KAJIAN EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MUARA BUNGO Anggun Dwi Yana Suri1, Khairuddin1, Zulfa Amrina1, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected] 1
Abstract The process of learning mathematics in class VIII SMP Negeri 4 Muara Bungo still centered to the teacher. Students simply accept what is conveyed by the teacher so that the students look passive. Even some students who do not pay attention when the teacher explains the subject matter. When the teacher gives the opportunity for students to ask questions about the material that has been studied mostly silent student did not respond. When the teacher gives homework or practice, there are also students who do not do homework or practice on the grounds do not understand or left behind. This resulted in less student learning activities and results of students' mathematics learning is low. To solve this problem, one way to do that is applying the learning model articulation. From the research data that has been analyzed, shows that students' learning activity experienced up and down at each meeting, and the learning outcome data were analyzed by t-test, the data showed that the learning outcomes of students who apply mathematics learning model is better articulation of the data of student learning outcomes applying conventional learning in class VIII SMP Negeri 4 Muara Bungo although in fact the increase of students who pass the class that uses more conventional learning models. Key Words: Articulation learning models, activities, learning outcomes siswa. Apabila guru berhasil menciptakan
Pendahuluan Matematika merupakan salah satu mata
suasana yang menyenangkan dan membuat
pelajaran dasar yang memegang peranan
siswa nyaman maka akan memungkinkan
penting
siswa akan lebih termotivasi dalam belajar
formal.
pada setiap jenjang pendidikan Oleh
diharapkan
sebab
untuk
itu
siswa
mampu
sangat
menguasai
matematika dengan baik. Pemerintah harus
sehingga terjadi peningkatan hasil belajar dan siswa
akan
lebih
aktif
lagi
dalam
pembelajaran.
sungguh-sungguh
Berdasarkan observasi terhadap siswa
pendidikan yang ada di Indonesia untuk
kelas VIII.2 SMP Negeri 4 Muara Bungo
meningkatkan sumber daya manusianya.
pada tanggal 15 dan 17 November 2014
Proses pembelajaran merupakan salah satu
peneliti melihat bahwa pembelajaran masih
penunjang tercapainya hasil belajar siswa
berpusat kepada guru. Pada saat kegiatan
yang baik. Keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran berlangsung guru menjelaskan
pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh
materi dan siswa hanya mencatat apa yang
beberapa faktor antara lain adalah guru dan
dibuat oleh guru di papan tulis. Bahkan ada
memperhatikan
dengan
1
juga siswa yang tidak memperhatikan guru
konvensional dan metode ceramah sebagai
saat menjelaskan materi pelajaran. Selama
cara untuk menyampaikan materi pelajaran.
proses pembelajaran, siswa hanya menerima
Melalui model pembelajaran konvensional
apa yang disampaikan oleh guru sehingga
dan metode ceramah, siswa akan lebih
siswa terlihat pasif. Dan penulis mendapat
banyak pengetahuan, namun pengetahuan itu
informasi dari salah satu siswa bahwa dia
hanya
tidak berani untuk bertanya kepada guru
akibatnya
tentang materi yang tidak dipahaminya. Hal
bermakna karena ilmu pengetahuan yang
ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
didapat oleh siswa mudah terlupakan.
diterima
dari
informasi
pembelajaran
menjadi
guru, kurang
Dari uraian di atas diketahui bahwa
sehingga nilai ulangan matematika tengah semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri
guru
4 Muara Bungo masih rendah dan masih
sebenarnya siswa sudah mengerti atau belum
banyak yang berada dibawah KKM (Kriteria
terhadap pelajaran yang disampaikan, karena
Ketuntasan
setiap guru bertanya kepada siswa ataupun
Minimum)
yang
ditetapkan
kesulitan
mengetahui
apakah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
sekolah yakni 70. Jika permasalahan tersebut dibiarkan
bertanya kepada guru tentang pelajaran yang
terus menerus maka akan berdampak buruk
disampaikan siswa hanya diam saja, tidak
terhadap hasil belajar dan tujuan yang ingin
memberikan tanggapan. Ketika diberikan
dicapai, oleh sebab itu sudah saatnya
latihan
permasalahan yang ada harus segera diatasi,
menjawab soal tersebut. Bahkan ada yang
agar proses belajar mengajar menjadi lebih
tidak mengerjakan PR sama sekali dengan
baik, menarik, menyenangkan dan tujuan
alasan
pembelajaran dapat dicapai.
