Efek Multiplier Zakat Terhadap Pengembangan Usaha Mikro (Kajian Ekonomis Distribusi Zakat Produktif Kreatif oleh PKPU Kota Bukittinggi) Hesi Eka Puteri & Rahmi* Abstract: The model of zakah’s utilization which giving the fund as a capital to micro entrepreneur recognized as “a creative productive distribution model”. PKPU represent as one of religious social institute which applicated this model aim to empower the micro entrepreneur sector by using zakah’s fund. This program was specially dedicated to the poor micro entrepreneur. Seeing more details how this program applied and how far the influence of channeling zakah’s fund to growth the micro entrepreneur sector, so then this study was aplicated at PKPU Cab. Bukittinggi. Theory of Absolute Income Hypothesis by Metwally were applicated as a tools to analyze The implementation of this study at PKPU Cab.Bukittinggi, show the facts: 1) There were no indicator to quantify the effectivity of the productive creative zakah’s distribution in PKPU in empowering micro entrepreneur’s sector. But this research finding that the distribution system had created a wonderful image for PKPU as a creative’s LAZNAS 2) There were an multiplier’s effect among zakah-profit even though just a little, so that it could be concluded that influence of zakah to development of micro sector was very small. It caused of the complicated problem in growing of micro entrepreneur’s sector. Not only lack of capital, but the others problem were occurred in this small sector. Some recommended suggestion were: 1) Improving the creativity of zakah’s distribution continuously for empowering the micro entrepreneur’s sector caused the complicated problem were occurs here, b) Creating sinergy between PKPU as zakah’s institution with the other social institution 3) Improving the cooperation especially in zakah’s funding with government such as: Local Government or Department of Commerce and Industry Keywords: Zakat, Multiplier Effect, Micro
* Staf Pengajar STAIN Sjech. M. Djamil Djambek Bukittinggi
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Pendahuluan
Zakat merupakan kewajiban maaliyah yang memiliki nilai dan dimensi ganda. Kewajiban zakat merupakan efek pembersihan (purification) bagi harta yang dikenai zakat dan memberikan efek pertumbuhan (growth) bagi perekonomian. Kewajiban zakat menjadi hak bagi fakir miskin dan mustahik lainnya yang membutuhkan. Bagi muzakki (pembayar zakat), membayar zakat merupakan ungkapan rasa syukur atas segala nikmat harta yang diberikan dan berfungsi untuk membersihkan diri dan hartanya. Zakat memberikan efek pertumbuhan, karena dengan memberikan hak fakir miskin dalam masyarakat, menyebabkan berkembangnya fungsi uang itu sendiri dalam perekonomian masyarakat. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah: 261, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas kurnia-Nya lagi maha mengetahui”. Pengelolaan zakat bila dilakukan secara sistematis dan terorganisasir akan mampu memberikan efek pengganda yang tidak sedikit terhadap peningkatan pendapatan nasional suatu negara dikarenakan percepatan sirkulasi uang yang terjadi dalam perekonomian. Teori ekonomi konvensional yang digagas oleh Keynes, menjelaskan bahwa multiplier effect (efek pengganda) adalah proses yang menunjukkan sejauh mana pendapatan nasional akan berubah sebagai efek dari perubahan dalam pengeluaran agregat (konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah atau net ekspor). Multiplier bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat ke atas tingkat keseimbangan dan terutama ke atas tingkat pendapatan nasional.1 Analog dengan konsep dasar multiplier effect pada teori konvensional, beberapa pakar ekonomi makro syariah merumuskan akan eksisnya multiplier effect zakat dalam perekonomian. Diasumsikan jika zakat diberikan kepada para mustahik yang produktif maka hal ini akan meningkatkan produksi barang dan jasa keseluruhan. Tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat meningkat. Perusahaan akan bergairah untuk ekspansi produksi sehingga investasi meningkat, begitu juga dengan tingkat pajak. Pada akhirnya efek pengganda akan menyebabkan pendapatan nasional bertumbuh. Besaran efek ini dapat diukur secara kuantitatif sehingga dapat diprediksi besarnya
42
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
pengaruh zakat dalam pertumbuhan sektor riil dan bagaimana kontribusi zakat terhadap percepatan pertumbuhan sektor riil tersebut.2 Tinjauan sekilas tentang potensi zakat di kota Bukittinggi mencapai 2 milyar pertahun sedangkan yang di distribusikan untuk usaha mikro mencapai hingga 75%. Pendistribusian zakat kepada usaha mikro belum merata karena keterbatasan dana zakat yang ada dengan jumlah usaha mikro yang banyak. Koperindag (2009) mengungkapkan pada tahun 2009 di Bukittinggi, 200 PKL telah dibina dan masing-masing diberikan bantuan zakat sebesar Rp300.000. untuk modal usaha. Pendistribusian zakat secara legal dilakukan oleh BAZ (Badan Amil Zakat) atau lembaga amil zakat lainnya seperti PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) atau Lembaga Keuangan Syariah melalui program CSR-nya. Sistem distribusi zakat yang kreatif dilakukan oleh PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat), yang melakukan bermacam diversifikasi dalam penyaluran zakat bagi para mustahik (yang berhak menerima zakat) seperti dengan cara menyalurkan zakat bagi proyek-proyek sosial dan pengusaha mikro. Sebagai bentuk charity (amal), program ini memiliki efek edukasi bagi sektor produktif mikro, dengan memberikan “pancing bukan ikan”. Diharapkan mustahik yang diberikan modal dapat menjadi lebih mandiri dalam berusaha untuk kemudian dapat mengangkat derajatnya menjadi muzakki. Namun demikian dalam pelaksanaannya terkendala pada beberapa hal seperti seperti penetapan sasaran, pengarahan dan binaan usaha serta kerjasama dengan institusi lainnya. Kesulitan lainnya yang bersumber dari pihak mustahik adalah sulitnya mengubah mental dari mustahik menjadi muzakki, kurang mandiri, sehingga dana zakat kemudian sulit dikembalikan dalam bentuk zakat kembali ke pihak PKPU.3 Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang berjudul “Efek Multiplier Zakat Terhadap Pengembangan Usaha Mikro (Kajian Ekonomis Distribusi Zakat Produktif Kreatif Oleh PKPU Kota Bukittinggi), yang bertujuan untuk: 1) Menganalisis efektifitas model distribusi zakat produktif kreatif untuk usaha mikro oleh PKPU dan 2) Menganalisis efek multiplier zakat bagi pe ngembangan usaha mikro.
