Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DAN KERBAU DALAM MENDUKUNG PSDS/K 2014 DI KABUPATEN LEBAK (Carrying Capacity of Forage and Crop Waste for Development of Buffalo and Cattle to Support Meat Self Sufficiency in 2014 in Lebak District) ELIZABETH JUARINI1, SUMANTO1, B. WIBOWO1 dan SURATMAN2 1
2
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor
ABSTRACT To support self-sufficiency in meat in 2014, a study on carrying capacity of forage and crops waste production for ruminant development was conducted in Lebak district, Banten Province in 2009. Value of the carrying capacity is obtained from the calculation of the production of food crops, plantations and other agricurtural waste. Information collected consisted of secondary and primary data obtained from Animal Husbandry and other related Institutions and verification in the field. Using the method of carrying capacity analysis developed by ASHARI et al. (2003), it is known that the Index of Carrying Capacity (IDD) of forage and crops in Lebak district can accommodate as many as 89,791 Livestock Unit (ST) of ruminant. Ruminant populations have reached 40,048 ST, so that the capacity of ruminants can still be added to accommodate as many as 49,743 ST. If the ability to accommodate additional capacity is intended to support the development of cattle and buffalo population with the percentage ratio of 50% each, then their population in Lebak district can be added approximately 31,089 head of buffaloes and 35,531 head of beef cattle. Key Words: Carrying Capacity, Forage Production, Ruminant ABSTRAK Untuk mendukung swasembada daging tahun 2014, suatu penelitian mengenai daya dukung tanaman hijauan pakan ternak ruminansia telah dilakukan di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten pada tahun 2009. Nilai daya dukung tersebut diperoleh dari hasil perhitungan terhadap produksi tanaman pangan, perkebunan dan limbah pertanian baik yang diperoleh dari data sekunder maupun informasi dari hasil, verifikasi di lapangan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Indeks Daya Dukung (IDD) hijauan pakan di Kabupaten Lebak dapat menampung sebanyak 89.791 Satuan Ternak (ST). Populasi ruminansia saat ini baru mencapai 40.048 ST, sehingga kapasitas tambah untuk ruminansia masih bisa menampung sebanyak 49.743 ST. Apabila kemampuan kapasitas tampung tambahan tersebut diperuntukan pengembangan populasi sapi dan kerbau dengan persentase perbandingan masing-masing 50%, maka di Kabupaten Lebak masih mampu menampung penambahan ternak kerbau sebanyak sekitar 31.089 ekor dan 35.531 ekor sapi potong. Kata Kunci: Daya Dukung, Hijaun Pakan, Ruminansia
PENDAHULUAN Untuk yang ketiga kalinya, Pemerintah bertekad bahwa pada tahun 2014, Indonesia dapat berswasembada daging sapi dan kerbau melalui Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK). Swasembada ditengarai dengan penurunan impor setara daging sapi
292
yang cukup tajam yakni hanya menjadi < 10% dari kenyataan yang sekitar 30%. Penurunan importasi setara daging dari sekitar 120 ribu ton pada tahun 2010 menjadi 46,6 ribu ton pada tahun 2014. Penekanan importasi daging sapi tidak berarti kita mampu menekan impor daging sapi tanpa melihat perkembangan populasi sapi potong di dalam negeri, tetapi dalam kerangka
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
