Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
2014
ISSN 2338-1035
KAJIAN EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN DIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN DIMETIL ESTER DENGAN SOLAR 1,2
Muhammad Iqbal¹ Tulus B.Sitorus² Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 Medan Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRAK Kelangkaan akan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi mendorong dilakukannya penelitian untuk mengembangkan sumber bahan bakar alternatif lain sebagai pengganti solar . Berdasarkan pemikiran tersebut maka dilakukan pengujian mesin diesel TecQuipment type.TD4A 001 dengan menggunakan bahan bakar biodiesel dari kelapa sawit. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi kerja mesin berbahan bakar biodiesel dimethil ester. Penelitian ini juga akan memberikan informasi sebagai referensi bagi kalangan dunia pendidikan yang ingin melakukan riset dibidang otomotif dalam pengembangan bahan bakar biodiesel dan pengaruhnya terhadap performansi motor diesel.Biodisel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/ alkil asam – asam lemak yang disebut dari minyak nabati melalui proses esterifikasi. Pada pengujian bahan bakar biodiesel (B-07) terhadap unjuk kerja motor diesel pada putaran rendah memiliki torsi dan daya yang lebih kecil. Akibat torsi dan daya yang kecil pada putaran rendah maka motor diesel kurang bertenaga. Konsumsi bahan bakar spesifik biodiesel (B-07) lebih rendah dibanding menggunakan bahan bakar solar Kata Kunci : dimetil ester, biodiesel, esterifikasi, biodiesel dimetil ester, emisi gas buang
1.
PENDAHULUAN
Saat ini bahan bakar mesin diesel di Indonesia khususnya untuk jenis kendaraan roda empat didominasi oleh solar yang terbuat dari minyak bumi, padahal kebutuhan akan bahan bakar dari tahun ketahun terus meningkat berbanding terbalik dengan produksi dan cadangan minyak bumi di dalam negeri. Hal ini terlihat jelas pada akhir-akhir ini di negara kita sering terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), bahkan Indonesia sudah menjadi negara importir netto minyak bumi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan sumber bahan bakar alternatif, khususnya untuk memenuhi kebutuhan mesin-mesin yang mengkonsumsi solar sebagai sumber bahan bakarnya (mesin diesel). Beberapa upaya telah dilakukan dalam penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif, diantaranya adalah
pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar pengganti solar. Namun ditemukan beberapa kekurangan dari minyak nabati, dimana bila digunakan secara langsung akan menghasilkan senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan pada mesin, karena membentuk deposit pada pompa injektor. Disamping itu viskositasnya yang tinggi mengganggu kinerja pompa injektor pada proses pengkabutan bahan bakar sehingga hasil dari injeksi tidak berwujud kabut yang mudah menguap melainkan tetesan bahan bakar yang sulit terbakar. Oleh karena itu, mesin-mesin kendaraan bermotor komersial perlu dimodifikasi jika akan menggunakan minyak nabati langsung sebagai pengganti bahan bakar solar. Hal ini tentu saja tidak ekonomis sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengubah karakteristik minyak nabati sehingga dapat mengkonversi minyak nabati kedalam bentuk metil ester asam 117
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
lemak (FAME : fatty acid methil esters) yang lebih dikenal sebagai ”biodiesel”, melalui proses esterifikasi atau transesterfikasi. Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa telah mengembangkan dan menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel secara luas dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak rapessed (minyak canola).Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia juga telah mengembangkan produk biodiesel dari minyak sawit ( palm biodiesel ), meskipun belum dilakukan secara komersial. Khusus di Indonesia pengembangan biodiesel dari minyak sawit dirasa memiliki prospek yang baik dimana ketersediaan akan bahan baku yang cukup banyak sangat mendukung untuk pengembangan tersebut Hal yang juga perlu untuk diperhatikan dalam pengembangan biodiesel ini adalah emisi gas buang yang dihasilkan harus lebih baik daripada bahan bakar solar sehingga biodiesel ini layak dijadikan alternatif pengganti solar.
2. TINJAUAN PUSTAKA Dimetil Ester (juga dikenal sebagai Ester dwifungsi dan DMEs) adalah pelarut biodegradable digunakan dalam berbagai aplikasi industri yang khusus. Terdiri dari dua kemurnian dan nilai campuran adipat, glutarat dan suksinat ester dimetil, cairan bening, cairan tidak berwarna yang menawarkan kombinasi unik dari kekuatan solvabilitas tinggi, volatilitas yang rendah, biaya rendah dan titik nyala tinggi.
