Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL TERHADAP PENGEMBANGAN PERILAKU MORAL Oleh: Riem Malini Pane, M.Pd1
Abstract The moral crisis is far more dangerous than the economic crisis. If we are going to talk about moral connected with right and wrong, good and bad. Moral right will certainly bring good as well as morally wrong to bring disrepute. Indeed very utgent moral in the individual, because the moral into the passive control device that regulates a person's movements. Amoral will to act and act arbitrarily without considering the good and bad actions. It is no doubt going to bother us and can not be tolerated. One form of real effort to fortify the widening of this amoral attitude is to conduct individual guidance, because a lot of people in trouble but do not know how to get out of the ditch the matter. Keywords: Pengaruh, Konseling Individual, Pengembangan Moral Pendahuluan Pada dasarnya setiap manusia sangat membutuhkan bimbingan dan juga konseling dari orang lain agar tercapai kehidupan efektif dalam kehidupan seharihari. Pelayanan konseling individual memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat, masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir khususnya dimensi moral. Moral yang baik akan berefek kepada penyikapan terhadap minat dan bakat, masalah pribadi hingga kepada tahap cara pandang hidup. Permasalahan moral dari waktu ke waktu cenderung semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Banyak kasus yang terjadi dewasa ini terutama kemerosotan moral dalam kehidupan. Banyak kasus penyimpangan 1
Penulis adalah Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Padangsidimpuan
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
121
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 perilaku yang berkembang terutama kemerosotan moral pada kehidupan anak didik, tidak diragukan lagi telah mengalami kemunduran tingkah laku yang tidak sopan, keluyuran dan tawuran. Jadi proses konseling individual merupakan relasi antara konselor dengan klien dengan tujuan agar dapat mencapai tujuan konseli/klien. Hal ini tidak terlepas dari tugas para nabi yang merupakan figur konselor yang membimbing dan mengarahkan manusia. Sejarah telah mencatat begaimana figur para nabi yang mampu mengayomi, membimbing dan mambantu individu-individu saat itu menuju kehidupan yang penuh dengan makna. Bahkan di antara sebab diutusnya nabi pasa satu kaum tidak terlepas dari karena merosotnya moral kaum tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konselor memangku tugas mulia, penyambung risalah ilahiyah demi membantu sesama keluar dari problematika kehidupan. Banyak sekali ayat Alquran yang menjeaskan hal ini, mulai dari sebab diutusnya para nabi dan rasul, metode dan cara yang diterapkan ketika memberikan bimbingan dan pelayanan sampai kepada tujuan dari pemberian layanan dan arana. Allah swt. Berfirman di dalam Alquran:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” (QS. an Nahl: 125 Pengertian Konseling Individual Kalimat Pengaruh Konseling Individual terdiri dari tigasuku kata yang meiliki arti masing-masing. Pertama kata konseling merupakan pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya; pengarahan atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.2 Adapun
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:tp, tth.), hlm. 248 2
122
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 kata individual adalah kata untuk menunjukkan terhadap seseorang atau pribadi orang tertentu.3 Adapun pengertian konseling individual yang sudah menjadi istilah utuh dan menjadi satu kesatuan untuk satu istilah yang digunakan dalam bimbingan konseling atau penyuluhan adalah merupakan salah satu pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung.4 Pemberian bantuan dalam cara ini dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan klien untuk tujuan konseling.5 Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Prayitno bahwa konseling individual adalah merupakan serangkaian proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.6 Lebih lanjut Dryden menegasan bahwa di dala proses pemberian pelayanan ini terjalin hungan yang erat antara konselor dengan kenseli. Hal ini tercipta karena konseling perorangan sangat menjaga kerahasiaan klien; konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor; konseling perorangan sebagai proses pembelajaran klien; konseling perorangan adalah sebuah proses teraputik.7 Meskipun praktik konseling individual tergolongan sederhana, akan tetapi merupakan kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling karena jika menguasai teknik-teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses bimbingan konseling yang lain. Jadi layayan konseling individual adalah salah satu bentuk buhungan tatap muka antara konselor dengan konseli/klien yang bersifat membantu, mengarahkan dengan cara melayani dan mempasilitasi konseli untuk memecahkan masalahnya.
3
Ibid., hlm. 408.
Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 106. 5 Djamhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), hlm. 106. 6 Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Cetakan ke dua, hlm. 105. 7 Palmer, Stephen, McMahon, Gladeana, Handbook of Counseling Routledge (London and Newyork, 1989), hlm. 39. 4
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
123
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 Tujuan Konseling Individual Tujuan konseling individual adalah agar setiap individu yang menerima pelayanan dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif serta mampu mengambil keputusan sacara tepat dan bijaksana. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno bahwa tujuan umum layanan konseling individual adalah pengentasan masalah klien dan hal ini termasuk ke dalam fungsi pengentasan.8 Adapun tujuan pelayanan Konseling Individual seperti yang disampaikan Gibson dalam ungkapannya yang sangat panjang dapat disimpulkan dari sembilan poin tujuan dari konseling perorangan yakni: (1) mengenal diri dan lingkungan secara tepat dan objektif, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan (5) mampu mengaktualisasikan diri secara optimal.9 Setelah mengikuti konseling diharapkan konseli/klien memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengubah perilaku negatif menuju perilaku positif berdasarkan keputusan sendiri, sehingga kemandirian di dalam bertindak Tahapan Pelaksanaan Konseling Individual Di dalam proses peleyanan konseling individual, seorang konselor ditutut untuk memiliki kepekaan dengan kondiri konseli/klien. Oleh karena itu, agar proses pemberian layanan yang dilakukan secara khusus tepat sasaran dan tepat guna konselor harus memetakan tahapan yang jelas dan terarah. Konselor harus mengarahkan setiap individu yang dibimbing dan diarahkan untuk memahami masalahnya dengan baik supaya mampu mencari jalan keluar terbaik. Dengan wawasan dan pemahaman diri yang diberikan konselor kepada individu diharakan konseli/klien mampu menangani tantangan-tantangan dalam kehidupannya baik yang sedang terjadi begitu juga dengan problematika kehidupan di masa mendatang. Adapun tahapan pemberian layanan konseling individual memiliki perbedaan yang signifikan antara para ahli. Ada yang mengatakan tiga tahapan, empat tahapan dan ada yang mengatakan sampai kepada lima tahapan. Menurut Cormier & Hackey di dalam Gibson & Mitchell, terdapat empat tahapan pada Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 4. 9 Gibson, R.L. & Mitchell, Introduction to Guidance, (New York: 1995), Macmillan Publisher, hlm. 149. 8
124
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 proses konseling individual yakni membangun hubungan, identifikasi masalah dan eksplorasi, perencanaan pemecahan masalah, aplikasi solusi dan pengakhiran.10 Sedangkan menurut Prayitno dan Adapun Soli Abimanyu dan M. Thayeb ada lima tahap proses konseling individual.11 Dari beberapa pendapat ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa semua ahli sepakat di dalam pemberian layanan seorang konselor harus membuat peta konsep pelayanan. Karena tanpa adanya peta konsep pelayanan ini, tidak menutup kemungkinan pemberian layanan yang bertujuan untuk membantu konseli/klien keluar dari berbagai masalah malah masuk kepada masalah baru. Menurut Sofyan ada tiga tahapan di dalam pemberian pelayanan konseling individual yakni:12 1. Pertama tahap awal, tahap ini terjadi sejak koseli menjumpai konselor hingga berjala proses konseling sampai pada tahap konselor dan konseli menemukan definisi masalah. 2. Kedua tahapan pertengahan (tahap kerja), berangkat dari masalah klien yang disepakati pada tahap awal kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada penjelasan masalah siswa dan bantuan apa saja yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajahi tentang masalah konseli. 3. Ketiga tahap akhir konseling. pada tahapan ini ditandai oleh beberapa hal berikut: a). menurunnya kecemasan konseli. hal ini diketahui setelah pembimbing menanyakan keadaan kecemasannya, b). adanya perubahan perilaku konseli ke arah positif, sehat dan dinamik, c). adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas, d). terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyaalahkan dunia luar. Lebih lanjut Tohirin menyebutkan bahwa pemberian layanan terhadap konseli harus sesuai dengan tahapan, tidak asal-asalan. Karena konsep akan menjadi rool of action bagi konselor, sehingga pemberian layanan benar-benar membantu konseli menuju kemandirian di dalam sikap dan tindakan. Oleh karena ini, menurutnya proses pelaksanaan layayan konseling individual setidaknya harus menempuh beberapa tahapan, yaitu:13
10
