Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Subtema Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku Kelas IV Sekolah Dasar Nurul Agustin Universitas Muhammadiyah Gresik email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan di SDN Jatikalang II Krian dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IVA dan IVB tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD dan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan bentuk desain penelitian pretest-posttest control group design. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi dan soalsoal keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Butir soal variabel keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar telah diuji cobakan melalui uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach’s dengan hasil yang valid dan reliabel. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov, sedangkan uji homogenitas dan pengujian hipotesis menggunakan rumus Independent Sample t test dengan hasil kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan pada kelas kontrol. Sedangkan untuk pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa secara signifikan. Kata-kata Kunci: pendekatan saintifik, keterampilan berpikir kritis, hasil belajar. Abstract
This research was conducted at the SDN Jatikalang II Krian of Sidoarjo with the students of class IVA and IVB 2014/2015 school year as the research subjects. This study aimed to identify the effect of the scientific approach toward the critical thinking of the fourth grade students in learning and to identify the effect scientific approach toward the learning outcomes of the fourth grade students. The type of the research was experimental research with pretest-posttest control group research design. The instruments used to collect the data were observation sheet and the questions of the critical thinking and learning outcomes. The question items of the variables of critical thinking and learning outcomes have been tested out through the validity test of Product Moment and the reliability test of Cronbach’s Alpha with valid and reliable results. Kolmogorov Smirnov test was used as data normality test and the formula of independent sample t-test as homogeneity test and hypothesis testing with the results showing that the two classes were normally distributes and homogeneous. The test results of the first hypothesis showed that the activeness of the students in the experimental class was better than that in the control class. It means that there was an effect from the scientific approach toward the critical thinking of the students in learning. As for the second hypothesys testing, it was found that student learning outcomes in the experimental class were higher than that in the control
67
68
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
class. It be concluded that the scientific approach can improve the critical thinking and learning outcomes of the students significantly. Keywords: scientific approach, critical thinking, learning outcomes.
1. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan dalam Kurikulum 2013 yang digunakan dalam proses pembelajaran yang meliputi dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pendekatan saintifik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan atau salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa kelas IV SD dalam pembelajaran berupa mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menciptakan. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) sebagai sebuah tahap awal untuk melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi, merupakan bekal hidup ketika bergaul di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan di SD saat ini disinyalir belum menunjukkan indikasi ke arah pembelajaran mandiri yang mampu menyadarkan peserta didik bahwa hakikat dia belajar di sekolah adalah sebagai modal awal dalam pergaulan di masyarakat. Akan tetapi, yang terjadi di lapangan kaitannya dengan pendidikan di SD tidak lebih hanya mempersiapkan mental siswa untuk menghadapi ujian semester, sedangkan penanaman kesadaran manfaat ilmu bagi peserta didik sering kali terabaikan.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi abad 21 (Nuh, 2014). Pada abad ini, kemampuan kreativitas dan komunikasi akan menjadi sangat penting. Sejalan dengan itu, rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang ada dalam Kurikulum 2013 ditujukan untuk menciptakan kreativitas dan komunikasi. Menurut Dyers, 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari genetik. Pendidikan dijadikan salah satu upaya untuk mengembangkan kreativitas melalui penularan-penularan yakni menularkan kreativitas individu ke individu lain. Stimulus tersebut digunakan untuk membuat imajinasi baru pada individu. Hal tersebut menjelaskan bahwa kreativitas merupakan aktivitas yang dapat dipelajari bersama. Kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan SD/MI harus memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkrit. Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis dalam karya yang estetis atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, dan berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran
69
berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning) yang mencakup proses-proses yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Pencapaian kompetensi terpadu seperti rumusan di atas, menuntut pendekatan pembelajaran tematik terpadu, yaitu mempelajari semua muatan pelajaran secara terpadu melalui tematema kehidupan yang dijumpai peserta didik sehari-hari. Peserta didik diajak mengikuti proses pembelajaran transdisipliner dimana kompetensi yang diajarkan dikaitkan dengan konteks peserta didik dan lingkungannya. Materimateri muatan pelajaran dikaitkan satu sama lain sebagai satu kesatuan membentuk pembelajaran multidisipliner dan inter-disipliner untuk menghindari tumpang tindih dan ketidakselarasan antar materi mata pelajaran. Tujuannya adalah tercapainya efisiensi materi yang harus dipelajari dan efektivitas penyerapannya oleh peserta didik. Pengalaman belajar dalam Kurikulum 2013 mengarah pada pengalaman belajar yang bermakna untuk membangun sikap dan perilaku positif, penguasaan konsep, keterampilan berpikir saintifik, berpikir tingkat tinggi, kemampuan menyelesaikan masalah, inkuiri, kreativitas, dan pribadi reflektif (Permendikbud No. 65). Proses pembelajaran sebagian besar masih menjadikan anak tidak bisa, menjadi bisa. Kegiatan belajar berupa kegiatan menambah pengetahuan, kegiatan menghadiri, mendengar, dan mencatat penjelasan guru, serta menjawab secara tertulis soal-soal yang
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
diberikan saat berlangsungnya ujian. Pembelajaran baru diimplementasikan pada tataran proses menyampaikan, memberikan, mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalisis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasikan (lisan, tulis, gambar, grafik, chart, dan lain-lain). Selain itu, proses pembelajaran dilaksanakan secara berkesinambungan antara satu pertemuan ke pertemuan lainnya dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 mencirikan bahwa proses pembelajaran hendaknya terintegrasi, relevan dan bekesinambungan. Relevansi materi pada proses pembelajaran perlu diperhatikan. Untuk mengetahui relevansi materi perlu adanya analisis-analisis mengenai kebutuhan yang ada dalam diri siswa. Tanpa adanya relevansi dan integrasi pada suatu materi, siswa akan sering lupa mengenai mata pelajaran yang telah diterima pada minggu kemarin bahkan tahun lalu. Hal ini menjelaskan bahwa materi yang tidak terhubung dan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa menjadikan siswa tidak aktif dan mudah melupakan. Dalam tataran ini siswa yang sedang belajar bersifat pasif, menerima apa saja yang diberikan guru, tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dibutuhkan
70
dan diminatinya. Siswa sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia karena diberi otak, dibelenggu oleh guru. Sudah seharusnya siswa diberdayagunakan, difasilitisi, dimotivasi, dan diberi kesempatan untuk berpikir, bernalar, berkolaborasi untuk mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhannya serta diberi kebebasan untuk belajar. Pemahaman yang keliru bahkan telah menjadi “mitos” bahwa belajar adalah proses menerima, mengingat, mereproduksi kembali pengetahuan yang selama ini diyakini. Menurut Smith dalam Johnson S (1977), keterampilan berpikir adalah mencoba untuk mengembangkan kemampuannya berpikirnya. Kemampuan yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman sendiri. Pemikiran kritis dan analitis ada secara alami pada beberapa murid, tetapi bagi sebagian murid lainnya hal ini adalah perkenalan yang baru dan menarik pada kekuatan otak mereka (Johnson, 2009). Mencoba merupakan keterampilan berfikir yang cenderung mencari tahu dibandingkan diberi tahu sesuatu hal. Proses berfikir mencoba menggambarkan bahwa setiap individu memiliki imajinasi dan keinginan yang tinggi untuk mengimplementasikan apa yang telah dipahami. Setiap individu ingin secara bebas mengeksplorasi ideide yang ada pada dirinya. Kebebasan dalam mengeksplorasi ide-ide digunakan untuk melihat potensi dan kreativitanya dalam suatu hal. Karakteristik siswa SD pada masa kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) meliputi: (1) perhatiannya tertuju pada kehidupan
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
praktis sehari-hari; (2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis; (3) timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus; dan (4) anak memandang nilai sebagai aturan yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah (Ahmadi dan Prasetya, 2005). Dari karakteristik siswa SD kelas tinggi ini terlihat bahwa, diperlukan suatu kegiatan belajar (aktivitas belajar) yang dapat mendukung siswa mendapatkan hal tersebut. Menurut Hamalik (2009:171) ”dalam pengajaran modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, yaitu siswa belajar dengan bekerja untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lain, serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat”. Berdasarkan karakteristik ini, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran dengan meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Proses pembelajaran harus menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Pendekatan yang dipilih dan digunakan guru dalam mengoptimalkan proses berfikir siswa, hendaknya tidak membatasi pengetahuannya. Proses pendekatan menawarkan pengetahuan faktual dan pertukaran pengetahuan. Pengetahuan faktual akan terbentuk apabila subjek mengamati langsung objek, sedangkan pertukaran pengetahuan akan terjadi apabila subjek pernah