43
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Zakat dan Efek Pengganda: Beberapa Teori Zakat dan Pengelolaannya
Secara bahasa (literal), zakat berasal dari bahasa arab yang memiliki arti “tumbuh dan berkembang”. Sedangkan menurut ahli yurisprudensi Is lam, zakat didefinisikan sebagai bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh kaum berpunya (the have)—yang di dalam istilah Islam disebut sebagai muzakki, yakni golongan orang yang telah melampaui batas pemilikan harta tertentu (nisab)—yang ditujukan kepada kaum tak berpunya (the haven’t), yang disebutkan sebagai mustahik. Dalam Al-Quran kaum yang tak berpunya ini (mustahik) berjumlah sebanyak delapan golongan (QS AtTaubah: 60). Sehingga secara bahasa zakat berarti pertumbuhan (growth) dan pembersihan (purification). Zakat adalah ibadah maliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan baik dari sisi ajaran mapun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.4 Zakat adalah juga pembayaran yang dipungut dari harta bersih sesorang yang harus dikumpulkan oleh negara dan dipergunakan untuk tujuan-tujuan khusus seperti untuk jaminan social, bukan untuk pengeluaran rutin pemerintah. Jika dikelola dengan baik, zakat akan bermanfaat dalam: 1. Zakat mendorong pemilik modal mengelola hartanya Kewajiban zakat maal ditujukan kepada seluruh harta yang telah mencapai nisab dan haulnya, baik harta tersebut diproduktifkan ataupun tidak. Jadi jika seseorang memiliki harta yang telah mencapai nisab dan haulnya tapi harta tersebut tidak diproduktifkan maka harta tersebut akan berkurang setiap tahunnya untuk pembayar zakat. Oleh karena itu tentu orang akan berfikir untuk selalu memproduktifkan hartanya karena meskipun harus dikurangi setiap tahunnya untuk pembayar zakat tapi karena harta tersebut diproduktifkan maka juga akan berkembang dan bertambah. 2. Meningkatkan etika bisnis Kewajiban zakat dibebankan pada objek harta yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal pula. Zakat memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang diperoleh secara batil. Maka hal ini akan mendorong pelaku usaha agar memperhatikan etika bisnis.
44
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
3. Pemerataan Pendapatan Islam sangat mendorong pemerataan pendapatan. QS. Al-Hasyr:7, menyiratkan “Supaya harta itu tidak beredar di antara orang kaya saja“. Pengelolaan zakat yang baik, dan alokasi yang tepat sasaran akan me ngakibatkan pemerataan pendapatan. 4. Pengembangan sektor riil Salah satu cara pendistribusian zakat dapat dilakukan dengan memberikan bantuan modal usaha bagi para mustahik. Menurut Yusuf Qordhowi. Pendistribusian zakat dengan cara ini akan memberikan dua efek yaitu meningkatkan penghasilan mustahik dan juga akan ber dampak pada ekonomi secara makro. 5. Sumber dana pembangunan Banyak kaum dhuafa yang sangat sulit mendapatkan fasilitas ke sehatan, pendidikan, maupun sosial ekonomi. Peran dana zakat sebagai sumber dana pembangunan dan sebagai fasilitas kaum dhuafa akan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan pening katan kesehatan dan pendidikan diharapkan akan memutus siklus ke miskinan antar generasi. Konsep tentang Mustahik Zakat (Yang Berhak Menerima Zakat) terlihat dalam QS At Taubah: 60, “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi maha bijaksana”. Delapan kategori manusia yang berhak menerima zakat yaitu: 1. Orang Fakir (al-Fuqara), menurut Mazhab Syafii dan Hambali adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari 2. Orang Miskin (al-Masakin), merupakan orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk untuk memenuhi hajat hidupnya 3. Panitia Zakat (al-Amil), adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat.
45
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
4. Muallaf, yang merupakan orang-orang yang baru masuk Islam yang masih lemah niatnya. Mereka diberi bagian dari zakat dengan harapan niat mereka menjadi kuat dalam menjalankan Islam 5. Para Budak, yang menurut jumhur ulama adalah para budak muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang matimatian. 6. Gharimin, yaitu yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya 7. Fisabilillah, yaitu merupakan orang yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb) 8. Ibnu Sabil, yaitu orang-orang yang kehabisan biaya di perjalanan. Pada masa Rasul pengelolaan zakat ditangani langsung oleh Rasul sebagai kepala negara dalam hal ini melalui lembaga baitul maal. Artinya pe mungutan zakat dan pendistribusiannya dilaksanakan langsung oleh negara. Sesuai dengan QS.103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Perintah pemungutan ditujukan kepada rasul sebagai kepala negara saat itu. Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 Ayat 1 dise butkan bahwa yang dimaksud dengan Badan Amil Zakat adalah orga nisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, men distribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan aga ma. Institusi ini sebelumnya disebut dengan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah), yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq dan shadaqah secara berdaya guna dan berhasil guna.5 Badan Amil Zakat dalam menjalankan fungsinya bekerja dengan prinsip-prinsip keterbukaan, sukarela, keterpaduan, profesionalisme dan kemandirian. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, pasal 8 menyebutkan bahwa tugas pokok dari Badan Amil Zakat adalah 46
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai de ngan ketentuan agama. Pada prinsipnya BAZ melakukan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqoh berdasarkan pada skala prioritas kebutuhan mustahik. Khusus bagi zakat harta (maal), pendayagunaan zakat harus pula diorientasikan pada usaha-usaha yang bersifat produktif. Hal ini dimaksudkan agar mendidik mustahik tidak menjadi masyarakat yang konsumtif. Ketika diberi harta zakat, maka mustahik berpikir bagaimana memanfaatkan harta zakat itu menjadi modal usaha. Dengan begitu pada saat pembagaian zakat berikutnya ia tidak lagi menjadi mustahik, malah kalau mungkin menjadi muzakki. Menurut Buku Pedoman Zakat: Ditjen Binmas dan Urusan Haji Departemen Agama, terdapat empat kategori model distribusi zakat yaitu: 1. Distribusi bersifat konsumtif tradisional yaitu zakat dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang diberikan pada fakir miskin atau zakat mal bagi korban bencana alam 2. Distribusi bersifat konsumtif kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula seperti diberikan dalam bentuk alat sekolah atau beasiswa 3. Distribusi bersifat produktif tradisional yaitu zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, peralatan cukur dan lainnya. Pemberian dalam bentuk ini dapat menciptakan suatu usaha dan membuka lapangan kerja 4. Distribusi dalam bentuk produktif kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menam bah modal pedagang pengusaha kecil. Multiplier Effect (Efek Pengganda)
