ISSN 1411-1098 Akreditasi LIPI Nomor : 401/AU2/P2MI-LIPI/04/2012
JURNAL SAINS MATERI INDONESIA Indonesian Journal of Materials Science Vol. 15, No. 1, Oktober 2013
KATA PENGANTAR Perbaikan dan penyempurnaan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah jurnal ilmiah begitu juga untuk Jurnal Sains Materi Indonesia. Mengawali penerbitan Vol. 15 ini, dewan redaksi Jurnal Sains Materi Indonesia telah melakukan beberapa penyempurnaan penampilan majalah sehingga sesuai dengan standar penampilan majalah ilmiah Indonesia. Pada Vol. 15, No. 1, Oktober 2013 ini ditampilkan 10 buah makalah hasil-hasil penelitian dari sejumlah lembaga litbang maupun perguruan tinggi. Topik utama yang dibahas terkait dengan bahan oksida keramik dan polimer. Topik yang terkait dengan bahan oksida keramik mengangkat isu energi, sensor dan teknologi pelapisan. Isu material untuk energi diangkat oleh A. Salim Afrozi dkk. tentang aplikasi oksida titanium (TiO2) untuk produksi hidrogen, dan Padilah Muslim dkk. tentang pemanfaatan oksida lantanum (La2O3) untuk meningkatkan kinerja bahan elektrolit fuel cell. Makalah tentang teknologi pelapisan dengan RF sputtering disajikan oleh Trimardji Atmono untuk aplikasi pada bahan sensor. Sedangkan Budiana dkk. menyajikan makalah mengenai pemanfaatan teknik spray coating bahan oksida zirkonium untuk merekayasa permukaan baja. Adapun makalah terkait dengan bahan polimer mengungkapkan tentang upaya modifikasi polimer sintetis dan polimer alam serta karakterisasinya. Modifikasi polimer sintesis PVDF disajikan oleh Evi Yulianti dkk. dengan tujuan meningkatkan konduktifitas ionik untuk aplikasi bahan baterai. Albinur Limbong dkk. menyajikan makalah penelitian eksplorasi PVDF sebagai bahan dielektrik dan feroelektrik. Tiga makalah terkait polimer alam mengangkat tentang aplikasi dan modifikasi polisakarida dari jenis selulosa dan pati. Peluang aplikasi bioselulosa untuk edible strip atau bahan pengantar obat (drug delivery) dilaporkan oleh Lucia Indrarti dkk. Upaya modifikasi polimer alam dengan teknik iradiasi dilaporkan oleh Ambyah dkk dan Gatot Trimulyadi Rekso dkk. yang masing-masing mengangkat bahan selulosa dan pati. Peluang pemanfaatan teknik nuklir untuk meningkatkan nilai tambah polimer alam menjadi informasi yang menarik dari kedua makalah tersebut. Pemanfaatan teknik nuklir dan bahan polimer juga disajikan dalam sebuah makalah yang disusun secara komprehensif oleh Martalena dkk. terkait dengan penyediaan sediaan radiofarmaka untuk diagnosis kanker. Berbagai bahasan pada edisi jurnal ini merupakan topik yang hangat dan baru di bidangnya masing-masing sehingga diharapkan dapat memberikan informasi berharga yang bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penemuan-penemuan ilmiah selanjutnya yang dapat memberikan dampak bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi material. Kami senantiasa berusaha untuk melakukan penyempurnaan sehingga saran dan koreksi untuk peningkatan mutu dan nilai penerbitan Jurnal Sains Materi Indonesia sangat kami harapkan.
Dewan Redaksi
i
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 15, No. 1, Oktober 2013
ISSN : 1411-1098
A. Salim Afrozi dan Sudaryanto (Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN) Slamet (Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik - Universitas Indonesia) Produksi Hidrogen dari Gliserol dan Air Secara Fotokatalisis dengan TiO2 Termodifikasi N, Cu dan Ni Hydrogen Production from Glycerol and Water By Photocatalytic using N, Cu and Ni Modified TiO2 Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 1-6 Telah dikaji modifikasi fotokatalis TiO2 dan pengaruhnya terhadap hasil produksi hidrogen (H2) dari gliserol dan air. Prekursor yang digunakan adalah TiO2 Degussa P-25. Modifikasi dilakukan dengan nitrogen (N), tembaga (Cu) dan nikel (Ni) sebagi dopant, dengan metode impregnasi. Pengaruh konsentrasi gliserol terhadap hasil produksi H2 menggunakan katalis TiO2 termodifikasi juga telah dilakukan. Hasil analisis Diffuse Reflectance Spectroscopy (DRS) menunjukkan bahwa dopant N, Cu dan Ni menyebabkan peningkatan absorbansi katalis TiO2 ke arah pita cahaya sinar tampak, sehingga katalis memiliki kemampuan lebih untuk menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih tinggi. Hasil pengujian menunjukkan fotokatalis TiO2 termodifikasi mampu menghasilkan H2 lebih banyak dibanding TiO2 Degussa P-25, sebesar 4 kali untuk dopant N, 10 kali untuk dopant Cu(5%) dan N serta 8 kali untuk dopant Ni(5%) dan N. Pengaruh konsentrasi gliserol terhadap proses produksi H2 dengan katalis TiO2 termodifikasi Cu dan N menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi gliserol semakin banyak H2 yang dihasilkan. Kata kunci: Hidrogen, Gliserol, Fotokatalis, TiO2 termodifikasi, Pemisahan air
