KAJIAN DAMPAK INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP ECONOMIC VALUE ADDED PT BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk
Oleh MIA DWI FITRI H24080043
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRACT BTN Bank is a bank that focuses on housing loans. BTN Bank are fulfilling their IPO on December 27, 2009. In order to evaluate their success of the IPO, the performance seen based economic value added that BTN has been created. The aims of this research are: (1) analyze the growth of capital structure BTN Bank and COC (cost of capital) generated before and after the IPO, (2) analyze the financial performance of BTN Bank growth by comparing the value of economic value added (EVA) before and after the IPO, and (3) analyze the impact of the IPO to the cost of equity and the resulting impact on EVA (economic value added) Bank BTN. There are three result from this study. First, the percentage of the average amount of capital structure (long-term debt and equity) Bank BTN after IPO has discreas and the cost of capita Bank BTN after IPO has increase. Second, economic value added (EVA) of Bank BTN after IPO has decreased. Third, IPO of BTN Bank in 2009 resulted the value of cost of equity increases and it has significant effect on economic value added (EVA) Bank BTN after the IPO. Keywords: Capital Structure, Cost of Equity, Economic Value Added
RINGKASAN MIA DWI FITRI. H24080043. Kajian Dampak Initial Public Offering Terhadap Economic Value Added PT Bank Tabungan Negara, Tbk. Dibawah bimbingan BUDI PURWANTO. PT Bank Tabungan Negara merupakan bank yang berfokus pada kredit perumahan rakyat yang melaksanakan IPO pada 17 Desember 2009. Ketetapan Bank BTN melaksanakan IPO tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat struktur modal perusahaan. Hal ini didasarkan pada adanya masalah yang dihadapi oleh bank ini yaitu resiko mismatch kredit yang disebabkan karena tidak sinkronnya sumber dana yang diterima dengan kredit yang disalurkan, dimana Bank BTN harus memberikan pinjaman jangka panjang sementara sumber dana yang didapat bersifat jangka pendek. Setelah melaksanakan IPO, kinerja Bank BTN mengalami kemajuan baik dalam hal aset dan dana pihak ketiga, serta jumlah laba operasional. Setelah IPO, tujuan Bank BTN sebagai bank go public ialah menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Namun, harga saham Bank BTN semenjak diperjualbelikan pada pasar modal mengalami fluktuasi dan cenderung menurun, padahal penciptaan nilai atau kekayaan saham biasanya tercermin pada kenaikan harga saham. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah IPO Bank BTN telah memberi nilai tambah bagi investor. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana IPO Bank BTN memberikan nilai tambah ekonomis bagi investor. Penelitian lebih rinci menganalisa (1) perkembangan struktur modal Bank BTN dan COC (cost of capital) yang dihasilkan saat sebelum dan sesudah IPO, (2) pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) sebelum dan sesudah IPO, dan (3) dampak IPO kepada biaya modal ekuitas (BME) yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) Bank BTN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencarian data keuangan serta data bulanan pergerakan saham Bank BTN melalui internet dan kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 17. Berdasarkan hasil penelitian, presentase kewajiban jangka panjang Bank BTN mengalami penurunan sesudah IPO dan sebaliknya presentase ekuitas mengalami peningkatan. Presentase jumlah rata-rata struktur modal (kewajiban jangka panjang dan ekuitas) Bank BTN sesudah IPO mengalami penurunan dibandingkan struktur modal sebelum IPO. Nilai biaya modal (COC) Bank BTN mengalami peningkatan sesudah IPO. Hal ini mengakibatkan nilai rata-rata EVA Bank BTN sesudah IPO (2010-2012) mengalami penurunan dibandingkan nilai EVA Bank BTN sebelum IPO (2007-2009). Berdasarkan hasil analisis regresi variabel dependen EVA sesudah IPO dan variabel independen biaya modal ekuitas (BME) sesudah IPO, diperoleh nilai -t hitung < -t tabel yaitu -27,651 < -2,262 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya modal ekuitas sesudah IPO berpengaruh signifikan terhadap EVA sesudah IPO. Dengan persamaan EVA = 544.845,78 – 0,996 BME. Hal ini berarti jika biaya modal ekuitas diasumsikan tidak ada maka EVA bernilai Rp 544.845,78 juta dan setiap peningkatan biaya modal ekuitas sebesar Rp 1.000.000,00 maka EVA akan menurun sebesar Rp 996.000,00.
KAJIAN DAMPAK INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP ECONOMIC VALUE ADDED PT BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh MIA DWI FITRI H24080043
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Kajian Dampak Initial Public Offering Terhadap Economic Value Added PT Bank Tabungan Negara, Tbk Nama
: Mia Dwi Fitri
NIM
: H24080043
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Budi Purwanto, ME NIP. 19630705 199403 1003
Mengetahui, Kepala Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 19610123 198601 1002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Mei 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Wempi Yedri dan Netty Herawati. Penulis mengawali pendidikan di TK Semboja Sari Bogor pada tahun 1995-1996. Pada tahun 1996-2002, penulis meneruskan pendidikannya di SDN Empang 2 Bogor dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2002-2005 di SMP Negeri 3 Bogor. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 20052008 di SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kepecintaalaman KAREMATA FEM IPB sebagai bendahara pada tahun 2010-2011 dan sebagai anggota divisi mountaineering pada tahun 2011-2012. Penulis juga aktif pada bebagai kepanitian seperti Politik Ceria BEM FEM IPB, IPB Art Contest, MPD MPF FEM IPB, dan lain-lain. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan IPB Goes To Field 2011 yang dilaksanakan di Klaten, Jawa Barat.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kajian Dampak Initial Public Offering Terhadap Economic Value Added PT Bank Tabungan Negara, Tbk”. Pelaksanaan IPO Bank BTN pada tahun 2009 bertujuan untuk memperkuat struktur modal Bank BTN. Setelah IPO, tujuan Bank BTN sebagai bank go public ialah menciptakan nilai tambah bagi para investornya. Namun, harga saham Bank BTN semenjak diperjualbelikan pada pasar modal mengalami fluktuasi dan cenderung menurun, padahal penciptaan nilai biasanya tercermin pada kenaikan harga saham. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana IPO Bank BTN telah memberikan nilai tambah ekonomis bagi para investornya dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) Bank BTN sebelum dan sesudah pelaksanaan IPO. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka kritik dan saran diharapkan untuk penyempurnaan dan bahan referensi, sehingga bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2013
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini tidak dapat lepas dari peran banyak pihak yang telah memberi saran, bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta (Alm. Bapak Wempi Yedri dan Ibu Netty Herawati), kakak dan adik (Risdina dan Selly), serta keponakan (Liwa, Roya, dan Fajar) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan semangat selama ini.
2.
Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta pengarahan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME selaku dosen penguji skripsi yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji dalam ujian skripsi dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.
4.
Seluruh dosen di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah memberikan banyak ilmu serta membuka wawasan saya.
5.
Seluruh staf di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah membantu diri saya hingga bisa sampai ke tahap kelulusan.
6.
Sahabat sekaligus saudara tercinta (Sheila, Mega, Icha, Nika, Yuti, Ira, Ismi, Angga) yang selalu mengajarkan pengalaman kebersamaan dan saling membantu dalam suka maupun duka.
7.
Seluruh keluarga KAREMATA FEM IPB yang telah memberikan semangat dan berbagi canda, tawa, sedih, duka, serta bahagia selama ini.
8.
Teman satu bimbingan (Harya, Aidil, dan Aulia) yang telah bersama-sama berjuang dalam menyusun skripsi, serta telah memberikan dorongan, masukan, dan bantuan.
v
9.
Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan ‘45 yang telah bersamasama berjuang menuntut ilmu untuk menggapai harapan, penulis memanjatkan doa agar kita bersama-sama menjadi generasi yang sukses.
10.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh
semua pihak baik yang disebutkan maupun yang tidak tersebut hingga penyusunan skripsi ini selesai pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Februari 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7 2.1. Bank............................................................................................................. 7 2.1.1 Pengertian dan Jenis-jenis Bank .......................................................... 7 2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia .................................. 9 2.2. IPO (Initial Public Offering) ....................................................................... 9 2.2.1 Pengertian, Tahapan, dan Alasan IPO (Initial Public Offering) ......... 9 2.2.2 Manfaat dan Konsekuensi IPO (Initial Public Offering) .................. 11 2.3. Analisis Keuangan ..................................................................................... 12 2.4. Laporan Keuangan .................................................................................... 12 2.5. Economic Value Added (EVA).................................................................. 13 2.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) ....................................... 13 2.5.2 Komponen Perhitungan Economic Value Added (EVA) .................. 14 a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/ Laba Bersih Setelah Pajak .............................................................................................. 14 b. Weighted Average Cost of Capital (WACC)/ Biaya Modal Rata-rata Tertimbang ..................................................................... 15 c. Invested Capital (IC)/ Modal Yang Diinvestasikan ....................... 16 d. Cost Of Capital (COC)/ Biaya Modal ............................................ 17 e. Economic Value Added (EVA)/ Nilai Tambah Ekonomis ............. 20 2.6. Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA ......................................... 20 2.7. Penelitian Terdahulu.................................................................................. 21
vii
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 23 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 23 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 25 3.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 25 3.3.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 25 3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 25 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 25 3.4.1 Metode Perhitungan EVA ................................................................. 26 3.4.2 Analisis Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA ................... 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32 4.1. Gambaran Umum Bank BTN .................................................................... 32 4.1.1 Sejarah Bank BTN............................................................................. 32 4.1.2 Visi, Misi, dan Nilai Bank BTN ........................................................ 34 4.1.3 Manajemen dan Struktur Organisasi Bank BTN ............................... 35 4.1.4 Kegiatan Usaha Bank BTN ............................................................... 35 4.1.5 Proses IPO Bank BTN ....................................................................... 36 4.2. Struktur Modal Bank BTN ........................................................................ 37 4.2.1 Struktur Modal Bank BTN Sebelum IPO.......................................... 37 4.2.2 Struktur Modal Bank BTN Sesudah IPO .......................................... 38 4.3. Biaya Modal Bank BTN ............................................................................ 41 4.3.1 Biaya Ekuitas (Ke) Bank BTN .......................................................... 41 4.3.2 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC), Modal yang Diinvestasikan (IC), dan Biaya Modal (COC) Bank BTN Sebelum IPO ...................................................................................... 43 4.3.3 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC), Modal yang Diinvestasikan (IC), dan Biaya Modal (COC) Bank BTN Sesudah IPO ....................................................................................... 44 4.4. EVA (Economic Value Added) Bank BTN ............................................... 46 4.4.1 EVA Bank BTN Sebelum IPO .......................................................... 46 4.4.2 EVA Bank BTN Sesudah IPO........................................................... 47 4.5. Analisis Dampak IPO Terhadap EVA Bank BTN .................................. 48 4.5.1 Uji Normalitas ................................................................................... 48 4.5.2 Analisi Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA..................... 49 4.6. Implikasi Manajerial.................................................................................. 50 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 51 1. Kesimpulan ................................................................................................... 51 2. Saran..............................................................................................................52 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53 LAMPIRAN ......................................................................................................... 56
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Komposisi sumber pendanaan Bank BTN 2006-2008 ..................................... 1 2. Posisi 10 besar bank dalam hal total aset dan DPK (2012).............................. 2 3. Laba Bank BTN sejak tahun 2007-2011 .......................................................... 3 4. Langkah-langkah perhitungan EVA .............................................................. 29 5. Struktur modal Bank BTN sebelum IPO ....................................................... 37 6. Struktur modal Bank BTN sesudah IPO ........................................................ 38 7. Presentase proporsi rata-rata jumlah kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas Bank BTN .................................................................... 40 8. Nilai beta dan biaya ekuitas Bank BTN sesudah IPO .................................... 42 9. Nilai komponen biaya modal Bank BTN sebelum IPO ................................. 43 10. Nilai komponen biaya modal Bank BTN sesudah IPO.................................. 44 11. Nilai EVA Bank BTN sebelum IPO .............................................................. 46 12. Nilai EVA Bank BTN sesudah IPO ............................................................... 47 13. Hasil uji normalitas data dengan kolmogorov smirnov .................................. 49 14. Persamaan dan statistik pengaruh biaya modal ekuitas terhadap EVA ......... 49
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Perkembangan saham Bank BTN (2010-triwulan ketiga 2012) ........................ 3 2. Kerangka pemikiran penelitian ........................................................................ 24 3. Struktur modal Bank BTN (2007-2012) .......................................................... 41 4. Pergerakan nilai cost of capital Bank BTN (2007-2012) ................................ 45 5. Pergerakan nilai EVA Bank BTN (2007-2012) ............................................... 48
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Tingkat pengembalian indeks harga saham Gabungan (IHSG) dan tingkat suku bunga Indonesia 2010-2012 ..................................................................... 57 2. Tingkat pengembalian saham Bank BTN (R it ) ................................................ 58 3. Perhitungan beta (β) Bank BTN (2010-2012).................................................. 59 4. Market risk premium setiap negara .................................................................. 60 5. Perhitungan biaya ekuitas Bank BTN (2010-2012) ......................................... 61 6. Perhitungan net operating profit after tax (NOPAT) Bank BTN (2007-2012) ...................................................................................................... 62 7. Perhitungan biaya hutang (K d *) Bank BTN 2007-2012 .................................. 63 8. Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Bank BTN (2007-2012) ...................................................................................................... 65 9. Perhitungan modal yang diinvestasikan (IC) Bank BTN (2007-2012).......................................................................................................67 10. Perhitungan biaya modal (COC) Bank BTN (2007-2012)..............................68 11. Perhitungan EVA Bank BTN (2007-2012).....................................................69 12. Analisis regresi sederhana...............................................................................70
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang PT Bank Tabungan Negara merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan dalam menyediakan pembiayaan perumahan terutama bagi warga masyarakat menengah ke bawah. Pada tanggal 17 Desember 2009, Bank BTN menerbitkan 2.360.057.000 lembar saham, setara dengan 27,08% dari total saham Bank BTN, dan tercatat sebagai emisi IPO terbesar di tahun 2009 dengan nilai dana sebesar Rp 1,88 triliun (annual report Bank BTN, 2011). Pertumbuhan berkesinambungan merupakan fokus dalam setiap keputusan bisnis Bank BTN. Demi mengupayakan hal tersebut, Bank BTN memperkuat komposisi permodalan melalui proses IPO (initial public offering). Ketetapan Bank BTN melaksanakan IPO tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat struktur modal perusahaan yang didasarkan karena adanya resiko mismatch kredit yang dihadapi Bank BTN (annual report Bank BTN, 2009). Hal tersebut disebabkan karena tidak sinkronnya sumber dana yang diterima dan dikelola dengan kredit yang disalurkan. Bank BTN harus memberikan pinjaman jangka panjang sementara sumber dana yang didapat bersifat jangka pendek. Tabel 1. Komposisi sumber pendanaan Bank BTN 2006-2008 Komposisi (%) Sumber Pendanaan 2006 2007 2008 Giro 5,3 6,5 6,7 Tabungan 19,6 20,7 17,4 Deposito 45,0 42,9 50,0 Total DPK 70,0 70,1 74,1 Simpanan bank lain 2,1 1,9 5,0 Pinjaman+surat berharga 22,2 19,9 13,6 Ekuitas 5,7 8,1 7,3 Total Hutang Jangka Panjang dan Ekuitas 30,0 29,9 25,9 Total Pendanaan 100,0 100,0 100,0 Sumber: Laporan Keuangan Bank BTN (2006-2008) Oleh karena itu, demi tujuan jangka panjang dan meningkatkan kinerja perusahaannya, Bank BTN melaksanakan initial public offering pada Desember 2009 untuk memperkuat struktur modal perusahaannya.
