Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
Jurnal Teknik Mesin UNIVERSITAS PAMULANG Jl Surya Kencana No 1 Pamulang Barat Tangerang Telp./Fax (021) 7412556
[email protected]
ANALISA UJI IMPACT SAMBUNGAN LAS PADA BAJA KARBON VCN 150 (IMPACT STRENGTH MEASUREMENT ON MATERIAL CARBON STEEL WELDS JOINT VCN 150) Sunardi*, Djuhana**, Daud** *BATAN Pasar Jum’at Jakarta, **Jurusan Teknik Mesin Universitas Pamulang
Abstrak Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kekuatan impact sambungan las material baja karbon VCN 150. Variable yang digunakan adalah arus gas Argon yaitu 10 – 20 liter/menit, sedangkan kuat arus dibuat tetap yaitu 120 A. Jenis spesimen yang diukur berupa material dasar, Heat Affected Zone (HAZ) dan hasil pengelasan. Hasil pengukuran menunjukkan tren kekuatan impact material mengalami penurunan dengan urutan material dasar, HAZ dan hasil pengelasan secara berturut-turut. Kata kunci : Pengelasan, sambungan las, baja VCN 150, kekuatan impact.
Abstract This paper discusses impact strength measurement of material carbon steel welded joints VCN 150. Variables used is Argon gas stream that is 1020 liters / min, while the strong currents created remains of 120 A. Type specimens form measured are the basic material, the Heat Affected Zone (HAZ) and the weld. The measurement results show a trend material impact strength decreased with the order of the base material, HAZ and weld in a row. Keywords: welding, welded joints, steel VCN 150, impact strength.
1.PENDAHULUAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu. Lalu sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Kalau tepi lempengan logam itu disatukan, terbentuklah sambungan. Umumnya, pada proses pengelasan juga ditambahkan dengan bahan penyambung seperti kawat atau batang las. Kalau campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang semula merupakan bagian lain kini menyatu. Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder dimana untuk menyolder bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan melelehkan logam lunak misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin maka terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak adalah pada suhu kerjanya dimana batas kedua proses tersebut ialah pada suhu 450C. Pada pengelasan, suhu yang digunakan jauh lebih tinggi, antara 1500C hingga 1600C. Adapun filosofi dari pengelasan tersebut adalah proses memperpendek jarak atom sehingga terbentuk ikatan. Dengan kata lain pengelasan merupakan proses memposisikan atom-atom ke posisi semula sehingga kembali terikat satu sama lain.
Metalurgi memegang peranan yang sangat penting dalam pemilihan logam yang memiliki sifatsifat mekanik yang sesuai dengan kebutuhan seiring dengan semakin majunya dalam hal produksi dan banyak terjadi rekayasa terhadap sifat mekanis dan struktur mikro suatu bahan logam yang diproduksi. Material VCN 150 yang merupakan logam baja dengan klasifikasi kadar karbon sedang yaitu 0,38 %. Untuk membangun konstruksi dibutuhkan pengelasan termit, akan tetapi sering mengalami kerusakan pada daerah HAZ setelah mengalami pembebanan. Langkah pengelasan merupakan langkah yang efesien dan efektif terutama pada keselamatan kerja dan tidak mengganggu proses produksi jasanya. Hasil las harus memenuhi standar kekerasan tertentu yang telah ditetapkan yaitu dalam batas kekerasan brinell sebesar 280 sampai 334. Nilai kekerasan brinell tersebut apabila dikonversikan dalam nilai kekerasan vikers adalah sebesar 295 sampai 350. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian kekuatan impact hasil pengelasan baja VCN150. Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah debit gas argon (flow) 10 – 20 liter/menit, sedangkan kuat arus listrik (ampere) yang digunakan dibuat tetap yaitu 120 ampere. Spesimen uji yang menjadi obyek penelitian, sesuai dengan standar American Society Of Mechanical Engineers (ASME) Section IX.
