Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
ANALISIS USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI UD. LEMBU JAYA KABUPATEN KEDIRI Oleh: Endang Sapta Hari S 1) dan Mohammad Affandi 2) 1) Program Doktor Ilmu Ternak-UB-Malang 2) Prodi Peternakan-FP-Uniska-Kediri
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di peternakan UD. Lembu Jaya di Desa Babadan Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha di UD. Lembu Jaya layak atau tidak untuk dikembangkan. Penelitian ini yang telah dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai 02 April 2014. Materi yang digunakaan dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan sapi perah di UD. Lembu Jaya dengan jumlah 28 Ekor atau 23 ST. Data yang diperoleh kemudian akan di analisis dengan menggunakan analisis BEP dan analisis Rugi Laba, untuk mengetahui usaha tersebut untung atau rugi. Hasil dari pembahasan penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi di UD. Lembu Jaya adalah Rp.54.439.200/tahun. Nilai R/C Rasio menunjukkan bahwa R/C sebesar 1,24 dalam 1 tahun. Hasil dari perhitungan BEP menunjukkan bahwa titik impas ternak yang berproduksi adalah 12,3 ST. Titik impas BEP produksi susu 2.880 liter/ST/laktasi. Titik impas BEP harga susu adalah Rp. 3.481/liter. Kata kunci : BEP, Kelayakan Usaha, Sapi perah
ABSTRACT This research was conducted at the UD. Lembu Jaya farm in Babadan village, District of Ngancar, Kediri from March 20 until April 02, 2014. The purpose of this study was determined the feasibility of UD. Lembu Jaya farm. The material used in this study are 23 units of dairy cows. The production data was analyzed by BEP and profitability analysis. The results showed that the cost of production at UD. Lembu Jaya Farm is Rp.54.439.200/year, revenue is Rp. 277.415.000/year. Value of R/C ratio is 1.24. This numbers indicates that the business ofUD. Lembu Jaya Farm is profitable. From the calculations, BEP in this farm is 12.3 units of animal, while the BEP of dairy products is 2,880 liters/animal unit/lactation. BEP of milk price is Rp.3.481/liter. Keywords : BEP, Feasibility, Milch Cow.
susu, minimal segelas setiap harinya. Selain itu, kini semakin berkembang industri susu dan industri makanan berbahan dasar pengolahan susu segar, membuat bisnis sapi perah semakan dilirik (Haryadi, 2012). Peluang dalam berusaha terdapat beberapa aspek. Aspek kelayakan dalam
PENDAHULUAN Kebutuhan akan susu segar yang berasal dari sapi perah semakin tinggi. Susu, selain selain sumber gizi yang baik bagi tubuh manusia, juga menjadi komoditas ekonomi yang cukup potensial apalagi pemerintah juga mendorong masyarakat untuk selalu mengonsumsi 30
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
berusaha sangatlah penting, karena untuk menilai apakah usaha itu layak atau tidak untuk dijalankan. Jika usaha peternakan tersebut dijalankan apakah akan memberikan keuntungan atau tidak. Pemilihan lokasi di UD. Lembu Jaya Desa Babadan Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Berawal data dari BPS Kabupaten Kediri, data ternaksapi perah terbanyak berada pada desa Babadan dan berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa Babadan menunjukkan kepemilikan sapi perah terbanyak berada di Dusun Judeg dan setelah surve langsung ke Dusun Judek untuk kepemilikan ternak terbanyak adalah di UD. Lembu Jaya dengan kepemilikan ternak terbanyak dengan jumlah 28 Ekor atau 23 dalam satuan ternak. UD. Lembu Jaya pola pemeliharaanya juga masih tergolong sederhana, belum pernah melahukan hitungan-hitungan secara terperinci dan secara mendetail tentang usahanya. Perlu adanya hitungan perincian secara ekonomi dari hasil penjualan maupun pengeluaran biaya produksi, bentuk pengolahan datanya yang digunakan berupa laporan keuangan yang disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dimana didalamnya akan memberi gambarann tentang kondisi usaha maupun hal-hal yang telah dilakukan selama 1 bulan atau selama 1 tahun.
