JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
THE INFLUENCE OF THE IMPLEMENTATION OF LEARNING MODEL, COGNITIVE STYLE AND INITIAL ABILITY TOWARD MATHEMATICS LEARNING RESULT STUDENT’S OF CLASS VIII AT SMPN 1 RANTEPAO Sonny Yalti Duma’1) SMP Negeri 1 Rantepao, Kab. Tana Toraja, Sulawesi Selatan
1
ABSTRACT The research was experiment which aimed to discover whether the learning model, cognitive style and initial ability influenced the student’s mathematics learning results in class VIII at SMPN 1 Rantepao. The population of the research was class VIII students at SMPN 1 Rantepao. The sample of the research was taken by using random sampling technique. The sample which was chosen was 4 classes, namely class VIII.6, VIII.8, VIII.9 and VIII.11. There were two variables in the research, namely independent and dependent variables. Independent variables were learning model, cognitive style and initial ability. While dependent variables were the student’s mathematics learning result. The learning model referred to cooperative learning model of Course Review Horay and Team Games Tournament type, while the cognitive style referred to Field Dependent and Field Independent. Similarly, the initial ability in this research referred to high and low initial ability. The instruments of the research were observation sheets, questionnaire, mathematics learning test result which covered pre-test and post-test, initial ability test, and cognitive style test (GEFT Test). The data of the research was analyzed by using linear regression with interaction factor. The result of the research showed that the student’s mathematics learning result were influenced by learning model, cognitive style and student’s initial ability. Keywords: Initial Ability; Learning Model, Cognitive Style; and The Student’s Mathematics Learning Result.
PENDAHULUAN Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan niatan untuk perbaikan sistem pendidikan. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Pada dasarnya perubahan kurikulum dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mengganti beberapa komponen di dalam kurikulum ataupun mengganti secara keseluruhan komponen-komponen kurikulum. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menetapkan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), penilaian proses pembelajaran menggunakan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar yang utuh. Kurikulum pada masa kini lebih menekankan pada penilaian proses, bukan sekedar penilaian pada akhir pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus dapat menyusun rencana pembelajaran yang efektif dan efisien dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan daya 29
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
nalar, kemampuan berpikir secara kritis , sistematis, logis, kreatif dan bekerjasama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajari terampil dalam berpikir secara rasional dan siap menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Menyadari arti pentingnya matematika tersebut, maka matematika dirasakan perlu untuk dipahami dan dikuasai oleh para siswa. Akan tetapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah pada umumnya memunculkan berbagai masalah kompleks yang mempengaruhi para siswa (sebagai subyek dari sistem pendidikan sekolah) untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa khususnya dalam pembelajaran matematika. Hal itu ini disebabkan karena ketika kegiatan belajar mengajar dimulai justru siswa lebih menampakkan sikap tidak antusias terhadap pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Agar bisa meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam suatu pembelajaran maka pembelajaran Course Review Horay dan Teams Games Tournament merupakan salah satu pilihan alternatifnya. Pembelajaran Course Review Horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompokkelompok kecil. Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.Sedangkan Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Selain model pembelajaran yang digunakan, masih ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh guru dalam suatu proses pembelajaran yaitu gaya kognitif yang dimiliki oleh setiap siswa. Gaya kognitif dideskripsikan sebagai cara bagaimana siswa mengolah informasi. Witkin (Uno,2012) menyatakan individu yang memiliki gaya kognitif field independence cenderung melakukan analisis dan sintesis terhadap informasi yang dipelajari, sedangkan individu dengan gaya kognitif field dependence cenderung menerima informasi itu sebagaimana adanya. Keefe (Uno, 2012) mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah bagian dari gaya belajar yang menggambarkan kebiasaan berperilaku relatif tetap dalam diri 30
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
seseorang dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi. Di samping itu, kemampuan awal siswa juga perlu diperhatikan. Kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada pemahaman siswa pada materi selanjutnya, karena matematika adalah mata pelajaran yang terorganisasikan, dimulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, selanjutnya ke postulat atau aksioma sampai ke dalil atau teorema. Maka pembelajaran matematika harus dilakukan secara hierarkis. Dalam pembelajaran matematika ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi sebelum suatu konsep tertentu dipelajari. Kemampuan awal (Entry Behavior) adalah kemampuan yang telah diperoleh siswa sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh siswa. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan dari mana proses pembelajaran harus dimulai. Kemampuan terminal merupakan arah tujuan proses pembelajaran diakhiri. Jadi, proses pembelajaran berlangsung dari kemampuan awal sampai ke kemampuan terminal itulah yang menjadi tanggung jawab seorang guru. