9 PEBRUARI 2011
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011
SERI B NOMOR 6
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang
Mengingat
: a.
bahw a dengan berlakunya U ndang-U ndang N om or 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, m aka P eraturan Daerah tentang Pajak Daerah perlu disesuaikan;
b.
bahw a berdasarkan pertim bangan sebagaim ana dim aksud pada huruf a diatas, perlu m enetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak P enerangan Jalan.
: 1.
U n dang-U ndang N om or 12 Tahun 1950 tentang Pem bentukan D a e rah -d a erah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tim ur (B erita N egara R epublik Indonesia Tahun 1950 N om or 41) seba g aim a na telah diubah dengan U ndang-U ndang N om or 2 Tahun 1965 (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 1965 Nom or 19, T a m bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 2730);
2. U ndang-U ndang N om or 8 Tahun 1981 tentang Kitab U ndang-U ndang Hukum A cara Pidana (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 1981 N om or 76 Tam bahan Lem baran N egara Republik Indonesia N om or 3 2 0 9 ); 3. U n d ang-U ndang N om or 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak d en g an S urat Paksa (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 1997 N om or 42 Tam bahan Negara R epublik Indonesia N om or 3686) seba g aim a na telah diubah dengan U ndang-U ndang N om or 19 Tahun 2000 (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2000 Nom or 129 T am b ah a n Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4048) ; 4.
U n dang-U ndang N om or 10 Tahun 2004 tentang Pem beatukan P eraturan p erundang-undangan (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 N om or 53, T a m b ah a n Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4389);
2
5.
U ndang-U ndang N om or 32 Tahun 2004 tentang Pem erintahan Daerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, T am b ah a n Lem baran N egara R epublik Indonesia Nom or 4437) seba g aim a na telah diubah beberapa kali te ra kh ir dengan UndangU ndang N om or 12 Tahun 2008 tentang P erubahan Kedua Atas U n d ang-U ndang N om or 32 Tahun 2004 tentang P em erintahan Daerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, T a m b a h a n Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4844);
6.
U nd an g -U n da n g N om or 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun 2004 N om or 132, Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4444);
7.
U n d ang-U ndang N om or 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2009 N om or 112, T am b ah a n Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 5038);
8.
U ndan g -U n da n g N om or 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan R etribusi Daerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2009 N om or 130 T a m bahan Negara R epublik Indonesia N om or 5049);
9.
U ndan g -U n da n g N om or 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Le m b ara n Negara R epublik Indonesia Tahun 2009 Nom or 133 T a m bahan Negara R epublik Indonesia N om or 5052);
10. P eraturan P em erintah N om or 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan P em anfaatan Tenaga Listrik (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 N om or 24, T am bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 3527) seba g aim a na telah diubah beberapa kali te ra kh ir dengan P eraturan P em erintah N om or 26 Tahun 2006 (Le m b ara n Negara R epublik Indonesia Tahun 2006 N om or 56, T a m b ah a n Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4628); 11. P eraturan P em erintah N om or 41 Tahun 1993 tentang A ngkutan Jalan (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 1993 N om or 59, T a m b ah a n Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 3527); 12. P eraturan P em erintah N om or 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan K euangan D aerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2005 N o m o r 140, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia N om or 4578); 13. P eraturan P em erintah N om or 79 Tahun 2005 tentang Pedom an P em binaan dan P engaw asan P enyelenggaraan Pem erintahan D aerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2005 Nom or 165, T a m b ah a n Lem baran N egara R epublik Indonesia Nom or 4593); 14. P eraturan P em erintah N om or 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara P em berian dan P em anfaatan Inse n tif P em ungutan Pajak Daerah Dan R etribusi Daerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2010 N om or 119, Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia Nom or 5161); 15. P eraturan M enteri Dalam Negeri N om or 13 Tahun 2006 tentang Pedom an P engelolaan K euangan D aerah se bagaim ana telah diubah dengan P eraturan M enteri Dalam Negeri N om or 59 Tahun 2007;
16. P eraturan Daerah K abupaten Jo m bang N om or 5 Tahun 2008 tentang O rganisasi P erangkat Daerah (Lem baran Daerah Kabupaten Jom bang Tahun 2008 N om or 5/D, T a m b ah a n Lem baran Daerah K abupaten Jom bang N om or 5/D); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 3 Tahun 2010 tentang P enyidik P egaw ai Negeri Sipil di Lingkungan P em erintah Kabupaten Jom bang (Lem baran Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2010
Nomor
3/E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jombang
N om or 3/E).
