JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DITINJAU DARI ASPEK PETUGAS DI TINGKAT PUSKESMAS KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Aryanti Natalia Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
ABSTRAK Pengolahan data surveilans epidemiologi DBD tingkat puskesmas di Kota Semarang hanya terbatas pada data Penyelidikan Epidemiologi (PE). Ketepatan laporan Mingguan Puskesmas pada tahun 2010 untuk minggu 1 sampai minggu 52 tercatat bahwa 37 Puskesmas di Kota Semarang belum memenuhi standar. Hanya 34 Puskesmas yang dapat memenuhi 80% untuk ketepatan waktu dan 90% untuk kelengkapan laporan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan Surveilans epidemiolgi DBD dan permasalahannya di Kota Semarang tahun 2011 ditinjau dari pendidikan, tingkat pengetahuan, lama bekerja, sikap petugas, tingkat keterampilan pengolahan data, dukungan pimpinan dan kelengkapan sarana. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 37 petugas dan jumlah sampel sebanyak 37 petugas. Analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan secara kumulatif tingkat pengetahuan sebesar 64,9%, pendidikan 70,3%, sikap 51,4%, keterampilan 54,1%, dukungan pimpinan 48,6%, saranan 67,6% dan lama kerja 62,2%. Disarankan agar pimpinan puskesmas perlu lebih meningkatkan perhatian dan dukungan kepada petugas surveilans dan ada komunikasi dan kerjasama yang baik antar petugas surveilans fungsional, petugas surveilans struktural dan sanitarian. Disarankan agar Dinas Kesehatan Kota mengadakan pelatihan GIS. Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, Surveilans Kepustakaan : 54, 1983 – 2011 Pendahuluan Penyakit
biasanya terjadi di daerah endemik Demam
dan berkaitan dengan datangnya
Berdarah Dengue (DBD) ditemukan
musim
hampir di seluruh belahan dunia
peningkatan aktifitas vektor DBD
terutama di negara–negara tropik
pada
dan subtropik. Kejadian Luar Biasa
menyebabkan terjadinya penularan
(KLB) Demam Berdarah Dengue 1
hujan,
musim
sehingga
hujan
yang
terjadi
dapat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
penyakit DBD pada manusia melalui
Kota Semarang dari 262 (pada
vektor Aedes.1
tahun 2009) menjadi 368,7 (pada
Meskipun
sudah
lebih
2010).4
tahun
Data
yang
dari 35 tahun berada di Indonesia,
menunjukkan
DBD bukannya terkendali, tetapi
Demam Berdarah Dengue masih
bahkan semakin mewabah.2 Jumlah
merupakan
kasus DBD pada tahun 2010 di
masyarakat di Kota Semarang yang
Indonesia sebanyak 156.086 kasus
menimbulkan
dengan jumlah kematian akibat DBD
maupun dampak ekonomi.
sebesar
1.358
orang.
Dengan
bahwa
ada
penyakit
masalah
kesehatan
dampak
sosial
DBD perlu dikendalikan
demikian, angka insiden (AI) DBD
agar
pada tahun 2010 adalah 65,7 per
meningkat. Untuk melakukan upaya
100.000
angka
pemberantasan penyakit menular,
kematian kasus sebesar 0,87%.3
termasuk DBD, diperlukan suatu
Tahun 2010 angka insiden DBD
sistem
Jawa
mampu
penduduk
Tengah
dan
sebesar
368,7/
jumlah
kasus
surveilans
tidak
penyakit
memberikan
terus
yang
dukungan
100.000 penduduk dengan jumlah
upaya program dalam daerah kerja
kasus
Kabupaten/
sebanyak
5.556
kasus
Kota,
Propinsi
dan
dengan 47 kematian. Angka Insiden
Nasional, dukungan kerjasama antar
(AI) DBD Kota Semarang 500, 5%
program dan sektor serta kerjasama
lebih tinggi dari angka insiden DBD
antara kabupaten/ Kota, Propinsi,
Jawa Tengah dan 507,5% lebih
Nasional dan Internasional.5
tinggi
dari
angka
insiden
DBD
Pengolahan
data
di
Nasional. Angka Insiden (AI) DBD
Puskesmas
Kota Semarang dari tahun 2005
mayoritas hanya terbatas pada data
sampai dengan tahun 2010 selalu
Penyelidikan
jauh lebih tinggi dari Angka Insiden
Dalam
DBD Jawa Tengah dan AI DBD
terlihat kurang sehingga mempersulit
Nasional.4 Kasus DBD pada tahun
analisa dan penarikan kesimpulan.4
2010 naik 43% dari tahun 2009 yaitu
Kota
DBD
Semarang
Epidemiologi
hal penyajian
data
(PE). juga
Seperti telah diuraikan di atas
dari 3.883 kasus menjadi 5.556
tentang
pentingnya
kegiatan
kasus.
