Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
115
KERAGAAN, KERAGAMAN GENETIK DAN HERITABILITAS SEBELAS SIFAT KUANTITATIF KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA GENERASI SELEKSI F5 PERSILANGAN VARIETAS SLAMET x NAKHONSAWAN E. Jambormias1, S. H. Sutjahjo2, M. Jusuf3, Suharsono3 1 Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura 2 Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 3 Fakultas Matematika dan IPA Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT Performance, Genetics Variability and Heritabilities of Eleven Quantitative Traits of Soybean (Glycine max L. Merrill) on F5 Selected Generation of Variety Slamet x Nakhonsawan Cross A series research to obtain new soybean varieties with better yield and seed size was conducted by crossing Slamet variety (high yield, small seed size) with Nakhonsawan (large seed size) in order to produce F5 selected generation. The process of selection and evaluation of F5 selected generation was conducted during a 3.5 month period research, from January to April 2003 in KP IPB Sindang Barang, Bogor. The pedigree selection method was used in the experiments. Data analysis was conducted based on information of both population and relatives. The results showed that except seed size, the F5 selected generation showed low performance for all traits compared to the parents. However, its distribution and genetic variances were both very wide and high. This selected generation contains several families producing high performance with low to high genotypic variance, and produced low to high broadsense and narrowsense heritability between and within families for all quantitative traits. Key words: Soybean,variety of Slamet and Nakhonsawan, population and relatives information, performance, genotypic variance and heritability, and quantitative traits.
ABSTRAK Keragaan, Keragaman Genetik dan Heritabilitas Sebelas Sifat Kuantitatif Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Generasi Seleksi F5 Persilangan Varietas Slamet X Nakhonsawan Suatu seri penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan varietas baru kedelai dengan daya hasil tinggi dan ukuran biji besar, menggunakan turunan hasil kawin sendiri dari persilangan antara Varietas Slamet (hasil tinggi, ukuran biji kecil) dan Nakhonsawan (hasil rendah, ukuran biji besar), dan hingga kini telah menghasilkan generasi seleksi F5. Seleksi dan evaluasi generasi seleksi F5 dilakukan dalam suatu percobaan selama 3.5 bulan, dimulai dari bulan Januari hingga April 2003 di Kebun Percobaan IPB Sindang Barang, Bogor. Metode seleksi silsilah digunakan dalam percobaan ini, dan analisis data hasil koleksi dilakukan berbasis informasi populasi dan kekerabatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Generasi Seleksi F5 memiliki keragaan yang rendah untuk semua sifat bila dibandingkan dengan tetua Slamet kecuali untuk sifat ukuran biji, tetapi ternyata sebarannya sangat luas dan keragaman genetiknya tinggi. Generasi seleksi ini juga mengandung beberapa famili yang menghasilkan keragaan tinggi dengan keragaman genotipe berbasis informasi populasi maupun kekerabatan tergolong rendah hingga tinggi, dan heritabilitas arti luas dan arti sempit antarfamili dan intrafamili tergolong rendah hingga tinggi untuk semua sifat kuantitatif. Kata kunci: Kedelai, varietas Slamet dan Nakhonsawan, informasi populasi dan kekerabatan, keragaan, keragaman genetik dan heritabilitas, dan sifat-sifat kuantitatif.
PENDAHULUAN Pengaruh lingkungan terhadap keragaan sifat-sifat kuantitatif cukup besar dan sering mengaburkan pandangan pemulia tanaman dalam melakukan seleksi. Kajian keragaan dan keragaman genetik sifat-sifat kuantitatif tanaman sangat membantu pemulia tanaman untuk menilai ekspresi suatu sifat disebabkan oleh
genetik atau lingkungan, dan menentukan individu tanaman yang terpilih dalam seleksi. Keragaan sifatsifat kuantitatif biasanya terukur oleh nilai tengah hitung sifat itu, sedangkan keragamannya terukur oleh ragam dugaannya. Selain itu, juga digunakan nilai heritabilitas untuk menilai besarnya keragaman fenotipe yang disebabkan oleh keragaman genotipe.