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran, Gaya Kognitif dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Rantepao? Untuk menjawab permasalahan tersebut dijabarkan beberapa sub pertanyaan sebagai berikut: (1) Apakah ada pengaruh model pembelajaran, gaya kognitif, kemampuan awal dan interaksinya terhadap hasil belajar matematika? (2) Apakah ada pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika? (3) Apakah ada pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika? (4)Apakah ada pengaruh kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika? (5) Apakah ada pengaruh interaksi variabel-variabelnya terhadap hasil belajar matematika? Menurut Nurhasanah (2012 : 19), pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa mencapai kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Ratumanan ( Syarifuddin, 2010 : 20) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran matematika yang perlu diperhatikan guru adalah sebagai berikut: (a) Memberitahukan tujuan belajar. (b) Membangkitkan motivasi. (c) Merancang kegiatan dan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif. (d) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang berpikir siswa. (e) Memberikan bantuan terbatas kepada siswa tanpa memberikan jawaban final. (f) Menghargai hasil kerja siswa dan memberikan umpan balik. (g) Menyediakan aktivitas dan kondisi yang memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan Model pembelajaran (Rusman, 2010 : 133) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran Course Review Horay merupakan salah satu pembelajaran 31
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
kooperatif dimana pembelajaran ini menuntut adanya kerjasama dalam kelompok. Roger, dkk (Miftahul Huda, 2012 : 29) menyatakan “cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learning ears in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of other” Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggotaanggota yang lain. Langkah-langkah Model pembelajaran Course Review Horay dalam kegiatan belajar mengajar menurut Hamid (2011: 23) adalah: (a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (b) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab. (c) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok. (d) Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru. (e) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru. (f) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi. (g) Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya. (h) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay. (i) Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay. (j) Penutup. Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay diantaranya adalah: (http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/model-pembelajaran-coursereview-horay.html) (a) Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya. (b) Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan. (c) Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan. (d) Melatih kerjasama Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay diantaranya adalah:(http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/model-pembelajarancourse-review-horay.html) (a) Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan. (b) Adanya peluang untuk curang Menurut Asma (2006: 54) model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa akan bertemu di meja turnamen. Lebih lanjut Huda (2012: 116) mengemukakan bahwa penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnik, dan 32
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan saja. Trianto (2010: 83) menambahkan bahwa pada model TGT siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang untuk memainkan permainan dengan anggota -anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Huda (2012: 117) dengan TGT siswa akan menikmati bagaimana suasana turnamen, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok yang memiliki kemampuan setara, membuat TGT terasa lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umumnya. Model TGT terdiri atas lima komponen utama. Deskripsi dari masingmasing komponen adalah sebagai berikut: (http://digilib.unila.ac.id/549/3/BAB%20II.pdf) (a) Presentasi di kelas. Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, atau dapat juga dengan menggunakan presentasi audiovisual. Presentasi 18kelas berbeda dengan pengajaran biasa, presentasi kelas harus benar-benar terfokus pada unit TGT. Sehingga siswa harus dapat benar-benar memperhatikan selama presentasi kelas, karena akan dapat membantu mereka dalam melakukan game turnamen. (b) Tim. Tim terdiri dari tiga sampai lima siswa yang memiliki komposisi kelompok berdasarkan kemampuan akademik, ras, etnik, dan gender. Siswa belajar bersama dalam tim untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya telah benar-benar siap melakukan pertandingan di meja turnamen. Skor turnamen yang diperoleh tiap individu akan mempengaruhi skor kelompok. Artinya, keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok. Belajar dalam tim biasanya berupa pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. (c) Permainan (Game). Pertanyaan dalam game dirancang dari materi yang relevan dengan materi yang telah disampaikan guru pada presentasi kelas untuk menguji pengetahuan siswa yang telah diperoleh. Game dimainkan di atas meja dengan tiga atau empat orang siswa (sesuai jumlah kelompok), perwakilan setiap kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu. (d) Turnamen. Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan di meja turnamen. Turnamen dilakukan setelah guru memberikan presentasi kelas dan kelompok melaksanakan kerja kelompok, biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit. Pada turnamen pertama, guru menempatkan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari setiap kelompok pada meja turnamen 1, siswa berkemampuan sedang di meja turnamen 2 atau 3, dan siswa berkemampuan rendah pada meja turnamen 4. Setelah turnamaen pertama, siswa bertukar meja sesuai kinerja mereka pada turnamen 33