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG Dan BUPATI JOMBANG MEMUTUSKAN: Menetapkan
PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 D alam P eraturan Daerah ini yang dim aksud dengan : 1. K abupaten, adalah K abupaten Jom bang. 2. P em erintah K abupaten, adalah Bupati beserta P erangkat Daerah sebagai u nsur penyelenggara pem erintahan daerah. 3. Bupati, adalah Bupati Jom bang . 4. B adan adalah sekum pulan orang dan/atau m odal yang m erupakan kesatuan, baik yang m elakukan usaha m aupun yang tidak melakukan usaha yang m eliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha m ilik negara (BUMN), atau badan usaha m ilik daerah (BUM D ) dengan nam a dan dalam bentuk apapun, firm a, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkum pulan, yayasan, organisasi m assa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lem baga dan bentuk badan lainnya term asuk kontrak investasi ko le ktif dan bentuk usaha tetap. 5. Pajak P enerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri m aupun diperoleh dari sumbe^ la in c
-e-i'a-ca3,- aza.sn penggunaan tenaga iistnk untuk m enerangi jala n um um yang rekeningnya dib aya r oleh P em erintah Kabupaten.
7.
M asa Pajak adalah jangka w aktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka w aktu lain yang diatur dengan peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang m enjadi d a sa r bagi W a jib Pajak untuk m enghitung, m enyetor, dan m elaporkan pajak yang terutang.
4
8. Tahun Pajak adalah ja ngka w aktu yang lam anya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila W ajib Pajak m engg u na ka n tahun buku yang tidak sam a dengan tahun kalender. 9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus d ib aya r pada suatu saat, dalam m asa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam bagian Tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 10. S atuan Kerja P erangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah S atuan Kerja P erangkat Daerah K abupaten Jom bang. 11. P em ungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari p en g him punan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sam pai kegiatan penagihan pajak kepada W ajib Pajak serta pengaw asan penyetorannya. 12. Inse n tif P em ungutan adalah in se ntif yang diberikan kepada A parat P elaksanaan P em ungutan Pajak Daerah dan A pa ra t Penunjang yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan A pa ra t P em ungut Pajak dalam rangka m eningkatkan penerim aan P ajak Daerah. 13. S K P D P em ungut adalah Satuan Kerja P eran g kat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya m elaksanakah pem ungutan pajak penerangan jalan. 14. P ejabat yang ditunjuk adalah Kepala S atuan Kerja P erangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya m em bidangi pem ungutan pajak p en erangan jalan. 15. S urat P em beritahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat S P T P D adalah surat yang oleh W ajib Pajak digunakan untuk m elaporkan penghitungan dan/atau pem bayaran pajak, objek pajak d an/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan p erundang-undangan perpajakan daerah. 16.
S urat K etetapan Pajak Daerah K urang B ayar yang selanjutnya d isin g ka t S K P D K B adalah surat ketetapan pajak yang m enentukan besarnya ju m la h pokok pajak, ju m lah kredit pajak, jum lah kekurangan p em bayaran pokok pajak, besarnya sanksi adm inistratif, dan jum lah pajak yang m asih harus dibayar.
17.
S urat K etetapan Pajak Daerah K urang B ayar Tam bahan yang selanjutnya d isingkat S K P D K B T adalah surat ketetapan yang m enentukan tam bahan atas jum lah pajak yang ditetapkan.
18.
S urat K etetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat S K P D N , adalah surat ketetapan pajak yang m enentukan jum lah pokok pajak sam a besarnya dengan ju m la h kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19.
S urat K etetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya d isin g ka t S K P D LB adalah surat ketetapan yang m enentukan jum lah kelebihan pem bayaran pajak karena ju m la h kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak se harusnya terutang.
