Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
1
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
JURNAL SILIWANGI Seri Pendidikan Volume 1 No. 1,
Mei 2015
Pengarah: H. Rudi Priyadi
Rektor Universitas Siliwangi
H. Aripin
Ketua LP2M Universitas Siliwangi
Penanggung Jawab: Dewan Redaksi Ketua Anggota
: Suhardjadinata
Kepala Pusat Penelitian
: H. Yus Darusman (UNSIL) H. Dedi Heryadi (UNSIL) Hj. Titin Setiartin R. (UNSIL) Hj. Nani Ratnaningsih (UNSIL) Purwati Kuswarini (UNSIL) Siti Padjarajani (UNSIL) H. Supratman (UNSIL) Soni Tantan Tandiana (UNSIL)
Mitra Bestari
: H. Didi Suryadi (UPI) Cece Redaksi Pelaksana : Yaya Sunarya Sugandi Nurul Hiron Hj. Noneng Masitoh Yoni Hermawan H. Ebih A.R. Arhasy Hj. Enok Sumarsih Yusup Supriyono Naskah dapat dikirimkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Kode Pos 46115 Tlp. (265) 33064 Fax. (265) 325812 Web. http://lppm.unsil.ac.id, E-mail:
[email protected] Jurnal Penelitian Siliwangi diterbitkan secara berkala dua kali setahun oleh Lembaga penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Siliwangi, memuat makalah hasil penelitian pada disiplin ilmu di lingkungan Universitas Siliwangi, belum pernah dipublikasikan di jurnal lain. Tulisan hendaknya mengikuti pedoman bagi penulis (lihat Pedoman Penulisan Naskah).
2
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
DARTAR ISI Halaman 1 Analisis Kemampuan Berfikir Nalar Matematis Serta Kontribusinya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Terhadap Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi) A.A. Gde. Somatanaya, Sri Tirto Madawistama. ……………………………… 1 2 Pengaruh Sertifikasi Terhadap Efektivitas Pembelajarang Guru PJOK Menurut Persepsi Siswa (Studi pada SMA Negari Di Kota Tasikmalaya) Cucu Hidayat, Gumilar Mulya, Resti Agustryani ……………………………. 9 3 Kontribusi Pembelajaran Kontekstual Dengan Teknik SQ4R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Berpikir Kritis Matematis (Penelitian Kuasi Eksperimen di Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2013-2014). H. Ebih AR. Arhasy, Ratna Rustina dan Yeni Heryani ……………………… 21 4 Pelaksanaan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Fisika Di SMA Negeri Se Kota Tasikmalaya Menurut Persepsi Siswa H. Endang Surahman …………………………………………………………. 32 5 Pengembangan Model Alat Peningkatan Kekuatan Otot Lengan Dan Otot Tungkai Pada Siswa Sekolah Dasar Iis Marwan, Deni Setiawan, Ida Wahidah. …………………………………… 41 6 Keterampilan Mengajar Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi Ditinjau Dari Penguasaan Kelompok Mata Kuliah (Studi Terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi) Dedeh Widaningsih, Depi Ardian Nugraha …………………………………… 53 7 Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Untuk Siswa SD Berbasis Aktivitas Budaya Dan Permainan Tradisional Masyarakat Kampung Naga Ipah Muzdalipah, Eko Yulianto ……………………………………………….. 63 8 Contrastive Analysis Of Using Noun Phrase In English And Indonesian Language Soni Tantan Tandiana ………………………………………………………… 75 9 Meningkatkan Kemampuan Tata Bahasa Dan Kosakata Siswa Melalui Teknik Peer Editing Yuyus Saputra ………………………………………………………………… 83
3
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SD BERBASIS AKTIVITAS BUDAYA DAN PERMAINAN TRADISIONAL MASYARAKAT KAMPUNG NAGA Development of Teaching Mathematics Based Culture Activities and Traditional Games For Elementary Students in Indigenous of Kampung Naga Ipah Muzdalipah1*, Eko Yulianto1 1)Program
Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 *Penulis Korespondensi: E-mail:
[email protected]
Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi etnomatematika yang bisa dikembangkan dari permainan tradisional masyarakat Kampung Naga menjadi desain pembelajaran matematika yang bisa diterapkan pada pembelajaran siswa SD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara. Sumber data diperoleh dari masyarakat asli kampung naga yang terdiri dari anak-anak, orang dewasa, guide dan petugas adat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beragam aktivitas budaya masyarakat Kampung Naga mengandung unsur-unsur matematika seperti membilang, mengukur, membuat rancang bangun bahkan permainan tradisional yang masih digemari anak-anak sampai saat ini. Potensi etnomatematika dari permainan tradisional masyarakat Kampung Naga yang terdiri dari congklak, galah dan pecle bisa dikembangkan sebagai konteks matematika yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan permainan-permainan tradisional yang berkembang disana mengandung konsep-konsep matematika. Congklak mengandung konsep operasi hitung dan modulo, galah mengandung konsep peluang dan pengurangan dan penjumlahan. Sedangkan pecle mengandung konsep geometri, simetri lipat dan jaring-jaring bangun yang bisa dikembangkan ke dalam desain pembelaran matematika SD. Kata Kunci: Etnomatematika, Permainan Tradisional, Desain Pembelajaran. Abstract; The study aims to reveal the potential of ethnomathematics that could be developed from the traditional game in indigenous of Kampung Naga become a learning design that can be applied to teaching elementary students. This research was conducted with a qualitative approach used method of observation and interviews. Sources of data obtained from indigenous of Kampung Naga consisting of children, adults, guides and indigenous officers. The results showed that a variety of cultural activities in Kampung Naga contains elements of mathematics such as counting, measuring, and making geometries design, even traditional games were still popular till today. The potential of Ethnomathematics of traditional games consisting of Congklak, Galah and Pecle could be developed as a mathematical context learning process. The traditional games contain mathematical concepts, such as Congklak contains the concepts of modulo arithmetic operations, Galah contains the concept of probability, subtraction and summation. Pecle contains the concept of geometry, symmetry folding and wake nets that could be developed into learning design in elementary mathematics. Keywords: Ethnomathematics, Traditional Games, Learning Design.
matematika pada siswa. Untuk itu harus
PENDAHULUAN Pembelajaran yang tidak tepat akan membawa
kebosanan
menjadikan
momok
yang
dilakukan dengan cara merealistikkan
akan
objek matematika dan melaksanakan
ketidaksukaan
satu pembelajaran yang melibatkan
1
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
(Julie,
bermain sehingga siswa menjadi aktif
2011:312) mengatakan pembelajaran
dan senang dalam belajar (Nursyahidah,
yang berpusat pada guru membuat siswa
F., Ilma, R., & Somakim, 2013:218).
pasif dan sangat tergantung kepada guru.