2
Setelah melaksanakan IPO pada akhir tahun 2009 lalu, kinerja Bank BTN mengalami kemajuan. Berdasarkan laporan statistik perbankan Indonesia 2012, sejak tahun 2009 hingga 2012 Bank BTN menduduki posisi ke 10 besar dalam hal aset dan dana pihak ke tiga (Tabel 2). Sebelumnya, sebelum tahun 2009 Bank BTN tidak termasuk salah satu dari 10 bank terbesar dari segi aset dan dana pihak ketiga, baru kemudian mulai tahun 2009 hingga tahun 2012 Bank BTN masuk pada jajaran 10 peringkat bank terbesar.Pencapaian yang telah didapat tersebut mencerminkan perkembangan modal yang dimiliki dalam rangka pencapaian kinerja yang lebih baik. Tabel 2. Posisi 10 besar bank dalam hal total aset dan DPK (2012) Total Aset (juta rupiah) 1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 493.050 2. PT BRI (Persero) Tbk 456.383 3. PT Bank Central Asia Tbk 380.927 4. PT BNI (Persero) Tbk 289.458 5. PT Bank CIMB Niaga Tbk 164.247 6. PT Bank Danamon Tbk 127.128 7. PT Pan Indonesia Bank Tbk 118.991 8. PT Bank Permata Tbk 101.540 9. PT BII Tbk 91.335 10. PT BTN (Persero) Tbk 89.277 Sumber: Statitik perbankan Indonesia (Bank Indonesia, 2012) No.
Nama Bank
Total DPK (juta rupiah) 380.236 372.126 323.457 224.902 131.794 88.665 85.537 82.925 70.479 61.992
Setelah go public Bank BTN terus memperbaiki pelaksanaan tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) yang telah ditetapkan oleh Bapepem-LK dan Bank Indonesia serta mengacu pada international best practices (annual report Bank BTN, 2011). Hal tersebut memberikan dampak bagi perkembangan kinerja bank ini. Perkembangan kinerja keuangan yang telah dicapai Bank BTN dapat dilihat dari pencapaian Bank BTN sebelum dan setelah melakukan IPO pada Tabel 3. Nilai pendapatan bunga dan bagi hasil, pendapatan operasional lainnya, laba operasional, dan laba bersih setelah pajak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun persentase pertumbuhan pos-pos tersebut mengalami fluktuasi. Persentase pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun pertama setelah dilakukan IPO, yaitu pada tahun 2010. Semua pos pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan
3
presentase secara signifikan dibanding dengan tahun lainnya. Selanjutnya pada tahun 2011 pencapaian nilai pos-pos tersebut mengalami kenaikan, meskipun presentase pertumbuhannya menurun. Tabel 3. Laba Bank BTN sejak tahun 2007-2011
Pos (miliar rupiah)
Sebelum IPO 2007 2008
IPO 2009
Pendapatan Bunga dan 1.753 1.960 2.302 Bagi Hasil Bersih Persentase Pertumbuhan(%) 11,81 17,45 Pendapatan Operasional 227 217 265 Lainnya Persentase Pertumbuhan(%) -4,4 22,12 Laba Operasional 591 669 739 Persentase Pertumbuhan(%) 13,19 10,46 Laba Bersih setelah Pajak 402 430 490 Persentase Pertumbuhan(%) 6,96 13,95 Sumber: Laporan keuangan tahunan Bank BTN, 2007-2011
Sesudah IPO 2010 2011 3.355
3.789
45,74
12,94
488
512
84,15 1.264 71,04 916 86,94
4,92 1.526 20,73 1.119 22,16
Meskipun upaya memaksimalkan laba merupakan tujuan yang logis bagi setiap perusahaan, semua pakar korporasi sepakat bahwa tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan bukan memaksimalkan laba, melainkan memaksimalkan kekayaan pemegang saham (stock holder’s wealth) atau memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) (Mardiyanto, 2009). Berdasarkan laporan keuangan tahunan Bank BTN 2009, setelah melaksanakan IPO, tujuan dari Bank BTN sebagai bank go public adalah menciptakan nilai (value creation) bagi para investornya. Pengukuran penilaian kinerja perusahaan mulai diarahkan kepada penciptaan nilai atau kekayaan saham yang biasanya tercermin pada kenaikan harga saham. Namun pada kenyataanya, harga saham Bank BTN semenjak diperjualbelikan pada pasar modal mengalami fluktuasi dan cenderung menurun (Gambar 1).
Gambar 1. Perkembangan saham Bank BTN (2010-triwulan ketiga 2012)
4
Perkembangan harga saham yang cenderung menurun semenjak IPO hingga kini menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya penciptaan nilai Bank BTN. Apakah perkembangan yang terlihat pada kinerja keuangan konvensional juga menciptakan penciptaan nilai bagi investor. Perkembangan
kinerja
keuangan
yang tercermin dalam kinerja keuangan konvensional yang ada belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan yang telah dicapai Bank BTN. Angka-angka tersebut tidak mencakup biaya modal dan nilai pasar yang terbentuk terkait dengan modal yang didapat setelah melakukan IPO. Hal ini dikarenakan, suatu usaha yang menguntungkan disebut menguntungkan secara ekonomis jika mampu memberikan laba operasi yang lebih besar dibandingkan biaya modalnya. Pertumbuhan kinerja perusahaan yang baik pada dasarnya juga menciptakan nilai (value) pada perusahaan yang dapat dilihat dari nilai EVA (economi value added). Bagi Bank BTN yang baru saja melakukan IPO pada 2009 lalu, penciptaan nilai tambah merupakan tolak ukur yang fundamental bagi efektivitas pengelolaannya. Pencapaian nilai melalui EVA menunjukan sejauh mana perusahaan telah fokus terhadap kinerja perusahaan, bukan hanya dalam penciptaan laba tetapi lebih kepada penciptaan nilai tambah perusahaan secara efektif untuk jangka panjang bagi para investor. Sehingga melalui nilai EVA tersebut investor dapat mengetahui kondisi sebenarnya perusahaan yaitu sejauh mana nilai tambah (value) yang telah dicapai sejak sebelum hingga sesudah dilakukannya IPO. Bagi para investor, nilai EVA tersebut dapat memberikan masukan dan menjadi dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan investasi sehubung dengan rencana akan diterbitkannya right issue dan obligasi Bank BTN pada tahun 2013. Investor lebih mengutamakan nilai (value) fundamental yang telah dicapai perusahaan yang dapat tercermin melalui nilai tambah ekonomis perusahaan (economic value added).
5
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk dapat mengevaluasi sejauh mana sebenarnya keberhasilan IPO Bank BTN dalam menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investor, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian lebih rinci sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan struktur modal Bank BTN dan COC (cost of capital) yang dihasilkan saat sebelum dan sesudah IPO? 2. Bagaimana perbandingan pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN berdasarkan nilai EVA (economic value added) sebelum dan sesudah IPO? 3. Bagaimana dampak IPO kepada biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) Bank BTN? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menganalisa perkembangan struktur modal Bank BTN dan COC (cost of capital) yang dihasilkan saat sebelum dan sesudah IPO yaitu pada tahun 20072012. 2. Menganalisa
pertumbuhan
kinerja
keuangan
Bank
BTN
dengan
membandingkan nilai EVA (economic value added) pada saat sebelum dan sesudah IPO yaitu pada tahun 2007-2012. 3. Menganalisa dampak IPO kepada biaya modal ekuitas dan pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) Bank BTN. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih mendalam mengenai perkembangan kondisi keuangan dan struktur modal BTN pada saat sebelum dan setelah melakukan IPO. Melalui penelitian ini para pembaca dan investor dapat pula mengetahui perkembangan kinerja keuangan Bank BTN sebelum dan setelah IPO dalam hal penciptaan nilai (value) melalui nilai EVA, sehingga dapat dijadiakan referensi pengambilan keputusan investasi di masa yang akan datang.
6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada struktur modal dan kinerja keuangan PT. Bank BTN, Tbk sebelum dan sesudah melakukan IPO menggunakan metode EVA yang berdasarkan laporan keuangan tahun 2007-2012. Selanjutnya untuk mengetahui dampak dari initial public offering kepada biaya modal ekuitas yang tercipta dan pengaruhnya terhadap value yang tercermin dalam EVA Bank BTN.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank 2.1.1 Pengertian dan Jenis-jenis Bank Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter (Suseno, 2003). Kasmir (2008) mendefinisikan bank secara sederhana sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI. Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu: a. Bank Umum Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Termasuk bank umum menurut undang-undang tersebut ialah bank pembangunan dan bank tabungan. Subagyo (2005) memaparkan fungsi-fungsi pokok bank umum sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman 2. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam kegiatan ekonomi 3. Menciptakan uang melalui pembayaran kredit dan investasi 4. Menyediakan jasa pengelolaan dana dan trus atau wali amanat kepada individu dan perusahaan 5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional 6. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga
8
7. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek perjalanan (traveler’s check), ATM, transfer dana, dan sebagainya. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Termasuk bank perkreditan rakyat ialah bank desa, bank pasar, lumbung desa, dan bank pegawai. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya menurut Kasmir (2001) adalah sebagai berikut: a. Bank milik pemerintah Di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungan bank ini dimilki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah ialah BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri. Contoh bank milik daerah ialah BPD Sumatra Utara, BPD DKI Jakarta, BPD Bali, dan lain-lain. b. Bank milik swasta nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimilki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannnya diambil oleh swasta pula. Contoh bank milik pemerintah ialah Bank Bukopin, BCA, Bank Danamon, Bank Lippo, dan lainlain. c. Bank milik asing Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contoh bank milik asing ialah ABN AMRO Bank, City Bank, Bank of Tokyo, dan lain-lain. d. Bank milik campuran Merupakan bank kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank milik campuran adalah Bank Merincorp, Bank PDFCI, Inter Pasific Bank, dan lain-lain.
9
2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia Dalam Pasal 2,3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Perbankan, dinyatakan asas, fungsi, dan tujuan perbankan Indonesia adalah sebagai berikut: Asas Perbankan Indonesi dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Tujuan Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak. 2.2. IPO (Initial Public Offering) 2.2.1 Pengertian, Tahapan, dan Alasan IPO (Initial Public Offering) Semakin berkembangnya suatu perusahaan akan membawa konsekuensi pada tuntutan peningkatan pelayanan bagi pelanggannya. Peran perusahaan untuk menciptakan keunggulan dalam menghadapi persaingan amat berpengaruh terhadap pasar yang dituju. Keinginan untuk melakukan perbaikan operasi telah mendorong beberapa perusahaan melakukan privatisasi atau go public. Go public dikenal sebagai stimulasi restrukturisasi pasar. Sejauh mana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut yang selama ini dikenal berkinerja baik. Go public diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi perusahaan yang selanjutnya mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Bagi perusahaan yang baru pertama kali melepaskan saham di pasar modal, idealnya go public dilakukan dengan IPO (initial public offering) (Primiana, 2009). Initial public offering mempunyai arti perusahaan menjual saham biasa atau saham preferen, atau obligasi yang merupakan modal perusahaan (ekuitas dan utang jangka panjang) yang pertama kalinya kepada masyarakat luas (Widoatmodjo, 2009). Pada prinsipnya, ada empat tahap yang harus dilalui perusahaan bila hendak melakukan IPO, yaitu:
10
1. Masa Persiapan a.
Pengajuan pernyataan pendaftaran ke Bapepam-LK
b.
Pembuatan prospektus
2. Masa Penawaran a.
Mempublikasikan prospectus
b.
Melakukan penawaran perdana
3. Masa Pencatatan 4. Kewajiban setelah go public Alasan yang mendasari suatu perusahaan menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) menurut Sjahrir (2002), diantaranya: 1. Meningkatkan modal dasar perusahaan 2. Mencari tahu berapa nilai perusahaan 3. Menilai kemungkinan-kemungkinan lain 4. Nilai saham cenderung naik 5. Mempermudah menarik modal tambahan 6. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain 7. Meningkatkan kredibilitas Menurut Samsul (2006), setiap perusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat mempunyai tujuan yang berbeda. Pada umumnya, perusahaan mempunyai tujuan seperti berikut ini: 1. Memperbaiki struktur modal 2. Meningkatkan kapasitas produksi 3. Memperluas pemasaran 4. Memperluas hubungan bisnis 5. Meningkatkan kualitas manajemen Sedangkan pada BUMN, menurut Suta (2000), alasan penetapan suatu BUMN menjadi go public antara lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas BUMN dalam rangka menghadapi persaingan di pasar global dan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat guna turut serta dalam kepemilikan saham BUMN.
11
2.2.2 Manfaat dan Konsekuensi IPO (Initial Public Offering) Go public dengan IPO akan mempercepat peningkatan tata kelola perusahaan dan kinerja ke arah yang lebih baik good corporate governance (GCG). Adanya IPO akan membuat aset-aset perusahaan dinilai lebih tinggi dan juga membuat perusahaan jauh lebih cepat berkembang. Di samping itu, peluang untuk mendapatkan dana segar akan lebih terbuka. Perusahaan yang selama ini berkinerja baik biasanya memanfaatkan dana segar melalui IPO untuk mengembangkan bisnisnya. Dengan melakukan IPO maka manfaat yang diperoleh selain dana segar dari penjualan saham juga semakin luasnya pasar serta berubahnya budaya perusahaan karena tuntutan profesionalisme (Primiana, 2009). Menurut panduan go public yang dikeluarkan oleh IDX, IPO atau go public memiliki manfaat dan konsekuensinya masing-masing. Dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan, diantaranya: 1. Memperoleh sumber pendanaan baru yaitu dana untuk pengembangan, baik untuk penambahaan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha 2. Memberikan competitive adventage untuk perkembangan usaha 3. Melakukan merger atau akuisis perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru 4. Peningkatan kemampuan going cocern yaitu kemampuan untuk tetep dapat bertahan dalam kondisi apapun 5. Meningkatkan citra perusahaan 6. Meningkatkan nilai perusahaan Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Adapun konsekuensi yang timbul akibat IPO atau go public ialah sebagai berikut: 1. Berbagi kepemilikan Hal ini dapat diartikan bahwa presentase kepemilikan akan berkurang.
12
2. Mematuhi peraturan pasar modal yang berlaku Pasar modal memang menerbitkan berbagai aturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. 2.3. Analisis Keuangan Analisis keuangan merupakan suatu penilaian terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek pada masa datang. Melalui analisis keuagan diharapkan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaa dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laopran keuangan. Analisisj keuangan diperlukan oleh berbagai pihak, seperti para pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan ini mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan yang bersangkutan daripada perusahaan lainnya dalam suatu kelompok industri (Moeljadi, 2006). 2.4.
Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap proses keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, buruh, serta pihak-pihak lainnya (Munawir, 2007). Menurut Moeljadi (2006), laporan keuangan sangat diperlukan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi investor laporan keuangan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan kaba, deviden, dan harga saham. Informasi laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan (Widoatmodjo, 2009). Laporan keuangan berisi hal-hal sebagai berikut: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.
13
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya. 3. Laporan sumber penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga modal kerja. 4. Laporan arus kas yang merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembayaran (Harahap, 2004). 2.5. Economic Value Added (EVA) 2.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari pemegang saham (shareholder value) yang diciptakan atau dirusak pada suatu periode tertentu, biasanya setahun. EVA yang positif menunjukan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang negatif menunjukan penghancuran nilai (value destruction) (Tunggal, 2001). Menurut Nafarin (2007), nilai tambah ekonomis adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang ditanamkan untuk menghasilkan laba tersebut. Nilai tambah ekonomi merupakan suatu tolak ukur kinerja keuangan yang berdasarkan nilai. Gagasan munculnya EVA ialah perusahaan benar-benar menguntungkan dan mencapai nilai jika dan hanya jika labanya melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai operasi. Ukuran konvensional kinerja, yaitu laba bersih, hanya menghitungkan biaya hutang, yang diperlihatkan pada laporan keuangan sebagai beban bunga, tetapi tidak mencerminkan biaya ekuitas. Karena itu, sebuah perusahaan dapat melaporkan laba bersih yang positif walaupun masih tidak menguntungkan secara ekonomis jika laba bersih lebih kecil daripada biaya ekuitas. EVA memperbaiki kekurangan ini dengan memperkenalkan ukuran
14
kinerja perusahaan yang lebih tepat, yang memperhitungkan biaya modal ekuitas (Brigham dan Houston, 2001). EVA
mengukur
perbedaan,
dalam
pengertian
keuangan,
antara
pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. Itu serupa dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal. EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian, membantu mereka untuk mencapai tujuan (Young dan O’Byrne, 2001). Economic Value Added (EVA) mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya (Utomo, 1999). Menurut Young dan O’Byrne (2001), EVA memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1. EVA tidak hanya dapat digunakan sebagai penilaian berpandangan ke muka, tetapi juga siap untuk diadaptasikan kepada pengukuran kinerja dan perluasannya, terhadap kompensasi manajemen. 2. Menjadi penghubunga antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal. 3. Membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberiakan imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya. 4. Proses untuk investasi yang menciptakan nilai cukup jelas sebagai alat kuantitatif mengidentifikasi penciptaan nilai. 5. Meningkatkan penciptaan nilai dalam implementasi dan tahap pemantauan. 2.5.2 Komponen Perhitungan Economic Value Added (EVA) a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/ Laba Operasional Setelah Pajak Menurut Young dan O’Bryrne (2001) EVA sama dengan Net Operating Profit Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak yang mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Menurut Tunggal (2001), besarnya NOPAT tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan karena
15
diasumsikan restrukturisasi keuangan tidak akan memberi dampak pada profitabilitas ataupun resiko bisnis yang ada sekarang. b. Weighted Average Cost of Capital (WACC)/ Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Apabila sumber modal lebih dari satu sumber, maka perhitungan biaya modalnya adalah dengan mengunakan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) (Astuti,2004). Rata-rata tertimbang biaya modal adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, yaitu hutang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal (Tunggal, 2001). Menurut Keown et al (2010), struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Menurut Fahmi (2011), salah satu faktor yang membuat suatu perusahaan memiliki daya saing dalam jangka panjang karena faktor kuatnya struktur modal yang dimilikinya. Sehingga keputusan sumber-sumber dana yang dipakai untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana namun memiliki implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan, yaitu: a. Bentuk atau karakteristik bisnis yang dijalankan b. Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan c. Karakteristik manajemen (management characteristic) yang diterapkan di organisasi bisnis tersebut d. Karakteristik, kebijakan, dan keinginan pemilik e. Kondisi mikro dan makro ekonomi yang berlaku di dalam negeri dan luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Young dan O’Bynre (2001), dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) suatau perusahaan perlu mengetahui (1) jumlah hutang dalam struktur modal pada nilai pasar, (2) jumlah ekuitas dalam struktur modal pada nilai pasar, (3) biaya hutang, (4) tingkat pajak, dan (5) biaya ekuitas. Semua itu dapat diformulasikan sebagai berikut: WACC = K d (1-T) W d + K e W e
16
Keterangan: Kd
= Biaya hutang sebelum pajak
T
= Tingkat pajak perusahaan
Wd
= Proporsi hutang dalam struktur modal
Ke
= Biaya pengembalian saham (biaya modal)
We
= Proporsi saham dalam struktur modal Keown et al (2004) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya biaya modal
rata-rata tertimbang untuk perusahaan maupun ditentukan oleh empat macam faktor, yaitu kondisi ekonomi umum, kondisi pasar, keputusan operasi dan keuangan, dan jumlah pembelanjaan. Asumsi-asumsi yang berlaku dalam penerapan WACC adalah resiko bisnis konstan, resiko keuangan konstan, dan kebijakan deviden konstan. c. Invested Capital (IC)/ Modal Yang Diinvestasikan Modal
yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak mengandung bunga (non interst bearing liabilities), seperti hutang, upah, upah yang akan jatuh tempo (accured wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes).
Modal yang diinvestasikan merupakan
penjumlahan dari ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang, dan kewajiban jangka panjang lainnya (Young dan O’Byrne, 2001). Menurut Nafarin (2007), Invested Capital yang dapat juga disebut modal tertanam dapat dihitung dengan dua cara, yaitu: 1. Modal tertanam dengan pendekatan usaha adalah kas dan investasi jangka pendek ditambah keperluan modal kerja bersih (piutang + persediaan lancar – hutang tanpa bunga + ekuivalen modal) ditambah aset tak lancar. 2. Modal tertanam dengan pendekatan keuangan adalah seluruh hutang (kecuali hutang lancar tanpa bunga) ditambah modal sendiri ditambah ekuivalen modal.
17
d. Cost Of Capital (COC)/ Biaya Modal Untuk memulai suatu bisnis dibutuhkan faktor produksi modal. Faktor produksi modal merupakan sumber daya paling fleksibel karena dengan faktor tersebut dapat diperoleh sumber daya lain misalnya dengan modal atau dana yang cukup dapat dibeli mesin produksi, bangunan, bahan baku, suber daya manusia berikut keahlian yang dibutuhkan. Dengan demikian modal akan dibutuhkan dalam bisnis apapun dan dalam waktu kapanpun. Kondisi kebutuhan sumber daya modal yang sangat tinggi disebabkan karena banyaknya peluang keuntungan yang bisa dihasilkan oleh sumber daya modal ini. Dengan demikian, pemakaian sejumlah modal untuk suatu usaha atau kegiatan selalu ada biayanya yang disebut dengan biaya modal atau cost of capital (Astuti, 2004). Biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor. Dengan kata lain
biaya
adalah
suatu
biaya
kesempatan
yang
mencerminkan
pengembalian yang diharapkan dari investor lain dengan resiko yang serupa (Young dan O’Byrne, 2001). Menurut Mardiyanto (2009), biaya modal adalah tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima oleh investor sehingga investor bersedia mendanai suatu proyek pada tingkat resiko tertentu. Biaya modal perusahaan bertindak sebagai penghubung antara keputusan investasi dan keputusan pembiayaannya. Biaya modal menjadi tingkat batas yang harus dicapai oleh sebuah investasi sebelum meningkatkan kekayaan pemegang saham (Keown et al, 2004). Menurut Utomo (1999), cost of capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara resiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar resiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat penegmbalian yang dikehendaki sebelum nilai tambah dapat diciptakan dan semakin tinggi biaya modal yang timbul. Komponen cost of capital terdiri dari biaya ekuitas (cost of equity) dan biaya hutang (cost of debt) sebagai berikut: 1. Biaya ekuitas (cost of equity)
18
Biaya ekuitas adalah pengembalian yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan itu. Untuk mengetahui besarnya biaya ekuitas dibutuhkan suatu model dari bagaimana aktivitas beresiko, seperti saham dalam suatu perusahaan bisnis, dihargai oleh pasar modal. Model yang paling populer untuk tujuan ini disebut model penetapan harga aktiva modal (capital asset pricing model/ CAPM) (Young dan dan O’Byrne, 2001). CAPM merupakan model yang didasarkan atas proporsi bahwa setiap tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan adalah sama dengan tingkat pengembalian bebas resiko ditmbah premi resiko yang hanya mencerminkan resiko yang ada setelah diversifikasi (Brigham dan Houston, 2001). Menurut Mardiyanto (2009), persamaan CAPM diturunkan dari suatu persamaan garis linear, SML (garis pasar sekuritas/ security market line). Kemiringan SML ditentukan oleh tambahan resiko pasar (market risk premium). Jika memilih aktivitas finansial beresiko, investor akan menuntut tambahan imbal hasil yang besarnya melebihi nilai imbal hasil bebas resiko (Rf). Tambahan imbal hasil yang diminta investor akan sepadan dengan tambahan resikonya, yang besarnya adalah sebesar market risk premium dikalikan dengan beta. Beta adalah pengukuran dari resiko. Beta pada sisi lain mengukur perubahan dari harga saham berkenaan dengan pasar saham keseluruhan (Young dan O’Byrne, 2001). Menurut Mardiyanto (2009), resiko adalah ketidakpastian perolehan atas imbal hasil dari suatu aktivitas finansial. Jika resiko suatu saham meningkat dua kali lipat, hal itu berarti bahwa saham tersebut mungkin akan memberikan imbal hasil positif (keuntungan) dua kali lebih besar atau memberiakan imbal hasil negatif (kerugian) dua kali lebih besar. Dalam kenyataannya, investor belum pasti mendapatkan imbal hasil positif, mungkin saja imbal hasil yang diterima justru negatif karena harga saham pada akhir tahun mengalami penurunan dan tidak ada deviden yang dibayarkan.
19
Menurut Brigham dan Houston (2001), beta memiliki arti sebagai berikut: a. Beta = 1, mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak ke atas 10%, maka saham suatu perusahaan akan naik pula sebesar 10%, dan sebaliknya. Dengan kata lain, saham perusahaan akan bergerak naik dan turun sesuai dengan rata-rata pasar, dan akan memiliki resiko yang sama dengan rata-rata pasar. b. Beta = 0,5, mengindikasikan bahwa perubahan saham hanya separuh dari perubahan pasar. c. Beta = 2, mengindikasikan bahwa perubahan saham akan dua kali lipat dari perubahan rata-rata saham. 2. Biaya hutang (cost of debt) Biaya hutang adalah biaya komponen hutang setelah pajak. Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah nilai saham perusahaan yang ingin dimaksimumkan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil daripada biaya hutang sebelum pajak (Brigham dan Houston, 2001). Menurut Astuti (2004) ada beberapa alasan mengapa perlu mengetahui besarnya biaya modal dari modal yang dipakai, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk
memaksimumkan
nilai
perusahaan,
manajer
harus
meminimumkan biaya dari semua masukan termasuk modal. Agar dapat meminimumkan biaya modal, kita harus terlebih dahulu dapat mengukur modal itu sendiri. 2. Manajer keuangan memerlukan estimasi dari biaya modal agar dapat mengambil keputusan tepat bagi rencana investasi jangka panjangnya. 3. Berbagai macam keputusan lain yang berkaitan dengan biaya modal seperti keputusan leasing, keputusan penambahan modal, dan lainlain.
20
e. Economic Value Added (EVA)/ Nilai Tambah Ekonomis Menurut Nafarin (2007), nilai tambah ekonomis adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang ditanamkan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian, Economic Value Added (EVA) dapat dirumuskan sebagai berikut: EVA
= NOPAT - Cost of Capital = NOPAT - (WACC x Invested Capital)
Keterangan: EVA
= Economic Value Added/ nilai tambah ekonomi (juta rupiah/periode)
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax/ laba operasi setelah pajak (juta rupiah/periode)
Cost of Capital
= Biaya Modal
WACC
= Weighted Cost of Capital/ biaya modal rata-rata tertimbang (persentase/tahun)
Invested Capital
= Jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya yang terdiri dari hutang dan modal sendiri (juta rupiah/periode).
2.6. Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA Pengaruh nilai biaya modal ekuitas terhadap EVA dapat diketahui dengan melakukan uji regresi. Menurut Nafarin (2007), analisis regresi merupakan salah satu analisis data kuantitatif untuk memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Perubahan suatu kejadian dapat dinyatakan dengan perubahan nilai variabel. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk dasar menilai suatu kebijakan. Persamaan regresi sederhana yang dikembangkan yaitu: Y=α+βX+ɛ Keterangan : α
= nilai konstanta
β
= koefisien regresi
Y
= variabel terikat
X
= variabel bebas
21
ɛ
= faktor kesalahan Sebelum melakukan analisis korelasi dan regresi, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolomogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5%. 2.7. Penelitian Terdahulu Budiharti (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2004-2005”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan Bank BRI setelah IPO dengan melihat perkembangan rasio, EVA, dan MVA serta pengaruh EVA terhadap MVA Bank BRI. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah IPO, nilai rasio dan nilai EVA serta MVA Bank BRI terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu didapat pula bahwa nilai EVA mempunyai pengaruh yang positif terhadap MVA Bank BRI, yang berarti bahwa kenaikan EVA juga akan menaikan MVA Bank BRI. Meliala (2011) melakukan penelitain dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Dengan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)”. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui kinerja keuangan Bank BRI, struktur modal, dan peramalan keadaan keuangan Bank BRI di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan Bank BTN adalah baik karena nilai EVA dan MVA bernilai positif. Struktur modal Bank BRI cukup baik dan peramalan kinerja keuangan pada tahun 2011 diprediksi akan lebih baik lagi jika dibandingkan dengan kinerja yahun sebelumnya. Febriandi (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten (Persero) Tbk periode 2008-2010”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja Bank Jabar Banten sebelum hingga sesudah go public dan untuk mengetahui apakah perubahan kinerja tersebut diimbangi dengan terciptanya nilai tambah ekonomis. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan rasaio kinerja Bank Jabar Banten lebih baik ketika sebelum go public. Sedangkan berdasarkan nilai tambah yang tercipta yang dapat dilihat dari nilai EVA, Bank Jabar Banten tidak menciptakan nilai tambah
22
yang lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya nilai EVA yang diperoleh setelah go public.