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis, terdiri dari 2 macam yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian Field Research. Hal ini dilakukan dengan cara kuisioner yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan dalam bentuk angket kepada responden. Data skunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung data primer, dalam penelitian ini yang diadopsi adalah sebagai berikut: pengumpulan data dari buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian, dokumentasi, foto, monografi desa, data dari BPS kabupaten kediri. Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara diskriptif dijelaskan dengan tabulasi, kemudian dilajutkan dengan analisis usaha. Pertama kali masingmasing variabel dicari rataan datanya (mean). Setelah itu dicari analisis usahanya. Analisis usaha yang digunakan untuk mengetahui titik impas dari usaha ternak sapi perah yaitu dengan analisis BEP. Perhitungan BEP dihitung dengan menggunakan pendekatan matematis, perhitungan biaya produksi, penerimaan, penyusutan , R/C Rasio dan BEP (Break Even Point) dengan rumus sebagai berikut: 1. Biaya Produksi Firman (2010) berpendapat biaya produksi merupakan penjumlahan antar biaya tetap dengan biaya variabel atau tidak tetap, dengan rumus: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Cost atau Total Biaya FC = Fixed Cost Atau Biaya Tetap VC = Variabel Cost atau Biaya Tidak Tetap
METODE PENELITIAN Kerangka Analisis Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Metode diskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode dalam pencarian tempat menggunakan metode Purposive. Tempat penelitian diusaha peternakan sapi perah di UD. Lembu Jaya desa Babadan Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri dengan kepemilikan ternak berjumlah 28 Ekor atau 23 dalam satuan ternak. Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai 02 April 2014.
2. Penerimaan Riyanto (2001) berpendapat bahwa jumlah penerimaan akan diperoleh dari suatu proses produksi dengan mengalikan jumlah hasil produksi 31
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
dengan harga produk yang berlaku pada saat itu, dengan rumus: TR = P x Q Keterangan: TR = Total Revenue atau Total Penerimaan P = Price Of Quantity atau Harga perliter susu Q = Quantity atau Jumlah Produk Susu
untung maupun tidak rugi dengan memperoleh titik impas. Rumusnya: a. b. c. d. e.
3. Pendapatan Soekartawi (2003) berpendapat, selisih antara total penerimaan dengan total biaya dengan rumus π adalah keuntungan, TR adalah Total Penerimaan dan TC adalah Total Biaya dengan rumus: π = TR - TC keterangan: TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Π = Keuntungan 4. Penyusutan Rumus Penyusutan (Prawirokusumo, 1990):
-
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi peternakan di UD. Lembu Jaya terletak di desa Babadan Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri dengan luas wilayah 910 m2. Keadaan geografis Kecamatan Ngancar secara umum terletak pada dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 400 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan 4000 mm/tahun dengan suhu rata-rata 21-230C. Batas wilayah desa Babadan yaitu sebelah utara desa Rangkah Pawon, sebelah timur desa Ngancar, sebelah selatan desa Sugehwaras dan sebelah barat desa Jagul.
adalah
-
Profil Usaha Peternakan UD. Lembu Jaya adalah usaha peternakan milik bapak Bapak Subono, beliau bertempat tinggal di Desa Babadan Dusun Judeg Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Beliau bekerja dikantor desa dan menjabad sebagai kepala desa. Awal mula berdirinya usaha tersebut pada tahun 2000. Jenis sapi yang dipelihara di UD. Lembu Jaya adalah sapi PFH (Peranakan Fries Holsten). UD. Lembu Jaya mempunyai jumlah ternak sapi perah sejumlah 28 ekor. Beliau memperkerjakan 2 anak kandang. Proses memproduksinya atau memeras susu dilakukan dengan manual atau tenaga manusia.
Keterangan: Np = Nilai Penyusutan Ha = Harga Awal Na = Nilai Akhir Mp = Masa Pakai 5. R/C Rasio Soekartawi (2002) Analisis R/C Rasio adalah perbandingan total penerimaan dengan total biaya, semakin besar nilai R/C, maka semakin besar pula keuntungan dari usah tersebut. Rumusnya:
6. BEP (Break Even Point) Mulyadi (2001) berpendapat bahwa BEP sebagai titik impas yang memiiki pengertian bahwa impas adalah suatu keadaan dimana usaha tersebut tidak
Komposisi Ternak Komposisi ternak sapi perah di UD. Lembu Jaya adalah sebagai berikut:
32
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
Tabel 1. Jumlah dan Konsumsi sapi perah di UD. Lembu Jaya Jumlah (Ekor)
Satuan Ternak (ST)
Prosentase (%)
Induk Laktasi
18
18
78,3
Induk Kering
2
2
8,7
Sapi dara (1-2th)
1
0,5
2,1
Pedet (1-4 bulan)
6
1,5
6,6
Pejantan
1
1
4,3
28 Ekor
23 ST
100
Jenis Sapi Sapi Yang Produksi
Sapi yang tidak produksi
Total
Sumber: Hasil Observasi
Berdasarkan Tabel 1 diketehui, jumlah ternak sapi perah di UD. Lembu Jaya adalah sebanyak 28 ekor atau 23 ST. Jumlah sapi produktif yang menghasilkan susu berjumlah 18 ST. Sapi non produktif
atau sapi yang tidakmenghasilkan susu berjumlah 7 ekor atau 3 ST (Satuan Ternak), yang terdiri dari pejantan 1, pedet 6 dan dara 1.
