KAJIAN DAYA ANTAGONISME Trichoderma spp. TERHADAP Colletotrichum capsici SECARA IN VITRO DAN MEKANISME ANTAGONISMENYA Dwi Rahmawati1, Utami Sri Hastuti1, Sitoresmi Prabaningtyas1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail korespondensi:
[email protected]
Abstrak:
Colletotrichum capsici merupakan salah satu spesies kapang yang menyebabkan penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Tiga spesies Trichoderma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: T. harzianum, T. viride, dan T. atroviride. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) meneliti pengaruh perbedaan spesies Trichoderma spp.terhadap daya antagonisme terhadap C. capsici secara in vitro, 2) menentukan tiga spesies Trichoderma yang mempunyai daya antagonisme tertinggi terhadap C. capsici, 3) mengkaji mekanisme antagonisme antara Trichoderma spp. terhadap C. capsici berdasarkan pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Metode penelitian terdiri dari dua pendekatan yaitu kuantitatif untuk menguji daya antagonisme T. harzianum, T. viride, dan T. atroviride terhadap C. capsici, serta kualitatif berupa pengamatan mekanisme antagonisme secara makroskopis dengan mengamati dan menghitung persentase daya antagonisme kapang Trichoderma spp. terhadap kapang C. capsici pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), sedangkan pengamatan secara mikroskopis dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa: 1) ada pengaruh perbedaan spesies Trichoderma spp.terhadap daya antagonisme pada C capsici, 2) Kapang antagonis Trichoderma yang memiliki daya antagonisme tertinggi terhadap kapang C capsici adalah T. harzianum dengan persentase penghambatan sebesar 54,41%, dan 3) mekanisme antagonisme secara in vitro yang ditunjukkan oleh kapang Trichoderma spp. berdasarkan pengamatan makroskopis adalah kompetisi, serta melalui pengamatan mikroskopis menunjukkan mekanisme mikoparasit yang meliputi hifa kapang antagonis Trichoderma spp. menempel, membelit, dan menembus hifa kapang patogen C. capsici. Kata Kunci: daya antagonisme, Trichoderma spp., Colletotrichum capsici, mekanisme antagonisme.
Abstract:
Colletotrichum capsici is the one of mold species caused anthracnose disease on chilli plant. Trichoderma spp molds are antagonistic molds that could be used as a biological control of pathogenic molds. The three antagonism molds spesies used in this research are: T. harzianum, T. viride, and T. atroviride. This research purpose are to: 1) test the effect of Trichoderma spp. toward the abtagonism ability to C. capsici, 2) determine the three spesies of Trichoderma that has highest antagonism ability toward C. capsici. 3) examine the antagonist mechanism between Trichoderma spp. toward C. capsici based on macroscopic and microscopic observation. The research methods consist of two approach, that is quantitative and qualitative approach. Quantitative approach are to determine antagonistic ability on T. harzianum, T. viride, and T. atroviride toward C. capsici by calculate the antagonism ability percentage on Potato Dextrose Agar (PDA) plate medium. The qualitative approach is used to observate the macroscopic and microscopic antagonistic mechanism. The macroscopic observation is done by observe the antagonist and patogen molds colony growth, while microscopic observation is done the light microscope and Scanning Electrone Microscope (SEM) observation. The results of this research are: 1) There are differences effect of Trichoderma spp. toward C. capsici, 2) T. harzianum has the highest antagonism ability toward C. capsici i.e: 54,41%, and 3) the antagonist mechanism of Trichoderma spp. in vitro based on the macroscopic observation shows the competition mechanism, and based on microscopic observation are mycoparasitic mechanism consist of three ways, i.e: Trichoderma spp. hyphae attaching, convoluting, and penetrating the C. capsici hyphae.
Key words: antagonism ablity, Trichoderma spp., Colletotrichum capsici, antagonism.mechanism
1
1.