permasalahan
tersebut
memberikan
solusi
Maka dari itu, guru yang merupakan
atau
PR
tinggal
siswa
tidak
ataupun
lupa.
penulis atas
mampu
Dari
mencoba
permasalahan
pihak yang berhubungan langsung dengan
tersebut. Salah satu upaya yang dapat
siswa dapat memberikan evaluasi lebih
dilakukan guru adalah dengan memilih
akurat,
model
objektif,
dan
mengoptimalkan
pembelajaran
yang
tepat
dalam
dapat
kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satu
menentukan
model pembelajaran yang dapat digunakan
keberhasilan belajar siswa. Kemampuan guru
untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dalam melaksanakan poses belajar mengajar
model pembelajaran Artikulasi.
pembelajaran. diungkapkan
sangat
Dengan bahwa
demikian guru
berpengaruh
pemahaman menggunakan
siswa. model
terhadap Biasanya
tingkat guru
pembelajaran
Model pembelajaran Artikulasi ini merupakan
model
pembelajaran
yang
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. 2
Model pembelajaran ini menekankan pada
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil
komunikasi
satu
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
kelompoknya karena model pembelajaran
akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
Artikulasi
berlangsung
mengalami”. Dari pendapat ketiga ahli
layaknya pesan berantai dan semua siswa
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
dapat peran masing-masing, dan siswa tidak
adalah
merasa dibeda-bedakan karena semua siswa
seseorang untuk perubahan tingkah laku dari
mendapat peran yang sama sehingga dengan
hasil pengalaman yaitu pengetahuan yang
menerapkan
telah dipahami dengan pengetahuan yang
diharapkan
siswa
ini
kepada
prosesnya
model siswa
teman
pembelajaran dapat
aktif
ini dan
proses
Menurut pembelajaran
Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang
dilakukan
baru.
pembelajaran tidak hanya terpusat kepada guru saja.
usaha
Istarani adalah
(2011:1) seluruh
model
rangkaian
penyajian materi ajar yang meliputi segala
mendeskripsikan aktivitas belajar matematika
aspek
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Muara Bungo
pembelajaran yang dilakukan guru serta
yang menggunakan model pembelajaran
segala fasilitas yang terkait yang digunakan
Artikulasi dan melihat apakah hasil belajar
secara langsung atau tidak langsung dalam
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4
proses belajar mengajar. Joyce dalam Trianto
Muara Bungo yang menggunakan model
(2009:22) mengemukakan bahwa model
pembelajaran Artikulasi lebih baik dari pada
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
pembelajaran konvensional.
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.
Slameto
(2010:2)
mengatakan
sebelum,
sedang
dan
sesudah
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
“Belajar adalah suatu proses usaha yang
menentukan
dilakukan
memperoleh
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
suatu perubahan tingkah laku yang baru
buku, film, komputer, kurikulum dan lain-
secara
hasil
lain. Dari pendapat para ahli tersebut dapat
interaksi
disimpulkan bahwa model pembelajaran
dengan lingkungannya”. Menurut Robbins
adalah suatu cara yang direncanakan dalam
(dalam Trianto, 2009:15) “Belajar adalah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
proses menciptakan hubungan antara suatu
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
seseorang
untuk
keseluruhan
pengalamannya
sebagai
sendiri
dalam
perangkat-perangkat
pengetahuan yang sudah dipahami dan suatu
Menurut Istarani (2011:61) Artikulasi
pengetahuan yang baru”. Sedangkan menurut
berarti menggali kembali materi yang telah
Hamalik
dijelaskan oleh guru sebelumnya. Oleh
(2010:27)
“Belajar
merupakan
3
karena itu, dua orang siswa mengulangi
satu
kembali apa yang dijelaskan guru secara
menyampaikan
bergantian. Satu orang jadi pendengar dan
kelompok yang lain, sebab setiap siswa
mencatat
memiliki kesempatan untuk menyampaikan
yang
dikatakan
temannya,
kelompoknya. hasil
Serta diskusi
siswa
di
depan
sementara yang satu orang lagi menerangkan
pendapat
keterangan guru yang ia simak pada waktu
biasanya hanya terdiri dari dua orang.