Proses Multiplier effect dalam ekonomi makro merujuk pada proses yang menunjukkan sejauh mana pendapatan nasional akan berubah efek dari perubahan dalam pengeluaran agregat. Multiplier bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat ke atas tingkat keseimbangan dan terutama ke atas tingkat penda patan nasional.6 Secara sederhana dapat disebutkan bahwa multiplier effect adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana pendapatan nasional akan berubah sebagai efek dari pertambahan pengeluaran aggregate (yang bersumber dari investasi atau pengeluaran pemerintah atau net ekspor). 47
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Angka ini tak lain adalah juga rasio antara pertambahan pendapatan na sional dengan pertambahan pengeluaran aggregate. Cerita sederhana ini dapat dimisalkan jika terjadi pertambahan investasi yang bersumber dari pembelian barang-barang produktif untuk tujuan menghasilkan barang lain sebesar 10 milyarefek Rupiah ditahunini2010, seberapa rupiahkan Mekanisme pengganda dalam konteksmilyar ekonomi makro Islam dapat pendapatan nasional naik karenanya? Atau seberapa kali lipatkah per di gambarkan sebagainasional berikut:karenanya? tambahan pendapatan Mekanisme efek pengganda ini dalam konteks ekonomi makro Islam dapat di gambarkan sebagai berikut: Zakat
Muzakki
Peningkatan Konsumsi
Mustahik
Investasi Meningkat
Pembangunan Meningkat
Penerimaan Negara Meningkat Dana
Produksi Meningkat Pajak
Bantuan zakat yang diberikan kepada mustahik akan dapat meningkatkan daya beli para mustahik terhadap barang atau jasa yang dibutuhkan, Peningkatan daya beli terhadap barang dan jasa ini akan berimbas pada peningkatan produksi suatu perusahaan. peningkatan Bantuan zakat yang diberikan Imbas kepadadari mustahik akan produksi dapat meningkatkan adalah penambahan kapasitas produksi yang dalam hal ini berarti ekspansi daya beli terhadap para mustahik terhadap barang yangLebih dibutuhkan, perusahaan penyerapan tenaga kerjaatau lebihjasa banyak. jauh efekPeningkatan ini akan meningkatkan penerimaan negara dari pajak. Bila penerimaan negara dayabeli terhadap barang dan jasa ini akan berimbas pada peningkatan produksi meningkat maka akan terjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi. Gambaran inisuatu adalah jika zakat Imbas yang diberikan adalah dalam bentuk dana penambahan konsumtif. kapasitas perusahaan. dari peningkatan produksi adalah Jika zakat diberikan dalam bentuk modal produktif maka efek pengganda produksi yangbesar dalam ini ekonomi berarti ekspansi perusahaan akan jauh lebih lagihal karena akan lebih bergairah. terhadap penyerapan Pendekatan grafis diatas akan lebih diperjelas jika diperlihatkan secara tenaga kerja banyak. Lebih efek pendekatan ini akan meningkatkan matematis. Ilmulebih ekonomi makro Islamjauh memiliki kuantitif yang penerimaan amat logis dalam menjelaskan efek pengganda zakat dalam pertumbuhan negara dari pajak. Bila penerimaan negara meningkat maka akan terjadi akselerasi sebagai berikut:
pertumbuhan ekonomi. Gambaran ini adalah jika zakat yang diberikan adalah dalam bentuk dana konsumtif. Jika zakat diberikan dalam bentuk modal produktif maka efek pengganda akan jauh48lebih besar lagi karena ekonomi akan lebih bergairah.
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
Penawaran Agregate = Permintaan Agregat Y=C+I+G Dimana: Y = pendapatan nasional C = tingkat konsumsi I = Investasi G = Pengeluaran pemerintah Jika dalam hal ini: I = Io G = Go C = a + b (β Y - αY) + δ [(1-β) Y + α Y] + µt C adalah fungsi konsumsi yang merupakan fungsi dari pendapatan muzakki dan mustahik. Pendapatan muzaki ditunjukkan dengan persamaan (β Y - αY), (pendapatan muzakki adalah pendapatan muzakki yang telah dikurangkan zakat). Pendapatan mustahik adalah [(1-β) Y + α Y]. (Pen dapatan mustahik ini merupakan pendapatan yang telah ditambahkan zakat). Dalam pendekatan Absolute Income Hypothesis oleh Metwally, zakat dalam persamaan ini diperlakukan sebagai pengeluaran konsumsi sebagai berikut: Y = a + b (β Y - αY) + δ[(1-β)Y + α Y] + Io + Go + µt Y = a + b β Y - bαY + δ[(1-β)Y + δα Y] + Io + Go + µt Y – Y (b β + α) - δ[(1-β) + α ] = a + Io + Go + µt Bila diasumsikan A = a + Io + Go + µt Maka Y (1-[b (β +α)] - δ[(1-β)+α] = A 1 Y = ----------------------------------------- A (1-[b (β +α)] - δ[(1-β)+α]
49
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Maka multiplier zakat-pendapatan adalah 1 K = ----------------------------------------- A (1-[b (β +α)] - δ[(1-β)+α] Diasumsikan bahwa: Z1 = b (β + α) Z2 = δ[(1-β)+α]
= kecenderungan konsumsi muzaki = kekecenderungan konsumsi mustahik
Maka 1 K = ----------------------- 1 – Z1 – Z2 Model persamaan diatas merupakan teori Absolute Income Hypothesis yang merujuk pada asumsi bahwa konsumsi seseorang adalah tergantung sepenuhnya kepada pendapatan saat ini. Hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa mustahik dalam konsumsinya sangat tergantung pada besaran pendapatan yang diterimanya saat ini. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan riset lapangan dengan objek penelitian yaitu LAZNAS PKPU dan mustahik binaan PKPU di Bukittinggi dan sekitarnya. Pe nelitian ini mengandalkan data primer dan sekunder. Data tentang model distribusi dan efektifitas penyaluran zakat diperoleh melalui: 1) indepth interview, terhadap key instrument yaitu pimpinan PKPU Cab.Bukittinggi dan staf terutama bagian penghimpunan zakat dan pemberdayaan usaha mikro dan 2) dokumentasi, terhadap data sekunder yang di publikasikan oleh PKPU. Data terkait efek multiplier zakat diperoleh dengan cara: 1) Angket, terhadap mustahik binaan PKPU dan 2) Dokumentasi data distribusi dana zakat yang dipublikasikan PKPU. Secara umum data terkumpul di kelompokkan dan dianalisis dengan pendekatan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis efektifitas model distribusi zakat kreatif, data di analisis dengan metode deskriptif kuantitatif dengan metode kualitatif sebagai pendukung, terutama untuk perhitungan persentase dan Ratio Target-Realisasi 50
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