PENDAHULUAN
Kapang Colletotrichum capsici merupakan salah satu spesies kapang yang sering mengakibatkan penyakit antraknosa pada tanaman cabai sehingga mengakibatkan kualitas cabai mengalami penurunan. Menurut Syukur (2007), lebih dari 90% antraknosa yang menyerang tanaman cabai diakibatkan oleh kapang C. capsici. Menurut Rusli, dkk. (1997) penyakit antraknosa pada tanaman cabai diketahui memiliki gejala yang diawali dengan bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk pada buah cabai. Serangan yang lebih lanjut mengakibatkan buah cabai mengerut, kering, membusuk, dan akhirnya jatuh ke tanah. Umumnya Colletotrichum sp. muncul pada saat perkecambahan dan dapat bertahan di tanah dan kemungkinan disebarkan melalui percikan air yang membawa konidia dan penyebaran askospora melalui udara (Nicholson & Moraes, 1980). Kapang Colletotrichum masuk ke dalam dinding sel tumbuhan inang dan menghidrolisis dinding sel menggunakan enzim hidrolitik untuk mendegradasi komponen dinding sel tumbuhan (Albersheim & Jones, 1969). Hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada dinding sel tumbuhan termasuk dinding sel buah cabai, sehingga buah cabai membusuk. Berbagai usaha telah dilakukan petani untuk mengatasi masalah penyakit antraknosa ini salah satunya dengan pemakaian fungisida sintetis. Pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida sintetik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti resistensi patogen, pencemaran lingkungan, dan matinya organisme non target (Oka, 1995). Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu adanya upaya untuk mencari alternatif fungisida yang ramah lingkungan salah satu diantaranya adalah menggunakan kapang antagonis. Di dalam tanah hidup berbagai spesies kapang yang bersifat antagonis terhadap kapang patogen, diantaranya: T. harzianum, T. viride, dan T. atroviride. Di antara ketiga spesies kapang antagonis yang akan diteliti, ada kemungkinan terdapat perbedaan daya antagonismenya. Kemampuan masing-masing spesies Trichoderma dalam mengendalikan kapang patogen dapat berbeda satu sama lain, sehingga efektifitasnya sebagai pengendali hayati C. capsici juga dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Daya antagonisme antara kapang antagonis dan kapang patogen dapat diamati dan diukur secara in vitro di laboratorium. Dalam peristiwa antagonisme, kapang Trichoderma spp. mempunyai mekanisme tertentu. Menurut Harman & Kubicek (1998) mekanisme utama pengendalian patogen tanaman yang bersifat tular tanah dengan menggunakan kapang Trichoderma spp. dapat terjadi melalui beberapa cara antara lain: (a) mikoparasit (menjadi parasit pada miselium kapang lain dengan menembus dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga kapang akan mati), (b) menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, dan trichotoxin yang dapat menghancurkan sel kapang melalui perusakan terhadap permeabilitas membran sel, sementara enzim chitinase dan laminarinase dapat menyebabkan lisis dinding sel, (c) mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan sumber makanan, dan (d) mempunyai kemampuan melakukan intervensi hifa. Hifa Trichoderma spp. dapat menempel atau membelit hifa kapang patogen kemudian melakukan penetrasi hifa patogen, sehingga mengakibatkan kerusakan pada dinding hifa yang mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding hifa. Apabila dapat diketahui spesies kapang antagonis dengan daya antagonisme tertinggi, maka dapat direkomendasikan untuk diteliti lebih lanjut untuk digunakan sebagai pengendali hayati kapang C. capsici. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) meneliti pengaruh perbedaan spesies Trichoderma spp.terhadap daya antagonisme terhadap C. capsici secara in vitro, 2) menentukan tiga spesies Trichoderma yang mempunyai daya antagonisme tertinggi terhadap C. capsici, 3) mengkaji mekanisme antagonisme antara Trichoderma spp. terhadap C. capsici berdasarkan pengamatan makroskopis dan mikroskopis. 2.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April 2016 dan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Rancangan
2
penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan sembilan ulangan. Kapang patogen C. capsici yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Trichoderma spp. diperoleh dan dibiakkan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UM. Alat-alat yang digunakan adalah: cawan petri, bor gabus, inkubator, jarum inokulasi, jangka sorong, Laminar Air Flow (LAF), silet, mikroskop cahaya, mikroskop elektron, kaca benda, dan kaca penutup. Bahan-bahan yang digunakan adalah: PDA powder, aquades, biakan murni kapang antagonis T. harzianum, T. viride dan T.atroviride, serta kapang patogen C. capsici. a.
