku untuk memilih sesuatu yang d i ~ u k a i n ~Dari a . ~ ~padang gambalaan, temak juga dapat memilih pakan hijauan yang disukainya. Penggembalaan temak di masa kini lnemiliki arti penting untuk petemak, karena input liijauan akan meningkatkan kualitas daging daripada temak dengan pakan pelle/."' Hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu strategi peternakan untuk nieningkatlian keuntungan. Dala~iikisah Nabi Nuh selain amanat melestarikan lingkungan (alam) juga terganibarkan adanya jaminan kebebasan hewan untuk mengekspresikan perilaku hersosial dengan heIvan sejenisnya dan perilaku berkembang biak karena berkernbang biak merupakan perilaku yang sangat alamiah.' Kisah Yabi Suli as. terdapet dalam QS Huud: 40 ... Kritiri berJrri~at~:"M~rtrtkrarzlah "
ke rialariz bahrera itzr dari nzasirzg-tizasing birzatatzg sepasatzg &rztan rlarl betitza ... ""(di dalam Injil sejumlah tujuh pasang untuk hewan yang tidak haram, Kejadian 7:2).57 Keadaan tersebut akan berbeda jika hewan-hewan yang dinii~atkanadalah satu jenis kelamin saja sehingga hewan tidak dapat menunjukkan perilaku alarni sekaligus kebutuhan biologisnya. e. Bebas dari Rasa Takut dan Distress Penyebab stress (stressor) dari segi manajemen misalnya heat stress atau pun cold stress. Keduanya merupakan stress akibat temperature lingkungan yang tidak cocok dengan cor~fortable zone yang dibutuhkan ternak. Perkandaigan akan meminirnalisir stress ini." Rasulullah melarang
hewan ditambatkan pada ternpat yang terik karena hewan itu tersiksa oleh panas, sernentara ia tidak bisa berteduh atau mencari rninu~n.Panas yang berlebih atau suhu sekitar yang sangat rendah dapat menyebabkan salah satunya adalah heat stress kemudian rnenyebabkan peningkatan rnetabolisme. Peningkatan metabolisrne yang tidak perlu ini akan rnengurangi produktivitas temak dan efektivitas pakan. Menyalahgunakan hewan dengan menjadikannya sasaran lemparan, panah atau tembakan untuk bersenang-senang adalah perbuatan yang dilarang Rasulullah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa uabi saw. bersabda:
"Jangaizlah engkau jadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran" dan di hadits lain dinyatakan: "'Dirii,vayatkniz rlar-iJabir baltwa Raszllzrllah saiv telah
iilelaraizg nzernbuiruh sziatzr binata~zg dalaiil keadaari tertalvan" (HR ~ u s l i m ) . '~~ e d u ahadits tersebut menunjukkan adanya larangan membunuh hewan dalam keadaan stress.
Stressor psikologis dianggap sebagai tantangan yang lebih potensial daripada stressor fisiologis." Ole11 karenanya Nabi snlr.. melarang muslim mengusik ketenangan hewan dan membuatnya stress. Diriwayatkan, "'Kanzi
~ite~r>.ertni Ras~rlzrllalidaloii~sucrtlt per1n1z~~rtaiii1j.a. Kertltrdian belirrlr pergi zrrittrk ri~eii~eitz~lii srmtlr keb1rt1r1iar1ig.a.Lallr kariti i~lelihatseekor- birrzrng ber~~zrr-rzcr ~izer-ahde~zgarzdzra ekor- crrtcrkr~j.n.Kaiiti lallc nle~iganlbil kedlra crrinXi~)~c~ irlr. Ttrtkala irztlrrk~~).a datarig, din rilertgepak-~~gepakkarr sajapizva darz terbarlg iizerzur~rizke datar-ail nze~~yiratkc~it kegelisaharz daiz kekeceicaan. Ketika rinbi saiv clati~tg,beliazr ber-sabrla, 'Siapa yang iizeizgejictkaiz bur-zrrzg itu
.
derzgaiz ~ilenguritbilarznknya? Kenzbalikanla/z arzaknya pada~zya. ..iZ Peneraan dengan teknik tat0 sering digunakan pada ternak sebagai penanddidentitas. Ini dianjurkan dalam Islam, Rasulullah juga melakukannya sendiri terhadap hewan (unta) sedekah (riwayat Muslim). Namun Rasul melarang menato hewan di wajah. Hal ini disampaikan Rasul dalam hadits:
L)i/.iit~crj.crrktrirrlirri Jtrhir rcr. hahic~crRnsrtlrrlltrh srtii,. telalr ~izelar?rrrgiircri~rtkrrl wajah dull inenzbuat tato padarzya. " (HR Abu ~awud).'%arangan yang lebih keras juga driwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi, "Rasulullah saw perilah
iizelihat seekor keledai yaizg ditato niukanya, lull
telah sampai kepadalnu bahwa aku melaknati orang yang menato binatang di wajahnya atau nlenzukul wajahi~~a?""~ Penatoan di bagian tubuh yang lain
mungkin akan mengurangi stress yang dialami hewan mengingat bagian wajah memiliki saraf sensoris lebih banyak dibandingkan daerah lain. Menato di wajah juga akan membuat stress yang lebih pada hewan akibat penampakan alat penato yang menakutkan hewan. Hewan mempunyai lapang pandang yang lebih luas dibandingkan manu~ia.'~
BAB VI
PEDOMAN AGAMA DALAM PENYEMBELIHAN HEWAN Penduduk dunia terbagi dalarn dua kelompok besar dalam ha1 konsumsi daging yaitu nzeat-eatarian (nun-vegetarian) dan vegetarian. Golongan meateatan'an merupakan mayoritas penduduk dunia, yaitu para pengkonsumsi daging dan pengguna produk hewan lainnya. Mereka yang tidak mengkonsumsi daging disebut
Golongan vegetaria~zterbagi menjadi beberapa kelompok
yang lebih kecil lagi yaitu lacto-vegetarian (masih mengkonsumsi telur dan minum susu) dan vegarz (vegetarian mumi). Pejuang a~zinzalrightist mayoritas adalah vegaiz, yang anti terhadap semua produk asal hewan baik pangan maupun non-pangan. 7 Daging hanya dapat dihasilkan setelah hewan dibunuh. Bagaimanapun juga kebutuhan daging masyarakat h a ~ u sterpenuhi mengingat mayoritas penduduk dunia adalah rlorz-t,egettrr-irr~i. Penyembelihan ternak penting bagi masyarakat dan dapat dimaklumi meskipun ada penderitaan hewan ketika disembelili dengan metode yang manusia~vipun." Penderitaan hewan di tempat pernotongan dapat terjadi pada periode pra-sembelih @r.cslnzrgl~rcr-) dan periode saat penyeinbelihan itu sei~diri.~'Akan tetapi, pcnderitaan selatna penyemhslihan dapat diminimalkan dengan meningkatkan perhatian terhadap kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, ka~iananirilcrl nzeljrire di unit penyembelihan dapat dilakukan terhadap detaild r ~ a iproses l &an mctode penyembclihan. Tata cara membunuli h e w n yang dilakukan suatu n~asyarakatlkomunitas bisa berbeda dengan masyarakat lain. Perbedaan tersebut dilatarbelakangi ole11 berbagai ko~ldisimasyarakat yans berbeda. Salah satu faktor yang penting adalah faktor agarna. Beberapa metode qang dianjurkan agalna kemudian menjadi khas, ineinbudaya dan populer seiring bcrkembangluasnya ajaran agama.