surveilans
epidemiologi
terhadap
Kenaikan
kasus
mengakibatkan kenaikan AI DBD
penyakit Demam Berdarah Dengue
2
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
tetapi
hasil
evaluasi
kegiatan
aspek
petugas
di
tingkat
surveilans epidemiologi DBD di kota
Puskesmas di Kota Semarang
Semarang
pada tahun 2011.
menunjukkan
pelaksanaannya
bahwa
belum
2. Tujuan khusus
sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini dapat
dilihat
dari
a. Mendeskripsikan
beberapa
tingkat
pendidikan petugas surveilans
indikatornya yaitu ketepatan laporan
epidemiologi
Mingguan Puskesmas pada tahun
b. Mendeskripsikan pengetahuan
2010 untuk minggu 1 sampai minggu
tenaga pelaksana Surveilans
52 tercatat bahwa 37 Puskesmas di
Epidemiologi DBD.
Kota Semarang belum memenuhi
c. Mendeskripsikan lama bekerja
standar indikator yang ditetapkan
tenaga pelaksana Surveilans
oleh
Epidemiologi DBD.
Dinas
Kesehatan
Semarang
yaitu
ketepatan
laporan
Kota
97%
untuk
d. Mendeskripsikan sikap tenaga
Surveilans
pelaksana
Penyakit Menular dan 100% untuk kelengkapan
laporan
Surveilans
Epidemiologi DBD.
Surveilans
e. Mendeskripsikan
tingkat
Penyakit Menular. Tiga puluh empat
keterampilan pengolahan data
Puskesmas hanya dapat memenuhi
petugas.
80% untuk ketepatan waktu dan
f.
Mendeskripsikan
90% untuk kelengkapan laporan.
dukungan
Kondisi tersebut masih di bawah
Puskesmas
standar yang telah ditetapkan untuk
sarana untuk pengolahan data Metode dan Subjek Penelitian
mingguan dan kelengkapan laporan Mingguan selama 1 tahun.4
Jenis
penelitian
ini
digunakan
adalah :
untuk
yang
penelitian
ini
dengan menggunakan desain cross gambaran
pelaksanaan epidemiologi
penelitian
adalah penelitian deskriptif kuantitatif
1. Tujuan Umum Mengetahui
pimpinan
g. Mendeskripsikan kelengkapan
ketepatan waktu pengiriman laporan
Tujuan
persepsi
sectional.
yang
surveilans penyakit
mengetahui
Tujuannya
untuk
gambaran
tingkat
demam
pengetahuan, sikap, dan praktek
berdarah dengue ditinjau dari
keluarga tentang pencegahan DBD
3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan
cara
mengajukan
besar responden telah bekerja
melalui
menangani program surveilans
kuesioner yang akan dijawab oleh
penyakit DBD di Puskesmas
petugas dan lembar observasi yang
selama kurang dari 2 tahun
akan diisi oleh peneliti.
(62,2%).
pertanyaan
tertutup
Penelitian rancangan sectional
ini
menggunakan
pendekatan study,
yaitu
Selanjutnya,
sebanyak
cross-
70,3
surveilans
penelitian
%
petugas
epidemiologi
penyakit
DBD
di
untuk mempelajari dinamika korelasi
Semarang
antara variabel bebas dan variabel
pendidikan S1 ke atas.
memiliki
2. Hasil
terikat Metode dalam
pengumpulan
penelitian
ini
jenjang
pelaksanaan
surveilans
data
Kota
dengan
tingkat
pendidikan
adalah
kuantitatif, karena data penelitian
Hasil
berupa angka-angka dan analisis
epidemiologi
penyakit
DBD
menggunakan
dengan kategori baik
lebih
Pengumpulan data menggunakan
banyak
dilakukan
oleh
instrumen penelitian, analisis data
responden
dengan
tingkat
bersifat kuantitatif/ statistik. Analisis
pendidikan
S1
data
sebanyak
dilakukan
statistik.
dengan
analisis
kegiatan
dibandingkan
Hasil dan Pembahasan
responden
A. Analisis Univariat
tingkat
Berdasarkan penelitian,
umur
atas bila dengan
yang
pendidikan
(8,3%).
hasil
ke
69,2%
univariat.