Pengujian Daya Antagonisme Trichoderma spp. terhadap C. capsici Uji daya antagonisme dalam penelitian ini menggunakan metode dual culture. Biakan murni kapang Trichoderma spp. dan kapang C. capsici dibiak-ulang pada medium lempeng Potato Dextrose Agar, lalu diinkubasikan pada suhu 27oC selama 7 x 24 jam. Setelah itu, biakan kapang antagonis Trichoderma spp. dan kapang patogen C. capsici dipotong dengan menggunakan bor gabus steril dengan diameter 5 mm secara aseptik, kemudian diletakkan secara berpasangan pada permukaan medium lempeng PDA seperti pada Gambar 2.1, dan diinkubasi selama 4 x 24 jam. Kemudian dilakukan pengukuran dan penghitungan persentase daya antagonisme. Menurut Dharmaputra (1999), rumus yang digunakan untuk mengetahui persentase daya antagonisme adalah:
Keterangan: P = persentase penghambatan R1 = jari-jari koloni kapang patogen yang menjauhi kapang antagonis R2 = jari-jari koloni kapang patogen yang mendekati kapang antagonis.
Gambar 2.1. Cara Meletakkan Potongan Cakram Miselium Kapang Patogen C. capsici dan Kapang Antagonis Trichoderma sp. pada Permukaan Medium(Sumber: dimodifikasi dari Szekeres et al., 2006). Keterangan: P = Cakram miselium kapang patogen, A = Cakram miselium kapang antagonis
b.
Pengamatan Mekanisme Antagonisme Trichoderma spp. terhadap C. capsici Pengamatan mekanisme antagonisme kapang Trichoderma spp. terhadapC. capsici dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan cara pengamatan
3
secara langsung mekanisme kompetisi dari kapang Trichoderma spp. terhadap C. capsici, sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan cara mengiris tipis permukaan medium pada zona perbatasan antara kedua koloni kapang dengan menggunakan silet, lalu dibuat preparat dengan penambahan zat pewarna Lactophenol Cotton Blue. Pengamatan mekanisme antagonisme dilakukan dengan bantuan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron atau Scanning Electron Microscope (SEM).
3. a.
HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Antagonisme Trichoderma spp. terhadap C. capsici Penghitungan daya antagonisme dari tiga spesies kapang Trichoderma spp. yaitu T. harzianum, T. viride, dan T. atroviride terhadap kapang patogen C. capsici dilakukan dengan menghitung selisih antara jari-jari koloni kapang patogen C. capsici yang menjauhi kapang Trichoderma spp. (R1) dan jari-jari koloni kapang patogen C. capsici yang mendekati koloni kapang Trichoderma (R2) pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), kemudian dibagi dengan jari-jari koloni kapang patogen C. capsici yang menjauhi koloni kapang Trichoderma sp.. Gambar 3.1 menunjukkan bahwa kapang T. harzianum mempunyai daya antagonisme tertinggi terhadap C.capsici yaitu 54,41%, dilanjutkan dengan T. atroviride dengan persentase daya antagonisme sebesar 41,08%, dan T. viride yang mempunyai persentase daya antagonisme sebesar 36,34%. Perbedaan daya antagonisme spesies Trichoderma spp. terhadap kapang C. capsici disebabkan adanya beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah perbedaan kecepatan tumbuh dan adanya mekanisme antagonisme Trichoderma spp. terhadap kapang C. capsici. Menurut Soesanto (2008), bila pertumbuhan kapang antagonis berlangsung cepat maka dapat menyebabkan pengurangan kepadatan populasi atau koloni kapang patogen, yang disebabkan oleh beberapa jenis mekanisme antagonis. Tingkat kompetisi Trichoderma spp. yang tinggi menyebabkan penguasaan terhadap ruang/tempat dan nutrisi lebih cepat sehingga patogen akan tersisih dan selanjutnya akan mengalami kematian. Berdasarkan hasil uji Anava tunggal (One Way Anova) yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa Fhitung (8,12) lebih besar dari pada Ftabel dengan signifikansi 5% (3,40), sehingga hipotesis penelitian diterima, jadi ada pengaruh spesies Trichoderma terhadap daya antagonisme pada C. capsici. Selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk menentukan perbedaan pengaruh Trichoderma spp terhadap C. capsici. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata daya antagonisme dari spesies T. harzianum dibandingkan dengan dengan dua spesies Trichoderma spp. lainnya, yang ditunjukkan dengan notasi b.
b. Daya Antagonisme Tertinggi Trichoderma spp. terhadap C.capsici Kapang Trichoderma spp. yang mempunyai daya antagonisme tertinggi terhadap kapang C.capsici adalah T. harzianum yaitu sebesar 54,41% (Gambar 3.1). Menurut Matroudi et al., (2009), kapang T. harzianum mempunyai pertumbuhan miselium yang lebih cepat sehingga sangat baik dalam mengendalikan pertumbuhan kapang patogen. Dalam waktu 4 x 24 jam miselum kapang T. harzianum dapat tumbuh lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan miselium kapang T. viride dan T. atroviride. Hal tersebut menyebabkan produksi enzim hidrolitik dan metabolit sekunder yang dihasilkan T. harzianum lebih banyak, sehingga dalam waktu 4 x 24 jam tersebut kapang T. harzianum dapat menunjukkan daya antagonisme yang lebih besar terhadap kapang C. capsici dengan cara menekan pertumbuhan kapang C. capsici, dibandingkan dengan kapang T. viride dan T. atroviride.