guru menjelaskan pelajarannya tadi, begitu
Huda
(2013:268)
Model
pembelajaran Artikulasi merupakan model pembelajaran yang prosesnya berlangsung layaknya pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan guru wajib diteruskan siswa dengan menjelaskannya pada siswa lain atau pasangan kelompoknya. Disinilah keunikan strategi pembelajaran ini, siswa dituntut untuk berperan sebagai “penerima pesan” sekaligus
berperan
sebagai
“penyampai
pembelajaran
Artikulasi
pesan”. Model merupakan
Kelompok
ini
Langkah-langkah model pembelajaran Artikulasi menurut Istarani (2011:61) adalah
juga sebaliknya. Menurut
kelompoknya.
tiap
model
pembelajaran
yang
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang masingmasing anggotanya bertugas mewawancarai
sebagai berikut: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa. c. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang. d. Guru menugaskan salah satu siswa dari sebuah pasangan untuk menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil, kemudian keduanya berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. e. Guru menugaskan siswa secara bergiliran (diacak) untuk menyampaikan hasil wawancaranya dengan pasangannya hingga sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. f. Guru mengulangi dan menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa. g. Guru menutup pembelajaran.
teman kelompoknya tentang materi yang baru
dibahas.
Kemampuan
pemahaman
sangat diperlukan dalam pembelajaran ini. Huda (2013:269) mengatakan bahwa perbedaan model pembelajaran Artikulasi ini dengan model pembelajaran lainnya adalah penekanannya
pada
komunikasi
siswa
kepada teman satu kelompoknya, karena disana ada proses wawancara dengan teman
Berdasarkan kutipan di atas, model pembelajaran Artikulasi ini dilaksanakan dengan berpasangan. Dalam pelaksanaannya di dalam kelas, penulis menerapkan model pembelajaran Artikulasi sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
dalam
pembelajaran.
2)
Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok. 4
Jumlah siswa dalam kelompok terdiri dari 2
wawancaranya kedepan kelas. 10) Guru
orang. Lalu mereka duduk sebangku. 3) Guru
menjelaskan kembali materi yang sekiranya
meminta siswa membuka buku paket yang
belum dipahami siswa dan bersama-sama
telah dimilki oleh masing-masing siswa. 4)
dengan siswa menyimpulkan pelajaran pada
Guru menjelaskan kepada siswa kegiatan
hari itu. 11) Guru menutup pembelajaran.
yang
akan
pembelajaran
dilakukan untuk
dalam
proses
memudahkan
siswa
Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan
yang
dalam
menjelaskan materi sebagaimana biasanya.
Sebagaimana
Selama menyampaikan materi guru berusaha
Sardiman (2012:97) “setiap orang yang
mengajak siswa aktif dalam belajar dengan
belajar harus aktif, tanpa adanya aktivitas
mengajukan
maka proses belajar tidak mungkin terjadi”.
yang
berhubungan dengan materi. Ataupun siswa
yang
Jenis-jenis
materi
siswa
dalam memahami buku paket. 5) Guru
pertanyaan-pertanyaan
memahami
dilakukan
pelajaran.
diungkapkan
aktivitas
dalam
oleh
belajar
dapat bertanya kepada guru jika kurang
menurut Paul D. Dierich dalam Sardiman
memahami materi yang telah disampaikan
(2012:101) adalah:
oleh guru. Sehingga akan terlihat aktivitas siswa
dalam
pembelajaran.
