P age |1
Kaidah Dlamir, Ta’nis, dan Tadzkir Selayang Pandang Disebabkan
hadirnya
Quran
adalah
sumber
hukum
bagi
masyarakat muslim dunia, maka tidak heran jika kajian sedetail apapun dalam Quran selalu dipertimbangkan. Satu kitab yang disebut Syahrur sebagai al-Tanzil al-Hakim dipercaya oleh masyarakat muslim sebagai manifestasi dari suara Tuhan yang selalu selaras dengan masa dan tempat. Berkenaan dengan itu, satu hal yang tidak bisa dilepaskan untuk menjadikan Quran sebagai Quran, yaitu penafsiran. Dan dalam proses penafsiran tidak bisa tidak membutuhkan perangkat. Sehingga untuk menjadikan Quran sebagai al-tanzil al-hakim diperlukan penafsiranpenafsiran dan pemahaman sesuai metode-metode yang ada tentangnya secara detail. Termasuk dalam pembahasan itu adalah kaidah dlomir, tadzkir, dan ta’nis. Ketiga hal tersebut bisa dikatakan adalah beberapa dari kaidah yang sering ditemukan dalam ayat-ayat Quran. Bahkan hampir semua ayat-ayat yang panjang tidak bisa tidak melibatkan tiga hal di atas. Dalam masalah makna, ketiga hal tersebut juga memiliki sumbangsih yang penting.
Sedikit
saja
salah
menentukan
dlomir
misalnya,
maka
dampaknya bisa menyeluruh. Sehingga, sulit untuk menyangkal kalau ketiga hal tersebut kurang berarti untuk dipahami. Sedikit menyelami persoalan. Sebenarnya, ketiga terma tersebut sangatlah terkait—meskipun toh nantinya semua terkait. Dikatakan terkait sebab dalam memahami dlamir, pasti didalamnya menyangkut dlamor muttasil dan munfasil. Sedangkan berbicara tentang muttasil dan munfasil, hal itu tidak bisa terlepas dari jenis kelamin: apakah ini ta’nis atau tadzkir. Baik tadzkir maupun ta’nis, keduanya memiliki indikasiindikasi tertentu dan itu detail, yaitu lewat satuan huruf. Satu huruf saja salah, maka dampaknya pada kesalahan penentuan dlamir. Dan selama
P age |2
penentuan dlamir masih salah, maka pemahaman Quran masih jauh dari sempurna. Dengan demikian, penting rasanya ketiga kaedah tersebut untuk dipelajari dan diaplikasikan.
1. Sekilas Tentang Mereka. Dlamir adalah sesuatu atau kata yang menunjukkan kepada yang berbicara seperti kata seperti kata “saya” atau “kita”, atau lawan yang di ajak bicara seperti kata “kamu” ataupun orang ketiga orang yang sedang dibicarakan seperti kata “dia”. Jadi yang dimaksud dengan dlamir adalah kata ganti baik berupa orang pertama (mutakalim), orang kedua (mukhatab), maupun orang ketiga (ghaib)1. Tadzkir adalah sesuatu yang menunjukkan lafdz yang dihukumi sebagai lafadz mudzakar (laki-laki) atau bisa disebut dengan tanda lafadz mudzakar. Ta’nits adalah sesuatu yang memiliki fungsi sebagai penanda bahwa suatu lafadz di hukumi sebagai lafadz mu’anats (prempuan). Berbicara tentang ketiga konsep di atas, berbicara juga tentang bagaimana seseorang bisa memahami Quran secara proporsional. Dengan kalimat lain, pengetahuan subjek maupun objek dalam pemahaman suatu ayat itu sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahan interpretasi. Selain itu, adanya dlamir juga sekaligus sebagai bukti bahwa melalui Quran inilah Tuhan benar-benar terasa sangat akrab dengan ciptaannya. Sebab dengan dlamir tersebut muslim bisa memahami bahwa mereka sering disapa, sering diperingatkan, sering diapresiasi, sering diceritani, dan lain sebagainya oleh Tuhan melalui Quran dengan konsepkonsep dlamir. Begitu juga dengan tadzkir dan ta’nis, melalui keduanya muslim bisa memahami bahwa baik itu perempuan maupun laki-laki, keduanya diakui secara adil oleh Yang Maha Mutlak. Dengan demikian, urgensi dari ketiga konsep ini tidak diragukan lagi. Dikutip dari www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-dhamir-dalambahasa-arab.html?m=1 diakses pada sabtu 22 November 2014 pukul 13.30 wib. 1