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. (e) Rekognisi Tim. Tim yang mencapai skor rata-rata berdasarkan kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan khusus, seperti sertifikat yang menarik atau menempatkan foto anggota tim mereka di ruang kelas.(Slavin,2008:166) Tabel 2.1 Kriteria penghargaan. Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan 30-40 Good Team 40-45 Great Team 45 ke atas Super Team (Sumber: Trianto, 2010: 87) Menurut Mulyatiningsih (2011: 229-230) dalam pembelajaran TGT terdapat tahapan-tahapan dan perlakuan guru, yaitu : Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran TGT No. Indikator Perlakuan guru Presentasi di kelas Guru memperkenalkan materi dalam TGT. 1. Tim (pembentukan Guru membagi siswa dalam tim yang 2. kelompok) beranggotakan 4-5 siswa. Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan dan dirancang untuk Game 3. mengetahui kemampuan siswa serta menyiapkan media dalam permainan. Guru menempatkan posisi siswa sesuai Turnamen 4. dengan kemampuan yang setara. Guru melakukan perhitungan skor dan mengumumkannya serta memberikan Rekognisi Tim 5. penghargaan pada tim yang mengumpulkan skor paling tinggi. Jenis skor dan nilai yang ada pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) adalah: (a) Skor permainan Skor permainan didapat dari tahap permainan yang dilakukan siswa. Siswa yang mengerjakan kartu soal dengan benar, cepat, dan jumlahnya banyak akan memperoleh skor yang tinggi.Skor permainan digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju mewakili tim/kelompoknya mengikuti turnamen. (b) Skor turnamen Skor turnamen diperoleh siswa saat mengikuti turnamen. Skor yang didapat merupakan hasil usaha dari individu siswa tetapi atas nama kelompok. Skor turnamen digunakan untuk menetukan kelompok terbaik dalam pembelajaran menggunakan TGT (Teams Games Tournament). 34
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
(c) Nilai kelompok Nilai kelompok diambil dari Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan guru untuk dikerjakan secara kelompok. Pengambilan nilai kelompok dilakukan pada saat kerja tim/kelompok. Nilai kelompok yang diperoleh akan membantu siswa dalam perolehan nilai akhir karena nilai akhir diambil dari rata-rata nilai kelompok dan nilai individu. (d) Nilai individu Nilai individu didapat dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan siswa setelah tahap permainan atau setelah turnamen. Nilai individu merupakan nilai yang mengukur kemampuan tiap individu dalam penguasaan materi pembelajaran yang dipelajari. (e) Nilai akhir Nilai akhir merupakan nilai dari hasil rata-rata nilai kelompok dan nilai individu. Kelebihan Model Pembelajaran TGT (Slavin, 2008), yaitu : (1) Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan akademik lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya. (2) Dengan model pembelajaran ini,akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya. (3) Dalam model pembelajaran ini, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran . Karena dalam pelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa atau kelompok terbaik. (4) Dalam pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini. Kelemahan Model Pembelajaran TGT (Slavin, 2008), yaitu (1) Dalam model pembelajaran ini,harus menggunakan waktu yang relatif lama. (2) Guru yang menggunakan model pembelajaran ini, guru harus pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini. (3) Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja tournamen, dan guru harus tau urutan akademis siswa dari yang tertinggi hingga terendah. Witkin dan Vernon (Nasution, 2010:94) mendefenisikan gaya kognitif sebagai berikut:“Cognitive style is a cognitive characteristic modes of functioning that we reveal throughout our perceptual and intelletual activities in highly consisten and pervasive way (Witkin)”. “Cognitive style is a superordinate construct which is involved in many cognitive operations, and which accounts for individual differences in a variety of cognitive, perceptual, and personality variables (Vernon)” Defenisi di atas mengungkapkan bahwa gaya kognitif merupakan cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Tidak semua orang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan perbedaan. Gaya kognitif ini berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dari riwayat perkembangannya. 35
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Terdapat beberapa jenis gaya kognitif yang telah diklasifikasikan oleh para ahli psikologi. Antaranya adalah seperti yang telah disenaraikan oleh Messick. Beliau dan rakan-rakannya telah menerangkan di dalam buku mereka yang bertajuk “Individuality and learning” terdapat beberapa gaya kognitif. Antaranya adalah seperti berikut : (a) Field-independent lawan Field-dependent. (b) Gaya Pengkonsepan. (c) Keluasan Kategori. (d) Perbezaan Konsep. (e) Meratakan lawan Menajamkan (Leveling vs Sharpening). (f) Scanning. (g) Refleks lawan Impulsif. (h) Mengambil Risiko lawan Berhati-hati Salah satu gaya kognitif yang mempengaruhi karakteristik individu adalah gaya kognitif field independent. Witkin (Candiasa, 2002) mengklarifikasikan beberapa karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field-independent, antara lain: (1) memiliki kemampuan menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar, sehingga persepsinya tidak terpengaruh bila lingkungan mengalami perubahan; (2) mempunyai kemampuan mengorganisasikan objekobjek yang belum terorganisir dan mereorganisir objek-objek yang sudah terorganisir; (3) cenderung kurang sensitif, dingin, menjaga jarak dengan orang lain, dan individualistis; (4) memilih profesi yang bisa dilakukan secara individu dengan materi yang lebih abstrak atau memerlukan teori dan analisis; (5) cenderung mendefinisikan tujuan sendiri, dan (6) cenderung bekerja dengan mementingkan motivasi