1
Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
2.DASAR TEORI Suatu bahan logam yang pada keadaan biasa bersifat liat dapat menjadi getas akibat pembebanan tiba-tiba pada keadaan tertentu. Tiga faktor dasar yang berperan pada patah getas, yaitu: 1. Tegangan 3- sumbu (triaxial state of stress) 2. Temperatur rendah 3. Laju regangan tinggi Ketiga faktor itu tidak perlu secara bersamaan untuk menimbulkan patah pegas. Misalnya pada faktor tegangan tiga sumbu,pada takikan dan temperatur rendah paling besar berpengaruh pada patah getas. Namun karena faktor diatas kurang berpengaruh pada pembebanan dan kecepatan tinggi, maka banyak jenis pengujian impact dipakai untuk menentukan mudah tidaknya suatu bahan mengalami patah getas. Untuk melihat sifat bahan akibat ketiga faktor tersebut diatas ,dilakukan pengujian bentur. Pengujian ini dilakukan dengan jalan memukul specimen dengan kecepatan tertentu (sekitar 5,42 m/s) oleh suatu bandul yang diayunkan. Ada dua macam specimen standart yaitu : 1. Standart Charpy (USA) ber penampang 55, 10 x 10 mm, -v = 45 2. Standard Izod (Inggris) Pada specimen Charpy dalamnya takikan 2 mm dan radius dasar takikan 0,25 mm. Specimen ini diletakkan harisontal dan bandul memukul specimen dari belakang takikan. Specimen Izod jarang dipakai pada percobaan uji bentur,dimana bentuk specimen dapat berbentuk atau berpenampang bujur sangkar atau lingkaran dan memiliki takikan disekitar ujungnya. Perbedaan pembebanan antara specimen charpy dan Izod dapat dilihat pada gambar 1.
dengan m adalah massa bandul (kg), g adalah percepatan gravitasi (m/detik2) dan h adalah ketinggian bandul (m). Kekuatan impactnya, UI, dirumuskan sebagai : UI
U S ( J/m2 ) A
(2)
dengan Us adalah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan bahan (J) dan A adalah luas penampang bahan (m2).
Gambar 2. Skema ayunan bandul dalam pengujian impact Apabila pengujian impact dilakukan pada temperatur yang berlainan, yaitu yang lebih rendah dari temperatur kamar, maka dari data hasil pengujian dapat dibuat grafik seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik hasil pengujian impact Gambar 1. Specimen Charpy dan Izod Usaha yang dipakai untuk mematahkan bahan logam persatuan luas penampang pada takikan dinamakan kekuatan impact bahan tersebut. Sebelum dilepas bandul tersebut membentuk sudut α dengan sumbu tegak dan setelah memutuskan specimen masih mengayun maksimum sampai membentuk sudut β dengan sumbu tegak seperti ditunjukkan pada gambar 2. Usaha yang dipakai untuk memutuskan bahan tersebut adalah : Us = m.g . h
(J)
Bentuk kurva (a) merupakan bentuk khas untuk bahan – bahan logam, makin rendah temperatur, makin kecil harga impact, artinya makin getas. Dan makin tinggi temperatur, makin besar harga benturan atau bahan makin liat. Kurva 1,2,3,4 adalah bentuk baja karbon yang berturut – turut makin besar % karbonnya. Harga impact sangat menurun didaerah temperatur tertentu misalnya sekitar -20 sampai -1000 C. Temperatur ini sering disebut temperatur transisi yaitu temperatur dimana harga impactnya tertentu, misalnya 15 ft. Lb.