P age |3
2. Menyelami Persoalan a. Konsep Dlamir Dlamir
mempunyai
kaidah-kaidah
kebahasaan
tersendiri
yang
disimpulkan oleh para ahli bahasa dari Al-Quran, hadits nabawy, sumbersumber asli bahasa Arab, dan dari perkataan orang-orang Arab yang dapat dijadikan hujjah (landasan), baik berupa puisi atau prosa. Pada dasarnya, dlamir diletakkan untuk mempersingkat perkataan. Dlamir berfungsi untuk menggantikan penyebutan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu dengan sempurna, tanpa merubah makna yang dimaksud dan tanpa pengulangan. Secara bahasa dlamir berasal dari kata dasar al-dhumr yang berarti kurus kering, sebab dilihat dari segi bentuknya memang terlihat ringkas dan kecil. Kata dlamir juga bias diambil dari kata al-idhmar, yang berarti tersembunyi, sebab banyak yang tidak tampak bentuk nyatanya. Sedangkan secara istilah dlamir adalah kata yang digunakan sebagai penganti, baik kata ganti untuk orang pertama (dlamir mutakallim), orang kedua (dlamir mukhattab), maupun orang ketiga (dlamir ghaib)2 Dalam kitab Nahwu definisi Dlamir diartikan sebagai الضمير هو ما دل على متكلم كأنا أو مخاطب كأنت أو غائب كهو Definisi dlamir adalah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim
(pembicara/orang
pertama),
Mukhatab
(yang
diajak
berbicara/orang kedua), Ghaib (yang tidak ada di tempat/orang ketiga). Contoh:
Mutakallim : ( أَنَاSaya) dan ( نَحْ نKami).
Mukhatab
: َ( أَ ْنتKamu) dan ( أَ ْنت ْمKalian).
Syaikh musthafa al-ghalayaini, tarjamah jami’ud durusil arabiyyah, terj. Drs. Moh. Zuhri, Dipl, TAFL, Dkk. (semarang: al-syifa,1992) hlm. 219. 2
P age |4
Ghaib
: ( ه َوDia) dan ( ه ْمMereka).
Kata ganti Mutkallim yang meliputi kata Ana dan Nahnu sebagai kata ganti orang pertama, Dlamir ini tidak terikat kepada salah satu gender, tidak
menunjukan makna khusus bagi laki-laki ataupun perempuan,
namun dapat digunakan oleh keduanya. Kata Ana bersifat tunggal biasanya menunjukan satu orang pelaku saja. Sedangkan kata nahnu banyak yang bersifat lebih dari satu atau bermakna satu, namun dengan spesifikasi tertentu. Semisal dalam surat al-Hijr (15) ayat 9: Kata ganti (Dlamir) Mukhatab yang meliputi kata Anta, Anti, Antum, Antuma dan Antunna, dapat dibagi menjadi tiga macam, pertama, kata ganti orang kedua tunggal. Bagian yang pertama ini memiliki dua jenis spesifikasi, yaitu kata ganti orang kedua tunggal laki-laki dan kata ganti orang kedua tunggal perempuan. Untuk jenis pertama itu menggunakan kata anta dan ka atau disebut sebagai mufrad mudzakkar mukhaththab. Sedangkan untuk jenis kedua menggunakan kata anti dan ki atau disebut sebagai
mufrad
muannats
mukhaththab.
Dlamir
jenis
ini,
yaitu
penggunaan kata anti dalam Al-Qur’an tidak banyak dijumpai, bahkan tidak ada sama sekali. Namun demikian, yang biasa dipakai adalah dengan menggunakan huruf kaf yang berbaris kasrah (ki). Seperti dalam contoh al-qur’an QS. An-Naml :42 Kata arsyuki (singgasanamu) yang terdaapat pada ayat di atas berasal dari kata arsy yang dihubungkan dengan dlamir muannas mukhaththab berupa huruf kaf yang berbaris kasrah, sebagai symbol kata ganti Balqis.