6.1 Penyembeiihan Non-Ritual Penyembelihan non-ritual yang dimaksudkan di sini adalah penyembelihan yang dilakukan tanpa berdasarkan syariat agama tertentu. Pelaksanaannya tidak harus memperhatikan syarat-syarat agama yang hams dipenuhi. Oleh karena itu,
baik metode maupun pelaksanaan penyembelihan ini sangat beragam mengingat perbedaan latar belakang sosial pelaksananya. Metode penyembelihan non-ritual berkembang sesuai kebutuhan manusia dan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Peningkatan kebutuhan daging telah meningkatkan jumlah hewan yang dipotong. Laju pemotongan yang tinggi hams diimbangi metode yang cepat mengingat keterbatasan sumber daya manusia. Rumah potong hewan membutuhkan metode handling yang efektif dan hemat waktu. Di sisi lain meningkatnya perhatian masyarakat terhadap status animal welfare di unit rumah potong hewan memacu perkembangan dan riset terhadap detail pelaksanaan penyembelihan non-ritual yang aman, sehat dan menjamin kesejahteraan hewan. Atas dasar tersebut berkembang metode pemingsanan (sturtnirlg). Metode tersebut menjadi populer dan ~nerupakan persyaratan yang hams dipenuhi oleh rumah potong hewan modem. Kesejahteraan hewan di rumah potong hewan (RPH) tidak kalah pentingnya. Selain niinimnya perawatan hewan selania di penampungan hewan sebelum disembelih. umumnya RPH bem~asalalidengan pre-slatrgliter~I~urzrllirzg dan proses mematikan 11ewan.~'Selania handling, hewan merasa stress akibat alat dan teknik lzandlirig. Selama proses mematikan helvan, hewan aka11 nierasakan kesakitan jika pera\\atan alat kurang diperhatikan. Tek~iisiyang berpengalaman. terlatih dan berperilaku baik terhadap hewan akan dibutuhkan dalani rangka meningkatkan kesejahteraan hewan selama di RPH. Masalah kesejahteraan hewan yang muncul dari penyembelihan non-ritual adalah ketidakseragaman metode dan telchnik yang digunakan. Pada rumah potong hewan (RPH) yang kurang maju, pelaksanaamya terlihat sadis dan kurang meniperhatikan kesejahteraan hewan.
randi in" mengutarakan lima pelmasalaha~i
mendasar pada pemotongan hewan: 1. Peralatan dan metode yang memicu stress,
2. Rintangan yang menghambat gerak hewan, misalnya silau, pantulan cahaya oleh air, bayangan, dll., 3. Jarangnya pelatihan teknisi sehingga skill terbatas,
4. Kurangnya perawatan peralatan, dan 5. Kurang baiknya kondisi hewan yang datang. Pengguna metode penyembelihan non-ritual adalah para pemeluk agama yang di dalam syariat agamanya tidak menghamskan adanya syarat-syarat daging yang boleh mereka konsumsi. Dalam ha1 ini pemeluk agama Nasrani dan golongan non-vegetarian pemeluk Hindu serta Buddha menggunakan metode ini. . diperbolehkan mengkonsumsi Sedangkan umat yahudi8' dan Islam74.75.86 tidak
daging yang dihasilkan dari metode penyembelihan ini. Agama Buddha tidak mempunyai pedoman penyembelihan karena Buddha melarang pengikutnya membunuh sesuatu yang hidup. Seperti telah diutarakan pada bab sebelumnya, Buddha menghargai segala bentuk kehidupan dan melarang untuk membunuh. Buddha menolak segala bentuk persembahan dari hewan. Oleh karenanya tidak ada juga upacara yang melibatkan penyembelihan ritual. Pengikut Buddha dianjurkan menjadi vegetarian, meskipun dalam ajarannya Buddha
membedakan
antara me~nbunuh dengan
mengonsumsi
daging.
