perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI “RETNO MULYO” BAYAT KLATEN
SKRIPSI
Oleh: DENNY EKO NUR PRAMBUDY K3206018
PENDIDIKAN SENI RUPA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI “RETNO MULYO” BAYAT KLATEN
Oleh: DENNY EKO NUR PRAMBUDY K3206018
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juni 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTO “Lakukan yang terbaik untuk hari ini seolah-olah tiada lagi hari esok” (Penulis) “Semua hal yang terjadi pada saat ini merupakan pengingat untuk menentukan langkah selanjutnya ” (Penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk: Almamater prodi pendidikan SR FKIP UNS Surakarta Bapak Ibu dan semua keluargaku Senantiasa mendoakan dan memberikan segalanya Adek Candra: Yang selalu memotivasiku, menemaniku, dan mengingatkanku Teman-teman ’06, kakak dan adik tingkat program Seni Rupa: Terimakasih atas semangat dan bantuannya Teman-teman kampung: Terimakasih telah memberikan waktu untuk menyelesaikan karya ini
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Denny Eko Nur Prambudy. KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI “RETNO MULYO” BAYAT KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten (2) Manajemen produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten (3) Strategi pengembangan produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. Penelitian ini dilaksanakan di rumah industri batik Retno Mulyo Dukuh Mejan RT 03/ RW 02, Desa Kebon, Kec. Bayat. Kab. Klaten, Prop. Jawa Tengah, pada bulan Maret sampai Mei 2012. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dan strategi model tunggal terpancang. Sumber data penelitian ini yaitu pemilik rumah industri batik Retno, pekerja rumah industri batik Retno Mulyo, Siswi SMK Rota yang PKL di rumah industri batik Retno Mulyo, pengurus kelompok batik di desa Kebon, kepala Desa Kebon, tempat, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Untuk teknik validitas data menggunakan review informan dan trianggulasi. Teknik analisis data dengan analisis jalinan atau mengalir. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Di rumah industri Retno Mulyo terdapat beberapa input yang merupakan unsur penting untuk menjalankan produksi batik, yaitu: a. Pelaku usaha (pemilik usaha, karyawan, siswi SMK Rota yang PKL), b. Peralatan (meja pola, penghapus, gunting, alat tulis, alat ukur panjang, sendok plastik, kukusan, gelas, dingklik, canting, kwas, jegul, gawangan, skrap, kompor, wajan, ijuk, bak celup, jimbeng, pawon, timbangan, sarung tangan, gombal, tongkat, ember, kenceng, bambu), c. Bahan (kain mori, kertas, malam, zat warna, d. Bahan pembantu (asam sulfat, soda abu, TRO, tawas, kanji), e. Disain motif tradisional, f. Energi (minyak tanah, kayu bakar, sinar matahari, listrik). (2) Proses produksi berupa persiapan (pemotongan kain dan mola), nyanting (klowongan, ngiisen-iseni, nembok), pewarnaan (dengan zat warna alam dan buatan), dan finishing (nglorod, penguatan zat warna). (3) Hasil produksi berupa kain batik dengan ukuran 250 cm x 150 cm dan 250 cm x 125 cm, dengan motif-motif yang tradisional. (4) Pengembangan produksi dilakukan bertahap, a. Mulai membangun usaha dengan modal (alat,bahan,uang) dan hasil produksi yang sedikit, b. Hasil produksi sulit dipasarkan, c. Memproduksi batik untuk mengikuti pameran batik di wilayah Jawa Tengah, d. Hasil produksi mulai diminati konsumen, e. Membangun tempat produksi yang lebih baik dan melengkapi peralatan serta bahan, f. Mampu meningkatkan jumlah produksi untuk dipasarkan di wilayah Jawa. Sekarang akan mengembangkan produksi batik cap untuk menambah jumlah hasil produksi. Kata kunci: Batik tulis, rumah industri, pelaku usaha, disain motif tradisional commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Denny Eko Nur Prambudy. THE STUDIES ON BATIK TULIS IN “RETNO MULYO” HOME INDUSTRY IN BAYAT KLATEN. Thesis. Surakarta: Faculty of Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta. June 2012. This research purpose is to know (1) The background of Retno Mulyo batik home industry in Bayat Klaten, (2) The manajgemen production of Retno Mulyo batik home industry in Bayat Klaten (3) The production development strategy of Retno Mulyo batik home industry in Bayat Klaten. The reasearc was conducted in Retno Mulyo batik home industry, Mejan RT 03/RW 02 , Kebon, Bayat, Klaten, Central Java, from Marc to May 2012. The form of is qualitative descriptive and single stacked model. the source of reserch data was the owner of Retno Mulyo batik home industry owner, the worker in Retno Mulyo Retno Mulyo batik home industry, batik home industry, SMK Rota’s student which got job training the head of batik corporation in Kebon Village, Village Chief of Kebon, the place, and documents. The data collecting method was using observation, in depth interview, and document analisis. The sampling used was purposive sampling. Data validity technique was using informan review, and trianggulation. Data analysis technique was using brainded and flow analysis. From the research result, it can be concluded that (1) In Retno Mulyo batik home industry there are several input wich become important element to run batik production, those are: a. Business personel (owner, worker, and on the job trainer from SMK Rota), b. Tools/equipmen (pattern table, eraser, scissors, writing tools, measurement tools, plastic spoon, kukusan, glasses, small wooden, dingklik, canting, brush, jegul, gawangan, skrap, stove, friying pan, palm fiber, immersing bensin, jimbeng, pawon, scales, gloves, scrap cotton, stick, basin, kenceng, bamboo), c. Material (mori textile, paper, wax, diyes), d. Suporting material (sulfirid acid, caustic soda, TRO, alum, Starch), e. Tradisional motif design, f. Energy (petroleum, wood, sunlight, electricity), (2) Production process from preparation (cut the fabric, an making pattern), nyanting (klowongan, isen-iseni, nembok), coloring (using natural and chemical dyes), to finishing (nglorod, color enchancement), (3) The production result in form of traditional motif fabric in 250 cm x 125 cm, and 250 cm x 125 cm sizes, (4) The production development was done in stages, a. Start running the bussines by small capital (money, material, and equipment), b. Production result difficulty to be marketed, c. Produc special batik to join batik exhibition in Central Java, d. The produc started to get attention from customers, e. Build better production area and provide more complete equipment and materials, f. In crease the production capacity to sell in Java Island area. And now, they will develop stamp batik to increase the sum of production. Keyword: Batik tulis, home industry, bussines stake holder, traditional motif design. commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin pelaksanaan tugas skripsi.
2.
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan izin pelaksanaan tugas skripsi.
3.
Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku Ketua Program Penidikan Seni Rupa Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin pelaksanaan tugas skripsi
4.
Dr.H. Edy Tri Sulistyo, M.Pd, selaku Pembimbing I, yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan yang sangat berarti dalam esensi tulisan ini.
5.
Nanang Yulianto, S.Pd, M.Ds, selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan yang sangat berarti dalam esensi tulisan ini.
6.
Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Seni Rupa yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7.
Ibu Sipon selaku pemilik rumah industri batik Retno Mulyo.
8.
Sukoco selaku Kepala Desa Kebon, Bayat, Klaten. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
9.
digilib.uns.ac.id
Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang memberikan bantuan terhadap kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan di dunia pendidikan khususnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ...........................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...............................................
v
HALAMAN MOTO ...............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ............................................................................
x
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xxi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................
6
A. Batik ............................................................................................
6
B. Alat dan Bahan Membatik ..........................................................
7
1. Peralatan Membatik ........................................................
8
2. Bahan Membatik .............................................................
13
C. Proses Produksi Batik ...................................................................
17
1. Persiapan ........................................................................
17
2. Membuat Batik ................................................................
18
D. Motif Batik ................................................................................... commit to user E. Kerangka Berpikir ........................................................................
22
xii
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................
27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
27
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................................
27
C. Sumber Data ................................................................................
28
D. Teknik Sampling .........................................................................
29
E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
30
F. Validitas Data ..............................................................................
32
G. Analisis Data ...............................................................................
33
H. Prosedur Penelitian......................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN ..............................................................
37
A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Retno Mulyo ................
37
B. Latar Belakang Keberadaan Rumah Industri Batik Retno Mulyo.
43
C. Manajemen Produksi Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo ...............................................................................
46
1. Input (masukan) Untuk Produksi Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo .................................................
46
2. Proses Produksi Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo ...................................................................................
61
3. Hasil Produksi Rumah Industri Batik Retno Mulyo .............
84
D. Strategi Pengembangan Produksi Untuk Mengembangkan Produk Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo ........
91
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................