intrinsik dan lebih dipengaruhi oleh penguatan instrinsik. Dari karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa individu yang memiliki gaya kognitif field independent mempunyai kecenderungan dalam respons stimulus menggunakan persepsi yang dimilikinya sendiri dan lebih analitis. Lebih lanjut Musser (Sugiarthawan, 2007): menjelaskan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa yang memiliki gaya kognitif field independent belajar secara maksimal antara lain: (1)pembelajaran yang menyediakan lingkungan belajar secara individual; (2) disediakan lebih bayak kesempatan untuk belajar dan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip; (3) disediakan lebih banyak sumber dan materi belaja; (4) pembelajaran yang hanya sedikit memberikan petunjuk dan tujuan; (5) mengutamakan instruksi dan tujuan secara individual; (6) disediakan kesempatan untuk membuat ringkasan, pola, atau peta konsep berdasarkan pemikirannya. Selain gaya kognitif field independent, gaya kognitif yang dapat mempengaruhi individu adalah gaya kognitif field dependent. Witkin, dkk (Candiasa, 2002): mengklarifikasikan beberapa karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field-dependent, antara lain: (1) cenderung berpikir global, mamandang objek sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan; (2) cenderung menerima struktur yang sudah ada karena kurang memiliki kemampuan merestrukturisasi; (3) memiliki orientasi sosial, sehingga tampak baik hati, ramah, bijaksana, baik budi dan penuh kasih sayang terhadap individu lain; (4) cenderung memilih profesi yang menekankan pada keterampilan sosial; (5) cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada; dan (6) cenderung bekerja dengan mengutamakan motivasi eksternal dan lebih tertarik pada penguatan eksternal, berupa hadiah, pujian atau dorongan dari orang lain. 36
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Menurut Atwi Suparman (Hamsinar, 2014: 18) kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Sedangkan Toeti Soekamto (Hamsinar, 2014: 18) mengatakan kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum melaksanakan pembelajaran Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum iya mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Jadi kemampuan awal matematika merupakan kemampuan yang telah dimiliki siswa pada materi tertentu dalam matematika sebelum ia mengikuti pembelajaran tentang materi lainnya dalam matematika tersebut. Kemampuan awal peserta didik dapat diukur dengan menggunakan tes awal, interview atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak. Melalui tes, pengajar dapat mengetahui sudahkah peserta didik yang akan diajarnya memiliki pengetahuan, karena seringkali kemampuan awal mereka jauh lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang diduga oleh pengajar. Kemampuan awal yang siap pakai paling penting peranannya sebagai pertimbangan dalam pengembangan rancangan pengajaran khususnya pemilihan strategi pembelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna (Uno, H.B, 2012:31). Dalam pembelajaran peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda yang bisa dikelompokkan menjadi peserta didik yang berkemampuan tinggi dan rendah. Peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar. Peserta didik yang mempunyai kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar dan tidak adanya keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut (Hamalik,2009:20) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sehingga hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Winkel (Purwanto, 2008:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Berdasarkan teori Benyamin Bloom membagi hasil belajar secara garis besar, melalui tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. penjelasannya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2011: 22-25): a. Ranah kognitif, hasil belajar Kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom 37
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paing tinggi dan kompleks yaitu: pengetahuan atau ingatan (C1); pemahaman (C2); aplikasi atau penerapan (C3); analisis (C4); sintesis (C5); dan evaluasi (C6). b. Ranah afektif, hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagia tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan social. Adapun ranah hasil belajar afektif yaitu; penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik, hasil belajar psikomotorik tampak bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Adapun hasil belajar ranah psikomotirik meliputi; persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan skill, gerakan kompleks dan kreativitas Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah nilai yang dicapai oleh siswa melalui evaluasi materi pelajaran matematika yang diberikan oleh guru dalam hal ini setelah proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1 Ada pengaruh model pembelajaran, gaya kognitif, kemampuan awal dan interaksinya terhadap hasil belajar matematika Hipotesis 2 Ada pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika Hipotesis 3 Ada pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika Hipotesis 4 Ada pengaruh kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika Hipotesis 5 Ada pengaruh interaksi variabel-variabel bebasnya terhadap hasil belajar matematika. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang meggunakan model pembelajaran Course Review Horay dan model pembelajaran Teams Games Tournament, mengamati gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent, serta kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Desain ini menggunakan 4 kelompok eksperimen. Dua kelompok eksperimen, diberi perlakuan yaitu penerapan Model Course Review Horay dan dua kelompok eksperimen lainnya diberi perlakuan yaitu Model Pembelajaran Team Games Tournament Desain dalam penelitian ini, dapat digambarkan seperti pada tabel 3.1 seperti berikut ini.
