Katalog : 3101013.63.03
Publikasi ini menyajikan informasi beberapa indikator yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Banjar. Indikator Kesejahteraan Rakyat merupakan publikasi yang menggambarkan pencapaian upaya pembangunan manusia dari berbagai perspektif di Kabupaten Banjar. Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada analisa singkat dari beberapa indikator yang menjadi ukuran , seperti : Kependudukan Keluarga Berencana Pendidikan Ketenagakerjaan Kesehatan Perumahan Indeks Pembangunan Manusia Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010 ini disusun oleh Seksi Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, yang merupakan organisasi resmi yang mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan statistik di daerah dengan tugas utama menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat.
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2011
KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJAR
KATALOG BPS : 3101013.63.03
Kerjasama BAPPEDA – BPS Kabupaten Banjar
Katalog BPS : 3101013.63.03.
Nomor Publikasi : 63032.12.01
Naskah : Seksi Statistik Sosial
Gambar Kulit : Seksi Statistik Sosial
Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
VISI dan MISI BADAN PUSAT STATISTIK VISI: Pelopor data statistik terpercaya untuk semua (the agent
of trustworthy statistical data for all). MISI: a. memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisein; b. menciptakan insane statistik yang kompeten dan professional, didukung pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan Indonesia; c. meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan statistik; d. meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak; dan e. meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dlam kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisein.
KATA SAMBUTAN Assalamu'alaikum Wr.Wb. Terwujudnya
kesejahteraan
rakyat
yang
ditandai
dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja merupakan salah satu visi dan misi pembangunan Kabupaten Banjar. Untuk mengevaluasi pelaksanaan pembangunan tersebut dan untuk menentukan arah kebijakan yang akan datang, maka ketersediaan indikator kesejahteraan rakyat yang akurat dan terkini sangat diperlukan sebagai penunjang terwujudnya perencanaan pembangunan yang lebih baik dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kami menyambut gembira atas terbitnya publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011 sehingga dapat menambah ragam data yang sangat berguna untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan khususnya pada aspek kesejahteraan masyarakat. Kepada segenap jajaran BPS Kabupaten Banjar atas kerjasama penyusunan publikasi ini beserta semua pihak yang terlibat dan ikut berpartisipasi dalam penyediaan data hingga selesainya publikasi ini kami ucapkan terimakasih . Akhirnya kami berharap semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya dan semoga Allah SWT selalu memberi rahmat-Nya kepada kita semua. Amien. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Martapura,
September 2012
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BANJAR,
MUHAMMAD RUSDI, ST. MT Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jualah publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011 yang merupakan hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Banjar dan BPS Kabupaten Banjar dapat diselesaikan. Dalam publikasi ini disajikan berbagai informasi umum terkait situasi kesejahteraan rakyat yaitu menyangkut masalah ekonomi, kependudukan dan keluarga berencana, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan dan gizi, perumahan, serta perkembangan mengenai Indeks Pembangunan Manusia di tingkat wilayah Kabupaten Banjar. Data-data pokok yang digunakan sebagian besar bersumber dari hasil Susenas dan Sakernas yang diolah BPS Kabupaten Banjar ditambah dengan Indeks Pembangunan Manusia dari hasil pengolahan BPS RI serta data-data lain yang relevan untuk dijadikan sebagai bahan penunjang analisis. Kami menyadari walaupun telah diupayakan secara maksimal namun publikasi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan publikasi yang akan datang. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Martapura,
September 2012
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJAR,
EDY RAHMADI, SP, MP
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
ii
DAFTAR ISI Hal KATA SAMBUTAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
iii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
v
DAFTAR GRAFIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
viii
BAB I
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
1.2 Ruang Lingkup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
1.3 Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
PEREKONOMIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
2.1 Struktur Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
2.2 Pertumbuhan Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
2.3 Distribusi Pendapatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
2.4 Korva Lorenz dan Koefisein Gini . . . . . . . . . . . .
15
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA . . . . .
19
3.1 Kependudukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
21
3.2 Keluarga Berencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
29
BAB IV
PENDIDIKAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
35
BAB V
KETENAGAKERJAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
46
BAB II
BAB III
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
iii
5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja . . . . . . . . . .
49
5.2 Daya Serap Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . .
51
5.3 Tingkat Pengangguran . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
53
BAB VI
KESEHATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
57
BAB VII
PERUMAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
63
BAB VIII
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA . . . . . . . . . . . . . . .
71
8.1 Konsep Pembangunan Manusia . . . . . . . . . . . . . .
72
8.2 Manfaat Penghitungan IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . .
75
8.3 Konsep Penghitungan IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
79
8.4 Perkembangan IPM Kabupaten Banjar . . . . . . . . . .
85
8.5 Perkembangan Indeks Penyusun IPM Kab.Banjar . .
89
8.6 Laju Pencapaian IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
96
BAB IX
PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
99
iv
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1.
Struktur Ekonomi dan Struktur Tenaga Kerja Kabupaten Banjar Tahun 2011 .............................
Tabel 2.
Pertumbuhan
Ekonomi
(Atas
Dasar
Harga
Konstan) Kabupaten Banjar Tahun 2009-2011 ..... Tabel 3.
Pendapatan
di Kabupaten
Banjar Tahun 2011 ……….....................................
23
Persentase Penduduk menurut Kelompok Usia Tahun 2011 ……...................................................
Tabel 6.
14
Penduduk Kabupaten Banjar menurut Kelompok Umur Tahun 2011 ................................................
Tabel 5.
11
Persentase Penduduk dan Jumlah Pendapatan Menurut Golongan
Tabel 4.
7
26
Persentase Partisipasi Penduduk Wanita Usia 15 49 Tahun Berstatus Kawin terhadap Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Banjar Tahun 2011 ………………………………………....................
Tabel 7.
29
Persentase Partisipasi Aktif Pemakaian Alat KB Menurut Jenisnya di Kabupaten Banjar Tahun 2011.....................................................................
Tabel 8.
32
Persentase Tingkat Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Banjar Tahun 2011 ............................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
38
v
Tabel 9.
Persentase
Ijazah
Terakhir
yang
Dimiliki
Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas di Kabupaten Banjar Tahun 2011 …………………………............... Tabel 10.
Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Banjar Tahun 2011 .........................................................
Tabel 11.
50
Daya Serap Tenaga Kerja Per Sektor di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2011 ………………………….....
Tabel 13.
43
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Usia 15 Tahun Keatas Kabupaten Banjar Tahun 2011 …………....
Tabel 12.
42
Persentase
TPAK,
Tingkat
Kesempatan
51
Kerja
(TKK), dan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT), Tahun 2011 ……………......................................... Tabel 14.
Persentase Penduduk Bekerja menurut Jam Kerja di Kabupaten Banjar Tahun 2011 …………............
Tabel 15.
Persentase
Cara
Pengobatan
Mengalami
Keluhan
penduduk
Kesehatan
di
Kabupaten
PersentaseTempat
Tinggal
menurut
64
Persentase Luas Lantai Tempat Tinggal Tahun 2011 ……………....................................................
Tabel 19.
61
Status
Penguasaan di Kabupaten Banjar Tahun 2011 …… Tabel 18.
59
Lama Pemberian Asi bagi Bayi dan Balita di Kabupaten Banjar Tahun 2010 dan 2011 .............
Tabel 17.
55
yang
Banjar Tahun 2011 ………….................................. Tabel 16.
54
66
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Tempat Pembuangan Akhir TinjaTahun 2011 ……………....
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
69
vi
Tabel 20.
Komponen Dasar Pembentukan IPM Kabupaten Banjar Tahun 2008 – 2011 …………………………...
Tabel 21.
86
Indeks Kesehatan, Pendidikan, Daya Beli dan Pembangunan Manusia Kabupaten Banjar Tahun 2005 – 2011 …………………..................................
Tabel 22.
Kriteria
dan
Tingkatan
Status
90
Pembangunan
Manusia Menurut UNDP …………………………...…
92
Tabel 23.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten /Kota Tahun 2008 – 2011 ……………………...........………
94
Tabel 24
Perbandingan Peringkat Propinsi IPM Kab/Kota Kalimantan Selatan Tahun 2008 – 2011 ……………
95
Tabel 25.
Laju Shortfall Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Tahun 2008 – 2011 ………………
97
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
vii
DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 1.
Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Tahun 2011
Grafik 2.
Distribusi Pendapatan Penduduk
Kabupaten
Banjar Tahun 2011 ………………………………...... Grafik 3.
Rasio
25 Ketergantungan
Penduduk
Kabupaten
Banjar Tahun 2011…………………………………… Grafik 6.
17
Struktur Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2011
Grafik 5.
16
Gini Rasio Kalimantan Selatan dan Kabupaten Banjar Tahun 2005-2011 …………………………..
Grafik 4.
8
27
Persentase Partisipasi Penduduk Wanita Usia 1549 Tahun Berstatus Kawin terhadap Program Keluarga Berencana di Kab. Banjar Tahun 2011 ..
Grafik 7.
Persentase
Partisipasi
KB
Aktif
menurut
Kelompok Umur Tahun 2011 ………………………. Grafik 8.
39
Rasio Perbandingan Guru dan Murid tiap Jenjang Pendidikan di Kabupaten Banjar Tahun 2011 ….
Grafik 11.
33
Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Tahun 2011 ………………………….
Grafik 10.
31
Persentase Partisipasi Aktif Pemakaian Alat/Cara KB Tahun 2011 ………………………………………...
Grafik 9.
30
41
Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Banjar Tahun 2010 – 2011 …………………………………..
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
44 viii
Grafik 12.
Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut KegiatanTahun 2011 …………………………………
Grafik 13.
Persentase Cara Pengobatan Penduduk Yang Mengalami Gangguan Kesehatan Tahun 2011 …
Grafik 14.
60
Persentase Penolong Kelahiran Bayi Usia 0-59 Bulan Tahun 2011 …………………………..………..
Grafik 15.
48
62
Persentase Penguasaan Tempat Tinggal Tahun 2011 ……………………………………………………..
65
Grafik 16.
Persentase Luas Lantai Rumah Tahun 2011 …….
67
Grafik 17.
Persentase
Rumah
Tangga
Menurut
Jenis
Sumber Air Minum Utama Tahun 2011 …………. Grafik 18.
Persentase
Rumah
Tangga
Menurut
Jenis
Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tahun 2011 …. Grafik 19.
Indeks
Manusia
Kab.
Banjar
Tahun
2008-2011 …………………………………………….. Nilai
70
Kesehatan, Pendidikan, Daya Beli dan
Pembangunan Grafik 20.
68
IPM
Kabupaten/Kota
Tahun
2011
Kalimantan Selatan ……………………………………
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
91 93
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesejahteraan rakyat yang adil dan merata merupakan tujuan dari pembangunan nasional Indonesia. Berbagai program dan kegiatan pembangunan telah dilaksanakan guna mencapai tujuan tersebut. Namun dimensi kesejahteraan rakyat disadari
sangat
luas
dan
kompleks,
sehingga
suatu
taraf
kesejahteraan rakyat hanya dapat dinilai melalui indikator-indikator yang terukur dari berbagai aspek pembangunan. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia, negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada
tahun
2000
mendeklarasikan
kesepakatan
Tujuan
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDG’s) yang
tertuang
dalam
delapan
butir
tujuan
guna
tercapainya
kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Adapun delapan butir MDG’s tersebut adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong
kesetaraan
gender
dan
pemberdayaan
perempuan,
menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi
HIV/AIDS
malaria
dan
penyakit
menular
lainnya,
memastikan kelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Untuk mengukur sampai sejauh mana pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
2
BAB I PENDAHULUAN
Banjar pada khususnya dalam pencapaian target pembangunan nasional dan MDG’s dibutuhkan indikator-indikator yang terkait dengan aspek-aspek kesejahteraan rakyat yang bisa menggambarkan kondisi tingkat kesejahteraan masyarakat pada saat ini. Guna
memenuhi
kesejahteraan
rakyat
kebutuhan
tersebut
disusunlah
indikator-indikator publikasi
Indikator
Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Kabupaten Banjar Tahun 2011. Diharapkan
publikasi
ini
mampu
memberikan
gambaran
perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk selama periode 2011 yang merupakan hasil dari pembangunan yang telah dilakukan di Kabupaten Banjar selama ini. Sudut pandang analisis yang dilakukan dalam publikasi INKESRA Kabupaten Banjar Tahun 2011 lebih diutamakan dari aspek kesejahteraan
sosial
seperti
tingkat
kesehatan,
pendidikan,
ketenagakerjaan, perumahan, dan konsumsi. Publikasi ini merupakan kumpulan
dari
berbagai
data
yang
mencerminkan
hasil
pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Banjar. Di dalam publikasi ini juga ditampilkan indeks komposit yang berkaitan dengan pembangunan manusia yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM digunakan sebagai ukuran, yang secara tepat dapat menunjukan potret umum tentang status pembangunan manusia di Kabupaten Banjar. Ukuran komposit ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran bagi para perencana pembangunan di daerah Kabupaten Banjar tentang pembangunan manusia yang telah dicapai selama ini.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
3
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari publikasi ini
mencakup kelompok
indikator : (a) Perekonomian; (b) Kependudukan
dan KB; (c)
Pendidikan; (d) Ketenagakerjaan; (e) Kesehatan; (f) Perumahan serta perkembangan IPM Kabupaten Banjar. 1.3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam publikasi ini adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dengan ditunjang oleh data-data lain seperti Survei angkatan Kerja (SAKERNAS), Pendapatan Domestik Regional Bruto (PRDB) dan lain-lain.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
4
BAB II PEREKONOMIAN
2.1. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran kondisi struktur ekonomi dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila kontribusi/pangsa PDB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. Struktur ekonomi Kabupaten Banjar didominasi oleh sektor pertanian;
sektor
pertambangan
dan
penggalian;
serta
sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Dari sembilan sektor, sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Banjar. Kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian di Kabupaten Banjar mencapai 23,70 persen, dimana kontribusi ini tidak jauh berbeda dengan keadaan 2010 dimana sektor perdagangan juga menjadi paling utama mencapai 23,47 persen. Sektor ini memberikan peluang kesempatan kerja yang cukup luas bagi penduduknya, dengan daya serap tenaga kerja mencapai 21,07 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
6
BAB II PEREKONOMIAN
Tabel 1. Struktur Ekonomi dan Struktur Tenaga Kerja Kabupaten Banjar Tahun 2011
No.