5
20. S urat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya d isingkat STPD, adalah surat untuk m elakukan penagihan pajak dan/atau sanksi adm inistratif berupa bunga atau denda. 21. S urat K eputusan P em betulan adalah surat keputusan yang m e m betulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terda p at dalam S urat P em beritahuan Pajak Terutang, S urat Ketetapan Pajak ' Daerah, S urat Ketetapan Pajak Daerah K urang Bayar, Surat K etetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tam bahan, S urat K etetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak D aerah Lebih Bayar, S urat Tagihan Pajak Daerah, Surat K eputusan P em betulan, atau S urat K eputusan Keberatan. 22. S urat K eputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap S urat P em beritahuan Pajak terutang, S urat Ketetapan Pajak Daerah, S urat Ketetapan Pajak D aerah Kurang Bayar, Surat K etetapan Pajak Daerah Kurang B ayar T am bahan, S urat Ketetapan Pajak D aerah Nihil, S urat K etetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pem otongan atau pem ungutan oleh pihak ketiga yang diajukan W ajib Pajak. 23.
P em bukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratu r untuk m engum pulkan data dan inform asi keuangan yang m eliputi harta- kewajiban, m odal, penghasilan dan biaya, serta jum lah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan m enyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
24.
P em eriksaan adalah serangkaian kegiatan m enghim pun dan m engolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara o bjektif dan profesional berdasarkan suatu sta n d a r pem eriksaan untuk m enguji kepatuhan pem enuhan kew ajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka m elaksanakan ketentuan peraturan p erundang-undangan perpajakan daerah.
25.
P enyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk m encari serta m engum pulkan bukti yang dengan bukti itu m em buat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta m enem ukan tersangkanya.
BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK Pasa! 2 S etiap penggunaan tenaga listrik dip un g ut pajak dengan nama Pajak P enerangan Jalan. Pasal 3 (1) O bjek Pajak P enerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri m aupun yang diperoleh dari sum ber lain. (2) S um be r lain sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) adalah Perusahaan Listrik N egara.
6
(3) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) m eliputi seluruh pem bangkit listrik. (4) D ikecualikan dari objek pajak adalah : a. P enggunaan tenaga listrik oleh Instansi P em erintah, Pem erintah Provinsi dan P em erintah K abupaten ; b. P enggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak m em erlukan izin dari instansi teknis terkait. Pasal 4 (1)
S ubjek Pajak P enerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang m enggunakan tenaga listrik.
(2)
W a jib Pajak P enerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang m engg u na ka n tenaga listrik.
(3)
Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh su m b er lain, W ajib Pajak P enerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.
BAB III DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK Pasal 5 (1)
D asar peng en a an Pajak P enerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik .
(2)
Nilai Jual Tenaga diteta p kan :
Listrik
sebagaim ana
dim aksud
pada
ayat
( 1)
a. D alam hal tenaga listrik berasal dari sum ber PLN dengan pem bayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jum lah tagihan biaya beb a n/te ta p ditam bah dengan biaya pem akaian kW h/variabel yang d itagihkan dalam rekening listrik; b. Dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, ja n g ka w aktu pem akaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di w ilayah Kabupaten. (3)
Harga satuan listrik sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan oleh Bupati dengan berpedom an pada harga satuan listrik yang berlaku untuk PLN. Pasal 6
Tarif Pajak ditetapkan sebagai berikut: (1)
P enggunaan tenaga listrik dari su m b er lain oleh industri, perta m b a ng a n m inyak bumi dan gas alam, ta rif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).
(2)
T a rif Pajak P enerangan Jalan selain se bagaim ana dim aksud pada a yat (1) d itetapkan se be sa r 10 % (sepuluh persen).
(3)
P enggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak P enerangan Jalan ditetapkan se be sa r 1,5% (satu kom a lima persen).
7
Pasal 7 B esarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara m engalikan tarif dengan d asa r pengenaan pajak.
BAB IV WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8 Pajak P enerangan Jalan yang terutang dip un g ut di w ilayah Kabupaten.
BAB V MASA PAJAK DAN SAAT TERUTANGNYA PAJAK Pasal 9 M asa Pajak P enerangan Jalan adalah ja n g ka w aktu yang lam anya (satu) bulan kalender.
1
Pasal 10 Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada sa at pem bayaran kepada pen ye le ng g araa n penerangan jala n atau sejak diterbitkan S PTPD dan rekening listrik.
BAB VI SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH Pasal 11 (1)
S etiap W ajib Pajak wajib m engisi SPTPD.
(2)
S P T P D sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, b enar dan lengkap serta ditandatangani oleh W ajib Pajak atau kuasanya.
(3)
S P T P D sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) harus disam paikan kepada Bupati atau P ejabat yang ditunjuk selam bat-lam batnya 15 (lim a belas) hari setelah berakhirnya m asa pajak.