Penerimaan komersial dan penggunaan ester dimetil terus meningkat karena karakteristik ekonomi, lingkungan, dan kinerja positif
2014
ISSN 2338-1035
material tersebut. Ester dimetil dapat digunakan sendiri atau dalam campuran ester dan co-pelarut disesuaikan untuk menggantikan bahan yang lebih konvensional dan semakin diatur dan pelarut industri, seperti metilen klorida, isoforon, glikol eter dan pelarut asetat, aseton, asam cresylic, dan N-metil-2-pirolidon, [6] . Performansi Motor Diesel Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam. Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar yang lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya. Dalam mesin diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi. Selama proses pengkompresian udara dalam silinder mesin, suhu udara meningkat, sehingga ketika bahan bakar yang berbentuk kabut halus bersinggungan dengan udara panas ini, maka bahan bakar akan menyala dengan sendirinya tanpa bantuan alat penyala lain. Karena alasan ini mesin diesel juga disebut mesin penyalaan kompresi (Compression Ignition Engines)[3].
3.
HASIL DAN PENGUJIAN
ANALISA
Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan (T1 dan T2) yang telah diperoleh pada pengujian “Bom Kalorimeter” selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor atas bahan bakar (HHV) dengan persamaan berikut : HHV = (T2 – T1 – Tkp) x Cv x 1000 ( kJ/kg ) [1] dimana: HHV = Nilai kalor atas ( High Heating Value ) T1 = Temperatur air pendingin sebelum penyalaan ( 0C ) T2 = Temperatur air pendingin sesudah penyalaan ( 0C ) Cv = Panas jenis bom kalorimeter ( 73529,6 kJ/kg 0C )
118
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
Tkp = Kenaikan temperatur akibat kawat penyala ( 0,05 0C ) Hasilperhitungannilaikaloratas bahan bakar Solar (HHV) pada pengujian ini dikalikan dengan faktor koreksi (Fk)sebesar0,9827.Faktor koreksi tersebut didapat dari perbandingan antara standarisasi nilai kalor solar 44800 kJ/kg dengan HHV rata-rata solar yang telah diuji dengan bom kalorimeter sebesar 44799,67kJ/kg. Sedangkan untuk T1 = 25,360C T2 = 260C, maka: HHV(B-05) = (26 – 25,36 – 0,05 ) x 73529,6 x 1000 x Fk = 43382,464 x 0,9827 = 42631,94kJ/kg Pada pengujian pertama bahan bakar solar , diperoleh : T1 = 26,310C T2 = 26,990C, maka: HHV(solar) = (26,99 – 26,31 – 0,05 ) x 73529,6 x 1000 xFk = 46323,64 x 0,9827 = 45522,24kJ/kgz Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung nilai kalor pada pengujian kedua hingga kelima. Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar digunakan persamaan berikut ini : 5
HHVRata - rata = )[1]
Σ HHV i
i =1
5
( kJ/kg
2014
ISSN 2338-1035
Tabel 1. perhitugan Nilai kalor pada pengujian kedua higga kelima Bahan Bakar
No. Penguji an
T1
T2
o
o
HHV
HHV
(J/kg)
rata(J/k
rata-
( C)
( C)
g)
Biodies el
1
25,36
26
42631,94
2
26,12
26,70
38296,49
3
26,74
27,39
43354,52
4
27,42
28,15
49135,12
5
28,11
28,79
45522,24
1
26,65
27,75
45522,24
2
27,75
28,61
44077,09
3
28,68
29,70
46967,39
4
25,71
26,87
47689,97
5
26,95
27,91
39741,64
( B-05 )
Solar
2.1 Torsi Besarnya daya dari masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persama an berikut : T =
W +S L 1000
dimana: T = Torsi (Nm) W+S = Gaya total Newton L = Panjang lengan / arm (ditentukan = 300 mm) Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-05) : Beban : 10 kg Putaran : 1000 rpm T=
100 + 67 300 1000
= 50,1 Nm, pembulatan menjadi 50 Nm.
119
43788, 06
44799, 67
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
10
25
PUTARAN (rpm) 1000
1400
1800
2200
2600
28 00
Torsi (N.m)
42
43
47,5
48
49
52
Waktu menghabiska n 100 ml bahan bakar (s) Aliran Udara ( mm H2O ) Temperatur Gas Buang ( o C) Torsi (N.m) Waktu menghabiska n 100 ml bahan bakar (s) Aliran Udara ( mm H2O ) Temperatur Gas Buang ( o C)
160
152
148
132
120
10 5
30
32
34
39
44
52
100
160
240
300
320
34 0
49,5 127
50 122
52 118, 5
53 115
55 100
57 97
39
43
47
49
53
56
90
100
150
185
210
21 5
Tabel 3 Data hasil pembacaan langsung unit instrumental Dengan Bahan Bakar Solar BEBAN STATIS (kg)
10
25
HASIL PEMBACAAN UNIT INSTRUMENT ASI Torsi (N.m) Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s) Aliran Udara ( mm H2O ) Temperatur Gas Buang ( o C) Torsi (N.m) Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s) Aliran Udara ( mm H2O ) Temperatur Gas Buang ( o C)
.