Lapangan Usaha
(1)
(2)
Struktur Ekonomi (%)
Struktur Pekerja (%)
(3)
(4)
1
Pertanian
21,71
56,16
2
Pertambangan & Penggalian
21,51
2,92
3
Industri
5,72
2,44
4
Listrik & Air bersih
0,78
0,00
5
Bangunan
5,99
3,92
6
Perdag, Rest,Hotel
23,70
21,07
7
Angkutan & kom
5,46
1,99
8
Keuangan, Persewaan & Jasa
4,09
1,19
11,05
10,32
100,00
100,00
perushaan 9
Jasa-jasa Total
Sumber : Data Diolah dari Data Sakernas 2011 dan PDRB Kab. Banjar 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
7
BAB II PEREKONOMIAN
Grafik 1. Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Tahun 2011 PERSENTASE KONTRIBUSI EKONMI
25
PERD, HOTEL, REST PERTANIAN
PERTAMB/PENGGL
20 15
JASA-JASA
10 BANGUNAN INDUSTRI ANGKUTAN
5
KEUANGAN LISTR, AIR BERS
0 0
20 40 PERSENTASE KONTRIBUSI PEKERJA
60
Sumber : Data Diolah dari Data Sakernas 2011 dan PDRB Kab. Banjar 2011
Sektor kedua yang kontribusinya terbesar pada perekonomian Kabupaten Banjar adalah sektor pertanian, yakni sebesar 21,71 persen, dengan daya serap terhadap tenaga kerja di sektor ini juga sangat besar yaitu 56,16 persen. Cukup banyaknya kegiatan penambangan dan penggalian di Kabupaten Banjar, baik yang dikelola secara modern maupun tradisional
memberikan
perekonomian. Sektor
kontribusi
yang
berarti
terhadap
pertambangan dan penggalian memberikan
sumbangan sebesar 21,51 persen. Hanya saja penyerapan tenaga kerja di sektor ini tidak memberikan kesempatan yang besar, karena hanya mampu menyerap 2,92 persen tenaga kerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
8
BAB II PEREKONOMIAN
Kalau
dilihat
dari
struktur
ekonomi
Kabupaten
Banjar
tersebut, perekonomian daerah ini lebih berorientasi ke kehidupan penduduk yang agraris, akan tetapi tren kontribusi sektor sekunder dan tersier nampak semakin membesar terhadap sektor primer. 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan perubahan
ekonomi
kondisi
dapat
perekonomian
diartikan suatu
sebagai
proses
daerah
secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk
kenaikan
pendapatan
nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Adanya pertumbuhan
ekonomi
merupakan
indikasi
keberhasilan
pembangunan ekonomi. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah pernah mengalami hambatan serius oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Krisis ekonomi yang mulai terjadi pada pertengahan tahun 90-an menunjukkan bahwa strategi pembangunan yang memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional semata
belum
mampu
menghasilkan
manusia
Indonesia
yang
tangguh dan mampu menghadapi krisis. Oleh karena itu, perlu dibangun suatu strategi pembangunan nasional
yang memberi
prioritas pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia, agar manusia Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
9
BAB II PEREKONOMIAN
Indonesia dapat hidup layak, bermartabat, dan tangguh dalam menghadapi berbagai krisis sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam suatu perekonomian modern atau perekonomian di negara-negara maju, terjadi perubahan-perubahan drastis mengenai persepsi
pemerintah
dan
masyarakat
umum
tentang
kegiatan
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi bagi mereka bukan lagi menjadi satusatunya tujuan pembangunan utama yang harus dikejar.
Negara-
negara maju nampaknya mulai lebih menekankan pada ‘kualitas hidup’, seperti kelestarian lingkungan hidup, karena di negara maju peran sektor industri sudah sangat dominan. Pertumbuhan sektor industri ini banyak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran udara, terkurasnya sumber daya alam, serta hilangnya keindahan alam. Hal ini bisa diterapkan karena pada umumnya di negara maju level perekonomian
yang
diukur
dari
Produk
Domestik
Bruto
dan
Pendapatan Perkapita, sudah relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang, sehingga tidak perlu mengejar atau berorientasi pada pertumbuhan. Sedangkan pada negara-negara berkembang yang level perekonomiannya masih sangat rendah, mau tidak mau harus memacu pertumbuhan agar perekonomian meningkat sehingga dapat membiayai pelaksanaan pembangunan. Pada umumnya di negara-negara miskin dan berkembang yang menjadi dilema adalah masalah pertumbuhan ekonomi dan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
10
BAB II PEREKONOMIAN
distribusi pendapatan (pemerataan). Kedua hal ini sangat sulit untuk diwujudkan secara bersama pada waktu yang bersamaan pula. Jika pertumbuhan
ekonomi
di
dahulukan
dikarenakan
syarat
pembangunan ekonomi adalah PDRB yang lebih tinggi dari tahuntahun sebelumnya, maka tidak ada cara lain, distribusi pendapatan agak sedikit dikorbankan.
Akan tetapi yang menjadi masalah,
seluruh masyarakat mempunyai hak untuk dapat menikmati hasil pembangunan dan turut berpartisipasi melaksanakan pembangunan. Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Banjar Tahun 2009-2011 No.
Lapangan Usaha
2009
2010
20111)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Pertanian
2,76
4,73
4,81
2
Pertambangan & Penggalian
2,96
1,75
5,83
3
Industri Pengolahan
8,89
6,43
5,34
4
Listrik & Air bersih
6,46
6,53
6,26
5
Bangunan/Konstruksi
11,76
6,50
5,39
6
Perdag, Restoran, Hotel
8,61
4,88
7,09
7
Angkutan & komunikasi
9,13
7,87
6,33
8
Keu,Persewaan, Jasa perush
8,12
-2,23
8,11
9
Jasa-jasa
8,67
8,69
8,64
Kabupaten Banjar
6,18
4,72
6,20
Sumber : PDRB Kab. Banjar, 2011 1) Angka Sementara
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
11
BAB II PEREKONOMIAN
Kabupaten Banjar yang sedang berbenah diri dan sedang giat-giatnya
melaksanakan
memperhatikan
masalah
pembangunan
ini
sejak
dini,
seyogyanya
sehingga
dalam
merencanakan pembangunan untuk masa yang akan datang hal seperti ini tidak perlu lagi menjadi suatu dilema. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar secara umum selama periode 2009 - 2010 menunjukkan trend perlambatan. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar sekitar 6,18 persen, melambat menjadi 4,72 persen di tahun 2010 dan mengalami kenaikan menjadi sekitar 6,20 persen di tahun 2011. Percepatan
pertumbuhan
ekonomi
ini
disebabkan
oleh
percepatan yang cukup signifikan di sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel & restoran. Sehingga, walaupun sektor lainnya
mengalami
signifikan,
perlambatan,
pengaruhnya
terhadap
tetapi total
karena
tidak
pertumbuhan
terlalu ekonomi
Kabupaten Banjar tidak terlalu besar. 2.3. Distribusi Pendapatan. Salah seorang pakar ekonomi dari Badan Riset Bank Dunia dan
Institute
of
Development
Studies
bernama
MS
Ahluwalia
mengemukakan analisis mengenai distribusi pendapatan negaranegara berkembang (didalam Sadono Sukirno, 1985).
Beliau
memberikan gambaran mengenai distribusi pendapatan yaitu :
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
12
BAB II PEREKONOMIAN
Distribusi Pendapatan Relatif Merupakan perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerimaan pendapatan.
Penggolongan ini
didasarkan pada besarnya pendapatan yang mereka terima. Penerima-penerima pendapatan dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu 40 persen penduduk yang menerima pendapatan paling rendah, 40 persen penduduk berpendapatan menengah, dan 20 persen penduduk berpendapatan paling tinggi.
Distribusi Pendapatan Mutlak Merupakan persentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang. Menurut hasil penelitian Ahluwalia tersebut ditemukan bahwa
di
negara-negara
komunis
40
persen
dari
penduduk
yang
berpendapatan paling rendah menerima 25 persen dari seluruh pendapatan masyarakat. Di negara-negara maju golongan penduduk ini menerima lebih kurang 16 persen,
dan di negara-negara
berkembang golongan 40 persen dari penduduk yang berpendapatan paling rendah ini hanya menerima 12,5 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Dari gambaran ini terlihat bahwa dinegara berkembang distribusi pendapatannya paling tidak merata.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
13
BAB II PEREKONOMIAN
Tabel 3. Persentase Penduduk dan Jumlah Pendapatan menurut Golongan Pendapatan di Kabupaten Banjar Tahun 2011
Gol. Pendapatan
(1)
Persen
Kumulat
tase
if Persen
Pendu
pendu
duk
duk
(2)
(3)
Persen
Kumul
Jumlah
tase
atif
Pendapatan
Jumlah
Persen
(Rp.)
Penda
Penda
patan
patan
(5)
(6)
(4)
< 100.000
0,00
0,00
0
0,00
0,00
100.000 – 149.999
0,34
0,34
257.349.578
0,07
0,07
150.000 – 199.999
0,88
1,22
852.506.335
0,22
0,28
200.000 – 299.999
7,64
8,87
9.993.519.859
2,53
2,81
300.000 – 499.999
28,80
37,66
59.183.185.189
14,98
17,79
500.000 – 749.999
28,97
66,64
91.368.188.112
23,12
40,91
750.000 – 999.999
14,30
80,93
63.394.326.573
16,04
56,95
≥ 1.000.000
19,07
100,00
170.088.863.672
43,05
100,00
Kab. Banjar
100,00
395.137.939.316
100,00
Sumber : Diolah dari Susenas BPS
Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik,
untuk wilayah Kabupaten
Banjar dapat dihitung bahwa golongan 40 persen penduduk yang berpendapatan paling rendah menerima 19,33 persen dari seluruh
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
14
BAB II PEREKONOMIAN
pendapatan masyarakat.
Keadaan ini bisa dibilang cukup merata
distribusi pendapatannya, bahkan jika dibandingkan dengan negara maju sekalipun, pada golongan yang sama hanya menerima sekitar 16 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat.
2.4. Kurva Lorenz dan Koefisien Gini Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi
uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Koefisien
Gini
adalah
ukuran
ketidakmerataan
atau
ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna, dimana semua nilai sama) hingga satu (ketimpangan yang sempurna, dima satu orang menguasai semuanya dan yang lainnya nihil). Koefisien Gini dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu berada. Dalam ilmu Ekonomi Industri, Koefisien Gini juga dapat dipergunakan untuk melihat konsentrasi pasar. Koefisien Gini adalah ukuran ketimpangan distribusi. Ukuran ini pertama kali dikembangkan oleh statistisi dan ahli sosiologi Italia bernama Corrado Gini dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam makalahnya berjudul “Variability and Mutability” (dalam bahasa Italia: Variabilità e mutabilità). Menurut definisinya, koefisien gini adalah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
15
BAB II PEREKONOMIAN
perbandingan luas daerah antara kurva lorenz dan garis lurus 45 derajat terhadap luas daerah di bawah garis 45 derajat tersebut. Mekanisme kerja kurva lorenz adalah jumlah penerimaan pendapatan dalam bentuk persentase kumulatif dinyatakan pada sumbu horisontal.
Sumbu vertikal menyatakan bagian dari total
pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut.
Grafik 2. Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Banjar ,100 Tahun 2011 % KUMULATIF PENDAPATAN
,90 ,80 ,70 ,60 ,50 ,40 ,30 ,20 ,10 ,0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
% KUMULATIF PENDUDUK
Jika setiap individu memiliki pendapatan yang sama, maka kurva distribusi pendapatan akan tepat jatuh pada garis lurus 45 derajat pada gambar, dan koefisien gini bernilai 0. Sebaliknya jika seorang individu menguasai seluruh pendapatan, dikatakan terjadi
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
16
BAB II PEREKONOMIAN
ketimpangan
sempurna
(maksimum)
sehingga
kurva
distribusi
pendapatan akan jatuh pada titik (0,0), (0,100) dan (100,100), dan angka koefisien gini bernilai 1. Kurva lorenz untuk Kabupaten Banjar pada tahun 2011 dapat dilihat dari gambar 2. Garis diagonal (warna Biru) adalah merupakan garis pemerataan sempurna. Jika jarak kurva lorenz jauh dari garis diagonal, maka distribusi pendapatan kurang merata atau terjadi ketimpangan, akan tetapi jika kurva lorenz jaraknya dekat dengan
0,35
0,27 0,27
0,28 0,27
0,28 0,26
0,25 0,24
Gini Rasio
0,3
0,26
0,35
0,31 0,29
0,32
Grafik 3 Gini Rasio Kalimantan Selatan dan Kabupaten Banjar Tahun 2005-2011 0,4
0,35
garis diagonal maka distribusi pendapatan cenderung lebih merata.
0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 2005
2006
2007
2008
KALSEL
2009
2010
2011
BANJAR
Agar lebih jelasnya dapat dihitung koefisien Gini Kabupaten Banjar dengan pengukuran ketimpangan atau ketidak merataan pendapatan yang relatif sangat sederhana, yaitu dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dengan kurva Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
17
BAB II PEREKONOMIAN
terhadap bidang yang terletak antara kurva dengan garis vertikal dan horisontal sebelah kanan. Rasio ini pertama kali di rumuskan oleh ahli statistik Italia pada tahun 1912. Jika rasio berkisar antara 0,5–0,7 maka terjadi ketimpangan yang tajam, dan jika rasio berkisar antara 0,2–0,35 maka distribusi pendapatan relatif merata. Dari hasil penghitungan diperoleh bahwa nilai koefisien Gini Kabupaten Banjar tahun 2011 adalah sebesar 0,35 berarti di Kabupaten Banjar distribusi pendapatan penduduk relatif merata, baik dilihat dari kriteria Bank Dunia maupun dari kurva Lorenz dan koefisien Gini.
