PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2014
ARTIKEL / JURNAL PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI
Vivin Hariyani (NIM : 141. 11 .131) Pipin Fitriasari SE., M.SA. (NIDN : 07.0809.7803)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MADANI BALIKPAPAN 2016
PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2014
Vivin Hariyani Pipin Fitriasari SE., M.SA. STIE Madani Balikpapan ABSTRACT The purpose of this study aims to examine perngaruh debt policy and dividend policy on firm value. This study uses secondary data in the form of annual reports of food and beverages listed on the Indonesia Stock Exchange 2009-2014, used as a sample of 13 companies with a purposive sampling method. The analytical method used is multiple linear regression. Based on the research results show that the debt policy negatively affect the value of the company. These results prove that their debt policy will lower the value of the company. In addition the research also found dividend policy does not affect the value of the company..
Keywords: : value of the company, debt policy, and dividend policy. ke dalam harga pasar dari saham biasa perusahaan. Manajemen perusahaan harus mampu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder) melalui kewenangan yang di berikan dalam membuat kebijakan baik berupa kebijakan hutang maupun kebijakan deviden. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Taswan & Soliha,2002). Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada manager. Ketika penyerahan manajemen terjadi dapat menimbulkan konflik keagenan, manajer dan komisaris dapat memakmurkan diri sendiri misalnya dengan melakukan ekspansi yang dapat meningkatkan status maupun gaji, meningkatkan fasilitas yang lebih, membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya, ingin memakmurkan pemilik perusahaan dan mengoptimalkan nilai perusahaan yang dapat dinilai dari harga sahamnya (Hidayat, 2009). Nilai perusahaan atau disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Nurlela dan Ishaluddin, 2008). Seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan tujuan perusahaan harus mempunyai nilai value creation bagi pemiliknya. Nilai-nilai tersebut diwujudkan 2
keputusan yang beresiko misalnya dengan menciptakan hutang yang tinggi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya mengenai kinerja perusahaan dan juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan.. Nilai perusahaan dapat dilihat dari Price Book Value (PBV) karena Price Book Value (PBV) merupakan rasio pasar atau rasio penilaian untuk mengukur kinerja perusahaan, dan untuk mencermikan pengaruh hasil dan resikonya. Berdasarkan perbandingan tersebut, harga saham perusahaan dapat diketahui berada diatas atau dibawah nilai bukunya. Oleh karena itu, keberadaan nilai PBV sangat penting bagi para investor untuk menentukan strateginya. Besarnya PBV tidak terlepas dari beberapa kebijakan yang diambil perusahaan. Salah satu kebijakan yang sangat sensitif terhadap PBV adalah kebijakan hutang dan kebijakan deviden. Kebijakan hutang yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan operasionalnya dengan menggunakan hutang keuangannya (Abdillah, 2012). Hutang merupakan suatu pendanaan eksternal untuk menjalakan kegiatan operasionalnya. Penggunaan hutang tersebut mempunyai pengaruh sensitif terhadap tinggi rendahnya nilai perusahaan. Kebijakan hutang pada umunya lebih banyak di gunakan oleh perusahaan daripada menerbitkan saham baru karena di rasa lebih aman, sehingga dengan demikian semakin tinggi porsi hutang maka semakin tinggi pula nilai perusahaan (Utomo, 2009). Kebijakan hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya bekerja sementara di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut hutang yang harus di kembalikan pada saatnya. Semakin
tinggi hutang yang dimiliki, semakin kecil kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya kepada pemegang saham berupa deviden dan semakin buruk penilaian investor terhadap perusahaan. Investor dapat menilai sebuah perusahaan dengan melihat profitabilitas perusahaan tersebut. Semakin tinggi laba perusahaan tersebut maka dapat meningkatkan harga saham dan pengembalian investasi yang tinggi pula (Utomo, 2009). Kebijakan deviden ini merupakan suatu hak yang kompleks karena melibatkan kepentingan banyak hal yang terkait. Tujuan investasi pemegang saham adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperoleh return dari dana yang diinvestasikan. Sedangkan bagi pihak manajemen lebih berorientasi pada peningkatan nilai perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai deviden, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Perusahaan yang memilih kebijakan deviden tinggi tanpa arus kas untuk mendukungnya, pada akhirnya harus memotong investasi atau beralih ke pasar modal untuk mendapatkan pendanaan hutang atau ekuitas tambahan (Ningsih dan Indarti, 2009). Sedangkan kebijakan deviden menarik untuk di teliti karena perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan dengan memperhatikan pemegang saham. Para pemegang saham berpeluang mendapatkan keuntungan optimal sehingga investor akan menilai baik mengenai perusahaan tersebut. Apabila harga saham tinggi maka para investor tidak akan menjual saham mereka sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di pasar, karena nilai perusahaan salah satu diukur dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasar. Kebijakan deviden merupakan kebijakan manager keuangan yang menyangkut dengan 3