bahwa agribisnis sapi potong (pembibitan dan penggemukan) harus berdaya saing dan berkelanjutan (DITJENNAK, 2009). Kerjasama antar stakeholder yang terkait dengan penentu kebijakan dan pelaku usaha dari tingkat pusat sampai daerah sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan program swasembada daging sapi dan kerbau yang berkelanjutan. Untuk mencapai target pemerintah tersebut, hampir semua propinsi diwajibkan melakukan upaya untuk mendukungnya. Sejalan dengan itu, pada umumnya Pemerintah Daerah mengutamakan pengembangan sapi potong dan akhir-akhir ini ternak kerbau dalam upaya meningkatkan produksi daging sebagai langkah strategis untuk mencapai swasembada daging tersebut. Provinsi Banten merupakan salah satu dari 10 provinsi yang memiliki populasi ternak kerbau terbanyak di Indonesia, dimana di Kabupaten Lebak merupakan wilayah sumber bibit kerbau, dengan populasinya sekitar 54.000 ekor. Sementara untuk pengembangan sapi di provinsi Banten pada umumnya dan di Kabupaten Lebak pada khususnya bukan menjadi prioritas utama meskipun tetap ada upaya kearah tersebut (DISNAK KABUPATEN LEBAK, 2009). Hal ini disebabkan: (1) Peternak di wilayah Banten sangat kurang terbiasa dengan pemeliharaan sapi; (2). Keadaan tersebut didukung pula oleh kebiasaan masyarakat yang lebih menyukai daging kerbau dibanding daging sapi. Oleh karena itu, pemeliharaan sapi oleh peternak kurang diminati dan sebagai konsekuensi logis pengembangan sapi lebih tertinggal. Namun untuk mengembangkan populasi ternak sapi dan kerbau di suatu wilayah diperlukan pengetahuan terhadap potensi wilayah, khususnya ketersediaan pakan hijauan dalam mendukung peningkatan populasi ternak yang akan dikembangkan dan berapa besar potensi wilayah dapat menampung ternak ruminansia. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui Indeks Daya Dukung hijauan pakan di Kabupaten Lebak dalam mendukung pengembangan ternak sapi dan kerbau. MATERI DAN METODE Daya dukung wilayah terhadap peternakan tradisional adalah kemampuan wilayah untuk
menghasilkan hijauan yang dapat mencukupi bagi kebutuhan sejumlah ternak, baik dalam bentuk segar maupun kering tanpa melalui pengolahan dan tambahan khusus. Sedangkan daya dukung potensial adalah kemampuan lahan untuk menghasilkan hijauan pakan berupa peluang-peluang pengembangan budidaya dan pengolahannya. Kebutuhan hijauan pakan adalah jumlah hijauan yang diperlukan untuk menunjang proses kehidupan ternak, kebutuhan hijauan pakan ini dapat dihitung dengan menghitung kebutuhan pakan minimum. Kebutuhan pakan minimum untuk ternak ruminansia dalam satu satuan ternak (ST) dihitung menurut (THAHAR, et al., 1996; THAHAR, et al., 1997 dan THAHAR, et al., 2003). Rumus yang digunakan untuk mendapatkan angka kebutuhan minimum ternak per tahun persatuan ternak adalah: K = 2,5% × 50% × 365 × 259 kg = 1,14 ton BKC dimana K adalah kebutuhan minimum untuk 1 ST dalam ton bahan kering tercerna selama setahun; 2,5%: kebutuhan minimum jumlah bahan kering ransum hijauan terhadap bobot badan; 50%: rataan daya cerna berbagai jenis hijauan pakan; dan 365: jumlah hari dalam setahun dan 250 adalah jumlah biomasa untuk satuan ternak. Selanjutnjya angka Indeks Daya Dukung (IDD) suatu wilayah dapat diperoleh dari total persediaan pakan hijauan (dalam Bahan Kering Tercerna) dibagi total kebutuhan pakan dalam BKC (Bahan Kering Cerna). Sedangkan Total Kebutuhan pakan merupakan perkalian daritotal populasi dengan 1,14 ton BKC. Sementara angka Kemampuan suatu wilayah untuk mendukung pengembangan ternak ruminansia diperoleh dari hasil perkalian total populasi dengan nilai IDD dibagi nilai batas aman pakan ternak yang mendukung ternak cukup pakan dalam setahun. Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada tahun 2009. Data yang dikumpulkan meliputi, populasi ternak ruminant, luas penggunaan lahan, luas lahan tanaman pangan, perkebunan dan lahan penggembalaan dan juga melakukan verifikasi lapangan. Untuk mengetahui keseimbangan ketersediaan lahan dan daya tampung ternak diperlukan nilai indek Daya dukung (IDD) dengan metoda yang dikembangkan oleh ASHARI, et al. (2003). IDD adalah angka yang menunjukkan status nilai daya dukung suatu wilayah.