Padilah Muslim dan Andhy Setiawan (Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika - UPI) Dani Gustaman Syarif (Pusat Teknik Nuklir Bahan dan Radiometri - BATAN) Pengaruh Penambahan La2O3 Terhadap Konduktivitas Ionik CSZ Sebagai Elektrolit Padat Effect of La2O3 Addition on Ionic Conductivity of CSZ as Solid Electrolyte Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 7-11 Penelitian tentang pengaruh penambahan La2O3 terhadap konduktivitas ionik CSZ sebagai elektrolit padat SOFC telah dilakukan. Pelet CSZ-La2O3 dibuat dengan cara kompaksi 4 ton/cm2 dan penyinteran pada suhu 1450 ºC selama 4 jam dengan konsentrasi La2O3 0 %, 1 % dan 3 %berat. Analisis struktur kristal menunjukkan bahwa setiap pelet CSZ membentuk struktur kristal kubik. Analisis strukturmikro menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan butir dan pengurangan porositas CSZ setelah penambahan La2O3. Analisis rapat massa menunjukkan terjadi peningkatan rapat massa CSZ seiring bertambahnya konsentrasi La2O3. Diketahui bahwa penambahan La2O3 dapat meningkatkan konduktivitas ionik CSZ. Kata kunci: Elektrolit padat, CSZ, La2O3, Konduktivitas ionik, SOFC
ii
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 15, No. 1, Oktober 2013
ISSN : 1411-1098
Trimardji Atmono (Pusat Teknologi Akselerator Proses Bahan - BATAN) Preparasi Multilayer P-N-Junction diatas Substrat Si(111) untuk Aplikasi Detektor Surface Barrier Preparation of P-N-Junction Multilayer onto Substrat Si(111) for the Application as Surface Barrier Detector Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 12-17 Telah dilakukan preparasi multilayer Au/SiP/SiB/Si(111)/Au, diikuti dengan pengamatan sifat statis dan sifat dinamis. Deposisi dikerjakan dengan menggunakan teknik RF Sputtering dan DC Magnetron Sputtering. Sifat statis yang diamati meliputi parameter penting pada aplikasi multilayer sebagai detektor partikel alfa, yaitu tahanan maju dan mundur, pengamatan kapasitansi sebagai fungsi dari tegangan terpasang (reverse bias), serta perhitungan lebar depletion layer. Pengamatan sifat dinamis dilakukan dengan menggunakan rangkaian spektroskopi, yaitu untuk mendeteksi pulsa keluaran yang merupakan karakter spesifik dari detektor surface barrier. Telah dipilih multilayer yang terbaik Au/SiP/SiB/Si(111)/Au, yang menunjukkan sifat proporsional dengan detektor komersial ORTEC. Parameter sputtering yang optimal adalah tegangan 4kV/0.6 A (DC) dan 200W-RF serta tekanan gas argon yang sama, dalam orde 7x10-2 mbar, dengan waktu deposisi 30 menit pada proses RF-sputtering untuk multilayer SiP/SiB serta masing-masing 2 menit dan 5 menit DC-sputtering untuk lapisan emas yang berfungsi sebagai jendela terobosan partikel alfa, dan sebagai elektroda. Nilai tahanan maju dan tahanan mundur terukur sebesar masing-masing 1,1 MÙ dan 4,1 MÙ. Diperoleh lebar depletion layer sekitar 410 mm pada tegangan reverse bias 22 V. Hasil pembuatan prototip detektor surface barrier menggunakan multilayer Au/SiP/SiB/Si/(111)/Au tersebut dapat merespon partikel alfa, memberikan Full Width Half Maximum (FWHM) sekitar 42 keV, sehingga mampu membedakan 2 puncak energi pada umumnya dari suatu sumber radioaktif pemancar alfa. Kata kunci: Lapisan tipis, P-N-junction, Detektor Surface barrier
Budiana dan Suasmoro (Jurusan Fisika, FMIPA - ITS) Pelapisan Yttria Stabilized Zirconia dan Calcia Stabilized Zirconia pada Baja S45C dengan Teknik Flame Spray Coating Yttria Stabilized Zirconia and Calcia Stabilized Zirconia Coated on S45C Steel using Flame Spray Coating Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 18-23 Telah dilakukan penelitian pelapisan Yttria Stabilized Zirconia (YSZ) dan Calcia Stabilized Zirconia (CSZ) sebagai pelapis baja S45C dengan lapisan pengikat (bond coat) NiCrAlY menggunakan teknik flame spray coating. Penelitian ini diawali dengan persiapan bubuk YSZ (ZrO2-Y2O3) hasil kalsinasi ZrO2 dan 7 %mol Y2O3, sedangkan untuk CSZ (ZrO2-CaO) digunakan dari produk komersil. Karakterisasi dari lapisan yang terbentuk dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM) dan Electron Dispersive by XRay (EDX). Dari penelitian yang dilakukan, NiCrAlY melapis dengan baik di permukaan substrat S45C dan YSZ kurang dapat melapis dibandingkan dengan CSZ. Kata kunci: YSZ, CSZ, Flame spray coating
iii
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 15, No. 1, Oktober 2013
ISSN : 1411-1098
Evi Yulianti, Sudaryanto, Heri Jodi, Deswita and Mashadi (Center for Technology of Nuclear Industry Material BATAN) Li Ion Conducting Polymer Based on Polyvinylidene Fluoride and Li Triflate Polimer Penghantar Ion Li Berbasis Poliviniliden Fluorida dengan Garam Li Triflat Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 12-17 A Series of polymer electrolyte based on Polyvinylidene Fluoride (PVDF) for solid state rechargeable lithium battery has been prepared by solution casting technique. Lithium triflate salt was used as filler with various compositions. Bulk nature and surface morphology of the polymer electrolytes were studied by X-Ray Diffractometer (XRD) and Scanning Electron Microscope (SEM), respectively. The thermal properties of polymer and salt were confirmed by Differential Scanning Calorimeter (DSC). The electrical properties of electrolyte polymer membrane were studied by using impedance spectrometer. It was found that the highest ionic conductivity was obtained for PVDF + Li Triflate 10% (w/w) which is 4.5411 x 10-3 S/cm. It was also found that there was peak of each composition in the loss tangent suggests the presence of relaxing dipoles in the polymer electrolyte films. The peak shifts towards higher frequency side suggesting the speed up of the relaxation time. Keywords: Polyvinylidene Fluoride, Lithium triflate, Ionic conductivity .
