1
KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN TRANSMIGRASI DI KECAMATAN MESUJI TIMUR Imam Moerdo Koentjoro
[email protected] Dosen Pembimbing: Ir. Ellen S.W.Tangkudung, MSc. DR. Ir. Nahry, M.T. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK
Perubahan fungsi dari suatu wilayah pertanian di kawasan transmigrasi menjadi suatu wilayah perkotaan baru mengakibatkan berubahnya pola transportasi di Kecamatan Mesuji Timur, sehingga perlu dilakukan perencanaan terhadap sistim transportasinya. Bangkitan Perjalanan merupakan tahap awal dari suatu perencanaan transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur. Pengumpulan data untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan dilakukan dengan survey data primer melalui kuesioner terhadap sejumlah rumah tangga yang dipilih secara acak, perhitungan lalu-lintas di lapangan serta data sekunder. Model disagregat produksi perjalanan orang berbasis rumah (home based trip production) yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah anggota keluarga dan penghasilan rata-rata keluarga, sementara variabel kepemilikan kendaraan tidak disertakan dalam model karena variable tersebut mempunyai korelasi yang tinggi terhadap variabel penghasilan rata-rata keluarga serta tidak signifikan terhadap model produksi perjalanan. Model tarikan perjalanan (trip attraction) berbasis bukan rumah (non home based trip) terkait dengan perjalanan barang atau komoditi dan merupakan fungsi dari luas tanam sawit, luas tanam padi dan luas tanam karet. Kata kunci: Bangkitan perjalanan, Mesuji Timur 1
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
2
ABSTRACT
Transformation of the function of agricultural region in transmigration areas into a new urban areas results in changes in transport patterns in The East Mesuji SubDistrict. Hence, it is required to develop transportation planning in such area. Trip generation is the initial phase of the transportation planning. The purpose of this research is to develop trip generation model of The East Mesuji Sub-District. The calibration process of the model is performed with primary data survey through a questionnaire to a number of households which were randomly selected, as well as traffic counting in the field and secondary data. Disaggregated model of the home based trip production generated in this research is a function of the number of family members and the family average income, while vehicle ownership variables could not be included in the model since it has high correlation to the family average income variable and it is not significant to the trip production model. The non home-based trip attraction model generated in this research is related to the goods or commodities movement and it is a function of the acreage of oil palm, rice and rubber planting area. Keywords: Trip generation, East Mesuji
Pendahuluan
Berbagai
upaya dilakukan
pemerintah
untuk
mengatasi rendahnya kegiatan
perekonomian masyarakat transmigran dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah, serta mengatasi rendahnya keterkaitan antara pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya (hinterland) dan juga untuk mempercepat perkembangan kawasan transmigrasi, maka dilakukan perubahan pada kebijakan ketransmigrasian, yaitu adanya Undang –Undang No. 29 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang –Undang No. 15 Tahun 1997. Dalam perubahan undang-undang ini peran pemerintah daerah lebih dipertegas mulai dari penyediaan kawasan, pembangunan kawasan, sampai dengan pengembangan kawasan transmigrasi. Dalam UU No. 29 Tahun 2009 pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis kawasan yang memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya, membentuk suatu
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
3
kesatuan
sistem
pengembangan
ekonomi
wilayah.