293
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan umum Terletak di antara 105° 25’ – 106° 30’ Bujur Timur 6°18’ – 7°00’ Lintang Selatan dengan jumlah penduduk sekitar 1.234.000 jiwa, kabupaten ini merupakan sumber ternak kerbau untuk Provinsi Banten. Letak geografis yang tidak terlalu jauh dari ibu kota (± 60 km) selayaknyalah kalau kabupaten ini mampu menjadi salah satu daerah penyangga bagi kebutuhan daging ibukota. Kabupaten Lebak berbatasan dengan Kabupaten Serang di sebelah utara, dengan Kabupaten Pandeglang di sebelah barat, dengan Kabupaten Bogor Tangerang dan Sukabumi di sebelah timur serta samudra Hindia di sebelah selatan. Dengan demikian kabupaten ini dapat merupakan wilayah penyangga untuk kebutuhan daging bagi wilayah sekitarnya termasuk Jakarta. Luas wilayah Kabupaten ini mencapai 304.472 ha atau 3.044,72 km2, dengan ketinggian 0 sampai 200 m, untuk wilayah sepanjang pantai selatan, 201 sampai 500 m untuk wilayah Lebak Tengah dan 501 sampai 1000 m untuk wilayah Lebak Timur dengan puncaknya yaitu gunung Halimun dan Sanggabuana (BPS, 2009). Populasi ternak Jumlah sebaran populasi ternak ruminansia di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1. Populasi ternak di Kabupaten Lebak Populasi (ekor)
Jenis ternak
2007
Sapi potong
4.062
Kerbau
2008 4.469
% Pertumbuhan 10,02
54.091
54.915
1,52
Kambing
193.470
196.097
12,36
Domba
164.226
166.819
1,58
Sumber: DISNAK KABUPATEN LEBAK (2009)
Dari Tabel 1 diperlihatkan bahwa populasi ternak ruminansia besar terbanyak adalah kerbau dan disusul ternak sapi. Tetapi untuk
294
perkembangannya per tahun ternyata ternak sapi dapat mencapai 10% dan kerbau hanya 1,5%. Sementara itu perkembangan ternak riminansia kecil, kambing mencapai 12,3% dan domba hanya 1,5%. Populasi sapi potong di kabupaten Lebak tersebar utamanya di 10 kecamatan (Malimping, Wanasalam, Cileles, Cibadak, Bitung, Bayak, Banjarsari, Bojongmanik Cibeber dan Cikulur) dengan total populasi sapi potong sebanyak 4.469 ekor. dimana kecamatan Cileles memiliki populasi sapi potong terbesar (455 ekor), Meskipun populasi ternak sapi potong tidak cukup besar yakni hanya 10% dari populasi ternak kerbau, Namun apabila dikembangkan akan memiliki peranan cukup penting dalam mendukung produksi daging sapi bagi kabupaten Lebak maupun daerah lain karena sebagian besar luasan lahan merupakan perkebunan kelapa sawit yang banyak dimanfaatkan peternak sebagai lokasi penggembalaan, apalagi dalam rangka mewujudkan target nasional untuk mencapai swasembada daging di tahun 2014, perlu dilakukan terobosan-terobosan untuk mempercepat pengembangan sapi potong disamping kerbau yang sudah merupakan icon di Kabupaten Lebak ini. Dalam kaitan pengembangan sapi potong, Kabupaten Lebak termasuk wilayah baru, karena sampai sekarang, wilayah ini masih merupakan sumber bibit atau kantung produksi ternak kerbau (KUSNADI, et al., 2007). Pengembangan sapi potong di kawasan perkebunan sawit telah banyak dilakukan dan cukup berhasil sebagaimana dilaporkan oleh ASHARI, et al. (2009) dan MATHEUS, et al. (2008) dan MATHEUS, et al. (2009) di propinsi Bengkulu dan Riau. Pemeliharaan ternak sapi potong masih dilakukan secara tradisional, meskipun pelatihan dan penyuluhan dari dinas terkait telah dilakukan. Peternak belum mampu menerapkan teknologi yang telah dipelajari disebabkan pola usaha ternak sapi masih bersifat sampingan dan berskala kecil serta peran ternak sapi masih sebagai tabungan. Pencatatan produksi dan perkawinan ternak belum dilakukan, sehingga informasi yang diperoleh hasil wawancara berdasarkan daya ingat peternak.