2. Untuk menganalisis besaran efek multiplier zakat, digunakan model Ratio efek multiplier zakat- pendapatan. 1 K = ----------------------------------------- A (1-[b (β +α)] - δ[(1-β)+α] Diasumsikan bahwa: Z1 = b (β + α) Z2 = δ[(1-β)+α]
= kecenderungan konsumsi muzaki = kecenderungan konsumsi mustahik
Efek multiplier juga diuji dengan model: ∆Y K = --------------- x 100% ∆Z Asumsi: ∆ Y ∆ Z
= pertambahan pendapatan usaha mikro = pertambahan kontribusi dana Zakat Produktif
Perhitungan nilai multiplier juga dapat diperoleh dengan cara regresi linier sederhana dengan variabel dependen adalah peningkatan laba usaha dan variabel independen yaitu perolehan modal. Y = f (X) Peningkatan Laba Usaha = f (perolehan modal)
Dengan menggunakan persamaan regresi sederhana Y = α + β X Y α β X
: variabel dependen (peningkatan laba) : konstanta : koefisien regresi variabel X : variabel independen (perolehan permodalan)
Temuan Penelitian Gambaran umum Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU)
Eksistensi PKPU dalam pemberdayaan umat terinspirasi dari krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 yang menyengsarakan rakyat secara menyeluruh. Pada tanggal 10 Desember 1999 lahirlah 51
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
lembaga swadaya masyarakat yang bernama Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dengan badan hukum yayasan. PKPU menisbahkan dirinya sebagai lembaga yang bergerak di bidang sosial. Pada 8 Oktober 2001, berdasarkan SK. Menteri Agama No 441 PKPU telah ditetapkan sekaligus dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS). Seiring dengan meluasnya jangkauan kegiatan sosial yang terus disalurkan ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia, pada tahun 2004, PKPU mem perluas lingkup kerjanya sebagai Lembaga Kemanusiaan Nasional. Kiprah PKPU sebagai pegiat kemanusiaan juga mengalir sebagai wadah yang mengatasi keadaan darurat tanggap bencana serta fase pembangunan kembali bencana-bencana besar seperti gempa bumi dan tsunami di Aceh, Yogyakarta, dan beberapa peristiwa lainnya. Tahun 2010, PKPU juga telah resmi terdaftar sebagai Organisasi Sosial Nasional berdasarkan keputusan Menteri Sosial RI No 08/Huk/2010. Lembaga ini beroperasi dengan mengusung visi “Menjadi Lembaga Terpercaya Dalam Membangun Kemandirian”. Dan misi kemanusian yang dilakukan meliputi kegiatan: 1) Mendayagunakan program rescue, re habilitasi dan pemberdayaan untuk mengembangkan kemandirian, 2) Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, perusahaan, pemerin tah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri, serta 3) Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi kepada masya rakat penerima manfaat (beneficiaries).7 Aktifitas lembaga kemanusiaan ini meliputi: 1) Pengumpulan Dana dan Bantuan Masyarakat, 2) Misi Penye lamatan Kemanusiaan, 3) Rehabilitasi Kemanusiaan dan 4) Pembangunan Masyarakat. Kajian Deskriptif: Pengelolaan Zakat Produktif Kreatif Oleh PKPU Distribusi Zakat
Yusuf Qardhawi mengemukakan beberapa alasan mengapa pendis tribusian zakat mesti dilakukan melalui lembaga, yaitu 1) Menjamin ketaatan pembayaran, 2) Menghilangkan rasa rikuh dan canggung yang mungkin dialami oleh mustahik ketika berhubungan dengan muzakki, 3) Untuk mengefesienkan dan mengefektifkan pengalokasian dana zakat dan 4) Alasan caesoropapisme yang menyatakan ketidakterpisahan antara agama dan negara, karena zakat juga termasuk urusan negara. 8 Sebagai 52
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
badan amil zakat yang berfungsi menyalurkan dana zakat yang berhasil di himpun dari kaum muzakki ke pada kaum mustahik, PKPU berupaya me nyalurkan pada sektor-sektor produktif yang salah satunya adalah usaha mikro. Perolehan dan penyaluran dana zakat oleh PKPU Cabang Bukittinggi terlihat pada table berikut: Tabel 4.1 Jumlah penghimpunan dan penyaluran dana zakat PKPU Cabang Bukittinggi Tahun 2010 2011
Penghimpunan Zakat Penyaluran Zakat 297.154.000 197.153.000 324.889.000 86.591.000
Sumber: Laporan Keuangan Bidang Keuangan PKPU Cabang Bukittinggi
Strategi penyaluran zakat ini terkait dengan efektifitas pengelolaan, yang tidak mengutamakan keseimbangan dalam pendistribusian pada tahun berjalan. Realisasi pendistribusian dana zakat sangat tergantung pada banyak hal seperti potensi ekonomi, pemerataan, potensi mustahik, efektifitas kerja organisasi pengelola zakat dan lainnya. Kepala Bidang Ke uangan PKPU Cabang Bukittinggi menuturkan bahwa “Tidak semua dana zakat yang terhimpun pada tahun yang bersangkutan mesti disalurkan kepada mustahik secara keseluruhan pada tahun tersebut. Penyaluran disesuaikan dengan target yang ditentukan dan sisanya akan disalurkan pada tahun berikutnya”.9 Tujuannya tak lain adalah untuk terciptanya efektifitas dalam penyaluran zakat sehingga perlu ada perencanaan dalam penyaluran zakat sesuai dengan target yang telah di susun. Lebih lanjut terungkap bahwa mesti ada pendistribusian yang jelas terhadap dana zakat bukan ditekankan pada penghabisan dana di akhir tahun. Dana zakat yang diperoleh oleh PKPU didistribusikan kepada asnaf delapan. PKPU sendiri merupakan bagian dari asnaf delapan yaitu amil memperoleh bagian sebesar 12,5 % dari zakat. Sedangkan dana infaq digabungkan dengan sadaqah kemudian didistribusikan kepada mustahik yang mengutamakan fakir mis kin. Sebesar 75% untuk program pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan 25% dari dana infaq dan sadaqah menjadi hak amil (PKPU) untuk difungsikan sebagai operasional lembaga.10 Dana zakat yang terhimpun disalurkan kepada berbagai program yang dijalankan oleh PKPU Cabang Bukittinggi seperti program kesehatan, 53
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
pendidikan, ekonomi, rescue (bencana alam), dan charity (dalam bentuk ban tuan langsung). Tabel 4.2 memperlihatkan penerima manfaat pada triwulan pertama di tahun 2012. Terlihat pencapaian target baru tercapai sebesar 33% dari target yang ditetapkan sebanyak 6000 orang di tahun 2012.11 Distribusi penerima manfaat ini memperlihatkan bahwa sektor pendidikan merupakan penerima manfaat terbesar dari dana zakat yang meliputi 58.9% dari penerima. Sedangkan sektor ekonomi merupakan penerima manfaat terkecil dari keseluruhan dana zakat. Tabel 4.2 Penerima Manfaat Pada Triwulan 1 Tahun 2012 (Perprogram) Program Kesehatan Pendidikan Ekonomi Rescue Charity Total
Penerima Manfaat (Orang) Distribusi Penerima Manfaat (%) 277 14.19 1134 58.09 64 3.28 360 18.44 117 5.99 1952 100%
Sumber: Lap. Evaluasi Triwulan 1 2012 Bid. Pendayagunaan PKPU Cab. Bukittinggi