seberapa besar proporsi para pemegang saham akan mendapatkan deviden pada periode tertentu. Kebijakan deviden ini sangat terkait dengan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba (Latifasari, 2011). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan food and beverages yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemajuan perekonomian di Indonesia cukup besar ditunjang oleh adanya perkembangan perusahaan industri yang bergerak pada bidang makanan dan minuman kemudian dijual guna memperoleh profit yang besar. Industri makanan dan minuman dihadapkan pada suatu keputusan penting untuk meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh laba. Sektor ini juga dianggap bisa bertahan dalam menghadapi krisis global. Alasannya, sejak krisis global yang terjadi pertengahan 2009, hanya industri makanan dan minuman yang dapat bertahan. Dalam keadaan krisis bahan baku yang digunakan untuk membuat produk makanan dan minuman mudah untuk di peroleh (Sambora, 2014). Selain itu, karakteristik masyarakat cenderung gemar berbelanja makanan, ikut mempertahankan industri makanan dan minuman Penelitian tentang pengaruh kebijakan hutang dan deviden terhadap nilai perusahaan belum memperlihatkan hasil yang konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2009) dan Yustitianingrum (2013) menunjukan hasil bahwa kebijakan penggunaan hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, akan tetapi penggunaan kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Analisa (2011) dan Yunita (2011) memberikan hasil bahwa kebijakan hutang dan kebijakan deviden mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil yang berbeda di peroleh dari penelitian
Fenandar (2012) dimana kebijakan deviden berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang masih menunjukkan ketidak konsistenan pengaruh variabel kebijakan hutang dan kebijakan deviden maka penelitian ini berjudul : “PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2009-2014”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan pada sub bab sebelumnya, maka secara spesifik permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah : 2. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan ? 3. Apakah kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan ? 4. Apakah kebijakan hutang dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan ? 1.3 Batasan Masalah Dengan pertimbangan kepentingan peneliti, keterbatasan kemampuan dan waktu peneliti serta untuk menghindari kesalahan persepsi, pemahaman penelitian dan permasalahan yang diteliti tidak melebar, maka peneliti memberikan batasan penelitian yang meliputi: Periode Penelitian adalah tahun 2009 – 2014 dikarenakan pada tahun 2008 di Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat signifikan, tetapi perusahaan makanan adalah sektor yang paling baik bertahanan di era krisis tersebut.
4
Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan deviden itu memang tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut Modigliani-Miller berpendaat bahwa nilai perusahaan di tentukan oleh earning ower dan asset perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan laba diperoleh akan dibagi dalam bentuk deviden atau akan di tahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal terpenting dari pendapat Modiglani-Miler adalah bahwa pengaruh pembayaran deviden terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam kondisi keputusan investasi, maka apabila perusahaan membagikan deviden kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran deviden tersebut. Dengan demikian kenaikan pendapat dari pembayaran deviden akan diimbangi penurunan harga saham sebagi akibat penjualan saham baru. Denggan demikian apakah laba yang diperoleh di bagikan sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka A. Landasan Teori 1. Trade Off Theory (Teori Perdagangan) Teori ini menganggap bahwa penggunaan hutang 100 persen sulit di jumpai. Kenyataannya semakin banyak hutang, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung. Beban yang harus di tanggung saat menggunakan hutang yang lebih besar adalah biaya keagenan, kebangkrutan, beban bunga yang semakin besar dan sebagainya. Pengungkapan merupakan salah satu media penting untuk mengatasi konflik keagenan. Adanya pengungkapan informasi secara sukarela oleh manajemen dapat memberikan gambaran tentang kondisi perusahaan kepada pemegang saham, sehingga dapat antisipasi terjadinya penyimpangan kepentingan yang dilakukan manajer. 2. Pecking Order Theory (Teori Alternatif Pendanaan) Pecking order Theory mengemukakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal sebanyak mungkin untuk membiayai proyekproyek didalam perusahaan. Hutang menjadi piilihan kedua setelah sumber pendanaan internal dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana perusahaan akan menerbitkan common stock. 3. Deviden Irrelevance Theory (Deviden tidak relevan)
4. Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai 5
perusahaan berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Yuniarti, 2015). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan. 5. Kebijakan Hutang Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan perusahaan untuk membiayai kebutuhan perusahaannya. Dalam pengambilan penggunaan hutang harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang akan muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham. Hutang adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Hutang mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklain aktiva perusahaan (Latifasari, 2011). 6. Kebijakan Deviden Deviden merupakan pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang di perolehnya. Kebijakan deviden adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran deviden oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya deviden
dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Brigham Houston, 2011:217). Besarnya deviden yang dibagikan perusahaan di tentukan oleh pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Kebijakan deviden adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Dalam kebijakan deviden terdapat trade off dan merupakan pilihan yang tidak mudah antara membagikan laba sebagai deviden maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan berdampak negatif terhadap saham. Apabila perusahaan tidak membagikan deviden maka pasar akan memberikan sinyal negatif kepada prospek perusahaan. Peningkatan deviden memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan deviden menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Hidayat, 2009). B. Penelitian Terdahulu 1. Yulianti (2010) meneliti “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan” (Studi kasus pada 6
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2007). Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah (1) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang (2) resiko bisnis berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang (3) likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang (4) kebijakan hutang berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan.
secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI ? (3) Apakah kebijakan hutang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI ? (4) Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI ? (5) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pembiayaan manufaktur di BEI . 4. Fernandar (2012) melakukan penilitian yang berjudul “Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijkan deviden terhadap nilai perusahaan”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Keputusan Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan Keputusan Pendanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan. 5. Yunita (2011) melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Deviden, Size, Dan Mekanismen Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010)”. Penelitian ini
2. Utomo (2009) meneliti “Pengaruh Kebijakan Hutang, Kebijakan Investasi dan Kebijakan Deviden terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20032007”. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah (1) kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (2) keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan (3) kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 3. Yustititaningrum (2009) meneliti tentang “Pengaruh deviden, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah deviden, kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI ? (2) Apakah deviden berpengaruh 7
membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara ukuran perusahaan (size) dan nilai perusahaan. Sedangkan variabel lain seperti kebijakan utang, kebijakan dividen, komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.2. Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis atau dugaan sementara yaitu : a. H1 : Diduga kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. b. H2 : Diduga kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan c. H3 : Diduga kebijakan hutang dan keb ijakan deviden berpengaruh signifikan secara simultan terhadap nilai perusahaan. BAB III METODE PENELITIAN
3.2. Data Penelitian A. Jenis dan Sumber Data Penelitiann ini menggunakan data sekunder, yang digunakan adalah laporan keuangan sample yang terdapat pada Indonesian Capital Market untuk melihat closing price dan situs web www.idx.co.id yang memuat laporan keuangan dari tahun 2009-2014. B. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data yang tercantum pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan tahunan pada Indonesia Stock Exchange (IDX) tahun 2009-2014.
3.3. Metode Analisis A. Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka yang diajukan dalam penelitian adalah melakukan pengujian asumsi klasik meliputi : Uji Normalitas, Uji Mulitikolinearitas, Uji Heterokskedastistitas, dan Uji Autokorelasi yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Uji Normalitas
3.1. Jenis Penelitian 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu pengolahan data yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang di teliti melalui data sample atau populasi. Tujuan penelitian deskriptif kuantitatif adalah mengembangkan data menggunakan model model matematis, teori-teori atau hipotesis guna memperoleh jawaban atas rumusan masalah yang telah diajukan.
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan dependennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu 8
diagonal pada grafik atau histogram dari residualnya. Data normal dan tidak normal dapat diuraikan sebagai berikut : a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, tidak menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = I/toleranve) dan menunjukkan adanya kolineritas yang tinggi. Nilai Cut Off yang umum dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat diterima. Sedangkan TOL (tolerance) besarnya variasi dari suatu variable independen yang tidak dijelaskan oleh variable indenpenden lainnya. Nilai TOL berkaitan dengan VIF. Batas TOL diatas 0,10 dan VIF batasnya dibawah 10. Apabila TOL dibawah 0,10 atau VIF di atas 10, maka terjadi multikolinieritas. Konsenkuensi adanya multikolinieritas menyebabkan stantar errorcenderung semakin besar.