Tabel 2. Rasio Pemeliharaan sapi produktif dan non produktif No 1 2 3
Produksi Umur 3-4 th 5-6 th 7-8 th
Jumlah 4 5 9 18
Prosentase % 22 28 50 100%
No 1 2 3
Non Produktif Umur 1-6 bln 7-12 bln 1-7 th
Jumlah 6 0 4 10
Prosentase % 60 0 40 100%
Sumber: Data Terolah
Berdasarkan dari Tabel 2. Jumlah sapi perah yang produktif, dapat diperoleh nilai rasio pemeliharaan terbanyak antara umur 7 - 8 tahun, sedangkan sapi yang non produktif, dari tabel di atas dapat dilihat juga sapi perah non produktif dapaat diperoleh nilai rasio pemeliharaan terbanyak adalah antara umur 1-6 bulan.
Investasi/ Aset Perusahaan Investasi yang dikeluarkan oleh peternak UD. Lembu Jaya meliputi investasi sapi perah, bangunan kandang, peralatan kandang dan tanah kandang. Investasi ternak sapi perah merupakan investasi terbesar dari keseluruhan investasi.
Tabel 3. Investasi Peternakan Sapi UD. Lembu Jaya No
Jenis Investasi
Harga perolehan (Rp)
Prosentase (%)
1
Ternak
Rp. 299.000.000
90,8
2
Bangunan Kandang
Rp. 25.000.000
7,5
3
Peralatan Kandang
Rp.
5.014.000
1,5
4
Tanah Kandang 10 x 20 m
Rp.
119.000
0,2
Rp. 329.133.000
100%
Jumlah
Sumber : Data Terolah
33
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
Dari Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa sapi perah merupakan investasi yang paling utama dalam upayah proses untuk menghasilkan susu dengan Prosentase 90,8%, bangunan kandang 7,5%, peralatan kandang 1,5% dan tanah kandang 0,2%. Dengan demikian sapi perah merupakan modal utama untuk mendapatkan keuntungan, Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Husan dan Suarsono (2000) yang berpendapat bahwa tujuan utama dari inveastasi adalah memperoleh berbagai macam keuntungan yang layak dikemudian hari.
Modal Usaha Modal tetap yang ada di UD. Lembu Jaya adalah ternak, kandang dan peralatan. Modal kerja di UD. Lembu Jaya dapat dibedakan menjadi dua bagian lagi yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari : gaji pegawai dan biaya Variabel pada usaha tersebut adalah : pakan, transportasi, listrik, air, IB dan lain-lain. Perencanaan penggunaan modal yang digunakan dalam usaha peternakan sapi perah di UD. Lembu Jaya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Modal Usaha UD. Lembu Jaya Jenis Biaya
Jumlah Biaya (Rp/Th)
Jumlah Biaya (Rp/ST/TH)
Prosentase (%)
Modal Tetap 1
Ternak
299.000.000
13.000.000
53,7
2
Kandang
25.000.000
1.086.956
4,4
3
Peralatan
5.014.000
218.000
0,8
4
Sewa Tanah 10 x 20 m
119.000
5.173
0,1
329.133.000
14.310.129
59
Total Modal Tetap Modal Kerja 1
PBB
2
Gaji Pegawai
250.000
10.869
0,3
13.800.000
600.000
2,4
3 4
Pakan
201.600.000
8.765.217
36,2
Listrik
8.400.000
365.217
1,5
5
Air
600.000
26.086
0,1
6
Obat-obatan dan IB
7
Transportasi
2.300.000
100.000
0,4
666.000
28.956
0,1
Total Modal Kerja
227.616.000
9.896.345
41
Total Modal
556.749.000
24.206.474
100
Sumber: Hasil Terolah
Tabel 4 menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi perah di UD. Lembu Jaya menggunakan jenis modal dalam bentuk ternak, ternak merupakan faktor utama untuk mendapatkan keuntungan. Jenis modal yang harus tersedia supaya pada saat beternak sapi perah tidak mengalami kendala. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
modal tetap di UD. Lembu Jaya adalah 59% sedangkan modal kerjanya adalah 41%. Biaya Produksi Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan usaha tersebut. Biaya produksi yang ada di 34
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
UD. Lembu Jaya dibedakan menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap atau Biaya variabel. Biaya tetap yang ada di UD. Lembu Jaya adalah biaya penyusutan kandang, peralatan, PBB (Pajak Bumi
Bangunan) dan gaji pegawainya. Biaya Variabel yang ada di usaha tersebut adalah biaya pembelian pakan, Listrik, obatobatan dan IB, transportasi, Air, dll.