100
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
104
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
107
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Peralatan Membatik ...................................................................... 8 Tabel 2.2. Bahan Membatik .......................................................................... 13 Tabel 4.3. Peralatan Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo ...... 47 Tabel 4.4. Bahan Batik Tulis di Rumah Industri Batik Retno Mulyo............ 54 Tabel 4.5. Produk Batik Produksi Rumah Industri Batik Retno Mulyo ........ 85
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Meja Pola................................................................................... 8 Gambar 2.2. Penghapus ................................................................................. 8 Gambar 2.3. Dingklik .................................................................................... 8 Gambar 2.4. Pensil ......................................................................................... 9 Gambar 2.5. Canting ..................................................................................... 9 Gambar 2.6. Cap ............................................................................................ 9 Gambar 2.7. Gawangan ................................................................................. 9 Gambar 2.8. Pisau .......................................................................................... 10 Gambar 2.9. Kompor...................................................................................... 10 Gambar 2.10. Wajan Kecil ............................................................................... 10 Gambar 2.11. Ijuk............................................................................................. 10 Gambar 2.12. Kuas ........................................................................................... 11 Gambar 2.13. Bak Celup .................................................................................. 11 Gambar 2.14. Belanga ...................................................................................... 11 Gambar 2.15. Timbangan Kue ......................................................................... 11 Gambar 2.16. Sarung Tangan........................................................................... 12 Gambar 2.17. Clemek atau Skort ..................................................................... 12 Gambar 2.18. Tongkat Kayu ............................................................................ 12 Gambar 2.19. Ember ........................................................................................ 12 Gambar 2.20. Mori Primissima........................................................................ 13 Gambar 2.21. Mori Prima ................................................................................ 13 Gambar 2.22. Mori Biru ................................................................................... 13 Gambar 2.23. Malam Tawon............................................................................ 14 Gambar 2.24. Gondorukem .............................................................................. 14 Gambar 2.25. Damar Mata Kucing .................................................................. 14 Gambar 2.26. Microwax ................................................................................. 14 Gambar 2.27. Indigofera .................................................................................. 15 Gambar 2.28. Soga ........................................................................................... 15 commit to user Gambar 2.29. Pewarna Buatan ......................................................................... 15 xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.30. Kawung .................................................................................... 23 Gambar 2.31. Sidomukti ................................................................................... 23 Gambar 2.32. Truntum ..................................................................................... 24 Gambar 2.33. Parang ...................................................................................... 24 Gambar 2.34. Ciptoning .................................................................................. 25 Gambar 2.35. Sido Mulyo................................................................................. 25 Gambar 2.36. Kerangka Berpikir .................................................................... 26 Gambar 3.37. Model Analisis Jalinan .............................................................. 34 Gambar 4.1. Peta Desa Kebon ......................................................................... 37 Gambar 4.2. Rumah Industri Batik Retno Mulyo ............................................ 38 Gambar 4.3. Tempat Mola ............................................................................... 39 Gambar 4.4. Tempat Nyanting ........................................................................ 40 Gambar 4.5. Tempat Pewarnaan ...................................................................... 40 Gambar 4.6. Tempat Penjemuran ................................................................... 41 Gambar 4.7. Ruang Penyimpanan Produk Setengah Jadi ................................ 42 Gambar 4.8. Ruang Penyimpanan Produk dan Bahan Baku ............................ 42 Gambar 4.9. Meja Pola..................................................................................... 47 Gambar 4.10. Penghapus ................................................................................. 47 Gambar 4.11. Gunting ...................................................................................... 47 Gambar 4.12. Pensil ......................................................................................... 48 Gambar 4.13. Meteran...................................................................................... 48 Gambar 4.14. Sendok Plastik ........................................................................... 48 Gambar 4.15. Kukusan ..................................................................................... 48 Gambar 4.16. Gelas Plastik ............................................................................. 49 Gambar 4.17. Dingklik ..................................................................................... 49 Gambar 4.18. Canting Cecekan ...................................................................... 49 Gambar 4.19. Canting Klowongan ................................................................... 49 Gambar 4.20. Canting Tembokan .................................................................... 50 Gambar 4.21. Kuas .......................................................................................... 50 Gambar 4.22. Jegul .......................................................................................... 50 commit to user Gambar 4.23. Gawangan ................................................................................. 50 xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.24. Skrap.......................................................................................... 50 Gambar 4.25. Kompor...................................................................................... 51 Gambar 4.26. Wajan ........................................................................................ 51 Gambar 4.27. Ijuk ............................................................................................ 51 Gambar 4.28. Bak Celup ................................................................................. 51 Gambar 4.29. Jimbeng ..................................................................................... 52 Gambar 4.30. Pawon ........................................................................................ 52 Gambar 4.31. Timbangan................................................................................. 52 Gambar 4.32. Sarung Tangan........................................................................... 52 Gambar 4.33. Tongkat ...................................................................................... 53 Gambar 4.34. Ember ....................................................................................... 53 Gambar 4.35. Kèncèng ..................................................................................... 53 Gambar 4.36. Bambu ...................................................................................... 53 Gambar 4.37. Mori Primis ............................................................................... 54 Gambar 4.38. Kertas ........................................................................................ 54 Gambar 4.39. Gladak Putih ............................................................................. 55 Gambar 4.40. Gladak Ireng ............................................................................. 55 Gambar 4.41. Gondorukem ............................................................................. 55 Gambar 4.42. Zat Warna Indigo ...................................................................... 56 Gambar 4.43. Buah Jolawe .............................................................................. 56 Gambar 4.44. Kliko Mahoni ............................................................................. 56 Gambar 4.45. Soga .......................................................................................... 57 Gambar 4.46. Indigosol .................................................................................... 57 Gambar 4.47. Naftol ........................................................................................ 57 Gambar 4.48. Disain Motif Lung-lungan Pada Kertas Kalkir ......................... 58 Gambar 4.49. Disain Motif Lung-lungan Pada Kertas Kalkir 2 ...................... 58 Gambar 4.50. Disain Motif Lung-lungan Kombinasi Parang ........................ 59 Gambar 4.51. Disain Motif Lung-lungan Pada Kertas Karton ........................ 59 Gambar 4.52. Disain Motif Nuju Prono........................................................... 59 Gambar 4.53. Disain Motif Nogo Gini............................................................. 59 commit to user Gambar 4.54. Disain motif Sekar ..................................................................... 60 xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.55. Disain Motif Semen ................................................................... 60 Gambar 4.56. Disain Motif Solo ..................................................................... 60 Gambar 4.57. Disain motif Lereng .................................................................. 60 Gambar 4.58. Kegiatan Pemotongan Kain Mori .............................................. 62 Gambar 4.59. Kegiatan Mola Kain Mori Menggunakan Meja Pola ................ 63 Gambar 4.60. Kain Mori Setelah Dipola ........................................................ 63 Gambar 4.61. Kegiatan Nglowongi .................................................................. 65 Gambar 4.62. Kegiatan Ngisèn-isèni ............................................................... 66 Gambar 4.63. Kegiatan Nerusi ......................................................................... 66 Gambar 4.64. Kegiatan Nèmboki .................................................................... 67 Gambar 4.65. Kain Batik Putihan .................................................................... 67 Gambar 4.66. Kegiatan Ekstraksi Zat Warna Soga dan Jolawe ...................... 69 Gambar 4.67. Batik Putihan Direndam ke Dalam Larutan TRO ..................... 70 Gambar 4.68. Kegiatan Pewarnaan Batik Putihan dengan Zat Warna Indigo. 71 Gambar 4.69. Batik Putihan Setelah Selesai Diwana Indigo.......................... 