6)
Siswa
mencatat materi yang telah disampaikan oleh guru. 7) Guru meminta siswa mempelajari dan mendiskusikan materi pelajaran dan soalsoal pada buku paket dengan kelompok masing-masing. 8) Guru menugaskan salah satu siswa dari sebuah pasangan untuk menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil, kemudian keduanya berganti
peran.
lainnya.
9)
Begitu
Guru
juga
kelompok
memilih
pasangan
kelompok secara bergiliran (diacak) untuk menyampaikan hasil wawancaranya lalu pasangan kelompok tersebut menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru atau teman lainnya. Begitu seterusnya hingga sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
a. Visual Activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. e. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor Activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, 5
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Dari kedelapan macam-macam
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Berdasarkan penelitian di atas maka
aktivitas yang telah dikemukakan di atas, penulis hanya mengamati lima aktivitas dalam penelitian ini yaitu Oral Activities, Listening
Activities,
Writing
Activities,
Mental Activities, dan emotional activities. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 7 aspek
aktivitas
yang
diamati
dalam
penerapan model pembelajaran Artikulasi yaitu: 1) Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. 2) Siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru. 3) Siswa bercerita (berdiskusi)
kepada
teman
tentang
kelompoknya
materi
yang
telah
dijelaskan oleh guru. 4) Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. 5) Siswa berani maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusinya. 6) Siswa menanggapi pertanyaan
yang
temannya.
7)
diberikan
Siswa
berani
guru
atau
membuat
kesimpulan dari materi pelajaran yang telah
penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Artikulasi dan pada kelas kontrol
diterapkan
pembelajaran
konvensional. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Menurut Sudjana (2005:6) “populasi adalah totalitas semua nilai
yang
mungkin,
hasil
menghitung
ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang akan dipelajari sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Muara Bungo yang terdiri dari 3 kelas. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi tersebut dalam semua aspek atau karakteristik
populasi.
Sudjana (2005:7)
menyatakan bahwa sampel penelitian adalah sebagian populasi yang memiliki sifat dan
dipelajari.
karakter yang sama sehingga mewakili Metodologi
populasinya. Pada penelitian ini diambil
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Eksperimen menurut Arikunto (2010:9) adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat (hubungan kausal)
antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
sampel sebanyak dua kelas dengan cara Random Sampling (secara acak). Cara yang dilakukan dalam pemilihan sampel adalah dengan pengundian atau mencabut lot dari ketiga kelas. Dari pengundian pertama terpilih kelas VIII.2 yang ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan pengundian kedua
6
terpilih kelas VIII.1 yang ditetapkan sebagai
normalitas yang dilakukan, diperoleh di kelas
kelas kontrol.
eksperimen nilai 𝐿𝐿ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 0,13305 dan
Cara
pengambilan
sampel
yaitu:
1) Mengumpulkan nilai ulangan matematika tengah semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri
4
Muara
Bungo
tahun
ajaran
2014/2015. 2) Melakukan uji normalitas terhadap
masing-masing
kelas
dengan
menggunakan uji liliefors. 3) Melakukan uji homogenitas
dengan
menggunakan
uji
Bartlett. 4) Melakukan uji kesamaan ratarata. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
lembar
observasi
aktivitas siswa dan tes akhir. Lembar observasi
digunakan
perkembangan pembelajaran
untuk
aktivitas
mengetahui
siswa
matematika
dalam setelah
menerapkan model pembelajaran Artikulasi. Tes akhir digunakan untuk mengetahui
𝐿𝐿 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 0,154233, di kelas kontrol 𝐿𝐿ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 =
0,12805 dan 𝐿𝐿 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 0,1566 karena 𝐿𝐿ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
yang diperoleh lebih kecil dari 𝐿𝐿 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 dengan 𝛼𝛼 = 0,05
maka
dikatakan
sampel
berdistribusi normal (Terima H 0 ). Dari
hasil
perhitungan
tersebut
diperoleh F = 0,924 dan 𝐹𝐹0,05(31,32) = 1,8133 karena
didapat
0,924
<
dari
hasil
1,8133,
perhitungan
maka
hipotesis:
H 0 : σ 12 = σ 22 diterima dengan taraf nyata α
= 0,10. Kesimpulannya adalah data hasil belajar matematika pada kedua kelas sampel memilki variansi homogen. Untuk menguji hipotesis terlebih dahulu dihitung harga s, dan diperoleh s = 12,98206 selanjutnya digunakan rumus uji t, dan diperoleh t = 2,67435.
