Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL ASESMEN AUTENTIK TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIKUM PADA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FT-UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Syahrul Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model asesmen autentik terintegrasi, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, khususnya mata kuliah Praktikum Mesin Listrik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro yang sedang mengikuti mata kuliah Praktikum Mesin Listrik. Intrumen penelitian terdiri dari perangkat Asesmen Teman Sejawat (ATS) dan Asesmen Unjuk Kerja (AUK) untuk dosen, pedoman wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan Uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) terdapat perbedaan unjuk kerja (prestasi) praktikum mesin listrik mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT) pada Jurusan Pendidikan Teknik Elektro; (b) Dengan penerapan model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah Praktik pada Jurusan Pendidikan Teknik Eletro FT-Universitas Negeri Makassar; (c) Mahasiswa memberi respon positif terhadap penerapan asesmen teman sejawat, karena mereka merasa memperoleh pengalaman yang berharga tentang bagaimana menerapkan model tersebut dalam pembelajaran, sehingga kelak mereka dapat menerapkannya di kelas bilamana akan menjadi guru. Penerapan model-AAT perlu disosialisasikan kepada para dosen dan mahasiswa sebagai upaya memperkenalkan model asesmen alternatif dalam pembelajaran. Kata kunci : Keefektifan, Asesmen Autentik, Pembelajaran Praktikum.
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai bagian dari sistem pendidikan mempunyai misi khusus, yakni mempersiapkan mahasiswanya sebagai calon pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional. Dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah diatur standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi pada Pasal 26 ayat (4); sedangkan mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan
dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran, pendidik harus memiliki (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi kepribadian; (3) kompetensi profesional; dan (4) kompetensi sosial. Tuntutan kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik menjadi acuan bagi
Syahrul, Keefektifan Penerapan Model Asesmen Autentik Terintegrasi
seluruh proses kegiatan pembelajaran di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), termasuk pada Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Sebagai calon guru bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT-UNM tentunya dituntut untuk memiliki kompetensi-kompetensi berikut: (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi kepribadian; (3) kompetensi profesional; dan (4) kompetensi sosial. Dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang baik, seorang mahasiswa harus memulainya selama di bangku kuliah. Kesempatan tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mahasiswa untuk mengembangkan potensinya dalam rangka mempersiapkan diri menjadi guru yang profesional. Dalam kaitan dengan pembekalan mahasiswa pada aspek kompetensi pedagogik, kurikulum Jurusan Pendidikan Teknik Elektro telah menyiapkan sejumlah mata kuliah dasar kependidikan (MKDK) dan mata kuliah proses pembelajaran (MKPBM). Dengan menempuh mata kuliahmata kuliah tersebut diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan yang memadai pada aspek kompetensi pedagogik. Meskipun mahasiswa telah menempuh kurikulum yang ditawarkan, namun pada tataran empiris ketika mahasiswa mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) ada beberapa keluhan dari pihak SMK tentang kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktik mengajar. Keluhan-keluhan tersebut antara lain berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam bidang studi yang masih kurang dan kemampuan pedagogik yang belum memadai. Oleh karena itu, pihak lembaga penyedia calon tenaga guru (LPTK) harus terus menerus mengembangkan berbagai inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa. Salah satu inovasi yang diharapkan dapat membentuk kompetensi mahasiswa calon guru pada aspek pedagogik dan profesional adalah melalui penerapan
model dan jenis asesmen yang tepat dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berlangsung pada bidang teknik. Dengan menggunakan model dan jenis asesmen yang tepat dalam kegiatan pembelajaran, maka secara tidak langsung akan melatih mahasiswa untuk menerapkan berbagai bentuk asesmen dalam pembelajaran, sehingga ketika mereka melaksanakan PPL ataupun kelak menjadi guru dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas/laboratorium. Dalam konteks pembelajaran praktikum, sistem asesmen ataupun evaluasi merupakan masalah yang sangat penting. Kualitas pembelajaran yang baik harus diikuti dengan suatu penyelenggaraan asesmen yang baik pula, karena pelaksanaan asesmen merupakan bagian yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Wolf (Badmus, 