71 Gambar 4.70 Kegiatan Nglorod Kain Batik ..................................................... 73 Gambar 4.71. Kegiatan Mbironi Batik Kelengan ............................................ 73 Gambar 4.72. Kegiatan Pewarnaan Dengan Zat Warna Soga ......................... 74 Gambar 4.73. Hasil Pewarnaan Dengan Zar Warna Soga ............................... 74 Gambar 4.74. Kegiatan Pewarnaan Dengan Jolawe ........................................ 75 Gambar 4.75. Hasil Pewarnaan Dengan Zat Warna Jolawe ............................ 75 Gambar 4.76. Pencelupan Batik Putihan ke Dalam Larutan TRO................... 77 Gambar 4.77. Kegiatan Nyolet Oleh Siswi PKL .............................................. 78 Gambar 4.78. Kegiatan Pewarnaan Dengan Zat Warna Naftol ....................... 79 Gambar 4.79. Kegiatan Mbironi dan Nggranit Kain Batik ............................ 80 Gambar 4.80. Kain Batik Pewarna Sintetis Dijemur Setelah Dilorod ............. 81 Gambar 4.81. Pewarnaan Batik Putihan Dengan Zat Warna Indigosol .......... 82 Gambar 4.82. Penjemuran Kain Setelah Diwarnai dengan Indigosol .............. 83 Gambar 4.83. Hasil Warna Kain Setelah Dijemur ........................................... 83 Gambar 4.84. Bapak Sunardi Menata Hasil Produksi yang Dipamerkan di commit to user Solo Paragon............................................................................. 84 xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.85. Kain Batik Motif Parang Gendreh ........................................... 85 Gambar 4.86. Kain Batik Motif Parang Seling Sekar Melati .......................... 85 Gambar 4.87. Kain Batik Motif Parang Gendreh ........................................... 86 Gambar 4.88. Kain Batik Motif Parang Kundur Baris .................................. 86 Gambar 4.89. Kain Batik Motif Wahyu Tumurun............................................ 86 Gambar 4.90. Kain Batik Motif Semen ............................................................ 87 Gambar 4.91. Kain Batik Motif Semen ............................................................ 87 Gambar 4.92. Kain Batik Motif Lar Latar Ireng ............................................. 87 Gambar 4.93. Kain Batik Motif Debyah .......................................................... 88 Gambar 4.94. Kain Batik Motif Lung Sekar Sewu........................................... 88 Gambar 4.95. Kain Batik Motif Ceplok Tebu Wangi....................................... 88 Gambar 4.96. Kain Batik Motif Kompeni ........................................................ 89 Gambar 4.97. Kain Batik Motif Kupu.............................................................. 89 Gambar 4.98. Kain Batik Motif Alas-alasan ................................................... 89 Gambar 4.99. Kain Batik Motif Gajah Birowo................................................ 90 Gambar 4.100. Kain Batik Motif Sekar Mulyo ................................................ 90 Gambar 4.101. Kain Batik Motif Kawung ....................................................... 90 Gambar 4.102. Cap dan Grengseng ................................................................. 95 Gambar 4.103. Cawèl ....................................................................................... 96 Gambar 4.104. Meja Cap ................................................................................. 96 Gambar 1. Kantor Kepala Desa Kebon ............................................................ 108 Gambar 2. Wawancara dengan Sukoco (Kepala Desa Kebon) ........................ 108 Gambar 3. Wawancara dengan Ibu Sipon (Pemilik Rumah Industri batik Retno Mulyo) ................................................................................. 109 Gambar 4. Wawancara dengan Bapak Sunardi (Pemilik Rumah Industri batik Retno Mulyo) ................................................................................. 109 Gambar 5. Wawancara dengan Endang Winarsih (Pekerja Rumah Industri Batik Retno Mulyo/Putri Ibu Sipon) .............................................. 109 Gambar 6. Wawancara dengan Pujiati (Pekerja Rumah Industri Batik Retno Mulyo) .......................................................................................... 110 commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 7. Wawancara dengan Novi (Siswi SMK Rota yang PKL di Rumah Industri Batik Retno Mulyo)......................................................... 110 Gambar 8. Batik Retno Mulyo Mengikuti Pameran di Solo Paragon Mal...... 110 Gambar 9. Wawancara dengan Bapak Sunardi di Solo Paragon Mal ............. 111 Gambar 10. Galeri Kelompok Batik Kebon Indah........................................... 111 Gambar 11. Wawancara Dengan Ibu Arini (Pengurus Kelompok Batik Kebon Indah) ............................................................................................ 111 Gambar 12. Batik Kelengan Motif Merak (Hasil Produksi Tahun 2010) ........ 112 Gambar 13. Batik Motif Ceplok (Hasil Produksi Tahun 2010) ....................... 112 Gambar 14. Batik Kelengan Motif Merpati (Hasil Produksi Tahun 2011)...... 113 Gambar 15. Batik Motif Lung-lungan Semen (Hasil Produksi Tahun 2011) .. 113 Gambar 16. Batik Motif Truntum Lereng Sekar (Hasil Produksi Tahun 2011). 113
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Foto-foto Lokasi Observasi dan Kegiatan Wawancara ............ 108 Lampiran 2. Foto-foto Hasil Produksi .......................................................... 112 Lampiran 3. Hasil Wawancara ...................................................................... 114 Lampiran 4. Surat Ijin Menyusun Skripsi ..................................................... 140 Lampiran 5. Surat Keterangan Bukti Penelitian ........................................... 146
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keaneka ragaman budaya yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok masyarakat. Budaya merupakan identitas dari suatu kelompok yang akhirnya diharapkan menjadi identitas nasional. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan terdiri dari banyak suku, sehingga muncullah beragam adat-istiadat, dan budaya. Salah satu wujud budaya tersebut adalah batik. Menurt Sa’du (2010: 5) “Batik secara historis berasal dari suku Jawa. Walaupun disetiap daerah di Indonesia memiliki industri batik, tapi industri batik yang paling besar yaitu di pulau Jawa”. Seni batik sudah ditemukan sejak zaman nenek moyang kita. Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan pada waktu itu ialah batik tulis sampai dengan awal abad ke-20 dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920 (Dedi S, 2009: 6-7). Menurut Sugiarti (2009: 14) ”Pada akhir abad ke-19 ada beberapa pengrajin batik yang dikenal di Mojokerto. Bahan yang dipakai pada waktu itu, kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obatan batik dari soga jambal, mengkudu, nila/tom, tingi, dan sebagainya”. Pembatikan mulai dikenal sejak zaman Majapahit namun perkembangaan batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah tepatnya Surakarta dan Yogyakarta. Perang Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan, kemudian mereka menyebar ke arah timur dan barat. Di daerahdaerah baru itu para keluarga dan pengikut Pangeran Diponegoro mengembangkan batik. Ke timur, Batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung. Selain itu menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura. Adapun ke arah barat, batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon lalu berkembang di Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut (Soetarman, 2008: 2-3). commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
Batik
sampai
digilib.uns.ac.id
saat
ini
terus
mengalami
perkembangan.
Tidak
mengherankan jika batik mengalami perkembangan pesat baik menyangkut motif/coraknya. Menurut Sa’du, (2010: 14) ”Motif batik tradisional yang didominasi oleh lukisan binatang dan tanaman sempat bergeser pada motif abstrak seperti awan, relief candi, dan wayang. Hanya saja semua motif batik yang kini bermunculan tetap bertumpu pada pakem tradisional”. Sebagai akibat dari perkembangan tersebut, warisan budaya Indonesa ini sempat diklaim oleh negara tetangga. Menanggapi klaim tersebut, pemerintah Indonesia pada akhirnya berinisiatif untuk mendaftarkan batik ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)/organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan perserikatan bangsa-bangsa. Dalam rangka mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya dunia, pemerintah Indonesia harus melewati berbagai proses panjang. Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik sebagai global cultural heritage (warisan budaya dunia) yang berlangsung di Prancis (Sa’du, 2010: 15). Mengenai teknik, peralatan, dan bahan untuk pembuatan batik sampai sekarang ini juga mengalami perubahan. Obat-obat untuk membuat batik semula adalah bahan yang diperoleh dari alam kini telah banyak bahan sintetis. Menurut Soetarman (2008: 3) ”Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah Perang Dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto”. Perubahan-perubahan batik dari batik tradisional sampai batik zaman sekarang ini berdampak pada perubahan pasar penjualan batik bahan alami di nusantara. Pengrajin batik yang menggunakan bahan alami saat ini tergolong sedikit, karena banyak para pengrajin memilih menggunakan bahan-bahan buatan seperti pewarna buatan (pewarna sintetis). Sekarang ini juga telah muncul kain bermotif batik yang proses pembuatannya dengan teknik printing. “Banyak kalangan yang tidak setuju batik printing disebut batik, karena dibuat dengan proses sablon, tetapi bermotif batik. Bahkan sejak adanya batik printing pada tahun 1982, banyak produsen atau perajin yang tidak lagi memproduksi batik, karena kalah bersaing” (Yusuf, 2012: commit to“Seketika, user 2). Dedi S (2009: 76) juga menyatakan batik printing dari pemilik 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modal besar mampu menguasai pasar batik dimana-mana”. Terlepas dari kontroversi keberadaan batik printing, para pengrajin harus mampu bersikap bijak. Dengan adanya batik printing masyarakat bisa menikmati hasil budaya bangsanya sendiri dengan harga terjangkau, tapi kita jangan sampai melupakan budaya membatik secara tradisional yaitu dengan canting yang sudah turun temurun. Meskipun perkembangan batik dari masa ke masa, pada aspek bahan pembuatan dan teknik atau prosesnya telah menunjukkan perkembangan, namun sampai saat ini masih ada pengrajin batik yang tetap konsisten mempertahankan pembuatan batik dengan teknik-teknik seperti zaman dulu, dengan menggunakan bahan-bahan alami dan dengan proses pembuatan batik secara tradisional. Salah satu rumah industri yang saat ini dalam proses pembuatan batik tetap mempertahankan cara-cara tradisional dengan canting, serta menggunakan bahan alami adalah rumah industri batik Retno Mulyo. Rumah industri batik Retno Mulyo didirikan oleh ibu Sipon dan sudah berjalan 3 tahun yang lalu. Beliau memperoleh keterampilan membatik dari hasil bekerja di batik Danar Hadi Solo. Sambil bekerja, beliau juga belajar di BLK (Balai Latihan Kerja) Solo, di sana beliau belajar mengenai peralatan dan bahan yang digunakan dalam membatik dan cara membatik dari proses awal yaitu meliputi persiapan alat dan bahan, nyanting, pewarnaan hingga proses finishing. Saat itu yang dipelajari adalah batik tulis dan cap. Setelah lulus dari BLK, beliau semakin dipercaya oleh juragan batik Danar Hadi, di sana beliau menjadi pegawai yang diandalkan dan selalu dilibatkan setiap kali ada program promosi perusahaan. Akhirnya ibu Sipon memutuskan untuk keluar dari batik Danar Hadi Solo. Beliau membangun usaha batik di rumahnya sendiri. Sudah tiga tahun beliau mendirikan usaha dan mengajak warga sekitar untuk menjalankan usahanya. Rumah industri ini mengerjakan batik tulis dari proses awal hingga proses finishing, dan merupakan salah satu sentra pengrajin batik tulis yang menggunakan pewarnaan bahan alam dan sintetis, namun lebih mengutamakan pewarnaan alami. Sekarang ini rumah industri batik yang lain banyak yang beralih commit to user memproduksi batik printing, karena memang batik printing proses pembuatannya 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih mudah dan cepat, selain itu harga hasil produk batik printing juga lebih murah dibanding batik tulis maupun cap, para konsumen juga banyak yang beralih memilih batik printing. Batik tulis maupun cap telah mengalami pergeseran dan semakin berkurang peminatnya. Dengan kondisi seperti itu rumah industri batik Retno Mulyo tetap mempertahankan produksi batik tulis dan lebih mengutamakan bahan alami untuk pewarnanya. Ibu Sipon juga selalu optimis mengembangkan usahanya. Batik tradisional tidak akan terus tergeser keberadaannya jika semua pihak sadar akan besarnya nilai yang terkandung di dalam warisan budaya ini dan mau berama-sama terus melestarikan salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Kain batik warisan leluhur kita merupakan hasil karya seni yang indah dan unik. Keunikannya ada pada kata “batik” itu sendiri. Meskipun singkat namun padat unsur. Misalnya proses membatik, yang terdiri dari persiapan alat dan bahan, kemudian proses membatik dengan malam, pewarnaan, dan proses akhir yaitu nglorod (menghilangkan malam pada kain batik). Mengingat banyak unsur yang terkandung dalam batik, dapat dimengerti kalau banyak upaya telah dilakukan berbagai kelompok pecinta atau pemerhati batik untuk selalu melestarikan. Masing-masing kelompok atau individu tentu memilih unsur batik yang sesuai dengan bakat, perhatian, dan kepentingannya sebagai dasar dalam melakukan pelestarian batik di Indonesia. Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dimengerti bahwa keberadaan batik tulis dengan pewarna alami telah tergeser dengan batik printing dan bahan-bahan buatan (sintetis) terutama untuk bahan pewarnanya, produsen batik banyak yang beralih memproduksi batik printing, namun rumah industri batik Retno Mulyo tetap mempertahankan produksi batik dengan teknik tradisional yaitu dengan teknik tulis dan lebih mengutamakan bahan alami untuk proses pewarnaan, maka peneliti mengkaji dan meneliti dengan mengambil judul “Kajian Batik Tulis di Rumah Industri “Retno Mulyo” Bayat Klaten. commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian yang dikaji dapat dirumuskan ke dalam berbagai pertanyaan penelitian seperti berikut ini: 1. Bagaimanakah latar belakang keberadaan rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten? 2. Bagaimanakah manajemen produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan produksi untuk mengembangkan produk batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan: 1. Latar belakang keberadaan rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. 2. Manajemen produksi batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. 3. Strategi pengembangan produksi untuk mengembangkan produk batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Bayat Klaten. D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti tersebut di bawah ini: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang mengenai pembuatan batik tulis. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembanding atau masukan pada industri batik lainnya mengenai pembuatan batik tulis. b. Dapat dijadikan pedoman untuk mengukur kemampuan seseorang dalam dunia kerja dalam hal kemampuan keterampilan batik tulis. commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Batik Batik memiliki pengertian yang cukup banyak, para ahli mengemukakan batik dengan pengertiannya masing-masing, namun memiliki arti yang sama. Menurut Oriyati dan Winarni (1982: 89) “Batik adalah suatu istilah di Indonesia yang menggambarkan suatu proses pencapan rintang dengan desain yang khas. Perintang tersebut dengan jalan menempelkan malam pada kedua permukaan kain. Selanjutnya dilakukan pencelupan dalam larutan warna pada suhu dingin “. Batik (atau kata batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang artinya menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan ”malam” (wax) yang dilapiskan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggris ”wax-resist dyeing”. Batik adalah kerajinan yang memiliki seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khusunya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan, tetapi ketika ditemukannya batik cap, maka laki-laki pun ikut andil dalam bidang ini. Teknik membatik sudah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilangka, dan Iran. Selain di Asia batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari pulau Jawa (Dedi S, 2009: 1). Batik adalah seni melukis di atas kain, dengan menggunakan alat canting yang diisi lilin (malam) sebagai tinta lukisnya. Secara ilmu etimologi kata batik berasal dari kata ”tik” yang berarti titik/kecil. Jadi, membatik adalah suatu pekerjaan yang harus memiliki kesabaran (Soetarman, 2008: 5). Menurut Sa’du (2010: 11) ”Istilah batik berasal dari kosakata bahasa Jawa, yaitu amba dan titik. Amba berarti kain, dan titik adalah cara memberi motif pada kain menggunakan malam cair dengan cara dititik-titik”. commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cara kerja membuat batik pada dasarnya adalah menutup permukaan kain dengan malam cair (wax) agar ketika kain dicelup ke dalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam tersebut tidak ikut terkena warna. ”Jika proses membuat batik dilakukan dengan cara ditulis menggunakan alat yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis” (Soetarman, 2008: 5). ”Ada juga jenis batik yang pembuatan motifnya menggunakan alat cetak khusus yang terbuat dari logam dengan motif-motif tertentu, batik yang dibuat dengan cara ini mirip dengan stempel atau cap. Batik yang dibuat seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik stempel” (Sa’du, 2010: 11-12). Mengukir di atas kain itu disebut membatik, kata batik sendiri berasal dari kata “tik” yang artinya titik, batik berarti bertitik. Memang kain batik adalah kain yang dihiasi dengan ukiran terbuat dari garis dan titik-titik. Membatik ialah melukis juga. Melukis dilakukan di atas layar, dan membatik di atas mori. Melukis dilakukan dengan kuas, tetapi membatik dengan canting. Kalau melukis dengan cat, tetapi membatik dengan malam. Tujuan melukis dan membatik adalah kesenian, karena melahirkan keindahan di atas bahan (Soekamto,1994: 9-10). Dari pengertian-pengertian di atas, jelas bahwa batik adalah karya yang dipaparkan di atas bidang datar kain dengan dilukis atau ditulis dengan menggunakan canting atau dicap dengan menggunakan malam untuk menutup bagian kain yang tidak akan diwarnai.
B. Alat dan Bahan Membatik Dalam proses pembuatan batik, tentunya menggunakan peralatan dan bahan yang diperlukan yang berfungsi untuk menunjang proses produksi. “Alat merupakan benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai maksud tujuan, sedangkan bahan merupakan barang yang akan dibuat menjadi barang yang lain” Tim Pustaka Phoenix (2008: 99). Soetarman (2008: 15) menyatakan bahwa “Peralatan dan bahan membatik terdiri dari bermacam-macam, namun peralatan yang digunakan cukup sederhana dilihat dari bentuk dan fungsinya”. Meskipun saat ini banyak bermunculan peralatan-peralatan yang lebih modern, untuk batik tulis dan cap pada umumnya menggunakan peralatancommit to user peralatan yang tradisional. 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Peralatan Membatik Menurut Soekamto (1994: 21) “Alat yang dipakai untuk mengerjakan batik antara lain adalah: Pensil, penghapus, meja, bingkai, canting, cap, gawangan, pisau, kuas, kompor, sapu, timbangan, belanga, tongkat kayu, sarung tangan, clemek, bak celup”. Jenis-jenis peralatan dan kegunaannya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Peralatan Membatik No 1
Alat
Kegunaan
Meja
Meja yang digunakan yaitu: a. Meja pola, dibuat khusus untuk memola motif batik dari kertas pola batik ke kain putih. Daun meja terbuat dari kaca dan diberi lampu neon di bawahnya. b. Meja cap, digunakan untuk meletakkan kain mori yang akan dicap. Meja cap terbuat dari kayu yang daun mejanya harus benar-benar datar dan dilapisi plastik, busa, kertas semen dan mika.
Gambar 2.1. Meja Pola (Kantong Seni, 2011: 1) 2
Penghapus
Untuk menghapus gambar yang salah pada saat memola dengan pensil pada kertas kalkir maupun pada kain. Pola yang salah, dihusap dengan stip secara perlahan, searah dengan goresan pola pensil, supaya cepat hilang dan kain tidak rusak.
Gambar 2.2. Penghapus (Kantong Seni, 2011: 1) 3
Dingklik
Gambar 2.3. Dingklik
Untuk tempat duduk orang yang sedang membatik. Dingklik pada umumnya terbuat dari kayu, dengan tinggi kuarang lebih 15 cm.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
4
Pensil
Gambar 2.4. Pensil (Kantong Seni, 2011: 1) 5
Canting
Gambar 2.5. Canting (Kantong Seni, 2012: 2) 6
Cap
Gambar 2.6. Cap (Perpus Albidayah, 2011: 1) 7
Gawangan
digilib.uns.ac.id
Untuk menggambar motif batik di atas kertas kalkir dan kain putih. Pensil yang baik untuk menggambar pola terbuat dari grafit (barang tambang berwarna hitam arang), dengan kode H/HB, pensil ini tulisannya jelas dan mudah dihapus jika terjadi kesalahan. Untuk melukis pada waktu membatik kain yang digunakan untuk membuat batik tulis. Canting terdapat berbagai macam jenis. Jenis canting menurut fungsinya: a. Canting reng-rengan, digunakan untuk membatik reng-rengan. Reng-rengan adalah batikan pertama kali sesuai dengan pola atau membatik kerangka dari motif dasar sebelum pekerjaan lebih lanjut b. Canting isèn, digunakan untuk mengisi bidang polaan (Soetarman, 2008:19) Alat cap disebut juga canting cap, berbentuk stempel dan terbuat dari bahan tembaga, terdiri dari: a. Bagian muka, berupa susunan plat tembaga dengan disain batik. b. Bagian dasar, tempat melekat bagian muka. c. Tangkai cap, untuk memegang cap pada saat digunakan untuk pencapan (Oriyati & Winarni, 1982:89).
Untuk menggantungkan kain pada waktu membatik. Ukuran panjang gawang 150 cm, tinggi 75 cm. Gawangan pada umumnya terbuat dari kayu bambu dan besi. Para pengrajin batik kebanyakan menggunakan gawangan yang terbuat dari bambu, karena lebih ringan, mudah dipindah-pindah dan harganya lebih murah dibanding dengan bahan dari kayu ataupun besi.
Gambar 2.7. Gawangan (Yusma, 2011: 1) commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
8
digilib.uns.ac.id
Pisau
Pisau yang digunakan adalah: a. Pisau dapur dengan ujung meruncing digunakan untuk menghilangkan noda malam yang menetes di atas kain yang sedang dibatik. b. Golok digunakan untuk memotong malam yang akan dimasak. Gambar 2.8. Pisau
9
Kompor
Kompor yang digunakan ada dua macam, kompor kecil dan besar, keduanya memiliki fungsinya masing-masing, yaitu: a. Kompor kecil, digunakan untuk memasak malam supaya cair, yang akan digunakan untuk membatik. b. Kompor besar, untuk memasak air yang akan digunakan untuk melorod kain batik .
Gambar 2.9. Kompor (Republika, 2012: 1) 10
Wajan
Untuk tempat mencairkan malam. Wajan yang dipakai berukuran kecil, dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
Gambar 2.10. Wajan Kecil (Kantong Seni, 2012: 2) 11
Ijuk
Untuk menyogok lubang canting yang tersumbat kotoran pada waktu membatik.
Gambar 2.11. Ijuk commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
12
Kuas
Gambar 2.12. Kuas 13
Bak Celup
digilib.uns.ac.id
Kuas yang digunakan ada bemacammacam tergantung kegunaannya, antara lain: a. Kuas besar, digunakan untuk menutup bagian yang luas yang tidak dapat dibatik dengan canting. b. Kuas kecil, digunakan untuk mencolet larutan obat pewarna batik ke bagian yang akan diberi warna. Untuk mencelup kain batik dalam larutan obat pewarna. Bak celup untuk pewarnaan batik dibuat khusus, dengan panjang 150 cm dan lebar 25 cm, dan tinggi 35 cm. Bak celup ini dibuat dari bahan kayu supaya tidak berkarat.