P age |5
Kedua, kata ganti orang kedua untuk dua orang (mutsanna mukathtahab), baik kedua laki-laki dan satunya perempuan. Untuk jenis kedua ini biasa disimbolkan dengan antuma dan kuma. Ketiga, kata ganti orang kedua jamak, baik untuk laki-laki (jamak mudzakkar mukhaththab), maupun untuk perempuan (jamak muannas mukhaththab). Untuk kata ganti orang kedua jamak laki-laki biasa disimbolkan dengan kata antum atau menambah kata kum di akhir suatu kata. Sedangkan untuk kata ganti orang kedua jamak perempuan biasa disimbolkan dengan kata antunna atau menambah kata kunna pada akhir suatu kata tertentu. Sementara itu untuk jenis yang disebutkan terakhir (dlamir ghaib) juga dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu pertama, kata ganti untuk orang ketiga tunggal. Jenis ini dapat digunakan untuk orang ketiga tunggal laki-laki (mufrad mudzakkar ghaib)
yang biasa disimbolkan
dengan kata huwa (dia seorang laki-laki) atau dengan menambah huruf hu atau hi pada akhir suatu kata tertentu. Demikian juga untuk orang ketiga perempuan (mufrad muannas ghaib)
yang biasa disimbolkan
dengan
kata
hiya (dia seorang
perempuan), atau dengan menambahkan huruf ha yang terdapat pada akhir suatu kata. Kedua, kata ganti orang ketiga yang menunjukkan dua orang (mutsanna ghaib), baik keduanya laki-laki, perempuan, atau seorang lakilaki dan seorang perempuan. Untuk jenis yang kedua ini biasa disimbolkan dengan kata huma (mereka, dua orang laki-laki dan perempuan). Ketiga, kata ganti orang ketiga jamak. Untuk kata ganti orang ketiga laki-laki (jamak mudzakkar ghaib) disimbolkan dengan kata hum (mereka laki-laki). Dalam al qur’an banyak sekali dijumpai dlamir jenis ini, sedangkan untuk kata ganti orang ketiga jamak perempuan (jamak
P age |6
muannas ghaibah) yang biasa disimbolkan dengan kata hunna (mereka, perempuan)3 b. Kaidah-kaidah Dlamir Sebelum memahami kaidah dlamir dalam al-Quran, ada baiknya dipahami pengertian dlamir. Mengenai kaidah dlamir, yaitu: Kaidah dlamir pertama: اصل وضع الضمير لالختصار Asal mula diletakkannya dlamir adalah untuk meringkas kalimat. Sebagai contoh, Firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab/33 ayat 35:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki-dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempaun yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempaun yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Abdhushomad M.adib, memahami bahsa al-quran, pustakapelajar,tahun 2002, hal 31-36 3
P age |7
Dlamir ( )همpada kata ( )لهمberfungsi sebagai pengganti puluhan lafal yang terletak sebelumnya dimulai dari lafal المسلمينsampai kepada lafal والذاكرات. Dengan demikian, tanpa pengulangan lafal-lafal tersebut, maksud yang dikehendaki dari ayat itu sudah tercapai. Fungsi utamanya dlamir pada ayat ini adalah untuk meringkas kalimat. Kaidah dlamir kedua: حمل عليه, اذا كان في االية ضمير يحتمل عوده الي اكثر من مذكور وامكن الحمل علي الجميع Apabila ada dlamir di dalam satu ayat yang tempat kembalinya mencakup lebih dari yang disebutkan dan memang memungkinkan untuk mencakup kesemuanya itu, maka bisa dikembalikan kepada semuanya sesuai cakupannya. Sebagai contoh firman Allah di dalam Q.S. Al-Insyiqaq/84 ayat 6:
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguhsungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuiNya. Dlamir pada ayat فمالقيهmenurut sebuah pendapat kembali kepada ربك yaitu "Kamu pasti akan menemui Tuhanmu", tetapi menurut pendapat yang lain kembali pada كدحاyaitu "kamu akan menemui amal-amal perbuatanmu". Kedua pendapat ini benar karena seorang hamba di akhirat nanti akan menemui Allah dan amal-amal perbuatannya. Kaidah dlamir ketiga: فاالصل عوده للمضاف,ااذ ورد مضاف ومضاف اليه وجاء بعد هما ضمير
P age |8
Apabila ada mudhaf dan mudhaf ilaih kemudian terdapat dlamir sesudah keduanya, maka pada dasarnya dlamir itu kembalinya ke mudhaf. Kaidah pokoknya adalah ketika terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih sebelum dlamir maka dikembalikan ke mudhaf bukan mudhaf ilaihnya, kecuali ada petunjuk-petunjuk lain yang mengharuskan dikembalikan kepada mudhaf ilaih. Contoh pertama: firman Allah di dalam Q.S. Ibrahim/14 ayat 34: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Dalam ayat ini kaidah dasarnya, dlamir ال تحصوهاdikembalikan pada mudhaf yaitu نعمةbukan هللا Kaidah dlamir keempat: كالذي يفسره سياق الكالم, ضميرالغائب قد يعود علي غير ملفوظ به dlamir orang ketiga (al-gaib) kadang-kadang dikembalikan kepada kata yang tidak terucap sebelumnya, namun dapat dipahami dari konteks kalimat Contoh yang terdapat dalam firman Allah dalam Q.S. al-Qadr/97:1.