71
mengamati objek yang sama, namun berbeda dalam konteks permasalahan. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang dapat menghubungkan 3 domain yaitu domain sikap, pengetahuan, keterampilan. Ketiga domain tersebut dapat dibentuk melalui satu aktivitas yakni mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Melalui pendekatan saintifik setiap domain dapat dikontrol dan dikembangkan. Pada pendekatan lainnya, beberapa domain seperti sikap dan keterampilan tidak dapat dikontrol dan dinilai secara objektif. Sikap dan keterampilan perlu ditumbuh kembangkan dalam diri siswa pada setiap tema dalam pembelajaran Kurikulum 2013. Sikap-sikap ini tersurat dan tersirat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sikap dan keterampilan itu antara lain disiplin, tanggung jawab, kepedulian, perilaku patuh, tertib, mengikuti prosedur, toleran, kerjasama, santun, dan memiliki rasa ingin tahu dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial, alam belajar, serta dunia dan peradabannya. Bertolak dari hal di atas, hal yang dirasa harus segera mendapat perhatian yaitu tentang pembelajaran saintifik yang mengarahkan keterampilan berpikir kritis siswa dan mendekatkan siswa dengan dunia nyata. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakan kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Permendikbud No. 65 Thn 2013). Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Pembelajaran saintifik lebih menekankan pada penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik investigasi, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan nilainilai yang diperlukan. Model ini juga tercakup penemuan makna, organisasi, dan struktur ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
72
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Menurut Houston (1998) dalam Putra, pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memahami pernyataan dan menganalisis sehingga guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan. Siswa diharapkan mampu memberikan ide-ide tindakan yang dapat dilakukan manusia yang berhubungan dengan daur hidup hewan dan tumbuhan. Berdasarkan latar belakang tersebut dan untuk memperoleh gambaran yang lebih objektif mengenai hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis, maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Saintifik terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Subtema Keberagaman Makhluk Hidup Di Lingkunganku Kelas IV Sekolah Dasar”. 2. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen, penelitian eksperimen adalah penelitian
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di antara variabel (Maksum,2012:65), sedangkan menurut Nazir (2013:63),”eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti, sehingga penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol. Dari kedua pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang berusaha mencari sebab akibat antara variabel. Salah satu ciri utama dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment) yang dikenakan kepada subjek atau objek penelitian. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen karena penelitian ini berusaha mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Melalui metode penelitian inilah, peneliti dapat memperoleh data yang meyakinkan mengenai efek dari suatu variabel pada variabel yang lain. Penelitian eksperimen yang sederhana mengandung tiga ciri pokok, yakni: (1) adanya variabel bebas yang dimanipulasikan; (2) adanya pengendalian atau pengontrolan semua variabel lain kecuali variabel bebas; dan (3) adanya pengamatan atau pengukuran terhadap variabel sebagai efek variabel bebas. Rancangan penelitian eksperimental bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antar variabel dengan melakukan manipulasi variabel bebas. Rancangan
73
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian true experimental (eksperimen yang betulbetul) dengan teknik pretest-posttest control group design. Menurut Sugiyono (2010:112) ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk ekperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random dari populasi tertentu. Rancangan penelitian ini dimulai dengan melakukan pretest sebagai uji awal untuk mengetahui konsepsi awal siswa, selanjutnya dikenakan perlakuan dalam jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan posttest sebagai uji akhir untuk mengetahui tingkat pemahaman keberagaman makhluk hidup di lingkunganku (Sugiyono, 2012). Menurut kerlinger (1973) (dalam Sugiyono, 2010:60) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Selanjutnya menurut Kidder (1981) (dalam sugiyono, 