2. Uji Multikolineritas Yang dimaksud dengan multikolineritas persamaan regresi berganda yaitu kolerasi antara variable-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Menurut Priyatno (2014:99) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah koefisien kolerasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Variance Inflation Factor (VIF) kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variable bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan regresian terhadap variabel bebas lainnya. Tolenrancemengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleranceyang rendah sama
3. Uji Heteroskedasitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Ghozali (2011:139) mengungkapkan cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitasnya 9
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang telah diprediksi dan sumbu X residual (Y prediksiY sesungguhnya) yang telah di standardized. Dasar analisis heteroskedastisitas, sebagai berikut : a. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur seperti gelombang, melebar, kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika titik-titik ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi
c. Jika nilai DW berada di bawah dU (DW
4-dU), maka signifikan terdapat autokorelasi. B. Analisis Regresi Berganda Persamaan regresi berganda mengandung makna bahwa penelitian terdiri dari suatu variabel dependen dan lebih dari satu variabel indenpenden. Dalam kasus regresi berganda yang melibatkan banyak variabel bebas (X), pendugaan koefisien-koefisien regresi menjadi semakin sulit dan rumit tidak seperti pada regresi sederhana (J.Suprapto, 2009:281 dalam Sinta, 2014). Analisis ini mengetahui arah hubungan antara variabel indenpenden dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negative serta untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Dalam penelitian ini terdapat hubungan dan pengaruh antara : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja barang dan Jasa. 1. Uji Koefisien Korelasi (R) : Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Jadi tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel lain. Umar (2013:131) mengungkapkan nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1 sampai +1 yang kriterianya dijelaskan sebagai berikut: a. Jika nilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan yang linear positif, yaitu makin besar nilai
Uji Autokolerasi dapat dilakukan dengan Uji DurbinWaston (DW test). DW test digunakan untuk autokolerasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen (Ghozali,2011:111). Adapun panduan mengenai angka DW (Durbin Waston) untuk mendektesi autokolerasi dapat dilihat pada table DW, dengan pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Jika nilai D-W berada diantara di antara dL dan 4-dL atau dL
b.
c.
d.
variabel independen (X), maka semakin besar pula nilai variabel dependen (Y) atau makin kecil nilai variabel (X), maka makin kecil pula nilai variabel Y. Jika nilai r < 0 artinya telah terjadi hubungan yang linear negative, yaitu makin kecil nilai variabel independen (X), maka makin besar nilai variabel dependen (Y) atau makin besar nilai variabel X, maka akan makin kecil nilai variabel Y. Jika nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Jika nilai r = 1 atau r = -1 telah terjadi hubungan linear sempurna, yaitu berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0, maka garis makin tidak lurus.
Sugiyono (2008:250) mengungkapkan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah : 0,000 - 0,199 = sangat rendah 0,200 - 0,399 = rendah 0.400 - 0,599 = sedang 0,600 - 0,799 = kuat 0,800 - 1,000 = sangat kuat Rumus yang digunakan :
kemampuan variabel-variabel independen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampil semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Untuk mengetahui nilai R2 dapat dilihat pada kolom Adjusted R2 , hal ini dikarenakan nilai Adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketetapan paling baik dalam analisa regresi, dimana hal yang ditunjukan oleh besarnya R2 antara 0 (nol) dan 1 (satu). Apabila koefisien determinasi (R2) = 0 (nol), berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika koefisien 2 determinasi (R ) mendekati 1 (satu), berarti dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X). 3.4. Pengujian Hipotesis
2. Uji Koefisien Determinasi (R²) : Ghozali (2011:97) mengungkapkan koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti
A. Analisis Simultan / Variance (Uji F/ F test) : Uji F digunakan untuk menganalisa pengaruh seluruh variable bebas, secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya. Berdasarkan tabel ANOVA dapat dilakukan pengujian (Uji F) sebagai berikut : 1. Menentukan Hipotesis 11