Hal ini bisa terjadi kemungkinan disebabkan oleh
karena sebagian besar penduduk Kabupaten Banjar (sekitar 56,16 persen) bekerja di sektor pertanian.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
18
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
3.1. Kependudukan Istilah
kependudukan
dihubungkan
dengan
hal-hal
yang
menyangkut perubahan-perubahan dalam struktur kependudukan, yang meliputi pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk, komposisi, dan persebaran penduduk. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi
karena
kelahiran,
kematian,
perkawinan,
perpindahan
penduduk dan mobilitas sosial. Untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan penduduk, komponen-komponen demografi tersebut perlu mendapat perhatian. Pemantauan
laju
pertumbuhan
penduduk
sangat
penting
sebagai penentu kebijakan di bidang kependudukan, yaitu untuk mengendalikan jumlah penduduk. Penduduk yang besar sebenarnya menjadi modal pembangunan yang potensial apabila kualitasnya baik. Namun, jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak diimbangi
dengan
tingkat
produktifitas
yang
tinggi
akan
menimbulkan dampak yang kompleks di segala bidang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang seimbang merupakan faktor yang amat mempengaruhi manfaat hasil pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berarti diperlukannya usaha yang semakin besar untuk mempertahankan suatu tingkat kesejahteraan rakyat tertentu di dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, perumahan, pakaian, pekerjaan, dan kesehatan. Usaha yang lebih besar lagi dibutuhkan bilamana tingkat kesejahteraan ini ingin ditingkatkan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
20
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor strategis karena posisinya bukan hanya sebagai sasaran dari berbagai program pembangunan, tetapi juga SDM akan berperan sebagai perencana
dan
pelaksana
program-program
pembangunan
itu
sendiri. Atas dasar pemikiran ini, pembangunan manusia harus dititikberatkan pada peningkatan kualitas SDM yang tentu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. SDM
yang
besar
hanya
akan
bermanfaat
sebagai
aset
pembangunan apabila memiliki kualitas yang cukup baik. Kualitas ini dapat dilihat dari berbagai indikator seperti derajat kesehatan dan tingkat pendidikan penduduk daerah tersebut. Jumlah penduduk yang besar hanya akan menjadi beban pembangunan jika memiliki kualitas rendah. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk disebabkan tetap tingginya tingkat kelahiran di satu pihak dan tingkat kematian yang semakin menurun di lain pihak. Beberapa sarjana
yang
telah melakukan penelitian telah berpendapat bahwa rata-rata wanita Indonesia semasa umur produktif telah mengalami enam atau tujuh kali kelahiran. Perkiraan tentang tingkat kelahiran kasar yang dibuat untuk penduduk di Indonesia tidak pernah kurang dari 40 per seribu, bahkan ada yang mengira bahwa pada dewasa ini setinggi 49 per seribu. Tetapi keba nyakan ahli dan sarjana di bidang demografi cenderung pada perkiraan di sekitar 44 per seribu. Faktor kesuburan ini merupakan masalah yang sangat kritis dalam usaha untuk menangani masalah kependudukan di Indonesia. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
21
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Sekalipun tingkat kematian kasar yang diperkirakan disekitar 20 per seribu dewasa ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain, namun dapat dikatakan bahwa sejak awal abad ini tingkat kematian secara berangsur-angsur telah menunjukkan gejala menurun. Jika ditinjau secara bersamaan dengan tingkat kelahiran yang
hampir tidak berobah polanya
dan tingkatnya hingga dewasa ini, maka turunnya tingkat kematian membuat makin menaiknya tingkat pertumbuhan penduduk. Turunnya tingkat kematian berarti pula bertambah banyaknya jumlah orang dewasa dan dengan fertilitas yang belum turun
banyak,
hasilnya
adalah
makin
meningkatnya
jumlah
penduduk. Adapun tingkat kematian akan terus turun sebagai akibat dari usaha perbaikan kesehatan rakyat. Berkaitan dengan kependudukan, ada beberapa aspek yang menjadi
perhatian,
antara
lain
struktur
umur,
distribusi
penduduk, rasio jenis kelamin dan rasio ketergantungan. Berdasarkan pertumbuhan
hasil
penduduk
proyeksi 2,11
SP persen,
2010
dengan
jumlah
laju
penduduk
Kabupaten Banjar tahun 2011 adalah 516.663 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 50,76 persen (262.271 jiwa) dan penduduk perempuan 49,24 persen (254.392 jiwa).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
22
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Tabel 4. Penduduk Kabupaten Banjar menurut Kelompok Umur Tahun 2011 Rasio
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
(1)
(2)
(3)
Jumlah
Jenis Kelamin
(4)
(5)
0-4
25.031
23.893
48.924
104,76
5-9
26.570
25.195
51.765
105,46
10 - 14
24.923
22.998
47.921
108,37
15 - 19
25.928
24.015
49.943
107,97
20 - 24
24.727
22.594
47.321
109,44
25 - 29
24.235
24.233
48.468
100,01
30 - 34
23.011
23.071
46.082
99,74
35 - 39
21.911
21.227
43.138
103,22
40 - 44
18.452
17.905
36.357
103,06
45 - 49
14.740
14.484
29.224
101,77
50 - 54
12.048
11.058
23.106
108,95
55 - 59
7.814
6.853
14.667
114,02
60 - 64
5.281
5.938
11.219
88,94
65 - 69
3.505
4.202
7.707
83,41
70 - 74
2.218
3.292
5.510
67,38
≥ 75
1.877
3.434
5.311
54,66
262.271
254.392
516.663
103,10
Kab. Banjar
Sumber : Proyeksi SP2010
Salah satu indikator kependudukan yang sangat penting adalah komposisi atau struktur penduduk. Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah kompisisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Komposisi atau struktur penduduk dapat
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
23
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
dilihat dari jenis kelamin dan dapat pula dilihat dari struktur umur serta kombinasi antara keduanya. Keduanya memiliki arti strategis dalam
hubungannya
dengan
berbagai
aspek
kependudukan
lainnya seperti fertilitas, mortalitas, migrasi dan masalah -masalah ketenagakerjaan.
Indikator
ini
memprioritaskan kebijakan yang
dapat
digunakan
untuk
perlu diambil dalam suatu
wilayah tertentu. Dari Tabel 4, terlihat jumlah penduduk kabupaten banjar menurut kelompok umur, dimana jumlah penduduk kabupaten Banjar
hampir
seimbang
antara
penduduk
laki-laki
dan
perempuan. Rasio jenis kelamin merupakan parameter yang mengukur perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dalam suatu
wilayah.
Semakin
besar
penduduk
perempuan,
potensi
fertilitasnya semakin tinggi. Meskipun tinggi rendahnya fertilitas dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan karakteristik demografi. Pembekalan pengetahuan yang cukup tentang fertilitas bagi kaum perempuan akan sangat berguna, terutama untuk negaranegara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2011, rasio jenis kelamin Kabupaten Banjar sudah cukup baik, yaitu 103,10 persen, yang berari dari 100 penduduk perempuan, terdapat 103 penduduk laki-laki. Namun, jika dilihat pada kelompok umur lima tahunan, terdapat rasio jenis kelamin yang dibawah 100, yaitu pada 30 – 34 tahun, 60 – 64 tahun, 65 – 69
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
24
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
tahun, 70 – 74 tahun dan diatas 75 tahun. Ini berarti, pada usia tua, penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Dari hasil proyeksi SP 2010, dapat dilihat bahwa struktur umur penduduk Kabupaten Banjar pada tahun 2011 sudah cukup baik, dengan bentuk piramida penduduk yang mengecil keatas seperti yang terlihat pada Grafik 4. Grafik 4. Struktur Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2011
≥ 75 70 - 74 65 - 69 60 – 64 55 -59 50 – 54 45 – 49 40 – 44 35 – 39 30 – 34 25 – 29 20 – 24 15 – 19 10 – 14 05 – 09 00 - 04
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Sumber : Proyeksi SP 2010
Pengelompokan
umur
pada
Tabel
4.
di
atas
dapat
disederhanakan lagi menjadi tiga kelompok yaitu usia muda (0 – 14 tahun), usia produktif (15 – 64 tahun) dan usia tua (65+ lebih). Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa populasi Kabupaten Banjar pada
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
25
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
tahun 2011 didominasi oleh penduduk usia produktif sebanyak 349.525 jiwa atau 67,65 persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk usia produktif laki-laki (67,92 persen) lebih tinggi dibandingkan perempuan (67,37 persen). Sedangkan yang tergolong usia muda di Kabupaten Banjar tahun 2011 mencapai 28,76 persen dan usia tua sekitar 3,59 persen, dimana usia muda lebih didominasi laki-laki dan usia tua lebih didominasi perempuan. Tabel 5. Persentase Penduduk menurut Kelompok Usia Tahun 2011 Laki-laki
Kelompok Umur (1) Usia Muda (0 – 14) Usia Produktif (15 – 64)
Total
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
76.524
29,18
72.086
28,34
148.610
28,76
178.147
67,92
171.378
67,37
349.525
67,65
7.600
2,90
10.928
4,30
18.528
3,59
262.271
100,00
254.392
100,00
516.663
100,00
Usia Tua (65 +) Jumlah
Perempuan
Sumber : Proyeksi SP 2010
Secara keseluruhan, struktur penduduk Kabupaten Banjar ini sangat
menjanjikan
dalam
rangka
pelaksanaan
pembangunan,
karena sebagian besar penduduk masih berusia muda, sehingga masih sangat produktif.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
26
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Grafik 5 Rasio Ketergantungan Penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2011 48,44 47,82
47,22
Laki-laki Perempuan Total Sumber : Proyeksi SP 2010
Dengan menggolongkan penduduk dalam tiga kelompok usia di atas, dapat dihitung rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Banjar. Rasio ketergantungan merupakan angka yang mengukur jumlah penduduk yang non produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dibandingkan jumlah penduduk produktif (penduduk usia 15 – 65 tahun), rasio ini menyatakan jumlah penduduk non produktif yang menjadi “beban” atau menjadi tanggungan penduduk usia produktif, atau dengan kata lain proporsi penduduk usia non produktif dibandingkan dengan usia produktif. Angka ketergantungan Kapupaten Banjar tahun 2011 adalah sebesar 47,82 persen. Angka ini berarti dari 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Banjar harus menanggung 48 penduduk usia non produktif (usia tua dan usia muda). Angka ini masih cukup baik karena jumlah penduduk yang produktif di Kabupaten Banjar masih lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak produktif. Angka Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
27
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
ketergantungan ini dapat lebih ditekan lagi dengan penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan agar tercipta generasi pintar dan sehat. Menekan jumlah usia muda dapat dilakukan dengan cara penggalakan program Keluarga Berencana (KB). 3.2. Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga Berencana (KB) merupakan sektor pembangunan nasional
yang
kesejahteraan menurunkan kelahiran.
memiliki peranan ibu,
laju
Upaya
anak
dan
keluarga
pertumbuhan tersebut
penting
dalam pada
penduduk
secara
mikro
meningkatkan
umumnya
melalui
serta
pembatasan
dilakukan
sebagai
perlindungan kepada wanita atau ibu dari resiko gangguan kesehatan fisik dan non fisik karena kehamilan atau kelahiran anak yang tidak dikehendaki serta resiko akibat sosial ekonomi sebagai konsekwensi dari kehamilan, persalinan, dan perawatan anak yang dilahirkan. Secara
makro
KB
dilaksanakan
untuk
memperbaiki
keadaan
penduduk yang memiliki ciriciri tidak menguntungkan pembangunan seperti tingkat pertumbuhan yang tinggi, struktur penduduk yang muda, beban ketergantungan yang besar, angka kematian bayi yang tinggi, tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi sosial ekonomi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
28
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Tabel 6. Persentase Partisipasi Penduduk Wanita Usia 15-49 Tahun Berstatus Kawin dan Cerai terhadap Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Banjar Tahun 2011
No.