Pembangunan
kawasan
transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) atau Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT). WPT adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa Satuan
Kawasan Pengembangan (SKP)
yang salah satu diantaranya
direncanakan untuk mewujudkan Pusat Pertumbuhan
Wilayah
Baru (PPWB)
sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KPB). Untuk mempercepat terbentuknya Pusat Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru, maka dibentuklah konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM). Tujuan Terbentuknya KTM
adalah untuk mempercepat
terbentuknya
Pusat
Pertumbuhan Wilayah Baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru (KepMenakertrans.RI No.: KEP.214/MEN/V/2007). KTM
adalah
kawasan
transmigrasi
yang
pembangunan
dan
pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan. Adanya KTM menimbulkan
perubahan fungsi tata guna lahan, yang
semula sebagai kawasan pertanian berubah
menjadi
Kawasan Perkotaan Baru
(KPB). Perubahan fungsi tata guna lahan mengakibatkan berubahnya pola transportasi di Kawasan Perkotaan Baru, sehingga perlu dilakukan perencanaan terhadap sistim transportasinya. Bangkitan perjalanan merupakan tahap awal dari perencanaan transportasi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model bangkitan perjalanan untuk berbagai jenis pusat bangkitan perjalanan, diantaranya adalah (Budi,I.S.,2007) mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan dan tarikan pergerakan di sepanjang Jalan Gadjah Mada Kota Batam, (Lubis,M.E.,2008) mengkaji
model bangkitan pergerakan untuk beberapa tipe rumah di Kota
Pematangsiantar (studi kasus perumahan pinggiran Kota Pematangsiantar) dan (Djuniati,S., 2004) melakukan studi perbandingan variabel yang berpengaruh pada model bangkitan perjalanan di kawasan perumahan.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
4
Perubahan fungsi tata guna lahan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur yang di dalamnya terdapat KTM Mesuji menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan kajian bangkitan perjalanan dalam suatu kawasan transmigrasi yang dikembangkan menjadi KPB / KTM. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bangkitan perjalanan pada wilayah Kecamatan Mesuji Timur. Pengembangan Model Pendekatan Model Agregat dan Disagregat Pendekatan agregat adalah pendekatan secara menyeluruh dengan memahami atributatribut zona seperti : penduduk suatu zona, sosial ekonomi zona, perkembangan wilayah dan pola tataguna lahan zona. Pendekatan ini dilakukan apabila perjalanannya berbasis zona (zone based trip) (Miro,F.,2005). Perjalanan berbasis zona dianalisis sebagai tarikan perjalanan (trip attraction). Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang dilakukan perindividu dengan memahami faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya perjalanan pada pelaku perjalanan (trip maker), seperti : jumlah kendaraan yang dipunyai, struktur dan ukuran rumah tangga dimana pelaku perjalanan
tinggal, pendapatannya, dan
sebagainya (Miro,F.,2005). Sehingga pendekatan ini condong kepada basis perjalanan rumah (home based trip) dengan asumsi perjalanan diawali dari rumah menuju suatu zona
sesuai aktifitasnya. Perjalanan berbasis rumah dianalisis sebagai produksi
perjalanan (trip production). Pemilihan Variabel 1) Pemilihan variabel-variabel yang berpengaruh pada pendekatan disagregat didasarkan pada kajian literatur dan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan juga didasarkan pada faktor-faktor yang secara logika paling dominan mempengaruhi jumlah perjalanan keluarga, yaitu : jumlah anggota keluarga, jumlah penghasilan rata-rata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan kendaraan.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
5
2) Pemilihan variabel-variabel yang berpengaruh pada pendekatan agregat didasarkan pada faktor-faktor yang secara dominan
mempengaruhi jumlah
perjalanan barang / komoditi, yaitu: luas tanam sawit, luas tanam padi, luas tanam karet dan jumlah pasar yang ada di wilayah studi. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk mengkalibrasi model bangkitan perjalanan dalam penelitian ini meliputi data-data primer dan data-data sekunder. Data-data primer didapatkan dengan cara survey lapangan sedangkan data-data sekunder didapat dan dikumpulkan dari instansi-instansi terkait. §
Survey Data Primer terkait Sosio Ekonomi dan Perjalanan
Survey data primer sosio-ekonomi dilakukan dengan menyebarkan kuisioner secara acak kepada sejumlah keluarga di daerah studi. Kuisioner tersebut disampaikan langsung ke masing-masing keluarga yang terpilih sebagai responden, kemudian mereka diminta untuk mengisinya dan selanjutnya diambil kembali setelah diisi secara lengkap. Informasi yang didapatkan dari kuisioner adalah data yang berisi informasi keluarga, terdiri dari: jumlah anggota keluarga, jumlah penghasilan ratarata keluarga perbulan dan jumlah kepemilikan kendaraan (data-data tersebut digunakan sebagai variabel bebas Xi pada analisis regresi) serta data yang berisi informasi perjalanan, terdiri dari: asal, maksud dan tujuan perjalanan, moda transportasi yang digunakan serta jumlah perjalanan yang dilakukan. Data jumlah perjalanan yang dilakukan dalam satu hari digunakan sebagai variabel tidak bebas (Y) pada analisis regresi. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara random. Data primer dari responden diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden yang tinggal di 11 desa eks transmigrasi. Jumlah data primer yang diperoleh sebanyak 449 responden. Jumlah responden pada masing-masing desa disajikan pada tabel 1.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
6
Tabel 1.Jumlah Responden pada Masing-masing Desa di Kecamatan Mesuji Timur. No.