1. Karakteristik Responden
surveilans
Hasil
surveilans
memiliki D1-D3 kegiatan
epidemiologi
responden
penyakit DBD dengan kategori
paling muda adalah 24 tahun
buruk lebih banyak dilakukan
dan tertua 51 tahun sedangkan
oleh
reratanya adalah 35 tahun.
kategori tingkat pendidikan S1
Sebagian
ke atas sebanyak 6,3% bila
besar
responden
responden
dengan
berjenis kelamin perempuan
dibandingkan
(81,1%) dan 40,5% responden
responden yang berpendidikan
berusia 20-29 tahun. Sebagian
D1-D3 (2,7%).
4
dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Menurut
Murwati,
pendidikan
tingkat puskesmas
akan
mempengaruhi
Semarang mempunyai tingkat
tingkat
pengetahuan
intelektualitas seseorang dan
tentang
kemudahannya
epidemiologi
dalam
memahami menelaah
dan
suatu tindakan. 3. Hasil
baik
surveilans DBD.
Peneliti
berpendapat bahwa baiknya
melalukan
tingkat pengetahuan petugas
6
disebabkan karena supervisi
dengan
yang selalu diadakan setiap 3
lama
bulan
kerja
sekali
Kesehatan Hasil kegiatan surveilans
epidemiologi
yang
informasi,
pelaksanaan
surveilans
di Kota
oleh
Kota
Dinas
Semarang
bagian Pencegahan Penyakit
penyakit
DBD
Bersumber Binatang (P2B2).
dengan kategori baik
lebih
Upaya
banyak
oleh
tersebut
dilakukan
DKK
bagian
membuat
P2B2 petugas
responden yang belum lama
surveilans
bekerja (< 2 tahun) sebanyak
informasi mengenai surveilans
78,6%
DBD
bila
dibandingkan
mendapatkan
dab
secara
langsung
dengan petugas yang sudah
meningkatkan
lama bekerja (> 2 tahun) yaitu
pengetahuan
73,9%.
hasil
surveilans
epidemiologi
surveilans
mengenai
surveilans
Sedangkan
kegiatan epidemiologi
penyakit
DBD
dilakukan
4. Hasil
dengan
tingkat
pengetahuan
bekerja sebanyak 26,1% orang dibandingkan
pelaksanaan
surveilans
oleh
responden yang sudah lama
bila
petugas
epidemiologi DBD.
dengan kategori buruk lebih banyak
tingkat
Hasil kegiatan surveilans
dengan
epidemiologi
penyakit
DBD
responden yang belum lama
dengan kategori baik
lebih
bekerja yaitu sebanyak 21,4%.
banyak
dilakukan
oleh
dengan
tingkat
Hal ini dapat disimpulkan bahwa surveilans
rata-rata penyakit
responden
petugas
pengetahuan baik (79,2%) bila
DBD
dibandingkan
5
dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
responden tingkat
yang
memiliki
pengetahuan
buruk
Sedangkan
hasil
(69,2%). kegiatan
penyakit
dengan
responden
kategori
dengan
tidak terampil (70,6%). Hasil
surveilans
epidemiologi
dibandingkan
kegiatan
DBD
surveilans
epidemiologi
penyakit
DBD
dengan kategori buruk lebih
dengan kategori lebih buruk
banyak
oleh
lebih banyak dilakukan oleh
kategori
petugas dengan kategori tidak
dilakukan
responden tingkat
dengan
pengetahuan
(20,8%)
bila
dengan
responden
baik
terampil (29,4%) dibandingkan
dibandingkan
dengan
yang
dengan
kategori terampil yaitu 20%. 7. Hasil
memiliki tingkat pengetahuan
pelaksanaan
surveilans dengan persepsi
buruk (30,8%). 5. Hasil
pelaksanaan
dukungan pimpinan
surveilans dengan sikap
Hasil kegiatan surveilans
Hasil kegiatan surveilans epidemiologi
petugas
penyakit
epidemiologi
DBD
penyakit
DBD
dengan kategori buruk lebih
dengan kategori buruk lebih
banyak
banyak
responden dengan dukungan
dilakukan
responden sikap
dengan positif
dibandingkan
oleh
dilakukan
kategori
pimpinan
(26,3%)
tidak
responden
dengan
perhatian
26,3%
oleh
kategori sebanyak
dibandingkan
dengan kategori sikap negatif
responden
yaitu 22,2%.