Uraian
Persentase (%)
(1)
(2)
(3)
1
KB Aktif
66,59
2
KB Tidak Aktif
22,57
3
Tidak Pernah KB
10,84
Jumlah
100,00
Sumber : Susenas 2011
Usia antara 15 – 49 tahun merupakan usia pasangan subur bagi perempuan karena pada usia ini kemungkinan untuk melahirkan anak sangat besar. Perempuan yang usianya berada pada usia ini disebut Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS) bagi yang berstatus kawin. Semakin banyak jumlah PUS, maka semakin banyak pula jumlah anak yang dilahirkan. Semakin banyak jumlah anak maka semakin
besar
tanggungan
kepala
keluarga
dalam
memenuhi
kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangga. Dengan demikian, pembatasan jumlah anak sangat perlu diperhatikan demi tercapainya keluarga sejahtera.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
29
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Grafik 6. Persentase Partisipasi Penduduk Wanita Usia 15-49 Tahun Berstatus Kawin terhadap Program Keluarga Berencana di Kab. Banjar Tahun 2011
Tidak Pernah KB 10.84
KB Aktif 66.59 KB Tidak Aktif 22.57
Sumber : Susenas 2011
Pada tahun 2011, di Kabupaten Banjar wanita usia 15 – 49 tahun yang berstatus kawin dan cerai yang pernah mengikuti Program KB sebesar 89,16 persen. Dari jumlah tersebut, 66,59 persen tergolong KB aktif dan 22,57 persen tergolong KB non aktif, hal ini harus diperhatikan karena masih cukup besar mereka yang sudah terdaftar sebagai peserta KB namun sedang tidak aktif lagi. Sedangkan 10,84 persen wanita kawin dengan usia 15 – 49 tahun tidak pernah mengikuti KB. Perlu di cari alasan kenapa masih cukup banyak peserta KB non aktif dan WUS yang tidak pernah KB, apakah karena mahalnya mendapatkan alat KB bagi mereka atau karena kurangnya sosialisasi tentang manfaat KB bagi mereka. Data BPPKB Kabupaten Banjar mencatat sebanyak 82.206 akseptor KB di tahun 2011, 27.826 diantaranya merupakan akseptor
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
30
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
baru. Alat/cara kontrasepsi yang digunakan terbanyak adalah Pil sebanyak 44.683 akseptor. Dari pengguna KB aktif ini, dapat dilihat persentasenya menurut kelompok umur. Persentase peserta KB aktif terbesar berada pada
kelompok wanita kawin yang berusia 25 - 29 tahun,
dimungkinkan pada usia ini pasangan ini sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dilahirkan dan dan tidak ingin atau menunda untuk mempunyai anak, kedua berada pada usia 30-34 tahun, hal ini sebenarnya bisa dimaklumi, karena pada usia ini wanita sudah
memasuki
usia
rawan
terhadap
kehamilan
yang
bisa
membahayakan jiwa. Secara umum kelompok partisipasi aktif yang terbanyak adalah berada pada antara usia 25 tahun sampai dengan 39 tahun.
9,97
10,08
18,35
20,04
26,31 13,45
30 25 20 15 10 5 0
1,79
PERSENTASE
Grafik 7. Persentase Partisipasi KB Aktif menurut Kelompok Umur Tahun 2011
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 KELOMPOK UMUR Sumber : Susenas 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
31
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Peran serta wanita kawin dari kelompok umur muda usia 1519 tahun untuk menjadi peserta KB persentasenya tidak terlalu besar (1,79 persen), hal ini disebabkan oleh rendahnya persentase wanita yang berstatus kawin pada kelompok umur tersebut, sedangkan bagi kelompok umur tua, penyebab kecilnya persentase yang menjadi peserta KB utamanya adalah anggapan bahwa diusia tersebut mereka sudah tidak produktif lagi, sedangkan alasan lainnya adalah takut terhadap efek samping dan tidak tahu cara ber-KB serta alasanalasan lainnya. Tabel 7. Persentase Partisipasi Aktif Pemakaian Alat KB menurut Jenisnya di Kabupaten Banjar Tahun 2011
No.
Jenis Alat
Persentase (%)
(1)
(2)
(3)
1
Pil KB
50,23
2
Suntikan KB
45,34
3 4
Susuk KB/Norplan/Implanon Lainnya Jumlah
3,66 0,77 100,00
Sumber : Susenas 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
32
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Penggunaan alat kontrasepsi adalah salah satu cara untuk menekan angka kelahiran. Pada masyarakat awam, alat kontrasepsi dikenal hanya
sebagai
alat yang
digunakan
untuk
mencagah
kehamilan, namun sebenarnya banyak sekali manfaat dari alat kontrasepsi.
Contohnya
sebagai
kebutuhan
fisik,
kontrasepsi
memiliki peranan dalam setiap fase reproduksi, yaitu untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan.
Grafik 8 Persentase Partisipasi Aktif Pemakaian Alat/Cara KB Tahun 2011
Suntikan 45,34%
Lainnya 0,77%
Other 4,43% Pil KB 50,23%
Susuk KB/Norplan 3,66%
Sumber : Susenas 2011
Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan masyarakat Kabupaten Banjar adalah Pil (50,23 persen) dan Suntikan (45,34 persen). Mayoritas wanita menggunakan alat kontrasepsi tersebut dimungkinkan karena harganya yang relatif murah, mudah diperoleh dan praktis. Tingkat kehidupan yang berbeda akan memunculkan kebutuhan yang bebeda pula dalam hal kontrasepsi. Karena itu,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
33
BAB III KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
kontrasepsi
merupakan
pilihan
individu.
Diperlukan
sosialisasi
kesadaran dan edukasi mengenai kontrasepsi untuk memberdayakan masyarakat
tentang
informasi
yang
benar,
sehingga
dapat
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membuat pilihan kontrasepsi dengan penuh kesadaran.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
34
BAB IV PENDIDIKAN
4. Pendidikan Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Peran SDM berkualitas sangat strategis dalam pembangunan/ pengembangan wilayah, di samping sebagai subyek sekaligus obyek dari pembangunan/pengembangan wilayah tersebut. SDM berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu daerah. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Pendidikan merupakan usaha untuk diri manusia, sedangkan pembangunan merupakan usaha dari diri manusia. Pendidikan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang menunjang pembangunan sedangkan pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana dan seterusnya). Seringnya terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan menimbulkan kesadaran para ahli-ahli dan pakar dari berbagai kalangan bahwa kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan
pembangunan
setidaknya
tergantung
pada taraf
pendidikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat pendidikan dalam upaya melaksanakan pembangunan yaitu : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
36
BAB IV PENDIDIKAN
1.
Pendidikan yang lebih tinggi dapat memperluas pengetahuan masyarakat dan meningkatkan rasionalitas pemikiran mereka.
2.
Pendidikan
memungkinkan
pengetahuan
teknik
masyarakat
yang
diperlukan
untuk untuk
mempelajari memimpin,
menjalankan perusahaan-perusahaan modern dan kegiatan modern lainnya. 3.
Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan dapat menjadi perangsang untuk melaksanakan pembaharuan di berbagai bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas
pendidikannya
terlebih
dahulu.
Dengan
meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya. Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa dari seluruh penduduk Kabupaten Banjar berusia 5 tahun keatas, 8,08 persen termasuk pada kelompok yang tidak pernah/belum pernah sekolah. Jika dilihat lebih rinci
menurut
jenis
kelamin,
ternyata
persentase
penduduk
perempuan usia 5 tahun keatas yang tidak/belum pernah sekolah (9,94 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki (6,26 persen). Hal ini menunjukkan, penduduk laki-laki di Kabupaten Banjar lebih dominan dalam mengenyam pendidikan dibandingkan penduduk perempuan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
37
BAB IV PENDIDIKAN
Tabel 8. Persentase Tingkat Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Banjar Tahun 2011 No.
Uraian
Laki-Laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Tdk/blm Pernah Sekolah
6,26
9,94
8,08
2
Masih Sekolah
25,02
21,32
23,19
3
Tidak Bersekolah Lagi
68,72
68,74
68,73
100,00
100,00
100,00
Jumlah Sumber : Susenas 2011
Untuk persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang masih bersekolah di Kabupaten Banjar mencapai 23,19 persen, dimana pesentase penduduk laki-laki usia 5 tahun ke atas yang masih bersekolah lebih tinggi yaitu 25,02 persen dibandingkan penduduk perempuan yaitu 21,32 persen. Selanjutnya persentase penduduk perempuan usia 5 tahun keatas yang masuk dalam kelompok tidak bersekolah lagi mencapai 68,73 persen. Jika dilihat berdasarkan gender, antara penduduk lakilaki dan perempuan yang tidak bersekolah lagi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu 68,72 persen (laki-laki) dan 68,74 persen (perempuan).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
38
BAB IV PENDIDIKAN
Grafik 9. Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Tahun 2011 68,72
68,74
68,73
PERSENTASE
80 60
25,02
21,32
40 20
6,26
9,94
23,19
8,08
0 LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Tdk/blm Pernah Sekolah
Masih Sekolah
LK2 + PR Tidak Bersekolah Lagi
Melihat kondisi diatas dapat kita asumsikan bahwa penduduk laki-laki di Kabupaten Banjar lebih cepat bersekolah dibandingkan dengan penduduk perempuan. Secara kasar dapat dilihat bahwa partisipasi sekolah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama. Hal ini menunjukkan pendidikan di Kabupaten Banjar sudah tidak membedakan gender lagi. Salah satu hal yang menunjang majunya tingkat pendidikan suatu daerah adalah fasilitas pendidikan, baik itu sarana maupun prasarana.
Pada
tahun
2011,
di
bawah
naungan
Kementrian
Pendidikan Nasional dan Kementrian agama Kabupaten Banjar, tercatat di Kabupaten Banjar tercatat 654 sekolah negeri dan swasta dari tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas, yang terdiri
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
39
BAB IV PENDIDIKAN
dari 476 buah SD/MI, 130 buah SMP/MTs, 41 buah SMA/MA dan 7 buah SMK. Disamping itu Kabupaten Banjar juga memiliki 2 buah akademi yaitu Akademi Keperawatan Intan dan Akademi Kebidanan Martapura dan 1
perguruan tinggi swasta yaitu Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Darussalam Martapura, dan masih berdekatan dengan beberapa perguruan tinggi negeri, dan perguruan tinggi swasta yang berada di Kota Banjarbaru, seperti Universitas Lambung Mangkurat, AKL dan PAM Keperawatan Depkes, Akademi Teknik Pembangunan
Nasional
(ATPN),
Universitas
Ach.Yani
(UVAYA),
Universitas Islam Kalimantan (UNISKA). Selain itu, sarana penunjang pendidikan lain yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Banjar adalah 1 buah perpustakaan umum yang berada di kecamatan Martapura, serta terdapat 169 buah perpustakaan yang di kelola oleh sekolah. Jika melihat kondisi diatas secara umum ketersediaan sekolah dan rasio guru murid di Kabupaten Banjar sudah cukup baik, namun jika dilihat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yakni perkecamatan nampaknya penyebaran sekolah dan guru-guru ini belum begitu merata utamanya untuk tingkat pendidikan di atas pendidikan dasar di daerah terpencil.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
40
BAB IV PENDIDIKAN
Grafik 10 Rasio Perbandingan Guru dan Murid tiap Jenjang Pendidikan di Kabupaten Banjar Tahun 2011 1
SD
1
SMP
11 9
SMA
1
7
1
SMK
9
Selain dilihat dari ketersediaan fasilitas pendidikan yang menunjang
keberhasilan
pendidikan
di
Kabupaten
Banjar,
keberhasilan tingkat pendidikan juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, maka akan semakin tinggi pula kualitas SDM yang dimiliknya untuk menunjang kehidupannya. Pada Tabel 9. terlihat bahwa penduduk usia 5 tahun keatas yang tidak punya ijazah pada tahun 2011 di Kabupaten Banjar karena tidak bersekolah mencapai 8,08 persen. Sedangkan persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak memiliki Ijazah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
41
BAB IV PENDIDIKAN
SD/sederajat karena tidak/belum tamat SD masih cukup besar, yaitu 32,09 persen. Nilai ini hampir sama dengan tahun 2010. Tabel 9. Persentase Ijazah Terakhir yang Dimiliki Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas di Kabupaten Banjar Tahun 2011 No.
Uraian
(1)
(2)
1
Tidak Sekolah
2
Laki-Laki
Perempuan
Total 2011
(4)
(5)
(6)
6,26
9,94
8,08
Tidak/Belum Tamat SD
32,58
31,58
32,09
3
SD/MI
28,56
30,08
29,32
4
SMP/MTs
16,05
15,08
15,57
5
SMA/MA
13,46
10,57
12,03
6
D1, D2, D3
1,04
1,05
1,05
7
D4 / S1, S2,S3
2,04
1,69
1,86
100,00
100,00
100,00
Jumlah Sumber : Susenas 2011
Lebih jauh lagi, persentase penduduk Kabupaten Banjar yang menamatkan SD/sederajat pada tahun 2011 sekitar 29,32 persen dan sedikit meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 28,30. Namun jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase perempuan (30,08 persen) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,56 persen). Sedangkan untuk tingkat menengah, persentase penduduk lima
tahun
keatas
yang
memiliki
ijazah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
SMP/sederajat
dan
42
BAB IV PENDIDIKAN
SMA/sederajat menurun dibandingkan tahun lalu, dimana pada tahun 2011 yang memiliki ijazah SMP/sederajat mencapai 15,57 persen dan ijazah SMA/sederajat sekitar 12,03 persen. Tabel 10. Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Banjar Tahun 2011
No.
Tingkat Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(3)
(4)
1
Sekolah Dasar / MI
95,33
81,96
89,04
2
Sekolah Menengah Pertama /MTs
50,92
56,36
53,42
3
Sekolah Menengah Atas / SMK / MA
38,26
30,11
34,16
Sumber : Susenas 2011
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa kelompok umur yang relevan dengan jumlah penduduk usia sekolah jenjang tertentu. APM merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan MDGs dalam mengukur pencapaian kesetaraan gender dibidang pendidikan. APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7 - 12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13 - 15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia 16 - 18 tahun.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
43
BAB IV PENDIDIKAN
Grafik 11. Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Banjar Tahun 2010 - 2011 100,00 80,00 60,00
SMA/sdrjt
40,00
SMP/sdrjt
20,00
SD/sdrjt
0,00 2010
2011
Pada tahun 2011 APM tingkat Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Banjar 89,04 persen. Ini berarti 89,04 persen penduduk Kabupaten Banjar usia 7 – 12 tahun telah memperoleh pendidikan di jenjang Sekolah Dasar, dan sisanya 10,96 persen belum memperoleh pendidikan di jenjang Sekolah Dasar. Jika dilihat menurut jenis kelamin, APM tingkat SD laki-laki (95,33 persen) lebih tinggi di bandingkan perempuan (81,96 persen). Sedangkan untuk jenjang pendidikan tingkat SMP/Sederajat, nilai APM Kabupaten Banjar sebesar 53,42 persen, dimana APM lakilaki (50,92 persen) lebih rendah dibandingkan APM perempuan yaitu 56,36 persen. Ini menunjukkan, hampir 50 persen, yaitu 43,64 persen penduduk Kabupaten Banjar usia 13 – 15 tahun belum memperoleh pendidikan menengah pertama.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
44
BAB IV PENDIDIKAN
Selanjutnya
nilai
APM
Kabupaten
Banjar
untuk
jenjang
pendidikan tingkat SMA/sederajat relatif masih sangat kecil, yaitu 34,16 persen, dimana nilai APM jenjang pendidikan SMA/sederajat untuk
penduduk
laki-laki
lebih
tinggi,
yaitu
38,26
persen
dibandingkan penduduk perempuan, yaitu 30,11 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
45
BAB V KETENAGAKERJAAN
5.