Tabel 5. Biaya Produksi Jenis Biaya
Jmlh Biaya (Rp/Th)
Jmlh Biaya (Rp/ST/Th)
Jmlh Biaya (Rp/ST/Hari)
Prosentase (%)
Biaya Tetap 1
Penyusutan Kandang
1.872.5000
81.413
223
0,9
2
Penyusutan Peralatan
847.300
36.839
100
0,4
3
PBB
250.000
10.869
29
0,1
4
Gaji Pegawai
13.800.000
600.000
1.643
6,1
Total Biaya tetap
16.769.800
729.121
1995
7,5
Biaya Variabel 1
Pakan
201.800.000
8.773.913
24.038
91,6
2
Listrik
840.000
36.521
100
0,3
3
Obat-obatan & IB
2.300.000
100.000
273
0,1
4
Transportasi
666.000
28.956
79
0,3
5
Air
600.000
26.086
71
0,2
Total BiayaVariabel
206.206.000
8.965.476
24.561
92,5
Biaya Produksi
222.975.800
9.694,597
26.556
100%
Sumber: Hasil Terolah
Soekardono (2009) berpendapat bahwa biaya dibagi menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adaalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, contoh : penyusuan kandang, penyusutan peralatann, PBB (Pajak Bumi Bangunan), gaji pegawai dll. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah baiya yang berhubungan langsung dengan biaya produksi, contoh : pakan, listrik, obatobatan , IB, Transportasi, air. Yusdja (2005) berpendapat bahwa biaya pemberian pakan untuk ternak sapi perah memerlukan pengeluaran yang terbesar yaitu 62,5%. Prosentase pakan yang ada di
UD. Lembu Jaya jauh lebih besar dari pada literatur. Dari tabel 5 menunjukkan, total biaya tetap adalah Rp. 16.769.800/th, sedangkan total biaya variabel adalah Rp. 206.206.000/th, jadi total biaya produksi adalah Rp. 222.975.800/th. Penerimaan Sumber pendapatan dari usaha ternak sapi perah di UD. Lembu Jaya terdari dari 2 macam yaitu penjualan susu segar dan penjualan kompos. di UD. Lembu Jaya perliter susu dihargai oleh KUD dengan harga Rp. 4.300, penjualan kompos per tahun 50 truk dan per truknya dihargai Rp. 40.000/truk. 1 truk ± 2 Ton.