Guru dapat mengambil keuntungan dari
Murid cenderung menghapal konsep-
aktivitas permainan siswa, sehingga
konsep
memungkinkan siswa belajar dari yang
keaktifan
siswa.
tanpa
Marpaung
mengerti
arti
dan
dikenal ke yang tidak diketahui dan dari
maksudnya. Masyarakat Suku Sunda di Provinsi
konkrit
ke
yang
abstrak.
Dengan
Jawa Barat mempunyai tradisi-tradisi
menggunakan aktivitas budaya lokal dan
hidup masyarakat yang turun-menurun
permainan
dari nenek moyangnya seperti aktivitas
mengajar
budaya
tradisional.
termotivasi,
Aktivitas budaya di pedusunan sangat
matematika
kental dengan kegiatan berenang dan
populer dan bersejarah.
dan
permainan
dalam
proses
matematika,
belajar
siswa
sehinggasiswa sebagai
akan melihat
kegiatan
yang
memancing di sungai, bersiul, membuat
Rumusan masalah dalam penelitian
kerajinan bambu, mengembala ternak,
ini adalah: (1) Bagaimana gambaran
membajak
representasi
aktivitas
sedangkan permainan tradisional adalah
permainan
tradisional
main rebutan,layang-layang, loncat tali,
Kampung
gasing dan lain-lain. Karena aktivitas
matematika?;(2)Potensi etnomatematika
budaya dan permainan tradisional sering
apa saja dari permainan tradisional
dilakukan
oleh
maka
masyarakat Kampung Naga yang bisa
kegiatan
tersebut
mendarah
dikembangkan dalam pembelajaran?; (3)
sawah,
dan
lain-lain,
masyarakat, sudah
Naga
Bagaimanakah
daging dalam diri anak-anak. Anak-anak mempunyai energi tak terbatas untuk terlibat dalam bermain.
berbasis
budaya
dan
masyarakat
yang
bernuansa
desain
pembelajaran
permainan
tradisional
masyarakat Kampung Naga? Sedangkan tujuan dari penelitian ini
Bermain merupakan salah satu ciri anak
untuk
menggali
potensi
langsung dengan lingkungan. Dengan
etnomatematika
yang
bisa
menginteraksikan permainan ke dalam
dikembangkan
proses
tradisional masyarakat Kampung Naga
usia
SD
yang
dapat
pembelajaran,
berinteraksi
berarti
turut
mengkondisikan siswa belajar sambil
adalah
dan
membuat
dari
permainan
desain/skenario
2
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
pembelajaran
matematika
ISSN
Seri Pendidikan
kelas
IV
1996:12), yakni dengan melibatkan
berbasis aktivitas budaya dan permainan
peneliti
dalam
pergaulan
tradisional rakyat Sunda yang dapat
masyarakat ada Kampung Naga, di
digunakan di dalam kelas atau untuk
Kecamatan
belajar individu siswa.
Tasikmalaya. Adapun kajian etnografi
Salawu,
dengan
Kabupaten
permasalahan
dalam penelitian ini difokuskan pada
pembelajaran matematika yang dihadapi
nilai-nilai matematika yang terkandung
oleh siswa SD di atas dan pentingnya
dalam aktivitas adat dan permainan
aktivitas
tradisional yang sampai saat ini masih
Berkaitan
dengan
budaya
dan
permainan
tradisional untuk menunjang proses
eksis.
pembelajaran matematika maka melalui
Subyek dalam penelitian adalah
penelitian ini akan dilakukan studi
anak-anak usia sekolah dasar dan
tentang
menengah, tour guide adat dan tokoh
Pengembangan
Model
Pembelajaran Matematika Efektif untuk
masyarakat
SD
aktivitas
berbasis
AktivitasBudaya
dan
yang budaya
mengenal dan
benar
permainan
Permainan Tradisional Sunda. Dengan
tradisional masyarakat di Kampung
menggunakan
permainan
Naga. Data yang digunakan dalam
bahwa
penelitian ini berupa rekaman gambar,
pembelajaran yang dilaksanakan dapat
video dan audio yang dirubah ke transkip
memberikan hasil yang optimal dan
untuk kemudian dianalisis. Data tersebut
mampu
merupakan
tersebut,itu
media diharapkan
meningkatkan
kemampuan
hasil
wawancara
dan
pemecahan masalah matematika siswa
rekaman aktivitas budaya masyarakat
SD.
dan praktek permainan tradisional yang
BAHAN DAN METODOLOGI
biasa dipakai sehari-hari. Data diambil
Kajian etnomatematika masyarakat
dari nara sumber yang merupakan
Kampung Naga merupakan gabungan
penduduk asli Kampung Naga dari
dua konteks ilmu. Yaitu etnografi dan
jenjang anak- anak, warga dewasa,
matematika. Oleh karena itu, pengkajian
pemandu tamu dan ketua adat.
masalah ini akan memakai pendekatan
Metode
analisis
data
dalam
teoretis. Penelitian ini menggunakan
penelitian ini merujuk kepada pendapat
pendekatan kualitatif etnografi menurut
Miles
(Spradly, 1997:4) dan
1996:13)
(Muhadjir,
dan
Huberman
bahwa
dalam
(Muhadjir, penelitian
3
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
etnografi dilakukan dalam dua prosedur,
masih digemari anak-anak sampai saat
yaitu selama penyajian data dan setelah
ini. Berikut digambarkan secara rinci
pengumpulan data. Prosedur pertama
aktivitas masyarakat Kampung Naga
dilakukan melalui tahapan reduksi data,
yang bernuansa matematika.
sajian data dengan gambar dan verifikasi
1.