Mengkonsurnsi daging tidak dipersalahkan karena makan daging tidak selalu pengkonsumsinya membunuh hewan. Misalnya biksu harus menerima niakanan apapun yang disedekahkan (termasuk daging). tetapi dia tidak boleh menerima daging jika dia tahu atau curiga bahwa daging itu hasil sembelihan khusus u n t ~ ~ k dirinya. Perintah in~tukmenjadi vegetarian sanzat kuat pada aliran blahayana. .4jaran Buddha dari jalur penyebaran China sangat menganjurkan pengikutnya menjadi vegetarian daripada di 1ndia." Pemeluk agama Hindu dengan ajaran ahimsanya sangat dianjurkan untuk menjadi ~ e ~ e t a r i a n . ~Masyarakat "~' di India sangat menghormati mereka yang inenjadi vegetarian. Namun demikian tidak sedikit dari mereka yang mengkonsumsi daging. Dalam ha1 ini daging yang mereka konsumsi tidak hams memenuhi syarat-syarat religius, dan hewan tidak pula hams disembelih dengan ritual. Oleh karenanya mereka yang meat-eata~.ia~i mengkonsumsi daging hasil penyernbelihan non-ritual. Penganut Nasrani sangat dekat ajarannya dengall Yahudi mengingat adanya persamaan kitab suci mereka. Sehamsnya dapat dijumpai adanya persyaratan daging yang dikonsumsi
oleh
orang Nasrani.
Namun
karena hukurn
penyembelihan Yahudi berasal dari Talmud, maka dalam ha1 konsumsi daging orang Nasrani mereka tidak mensyaratkan adanya penyembelihan ritual. Hal ini berarti daging yang mereka konsumsi berasal dari penyembelihan non-ritual. Tabel 3 Pedoman agama-agama dalam penyembelihan hewan (peluang dan tantangan terhadap kesejahteraan hewan) Tantangan No. Penyembelihan Peluang 1. Non-Ritual - riset ani~nalwelfare di - keberagaman metode dan RPH teknik - penerapan teknologi - kurang terjaminnya kesejahteraan hewan pada dan metode yang menjamin RPH tradisional kesejahteraan hewan di RPH 2. Shechita - metode - perlu riset dan penerapan (Yahudi) penyembelihan metode haizdliitgpremanusiawi slaughter yang efektif dan 3. Halal - menjamin lima efisien (Islam) kebebasan dalamjve j?ee[lon~s - metode penyembelihan n~anusia~vi 6.2 Penyembelil~anRitual
Peny2nibelilian lie\van ole11 suatu umat agania secara ritual mungkin dilakukan suatu saar tenentu untuk suatu keperluan. Kesempatan-kesempatan tersebu~misalli)~penyembelihan untuk persembahan atau dalam upacara-upacara keagamaan. Beberapa agalna me~ilpersembahkan hewan temak tertentu dan tnembunuhnya pada acara tersebut. Sedangkan agama lainnya mensyaratkan penyenibelihan ritual juga untuk konsunisi sehari-hari pun. Baik ulnat Yahudi maupun Muslim mempunyai persyaratan khusus atas daging yang akan mereka konsumsi. Daging diputuskan layak konsumsi (atau untuk keperluan acara keagan~aan)jika memenuhi knteria yang ditetapkan oleh syariat. Selaili berasal dari hewan yang diperbolebkan, hewan juga hams dibunuh derigan cara yang ditetapkan agama. Kedua agama ini mernpunyai pembatasan hewan yang boleh dikonsumsi dan metode penyembelihan tersendiri.
6.2.1 Slteckita (Yahudi) Umat Yahudi hanya diperbolehkan untuk memakan daging kosher. Kata kosher berasal dari bahasa Ibrani kasher yang berarti baik dan layak. Daging kosher dihasilkan dari hewan kosher yang disembelih dengan persyaratan tertentu. Jadi daging kosher dihasilkan dari hewan dan dengan metode yang sesuai hukum agama Yahudi. Penyembelihan ritual yang dilakukan umat Yahudi dinamakan shechita. Istilah shechita mengacu kepada semua penyembelihan yang dilakukan baik untuk acara keagamaan ataupun untuk konsumsi. Penyembelihan sechita bertujuan untuk menghasilkan daging kosher. Penyembelihan ritual shechita dilaksanakan oleh petugas khusus yaitu orang Yahudi yang terlatih dan mendapat sertifikat dari Rabbi (tokoh agama kaum Yahudi); petugas tersebut dinamakan shochet. Slzochet dibekali ilmu dan ketrampilan tentang tata cara dan hukum-hukum shechita. Pelaksanaa~ishechitn membutuhkan pisau khusus yang tajam yang disebut chalaf: Chalaf harus memenuhi syarat tajam, dan tidak ada cacat di bagian tajamnya. Peniotongan lelier he\xran dilakukan dengan sekali sayat dan hams menibiarkan darah mengalir keluar dari tubuh hewan. Dengan demikian hewan tidak merasakan sakit selama penyayatan dan cepat menuju ketidaksadaran akibat kurangliya suplai energi di otak. Agama Yaliudi nienolak s~z~rriri~lg pra-senibelih. Hal tersebut didasarkan pada syariat agalna Yaliudi vans menglian~ska!idagin; kosher berasal dari hewan yang sehat dan tidak cacat. Srt~rzrzingaka11membuat hewan tidak memenuhi syarat tersebut. Apalagi jika hewan sampai mati karena stlrrztziizg bukan oleh penyembelihan. 6.2.2 Pengembelihan Halal (Islam) Islam rnempunyai aturan khusus dalani ha1 makanan (0th 'imah).74'75Umat Islam hanya diperbolehkan mahall makanan yalig halal (lawannya halal adalah haram). Dalam kaitannya dengan daging hewan, Islam memperbolehkan konsumsi daging dari liewan yang diselubelih dengan cara yang disyariatkan. Islam juga melarang melarang u~natnyamemakan bangkai (QS Al An'am: 145).'~ Oleh karena itu daging dari hewan yang mati selain karena penyembelihan adalah
haram. Selain itu, daging halal dihasilkan dari hewan yang halal dan penyembelihan yang halal. Penyembelihan hewan dalam Islam bertujuan untuk menghasilkan daging halal (dzabh, dzakaah). Prosesnya adalah dengan memutus jalan nafas (trakhea), saluran (nadi) makanan dan meinbuat pendarahan yang b e ~ a r .Dengan ~~ pendarahan yang deras, asupan energi ke otak akan tumn drastis dan akan menghasilkan ketidaksadaran dalam waktu yang cepat kemudian mati. Semakin cepat pengeluaran darah inaka semakin baik. Namun demikian, pada kasus hewan tidak dapat dipotong pada lehernya, inaka dapat melukai bagian lain asalkan dapat menyebabkan pendarahan yang besar (mematika~~).'~ Penyembelihan syariat untuk menghasilkan daging halal hams memenuhi ~~arat:~' 1. Orang yang menyembelih hams berakal (baik pria maupun wanita),
tidak sah jika yang menyembelih adalah orang mabuk, orang gila, anak kecil yang belum rrr~oi~cl~yiz. 2. Alat sembelihan hams tajam yang menlungkinkan mengalirkan darah
dan memutuskan tenggorokan. Rasulullah ditanya, ".lpakalz boleh ri~er~yen~belih dellgar1 r~lar?val~
lseje17is hntzr ber-kill~r)rlnrr der~gnrr helnlran rorrgk(~t?' Rasulullah menja\vab. 'Per~epcrrl~~lt ketika perrrorortgai1r1jc1. .4p~plirr.varrg dapat
rr~crtgnlir-hrzdar-ah ( ~ ( I I I disebutkarr r~arrraAllah, rirakrr 17zukarrlal1.D1217 .a') ridak n~enggunakangigi h r z kuku dalanz pe~~yer~~belihan. Rasulullah
melarang pita setan, yaitu biuatang yang hanya disembelih dengan memotong kulitnya lalu dibiarkanhingga mati (HR Abu Dawud dan Ibnu Abbas). 3. Memutuskan tenggorokan dan saluran (nadi) makanan, dalam ha1 ini tidak mengharuskan terpotongnya dua nadi karena tidak ada kehidaupan tanpa salah satunya. 4.