Albinur Limbong dan Horasdia Saragih (Laboratorium Teknologi Terapan, Universitas Advent Indonesia) Distribusi Polarisasi pada PVDF dan Kopolimernya P(VDF/TrFE) Dekat Permukaan Polarization Distribution in PVDF and its Copolymer P(VDF/TrFE) Near the Surface Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 29-34 Pada makalah ini, distribusi polarisasi pada film polimer feroelektrik yang telah mengalami berbagai perlakuan poling, dilaporkan. Profil polarisasi diukur dengan menggunakan Laser Intensity Modulation Method (LIMM). Ditemukan bahwa film polimer yang belum mengalami poling memiliki lapisan polarisasi di dekat elektroda. Lapisan polarisasi ini diduga diakibatkan oleh adanya difusi elektron ke dalam polimer yang berasal dari elektroda logam. Dengan memberikan medan listrik yang disiklus kepada film polimer, maka dua ragam perubahan terjadi. Pertama, pengembangan profil polarisasi yang semakin merata (uniform) di sepanjang ketebalan film. Kedua, lapisan muatan di dekat kutub yang merupakan anoda, pada awal poling menjadi berkurang, sementara di dekat kutub yang merupakan katoda, pada awal poling menjadi lebih menonjol. Perubahan ini terjadi karena adanya muatan permukaan (space charge) yang dihasilkan dari proses pelelahan (fatigue) polimer. Kata kunci: Distribusi polarisasi, PVDF, P(VDF/TrFE), Polimer feroelektrik .
iv
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 15, No. 1, Oktober 2013
ISSN : 1411-1098
Lucia Indrarti and Indriyati (Pusat Penelitian Fisika - LIPI) Biocellulose as Edible Strips with Ginger Extract Bioselulosa Sebagai Edible Strips dengan Penambahan Ekstrak Jahe Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 35-39 The purpose of the study was to analyze the prospect of biocellulose applied as edible strips, a thin film which can dissolve in the mouth. Edible strips have been prepared by mixing homogenized of biocellulose, Carboxymethyl Cellulose (CMC), glycerol, ginger extract and artificial sweeteners. Then, they were casting and drying. In order to evaluate the effect of the addition of ginger extract on edible strips properties, hedonic test was done with the attributes of color, aroma, taste, and solubility. Crude fiber and water content of edible strips were evaluated as well. The result showed that addition of ginger extract influenced the color, aroma, and taste of edible strips, with the value of 1.9-4, whereas the solubility remained stable at around 2.4-2.6 in 1-5 scale. Variation concentration of ginger extract did not influence the crude fiber and water content of edible strips. Water and crude fiber contents showed 11-14% and 4.5-5.5%, respectively. Temperature at 30 °C and 2 hours of drying of biocellulose composites solution showed the best results to get the optimum of save production cost and energy of edible strips. Based on this result, biocellulose has a prospect to be used as matrix in edible strips. . Keywords: Edible strips, Biocellulose, Ginger extract, Hedonic test
Ambyah Suliwarno (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN) Orientasi Sifat Mekanik dan Rasio Pengembangan Hidrogel Metilselulosa Orientation of Mechanical Properties and Swelling Behaviour of Methylcellulose Hydrogels Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 40-44 Telah diperoleh hidrogel dari iradiasi metilselulosa pada empat konsentrasi yaitu 10 %, 15 %, 20 % dan 30 %berat. Metilselulosa yang digunakan adalah metolose SM-100. Proses radiasi dilakukan dengan mesin berkas elektron tipe Cock-Croft Walton pada energi 1 MeV, 10 mA, dengan variasi dosis 10 kGy sampai 100 kGy, pada laju dosis 10kGy/lintas. Film hidrogel kemudian dikarakterisasi meliputi; rasio pengembangan, fraksi gel, kekuatan tarik dan persen perpanjangan putus. Pengamatan menunjukkan bahwa rasio pengembangan optimum untuk semua konsentrasi terjadi pada dosis 20 kGy dan menurun dengan naiknya dosis radiasi. Persen fraksi gel optimum ditemukan pada dosis 20 kGy, untuk semua konsentrasi dan naik seiring naiknya dosis radiasi, kecuali konsentrasi gel 10 %. Kekuatan tarik secara nyata terlihat mulai konsentrasi 20 % untuk dosis 20 kGy, dengan hasil tertinggi yaitu 0,50 MPa dari dosis 40 kGy. Pada konsentrasi 30 % kekuatan tarik terlihat turun relatif kecil yaitu 0,15 MPa pada dosis 40 kGy. Perpanjangan putus tidak ditemukan pada dosis 10 kGy, karena rasio pengembangan dan fraksi gelnya relatif rendah. Perpanjangan putus optimum terjadi pada konsentrasi 20 % dari dosis 20 kGy yaitu 200 %, dengan kecenderungan turun untuk kenaikan dosis radiasi, karena terjadi proses degradasi. Hidrogel metilselulosa SM-100 terikat silang secara optimum pada konsentrasi 20 % dengan dosis 20 kGy hingga 40 kGy. Pada kenaikan dosis berikutnya, gel akan terdegradasi dan untuk konsentrasi 30 % diperoleh gel yang keras dan rapuh. Kata kunci: Metilselulosa, Iradiasi berkas elektron, Ikatan silang, Degradasi
v
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 15, No. 1, Oktober 2013
ISSN : 1411-1098
Gatot Trimulyadi Rekso (Pusat AplikasiTeknologi Isotop dan Radiasi - BATAN) Aloma Karo Karo (Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN) Karakterisasi Kopolimerisasi Radiasi Pati dan Asam Akrilat Sebagai Bahan Pelapis Pupuk Characterization of Starch-Acrilic Acids Radiation Copolymerization for Coating of Fertilizer Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 45-50 Dalam upaya menaikkan nilai tambah dari polimer alam, telah dilakukan modifikasi pati yang ditambahkan oligo kitosan (2%) menggunakan reaksi kopolimerisasi iradiasi dengan monomer asam akrilat. Bahan ini selanjutnya digunakan sebagai bahan pelapis pupuk NPK yang bersifat dapat menyimpan air dan lepas lambat. Pati dengan konsentrasi 5% (b/v) yang ditambahkan oligo kitosan dibuat gelatin dengan pemanasan pada suhu 80 °C, kemudian direaksikan dengan asam akrilat dengan variasi konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4% (v/v) pada suhu 50 °C. Sampel selanjutnya diiradiasi dengan variasi dosis 10 kGy, 15 kGy dan 20 kGy dengan sinar gamma yang berasal dari Co-60. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pati-oligo kitosan yang dikopolimerisasi dengan asam akrilat dapat digunakan sebagai bahan pelapis pupuk NPK yang dapat menyimpan air. Diperoleh nilai swelling 520% sampai 700% tergantung dari konsentrasi monomer asam akrilat yang digunakan. Kondisi terbaik diperoleh untuk pati kopolimerisasi asam akrilat dengan dosis iradiasi 15 kGy dan konsentrasi asam akrilat 3%. Kata kunci: Kopolimerisasi radiasi, Pati, Asam akrilat, Bahan pelapis pupuk