Gibson & Mitchell, Introduction to Guidance, (New York: Macmillan Publisher, 1995),
hlm. 143. Prayitno, Konseling Pancawaskita, (Padang: FIP, 1998), hlm. 24. Sofyan S Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, hlm. 50. 13 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, hlm. 169-170. 11 12
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
125
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini meliputi antara lain: a) mengidentifikasi konseli, b) mengatus waktu pertemuan, c) mempersiapkan tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan layanan, d) menetapkan fasilitas layanan, e) menyiapkan kelengkapan administrasi. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahapan pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan berikut: a) menerima konseli, b) menyelenggarakan penstrukturan, c) membahas masalah konseli dengan menggunakan teknik-teknik, d) mendorong pengentasan masalah konselin, e) menetapkan komitmen konseli dalam pengentasa masalahnya, f) melakukan penilaian segera. 3. Tahap Evaluasi Jangka Pendek Pata tahap ini konselir bertugas menganalisis hasil dari kegiatan tahap perencanaan dan pelaksanaan kemudian menafsirkan hasil konseling individual yang telah dilaksanakan selama kegiatan tersebut berlangsung. 4. Tahap TIndak Lanjut Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan konselor adalah: a) menetapkan jenis arah tindak lanjut, b). mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait, c) melaksanakan rencana tindak lanjut. 5. Laporan Pada tahapan ini tugas konselor adalah: a) menyusun laporan layanan konseling individual, b). menyampaiukan laporan kepada konseli, c) mendokumentasikan laporan. Tujuan Pelayanan Konseling Perorangan Tidak diragukan lagi bahwa pemberian pelayanan kepada individuindividu merupakan tugas mulia, memiliki segudang tantangan yang beragam. Pada kondisi tertentu seorang konselor harus berfungsi sebagai rekan yang setia mendengar, disis lain konselor juga harus dapat berperan sebagai guru atau pembimbing yang harus siap setiap saat untuk memberikan arahan dan bimbingan terhadap konseli yang sedang menghadapi berbagai masalah kehidupan. Konselor harus mampu membantu konseli/klien untuk mengentaskan dari masalah. Lebih lanjut Prayitno mengemukakan bahwa tujuan khusus konseling ke
126
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 dalam 5 hal yakni fungsi pemahaman, fungsi pengentasan, fungsi pengembangan/ pemeliharaan, fungsi pencegahan dan fungsi advokasi.14 Berdasarkan tujuan konseling perorangan yang telah dikemukakan, klien diharapkan akan menjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri: (1) mengenal diri dan lingkungan secara tepat dan objektif, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan (5) mampu mengaktualisasikan diri secara optimal. Konseling Individual Dalam Mengembangkan Perilaku Moral Perkataan “moral” berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat kebiasaan, maksud moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Perilaku moral sebenarnya sesuatu yang tersembunyi dalam pikiran seseorang karena tersimpan dalam cara berfikirnya. Artinya, untuk mengetahui keadaan moral seseorang yang sebenarnya, seorang pengamat mungkin bisa tersesat oleh fenomena yang ditunjukkan oleh perilaku nyata seseorang. Perkembangan moral dimulai pada permulaan usia. Beberapa studi menunjukkan bahwa perkembangan moral merupakan pembawaan sejak lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam hubungannya dengan perkembangan moral sebagaimana kita melihat contoh para pelajar atau seorang mahasiswa yang berperilaku buruk dan seringkali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut. Apabila berbicara tentang moral kita akan terhubungan dengan benar dan salah, baik dan buruk. Moral yang benar tentu akan mendatangkan kebaikan begitu juga halnya dengan moral yang salah akan mendatangkan keburukan. Sejatinya moral sangat utgent di dalam individu, karena moral menjadi hukum yang mengatur gerak-gerik seseorang. Orang yang bermoral akan berbuat dan bertindak penuh dengan pertimbangan, sebaliknya orang yang amoral akan melakukan tindakan dan perbuatan semena-mena tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Tidak diragukan lagi krisis ekonomi akan membuat stabilitas masyarakat, bangsa dan negara tidak menentu. Akan tetapi krisi moral jauh lebih berbahaya dari pada krisi-krisis lainnya termasuk krisis ekonomi. Karena, apabila pemegang
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 4. 14
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
127