(1)
2
Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
Gambar 4. Kurva Harga Impact terhadap Temperatur Pada gambar 4 diperlihatkan beberapa macam kriteria untuk menentukan temperatur transisi. Kriteria yang paling konservatif untuk temperatur transisi adalah dengan memilih T1 yaitu dimana harga impactnya tertinggi. Kriteria lain adalah T2 yaitu temperatur bahan mengalami 100% patah getas. T3 adalah temperatur transisi yang diperoleh dengan cara menentukan harga impact tertentu dimana bahan mulai menunjukkan tanda-tanda patah getas. Selain itu ada juga yang menentukan temperatur transisi T4 dengan cara menghitung rata- rata dari harga impact tertinggi dan terendah. 1. Pengaruh Takikan atau Notch Seperti diketehui bahwa 3 faktor penyebab patah getas terjadi seperti kondisi pada takikan. Disini distribusi tegangan elastic untuk plat tipis bertakik yang ditarik dalam arah Y dapat diperlihatkan pada gambar 5.
saling tarik. Untuk mempertahankan kontinuitas material, harus ada σx dalam arah melintang. Pada permukaan batas (dasar tarikan X = 0) σx = 0 karena bahan mengalami kontraksi laterl tanpa ada perlawanan dari sisi sebelahnya. Besarnya σx naik dengan makin jauhnya jarak dari dasar takikan, tetapi kemudian turun lagi karena perbedaan Єy antar specime-specimen kecil mendekati nol pada harga X yang besar (σy menjadi seragam ). Untuk pelat tipis, tegangan dalam arah tebal dapat diabaikan karena cukup kecil. Tapi untuk kasus deformasi regangan bidang, Єz = 0 dan σz = ∂(σx + σy). Distribusi tegangan sepanjang sumbu x untuk pelat tebal yang dibebani dalam arah sumbu Y, diperlihatkan pada gambar 6a. σz = 0 pada kedua permukaan pelat ( Z = ), tetapi naik dengan cepat ketika menjauhi permukaan pelat. Distribusi σz dengan Z pada dasar takikan (X = 0) diperlihatkan seperti pada gambar 6b di bawah ini.
(a)
(b) Gambar 6. Distribusi σz dengan Z pada dasar takikan (X = 0)
Gambar 5. Pengaruh Takikan Jika setiap specimen tersebut dapat bebas dideformasi, akan timbul regangan local Єy sesuai tegangan local σy turun drastic dalam arah X, maka akan ada gradien regangan dibawah takikan. Akan tetapi, pada setiap Єy akan ada regangan melintang Єx yang besarnya adalah : Єx = - ∂ Єy
(3)
dimana adalah angka perbandingan poisson. Jadi permukaan antara specimen-specimen kecil akan
Adanya tegangan melintang σx akan menaikkan besarnya kekuatan yield / luluh dari bahan. Hal ini dapat dipahami, misalnya dari bahan dengan menggunakan kriteria luluh dari tresca. Menurut Tresca ; σo = σ1 - σ3
(4)
dengan σo = Kekuatan Luluh Bahan σ1 = Tegangan Terbesar σ3 = Tegangan Terkecil Untuk specimen takik tanpa takikan ( σx = 0), maka σo sama dengan σy - σx karena σx ≠ 0. 3
Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
Karena kekuatan luluh σo tetap, baik ada takikan atau tidak, maka jelas bahwa jika ada takikan diperlukan σy yang untuk mencapai harga luluh σo nya lebih besar. Pada gambar 5 diperlihatkan distribusi tegangan ketika bahan untuk patah pegas dengan cara : 1. Menimbulkan kondisi dengan 3 sumbu 2. Menimbulkan konsentrasi tegangan setempat 3. Menimbulkan konsentrasi regangan setempat
Start
Pembuatan spesimen
Pemotongan Bahan Dasar
2. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Temperatur Transisi. Penggunaan bahan pada temperatur rendah perlu mendapat perhatian untuk menghindari terjadinya patah pegas. Untuk itu orang selalu berusaha untuk menurunkan temperatur transisi suatu bahan. Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya temperatur transisi ini. Beberapa faktor yang mempengaruhi temperatur tersebut adalah : 1. Komposisi kimia Untuk baja karbon rendah temperatur transisi turun dengan naiknya prosentase mangan. Posfor juga berpengaruh kuat untuk menaikkan temperatur transisi dengan bertambahnya prosentase. Demikian juga halnya dengan silikon dan molybdenum. 2.