23
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian IPO (initial pubic offering) yang dilakukan pada Bank BTN pada akhir Desember tahun 2009 dimaksudkan untuk perbaikan pada kinerja dan tata kelola perusahaan serta memperkuat struktur modal Bank BTN. Setelah melaksanakan IPO, tujuan Bank BTN sebagai bank go public sesuai dengan laporan tahunannya ialah menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Untuk dapat mengevaluasi sejauh mana IPO Bank BTN memberikan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham, maka dilihat pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) sebelum dan sesudah IPO. Pengukuran kinerja keuangan melalui laporan keuangan tersebut biasanya dilakukan dengan melihat rasio keuangan dan hal tersebut belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Oleh karena itu, konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut ialah EVA (economic value added). Setelah melaksanakan IPO, sumber dana jangka panjang Bank BTN mengalami perubahan dengan bertambahnya jumlah ekuitas dalam struktur modal jangka panjang Bank BTN. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dilakukan analisis struktur modal Bank BTN sebelum dan sesudah IPO dan bagaimana biaya modal atau COC (cost of capital) yang tercipta. Selain itu, dengan bertambahnya ekuitas setelah pelaksanaan IPO, biaya modal ekuitas yang ada ikut mengalami perubahan karena pelaksanaan IPO pada dasarnya memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, dilihat dampak IPO pada biaya modal ekuitas Bank BTN yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap nilai EVA yang didapatkan Bank BTN sesudah IPO. Dimana setelah IPO, rasio ekuitas terhadap hutang meningkat sehingga biaya ekuitas lebih besar dibandingkan dengan biaya hutang dan maka dapat diduga bahwa nilai tambah ekonomis Bank BTN sesudah IPO menurun dipengaruhi oleh biaya modal ekuitas.
24
Secara ringkas alur penelitian yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Initial Public Offering (IPO)
Struktur Modal
Ekuitas
Hutang
Biaya Ekuitas
Biaya Hutang
Kinerja Keuangan
Harga Saham
Laba EVA
NOPAT
Investor
Biaya Modal
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan:
= Komponen yang mempengaruhi = Komponen pembentuk = Komponen penilaian
25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BTN, Tbk yang berada di Menara Bank BTN, Jl. Gajah Mada No.1, Jakarta 10130. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (Oktober 2012-Desember 2012) dan dimulai dengan pengumpulan data sekunder mengenai Bank BTN dari internet. 3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari data sekunder yaitu laporan keuangan Bank BTN berupa Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi selama enam periode (2007-2012), profil Bank BTN, dan sebagai penunjang diperoleh melalui studi pustaka, media massa, artikel, internet, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. 3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan pencarian data mengenai Bank BTN melalui internet. Pencarian data dimulai dengan pencarian laporan keuangan Bank BTN, profil perusahaan (sejarah pendirian Bank BTN, visi misi, dan perkembangan Bank BTN hingga saat ini) serta perkembangan harga saham Bank BTN 2007-2012. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun. Pengolahan data secara kualitatif menggunakan metode deskriptif meliputi penguraian aspek profil, manajemen Bank BTN, dan mengenai struktur modal perusahaan ini sebelum dan sesudah melakukan IPO. Metode analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung nilai EVA (economic value added) dan selanjutnya dilakukan analisis dampak IPO kepada biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) dengan menggunakan uji regresi sederhana pada SPPS 17.
26
3.4.1 Metode Perhitungan EVA Proses mendapatkan nilai EVA terdiri dari beberapa tahapan. Secara garis besar nilai EVA merupakan selisih antara NOPAT (Net Operating Profit After Tax) dengan biaya modal (cost of capital) (Tunggal, 2001). Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT) Nilai NOPAT merupakan hasil penjumlahan laba bersih setelah pajak dengan biaya bunga (Tunggal, 2001). Nilai NOPAT terdiri dari laba bersih setelah pajak yang sudah terbebas dari pengaruh hutang dan biaya non kas, tetapi sebelum biaya pendanaan dan pencatatan non kas. Pada pendekatan finansial, perhitungan NOPAT diawali dari laba bersih. Untuk membebaskan dari pengaruh hutang maka beban bunga atas hutang ditambahkan ke laba bersih yang telah dikurangi dengan penghematan pajak atas bunga tersebut. Biaya modal hutang setelah pajak (K d *) Untuk mendapatkan nilai biaya hutang setelah pajak (K d *) perlu dilakukan perhitungan biaya hutang sebelum pajak (K d ) dengan membagi biaya bunga dengan hutang jangka panjang perusahaan. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai K d *, nilai K d tersebut dikalikan dengan faktor (1-T), dengan T adalah tingkat pajak yang dikenakan pada suatu perusahaan. Hal tersebut dilakukan karena pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak sehingga Kd harus dikorelasikan dengan faktor (1-T). Biaya modal ekuitas (K e ) Untuk menghitung K e (biaya ekuitas) digunakan pendekatan CAPM. Menurut Young dan O’Byrne (2001), CAPM adalah model pengharapan (expectation model) berdasarkan apa yang diharapkan investor akan terjadi, bukan pada apa yang sudah terjadi. Pendekatan dengan konsep ini menghasilkan hasil yang lebih akurat dan lebih banyak dipakai dengan penentuan biaya ekuitas dalam menilai EVA. Menurut Samsul (2009), proses perhitungan K e melalui pendekatan CAPM adalah sebagai berikut: 1.
R it =
...............................................................................(1)
27
Keterangan:
2.
R it
= Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
P it
= Harga saham per lembar bulan t
P it-1
= Harga saham per lembar bulan sebelumnya
Dt
= Deviden pada bulan ke t
R mt =
.................................................................................(2)
Keterangan:
3.
R mt
= Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
IHSG t
= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t
IHSG t-1
= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke t-1
βi =
........................................................................................(3)
cov (R i ,R m ) = var (Rm)
...........................................................(4) ..................................................................(5)
=
Keterangan: βi
= Resiko sistematis yang merupakan ukuran kepekaan harga saham terhadap perubahan pasar
cov (R i ,R m ) = Kovarian tingkat pengembalian saham i dengan pengembalian pasar var (R m )
= Varian tingkat pengembalian pasar
Rm
= Tingkat pengembalian atas resiko pasar
Ri
= Tingkat pengembalian saham
4. R f = Tingkat pengembalian bebas resiko (Risk free rate) = Tingkat suku bunga 5. K e = R f + β i (MRP) .................................................................................(6) Keterangan: MPR
= Premi Resiko Pasar (Market Risk Premium)
28
MRP
= tambahan pengembalian terhadap tingkat pengembalian bebas resiko yang diperlukan untuk mengkompensasi investor rata-rata untuk menghadapi jumlah resiko rata-rata.
Struktur Modal Struktur modal perusahaan merupakan struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Struktur modal merupakan presentase dari tiap-tiap komponen hutang jangka panjang (W d ) dan komponen modal (W e ) yang dimiliki perusahaan (Keown et al, 2010). Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital / WACC) Selanjutnya
perlu
dilakukan
perhitungan
nilai
WACC
dengan
menggunakan penjumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang (W d ) dan komponen modal ekuitas (W e ) perusahaan dari keseluruhan struktur modal perusahaan dengan persentase masing-masing biaya hutang (K d *) dan biaya ekuitas (K e ) (Tunggal, 2001). Untuk mengestimasikan WACC, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memutuskan tipe modal mana yang digunakan. Mengingat cost of capital utamanya digunakan dalam proses pembuatan keputusan investasi jangka panjang, fokus pembahasan adalah pada perhitungan cost of capital yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam hal capital budgeting. Asumsi yang berlaku dalam pembahasan investasi jangka panjang adalah sumber modal yang bersifat jangka pendek digunakan untuk menunjang jalannya operasi perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan umumnya menggunakan investasi jangka pendek sebagai sumber dana bagi modal kerja yang bersifat siklus atau musiman. Dengan demikian, hutang jangka pendek (kewajiban lancar) tidak termasuk dalam perhitungan cost of capital yang digunakan dalam konteks capital budgeting, dan mempertimbangkan penggunaan hutang jangka panjang, saham, dan modal sendiri sebagai sumber utama modal bagi kepentingan ekspansi. Jadi sumber modal jangka panjang itulah yang termasuk dalam perhitungan WACC.
29
Modal Yang Diinvestasikan (Invested Capital / IC) Invested Capital (IC) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interst bearing liabilities) seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya (Tunggal, 2001). Perhitungan IC dilakukan dengan cara mengurangi modal perusahaan yang terdiri dari aset dan ekuitas dengan pinjaman jangka pendek tanpa bunga (Young dan O’Byrne, 2001). Biaya Modal (Cost of Capial / COC) Nilai cost of capital (COC) adalah biaya modal yang didapatkan dari perkalian antara biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dengan modal yang diinvestasikan (IC) (Tunggal, 2001). Nilai Tambah Ekonomis (Economic Value Added / EVA) Nilai EVA (economic value added) dapat diketahui dengan mengurangi nilai NOPAT yang telah didapat dengan nilai COC (biaya modal) (Tunggal, 2001). Secara keseluruhan, adapun langkah-langkah perhitungan EVA dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Langkah-langkah perhitungan EVA Tahapan Perhitungan 1. NOPAT 2. K d *
3. K e 4. Struktur Modal
5. WACC 6. IC 7. COC 8. EVA
NOPAT = Laba Bersih+Biaya Bunga
K d * = K d (1-T) K e = R f + β i (MRP)
Sumber Laba Rugi Laba Rugi Neraca Diolah Neraca
WACC = [(K d *xW d )+(K e xW e )] Diolah IC = Aktiva - kewajiban lancar yang tidak Neraca mengandung bunga COC = WACC x IC Diolah EVA = NOPAT – COC Diolah
30
3.4.2 Analisis Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA Pelaksanaan IPO Bank BTN pada akhir tahun 2009 lalu merupakan proses penerbitan saham ke pasar untuk menambah ekuitas (modal sendiri) yang dimiliki oleh Bank BTN. Hal tersebut mengubah struktur modal Bank BTN sesudah IPO sehingga ikut pula mengubah biaya modal ekuitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, dilakukan analisis dampak IPO terhadap biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya pada nilai EVA Bank BTN sesudah IPO dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Biaya modal ekuitas (BME) disini merupakan jumlah modal (rupiah) yang didapat dari biaya ekuitas yang telah dikalikan dengan proporsi pendanaan ekuitas dan modal yang diinvestasikan dalam struktur modal Bank BTN. Formulasi persamaan regresi sederhana yang dalam penelitian ini adalah: EVA = a + b (BME).....................................................................................(7) Keterangan: a
= nilai konstanta
b
= koefisien regresi
EVA = variabel terikat (juta rupiah) BME = variabel bebas (juta rupiah) Data yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan alat analisis korelasi dan regresi untuk menunjukan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta hubungan antar variabel tersebut. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 atau sebesar 5%. Setelah itu dilakukan regresi sederhana, hubungan saling ketergantungan antara dua variabel diuji dengan koefisien korelasi. Bila koefisien korelasi (R) mendekati satu berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sangat erat. Lalu dilihat nilai koefisien determinasi (R2) yang menunjukan sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dimana apabila mendekati satu maka pengaruh variabel bebas sangat besar terhadap variabel
31
terikat. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H o : tidak ada pengaruh variabel bebas biaya modal ekuitas (BME) terhadap variabel terikat EVA. H a : terdapat pengaruh variabel bebas biaya modal ekuitas (BME) terhadap variabel terikat EVA. Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan model yang dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebasnya berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Uji signifikansi terhadap kontribusi variabel bebas ditunjukan oleh besarnya nilai p-value. Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikansi (α) sebesar 5%.
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Bank BTN 4.1.1 Sejarah Bank BTN Bank Tabungan Negara merupakan Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Bank BTN pada awalnya bernama Poostspaar Bank yang didirikan pada tahun 1897 di Jakarta. Pada tahun 1942, Jepang masuk menyerbu Indonesia dan membekukan Poostspaar Bank. Jepang yang berhasil mengusir Belanda pada saat itu, mengambil alih penguasaan Poostspaar Bank dan mengubahnya menjadi Tyokin Kyoku. Pada kenyataannya, Tyokin Kyoku tidak seberhasil Poostspaar Bank dan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Setelah peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 yang menandai kemerdekaan Indonesia, Tyokin Kyoku diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan berganti nama menjadi Kantor Tabungan Post (KTP). Fungsi strategis utama KTP pada saat itu adalah sebagai tempat penukaran mata uang Jepang ke mata uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Belanda kembali melancarkan agresi militer I pada 19 Desember 1946, ibukota Jakarta diduduki Belanda dan kemudian dipindah ke Yogyakarta. Dalam moment agresi militer ini, Belanda kembali menguasai kantor pusat dan semua kantor cabang Poostspaar Bank, yang telah beralih nama menjadi Kantor Tabungan Post. Setelah Belanda sepenuhnya hengkang dari Indonesia pada tahun 1949, pemerintah Indonesia kembali menguasai Poostspaar Bank. Selanjutnya, banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi yang paling subtantif bagi sejarah BTN adalah dikeluarkanya UU Darurat No. 9 tahun 1950 tanggal 9 februari 1950 yang mengubah nama “Poostspaar Bank In Indonesia” berdasarkan staatsblat No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan
memindahkan induk
kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan di bawah Mentri Urusan Bank Sentral. Walaupun
dengan UU Darurat tersebut masih
bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 09 Februari 1950 ditetapkan sebagai Hari dan Tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut UU Darurat tersebut dikukuhkan dengan UU NO.36 Tahun 1953
33
Tanggal 18 Desember 1953. perubahan nama dari nama Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara didasarkan pada perpu no. 4 Tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No.2 tahun 1964 Tanggal 25 Mei 1964. Pengesahan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik Negara ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian Poostspaar Bank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak dalam penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR tejadi pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR di BTN. Bentuk hukum Bank Tabungan Negara mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dikeluarkanya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 19 April 1992 yang merupakan pelaksaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi perusahaan Perseroan. Sejak itu nama Bank Tabungan Negara menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Mentri BUMN dalam surat No. S-544/MMBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan. Pada tahun 2009, Bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia yang elakukan sekuritisasi aset melalui pencatatan transaksi Kontrak Investasi Efek Beragunan Aset (KIK-EBA) di bursa efek Indonesia. Pada tanggal 17 Desember 2009, Bank BTN menerbitkan 2.360.057.000 lembar saham, setara dengan 27,08% dari total saham Bank BTN, dan tercatat sebagai emisi IPO terbesar di tahun 2009 dengan nilai dana sebesar Rp 1,88 triliun. Setelah dilaksanakannya IPO, Bank BTN meletakkan dasar-dasar pertumbuhan berkelanjutan dengan melakukan perubahan struktur organisasi, SDM, IT, dan penerpan GCG (good corporate governance) seiring dengan pengembangan produk dan layanan serta perluasan jaringan.