Martalena Ramli, Rien Ritawidya, Cecep Taufik Rustendi, Titis Sekar Humani and Widyastuti Widjaksana (Radioisotope and Radiopharmaceutical Technological Centre - BATAN) Preparation of 99mTc-Tricine-EDDA-HYNIC-Folate, A Potential Radiopharmaceutical for Radiodiagnosis of Folate Receptors Over Expressed Cancer Preparasi 99mTc-Tricine-EDDA-HYNIC-Folate, Radiofarmaka Potensial Untuk Radiodiagnosis Kanker Over Expressed Reseptor Folat Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 51-56 Folate receptors (FRs) have been reported to be over expressed on various types of cancers. Therefore, it would be possible for its ligand in this case folic acid, also known as vitamin B9, to be used as delivery agent for diagnosis and therapy of FRs over expressed cancers. The aim of this project was to prepare 99mTc radiolabeled folic acid via 6-hydrazinonicotinamido-hydrazido (HYNIC) in the form of 99mTc-tricine-ethylenediamine diacetate-HYNIC-folate (99mTc-tricine-EDDA-HYNIC-folate), which was expected to be potential for radiodiagnosis of the FRs over expressed cancers. Preparation of 99mTc -tricine-EDDA-HYNIC-folate was initiated by preparation of HYNIC-folate by reacting of folate-ã-hydrazide with 6-chloronicotinic acid NHS ester which was then followed by addition of hydrazinehydrate. The HYNIC-folate was recovered in its HCl salt-form which was then formulated to form a freeze dried kit which consisted of HYNIC-folate, tricine and EDDA (co-ligands) and Sn(II) as reducing agent. The formation of 99m Tc-tricine-EDDA-HYNIC-folate was carried out by addition of 99mTc into tricine-EDDA-HYNIC-folate freeze dried kit which resulted in 99mTc-tricine-EDDA-HYNIC-folate with radiochemical purity of 97.0 ± 1.8% met with the requirement of a good radiopharmaceutical (³ 90%). The stability test showed that the 99mTc-tricine-EDDA-HYNICfolate was still intact (radiochemical purity ~ 95%) when stored at 37 °C for four hours. . Keywords: Folate receptors, Cancer, Diagnostic radiopharmaceutical, 99mTc-tricine-EDDA-HYNIC-folate
vi
Distribusi Polarisasi pada PVDF dan Kopolimernya P(VDF/TrFE) Dekat Permukaan (Albinur Limbong)
Jurnal Sains Materi Indonesia Homepage: http://jusami.batan.go.id
Akreditasi LIPI No.: 395/D/2012 Tanggal 24 April 2012 ISSN: 1411-1098
DISTRIBUSI POLARISASI PADA PVDF DAN KOPOLIMERNYA P(VDF/TrFE) DEKAT PERMUKAAN Albinur Limbong dan Horasdia Saragih Laboratorium Teknologi Terapan, Universitas Advent Indonesia Jl. Kolonel Masturi No. 288 Parongpong, Bandung 40559 e-mail :
[email protected] Diterima: 19 Maret 2013
Diperbaiki: 13 Agustus 2013
Disetujui: 19 September 2013
ABSTRAK DISTRIBUSI POLARISASI PADA PVDF DAN KOPOLIMERNYA P(VDF/TrFE) DEKAT PERMUKAAN. Pada makalah ini, distribusi polarisasi pada film polimer feroelektrik yang telah mengalami berbagai perlakuan poling, dilaporkan. Profil polarisasi diukur dengan menggunakan Laser Intensity Modulation Method (LIMM). Ditemukan bahwa film polimer yang belum mengalami poling memiliki lapisan polarisasi di dekat elektroda. Lapisan polarisasi ini diduga diakibatkan oleh adanya difusi elektron ke dalam polimer yang berasal dari elektroda logam. Dengan memberikan medan listrik yang disiklus kepada film polimer, maka dua ragam perubahan terjadi. Pertama, pengembangan profil polarisasi yang semakin merata (uniform) di sepanjang ketebalan film. Kedua, lapisan muatan di dekat kutub yang merupakan anoda, pada awal poling menjadi berkurang, sementara di dekat kutub yang merupakan katoda, pada awal poling menjadi lebih menonjol. Perubahan ini terjadi karena adanya muatan permukaan (space charge) yang dihasilkan dari proses pelelahan (fatigue) polimer. Kata kunci: Distribusi polarisasi, PVDF, P(VDF/TrFE), Polimer feroelektrik
ABSTRACT POLARIZATION DISTRIBUTION IN PVDFAND ITS COPOLYMER P(VDF/TrFE) NEAR THE SURFACE. This paper reports the polarization distribution of ferroelectric polymer films that have been subjected to various poling treatments. Polarization profiles were measured using the laser intensity modulation method (LIMM). Unpoled films were found to contain polarized layers near the electrodes. These layers were thought to be due to electron diffusion into the polymer from the metal electrodes. Applying a cyclic field to the polymers leads to two changes. The first was the development of uniform polarization in the bulk polymers. Secondly, the charged layer near the initial anode became less prominent, while that near the initial cathode became more prominent. This change suggests a space charge involvement in polymer fatigue process. Keywords: Polarization distribution, PVDF, P(VDF/TrFE), Ferroelectric polymer
PENDAHULUAN Agar film PVDF dan kopolimernya P(VDF/TrFE) dapat digunakan pada berbagai ragam terapan, misalnya untuk detektor piroelektrik, maka PVDF dan kopolimernya P(VDF/TrFE) haruslah terlebih dahulu dipolarisasi. Tujuan polarisasi ini adalah untuk membangkitkan dipol listrik dalamnya yang berarah sejajar dengan arah medan listrik yang mempolarisasi. Dengan demikian koefisien piroelektriknya menjadi meningkat. Dalam model detektor piroelektrik, koefisien piroelektrik sepanjang ketebalan film selalu diasumsikan
uniform (seragam/merata). Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak selalu terjadi. Ketidakseragaman dalam distribusi polarisasi, dengan demikian koefisien piroelektrik, sering dijumpai dalam materi feroelektrik yang memiliki struktur domain dan perlu dipolarisasi. Dalam kasus ini dipelajari apakah distribusi polarisasi berhubungan dengan sifat kelelahan (fatigue). Dalam penelitian ini, dilakukan studi tentang distribusi polarisasi pada PVDF dan kopolimernya P(VDF/TrFE) yang diakibatkan oleh sifat kelelahannya. Pertanyaan yang 29
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 29-34
akan dijawab adalah apakah distribusi polarisasi pada materi PVDF dan kopolimernya P(VDF/TrFE) yang mengalami kelelahan berbeda dengan jika tidak mengalami kelelahan. Beberapa metode pengukuran distribusi polarisasi telah banyak dijelaskan pada literatur. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah laser intensity modulation method (LIMM), yang dikembangkan oleh peneliti sebelumnya [1]. Metode ini memiliki keuntungan karena menggunakan sistim peralatan yang relatif sederhana. Namun data yang dihasilkan harus terlebih dahulu didekonvolusi untuk memperoleh distribusi polarisasi yang diinginkan sehingga sedikit menimbulkan kesulitan. Kajian tentang distribusi polarisasi pada film polimer feroelektrik telah banyak dilaporkan dalam literatur [2-6]. Diperoleh bahwa dengan melakukan poling yang singkat dan dengan medan listrik poling yang rendah akan menghasilkan distribusi polarisasi yang tidak simetris. Semakin lama poling dan semakin besar medan listrik poling yang digunakan, menghasilkan distribusi polarisasi sepanjang ketebalan film menjadi lebih merata (uniform). Pada artikel ini akan dijelaskan secara detil penggunaan metode LIMM dan distribusi polarisasi dari material PVDF dan kopolimernya P(VDF/TrFE) yang telah mengalami berbagai perlakuan poling.