=
DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR SOLAR HASIL PEMBACAA N UNIT INSTRUMEN TASI
ISSN 2338-1035
beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : = =
Tabel 2 Data hasil pembacaan langsung unit instrumental
BEB AN STA TIS (kg)
2014
!""
$!"" = dimana : Pb = Daya Efektif (KW) n = Putaran Mesin (rpm) T = Torsi (Nm) Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-05) : Beban : 10 kg Putaran : 1000 rpm 2& = 60.000 2 3.14 1.000
50 = 60.000 = 5,23 KW Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya daya yang dihasilkan dari masing–masing pengujian baik dengan menggunakan biodiesel (B-05)dan solar murni pada tiap kondisi pembebanan dan putaran dapat ditampilkan dalam bentuk tabel berikut ini: 3. Konsumsi bahan bakar spesifik
PUTARAN (rpm) 1000
1400
1800
2200
2600
2800
50 180
52 170
55 155
57 145
60 125
61 110
30
31
33
35,5
36
39,5
90
95
140
170
180
220
Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific fuel consumption, Sfc) dari masing–masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: -. =
55
60
62
64
66
67
165
145
130
127,5
120
110
4
7
90
100
12, 5 120
18,5
24,5
29
185
190
220
/
=
45
/ 01/3 45 06
3.600.000 /$!ℎ
dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (gr/KWh) .
m f = laju aliran bahan bakar (kg/s) Pb = Daya Efektif (KW) Besarnya laju aliran massa bahan .
2.2 Daya Efektif
bahan bakar ( m f ) dihitung dengan
Besarnya daya Efektif dari masingmasing pengujian pada tiap variasi
persamaan berikut : 1- / 8- - = "- "9 120
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
2014
ISSN 2338-1035
perhitungan Sfc untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
= =
:;/ < =/
/"9
>/ :;/ < =/ < ? @A >/
$ / [²]
dimana : mf = Laju aliran massa bahan bakar (Kg/s) Sgf = Spesific gravityBiodiesel = 0,8624 (lihat tabel 2.4) (gr/ml) Vf = Volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini 100 ml) (ml) Tf = Waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (s) Dengan memasukkan harga sg f , harga t f yang diambil dari percobaan sebelumnya harga V f yaitu sebesar 100 ml, maka laju aliran bahan bakar untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-05) : Beban : 10 kg
Putaran : 1000 rpm - =
=
1- 8- 10BC "0,8624 100 10BC 180
= 4,79 10
BH
Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-05) Beban Putaran Konsumsi Bahan Statis (rpm) Bakar Spesifik (kg) (Sfc) (gr/kWh) 1000 329,79 1400 239,675 1800 193,302 10 2200 163,131 2600 152,114 2800 157,878 339,19 1000 1400 243,532 1800 204,454 25 2200 165,23 2600 144,047 2800 143,74
Beban Statis (kg)
10
25
Kg/s
Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya (Sfc). Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-05) : Beban : 10 kg Putaran : 1000 rpm -. = 4 / 3.600.000 [8] 5
Tabel 4 Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc) pada pengujian biodiesel (B-05)dan solar dibawah ini.
2 10BH
3.600.000 = 3,2447 = 329,79 /$!ℎ Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban yang bervariasi, maka hasil
Dengan Bahan Bakar Solar Putaran Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (rpm) (sfc) (gr/kWh) 432,49 1000 1400 317,229 1800 229,68 2200 208,503 2600 190,108 2800 190,108 1000 471,84 1400 347,332 1800 267,429 2200 221,211 2600 207,428 2800 191,601
Rasio udara bahan bakar (AFR) Rasio bahan bakar (air fuel ratio) dari masing–masing jenis pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut : AFR =
.
m
a
dimana :
.
m
AFR
f
,
= air fuel ratio
121
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
.
= laju aliran massa bahan bakar (kg/jam) ma
Besarnya laju aliran udara ( m ) diperoleh dengan membandingkan besarnya tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow manometer terhadap kurva viscous flow metre calibration. Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara (Pa) sebesar 100 kPa ( ≈ 1 bar) dan temperatur (Ta) sebesar 27 0C. kurva kalibrasi dibawah dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20 0C, maka besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi berikut :
2014
ISSN 2338-1035
(B-05), beban 10 kg dan putaran 1000 rpm :
.