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Potensi lahan dan tanaman Ragam kepemilikan lahan 0,5 – 1 ha per petani yang terdiri dari sawah tadah hujan dan kebun tanaman pangan (singkong, jagung, kacang tanah). Peternak/kelompok peternak tidak memiliki padang penggembalaan dengan komposisi dominan hijauan pakan ternak, tetapi kawasan perkebunan sawit dapat digunakan sebagai area penggembalaan dengan persetujuan pemilik perkebunan. Selain perkebunan sawit, limbah pertanian dan perkebunan lain juga merupakan bahan pakan ternak yang potensial apabila dimanfaatkan dengan baik mengingat mata pencaharian utama penduduk adalah berasal dari sektor pertanian (padi) perkebunan tanaman pangan (BPS, 2009), Tabel 3 dan 4 menyajikan potensi luas penggunaan lahan dan produksi hijauan pakan/ limbah tanaman pangan di Kabupaten Lebak. Sementara itu total produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Lebak secara keseluruhan dapat dirangkum sebagai tersebut pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Produksi perkebunan (ton)/tahun komoditi di Kabupaten Lebak Komoditas Cengkeh
Produksi (ton) 894.000
Aren
1.308.250
Kakao
1.240.250
Kapolaga Kapuk Karet Kayu manis
0 13.760 5.664.830 0
Kelapa
12.347.590
Kelapa sawit
27.396.440
Kopi
per
500.150
Sumber: DISBUN KABUPATEN LEBAK (2009)
Indeks daya dukung (IDD) dan kapasitas tambah Tabel. 5. berikut ini menyajikan nilai daya dukung pakan hijauan alami, kemampuan wilayah, kapasitas tampung dan penambahan ternak ruminansia Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Populasi ternak ruminansia di Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai 40.048 Satuan Ternak (ST) atau sekitar 57.211 ekor dengan catatan 5 kecamatan tidak lengkap datanya , dimana populasinya didominasi oleh kerbau (sekitar 51.000 ekor) atau hampir 90% dari total populasi ruminansia di Kabupaten Lebak. Ternak kerbau yang menyebar di seluruh wilayah kabupaten dari daerah pedalaman yang didominasi perkebunan sawit (kecamatan Maja) sampai wilayah pesisir selatan (kecamatan Malimping), sementara populasi sapi hanya sekitar 10% dari populasi kerbau. Analisis IDD hijauan pakan di Kabupaten Lebak seperti yang tertera pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa kemampuan daya tampung wilayah adalah 89.791ST. Sementara populasi ruminansia saat ini baru mencapai 40.048 ST, sehingga kapasitas tambah untuk ruminansia masih bisa menampung sebanyak 49.743 ST. Apabila kemampuan kapasitas tampung tambahan tersebut diperuntukan pengembangan populasi sapi dan kerbau dengan persentase perbandingan masing-masing 50%, maka di Kabupaten Lebak masih mampu menampung penambahan ternak kerbau sebanyak sekitar 31.089 ekor dan 35.531 ekor sapi potong. Untuk menambah populasi kerbau di wilayah ini, perlu dipertimbangkan