4
60
Daya Antagonisme
50 40 30 20 10 0 T. harzianum
T. viride
T. atroviride
Gambar 3.1 Grafik Daya Antagonisme (%) Kapang T. harzianum, T. viride, dan T. atroviride terhadap Kapang C. capsici
Tabel 3.1 Tabel Analisis Varian (Anava) Uji Antagonisme pada Tiga Spesies Kapang Trichoderma spp. terhadap Kapang C. capsici SK Perlakuan Galat Total
db 2 24 26
JK 1598,16 2362,41 3960,57
KT 799,08 98,43
Fhit 8,12
Ftabel5% 3,40
Tabel 3.2 Hasil Uji Duncan Daya Antagonisme Tiga Spesies Kapang Trichoderma spp. terhadap Pertumbuhan Kapang C. capsici Spesies Trichoderma Trichoderma viride Trichoderma atroviride Trichoderma harzianum
c.
Notasi a a b
Mekanisme Antagonisme Trichoderma spp. terhadap C. capsici Kapang antagonis Trichoderma spp. mempunyai tiga mekanisme antagonisme yaitu: kompetisi, mikoparasit, dan antibiosis terhadap kapang patogen untuk memperoleh nutrisi dan tempat hidup. Dalam penelitian ini, mekanisme antagonisme yang diamati adalah kompetisi dan mikoparasit.
5
Gambar 3.2 Hasil Pengamatan Antagonisme antara T. viride dan C. capsici setelah Diinkubasi selama 4 x 24 Jam (Sumber: dokumentasi pribadi, 2016). Keterangan: () : Koloni Kapang T.viride yang tumbuh lebih cepat dan menghambat pertumbuhan kapang C. capsici. () : Koloni kapang C. capsici () : Daerah bening yang menunjukkan pertumbuhan C. capsici terhambat karena adanya kapang T. viride yang mendesak koloni kapang C. capsici.
Mekanisme kompetisi dalam penelitian ini melalui pengamatan makroskopis yang menunjukkan bahwa kapang Trichoderma spp. dapat menghambat pertumbuhan kapang C. capsici. Hal tersebut dapat disebabkan pertumbuhan kapang Trichoderma spp. lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan kapang patogen C. capsici, sehingga pertumbuhan kapang patogen bisa terhambat (Gambar 3.2). Mekanisme yang ditunjukkan oleh kapang Trichoderma spp. yang lain adalah mikoparasit. Mekanisme ini dapat diketahui dengan pengamatan secara mikroskopis melalui pembuatan preparat yang diambil dari perbatasan antara koloni kapang antagonis dan kapang patogen. Secara umum, mekanisme mikoparasit pada Trichoderma spp. meliputi aktivitas hifa kapang Trichoderma spp. menempel dan melilit hifa kapang C. capsici, serta menembus ke dalam hifa kapang C. capsici. Pada penelitian ini, melalui pengamatan menggunakan mikroskop cahaya ditemukan bahwa ketiga spesies Trichoderma spp. memiliki mekanisme mikoparasit yang ditunjukkan dengan hifa Trichoderma spp.. menempel, melilit dan menembus hifa C. capsici, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3. Begitu pula melalui pengamatan menggunakan SEM ditemukan tiga mekanisme mikoparasit yaitu hifa Trichoderma spp. menempel, membelit, dan menembus hifa C. capsici seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. Menurut Darmono (1994), mekanisme penekanan oleh Trichoderma spp. terutama melalui mikoparasitisme dapat menimbulkan lisis pada hifa kapang patogen dan membuat pertumbuhan kapang Trichoderma lebih cepat dibanding kapang patogen. Pengamatan dengan SEM memperjelas mekanisme antagonisme antara Trichoderma spp. dengan C. capsici. Pada Gambar 3.4 A tampak hifa kapang T.harzianum membelit hifa C. capsici. Gambar 3.4 B menunjukkan bahwa hifa T. atroviride menembus hifa C. capsici sehingga menyebabkan kerusakan struktur hifa. Gambar 3.3 C menunjukkan bahwa hifa T. viride menempel pada hifa C.capsici. Hifa C. capsici juga mengalami kerusakan, yaitu strukturnya menjadi pipih akibat mikoparasitisme oleh hifa kapang Trichoderma spp. dan nutrisi di dalam hifa kapang C. capsici diserap oleh hifa kapang Trichoderma spp. Menurut Berlian, dkk (2013), hal tersebut dapat terjadi karena kebutuhan nutrisi sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat perkecambahan spora kapang patogen 20-30%.