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
Penggunaan rancangan genetik yang tepat dapat menguraikan keragaman fenotipe suatu sifat tanaman atas komponen keragaman genotipe, keragaman lingkungan dan keragaman interaksi genotipe x lingkungan. Keragaman genotipe dapat juga diuraikan atas komponen keragaman aditif, dominansi dan epistatis. Suatu analisis berbasis informasi kekerabatan, dapat menguraikan keragaman fenotipe atas komponen keragaman antarfamili dan intrafamili, dan dengan menggunakan korelasi nilai pemuliaan sebesar 1 untuk hasil kawin sendiri (selfing), dapat diduga ragam aditif antarfamili dan intrafamili (Becker, 1975; Falconer dan Mackay, 1996). Heritabilitas merupakan suatu alat ukur relatif yang sering digunakan pemulia tanaman untuk menilai seberapa besar suatu keragaman fenotipe disebabkan oleh keragaman genetik. Semakin tinggi nilai heritabilitas, semakin besar pula keragaman fenotipe tersusun atas keragaman genotipe. Berpadanan dengan pendugaan ragam antarfamili dan intrafamili, analisis berbasis informasi kekerabatan juga dapat memberikan informasi nilai heritabilitas antarfamili dan intrafamili. Suatu famili memiliki potensi genetik yang tinggi apabila memiliki keragaan, keragaman genetik dan heritabilitas yang tinggi pula. Famili dengan keragaan yang rendah sekalipun, tetap berpotensi untuk dikembangkan apabila memiliki keragaman genetik dan heritabilitas yang tinggi. Tingginya keragaman genetik mengindikasikan adanya individu-individu dalam suatu famili yang memiliki keragaan yang tinggi diantara individu-individu sekerabatnya yang bernilai rendah. Pada tulisan ini dianalisis: (1) keragaan sebelas sifat kuantitatif pada Generasi Seleksi F5 berbasis informasi populasi dan informasi kekerabatan; (2) keragaman genetik berbasis informasi populasi, serta keragaman genetik aditif antarfamili dan intrafamili sifat-sifat kuantitatif pada setiap taraf kekerabatan Generasi Seleksi F5; (3) heritabilitas sifat-sifat kuantitatif berbasis informasi populasi maupun antarfamili dan intrafamili setiap taraf kekerabatan pada Generasi Seleksi F5. BAHAN DAN METODE Bahan dan Percobaan Lapang Penelitian untuk mengevaluasi Generasi Seleksi F5 persilangan kedelai Varietas Slamet x Nakhonsawan
116
dilakukan pada Januari hingga April 2003, bertempat di Kebun Percobaan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Bahan-bahan tanaman terdiri dari 250 famili kandidat Generasi Seleksi F5 yang berasal dari 250 tanaman Generasi Seleksi F4 hasil seleksi silsilah massa dengan intensitas seleksi 5%, tetua Slamet dan tetua Nakhonsawan. Percobaan dilakukan menggunakan metode seleksi silsilah dengan pengacakan dilakukan sedemikian rupa sehingga famili-famili pada generasi lanjut tersarang dalam famili-famili pada generasi sebelumnya. Rancangan perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan tersarang penuh 3 tahap (3- stage fully nested design) dengan rancangan lingkungan rancangan acak lengkap (Montgomery, 2001), dan percobaan yang melibatkan tetua menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal dengan rancangan lingkungan adalah rancangan acak lengkap. Model aditif linear yang melibatkan Generasi Seleksi F5 dan tetua masing-masing adalah: Generasi Seleksi F5: Yijkl F 3i F 4 j (i ) F 5 k (ij ) Wl (ijk )