Ukuran Kristal butir Untuk baja lunak temperatur transisi turun dengan makin kecilnya ukuran butir kristal (ukuran butir makin halus). Proses untuk memperhalus butir dapat dilakukan denga Head Treatment.
Arah Pengerjaan Specimen Bila specimen di buat dari plat hasil rolling, maka bentuk kurva (berarti pula temperatur transisi) tergantung pada arah pengambilan specimen. Pengaruh arah pengerjaan specimen pada temperatur diperlihatkan pada gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh arah pengerjaan specimen pada temperatur transisi. 3.PERCOBAAN Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan dalam beberapa tahap seperti diperlihatkan pada gambar 8.
Pengelasan
Pembuatan Spesimen Menurut Standard ASME Section IX
Uji Kuat Impact (Charpy)
Kesimpulan
End
Gambar 8. Diagram alir penelitian 3.1.Tahap Pembuatan Spesimen Pembuatan spesimen benda uji dilakukan di Balai Besar Kekuatan Stuktur (B2TKS) Kawasan Puspiptek Serpong yang terdiri dari pengerjaan bahan dasar (pemotongan bahan dasar), pengerjaan pengelasan dan pembentukan benda uji, sedang untuk finishing di lakukan di Laboratorium dan Workshop (B2TKS) Balai Besar Kekuatan Stuktur. Alat-alat yang digunakan dapat secara rinci dilihat di Lampiran. Alat dan bahan yaitu terdiri dari: Gergaji besi ( mesin gergaji besi pita, dan gergaji besi tangan ) Mesin bubut cekam independent Mesin frais Peralatan pengelasan DC dan AC Tang jepit / plas greep kleem Alat ukur / pengggaris,Jangka sorong Kikir Amril/amplas Gerinda 3.2.Tahap Pemotongan Bahan Dasar Langkah – langkah yang dilakukan dalam proses pemotongan bahan adalah: 4
Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
1) Membuat sket bahan dasar dengan alat ukur dan penitik di material dengan ukuran : 2) Round bar diameter 16 mm di potong – potong sepanjang 200 mm Sebanyak 36 buah. 12 buah untuk 110, 115 dan 120 ampere flow 10 12 buah untuk 110,115 dan 120 ampere flow 15 12 buah untuk 110,115 dan 120 ampere flow 20 3) Memasang material pada ragum mesin potong (Cutingwell), selanjutnya nyalakan mesin dengan menekan tombol on/off dan lakukan pemotongan pada garis pemotongan yang telah ditentukan dengan perlahan - lahan dan hati –hati. 4) Lakukan langkah tersebut sesuai dengan garis pemotongan yang telah dibuat hingga terbentuk sesuai ukuran. 5) Membuat kampuh V terbuka dengan ukuran yang telah ditentukan menggunakan mesin bubut sesuai prosedur pengoperasian mesin. 6) Meratakan sisi – sisi pemotongan dengan kikir agar rapi dan tidak membahayakan. Proses pemotongan bahan dasar ditunjukkan pada gambar 9.
2) Elektroda jenis ER70S - 6 dengan diameter 0,8 mm. 3) AWS A 518 ER 70S - 6 4) JIS Z 3312 YGWIZ 5) DIN 855 SG 2 6) GB / T 8110 ER 50 - 6 7) Arus listrik yang digunakan sebesar 100,115 dan 120 Ampere. 8) Pendinginan dengan udara ruangan 9) Kampuh yang digunakan adalah kampuh V terbuka dengan jarak antara rounbar 1 mm, tinggi ujung kampuh 3 mm, dan sudut kampuh 60. Secara detail dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kampuh V terbuka
Gambar 9. Proses Pemotongan
Langkah–langkah yang dilakukan dalam proses pengelasan bahan adalah: 1) Menyetel amperemeter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi angka nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dinyalakan dan tungsen digoreskan ke massa sampai jarum pada ampere meter menujuk angka 110 A, 115 A dan 120 Ampere. Selanjunya memulai pengelasan untuk spesimen pengelasan. 2) Meletakan 2 bahan dasar pada meja las, menjepit bahan ke meja dengan kleem,membuat jarak 2 mm antara benda kerja, kemudian menyambungkannya atau mengelas hingga menjadi satu dengan ampere 110 flownya 10. 3) Mengelas 2 buah bahan dasar hingga menjadi satu dengan ampere 115 flownya 15 dan membalikan material tersebut dan mengelasnya kembali. 4) Mengelas 2 buah bahan dasar hingga menjadi satu dengan ampere 120 flownya 20 dan membalikan material tersebut dan mengelasnya kembali.