apakah hasil belajar matematika siswa yang
Kriteria pengujian adalah: tolak H 0
menerapkan model pembelajaran Artikulasi
jika 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 > 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 . Dari hasil perhitungan
lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang
menerapkan
pembelajaran
tersebut diperoleh 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 2,67435 dan
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 1,6695, sehingga 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 > 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 .
konvensional. Analisis data lembar observasi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan menghitung persentase aktivitas yang
hasil
dilakukan siswa dan analisis data tes akhir
pembelajarannya
yang digunakan adalah perbedaan rata-rata
pembelajaran Artikulasi lebih baik dari hasil
dengan menggunakan uji t.
belajar
Dari
hasil
lembar
observasi,
persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen terlihat bahwa aktivitas belajar siswa
mengalami
pertemuannya.
naik-turun
Berdasarkan
hasil
belajar
matematika
siswa
menerapkan
matematika
siswa
yang model
yang
pembelajarannya menerapkan pembelajaran konvensional. Hasil danPembahasan
setiap uji 7
Berdasarkan
pengamatan
selama
siswa
yang
memperhatikan,
hal
ini
penerapan model pembelajaran Artikulasi,
disebabkan karena masih banyak siswa yang
maka diperoleh data tentang hasil aktivitas
kurang serius dalam memperhatikan guru,
siswa selama proses belajar mengajar, data
masih ada siswa yang berbicara dengan
diperoleh melalui lembar observasi. Pada
temannya yang lain. Guru memberikan
saat proses belajar mengajar berlangsung
pengarahan dan teguran kepada siswa agar
observer
mendengarkan
mendampingi
peneliti
untuk
serta
mengamati aktivitas belajar siswa. Untuk
penjelasan
melihat kecenderungan peningkatan aktivitas
berlangsung.
belajar siswa selama menerapkan model
aktivitas
pembelajaran Artikulasi dapat dilihat pada
peningkatan karena siswa sudah mulai
grafik untuk setiap indikator adalah sebagai
memahami apa yang dijelaskan guru dan
berikut:
siswa juga telah kembali fokus untuk
Persentase
saat
Pada
pembelajaran
pertemuan
belajar
siswa
terakhir
mengalami
memperhatikan penjelasan yang diberikan
100,00%
Indikator A
80,00%
Indikator B
60,00%
Indikator C
40,00% 20,00%
Indikator D
0,00%
Indikator E I II III IV V VI
Indikator F
Pertemuan Ke
Indikator G
a. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. 100%
guru
memperhatikan
Indikator A
87,87% 87,87% 78,79% 75,75% 64%
93,94%
guru, walaupun tidak seluruh siswa yang bersungguh-sungguh memperhatikan guru. b. Siswa
mencatat
materi
yang
disampaikan oleh guru.
Indikator B
93,94% 87,87% 84,85% 100% 90,91% 90,91% 75,75% 80% 60% 40% 20% 0% I
II
III
IV
V
VI
Pertemuan ke
50%
Dari Grafik aktivitas belajar siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru
0% I
II
III
IV
V
VI
terlihat pada pertemuan pertama masih belum
Pertemuan ke
semuanya ini disebabkan siswa masih ada yang malas untuk mencatat materi pelajaran.