Aktivitas Budaya Masyarakat Kampung Naga yang Mengandung Unsur Matematika
a.
Membilang
data dengan teknik truangulasi. Teknik triangulasi
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data ulang dengan waktu dan
subjek
yang
berbeda
untuk
Membilang pertanyaan
berkaitan “berapa
dengan banyak”.
memastikan bahwa data yang diperoleh
Kebanyakan masyarakat Kampung Naga
benar adanya/valid.
terutama anak-anak menggunakan jari
HASIL DAN PEMBAHASAN
tangan sebagai alat membilang. Teknik
A. Aktivitas Budaya dan Permainan Tradisional Masyarakat Kampung Naga yang Mengandung Unsur Matematika Berdasarkan aktivitas budaya yang berkembang di masyarakat Kampung Naga, sebenarnya kita bisa melihat terdapat banyak konteks pelajaran yang telah mereka terapkan secara nyata. Mereka
telah
mempelajari
bahasa
dengan baik, bahkan bahasa adat sunda buhun yang kini hampir mengalami perubahan secara luas di masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Jika diamati lebih lanjut ternyata banyak sekali aktivitas budaya yang mengandung unsur-unsur
matematika.
Aktivitas
tersebut bisa terlihat dari kegiatan masyarakat
seperti
membilang,
mengukur, membuat rancang bangun bahkan permainan tradisional yang
membilang tidak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya, hanya saja bahasa budaya yang mereka gunakan adalah dalam bahasa sunda: hiji, dua, tilu, opat, lima, genep, tujuh, dalapan, salapan dan sapuluh. Bilangan-bilangan tersebut menunjukkan angka satu sampai sepuluh. Kebanyakan dari masyarakat Kampung Naga menggunakan bilangan untuk menghitung jumlah hewan ternak, jumlah
peralatan
berburu,
jumlah
keluarga bahkan jumlah keluarga dan rumah
yang
ada
diperkampungan
tersebut. Dalam hal membilang, tidak ada perbedaan yang prinsip dengan masyarakat pada umumnya selain dari aspek kebahasaan yang digunakan. b.
Mengukur Mengukur pada umumnya berkaitan
dengan pertanyaan “berapa (banyak,
4
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
panjang/lebar/tinggi dan lama)”. Untuk
runtuian
menyatakan
masyarakat
berdasarkan hari kelahiran (misalnya
Kampung Naga menggunakan beberapa
bagi yang lahir hari rabu, maka saweton
istilah seperti: saikat / satu ikat,
bermakna 7 hari karena rabu memiliki
sakeupeul / satu kepal, sacanggeum /
makna 7, dengan kata lain hari yang
satu genggaman tangan yang terbuka,
berbeda memiliki makna yang berbeda),
salosin / satu lusin, sakodi / satu kodi,
katujuhna /
satasbeh / satu putaran tasbih (99), dan
digunakan untuk menunjukkan hari
saliter / satu liter, sajolang /
satu
ketujuh dari seseorang yang telah
baskom ukuran besar (ukuran sudah
meninggal dan ini digunakan untuk acara
saling dipahami masyarakat tanpa perlu
berdoa bersama), sawindu / delapan
diperdebatkan), sasendok / satu sendok,
tahun, sapurnama / dari bulan purnama
sagelas / satu gelas (mereka tidak
ke bulan purnama lagi.
menggunakan
c.
banyak,
ukuran
milliliter,
misalnya untuk menyatakan banyaknya obat),
Untuk
masyarakat
menyatakan Kampung
panjang, Naga
waktu
yang
ditentukan
hari ketujuh (biasanya
Membuat Rancang Bangun Membuat
rancang
bangun
merupakan konteks matematika yang menjadi
corak
hampir
seluruh
menggunakan istilah seperti: sajeungkal
masyarakat adat dimanapun. Hal ini
/ satu jengkal, sadeupa / sepanjang
dikarenakan kehidupan masyarakat adat
bentangan tangan kiri dan kanan, saawi /
yang biasanya identik dengan bangunan
sepanjang
tradisional dan tertata dengan baik.
digunakan
pohon
bambu
untuk
(biasanya menyatakan
Membuat
rancang
bangun
identik
Mereka
dengan penggunaan konsep geometri
mengenal satuan panjang berupa meter
secara nyata dalam kehidupan. Disatu
dan centimeter tetapi dalam kehidupan
sisi, masyarakat Kampung Naga tidak
sehari-hari
mempelajari
ketinggian/kedalaman).
mereka
lebih
sering
matematika
(geometri)
menggunakan ukuran dalam bahasa
secara formal melalui bangku sekolah
lokal, Untuk menyatakan ukuran lama,
tetapi
masyarakat Kampung Naga biasanya
mengembangkannya dengan sangat baik
menggunakan beberapa istilah sebagai
sehingga menjadikannya istimewa.
mereka
mampu
berikut: sabedug / satu hari (dari jam 7
Ada banyak jenis peralatan sehari-
sampai jam 12), saweton / sanaptu / satu
hari yang mengandung unsur geometri
5
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
termasuk bagian-bagian dari rumah adat
digunakan untuk menampi beras.
yang digunakan sebagai tempat mukim
Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat bahwa
masyarakat Kampung Naga. Adapun
nyiru menyerupai bangun geometri
peralatan-peralatan tersebut:
lingkaran. Jika diamati secara cermat,
1) Lesung kayu
nyiru memiliki bentuk lingkaran yang
Lesung kayu adalah alat tradisional
sempurna.