Nama Desa
Jumlah Responden (KK)
1.
Pangkal Mas Mulia
40
2.
Pangkal Mas Jaya
40
3.
Tanjung Mas Makmur
40
4.
Muara Mas
40
5.
Tanjung Mas Mulya
40
6.
Tanjung Mas Jaya
40
7.
Wonosari
49
8.
Dwi Karya Mustika
40
9.
Eka Mulya
45
10
Margo Jadi
35
11.
Tanjung Menang
40
Jumlah
449
Sumber : hasil survey
§
Survey Lalu-lintas Angkutan Barang (Truk)
Tujuan survey lalu-lintas angkutan barang adalah untuk memperoleh volume lalulintas angkutan barang (truk) di pasar-pasar pada daerah kajian, sedangkan untuk menghitung volume lalu-lintas truk pengangkut komoditas perkebunan dilakukan dengan cara estimasi, yaitu hasil panen komoditas (ton) dibagi dengan kapasitas angkut sebuah truk (ton). Selanjutnya volume lalu-lintas angkutan barang tersebut digunakan sebagai variabel tidak bebas Y, sedangkan sebagai variabel bebas (Xi) adalah luas panen komoditas pertanian/perkebunan dan jumlah pasar yang ada pada daerah yang sedang dikaji. §
Pengumpulan Data Sekunder
Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : data luas tanam komoditas pertanian di wilayah studi, data kependudukan, data Profil Kecamatan Mesuji Timur, data Profil Kabupaten Mesuji serta data tentang kebijakan-
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
7
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji dan Pemerintah Propinsi Lampung terhadap wilayah Kecamatan Mesuji Timur yang tertuang pada RTRWK Mesuji dan RTRWP Lampung. Analisis Regresi Linear Berganda Kalibrasi model bangkitan perjalanan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Model yang terbaik dipilih berdasarkan uji statistik uji-t dan uji-F dan koefisien determinasi. §
Uji t – ( t-Test)
Uji t digunakan untuk dua tujuan, yaitu : untuk menguji signifikansi nilai korelasi (r) dan untuk menguji signifikansi nilai koefisien regresi. Setiap perubah yang mempunyai koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik harus dibuang dari model. Kaidah pengujian (Riduan, 2010) : Jika thitung ≥ ttabel, maka tolak Ho (signifikan) Jika thitung < ttabel , maka tolak Ha (tidak signifikan) dengan: -
nilai ttabel didapat dari tabel t, dengan rumus ttabel = t α/2; db(n-2).
-
taraf signifikansi α = 0,05 atau 0,01 dan derajad bebas (db) = n-2.
-
n = jumlah sampel
-
Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya hubungan/ pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
-
Ha atau Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) adalah pernyataan adanya hubungan/pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
§
Uji F (F – Test)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Kaidah pengujian signifikansi (Riduan, 2010) : Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak Ho (signifikan) Jika Fhitung < Ftabel maka tolak Ha (tidak signifikan)
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
8
Nilai Ftabel didapat dari tabel F, dengan rumus : Ftabel = F(1-α); (db pembilang = m); (db penyebut = n-m-1) dengan : -
taraf signifikansi α = 0,01 atau α = 0,05
-
m = jumlah variabel bebas
-
n = jumlah sampel
-
Ho atau Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel
terikat. -
Ha atau Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) adalah pernyataan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
§
Kriteria Model Persamaan Regresi Linear Berganda yang Terbaik
Evaluasi dilakukan terhadap nilai koefisien determinasi, nilai konstanta dan koefisien regresi pada setiap tahap analisis agar dapat ditentukan model persamaan regresi linear ganda yang terbaik dengan kriteria sebagai berikut (Tamin,O.Z., 2000) : -
Semakin
banyak perubah bebas yang digunakan, semakin baik model
tersebut. -
Tanda koefisien regresi (+/-) sesuai dengan yang diharapkan.