Dari Grafik di atas terlihat bahwa aktivitas
Pada pertemuan selanjutnya sudah ada
siswa
yang
peningkatan karena siswa sudah mulai
diberikan guru mengalami naik-turun setiap
memahami model pembelajaran yang sedang
memperhatikan
penjelasan
pertemuannya karena memang belum semua 8
pembelajaran
berbicara saat diskusi kelompok. Guru
Artikulasi, siswa juga sudah mulai mengerti
memberikan motivasi agar siswa dapat
dan tertarik dengan model pembelajaran yang
berdiskusi bersaa kelompok dengan baik.
digunakan
yaitu
model
Siswa mulai terbiasa dengan cara
dilaksanakan. Pada akitivitas belajar siswa mencatat
pembelajaran seperti berdiskusi tetapi masih
materi yang disampaikan oleh guru ini juga
ada juga siswa yang tidak melakukan diskusi
terlihat bahwa aktivitas mengalami naik-
dengan
turun selama pembelajaran berlangsung.
bercerita tentang hal lain sehingga membuat
Karena itu guru kembali memotivasi siswa
suasana agak ribut. Guru menegur siswa
agar rajin-rajin mencatat materi yang sedang
yang membuat keributan di dalam kelas.
dipelajari agar dapat mengulangi pelajaran
d. Siswa berani maju ke depan untuk
kembali di rumah. Pada pertemuan terakhir
kelompoknya
bermanfaat untuk dirinya sendiri. c. Siswa
berdiskusi
bersama
teman
30% 20% 10%
Indikator D
24,24% 18,18% 18,18% 12,12% 12,12% 12,12%
0%
kelompok tentang materi yang telah
I
II
Indikator C
50%
51,52%
III
IV
V
VI
Pertemuan ke
dijelaskan oleh guru. 100%
malah
menyampaikan hasil diskusinya.
siswa telah mengerti bahwa mencatat materi yang disampaikan oleh guru itu sangat
melainkan
Dari Grafik aktivitas belajar siswa
81,82% 60,61% 54,54% 60,61% 63,64%
berani maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusinya pada umumnya mengalami peningkatan, walaupun ada yang sama
0% I
II
III
IV
V
VI
persentasenya. Hal ini disebabkan banyak
Pertemuan ke
siswa yang tidak berani maju ke depan
Dari Grafik aktivitas belajar siswa
karena
takut
disalahi
oleh
guru
atau
dimana masing-masing kelompok diminta
ditertawakan oleh temannya. Tetapi guru
berdiskusi
telah
memberikan arahan kepada siswa aktivitas
dijelaskan oleh guru cenderung meningkat
itu untuk melatih siswa agar memiliki
pada tiap pertemuannya. Guru mengontrol
keberanian dan tidak akan dimarahi oleh
siswa saat diskusi kelompok berlangsung.
guru jika ada yang salah dari hasil presentasi
Pada pertemuan pertama, siswa masih belum
mereka. Pada pertemuan keenam aktivitas
terbiasa dengan model pembelajaran yang
siswa
diterapkan serta masih ada siswa yang
karena siswa sudah mulai berani maju
tentang
materi
yang
kembali
mengalami
peningkatan
9
kedepan
untuk
menyampaikan
hasil
Indikator F
diskusinya walaupun hanya beberapa orang 100%
saja. e. Siswa
menanggapi pertanyaan
yang
diberikan guru atau temannya.
50%
87,88% 78,79% 75,76% 81,82% 54,54% 63,64%
0%
Indikator E
50%
6,06%
I
27,27% 21,21% 21,21% 18,18% 12,12%
0% I
II
III
IV
V
menanggapi pertanyaan yang diberikan guru atau temannya memiliki persentase yang setiap
pertemuan.
Pada
pertemuan pertama aktivitas siswa masih rendah hal ini terjadi karena siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang dilaksanakan dan masih merasa malu kepada temannya. Pada pertemuan kedua dan ketiga
aktivitas
peningkatan.
siswa
Namun,
mengalami
pada
pertemuan
keempat persentase aktivitas belajar siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru atau temannya mengalami penurunan, hal ini disebabkan masih ada siswa yang takut untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan guru atau temannya. Pada pertemuan kelima dan
V
VI
Pertemuan ke Dari Grafik aktivitas belajar siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh
setiap pertemuannya. Pada awal pertemuan aktivitas belajar siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru masih terbilang rendah, karena siswa masih ada yang malas untuk mengerjakan latihan yang diberikan. Guru memotivasi dan menginformasikan kepada siswa bahwa setiap siswa harus mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru karena guru akan memberikan penilaian
aktivitas
siswa
setiap
pertemuannya
mengalami
peningkatan,
yang
mengerjakan
latihan
yang
g. Siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah dipelajari.