35
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
Tabel 6. Penerimaan di UD. Lembu Jaya Jumlah Per Th
Jenis P. Susu segar
64.050 Liter 50 truk
P. Kompos Penerimaan
Jumlah (Rp/Th)
Jumlah (Rp/ST/Th)
Jumlah (Rp/ST/Hari)
Prosentase (%)
275.415.000
11.974.565
32.807
99,2
2.000.000
86.956
238
0,8
277.415.000
12.061.521
33.045
100 %
Sumber: Hasil Terolah
Hartono (2006) berpendapat bahwa, penerimaan terbesar usaha peternakan sapi perah adalah terdiri dari penjualan susu, penjualan pedet yang tidak dibesarkan, penjualan sapi sapi yang sudah tidak produktif dan penjualan dari pupuk kandang. Dari tabel 6 diatas menunjukan bahwa prosentase yang tinggi adalah penjualan susu dengan prosentase 99,2% . Susu yang dihasilkan di UD. Lembu Jaya rata-rata ± 11,6 liter/ekor/hari. Hertika (2008) mengatakan produksi susu sekitar 14,99 liter/ekor/hari, Suthoni (2008) produksi susu sekitar 11,04 liter/ekor/hari sedangkan menurut Putranto (2006) berpendapat bahwa, produksi rata rata susu sapi perah FH di Indonesia sekitar 10 liter/ekor/hari. Untuk produksi susu di UD. Lembu Jaya tidat berbeda jauh dengan beberapa pendapat diatas. Penerimaan terbesar dalam beternak sapi perah sekitar 85-90% untuk penjualan susu dibanding dengan penjualan pupuk kompos dan sapi tidak produktif (Putranto, 2006). Jika dibandingkan
dengan literatur, UD. Lembu jaya hasilnya tidak sesuai, yaitu sebesar 99,2%. Penjualan susu tersebut artinya produk utama yang sangat penting bagi UD. Lembu Jaya dalam mendapatkan penerimaan dan keuntungan. Hasil penerimaan di UD. Lembu Jaya adalah Rp.277.415.000/tahun : 23 ST = Rp.12.061.521/ST/tahun. Keuntungan Keuntungan atau laba dapat dibedakan dari pengurangan antara total penerimaan usaha dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakaan UD. Lembu Jaya agar memperoleh Laba dengan cara menjual produksi dari ternak sapi perah, yaitu yang paling utama adalah hasil penjualan susu sapi perah dan menjual kompos, setelah itu dikurangi dengan total biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau Biaya Variabel. Keuntungan atau Laba usaha peternakan sapi perah di UD. Lembu Jaya bisa di lihat pada tabel 7.
Tabel 7. Analisis Rugi Laba UD. Lembu jaya Uraian 1
Penerimaan
Jumlah (Rp/Th) 277.415.000
Jumlah (Rp/ST/Th) 12.061.521
Jumlah (Rp/ST/Hari) 33.045
Total Biaya Produksi 2
Biaya Tetap
3
Biaya Variabel
16.769.800
729.121
1.997
206.206.000
8.965.476
24.562
Total Biaya Produksi
222.975.800
9.694.599
24.562
Laba
54.439.200
2.366.922
6.486
Sumber: Hasil Terolah
36
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
Dari tabel 7 diatas, pendapatan di UD. Lembu Jaya dari penjualan susu dan kotoran ternak adalah Rp.277.415.000/tahun. sedangkan total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp.222.975.800/tahun. Jadi total penerimaan per tahun dikurangi dengan total biaya adalah Rp.277.415.000 – Rp.222.975.800 = Rp.54.439.200/tahun. Jadi laba dari usaha di UD. Lembu Jaya adalah Rp.54.439.800/tahun. Riyanto (2001) berpendapat bahwa usaha dikatakan berhasil jika situasi pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk membayar sarana sarana produksi termasuk biaya oprasional dan administrasi, cukup untuk membayar upah dan dan jasa-jasalain yang dilibatkan dalam usaha. Hasil keuntungan dari UD. Lembu Jaya adalah Rp.54.439.200/Th : 23 ST = Rp.2.366.921/ST/tahun. Bila di bandingkan usaha beternak sapi perah dengan gaji kariawan, keuntungan yang di dapat dari hasil beternak sapi perah mencapai Rp. 54.439.200/tahun. Rp.54.439.200 : 12 bulan = Rp. 4.536.600/bulan, bila dibandingkan dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten atau Kota) di kota Kediri sekarang yang mencapai Rp. 1.300.000/bulan, jika dibandingkan, masih lebih menguntungkan beternak sapi perah, dibandingkan dengan gaji kariawan.
277.415.000/tahun dibagi dengan total biaya sebesar Rp. 222.975.800/tahun maka diperoleh hasil R/C sebesar 1,24 dalam 1 tahun. Soekartawi (1995) berpendapaat bahwa jika R/C ratio menunjukkan angka > 1 maka usaha tersebut dikatakan memperoleh keuntungan, tetapi jika menunjukkan angka < 1 maka usaha tersebutdikatakan memperoleh kerugian. Pada usaha UD. Lembu Jaya mengalami keuntungan karena R/C ratio nenunjukkan angka 1,24 dan artinya jika jika peternakan mengeluarkan Rp. 100.000,- maka akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 124.000,- maka keuntungan yang akan didapat sebesar Rp.24.000,-.