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemulian. Dlamir yang dimaksud dalam ayat انزلناهadalah al-Quran. sebab, kata alinzal (turun) menunjukkan secara pasti (iltizam) bahwa rujukan (marji') yang dimaksud dalam dlamir itu adalah al-Quran.
P age |9
Kaidah dlamir kelima اذا تعاقبت الضمائر فاالصل ان يتحد مرجعها Apabila terdapat banyak dlamir, maka pada dasarnya marji'nya disamakan. Jika terdapat
banyak
dlamir
maka marji'nya disatukan
untuk
menghindari ketercerai-beraian maksudnya. Contoh dalam hal ini seperti firman Allah dalam Q.S. al-Fath/48:9 Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan RasulNya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkanNya dan bertasbih kepadaNya di waktu pagi dan petang. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang marji' dlamir وتعزروه و توقروه, sekalipun semuanya sepakat bahwa marji'nya dlamir وتسبحوهadalah kembali kepada Allah. Sebagian ulama berpendapat bahwa marji'nya dlamir وتعزروه و توقروهadalah Rasulullah. Kaidah dlamir keenam المخالفة بين الضمائر في المرجع حذرا من التنافر Perbedaan marji' terhadap beberapa dlamir supaya terhindar dari ketidaksesuaian (tanafur). Seperti contohnya dalam firman Allah Q.S. al-Kahfi/18: 22.
Dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.
P a g e | 10
Menurut Sta'lab dan Mubarrad, rujukan dlamir ( فيهمdlamir yang diterjemahkan dengan kata mereka yang pertama). Dalam ayat ini adalah pemuda-pemuda Ashab al-Kahfi, sedangkan marji' dari dlamir منهم (mereka yang kedua) adalah orang-orang Yahudi. Kaidah dlamir ketujuh: c. مع كون الجميع مقصودا, قد يذكر شيئان ويعود الضمير علي احدهما اكتفاء بذكره عن االخر Kadang ada dua sesuatu yang disebutkan kemudian dlamir-nya hanya kembali kepada salahsatunya saja karena sudah cukup meliputi yang lainnya, sekalipun yang dimaksud adalah kedua-duanya. Contoh dari firman Allah di dalam Q.S. al-Taubah/9 ayat 62:
Dan Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang beriman. Dalam ayat ini dlamir يرضوهberbentuk mufrad, padahal yang dimaksud adalah Allah dan Rasul-Nya. Kaidah dlamir kedelapan: قد يجيء الضمير متصال بشيء وهو لغيره Kadang-kadang dlamir bersambungan dengan sesuatu tetapi dia (dlamir ) diperuntukkan untuk yang lainnya. Contoh dalam firman Allah di dalam Q.S. Yasin/36 ayat 81:
P a g e | 11
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang hancur itu? Firman Allah مثلهمbukan kembali kepada السموات واالرض, akan tetapi kembali kepada orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan. Dengan dalil bahwa, orang-orang kafir itu tidak mengingkari penciptaan langit dan bumi, yang mereka ingkari adalah hari kebangkitan. Kaidah dlamir kesembilan: اذا جتمع في الضمائر مراعاة اللفظ والمعني بديء باللفظ ثم بالمعنيا Apabila dalam beberapa dlamir terhimpun maksud untuk menjaga kesesuain kata dan kesesuaian makna, maka sebaiknya dimulai dengan menjaga kesesuaian kata baru kemudian kesesuaian makna. Contohnya di dalam firman Allah Q.S. al-Baqarah/2 ayat 8:
Di antara manusia ada yang mengatakan "kami beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orangorang yang beriman. Kalimat pertama من يقولmenggunakan dlamir mufrad karena mengikuti tuntutan kata, sedangkan pada kalimat kedua وما هم بمؤمنينmenggunakan dlamir jamak karena mengikuti tuntutan makna dalam ayat tersebut4
4
2005).