METODA PERCOBAAN Sampel Sampel yang digunakan dalam pengukuran LIMM adalah film PVDF dengan ketebalan 25 m yang diperoleh dari Kureha dan Solvay PVDF dan film kopolimer 75/25 dan 65/35-P(VDF/TrFE) yang diperoleh dari Solvay. Elektroda aluminium berbentuk lingkaran, dengan diameter 12 mm, dideposisikan pada kedua permukaan film. Karena keterbatasan resolusi dari teknik LIMM, tidak mungkin mendapatkan profil polarisasi pada film tipis sub-mikron.
Sumber Radiasi dan Perangkat LIMM Rangkaian eksperimen yang digunakan untuk pengukuran LIMM ditunjukkan pada Gambar 1. Sebuah diode laser GaAlAs (SDL Inc., model 5411-G1) yang memiliki daya maksimum 100 mW dan panjang gelombang 849 nm digunakan sebagai sumber radiasi. Sinar laser yang agak divergen itu difokuskan oleh sebuah lensa konvergen untuk menghasilkan sinar yang paralel, dengan permukaan berbentuk persegi panjang berukuran 10 mm x 15 mm. Untuk menghindari bahaya yang diakibatkan oleh sinar yang memiliki daya cukup besar ini, seluruh rangkaian dimasukkan ke dalam sebuah kotak tertutup. Kotak tersebut juga memiliki pelindung listrik dan berisi rangkaian listrik, dalam bentuk rangkaian 30
Gambar 1. Rangkaian eksperimen untuk pengukuran LIMM Sampel
Tegangan bias
Tegangan bias
Gambar 2. Rangkaian elektronik untuk mengukur arus piroelektrik dalam pengukuran LIMM
buffer amplifier dan rangkaian bias. Diagram rangkaiannya ditunjukkan pada Gambar 2. Dioda laser digerakkan oleh penggerak (driver) dioda laser komersial (Newport model 505), yang memungkinkan intensitas laser dimodulasi oleh sinyal listrik eksternal. Penggerak diode laser memiliki potensi untuk memodulasi laser pada frekuensi hingga 600 kHz. Dalam penelitian ini, batas atas ini tidak pernah digunakan dan frekuensi paling tinggi yang digunakan adalah 10 kHz. Penggerak diode laser digerakan oleh osilator internal dari lock-in amplifier (Stanford Research model SR 830). Komponen riil dan imajiner dari arus piroelektrik diukur pada jangkauan frekuensi dari 10 Hz hingga 10 kHz. Setelah pengukuran pertama, sampel dibalikkan dan pengukuran kembali dilakukan. Ini memberikan dua bagian data untuk setiap sampel, dengan radiasi dari masing-masing kedua permukaan. Dibutuhkan sekitar 10 menit hingga 15 menit untuk mendapatkan satu bagian lengkap pengukuran arus untuk satu permukaan film.
Kalibrasi dari Arus LIMM Arus LIMM diukur menggunakan sebuah lock-in amplifier (Stanford SR830). Idealnya impedansi input dari arus sebuah alat yang mengukur arus listrik harus cukup kecil untuk dianggap sebagai rangkaian singkat (short-circuit). Untuk lock-in amplifier di atas, resistansi input dalam mode arus adalah sekitar 1 k. Efek dari amplifier itu dapat dikompensasi dengan
Distribusi Polarisasi pada PVDF dan Kopolimernya P(VDF/TrFE) Dekat Permukaan (Albinur Limbong)
I
Ri
cS
ref in
Lock-in Amplifier
A
Komputer
HASIL DAN DISKUSI
Gambar 3. Rangkaian pengukuran untuk koreksi elektronik [13]. Nilai dari R yang digunakan adalah 10 M
menggunakan prosedur berikut yang diilustrasikan dalam Gambar 3 [7]. Sampel yang akan diuji dihubungkan dengan terminal arus input dari lock-in. Sebuah resistor bernilai tinggi digunakan untuk menyediakan sebuah sumber arus konstan dari osilator internal dari lock-in. Resistor ini memiliki nilai 10 M dan menyediakan sebuah arus konstan dengan fase nol dengan input arus. Hubungan antara pembacaan arus yang sesungguhnya (I=Vo/R) dan arus terukur (Im) diberikan oleh Persamaan (1). Im A ( f ) e j ( f ) I
........................................ (1)
dimana A(f) dan (f) adalah koreksi yang bergantung pada frekuensi alat. Arus riil (I re) dan imajiner (Iim) yang sebenarnya dan hubungannya dengan arus riil (Imre) dan imajiner (Imim) yang terukur diberikan oleh Persamaan (2) dan Persamaan (3) [7]: I re (f )
I mre (f ) cos( (f )) I mim (f ) sin( (f )) ........ (2) A (f )
I mim (f ) cos( (f )) I mre (f ) sin( (f )) ........ (3) A (f ) Gambar 4 menampilkan grafik dari A(f) dan (f) terhadap frekuensi yang menunjukkan sebuah sifat resonansi pada frekuensi sekitar 20 kHz. Fenomena resonansi ini boleh jadi diakibatkan oleh vibrasi dari membran polimer yang berdiri bebas [7-9]. Salah satu cara untuk menggeser frekuensi resonansi ini ke frekuensi yang lebih tinggi adalah dengan menempelkan film di atas sebuah substrat tebal [8] atau dengan mengurangi
Arus LIMM Arus LIMM yang diukur dengan rangkaian eksperimen pada Gambar 1 untuk sampel PVDF Kureha, baik yang belum mengalami poling maupun yang sudah mengalami poling, dengan ketebalan film 25 m ditunjukkan pada Gambar 5, sedangkan untuk kopolimer 75/25-P(VDF/TrFE) dengan ketebalan yang sama ditunjukkan pada Gambar 6. Arus dikoreksi dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 3. Berhubungan dengan sifat resonansi pada frekuensi sekitar 20 kHz, maka arus listrik diukur hanya pada frekuensi hingga 10 kHz. Dari grafik arus terhadap frekuensi ini dimungkinkan untuk memperoleh gambaran kasar dari 3
Arus piroelektrik (nA)
sin out
Im
Arus piroelektrik (nA)
R
daerah yang berdiri bebas. Faktor koreksi (A(f) dan (f)) tidak diukur untuk masing-masing sampel polimer dan semua arus piroelektrik dikoreksi dengan faktor yang terukur itu.