Analisis Variance (Uji F/F test) : Berdasarkan tabel ANOVA dapat dilakukan penentuan hipotesis sebagai berikut: H0 : tidak ada pengaruh signifikan antara kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan
Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Barang dan Jasa. Pengujian ini dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan Hipotesis Pengujian hipotesisnya dapat ditentukan sebagai berikut: Ho: Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. 2. Tingkat signifikansi menggunakan = 5% (0,05). Untuk tariff nyata 5% maka ujungnya ada dua sehingga 5% / 2 = 2,5% = 0,025 karena menggunakan uji dua arah. 3. Menentukan thitung: Dalam menentukan thitung pada pengujian koefisien nerganda dengan statistic uji t digunakan rumus sebagai berikut : Rumus yang digunakan :
Ha : ada pengaruh signifikan antara kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan 2. Tingkat signifikansi menggunakan = 5% (0,05). Tingkat signifikansi 5% berarti tingkat kesalahan hanya ditoleransi sebesar 5% atau 0,05. 3. Menentukan fhitung: Fhitungdapat diperoleh dari hasil perhitungan manual maupun olah data SPSS yang telah dilakukan. 4. Menentukan Ftabel : Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% atau = 5% (0,05), df1 dapat diperoleh dengan cara jumlah variabel dikurang 1, dan df2 dengan cara n-k-1 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel indenpenden). 5. Kriteria Pengujiannya :
b1 thitung =
Ho diterima apabila Fhitung< Ftabel Ho ditolak apabila Fhitung> Ftabel
Sb1
Dimana : b1 = Koefisien regresi Sb1 = Standart error koefisien regresi t = uji signifikan 4. Menentukan ttabel: Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) adalah n-k-1. Dalam hal ini n adalah jumlah kasus dan k
B. Uji Signifikansi / Uji t ( t test ) : Uji t (uji parsial) ini dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh masing-masing variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Dalam hal ini adalah untuk melihat signifikan dari masingmasing variabel sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), 12
adalah jumlah variabel independen. 5. Kriteria Pengujian Ho diterima apabila –thitung ttabel atau thitung ≤ ttabel Ho ditolak apabila –thitung < ttabel atau thitung ≥ ttabel
nilai residual untuk variabel kebijakan hutang dan kebijakan deviden berdistribusi disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data residual searah mengikuti garis diagonal. Hal ini mengandung pengertian bahwa model regresi untuk variabel kebijakan hutang dan kebijakan deviden menunjukkan pola yang berdistribusi normal atau memenuhi asumsi normalitas. Dalam uji Normalitas residual dengan grafik masih dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati karena secara visual kelihatan normal. Oleh sebab itu untuk melengkapi dan mempertajam uji grafiknya, maka perlu juga dilakukan uji statistik lain untuk menguji normalitas residual yaitu menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebagaimana ditampilkan melalui tabel berikut ini:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Hipotesis A. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas : Uji Normaliatas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil Uji Normalitas yang terbentuk dapat ditampilkan melalui gambar berikut :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N
78
Normal Paramet ers
a,b
Std. Deviation
0E-7 .93832199
Most
Absolute
.068
Extreme
Positive
.068
Negative
-.039
Differenc es
Dari grafik normal probability plot (P-Plot) diatas pada gambar 4.1. dapat dilihat bahwa sebaran
Mean
Kolmogorov-Smirnov Z
.601
Asymp. Sig. (2-tailed)
.862
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sehingga pengambilan keputusannya berpedoman pada : 13
1). Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal. 2). Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.
3. Uji Heteroskedastisitas Coefficients Mode l
Unstandardized
Standardi
Coefficients
zed
a
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficie nts
2. Uji Multikolinearitas
B
Coefficients
Std.
Beta
Tolera
Error
a
VIF
nce
(Con Model
Unstandardized
Standardize
Coefficients
d
t
Sig.
1.195
.135
X1
.225
.149
X2
-.026
.085
8.870
.000
.173
1.509
.136
.983
1.017
-.035
-.302
.764
.983
1.017
stant) 1
Coefficients
B
Std.
a. Dependent Variable: NILAI
Beta
B d asarkan tabel di atas menunjukkan hasil uji Glejser dapat diketahui nilai signifikan untuk kedua variable diatas > 0,05 yanga rtinya tidak terjadi heterokedesitas.
PERUSAHAAN
Error
(Constant)
1.195
.135
.225
.149
-.026
.085
8.870
.000
.173
1.509
.136
-.035
-.302
.764
KEBIJAKAN 1
HUTANG
KEBIJAKAN DEVIDEN
a. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai nilai VIF yang kurang dari 10 dan nilai tolerance dari 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara semua variabel independen.