Manna' Al-Qaṭṭan, Mabahist Fi 'Ulūm al-Quran, Cet. II (Kairo: Dar al-Taūfiq,
P a g e | 12
3. Konsep Ta’nis dan Tadzkir 5 Secara umum karena Quran itu diturunkan kepada manusia dan sebagai respon atas peliknya permasalahan manusia, maka konsepkonsep yang ada dalam Quran juga tidak bisa lepas dari konsep yang ada pada diri manusia. Salah satu contohnya adalah konsep jenis. Dalam Quran terlampau banyak konsep jenis terpakai di dalamnya. Selain memang hal itu disebabkabkan oleh posisi objeknya sendiri adalah manusia
yang
berjenis
kelamin,
hal
itu
juga
berfungsi
untuk
memudahkan pemahaman akan Quran: kepada siapakah sebenarnya ayat ini diturunkan, cowok atau cewek dan sebagainya. Sehingga berangkat dari itu, perlu rasanya untuk mengetahui indikasi-indikasi atas konsep ta’nis maupun tadzkir. Konsep Ta’nis Ta’nis—isim muannas—memiliki dua indikasi, yaitu ta’ dan alif. Ta’ sebagai tanda dari ta’nis terbagi menjadi dua bagian: hakiki dan majazi. Ta’nis hakiki atau yang biasa disebut sebagai muannas hakiki adalah adanya ta’ marbutah—ta’ yang melingkar yang berada di akhir kata— dalam satu kata sebagai tanda ta’nisnya. Sedangkan ta’nis majazi adalah satu kalimat isim yang tanda muannasnya dikira-kirakan. Hal ini biasanya terjadi pada isim yang memiliki pasangan, seperti: tangan, bulan, sandal, dan sebagainya. Dengan demikian, dari sini bisa dipahami bahwa suatu isim bisa dikatakan itu adalah muannas ketika pada salah hurufnya terdapat huruf ta’ ta’nis. Kemudian indikasi selanjutnya adalah alif ta’nis. Alif ta’nis menjadi indikasi ta’nis setelah ta’ ta’nis memiliki dua bagian juga, yaitu alif ta’nis maksurah dan mamdudah. Pertama, hal itu biasanya berupa isim-isim
Muhammad bin Malik, Alfiyah ibnu malik, terj. Muhammad Humaidi (Gresik: MBS Press, 2006) hlm. 335. 5
P a g e | 13
manqus—bukan
maqsur.6
Sedangkan
yang
kedua, hal
itu
adalah
konstruksi dari bertemunya dua alif dan disebabkan pertemuannya itu mengakibatkan alif yang terakhir dirubah menjadi hamzah. Sehingga, sebagai konsekuensinya ketika ada isim yang akhirnya berupa alif ta’nis—sesuai kriteria di atas—maka itu termasuk golongan ta’nis. Adapun contoh-contohnya, sebagai berikut:
Contoh ta’ ta’nis hakiki:
dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.
Contoh ta’ ta’nis majazi Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa
Contoh alif ta’nis maqsurah
Syarifuddin Yahya, Nadzam al-Jurumiyah li alimrity al-syafii (Surabaya: Hidayah, 2009) hlm. 5. 6
P a g e | 14
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih
Contoh alif ta’nis mamdudah
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
P a g e | 15
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anakanak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Konsep Tadzkir Sebagaiman konsep ta’nis, konsep tadzkir merupakan sesuatu yang menyebabkan disebutnya suatu isim sebagai laki-laki atau termasuk dalam katagori tadzkir. Konsep tadzkir sebagai tanda bahwa suatu isim termasuk mudzakkar itu memiliki satu indikasi saja. Adalah tidak ditemukannya indikasi-indikasi ta’nis dalam suatu isim. Dengan kalimat lain, suatu isim sudah bisa disebut sebagai mudzakkar ketika isim tersebut sepi dari tanda-tanda muannas: ta’ dan alif. Adapun contohcontohnya antara lain:
dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).
P a g e | 16
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah Dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku". Selain pembagian yang disebutkan dia atas tadi, ditinjau dari kacamata yang berbeda, pembagian ta’nis terlengkapi dengan dua bagian lagi. Adalah ta’nis lafdzi dan ta’nis maknawi. Ta’nis lafdzi adalah ta’nis yang apapun sebenarnya maknanya selama terdapat tanda ta’nis, maka itu adalah muannas, muannas dalam lafadznya saja. Sedangkan ta’nis maknawi bermakna terbalik. Artinya, meski dalam sebuah lafadz tertentu tidak memiliki tanda muannas, namun maknanya mengindikasikan muannas, maka itu adalah muannas, muannas secara makna.