bahwa masing-masing kecamatan juga terdapat keterbatasan kemampuan kapasitas tampungnya. Apabila di Kecamatan tertentu populasi ternak ruminansianya sudah melampaui kapasitas tampungnya, maka peternak akan mencari hijauan pakan di wilayah desa lainnya atau mungkin telah memasukkan pakan tambahan lainnya berupa konsentrat. Dengan demikian peternak tentu akan mengeluarkan biaya korbanan yang lebih besar. Pada kenyataannya sumberdaya pakan yang berasal dari limbah pertanian (tanaman pangan dan perkebunan), selama ini di Kabupaten Lebak belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak, dan umumnya masih diasumsikan sebagai limbah dan bahkan tidak memberikan dampak positif bagi kelestarian lingkungan (ekosistem). Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan melalui pola terintegrasi secara vertikal maupun horizontal akan mampu membantu dalam mengatasi kekurangan pakan ternak yang merupakan hambatan utama dalam program pengembangan
295
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
peternakan di wilayah yang memiliki nilai IDD rendah dan terdesaknya areal penggembalaan/ sumber pakan. Sumberdaya pakan yang berupa biomasa seperti jerami padi, limbah palawija dan perkebunan, hasil samping agroindustri dan lainnya, merupakan bahan baku murah dan mudah didapat sebagai sumber pakan ternak. Biomasa ini biasanya mempunyai kandungan gizi yang sangat rendah, serta adanya kandungan faktor anti nutrisi. Melalui teknologi amoniasi dan fermentasi dengan mikroba lokal, ternyata masalah tersebut dapat diatasi dengan cara yang mudah dan murah, serta dapat
diaplikasikan pada tingkat peternakan rakyat (HARYANTO et. al., 2002). Keterbatasan sumberdaya lahan dapat diatasi dengan menerapkan pola integrated farming system seperti crop livestock systems, melalui pendekatan zero waste dengan menggabungkan beberapa sub sektor usaha atau multi komoditas yang merupakan model diversifikasi usahatani di pedesaan. Dengan demikian meskipun suatu wilayah daya dukungnya rendah rendah dengan nilai IDD kurang dari 2, dapat diatasi pula dengan cara integrasi beberapa tanaman dalam suatu sistem usahatani.
Tabel 3. Luas penggunaan lahan Kabupaten Lebak (ha) Kecamatan
Lahan Sawah
Perkebunan
Padang rumput
Hutan rakyat
Malimping
3571
Wanasalam
4524
2981
423
150
253
0
22
1003
3678
0
556
14
0
Panggarangan
1844
Cihara
1224
1107
3955
2993
241
2554
5610
0
1220
2005
871
45
2951
0
Bayah
0
995
3709
1321
1064
45
3036
0
482
2073
309
2951
1601
460
0
593
317
356
Cibeber
4009
468
8966
3540
2850
0
1983
0
169
Cijaku
1177
162
752
904
995
88
700
0
54
Cigembong
2484
42
1574
1029
433
15
1599
0
286
Banjarsari
1805
576
4111
1637
3323
132
1446
144
0
Cileles
1523
647
2824
1810
3961
0
573
59
0
756
436
4567
588
1148
0
587
683
0 0
Tegalan
Huma
884
423
1792
1102
1107 309
3605
Cilograng
Gn. Kencana Bojongmanik
Pekarangan
Lahan bera
Lainlain
739
320
1136
852
980
570
1442
976
1154
288
1812
852
756
0
983
0
0
807
353
2486
1644
1841
0
4434
0
998
1446
316
678
688
480
0
1326
185
0
Sobang
955
232
405
668
598
41
1268
0
0
Cipanas
3292
143
638
2919
1017
11
989
6
0
859
240
226
925
609
0
1974
0
0
Sajira
1988
350
3051
793
1116
120
1728
713
254
Cimarga
1318
625
1515
1028
3339
49
2692
1953