(4)
P ejabat yang ditunjuk sebagaim ana diteta p kan dengan K eputusan Bupati.
dim aksud
pada
ayat
(3)
BAB VII PEMUNGUTAN PAJAK Bagian Kesatu Tata Cara P em ungutan Pasal 12 (1)
P em ungutan Pajak dilarang diborongkan.
(2) W ajib Pajak yang m em enuhi kew ajiban perpajakan sendiri dibayar dengan m enggunakan SPTPD, S K P D K B , dan/atau SKPD KBT.
8
Pasal 13 (1)
Dalam ja n g ka w aktu 5 (lima) tahun sesudah sa at terutangnya pajak, Bupati m enerbitkan: a. S K P D K B dalam hal: 1. Jika b erdasarkan hasil pem eriksa an atau keterangan pajak yang terutang tidak ataü kurang dibayar;
lain,
2. Jika S P T P D tidak d isam paikan kepada Bupati sebagaim ana dim aksud dalam pasal 11 ayat (3) dan ayat (4) dan setelah d iteg u r secara tertulis tidak d isam paikan pada w aktunya sebagaim ana ditentukan dalam surat teguran; 3. Jika kew ajiban m engisi S P T P D tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. S K P D K B T Jika ditem ukan d a ta .b a ru d an/atau data yang sem ula belum terungkap yang m enyebabkan penam bahan jum lah pajak yang terutang. c.
S K P D N 'jik a jum lah pajak yang terutang sam a besarnya dengan ju m lah kredit pajak atau pajak tid ak teruta n g dan tidak ada kredit pajak.
(2)
Jum lah kekurangan pajak yang terutang dalam S KPD KB se ba g aim a na dim aksud pada ayat (1) h uruf a angka 1 dan angka 2 d ikenakan sanksi adm inistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlam bat dib aya r untuk jangka waktu paling lam a 24 (dua puluh em pat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(3)
Jum lah kekurangan pajak yang terutang dalam SKP D K B T seba g aim a na dim aksud pada ayat (1) h u ru f b dikenakan sanksi a dm istra tif berupa kenaikan se b e sa r 100% (seratus persen) dari ju m la h kekurangan pajak tersebut.
(4)
K enaikan sebagaim ana dim aksud pada ayat (4) tidak dikenakan jika W ajib Pajak m elaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pem eriksaan.
(5)
Jum lah pajak yang terutang dalam S K P D K B sebagaim ana dim aksud a yat (1) h uruf a angka 3 d ikenakan sanksi adm inistrasi berupa kenaikan se be sa r 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak d itam bah sanksi a dm in istra tif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlam bat dibayar untuk ja n g ka w aktu paling lam a 24 (dua puluh e m p at) bulan dihitung sejak sa at teruta n gn ya pajak. Pasal 14
(1)
Tata cara penerbitan SPTPD, S K P D K B , dan S K P D K B T sebagaim ana d im aksud dalam Pasal 12 ayat (2) d ia tu r lebih lanjut dengan Peraturan Bupati; (2) K etentuan lebih lanjut m engenai tatacara pengisian dan penyam paian S PTPD , S K P D K B dan S K P D K B T se bagaim ana dim aksud dalam pasal 12 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan P eraturan Bupati.
9
Bagian Kedua Surat Tagihan Pajak Pasal 15 (1)
Bupati d ap a t m enerbitkan STP D jika: a. Pajak dalam tahun berjalan tid ak atau kurang bayar; .. b. Dari hasil penelitian S P T P D terdapat kekurangan pem bayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung; c. W ajib pajak dikenakan sanksi a dm in istra tif berupa bunga dan/atau denda.