14
4. Uji Autokorelasi terhadap Variabel Dependen Nilai Perusahaan : b
Model Summary Mo
R
del
1
.172
a
R
Adju
Std.
Durbi
Squ
sted
Error
n-
are
R
of the
Wats
Squ
Estima
on
are
te
.030 .004
2.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menggunakan SPSS 21,00 diperoleh nilai R sebesar 0,172 ini artinya bahwa terjadi hubungan yang rendah antara variabel bebas kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut dibuktikan dengan nilai 0,172 yang berada diantara interval 0,00 – 0,199. Uji Koefisien Determinasi (R²) :
Koefisien determinasi (R ) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisa regresi. Dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien determinasi (R2) nol, berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi mendekati satu maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu, koefisien determinasi dipergunakan juga untuk mengetahui presentase perusahaan variabel terikat (Y) yang disebabkan variabel bebas (X). Angka Adjusted R Square pada tabel sebesar 0,172. Ini berarti bahwa variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel bebas yaitu variabel kebijakan hutang dan kebijakan deviden yang sah hanya sebesar 17,2% sedangkan sisanya 82,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model penelitian ini. C. Pengujian Hipotesis 2
.95075 2.478
a. Predictors: (Constant), KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG b. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode penyesuaian yang membuat kelambanan dari variabel dependennya, maka menghasilkan nilai dari Durbin-Watson untuk mendapatkan kesimpulan dari Selanjutnya melalui uji DurbinWatson dl dan du dengan level of significant 5% = 0,05, jumlah variabel independen 2 (dua) dan jumlah data 13 (tiga belas) selama 6 tahun, maka diperoleh nilai dl sebesar 1,5801 atau dl (G; k ; n) = (0,05 ; 2 ; 78) = 1,5801.. Karena nilai uji DurbinWatson berada diantara du < DW < 4-du (1,6581 < 2,478 < 2,3419), maka dapat disimpulkan bahwa nilai DW sebesar 2,478 telah menunjukkan tidak terdapat autokorelasi. B. Hasil Uji Regresi Berganda
1. Analisis Simultan / Variance (Uji F / F test) :
1. Uji Koefisien Korelasi (R) : 15
a
ANOVA Model
Sum of
F
df
Squares
Mean
F
Sig.
1.144
.324b
Squar e
t a
Regre
b
2.067
2
1.034
67.795
75
.904
69.862
77
ssion
e l
1
Resid
2)
ual
=
Total
a. Dependent Variable: NILAI PERUSAHAAN
B eb. Predictors: (Constant), KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN r HUTANG Ftabel = α (k-1 ; n-k-1) = 0,05 (3-1 ; 78-2-1) = 0,05 (2 ; 75) = 3,119
3)
Berdasarkan perhitungan dan analisis data, diperoleh hasil Fhitung sebesar 1,144 Dengan demikian maka Ho diterima karena Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ho diterima dan ha ditolak. 2. Uji Signifikansi / Uji t ( t test ) :
4)
Uji t / t (test) digunakan untuk menunjukkan nilai signifikan dari masing-masing koefisien regresi terhadap kenyataan yang ada, yang selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Variabel kebijakan hutang Langkah-langkah pengujiannya : 1) Menentukan hipotesis Ho = β ≠ 0 artinya bahwa tidak terdapat pengaruh
5)
16
antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Ha = β = 0 artinya bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Menentukan tingkat signifikansi atau taraf nyata Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (0,05) berarti tingkat kesalahan hanya ditoleransi sebesar 5% atau 0,05. Menentukan thitung Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung yaitu 1,509. Menentukan tlabel Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% atau tingkat signifikansi menggunakan 5% (0,05) dengan derajat kebebasan adalah n-k-1, maka : Ttabel = (α/2 ; n-k-1) = (0,05/2 ; 78 – 2 – 1) = (0,025 ; 75) = 1,992 Kriteria pengujian Ho diterima apabila – thitung < ttabel. Ha ditolak apabila – thitung > ttabel. Hasil perhitungan dan analisis data diperoleh thitung sebesar 1,509 dimana ttabel sebesar 1,992. Dengan demikian maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan hutang secara parsial signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ho diterima dan ha ditolak. b. Variabel kebijakan deviden Langkah-langkah pengujiannya : 1) Menentukan hipotesis Ho = β ≠ 0 artinya bahwa tidak terdapat pengaruh antara kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Ha = β = 0 artinya bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. 2) Menentukan tingkat signifikansi atau taraf nyata Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (0,05) berarti tingkat kesalahan hanya ditoleransi sebesar 5% atau 0,05. 3) Menentukan thitung Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung yaitu -0,302. 4) Menentukan tlabel Dengan menggunakan tingkat keyakina 95% atau tingkat signifikansi menggunakan 5% (0,05) dengan derajat kebebasan adalah n-k-1, maka : Ttabel = (α/2 ; n-k-1) = (0,05/2 ; 78 – 2 – 1) = (0,025 ;75)