34
4.1.2 Visi, Misi, dan Nilai Bank BTN Visi Bank Tabungan Negara “Menjadi Bank yang Terkemuka dalam Pembiayaan Perumahan” Misi Bank Tabungan Negara a. Memberikan pelayanan yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang terkait, pembiayaan konsumsi, serta usaha kecil dan menengah. b. Meningkatkan keunggulan kompetitif mealui inovasi pengembangan produk, jasa, dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini. c. Menyiapkan dan mengembangkan human capital yang berkualitas, profesional, dan memiliki integritas tinggi. d. Melaksanaan menajemen perbankan sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham. e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya. Nilai-nilai Perusahaan Nilai-nilai perusahaan pada Bank Tabungan Negara memiliki enam dasar yang tercermin menjadi “POLA PRIMA”: 1. Pelayanan Prima Memberikan pelayanan yang melebihi harapan pelanggan internal dan eksternal. 2. Inovasi Senantiasa
mengembangkan
gagasan
baru
dan
penyempurnaan
berkelanjutan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. 3. Keteladanan Mulai dari diri sendiri menjadi suri teladan dalam berprilaku yang mencerminkan nilai-nilai budaya kerja Bank BTN bagi insan Bank BTN dan pihak-pihak yang terkait. 4. Profesionalisme Kompetisi di bidangnya dan senantiasa mengembangkan diri sehingga menghasilkan kinerja terbaik serta memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan seluruh insan Bank BTN. 5. Integritas
35
Konsisten antara pikiran, perkataan, dan tindakan sesuai dengan ketentuan perusahaan, kode etik profesi, serta prinsip-prinsip kebenaran yang terpuji. 6. Kerjasama Membangun hubungan yang tulus dan terbuka dengan sesama insan Bank BTN dan pihak lain, yang dilandasi sikap saling percaya dan menghargai untuk mencapai tujuan bersama. 4.1.3 Manajemen dan Struktur Organisasi Bank BTN Kantor pusat Bank BTN terletak di Menara Bank BTN, Jalan Gajah Mada No. 1, Jakarta Pusat 10130, Indonesia. Saat ini Bank BTN telah memiliki 65 kantor cabang, 218 kantor cabang pembantu, 316 kantor kas, 21 kantor cabang syariah, 18 kantor cabang pembantu syariah, 10 payment point, 1.180 ATM di seluruh Indonesia, serta menyediakan akses jaringan lebih dari 50.000 jaringan ATM Link, ATM Bersama, dan ATM Prima. Bank BTN memiliki 6 orang dewan direksi dan 5 komisaris. Seiring dengan pertumbuhan aset Bank BTN, perusahaan ini mengalami pertumbuhan jumlah pegawai tetap yang mencapai 5.135 orang. Setelah IPO pada akhir tahun 2009 lalu, struktur kepemilikan saham Bank BTN berubah. Hingga tahun 2011, kepemilikan saham Bank BTN adalah sebesar 71,91% oleh pemerintah Republik Indonesia dan sisanya sebesar 28,09% oleh publik. 4.1.4 Kegiatan Usaha Bank BTN Untuk terus memenuhi kebutuhan nasabah, Bank BTN menyediakan berbagai kegiatan usaha yang ada dalam produk dan layanan sebagai berikut: 1. Produk Dana Produk dana terdiri dari tabungan, giro, dan deposito. 2. Jasa dan Layanan Jasa dan layanan terdiri dari ATM BTN, iMobile BTN, kartu debit BTN, kartu kredit BTN, BTN prioritas, BTN Payroll, SPP Online BTN, Payment Point, penerimaan biaya perjalanan ibadah haji, Western Union, Money Changer, money changer, bank garansi, dan lain-lain. 3. Produk Kredit
36
Produk kredit Bank BTN terdiri dari KPR BTN Sejahtera Tapak, KPR BTN Sejahtera Susun, KPR BTN Platinum, KPA BTN, Kredit Ruko BTN, Kredit Agunan Rumah, PRR-KB BTN Jamsostek, Kredit Bangun Rumah BTN, Kredit Pemilikan Lahan BTN, Kring BTN, Kredit Swadana BTN, Kring BTN Pensiunan, Kredit Linkage BTN, Kredit Perumahan Perusahaan BTN, Pinjaman Lunak Konstruksi Bapertarum BTN, dan lain-lain. 4. Produk BTN Sharia Produk BTN Sharia terdiri dari Tabungan BTN Batara iB, Tabungan BTN Haji iB, TabunganKu Ib, Giro BTN iB, Deposito BTN iB, Wakaf Uang BTN iB, SPP On Line, Layanan Penerimaan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) melalui SISKOHAT, dan lain-lain. 5. Produk Pembiayaan Produk pembiayaan terdiri dari KPR BTN Sejahtera Tapak iB, KPR BTN Platinum iB, Pembiayaan Kendaraan Bermotor BTN iB, Pembiayaan Bangun Rumah BTN iB, Pembiayaan Modal Kerja BTN iB, Pembiayaan Konstruksi BTN Ib, Pembiayaan Investasi BTN iB, dan lain-lain. 4.1.5 Proses IPO Bank BTN 1. Persiapan internal Tahapan ini terdiri dari pengumpulan informasi bagi penyusunan prospektus, benchmarking dengan proses IPO di bank lain dari segi efisiensi proses dan valuasi, sosialisasi internal untuk mendapatkan dukungan dari dalam, identifikasi aspek internal yang masih membutuhkan pembenahan, due diligence secara intern, dan menempuh berbagai tindak lanjut untuk menuju proses go public. 2. Proses go public Tahapan ini terdiri dari persiapan administrasi (izin pemegang saham, pembentukan tim go public, dokumentasi, penunjukan profesi dan lembaga penunjang, pendaftaran ke Bapepam dan pencatatan di bursa efek), public exspose, due diligence meeting, penawaran umum dan pencatatan (listing).
37
4.2. Struktur Modal Bank BTN 4.2.1 Struktur Modal Bank BTN Sebelum IPO Struktur modal ialah bauran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan suatu perusahaan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan pada suatu perusahaan. Struktur keuangan sendiri ialah adalah campuran segala hal yang tampak pada sisi kanan neraca perusahaan atau merupakan perimbangan antara total hutang (kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang) dengan modal sendiri sehingga struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan. Struktur modal Bank BTN merupakan kombinasi hutang dan ekuitas bank dalam struktur keuangan jangka panjang Bank BTN yang tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana namun memiliki implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Struktur modal Bank BTN sebelum dilakukannya IPO berbeda dengan struktur modal yang diterapkan setelah dilaksanakannya IPO akhir 2009 yang lalu. Komposisi hutang dan ekuitas Bank BTN sebelum IPO dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Struktur modal Bank BTN sebelum IPO Periode Struktur Keuangan Struktur Modal Kewajiban Kewajiban sebelum IPO Lancar (%) Jangka Panjang Ekuitas (%) (%) Triwulan I 2007 71,08 23,15 5,78 Triwulan II 2007 70,77 23,46 5,76 Triwulan III 2007 71,47 22,63 5,90 Triwulan IV 2007 71,25 21,15 7,60 Triwulan I 2008 71,46 20,76 7,78 Triwulan II 2008 73,10 19,38 7,52 Triwulan III 2008 72,23 20,64 7,13 Triwulan IV 2008 75,82 17,34 6,84 Triwulan I 2009 76,29 16,90 6,81 Triwulan II 2009 75,91 17,51 6,59 Triwulan III 2009 72,46 20,94 6,60 Secara umum, proporsi kewajiban lancar pada struktur keuangan Bank BTN sebelum IPO adalah semakin meningkat disetiap tahunnya. Dari sejak triwulan kesatu 2007 sebesar 71,08% hingga menjadi sebesar 72,46% pada triwulan ketiga
38
tahun 2009. Modal yang didapatkan Bank BTN melalui kewajiban lancar ini digunakan untuk menunjang jalannya operasi perusahaan sebagai sumber dana bagi modal kerja Bank BTN yang berfokus pada pembiayaan perumahan. Pada struktur modal Bank BTN, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan Bank BTN sebelum IPO semakin menurun setiap tahunnya. Pada triwulan kesatu tahun 2007, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan oleh Bank BTN adalah sebesar 23,15% hingga pada triwulan ketiga tahun 2009 menjadi sebesar 20,94%. Nilai ekuitas yang merupakan modal sendiri yang dimiliki Bank BTN sebelum IPO mengalami nilai yang fluktuatif. Nilai ekuitas Bank BTN mengalami kenaikan dari tahun 2007 menuju tahun 2008, yaitu 5,78% pada triwulan kesatu 2007 menjadi 6,84% pada akhir triwulan keempat 2008 dan menurun pada tahun 2008 menuju tahun 2009 yaitu menjadi 6,60% pada triwulan ketiga 2009. 4.2.2 Struktur Modal Bank BTN Sesudah IPO Struktur modal Bank BTN sesudah dilakukannya IPO dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Struktur modal Bank BTN sesudah IPO Periode Struktur Keuangan Struktur Modal Kewajiban Kewajiban Sesudah IPO Lancar (%) Jangka Panjang Ekuitas (%) (%) Triwulan I 2010 75,93 14,29 9,78 Triwulan II 2010 73,56 17,35 9,09 Triwulan III 2010 75,44 15,42 9,14 Triwulan IV 2010 74,48 16,09 9,43 Triwulan I 2011 74,90 15,48 9,62 Triwulan II 2011 73,75 17,24 9,01 Triwulan III 2011 75,01 15,94 9,05 Triwulan IV 2011 74,58 17,20 8,22 Triwulan I 2012 76,37 15,25 8,39 Triwulan II 2012 75,15 16,76 8,10 Triwulan III 2012 74,61 17,17 8,22 Proporsi kewajiban lancar pada struktur keuangan Bank BTN sesudah IPO secara umum adalah bernilai fluktuatif . Dari sejak triwulan kesatu 2010 sebesar 75,93% hingga menjadi sebesar 74,61% pada triwulan ketiga tahun 2012. Modal yang didapatkan Bank BTN melalui kewajiban lancar digunakan untuk
39
menunjang jalannya operasi perusahaan sebagai sumber dana bagi modal kerja Bank BTN. Untuk melaksanakan hal tersebut, Bank BTN melakukan implementasi stategi peningkatan penghimpunan dana murah (giro dan tabungan) yang dilakukan dengan memperluas gerai dan jaringan kantor serta ATM yang dibarengi dengan penambahan jenis produk dan jasa bagi para nasabahnya (annual report Bank BTN, 2010). Pada struktur modal Bank BTN, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan Bank BTN sesudah IPO semakin meningkat setiap tahunnya. Pada triwulan kesatu tahun 2010, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan oleh Bank BTN adalah sebesar 14,29% dan meningkat hingga pada triwulan ketiga tahun 2009 menjadi sebesar 17,17%. Adapun kenaikan proporsi kewajiban jangka panjang tersebut ialah karena pada saat setelah IPO, skala operasional perusahaan sedang berkembang dan membutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfaat dalam jangka panjang dapat diperoleh dari kewajiban jangka panjang atau dengan menambah modal. Selain itu, sebagai bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan dimana jangka waktu kredit rata-rata lebih dari satu tahun, Bank BTN menggunakan alternatif pendanaan jangka panjang melalui penerbitan KIK-EBA dan obligasi dalam pembiayaan usahanya. Hal tersebut dilakukan untuk memperbaiki komposisi pendanaannya yaitu mengurangi maturity mismatch dan agar tetap dapat mengoptimalkan sisi biaya dana sehingga tidak membebani margin bunga bersih (annual report Bank BTN, 2010). Proporsi ekuitas yang merupakan modal sendiri yang dimiliki Bank BTN sesudah dilaksanakannya IPO mengalami penurunan dari tahun 2010 menuju tahun 2012 yaitu sebesar 9,78% pada awal triwulan kesatu 2010 menjadi 8,22% pada akhir triwulan ketiga tahun 2012. Penurunan proporsi ekuitas tersebut mengakibatkan nilai CAR Bank BTN turut mengalami penurunan pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Penurunan CAR ini terjadi karena proporsi ekuitas atau modal sendiri yang dimilik Bank BTN pada tahun 2010 hingga tahun 2012 berkurang dikarenakan jumlah kewajiban jangka panjang Bank BTN dan jumlah DPK (dana pihak ketiga) yang merupakan komponen dari pembentuk kewajiban lancar mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring semakin banyaknya jumlah
40
nasabah yang menabung di bank ini (annual report Bank BTN, 2011). Hal tersebut mengakibatkan jumlah asset Bank BTN semakin meningkat sehingga modal bank yang ada juga harus ditingkatkan untuk mengimbanginya. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, nilai CAR yang mencerminkan rasio kecukupan modal dapat berkurang. Oleh sebab itu, Bank BTN berencana untuk melakukan right issue guna menambah modal dan menjaga nilai CAR mereka. Bank BTN juga berencana menerbitkan obligasi yang merupakan komponen kewajiban jangka panjang pada tahun 2013 mendatang. Perbandingan proporsi rata-rata jumlah kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas Bank BTN selama sebelum dan sesudah IPO dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Presentase proporsi rata-rata jumlah kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas Bank BTN
Periode
Sebelum IPO (2007-2009) Sesudah IPO (2010-2012)
Struktur Keuangan Struktur Modal Kewajiban Kewajiban Jangka Ekuitas Lancar Panjang 72,89 (%) 20,35 (%) 6,76 (%) 74,89 (%) 16,20 (%) 8,91 (%)
Presentase proporsi kewajiban lancar pada struktur keuangan Bank BTN mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya IPO. Pada struktur modal Bank BTN, presentase proporsi kewajiban jangka panjang Bank BTN mengalami penurunan setelah IPO, dan sebaliknya presentase proporsi ekuitas mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, presentase proporsi total struktur modal (kewajiban jangka panjang dan ekuitas) Bank BTN setelah IPO mengalami penurunan dibandingkan struktur modal sebelum IPO. Hal tersebut dapat dilihat dari pergerakan nilai presentase struktur modal Bank BTN sebelum dan sesudah IPO pada gambar 3.
41
Gambar 3. Struktur Modal Bank BTN (2007-2012) Untuk menambah sumber pembiayaan jangka panjang, Bank BTN mengeluarkan right issue dan obligasi yang rencananya akan ditawarkan pada tahun 2013 ini. Penawaran rigth issue yang direncanakan adalah sekitar 11-12% dari kepemilikan saham pemerintah, sehingga sisa saham yang dimiliki pemerintah nantinya adalah minimal sebesar 60%. 4.3. Biaya Modal Bank BTN 4.3.1 Biaya Ekuitas (Ke) Bank BTN Perhitungan biaya ekuitas sebelum dilaksanakannya IPO dilakukan dengan pendekatan tingkat pengembalian ekuitas dari Bank BTN kepada penyedia modal. Biaya ekuitas tersebut menunjukan besarnya tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia modal yang juga merupakan nilai yang harus dibayarkan perusahaan kepada penyedia modal karena telah mengalokasikan dananya pada suatu perusahaan (Mardiyanto, 2009). Berbeda dengan perhitungan biaya ekuitas sebelum IPO, perhitungan biaya modal ekuitas setelah IPO yang digunakan adalah dengan cara CAPM. Salah satu komponen perhitungan adalah market risk premium yang besarnya berdasarkan Damodaran (2012) untuk negara Indonesia sebesar 9,60%. Hasil perhitungan resiko yang tercermin dalam beta dan tingkat biaya ekuitas yang dihasilkan dapat terlihat pada tabel 8.