untuk i = 1, 2, …, 70; j =1, 2, …, 74; k = 1, 2, …, 250; dan l = 1, 2, …, rk dimana: Yijkl = nilai amatan individu F5 ke-l yang tersarang berurutan menurut silsilah famili F5 ke-k, F4 ke-j dan F3 ke-i; F3i = pengaruh famili F3 ke-i; µ = nilai tengah; F 4 j (i ) = pengaruh famili F4 ke-j yang tersarang dalam famili F3 ke-i; F 5 k (ij ) = pengaruh famili F5 ke-k yang tersarang dalam famili F4 ke-j dan F3 kek; dan Wl (ijk ) = pengaruh individu intrafamili F5 ke-l yang tersarang dalam famili F5 ke-k, F4 ke-j dan F3 ke-i. Tetua: Yij Ti ij untuk i = 1, 2; dan j = 1, 2, 3, ..., ri dimana = nilai tengah; Yij = nilai amatan tetua ke-i pada ulangan ke-j; , Ti = pengaruh tetua ke-i, dan ij = galat percobaan. Kedua model diasumsikan sebagai model acak. Peubah Amatan Peubah respons yang diamati melibatkan peubah seleksi dan beberapa peubah konkomitan. Peubah konkomitan yang diamati adalah umur panen (hari,X1),
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
tinggi tanaman (cm,X2), jumlah cabang (X3), jumlah buku (X4), jumlah buku subur (X5), jumlah polong (X6), jumlah polong bernas (X7), jumlah biji (X8) dan jumlah biji bernas (X9); dan peubah seleksi adalah bobot 100 biji (g,Y2) sebagai representasi ukuran biji, dan bobot biji per tanaman (g, Y1) sebagai representasi produksi biji.
Analisis Data (1) Analisis keragaan. Analisis keragaan dilakukan dengan membandingkan nilai tengah hitung ( x ) generasi seleksi F5 dan famili-famili pada taraf kekerabatan F5 dengan kedua tetua. Pembandingan nilai tengah hitung menggunakan uji-t pada taraf nilai kritis = 0.05 dengan asumsi ragam generasi seleksi atau famili-famili dan tetua berbeda. Bila uji-t menunjukkan pengaruh nyata (nilai peluang beda nilai tengah lebih kecil dari nilai kritis = 0.05), maka terdapat perbedaan antara generasi seleksi dan kedua tetua. Persamaan uji-t diatas adalah: t
Y X Ytetua s X2 s2 tetua n X ntetua
dengan derajat bebas: 2
2 sX2 stetua n ntetua X v 2 2 2 2
sX nX
stetua
ntetua
nX 1 ntetua 1
dimana Y X , s 2X , nx = nilai tengah hitung, ragam dan ukuran contoh Generasi Seleksi dan famili-famili dalam 2 Generasi Seleksi F5; Ytetua , stetua , ntetua = nilai tengah hitung tetua terbaik, ragam gabungan kedua tetua dan ukuran contoh gabungan kedua tetua. (2) Analisis keragaman berbasis informasi populasi. Analisis ini menggunakan uji-F pada taraf nilai kritis = 0.05 dengan asumsi ragam gabungan kedua tetua homogen. Bila analisis r agam memperlihatkan uji-F menunjukkan pengaruh nyata, maka terdapat keragaman genetik dalam populasi generasi seleksi. Persamaan bagi uji-F adalah:
F
S X2 2 S tetua
Pendugaan komponen keragaman berbasis informasi populasi menghasilkan ragam fenotipe ( s P2 ),
117
lingkungan ( s E2 ) dan genotipe ( sG2 )sebagai berikut. s P2 = ragam Generasi Seleksi F5, s E2 = ragam gabungan kedua tetua, dan sG2 = s P2 - s E2 . (3) Analisis keragaman berbasis informasi kekerabatan dilakukan bila hasil pengujian hipotesis model rancangan percobaan menggunakan pendekatan sebaran dugaan komponen ragam dengan penguji-F memperlihatkan pengaruh nyata (Satterthwaite, 1946). Komponen ragam genotipe masing-masing taraf kekerabatan dilakukan sebagai berikut. Penguraian harapan kuadrat tengah E(KT) model rancangan tersarang menghasilkan komponen ragam antarfamili 2 F2 3 , F2 4 , F2 5 dan ragam intrafamili F5 W _ F 5 , dan