(2) Jum lah kekurangan pajak yang terutang dalam S TP D sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f a dan h uruf b ditam bah dengan sanksi a d m in istra tif berupa bunga se b e sa r 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lam a 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
Bagian Ketiga Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pasal 16 (1)
P em bayaran Pajak dilakukan ke Kas D aerah atau tem pat lain yang ditun ju k oleh Bupati, sesuai w aktu yang ditentukan dalam SPTPD, S K P D K B , S K P D K B T dan STPD;
(2) A pa b ila P em bayaran Pajak dilakukan di te m p a t lain yang ditunjuk, hasil penerim aan pajak harus d ise to r ke Kas Daerah selam batlam batnya 1x24 jam . Pasal 17 (1) Tanggal ja tu h tem po pem bayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lam a 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak. (2) S K P D K B , S K P D K B T, STPD, S urat K eputusan P em betulan dan Surat K eputusan Keberatan, yang m e n yebabkan ju m la h pajak yang harus d ib aya r bertam bah m erupakan d asa r penagihan pajak dan harus dilunasi dalam ja ngka w aktu paling lam a 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (3) Bupati atas perm ohonan W a jib Pajak setelah m em enuhi persyaratan yang diten tu kan dapat m em berikan persetujuan kepada W ajib Pajak untuk m e n g a n g su r atau m enunda pem bayaran pajak, dengan d ikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. (4) K etentuan lebih lanjut m engenai tata cara pem bayaran, penyetoran, te m p a t pem bayaran, angsuran, dan penundaan pem bayaran pajak d ia tu r dengan Peraturan Bupati. Pasal 18 (1) Pajak yang terutang berdasarkan S K P D K B , S K P D K B T, STPD, Surat K eputusan P em betulan dan S urat K eputusan Keberatan, yang tidak atau kurang dibayar oleh W ajib Pajak pada w aktunya dapat ditagih d engan S urat Paksa. (2) P enagihan pajak dengan S urat Paksa peraturan P erundang-undangan.
d ilaksanakan
berdasarkan
10
Bagian Keem pat Keberatan Pasal 19 (1) W ajib Pajak dapat m engajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu: a. S K P D K B ; b. S K P D K B T; c. S K P D LB ; d. S KPD N ; (2) K eberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas. (3) K eberatan harus diajukan dalam ja n g ka w aktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pem otongan atau pem ungutan seba g aim a na dim aksud pada ayat (1), kecuali jika W ajib Pajak dapat m e n unjukkan bahwa ja ngka w aktu itu tidak d ap a t dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (4) K eberatan dapat diajukan apabila W ajib pajak telah m em bayar paling sedikit sejum lah yang telah disetujui W a jib Pajak. (5) K eberatan yang tidak m em enuhi persyaratan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai S urat K eberatan sehingga, tidak dipertim bangkan. (6) Tanda penerim aan su ra t keberatan yang diberikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengirim an surat keberatan melalui surat pos te rca ta t sebagai tanda bukti penerim aan surat keberatan. Pasal 20 (1) Bupati dalam ja ngka w aktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal S urat Keberatan diterim a, harus m em beri keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) K eputusan Bupati atas keberatan d ap a t berupa m enerim a seluruhnya atau sebagian, m enolak, atau m enam bah besarnya pajak yang terutang. (3) A pabila ja n g ka w aktu sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) telah lew at dan Bupati tidak m em beri suatu keputusan, keberatan yang diajukan terseb u t dianggap dikabulkan. Pasal 21 (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pem bayaran pajak dikem balikan dengan ditam bah imbalan bunga se be sa r 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh em pat) bulan. (2) Im balan bunga sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sam pai dengan d iterbitkannya SKPDLB.
(3) Dalam hal keberatan W ajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, W ajib Pajak dikenai sanksi a dm in istra tif berupa denda sebesar 50% (lim a puluh persen) dari ju m la h pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum m e ngajukan keberatan.
BAB VIII TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 22 (1) A tas p erm ohonan W ajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat m e m betulkan S KP D K B , S K P D K B T atau STPD, S KPD N atau SKPD LB yang dalam penerbitannya terda p at kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan p erundang-undangan perpajakan daerah. (2) Bupati dapat: a. M engu ra n gka n atau m enghapuskan sanksi adm inistratif berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang m enurut peraturan perun d an g -u nd a ng a n perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut d ikenakan karena kekhilafan W a jib Pajak atau bukan karena kesalahannya. b. M e n gurangkan atau m em batalkan S K P D K B , STPD, S KP D N atau S K P D LB yang tidak benar.
S KP D K B T
atau
c. M engurangkan atau m em batalkan STPD. d. M e m batalkan hasil pem eriksaan atau ketetapan pajak yang dila ksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan e. M e n gurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertim bangan kem am puan m e m b a yar W ajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. (3) K etentuan lebih lanjut m engenai tata cara pengurangan atau p enghapusan sanksi adm in istra tif dan pengurangan atau pem batalan ketetapan pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) diatur dengan P eraturan Bupati.