Ketenagakerjaan Dalam
merencanakan
pembangunan
yang
berhubungan
dengan penggunaan tenaga kerja, diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja (manpower planning) yang tepat. Suatu daerah harus bisa memperkirakan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kualitas tenaga kerja dan keperluan sektoral minimal sampai dengan lima tahun mendatang. Kalau disebut tentang kualitas tenaga kerja, hal ini berhubungan dengan apa yang disebut sebagai “human capital”. Ciri Khusus yang dimiliki oleh faktor produksi ini adalah jika sering dipakai mereka tidak akan hilang atau berkurang. Dengan semakin sering faktor produksi ini dipakai bukan kadarnya semakin berkurang tetapi justru sebaliknya dan bahkan nilainya menjadi semakin tinggi pula. Identifikasi dan kuantifikasi dalam pasar tenaga kerja seperti underutilisasi tenaga kerja dan defisit pekerjaan yang layak ( decent
work)
adalah
langkah
pertama
dalam
merancang
kebijakan
ketenagakerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi Ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tenaga kerja antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Daya Serap Tenaga Kerja, Produktivitas Pekerja, maupun tingkat pengangguran. Untuk lebih jelasnya beberapa indikator tenaga kerja ini akan dibahas satu persatu.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
47
BAB V KETENAGAKERJAAN
5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pembangunan
banyak
dipengaruhi
oleh
hubungan
antara
manusia dengan faktor-faktor produksi yang lain, ketersediaan pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk terlibat dalam produksi dapat dilihat dari besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi. Suatu indikator yang biasa digunakan untuk mengukur hal tersebut adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK memberikan gambaran proporsi penduduk usia kerja yang terlibat aktif di pasar tenaga kerja baik dengan bekerja maupun mencari pekerjaan yang memberikan indikasi ukuran relatif dari pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk terlibat dalam produksi barang dan jasa. Grafik 12. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Tahun 2011
Persentase Angkatan Kerja 96,77
Persentase Bukan Angkatan Kerja 78,21
93,22
45,67 34,40 3,23
Bekerja
Sementara Tidak Bekerja Laki-Laki
9,61
6,78
Sekolah
Perempuan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
19,93
Mengurus Ruta Laki-Laki
12,18
Lainnya
Perempuan
48
BAB V KETENAGAKERJAAN
TPAK
diukur
sebagai
persentase
jumlah
angkatan
kerja
terhadap jumlah penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan
namun
sementara
tidak
bekerja
dan
penganggur.
Sedangkan penduduk usia kerja dengan kegiatan selain kegiatan tersebut dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja. Pada tahun 2011 penduduk usia 15 tahun keatas yang aktif di pasar tenaga kerja baik dengan bekerja maupun mencari pekerjaan (angkatan kerja) ada sekitar 74,26 persen. Dari total angkatan kerja tersebut 95,33 persen kegiatannya adalah bekerja dan 4,67 persen kegiatannya mencari pekerjaan. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin penduduk perempuan yang aktif di pasar tenaga kerja lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki yang ditunjukkan oleh besaran nilai TPAK penduduk perempuan yang hanya sebesar 60,46 persen sedangkan TPAK penduduk laki-laki sebesar 88,07 persen. Dari total angkatan kerja penduduk perempuan sekitar 93,22 persen
kegiatannya
adalah
bekerja
dan
sekitar
6,78
persen
kegiatannya adalah mencari pekerjaan. Sedangkan untuk penduduk laki-laki
dari
total
angkatan
kerjanya
sekitar
96,77
persen
kegiatannya adalah bekerja dan sekitar 3,23 persen kegiatannya adalah mencari pekerjaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
49
BAB V KETENAGAKERJAAN
Tabel 11. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Usia 15 Tahun Keatas Kabupaten Banjar Tahun 2011 Uraian
Laki-Laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Angkatan Kerja (%)
88,07
60,46
74,26
- Bekerja
96,77
93,22
95,33
3,23
6,78
4,67
Bukan Angkatan Kerja (%)
11,93
39,54
25,74
- Sekolah
34,40
9,61
15,35
- Mengurus Ruta
19,93
78,21
64,71
- Lainnya
45,67
12,18
19,94
- Pengangguran
Sumber : Diolah dari Sakernas BPS
5.2. Daya Serap Tenaga Kerja Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011 tercatat jumlah kesempatan kerja dari seluruh sektor ekonomi dapat menyerap sebesar 95,33 persen dari angkatan kerja yang ada. Persentase penduduk yang bekerja di setiap lapangan usaha biasa dipakai sebagai
salah
satu
ukuran
untuk
melihat
potensi
sektor
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
50
BAB V KETENAGAKERJAAN
Tabel 12. Daya Serap Tenaga Kerja Per Sektor di Kabupaten Banjar Tahun 2009-2011 No.
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
1
Pertanian
58,80
62,32
56,16
2
Pertambangan
2,44
1,89
2,92
3
Industri
8,26
7,7
2,44
4
Listri dan Air
0,10
0,00
0,00
5
Konstruksi
3,49
3,41
3,92
6
Perdagangan
15,19
12,22
21,07
7
Angkutan
3,59
3,03
1,99
8
Keuangan
0,01
0,31
1,19
9
Jasa-Jasa
8,11
9,12
10,32
100,00
100,00
100,00
Jumlah Sumber : Diolah dari Sakernas BPS
Dari hasil Sakernas juga diketahui bahwa sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang terbanyak di Kabupaten Banjar adalah sektor pertanian. Sebagai salah satu daerah yang menjadi lumbung padi Provinsi Kalimantan Selatan hal ini tentunya wajar terjadi. Namun ada kelemahan dari sektor pertanian bahwa antara jumlah tenaga kerja yang mampu diserap pada sektor pertanian tersebut,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
51
BAB V KETENAGAKERJAAN
ternyata nilai tambah yang dihasilkannya tidak seimbang, sehingga tingkat produktivitasnya rendah. Sektor kedua yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor perdagangan yakni sekitar 21,07 persen dan diikuti oleh sektor jasa-jasa sekitar 10,32 persen. Sektor pertambangan yang mampu menciptakan nilai tambah terbesar pada perekonomian Kabupaten Banjar ternyata hanya mampu menyerap tenaga kerja sekitar 2,92 persen. Dari Tabel 12. terlihat bahwa sektor pertanian selama kurun waktu tahun 2009-2011 mampu menyerap tenaga kerja terbesar jika dibandingkan sektor lainnya. Pada tahun 2011 terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor yang lain. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 yakni dari 62,32 persen menjadi 56,16 persen tahun 2011, sedangkan sektor yang lain mengalami peningkatan yaitu sektor Pertambangan, Konstruksi, Perdagangan, Keuangan dan jasa-jasa( masing-masing 2,92 persen, 3,92 persen, 21,07 persen, 1,19 persen dan 10,32 persen) 5.3.
Tingkat Pengangguran Tingkat pengangguran terbuka merupakan perbandingan
antara jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang pertama kali maupun yang sudah pernah bekerja sebelumnya, dengan jumlah seluruh angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka selalu berbanding terbalik dengan tingkat kesempatan kerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
52
BAB V KETENAGAKERJAAN
Tingkat kesempatan kerja menggambarkan besarnya penyerapan pasar tenaga kerja terhadap angkatan kerja. Semakin tingginya besaran tingkat pengangguran terbuka mencerminkan semakin rendahnya besaran tingkat kesempatan kerja, demikian sebaliknya semakin
rendah
tingkat
pengangguran
terbuka
mencerminkan
semakin tingginya besaran tingkat kesempatan kerja. Pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Banjar secara umum sekitar 4,67 persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin,
tingkat
penggangguran
laki-laki
lebih
rendah
jika
dibandingkan dengan tingkat pengangguran perempuan. Dimana pada tahun 2011 tingkat pengangguran laki-laki sekitar 3,23 persen sedangkan tingkat pengangguran perempuan yakni 6,78 persen. Namun rendahnya angka tingkat pengangguran terbuka ini belum
mencerminkan
memadai
karena
ketersediaan
angka
tingkat
lapangan
pengangguran
pekerjaan
yang
terbuka
hanya
memperhitungkan aspek pencari kerja saja. Sementara penduduk yang setengah menganggur (under employement), pengangguran tak kentara (disguised unemployement), dan pengangguran tersembunyi
(hiddenunemployement) tidak kelihatan dari angka pengangguran terbuka.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
53
BAB V KETENAGAKERJAAN
Tabel 13. Persentase TPAK, Tingkat Kesempatan Kerja (TKK), dan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT), Tahun 2011 U r a i a n
Persentase
(1)
(2)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja -
Total
74,26
-
Laki-laki
88,07
-
Perempuan
60,46
Tingkat Kesempatan Kerja -
Total
95,33
-
Laki-laki
96,77
-
Perempuan
93,22
Tingkat Pengangguran terbuka -
Total
4,67
-
Laki-Laki
3,23
-
Perempuan
6,78
Sumber : Diolah dari Sakernas BPS
Apabila dikaji lebih jauh dari Tabel 14. yang diolah dari hasil Sakernas ternyata jumlah pekerja yang bekerja dibawah jam normal (35 jam keatas dalam seminggu) secara umum mencapai sekitar 34,85 persen dan jika dilihat menurut jenis kelamin persentase penduduk perempuan yang bekerja dibawah jam kerja normal (48,44
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
54
BAB V KETENAGAKERJAAN
persen) cenderung lebih besar jika dibandingkan penduduk laki-laki (25,86 persen). Tabel 14. Persentase Penduduk Bekerja menurut Jam Kerja di Kabupaten Banjar Tahun 2011 No
Uraian/Jam Kerja
Laki-Laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Sementara tidak bekerja
3,88
6,13
4,78
2
1 – 34
25,86
48,44
34,85
3
35 – 54
56,61
34,89
47,96
4
55 +
13,65
10,53
12,41
100,00
100,00
100,00
Jumlah Sumber : Diolah dari Sakernas BPS
Pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal ini biasa tergolong
dalam
kategori
setengah
pengangguran.
Hal
ini
mempertegas lagi bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia di Kabupaten Banjar ini sebagian besar adalah lapangan pekerjaan yang bersifat informal seperti lapangan pekerjaan di sektor pertanian, perdagangan dan industri serta jasa-jasa. Dimana sektor-sektor inilah yang bisa menampung pekerja dengan keahlian dan tingkat pendidikan rendah, tapi dengan konsekuensi penghasilan yang diterima oleh pekerja tidak optimal.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
55
BAB V KETENAGAKERJAAN
Jika melihat struktur penduduk menurut kelompok umur, maka dalam beberapa tahun kedepan Kabupaten Banjar akan dihadapkan pada penawaran tenaga kerja muda yang cukup besar sehingga pemerintah daerah harus mulai memikirkan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja muda ini.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
56
BAB VI KESEHATAN
6.
Kesehatan Masalah kesehatan bagi negara-negara berkembang sangat erat
kaitannya dengan mutu sumber daya manusia sebagai salah satu modal pembangunan.
Jaminan kesehatan yang semakin baik akan
menghasilkan kualitas manusia yang baik, dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Dalam upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat maka ketersediaan sarana kesehatan sangat diperlukan. Fasilitas kesehatan yang berupa 2 buah RS dengan status kepemilikan 1 buah milik pemerintah dan 1 buah milik BUMN, fasilitas puskesmas berjumlah 94 buah (24 buah puskesmas dan 70 buah puskesmas pembantu) dengan 93 buah puskesmas keliling (90 buah kendaraan bermotor roda empat dan 3 buah perahu bermotor). Sedang jumlah paramedis secara keseluruhan adalah 1.292 orang termasuk 370 orang tenaga yang non medis.
Sementara jumlah dokter sebanyak 87 orang
dengan rincian, 57 dokter umum, 1 orang dokter ahli, 14 orang dokter gigi dan 15 orang dokter spesialis (data Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit tahun 2011). Menurut hasil Susenas tahun 2011 diketahui bahwa dari seluruh penduduk
Kabupaten
Banjar,
sekitar
46,91
persennya
pernah
mengalami keluhan kesehatan menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar
49,55 persen.
Jika
dilihat
berdasarkan
jenis kelamin
penduduk perempuan (47,53 persen) yang mengalami gangguan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
58
BAB VI KESEHATAN
kesehatan sedikit lebih banyak jika dibandingkan penduduk laki-laki (46,30 persen). Dari keseluruhan penduduk yang mengalami keluhan sebanyak 26,64 persen mengobati sendiri dan berobat jalan, 8,01 persen berobat jalan saja, 58,86 persen berobat sendiri saja dan 6,49 persen tidak berobat. Tabel 15. Persentase Cara Pengobatan penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan di Kabupaten Banjar Tahun 2011
No.
Cara pengobatan
Laki-Laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Sendiri & Jalan
2
Jalan
3
Sendiri
4
Tidak Berobat Jumlah
25,73
27,54
26,64
8,16
7,87
8,01
59,38
58,34
58,86
6,73
6,25
6,49
100,00
100,00
100,00
Sumber: diolah dari susenas BPS
Angka-angka
di
atas
menunjukkan
bahwa
kesadaran
masyarakat Kabupaten Banjar terhadap kesehatan sudah cukup baik,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
59
BAB VI KESEHATAN
dalam artian mereka tidak menyepelekan masalah kesehatan yang mereka alami.