penguraian E(KT) model rancangan acak lengkap yang melibatkan hanya kedua tetua menghasilkan ragam intratetua ( W2 _ tetua ). Dugaan ragam genetik aditif diperoleh melalui penjabaran analisis informasi kekerabatan menurut Falconer dan Mackay (1996), dimana korelasi nilai pemuliaan hasil perkawinan sendiri bernilai 1 (satu). Penjabaran ini memberikan hasil komponen ragam antarfamili merupakan ragam genetik aditif bagi famili ke-i ( A2 _ F ), dan ragam intrafamili setelah dikurangi ragam intratetua i
menghasilkan ragam aditif intrafamili ( A2 _ WFi ). Terakhir, ragam fenotipe ( P2 ) merupakan ragam total generasi seleksi tanpa penguraian berbasis informasi kekerabatan. (4) Analisis keragaan dan keragaman Famili F5 dengan pembanding tetua Slamet. Plot nilai tengah dan ragam masing-masing famili menghasilkan grafik dengan garis horizontal membagi gugus keragaman fenotipe famili atas dua bagian, dan dua garis vertikal membagi gugus keragaan famili atas tiga bagian. Keragaman fenotipe di bawah dan di atas garis horizontal mengindikasikan famili-famili yang seragam (sama dengan tetua Slamet atau genetik tak beragam) dan beragam (lebih besar dari tetua Slamet atau genetik beragam); dan keragaan famili di sebelah kiri, diantara dan di sebelah kanan garis vertikal putus-putus mengindikasikan keragaan di bawah, sama dengan dan di atas keragaan tetua Slamet. (5) Dugaan heritabilitas. Dugaan heritabilitas berbasis informasi populasi maupun penguraian
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
dengan nilai ragam genetik. Heritabilitas arti luas dihitung menurut persamaan H =
G2 2P
. Heritabilitas arti
sempit antarfamili dihitung menurut persamaan h 2A _ F
i
P2
2 B _ NS
=
, dan heritabilitas arti sempit intrafamili dihitung
menur ut persamaan
hW2 _ NS
=
2A _ WF 5 2P
. Penilaian
heritabilitas dilakukan menurut kriteria Stanfield (1991), dimana heritabilitas rendah, sedang dan tinggi berturut-turut adalah < 0.2, 0.2-0.5, dan > 0.5.
118
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembandingan Sebaran Seleksi F5 dan Tetua
Populasi
Generasi
Eksplorasi sebaran gugus kekerabatan Generasi Seleksi F5 dan tetua disajikan pada Gambar 1. Semua peubah seleksi maupun konkomitan memperlihatkan adanya keragaman dan cenderung menyebar normal (khususnya kedua tetua) dengan pencilan-pencilan pada generasi bersegregasi. Bila analisis sebaran didasarkan pada rentang total dan rentang antar kuartil, maka
Gambar 1. Eksplorasi pembandingan sebaran populasi Generasi Seleksi F5 dengan tetua
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
berbasis informasi kekerabatan dihitung berpadanan Generasi Seleksi F5 memperlihatkan sebaran yang luas pada semua sifat, kecuali umur panen dan ukuran biji, bila dibandingkan dengan kedua tetua. Analisis Keragaan, Keragaman dan Heritabilitas Berbasis Informasi Populasi Generasi Seleksi F5 dengan Tetua Keragaan dan keragaman genetik berbasis informasi populasi Generasi Seleksi F5 dibandingkan dengan kedua tetua serta heritabilitas untuk semua sifat disajikan pada Tabel 1. Terlihat bahwa nilai tengah Generasi Seleksi F5 lebih rendah dari nilai tengah tetua Slamet untuk semua sifat, kecuali sifat produksi biji dan jumlah cabang yang tidak berbeda. Walaupun demikian, ragam Generasi Seleksi F5 lebih tinggi untuk semua sifat, sehingga terdapat kemungkinan familifamili dengan keragaan yang lebih tinggi dari keragaan tetua untuk semua sifat. Lebih rendahnya keragaan Generasi Seleksi F5 bila dibandingkan dengan tetua Slamet mungkin disebabkan oleh terpilihnya individu-individu pada generasigenerasi awal seleksi adalah individu-individu dengan keragaan terbaik karena pengaruh gen overdominasi yang tak terdeteksi seleksi individu, atau individu dengan keragaan terbaik pada generasi