Penelusuran lebih lanjut memperlihatkan bahwa kinerja PKPU cukup efektif dalam proses pendistribusian zakat. Dengan target mustahik seba nyak 6000 orang pada tahun 2012, dan asumsi bahwa distribusi merata sepanjang tahun sebanyak 500 orang perbulan (6000 orang: 12 bulan = 500 orang perbulan), terlihat bahwa sepanjang triwulan 1, realisasi distribusi sudah melebihi target. Hal ini berarti dana zakat yang ada ber hasil tersalurkan pada mustahik yang membutuhkan. Meski demikian penyaluran untuk sektor ekonomi masih terlihat kecil dari keseluruhan realisasi penyaluran dana zakat. Mungkin perlu dipertimbangkan untuk mengefektifkan lagi penyaluran bagi sektor-sektor produktif sehingga tercipta akselerasi dibidang perekonomian menuju masyarakat yang ma dani. Model Pemberdayaan Usaha Mikro Melalui Zakat
Mekanisme penyaluran zakat bagi usaha mikro yang dilakukan oleh PKPU Cabang Bukittinggi merupakan salah satu bentuk kreatif penyaluran dana zakat. Distribusi zakat bukan semata menyalurkan dana zakat dari muzakki kepada mustahik, namun memiliki tujuan lebih agar mustahik yang 54
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
mendapat dana zakat dapat menjadi lebih mandiri. Penyaluran dana zakat dalam memberdayakan usaha mikro dilakukan melalui beberapa langkah yaitu 1) Pengumpulan informasi, 2) Observasi lapangan/ Survey, 3) Analisis Kelayakan, 4) Pemberian bantuan dana zakat dan 5) Pembinaan usaha mikro. Tahap penyaluran dana zakat kepada usaha mikro ini merupakan sebuah sistem operasional yang bagus, yang dilakukan dengan mengadopsi praktek sistem pencairan pembiayaan pada perbankan syariah yang melalui banyak tahapan sebelum pencairan. 1. Pengumpulan informasi, merupakan tahap awal dari proses distribusi dana zakat yang diawali dengan mengumpulkan informasi terkait usaha mikro yang akan diberdayakan. Proses ini dilakukan dengan mengamati kelompok usaha miskin dan fakir yang akan diberdayakan. Selain aktifitas petugas PKPU yang mengumpulkan informasi dilapangan terdapat juga mustahik yang datang ke PKPU sendiri mengajukan permohonan bantuan modal usaha. 2. Observasi dan Survey, yaitu melihat secara langsung (on the spot) usa ha mikro yang akan diberdayakan dengan dana zakat. Survey ini bia sanya dilakukan oleh petugas PKPU atau relawan yang memberikan rekomendasi tentang si calon mustahik. Melalui observasi, pihak PKPU akan melakukan pengumpulan data lapangan menyangkut data pribadi, reputasi dan hal-hal lain terkait usaha mikro calon mustahik. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar sasaran dana zakat benar-benar tepat sasaran dan dapat membantu pemerintah mengurangi kemiskinan. Un tuk PKPU Cabang Bukittinggi wilayah sasaran ini meliputi Sumatera Barat Bagian Utara yaitu 5 kabupaten (Kab. Agam, Kab. Tanah datar, Kab. 50 kota, Kab. Pasaman Barat, dan Kab. Pasaman Timur) dan 3 kota (Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, dan Kota Payakumbuh) 3. Analisis Kelayakan, merupakan tahap paling menentukan dalam peng ambilan keputusan pemberian dana zakat bagi sektor usaha mikro. Beberapa prinsip analisis pembiayaan di perbankan syariah atau penyaluran kredit di dunia perbankan konvensional yang terbiasa menggunakan aspek 5C dalam penyaluran kredit, turut diaplikasikan oleh PKPU. Kemudian PKPU akan melakukan survei usaha tersebut ke lapangan. Informasi juga diperoleh dari relawan PKPU yang bertugas dilapangan untuk kemudian memberikan rekomendasi siapa yang ber hak diberikan dana permodalan tersebut. 55
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Terdapat beberapa aspek yang perlu dianalisis dalam penyaluran kredit/pembiayaan yaitu aspek character (watak), aspek capacity (ke mampuan), aspek capital (modal) dan aspek condition (kondisi ekonomi) dan aspek colleteral (jaminan).12 Kelima aspek ini yang dikenal dengan aspek 5C, yang merupakan aspek-aspek dasar yang mesti diperhatikan dalam penyaluran pembiayaan. Analisis terhadap aspek 5 C (capital-caracter-capacity-colleteral-con dition) juga turut dilakukan PKPU pada proses analisis kelayakan calon mustahik. Namun demikian, karena penyaluran zakat bersifat charity yang lebih menekankan pada aspek sosial maka yang paling penting diperhatikan adalah analisis aspek character. Melalui analisis character dapat diketahui tentang perilaku, kejujuran, pergaulan dan ketaatannya dalam menjaga komitmen dalam bertransaksi. Tahap ini dilalui PKPU untuk dapat melihat lebih dekat apakah meraka memiliki kemauan yang keras dalam memanfaatkan bantuan zakat serta itikad baik dari calon mustahik untuk dapat berusaha mengembalikan dana dalam bentuk pembayaran zakat jika usaha yang dijalankan berjalan dengan baik. 4. Pemberian bantuan dana zakat, merupakan tahapan dropping bagi mus tahik yang terpilih sebagai sasaran penerima dana zakat. Pemberian bantuan dana zakat ini berupa modal dalam bentuk uang atau bantuan zakat dalam bentuk barang-barang produktif seperti ternak, mesin jahit, barang dagang dan lainnya. Temuan penelitian terhadap 50 sektor mikro yang mendapat bantuan dari PKPU terlihat bahwa dari 22 usaha mikro mendapat bantuan langsung dalam bentuk barang modal, sedangkan lainnya mendapat bantuan modal dalam bentuk uang. 5. Pembinaan usaha mikro, merupakan bentuk program pendampingan yang dilakukan oleh PKPU yang tujuannya adalah membina usaha mikro binaan agar lebih mandiri dalam pengelolaan usaha. Lebih jauh diharapkan sektor mikro yang diberdayakan mampu merubah diri menjadi muzakki. Dengan demikian bantuan zakat yang sebelumnya diberikan akan kembali ke PKPU kembali dalam bentuk dana zakat kembali. Temuan penelitian ini mengungkap bahwa terdapat lebih kurang sebanyak 100 usaha binaan yang dilakukan oleh PKPU Cab. Bukittinggi. Beberapa dari usaha ini kurang lagi terbina dan hanya lebih kurang 20 hingga 56
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