Ini
menunjukkan
yang berfungsi untuk menumbuk padi
etnomatematika masyarakat Kampung
supaya
Naga telah berkembang dengan baik.
kulitnya
menghasilkan
terlepas
beras.
sehingga
Berdasarkan
gambar 4.1 terlihat bahwa lesung kayu
3) Aseupan Aseupan adalah peralatan memasak persegi
yang digunakan untuk mengukus nasi
panjang dan lingkaran. Secara geografis,
atau makanan lainnya di atas tungku.
Kampung Naga berada pada lokasi yang
Bentuk aseupan miri sekali dengan
jauh dibawah dari jalan raya sehingga
bangun geometri kerucut.
memiliki
bentuk
geometri
harus turun melewati ratusan tangga yang terjal. Jika ingin menumbuk padi dengan menggunakan mesin penggiling padi maka masyarakat harus memikul padi menaiki ratus anak tangga yang terjal. Dengan demikian, lesung kayu adalah
satu-satunya
solusi
untuk
mengolah padi menjadi beras. 2) Nyiru
Masyarakat
Nyiru adalah peralatana rumah tangga yang berbentuk bundar terbuat dari
anyaman
bambu
dan
membuat
Kampung
aseupan
menggabungkan
dengan
anyaman
Naga cara bambu
biasa 6
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
berupa
jarring-jaring
ISSN
Seri Pendidikan
kerucut
yang
yang berbentuk segitiga.
ditempelkan pada sebuah ring dari
Hal ini dimaksudkan agar hihid
bambu yang berbentuk lingkaran. Ini
lebih kuat dan tahan lama. Perkakas ini juga
merupakan
bentuk
konteks
matematika yang real dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 5) Hateup / Suhunan Hateup atau suhunan merupakan bagian dari atap rumah yang terlihat seperti segitiga sama kaki (jika dilihat dari samping kanan atau kiri). Jika konteks
dilihat dari depan atau atas, hateup
matematika yang sangat real dalam
menyerupai bangun persegi panjang.
kehidupan.
Bahan dasar pembuatan hateup adalah
4) Hihid
injuk, yaitu sejenis serabut dari pohon
juga
termasuk
ke
dalam
Hihid lebih dikenal sebagai kipas
aren.
Fungsinya
sebagai
pengganti
tradisional yang banyak digunakan oleh
genting rumah. Selain memberi rasa
tukang sate.
sejuk ke dalam cuaca di dalam ruangan,
Di Kampung Naga, hihid digunakan untuk mengipasi nasi yang telah matang dan siap didinginkan supaya awet dan
bahan ini juga telah teruji lolos dari kebocoran air hujan. Hal menarik dari bangunan rumah
lebih enak dimakan. Bentuk hihid dibuat
masyarakat
Kampung
Naga adalah
dengan cara menempelkan anyaman
keseragamannya. Hampir semua rumah
yang berbentuk segi empat pada gagang
memiliki desain dan ukuran yang sama,
yang panjang dan dijepit oleh rangka
bahkan pengerjaannya dilakukan secara gotong royong dan tidak menggunakan paku besi yang biasa dijual di toko bangunan. Semua peralatan tersebut dibangun dengan sistem yang teratur dan berbahan baku dari alam yang dikelola dengan baik. 6) Pager
7
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Pager atau lebih dikenal dengan istilah
pagar
daerah Kampung
Naga.
ibadah shalat. Sesekali dulag digunakan
pembatas
untuk pemberitahun atau peringatan
masyarakat
berkumpul. Perannya menjadi sangat
merupakan
pemukiman
ISSN
Seri Pendidikan
Selain
sebagai
penting karena masyarakat Kampung Naga tidak menggunaka listrik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk dulag menyerupai bangun berbentuk tabung yang terbuat dari kayu yang dibolongi tengahnya lalu salah satu alasnya ditutup dengan kuliat domba
pembatas antara daerah pemukiman
atau kuliat kerbau. Kerasnya pukulan
masyarakat dengan lingkungan umum,
dan kualitas kulit menentukan kualitas
pager
melindungi
suara yang dihasilkan. Suaranya juga
pemukiman dari bahaya binatang buas.
menghasilkan gema. Selain mengandung
Pager disusun dari bahan bambu yang
nilai-nilai
dibelah dengan ukuran yang sama lalu
secara tidak disadari bahwa mereka telah
dianyam dengan desain yang lebih
banyak menggunakan konsep fisika.
juga
berfungsi
etnomatematika,
ternyata
longgar. Desain pager juga tidak lepas dari konsep geometri yaitu kesejajaran. Walaupun istilah sejajar tidak dibuktikan dengan sudut dan kemiringan secara matematis, tetapi keindahan pada pager tradisional cukup meyakinkan mata bahwa desain tersebut layak dikatakan sejajar. 7) Dulag / Bedug Dulag atau lebih popular dengan
2.
Permainan Tradisional Masyarakat Kampung Naga yang Mengandung Unsur Matematika Ada
banyak
jenis
permainan
panggilan bedug juga merupak bagian
tradisional masyarakat Kampung Naga
dari peralatan adat masyarakat Kampung
yang
Naga. Fungsi dulag di Kampung Naga
matematika.
sangat berarti sekali, yaitu sebagai
permainan tersebut cocok dimainkan
peringatan atau panggilan menunaikan
oleh anak-anak usia sekolah dasar.
mengandung
unsur-unsur
Kebanyakan
dari
8
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Berikut
deskripsi
beberapa
ISSN
Seri Pendidikan
jenis
lawan agar tidak bisa lolos melewati
permainan tradisional yang mengandung
garis ke baris terakhir secara bolak-balik,
unsur-unsur matematis:
dan untuk meraih kemenangan seluruh
a.
anggota grup harus secara lengkap
Congklak
Congklak merupakan permainan yang
melakukan proses bolak-balik dalam
dilakukan oleh dua orang yang saling
area lapangan yang telah ditentukan. Permainan
berhadapan dan dilakukan dengan alat
ini
sangat
menarik,
bantu papan congklak yang disebut
menyenangkan sekaligus sangat sulit
dengan dakon.
karena setiap orang harus selalu berjaga
Pemain dengan bakat matematika
dan
berlari
secepat
mungkin
jika
memiliki keuntungan, karena aturan
diperlukan untuk meraih kemenangan.
memungkinkan
Ingatlah bahwa peluang selalu ada,
pemain
untuk
menentukan terlebih dahulu apakah dia
walaupun
akan
probabilitasnya sedikit.
menang
atau
kalah
sebelum
memilih genap atau ganjil bahkan nomor
c.
tumpukan potongan bermain.