119
sebelumnya mengalami kompetisi intergenotipik yang menyebabkan bias pendugaan parameter genetik. Adanya kompetisi intergenotipik pada populasi kedelai bersegregasi yang menyebabkan bias dalam pendugaan parameter genetik telah dilaporkan beberapa peneliti sebagaimana dikemukakan Burton (1987). Heritabilitas sifat-sifat kuantitatif Generasi Seleksi F5 berbasis informasi populasi tergolong tinggi sesuai kriteria Stanfield (1991) untuk semua sifat. Hasil ini mengindikasikan keragaman fenotipe Generasi Seleksi F5 merupakan keragaman yang diwariskan pada turunannya. Tingginya keragaman genetik dan heritabilitas sifat-sifat kuantitatif pada Generasi Seleksi F5 juga dilaporkan Poerwoko (1986). Hasil analisis silsilah berbasis keragaman ansestor Generasi Seleksi F5 persilangan Slamet x Nakhonsawan memperlihatkan tingginya keragaman genetik dan heritabilitas pada generasi segregasi F2 untuk semua sifat yang sama kecuali umur panen (Paserang, 2003), diikuti dengan nilai heritabilitas yang rendah hingga sedang kecuali sifat jumlah biji bernas dan produksi biji pada Generasi Seleksi F3, dan kenaikan kembali heritabilitas yang berkisar antara sedang (hanya ukuran biji) hingga
Tabel 1. Keragaan, keragaman dan heritbilitas sifat-sifat kuantitatif Generasi Seleksi F5 dibandingkan dengan kedua tetua
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
120
tinggi (untuk semua sifat lainnya) pada Generasi seleksi Penguraian nilai har apan kuadrat tengah F4 (Dasumati 2003). menghasilkan keragaman antarfamili F3, F4 dan F5, dan keragaman intrafamili F5. Selanjutnya, dengan Analisis Keragaman dan Heritabilitas Generasi menggunakan asumsi korelasi nilai pemuliaan hasil Seleksi F5 Berbasis Informasi Kekerabatan penyerbukan sendiri sama dengan 1 (satu) sebagaimana Hasil pengujian hipotesis model acak menggunakan dikemukakan Falconer dan Mackay (1996), dapat pendekatan Satterthwaite (1946) memberikan hasil diperoleh ragam dugaan genetik berbasis informasi sebagaimana tersajikan pada Tabel 2. Hasil analisis kekerabatan sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Dugaan heritabilitas berbasis informasi kekerabatan memperlihatkan adanya keragaman semua sifat kuantitatif yang teramati pada semua taraf kekerabatan juga disajikan pada Tabel 3. Terlihat bahwa kekerabatan yang terkandung dalam Generasi Seleksi F5. Hasil ini intrafamili F5 memberikan kontribusi paling besar memberikan petunjuk bahwa tersedia keragaman terhadap keragaman genetik total, kecuali untuk sifat genetik antarfamili berbasis informasi kekerabatan F3, tinggi tanaman, sedangkan taraf kekerabatan lainnya memiliki keragaman yang rendah. Keadaan ini terukur F4 dan F5. Tabel 2. Rangkuman hasil analisis keragaman Generasi Seleksi F5 menggunakan model rancangan tersarang 3 tahap, dengan ragam galat model rancangan acak lengkap sebagai penduga ragam lingkungan