Grafik 13. Persentase Cara Pengobatan Penduduk Yang Mengalami Gangguan Kesehatan Tahun 2011 59,38
60
58,34
50 40 30
25,73
27,54
Laki-Laki
20 8,16
10
7,87
6,73
6,25
Perempuan
0 Sendiri dan jalan
Jalan
Sendiri
Tidak berobat
Sumber : Diolah dari Sakernas 2011
Pada tahun 2011 tingkat kesadaran ibu yang mempunyai balita untuk memberikan ASI di Kabupaten Banjar semakin meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010, hal ini terlihat dari persentase balita yang tidak diberi ASI turun dari 5,29 persen 2010 menjadi 0,49 persen tahun 2011, sebaliknya Balita yang mendapatkan ASI dari Ibunya semakin meningkat dari 94,71 persen tahun 2010 menjadi 99,51 persen tahun 2011.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
60
BAB VI KESEHATAN
Secara rinci persentase balita yang diberikan ASI 1 sampai dengan 11 bulan adalah sekitar 28,89 persen , sekitar 17,83 persen diberikan ASI selama kurun waktu 12 sampai dengan 17 bulan, 11,44 persen diberikan ASI selama kurun waktu 18 sampai dengan 23 bulan dan sekitar 41,36 persen diberikan ASI selama kurun waktu 24 bulan lebih. Tabel 16. Lama Pemberian Asi bagi Bayi dan Balita di Kabupaten Banjar Tahun 2010 dan 2011
No.
Uraian
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
5,29
0,49
1
Tidak diberi ASI
2
1 - 11 (bulan)
29,19
28,89
3
12 - 17 (bulan)
13,67
17,83
4
18 - 23 (bulan)
17,43
11,44
5
24 + (bulan)
34,41
41,36
100,00
100,00
Total Sumber : diolah dari susenas BPS
Untuk penolong persalinan balita sebanyak
75,80
persen
orang
dari data yang diperoleh,
melahirkan
memanfaatkan
bidan/tenaga paramedis terjadi peningkatan dari tahun 2010 yang hanya 64,64 persen, sedangkan pemanfaatan tenaga dukun beranak terjadi penurunan dari 23,00 persen tahun 2010 menjadi 16,52
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
61
BAB VI KESEHATAN
persen
tahun
2011,
pemanfaatan
tenaga
dokter
juga
terjadi
penurunan dari 10,31 persen tahun 2010 menjadi 5,31 persen tahun 2011 dan sisanya 2,31 persen penolong kelahiran famili dan lainnya.
Grafik 14. Persentase Penolong Kelahiran Bayi Usia 0 - 59 Bulan Tahun 2011 Dukun, 16,52
Famili dan lainnya, 2,31
Dokter, 5,31
Bidan, 75,8
Sumber : Diolah dari data Susenas 2011
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
62
BAB VII PERUMAHAN
7.
PERUMAHAN Perumahan adalah salah satu kebutuhan hidup yang penting
bagi manusia, setelah pangan dan sandang. Maka dari itu dalam upaya pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat yang madani, pemenuhan kebutuhan akan perumahan ini sangat perlu untuk mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Banjar. Tabel 17. Persentase Tempat Tinggal menurut Status Penguasaan di Kabupaten Banjar Tahun 2011 No.
Status
Persentase (%)
(1)
(2)
(3)
1
Milik Sendiri
78,16
2
Kontrak
0,51
3
Sewa
6,58
4
Dinas/Bebas Sewa/Lainnya Jumlah
14,75 100,00
Sumber :diolah dari Susenas BPS
Kondisi perumahan suatu daerah biasanya sesuai dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Tabel 17. menunjukkan jumlah rumah menurut status penguasaan rumah di Kabupaten Banjar. Sebagian
besar penduduk Kabupaten Banjar
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
64
BAB VII PERUMAHAN
memiliki rumah sendiri , hal ini terjadi peningkatan dari 74,83 persen tahun 2010 menjadi 78,16 persen tahun 2011 . Kondisi yang demikian mungkin dikarenakan oleh semakin berkembang pesatnya kredit kepemilikan rumah baik Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah Sangat Sederhana (RSS), yang memberikan kesempatan pada rumah tangga
yang
berpenghasilan
menengah
kebawah
untuk
dapat
memiliki rumah dengan cicilan yang relatif murah.
Grafik 15. Persentase Penguasaan Tempat Tinggal Tahun 2011 Dinas/Bebas Sewa/Lainnya, 14,75 Milik Sendiri, 78,16
Sewa, 6,58
Other, 7,09
Kontrak, 0,51
Sumber :diolah dari Susenas BPS
Tempat tinggal rumah tangga berstatus kontrak sekitar 0,51 persen, yang berstatus sewa 6,58 persen, sisanya adalah yang berstatus dinas atau bebas biaya sewa yakni sekitar 14,75 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
65
BAB VII PERUMAHAN
Tabel 18. Persentase Luas Lantai Tempat Tinggal Tahun 2011 No.
Luas Lantai (m2)
Persentase (%)
(1)
(2)
(3)
1
< 28
14,71
2
28-40
23,52
3
41-60
29,65
4
61-80
12,53
5
81-100
10,76
6
> 100 Jumlah
8,83 100,00
1
Memenuhi standar kesehatan
68,66
2
Tdk memenuhi standar kesehatan
31,34
Jumlah
100,00
Sumber :diolah dari Susenas BPS
Rumah dengan luas lantai antara 41–60 m2 dan 28–40 m2 adalah yang paling mendominasi perumahan di Kabupaten Banjar. Tempat tinggal dengan luas lantai 41-60 m2
ada sekitar 29,65
persen sedangkan tempat tinggal dengan luas 28-40 m2 ada sekitar 23,52 persen. Hal ini sudah sangat wajar dan bisa dimaklumi, karena sebagian besar kredit kepemilikan rumah menyediakan rumah dengan luas lantai seperti yang disebutkan diatas. Pada tahun 2011 jumlah rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan (rumah dengan luas lantai per kapita minimal 10 m2) sebesar 68,66 persen sedangkan yang tidak memenuhi standar kesehatan sekitar 31,34 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
66
BAB VII PERUMAHAN
Grafik 16. Persentase Luas Lantai Rumah Tahun 2011 29,65 30
23,52
20
14,71 12,53
10
10,76 8,83
0 41-60
28-40
< 28
61-80
81-100
> 100
Luas Lantai Rumah tangga di Kabupaten Banjar yang mampu mengakses kesumber air minum bersih yakni air ledeng, pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan air hujan sekitar 45,14 persen serta yang mampu mengakses ke sumber air minum kemasan dan air isi ulang sekitar
7,08 persen. Kondisi ini sebenarnya sudah cukup
baik. Namun
tetap perlu mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah Kabupaten Banjar mengingat 47,78 persen rumah tangga masih mengkonsumsi air minum yang bersumber dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai dan lainnya, utamanya di daerah pedesaan karena kualitas air dari sumber tersebut yang kurang baik untuk dikonsumsi disebabkan kandungan bakteri ekoli yang cenderung tinggi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
67
BAB VII PERUMAHAN
Grafik 17. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air Minum Utama Tahun 2011 Lainnya 1,09 % Air Hujan 3,77 %
Air Kemasan Bermerek 1,39 %
Air Isi Ulang 5,70 % Leding Meteran 11,41 %
Air Sungai 21,18 %
Mata Air Tak Terlindung 1,47 %
Leding Eceran 14,52 % Sumur Tak Terlindung 24,04 %
Mata Air Terlindung 0,41 %
Sumur Terlindung 10,69 %
Sumur Bor/Pompa 4,34 %
Sumber :diolah dari Susenas BPS
Hal
lain
yang
patut
dicermati
dalam
pengembangan
perumahan dan pemukiman agar tidak berkembang menjadi kawasan kumuh adalah masalah lingkungan, salah satunya yaitu tempat pembuangan akhir tinja. Dari data susenas tahun 2011 sebenarnya rumah tangga yang menggunakan tangki septik sudah relatif banyak yaitu mencapai 47,49 persen dari seluruh rumah tangga yang ada. Akan tetapi masih ada sekitar 38,45 persen yang memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan akhir tinja, padahal kondisi ini bisa mengakibatkan tercemarnya air sungai.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
68
BAB VII PERUMAHAN
Tabel 19. Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tahun 2011 No.
Uraian
Persentase %
(1)
(2)
(3)
1
Tangki Septik
47,49
2
Kolam/ Sawah
3
Sungai/ Danau/Laut
38,45
4
Lubang/Tanah
12,83
5
Pantai/Tanah Lapang/Kebun
0,32
6
Lainnya
0,38
JUMLAH
100,00
0,53
Sumber :diolah dari Susenas BPS
Selain itu masih banyak rumah tangga yang menggunakan lobang tanah, kebun, dan lainnya sebagai tempat pembuangan akhir tinja.Sebaiknya kondisi ini menjadi perhatian untuk segera dilakukan penyuluhan
pada
masyarakat
agar
tidak
terjadi
pencemaran
lingkungan, dan menghindari berkembangnya berbagai macam penyakit, termasuk penyakit muntaber yang cukup berbahaya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
69
BAB VII PERUMAHAN
Grafik 18. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tahun 2011 38,45 % Sungai/Danau/La ut
12,83 % Lubang/Tanah
14,06
47,49 % Tangki Spal 1,23 % Lainnya
Sumber : Diolah dari Data Susenas BPS
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
70
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
8.1. Konsep Pembangunan Manusia Dewasa ini, pemikiran tentang pembangunan (paradigma) telah
mengalami
pergeseran,
yaitu
dari
pembangunan
yang
berorientasi pada produksi (production centered development) pada dekade 60-an ke paradigma pembangunan yang lebih menekankan pada
distribusi
hasil-hasil
pembangunan
(distribution
growth
development) selama dekade 70-an. Selanjutnya pada dekade 80-an, muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (basic need development), dan akhirnya menuju paradigma pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development) yang muncul pada tahun 1990-an. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir
dari
seluruh
kegiatan
pembangunan,
yaitu
tercapainya
penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan
meningkatkan
pendidikan
(kemampuan
baca
tulis
dan
keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Menurut UNDP, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk mempebesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of
enlarging people’s choices”). Dari definisi ini dapat dtarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
72
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP, sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah: Pembangunan harus
mengutamakan
penduduk
sebagai
pusat
perhatian;
Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja; Pembangunan manusia
memperhatikan bukan hanya pada
upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusis tersebut secara optimal. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu : a.
Produktivitas.
Manusia
harus
berkemampuan
untuk
meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan manusia. b.
Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
73
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
politik harus dihapuskan. Sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang yang sama. c.
Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua sumber daya harus dapat diperbaharui.
d.
Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh
dalam
pengambilan
keputusan
dalam
proses
aktifitasnya. Konsep pembangunan selama ini lebih mengedepankan pada konsep pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi akan menguntungkan manusia. Namun dalam kenyataannya tidaklah selalu demikian, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang penting, tetapi pertumbuhan ekonomi yang bagaimana dan untuk siapa. Olehkarena itu dalam pelaksanaan pembangunan seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah perlu adanya
paradigm
baru
yang
lebih
mengedepankan
aspek
pembangunan manusia. Pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonomi semata. Sehingga
pembangunan
kemampuan
(kapabilitas)
bukan
hanya
manusia
tetapi
upaya juga
meningkatkan pada
upaya
memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
74
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Sejak tahun 1990, Badan Dunia UNDP (United Nations Development
Programme)
mengadopsi
suatu
paradigma
baru
mengenai pembangunan yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia (PPM), paradigm ini melihat
manusia dari sisi yang lebih
komplek dan komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek non-ekonomi. Berdasarkan konsep di atas, pembangunan manusia berarti meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dalam arti yang luas meliputi aspek jasmani dan rohani, material dan spiritual dalam skala individu maupun sosial yang pada akhirnya harus mampu menjadi sumber daya pembangunan secara komprehensif. Seperti
halnya
pembangunan
ekonomi,
pembangunan
manusia memerlukan ketersediaan analisis data guna perencanaan dan pengambilan kebijakan agar tepat sasaran serta perlu dievaluasi sejauh mana pembangunan yang dilaksanakan mampu meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai obyek pembangunan. Salah satu alat ukur yang lazim digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 8.2. Manfaat Penghitungan IPM Upaya untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar kemajuan pembangunan yang telah dicapai suatu wilayah tentunya diperlukan data-data yang cukup up to date dan akurat. Data-data yang disajikan diharapkan sebagai bahan evaluasi terhadap apa yang Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
75
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
telah dilakukan oleh pemerintah tersebut. Apakah pembangunan puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
telah
secara
nyata
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Apakah pembangunan gedung SD juga telah mampu meningkatkan tingkat partisipasi sekolah di wilayah ini, Apakah program Paket Kejar telah mampu meningkatkan kemampuan baca tulis penduduk secara umum. Dalam konteks tersebut diatas diperlukan pula ukuran-ukuran yang tepat untuk
digunakan
diketengahkan
sebagai
mengenai
indikator. berbagai
Untuk
itu
perlu
ukuran-ukuran
kiranya
yang
biasa
digunakan sebagai indikator pembangunan. Berbagai program seperti pengadaan pangan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan
dan
peningkatan
kegiatan
olah
raga
dilaksanakan dalam upaya peningkatan taraf kualitas fisik penduduk. Namun demikian seperti dikatakan Azwini, Karomo dan Prijono (1988:469), tolok ukur yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan
(pembangunan)
dalam
beberapa
hal
agak
sulit
ditentukan. Alat ukur yang sering digunakan untuk menilai kualitas hidup selama ini sebenarnya hanya mencakup kualitas fisik, tidak termasuk kualitas non fisik. Kesulitan muncul terutama karena untuk menilai keberhasilan pembangunan non-fisik indikatornya relatif lebih abstrak dan bersifat komposit. Salah satu pengukuran taraf kualitas fisik penduduk yang banyak digunakan adalah Indeks Mutu Hidup (IMH). Ukuran ini sebenarnya banyak mendapat kritik (Hicks and Streeten, 1979, Rat, 1982, Holidin, 1993a, dan Holidin 1993b) karena mengandung beberapa kelemahan, terutama yang menyangkut aspek statistik dari Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
76
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
keterkaitan
antar
variabel
yang
digunakannya.