AFR =
a
Cf
= 3564 x Pa x
(Ta + 114 )
Ta2 ,5 [( 27 + 273) + (114)] = 3564 x 1 x ( 27 + 273) 2,5 = 0,946 Untuk pengujian dengan menggunakan biodiesel (B-05), beban 10 kg dan putaran 1000 rpm, tekanan udara masuk = 30 mmH2O (Tabel 4.3). Dari kurva kalibrasi diperoleh laju aliran massa udara sebesar 11,38 kg/jam untuk tekanan udara masuk = 10 mm H2O , sehingga untuk tekanan udara masuk = 30 mm H2O diperoleh laju aliran massa udara sebesar 34,14 kg/jam, setelah dikalikan faktor koreksi (Cf), maka laju aliran massa udara yang sebenarnya :
= 18,96 Hasil perhitungan AFR untuk masing–masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 Perbandingan udara dan bahan bakar (AFR) pada pengujian biodiesel (B-05)dan solar dibawah ini. Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-05) Beban Putaran Perbandingan Statis (rpm) Udara dan (kg) Bahan Bakar (AFR) 1000 18,958 1400 18,501 1800 17,957 10 2200 18,072 2600 15,799 2800 15,254 1000 19,116 1400 18,326 1800 18,256 25 2200 18,8 2600 18,958 2800 18,151 Dengan Bahan Bakar Solar Beban Statis (kg)
.
m a = 34,14 x 0,946 = 32,69 kg/jam Dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh harga laju aliran massa udara (ma) untuk masing– masing pengujian tiap variasi beban dan putaran .Dengan diperolehnya harga laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung besarnya rasio udara bahan bakar (AFR).
32,69 1,725
10
25
Putaran (rpm)
1000 1400 1800 2200 2600 2800 1000 1400 1800 2200 2600 2800
Perbandingan Udara dan Bahan Bakar (AFR) 17,198 17,43 18,03 18,446 18,92 19,56 17,389 18,418 19,553 19,783 18,607 19,071
Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel 122
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
Efisiensi volumetrik
2014
ISSN 2338-1035
ηv =
Efisiensi volumetris (volumetric efficiency) untuk motor bakar 4-langkah dihitung dengan rumus berikut :
ηv =
ma = Laju aliran udara (kg / jam)
ρ a = Kerapatan udara (kg/m3) V s = volume langkah torak (m3) = 120 inch3 [spesifikasi mesin pada tabel 3.1] = 120 x 2,54 = 304,8 x 10-6 m3
Diasumsikan udara sebagai gas ideal sehingga massa jenis udara dapat diperoleh dari persamaan berikut :
ρa
Pa = R.Ta
Dimana : R = konstanta gas (untuk udara = 287 J/ kg.K) Dengan memasukkan harga tekanan dan temperatur udara yaitu sebesar 100 kPa dan 27 0C, maka diperoleh massa jenis udara yaitu sebesar:
ρa =
1 1,169 x492,69 x10- 6
2.m a 1 . 60.n ρ a .V s
dimana :
100000 287.(27 + 273)
= 1,161440186 kg/m3 Dengan diperolehnya massa jenis udara maka dapat dihitung besarnya efisiensi volumetrik (ηv ) untuk masing– masing pengujian pada variasi beban dan putaran. Untuk pengujianmenggunakan biodiesel (B-05) beban 10 kg, putaran 1000 rpm :
2 x 14,169 . 60 x1000
= 0,82007 Harga efisiensi volumetrik untuk masing–masing pengujian yang dihitung dengan cara perhitungan yang sama dengan perhitungan diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Efisiensi thermal brake Efisiensi thermal brake (brake ηb ) thermaleficiency, merupakan perbandingan antara energi keluaran dengan energi kimia yang masuk yang dikandung bahan bakardalam bentuk bahan bakar yang dihisap kedalam ruang bakar. Efisiensi termal brake dihitung dengan menggunakan 45 persamaan berikut :I> = < JK=
M
Dimana: I>
= Efisiensi Thermal Brake
= Daya Efektif (KW)
- = Laju aliran massa bahan bakar (Kg/s) LHV = Nilai kalor pembakaran bahan bakar (KJ/Kg) = Efisiensi pembakaran yang I. standard nilainya = 0,97 kJ/kg (Lit.9 hal 12). Bila diasumsikan pembakaran yang terjadi adalah pembakaran sempurna maka besarnya uap air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Qlc = 2400 . 2,16 = 5189,52kJ/kg
123
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
Sehingga besarnya LHV untuk biodiesel (B100) dapat dihitung sebagai berikut :
0,95
⋅ Qlc
solar )}=
⋅ Qlc
B100 )
+ (
43788,06kJ/kg – {(0,05
Setelah diperoleh harga LHV untuk masing-masing bahan bakar maka dapat dihitung besarnya efisiensi termal
= 32570,09kJ/kg H 26 )
Harga LHV untuk solar (C 12
dihitung dengan cara yang sama : % berat H dalam solar=
y. ARH X100 % MRC 12 H 26
26.1 X 100% (12.12) + (26.1)
=15,29 %
η
brake ( b ). Untuk Biodiesel (B05), beban 10 kg pada putaran 1000 rpm: I> = - NO8 I. 5,24 = BH 8 10 38.996,62 0.97 = 0,1526
4.