-
Nilai konstanta regresi kecil (semakin mendekati nol) semakin baik.
-
Nilai koefisien determinasi (R2) besar (semakin mendekati satu) semakin baik.
Pemilihan Model Agregat Produksi Perjalanan Berbasis Rumah Terbaik Variabel bebas yang digunakan pada produksi perjalanan berbasis rumah adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan rata-rata keluarga, dan kepemilikan kendaraan, sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan. Hasil analisis regresi linear berganda terhadap variabel – variabel tersebut yang telah lolos uji-t dan uji-F disajikan pada tabel 2.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
9
Berdasarkan pada kriteria model persamaan regresi linear ganda yang terbaik, maka dipilih Model Alternatif
A1 (tabel 2) sebagai model terbaik dengan persamaan
prediksi jumlah perjalanan sebagai berikut: Y = 0,544 + 0,681 X1 + 0,116 X2 …………………………………………….. (1) dengan X1 : jumlah anggota keluarga, X2 : penghasilan rata-rata keluarga, X3 : kepemilikan kendaraan, Y: jumlah prediksi perjalanan. Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah Model Alternatif A1 A2
Nilai Koefisien Variabel–variabel bebas yang koefisien korelasi dianalisis determinasi terhadap Y 2 R -Jumlah anggota keluarga (X1) -Penghasilan rata-rata kel. (X2) -Jumlah anggota keluarga (X1) -Kepemilikan kendaraan (X3)
0,671 0,384 0,671 0,397
0,551 0,500
Persamaan prediksi Y
Y = 0,544 + 0,681 X1+ 0,116 X2 Y= 0,687 + 0,649 X1 + 0,280 X3
A3
-Penghasilan rata-rata kel. (X2) -Kepemilikan kendaraan (X3)
0,186
0,384 0,387
Y= 2,702 + 0,081 X2 +0,310 X3
A4
-Jumlah anggota keluarga (X1)
0,451
0,671
Y = 0,875 + 0,716 X1
A5
- Penghasilan rata-rata kel.(X2)
0,148
0,384
Y = 2,947 + 0,140 X2
Sumber : olahan
Korelasi antar variabel hasil analisis regresi linear berganda pada Model Alternatif A1 perjalanan berbasis rumah disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Korelasi Antar Variabel Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Perjalanan Berbasis Rumah Variabel Perjalanan Keluarga (Y) Jumlah Anggota Keluarga (X1) Penghasilan Rata-rata Keluarga (X2)
Perjalanan Keluarga (Y) 1,000
Jumlah Anggota Keluarga (X1) 0,671
Penghasilan Rata-rata Keluarga (X2) 0,384
0,671
1,000
0,104
0,384
0,104
1,000
Korelasi antar variabel bebas tersebut relatif tidak kuat/ kecil, sehingga masing
masing variabel dapat digunakan dalam persamaan regresi linear berganda.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
10
Pemilihan Model Disagregat Atraksi Perjalanan Berbasis Zona Analisis regresi linear berganda terhadap data atraksi perjalanan berbasis zona / bangkitan perjalanan barang perlu dilakukan dengan coba-coba agar didapat persamaan regresi linear yang baik. Variabel bebas yang dianalisis meliputi : luas tanam sawit (X1), luas tanam padi (X2), luas tanam karet (X3) dan jumlah pasar (X4). Sedangkan sebagai variabel terikat adalah jumlah perjalanan (Y). Hasil analisis perjalanan berbasis zona dari beberapa alternatif yang lolos uji-t dan uji-F tersebut disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Perjalanan Berbasis Zona Model Nilai koefisien Koefisien Variabel–variabel bebas Alterdeterminasi korelasi yang dianalisis natif R2 terhadap Y B1 B2 B3
Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2) Luas tanam karet (X3) Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2) Luas tanam sawit (X1)
0,998 0,997 0,998
0,998 - 0,267 - 0,378 0,987 - 0,255
Persamaan prediksi Y
Y = 0,818 + 0,01 X1 + 0,013 X2 – 0,007 X3 Y = - 2,892 + 0,011 X1 + 0,017 X2 Y = - 1,233 + 0,011 X1
0,999
Sumber : olahan
Dari beberapa alternatif analisis regresi linear tersebut di atas maka analisis regresi Model Alternatif B1 memberikan persamaan regresi linear berganda yang terbaik karena secara statistik memenuhi syarat uji-t