375
Cikulur
1683
958
2145
39
910
9
182
54
494
Warunggunung
1793
988
990
171
0
0
840
0
83
Cibadak
1398
1101
505
505
0
126
383
82
0
Rangkasbitung
1116
1844
1065
344
737
0
185
0
0
Kalang Anyar
576
238
533
112
254
0
239
20
185
Maja
1420
500
1233
1701
0
16
483
80
541
Curugbitung
1952
315
2113
407
557
61
535
1202
89
51091
16538
53837
36022
35393
1719
36514
12098
4388
Cirenten Leuwidamar Muncang
Lebakgedong
Jumlah
Sumber: BPS (2009)
296
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 4. Produksi (ton) per tahun tanaman pangan Kabupaten Lebak Kecamatan
Padi sawah
Padi gogo
Jagung
Ubi kayu
Ubi jalar
Kacang tanah
Kacang kedele
Kacang hijau
Malimping
25921
1943
1160
3106
1131
167
4
101
Wanasalam
31080
1279
640
2749
384
30
7
0
Panggarangan
15710
855
165
456
5
30
0
0
Cihara
10874
1900
693
848
138
102
0
0
Bayah
17590
1424
592
930
123
140
14
28
Cilograng
17271
1805
803
1046
188
134
25
27
Cibeber
30917
886
655
368
44
9
4
0
Cijaku
10995
2275
436
941
106
10
5
2
Cigembong
7128
501
676
2002
200
4
0
1
Banjarsari
16082
2443
854
1038
115
23
0
0
Cileles
16537
1535
1017
1640
73
23
72
5
7793
2453
533
2245
380
0
0
1
Gn. Kencana Bojongmanik
8458
686
416
271
0
7
2
9
10533
418
233
329
69
25
10
13
Leuwidamar
8351
1774
627
2333
238
49
16
3
Muncang
8110
610
217
957
61
18
2
0
Sobang
9404
686
168
682
91
10
2
2
Cipanas
27987
0
498
3985
836
7
14
4
7779
0
0
945
99
0
0
0
Sajira
19146
477
181
543
107
99
0
0
Cimarga
11120
1922
475
338
88
21
91
17
Cikulur
14468
46
58
577
0
2
0
0
Warunggunung
15979
0
115
352
170
54
0
0
Cibadak
11767
66
95
319
60
25
0
1
Rangkasbitung
16303
517
386
604
200
51
7
17
Cirenten
Lebakgedong
Kalang Anyar
7381
0
6
79
0
0
0
0
11768
435
375
392
125
66
20
24
7794
342
212
674
254
44
0
0
404246
27278
12286
30749
5285
1150
295
255
Maja Curugbitung Jumlah
Sumber: BPS (2009)
297
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 5. Nilai IDD, Kemampuan wilayah dan kapasitas penambahan ternak ruminansia di Kabupaten Lebak Provinsi Banten
IDD
Total Persediaan Pakan (BKC ton/tahun)
Malimping
7,6
2.263.226
299.039
496.321
262.315
234.006
Wanasalam
10,6
2.208.355
208.101
484.288
182.545
301.743
Panggarangan
7,5
2.554.595
338.694
560.218
297.100
263.118
Cihara
5,7
1.428.637
250.447
313.298
219.690
93.608
Bayah
14,7
2.100.134
143.104
460.556
125.530
335.026
Cilograng
25,9
1.931.482
74.596
423.571
65.435
358.136
Cibeber
17,6
3.583.446
203.598
785.843
178.595
607.248
Kecamatan
Cijaku
Total Kebutuhan (BKC ton/ tahun)
Kemampuan Wilayah (ST)
Populasi Ruminansia (ST)
Kapasitas Penambahan (ST)
tad
1.130.978
tad
tad
tad
tad
Cigemblong
16,3
1.046.780
64.159
229.557
56.280
173.277
Banjarsari
21,3
2.110.244
98.958
462.773
86.805
375.968
Cileles Gunungkencana Bojongmanik Cirenten Leuwidamar
8,0
1.841.337
229.368
403.802
201.200
202.602
48,1
1.623.470
33.733
356.024
29.590
326.434
6,1
1.040.088
170.390
228.090
149.465
78.625
34,1
1.013.612
29.754
222.283
26.100
196.183
tad
1.492.731
tad
tad
tad
tad
11,2
806.372
72.213
176.836
63.345
113.491
Sobang
3,4
754.152
223.885
165.384
196.390
-310,06
Cipanas
100.662
432.400
88.300
344.100
tad
tad
tad
Muncang
19,6
1.971.746
Lebakgedong
tad
606.351
Sajira
4,2
1.727.349
409.414
378.805
359.135
19.670
Cimarga
10,9
1.625.956