Jumlah uap air yang terbentuk dari pembakaran tiap 1 kg solar :
1 15,29 ⋅ 26 ⋅ ⋅ 1kg = 1,9877 kg 2 100 Kalor laten kondensasi uap air dari pembakaran tiap 1 kg solar :
Qlc solar = 2400 kJ/kg .1,9877 kg = 4770,48 kJ per 1 kg solar Besarnya LHV solar : LHV solar = HHV solar - Q lc solar = 44799,67kJ/kg – 4770,48 kJ/kg = 40029,16 kJ/kg Sedangkan harga LHV untuk bahan bakar yang merupakan campuran antara biodiesel (B100) dengan solar dihitung dengan rumus pendekatan berikut :
lc solar
LHV B 05 = HHV B 05 - {(0,05
= 38996,62kJ/kg
= 37759,61224 J/kg – 5189,5272J/kg
CV Bxx = HHV BXX - {( B.Q lc
ISSN 2338-1035
⋅ 5189,5272kJ / kg ) + (0,95 ⋅ 4770,48kJ / kg )}
LHV = HHV B100 - Qlc B100
=
2014
B100
)-( S.Q
)}[4] Dimana : B = Persentase biodiesel dalam bahan bakar campuran S = Persentase solar dalam bahan bakar campuran Untuk B-05, B = 0,05 dan S = 0,95
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengujian ini adalah 1. Pemakaian bahan bakar biodiesel (B-07) terhadap unjuk kerja motor diesel pada putaran rendah memiliki torsi dan daya yang lebih kecil. Akibat torsi dan daya yang kecil pada putaran rendah maka motor diesel kurang bertenaga. 2. Konsumsi bahan bakar spesifik biodiesel (B-07) lebih rendah dibanding menggunakan bahan bakar solar. Dengan demikian menggunakan bahan bakar biodiesel (B-07) lebih hemat daripada menggunakan bahan bakar solar. 3. Pada emisi gas buang penggunaan bahan bakar biodiesel (B-07) lebih rendah dibandingkan bahan bakar solar. Hal ini membuktikan bahwa biodiesel ramah terhadap lingkungan dan memperkecil polusi udara. Saran yang dapat diberikan dari pengujian ini adalah 1. Untuk mendukung kelancaran dan akurasi hasil pengujian sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan kalibrasi 124
Jurnal
e-Dinamis, Volume.10, No.2 September
terhadap instrumentasi dan alat ukur setiap kali pengujian akan dilakukan. 2. Untuk meningkatkan hasil dari pengujian bahan bakar ini dengan dimetil ester sebaiknya dilakukan variasi beban yang banyak dan % bahan bakar juga harus bervariasi jadi nantinya didapatkan hasil yang berguna dan dapat digunakannya bahan bakar biodiesel dimetil ester di masyarakat . 3. Untuk mendapatkan hasil dari alat emisi gas buang yang mana data yang tertera pada alat auto gas analyzer berubahubah , maka perlu dilakukan kalibrasi ulang selama 5 menit dan membersihkan gas fitting agar kinerja sensor lebih efektif.
2014
ISSN 2338-1035
DAFTAR PUSTAKA [1] Arismunandar, Wiranto. Penggerak Mula Motor Bakar Torak : Penerbit ITB Bandung, 1988. [2]
Edi, Sigar, Buku Pintar Otomotif, Penerbit Pustaka Dela Pratasa, Jakarta, 1998.
[3]
Priambodo, Bambang dan Maleev, V.L, Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel, Penerbit Erlangga, 1991.
[4]Soenarta, Nakolea dan Shoichi Furuhama, Motor Serba Guna, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002.. [5] www.pertamina.com [6] http://www.dimethylester.com
125