38
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Tabel 3.1 Model Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Pembelajaran Eksperimen I O1 X1 O2 Matematika Eksperimen II O3 X2 O4 Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Rantepao. Adapun Sampel dari penelitian ini adalah kelas VIII6, VIII8, VIII9, dan VIII11 SMP Negeri 1 Rantepao. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dibagi dalam dua tahap yakni tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. 1. Tahap Persiapan a. Berkunjung ke sekolah dan mengadakan observasi, berkonsultasi / melakukan wawancara pendahuluan dengan guru bidang studi matematika dan kepala sekolah mengenai keadaan siswa, hasil belajar matematika siswa, materi pelajaran dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian b. Pembuatan proposal penelitian c. Seminar proposal, kemudian proposal diperbaiki sesuai saran dalam seminar d. Menelaah kurikulum SMP Negeri 1 Rantepao semester 2 pada mata pelajaran matematika kelas VIII e. Meminta izin kepada instansi yang terkait sehubungan dengan penelitian yang diadakan f. Pembuatan instrumen penelitian yang berupa tes bentuk uraian. Jenis soal tes awal dan tes akhir yang dibuat adalah soal uraian. Tes ini diberikan sebelum dan setelah materi selesai diajarkan. Penyusunan soal tes mengacu pada fokus penelitian, tujuan penelitian, kurikulum matematika SMP dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing serta guru bidang studi matematika. g. Validasi instrumen. h. Revisi instrumen berdasarkan saran validator. Sebelum melaksanakan penelitian sebagaimana yang dimaksudkan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan yaitu sebagai berikut: a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dimaksud terdiri atas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, dan lembar kegiatan siswa (LKS). Perangkat pembelajaran dirancang untuk 3 kali pertemuan sehingga dipersiapkan bahan ajar, LKS, dan RPP masing-masing untuk 3 kali pertemuan ditambah dua kali pertemuan untuk pretest dan posttest (tes prestasi belajar) b) Mempersiapkan instrumen pengumpulan data Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika, angket respons siswa, lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Instrumen penelitian yang telah disusun, selanjutnya divalidasi oleh dua orang pakar. 39
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
1) Tes Hasil Belajar Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Tes prestasi belajar disusun dengan mengacu pada kompetensi dasar dan indikator. Tes ini merupakan tes uraian. Sebelum diteskan, tes yang telah disusun divalidasi oleh ahli. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam memvalidasi tes prestasi belajar adalah aspek isi, pedoman penskoran jawaban dan bahasa. 2) Angket Respons Siswa (ARS) Angket respons siswa digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif dari tanggapan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam memvalidasi lembar angket respons siswa adalah aspek petunjuk, bahasa dan isi. c) Mempersiapkan Guru Mempersiapkan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kesiapan guru unuk melaksanakan pembelajaran matematika sesuai dengan model pembelajaran. Dengan pertimbangan bahwa peneliti adalah guru pada kelas eksperimen maka peneliti mempersiapkan diri dengan banyak membaca literatur tentang model pembelajaran yang akan digunakan pada masing-masing kelas eksperimen serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Selain mempersiapkan guru tentang bagaimana sintaks dari model pembelajaran yang akan digunakan, juga mempersiapkan siswa untuk memahami keterampilanketerampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan model tersebut seperti keterampilan mengambil giliran dan berbagi tugas, keterampilan menolong atau membantu tanpa memberikan jawaban, keterampilan bertanya atau meminta bantuan, keterampilan menanyakan untuk justifikasi atau negosiasi, dan keterampilan berkompromi atau diskusi. 2. Tahap Pelaksanaan a. Pemberian tes gaya kognitif dan tes kemampuan awal untuk semua kelas VIII masing-masing 1 kali pertemuan b. Proses pelaksanaan kegiatan Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika pada kelas eksperimen I (Model CRH) dan eksperimen II (Model TGT). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rantepao pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dengan rincian pelaksanaan sebagai berikut: 1) Pemberian tes gaya kognitif (Tes GEFT) 2) Pemberian tes kemampuan awal 3) Pemberian tes awal (pre-test) sebanyak 1 kali pertemuan 4) Kegiatan pembelajaran pada kedua kelas sebanyak 7 kali pertemuan 5) Pemberian tes akhir (post-test) sebanyak 1 kali pertemuan c. Pemberian angket dan tes hasil belajar Pada akhir pelaksanaan penelitian, setiap siswa diberikan angket respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Course Review Horay dan Team Games 40