50 usaha yang masih intensif dibina oleh PKPU. Alasan usaha binaan yang tidak lagi di lakukan oleh PKPU adalah karena usaha binaan tersebut gagal dijalankan atau tempo pembinaan sudah berakhir. Biasanya pembinaan dilakukan untuk waktu rata-rata 2 tahun. Usaha yang telah dianggap mandiri juga biasanya berangsur dilepas untuk kemudian berusaha sendiri. Beberapa bentuk pembinaan yang dilakukan terhadap usaha mikro adalah 1) Pelatihan Kewirausahaan, 2) Pelatihan Pendidikan dan 3) Binaan Kerohanian Bagi Mustahik. Pelatihan kewirausahaan pada prinsipnya adalah memberikan kemam puan mengelola usaha dengan prinsip-prinsip ekonomis. Menjadi seorang wirausahawan mestilah memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang bertanggung jawab dalam menyusun, mengelola dan mengukur risiko suatu usaha bisnis. Wirausahawan adalah juga inovator yang mampu meman faatkan dan mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat dijual atau dipasarkan, memberikan nilai tambah dengan memanfaatkan upaya, waktu, biaya atau kecakapan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.13 Pelatihan kewirausahaan yang diberikan oleh PKPU merupakan pelatihan sederhana yang lebih diarahkan pada pembinaan nilai-nilai hakiki yang mesti dimiliki seorang usahawan. Berbagai literature kewirausahaan menyimpulkan beberapa sifat hakiki yang mesti dimiliki seorang wirausahawan yaitu seperti:14 1) kemampuan melihat kedepan, yaitu mampu berfikir dengan penuh perhitungan dan mampu mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya, kepercayaan diri dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, 2) Sifat berirentasi pada tugas dan hasil, yaitu sifat wirausahawan yang selalu mengutamakan sifat ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif dalam berusaha, 3) Pengambilan Resiko, yaitu kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko atau berinisiatif dalam berusaha meskipun dihadang berbagai re siko, 4) Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk menggerakkan segenap sumber daya yang ada dalam organisasi untuk mencapai keinginan, yang meliputi kemampuan untuk menjadi seorang yang bersifat kepeloporan, keteladanan, tampil berbeda, dan mampu berpikir divergen dan konvergen. 5) Keorisinilan, yaitu kemampun menciptsakan nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang, 6) Berorientasi ke Masa Depan, yaitu kemampuan untuk yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. 7) kreatifitas, yaitu kemampuan untuk mengem 57
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
bangkan ide-ide dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Pelatihan kependidikan juga diberikan oleh PKPU dalam bentuk pem binaan pengelolaan usaha sehingga memberikan hasil yang menguntungkan. Pendidikan tentang pengelolaan usaha ini penting mengingat pelaku sek tor mikro pada umumnya adalah mereka yang berpendidikan rendah dan menengah. Temuan penelitian mengungkap bahwa dari 50 orang responden binaan PKPU, 54% diantaranya berasal dari latar belakang pendidikan SD atau SLTP. Bentuk binaan lainnya adalah pembinaan kerohanian yang bertujuan supaya agar pengusaha mikro senantiasa menjaga nilai-nilai keislaman dalam berusaha seperti: sifat taqwa, tawakal, dzikir dan syukur, jujur, selalu berniat melakukan sesuatu karena ibadah, disiplin, bertoleransi, suka bersilaturrahim dan selalu menyisihkan sebagian rezekinya untuk zakat, sedekah dan berinfaq. Seorang wirausahawan muslim adalah orang yang dapat menjunjung tinggi setiap aturan Islam yang tercakup dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Melalui penjabaran terhadap pola distribusi sebagaimana di jelaskan di atas, tersirat makna bahwa model distribusi yang diberikan oleh PKPU adalah sebagai salah satu bentuk model distribusi kreatif dari sebuah Lembaga Pengelola Zakat. Memberikan sesuatu bukan lagi hanya sekedar penyaluran dana zakat dari muzakki ke mustahik namun memberikan penekanan pada pembinaan sehingga mampu merubah masyarakat menjadi madani. Bentuk kreatif model distribusi zakat oleh PKPU ini dapat dilihat dari 2 sisi pandang yaitu: 1) Bentuk penyaluran dana Zakat, yang menerapkan variasi distribusi zakat. Penyaluran modal usaha dapat berupa uang yang diserahkan secara langsung sebagai bentuk charity atau penyaluran modal usaha dalam bentuk alat usaha seperti mesin jahit, ternak, gerobak usaha dan barang modal lainnya. 2) Kreatifitas pengelolaan program dilakukan secara integral/ sinergi dengan program pemberdayaan umat lainnya se perti program bina desa, kesehatan, pendidikan, dan dibarengi dengan penyaluran dana zakat dalam bidang ekonomi (PROSPEK). Program binaan ini dilakukan langsung dilapangan sehingga dapat mengontrol terjadinya berbagai penyimpangan pembelanjaan dana zakat dan memastikan bahwa usaha yang dibina berkembang dan maju.
58
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
Untuk melihat efektifitas distribusi zakat oleh PKPU semestinya ter dapat indikator yang dapat dijadikan acuan tentang seberapa jauh dana zakat terhimpun, tersalurkan dan terberdayakannya sektor mikro yang dibina. Indikator kuantitatif yang dapat dijadikan acuan penilaian belum ada untuk menilai suksesnya pemberdayaan sektor mikro melalui dana zakat. Sistem penyaluran modal bergulir melalui zakat ini belum mampu memperlihatkan tingkat pengembalian yang signifikan dari dana yang di salurkan. Penyaluran modal bergulir dilakukan dengan aqad qardhul hasan. Aplikasi akad yang lebih bersifat tolong menolong tentu saja tidak menuntut pengembalian jika usaha kurang berjalan dengan baik atau dengan kata lain sektor mikro yang diberdayakan belum memiliki kemampuan. Upaya yang dapat dilakukan PKPU untuk mempertinggi angka pegembalian dana bergulir adalah dengan memingkatkan pembinaan sehingga mampu menciptakan loyalitas, motivasi, dan semangat kemitraan dalam mengemban amanah. Melalui pembinaan ini mereka disadarkan untuk punya motivasi berubah dan sadar bahwasanya ini adalah amanah. Strategi ke depan dari PKPU dalam pemberdayaan sektor mikro melalui dana zakat adalah mengupayakan semakin lebih banyak lagi dan beragam lagi sektor mikro yang dapat dibina dan semakin efektifnya sis tem operasional PKPU dalam mengemban amanah muzakki. Sampurna menuturkan: “Adanya penganekaragaman model pemberdayaan disamping peternakan dan dagang, PKPU Cab. Bukittinggi berencana membuat mini market gunanya untuk memberdayakan mustahik. Dimana usaha ini dijalankan oleh mustahik yang dibina, laba untuk pemberdayaan kesehatan mustahik. Kemudian membuat klinik untuk masyarakat dhuafa dan ada nilai usaha”.15 Kajian Inferensial: Efek Multiplier Zakat Terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Pelaksanaan ibadah zakat jika di efesienkan pendistribusiannya dan terorganisir pengelolaannya akan mampu menciptakan efek pengganda bagi perekonomian. Perumpamaan jika zakat diberikan kepada mustahik dalam bentuk konsumtif, maka terjadilah peningkatan daya beli terhadap barang dan jasa. Pengaruh ini akan berlanjut dengan semakin bergairahnya perusahaan untuk menaikkan tingkat produksi mereka, penambahan kapasitas produksi dan peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi. Keseimbangan perekonomian akan berlanjut dengan adanya arus penda 59
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