= 1,992 5) Kriteria pengujian Ho diterima apabila – thitung < ttabel. Ha ditolak apabila – thitung > ttabel. Hasil perhitungan dan analisis data diperoleh thitung sebesar -0,302 dimana ttabel 1,992. Dengan demikian maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan deviden secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ho diterima dan ha ditolak. 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian A. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa kebijakan hutang memiliki tingkat signifikan sebesar 1,509. Nilai ttabel > thitung yaitu 1,992 < 1,509 artinya ho diterima dan ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menyatakan bahwa perusahaan dalam mendanai aktivanya cenderung menggunakan modal sendiri (internal financing) yang berasal dari laba ditahan dan modal saham daripada menggunakan hutang. Kecukupan dana yang dimiliki perusahaan untuk membiayai aktivanya yang diperoleh dari modal sendiri membuat 17
perusahaan mengurang proporsi hutang. Hal ini didukung dengan Modigliani and Miller’s menyatakan bahwa seberapapun banyaknya penggunaan hutang tidak akan terpengaruh terhadap harga saham dan nilai perusahaan. Hal itu dikarenakan oleh penggunaan hutang akan menyebabkan biaya ekuitas biasa naik dengan tingkat yang sama seperti tingkat pendapatan yang dihasilkan dan dalam pasar modal indonesia penciptaan nilai tambah perusahaan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis pasar. Sehingga tidak terlalu memperhatikan besar kecilnya hutang, tapi investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen perusahaan menggunakan dana dari hutang tersebut dengan efektif dan efisien. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Yulianti (2010), Yustitianingrum (2013) dan Fernandar (2011) yang menyatakan kebijakan hutang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Brigham dan Houston (2010:157) yang menyatakan bahwa penggunaan hutang yang lebih besar dapat meningkatkan nilai perusahaan karena penggunaan hutang dapat menghemat pajak.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan deviden mengalami tingkat signifikan sebesar 0,302. Nilai ttabel
B. Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan
18
sebagian perusahaan. Pembayaran deviden juga dapat mengurangi peluang investasi, dan kenyataannya investor lebih menyukai capital gain daripada deviden karena pajak capital gain lebih kecil dari pajak deviden. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Utomo (2009), Yustitianingrum (2013) dan Fernandar (2011) yang menyatakan kebijakan deviden memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini investor sangat memperhatikan profitabilitas perusahaan. Sehingga naik atau turunnya profitabilitas perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap harga saham dan nilai perusahaan.
perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan hutang dan kebijakan deviden karena kebijakan hutang dan kebijakan deviden bukan satu-satunya alat ukur dalam menunjukkan tingginya nilai perusahaan.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan hutang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan karena perusahaan dalam mendanai aktivanya cenderung menggunakan modal sendiri (internal financing) yang berasal dari laba ditahan dan modal saham daripada menggunakan hutang. Kecukupan dana yang dimiliki perusahaan untuk membiayai aktivanya yang diperoleh dari modal sendiri membuat perusahaan mengurang proporsi hutang. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan deviden tidak signifikan terhadap nilai perusahaan karena pemegang saham tidak begitu membutuhkan uang dan lebih suka apabila perusahaan menahan sebagaian dari laba perusahaan, yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Saldo laba perusahaan yang tinggi akan memberikan peluang perusahaan untuk melakukan
C. Pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap Nilai Perusahaan Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan hutang dan kebijakan deviden tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian secara simultan (uji F) telah dilakukan dan menghasilkan nilai perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 1,144 < Ftabel = 3,119. Maka dapat disimpulkan bahwa ho diterima dan ha ditolak artinya tidak signifikan antara kebijakan hutang dan kebijakan deviden secara simultan (bersama-sama) terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut berarti setiap adanya kenaikan dan penurunan nilai 19
ekspansi (perluasan perusahaan), sehingga dapat menarik investor untuk membeli saham perusahaan. Jika banyak investor yang membeli saham perusahaan, maka permintaan saham perusahaan menjadi meningkat. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang dan kebijakan deviden tidak signifikan terhadap nilai perusahaan karena bukan saltusatunya tolak ukur untuk informasi dalam kebijakan hutang dan deviden sehingga tidak menambah tingkat pengungkapan nilai perusahaan. 5.2. Saran
telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Sedangkan yang menggunakan proxy Gross Profit Margin. Kemungkinan, peneliti bisa melihat peningkatan harga pokok penjualan dibandingkan dengan sales dan mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian diharapkan menambah periode penelitian untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh variable independen tersebut terhadap nilai perusahaan. Selain itu, harus mempertimbangkan kestabilan kondisi perekonomian yang berhubungan dengan rentang waktu penelitian tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketepatan model yang akan dihasilkan.