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 kekuasaan dan kebijakan bangsa dan negara tidak bermoral, berbagai kriminalitas akan terjadi, kebijakan cendung memihak, keadilan tidak merata dan terjadinya diskriminasi di berbagai sektor kehidupan. Pembentukan moral tidak lepas dari lingkungan sekitar, alam dan keadaan yang melekat pada pribadi-pribadi manusia, lingkungan, teman bergaul dan panutan/idola. Bahkan tidak jarang watak atau moral seseorang diwarnai sepenuhnya oleh orang yang ada di sekelilingnya. Berteman dengan penjual minyak wangi akan kecipratan wanginya dan berteman dengan orang yang amoral tentunya akan memicu menjadi pribadi yang amoral juga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang dibeberapa ungkapan: ”Seseorang itu dikenali berdasarkan sahabatnya, maka berwaspadalah/bersikap bijaksanalah dalam memilih sahabat.” (HR. Ahmad). Di dalam hadits lain Rasulullah menegaskan bahwa: “Perumpamaan teman yang baik dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR. Bukhari & Muslim). Pada dasarnya manusia cenderung melakukan kebaikan, karena fitrah penciptaanya cenderung kepada moral-moral yang positif. Akan tetapi, setiap individu manusia ditantang untuk menjaga fitrah bahkan mengembangkan serta membudidayakan moral positif tersebut dengan mencari, mempelajari, mencontoh dan upaya lainnya demi terciptanya individu-individu yang dihiasi dengan moral. Salah satu cara agar terciptanya individu yang bermoral adalah dengan melakukan penyulusan, bimbingan dan pelayanan yang dilakukan secara face to face sehingga tidak ada lagi dinding pemisah antara orang yang memberikan wejangan/nasehat, membantu mengarahkan kepada kebaikan, membimbing untuk mengambil keputusan. Kegiatan konseling individual yang dilakukan antara konselor dengan konseli/klien akan memberikan pengaruh positif terhadap sikap, tindakan, cara padangan dan cara megentaskan masalah terhadap konseli/klien. Bahkan konseling individual dapat dijadikan sebagai sarana prioritas ketika mengahadapi kondisi-kondisi tertentu kususnya konseli/klien yang memiliki masalah pribadi. Konseling individu berperan penting dalam membantuk individu-individu yang percaya diri, mandiri, peka dengan alam sekitar. Konselor sebagai sosok yang menguide dan mengayomi konselir untuk lebih percaya diri, mandiri, serta 128
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 menumbukan keberanian untuk mengambil tindakan dan menerima setiap konsekuwansinya. Jiwa dan moral manusia juga butuh cermin yang baik agar mengetahui mana yang baik sehingga bisa ditingkatkan, mana yang buruk sehingga kita perbaiki. Di mana letaknya, bagaimana caranya dan bagaimana barometernya cermin akan memberitahukan kita. Konselor akan membantuuntuk mencari cermin terbaik bagi konseli/klien agar tidak salah menilai dan tidak salah mengambil keputusan. Sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan pemberian layanan konseling individu dapat berubah individu tersebut menjadi lebih baik karena tujuan utama dalam konseling adalah individu cenderung lebih mandiri, baik dalam bersikap, berperilaku, berfikir dan bertindak. Menurut Skinner15 merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, interaksi individu dengan lingkungannya. Ada beberapa teknik konseling individual dalam mengembangkan perilaku moral siswa, yaitu: 1. Shaping, 2. Modeling, 3. Cueing, 4. Guiding, 5. Prompting, 6. Rehearsing (Behavior Rreherareal), 7. Fading. 1. Shaping Teknik ini dilakukan dengan cara segera memberikan positif reinforcement setiap kali tingkah laku yang dikehendaki muncul. Yang harus dilakukan pertama kali adalah pastikan bahwa reinforce yang akan dipergunakan efektif. Kedua, buatlah analisis tingkah laku yang akan dikembangkan. Penerapan teknik shaping ini menyangkut pembentukan respon tertentu dari bermacammacam respon yang ada. Pada awalnya respon diberikan pada semua tingkah laku tertentu (misalnya. Membersihkan kamar), selanjutnya hanya diberikan pada tingkah laku yang lebih spesifik (membersihkan tempat tidur) 2. Modeling Teknik ini dalam kehidupan sehari-hari berlangsung dengan sangat wajar. Penarapan teknik ini sebenarnya sangat sederhana. Yaitu dengan memberi contoh tingkah laku kepada individu. Individu belajar dengan mengamati tingkah laku orang lain (model). Banyak yang bisa kita pelajari melalui modeling ini secara langsung, misalnya gaya bahasa, penampilan fisik seperti cara berpakaian, berdandan, dan lain-lain. Teknik modeling ini adalah suatu prosedur yang memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan, dimana tingkah laku seseorang atau beberapa orang model/teladan berperan sebagai stimulus terhadap pikiran, sikap dan tingkah laku individu. Tidak jarang penarapan teknik modeling ini 15
Mappiare AT. Andi, Pengantar Konseling dan Psikotrapi, (Jakarta: Grapindo, 2014), hlm.