Menyebut asma Allah, jilta tidak menyebut asma Allah daging yang dihasilkan tergolong bangkai dan tidak dihalalkan.
Penyembelihan dalaiu Islam llarus dilaltukan dengan baik. Hadits Nabi yang menganjurkannya adalah "Orarzg yang rrlau ntet~j.ayar~gi birzatartg senlbelihaititya,
walau hanya seekor burung, maka Allah akan memberikan rahmat kepadanya kelak di hari kiamat." Diriwayatkan pula dari seseorang di zaman Rasulullah, ia berkata, "Wahai Rasul, kami telah menyeinbelih seekor kambing, tetapi kami
melakukannya dengan penuh kasih sayang." Lalu beliau bersabda, "Walau seekor kan~bing, tetapi jika menyayanginlu."
72
kamu
nlau
menyayanginya,
n~aka Allah
akan
Tinjauan Five Freedoms dari penyembelihan halal adalah
sebagai berikut: a. Bebas dari Rasa Lapar dan Haus Penderitaan hewan oleh rasa lapar dan haus ini cendemng terjadi akibat perlakuan pada periode preslaughter-. Rasa
lapar akan menstimuli
pengeluaran adrenalin yang menggertak lipolisis. Efek dari rasa kelaparan hewan akan meningkatkan kadar keton pada daging. Metode perawatan hewan (termasuk pre-slaugl~ter)dalam Islam yang baik dan dengan kasih sayang maka sehamsnya hewan terbebas dari lapar dan dahaga b. Bebas dari Ketidaknyamanan Untuk meminimalkan ketidaknyamanan yang dirasakan hewan selama penyembelihan syariat, dibutuhkan teknik handling dan restrain yang baik. Jika hewan tidak merasa nyaman, maka hewan akan menunjuWtan perilaku berontakin~ela\va~~.~~ Durasi restrain yang terlalu lama akan mengurangi kenyamanan Ile\van. Seharusnpa helvan segera dipotong setelah terestrain. Rasulullah bersabda, "Apakah erlgkalr i r ~ g iri~e~i~h~tnuhr~ya ~~ bebe~itpakali?
He17dakrl)~aengkazr sztdah n7er1ajan1lcai1 alar sentbelihalz117zt sebelzlriz engkalr rt~erzid~rr-kanrz~n"~~ Diriwayatkan ha1 serupa tentang sahabat Urnar bin Kaththab, bahwasanya a h seorang laki-laki yang
nzengasah alat
serizbelihar~r~yaclan rizen~egar~g seekor- ka~ilbingyarzg akan dipotoi~gizya. Kelnudian Unzar me171ulculrz);adertgurz gngarzg pedang~~ya y u ~ ~17ie11gkilap. g sanzbil berkata, 'Apalcal~ erzgkau akarz nzenyiksa i~zaklzluk berrt.yawa? Mer~gapaer~glcaz~ tidak melaklrkan17);asebeltr~i~ nterilegarlg biizataitg itu? ' (HR Ibnu Sa'ad) 7 2 c. Bebas dari Rasa Sakit, LukaICedera dan Penyakit Rasa sakit dan cedera dapat hadir sebelum penyembelihan (transportasi, penampungan, handling) dan saat penyembelihan itu sendiri. Sedangkan
penyakit dapat menyerang pada saat transportasi dan penampungan di rumah potong. Sebelum penyembelihan sebaiknya hewan diperlakukan dengan baik dan handling yang nyaman dan tidak melukai. Rasa sakit dapat menyebabkan penderitaan bagi hewan. Pada sebuah kisah disebutkan bahwasanya Umar ibn Kaththab ra. melihat seorang laki-laki menyeret seekor kambing yang akan disembelihnya. Kemudian beliau memukulnya dengan gagang pedangnya seraya berkata, "Giringlah.