2010:60) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Menurut Sugiyono (2012:38),”variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Variabel yang diindikasi dalam penelitian ini adalah Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi sebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Pendekatan saintifik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan atau salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa kelas IV SD dalam pembelajaran berupa mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menciptakan. Keterlaksanaan pembelajaran saintifik dapat dilakukan melalui pengamatan proses pembelajaran secara cermat dan sistematis terhadap gejala-gejala perilaku yang diteliti. Keterampilan berpikir kritis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar siswa kelas IV SD berupa kemampuan menganalisis, memahami pernyataan, mengikuti dan menciptakan argumen logis. Keterlaksanaan keterampilan berpikir kritis dilaksanakan melalui tes keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran . Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kemampuan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Keterlaksanaan hasil belajar dilakukan melalui tes hasil belajar dalam proses pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IVA dan IVB SDN Jatikalang II Krian, semester dua tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa masingmasing kelas 20 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jatikalang II Krian Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan pelaksanaan
74
penelitian direncanakan pada bulan Maret 2015. Menurut Sugiyono (2010:193) teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Berdasarkan hal tersebut, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi. Observasi ditujukan untuk mengobservasi perilaku-perilaku tertentu untuk melihat sebab akibat dari sebuah perlakuan. Pengamatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud yaitu sedang berlangsung interaksi antara guru, sumber belajar dan siswa mengikuti desain ekperimen yang telah dirancang. Tekni pengumpulan data yang selanjutnya yaitu pemberian tes meliputi pretest dan posttest hasil belajar siswa dan tes keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, Validasi dilakukan oleh pakar yang kompeten di bidangnya. Para pakar diminta untuk membuat masukan dan saran perbaikan perangkat instrumen penelitian. Validasi pada penelitian ini dilakukan melalui validasi tes hasil belajar siswa dan keterampilan berpikir kritis. Teknik pengumpulan data seringkali dihubungkan dengan data yang nantinya didapat oleh peneliti. Pada penelitian ini data yang didapatkan oleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka. Data yang berbentuk kata/dokumen/tulisan. Data kuantitatif didapatkan setelah peneliti menggunakan instrument tes sedangkan data kualitatif didapatkan setelah peneliti menggunakan instrument kualitatif. Data utama pada penelitian ini yaitu data kuantitatif,
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
sedangkan data kualitatif sebagai data pendukungnya. Sesuai dengan jenis data yang akan diperoleh serta definisi operasional karakteristik yang diamati dalam penelitian, maka instrumen penelitian yang akan digunakan adalah pengamatan: Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran pertama subtema keberagaman makhluk hidup di lingkunganku, Tes keterampilan berpikir kritis menggunakan instrumen berupa soal uraian untuk memperoleh data keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran, Tes hasil belajar : Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data pretest dan posttest hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Untuk menganalisis hasil penelitian yang diberikan oleh dua orang pengamat pada lembar pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran. Perangkat pembelajaran dianalisis melalui lembar keterlaksanaan pembelajaran dengan kategori tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), baik (nilai 3), dan sangat baik (nilai 4). Tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan sebagai soal uraian, Analisis ketuntasan pembelajaran siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran Berdasar ketetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari SDN Jatikalang II Krian, siswa dinyatakan tuntas hasil belajarnya apabila jawaban benar siswa ≥ 75. Dalam menganalisis validitas item soal peneliti menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Penelitian menggunakan program SPSS
75