Gambar 2.13. Bak Celup (Perpus Albidayah, 2011: 1) 14
Wadah Untuk Memasak Air
Gambar 2.14. Belanga (Kantong Seni, 2012: 2) 15
Timbangan
Wadah yang digunakan untuk memasak air pada umumnya adalah: a. Cèrèt, gunanya untuk memasak air, dan ukuran ceret lebih dari satu liter. b. Belanga, disebut juga “kèncèng”. Gunanya untuk memasak air dan air itu dipakai untuk menghilangkan lilin yang melekat pada kain batik pada waktu “melorod. Belanga dapat digunakan untuk memasak air dengan jumlah yang lebih banyak dibanding cèrèt. Untuk menimbang obat pewarna yang berupa bubuk. Timbangan yang digunakan adalah timbangan kue.
Gambar 2.15. Timbangan Kue (Kantong Seni, 2011: 2) commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
16
Sarung Tangan
digilib.uns.ac.id
Untuk melindungi kulit tangan agar tidak menjadi kotor oleh larutan obat pewarna pada saat kita mencelup dan juga untuk melindungi tangan dari bahan kimia yang dapat merusak tangan. Sarung tangan yang digunakan pada umumnya adalah sarung tangan dari bahan plastik dan karet.
Gambar 2.16. Sarung Tangan (Bisma, 2011: 1) 17
Clemek atau Skort
18
Gambar 2.17. Clemek (Bisma, 2011: 1) Tongkat Kayu
Clemek atau skort yaitu selembar kain yang diberi tali pada kedua ujung sisi atas, supaya dapat diikatkan di pinggang. Gunanya untuk melindungi pakaian dari kotoran-kotoran bila kita membatik kain atau mencelup kain.
Untuk mengait kain batik pada waktu melorod (merendam) kain batik dengan air panas. Tongkat harus tumpul atau tidak tajam di sisi-sisinya, agar tongkat tidak merusak kain yang dikait.
Gambar 2.18. Tongkat Kayu 19
Ember
Ember yang digunakan ada dua jenis, yaitu: a. Ember kecil, digunakan untuk melarutkan obat pewarna. Ember yang digunakan terbuat dari bahan plastik, bukan dari metal, sebab jika menggunakan bahan metal tidak akan tahan dengan kostik soda dan mudah berkarat. b. Ember besar, di isi air panas dan Gambar 2.19. Ember gunakan untuk melorod kain batik dan (Bisma, 2011: 1) untuk mencuci kain batik yang sudah commit todilorod. user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Bahan Membatik Bahan-bahan yang digunakan dalam membatik menurut Oriyati dan Winarni (1982: 94-96) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.2. Bahan Membatik No 1
Bahan Kain putih
Kegunaan Sebagai media untuk membatik. Kain putih yang dijadikan batik disebut mori, biasanya terbuat dari katun. Kualitas mori sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan .Berikut beberapa jenis kain yang digunakan untuk membatik, yaitu: a. Mori primissima, merupakan golongan mori yang paling halus.
Gambar 2.20. Mori Primissima (Kantong Seni, 2011: 1) b. Mori prima, Merupakan golongan mori yang kedua sesudah primissima, Mori golongan ini digunakan untuk batik halus dan batik cap.
Gambar 2.21. Mori Prima (Tugas, 2012: 1) c. Mori biru, Merupakan mori kwalitas ketiga, biasanya digunakan untuk batik kasar dan sedang.
Gambar 2.22. Mori Biru (Tugas, 2012: 1) commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Malam Batik
Malam batik adalah bahan untuk menutup permukaan kain menurut desain, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak zat warna. Jenis-jenis bahan pokok malam antara lain: a. Malam tawon, berasal dari sarang lebah “tala tawon”. Berwarna kuning suram, mudah meleleh, mudah melekat pada kain, dan mudah lepas pada proses lorodan. Penggunaannya banyak dicampurkan malam klowongan.
Gambar 2.23. Malam Tawon (Indonetwork, 2011: 1) b. Gondorukem, berasal dari pinus merkusu yang telah dipisahkan minyak dan airnya. Titik leleh agak tinggi, mudah menembus pada kain, mudah patah setelah dingin. Penggunaannya dicampurkan pada malam klowongan. Gambar 2.24. Gondorukem (Perpus Albidayah, 2011: 1) c. Damar mata kucing diambil dari pohon shoria spec, langsung dipecah-pecah menjadi kecil. Bahan ini Sukar meleleh pada saat dipanaskan dan mudah membeku jika sudah menempel pada kain. Gambar 2.25. Damar Mata Kucing (Indonetwork, 2011: 1) d. Microwax, disebut juga malam mikro adalah jenis parafin yang lebih halus, warna kuning muda. Malam ini sulit untuk meleleh, mudah lepas dalam rendaman air, dan sulit menembus kain. Gambar 2.26. Microwax (Excelintl, 2012: 1) commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
Zat warna
Untuk mewarnai kain batik melalui proses celup maupun dikuas. Menurut Oriyanti dan Winarni (1983: 93-99) ditinjau dari asalnya, Zat pewarna batik terdiri dari dua jenis yaitu:
Gambar 2.27. Indigofera (Wikipedia, 2011: 1)
a. Zat warna alam, diperoleh dari hasil alam tanpa campuran bahan buatan atau sintetis. Jenis zat warna alam diantaranya adalah: 1) Nila atau indigo, disebut juga tom, diambil dari daun tanaman indigofera. Tanaman ini terdapat bermacam-macam jenis, diantaranya adalah indigofera arrecta, indigofera guatemalaensis, indigofera sumatrana, indigofera inctoria.
2) Soga, Selain warna biru indigo, warna coklat banyak digunakan dalam pembatikan. Warna ini diperoleh dari soga dan umumnya campuran bermacam-macam soga dari tumbuhtumbuhan. Warna ini diambil dari kulit pohon atau kayu lalu direbus, diambil warnanya. Karena penyerapan terhadap kain sangat lambat maka pewarnaan dilakukan dengan mencelup dalam Gambar 2.28. Soga larutan soga berkali-kali dengan (Vhrmedia, 2011: 1) pengering sebelumnya. b. Zat warna buatan Golongan zat warna buatan yang digunakan dalam pembatikan adalah: Indigosol, naftol, rapid, bejana, reaktif, direk atau chrom. Warna-warna yang diperoleh adalah biru tua, coklat merah, merah tua, hijau, kuning, dan ungu. Penggunaan zat warna buatan ini lebih menguntungkan karena pemakaiannya Gambar 2.29. Pewarna Buatan mudah, cepat dan sifat ketahanannya (Finu, 2012: 1) lebih baik.
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain bahan pembuatan batik di atas, dalam proses membatik juga sering menggunakan bahan-bahan pembantu. Menutut Oriyanti dan Winarni (1983: 9899) bahan pembantu yang digunakan antara lain adalah: a. Natrium hidroksida (Kostik soda) dikenal dengan sebutan soda api atau natronloog adalah alkali kuat. Penggunaanya di dalam pelarutan zat warna naftol, rapid serta untuk mengètèl atau melarutkan malam. b. Natrium karbonat (Soda abu) Larutannya bersifat alkali lemah dan digunakan untuk mengètèl, membuat larutan alkali untuk lorodan dan zat pembantu pada pencelupan dengan zat warna indigosol dan reaktif. c. Turkis Red Oil (TRO) Terbuat dari minyak jarak dan digunakan sebagai zat pendispersi maupun sebagai zat pembasah untuk mencuci kain yang akan dicap. d. Asam chlorida Digunakan untuk membangkitkan warna dari zat warna indigosol serta menghilangkan kanji secara rebusan. e. Asam sulfat Penggunaannya untuk membangkitkan warna zat warna indigosol. f. Tawas Tawas berupa kristal putih untuk fiksasi zat warna soga alam. g. Kapur Air kapur yang merupakan lapisan air jernih pada pelarutan kapur digunakan untuk fiksasi zat warna soga alam atau melarutkan zat warna indigo secara reduksi dengan tunjung atau tetes. h. Air hijau Air hijau merupakan senyawa chrom dengan soga buatan menyebabkan warna soga mempunyai ketahanan yang baik dan tahan pada proses melorod. i. Minyak kacang Minyak kacang digunakan untuk mengètèl sehingga kain menjadi lemas dan daya serapnya bertambah commit baik. to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Proses Produksi Batik Menurut Downey dan Erickson (1992: 396) “Produksi dapat dinyatakan sebagai kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk atau jasa”. Dalam sebuah penciptaan produk dibutuhkan suatu manajemen produksi, menurut Tim Pustaka Phoenix (2008: 565) “Manajemen merupakan pengetahuan tentang proses penggunaan dan pengelolaan sumberdaya, manusia, peralatan lainnya secara terpadu untuk mencapai sasaran yang diharapkan ... Manajemen produksi merupakan pengelolaan aspek kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang jadi”. Menurut Elwood S. Bufa (1993:9) “Inti dari manajemen produksi ialah memelihara hubungan dari semua variabel [masukan/input berupa sumberdaya: Energi, tenaga kerja, bahan baku, dan proses konversi/pengubahan] dan sedapat mungkin memandang keseluruhan proes sebagai suatu sistem terpadu”. jadi dalam proses produksi batik memang perlu adanya manajemen produksi, yang bertujuan untuk memelihara hubungan antara variabel-variabel penting dalam proses produksi batik, yaitu: bahan baku, peralatan, disain, energi, pelaku usaha, untuk menjadi suatu sistim terpadu sehingga tercapainya produk berupa kain batik yang berkualitas. Proses produksi batik merupakan proses pembuatan batik dari dari mori batik sampai menjadi kain batik yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan menggunakan alat dan bahan yang tersedia. Menurut Oriyati dan Winarni (1983: 92-93) proses produksi batik meliputi 2 bagian utama, yaitu: 1. Persiapan Persiapan dimaksudkan sebagai bermacam-macam proses pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik, pada umumnya ada 3 tahapan persiapan, meliputi: a. Ngètèl Setelah kain mori dipotong-potong menurut panjang kain yang akan dibuat, dihilangkan kanjinya terlebih dahulu dengan jalan direndam dalam air bersih selama semalam. Kemudian agar kain mempunyai daya serap yang baik dan menjadi supel kain direndam dalam campuran minyak nabati (minyak kacang, TRO) Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang dan prosesnya disebut commit to user ngètèl. 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Menganji Kain yang akan dibatik perlu dikanji agar malam batik tidak meresap ke dalam kain, sehingga pada akhir proses mudah dihilangkan kembali. Kanji (tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon/singkong) tidak menghalangi pewarna kain, karena hanya berupa kanji ringan. c. Mengemplong Kain mori yang telah dikanji perlu dihaluskan atau diratan permukaanya dengan cara dikemplong. Beberapa lembar kain yang telah kering dan dikanji, digulung, diletakkan di atas kayu yang rata permukaannya, dipukul dengan pemukul kayu. Setelah menjadi rata, dibuka dan dilipat satu persatu (Oriyati dan Winarni, 1983: 92-94).