1995) mengemukakan bahwa asesmen adalah bagian penting dari pengajaran dan bahwa pengajaran yang baik tidak akan berhasil tanpa asesmen yang baik. Kegiatan penilaian dan evaluasi yang selama ini diterapkan dosen belum mencerminkan kebermaknaan belajar, cenderung hanya tertuju pada sasaran unjuk kerja individu, dan hanya dilakukan menggunakan tes formal saja. Untuk itu dibutuhkan sistem evaluasi untuk memantau keseluruhan proses dan tahap belajar yang terkait dengan pembentukan kompetensi itu. Praktik evaluasi yang dibutuhkan adalah yang bermakna, yang melibatkan mahasiswa, dan memenuhi fungsi perbaikan dan pemberdayaan mahasiswa sehingga harus dihindari adanya praktik evaluasi yang hanya menitikberatkan pada sasaran unjuk kerja individual. Evaluasi yang individual seperti itu dapat menimbulkan ketidaktepatan keputusan didaktik tentang penguasaan kompetensi mahasiswa baik dalam perencanaan, proses maupun hasil dari pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik aktivitas pembelajaran praktikum, jenis asesmen yang tepat digunakan adalah asesmen yang berbasis kinerja, yang juga dikenal sebagai
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
asesmen autentik (authentic assessment). Melalui asesmen autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benarbenar diketahui dan dapat dilakukan oleh mahasiswa (kompetensinya). Untuk menilai kompetensi praktikum mahasiswa dalam mata kuliah Praktikum Mesin Listrik (sebagai sampel bidang keahlian) peneliti akan mencoba mengintegrasikan jenis asesmen unjuk kerja (performance assessment) dan asesmen teman sejawat (peer assessment), yang selanjutnya diberi nama “Model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT)”. Terintegrasi dimaksudkan karena: (a) penilaian unjuk kerja mahasiswa tidak hanya dilakukan oleh dosen tetapi juga dilakukan oleh teman sejawat mahasiswa dalam kelompok praktikum. (b) penetapan keputusan didaktik baik dalam perencanaan, proses, maupun hasil pembelajaran (kompetensi) mahasiswa didasarkan pada asesmen kinerja oleh dosen dan asesmen teman sejawat oleh mahasiswa. Secara konseptual, kehadiran modelAAT ini diharapkan dapat mengubah kultur pembelajaran. Diharapkan lebih lanjut dapat meningkatkan mutu perkuliahan praktikum, dan menghindarkan dosen dari spekulasi dalam melakukan penetapan nilai akhir mahasiswa, karena kegiatan asesmen dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan, yang dijuga melibatkan penilaian oleh teman sejawat mahasiswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas penerapan model asesmen autentik terintegrasi (Model-AAT), yang secara konseptual dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada mata kuliah praktikum.
PEMBELAJARAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK Proses belajar yang dialami siswa/mahasiswa diharapkan selalu membawa kepada perubahan-perubahan baru yang cenderung meningkat. Menurut Hudoyo (1988) belajar merupakan suatu
usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku. Menurut Bell Gredler (1994) ada dua bentuk belajar yaitu belajar teoritis yang bertujuan untuk menyerap semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, diciptakan konsep-konsep relasi diantara konsep-konsep dan struktur hubungan, sedangkan belajar praktikum bertujuan mengembangkan keterampilan dalam menangani dan menggunakan benda-benda serta menguasai bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan. Bentuk belajar praktikum lebih mengarah pada kemampuan keterampilan psikomotorik dalam hal merangkai sejumlah gerak gerik jasmani sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan luwes tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa dan cengapa dilakukannya. Laboratorium merupakan sarana kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk menghubungkan teori dan praktikum, mengaplikasikan teori dan mengembangkannya, lebih lagi pada bidang pengetahuan yang langsung diaplikasikan dan dibutuhkan di masyarakat khususnya yang berhubungan dengan produksi barang dan pelayanan jasa (Roesman R, 1988:154). Mata kuliah praktikum bidang studi merupakan bagian penting dari struktur kurikulum pada Jurusan (program studi) kependidikan di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Keberadaan mata kuliah praktikum dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dengan kompetensi bidang studi (profesional) agar kelak para mahasiswa calon guru memiliki kemampuan yang memadai dalam menjalankan tugas kerja sebagai guru. Pada jurusan pendidikan teknik elektro terdapat sejumlah matakuliah praktikum yang wajib diprogramkan oleh mahasiswa, diantaranya adalah mata kuliah Praktikum Mesin Listrik. Menurut Cholik (1988; 33) dan Larson (1972) dalam pembelajaran praktikum ada empat tahapan esensial yang harus
Syahrul, Keefektifan Penerapan Model Asesmen Autentik Terintegrasi
dilakukan guru/dosen untuk mengelola serangkaian tahapan secara baik sesuai dengan aspek belajar yang menjadi harapannya, yaitu: (a) tahapan persiapan, (b) tahapan presentasi (responsi), (c) tahapan aplikasi, (d) tahapan evaluasi.
ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN PRAKTIK Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar mengajar asesmen atau penilaian memegang peranan penting. Asesmen atau penilaian adalah proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang kebijakan pendidikan, mutu program pendidikan, mutu kurikulum, mutu pengajaran atau sejauh mana pengetahuan yang telah diperoleh seorang siswa tentang semua hal yang telah diajarkan kepadanya. Melalui asesmen akan diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan tentang siswa, kurikulum, program, sekolah, dan kebijakankebiajakan pendidikan (Nitko, 2007:4). Asesmen pendidikan bisa mempunyai tujuan yang beragam, dan pemilihannya tergantung pada bagaimana informasi hasil penilaian akan digunakan. Kellaghan dan Greaney (2001:20) menyatakan bahwa informasi asesmen digunakan untuk berbagai tujuan. Herman, Aschbacher, dan Winters (1992) menyatakan 2 (dua) tujuan yang paling dasar dari penggunaan asesmen, yaitu untuk (1) menentukan sejauh mana pebelajar telah menguasai pengetahuan khusus atau keterampilan-keterampilan (content goal), (2) mendiagnosa kelemahan dan kelebihan pebelajar dan merancang pengajaran yang sesuai (process goals). Djemari Mardapi (2004:7) mengemukakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam asesmen atau penilaian, yakni harus mampu: (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong siswa belajar, (3) memotivasi tenaga pendidik mengajar, (4) meningkatkan kinerja lembaga, serta (5) meningkatkan kualitas pendidikan.
Jika mengacu pada karakteristik pembelajaran yang berlangsung di laboratorium, dimana mahasiswa langsung berhadapan dengan benda kerja, belajar dalam pola kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan kerja yang dihadapi, serta belajar dari pengalaman kerja yang dialami, maka jenis asesmen yang tepat untuk dikembangkan dalam pembelajaran di industri adalah asesmen autentik (authentic assessment). Melalui penilaian autentik, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh mahasiswa atau tentang kualitas program pendidikan. Berdasarkan konsepsi di atas, model penilaian autentik sangat tepat untuk digunakan pada pembelajaran berbasis keterampilan (praktikum), karena model penilaian ini dapat mengukur kemampuan siswa dengan ukuran dunia kerja. Badmus (2007), menyatakan bahwa asesmen autentik merupakan cara untuk meningkatkan kualitas asesmen dan pembelajaran pada pendidikan menengah kejuruan, terutama jika digabungkan dengan asesmen tradisonal. Wellingthon et al. (2002) mengemukakan bahwa beberapa asesmen autentik yang dapat digunakan di antaranya penilaian kinerja, penilaian berbasis kriteria, observasi sistematik oleh instruktur atau mahasiswa (peer and self asesmen), portfolio, dan jurnal. Dalam penelitian ini, akan mencoba menerapkan model asesmen dengan mengintegrasikan dua jenis penilaian autentik, yakni (a) Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment ) dan (b) Penilaian teman sejawat (Peer Assessment), yang selanjutnya disebut dengan Model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT). Menurut Airasian (2001: 252), Lynn (Asmawi Zainul, 2001:10) mendefinisikan asesmen kinerja sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk. Panzarella & Manyon (2007) melakukan suatu penelitian dengan maksud mengembangkan dan mengevaluasi suatu perangkat asesmen kinerja yang disebut dengan Integrated Standardized Patient Examination (ISPE). Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa dalam pengembangan perangkat asesmen kinerja harus melibatkan berbagai pihak yang terkait sehingga validitas dan reliabilitasnya lebih terjamin. Hauck, et. al. (2006) melakukan penelitian tentang asesmen kinerja terintegrasi (Integrated Performance Assessment yang disingkat IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 83% responden (guru) menyatakan penerapan IPA mempunyai dampak yang positif terhadap proses pengajaran mereka. Sebanyak 91% menyatakan bahwa IPA mempunyai pengaruh positif bagi guru-guru dalam merancang asesmen di masa yang akan datang. Hasil dari IPA dapat membantu guru menyusun kembali rencana pengajaran menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan siswa. Liu dan Yuan (2003) menyatakan di antara banyak metode penilaian alternatif yang dikembangkan akhir-akhir ini salah satunya adalah peer assessment (asesmen teman sejawat). Asesmen teman sejawat adalah suatu teknik asesmen yang melibatkan mahasiswa untuk mengevaluasi pekerjaan satu sama lain berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dikuasainya, yang didasarkan atas kriteria atau acuan yang obyektif yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam praktik penggunaan asesmen teman sejawat, mahasiswa tidak saja menerima pelimpahan tanggung jawab tetapi juga dapat memberi penilaian secara lebih akurat. Ada sejumlah studi-studi sekitar penerapan asesmen teman sejawat. Penelitian Keaten dan Richardson (1992) seperti dikutip oleh Yarbin dan Min (2005) menemukan bahwa penilaian teman sejawat membantu perkembangan rasa saling
menghargai dan hubungan antar pribadi pada internal kelas. Wong & Helena (2005) melaporkan bahwa lebih dari setengah siswa (52%) menyatakan bahwa penilaian teman sejawat membuat mereka belajar lebih menyenangkan. Berdasarkan beberapa temuan penelitian sejenis, dapat disimpulkan bahwa asesmen teman sejawat cocok untuk menilai hasil kerja kelompok, lebih akurat dan terhindar dari subyektivitas. Asesmen teman sejawat sangat tepat digunakan dalam suasana pembelajaran di laboratorium, dimana pada umumnya siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga memungkinkan antar siswa dapat mengamati atau menilai secara cermat satu dengan lainnya. Bertolak dari pemaparan di atas, penelitian ini mencoba menerapkan model asesmen dengan mengintegrasikan dua metode asesmen autentik dari sejumlah jenis asesmen autentik yang ada, yakni Perfarmance Assessment (asesmen unjuk kerja) dan Peer Assesment (asesmen teman sejawat), yang selanjutnya disebut dengan Model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT). Penerapan model Asesmen Autentik Terintegrasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah praktik pada Jurusan Pendidikan Teknik Eletro FTUniversitas Negeri Makassar.
METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT-UNM yang mengikuti mata kuliah Praktikum pada semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Dalam hal ini, akan dipilih mata kuliah Praktikum Mesin Listrik sebagai sampel keahlian yang diuji coba. Instrumen Penelitian terdiri dari: (a) Perangkat asesmen unjuk kerja (AUK) untuk dosen, (b) Perangkat asesmen teman sejawat (ATS) untuk mahasiswa; (c) Lembar
Syahrul, Keefektifan Penerapan Model Asesmen Autentik Terintegrasi
pengamatan aktivitas mahasiswa (LPAM) dan dosen (LPAD); dan (d) Pedoman interviu Teknik analisis yang digunakan meliputi: Pertama, analisis dekriptif-kualitatif, yakni analisis data dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan memberikan narasi yang logis sesuai dengan kepentingan penelitian, dan Kedua, analisis inferensial dengan menggunakan statistik Uji-t dengan maksud menguji efek perlakuan untuk mengetahui keefektifan model-AAT. Dalam kaitan ini, akan dianalisis rerata hasil penilian unjuk kerja mahasiswa pada saat sebelum penerapan model-AAT dan hasil penilaian unjuk kerja setelah model-AAT diterapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa telah memiliki kesiapan yang memadai untuk menghadapi kegiatan perkuliahan praktikum mesin listrik. Setelah penerapan Model Asesmen Autentik Terintegrasi (model-AAT) menunjukkan bahwa sebahagian besar mahasiswa memiliki unjuk kerja dalam praktikum mesin listrik tergolong tinggi, dalam arti bahwa unjuk kerja mahasiswa melampaui standar ketuntasan kompetensi minimum yang harus dicapai oleh mahasiswa (75%). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama kegiatan praktikum, baik sebelum maupun setelah model-AAT diterapkan tampak telah terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas aktivitas pembelajaran. Dosen maupun mahasiswa memberi respon yang sangat positif terhadap penerapan model-AAT dan model ini perlu diterapkan secara lebih luas pada mata kuliah – mata kuliah lainnya. Hasil analisis data mengisyaratkan pula bahwa ada konsistensi hasil asesmen teman sejawat (ATS) dengan hasil penilaian dosen terhadap unjuk kerja mahasiswa dalam mata kuliah praktikum mesin listrik. Dengan kata lain bahwa ada kesamaan hasil penilaian antara dosen dan mahasiswa terhadap unjuk kerja mahasiswa dalam mata kuliah praktikum mesin listrik.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, menyimpulkan adanya perbedaan unjuk kerja mahasiswa dalam mata kuliah Praktikum Mesin Listrik sebelum dan setelah penerapan model-AAT”. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan unjuk kerja mahasiswa dalam mata kuliah praktikum mesin listrik setelah penerapan model-AAT. Ini berarti bahwa penerapan model-AAT dapat meningkatkan kualitas unjuk kerja mahasiswa dalam mata kuliah praktikum. Seiring dengan bergesernya paradigma pembelajaran, dari yang berpusat pada guru (teacher centre) menuju pada aktivitas kelas yang berpusat pada siswa (student centre) tidak hanya membawa dampak terhadap metode dan aktifitas belajar, tetapi juga terhadap metode asesmen atau penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran itu sendiri. Pada pendidikan teknik dan kejuruan perlu digalakkan penerapan model asesmen/penilaian yang melibatkan siswa/mahasiswa, yang efektif, akurat dan komprehensi, yang dapat menggambarkan secara utuh (holistik) kompetensi mahasiswa. Dari segi kualitas hasil pembelajaran, berdasarkan penelitian ini terungkap bahwa setelah dilibatkan dalam proses penilaian antar teman sejawat, mahasiswa memperlihatkan unjuk kerja yang tinggi dibandingkan dengan sebelum menerapkan model-AAT. Dalam dua siklus penilaian, terlihat ada peningkatan unjuk kerja mahasiswa. Pada siklus pertama penilaian (pre-test), unjuk kerja mahasiswa masih menunjukkan adanya sikap yang ragu-ragu dan tidak percaya diri dalam praktik sehingga skor unjuk kerjanya rendah, baik hasil penilaian oleh teman sejawat maupun dari hasil penilaian oleh dosen. Namun pada siklus kedua (setelah penerapan modelAAT), aktivitas belajar mahasiswa semakin baik dimana skor unjuk kerjanya lebih baik daripada hasil penilaian siklus pertama. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh umpan balik yang diterima mahasiswa bagi perbaikan proses pembelajaran. Kenyataan tersebut sejalan dengan pendapat Cohen &
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
Swerdlik (2004) bahwa penilaian teman sejawat merupakan strategi pengembangan dan perbaikan asesmen yang digunakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran, khususnya pada pendidikan teknik kejuruan. Penggunaan asesmen teman sejawat dapat meningkatkan validitas, konsistensi dan keajegan keputusan didaktis dan penetapan nilai akhir siswa/mahasiswa dalam aktivitas pembelajaran. Dari segi kualitas proses pembelajaran, berdasarkan penelitian ini terungkap bahwa setelah dilibatkan dalam kegiatan penilaian, yaitu menilai teman sejawatnya, mahasiswa menunjukkan motivasi yang besar untuk belajar dan membangun sikap belajar yang positif. Mahasiswa semakin aktif dan kreatif dalam kegiatan praktikum setelah mendapatkan umpan balik dari teman sejawat maupun dari dosen. Kerja sama antar mahasiswa dalam kelompok semakin terorganisir dengan baik, mereka dapat memahami tugas masing-masing tanpa harus diperintah, sehingga dari segi produk, hasil maupun kualitas penyelesaian tugas sangat memuaskan. Indikatornya adalah bahwa beberapa kelompok praktikum dapat menyelesaikan tugas praktikum melebihi target yang diberikan dengan hasil yang akurat. Berdasarkan pengamatan peneliti selama intervensi model-AAT pada kegiatan praktikum mesin listrik, penggunaan asesmen ini memberi berbagai keuntungan. Seperti dikemukakan oleh Stefani (1998) bahwa asesmen teman sejawat mempunyai pengaruh yang sangat positif terhadap proses pembelajaran, meningkatkan keterlibatan mahasiswa di dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan terjadinya interaksi-interaksi sosial dan saling percaya antara satu mahasiswa dengan lainnya dan interaksi antara mahasiswa dan dosen, dan mahasiswa dapat memusatkan perhatiannya terhadap proses pembelajaran di samping produk (hasil). Selain itu, manfaat dari penerapan asesmen teman sejawat dapat menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa karena mereka diberi