17 untuk menganalisis validitas. Kriteria yang digunakan untuk menentukan validitas instrumen adalah (r) ≥ 0,30 maka item pertanyaaan harus diganti, direvisi, atau dihilangkan (Wiyono,2007). Validitas yang digunakan peneliti yaitu validitas eksternal. Menurut Sugiyono (2010: 364) validitas eksternal berkenaan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Hasil dari validitas eksternal nantinya dijadikan pengambilan keputusan mengenai kebenaran data dengan ketentuan sampel yang representatif, instrumen, cara pengumpulan data dan analisis yang benar. Untuk menghitung uji reliabilitas item soal seluruh tes peneliti menggunakan rumus Spearman-Brown Penelitian ini menggunakan program SPSS 17 untuk menganalisis reliabilitas melalui rumus Alpha dari Cronbach’s. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. (Sugiyono, 2010:364). Kriteria yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrument adalah reliabilitas di atas 0,6. Berarti suatu instrumen dikatakan reliabel apabila mempunya nilai koefisien Alpha Conbach’s sekurang-kurangnya 0,6. Suatu data yang reliabel memiliki konsistensi yang tinggi dan cenderung valid. Uji normalitas menggunakan bantuan computer program SPSS 17 pada taraf signifikansi normal. Uji normalitas data merupakan alat yang digunakan untuk menguji data yang tersebar atau distribusikan pada suatu tempat. Sebaran
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
data dapat dilihat pada normal Q-Q Plot atau plot normal . Data yang tersebar berupa data hasil belajar siswa. Uji Homogenitas kriteria pengujian digunakan pada taraf signifikansi 5%. Menurut Sudjana (2005:261) Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan beberapa buah rata-rata dari populasi. Homogenitas digunakan setelah data diketahui normalitasnya. Kesamaan beberapa buah rata-rata dari populasi digunakan untuk menunjukkan keaslian dan bervariasinya populasi. Untuk pengujian hipotesis analisis yang digunakan untuk menguji menggunakan analisis statistik inferensial. Statistik yang digunakan adalah uji t. Kemudian hasil tersebut diuji dengan perumusan statistik menggunakan program SPSS versi 17. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pretest sebagai uji awal untuk mengetahui konsepsi awal siswa, Selanjutnya dikenakan perlakuan dalam jangka waktu tertentu untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis siswa. Kemudian dilakukan posttest sebagai uji akhir untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada subtema lingkungan tempat tinggalku. 3.HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel uji dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang diuji yaitu kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran langsung atau kontrol dan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran saintifik . Dari tabel diperoleh nilai signifikan berturut-turut sebesar 0,615 dan 0,787, karena kedua kelompok penguji memiliki nilai
76
signifikansi > 0,05 atau > 5% maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada masing-masing kelompok adalah berdistribusi normal. Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh nilai sebesar 0,788 karena angka signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah homogen. Sementara, dari tabel 4.15 diperoleh F sebesar 0,073 dengan 0,0788 < α (0,05), maka Ho diterima, berarti kedua sampel sama (homogen). Hasil analisis dengan uji independent sample t diperoleh sig. sebesar 0,000 < α (0,05) hasil , kemudian hasil thitung dikonsultasikan dengan ttabel untuk uji satu pihak dimana ttabel 1,684 (N=40) karena thitung > ttabel berarti hasil kedua sampel berbeda secara signifikan. Dalam taraf kepercayaan 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis menggunakan pembelajaran saintifik lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan keterampilan berpikir kritis menggunakan pembelajaran langsung. Seperti yang dikemukakan 0leh Rouseau (dalam Sadiman) yang memberikan penjelasan bahwa “dalam kegiatan belajar mengajar segala pengetahuan baru diperoleh dengan pengamatan atau pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran saintifik berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan tabel uji dapat diketahui bahwa kedua kelompok yaitu kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
saintifik dengan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran langsung tabel nilai signifikansinya masing-masing sebesar 0,605. Kelompok pengujian tersebut memiliki nilai signifikan 0,05 Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar berdisrtribusi normal. Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,530 karena angka signifikasi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varians sampel adalah homogen. Hasil analisis dengan uji independent sample t diperoleh hasil thitung = 7,372 dengan sig. sebesar 0,000 < α (0,05). Berdasarkan hasil di atas, maka telah terbukti bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik secara signifikan. Ini berarti keterampilan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Dengan signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hasil belajar siswa kelas IV SD pada subtema keanekaragaman makhluk hidup di lingkunganku pembelajaran pertama dengan pembelajaran saintifik lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan hasil belajar dengan pembelajaran langsung. 4. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran saintifik mempunyai pengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang telah dilakukan. Siswa mampu mengidentifikasi setiap informasi
77