42
Tabel 8. Nilai beta dan biaya ekuitas Bank BTN sesudah IPO 2010 triwulan 1 Beta 1,47 Ke (%) 20,64 2011 triwulan 1 Beta 2,00 Ke (%) 25,95 2012 triwulan 1 Beta 0,87 Ke (%) 14,26 Keterangan: - = data belum ada
triwulan 2 1,75 23,34 triwulan 2 0,72 13,47 triwulan 2 1,33 18,60
triwualan 3 0,23 8,73 triwualan 3 0,88 15,24 triwualan 3 1,22 17,49
triwulan 4 1,08 16,87 triwulan 4 2,39 29,15 Triwulan 4 -
Sumber: Biaya Ekuitas Bank BTN 2010-triwulan ketiga 2012 (diolah) Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang diminta oleh investor sebagai imbalan telah menanamkan investasi dalam suatu perusahaan. Jika memilih aktivitas finansial beresiko, investor akan menuntut tambahan imbal hasil yang besarnya melebihi nilai imbal hasil bebas resiko (Rf) yang merupkan tingkat pengembalian bebas resiko. Tambahan imbal hasil yang diminta investor akan sepadan dengan tambahan resikonya, yang besarnya adalah sebesar market risk premium dikalikan dengan beta. Besarnya nilai beta dipengaruhi oleh tingkat pengembalian saham perusahaan dan tingkat pengembalian pasar. Nilai beta tersebut mencerminkan resiko yaitu bagaimana ketidakpastian perolehan atas imbal hasil yang diharapkan. Nilai beta pada sisi lain mengukur perubahan dari harga saham berkenaan dengan pasar saham keseluruhan. Nilai biaya ekuitas Bank BTN berbanding lurus dengan resiko yang ada. Nilai biaya ekuitas terbesar pada tahun 2010 terjadi pada triwulan kedua yaitu 23,34% dengan nilai beta 1,75. Nilai beta 1,75 menunjukan bahwa Bank BTN pada periode triwulan kedua tahun 2010 mengalami perubahan pengembalian saham (return) 1,75 kali lebih besar dibandingkan perubahan pengembalian IHSG. Beta yang lebih besar dari 1 menunjukan saham perusahaan yang lebih beresiko namun memiliki kemungkinan imbal hasil yang lebih besar. Nilai biaya ekuitas terkecil tahun 2010 terjadi pada triwulan ketiga yaitu sebesar 8,23% dengan nilai beta sebesar 0,23. Nilai beta di antara 0 dan 1 menunjukan bahwa saham kurang beresiko sehingga kemungkinan imbal hasilnya lebih kecil dari saham dengan beta sama dengan 1.
43
Nilai biaya ekuitas tahun 2011 cenderung lebih besar dibandingkan tahuntahun yang lain. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut nilai resiko saham terhadap pasar yang tercermin dalam beta mengalami peningkatan pada triwulan kesatu dan keempat yaitu masing-masing sebesar 2,00 dan 2,39. Nilai biaya ekuitas terbesar tahun 2011 terjadi pada triwulan keempat sebesar 29,15% dengan beta mencapai 2,39. Nilai biaya ekuitas terkecil terjadi pada triwulan kedua sebesar 13,74% dengan nilai beta sebesar 0,72. Nilai biaya ekuitas 2012 terbesar terjadi pada triwulan kedua dengan beta sebesar 1,3. Dan biaya ekuitas terkecil terjadi pada triwulan kesatu sebesar 14,26% dengan beta sebesar 0,87. 4.3.2 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC), Modal yang Diinvestasikan (IC), dan Biaya Modal (COC) Bank BTN Sebelum IPO Perkembangan komponen WACC, IC, dan COC Bank BTN sebelum IPO dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai komponen biaya modal Bank BTN sebelum IPO Periode Sebelum IPO Triwulan I 2007 Triwulan II 2007 Triwulan III 2007 Triwulan IV 2007 Triwulan I 2008 Triwulan II 2008 Triwulan III 2008 Triwulan IV 2008 Triwulan I 2009 Triwulan II 2009 Triwulan III 2009 Rata-rata
WACC 2,94% 3,72% 4,63% 5,41% 2,57% 3,17% 3,94% 5,28% 2,59% 3,56% 4,65%
IC 31.720.289 32.182.657 32.848.399 35.194.459 35.627.678 37.698.264 41.229.227 43.207.253 44.648.028 46.951.739 49.725.275
COC/triwulan 932.755 263.644 325.108 383.540 916.235 276.896 431.938 472.503 1.158.112 512.798 642.890 574.220
Nilai WACC Bank BTN sebelum IPO mengalami pertumbuhan yang konstan setiap triwulan pada setiap tahunnya. Nilai WACC terkecil terjadi pada triwulan kesatu tahun 2008 yaitu sebesar 2,57% sedangkan nilai WCC terbesar terjadi pada triwulan keempat tahun 2007 yaitu sebesar 5,41%. Nilai WACC tersebut menggambarkan presentase nilai yang telah digunakan Bank BTN dari keseluruhan total sumberdaya modalnya selama sebelum dilaksanakannya IPO untuk menghasilkan laba perusahaannya.
44
Jumlah modal yang diinvestasikan (invested capital/IC) oleh Bank BTN mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 hingga triwulan ketiga tahun 2009 yaitu Rp 31.720.289 juta menjadi Rp 49.725.275 juta. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan jumlah hutang perusahaan yang lebih besar daripada peningkatan hutang beban yang merupakan bagian dari kewajiban lancar Bank BTN yang tidak mengandung bunga sebagai pengurang dari modal yang diinvestasikan. Hutang beban Bank BTN meningkat setiap periodenya, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai IC karena peningkatan hutang beban lebih kecil daripada peningkatan hutang dan ekuitas perusahaan. Hal ini menyebabkan nilai IC tetap saja mengalami peningkatan. Nilai biaya modal (COC) Bank BTN per triwulan merupakan jumlah biaya modal yang digunakan hanya pada periode tersebut. 4.3.3 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC), Modal yang Diinvestasikan (IC), dan Biaya Modal (COC) Bank BTN Sesudah IPO Perkembangan biaya modal (COC) Bank BTN sesudah IPO mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai biaya modal (COC) Bank BTN sebelum IPO (tabel 10). Tabel 10. Nilai komponen biaya modal Bank BTN sesudah IPO Periode Sesudah IPO Triwulan I 2010 Triwulan II 2010 Triwulan III 2010 Triwulan IV 2010 Triwulan I 2011 Triwulan II 2011 Triwulan III 2011 Triwulan IV 2011 Triwulan I 2012 Triwulan II 2012 Triwulan III 2012 Rata-rata
WACC 2,97% 3,94% 3,46% 5,19% 3,46% 3,15% 4,25% 5,52% 2,01% 3,11% 3,82%
IC 54.301.378 59.019.530 61.519.597 66.302.330 68.266.504 71.978.527 73.810.477 86.689.063 88.874.355 93.068.294 96.340.660
COC/triwulan 1.613.613 710.332 -195.514 1.312.849 2.364.821 -94.037 864.445 1.649.125 1.783.235 1.108.332 786.672 1.082.170
Nilai WACC Bank BTN setelah IPO juga mengalami pertumbuhan yang konstan setiap triwulan pada setiap tahunnya. Nilai WACC terkecil terjadi pada triwulan kesatu tahun 2012 yaitu sebesar 2,01% sedangkan nilai WACC terbesar terjadi pada triwulan keempat tahun 2011 yaitu sebesar 5,52%. Nilai WACC yang
45
ada menggambarkan presentase nilai yang telah digunakan Bank BTN dari keseluruhan total sumberdaya modalnya untuk menghasilkan laba perusahaannya. Jumlah modal yang diinvestasikan (invested capital/IC) oleh Bank BTN setelah dilaksanakannya IPO mengalami pertumbuhan dari tahun 2010 hingga triwulan ketiga tahun 2012 yaitu Rp 54.301.380 juta menjadi Rp 49.725.275 juta. Nilai tersebut merupakan jumlah aset Bank BTN yang telah dikurangi dengan kewajiban lancar Bank BTN yang tidak mengandung bunga. Nilai biaya modal (COC) Bank BTN per triwulan merupakan jumlah biaya modal yang digunakan hanya pada periode tersebut. Biaya modal Bank BTN sesudah IPO per triwulannya bernilai fluktuatif. Secara garis besar, nilai biaya modal (COC) yang telah digunakan oleh Bank BTN mengalami peningkatan selama periode sesudah IPO, hal ini terlihat dari nilai rata-rata biaya modal yang digunakan meningkat yaitu sebelum IPO (2007-2010) adalah sebesar Rp 574.220 juta menjadi Rp 1.082.170 juta pada saat sesudah IPO (2010-2012). Pergerakan nilai biaya modal Bank BTN per triwulan pada saat sebelum dan sesudah IPO dapat terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pergerakan nilai Cost of Capital Bank BTN (2007-2012) Biaya modal yang digunakan Bank BTN mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya IPO. Hal ini dikarenakan pada saat setelah IPO, Bank BTN memerlukan lebih banyak dana dalam menghimpun modalnya. Seiring dengan bertambahnya modal tersebut maka biaya yang diperlukan juga semakin meningkat. Nilai biaya modal berbanding lurus dengan nilai resiko yang tercermin dalam nilai beta. Apabila resiko bisnis dan resiko keuangan suatu perusahaan dipandang semakin tinggi oleh investor, investor yang bersangkutan akan
46
meminta tambahan imbal hasil untuk mengkompensasi kedua resiko tersebut sehingga faktor biaya modal juga akan semakin meningkat. 4.4. EVA (Economic Value Added) Bank BTN 4.4.1 EVA Bank BTN Sebelum IPO Nilai EVA Bank BTN merupakan hasil pengurangan dari laba bersih yang dihasilkan dengan biaya modal yang digunakan pada periode tersebut. Nilai EVA menunjukan sejauh mana Bank BTN telah menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Tabel 11. Nilai EVA Bank BTN sebelum IPO Periode EVA/triwulan 1 EVA/triwulan 2 EVA/triwulan 3 EVA/triwulan 4 Jumlah Kumulatif Jumlah Rata-rata
2007 -212.190 369.213 304.601 241.983 703.607
2008 -273.636 435.664 283.146 538.084 983.258 799.095
2009 -127.826 487.276 350.971 710.421
Nilai EVA Bank BTN triwulan kesatu selalu bernilai negatif dan nilai terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp (273.636) juta. Hal tersebut menunjukan bahwa Bank BTN mengalami penghancuran nilai (value destruction) setiap triwulan kesatu. Nilai EVA yang negatif menunjukan bahwa pada triwulan tersebut, biaya modal yang digunakan oleh Bank BTN untuk mendapatkan modalnya lebih besar dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan pada triwulan tersebut. Nilai EVA pada triwulan berikutnya selalu mengalami value creation yaitu nilai yang ada selalu positif dan menunjukan pencipataan nilai yang telah dilakukan Bank BTN untuk investornya. Nilai EVA terbesar triwulan kedua dan ketiga terjadi pada tahun 2009 juga yaitu berturut-turut sebesar Rp 487.276 juta dan RP 350.971 juta. Nilai EVA terbesar triwulan keempat terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar RP 798.008 juta. Pada penelitian ini tidak dihitung besarnya nilai EVA Bank BTN pada triwulan keempat 2009 karena pada saat tersebut telah dilaksanakan IPO pada tanggal 17 Desember 2009. Nilai EVA tersebut menunjukan penciptaan nilai yang telah dicapai Bank BTN sebelum melakukan IPO. Nilai yang ada menunjukan value yang tercipta setiap tahunnya semakin meningkat. Hal ini menunjukan bahwa Bank BTN pada
47
setiap akhir periode tahun memiliki laba yang melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai operasi. Nilai EVA kumulatif terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp 983.258 juta. Nilai EVA yang berkembang dan semakin bertumbuh tersebut juga dapat dijadikan tolak ukur bahwa manajemen telah berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Selain itu, nilai EVA yang semakin besar menunjukan bahwa Bank BTN sebelum IPO telah berfokus pada pencipataan nilai bagi pemegang saham bukan hanya semata-mata mencari laba yang besar. 4.4.2 EVA Bank BTN Sesudah IPO Nilai EVA Bank BTN sesudah IPO cenderung memiliki nilai yang lebih fluktuatif dibandingkan sebelum IPO. Nilai EVA Bank BTN sesudah IPO dapat dilihat pada: Tabel 12. Nilai EVA Bank BTN sesudah IPO Periode EVA/triwulan 1 EVA/triwulan 2 EVA/triwulan 3 EVA/triwulan 4 Jumlah Kumulatif Jumlah Rata-rata
2010 -603.752 252.868 1.308.065 -124.026 833.154
2011 -1.191.275 1.326.490 409.050 -421.831 122.434 498.531
2012 -441.246 292.375 688.876 540.006
Sama halnya dengan nilai EVA triwulan kesatu sebelum IPO, nilai EVA triwulan kesatu setelah IPO selalu bernilai negatif, dan yang terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp (1.191.275). Hal tersebut menunjukan bahwa pada setiap triwulan kesatu belum terjadi penciptaan nilai tambah pada Bank BTN. Nilai EVA yang negatif menunjukan bahwa pada triwulan tersebut, biaya modal yang digunakan oleh Bank BTN untuk mendapatkan modalnya lebih besar dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan pada triwulan tersebut. Pada triwulan kedua, nilai EVA terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.326.490 juta. Niai EVA terbesar pada triwulan ketiga terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 1.308.065 juta. Sedangkan pada triwualan keempat, Bank BTN memiliki nilai EVA yang kembali negatif. Nilai EVA kumulatif terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 833.154 juta.