1 0 -1 -2 3
180 160
2.0
140
1.5
120
1.0
100
0.5
80
0.0
60
A
2.5
102
103
104
105
Frekuensi (Hz)
Gambar 4. Nilai tipikal dari faktor koreksi (A(f) dan (f)) dari film PVDF Solvay 25 m
Belum poling
Iim. (depan) Ire. (belakang) Iim. (belakang)
1 0 -1
101
102
103
104
Frekuensi (Hz)
Gambar 5. Arus piroelektrik film PVD Kureha yang belum dan yang sudah mengalami poling dengan ketebalan 25 m. Amplitudo dari daya laser adalah 10 mW Arus piroelektrik (nA)
3
Arus piroelektrik (nA)
200
A 3.0
Ire. (depan)
2
Iim (f )
3.5
Sudah poling 10 siklus
2
sudah poling 10 siklus
2 1 0 -1 -2 3
Ire. (depan) Belum poling
Iim. (depan)
2
Ire. (belakang) Iim. (belakang)
1 0 -1
101
102
103
104
Frekuensi (Hz)
Gambar 6. Arus piroelektrik film kopolimer 75/25-P(VDF/TrFE), baik yang belum mengalami poling dan yang sudah mengalami poling, dengan ketebalan 25 m. Amplitudo dari daya laser adalah 10 mW
31
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 29-34
0
I pf I pb
Pf (x ) cosh[ (d x )]dx d d
.............. (4)
Pb (x ) cosh[ (x d)]dx 0
Pf(x) dan Pb(x) adalah profil polarisasi dengan permukaan depan dan belakang sebagai referensi secara berurutan, maka rasio dari arus depan dengan belakang haruslah satu pada semua frekuensi. Setiap penyimpangan dari nilai ini memberikan indikasi ketidaksimetrisan dari polarisasi. Apakah profil polarisasi uniform atau tidak, rasio arus diharapkan cenderung bernilai satu pada frekuensi rendah dimana panas menerobos hingga kepada keseluruhan tebal film. Tetapi ada faktor-faktor yang 32
Arus piroelektrik (nA)
2.5 I-depan (belum poling) I-belakang (belum poling) I-depan (sudah kelelahan) I-belakang (sudah kelelahan)
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
I-depan/I-belakang
1.5 belum poling sudah kelelahan
1.0
0.5 101
102
103
104
Frekuensi (Hz)
Gambar 7. Magnitudo arus piroelektrik (atas) dan rasio arus dari depan dan belakang (bawah) dari film PVDF Solvay dengan ketebalan 25 m. Amplitudo dari daya laser yang digunakan adalah 10 mW Arus piroelektrik (nA)
2.5 I-depan (belum poling ) I-belakang (belum poling) I-depang (sudah poling) I-belakang (sudah poling)
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1.5
I-depan / I-belakang
profil polarisasi. Data arus listrik pada frekuensi tinggi menunjukkan sebuah indikasi profil polarisasi dekat permukaan. Sebagai tambahan terhadap aproksimasi Ploss [8], terdapat perbedaan antara komponen arus yang riil dan imajiner yang memberikan representasi dari polarisasi. Dari Gambar 5 dan Gambar 6 terlihat bahwa sampel yang belum mengalami poling memiliki arus yang relatif besar pada frekuensi tinggi, yang menunjukkan efek polarisasi dekat permukaan. Ire dan Iim masing-masing adalah arus yang sefase dan arus yang berbeda fase (90o). Pada frekuensi rendah Ire umumnya lebih besar dari Iim , khususnya pada sampel yang mengalami poling atau kelelahan. Ini membuat profil polarisasi positif di sekitar pertengahan sampel. Tetapi pada frekuensi tinggi Iim lebih besar dari Ire , oleh karena itu polarisasi dekat permukaan negatif. Spektrum arus piroelektrik memberikan sebuah indikasi apakah profil polarisasi atau muatan permukaan simetris atau tidak. Polarisasi dari sampel yang belum mengalami poling adalah simetris, sementara yang sudah mengalami poling tidak simetris. Fenomena ini dapat dilihat berikutnya oleh profil polarisasi yang diaproksimasi yang diberikan pada bagian berikut. Bagian atas dari Gambar 6 menunjukkan beberapa noise dalam arus piroelektrik dari sampel kopolimer yang sudah mengalami poling pada frekuensi di atas 1 kHz. Ini berhubungan dengan vibrasi film yang berdiri bebas. Setelah poling, permukaan film kopolimer pada bagian yang mengalami poling, agak mengkerut. Efek ini tidak diamati pada film PVDF. Pengkerutan dalam film kopolimer menjadi lebih buruk bila semakin banyak siklus pada poling. Masalah tersebut bisa direduksi dengan menggunakan sebuah plat di bawah film tersebut. Kesimetrisan dari distribusi polarisasi dapat dilihat dengan mengambil rasio dari arus yang diukur dari depan film yang disinari dengan belakang yang disinari. Rasio dari arus depan dengan arus belakang ini dapat ditulis dengan Persamaan (4).