kepercayaan untuk terlibat dalam proses penilaian; mahasiswa dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya sebagai akibat adanya umpan balik yang diterima. Penerapan model-AAT juga dapat mendorong dan melatih mahasiswa untuk berbuat jujur dan berlaku adil, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Pengalaman ini dapat menjadi bekal bagi mahasiswa ketika kelak mereka menjadi guru di kelas. Penggunaan asesmen teman sejawat juga dapat melatih mahasiswa mengembangkan keterampilan penilaian diri dan teknik-teknik mengkritik yang konstruktif, mengembangkan kesadaran mahasiswa untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, mahasiswa dapat belajar dari kesuksesan dan kekurangan teman lainnya (khususnya jika hasil kerjanya lebih rendah dari usaha yang dilakukan), dan meningkatkan kesadaran diri tentang apa yang perlu mereka ketahui. Dengan demikian, asesmen teman sejawat pada hakikatnya adalah bentuk asesmen untuk memperoleh informasi balikan dari hasil kerja mahasiswa yang didapat dari teman sejawat, selain yang sudah lazim yakni balikan dari pengajar/dosen. Selanjutnya, kehadiran model asesmen teman sejawat yang dipadukan dengan asesmen yang dilakukan oleh guru/dosen (model asesmen autentik terintegrasi), terutama pada bentuk kegiatan belajar kolaboratif (seperti dalam kegiatan praktikum) dapat meningkatkan mutu pembelajaran, menghindarkan guru/dosen dari spekulasi dalam melakukan evaluasi dan asesmen atau menggunakan metode pembelajaran. Penerapan model-AAT dalam pembelajaran memiliki manfaat ganda bagi mahasiswa LPTK. Selain meningkatkan prestasi akademik, penerapan model asesmen ini dapat menciptakan kemampuan melakukan hubungan sosial lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri, dan mampu mengembangkan saling percaya di antara sesama individu maupun kelompok. Di
Syahrul, Keefektifan Penerapan Model Asesmen Autentik Terintegrasi
samping itu, penerapan asesmen teman sejawat pada mahasiswa LPTK menjadi sarana untuk melatih calon guru dalam menerapkan berbagai model penilaian dalam pembelajaran. Penerapan model asesmen teman sejawat juga dapat mengatasi kekurangan-kekurangan pada praktikum penilaian dengan asesmen konvensional, sebab dengan asesmen teman sejawat mahasiswa dapat menilai seberapa bagus mereka memberi kontribusi terhadap kelompoknya, dan mahasiswa dapat merefleksikan kekuatan dan kelemahan kelompoknya. Jika dilakukan secara formal (melembaga), maka asesmen teman sejawat bisa menjadi suatu cara yang sangat efektif untuk saling memberi umpan balik antara para mahasiswa, ketika guru/dosen tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukannya (memberi umpan balik). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Model-AAT sangat tepat digunakan dalam suasana pembelajaran praktikum, dimana pada umumnya mahasiswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil, sehingga memungkinkan antar mahasiswa dapat mengamati atau menilai secara cermat satu dengan lainnya. Seperti dikemukakan Burke (2004) bahwa lingkungan belajar yang kecil merupakan suatu kondisi yang dapat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa. Penggunaan asesmen teman sejawat untuk situasi belajar pada pendidikan kejuruan teknik merupakan suatu bentuk reformasi asesmen pendidikan yang dapat memberi pengaruh signifikan pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi mahasiswa teknik. Di samping itu, berbagai keuntungan dari penerapan model-AAT sangat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bentuk soft-skill yang dituntut oleh profesi guru pada umumnya, khususnya guru pendidikan teknik kejuruan.