48
Secara garis besar, Bank BTN sesudah melaksanakan IPO telah menciptakan nilai tambah bagi investornya namun nilainya menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan jumlah rata-rata nilai EVA yang didapat Bank BTN sesudah IPO yang mengalami penurunan dibandingkan rata-rata nilai EVA Bank BTN yang didapat sebelum IPO. Nilai rata-rata EVA Bank BTN sebelum IPO (2007-2010) adalah sebesar Rp 799.095 juta dan menurun ketika sesudah IPO (2010-2012) yaitu menjadi sebesar Rp 498.531 juta. Nilai EVA Bank BTN sebelum IPO memiliki nilai yang lebih konstan dimana nilainya hanya negatif pada triwulan kesatunya. Sedangkan nilai EVA Bank BTN sesudah IPO cenderung lebih berfluktuasi dimana nilainya tidak hanya negatif pada triwualn kesatu namun juga bernilai negatif pada triwulan keempat tahun 2010 dan 2011. Pergerakan nilai EVA per triwulan yang dihasilkan Bank BTN sebelum dan sesudah melaksanakan IPO tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pergerakan Nilai EVA Bank BTN (2007-2012) 4.5. Analisis Dampak IPO Terhadap EVA Bank BTN 4.5.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji kolmogorov-smirnov SPSS 17 for windows dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
49
Uji normalitas pada penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi data pada variabel penelitian yaitu biaya modal ekuitas (BME) dan varibael EVA. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil uji normalitas data dengan kolmogorov smirnov Biaya Modal Ekuitas (BME) N Asymp. Sig. (2-tailed)
EVA
11 0,946
11 0,996
Berdasarkan tabel tersebut, nilai Asimp. Sig (2-tailed) untuk biaya modal ekuitas adalah 0,946 dan EVA adalah 0,996 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 level of significant (α). Jadi dapat disimpulkan bahwa data biaya modal ekuitas (BME) dan EVA terdistribusi normal. 4.5.2 Analisi Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA Pelaksanaan IPO Bank BTN pada akhir tahun 2009 lalu merupakan proses penerbitan saham ke pasar untuk menambah ekuitas (modal sendiri) yang dimiliki oleh Bank BTN. Hal tersebut mengubah struktur modal Bank BTN sesudah IPO sehingga ikut pula mengubah biaya modal ekuitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, dilakukan analisis dampak IPO terhadap biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya pada nilai EVA Bank BTN sesudah IPO. Biaya modal ekuitas disini merupakan jumlah modal (rupiah) yang didapat dari biaya ekuitas yang telah dikalikan dengan proporsi pendanaan ekuitas dan modal yang diinvestasikan dalam struktur modal Bank BTN. Hasil analisis regresi dengan biaya modal ekuitas (BME) sebagai variabel bebas dan EVA sebagai variabel terikat dengan menggunakan regresi sederhana dapat terlihat pada Tabel 14. Tabel 14. Persamaan dan statistik pengaruh biaya modal ekuitas terhadap EVA Persamaan Regresi EVA = 544.845,780 - 0,996 BME
R
R2
-t hitung
p-value
0,994
0,988
-27,651
0,000
Dari persamaan regresi hubungan antara biaya modal ekuitas (BME) dan EVA diatas dapat diketahui bahwa biaya modal ekuitas memiliki pengaruh negatif terhadap EVA. Jika diasumsikan variabel biaya modal ekuitas tidak ada maka nilai EVA akan sebesar Rp 544.845,780 juta dan jika variabel biaya modal ekuitas
50
Bank BTN mengalami kenaikan Rp 1.000.000,00 maka hal tersebut akan mengakibatkan penurunan EVA sebesar Rp 996.000,00. Nilai R adalah sebesar 0,994 menunjukan korelasi antara variabel biaya modal ekuitas dengan EVA adalah sebesar 0,990. Hal ini menunjukan terjadi hubungan yang sangat erat karena nilai R mendekati 1. Nilai R square (R2) sebesar 0,988 mempunyai arti bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel biaya modal ekuitas terhadap EVA sebesar 98,8% dan 1,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Nilai -t hitung < -t tabel yaitu -27,651 < -2,262 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya modal ekuitas sesudah IPO berpengaruh signifikan terhadap nilai EVA Bank BTN sesudah IPO. 4.6. Implikasi Manajerial Dalam penelitian ini dapat terlihat bagaimana struktur modal yang digunakan Bank BTN dan bagaimana biaya modal yang tercipta. Rata-rata jumlah biaya modal yang digunakan Bank BTN mengalami peningkatan sesudah dilaksanakannya IPO sehingga nilai EVA yang tercipta sesudah IPO menurun dibandingkan nilai EVA yang telah didapat Bank BTN sebelum IPO. Hal ini dapat memberi masukan untuk Bank BTN agar memaksimalkan penciptaan nilai bagi perusahaan dengan memperbaiki struktur modal optimalnya. Nilai EVA dapat dijadikan landasan bagi Bank BTN dalam mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan dalam penciptaan nilai. Dalam penelitian ini didapat nilai EVA Bank BTN sesudah IPO mengalami penurunan dibandingkan nilai EVA Bank BTN yang didapat sebelum IPO. Hal tersebut kedepannya dapat memberi masukan pada manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai.
51
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Presentase kewajiban jangka panjang Bank BTN mengalami penurunan sesudah IPO dan sebaliknya presentase ekuitas mengalami peningkatan. Namun, secara keseluruhan presentase jumlah rata-rata struktur modal (kewajiban jangka panjang dan ekuitas) Bank BTN mengalami penurunan ketika sesudah IPO. Hal tersebut mencerminkan bahwa Bank BTN menggunakan lebih banyak jumlah pembiayaan jangka panjang ketika sebelum IPO. Nilai biaya modal (COC) yang digunakan Bank BTN mengalami
peningkatan
sesudah
dilaksanakannya
IPO.
Hal
ini
dikarenakan pada saat sesudah IPO, Bank BTN memerlukan lebih banyak dana dalam menghimpun modal yang didapat melalui ekuitas. b. Bank BTN telah menciptakan nilai tambah bagi investor ketika sesudah IPO, namun nilainya menurun dibandingkan sebelum melasanakan IPO. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata EVA Bank BTN sesudah IPO (2010-2012) yang mengalami penurunan dibandingkan nilai EVA Bank BTN yang didapat sebelum IPO (2007-2009). Nilai EVA yang negatif menunjukan bahwa Bank BTN mengalami penghancuran nilai (value destruction). Nilai EVA yang positif menunjukan bahwa Bank BTN mengalami penciptaan nilia (value creation) dan telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi investornya. c. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan EVA = 544.845,780 - 0,996 BME. Hal ini berarti jika biaya modal ekuitas bernilai 0 maka EVA bernilai Rp 544.845,780 juta dan setiap peningkatan biaya modal ekuitas sebesar satu satuan (dalam juta rupiah) maka EVA akan menurun sebesar Rp 0,935 juta. Nilai -t hitung < -t tabel yaitu -27,651 < 2,262 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya modal ekuitas sesudah IPO berpengaruh signifikan terhadap nilai EVA Bank BTN sesudah IPO.
52
2. Saran a. Agar dapat menciptakan nilai tambah ekonomis yang lebih baik lagi, Bank BTN dapat menekan biaya modal (COC) yang ada dengan memilih struktur modal optimal. Struktur modal yang optimal dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. b. Penerapan value based management (VBM) yang lebih menyeluruh merupakan solusi agar tercapai penciptaan nilai yang maksimal bagi Bank BTN. Konsep VBM berarti Bank BTN menanamkan cara berpikir dimana setiap
lapisan
organisasi
belajar untuk
mengutamakan
keputusan
berdasarkan pengertian bagaimana keputusan tersebut dapat memberi sumbangsih bagi nilai perusahaan. Keberhasilan VBM tersebut selanjutnya dapat diukur melalui nilai EVA yang tercipta. c. Biaya modal ekuitas yang dihasilkan sesudah IPO berpengaruh terhadap nilai EVA sehingga kedepannya hal tersebut dapat dijadikan referensi bagi kebijakan Bank BTN di masa yang akan datang.
53
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Brigham E.F, J.F Houston. 2001. Manejemen Keuangan: Fundamentals of Financial Management. Edisi Kedelapan. Jakarta (ID): Erlangga. Budiharti, L. 2006. Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2004-2005. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Damodaran, A. 2012. Estimating Country Risk Premiums. www.damodaran.com. [5 September 2012]. Fahmi, I. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung (ID): ALFABETA, Febriandi, R.P. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten (PERSERO) Tbk Periode 2008-2012. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harahap, S. S. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Historical Price Bank Tabungan Negara. [Homepage yahoofinance], [Online]. 2012. http://finance.yahoo.com/q/hp?s=BBTN.JK&a=11&b=17&c=2009&d= 11&e=3&f=2012&g=m. [2 September 2012]. Kasmir. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Kedelapan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Keown et al. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi Kesembilan. Jakarta (ID): PT Indeks. Keown, et al. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Edisi Kesepuluh. Jakarta (ID): PT Indeks. Laporan Keuangan PT Bank Tabungan Negara, Tbk [Homepage Bursa Efek Jakarta], [Online]. 2012. http://www.idx.co.id/id/beranda/perusahaantercatat/ laporankeuangandantahunan.aspx. [5 September 2012]. Mardiayanto, H. 2009. Intisari Manajemen Keuangan: Teori, Soal, dan Jawaban. Jakarta (ID): Grasindo.
54
Meliala, W.K. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Dengan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Malang (ID): Bayu Media. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID): Liberty. Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Salemba Empat. Panduan go public. [Homepage Bursa Efek Jakarta], [Online]. 2012. www.idx.co.id/portals/0/information/......./go-public-new2.pdf. [10 September 2012]. Primiana, I. 2009. Menggerakan Sektor Riil UKM dan Industri. Bandung (ID): Alfabeta. Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta (ID): Andi. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta (ID): Erlangga. Statistik Perbankan Indonesia [Homepage Bank Indonesia], [Online]. 2012. http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan +Indonesia/spi_0212.htm. [2 September 2012]. Subagyo, dkk. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Kedua. Yogyakarta (ID): Bagaian Penerbitan Sekolah Tingga Ekonomi YKPN. Suseno, P.A. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. Suta, I.P.G.A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta (ID): Yayasan SAD Satria Bhakti. Tunggal, A.W. 2001. Economic Value Added/EVA (Teori, Soal, dan Kasus). Jakarta (ID): Harvindo.
55
Utomo, L.L. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan. Jurnal Akuntansai dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999: 28-42. Widoatmodjo, S. 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Young S.D, S.F. O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai : Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta (ID): Salemba Empat.
56
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tingkat pengembalian indeks harga saham gabungan (IHSG) dan tingkat suku bunga Indonesia 2010-2012 2010 Bulan
IHSGt
2011 IHSGt- 1
Rmt
Bulan
Bulan
IHSGt
IHSGt- 1
Rmt
Januari
3.409,17
3.703,51
(0,07948)
Januari
Februari
3.470,35
3.409,17
0,01795
Februari
Suku Bunga Bank Indonesia 2010
2011
2012
6,50%
6,50%
6,00%
6,50%
6,75%
5,75%
Maret
6,50%
6,75%
5,75%
0,03832
April
6,50%
6,75%
5,75%
0,00454
Mei
6,50%
6,75%
5,75%
3.836,97
0,01345
Juni
6,50%
6,75%
5,75%
3.888,57
0,06229
Juli
6,50%
6,75%
5,75%
Agustus
6,50%
6,75%
5,75%
6,50%
6,75%
5,75%
6,50%
6,50%
Januari
2.610,80
2.534,36
0,03016
Februari
2.549,03
2.610,80
(0,02366)
Maret
2.777,30
2.549,03
0,08955
Maret
3.678,67
3.470,35
0,06003
April
2.971,25
2.777,30
0,06983
April
3.819,62
3.678,67
Mei
2.796,96
2.971,25
(0,05866)
Mei
3.836,97
3.819,62
Juni
2.913,68
2.796,96
0,04173
Juni
3.888,57
Juli
3.069,28
2.913,68
0,05340
Juli
4.130,80
Agustus
3.081,88
3.069,28
0,00411
Agustus
3.841,73
4.130,80
(0,06998)
September
3.501,30
3.081,88
0,13609
September
3.549,03
3.841,73
(0,07619)
September
Oktober
3.635,32
3.501,30
0,03828
Oktober
3.790,85
3.549,03
0,06814
Oktober
November
3.531,21
3.635,32
(0,02864)
November
3.715,08
3.790,85
(0,01999)
November
6,50%
6,00%
Desember
3.703,51
3.531,21
0,04879
Desember
3.821,99
3.715,08
0,02878
Desember
6,50%
6,00%
0,03342
Rata-rata E(Rm)
0,00399
Rata-rata
6,50%
6,58%
Rata-rata E(Rm)
5,78%
2012 Bulan Januari
IHSGt 3.941,69
IHSGt- 1 3.821,99
Rmt 0,031319
3.985,21
3.941,69
0,011041
Maret
4.121,55
3.985,21
0,034211
April
4.180,73
4.121,55
0,014359
Mei
3.832,82
4.180,73
(0,08322)
Juni
3.955,58
3.832,82
0,032029
Juli
4.142,34
3.955,58
0,047214
Agustus
4.060,33
4.142,34
(0,01980)
September
4.262,56
4.060,33
0,049806
Rata-rata E(Rm)
0,012996
57
Februari
58
Lampiran 2. Tingkat pengembalian saham Bank BTN (R it ) 2010
Periode Pit
Pit-1
Dt
Rit
Januari
1.060
840
0,26190
Februari
1.060
1.060
0,00000
Maret
1.330
1.060
0,25472
April
1.550
1.330
0,16541
Mei
1.360
1.550
(0,12258)
Juni
1.700
1.360
0,25000
Juli
1.950
1.700
0,14706
Agustus
1.810
1.950
(0,07179)
September
1.820
1.810
0,00552
Oktober
1.990
1.820
0,09341
November
1.750
1.990
(0,12060)
Desember
1.640
1.750
(0,06286)
Rata-rata (Rt)
0,06668 2011
Periode Pit
Pit-1
Dt
Rit
Januari
1.330
1.640
(0,18902)
Februari
1.330
1.330
0,00000
Maret
1.680
1.330
0,26316
April
1.710
1.680
0,01786
Mei
1.660
1.710
(0,02924)
Juni
1.690
1.660
0,01807
Juli
1.700
1.690
Agustus
1.560
1.700
(0,08235)
September
1.210
1.560
(0,22436)
Oktober
1.440
1.210
0,19008
November
1.250
1.440
(0,13194)
Desember
1.210
1.250
(0,03200)
26,515
0,02161
Rata-rata (Rt)
(0,01485) 2012
Periode Pit
Pit-1
Dt
Rit
Januari
1.200
1.210
(0,00826)
Februari
1.220
1.200
0,01667
Maret
1.200
1.220
(0,01639)
April
1.380
1.200
0,15000
Mei
1.200
1.380
Juni
1.290
1.200
0,07500
Juli
1.370
1.290
0,06202
Agustus
1.310
1.370
(0,04380)
September
1.440
1.310
0,09924
Rata-rata (Rt)
21,5163
(0,11484)
0,02440
Keterangan: Pit : harga saham per lembar bulan t Pit- 1 : harga saham per lembar bulan sebelumnya Dt : jumlah deviden pada periode ke-t Rit : tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t Rt : rata-rata dari Rit pada periode tersebut
Lampiran 3. Perhitungan beta (β) Bank BTN (2010-2012) Periode
Rm
Rt
Covar
Var
Beta
2010
Periode
Rm
Rt
-0,07948
-0,18902
0,03016
Februari
0,26190
-0,02366
0,00000
Maret
0,08955
0,25472
April
0,06983
Mei
Januari Februari
0,01795
0,00000
Maret
0,06003
0,26316
0,16541
April
0,03832
0,01786
-0,05866
-0,12258
Mei
0,00454
-0,02924
Juni
0,04173
0,25000
Juni
0,01345
0,01807
Juli
0,05340
0,14706
Juli
0,06229
0,02161
Agustus
0,00411
-0,07179
Agustus
-0,06998
-0,08235
September
0,13609
0,00552
September
-0,07619
-0,22436
0,00472
0,00800
0,00103
0,003207
0,004563
0,004448
1,4728
1,7540
0,2321
0,03828
0,09341
November
-0,02864
-0,12060
Desember
0,04879
-0,06286
0,00191
0,001764
Rt
Covar
Var
0,00014
0,000159
0,8783
0,005155
0,003853
1,3381
0,001905
0,001557
1,2233
Periode
Var
Beta
0,010286
0,005121
2,0087
0,000223
0,000306
0,7277
0,005411
0,006119
0,8843
0,004666
0,001949
2,3942
2011
Januari
Oktober
Covar
Rm
Oktober 1,0802
0,06814
0,19008
November
-0,01999
-0,13194
Desember
0,02878
-0,03200
Beta
2012 Januari
0,03132
-0,00826
Februari
0,01104
0,01667
Maret
0,03421
-0,01639
0,01436
0,15000
Mei
-0,08322
-0,11484
Juni
0,03203
0,07500
Juli
0,04721
0,06202
-0,01980
-0,04380
0,04981
0,09924
Agustus September
59
April
Lampiran 4. Market risk premium setiap negara No.