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Tournament. Selanjutnya setiap siswa diberikan tes hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan. d. Tahap akhir penelitian 1) Mengolah data 2) Penarikan kesimpulan 3) Penulisan laporan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data melalui angket dan tes. Untuk memperjelas teknik pengumpulan data ini maka berikut ini diuraikan secara singkat: 1. Angket Respons Siswa Angket adalah alat pengumpulan data yang berisi pertanyaanpertanyaan yang harus diisi oleh siswa dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai untuk setiap pertanyaan. Pada angket respons siswa setiap indikator menggunakan rubrik penilaian. Indikator yang dimaksud adalah mengetahui tanggapan siswa terhadap : cara mengajar guru, LKS, tes hasil belajar dan suasana kelas. Selain itu, pada angket respons siswa terdapat satu butir pertanyaan mengenai pendapatnya tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Angket ini diberikan setelah kegiatan pembelajaran selesai untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay dan Team Games Tournament selesai dilaksanakan. Angket respons siswa dibagikan kepada setiap siswa tanpa identiras siswa agar siswa dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang mereka alami. 2. Tes hasil belajar Tes ini dilakukan dua kali yaitu tes awal (pre-test) diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dan tes akhir (post-test) diberikan setelah kegiatan belajar mengajar. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay dan team Games Tournament 3. Tes Gaya Kognitif Tes gaya kognitif dilakuakan untuk mengetahui gaya kognitif yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Tes ini diberikan di awal pertemuan sebelum diterapkannya perlakuan untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II 4. Tes Kemampuan Awal Tes kemampuan awal digunakan untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi sebelum lanjut ke materi berikutnya. Selain tes gaya kognitif, tes ini juga diberikan di awal pertemuan sebelum diterapkannya perlakuan untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama tujuh kali pertemuan dianalisis dengan menggunakan rata-rata perolehan skor. Skor perolehan aktivitas siswa untuk kategori tertentu dalam satu pertemuan adalah alokasi waktu pada aktivitas siswa tertentu dibagi jumlah alokasi waktu pada seluruh aktivitas siswa pada pengamatan dikali skor perolehan dari aktivitas tersebut. 41
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
berikut.
Adapun penentuan kategori aspek aktivitas siswa berdasarkan kriteria
Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik Respons siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Data hasil respons siswa diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir. Adapun kategori aspek respons siswa ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut. (Hasmiati 2013:66) Tabel 3.3 Kategori aspek respons siswa No. Skor rata-rata Kategori 0 – 1,4 Negatif 1. 1,5 – 2,4 Cenderung negatif 2. 2,5 – 3,4 Cenderung positif 3. 3,5 – 4,0 Positif 4. Hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Untuk analisis deskriptif, jenis data berupa hasil belajar siswa selanjutnya dikategorikan secara kuantitatif berdasarkan teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Arikunto (2007 : 45) Tabel 3.4 Kategori Hasil Belajar Skor Kategori Sangat Tinggi 81 – 100 Tinggi 66 – 80 Sedang 56 – 65 Rendah 41 – 55 Sangat Rendah 0 – 40 Kategori nilai ketuntasan siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5 Kategori nilai ketuntasan siswa Nilai Kategori ≥ 70 Tuntas < 70 Tidak tuntas Data yang diperoleh dari hasil pre test dan post test dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (Hasmiati, 2013 : 69) Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Klasifikasi gain ternormalisasi Koefisien normalisasi gain Klasifikasi g < 0,3 Rendah ≤ g < 0,7 0,3 Sedang g ≥ 0,7 Tinggi 42
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Analisis statistik inferensial bertujuan untuk melakukan generalisasi yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis berdasarkan suatu data. Karena asumsi kenormalan dan kehomogenitas varians dipenuhi, maka untuk menguji hipotesis digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi. (Tiro, M.A, 2011) Materi dari tes GEFT ini adalah berupa bangun-bangun geometri. Tes ini terdiri dari dari 3 bagian yaitu : bagian pertama terdiri dari 7 item soal, bagian kedua terdiri dari 9 soal dan bagian ketiga terdiri dari 9 item soal. Bagian pertama dari tes ini disiapkan untuk latihan peserta tes, sedangkan bagian kedua dan ketiga merupakan inti dari tes. Setelah siswa dites dengan menggunakan tes GEFT, maka dapat dibedakan antara siswa yang bergaya kognitif Field Dependent (FD) dan Field Independent (FI) dengan syarat: Skor 9 : Gaya kognitif FI Skor ≤ 9 : Gaya kognitif FD Uji hipotesis statistik dari penelitian ini yaitu: 1) Pengaruh model pembelajaran, gaya kognitif, kemampuan awal dan interaksinya terhadap hasil belajar matematika lawan Dimana: : Tidak ada pengaruh model pembelajaran, gaya kognitif, kemampuan awal dan interaksinya terhadap hasil belajar matematika : Ada pengaruh model pembelajaran, gaya kognitif, kemampuan awal dan interaksinya terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Analysis of Variance Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