patan terhadap negara dalam bentuk pajak. Bila penerimaan negara mening kat maka pengembalian pengeluaran pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk ketersediaan infrastruktur dan subsidi di berbagai bidang juga akan membaik. Sirkulasi ini terus mengalir dan berputar membentuk efek pengganda yang luar biasa besarnya terhadap keseimbangan per ekonomian. Analisis efek pengganda ini hanyalah ilustrasi logika yang se derhana. Tentu saja jika zakat diberikan kepada sektor-sektor produktif, efek pengganda yang akan tercipta dalam perekonomian akan menjadi lebih besar lagi, karena sektor riil adalah pondasi dari perekonomian suatu negara. Bergairahnya sektor riil dapat menciptakan efek pengganda yang besar dalam meningkatkan laju perekonomian . Analisis tentang aspek pengganda (multiplier effect) merupakan kajian yang amat menarik dalam ekonomi makro. Teori konvensional dalam ekonomi makro memperlihatkan bahwa efek pengganda dalam perekonomian akan muncul akibat dari penambahan pembelanjaan agregat seperti investasi atau pengeluaran pemerintah atau pajak. Penambahan dari salah satu atau ketiga item ini mampu menyebabkan naiknya pendapatan nasional dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain penambahan belanja pada investasi, pengeluran pemerintah atau pajak akan mampu menyebabkan meningkatnya kemakmuran masyarakat secara menyeluruh.16 Aplikasi teori ini lebih mudah di ukur secara aljabar menurut penggagasnya Keynes. Akan dapat di ukur seberapa besar kenaikan pendapatan nasional jika terjadi perubahan pada investasi, pengeluaran pemerintah atau pajak. Lebih lanjut Samuelson menjelaskan bahwa model multiplier menjelaskan bagaimana goncangan pada investasi, perdagangan asing, kebijakan pajak dan anggran pemerintah bisa mempengaruhi output dan pekerjaan dalam perekonomian17 Aplikasi efek multiplier pada pendekatan makro ekonomi syariah, lebih menekankan pada pengaruh zakat terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena zakat merupakan salah satu instrumen fiskal yang coba di aplikasikan pada perekonomian syariah.18 Zakat dianggap sebagai bentuk investasi yang mampu menciptakan efek pengganda dalam pertumbuhan ekonomi. Penyederhanaan analisis tentang efek multiplier zakat dalam pereko nomian, coba diterapkan pada kasus yang lebih sederhana yaitu dengan melihat seberapa besarkah efek pengaruh dari pemberian zakat pada 60
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
sektor-sektor ekonomi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan mengambil studi kasus pada penyaluran zakat pada PKPU cabang Bukittinggi, akan coba dianalisis seberapa besarkan pengaruh peningkatan pendapatan masyarakat dengan adanya distribusi dana zakat kepada sektor mikro. Responden penelitian diambil dari 50 usaha mikro binaan PKPU Cabang Bukittinggi. Dari 50 responden ini dapat dipersentasikan jumlah responden laki-laki sebanyak 42% sedangkan 58% adalah responden perempuan. Pengusaha mikro ini berasal dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda, diantaranya 13 orang (26%) SD, 14 orang (28%) SMP, 22 orang (44%) SLTA, dan 1 orang (2%) berlatar belakang pendidikan lainnya. Mustahik binaan PKPU yang memperoleh permodalan usaha ini menjalankan usahanya dalam berbagai bidang usaha. Bidang Peternakan sebanyak 20 orang (40%), dagang sebanyak 27 orang (54%) dan jahit sebanyak 3 orang (6%). Mustahik binaan PKPU ini mereka memperoleh permodalan dari PKPU Cabang Bukittinggi dalam bentuk uang ataupun barang modal. Diantara 50 responden, sebanyak 27 orang (54%) memperoleh bantuan modal dalam bentuk uang. Di mana jumlah uang ini berkisar dari Rp300.000,00 sampai Rp 10.000.000,00 per usaha yang dijalankan. Sedangkan sebanyak 23 orang (46%) permodalan usaha diberikan dalam bentuk barang, seperti hewan ternak (kambing, ayam, itik, angsa, dan lele), sembako, mesin jahit, maupun gerobak sebagai alat untuk menjalankan usaha. Dari 50 orang mustahik binaan PKPU terdapat 39 orang responden yang dapat dikuantifikasi berapa jumlah permodalan yang diberikan (lihat lampiran). Tidak semua responden dapat dihitung karena sebagian besar dari mereka mendapat bantuan dana zakat dalam bentuk barang yang tidak diketahui dengan pasti berapa Rupiah pasti yang diberikan pada mustahik bersangkutan. Hasil analisis Regresi yang dipergunakan untuk melihat pengaruh perolehan permodalan terhadap peningkatan laba usaha mustahik diperlihatkan dari hasil persamaan regresi sebagai berikut: Y = f (X) Peningkatan Laba Usaha = f (perolehan modal) Y=α+βX Y = 34672.817 + 0.138 X1 61
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
(1.968) F-test = 3.872 Sig. 0.057 R-Squared = 0.095 Hasil Uji Anova diperoleh nilai F test sebesar 3.872 dengan tingkat signifikansi 0,057. Model regresi ini signifikan pada tingkat α=10% sehingga dapat dipakai untuk memprediksi lebih lanjut, artinya model regresi ini dapat di gunakan lebih lanjut untuk mempredisksi naik turunya peningkatan laba karena pengaruh perolehan modal. Dengan kata lain variabel perolehan modal berpengaruh terhadap peningkatan laba usaha. Analisis Model Regresi memperlihatkan angka R Square = 0.095 . Berarti hanya sebesar 9.5% peningkatan tingkat laba usaha dapat dijelaskan oleh variabel perolehan modal sedangkan sisanya (100% - 9.5% = 90.5%) dijelaskan oleh sebab-lain yang tidak dianalisa dalam model. Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa variabel bebas (peroleh an laba) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (peningkatan laba). Hal ini terlihat dari nilai t hitung > t table, atau jika teramati dari nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0.10 (α=10%). Dapat disimpulkan bahwa perolehan laba berpengaruh signifikan terhadap peningkatan laba. Konstanta 34672.817 menyatakan bahwa jika tidak ada perolehan modal dari PKPU maka realisasi peningkatan laba adalah sebesar Rp.34.673 (angka pembulatan). Koefisien regresi variabel X sebesar 0.138 menyatakan bahwa setiap penambahan perolehan modal sebesar 1% akan meningkatkan realisasi peningkatan laba usaha sebesar 0.138%. Secara umum, hasil persamaan regresi diatas menyimpulkan bahwa terdapat efek multiplier yang kecil dari penyaluran bantuan zakat bagi usaha mikro dalam peningkatan pendapatan. (Besaran efek multiplier zakat-pendapatan hanyalah 0.138). Efek pengganda yang kecil menyiratkan bahwa untuk menciptakan pengaruh yang besar dalam perekonomian, perlu adanya penambahan perolehan modal yang lebih besar atau perbaikan pemberdayaan sektor mikro yang lebih efektif lagi. Tak tertutup juga ke mungkinan bahwa untuk menciptakan efek pengganda yang luar biasa dari pemberdayaan sektor mikro terpengaruh banyak hal lainnya. Banyak studi tentang usaha mikro yang menyimpulkan bahwa pengembangan sektor mikro membutuhkan kebijakan lintas sektoral. Usaha mikro yang tangguh 62