Pecle
terkadang
nilai
Pecle / Engklek atau
engklek
adalah
suatu
permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang datar yang telah diberi garis pola kotak-kotak, kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya. Di adat Sunda, permainan ini lebih sering dipanggil pecle, tetapi masyarakat pada umumnya memanggil b.
Galah
Galah
merupakan
permainan ini dengan sebutan engklek. permainan
yang
sangat popular bagi anak-anak usia SD hampir di seluruh daerah. Perbedaan nama di berbagai daerah tidak membuat asing permainan ini. Di beberapa daerah disebut Galasin atau Gobak Sodor. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana
Ada banyak macam sketsa yang biasa digunakan anak-anak Kampung
masing-masing tim saling menghadang 9
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
Naga dalam permainan ini. Sketsa
yang dipilih maka akan semakin banyak
dengan gambar gunug dan pesawat
lubang yang diisi, termasuk peluang
biasanya lebih menjadi pavorit anak-
lubang induk terisi lebih besar. Artinya
anak. Selain gambarnya lebih praktis,
dalam memainkan congklak, anak-anak
permainannya tidak terlalu sulit.
bisa membedakan mana lubang yang
Kendati demikian, hanya pemain
lebih banyak dengan yang sedikit. Untuk
dapat
bisa membedakan mana lubang yang
menemukan “rumah”-nya dalam satu
memiliki batu lebih banyak, pemain
kali lemparan. Jika lemparan patah
harus melihat secara kasat mata dan
mengenai garis atau ke luar bidang
menghitung jumlah batu jika ada lubang
permainan, maka dinyatakan tidak sah.
yang terlihat sama banyaknya. Konsep
Si pemain harus melempar ulang setelah
ini
menunggu giliran pemain berikutnya
perbandingan dalam pelajaran sekolah
menyelesaikan permainan. Permainan
dasar.
yang
beruntung
saja
yang
ini banyak digemari oleh perempuan dan jarang
sekali
anak
laki-laki
yang
termasuk
ke
dalam
Berdasarkan
konsep
dugaan-dugaan
peneliti dalam proses bermain congklak
menyukai permainan ini.
maka bisa dikembangkan lebih lanjut
B. Potensi Etnomatematika Dari Permainan Tradisional yang Dapat Dikembangkan Dalam Pembelajaran
desain
pembelajaran
etnomatematika
dari
berbasis permainan
congklak. Selain membuat matematika
Berdasarkan deskripsi tiga jenis
lebih akrab dan kontekstual bagi siswa,
permainan tradisional yang ada di
desain pembelajaran ini merupakan
Kampung Naga, peneliti melihat adanya
bagian dari upaya untuk menjaga
potensi etnomatematika yang dapat
kearifan loka masyarakat adat.
dikembangkan
2.
dalam
pembelajaran.
Berikut adalah rincian masing-masing
Galah Permainan
galah
dilakukan
potensi etnomatematika tersebut:
ditempat
1.
Congklak
membatasi arena dengan tali atau garis.
Dalam permainan congklak terdapat
Biasanya batas arena berbentuk persegi
yang
dan
luas
batas
dengan
dibuat
cara
7 lubang lawan dan 7 lubang kawan
panjang
secara
dengan setiap lubang terdiri dari 7 buah
insidental oleh pemain. Dalam membuat
batu atau kerang. Semakin banyak batu
batas arena permainan terlihat adanya
10
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
konsep matematis bangun datar. Selain
menambah dukungan bahwa mereka
itu muncul konsep bilangan ketika anak-
akrab dengan geometri. Bahkan satu
anak yang bermain diminta mengukur
jenis desain dari lintasan pecle yang
berapa luas arena permainan.
digunakan mirip dengan bentuk jari-
Secara
sederhan
permainan
jaring balok. Ini menunjukkan bahwa
biasanya dimulai dengan melempar uang
sangat banyak potensi matematika yang
logam untuk menentukan kelompok
bisa dikembangkan dalam permainan
ataupun posisi pemain. Kegiatan ini juga
ini.
mengandung unsur matematis yaitu
C. Desain Pembelajaran Berbasis Permainan Tradisional Masyarakat Kampung Naga
peluang. Ada banyak hal lain yang masih bisa dipelajari dari permainan tradisional
Setelah
galah panjang ini. 3.
Dalam permainan pecle anak-anak Kampung Naga memerlukan patah atau sejenis koin yang terbuat dari batu atau genting.
Patah
biasanya
berbentuk lingkaran atau persegi, selain mudah dibuat mereka menganggap bentuk tersebut indah dipandang. Jika patah yang meraka gunakan bentuknya tidak beraturan maka sebisa mungkin mereka membentuknya sendiri. Disini kita bisa meihat bahwa mereka telah mengenal sifat-sifat geometri walaupun mungkin saja mereka tidak sadar nama bangun
yang
mereka
bentuk
apa.
Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka sangat akrab dengan geometri. Bentuk merupakan
potensi
etnomatematika dari berbagai jenis
Pecle
pecahan
menggali
lintasan bangun
permainan
geometri
yang
memiliki simetri lipat. Kondisi ini
permainan tradisional di Kampung Naga kemudian
peneliti
pembelajaran
membuat
yang
desain
memungkinkan
diterapkan di sekolah dasar. Adapun rincian
masing-masing
desain
pembelajaran berdasarkan jenis-jenis permainan tersebut sebagai berikut: 1.