6
Gambar 3.3 Mekanisme Antagonisme Kapang Trichoderma spp. terhadap Kapang C. capsici yang Diamati Menggunakan Mikroskop Cahaya dengan Perbesaran 1000x (Sumber: dokumentasi pribadi, 2016). Keterangan: : (A) Mekanisme mikoparasit hifa kapang T.harzianum dengan cara membelit hifa kapang C. capsici (). (B) Mekanisme mikoparasit hifa kapang T.atroviride dengan cara menembus hifa kapang C. capsici (). Akibat dari mekanisme mikoparasit kapang Trichoderma spp. menyebabkan koagulasi protoplasma pada hifa kapang C. capsici (). (C) Mekanisme mikoparasit hifa kapang T.viride dengan cara menempel hifa kapang C. capsici ().
Selain mekanisme kompetisi dan mikoparasit, mekanisme antibiosis juga sangat berperan dalam terjadinya antagonisme, kapang Trichoderma menghasilkan banyak senyawa kimia, baik berupa enzim, senyawa folatil dan non-folatil maupun metabolit sekunder yang dapat mempengaruhi dan menghambat sistem fungsional kapang patogen (Baker & Cook, 1982). Bersamaan dengan adanya interaksi kapang Trichoderma spp. dan kapang patogen C. capsici, kapang Trichoderma spp. juga mengeluarkan zat-zat berupa enzim khitinase, selulase, dan β-1,3-glucanase yang berfungsi untuk mendegradasi senyawa penyusun dinding hifa kapang patogen C. capsici. Dinding hifa kapang Colletotricum memiliki tekstur mikrofibril yang terbuat dari kitin yaitu β-1,4-N-asetilglukosamin (Purnomo, 2008). Terjadinya peristiwa degradasi dinding hifa kapang patogen menyebabkan nutrisi di dalam hifa kapang C. capsici diserap oleh hifa kapang Trichoderma spp. sehingga mengakibatkan hifa kapang C. capsici menjadi pipih. Hal ini dapat diamati melalui pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) (dapat dilihat pada Gambar 5.2), hal tersebut disebabkan nutrisi dalam hifa akan terpapar keluar, yang akan mengakibatkan metabolisme pada kapang C. capsici terhambat. Terhambatnya metabolisme mengakibatkan penurunan ATP yang dihasilkan, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan koloni dan selanjutnya terjadi kematian sel-sel hifa.
7
Gambar 3.4 Mekanisme Antagonisme Kapang Trichoderma spp. terhadap Kapang C. capsici yang Diamati Menggunakan SEM dengan Perbesaran 2500x. (Sumber: dokumentasi pribadi, 2016) Keterangan: (A) Mekanisme mikoparasit hifa kapang T.harzianum dengan cara membelit hifa kapang C. capsici(). (B) Mekanisme mikoparasit hifa kapang T.atroviride dengan cara menembus hifa kapang C. capsici(). (C) Mekanisme mikoparasit hifa kapang T. viride dengan cara menempelpada hifa kapang C. capsici (). Hifa kapang C. capsici juga mengalami kerusakan, yaitu struktur hifa menjadi pipih akibat mikoparasitisme dari kapang Trichoderma spp. ()
Kapang Trichoderma spp. selain menghasilkan enzim, juga menghasilkan zat metabolit sekunder yang spesifik tergantung jenis Trichoderma. Harzianolide yang dihasilkan oleh T. harzianum diketahui dapat menghambat perkecambahan konidia dan klamidospora dari kapang F. oxyosporum, G. graminis, F. culmorum, F. moniliforme dan Cladosporium herbarum (Barbosa et al., 2001; Kucuk & Kivan, 2004; Sharma et al., 2011). Trichoderma merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan sejumlah antibiotik, seperti trichodermin, trichodermol, trichotoxin, harzianum A dan harzianolida (Dennis & Webster, 1971). 4.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) ada pengaruh perbedaan spesies Trichoderma spp.terhadap daya antagonisme pada C capsici, 2) Kapang antagonis Trichoderma yang memiliki daya antagonisme tertinggi terhadap kapang C capsici adalah T. harzianum dengan persentase penghambatan sebesar 54,41%, dan 3) mekanisme antagonisme secara in vitro yang ditunjukkan oleh kapang Trichoderma spp. berdasarkan pengamatan makroskopis adalah kompetisi, serta melalui pengamatan mikroskopis menunjukkan mekanisme mikoparasit yang meliputi hifa kapang antagonis Trichoderma spp. menempel, membelit, dan menembus hifa kapang patogen C capsici. Saran dari penelitian ini adalah: perlu dilakukan penelitian lanjut tentang daya antagonisme kapang Trichoderma spp. terhadap kapang C. capsici secara in vivo pada tanaman cabai di lapangan.