Berdasarkan batasan penelitian maka saran dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi perusahaan food and beverages sebaiknya sebelum menetapkan nilai perusahaan agar terlebih dahulu memperhatikan kebijakan hutang dan kebijakan deviden dalam mengambil keputusan berupa pendanaan eksternal dan penerbitan saham terhadap nilai perusahaan. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian ini kembali, sebaiknya menambahkan variable independen yang belum di teliti dalam penelitian ini seperti, profitabilitas menggunakan proxy Retrun On Equity. Hal ini, kemungkinan peneliti bisa melihat perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang
DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Andianto, 2009. Analisis pengaruh kebijakan deviden, kebijakan hutang, profitabilitas dan keputusan investasi terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesian. Semarang : Universitas Dian Nuswantaro. Analisa, Yangs. 2011. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Skripsi. Fakultas ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Fenandar, Ibrahim, Ghany. 2012. Pengaruh keputusan investasi, keputusan 20
pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Skripsi. Fakultas ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Fakultas Ekonomi. Universitas Dipenegoro. Semarang. Latifasari, Diana, sari. 2011. “Analisis faktor-faktor yang memperngaruhi kebijakan deviden”. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gayatri, Rassari, Putu, Luh, Ni dan Mustanda, Ketut, I, 2014. Pengaruh Sturktur Modal, Kebijakan Deviden dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen. (Online), Jilid 3, No. 6 (http://ojs.unud.ac.id/index.php/Ma najemen/article/view/8043), diakses (2016)
Ningsih dan Indarti. Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hermuningsih dan Wardani. 2009. Faktorfaktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal siasat bisnis, Vol 13, No 2, Agustus 2009.
Nurlela dan Ishludin, 2008. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Busa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen,strategi bisnis dan kewirausahaan. Vol 6, No 2, diakses Agustus 2012.
Hidayat, 2009. Pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Skripsi. Padang : Universitas negeri padang.
Pasaribu, Niasti, Fajar. 2010. Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. FEUI. Universitas Indonesia.
Housten, F. Joel dan Brigham, F. Eugene. 2011. Dasar-dasar manajemen keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Priyatno, 2014. SPSS 20. Yogyakarta Penerbit CV Anali Office.
Jensen,
Rita, Mutamimah. 2009. Pendekatan trade off theory dan pecking order theory. EKOBIS. Vol 10, No 1, diakses Januari 2009.
Michael C. dan William H.Meckling (1976), Theory of the Firm:Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership.
Sambora, Handayani, Rahayu. 2014. Pengaruh Leverage dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan di BEI tahun 20092014. Jurnal Administrasi Bisnis.
Jusriani, Fanindiya, Ika 2013. “ Analisis pengaruh struktur kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan “. Skripsi. 21
Vol 8, No 1, diakses 1 Februari 2014.
hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sutrisno, 2007. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII. Taswan dan Solihah, 2002. Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang mempengaruhinya. Semarang : STIE Stikubank. Utomo, Budi, Aji, Sakti, Bambang. 2009. Pengaruh kebijakan hutang, kebijakan investasi dan kebijkan deviden terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesian tahun 2003-2007. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas sebelas maret. Surakarta Yuniarti, Rina. 2015. Pengaruh Kebijakan Deviden Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Di BEI. Bengkulu : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Yunita, Indah. 2011. Analisis pengaruh profitabilitas, kebijakan hutang, kebijakan deviden, size dan mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Skripsi. Fakultas ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Yustitianingrum, Yoana, Ika. 2013. Pengaruh deviden, kebijakan 22