2. Membuat Batik Dalam membatik pada umumnya terdapat dua teknik yaitu tulis dan cap. Masing-masing teknik membatik tersebut memiliki cara yang berbeda dalam proses pelekatan malam. a. Batik Tulis Batik tulis adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik menggunakan canting. Motif-motif dilukis satu persatu, garis demi garis, dan titik demi titik (Dedi S. 2009: 5). Ciri-ciri pembuatan batik tulis menurut Sa’du (2010: 58-59) adalah sebagai berikut: 1) Dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam guna membentuk gambar awal pada permukaan kain. 2) Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar tampak lebih luwes dengan ukukran garis motif yang relatif lebih kecil dibanding dengan batik cap. 3) Gambar batik tulis bisa dilihat dari kedua sisi kain yang tampak lebih rata commitbagi to user (tembus bolak-balik), khususnya batik tulis yang halus. 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Warna dasar kain biasanya lebih muda dibanding dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan), misalnya wana coklat muda, kuning, biru muda. 5) Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembaran kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap dalam pengulangan gambar (ragam hias) kemungkinan bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya. 6) Waktu yang dibutuhkan untuk membuat batik tulis bisa mencapai 3 hingga 6 bulan. 7) Alat kerja berupa canting, harganya relatif lebih murah berkisar Rp.10.000,00 hingga Rp.20.000,00. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal karena kualitasnya lebih bagus, mewah, dan unik. Menurut Soetarman (2008: 34-46) dalam membuat batik tulis terdapat beberapa tahapan yang dikerjakan oleh orang yang berbeda dan tidak bisa dikerjakan bersamaan dalam waktu yang sama. Tahap-tahap itu adalah: 1) Membatik kerangka, Pada tahap awal membatik, dilakukan dengan pembuatan pola (gambar lukisan motif batik). Membatik kerangka dengan memakai pola disebut mola, sedangkan tanpa pola disebut ngrujak, kain batik yang sudah dibatik seluruhnya berupa kerangka, baik bekas memakai pola maupun dirujak, disebut batikan kosongan atau klowongan. 2) Ngisèn-isèni, Tahap ini adalah memberi isi atau disebut ngisèn-isèni dari kata isi yang berarti memberi isi dengan mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting isèn. Canting isèn bermacam-macam tetapi sepotong mori belum tentu menggunakan seluruh macam canting isèn. Adapun membatik pekerjaannya harus satu per satu, setiap bagian harus selesai sebelum bagian lain dikerjakan dengan canting lain, misalnya nyeceki (membuat motif yang terdiri atas titik-titik) bagian cecekan ini harus selesai seluruhnya. Setelah cecekan selesai, kemudian mengerjakan bagian lain yang mempunyai nama masing-masing, nama tersebut diambil menurut nama canting yang dipergunakan. Batikan yang lengkap dengan commit tokarena user namanya rèng-rèngan maka isèn-isèn disebut rèng-rèngan, 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengobeng yang membatik dari permukaan sampai penyelesaian (akhir) memberi isen-isen disebut ngènggrèng. jadi ngènggrèngan merupakan kesatuan motif dari keseluruhan yang dikehendaki. 3) Nerusi, Batikan yang berupa ngènggrèngan (batikan yang sudah selesai diberi isèn-isèn) kemudian dibalik permukaannya, dan dibatik lagi pada permukaan kedua itu disebut nerusi. Nerusi ialah membatik mengikuti motif pembatikan pertama pada bekas tembusannya. Nerusi tidak berbeda dengan mola, dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. Batikan yang selesai pada tahap ini pun masih disebut ngènggrèngan. 4) Nèmbok, Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau diberi warna yang bermacam-macam pada waktu penyelesaian menjadi kain. Maka bagian-bagian yang tidak diberi warna atau yang diberi warna bagian yang lain harus ditutupi dengan malam. Cara penutupannya, seperti membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tèmbokan bercucuk besar. Orang yang mengerjakan disebut nèmbok atau nèmboki, dan hasilnnya disebut tèmbokan. 5) Bliriki, ialah nerusi tèmbokan agar bagian-bagian itu benar-benar tertutup. Bliriki mempergunakan canting tèmbokan dan caranya seperti nèmboki. Apabila tahap terakhir ini telah selesai berarti proses membatik juga selesai. Hasil bliriki disebut “blirikan” tetapi jarang disebut demikian, lebih biasa disebut “tèmbokan”. Membatik dianggap selesai apabila proses terakhir tadi telah selesai, batikan dijemur sampai malamnya hampir meleleh. Maksud penjemuran itu agar lilin tidak mudah rontok atau hilang. Sebab malam mendidih dan bersinggungan dengan mori dingin akan membeku seketika karena proses kejut. Pembekuan malam demikian kurang baik, karena batikan sering patah-patah dan malam mudah rontok. Jika dijemur, pemanasan terjadi secara merata, dan mori ikut terpanasi. Mori yang mengalami pemanasan sinar matahari akan mengembang, dan mempunyai daya serap. 6) Mbabar, ialah proses penyelesaian dari batikan menjadi kain, Selesai commit to user yaitu memproses menjadi kain. batikan dibliriki, pengerjaan selanjutnya 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahan-bahan untuk mbabar batikan dipergunakan bahan dari hasil alam dengan pengolahan sederhana. Proses mbabar batikan terdapat beberapa tahap, yaitu medel dan mbironi, nyoga, nglorot. b. Batik cap Menurut Dedi S (2009: 5) “Batik cap adalah kain yang dihiasi dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga)”. Ciri-ciri pembuatan batik cap sebagai berikut: 1) Dikerjakan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar 20 cm x 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu. 2) Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar tampak berulang dengan bentuk yang sama dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. 3) Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. 4) Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang bisa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat sehelai kain batik cap lebih berkisar 1 hingga 3 minggu. 5) Untuk membuat batik yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm x 20 cm berkisar Rp.350.000,00 hingga Rp.700.000,00 per motif. Sehingga dari sisi modal awal, batik cap relatif lebih mahal. 6) Jangka waktu pemakaian cap batik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakaiannya hampir tidak terbatas. commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, karena jumlahnya banyak dan memiliki kesamaan satu dan yang lainnya. (Sa’du, 2010: 60-61). Pembuatan batik cap lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis karena pembuatan motifnya dengan menggunakan cap, proses pembuatan batik cap yaitu: 1) Kain mori diletakkan di atas meja datar terbuat dari kayu yang daun mejanya dilapisi plastik, busa, kertas semen dan kertas mika. 2) Perebusan malam, dimaksudkan unuk mencairkan malam. Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondisi 60 sampai dengan 70 derajat celcius. 3) Pengecapan, cap dimasukkan ke dalam cairan malam, kurang lebih 2 cm bagian bawah canting cap yang tercelup cairan malam, dan kemudian dicapkan dengan tekanan yang cukup di atas kain mori. 4) Pewarnaan, dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam bak pewarna yang berisi larutan zat warna. Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini, sedangkan kain yang tidak tertutupi malam, akan mengalami pewarnaan. pewarnaan dapat menggunakan warna sintetik atau warna alam. 5) Nglorot, setelah proses pewarnaan, dilakukan proses penghilangan malam yang disebut nglorot. Nglorot dilakukan dengan cara mencelupkan kain batik yang sudah diwarnai ke dalam ember berisi air panas, sehingga malam akan meleleh. (http://batikklewer.wordpress.com).
D. Motif Batik Menurut Tim Pustaka Phoenix (2008: 164) “Motif atau corak merupakan gambar pada kain, tenunan, anyaman”. Sekarang ini banyak di jumpai motif batik, dari motif tradisional sampai motif kontemporer (motif yang kekinian). Motif batik merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuat batik. Beberapa motif batik dan filosofinya menurut Sa’du commit to user (2010: 34-37) yaitu: 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kawung Kawung adalah kain yang dipakai raja dan keluarga dekatnya sebagai lambang keadilan dan keperkasaan. Empat bulan dengan sebuah titik pusat melambangkan raja didampingi oleh para pembantunya.
Gambar 2.30 Kawung (Sa’du, 2010: 34) 2. Sidomukti Batik ini dipakai oleh pengantin dalam upacara pernikahan. Sido berarti terus-menerus, dan mukti berarti kecukupan dan penuh kebahagiaan. Diharapkan pengantin yang memakai batik ini kelak akan mendapatkan kebahagiaan dan sejahtera selamanya.
Gambar 2.31 Sidomukti commit to user (Sugiarti. 1993: 46) 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Truntum Kain ini dipakai oleh orang tua pengantin dalam upacara pernikahan. Truntum berarti menuntun. Diharapkan si pemakai/orang tua mempelai mampu memberikan petunjuk dan contoh kepada putra-putrinya untuk memasuki kehidupan baru berumah tangga yang penuh dengan dinamika hidup.
Gambar 2.32 Truntum (Sugiarti. 1993: 47) 4. Parang Makna dari batik jenis parang ini adalah senjata yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan, dan kecepatan dalam bergerak.