-
celakn engkatr - u~ttuk menyongsong
kematiarznya dengan cara yang baik" (HR ~ a i h a ~ i ) . ' ~ Rasa sakit saat pemotongan dapat dikurangi dengan memastikan penggunaan alat sembeliban yang tajam. Meskipun hewan yang akan disembelih pada akhimya aka11 mati, namun perlakuan yang baik hams tetap diberikan padanya. Rasulullah bersabda, "Sesurzgguh~tyaAllah nzewajibkalz
irrittrk bcr-h~ratbaik terhadap segala sesuatu. Apabila erzgkau membunuh, nlaka lak~ckaiilahderigan baik. Dan apabila engkau ~nenyeinbelili,ntaka lakzrkarzlah der~gart baik. Dar~ Aendaknya seseorang diantara kalian ~nenainni/canpisatr rln17 nie~igeriakkan(tidak nterzyiksa) hewart pada saat r~~er~~~er~rh~lili" (HR ~ u s l i m ) . ' ~Pada penyembelihan non-religius, untuk tiisnguratigi persepsi sakit saat penyembelihan digunakan metode stirri~ririg. Xarnun. berdasarkan penelitian Schultze dan Hazitii di Hannover University ditunjukkan bahlva dengan penyembelihan syariat (tanpa stunning), helvan tidak mcracakan sakit selama dan sesaat setelah penyembelihan. Kemudian akibat pendarahan yang terjadi, tiga detik selanjutnya hewan pada fase tidak sadar (deep sleep) dan 6 detik selanjutnya hewan tidak merasakan sakit sama sekali. Di sisi lain, keuntungan penyembelihan tanpa stunning adalali nonnalnya fungsi jantung dan reflex spinal sehingga memaksimalkan pengeluaran darah."788 Terlepas dari itu, kesalahan pada pelaksanaan
stuttnirtg berpeluang menin~bulkankematian hewan sebelurn disembelilijika overdosis atau kemungkinan lain akibat kesalahan adalah hewan hams dipaksa pingsan dengan perlakuan berkali-kali sehingga terkesan menyiksa hewan, Okh karena itu sttrrining masih belum bisa diterima di banyak negara, meskipun di Indonesia sendiri MU1 memperbolehkannya.89
d. Bebas untuk Menunjukkan Perilaku Normal Pen~bahanperilaku normal penting disikapi pada periode preslaughter. Perilaku bersuara, menjadi agresif d m melarikan diri mungkin yang paling sering muncul akibat perlakuan handling dan restrain. Oleh sebab itu dianjurkan dalam Islam untuk memperlakukannya dengan kasih sayang d m mengantarkan kematiannya dengan cara yang baik. Mobilisasi temak yang akan disembelih dengan cara digiring mungkin juga memberi keleluasaan untuk ekspresi perilaku normal hewan. e. Bebas dari Rasa Takut dan Distress Rasa takut sering me~ighampiri hewan saat preslaughter handling. Hewan dapat mendapatkan perasaan takut dari alat-alat alat handling , teknik handling dan penye~nbelihan.'u Pada kondisi takut hewan menjadi sulit untuk di-handle karena hewan menjadi lebih agresif. Rasa takut ini dapat berubah menjadi distress. Pada penyembelihan halal, hewan dapat dicegah dari ancaman takut dan srress. tintuk menghindari ketakutan dan stress yang dialami hewan Rasulullah tidak memperkenankan untuk memperlihatkan proses penajaman alat sembelihan kepada hexvan. Riu~ayar !bnu
Umar ra. Ia berkata,
"Ras~rlzrlltrhsr111.reltrh rr~c~nrerit~rnhkan zrrirltk nler~ajan~kar~ r?zarn pisn~r dat~ nieii~~erl~b~rrzyika~i~~~~r~ clnri pe~~glihrrtaiib i r ~ ~ ~ trerseb~rt" a ~ ~ g (HR Ahmad).'"
Rasul juga menyampaikan sabdanya diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani "Raslstrlttllah saw1 rizerldapati
sear-atig
laki-laki yarzg n~eletakkar~ kakinya di
atas paittat seekor. karnbirzg sainbil rnengasnh alat sembelihannya. Kambing it11 n~elirilci~.pu.Laltr nubi bersabda. "hfer~gapatidak engkatl lakztkarz sebel~o~ir,:a?Apakal~ errgkatl izetzdak mernbzmuh~zya dua kali?"(HR Ath~habrani)."
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil telaah pustaka yang dilakukan, dapat ditarik kesinlpulan bahwa: 1. Agama mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang relasi manusia dengan hewan temak. Agama Buddha dan Hindu cenderung untuk memberikan hak-hak asasi hewan yang setara dengan hak asasi manusia sehingga tidak memperbolehkan pemanfaatan dan penyembelihan hewan ternak dengan alasan penyakralan. Yahudi dan Nasrani memberikan manusia kekuasaan atas hewan, yang dalam ha1 ini posisi hewan lebih rendah daripada manusia. Sedangkan Islam memberikan penlahaman bahwa manusia adalah k11alifaA(pemimpin) di muka bumi sehingga bumi dan isinya tennasuk hewan dapat dimanfaatkan agar tercapai keuntungan dan kesejahteraan secara timbal balik. 2. Secara umum semua agama niemberikan tuntunan kepada umatnya untuk
berbuat baik kepada heIvan temak dan meniperlakukannya dengan kasih sayang dalam pemeliharaan. Demikian pula dalam ajaran penyembelihan (pada agama yang mengajarkaannya
yaitu I'aliudi
dan Islam),
penyembelihan ritual dapat memenuhi kesejahteraan he\van seandainya dilakukan dengan benar. Di lain pihak penyembelihan komersial inonritual) yang dilakukan agarna-agama lainnya sudah semakin maju dan berkembang dalam ha1 mengurangi penderitaan hewan di lumali potong. 3. Tantangan dalam meligimplementasikan kesejahteraan hewan temak yang dijumpai pada kebanyakan ayalna secara u~iiuni adalah akibat kurang rincinya ajaran tentang bagaimana pola sikap dan cara urnat agalna berhubungan dengan hewan. Hal tersebutla11 yang nlemicu banyaknya penafsiran yang berbeda-beda di kalangan umat maupun tokoh agania. Pada akhirnya muncul hal-ha1 yang menurunkan kualitas kesrawan temak. Kendala semacaln ini dapat dijumpai pada empat agama yaitu Buddha, Hindu, Yahudi d a ~ iNasrani. Kendala lainnya adalah
masalah relevansi agama dengan keadaan sosial masyarakat penganutnya dari waktu ke waktu.