oleh nilai heritabilitas pada kekerabatan intrafamili F5 berkisar antara sedang hingga tinggi untuk semua sifat kecuali tinggi tanaman, dan taraf kekerabatan lainnya memiliki heritabilitas rendah, kecuali kekerabatan F3 yang memberikan kontribusi heritabilitas sedang pada sifat tinggi tanaman. Nilai heritabilitas yng rendah hingga sedang mengindikasikan sebaran ragam genetik cukup merata pada semua taraf kekerabatan, dengan akumulasi terbesar berasal dari ragam intrafamili F5. Kecenderungan heritabilitas intrafamili F5 yang tinggi dapat disebabkan oleh keterlibatan banyak gen dalam mengendalikan keragaan ke 11 sifat kuantitatif,
atau kegagalan metode seleksi silsilah massa pada generasi awal seleksi mempertahankan segregan transgresif fiksatif. Metode seleksi silsilah massa merupakan metode seleksi individu yang menghasilkan individu-individu dengan keragaan fenotipe terbaik. Segregan transgresif fiksatif tak terpilih dalam seleksi apabila individu dengan keragaan terbaik disebabkan oleh aksi gen over-dominasi. Analisis silsilah nilai heritabilitas berbasis informasi kekerabatan memperlihatkan reduksi nilai heritabilitas antarfamili dan intrafamili yang berkisar antara sedang hingga tinggi untuk hampir semua sifat pada Generasi
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
121
Tabel 3. Ragam dugaan genetik dan heritabilitas berbasis analisis kekerabatan Generasi Seleksi F5
ukuran biji tinggi. Gambar 3 memperlihatkan hanya terdapat satu famili, yaitu SN158-29-34 yang memiliki keragaan produksi biji dan ukuran biji yang telah lebih baik dari tetua Slamat tetapi dengan keragaman yang sama. Famili-famili pada Gambar 3(a) memiliki keragaan dan keragaman produksi biji dan Gambar 2 menyajikan keragaan dan keragaman ukuran biji yang lebih tinggi dari tetua Slamet sehingga famili-famili generasi seleksi F5 pada taraf kekerabatan dianggap belum stabil secara genetik, sedangkan familiFamili F5. Gambar ini memberikan petunjuk yang lebih famili pada Gambar 3(b) memiliki keragaman produksi jelas mengenai besarnya kontribusi keragaman genetik biji yang lebih tinggi dari tetua Slamet tetapi sifat-sifat kuantitatif pada setiap peningkatan keragaan. keragaman ukuran bijinya tak berbeda, sehingga dapat Keragaman fenotipe di atas garis horizontal utuh dianggap belum stabil secara genetik untuk sifat mengindikasikan famili-famili yang beragam; dan produksi biji dan telah stabil untuk ukuran biji. keragaan famili di sebelah kiri, diantara dan di sebelah kanan garis vertikal putus-putus mengindikasikan KESIMPULAN keragaan di bawah, sama dengan dan di atas keragaan Kesimpulan yang diper oleh sesuai analisis tetua. Terlihat adanya korelasi antara keragaan dan keragaan, keragaman dan heritabilitas 11 sifat kuantitatif keragaman famili, khususnya pada sifat-sifat jumlah kedelai Generasi Seleksi F5 adalah sebagai berikut: (1) polong, jumlah polong bernas, jumlah biji, jumlah biji Sebaran gugus total Generasi Seleksi F5 cenderung bernas dan produksi biji. Peningkatan keragaan untuk lebih luas bila dibandingkan dengan kedua tetua untuk sifat-sifat ini menyebabkan turut meningkatnya kesebelas sifat kuantitatif; (2) Analisis keragaan berbasis keragaman. Seleksi pada Generasi Seleksi F5 informasi populasi menunjukkan keragaan sifat-sifat memberikan hasil proporsi keragaan sifat ukuran biji kuantitatif Generasi Seleksi F5 lebih rendah bila yang cukup tinggi bila dibandingkan terhadap tetua dibandingkan tetua Slamet kecuali sifat ukuran biji. Slamet baik pada kondisi keragaman tinggi (0.472) Dilain pihak, keragaan sifat-sifat kuantitatif ini lebih maupun rendah (0.302), sedangkan produksi biji baik dari tetua Nakhonsawan, kecuali sifat ukuran biji; memiliki keragaan dan keragaman tinggi dengan (3) Penguraian ragam genotipe total atas ragam aditif proporsi yang besar (0.347). Khusus ukuran biji dan berbasis informasi kekerabatan Generasi Seleksi F5 produksi biji, disajikan Gambar 3 untuk mendeskripsi menunjukkan keanekaan ragam genetik aditif dan Gambar 2 secara detail hanya bagi famili-famili yang heritabilitas yang rendah hingga tinggi, yang masuk dalam kategori keragaan produksi biji dan mengindikasikan adanya penyebaran ragam genotipe Seleksi F4 (Dasumiati, 1993). Hasil ini menunjukkan telah terjadi penurunan heterozigositas dan fiksasi gen pada sebagian famili Generasi Seleksi F5. Analisis Keragaan dan Keragaman Famili F5 pada Generasi Seleksi F5
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
122
Gambar 2. Keragaan dan keragaman fenotipe sifat-sifat kuantitatif berbasis informasi kekerabatan F5 pada Generasi Seleksi F5 persilangan varietas Slamet x Nakhonsawan
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
123
Gambar 3. Keragaan produksi biji dan ukuran biji famili-famili F5 Generasi Seleksi F5 yang tinggi dengan keragaman tinggi dan rendah dibandingkan terhadap tetua Slamet dan satu famili yang memiliki keragaan tinggi dan keragaman rendah untuk kedua sifat (diberi penanda R)
Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : (115 - 124)
124
Montgomery, D.C. 2001. Design and Analysis of Experiment. 5th ed. John Wiley & Sons Inc, New York. Paserang, A.P. 2003. Seleksi untuk Peningkatan Produksi Kedelai dari Generasi F2 Hasil Persilangan Kultivar Slamet x Nokonsawon dan Kultivar Slamet x Galur GH09. (Tesis). Program Pascasarjana Institut Per tanian Bogor, Bogor. (Tidak dipublikasikan). DAFTAR PUSTAKA Poerwoko, M.S. 1986. Heritabilitas, Korelasi Genotipe dan Sidik Lintas Sifat-sifat Kuantitatif Zuriat-zuriat Becker. 1975. Manual of Quantitative Genetics. 3rd Persilangan Kedelai pada Generasi Segregasi F-5 ed. Washington State University Press, Washington. dan Tiga Varietas Tetua. (Tesis). Fakultas Burton, J.W. 1987. Quantitative Genetics: Results Pascasarjana Universitas Gadjahmada, Yogyakarta. Relevant to Soybean Breeding. In Soybeans: (Tidak dipubli-kasikan). Improvement, Production and Uses. 2 nd ed. Satterthwaite, F.E. 1946. An approximate distribution Wisconsin. of estimates of variance components. Biometrics Dasumati. 2003. Seleksi untuk Peningkatan Produksi Bull. 2:110-114. Biji Kedelai dari Generasi Seleksi 1 (F3) dan Seleksi Stanfield, W.D. 1991. Genetika.Ed. ke-2. Terjemahan: 2 (F4) Hasil Persilangan Varietas Slamet x M. Apandi dan L.T. Hardy. Erlangga, Jakarta. Nokonsawon. (Tesis). Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak dipublikasikan). Falconer, D.S. and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. 4 th ed. Adison-Wesley Longman, Harlow UK. pada semua taraf kekerabatan, dengan akumulasi terjadi pada kekerabatan intrafamili F5; (4) Analisis berbasis informasi kekerabatan famili pada taraf kekerabatan Generasi Seleksi F5 menunjukkan adanya familifamili yang memiliki keragaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan tetua Slamet dan Nakhonsawan, dan keragaman serta heritabilitas yang rendah hingga tinggi.