yang diterimanya lalu mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis. Siswa juga mampu mengemukakan pendapat dengan cara yang terorganisasi jika dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Hasil analisis dengan uji independent sample t diperoleh sig. sebesar 0,000 < α (0,05) hasil , kemudian hasil thitung dikonsultasikan dengan ttabel untuk uji satu pihak dimana ttabel 1,684 (N=40) karena thitung > ttabel berarti hasil kedua sampel berbeda secara signifikan. Dalam taraf kepercayaan 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada pembelajaran saintifik siswa mempunyai keinginan untuk mencari tahu lebih besar. Hal ini terlihat bahwa, siswa aktif mengajukan pertanyaan. Sementara untuk pembelajaran langsung, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pembelajaran saintifik juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini karena siswa mempunyai aktivitas belajar yang tinggi sehingga hasil belajar yang diperoleh meningkat. Melihat kondisi awal yang tidak terlihat berbeda antara kelas kontrol dan eksperimen seperti yang terdapat pada hasil pretest antara kelas kontrol dan eksperimen. Hasil analisis dengan uji independent sample t diperoleh hasil thitung = 7,372 dengan sig. sebesar 0,000 < α (0,05). Setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran saintifik, hasil posttest menunjukkan ada perbedaan. Dari kedua analisis dapat disimpulkan bahwa pembelajaran saintifik lebih mempunyai pengaruh yang besar dibanding dengan pembelajaran
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
langsung. Pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. 5. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A dan Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Akhmad, Sudrajat. 2013. Pendekatan Saintifik Ilmiah dalam Pembelajaran. Brookhant, S. 1978. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom. California: Sage Publication. Clelan. Tanpa Tahun . “Critical Thinking in Elementary Physical Education”. ProQuest. Diunduh tanggal 30 September 2014. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Panduan KTSP. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal sekolah Dasar. Jakarta. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan pengembangan. Desi. 2012. Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar melalui Pendekatan Saintifik terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (Tesis magister pendidikan tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Surabaya. Ennis, R.H. 1996. Critical Thinking. University of Illionis. Furchan, Arief. 1982. Pengantar penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
78
Hadi, S. (2001). Statistik: Jilid 2. Yogyakarta: Andi Hamalik, Oemar, 1983. Metode dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung. Tarsito Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hulfian, Lulu. 2010. Teori-Teori Pembelajaran (Tugas mata kuliah tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Surabaya. Johnson, LouAnne. 2009. Teaching Outside the Box. Newyork: A Harvest Book. Johnson, S. and Siegel, H. 1977. Teaching Thinking Skills. Cambridge: Porpoise Books. Kartono,Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Tema 3 Keanekaragaman makhluk hidup di lingkunganku. Jakarta: Kemdikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud Nomor 65: Standar Proses. Jakarta: Kemdikbud M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017
Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia Maksum, A. 2012. Metodologi Penelitian. Surabaya: Unesa University Press. Mustaji. 2014. “Application of Problem Based Learning in Higher Education”. Dalam The Journal of Social Studies Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Education. Vol 3 Maret. Nazir. 2013. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press. Putra, S. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: Diva Press. Ratumanan, T. dan Laurens, T. 2011. Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan. Surabaya: Unesa Universitiy Press. Sanjaya, Wina. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Sapriya. 2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Siswono, T.Y.E. (2008). Meningkatakan kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. (online). Tersedia di http://suaraguru.wordpress.com Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Sumadi, Suryabrata, 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajawaliPress
79
Sugiyono.
2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, A. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sujarwanto, Agus. (2005). Ikhtiar Ke arah Implementasi Pendekatan Saintific (scientific approach) dalam Pembelajaran di Sekolah. Prosiding, FKIP UM Metro, 126-137 Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Wahyu. 2009. “Pembelajaran Aktivitas Bermain untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Tesis magister pendidikan tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Surabaya. Wijaya. C. 1996. “Ciri-Ciri Berpikir Kritis”. Dalam mrsigitblog.wordpress.com. Wiyono, B. 2007. Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research). Malang: UM Press. Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, dan sekar Ayu Aryani. 2007. Strategi Pembelajaran aktif. Yogjakarta : CGSD
Juseda, Vol. 1 No. 1 Mei 2017