PENUTUP Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) terdapat perbedaan unjuk kerja (prestasi) praktikum mesin listrik mahasiswa
sebelum dan sesudah penerapan model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT) pada Jurusan Pendidikan Teknik Elektro; (b) Dengan penerapan model Asesmen Autentik Terintegrasi (Model-AAT) secara efektif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah Praktik pada Jurusan Pendidikan Teknik Eletro FT-Universitas Negeri Makassar; (c) Mahasiswa memberi respon positif terhadap penerapan asesmen teman sejawat, karena mereka merasa memperoleh pengalaman yang berharga tentang bagaimana menerapkan model asesmen tersebut, sehingga kelak mereka dapat menerapkannya di kelas bilamana akan menjadi guru. Hasil penelitian memberi implikasi agar para dosen dapat mengadaptasi model penilaian tersebut dalam pembelajaran, baik teori maupun praktik. Penerapan modelAAT perlu disosialisasikan kepada para dosen dan mahasiswa sebagai upaya memperkenalkan model asesmen alternatif dalam pembelajaran. Model-AAT ini masih perlu dikaji lebih lanjut oleh para peneliti yang memiliki perhatian yang sama bagi peningkatan kualitas asesmen pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Allin, L. & Turnock, C., 2007. Assessing student performance in work-based learning, www.practicebasedlearning.org/ Badmus, G. A., 2007. Changing Nature of Technical and Vocational Education and Students’ Assessment Methods.
[email protected] www.iaea.info (diakses tanggal, Januari 2007) Boud, D., Cohen, R. & Sampson, J.,1999. Peer learning and assessment, Assessment and Evaluation in Higher Education, 24(4), 413-426. Djemari Mardapi, 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: Program
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
Pascasarjana Yogyakarta.
Universitas
Negeri
Hermanussen, J., et.al., 2000. Learning style in vocational work experience. Jounal of Vocational Education Research. Vol. 25 (4). Johnson, D.W., & Johnson, R. T. 2002. Meaningful Assessment: A manageable and cooperative process. Boston: Allyn & Bacon. Keaten, J.A., Richardson, & Elizabeth, M.,1993. A field Investigation of Peer Assessment as Part of The Student Group Grading Process. EDRS ED 361 753. Kellaghan & Greaney, 2001. Using Assessment to Improve The Quality of Education. Paris: UNESCO Internationl Institute for Educational Planning. Kerka, S., 1995. Authentic Assessment in Vocational Education. Trends and Issues. www.calproonline.org/ERIC/docgen.asp Nitko
A.J., & Brookhart S.M., 2007. Educational Assessment of Students. Colombus, Ohio. Fifth Edition. Perason Merrill Prentice Hall.
Panzarella, K J, Manyon, A T., 2007. A model for Integrated Assessment of Clinical Competence. Washington: Journal of Allied Health. Fall 2007. Vol. 36, Iss. 3; pg. 157, 8 pgs Stefani, L. A. J., 1994. Peer, Self and Tutor Assessment: Relative Reliabilities, Studies in Higher Education, 19(1), 69-75. Xu Jinjie, 2007. Work-Based Learning Helps The Youth Development. China: East China Normal University. http://www.ruc.dk Wellingthon, P., Thomas, I., Powell, I., & Clarke, B., 2002. Authentic assessment applied to engineering and business undergraduate consulting teams. Int. J. Engng Ed. Vol. 18, No. 2, pp. 168-179. Yanbin T, & Min L., 2005. Peer-and-self assessment to reveal the ranking of each individual's contribution to a group project, Journal of Information Systems Education. West Lafayette: Summer 2005. Vol. 16, Iss. 2; pg. 197, 9 pgs