pimpinan yang perhatian yaitu
6. Hasil
pelaksanaan
surveilans
kategori
22,2%.
dengan
8. Hasil
keterampilan
pelaksanaan
surveilans
dengan
kelengkapan sarana
Hasil kegiatan surveilans epidemiologi
dengan
penyakit
DBD
dengan kategori baik
lebih
epidemiologi
penyakit
DBD
banyak
oleh
dengan kategori baik
lebih
banyak
oleh
responden terampil
dilakukan dengan
kategori
(80%)
bila
Hasil kegiatan surveilans
responden
6
dilakukan yang
memilik
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
sarana
lengkap
(88%)
dibandingkan
bila
kesimpulan yang dapat ditarik dalam
dengan
penelitian
responden yang tidak memiliki
berikut:
sarana yang lengkap (50%).
1. Hasil
Sedangkan
hasil
surveilans
kegiatan
ini
adalah
kegiatan
epidemiologi
epidemiologi
tingkat
sebagai
surveilans
penyakit
puskesmas
DBD
di
Kota
sebanyak
28
penyakit DBD dengan kategori
Semarang,
buruk lebih banyak dilakukan
puskesmas (75,7%) berkategori
oleh responden yang tidak
baik dan 9 puskesmas (24,3%)
memiliki sarana yang lengkap
berkategori buruk.
(50%)
bila
dengan
dibandingkan
responden
2. Responden dalam penelitian ini
yang
sebagian
besar
adalah
memiliki kelengkapan sarana
perempuan (81,1%) dan sebagian
dengan status lengkap yaitu
besar responden (62,2%) baru
12%.
bekerja
9. Hasil
pelaksanaan
kurang
sebagai
surveilans
dari 2
petugas
tahun
surveilans
epidemiologi DBD. Lama bekerja
Penelitian
yang
telah
responden
mempengaruhi
dilakuakn menunjukkan bahwa
pengetahuan responden dalam
75,7% puskesmas yang ada di
melaksanakan
Kota
surveilans epidemiologi DBD.
Semarang
mencapai
hasil
surveilans penyakit
telah kegiatan
3. Pendidikan
epidemiologi Demam
penelitian
Berdarah
adalah
kegiatan
responden ini
S1
dalam
sebagian
ke
atas
besar
(70,3%).
Dengue dengan kategori baik
Pendidikan akan mempengaruhi
dan 9 Puskesmas (24,3%)
terbentuknya
memiliki
tidak langsung, karena semakin
kegiatan
hasil
pelaksanaan surveilans
tinggi
epidemiolgi yang buruk.
perilaku
tingkat
pendidikan
seseorang akan mempengaruhi
Kesimpulan
tingkat
Dari hasil penelitian dan
pengetahuannya
salah
pada
pembentukkan perilaku.
sebelumnya,
dan
tingkat pengetahuan merupakan
pembahasan yang telah dijabarkan bab
secara
maka
7
satu
domain
dalam
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
4. Pengetahuan responden tentang surveilans sudah
epidemiologi
mendukung
DBD
surveilans epidemiologi DBD.
baik. Hampir sebagian
responden
memiliki
pelaksanaan
7. Sebagian
tingkat
responden
mendapatkan
belum
perhatian
dari
pengetahuan yang baik (64,9%).
pimpinan atau kepala puskesmas
Tingkat pengetahuan responden
(51,4%).
yang baik dapat dijadikan sebagai
responden
yang
dasar
mendapatkan
perhatian
dalam
perilaku
pembentukan
petugas
melaksanakan surveilans
dalam
sebagian sudah atau
dukungan dari pimpinan (48,6%).
kegiatan
epidemiologi
Baru
Dukungan
DBD
pimpinan
sangat
menunjang kinerja petugas dalam
karena pengetahuan merupakan
melaksanakan
domain
surveilans epidemiologi DBD.
terendah
dalam
kegiatan
pembentukan perilaku seseorang.