149.203
356.569
130.880
225.689
Cikulur
4,0
1.097.501
274.814
240.680
241.065
Warunggunung
tad
1.023.873
tad
tad
tad
tad
Cibadak
2,1
816.086
383.661
178.966
336.545
-1575,79
Rangkasbitung
7,8
1.159.266
149.203
254.225
130.880
123.345
Kalanganyar
1,7
454.776
274.814
99.732
241.065
-1413,33
Maja
tad
1.178.191
81.829
tad
tad
Curugbitung
2,8
1.088.274
383.661
238.656
336.545
Jumlah
9,0
416.790.091
46.473.012
8.979.195
40.048*
tad
-3,85
-978,89 4.974.395
* Tidak termasuk kecamatan-kecamatan yang tad (tidak ada data); ST: Satuan ternak (ASHARI et al., 2003)
KESIMPULAN Secara keseluruhan Kabupaten Lebak mempunyai nilai IDD 9,0 artinya wilayah ini menyediakan pakan hijauan alami yang cukup untuk menjamin ketersediaan pakan hijauan untuk ternak ruminansia yang ada. Untuk masing-masing kecamatan hanya 4 kecamatan (Kalanganyar, Cibadak, Cibitung dan Sobang)
298
yang merupakan wilayah kritis artinya untuk mencukupi kebutuhan ternak di wilayah itu diperlukan usaha penyediaan pakan diluar ketersediaan pakan alami (misalnya dengan budidaya rumput unggul atau pengolahan pakan asal limbah pertanian). Kabupaten Lebak pada saat ini masih mampu menampung minimum 49.743.95 ST ruminansia.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
DAFTAR PUSTAKA DITJEN PETERNAKAN. 2010. Blue Print PSDS. Direktorat Jenderal Departemen Pertanian RI, Jakarta. 2009 ASHARI, E. JUARINI, SUMANTO, B. WIBOWO, SURATMAN dan KUSUMO DIWYANTO. 1996. Buku Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Edisi Tahun 1996. Balai Penelitian Ternak, Bogor. ASHARI, E. JUARINI, SUMANTO, B. WIBOWO, SURATMAN dan KUSUMO DIWYANTO, 1997. Buku Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Edisi Tahun 1997. Balai Penelitian Ternak, Bogor. ASHARI, E. JUARINI, SUMANTO, B. WIBOWO dan SURATMAN, 2003. Buku Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Edisi 2003. Balai Penelitian Ternak Bogor ASHARI, E. JUARINI dan I.W. MATHEUS. 2009. Analisis kelayakan penggunaan pakan komplit berbasis bahan baku limbah kelapa sawit untuk ternak sapi. Laporan Penelitian. Edisi Khusus Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor
MATHEUS, I.W., U. ADIATI dan HASTONO. 2009. Optimalisasi kualitas dan pemanfaatan bis terkoreksi untuk sapi yang diberi pakan dasar rumput alami dan atau pelepah sawit. Laporan Penelitian. Edisi Khusus Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor. BPS. 2009. Kabupaten Lebak Dalam Angka Tahun 2009. Badan Pusat Statistik. DISNAK KABUPATEN LEBAK. 2009. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Lebak Tahun 2009. Dinas Peternakan Kabupaten Lebak DISBUN KABUPATEN LEBAK. 2009. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Kabupaten Lebak Tahun 2009. DISHUT KABUPATEN LEBAK. 2009. Laporan Tahunan Dinas Kehutanan Kabupaten Lebak Tahun 2009. HARYANTO, B., I. INOUNU, B. ARSANA dan K. DIWYANTO. 2002. Panduan Teknis. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian KUSNADI, U., L. PRAHARANI, E. JUARINI, A. THAHAR dan I. HERDIAWAN. 2007. Analisa Efisiensi Usaha Ternak Kerbau. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian DIPA. Tahun Anggaran 2007. Edisi Khusus Buku I. Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
299