BAB IX PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 23; (1) W ajib Pajak d ap a t m engajukan perm ohonan pengem balian kelebihan pem bayaran pajak kepada Bupati secara tertulis dengan m enyebutkan se kurang-kurangnya: a. N am a dan A la m a t W ajib Pajak; b. M asa Pajak c. B esarnya kelebihan pem bayaran pajak d. A lasan yang jelas.
(2) Bupati dalam ja ngka w aktu p a lin g 'la m a 12 (dua belas) bulan sejak diterim anya perm ohonan pengem balian kelebihan pem bayaran pajak se bagaim ana dim aksud pada ayat (1) harus m em berikan keputusan. (3) A pabila dalam jangka w aktu sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) telah dilam paui, Bupati tidak m em berikan suatu keputusan, perm ohonan pengem balian pem bayaran pajak dianggap dikabulkan dan S K P D LB harus diterbitkan dalam w aktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) A pabila W a jib Pajak m e m p u n y a i; utang pajak lainnya, kelebihan p em ba ya ra n pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) langsung d ip erhitu n gka n untuk m elunasi terlebih dahulu utang pajak dim aksud. (5) P engem balian kelebihan pem bayaran pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan dalam ja n gka w aktu paling lam a 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKPDLB. (6) Jika pengem balian kelebihan pem bayaran pajak dilakukan setelah lew at 2 (dua) bulan, Bupati m em berikan im balan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas ke te rlam ba tan pem bayaran kelebihan p em bayaran pajak. (7) Tata cara pengem balian kelebihan p em bayaran pajak sebagaim ana d im aksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB X PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 24 (1) W ajib Pajak yang m elakukan usaha dengan om zet paling sedikit Rp. 3 00 .00 0 .00 0 ,0 0 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib m en yelen g ga ra ka n pem bukuan atau pencatatan. (2) Kriteria W ajib Pajak dan penentuan besaran om zet serta tata cara p em bukuan atau pencatatan se bagaim ana dim aksud pada ayat (1) d ia tu r dengan P eraturan Bupati. Pasal 25 (1) Bupati berw enang m elakukan pem eriksaan untuk m enguji kepatuhan p em enuhan kew ajiban perpajakan daerah dalam rangka m e la ksanakan peraturan p erundang-undangan perpajakan daerah. (2) W ajib Pajak yang diperiksa wajib: a. m e m p e rlihatkan dan/atau m em injam kan buku atau catatan, d okum en yang m enjadi dasarnya dan dokum en lain yang berhubungan dengan objek Pajak yang terutang; b. m e m berikan kesem patan untuk m em asuki tem pat atau ruangan yang d ianggap perlu dan m em berikan bantuan guna kelancaran pem eriksaan; dan/atau c. m em berikan keterangan yang diperlukan. (3) K etentuan lebih lanjut m engenai tata cara pem eriksaan Pajak diatur dengan P eraturan Bupati.
13
BAB XI INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 26 (1) S K P D yang m elaksanakan pem ungutan pajak diberikan insentif atas d asa r pencapaian kinerja tertentu. (2) P em berian in se ntif sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) ditetapkan m elalui A ng g aran P endapatan dan Belanja Daerah. (3) Tata
cara
penetapan,
pem berian
dan
pem anfaatan
insentif
se bagaim ana dim aksud pada ayat (1) d ia tu r dengan P eraturan Bupati dengan berlaku.
berpedom an
pada
peraturan
perundang-undangan
yang
BAB XII KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 27 H , Hak untuk melakukan penagihan Pajak m enjadi kedaluwarsa ss:e'a~ m elam paui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecuali apabila W ajib pajak m elakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. (2) K edaluw arsa penagihan Pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. D iterbitkan S urat Teguran dan/atau S urat Paksa; atau b. Ada pengakuan utang m aupun tidak langsung.