belum poling sudah poling
1.0
0.5 101
102
103
104
Frekuensi (Hz)
Gambar 8. Magnitudo arus piroelektrik (atas) dan rasio dari arus depan dan belakang (bawah) film kopolimer 65/ 35-P(VDF/TrFE), dengan ketebalan 25 m. Amplitudo dari daya laser yang digunakan adalah 10 mW
membuat rasio ini menyimpang dari nilai satu pada frekuensi rendah, misalnya ketidaksamaan dalam ketebalan dan daya serap panas dari elektroda depan dan belakang. Jika kasus ini yang terjadi maka informasi yang diperoleh dari spektrum arus piroelektrik menjadi tidak benar. Karena itu penting untuk memeriksa rasio dari arus depan dan belakang pada frekuensi rendah untuk memberikan gambaran kasar apakah elektroda pada kedua sisi film mirip. Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan grafik arus piroelektrik yang dihasilkan dari sampel polimer PVDF Solvay dan kopolimer 65/35-P(VDF/TrFE) secara berurutan. Dalam gambar ini magnitudo arus dari depan dan belakang permukaan film, diambil. Tampak bahwa arus yang dihasilkan oleh sampel yang belum mengalami poling menunjukkan profil polarisasi yang simetris. Ketidaksimetrisan dalam profil polarisasi timbul setelah poling dilakukan, karena rasio arus menjadi kurang dari satu pada frekuensi lebih dari 100 Hz.
Distribusi Polarisasi pada PVDF dan Kopolimernya P(VDF/TrFE) Dekat Permukaan (Albinur Limbong)
Profil polarisasi dihitung dari arus LIMM yang diukur menggunakan aproksimasi yang dikembangkan oleh peneliti sebelumnya [8,10]. Metode ini menggunakan perbedaan antara komponen arus riil dan imajiner pada frekuensi tertentu untuk memberikan suatu ukuran dari polarisasi pada kedalaman tertentu. Metode ini memberikan resolusi yang baik dekat permukaan, tetapi menjadi kurang baik bila semakin dalam (menurut ketebalan film) ke pertengahan hingga ke ujung sampel. Arus LIMM diukur dengan masing-masing permukaan disinari. Profil polarisasi dihitung untuk ketebalan film hingga 12,5 m ke dalam film pada masing-masing permukaan, kemudian kedua setengah bagian ini digabungkan untuk memberikan profil polarisasi untuk keseluruhan tebal film yang 25 m tersebut. Profil polarisasi, yang diperoleh dari sampel PVDF Kureha yang belum mengalami poling, yang sudah mengalami setengah, satu, sepuluh dan dua ratus siklus poling dengan ketebalan film 25 m, ditunjukkan pada Gambar 9. Besar medan yang digunakan untuk poling adalah 180 MVm-1. Profil polarisasi sampel PVDF Solvay yang belum dan sudah mengalami poling dan sudah mengalami kelelahan ditunjukkan pada Gambar 10. Medan listrik poling maksimum yang dikenakan adalah 180 MVm-1. Profil polarisasi untuk film polimer 65/35- dan 75/25-P(VDF/TrFE) yang belum mengalami poling, yang
1
0
0
belum poling 1/2 siklus poling 1 siklus poling 10 siklus poling 200 siklus poling
-1
-1
1
0
0 belum poling 1/2 siklus poling 1 siklus poling 10 siklus poling 100 siklus poling
-1
-2 5
5
10
10
5
0
Kedalaman difusi termal (m)
Gambar 9. Profil polarisasi dekat permukaan yang disinari dari PVDF Kureha yang belum mengalami poling, dan yang sudah mengalami poling dan kelelahan. 2
0 belum poling 1/2 siklus poling 1 siklus poling 10 siklus poling 500 siklus poling
-1
-1
-2 5
10
10
5
0
sisi belakang disinari
2
1
0
0 belum poling 1/2 siklus poling 1 siklus poling 10 siklus poling 100 siklus poling
-1
0
Kedalaman difusi termal (m)
Gambar 10. Profil polarisasi dekat permukaan film dari sampel PVDF Solvay yang belum mengalami poling, mengalami poling dan kelelahan
-1
-2
-2 0
-2 0
sisi depan disinari
2
Ire.-Iim. (nA) Ire.-Iim. (nA)
1
0
5
1
sisi belakang disinari
1
10
Gambar 11. Profil polarisasi dekat elektroda yang disinari dari film kopolimer 65/35-P(VDF/TrFE), yang belum dipoling, sudah dipoling dan mengalami kelelahan
2 sisi depan disinari
10
Kedalaman difusi termal (m)
-2 0
-1
-2 0
-2
Ire.-Iim. (nA)
1
Ire.-Iim. (nA)
1
Ire.-Iim. (nA)
Ire.-Iim. (nA)
sisi belakang dipanasi
sisi belakang disinari
sisi depan disinari
2 sisi depan dipanasi
2
2
Ire.-Iim. (nA)
2
sudah mengalami poling dan kelelahan ditunjukkan pada Gambar 11 dan Gambar 12 secara berurutan. Untuk kopolimer tersebut amplitudo medan listrik yang diberikan adalah 140 MVm-1. Pada Gambar 9 hingga Gambar 12 skala sumbu horisontal menyatakan kedalaman film, dengan ketebalan 25 m, pada masing-masing kedua permukaannya. Sisi kiri dari masing-masing diagram menyatakan permukaan yang disinari pertama-tama dan merupakan kutub positif dalam setengah siklus pertama dari proses poling. Walapun ada variasi dari satu sampel ke sampel yang lain, hasil yang ditunjukkan pada Gambar 9 hingga Gambar 12 merupakan gambaran umum dari seluruh sampel yang diteliti. Dari Gambar 9 hingga Gambar 12 terlihat bahwa semua film polimer yang belum mengalami poling telah memiliki polarisasi awal. Kejadian adanya polarisasi awal ini mirip untuk seluruh film yang lain yang diamati; dan polarisasi ini simetris dan ditempatkan dekat permukaan elektroda. Dianggap bahwa polarisasi awal ini ditimbulkan oleh difusi elektron dari elektroda ke dalam daerah permukaan film polimer. Migrasi elektron ini akan menghasilkan akumulasi muatan permukaan dekat elektroda dan akan sama profilnya pada kedua permukaan film. Bilamana sampel mengalami poling, efek dari daerah muatan permukaan tetap ada, tetapi menjadi tidak simetris. Daerah muatan permukaan ini pada