maupun uji-F dan mempunyai
konstanta positif. Persamaan prediksi Y (jumlah perjalanan) berbasis zona adalah : Y = 0,818 + 0,010 X1 + 0,013 X2 – 0,007 X3
………………………………… ( 2 )
Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model Alternatif B1 pada perjalanan berbasis zona dijelaskan pada tabel 5.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
11
Tabel 5. Korelasi antar variabel hasil Analisis Regresi Linear Model Alternatif B1 - pada Perjalanan Berbasis Zona. Variabel Jumlah perjalanan (Y) Luas tanam sawit (X1) Luas tanam padi (X2) Luas tanam karet (X3)
jumlah perjalanan (Y)
Luas tanam sawit (X1)
Luas tanam padi (X2)
Luas tanam karet (X3)
1,000
0,988
-0,267
-0,378
0,988
1,000
-0,401
-0,275
-0,267
-0,401
1,000
-0,379
-0,378
-0,275
-0,379
1,000
Dari table 5 dapat disimpulkan bahwa hanya variabel bebas luas tanam sawit yang mempunyai korelasi yang kuat terhadap variabel terikat jumlah perjalanan. Korelasi antar dipahami, yaitu
variabel bebas bertanda negatif (-). Hal ini secara logika dapat apabila
dalam satu kawasan salah satu komoditi mempunyai
peningkatan pada luas tanam dan produksinya maka komoditi yang lain akan mengalami penurunan luas tanam dan produksinya. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda terhadap data responden, data potensi desa (komoditi) dan data pencatatan jumlah angkutan barang di pasar pada kawasan transmigrasi di Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji Propinsi Lampung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Model produksi perjalanan disagregat berbasis rumah (home based trip) adalah: Y = 0.544 + 0.681 X1 + 0.116 X2 dengan: Y = prediksi jumlah perjalanan ( orang / hari ) X1 = jumlah anggota keluarga (orang) X2 = penghasilan rata-rata keluarga (dalam jutaan rupiah) Koefisien determinasi ( R2 ) model disagregat sebesar 0,551 atau 55.1 %.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
12
2) Model atraksi perjalanan agregat berbasis zona (non home based trip) Model atraksi perjalanan berdasarkan zona atau bangkitan perjalanan barang / komoditas pertanian (perkebunan) di daerah studi adalah: Y = 0.818 + 0.010 X1 + 0.013 X2 - 0.007 X3 dengan: X1 = luas tanam kelapa sawit (Ha) X2 = luas tanam padi (Ha) X3 = luas tanam karet (Ha) Y
= prediksi jumlah perjalanan ( truk/hari)
Koefisien determinasi ( R2 ) model agregat sebesar 0,998 atau 99,8 %. Saran Pengembangan prasarana transporasi di wilayah Kecamatan Mesuji Timur, sebaiknya mempertimbangkan volume perjalanan angkutan barang/komoditas (truk) mengingat semakin bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas yang terjadi akibat pertambahan luas perkebunan sawit. Pertambahan luas perkebunan sawit terjadi baik di wilayah Kecamatan Mesuji Timur maupun di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang berbatasan dengan Kecamatan Mesuji Timur. Dampak dari perluasan perkebunan sawit di wilayah Kabupaten OKI adalah bertambahnya volume perjalanan angkutan barang/komoditas sawit yang melewati wilayah Kecamatan Mesuji Timur karena sebagian produk sawit di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) diangkut ke pabrik pengolahan sawit yang berada di Simpang Pematang Kabupten Mesuji.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013
13
Daftar Pustaka Miro, Fidel (2005), Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana Praktisi.
dan
Tamin, Ofyar Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Masterplan KTM Mesuji, 2007, Direktorat Perencanaan Teknis Pengembangan Masyarakat dan Kawasan, Ditjen P2MKT, Kemenakertrans RI. Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Cetakan ke 8, 2010, Bandung, Alfabeta.
Kajian bangkitan…, Imam Moerdo Koentjoro, FT UI, 2013