Terlepas
dari
kelemahan tersebut, ada nilai lebih dari IMH yang membuat indikator ini banyak digunakan sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan program pembangunan pada satu wilayah. Nilai lebih dari IMH ini adalah kesederhanaan didalam penghitungannya. Disamping itu, data yang digunakan untuk menghitung IMH iini pada umumnya sudah banyak tersedia. IMH juga bisa dihitung setiap tahun untuk setiap wilayah (nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota), sehingga dapat dilakukan perbandingan antar wilayah. Sejalan
dengan
makin
tingginya
intensitas
dalam
permasalahan pembangunan, kesederhanaan IMH pada akhirnya kurang
mampu
untuk
menjawab
tuntutan
perkembangan
pembangunan yang semakin kompleks itu. Untuk itu perlu indikator lain yang lebih reprensentatif dengan tuntutan permasalahan. Dalam kaitan ini, indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu alternatif yang bisa diajukan. Indikator ini, disampaing mengukur kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; juga mengukur kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; juga mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat di wilayah itu; tercermin dari nilai purcashing power
parity index (ppp). Jadi indikator IPM terasa lebih komprehensif dibandingkan dengan IMH. Sejak diterbitkannya HDR-HDI oleh UNDP memudahkan para pembuat kebijakan untuk mengukur pembangunan manusia. Hal ini disebabkan
antara
lain
karena
kesederhanaan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
metode 77
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
penghitungannya, bersifat global tidak terlalu rinci, dan merupakan kombinasi komponen sosial dan ekonomi. Dalam era otonomi daerah, prioritas pembangunan perlu betul-betul diarahkan pada kelompok penduduk, daerah dan sektor yang paling kritis untuk mendapat perhatian. Apalagi kalau dana daerah otonom tersebut sangat
terbatas
sehingga
alokasinya
perlu
disusun
seefisien
mungkin. Oleh karena itu kehadiran Laporan Pembangunan Manusia (HDR) menjadi lebih strategis bagi para pembuat kebijakan di daerah. Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi
dan
distribusi
komoditas,
serta
peningkatan
dan
pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat –pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu jender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.
Pembangunan
manusia
mempunyai
empat
elemen–
produktivitas, pemerataan/ ekuitas, keberlanjutan/kesinambungan, dan pemberdayaan. Dengan produktifitas
peningkatan
manusia
akan
kemampuan, meningkat
kreatifitas
sehingga
mereka
dan akan
menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Pertumbuhan ekonomi harus
dikombinasikan
dengan
pemerataan
hasil-hasilnya.
Pemerataan kesempatan harus tersedia baik untuk generasi sekarang maupun generasi penerus. Semua orang, perempuan ataupun lakiIndikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
78
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan mereka. 8.3. Konsep Perhitungan IPM IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai ratarata sederhana dari indeks harapan hidup (e 0), indeks pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. Upaya untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar kemajuan pembangunan yang telah dicapai suatu wilayah tentunya diperlukan data-data yang cukup up to date dan akurat. Data-data yang disajikan diharapkan sebagai bahan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut. Apakah pembangunan puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
telah
secara
nyata
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, apakah pembangunan gedung SD juga telah mampu meningkatkan tingkat partisipasi sekolah di wilayah ini, apakah program Paket Kejar telah mampu meningkatkan kemampuan baca tulis penduduk secara umum. Dalam konteks tersebut diatas diperlukan pula ukuran-ukuran yang tepat untuk
digunakan
diketengahkan
sebagai
mengenai
indikator. berbagai
Untuk
itu
perlu
ukuran-ukuran
kiranya
yang
biasa
digunakan sebagai indikator pembangunan. Berbagai program seperti pengadaan pangan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan
dan
peningkatan
kegiatan
olah
raga
dilaksanakan dalam upaya peningkatan taraf kualitas fisik penduduk. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
79
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Namun demikian seperti dikatakan Azwini, Karomo dan Prijono (1988:469), tolok ukur yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan
(pembangunan)
dalam
beberapa
hal
agak
sulit
ditentukan. Alat ukur yang sering digunakan untuk menilai kualitas hidup selama ini sebenarnya hanya mencakup kualitas fisik, tidak termasuk kualitas non fisik. Kesulitan muncul terutama karena untuk menilai keberhasilan pembangunan non-fisik indikatornya relatif lebih abstrak dan bersifat komposit. Salah satu pengukuran taraf kualitas fisik penduduk yang banyak digunakan adalah Indeks Mutu Hidup (IMH). Ukuran ini sebenarnya banyak mendapat kritik (Hicks and Streeten, 1979, Rat, 1982, Holidin, 1993a, dan Holidin 1993b) karena mengandung beberapa kelemahan, terutama yang menyangkut aspek statistik dari keterkaitan
antar
variabel
yang
digunakannya.
Terlepas
dari
kelemahan tersebut, ada nilai lebih dari IMH yang membuat indikator ini banyak digunakan sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan program pembangunan pada satu wilayah. Nilai lebih dari IMH ini adalah kesederhanaan didalam penghitungannya. Disamping itu, data yang digunakan untuk menghitung IMH iini pada umumnya sudah banyak tersedia. IMH juga bisa dihitung setiap tahun untuk setiap wilayah (nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota), sehingga dapat dilakukan perbandingan antar wilayah. Sejalan
dengan
makin
tingginya
intensitas
dalam
permasalahan pembangunan, kesederhanaan IMH pada akhirnya kurang
mampu
untuk
menjawab
tuntutan
perkembangan
pembangunan yang semakin kompleks itu. Untuk itu perlu indikator Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
80
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
lain yang lebih reprensentatif dengan tuntutan permasalahan. Dalam kaitan ini, indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu alternatif yang bisa diajukan. Indikator ini, disampaing mengukur kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; juga mengukur kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; juga mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat di wilayah itu; tercermin dari nilai purcashing power
parity index (ppp). Jadi indikator IPM terasa lebih komprehensif dibandingkan dengan IMH. Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Human Development Index (HDI) atau IPM. IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar, yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). a. Usia Hidup Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
usia
hidup
tetapi
dengan
mempertimbangkan
ketersediaan data secara global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
81
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo
dihitung
dengan
metode
tidak
langsung.
Metode
ini
menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.
b. Pengetahuan Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator, yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data Instansional.
Indikator
angka
kemampuan dilakukan
melek
membaca
dengan
huruf dan
dapat
menulis.
menjumlahkan
diolah
dari
variabel
Pengolahannya
kasus
berkode
1
dapat (dapat
membaca dan menulis) dan berkode 2 (tidak dapat membaca dan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
82
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
menulis). Kemudian membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus. Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung
dengan
pengolahan
tabulasi
data.
Penghitungan
dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan
tertinggi
yang
ditamatkan.
Dari
penghitungan
dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut
akan diperoleh data lama sekolah masing-masing
individu yang kemudian digunakan sub program MEANS dalam paket SPSS untuk menghitung rata-rata lama sekolah agregat.
c. Standar Hidup Layak Selain
usia
hidup,
dan
pengetahuan
unsur
dasar
pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk
mengukur
unsur
ini.
Dengan
mempertimbangkan
ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
83
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP
riil per kapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB per kapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama. Untuk menghitung konsumsi per kapita riil yang disesuaikan pertama dihitung terlebih dahulu daya beli untuk tiap unit barang atau
Purchasing Power Parity (PPP/unit). Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus:
Dimana E(i,j)
: Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-i
P(9,j)
: Harga komoditi j
Q(i,j)
: Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-i
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
84
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana: D = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan
sebagai
batas
kecukupan
(biasanya
menggunakan garis kemiskinan)
8.4. Perkembangan IPM Kabupaten Banjar Indikator dampak sebagai komponen dasar penghitungan Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang dihitung dari 3 komponen pilihan dasar yaitu (1) hidup sehat dan umur panjang yang diwakili oleh angka harapan hidup
waktu lahir (2)
pendidikan yang diwakili oleh rata-rata tertimbang antara angka melek huruf penduduk usia dewasa dengan rata-rata pencapaian tingkat
pendidikan
(rata-rata
lama
sekolah),
dan
(3)
standar
kehidupan layak yang diwakili oleh Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita atau Paritas Daya Beli (PPP) per kapita.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
85
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Tabel 20. Komponen Dasar Pembentukan IPM Kabupaten Banjar Tahun 2008 - 2011
Uraian (1)
Tahun 2008
2009
2010
2011
(2)
(3)
(4)
(5)
Angka Harapan Hidup
64,62
64,93
65,25
65,68
Angka Melek Huruf
95,99
96,02
96,03
96,06
7,10
7,16
7,25
7,26
639,84
641,64
643,94
645,99
Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran Riil/kapita/thn (000)
8.4.1
Angka Harapan Hidup Kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan
dapat
dipandang dari aspek fisik dan non fisik yang tentunya keduanya saling berkaitan. Kualitas fisik penduduk dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka Harapan Hidup. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah. Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (eo) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup ini memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
86
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
dalam suatu masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara makro. Kebijakan peningkatan kesehatan antara lain bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membiasakan diri untuk hidup sehat, akan diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup penduduk. Dari Tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa Angka Harapan Hidup Kabupaten Banjar dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan. Tahun 2008 yang semula 64,62 naik menjadi 64,93 pada tahun 2009 kemudian pada tahun 2010 naik lagi menjadi 65,25. Dan pada tahun 2011 terus mengalami kenaikan hingga mencapai 65,68 tahun. Bila dibandingkan dengan angka provinsi Kalimantan Selatan yang hanya mencapai 63,17 tahun, maka Angka Harapan Hidup Kabupaten Banjar ini masih relatif lebih tinggi.
8.4.2
Angka Melek Huruf Ukuran yang sangat mendasar dari indikator pendidikan,
secara makro adalah kemampuan baca tulis (melek huruf) penduduk, yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Angka Melek Huruf (AMH) penduduk dewasa adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Angka Melek Huruf di Kabupaten Banjar dari tahun 2008 sampai tahun 2011 terus mengalami kenaikan. Tahun 2008, AMH kabupaten Banjar 95,99 persen, dan tahun 2009 meningkat menjadi 96,02 persen. Tahun
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
87
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
2010 AMH Kabupaten Banjar sama, yaitu 96,03 persen dan sedikit meningkat di tahun 2011 yaitu 96,06 persen. Jika dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan, untuk tahun 2011 Angka Melek Huruf 96,14 persen, sedikit lebih tinggi dari AMH Kabupaten Banjar. 8.4.3
Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah (MYS) adalah rata-rata jumlah tahun
yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Banjar dari tahun 2008 sampai tahun 2011 terus mengalami peningkatan. Tahun 2008, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Banjar sebesar 7,10 tahun dan meningkat menjadi 7,16 pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah sebesar 7,25 tahun dan tahun 2011 meningkat menjadi 7,26 tahun. Artinya pada tahun 2011 rata-rata penduduk Kabupaten Banjar yang berusia 15 tahun ke atas mengeyam bangku sekolah selama 7,26 tahun. Yang artinya rata-rata penduduk Kabupaten Banjar berpendidikan sampai dengan kelas 1 SMP. Kondisi ini menggambarkan program wajib belajar sembilan tahun belum membuahkan hasil yang maksimal. 8.4.4
Pengeluaran Riil yang Disesuaikan Indeks daya beli digunakan untuk mengukur standar hidup
layak. Indikator ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki serta peluang yang ada untuk merealisasikan pengetahuan dalam berbagai barang/jasa sebagai pendapatan. Sehingga dengan pendapatan yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
88
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
ada manusia dapat menciptakan daya beli untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam penghitungan indeks daya beli digunakan pendekatan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi di daerah masing-masing. Penyesuaian ini diperlukan untuk menstandarkan tingkat harga di masing-masing daerah. Tingkat pengeluaran perkapita yang sama di suatu daerah belum tentu menunjukan daya beli terhadap barang dan jasa yang sama karena tingkat harga di setiap daerah itu berbeda, oleh sebab itulah pengeluaran perkapita ini terlebih dahulu disesuaikan untuk dapat mengukur tingkat daya beli yang nyata. Dari
hasil
pengolahan
data
Susenas
2011,
diperoleh
gambaran bahwa pengeluaran riil perkapita di Kabupaten Banjar dari tahun ke tahun mengalami kenaikan walaupun nilainya tidak terlalu besar. Pada Tabel 20 di atas dapat dilihat pada tahun 2008 pengeluaran riil perkapitanya adalah 639,84 ribu rupiah pertahun, kemudian pada tahun 2009 mengalami sedikit kenaikan yaitu menjadi 641,64 ribu rupiah, pada tahun 2010 sebesar 643,94 ribu rupiah per tahun. Sedangkan hasil penghitungan tahun 2011 pengeluaran riil perkapita mengalami sedikit kenaikan yaitu menjadi 645,99 ribu rupiah pertahunnya, jika dibandingkan dengan angka Provinsi Kalimantan Selatan (640,73 ribu rupiah) maka pengeluaran riil penduduk Kabupaten Banjar sedikit lebih tinggi. 8.5. Perkembangan Indeks Penyusun IPM Kabupaten Banjar IPM merupakan angka agregat yang dapat diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh – shortfall - suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimum 100 yang berarti bahwa pembangunan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
89
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
manusia secara keseluruhan tersebut telah tercapai. Bagi suatu wilayah
angka
IPM
yang
diperoleh
menggambarkan
kemajuan
pembangunan manusia di daerah tersebut. Jika angka IPM tersebut masih rendah atau masih jauh dari angka 100 berarti jarak yang ditempuh
untuk
mencapai
tujuan
masih
jauh. Kecenderungan
perkembangan angka IPM, semakin dekat ke arah tujuan (angka 100) maka perkembangannya semakin pelan sebaliknya untuk angka IPM yang masih rendah maka perkembangan untuk mencapai tujuan semakin cepat. Tabel 21. Indeks Kesehatan, Pendidikan, Daya Beli dan Pembangunan Manusia Kabupaten Banjar Tahun 2005 - 2011 Indeks Tahun
Indeks
Indeks
Indeks
Pembangu
Kesehatan
Pendidikan
Daya Beli
nan
(IK)
(IP)
(IDB)
Manusia
(2)
(3)
(4)
(IPM) (1)
(5)
2007
65,70
80,30
64,16
69,43
2008
66,03
79,77
64,67
70,16
2009
66,55
79,92
65,09
70,52
2010
67,08
80,13
65,62
70,94
2011
67,80
80,17
66,08
71,35
Sumber: BPS Jakarta
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
90
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 IPM Kabupaten
Banjar
tercatat
sebesar
69,43
persen.