8
5.
Daftar Rujukan
Albersheim, P., T.M. Jones and P.D. English. 1969. Biochemistry of cell wall in relation to infective process. Annu. Rev. Phytopathol., 7. (www.annualreviews.org). Diakses tanggal 13 Maret 2016. Baker, K,F & Cook, R, J. 1982. Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathology Society. Minnesota Fravel. Berlian, I, Setyawan, B, & Hadi, H. 2013. Meknaisme Antagonisme Trichoderma spp. terhadap Beberapa Patogen Tular Tanah, Warta Perkaretan, 32 (2). (www.ejournal.puslikaret.co id). Diakses tanggal 14 Juli 2016. Darmono, T. W., 1994. Kemampuan beberapa isolat Trichoderma spp.. Dalam Menekan Inokulum Phytophthora sp. di dalam Jaringan Buah Kakao. Menara Perkebunan 62 : 2 :25-29. Dennis, C & Webster, J. 1971. Antagonistic Propertes of Spesies-Groups of Trichoderma II: Production of Volatile Antibioticts, British Mycological Journal, 51(1). (www.sciencedirect.com). Diakses tanggal 5 Mei 2016. Dharmaputra, O. S., A. W. Gunawan, R. Wulandari, T. Basuki. 1999. Cendawan Kontaminan Dominan pada Bedengan Jamur Merang dan Interaksinya dengan Jamur Merang secara InVitro. Jurnal Mikrobiologi Indonesia, 4(1). (jgab.journal.ipb.ac.id). diakses 22 mei 2016. Harman, GE & Kubicek, CP. 1998. Trichoderma and Gliocladium Vol 2: Enzymes, biological control and commercial applications. London: Taylor and Francis. Kucuk, C & Kivanc, M. 2003. Isolation of Trichoderma spp. and Determination of Their Antifungal, Biochemical and Physiological Features. Turk J. Biol, 27. (http://journals.tubitak.gov.tr). Diakses tanggal 5 Mei 2016. Matroudi, S., Zamani, M.R., & Motallebi, M. 2009. Antagonistic Effect of Three Species of Trichoderma sp. on Sclerotinia sclerotiorum, the Causal Agent of Canola Stem Rot. Egyptian Journal of Biology, 11. (www.ajol.info). Diakses tanggal 3 Mei 2016. Nicholson RL, Moraes WBC. 1980. Survival of Colletotrichum graminicola: Importance of the Spore Matrix. Journal of Phytopathology, 70 (3), (www.apsnet.org). Diakses tanggal 4 April 2016. Oka, IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Rusli, I., Mardinus., & Zulpadli. 1997. Penyakit Antraknosa pada Buah Cabai di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Hasil. Palembang: Perhimpunan Fitopatologi Indonesia.
9
Sharma, P. 2011. Complexity of Trichoderma-Fusarium Interaction and Manifestation of Biological Control. Australian Journal of Crop Science, 5(8). (search.proquest.com). diakses tanggal 5 April 2016. Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta : Rajawali Pers.. Syukur, M., Sujipriati, S., Koswara, J., & Widodo. 2007. Pewarisan Ketahanan Cabai (Capsicum annum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatuma. Bul. Agronomi, 35, 112-117. IPB. Szekeres, A., Leitgep, B., Kredics, L., Manczinger, L., & Vagvolgyi, C. 2006. A Novel, Image Analysis- Based Method for the Evaluation of In vitro Antagonism. Journal of Microbiological Methods, 65 (2006) (online), (http://researchgate.net). Diakses tanggal 21 Februari 2016.
10