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
tercipta karena adanya faktor pendukung lainnya, yang bukan hanya se kedar memberikan modal usaha namun juga membutuhkan pembinaan jiwa kewirausahaan, bantuan terhadap sistem distribusi barang dan saja, kemudahan pemasaran dan serta kemampuan manajerial. Ini semua sulit untuk diwujudkan tanpa adanya kebijakan yang kondusif dan dukungan berbagai pihak terutama pemerintah yang berkemauan untuk menciptakan sektor mikro yang tangguh. Kesimpulan dan Saran
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Belum terdapat indikator yang dapat digunakan untuk mengkuantifika si efektifitas sistem distribusi zakat produktif kreatif oleh PKPU dalam pengembangan sektor mikro. Namun demikian temuan penelitian ini mengungkap bahwa sistem distribusi zakat kepada usaha mikro sudah mencapai target dan pembinaan yang dilakukan kepada usaha mikro mampu menciptakan pencitraan yang baik bagi PKPU sebagai LAZNAS yang kreatif dalam pemberdayaan umat. 2. Terdapat efek pengganda (multiplier effect) yang kecil antara zakatpendapatan, yang dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendistribusian zakat terhadap pengembangan sektor mikro sangatlah kecil. Hal ini disebabkan oleh kompleksnya faktor penentu perkembangan usaha mikro di luar bantuan permodalan dari dana zakat itu sendiri. Temuan penelitian ini lebih lanjut memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi PKPU: a) perlu adanya peningkatan kreatifitas yang terus menerus dalam program-program pemberdayaan sektor usaha mikro melalui dana zakat mengingat kompleksnya persoalan umat di sektor produktif ini, b) Perlu adanya peningkatan kerjasama dan sinergi dengan berbagai pihak dalam pengelolaan dana zakat bagi sektor produktif seperti Pemerintah Daerah dan Departemen Perdagangan dan Industri 2. Bagi Pemerintah; a) Perlu adanya dukungan terhadap berbagai program pemberdayaan umat dan sektor produktif yang telah digagas oleh PKPU, b) Penting untuk dipikirkan adanya kerjasama antara pemerintah dengan LAZ yang ada terutama dalam hal penghimpunan dana zakat. [ ]
63
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Endnotes 1 Sadono Sukirno. (2004). Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. H.136 2 Lihat Metwally M.M (1993). Essays in Islamic Economics. Calcutta: Akademic Publisher 3 Wawancara dengan Zulfamiadi (Kepala Bidang Penghimpunan /PHP) Jum’at/ 30 Maret 2012/ 16.00 WIB 4 Djuanda, Gustian et.al. (2006). Pelaporan Zakat Pengurang Penghasilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.h.14 5 Djazuli dan Yadi Persada. (2002). Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. H.39 6 Sadono Sukirno. (2004). Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. H.136 7 www.pkpu.or.id 8 Yusuf Qardhawi,1987:879. Hukum Zakat, Alih Bahasa Salman Harun, Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa dan Mizan 9 Triana Marlusi, Kepala Bidang Keuangan PKPU Cabang Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 02 Mei 2012 10 Zulfamiadi, Kepala Bidang Penghimpunan (PHP) PKPU Cabang Bukittinggi, Wa wancara Pribadi, 30 Maret 2012 11 Laporan Evaluasi Triwulan 1 tahun 2012 Bidang Pendayagunaan PKPU Cabang Bukittinggi 12 Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Pen cetakan (UPP) AMP YKPN. 13 Machfoedz, Mas’ud dan Mahmud Machfoedz. (2004). Kewirausahaan: Suatu Pen dekatan Kontemporer. Jogyakarta: UPP AMP YKPN.h.1 14 Lihat SSuryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.h23. dan Zimmerer, W Thomas and Norman M.Scarborough.(1996). Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. 5th Ed.Scarborought (1993).h.7 15 YJ. Sampurna, Jabatan, Kepala Bidang Pendayagunaan (PDG) PKPU Cab. Bukittinggi, Wawancara: Jum’at/ 02 November 2012/ 16:45 Wib 16 Sadono Sukirno, Makroekonomi; Teori Pengantar, Jakarta PT Rajagrafindo Persada 2004, h178 17 Lihat Paul A. Samuelson and William D Nordhous, 2001, Macroeconomics, 17 th Editons, America: Published by Mc Graw – Hill Companies p.164 18 Lihat Adiwarman A. Karim, 2007, Ekonomi Makro Islami, Edisi 1, Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada.
64
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2013
Daftar Pustaka
Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Bandung CV.Alfabeta Asyari dkk.2002. Potensi Zakat di Kota Bukittinggi. Laporan Penelitian P3MSTAIN Bukittinggi. Tidak Dipublikasi. Adiwarman A., Karim, 2007, Ekonomi Makro Islami, Edisi 1, Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Djazuli dan Yadi Persada. 2002. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djuanda, Gustian et.al. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Penghasilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Drucker, Peter F ,1994, Inovasi dan Kewiraswastaan Praktek dan Dasar-dasar, Gelora Aksara Pratama Hakim, Rusman. 1998. Kiat Sukses berwiraswasta, Jakarta: Gramedia. Kuriloff, Arthur H and John M.Hemphill Jr 1981. How to Start Your Own Business and Success, New York: McGraw-Hill Book Company Machfoedz, Mas’ud dan Mahmud Machfoedz. 2004. Kewirausahaan: Suatu Pendekatan Kontemporer. Jogyakarta: UPP AMP YKPN Muhammad.2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Pencetakan UPP AMP YKPN. PKPU, Laporan Evaluasi Triwulan 1 tahun 2012 Bidang Pendayagunaan PKPU Cabang Bukittinggi Quraish Shihab. 1999. Membumikan Al-Quran. Bandung; Penerbit Mizan. Raharjo, D dan Ali F. 1992. Faktor-Faktor Keuangan Yang Mempengaruhi Usaha kecil dan Menengah Indonesia. dalam James Dan Akrasanee “ Aspek-Aspek Finansial Usaha Kecil Dan Mengenah: Studi Kasus ASEAN. LP3ES Samuelson. Paul A and William D Nordhous, 2001, Macroeconomics, 17 th Editons, America: Published by Mc Graw – Hill Companies Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business a Skill Building Approach. Fourth Edition. John Willey & Sons Sugiyono 2003. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kelima: Bandung:Penerbit CV Alfabeta Sadono, Sukirno 2004, Makroekonomi; Teori Pengantar, Jakarta PT Rajagrafindo Persada Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Wiratmo, Masykur. 1996. Pengantar Kewiraswastaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis, BPFE, Yogyakarta,
65
Hesi Eka Puteri & Rahmi, Efek Multiplier Zakat terhadap Pengembangan Usaha Mikro
Zimmerer, Thomas W and Norman M. Scarborough.1996. Essentials of En trepreneurship and Small Business Management. 5th Ed.Scarborought 1993.
66