3.3.Tahap Pengelasan Standar pengelasan yang digunakan dalam pembuatan bahan adalah sebagai berikut : 1) Pengelasan posisi datar bawah tangan.
3.4.Tahap Pembuatan Spesimen Menurut Standard ASME Section IX Langkah–langkah yang dilakukan dalam pembuatan spesimen adalah: 5
Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
1.
Meratakan lasan dengan menggunakan mesin bubut cekam independent sesuai prosedur penggunaan mesin yaitu pemakanan muka dengan pertimbangan bahan yang dibuat sangat keras sehingga membutuhkan mata pahat yang kuat dan yang mudah adalah mata pahat mesin bubut. 2. Memotong bahan dasar rounbar diameter 16 mm sepanjang 200 mm dengan gergaji besi atau dengan cutingwel yang didahului dengan memberi tanda dengan penitik, setiap spesimen 3 buah. 3. Membentuk spesimen sesuai standard ASTM SEXION IX dengan mesin bubut cekam independent sebagaimana poin (a). 4. Merapikan spesimen dengan kikir kemudian dihaluskan dengan amril. Bentuk specimen uji impact diperlihatkan pada gambar 11.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian Impact adalah: 1) Menyiapkan spesimen dengan memberikan tanda pada daerah las. 2) Memasang spesimen pada bed mesin dengan menempatkan horizontal. 3) posisi bandol terangkat ke atas dengan sudut 152 derajat. 4) hasil uji Impact dapat di lihat pada angka di atas. 5) hasil terakhir dapat di hitung secara manual dengan rumus yang elah di tentukan,hasil di bagi luas percenti meter. 4.
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA Data pengujian kekuatan Impact dengan energi yang di berikan berupa gaya impact yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 - 3. Tabel 1. Hasil pengujian Impact material VCN 150
Tabel 2. Hasil pengujian Impact material VCN 150 pada daerah HAZ
Gambar 11. Spesimen Uji Impact 3.5.Tahap Uji Kuat Impact (Charpy) Pengujian Impact menggunakan alat mesin uji Impact PSW 300 sebagaimana diperlihatkan pada gambar 12. Tabel 3. Hasil pengujian Impact material VCN 150 pada daerah las – lasan
Data hasil pengujian kemudian diolah ke dalam persamaan – persamaan sebagaimana dipaparkan dalam dasar teori. Penghitungan hasil uji sehingga diperoleh kekuatan Impact atau energi Impact masing – masing spesimen yang kemudian ditampilkan dalam Tabel 4.
Gambar 12. Mesin Uji Impact 6
Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1 (2014)
Tabel 4. Kekuatan Impact Material VCN 150
115 dan yang terendah adalah kelompok specimen flow 20 amper 120. Hal ini terjadi disebabkan oleh pengaruh panas pada saat pengelasan dan pendinginan. 5.