7.2 Saran Kesejahteraan hewan temak perlu diwujudkan demi kepentingan seluruh masyarakat dunia. Pencapaian standar mutu kesejahteraan hewan yang baik hanya dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua umat. Oleh karena itu dari studi pustaka ini dapat disampaikan saran: 1. Perlu
diberikan pemahaman, pendidikan
dan pembinaan
kepada
masyarakat agar tercipta antusiasme terhadap hewan temak, 2. Perlu adanya pertemuan antara tokoh agama dengan ahli kesrawan (ilmu
kehewanan maupun kedokteran hewan) guna membahas
strategi
penerapan kesrawan dengan afiliasi aganla, 3.
Perlu adanya mediasi dari pemerintah d m penegak hukum dalam rangka metvujudkan kesra~van,dan
4.
Selain itu juga dapat dikaji kesejahteraan h e \ ~ a ndari sudut pandang nilainilai lain yang berlaku di n~asyarakat.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Campbell JR, Kenealy MD, Campbell KL. Animal Agriculture . Di dalam Campbell JR, Kenealy MD, Campbell KL, editor. Animal Sciences. Ed ke-4. New York: McGraw-Hill; 2003. hlm 1-19.
2.
Raj ABM. Cultural, Religious and Ethical Issues Associated with Animal.
3.
Phillips CJC. Principles of Cattle Production. Wallingford: CAB1 Pub; 2001.
4.
Danlron WS. Introduction to animal Science. New Jersey: Pearson Education; 2003. Hlin: 739-757.
5.
Kirkwood JK. The Importance of Welfare. Di dalam Peny GC, editor. W~elfaizof Layiizg Hens. 2003.
6.
Abraham C et al. Welfare of Animals in Traditional Systems. h t t p : ! l w w \ ~ ~ . y o u n e - t r a i n . n e t / C a i r o l W e l f ~ i m a I s . p d f [21 Agustus 20071.
7.
Cheeke PR. Contemporary Issues in Animal Agriculture. New Jersey: Pears011 Education, hc.; 2004.
8.
Agoramoorthy G. Technical Contribution Animal Welfare And Ethics Evaluations 111 South East Asian Zoos: Procedures And Prospects. C F A FV Alii Welfare J. 2002;ll: 453-457. http://~~~\\~\\~.ufa\v.or~.uk/vl lmain.php#a [17 Agu 20071.
9.
Boi\ in X. Lensink J. Tallet C, Veissier I. Stockmanship and Fann Aninlal \Vclfare. UF.4 li'..lrii Il'elfnre J2003; 12: 479-492.
lo. [PET .A: People for the Ethical Treatment of Animals. Animal Sacrifices: Cruel Rituals. http://\\?\?\~.peta.ordmc/factsheet displa~.as~?ID=77[5 September 20071. 11. Aidaros H. Global Perspectives - the Middle East: Egypt. WWW Rev Sci Tech OIE 2005; 24(2): 589-596. 12. Videras J. Religion and animal welfare: Evidence from voting data. Jozlrnal ofsocio-Ecoizo~ilics2004;35:4. 13. Dantzer S, Salaun M-C. Behaviour, Stress and Disease. Di dalam: Moss R, editor. Livestock Health and Weelfare. Essex: Longman; 1992. Hlm: 87117. 14. Sirois M. Laboratory Animal medicine: Principles and Procedures. Missouri: Else\:ier Mosby; 2005. 15. Appleby MC. What Should We Do about Animal Welfare? Oxford: Blackwell Scienc; 1999.
Bruce DM, Bruce A. Animal Welfare and Use. Di dalam: Hodges J, Han IK, editor. Livestock, Ethics and Quality of Llfe Wallingford: CABI; 2000. Hlm:53-77. Gelespie JR. Modem Livestock and Poultry Production Ed ke-4. Albany: Delmar Pub; 1992. [WSPA] World Society for the Protection of Animals. Concepts in Animal Welfare. London: WSPA, 2002. Albright JL. Animal Welfare Issues, A Critical Analysis. http://www.nal.usda.gov/awic/pubs 97issues (28 Juni 20071.
1997.
Gregory NG. Animal Welfare and Meat Sciance. Wallingford: CABI Publishing; 1998. Dallas S. Animal Biology and Care Ed kedlia. Oxford: Blackwell Science; 2006. Moss R. Definition of Health and Welfare. Di dalam: Moss R, editor. Livestock Health ar~dW'eqare. Essex: Longman; 1992. Hal: 1-19. Appleby MC, Sandoe P. Philosophical Debate on The Nature of Well-Being: Implications for Animal Welfare. UFATVAII~ WeIfnre J 2002;ll: 283294. http:~/ww~v.ufau~.oro,.~~W\~l lmain.ph~#a[I7 Agu 20071. [WSPA] World Society for the Protection of Animals. Welfare assessment and the Fi\.e Freedoins. Bristol: Bristol University; 1997. Blecha F. Immune System Response to Stress. Di dalam: Moberg GP dan h,iencli J.4. editor. The Biolos. of -Ir~i~i~lrl Stress. Wallungford Oxon: C A B Intenlational; 2000. Hlm: 11 1- 122. Ekesbo I. Monitoring Systems Using Clinical, Subclinical and Behavioural Records for Improving Health and Welfare. Di dalam: Moss R, editor. Livestock Healrl~arzd FVeIfare. Essex: Longman; 1992. Hal 20-50. Hall SGJ. Livestock biodiversity. Oxford: Blackwell Science; 2004. Phillips CJC. Plnimal behaviour and Welfare. Oxford: Blackwell Science; 2002. Cook CJ, Mellor DJ: Hams PJ, Ingram JR, Matthews LR. Hands-on and hands-off Measurement of Stress. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA. editor. TIIL,Biology of Arzinlul Stress. Wallungford Oxon: CAB International; 2000. H11n: 123-146. Wolfle TL. Understanding the Role of Stress in Animal Welfare: Practical Considerations. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA, editor. The
Biology of Animal Stress. Wallungford Oxon: CAB International; 2000. Hlm: 355-368. 3 1. Lay DCJr. Concequences of Stress During Development. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA, editor. The Biology of Aninzal Stress. Wallungford Oxon: CAB International; 2000. Hal: 249-267. 32. Moberg GP. Biological Response to Stress: Implications for Animal Welfare. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA, editor. The Biology of Ani~nalStress. Wallungford Oxon: CAB International; 2000.Hlm: 1-21. 33. Duncan WH, Fraser D. Understanding Animal Welfare. Di dalam: Appleby MC, Hughes BO. Aniiizal Welfare. Wallingford: CABI; 1997. Hlm: 1932. 34. Jones RB. Fear and Distress. Di dalam: Appleby MC, Hughes BO. Aninzal Tf'e'elfare. Wallingford: CABI; 1997. Hlm: 75-87. 35. Fraser D. Assessing Animal Welfare at The Farm and Group Level: The Interplay of Science and Values. UFA W Alzi Welfare J 2003; 12: 433443. 36. [WSPA] IVorld Society for the Protection of.41iimals. Religion uimd.41~ii7zals. Blistol: Bristol University; 1997. 37. [BDEA] Buddha Dharma Education Association, BuddhaSet. Buddhism Major Differences. 2007. http:/~\w~v.buddhanet.nct/eleamino,/si~apshots.l~t~l~ [9 Sept 20071. 38. Thera h
KSDM. The Buddhist Attitude to Animal Life. : \\.\v\~.budsas.orz~ebud~'\vl~atbudbelie\~i17O.l1tm [ I 5 Sep 20071.