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.33 Parang (Sugiarti. 2009: 43) 5. Ciptoning Makna dari batik jenis ini, diharapkan siapapun yang memakainya menjadi orang yang bijak dan mampu memberikan petunjuk tentang keluhuran budi, juga jalan yang benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Gambar 2.34 Ciptoning (Sa’du, 2010: 37) 6. Sido Mulyo Sido berarti terus-menerus, sedangkan mulyo berarti kecukupan dan kemakmuran. Diharapkan orang yang memakai batik ini mendapatkan kecukupan dan kemakmuran sepanjang hidupnya.
Gambar 2.35 Sido Mulyo (Sumber Harian, 2011: 2 ) commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Kerangka Berpikir Batik kebanyakan diproduksi oleh pengrajin di sebuah rumah industri. Di rumah industri batik Retno Mulyo Dukuh Mejan, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten merupakan industri pembuatan batik. Dalam produksi batik terdapat beberapa variabel penting, yaitu: Input (pemilik, pekerja, disain, energi, alat, bahan) dan konversi (proses produksi/pengubahan). Semua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan, kesemuanya harus selalu ada dalam proses pembuatan batik, karena semua memiliki peran masing-masing yang saling terkait. Pelaku
usaha
sebagai
orang
yang
menjalankan
usaha
dengan
menggunakan alat, bahan, sumber energi, serta gambar pola sebagai acuan untuk membuat motif pada kain yang akan dibatik. Di setiap rumah industri memiliki ciri khas masing-masing mengenai motif, alat, bahan, energi serta proses produksinya. Jika semua hubungan variabel terjaga dengan baik akan menghasilkan produk yang baik juga. Untuk mempermudah alur penelitian ini, maka disusun suatu kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.36. Kerangka commit to user Berpikir 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah objek penelitian di mana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi dilakukan untuk mempermudah dan memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Penelitian ini dilakukan di rumah industri batik tulis Retno Mulyo yang beralamatkan di Dukuh Mejan RT 03/ RW 02, Desa Kebon, Kecamatan Bayat. Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan tempat ini didasarkan pada alasan bahwa rumah industri ini dalam proses produksi masih mengutamakan bahan-bahan alami dan dengan proses pembuatan batik secara tradisional. Waktu penelitian perlu ditetapkan dengan jelas sehingga akan lebih mudah dalam menentukan langkah-langkah pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu sejak bulan Maret sampai Mei 2012, dengan tahap Satu bulan pertama digunakan untuk proses pengumpulan data dan analisis termasuk di dalamnya adalah proses validasi. Sedangkan pada tahap satu bulan berikutnya digunakan untuk melengkapi data yang masih kurang sekaligus merupakan usaha recheck data untuk mendukung akuratnya pengumpulan data pada tahap pertama.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang, peristiwa ataupun kejadian yang sedang berlangsung dan yang sedang diamati. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo, 2011: 22) menyatakan: “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Berdasarkan masalah yang diteliti, maka strategi penelitian ini bersifat kasus tunggal terpancang. Sutopo (2002: 112) menyatakan bahwa ”Maksud penelitian terpancang ini adalah peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan commit user menentukan variabel yang menjadi fokustoutamanya sebelum memasuki lapangan 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
studinya”. Disebut kasus tunggal karena penelitian ini terarah pada satu lokasi atau satu subjek yang memiliki karakteristik sama, yaitu pada rumah industri batik Retno Mulyo Dukuh Mejan, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, kabupaten Klaten.
C. Sumber Data Menurut Prastowo (2011: 43) “dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berupa data deskriptif, misalnya dokumen pribadi, catatan lapangan, tindakan responden, dan lain-lain”. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Informan Moleong (2000: 90) menyatakan bahwa “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Informan adalah seseorang yang dianggap mengetahui tentang permasalahan
yang
diteliti,
dengan
begitu
data
yang
didapat
bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kategori informan, yaitu informan pokok dan informan pelengkap. Informan pokoknya adalah: Ibu Sipon selaku pemilik rumah industri batik Retno Mulyo. Sedangkan informan pelengkap meliputi bapak Sunardi (suami ibu Sipon), Endang Winarsih (putri ibu Sipon), ibu Pujiati (pekerja rumah industri batik Retno Mulyo), Novi (siswi SMK Rota yang PKL di rumah industri batik Retno Mulyo), ibu Arini (pengurus kelompok batik Kebon Indah), dan bapak Sukoco (kepala Desa Kebon). 2. Tempat dan Peristiwa Tempat yang dijadikan sebagai sumber data yang bersifat umum mencakup seluruh lingkungan Desa Kebon. Sedangkan tempat yang dijadikan sebagai sumber data yang bersifat khusus diarahkan pada tempat yang digunakan untuk proses produksi, yaitu di rumah industri batik Retno Mulyo dan tempat pemasaran produk, yaitu di pameran Kampung Kerajinan Asepi Solo Paragon. Peristiwa-peristiwa yang dikaji pada umumnya meliputi perilaku seharihari warga setempat berkaitan commit dengantorumah user industri batik Retno Mulyo, 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedangkan secara khusus kajian ditujukan pada proses dan hasil produksi. batik tulis. 3. Dokumen Dokumen adalah sumber data (informasi) yang berupa gambar atau tulisan yang berkaitan dengan batik tulis di rumah industri batik Retno Mulyo Dukuh Mejan, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Beberapa dokumen yang dijadikan sumber data antara lain berupa: buku-buku, catatan administrasi, foto-foto, disain motif. D. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan metode untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber data dengan tujuan memperinci dan memusatkan informan atau orang yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel yang benarbenar berhubungan dengan masalah yang diteliti di lapangan. Pada teknik ini pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada sifat dan ciri spesifik dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan (tatangmanguny.wordpress.com). Seperti yang dikatakan Sutopo (2002: 36), teknik cuplikan penelitian kualitatif cenderung bersifat “purposive” karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Sutopo (2002: 56) juga menyatakan “Dalam purposive sampling, peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap”. Sugiono (dalam Prastowo, 2011: 197) menyatakan ”Teknik yang digunakan untuk menentukan informan dengan jalan peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut, penentuan orang yang menjadi narasumber dilakukan secara purposive, commit toyaitu userdipilih dengan pertimbangan dan 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tujuan tertentu”. Teknik ini dipilih karena dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan dalam memperoleh data, dalam penelitian ini cenderung lebih memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya guna menjadi sumber data yang tepat. Dalam hal ini informannya adalah ibu Sipon (pemilik rumah industri batik Retno Mulyo), bapak sunardi (Suami ibu Sipon), Endang Winarsih (putri ibu Sipon), ibu Pujiati (pekerja rumah industri batik Retno Mulyo), Novi (siswi SMK Rota yang PKL di rumah industri batik Retno Mulyo), ibu Arini (pengurus kelompok batik Kebon Indah), dan bapak Sukoco (kepala Desa Kebon). . E. Teknik Pengumpulan Data Pohan (dalam Prastowo, 2011:208) menyatakan bahwa ”Teknik pengumpulan data yang utama adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan”. Sesuai kebutuhan data yang akan digunakan dalan penelitian ini serta kesesuaian dengan bentuk kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengamatan (observasi) Menurut Sutrisno Hadi (dalam Prastowo, 2011: 220) ”Pengamatan (observasi) merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gajala yang tampak pada objek penelitian”. “Observasi adalah mengamati dan mendengar secara langsung dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis (gurutrenggalek.blogspot.com)”. Untuk mendapatkan informasi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan. “Observasi partisipan adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktifitas kehidupan objek pengamatan” (Andi commit to user Prastowo, 2011: 220). 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Wawancara Mendalam Bugin (2001: 108) menyatakan bahwa “Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewe)”. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur atau yang biasa di sebut “wawancara mendalam”, dimana wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, yaitu pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, Bugin (dalam Prastowo, 2011: 212). Dengan kelonggaran semacam ini maka akan diperoleh data yang rinci, jujur, dan mendalam dari informan. Wawancara ini akan dilakukan kepada para informan, yaitu: Ibu Sipon selaku pemilik rumah industri batik Retno Mulyo, bapak Sunardi (suami ibu Sipon), Endang Winarsih (putri ibu Sipon), ibu Pujiati (pekerja batik Retno Mulyo), Novi (siswi SMK Rota yang PKL di rumah industri batik Retno Mulyo) ibu Arini (pengurus kelompok batik Kebon Indah), dan bapak Sukoco selaku kepala Desa Kebon.