Country
Region
Local Currency Rating
Total Risk Premium
Country Risk Premium
Australia
Australia & New Zealand
Aaa
6,00%
0,00%
2.
Austria [1]
Western Europe
Aaa
6,00%
0,00%
3.
Canada
North America
Aaa
6,00%
0,00%
4.
Denmark
Western Europe
Aaa
6,00%
0,00%
5.
Finland [1]
Western Europe
Aaa
6,00%
0,00%
6.
France [1]
Western Europe
Aaa
6,00%
0,00%
7.
Germany [1]
Western Europe
Aaa
6,00%
0,00%
8.
Isle of Man
Financial Center
Aaa
6,00%
0,00%
9.
Luxembourg [1]
Financial Center
Aaa
6,00%
0,00%
10.
Netherlands [1]
Western Europe
Ba3
6,00%
0,00%
11.
New Zealand
Australia & New Zealand
Baa3
6,00%
0,00%
12.
Norway
Western Europe
B3
6,00%
0,00%
13.
Singapore
Asia
Aa3
6,00%
0,00%
14.
Sweden
Western Europe
B3
6,00%
0,00%
15.
Switzerland
Western Europe
Aa2
6,00%
0,00%
16.
United Kingdom
Western Europe
B1
6,00%
0,00%
17.
United States of America
North America
B2
6,00%
0,00%
18.
Hong Kong
Asia
Aa1
6,38%
0,38%
19.
Bermuda
Caribbean
Aa2
6,75%
0,75%
72.
Indonesia
Asia
Ba1
9,60%
3,60%
60
1.
61
Lampiran 5. Perhitungan biaya ekuitas Bank BTN (2010-2012) Periode 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September Desember 2012 Maret Juni September
Rf
MRP
Beta
Ke
0,0650 0,0650 0,0650 0,0650
0,096 0,096 0,096 0,096
1,4728 1,7540 0,2321 1,0802
0,2064 0,2334 0,0873 0,1687
0,0667 0,0675 0,0675 0,0617
0,096 0,096 0,096 0,096
2,0087 0,7277 0,8843 2,3942
0,2595 0,1374 0,1524 0,2915
0,0583 0,0575 0,0575
0,096 0,096 0,096
0,8783 1,3381 1,2233
0,1426 0,1860 0,1749
69
Lampiran 6. Perhitungan net operating profit after tax (NOPAT) Bank BTN (2007-2012) Periode Sebelum IPO
Laba bersih setelah pajak
Periode Biaya bunga
NOPAT
NOPAT/triwulan
Sesudah IPO
2007
Laba bersih setelah pajak
Biaya bunga
NOPAT
NOPAT/triwulan
2010
Maret
132.979
587.586
720.565
720.565
Maret
241.320
768.541
1.009.861
1.009.861
Juni
213.856
1.139.566
1.353.422
632.857
Juni
422.387
1.550.674
1.973.061
963.200
September
312.813
1.670.318
1.983.131
629.709
September
677.898
2.407.714
3.085.612
1.112.551
Desember
402.020
2.206.634
2.608.654
625.523
Desember
915.938
3.358.497
4.274.435
1.188.823
2008
2011
Maret
108.136
534.463
642.599
642.599
Maret
245.036
928.510
1.173.546
1.173.546
Juni
209.194
1.145.965
1.355.159
712.560
Juni
480.492
1.925.507
2.405.999
1.232.453
September
316.300
1.753.943
2.070.243
715.084
September
707.389
2.972.105
3.679.494
1.273.495
Desember
430.474
2.650.356
3.080.830
1.010.587
Desember
1.118.661
3.788.127
4.906.788
1.227.294
2009
2012
Maret
109.408
920.878
1.030.286
1.030.286
Maret
312.804
1.029.185
1.341.989
1.341.989
Juni
198.165
1.832.195
2.030.360
1.000.074
Juni
658.856
2.083.840
2.742.696
1.400.707
September
319.098
2.705.123
3.024.221
993.861
1.021.066
3.197.178
4.218.244
1.475.548
September
62
70
Lampiran 7. Perhitungan biaya hutang (Kd*) Bank BTN 2007-2012 Periode Sebelum IPO 2007 Maret Juni September Desember 2008 Maret Juni September Desember 2009 Maret Juni September
Biaya bunga (a)
Hutang Jangka Panjang (b)
Kd (c=a:b)
Pajak Penghasilan (T)
(1-T)
Kd* c(1-T)
587.586 1.139.566 1.670.318 2.206.634
7.608.974 7.827.069 7.726.954 7.760.860
7,72% 14,56% 21,62% 28,43%
29,90% 30,40% 32,50% 37,20%
70,10% 69,60% 67,50% 62,80%
5,41% 10,13% 14,59% 17,86%
534.463 1.145.965 1.753.943 2.650.356
7.705.219 7.596.857 8.832.288 7.802.353
6,94% 15,08% 19,86% 33,97%
30,10% 41,60% 37,60% 40,40%
69,90% 58,40% 62,40% 59,60%
4,85% 8,81% 12,39% 20,25%
920.878 1.832.195 2.705.123
7.826.729 8.525.609 10.783.910
11,77% 21,49% 25,08%
29,90% 70,10% 33,30% 66,70% 32,80% 67,20%
8,25% 14,33% 16,86%
63
71
Lanjutan Lampiran 7 Periode Sesudah IPO 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September Desember 2012 Maret Juni September
Biaya bunga (a)
Hutang Jangka Panjang (b)
Kd (c=a:b)
Pajak Penghasilan (T)
(1-T)
Kd* c(1-T)
768.541 1.550.674 2.407.714 3.358.497
8.026.511 10.576.802 9.789.627 11.003.540
9,58% 14,66% 24,59% 30,52%
30,30% 28,60% 29,80% 26,70%
69,70% 71,40% 70,20% 73,30%
6,67% 10,47% 17,27% 22,37%
928.510 1.925.507 2.972.105 3.788.127
10.876.638 12.726.372 12.124.249 15.330.408
8,54% 15,13% 24,51% 24,71%
26,70% 26,50% 26,60% 26,50%
73,30% 73,50% 73,40% 73,50%
6,26% 11,12% 17,99% 18,16%
1.029.185 2.083.840 3.197.178
13.921.870 16.005.027 16.955.062
7,39% 13,02% 18,86%
28,10% 71,90% 26,60% 73,40% 26,50% 73,50%
5,32% 9,56% 13,86%
64
72
Lampiran 8. Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Bank BTN (2007-2012) Periode Sebelum IPO 2007 Maret Juni September Desember 2008 Maret Juni September Desember 2009 Maret Juni September
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas
Aset
Struktur Modal Wd (a) We (b)
Kd* (c)
Ke (d)
WdxKd* (e)
WexKe (f)
WACC (e+f)
7.608.974 7.827.069 7.726.954 7.760.860
1.898.327 1.922.829 2.014.464 2.787.412
32.870.889 33.360.777 34.144.147 36.693.247
23,15% 23,46% 22,63% 21,15%
5,78% 5,76% 5,90% 7,60%
5,41% 10,13% 14,59% 17,86%
29,22% 23,25% 22,54% 21,54%
1,25% 2,38% 3,30% 3,78%
1,69% 1,34% 1,33% 1,64%
2,94% 3,72% 4,63% 5,41%
7.705.219 7.596.857 8.832.288 7.802.353
2.889.359 2.948.802 3.050.849 3.078.470
37.121.060 39.201.948 42.798.840 44.992.171
20,76% 19,38% 20,64% 17,34%
7,78% 7,52% 7,13% 6,84%
4,85% 8,81% 12,39% 20,25%
20,11% 19,38% 19,42% 19,64%
1,01% 1,71% 2,56% 3,51%
1,57% 1,46% 1,38% 1,34%
2,57% 3,16% 3,94% 4,85%
7.826.729 8.525.609 10.783.910
3.151.027 3.208.646 3.399.933
46.303.829 48.702.375 51.495.485
16,90% 17,51% 20,94%
6,81% 6,59% 6,60%
8,25% 14,33% 16,86%
17,63% 15,93% 17,01%
1,39% 2,51% 3,53%
1,20% 1,05% 1,12%
2,59% 3,56% 4,65%
65
73
Lanjutan Lampiran 8 Periode Sesudah IPO 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September Desember 2012 Maret Juni September
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas
Aset
Struktur Modal Wd (a) We (b)
Kd* (c)
Ke (d)
WdxKd* (e)
WexKe (f)
WACC (e+f)
8.026.511 10.576.802 9.789.627 11.003.540
5.490.804 5.538.653 5.805.167 6.447.278
56.161.994 60.946.002 63.498.342 68.385.539
14,29% 17,35% 15,42% 16,09%
9,78% 9,09% 9,14% 9,43%
6,67% 10,47% 17,27% 22,37%
20,64% 23,34% 8,73% 16,87%
0,95% 1,82% 2,66% 3,60%
2,02% 2,12% 0,80% 1,59%
2,97% 3,94% 3,46% 5,19%
10.876.638 12.726.372 12.124.249 15.330.408
6.754.364 6.655.044 6.882.145 7.321.643
70.245.142 73.835.775 76.048.535 89.121.459
15,48% 17,24% 15,94% 17,20%
9,62% 9,01% 9,05% 8,22%
6,26% 11,12% 17,99% 18,16%
25,95% 13,74% 15,24% 29,15%
0,97% 1,92% 2,87% 3,12%
2,50% 1,24% 1,38% 2,39%
3,46% 3,15% 4,25% 5,52%
13.921.870 16.005.027 16.955.062
7.657.159 7.732.670 8.120.073
91317348 95.512.275 98.755.885
15,25% 16,76% 17,17%
8,39% 8,10% 8,22%
5,32% 9,56% 13,86%
14,26% 18,60% 17,49%
0,81% 1,60% 2,38%
1,20% 1,51% 1,44%
2,01% 3,11% 3,82%
66
67
Lampiran 9. Perhitungan modal yang diinvestasikan (IC) Bank BTN (2007-2012) Periode Sebelum IPO 2007 Maret Juni September Desember 2008 Maret Juni September Desember 2009 Maret Juni September Sesudah IPO 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September Desember 2012 Maret Juni September
Aset (a)
Hutang Beban (b)
IC (a-b)
32.870.889 33.360.777 34.144.147 36.693.247
1.150.600 1.178.120 1.295.748 1.498.788
31.720.289 32.182.657 32.848.399 35.194.459
37.121.060 39.201.948 42.798.840 44.992.171
1.493.382 1.503.684 1.569.613 1.784.918
35.627.678 37.698.264 41.229.227 43.207.253
46.303.829 48.702.375 51.495.485
1.655.801 1.750.636 1.770.210
44.648.028 46.951.739 49.725.275
56.161.994 60.946.002 63.498.342 68.385.539
1.860.616 1.926.472 1.978.745 2.083.209
54.301.378 59.019.530 61.519.597 66.302.330
70.245.142 73.835.775 76.048.535 89.121.459
1.978.638 1.857.248 2.238.058 2.432.396
68.266.504 71.978.527 73.810.477 86.689.063
91.317.348 95.512.275 98.755.885
2.442.993 2.443.981 2.415.225
88.874.355 93.068.294 96.340.660
68
Lampiran 10. Perhitungan biaya modal (COC) Bank BTN (2007-2012) Periode Sebelum IPO 2007 Maret Juni September Desember 2008 Maret Juni September Desember 2009 Maret Juni September Sesudah IPO 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September Desember 2012 Maret Juni September
WACC (a)
IC (b)
COC (axb)
COC/triwulan
2,94% 3,72% 4,63% 5,41%
31.720.289 32.182.657 32.848.399 35.194.459
932.755 1.196.399 1.521.507 1.905.047
932.755 263.644 325.108 383.540
2,57% 3,16% 3,94% 4,85%
35.627.678 37.698.264 41.229.227 43.207.253
916.235 1.193.131 1.625.068 2.097.572
916.235 276.896 431.938 472.503
2,59% 3,56% 4,65%
44.648.028 46.951.739 49.725.275
1.158.112 1.670.910 2.313.800
1.158.112 512.798 642.890
2,97% 3,94% 3,46% 5,19%
54.301.378 59.019.530 61.519.597 66.302.330
1.613.613 2.323.945 2.128.431 3.441.281
1.613.613 710.332 -195.514 1.312.849
3,46% 3,15% 4,25% 5,52%
68.266.504 71.978.527 73.810.477 86.689.063
2.364.821 2.270.784 3.135.229 4.784.354
2.364.821 -94.037 864.445 1.649.125
2,01% 3,11% 3,82%
88.874.355 93.068.294 96.340.660
1.783.235 2.891.566 3.678.238
1.783.235 1.108.332 786.672
69
Lampiran 11. Perhitungan EVA Bank BTN (2007-2012) Periode Sebelum IPO 2007 Maret Juni September Desember 2008 Maret Juni September Desember 2009 Maret Juni September Sesudah IPO 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September Desember 2012 Maret Juni September
NOPAT/triwulan COC/triwulan EVA/triwulan (a) (b) (a-b) 720.565 632.857 629.709 625.523
932.755 263.644 325.108 383.540
-212.190 369.213 304.601 241.983
642.599 712.560 715.084 1.010.587
916.235 276.896 431.938 472.503
-273.636 435.664 283.146 538.084
1.030.286 1.000.074 993.861
1.158.112 512.798 642.890
-127.826 487.276 350.971
1.009.861 963.200 1.112.551 1.188.823
1.613.613 710.332 -195.514 1.312.849
-603.752 252.868 1.308.065 -124.026
1.173.546 1.232.453 1.273.495 1.227.294
2.364.821 -94.037 864.445 1.649.125
-1.191.275 1.326.490 409.050 -421.831
1.341.989 1.400.707 1.475.548
1.783.235 1.108.332 786.672
-441.246 292.375 688.876
70
Lampiran 12. Analisis regresi sederhana NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BME
EVA
N
11
11
410577.27
135963.09
787965.522
789318.445
.158
.124
Positive
.113
.124
Negative
-.158
-.113
Kolmogorov-Smirnov Z
.524
.410
Asymp. Sig. (2-tailed)
.946
.996
Normal Parametersa,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Regression Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
BMEa
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: EVA Model Summaryb Model 1
R .994a
R Square .988
a. Predictors: (Constant), BME b. Dependent Variable: EVA
Adjusted R Square .987
Std. Error of the Estimate 89743.999
71
Lanjutan Lampiran 12 ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
6.158E12
1
6.158E12
Residual
7.249E10
9
8.054E9
Total
6.230E12
10
F
Sig.
764.559
.000a
a. Predictors: (Constant), BME b. Dependent Variable: EVA
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
544845.780
30835.839
-.996
.036
BME a. Dependent Variable: EVA
Standardized Coefficients Beta
t
-.994
Sig.
17.669
.000
-27.651
.000
61