20% 10%
siswa mulai terbiasa.
siswa
siswa.
diberikan oleh guru belum semuanya.
kembali
karena
pada
masing-masing
namun hal ini masih belum sempurna karena
30%
peningkatan
kepada
Walaupun
keenam, persentase aktivitas belajar siswa mengalami
IV
persentasenya mengalami peningkatan pada
Dari Grafik aktivitas belajar siswa
pada
III
guru terlihat bahwa pada aktivitas ini
VI
Pertemuan
berbeda
II
Indikator G24,24% 18,18% 15,15% 12,12% 9,09% 6,06%
0%
f. Siswa
mengerjakan
diberikan oleh guru.
latihan
yang
I
II
III
IV
V
VI
Pertemuan ke 10
Dari Grafik aktivitas belajar siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran
diperoleh 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 > 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
pada tingkat
kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan
yang telah dipelajari memiliki persentase
bahwa hasil belajar matematika siswa pada
yang berbeda pada setiap pertemuan. Pada
kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar
pertemuan pertama aktivitas siswa masih
matematika siswa pada kelas kontrol. Maka
rendah hal ini terjadi karena siswa masih
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
bingung untuk membuat kesimpulan dari
matematika siswa yang pembelajarannya
materi pelajaran yang telah dipelajari, selain
menerapkan model pembelajaran Artikulasi
itu siswa juga masih belum terbiasa untuk
lebih baik dari hasil belajar matematika siswa
mengungkapkan ide/gagasan, siswa masih
yang
malu-malu dan kurang percaya diri. Guru
pembelajaran konvensional. Hasil tes akhir
memberi motivasi kepada siswa agar mulai
dapat dilihat pada tabel 1.
belajar
untuk
berani
mengungkapkan
ide/gagasan yang dimiliki atau dipikirkan oleh siswa tersebut. selanjutnya
siswa
pembelajarannya
Pada pertemuan
mulai
berani
untuk
menyampaikan ide/gagasan dalam membuat
menerapkan
Tabel 1: Data tes akhir Kelas
Jumlah Siswa
Eksperi men Kontrol
2
xi
Si
Si
33
𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 98
55
76,36
13,23
175,114
32
95
43
67,75
12,72
161,742
kesimpulan dari materi pelajaran yang telah dipelajari.
Pada
pertemuan
persentase aktivitas belajar siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah dipelajari
mengalami
terkadang
malas
penurunan.
untuk
Siswa
menyampaikan
gagasannya. Guru terus memberi motivasi kepada siswa dan menegaskan kepada siswa bahwa setiap kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran akan dinilai oleh guru. Setelah dianalisis dengan mencari nilai rata-rata pada setiap indikator maka dapat
disimpulkan
persentase
aktivitas
belajar siswa pada setiap indikator disetiap pertemuan mengalami naik-turun. Setelah dilakukan
analisis
data
dan
Berdasarkan deskripsi dan analisa
keempat
pengujian
hipotesis terhadap data hasil belajar, maka
data yang telah didapatkan, maka terlihat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Artikulasi dengan kelas kontrol yang
menerapkan
pembelajaran
konvensional. Hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol, ini dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen yaitu 76,36% sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu 67,75%. Skor tertinggi kelas eksperimen adalah 98 dan skor terendah adalah 55, sedangkan untuk kelas kontrol skor tertinggi adalah 95 dan skor terendah adalah 43. Pada kelas
eksperimen
dapat
dilihat
masih 11
Berdasarkan
banyaknya siswa yang belum tuntas hasil
pengamatan
belajarnya. Hal ini terjadi karena masih
selama
banyak kekurangan yang peneliti lakukan
eksperimen lebih bersemangat dan lebih aktif
dalam proses pembelajaran, seperti saat
dalam belajar, sedangkan pada kelas kontrol
menjelaskan
kurang
pembelajaran masih terpusat pada guru
memperhatikan siswa yang meribut, dan
sehingga minat belajar siswa masih kurang.