3. Analisis Dokumen “Dokumen merupakan sesuatu yang tertulis, tercatat yang dipakai sebagai bukti atau keterangan biasanya bersifat rahasia/interen” (Tim Pustaka Poenix, 2008: 199). Menurut Prastowo (2011: 227) “dokumen pada dasarnya: pertama, rekaman yang bersifat tertulis atau film; dan kedua, isinya adalah peristiwa yang telah berlalu”. Dalam hal ini, dokumen yang dijadikan sebagai sumber informasi meliputi berbagai alat dan hasil kerajinan batik. Dokumen lain yang akan dianalisis adalah data monografi dan peta yang fungsinya sebagai pelengkap untuk menjelaskan keberadaan wilayah penelitian secara menyeluruh. Data-data dokumentasi lain berupa referensi pustaka, katalog, commit to user brosur yang terkait dengan topik penelitian. 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data “Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Prastowo, 2011: 49) ”Menurut Nasution (1996: 105) “Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi”. Untuk memperoleh keabsahan data informasi secara lengkap dan terpercaya maka digunakan tiga cara meliputi:
1. Review Informan “Review informan yaitu pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian data walaupun masih belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang disusun perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnnya informan pokok (key informan)” (Sutopo, 2002: 83). Key informan ini adalah orang yang dianggap paling mengerti yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Review informan dilakukan dengan cara, data yang telah disusun sementara, kemudian ditunjukkan kepada para informan untuk diperiksa apakah data tersebut ada kesalahan yang perlu direvisi sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga melalui review informan akan didapat keabsahan data yang lengkap dan terpercaya. 2. Trianggulasi Menurut Moelong (2000: 178) “Trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik trianggulasi untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini adalah dengan pemeriksaan melalui sumber lainnya, yang biasa disebut trianggulasi sumber. Menurut Patton (dalam Moleong 2000 : 179) “Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif”. commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Analisis Data Data yang dianalisis adalah data kualitatif. “Data kualitatif merupakan semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata)” Pohan (dalam Prastowo, 2011: 237). ”Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Moleong, 2000: 103). Penelitian ini menggunakan model analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis), di mana proses analisis dengan tiga komponen analisisnya tersebut saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Di dalam model analisis jalinan ini terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu. 1. Reduksi Data Menurut Prastowo (2011: 242) “Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan”. Menurut Miles dan Huberman (dalam Prastowo, 2011: 243) “reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi”. 2. Penyajian Data Prastowo (2011: 244) menyatakan bahwa “Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan”. Dengan melihat pada penyajian data penelitian akan lebih mudah memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis berdasarkan pemahaman tersebut. “Penyajian dilakukan setelah data terkumpul, kemudian dikelompokkan commit to user dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahan, dari hal itu diperoleh 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gambaran secara menyeluruh, yang mempermudah pemahaman dari berbagai hal dan proses selanjutnya” (Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992: 17). 3. Penarikan Simpulan atau Verifikasi Langkah ini merupakan langkah yang terakhir dalam proses analisis data, yaitu langkah untuk mengambil simpulan atas data yang terkumpul. Sejak memulai pengumpulan data, peneliti harus berusaha menangkap berbagai hal yang penting dan harus memahami arti dari berbagai hal yang ditemui supaya dapat membuat simpulan yang akurat mengenai data-data tersebut. Penarikan simpulan akhir tidak perlu menunggu pengumpulan data berakhir, simpulan perlu diverifikasikan yang berupa pengulangan dengan gerak cepat, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses siklus. Untuk lebih jelasnya, model analisis jalinan ini dapat digambarkan skema sebagai berikut:
. Gambar 3.36. Model Analisis Jalinan (Sutopo, 2002: 95)
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, di mana dalam tahap-tahap penelitian ini akan memberikan suatu gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pengumpulan data, analisis data serta penafsiran terhadap data yang dikumpulkan sampai dengan penulisan laporan penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut meliputi : 1. Tahap Persiapan a. Menyusun rancangan berupa usulan penelitian. b. Memilih lapangan penelitian yaitu rumah industri batik Retno Mulyo Dukuh Mejan Desa Kebon Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. c. Mengurus perijinan ke kepala desa dan rumah industri yang bersangkutan. d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. e. Memilih informan yaitu orang yang dipandang mengetahui permasalahan penelitian dan mau memberikan informasi kepada peneliti. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Kerja Lapangan a. Mengumpulkan data dengan serangkaian observasi atau pengamatan langsung, wawancara dan analisis dokumen. b. Membahas data yang telah terkumpul, menelaah masalah yang dianggap penting guna mempersiapkan analisis awal. c. Melanjutkan pengumpulan data yang lebih terfokus. 3. Tahap Analisis Data a. Melakukan analisis data yang telah terkumpul dengan menyusun rumusan pengertian secara singkat, pokok-pokok temuan penting. b. Melakukan analisis data dengan penyusunan sajian data berupa cerita sistematis dan logis dengan suntingan penelitiannya c. Pengayaan dan pendalaman data bila terdapat data yang kurang lengkap dan kurang jelas. commit to userpenelitian. d. Merumuskan simpulan akhir dalam laporan 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tahap Penyusunan Laporan a. Menyusun kelengkapan data yang terkumpul b. Menyusun laporan awal c. Menyusun laporan perbaikan d. Menyusun laporan
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Retno Mulyo Rumah industri batik Retno Mulyo berada di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Jarak tempuh desa ini dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) sekitar 110 km atau sekitar 4 jam perjalanan. Bila dari pusat kota Klaten desa ini berjarak sekitar 15 km atau sekitar 30 menit perjalanan, sedangkan jika dari pusat pemerintahan Kecamatan Bayat, desa ini berjarak sekitar 1 km atau sekitar 5 menit perjalanan. Desa Kebon terletak di dekat Rawa Jombor, secara astronomis yaitu terletak pada 6° sampai dengan 7° LS (Lintang Selatan) dan 109° sampai dengan 110° BT (Bujur Timur).
Gambar 4.1. Peta Desa Kebon (Data Monografi Kantor Kepala Desa Kebon) (Dokumentasi: Denny: 2012) commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Luas wilayah Desa Kebon yaitu 198,5260 Ha, yang terbagi menjadi 2 dukuh dengan 6 RW dan 19 RT. Dukuh 1 meliputi: Bendorejo, Konang, Mejan, Kebon, Ngembel, Sutan. Dukuh 2 meliputi: Ngepringan, Kresek, Pundung, Serut, Tegalan. Batas desa sebelah utara yaitu Desa Wiro, sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Gajah, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Beluk, dan batas sebelah barat yaitu Desa Jotangan. Rumah industri batik Retno Mulyo tepatnya berada di Dukuh Mejan RT 03/ RW 02, Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Luas lokasi rumah industri ini adalah 30 m x 20 m, dengan bangunan utama yaitu bangunan permanen yang terdapat di bagian depan dengan luas 12 m x 10 m, dan di belakang terdapat bangunan semi permanen dengan luas 18 m x 10 m, dan sisa wilayah lain merupakan tempat terbuka dan kebun.
Gambar 4.2. Rumah Industri Batik Retno Mulyo (Dokumentasi: Denny: 2012) Dalam proses produksinya, rumah industri batik Retno Mulyo memiliki beberapa ruang/tempat produksi yang berbeda, namun tempat-tempat produksi masih berada di satu lingkungan, masing-masing memiliki fungsi yang berbedabeda, namun ada juga satu tempat digunakan untuk beberapa kegiatan. Tempat produksi merupakan bangunan permanen dan semi permanen, namun sebagian besar merupakan bangunan semi permanen dengan ruang terbuka, sehingga dalam commit to user itu antara lain adalah: proses produksi lebih leluasa. Ruang/tempat-tempat 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tempat Mola Tempat ini merupakan bangunan semi permanen, dengan kondisi terbuka, dan terang dengan tujuan supaya pada saat proses mola pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu, karena di tempat yang cerah, gambar pola pada kertas dapat terlihat pada kain. Di tempat ini terdapat satu meja pola yang dibuat sendiri oleh bapak Sunardi dari kayu jati, panjang meja 100 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 80 cm. Daun meja terbuat dari kaca dengan ketebalan 5 mm, dan di bawah meja terdapat lampu untuk menerangi pola pada kertas sehingga garis pola terlihat jelas di kain. Sebelahnya terdapat amben yang juga sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan untuk membatik.
Gambar 4.3. Tempat Mola (Dokumentasi: Denny: 2012) 2. Tempat Nyanting Tempat ini merupakan bangunan semi permanen yang berada di samping tempat mola. Kondisi tempat ini terbuka, dengan tujuan supaya sirkulasi udara lancar, udara panas dan asap yang ditimbulkan dari kompor yang digunakan untuk memasak malam, dapat hilang dengan mudah sehingga pengobeng (orang yang pekerjaannya nyanting) yang bergerombol merasa lebih leluasa, tidak pengap, dan nyaman saat bekerja. Luas tempat ini adalah 3 m x 5 m, dan mampu menampung 10 pengobeng. Di tempat ini terdapat perlengkapan untuk commit to user nyanting, yaitu: Kompor, canting, gawangan, dingklik, dan wajan. 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4. Tempat Nyanting (Dokumentasi: Denny: 2012) 3. Tempat Pewarnaan Kondisi tempat ini lebih terbuka dengan atap asbes, tepat di atas kolamkolam pewarnaan terdapat tumpukan kayu bahan renovasi jika ada kerusakan pada bangunan rumah industri. Tempat ini terdapat 7 buah bak/kolam sebagai tempat proses pencelupan warna, 5 bak digunakan untuk pewarnaan dan 2 bak sebagai proses pembasah kain. Bak tersebut dibuat dari bahan beton, dengan panjang masing-masing bak 90 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 70. Lantai tempat ini juga dibuat dari beton, dengan tujuan supaya lantai tidak akan becek jika terkena air sisa pembasah kain maupun zat pewarna. Di sebelahnya terdapat tungku yang digunakan untuk proses nglorod dan ekstraksi zat warna alam.
Gambar commit 4.5. Tempat Pewarnaan to user (Dokumentasi: Denny: 2012) 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tempat Penjemuran Lokasi tempat ini berada di sebelah tempat pewarnaan, dan merupakan tempat produksi yang lokasinya paling belakang dengan luas 3 m x 5 m. Kondisi tempat ini terbuka dan diberi atap layar dan genting, dengan tujuan agar kain yang dijemur dapat mudah terkena angin dan tidak langsung terkena sinar matahari, serta terdapat bambu-bambu yang melintang untuk menggantung kain pada saat proses penjemuran. Tempat ini mampu menjemur kurang lebih 60 potong kain. Yang dijemur di sini merupakan kain batik dari pewarnaan awal sampai akhir.
Gambar 4.6. Tempat Penjemuran (Dokumentasi: Denny: 2012) 5. Ruang Penyimpanan Produk Setengah Jadi Ruangan ini berada di bangunan utama, yaitu bangunan permanen dengan kondisi tertutup. Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 4 m, di dalamnya terdapat 3 gawangan yang cukup besar, yaitu dengan panjang 1,5 m dan tinggi 1 m. Gawangan tersebut digunakan untuk menyampirkan kain batik setengah jadi (batik putihan, kelengan, maupun kain batik proses akhir sebelum dilorod). Kain di gantungkan di gawangan tersebut supaya kain batik tetap dalam keadaan kering atau tidak lembab. Kain batik setengah jadi belum mengalami proses akhir salah satunya penguatan warna, jika kain diletakkan di lantai, maka kain batik akan lembab dan berakibat pada warna batik akan rusak atau commit to user luntur. 41