39. lkeda D. Buddhism: The Living Philosophy. Ed ke-2. Tokyo: The E a s ~ Publications; 1976. 40. [BBC] British Broadcasting Corporation. Animals. 2004. http://www.bbc.co.uk/religion~relieions~uddhism/buddhistethics/anima Is print.htnll[5 Sept 20071. 41. Sugiarta N, Peneng m.,4lnanat pelestarian slam dari upacara peselang. Di dalam: Siregar M er nl., editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agania Hindu; Bali. 7 Oktober 2004. Tabanan: UPT Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2004.Hlm 145-148. 42. Walujo EB. Tumbuhan upacara adal Bali dalanl perspektif penelitian etnobotani. Di dalam: Siregar M et al., editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali, 7 Oktober 2004. Tabanan: UPT Kebun Raya "Eka Karya" Bali LTF'I. 2004.Hlm 29-39.
Prastika IN. Memutar cakra dharma dalam melestarikan lingkungan. Di dalam: Siregar M et aL, editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali, 7 Oktober 2004. Tabanan: UPT Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2004.Hlm 21 1-213. Darma IDP. Tumpek pengarah dalam kajian pendidikan konservasi tumbuhtumbuhan di Bali. Di dalam: Siregar M et al., editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali, 7 Oktober 2004. Tabanan: W T Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2004.Hlm 93-96. Jondra IW. Konsel-vasi tanaman upacara melalui kearifan lokal. Di dalam: Siregar M et al., editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali, 7 Oktober 2004. Tabanan: UPT Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2004.Hlm 141-144. Tirta IG. Konservasi tanaman yang digunakan dalam upacara agama di Kabupaten Bangli-Bali. Di dalam: Siregar M et al., editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali, 7 Oktober 2004. Tabanan: W T Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2004.Hlm 105-110. Nala N. Filosofis pemanfaatan dan keanekaragaman tanaman upacara Agama Hindu di Bali. Di dalam: Siregar M et al., editor. Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali, 7 Oktober 2004. Tabanan: UPT Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2004. Hlm 9-28, Wikipedia. Cattle. 2007. http:lien.\vikipedia.org/wiki/cattle [28 Agu 20071 Ayadnya IBS, esa LBK. Kajian filosofis banten guru pidtika studi kasus upacara puja\\,ali di pura Puseli Desa Adat Tangguxvisia-Buleleng-Bali. Di dalam: Siregar M er 01.. editor. Seminar Konsen~asiTumbuhan Upacara Agama Hindu; Bali. 7 Oktober 2004. Tabanan: LFT Kebun Raya "Eka Karya" Bali LIPI. 2001.Hln1 193-199 Popham P. How India's sacred cows are beaten, abused and poisoned to make. 2000. http://findarticles.com/p/articles/mi qn4158lis 20000214lai n1428967 7/urint [16 Sep 20071. Fox
MW. India's holy cow: the sacred and the http://tedebo~.tripod.co~n~dmn~ichaelwfos~ [4 Okt 20071.
suffering.
52. Conservapedia. Judaism. 2007. http:/lwww.conse~-vapedia.com~Jews [27 Sep 20071. [21 Agu 53. Rich TR. Treatment of animal. l~ttp://uww.iewfaq.org/animals.htn~ 20071. 54. Halteman
MC.
Animal
rights
and
Christian
responsibilities.
55. [BBC] British Broadcasting Corporation. Christianity and animals. http://www.bbc.co.uk/religion/religions/chrii mals l.shtml [5 Sept 20071. 56.
Saunders
W.
Crueltv
toward
Animals.
57.
[LAI] Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. 2006.
58.
[DEPAG] Departemen Agama RI. A1 Quran dan Tafsimya. Jakarta. 1990.
DD. Buddhism & animals. 59. Brazier http:Nwww.amidat~st.com/article animals.html [15 Sep 20071. 60. Wikipedia.
Animal
2007.
2005.
in
Buddhism. 2007. htrp://en.wikipedia.ordwiki/Animalsin Buddhism [28 Agu 20071.