pajak dari W a jib
Pajak,
baik
langsung
(3) Dalam hal diterbitkan S urat Teguran dan S urat Paksa sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) h uruf a, kedaluw arsa penagihan dihitung sejak tanggal penyam paian S urat Paksa tersebut. (4) P engakuan utang Pajak secara langsung sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) h uruf b adalah W ajib Pajak dengan kesadarannya m enyatakan m asih m em punyai utang Pajak dan belum m elunasinya kepada P em erintah Daerah. (5) P engakuan utang secara tidak langsung se bagaim ana dim aksud pada ayat (2) h uruf b dapat diketahui dari pengajuan perm ohonan angsuran atau penundaan pem bayaran dan perm ohonan keberatan oleh W ajib Pajak. Pasal 28 (1) P iutang Pajak yang tidak m ungkin ditagih lagi karena hak untuk m elakukan penagihan sudah kedaluw arsa d ap a t dihapuskan. (2) Bupati m enetapkan Keputusan P enghapusan Piutang Pajak yang sudah ke daluw arsa sebagaim ana dim aksud pada ayat (1). (3) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluw arsa diatur lebih lanjut dengan P eraturan Bupati.
14
BAB XIII PENYIDIKAN Pasal 29 (1) P ejabat P egaw ai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pem erintah K abupaten diberi w ew enang khusus sebagai Penyidik untuk m elakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah, seba g aim a na dim aksud dalam U ndang-U ndang Hukum Acara Pidana. (2) P enyidik se bagaim ana dim aksud pada ayat (1) adalah pejabat pegaw ai negeri sipil tertentu di lingkungan Pem erintah Kabupaten yang d ia ng ka t oleh pejabat yang berw enang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) W e w e n an g P enyidik sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) adalah: a. M enerim a, m encari, m engum pulkan, dan m eneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah agar keterangan atau laporan te rse b u t menjadi lebih lengkap dan jelas. b. M eneliti, m encari dan m engum pulkan keterangan m engenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan se hu b un g an dengan tindak pidana perpajakan Daerah. c. M em inta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehu b un g an dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. d. M em eriksa buku, catatan dan dokum en lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. e. M elakukan penggeledahan untuk m endapatkan bahan bukti pem bukuan, pencatatan dan dokum en lain, serta m elakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. f. M em inta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas m enyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. g. M enyuruh berhenti dan/atau m elarang seseorang m eninggalkan ruangan atau tem pat pada saat p em eriksaan sedang berlangsung dan m em eriksa identitas o ra n g ,. benda, dan/atau dokum en yang dibaw a. h. M e m o tre t seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah. i. M em anggil orang untuk d id engar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. M e n ghentikan penyidikan; dan/atau k. M elakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tin da k pidana di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan ketentauan peraturan perundang-undangan. (4) P enyidik sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) m em beritahukan dim ulainya penyidikan dan m enyam paikan hasil penyidikannya kepada P enuntut Um um m elalui P enyidik P ejabat Polisi Negara R epublik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam U ndang-U ndang Hukum Acara Pidana.
BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) W ajib Pajak yang karena kealpaannya tidak m enyam paikan SPTPD atau m engisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau m elam pirkan keterangan yang tidak benar sehingga m erugikan keuangan Daerah dap a t dipid an a kan dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jum lah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. (2) W ajib Pajak yang dengan sengaja tidak m enyam paikan SPTPD atau m engisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau m elam pirkan keterangan yang tidak benar sehingga m erugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lam a 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (em pat) kali ju m lah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 31 Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah m elam paui ja n g ka w aktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya M asa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya T a hu n Pajak yang bersangkutan. Pasal 32 Denda se bagaim ana dim aksud dalam Pasal 30 m erupakan penerim aan negara.
BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 Pada sa at P eraturan Daerah ini m ulai berlaku, m aka Pajak terutang yang belum d ib a ya r atau kurang dibayar oleh w ajib pajak tetap harus dibayar b erdasarkan P eraturan Daerah K abupaten Jom bang N om or 26 Tahun 2002 ten ta ng Pajak P enerangan Jalan, selam a ja n gka waktu 5 (lima tahun) sejak sa at terutangnya pajak.