Ire.-Iim. (nA)
Profil Polarisasi Permukaan
5
10
10
5
0
Kedalaman difusi termal (m)
Gambar 12. Profil polarisasi dekat elektroda yang disinari dari material 75/25-P(VDF/TrFE) yang mengalami kelelahan, poling dan belum mengalami poling. Medan listrik untuk sampel yang mengalami poling adalah 140 MVm-1
33
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 15, No. 1, Oktober 2013, hal. 29-34
gambar bagian kiri menjadi kurang menonjol, dan bagi film kopolimer akan hilang bila film mengalami siklus poling yang lebih banyak. Ini adalah permukaan film yang menjadi positif ketika medan listrik pertama kali diterapkan. Pada sisi kanan, lapisan muatan permukaan menjadi lebih menonjol dan juga menjadi lebih sempit, ini berarti bahwa muatan permukaan semakin terlokalisasi di dekat elektroda. Pengaruh ini lebih jelas terlihat pada film PVDF Solvay dan kopolimernya ketimbang film PVDF Kureha. Film PVDF Kureha memuat bentuk kristal yang lebih besar ketimbang film PVDF Solvay. Polarisasi dalam polimer di atas, sebelum dikenakan medan listrik, pada dasarnya nol. Ini terjadi karena dipol listrik dalam polimer itu terorientasi secara acak. Bilamana polimer itu mengalami poling, polarisasi dalam polimer bertambah dan akan mencapai nilai tertingginya dan semakin seragam setelah poling hingga beberapa ratus siklus. Dalam tahap-awal awal dari poling sering diamati ketidakseragaman dalam profil polarisasi, khususnya pada sampel kopolimer. Hasil untuk kopolimer 65/35P(VDF/TrFE), yang ditunjukkan pada dalam Gambar 11, menunjukkan efek ini secara jelas. Untuk kebanyakan sampel terkadang dijumpai diskontinuitas ketika kedua setengah bagian dari gambar digabungkan. Ini adalah akibat dari resolusi yang kurang baik dari metode aproksimasi untuk posisi ke dalam film.
KESIMPULAN Distribusi polarisasi dalam film polimer feroelektrik, dengan ketebalan 25 m, telah dijelaskan. Polarisasi dihasilkan pada film yang telah mengalami poling satu hingga beberapa ratus siklus. Pengaruh dari jumlah siklus poling pada polarisasi telah didiskusikan. Hasil pengukuran distribusi polarisasi yang paling reliabel diperoleh dengan metode aproksimasi. Sekalipun resolusi dari pengukuran kurang pada daerah pertengahan dari film, namun pada permukaan film hasil pengukuran reliabel. Diperoleh bahwa bilamana elektroda dideposit pada film yang belum mengalami poling, difusi muatan listrik terjadi, yang menghasilkan daerah muatan permukaan di dekat elektroda (permukaan film). Bila perlakuan poling berkali-kali dilakukan pada film maka akan menghasilkan pengembangan polarisasi yang signifikan dalam film dan juga berpengaruh pada daerah muatan permukaan. Keterlibatan muatan permukaan dalam sifat kelelahan ini juga dapat dibuktikan dari sifat
34
dielektriknya [11]. Ini menunjukkan bahwa muatan permukaan terlibat dalam proses kelelahan (fatigue) film. Namun, mekanisme bagaimana hal tersebut bekerja, belum jelas dimengerti. Namun demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melakukan poling yang disiklus berkali-kali akan menghasilkan film yang memiliki distribusi polarisasi yang uniform sepanjang ketebalan film, walaupun ada lapisan muatan permukaan yang signifikan pada elektroda negatif.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Advent Indonesia dan Physics Department, Macquarie University Sydney Australia, yang memperbolehkan penulis melakukan penelitian dalam rangka Sabbatical leave selama tiga bulan (Mei 2010 hingga Juli 2010).
DAFTAR ACUAN [1].
M. STEWART and M. CAIN, Journal of Physics: Conference Series, 183 (012001) (2009) 1-7 [2]. M. WEGENER, Review of Scientific Instruments, 79 (106103) (2008) 1-4 [3]. S. CHEN, X. LI, K. YAO, F. E. H. TAY,A. KUMAR and K. ZENG, Polymer, 53 (6) (2012) 1404-1408 [4]. Z. ZENG, G. ZHU, L. ZHANG and X. YAN, Chinese Journal of Polymer Science, 27 (4) (2009) 479-485 [5]. R.T. MORGANE and H. KLIEM, Journal of Physics D: Applied Physics, 39 (4872) (2006) 1-5 [6]. V. S. BYSTROV, E. V. PARAMONOVA, Y. DEKHTYAR,A. KATASHEV, N. POLYAKA, A. V. BYSTROVA,A. V. SAPRANOVA, V. M. FRIDKIN, H. KLIEM and A. L. KHOLKIN, Mathematical Biology and Bioinformatics, 6 (2) (2011) t14-t35 [7]. S. B. LANG, Ferroelectrics, 287 (1) (2003) 71-266 [8]. N. M. SHTYKOV and J. K. VIJ, Journal of Applied Phisycs, 93 (1) (2003) 159-163 [9]. S. L. BRAVINA, N. V. MOROZOVSKY, L. A. PASECHNIK and Y. ZANG, Pyroelectric Thermal Wave Probing and Pyroelectric ResonanceAntiresonance Phenomena in Polar Polymer Films of PVDF Family, 14th International Symposium on Electrets (ISE), Publisher IEEE, (2011) 157-158 [10]. B. PLOSS, R. EMMERICH and S. BAUER, Journal of Applied Physics, 72 (1992) 5363-5370 [11]. A. LIMBONG dan H. SARAGIH, Jurnal Matematika dan Sains, 18 (2) (2013) 64-69