7 158 165
4.41473 1.66529 6.08003
0.63068 0.01054
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
0.10266 0.62107 16.53006
F Value
Pr > F
59.84
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.7261 0.7140
Berdasarkan tabel nilai p value = 0,0001. Karena p < yaitu 0,0001 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara model pembelajaran, gaya kognitif, kemampuan awal dan interaksinya terhadap hasil belajar matematika 43
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
2) Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika lawan Dimana: : Tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika : Ada pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Estimates Variable Intercept X1 X2 X3 X1X2 X1X3 X2X3 X1X2X3
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.56557 -0.03043 0.17133 -0.14668 0.07530 0.05539 0.25434 -0.14643
Standard Error 0.02296 0.03443 0.03208 0.03172 0.05347 0.04454 0.04511 0.06787
t Value 24.64 -0.88 5.34 -4.62 1.41 1.24 5.64 -2.16
Pr > |t| <.0001 0.3782 <.0001 <.0001 0.1610 0.2155 <.0001 0.0325
Berdasarkan tabel, nilai p value = 0,3782. Karena p yaitu 0,3782 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika 3) Pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika lawan Dimana: : Tidak ada pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika : Ada pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Estimates Variable Intercept X1 X2 X3 X1X2 X1X3 X2X3 X1X2X3
44
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.56557 -0.03043 0.17133 -0.14668 0.07530 0.05539 0.25434 -0.14643
Standard Error 0.02296 0.03443 0.03208 0.03172 0.05347 0.04454 0.04511 0.06787
t Value 24.64 -0.88 5.34 -4.62 1.41 1.24 5.64 -2.16
Pr > |t| <.0001 0.3782 <.0001 <.0001 0.1610 0.2155 <.0001 0.0325
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Berdasarkan tabel, nilai p value = 0,0001. Karena p < yaitu 0,0001 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika 4) Pengaruh kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika lawan Dimana: : Tidak ada pengaruh kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika : Ada pengaruh kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Estimates Variable Intercept X1 X2 X3 X1X2 X1X3 X2X3 X1X2X3
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.56557 -0.03043 0.17133 -0.14668 0.07530 0.05539 0.25434 -0.14643
Standard Error 0.02296 0.03443 0.03208 0.03172 0.05347 0.04454 0.04511 0.06787
t Value 24.64 -0.88 5.34 -4.62 1.41 1.24 5.64 -2.16
Pr > |t| <.0001 0.3782 <.0001 <.0001 0.1610 0.2155 <.0001 0.0325
Berdasarkan tabel, nilai p value = 0,0001. Karena p < yaitu 0,0001 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika 5) Pengaruh interaksi variabel-variabelnya terhadap hasil belajar matematika a) lawan Dimana: : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika : Ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Estimates Variable Intercept X1 X2 X3 X1X2 X1X3 X2X3 X1X2X3
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.56557 -0.03043 0.17133 -0.14668 0.07530 0.05539 0.25434 -0.14643
Standard Error 0.02296 0.03443 0.03208 0.03172 0.05347 0.04454 0.04511 0.06787
t Value 24.64 -0.88 5.34 -4.62 1.41 1.24 5.64 -2.16
Pr > |t| <.0001 0.3782 <.0001 <.0001 0.1610 0.2155 <.0001 0.0325
45
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Berdasarkan tabel, nilai p value = 0,1610. Karena p yaitu 0,1610 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika b)
lawan
Dimana: : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika : Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Estimates Variable Intercept X1 X2 X3 X1X2 X1X3 X2X3 X1X2X3
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.56557 -0.03043 0.17133 -0.14668 0.07530 0.05539 0.25434 -0.14643
Standard Error 0.02296 0.03443 0.03208 0.03172 0.05347 0.04454 0.04511 0.06787
t Value 24.64 -0.88 5.34 -4.62 1.41 1.24 5.64 -2.16
Pr > |t| <.0001 0.3782 <.0001 <.0001 0.1610 0.2155 <.0001 0.0325
Berdasarkan tabel, nilai p value = 0,2155. Karena p yaitu 0,2155 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika c) lawan Dimana: : Tidak ada interaksi antara gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika : Ada interaksi antara gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut.