8. Sebagian besar responden sudah
5. Secara umum sikap responden
didukung dengan sarana yang
terhadap
kegiatan
surveilans
lengkap
(67,6%). Kelengkapan
epidemiologi DBD sudah baik
sarana
dimana
keberhasilan
sebagian
responden
sangat
menunjang pelaksanaan
(51,4%) mempunyai sikap positif
petugas surveilans epidemiologi
terhadap
DBD.
kegiatan
surveilans
Saran
epidemiologi DBD. Sikap positif ini merupakan faktor pendorong seseorang
untuk
Berdasarkan
hasil
melakukan
penelitian dan pembahasan seperti
pelaksanaan
yang telah dikemukakan pada bab-
kegiatan surveilans epidemiologi
bab sebelumnya disarankan hal-hal
DBD.
sebagai berikut:
peningkatan
6. Keterampilan responden dalam
1. Kepada Puskesmas:
mengolah dan menyajikan data sudah
cukup
baik.
a. Pimpinan
puskesmas
perlu
Sebagian
lebih meningkatkan perhatian
responden memiliki keterampilan
dan dukungan kepada petugas
yang baik (54,1%). Keterampilan
surveilans
mengolah,
nasehat
menganalisis
dan
menyajikan data yang baik sangat
membimbing
8
dalam
bentuk
mengingatkan, ataupun
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
pemberian kepada
penghargaan
petugas
c. Melakukan pembinaan teknis/
surveilans
supervisi
dalam kegiatan surveilans. b. Adanya
komunikasi
secara
rutin
puskesmas, dan
ke
sehingga
permasalahan
yang
ada
kerjasama yang baik antar
segera dapat diketahui dan
petugas surveilans fungsional,
upaya perbaikan dapat segera
petugas surveilans struktural
diambil.
dan
sanitarian
dalam
mengerjakan
3. Peneliti Lain:
kegiatan
Perlu
surveilans.
penelitian
2. Dinas Kesehatan Kota:
kajian
a. Perlu diadakan pelatihan bagi petugas
penyakit
lebih
yang
lanjut dengan
lebih
mendalam
terhadap faktor-faktor lain yang
surveilans
epidemiologi
dilakukan
mungkin
DBD
belum
berpengaruh sempat
diteliti
dalam
dengan titik berat materi pada
penelitian
peningkatan
menggunakan penelitian kualitatif.
keterampilan
ini
namun
dengan
pengolahan data dan manfaat pengolahan
data
DAFTAR PUSTAKA
seperti
pelatihan Geografy Information
1. Djunaedi D. Demam Berdarah
System (GIS) sehingga data-
[Dengue
data kasus DBD yang ada di
Imunopatologi,
Puskesmas
Diagnosis
dapat
DBD]
Epidemiologi, Patogenesis, dan
dipergunakan sebagai bahan
Penatalaksanaannya.
perencanaan,
Press. Malang: 2006
menetapkan
evaluasi rencana
dan tindak
2. Direktorat Kesehatan dan Gizi
lanjut/ intervensi.
Masyarakat.
b. Mengalokasikan sarana untuk mendukung
UMM
Kajian
Penanggulangan
Kebijakan (Wabah)
kegiatan
Penyakit Menular Studi Kasus
epidemiologi
DBD. Deputi Bidang SDM dan
penyakit DBD, dengan prioritas
Kebudayaan Badan Perencanaan
kepada
Pembangunan Nasional. Jakarta:
surveilans
puskesmas
kelengkapan
yang
sarananya
2006
kurang.
9
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 262 - 271 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil
Indonesia
Kesehatan
2010.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011 4. Dinas Kesehatan Kota Semarang Bidang
Pencegahan
dan
Pemberantasan Penyakit. Hasil Kegiatan
Tahun
Rencana
Kerja
2010 Tahun
dan 2011.
Semarang: 2011 5. Keputusan
Menteri
Republik
Kesehatan
Indonesia
Nomor
1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyait Menular
dan
Penyakit
Tidak
Menular Terpadu 6. Murwati, Masyarakat
B.
Pendidikan
sebagai
Pemerataan
sarana
Pendapatan,
Jakarta, CSIS, 1983
10