9.
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
129
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 menjadi lebih efektif dibandingkandengan perintah. Orang cenderung melakukan suatu tindakan seperti halnya yang dilakukan oleh model. Teknik modeling ini juga salah satucara untuk memunculkan tingkah laku yang tidak pernah muncul, dan penerapannya bisa dipadukan dengan menggunakan role-playaing, agar tingkah laku yang dikehendaki semakin meningkat. 3. Cueing Cueing erat kaitanya dengan modeling, yaitu memberikan suatu isyarat untuk memunculkan tingkah laku. Misalnya pada saat pelajaran aritmatika berlangsung, guru memberikan suatu pertanyaan kepada siswa, yang di ikuti dengan isyarat jawabannya seperti: 5 + 5 =...se..(di ucapkan oleh guru)....pu..luh...(di ikuti oleh siswa). Teknik ini banyak di terapkan di SD, sehingga tidak jarang menjadi stereotypnya guru SD. Yang harus diperhatikan dalam teknik ini ialah, bahwa penggunaan teknik ini semakin lama harus semakin dikurangi, sebab siswa menjadi tidak terbiasa berlatih sendiri untuk memunculkan dan mengembangan tingkah laku yang dikehendaki. Untuk menunjukkan cara yang seharusnya dia lakukan tanpa harus menngantungkan diri pada pada bantuan guru. Untuk itu siswa harus di latih untuk memahami apa yang seharusnya tidak di lakukan. 4. Guiding Guiding adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara memberikan petunjuk untuk mengajarkan suatu tingkah laku akselerasi yang dikehendaki dan mengajarkanbagaimana mengurangi atau menghilangkan tingkah laku yang tidak dikehendaki. 5. Prompting Prompting adalah suatu proses pemberian bantuan untuk memunculkan dan mengembangkan tingkah laku. 6. Rehearsing (Behavior Rehearsal) Behavior Rehearsal adalah suatu teknik mengembangkan tingkah laku individu. Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar untuk selanjutnya individu akan menunjukkan sendiritingkah lakunya, tanpa harus bimbingan dari orang lain. Teknik ini bisa di terapkan apabila sebelumnya telah diberikan kepada individu suatu proses modeling untuk suatu tingkah laku tertentu. 7. Fading Eading adalah proses pengurangan prompting dan reinforcement diharapkan bahwa kegiatan-kegiatan tingkah laku individu (tingkah laku akselerasi) harus dapat menjadi reinforcement bagi individu sendiri, merupakan sesuatu yang sangat disenangi oleh individu.
130
Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 Kesimpulan Konseling individual adalah salah satu pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada individu-individu yang membutuhkan, dimana konselor tersebut merupakan orang yang ahli dan berpengalaman, agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Tujuan konseling individual adalah individu dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif serta mampu mengambil keputusan sacara tepat dan bijaksana. Ada beberapa teknik konseling individual dalam mengembangkan perilaku moral konseli/klien seperti yang disampaikan Skinner, yaitu: a. Shaping, b. Modeling, c. Cueing, d.Guiding, e. Prompting, f. Rehearsing (Behavior Rreherareal), g. Fading. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konseli/klien yang memiliki masalah tertentu tidak hanya dianjurkan untuk mengkonselingkannya kepada konselor, tapi juga sebagai keharusan agar tercapainya hakikat dari fungsi kehidupan yang mandiri, bebas bertindak tanpa tekanan sehingga tercipta individu-individu yang mampu mengentaskan masalahnya dengan tepat.
Referensi Alquran Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia Andi, Mappiare AT, Pengatar Konseling dan Psikotrapi, Jakarta: Grapindo, 2014. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Djamhur, I & Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV Ilmu, 1975. Gibson, R.L. & Mitchell, Introduction to Guidance, New York: 1995. Palmer, Stephen, Handbook of Counseling, Routledge: London and Newyork, 1989. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Prayitno, Konseling Pancawaskita, Padang: FIP, 1998. Sukardi, Dewa Ketut, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling Di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2007. Willis, Sofyan S, Konseling Individual Teori dan Praktek Pengaruh Konseling Individual............................Riem Malini Pane
131