61. Koro E. Anti-Use vs. Sustainable Use of Animals: Animal Rights Groups Oooosition. 2005. Face h t r p : ~ w w w . i s l a n l o n l i n e . n e t / ~ n d 1 ~ s h / ~ c i ~ i c l e 1 0 . s[Ih t m l Jul 20071. 62. [BBC] British Broadcasting Corporation. Animal Ethics. 2004. http:Nw~~~w.bbc.co.uk/reli.~iodreli~ions/hinduism/hinduethics/ani~i~al.sh d [ 5 Sept 20071. 63. Wikipedia. .4himsa. 2007. htt~:/len.\\~ikipedia.ord\~~ikilAhimsa [28 Sept 20071.
S. Animal Sacrifice. 2007. l1tt~1:.:blo~.bali\v\~~\~.co1~~/Ii1~dex.p1ip?ta~=bliuta-adna [ I 5 Sept 20071.
03. Wija!.a
65. Wijaya S. Tabuh Rah: Blood Sacrifice. 2007. http:l/blo~.bali\~~v~~.com/index.php?ta~bhuta-vadnya [15 Sept 20071. 66. Wijaya S. Animal sacrifices. 2007. http://blo~.baliwww.~om/religion1722/ [27 Sept 20071. 67. [BBC] British Broadcasting Corporation. Treatment of Animals: Judaism and animals. 2005. http://www.bbc.co.uk/reli.~iodreli~ons/iudaism/iewishethics/animals 1 .shtml [5 Sept 20071. 68. [LTC] United Poultry Concerns. A Wing and a Prayer: The Kapparot Chicken-Killing Ritual. 2006. http://upconline.ordwinter06/kapparot.html[9 Sept 20071.
69. Schwartz R. The Custom of Kapparot in the Jewish Tradition. 2007. http://www.iewishvirtuallibra~.or~isource/Judaism/kapparot.h~l [9 Sept 20071. 70. Wikipedia. Foie gras. 2007. http://en.wikipedia.ordwiki/Foie u a s 114 Nov 20071. 71. Wagner M. Force feeding geese for foie g a s is kosher. 2005. http://failedmessiah.t~epad.com/failedmessiahcom/2005/03/rabbi ely ashiv .html[16 Sept 20071. 72. Al-Albani MN. Silsilah Wadis Sahih Jilid I. Jakarta: Qisthi Press; 2005. Terjemahan dari: Silsilalt al-Hadits ash-Slzahihah wa Syai'un inin Fiqhiha wa Fawa 'idiha. Hlm: 35-48. 73. Sandoe P, Crisp R, Holtug N. Ethics. Di dalam: Appleby MC, Hughes BO. Alli171alFf7elfcrre.Wallingford: CABI; 1997. Hlm: 3-18. 74. Sabiq S. Fiqil~ Sunnah Jilid 4. Jakarta: Pena Pundi Aksara; 2004. Terjemal~andari: Fiqlzlrs Sirtzi~ah. 75. An-Na\va\\ri IAZYS. Riyadhus Shalihin. Jakarta: Pustaka Amani; 1999. Terjemuhan dari: Riyntll~~rsh Sl~alihii~. .
Lharlus c . I I O \ \ Hlm: 2-7.
LV
u u ~ ~..u-\lrllllal u Hous~rig..\rurul ;\clams: &lore). Pub; LUU4.
77. h.Iellor DJ, Cook CJ, Strafford KJ. Quantifying Some Responses to Pain as a Stressor. Di dalam: Moher? GP tian Mench JA, editor. Tlte Biology of A17iiii(rl Stress. Wallungford Oxon: CAB International; 2000. Hal: 171198. 78. Petheric JC, Rushcn J. Behavioural Restriction. Di dalam: Appleby MC, Hughes BO. A11ir~lu1 FVelfnre. Wallingford: CABI; 1997. Hlni: 89-105. 79. Fraser D, Matthews LR. Preference and MotivationTesting. Di dalam: Appleby MC. Hughes BO. Aitinzril Welfare. Wallingford: CABI; 1997. Hlm: 159-173. 80. Kummer C. Back to Grass: The Old Way of Raising Cattle is Now The New - Better for .4nimals and Better for Your Table. WWW The Atlantic Month!,, Juli 2003. w~vw.themodenireli~ion.comlmisc/anl~ass.htm [I7 Juli 20071. 81.
\L1ebster AJF. Proble~nsof Feeding and Housing: Their Diagnosis and Control. Di dalam: Moss R, editor. Livestocli Health and Welfare. Essex: Longman; 1992. Hlm:292-332.
82. Bennett RM. ~conomics.Di dalan: Appleby MC, Hughes BO. Animal Welfare. Wallingford: CABI; 1997. Hlm: 235-248.
83. Grandin T. Animal welfare considerations for religious and ethnic slaughter. 2001. A Critical Look at Issues Affecting Religious Slaughter. IFT Annual Meeting; New Orleans, 26 Juni 2001. htt~://ift.confex.com/ift/2001/techpromam/ 5957.htm [21 Agu 20071. 84. Grandin
T. Animal Welfare in Slaughter Plants. htt~://www.grandin.corn/welfare/fear.pain.sess.html [17 Agu 20071.
85. Wikipedia. Kosher. 2007. http://id.wikipedia.or~wiki/Kosher.[06 Nov 20071. 86.
[BBC] British Broadcasting Corporation. Treatment of Animals: Islam and animals. 2007. http:llwww.bbc.co.uWrelioionireli~ions/islam/islamethics/animals1.sht [20 Sep 20071.
87. Wikipedia. Vegetarianism and Religion. 2007. http:Nen.wikipedia.org/wikiNegetarianism and religion [28 Sept 20071. 88. Abdussalam M. The Slaughter of Livestock: The Islamic Ruling Concerning Stunning Part 1-4. http:N~v\v.isla~~ueli~ion.co1n/articles/314/ [28 Maret 20071. 89. Syamsudin E. Konlunikasi Pribadi. 21 Juni 2007 90. Grandin T, Deesing 11. Distress in Animals: Is it Fear, Pain or Physical Strsss? http: "\\-\v~\-.vrandi~~.com'~~elfarel~eneral.session.html [ 17 ASU 20071.