Desain
Pembelajaran
Melalui
Permainan Tradisional Congklak Desain
pembelajaran
melalui
permainan congklak bisa diterapkan pada siswa jenjang SD kelas IV yaitu pada materi operasi hitung. Desain pembelajaran
ini
mengarahkan
siswa
memahami
bahwa
cenderung untuk
lebih
matematika
merupakan bagian dari kehidupan yang akan selalu ada dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, pembelajaran didesain dalam bentuk 11
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
pendidikan matematika realistik dengan
bergiliran melakukan permainan lempar
menggunakan
yang
dadu. Setiap siswa melempar dadu
dimainkan siswa secara langsung. Pada
masing-masing pada arena yang sama
proses berjalannya aktivitas belajar
lalu ditanya: Siapa yang menang?;
siswa, guru menggali beberapa konsep
Kenapa dia menang?; Berapa angka
matematika
dadu yang menang?; Berapa angka dadu
alat
peraga
melalui
beberapa
pertanyaan. Adapun rancangan tahapan
yang kalah?; Berapa selisihnya?
aktivitas dalam pembelajaran dilakukan
e.
Teka-Teki Congklak Setelah menggunakan dadu maka
sebagai berikut: a.
Memperkenalkan permainan
siswa akan disajikan media elektronik
b.
Simulasi Permainan
baru yang dikemas dalam bentuk teka-
c.
Investigasi
teki
d.
yang
proyektor.
Permainan Dadu
dimunculkan Teka-teka
melalui
menyediakan
tampilan dakon yang telah terisi namun ada beberapa lubang yang menjadi misteri. Dengan memberi tahu jumlah batu congklak seluruhnya, lalu siswa diminta menghitung berapa banyak batu yang seharusnya ada pada lubang misteri Setelah
menggunakan
permainan
tersebut.
congklak dan melewati investigasi maka terlihat bagaimana keterampilan siswa memahami operasi penjumlahan dan pengurangan.
Memahami
operasi
penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan
permainan
congklak
Gambar 4.11 Teka-Teki Congklak
memerlukan waktu yang cukup banyak. Agar proses pembelajaran lebih efektif,
2.
Desain
Pembelajaran
Melalui
maka guru harus menyediakan media
Permainan Tradisional Pecle
yang lebih efektif, yaitu menggunakan
Desain
pembelajaran
melalui
permainan pecle bisa diterapkan pada
dadu. Sepasang siswa diminta secara
siswa jenjang SD kelas IV yaitu pada
12
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
materi mengenal jarring-jaring bangun
start
ruang.
ini
pelemparan gacuk pertama dan
cenderung mengarahkan siswa untuk
tentunya tidak dilalui. Coba
lebih mengenal contoh-contoh bangun
perhatikan: Ada berapa jumlah
ruang. Melalui permainan congklak,
kotak seluruhnya? dan pada
siswa akan dikenalkan bahwa tidak
permainan tahap 1, ada berapa
hanya bangun ruang yang erat dalam
banyak
kehidupan
terinjak?
Desain
pembelajaran
melainkan
jarring-
yang
kotak
dijadikan
yang
akan
2) Jadi mari kita modifikasi desain
jaringnyapun erat dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses berjalannya
permainan
aktivitas belajar siswa, guru menggali
menghilangkan kotak pertama
beberapa konsep matematika melalui
yang ada gacuk-nya. Maka
beberapa kegiatan. Adapun rancangan
desain menjadi seperti apa? 3) Coba
tahapan aktivitas dalam pembelajaran
b.
Kembali
perhatikan
dengan
modifikasi
arena pecle yang baru, coba
dilakukan sebagai berikut: a. Mengingat
pecle
kalian gambar dalam kertas
dan
Mensimulasikan Permainan
karton lalu gunting sesuai desai
Ekspolarasi
kemudian lipatlah.
Lakukan
percobaan, bangun ruang apa yang kalian dapatkan? Lalu sebagian siswa menunjukkan kubus seperti berikut: c.
Menggali Kreativitas
Setelah melakukan permainan guru memberikan mengeksplorasi siswa tentang desain arena permainan pecle.
Untuk
mengeskplorasi
pembelajaran, guru memberikan pertanyaan sebagai berikut: 1) Coba perhatikan desain pecle yang kalian buat tersebut: Kotak pertama adalah kotak
Setelah siswa mengetahui bahwa arena permainan pecle merupakan jarringjaring kubus, maka guru memberikan
13
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
bangun kubus terbuat dari karton yang
pecle
yang
biasa
sudah disiapkan dari rumah untuk
sebelumnya). Tujuan pembelajaran
dibagikan kepada setiap kelompok. Lalu
dari
guru memberi pertanyaan: “Coba potong
menunjukkan bahwa siswa mampu
kubus tersebut dengan silet atau gunting
menggambar desain jarring-jaring
tapi jangan sampai putus, jarring-jaring
kubus pada tanah untuk secara nyata
seperti apa yang kalin dapatkan?”. Pada
menggunakannya dalam permainan
tahap ini ada potensi terciptanya jarring-
sehari-hari.
aktivitas
digunakan
ini
adalah
jaring yang beragam seperti: SIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah : 1.
Beragam
aktivitas
masyarakat
Kampung
mengandung
semua
pekerjaan
bisa
siswa
maka
guru
sampai
Kegiatan
kegiatan
rancang permainan
saat
membilang
ini. dan
mengukur melibatkan unsur-unsur matematika
Setelah siswa membentuk jarring-
corak
jaring kubus yang beragam tentuya memiliki
dilakukan
daerah
dengan
tersebut
dalam
rangka
hari.
ulang
yang baru (berbeda dengan desain
dengan
pemenuhkan kebutuhan sehari-
permainan pecle. Setelah itu mereka
permainan pecle dengan desain
budaya
kegiatan-kegiatan
kreatif yang bisa dipilih untuk
mensimulasikan
diterapkan
menggunakan istilah-istilah sunda,
banyak
referensi bahwa ada banyak desain
diminta
bahkan
anak-anak
Resimulation
telah
dari
tradisional yang masih digemari
kerja kepada setiap
jaring yang beragam.
mereka
tersebut
membuat
bangun
kelompok agar terbentuk jarring-
d.
terlihat
mengukur,
mengulang
kembali aktivitas ini dan memberi bimbingan
Aktivitas
masyarakat seperti membilang,
menghasilkan jarring-jaring yang sama
Naga
unsur-unsur
matematika. Jika
budaya
2.