46
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 0.56557 0.02296 24.64 <.0001 X1 1 -0.03043 0.03443 -0.88 0.3782 X2 1 0.17133 0.03208 5.34 <.0001 X3 1 -0.14668 0.03172 -4.62 <.0001 X1X2Berdasarkan 1 tabel,0.07530 0.1610 nilai p value =0.05347 0,0001. Karena1.41 p < yaitu 0,0001 X1X3 1 0.05539 0.04454 1.24 0.2155 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat X2X3 0.25434dan kemampuan 0.04511 awal terhadap 5.64 <.0001 interaksi antara1 gaya kognitif hasil belajar X1X2X3 1 -0.14643 0.06787 -2.16 0.0325
matematika d) lawan Dimana: : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran, gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika : Ada interaksi antara model pembelajaran, gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika Untuk menguji hipotesis ini digunakan regresi linear ganda yang melibatkan faktor interaksi, dengan bantuan program SAS dan hasil outputnya dapat dilihat pada tabel berikut. Parameter Estimates Variable Intercept X1 X2 X3 X1X2 X1X3 X2X3 X1X2X3
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 0.56557 -0.03043 0.17133 -0.14668 0.07530 0.05539 0.25434 -0.14643
Standard Error 0.02296 0.03443 0.03208 0.03172 0.05347 0.04454 0.04511 0.06787
t Value 24.64 -0.88 5.34 -4.62 1.41 1.24 5.64 -2.16
Pr > |t| <.0001 0.3782 <.0001 <.0001 0.1610 0.2155 <.0001 0.0325
Berdasarkan tabel, nilai p value = 0,0325. Karena p < yaitu 0,0325 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran, gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang mengacu pada pertanyaan penelitian, maka hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika siswa SMP 1 Negeri Rantepao. (2) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika siswa SMP 1 Negeri Rantepao. (3) Ada interaksi antara gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika siswa SMP 1 Negeri Rantepao. (4) Ada interaksi antara 47
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
model pembelajaran, gaya kognitif dan kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika siswa SMP 1 Negeri Rantepao. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Candiasa, I Made. 2002. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Kognitif Terhadap Kemampuan Memrogram Komputer. Jurnal Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta Volume 4,No.3,Desember 2002 Darhayati. 2001. Upaya Meningkatkan Pembelajaran dengan Mengimplementasikan Teori dan Prinsip-Prinsip Belajar. FIP Medan. UNIMED. Degeng, Nyoman Sudana. 1998. Ilmu Pengajaran dan Taksonomi Variabel. Jakarta. Departemen P&K Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan. Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Dola N. A. 2011. Strategi Pembelajaran Matematika. http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/model-pembelajarancourse-review-horay.html. Online. Diakses tanggal 18 Desember 2014. Endang, Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta : UNY Press. Hamid, Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press. Hasmiati, 2013. Efektivitas Pembelajaran Matematika Realistik dengan Setting Kooperatif tipe Team Accelerated Instroduction (TAI) dan Tipe Team Games Tournament (TGT) Materi Volume Bnagun Ruang pada Kelas V SD Inpres Bakung II. Thesis Tidak Diterbitkan. Makassar : Program Pascasarjana UNM. Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 2010. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Nur, Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Nurhasanah. 2012. Efektivitas Pembelajaran Matematika ditinjau dari Standar Proses menurut BSNP Pada Kelas Akselerasi SMA Negeri 2 Pare-Pare. Thesis Tidak Diterbitkan. Makassar : Program Pascasarjana UNM. Rikawati, D. M. 2014. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2014/12/model-pembelajaranteams-games.html. Online. Diakses tanggal 23 Desember 2014. Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Santrock, J.W. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 48
JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 5 No. 2 Juli 2017
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineke Cipta. Slavin, Robert E. (2008). Cooprative Learning Teori, Riset, dan Praktik.Bandung: Nusa Media. Sugiarthawan, I K. A. 2007. Pengaruh model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar fisika siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha. Syarifuddin. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division and Tournamen (STADAT) dalam pembelajaran Matematika. Thesis Tidak Diterbitkan. Makassar : Program Pascasarjana UNM. Tiro, M. A. 2011. Analisis Regresi dengan Data Kategori. Andira Publisher : Makassar. Trianto.2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta:Kencana. Universitas Lampung. Kajian Pustaka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. http://digilib.unila.ac.id/549/3/BAB%20II.pdf. (Online). Diakses tanggal 4 Desember 2014. Uno, Hamzah B. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Walra, Rochmat. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Diklat Didik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Gramedia Mediasarana Indonesia. Yahya, Hamsinar. 2014. Analisis Pemecahan Operasi Hitung Ditinjau Dari Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Cempa Kabupaten Pinrang. Thesis Tidak Diterbitkan. Makassar : Program PascasarjanaUNM
49