sebagian siswa kurang memahami materi
Hal ini menyebabkan hasil belajar pada kelas
yang peneliti jelaskan, sehingga masih
kontrol lebih rendah dibandingkan dengan
banyak
kelas eksperimen. Pada pembelajaran di
materi
nilai
peneliti
siswa
di
bawah
kriteria
terlihat
pada
kelas
kelas eksperimen siswa dapat mengganti
ketuntasan. Tetapi jika dilihat jumlah siswa yang mencapai
penelitian,
peneliti
ketuntasan
belajar
setelah
suasana belajar dengan berpindah tempat duduk
bersama
pasangan
kelompoknya
penelitian dengan sebelum penelitian, maka
sehingga membuat mereka tidak jenuh dalam
didapatkan jumlah siswa yang mencapai
belajar. Siswa lebih bersemangat dalam
ketuntasan belajar pada kelas kontrol lebih
belajar dan mereka tidak takut lagi untuk
meningkat
eksperimen.
bertanya kepada guru jika ada suatu materi
Sebelum penelitian dilakukan, jumlah siswa
yang tidak dipahaminya. Sehingga membuat
yang mencapai ketuntasan belajar pada kelas
siswa lebih mengerti dengan materi yang
VIII.1 adalah 7 orang atau 21,21% dan pada
sedang dipelajari. Karena itulah hasil belajar
kelas VIII.2 adalah 14 orang atau 41,18%.
matematika siswa pada kelas eksperimen
Sedangkan
dilakukan
lebih meningkat dari pada hasil belajar siswa
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
pada kelas kontrol yang menggunakan
belajar pada kelas VIII.1 yang merupakan
pembelajaran konvensional.
daripada
setelah
kelas
penelitian
kelas kontrol adalah 15 orang atau 46,87%
Jika siswa pada kelas eksperimen
dan pada kelas VIII.2 yang merupakan kelas
benar-benar serius dalam pembelajaran dan
eksperimen adalah 21 orang atau 63,64%.
mengikuti arahan yang diberikan oleh guru,
Karena peningkatan jumlah siswa yang
maka
mencapai ketuntasan belajar pada kelas
ketuntasan belajar bisa lebih banyak lagi dari
kontrol sebanyak 8 orang sedangkan pada
yang sekarang.
jumlah
siswa
yang
mencapai
kelas eksperimen hanya 7 orang, maka
Adapun persoalan yang peneliti alami
terlihat bahwa peningkatan jumlah siswa
selama penelitian yaitu pada saat pembagian
yang mencapai ketuntasan belajar pada kelas
kelompok, ada beberapa siswa yang tidak
kontrol lebih banyak dibanding pada kelas
mau dipasangkan dengan pasangan yang
eksperimen.
ditentukan
oleh
guru.
Sehingga
guru 12
membutuhkan
waktu
lebih
untuk
meyakinkan siswa tersebut untuk menerima
DaftarPustaka
Masih ada suasana yang ribut di dalam kelas
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
ketika diskusi sedang berlangsung. Peneliti
Huda,
pasangan kelompok yang telah ditetapkan.
memberikan pengarahan kepada siswa agar tenang sehingga proses pembelajaran dapat berlanjut dengan baik. Masih ada anggota kelompok yang tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompoknya. Siswa tersebut malah bercerita tentang hal yang lain bukan materi pelajaran. Peneliti memberitahukan kepada siswa, bahwa bagi siswa yang tidak
Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pistaka Pelajar.
Hamalik, Oemar 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia.
melaksanakan kegiatan yang diberikan oleh guru, maka tidak akan mendapatkan nilai lebih. Keterbatasan waktu sehingga setiap pertemuan peneliti membatasi kelompok yang
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompok. Waktu yang disediakan untuk siswa
berdiskusi
menyampaikan kelompoknya
pesan lebih
ataupun kepada sedikit,
sedang teman
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.
sehingga
membuat siswa kurang bisa memahami pembalajaran yang sedang digunakan oleh guru.
13