Angka
ini
mengalami sedikit kenaikan menjadi 70,16 persen pada tahun 2008, kemudian 70,52 persen pada tahun 2009, tahun 2010 mencapai 70,94 persen dan terus mengalami peningkatan menjadi 71,28 persen di tahun 2011.
Grafik 19. Indeks Kesehatan, Pendidikan, Daya Beli dan Pembangunan Manusia Kab. Banjar Tahun 2008-2011 PERSENTASE
90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Kesehatan
2008 66,03
2009 66,55
2010 67,08
2011 67,80
Pendidikan
79,77
79,92
80,13
80,17
Daya Beli
64,67
65,09
65,62
66,08
Pemb.Manusia
70,16
70,52
70,94
71,35
Berdasarkan kriteria dengan capaian IPM selama kurun waktu 2008 - 2011 yaitu 70,16 pada tahun 2008 dan terus naik hingga tahun 2011 mencapai 71,28 maka Kabupaten Banjar menurut Konsep
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
91
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Pembangunan
Manusia
yang
dikembangkan
oleh
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNDP masuk dalam tingkatan status atau kategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas yaitu dengan capaian IPM di antara 66,00 – 79,99. Tabel 22. Kriteria dan Tingkatan Status Pembangunan Manusia Menurut UNDP Tingkatan Status
Kriteria
(1)
(2)
1. Rendah
IPM < 50
2. Menengah bawah
50 < IPM < 65,99
3. Menengah atas
66 < IPM < 79,99
4. Tinggi
IPM > 80
Pada tahun 2005 IPM Kabupaten Banjar menempati urutan ke 8 se Provinsi Kalimatan Selatan, kemudian meningkat pada tahuntahun berikutnya yaitu mulai tahun 2006 hingga tahun 2011 menempati urutan ke 5.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
92
74,24
67,35
70,41
70,45
69,45
71,19
71,20
71,00
68,36
71,35
71,69
76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00
72,00
Grafik 20. Nilai IPM Kabupaten/Kota Tahun 2011 Kalimantan Selatan
75,43
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Selama kurun waktu tahun 2007 - 2010 tidak terjadi perubahan peringkat angka IPM Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan. Dimana peringkat pertama sampai dengan kelima tetap diduduki oleh Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin, kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar. Begitu pula dengan lima kabupaten Kota yang termasuk dalam urutan ke lima terbawah adalah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Batola dan Kabupaten Balangan. Tetapi tahun 2011 terjadi perubahan peringkat 3 dan 4 dimana pada tahun-tahun sebelumnya peringkat 3 adalah Kabupaten Kotabaru dan peringkat 4 Kabupaten Tanah Laut bertukar posisi pada tahun 2011 ini.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
93
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Tabel 23. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Tahun 2008 - 2011 Kabupaten/Kota
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kal.Selatan
68,72
69,30
69,92
70,44
01. Tanah Laut
70,40
70,62
71,16
72,00
02. Kotabaru
70,52
70,86
71,20
71,69
03. Banjar
70,16
70,52
70,94
71,35
04. Barito Kuala
66,09
66,80
67,54
68,36
05. Tapin
69,79
70,13
70,58
71,00
06. H.S.Selatan
70,11
70,50
70,83
71,20
07. H.S.Tengah
70,00
70,46
70,77
71,19
08. H.S.Utara
67,86
68,45
68,89
69,45
09. Tabalong
68,98
69,45
70,00
70,45
10. Tanah Bumbu
68,80
69,24
69,74
70,41
11. Balangan
65,69
66,06
66,74
67,35
71. Banjarmasin
72,85
73,49
73,84
74,24
72. Banjarbaru
74,09
74,43
74,74
75,43
Sumber : BPS Jakarta
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
94
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Hal ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 20082011 tersebut tidak ada percepatan dampak hasil pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan
yang
bisa
mengeser
peringkat
yang
ada
di
wilayah
Kalimantan Selatan. Tabel 24. Perbandingan Peringkat Propinsi IPM Kab/Kota Kalimantan Selatan Tahun 2008 – 2011 Kabupaten/Kota (1)
Peringkat Propinsi 2008
2009
2010
(8)
(9)
(10)
2011 (11)
01. Tanah Laut
4
4
4
3
02. Kotabaru
3
3
3
4
03. Banjar
5
5
5
5
12
12
12
12
05. Tapin
8
8
8
8
06. H.S.Selatan
6
6
6
6
07. H.S.Tengah
7
7
7
7
08. H.S.Utara
11
11
11
11
09. Tabalong
9
9
9
9
10. Tanah Bumbu
10
10
10
10
11. Balangan
13
13
13
13
71. Banjarmasin
2
2
2
2
72. Banjarbaru
1
1
1
1
04. Barito Kuala
Sumber
: BPS Jakarta
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
95
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
8.6. Laju Pencapaian IPM (Reduksi SHORTFALL) Laju Pencapaian IPM (reduksi shortfall) digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu. Laju Pencapaian IPM menunjukkan kecepatan pengurangan jarak suatu IPM terhadap IPM ideal. Reduksi shortfall per tahun (annual
reduction in shortfall) menunjukkan perbandingan antara pencapaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100). Reduksi shortfall di Kabupaten Banjar selama periode 2008 2011, menunjukkan angka yang berfluktuatif. Selama periode 2008 2009 reduksi shortfall IPM Kabupaten Banjar sekitar 1,22 persen, selama periode 2009 - 2010 sekitar 1,43 persen dan selama periode 2010 - 2011 sebesar 1,41 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada
tahun
2010
terjadi
peningkatan
perkembangan
IPM
dibandingkan perkembangan pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2011 terjadi perlambatan perkembangan IPM jika dibanding perkembangan IPM tahun 2010.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
96
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Tabel 25. Laju Shortfall Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Tahun 2008 - 2011 Kabupaten/Kota
2008 - 2009
2009 - 2010
2010 - 2011
(1)
(2)
(3)
(4)
Kal.Selatan
1,86
2,02
1,71
01. Tanah Laut
0,74
1,82
2,91
02. Kotabaru
1,15
1,18
1,70
03. Banjar
1,22
1,43
1,41
04. Barito Kuala
2,10
2,23
2,52
05. Tapin
1,12
1,50
1,45
06. H.S.Selatan
1,33
1,12
1,27
07. H.S.Tengah
1,54
1,04
1,46
08. H.S.Utara
1,85
1,39
1,81
09. Tabalong
1,53
1,81
1,48
10. Tanah Bumbu
1,43
1,62
2,21
11. Balangan
1,34
2,01
1,84
71. Banjarmasin
2,37
1,32
1,53
72. Banjarbaru
1,33
1,21
2,71
Sumber : BPS Jakarta
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
97
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Jika dilihat per Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan pada tahun
2011
perkembangan
ada
6
IPM,
Kabupaten yakni
yang
Kabupaten
mengalami Tanah
Laut,
percepatan Kabupaten
Kotabaru, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kabupaten
Tapin,
Kabupaten
Tanah
Bumbu
dan
Kota
Banjarbaru. Sedangkan untuk 7 Kabupaten/Kota lainnya pada tahun 2011 mengalami perlambatan perkembangan IPM jika dibandingkan perkembangan IPM tahun 2010.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
98
BAB IX PENUTUP
9. PENUTUP Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil analisis deskriptif kesejahteraan rakyat Kabupaten banjar tahun 2011 yang telah disajikan, yakni sebagai berikut: 1. Sektor-sektor andalan yang memberikan sumbangan terbesar pada
perekonomian
Kabupaten
Banjar
adalah
sektor
perdagangan (23,70 persen), sektor pertanian (21,71 persen) dan sektor pertambangan dan penggalian (21,51 persen). 2. Sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar
adalah
sektor
pertanian
(56,16
persen),
sektor
perdagangan, restoran, hotel (21,07 persen), sektor jasa-jasa (10,32 persen). 3. Distribusi pendapatan penduduk di Kabupaten Banjar relatif merata, yang ditunjukkan olejh nilai koefisien Gini Kabupaten Banjar tahun 2011 yang sebesar 0,35 dan penerimaan pendapatan 40 persen penduduk yang berpendapatan paling rendah yakni sekitar 19,33 persen dari seluruh pendapatan masyarakat 4. Struktur penduduk Kabupaten Banjar sudah cukup ideal dengan bentuk piramida yang mengecil keatas 5. Dependency Ratio Kabupaten Banjar adalah sebesar 47,82 persen, angka ini menunjukkan bahwa dari 100 orang usia produktif harus menanggung sekitar 48 orang non produktif.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
100
BAB IX PENUTUP
6. Sekitar 66,59 persen wanita berstatus kawin dan cerai usia 15-49 tahun di Kabupaten Banjar merupakan peserta aktif Keluarga Berencana, sekitar 22,57 persen merupakan peserta KB namun sedang tidak aktif, dan sekitar 10,84 persen wanita belum menjadi peserta KB. 7. Jenis alat KB yang paling diminati oleh pasangan yang menikah adalah pil KB (50,23 persen) dan suntikan KB (45,34 persen). 8. Penduduk usia 5 tahun keatas yang tidak/belum pernah sekolah sekitar 8,08 persen, yang masih sekolah sekitar 23,19 persen dan yang tidak bersekolah lagi 68,73 persen. 9. Penduduk usia 5 tahun keatas yang tidak punya ijazah (tidak sekolah dan tidak/belum tamat SD sederajat) sekitar 40,17 persen, yang menamatkan SD sederajat sekitar 29,32 persen, yang menamatkan SMP sederajat sekitar 15,57 persen, untuk tingkat SMA sederajat sekitar 12,03 persen dan untuk menamatkan pendidikan diatas SMA sekitar 2,94 persen. 10. APM tingkat Sekolah Dasar (SD) mencapai 89,04 persen, untuk APM tingkat SMP sebesar 53,42 persen, dan APM jenjang pendidikan SMA sebesar 34,16 persen. 11. TPAK Kabupaten Banjar Tahun 2011 sekitar 74,26 persen, sekitar 95,33 persen angkatan kerja mampu terserap oleh pasar tenaga kerja dan 4,67 persen masih berusaha mencari pekerjaan (pengangguran). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
101
BAB IX PENUTUP
12. Persentase pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal (setengah pengangguran) sekitar 34,85 persen. 13. Dari
total
penduduk
Kabupaten
Banjar
sekitar
46,81
persennya pernah mengalami keluhan kesehatan, dari yang mengalami keluhan sebanyak 26,64 persen mengobati sendiri dan berobat jalan, 8,01 persen berobat jalan saja, 58,86 persen berobat sendiri saja dan 6,49 persen tidak berobat. 14. Persentase balita yang diberi ASI sekitar 99,51 persen dan sekitar 0,49 persen tidak diberikan ASI. 15. Sekitar
75,80
bidan/tenaga
persen
orang
paramedis,
melahirkan
sekitar
16,52
memanfaatkan persen
yang
memanfaatkan jasa dukun beranak, 5,31 persen menfaatkan dokter dan sisanya 2,31 persen lainnya. 16. Tempat tinggal di Kabupaten Banjar yang berstatus milik sendiri sekitar 78,16 persen, berstatus kontrak sekitar 0,51 persen, berstatus sewa 6,58 persen, sisanya adalah yang berstatus dinas atau bebas biaya sewa sekitar 14,75 persen. 17. Persentase rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan (rumah dengan luas lantai per kapita minimal 10 m2) sekitar 68,66 persen sedangkan yang tidak memenuhi standar kesehatan sekitar 31,34 persen 18. Rumah tangga di Kabupaten Banjar yang mampu mengakses kesumber air minum bersih sekitar 45,14 persen, yang mampu mengakses air minum kemasan dan isi ulang sekitar Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
102
BAB IX PENUTUP
7,08 persen sedangkan sekitar 47,78 persen rumah tangga masih mengkonsumsi air minum yang bersumber dari sumur tak terlindung, mata air, air sungai dan lainnya. 19. Rumah tangga yang menggunakan tangki septik sudah relatif banyak yaitu mencapai 47,49 persen, akan tetapi masih ada sekitar 38,45 persen yang memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan akhir tinja. 20. Pada Tahun 2011 nilai empat komponen dasar pembentuk IPM Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut Angka Harapan Hidup sekitar 65,68 tahun, Angka Melek Huruf sekitar 96,06 persen, Rata-rata Lama Sekolah sekitar 7,26 tahun dan Pengeluaran Riil Perkapita Pertahun sekitar 645,99 ribu rupiah.
21. Nilai IPM Kabupaten Banjar pada tahun 2011 adalah 71,35 persen dengan nilai reduksi shortfall sekitar 1,41 persen, IPM Kabupaten Banjar termasuk dalam kelompok menengah atas dan
menempati
urutan
ke-5
jika
dibandingkan
Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Banjar Tahun 2011
103