ffi a
BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 D engan berlakunya Peraturan D aerah ini, m aka Peraturan Daerah K abupaten Jom bang N om or 26 Tahun 2002 tentang Pajak Penerangan Jalan d in yata kan d icabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 35 Peraturan Daerah ini m ulai berlaku pada tanggal diundangkan. A g a r se tiap orang m engetahuinya, m e m erintahkan pengundangan P eraturan Daerah ini dengan penem patannya dalam Lem baran Daerah K abupaten Jom bang. D itetapkan di Jom bang pada tanggal 23 D esem ber 2010
BUPATI JOMBANG, ttd. SU Y A N T O Diundangkan di Jom bang pada tanggal 9 P ebruari 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG, ttd. M. MUNIF KUSNAN. SH. M.Si Pembina Utam a M adya NIP. 195304121979031015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 NOMOR 6/B Salinan sesuai aslinya a.n S ekreta ris Daerah Asisten A dm inistrasi P em erintahan dan (anteraan R a k\
Drs. EKSAN GUNAJATI. Msi ^ — ------ ------ Pem Erna NIP. 19621109 198501 1 003
-i''L E M B A R A N D A E R A H 2011 \P E R D A 16 TH 2 0 1 0 P a ja k P e n e ra n g a n J a ia n doc
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN UMUM Untuk m enjam in keam anan pasokan energi listrik dan untuk m endukung pem bangunan yang berkelanjutan, m aka p enggunaan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari harus dilakukan secara efisien dan rasional tanpa m engurangi penggunaan energi yang m em ang b en a r-b e na r diperlukan. Dalam rangka m endorong percepatan diversifikasi energi untuk pem bangkit tenaga listrik non bahan b akar m inyak dan m eningkatkan partisipasi sw asta dalam usaha penyediaan tenaga listrik, m aka P em erintah K abupaten m enetapkan pajak penerangan ja la n dengan ta rif pajak yang berbeda berdasarkan asal sum ber tenaga listrik. P enggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri ta rif pajak penerangan jalan ditetapkan lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan oleh industri pertam bangan m inyak bum i dan gas alam. Sedangkan penggunaan tenaga listrik yang berasal dan P erusahaan Listrik Negara (PLN), tarif pajak penerangan jala n ditetapkan paling tinggi yaitu se be sa r 10 persen dari jum lah tagihan biaya b eban/tetap ditam bah dengan biaya pem akaian kW h/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. S elam a ini pungutan Daerah yang berupa Pajak P enerangan Jalan diatur dengan U ndang-U ndang N om or 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seba g aim a na telah diubah dengan U ndang-U ndang N om or 34 Tahun 2000. Tetapi dengan b erlakunya U ndang-U ndang N om or 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan R etribusi Daerah m aka Peraturan Daerah K abupaten Jom bang Nom or 26 Tahun 2002 tentang Pajak P enerangan Jalan harus d ise suaikan baik dasar hukum, muatan m ateri m aupun ta rif pajaknya.
PASAL DEMI PASAL Pasal 1 C ukup je las Pasal 2 C ukup jelas. Pasal 3 A yat (1) C ukup je las A yat (2) C ukup je la s A yat (3) C ukup je la s
;
A yat (4) H u ru f a Y ang dim aksud instansi pem erintah, pem erintah provinsi dan pem erintah kabupaten adalah fasilitas yang digunakan untuk pen ye le ng g araa n pem erintah pusat, provinsi, kabupaten dan desa, tidak term a suk BUMN, BUMD. H u ru f b Y ang dim aksud dengan "kapasitas te rte n tu ’’ adalah kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan di baw ah 10.000 VA. Pasal 4 Ay a t ( 1 ) C ukup je la s A y a t (2) C ukup jelas. A yat (3) ' Yang dim aksud dengan “sum ber lain” adalah tenaga listrik yang d isediakan oleh PLN . Pasal 5 C ukup je las Pasal 6 C ukup jelas. Pasal 7 C ukup je las Pasal 8 C ukup je las Pasal 9 Cukup je las Pasal 10 Cukup je las Pasal 11 C ukup je la s Pasal 12 C ukup jelas Pasal 13 C ukup je las Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 C ukup jelas Pasal 16 C ukup jelas Pasal 17 C ukup jelas Pasal 18 C ukup jelas Pasal 19 C ukup je las Pasal 20 C ukup jelas Pasal 21 C ukup jelas
19 Pasal 22 C ukup je la s Pasal 23 C ukup je las Pasal 24 C ukup je la s Pasal 25 C ukup je la s Pasal 26 C ukup je la s Pasal 27 C ukup je las Pasal 28 Cukup je las Pasal 29 C ukup jelas Pasal 30 C ukup jelas Pasal 31 C ukup jelas Pasal 32 C ukup jelas Pasal 33 C ukup je las Pasal 34 C ukup jelas Pasal 35 C ukup je las
TAMBAHAN LEM BARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 NOMOR 4/B