Potensi
etnomatematika
dari
permainan tradisional masyarakat
14
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
Kampung Naga yang terdiri dari congklak, galah dan pecle bisa dikembangkan sebagai konteks matematika
yang
bisa
dikembangkan
dalam
pembelajaran. Hal ini dikarena
ISSN
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi III). Yogyakarta: Rakeserasin Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi Muhadjir. Terjemahan Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana
permainan-permainan tradisional yang
berkembang
mengandung
disana
konsep-konsep
matematika. 3.
Desain
pembelajaran
permainan
tradisional
berbasis masyarakat
Nursyahidah, F., Ilma, R., & Somakim. 2013. Supporting First Grade Student’s Understanding of Addition up to 20 Using Traditional Game. IndoMS-JME, Vol.4, No.2. Palembang: hal: 212 – 223.
Kampung Naga seperti congklak, galah dan pecle yang mengandung potensi etnomatematika bisa dikembangkan ke dalam desain pembelajaran. Terimakasih Penelitian
dan
kepada Pengabdian
Lembaga kepada
Masyarakat dan semua pihak yang telah memberikan
dukungan
terhadap
penelitian
baik
maupun
materiil.
ini
Semoga
bermanfaat
moril jurnal
bagi
ini
bisa
perkembangan
pendidikan matematika dan pembaca pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Julie,
Hongki. 2011. Development Guided Reinvention Pricnciple In PMRI Approach In Use The Teacher Guide In Elementary School. Proceeding diterbitkan di UNY ISBN: 978-97916353-7-0 15
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
PEDOMAN PENULISAN NASKAH Jurnal Penelitian Siliwangi diterbitkan setiap bulan April dan bulan Oktober oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Siliwangi, dan mempublikasikan hasil penelitian pada berbagai disiplin ilmu. Naskah yang dikirim ke jurnal Siliwangi harus asli bukan naskah yang sudah dibublikasikan di jurnal lain. Penulis yang berminat untuk menerbitkan naskahnya dalam Jurnal Penelitian Siliwangi harus mengirimkan naskahnya sebanyak 2 (dua) eksemplar dengan disertai softcopy dalam bentuk CD kepada : Dewan Redaksi d/a Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Kode Pos 46115 Tlp. (265) 33064 Fax. (265) 325812 Web. http://lppm.unsil.ac.id E-mail:
[email protected]. Dewan Penelaah yang bidang keahliannya gayut dengan tema naskah akan menelaah naskah, Setelah proses penelaahan oleh Dewan Penelaah, naskah yang diterima untuk dimuat di dalam Jurnal Penelitian Siliwangi dikembalikan kepada penulis untuk direvisi. Hasil revisi segera dikirimkan kembali ke redaksi. Dewan Penelaah dan Mitra bestari berhak memutuskan untuk menerima atau menolak naskah ditinjau dari segi kebaruan, nilai ilmiah, dan dampaknya bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Format Naskah Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dengan mengikuti pedoman penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Ejaan Yang Disempurnakan), atau bahasa Inggris, dan ditulis menggunakan program pengelolaan kata MS-Word versi 97-2003 (Windows) atau MS-Word versi 2004. Naskah diketik dengan jarak antar baris 1,5 spasi, kecuali Abstrak, Tabel, Gambar, Daftar Pustaka, dan Keterangan lain yang diketik 1 spasi menggunakan jenis huruf Time New Roman 12 point pada lembar kerja berukuran A4 (21 cm x 29,7 cm). Batas tiap halaman kiri-kanan dan atas-bawah 3 cm. Tata letak naskah ditulis dalam satu kolom dengan jumlah halaman naskah adalah maksimal 15 halaman tidak bolak balik. Sistematika Judul bahasa Indonesia, judul bahasa Inggris, Penulis, Atribut, Abstrak, Pendahuluan, Bahan dan Metode atau Metodologi, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.Ucapan terimakasih. Judul: Ringkas, jelas dan menunjukkan adanya kajian/analisis terhadap masalah/topik yang dikaji. Penulis : beri kode angka 1,2, 3 dst mengindikasikan afiliasi instansi penulis Atribut : Nama dan institusi penulis, alamat kontak (telp, faks, E-mail). Cantumkan afiliasi dan alamat institusi. Nama penulis korespondensi diberi tanda * dan E-mail korespondensi di bawah institusi.