KESIMPULAN Dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian impak sambungan las baja karbon VCN150. Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil beberapa kesimpulan : a. Kekuatan impact material mengalami tren penurunan dari material dasar, HAZ dan hasil pengelasan secara berturut-turut. b. Kekuatan impact material dasar adalah sebesar 85 J/cm2 sampai 87,6 J/cm2. c. Kekuatan impact HAZ adalah sebesar 57 J/cm2 sampai 64,2 J/cm2. d. Kekuatan impact pada pengelasan flow 20 amper 120 adalah sebesar 33,5 J/cm2 sampai 38,5 J/cm2. Gambar 13. Kekuatan impact rata-rata tiap spesimen Nilai kekuatan Impact pada daerah HAZ spesimen yang mendapatkan perlakuan panas terendah adalah kelompok pengelasan dengan pengelasan flow 20 amper 120, kemudian kelompok pengelasan dengan flow 15 amper 110, kemudian kelompok pengelasan dengan pengelasan flow 10 amper 110 dan flow 10 amper 115 terendah adalah kelompok pengelasan dengan flow 15 amper 115. Kekuatan impek didapat material dasar 86,7; HAZ 61,6 dan las-lasan 36,8 J/cm2. Hasil eksperimen di atas ditampilkan dalam bentuk diagram batang yang dapat dilihat pada gambar 13. Diagram kekerasan material VCN 150, Data hasil eksperimen pengujian kekuatan kekerasan pada daerah HAZ yang ditampilkan gambar menunjukan nilai kekerasan vickest kelompok material dasar sebesar 261,3 kg/mm2. Nilai kekerasan vickers pada daerah HAZ kelompok spesimen pengelasan flow 10,15 dan 20 amper 110, 115 dan 120 adalah VHN sebesar 402,8 Kg/mm2, yang berarti mengalami penurunan 54% terhadap kelompok spesimenmaterial dasar. Nilai kekerasan vickers pada daerah las - lasan kelompok spesimen pengelasan flow 10, 15 dan 20 amper 110, 115 dan 120 adalah VHN sebesar 160,2 Kg/mm2 yang berarti mengalami penurunan 68% terhadap kelompok specimen material dasar. Nilai kekerasan vickers pada daerah HAZ kelompok spesimen pengelasan flow 10 amper 120 adalah VHN sebesar 425 Kg/mm2, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 72% terhadap kelompok specimen material dasar. Nilai kekerasan vickers pada daerah HAZ kelompok spesimen pengelasan flow 15 amper110 adalah VHN sebesar 367 Kg/mm2, yang berarti mengalami penurunan 8% terhadap kelompok specimen material dasrar. Nilai kekerasan vickers spesimen dengan pengelasan flow 15 amper 115 yang tertinggi adalah kelompok specimen flow 15 amper 120, kemudian kelompok specimen flow 20 amper 110, kemudian kelompok specimen flow 20 amper
DAFTAR PUSTAKA [1]. Anni Faridaf, dkk. 2008 .Teknik Pembentukan Pelat Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. [2]. Ausaid. 2001. Dasar Las MIG/MAG (GMAW). Batam Institutional Development Project. [3]. Eka Yogaswara. (2004). Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal. Bandung. [4]. Sri Widharto. (2007). Menuju Juru Las Tingkat Dunia. Jakarta: PT Pradnya Paramita. [5]. Tim Fakultas teknik UNY. 2004 .Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal. [6]. Alip Muhamad. 1989. Teori dan Praktek Las. Jakarta: P2LPTK. [7]. Arifin Syamsul. 1977. Las Listrik dan Otogen. Jakarta: Ghalia Indonesia [8]. Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi III. Jakarta: Rineka Cipta. [9]. Charles G Salmon, John E Johnson. 1986. Struktur Baja Jilid 1. Jakarta :Erlangga. [10]. Jamasri. 2001. Diktat Kuliah Mekanika Bahan. Jogjakarta : UGM [11]. James M Gere dan Stephen P Timoshenko. 1987. Mekanika Bahan Jilid 1. Jakarta: Erlangga [12]. Koswara Engkos dan Hadi Sudjana. ______. Pengujian Logam SMK. Bandung : Humaniora [13]. Suharto. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Rineka Cipta. [14]. Suherman Wahid. 1987. Pengetahuan Bahan. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya [15]. Surdia Tata dan Saito Shinroku. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik Jakarta : Pradnya Paramitha [16]. Wiryosumarto Harsono dan Okumura Toshie. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita.
7