16
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
Contoh: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN PENGGUNAAN ASAM HUMAT The Increase of rice produktivity using humic acid Suhardjadinata1*,Yaya Sunarya1 , Hj. Tenten Tedjaningsih2 dan Yani Fitrianis3 1) Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi 3) Alumni Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115, *Penulis Korespondensi: HP 08522367xxxx, E-mail :
[email protected] 2)
Abstrak; ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan jarak antar baris 1(satu) spasi; ditulis dalam satu paragraf (200-250) kata yang mencangkup konsep yang dikaji, problem yang terkait dan solusi alternatif (untuk ide-ide konseptual) atau masalah, metode dan hasil (untuk hasil penelitian). Kata Kunci; maksimum 6 (enam) kata, ditulis terpisah 1,5 spasi di bawah abstrak, kata/istilah/pengertian yang penting. Pendahuluan : Merupakan analisis situasi mengenai masalah yang dikaji, yang ditunjang oleh referensi relevan dan menjustifikasi mengapa masalah perlu ditelaah dan untuk apa. Bahan dan Metode/Metodologi : penjelasan singkat mengenai dimana lokasi penelitian, kapan penelitian dilaksanakan, bahan atau instrumen apa yang digunakan dan metode apa yang digunakan untuk melakukan penelitian atau memecahkan masalah. Hasil dan Pembahasan : Pemaparan hasil secara runut dan komprehensif yang mengarah pada pemecahan masalah yang dikaji/teliti. Kesimpulan dan Saran: kesimpulan ditulis singkat, jelas dan sistematik sesuai runtutan paparan dalam Hasil dan Pembahasan dan menjawab masalah yang diteliti/dikaji. Sementara, sasaran diberikan sesuai dengan apa yang menjadi masalah dalam penerapan metode dan hasil yang didapat. Daftar Pustaka: Sistematika penulisan daftar pustaka sesuai dengan sistem nasional yang berlaku atau sistem internasional. Untuk buku teks; Nama penulis/pengarangan. Tahun penerbitan. Judul buku, edisi dan tahun revisi (jika ada), nama dan tempat penerbit. Halaman yang disitir. Contoh: Brady, N. C. and R. R. Weil. 1996. The Nature and Properties of Soils. Eleventh edition. Prentice Hall, inc. New Jersey. 741 p.
17
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
Seri Pendidikan
ISSN
Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. D. Beaton. 1985. Sosil Fertility and Fertilizers. Fourth Edition. Mac Millan Publishing Company, New York. 754 p. Untuk artikel dalam buku: Nama penulis/pengarangan. Tahun penerbitan. Judul artikel, nama redaktur/penyunting ditulis lengkap jika kurang dari tiga atau dengan et al., jika lebih dari tiga orang (hanya penulis pertama yang nama marganya ditulis pertama), judul publikasi atau buku, nama dan tempat penerbitan, halaman. Contoh: Peng, S., Senadhira. 1998. Genetic enhancement of riceyield. In: Dawling, N.G., S.M. Gmenfield, and K.S. Fischer (Eds.). Sustainability of Rice in the Global Food System. Pacific Basin Study Center. IRRI. Manila. 404p. Saraswati,Rasti.,Tini Prihatini, dan Ratih Dewi Hastuti. 2004. Teknologi pupuk mikroba untuk meningkatkan efesiensi pemupukan dan berkelanjutan sistem produksi padi sawah. dalam Fahrudin Agus et al., (Edt). Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya.. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan, Bogor. hal 169-190. Untuk Jurnal: Nama penulis/pengarang. Tahun Judul artikel. Nama jurnal. Edisi/ Volume/Nomor jurnal. Penerbit, tempat penerbit, halaman di mana artikel bersangkutan dicantumkan. Contoh: Eagle, A.J., J.A. Bird, W.R. Horwath, B.A. Linguist, S.M. Brouder, J.E. Hill, C. Van Kessel. 2000. Rice yield and nitrogen utilization efficiency under alternative straw management practices. Agron. J. 92 (2): Pp1096-1103. Syukur, A. dan E.S. Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK terhadap beberapa sifat kimia dan sifat fisik tanah dan pertumbuhan caisin di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian dan Lingkungan 8(2): hal. 138-145 Prosiding : Adiningsih, J.S. dan Sri Rocyati. 1988. Peranan bahan organik dalam meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk dan produktivitas tanah. Pros. Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk, Cipayung. 16-17 Nopember 1988. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. hal.78-87. Meelu, O.P., R.A. Morris. 1987. Integrated management of green manure, farm yard manure, and inorganic nitrogen fertilizers in rice and rice based cropping sequences. In: Efficiency of nitrogen fertilizer for rice. Proceeding of the Meeting of the International Network on Soil Fertility and Fertilizer Evaluation for Rice; New South Wales, Australia, 10 – 16 April 1985. International Rice Research Institute. p185-193. Untuk sumber referensi dari internet: Nama penulis/pengarang. Tahun. Judul. Website, Tanggal pengunduhan artikel dari website.
18
Jurnal Siliwangi Vol. 1. No.1. Mei 2015
ISSN
Seri Pendidikan
Contoh: Sarlan Abdulrachman, Hasil Sembiring dan Suyamto. 2011. Pemupukan Tanaman Padi Sawah. :http://www. bbpadi.litbang.deptan.go.id/infoaktual/511-pemupukantanaman padi. (diakses pada tanggal 09 Maret 2013). Rai I.N. 2002. Diagnosis Difesiensi dan Toksisitas Hara Mineral pada Tanaman. http://www.rudict.tripod.com/ sem 2012/Inyomanrai.htm. (diakses 10 Maret 2013 Tabel Judul tabel ditempatkan terpisah dari teks, posisi di atas tabel dan diberi nomor urut. Judul dimulai dengan huruf kapital. Contoh. Tabel 1. Rata-rata hasil gabah kering giling pada berbagai takaran asam humat dan takaran pemupukan nitrogen. Takaran pupuk N Takaran asam (kg ha-1) Rata-rata humat 0 45 67,5 90 (kg ha-1) t ha-1 0 1.54 3.01 4.94 5.35 3.71 a 3 2.00 3.74 5.53 5.82 4.28 b 4 2.33 2.86 4.74 5.48 3.85 b 5 2.45 3.55 5.64 5.67 4.33 b Rata-rata 2.08 3.29 5.22 5.58 A B C C Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama arah vertikal dan huruf besar arah horizontal tidak berbeda nyata menurut Uji jarak berganda Duncant pada taraf nyata 5 %.
Efisiensi Agronomi N
Gambar. Judul gambar ditempatkan terpisah dari gambar, posisi di bawah gambar dan diberi nomor urut. Judul dimulai dengan huruf kapital. Contoh. 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
45 kg/ha N 67.5 kg/ha N 90 kg/ha N 0 kg /ha
3 kg /ha 4 kg /ha Takaran asam humat
5 kg /ha
Gambar 3. Grafik Efisiensi Pemupukan Nitrogen Pada Berbagai Takaran Asam Humat
19