BEP (Break Even Piont) Nilai BEP pada usaha peternakan UD. Lembu Jaya harus dibawah harga Output sehingga usaha tersebut mendapatkan keuntungan. Usaha akan mengalami BEP jika hasil keuntungan produksi dan penerimaan mengalami titik impas atau tidak untung dan tidak rugi. Hasil penelitian di UD. Lembu Jaya yaitu diperoleh biaya total sebesar Rp. 222.975.800/tahun, penerimaan sebesar Rp. 277.415.000/tahun jumlah ternak yang berproduksi 18 ST, memproduksi susu sebesar 64.050 liter/tahun, dan harga susu segar sebesar Rp. 4.300,-/liter. Hasil pembandingan BEP selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 8.
R/C Rasio Keberhasilan suatu usaha dapat di ukur dengan menggunakan Revenue Cost Ratio (R/C Rasio). Hasil menunjukkan bahwa total penerimaan sebesar Rp.
Tabel 8. Analisis BEP dengan UD. Lembu Jaya Uraian
Hasil
Jumlah Ternak Berproduksi (ST)
BEP
18
12,3
Susu (Liter)
64.050
51.854
Susu Per ST (Liter/ST)
3.538
2.880
Harga Per Liter susu (Rp/Liter)
4.300
3.481
Sumber: Hasil Terolah
37
Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014
ISSN 1693-6094
Tabel 8 menunjukkan bahwa selama 1 tahun ternak yang laktasi atau berproduksi susu agar terjadi BEP (Ekor) minimal yaitu 12,3. Produk susu sapi perah agar terjadi BEP (Liter) minimal yaitu 51.854 Liter. Per ekor sapi perah yang menghasilkan susu agar terjadi BEP (Liter/Ekor) yaitu 2.880 Liter/Ekor. Harga per liter susu sapi perah dijual agar terjadi BEP (Rp/Liter) yaitu Rp. 3.481/liter. Berdasarkan hasil titik impas BEP, jumlah ternak yang produksi adalah 12,3 ST, sedangkan ternak yang sedang laktasi ada 18 ST, jadi usaha tersebut melebihi titik impas dan bisa dikatakan untung, sedangkan untuk perhitungan titik impas dari BEP produksi susu pertahun adalah 51.854/liter/laktasi, sedangkan produksi susu perlaktasi adalah 64.050/liter/laktasi dari 18 sapi laktasi dan produksinya melebihi dari titik impas BEP, jadi usaha tersebut dikatakan untung. Untuk perhitungan titik impas BEP produksi susu adalah 2.880 liter/ST, sedangkan untuk produksi susu mencapai 3.538 liter/ST dan masih melebihi dari titik impas dari BEP
dan bisa di katakan untung. Dari hasil perhitungan titik impas BEP harga susu adalah Rp.3.481/liter, sedangkan harga susu saat ini adalah Rp.4.300/liter. Jadi usaha tersebut masih melebihi dari titik impas BEP dan usaha peternakan UD. Lembu Jaya bisa dikatakan untung karena melebihi titik impas dari BEP. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari 23 Satuan Ternak, maka dapat disimpulkan bahwa, usaha peternakan sapi perah di UD. Lembu Jaya di Desa Babadan Dusun Judeg Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri selama 1 tahun dikatakan layak berdasarkan hasil dari penelitian sebagai berikut : 1. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.54.439.200/ tahun. 2. Nilai R/C menunjukkan angka 1,24. 3. Nilai BEP tercapai ketika jumlah ternak yang laktasi berjumlah 12,3 ST, atau produksi susu mencapai 51.854 liter atau 2.880 liter atau jika harga susu per liter mencapai Rp.3.481.
DAFTAR PUSTAKA Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah: dari Hulu sampai Hilir. Draft Buku Teks. Fakultas Peternakan. Unpad. Jatinongoro.
Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.
Hartono, B. 2006. Ekonomi Rumah Tangga Peternak Sapi Perah (Studi Kasus Di Desa Pendesari Kecamatan Pujoon Kabupaten Malang.(Jurnal) Onlen Vol 8. 9 Halaman. Tersedia : http:// www.animalproduction.net/index.php /LAP/article/Download/144/133 (10 Febuari 2014).
Riyanto, B. pembelajaran Yogyakarta.
2001. Dasar-dasar Perusahaan. BPFEE.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta. UI. Press. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Haryadi, P. 2012. Prospek Cerak Beternak Sapi Perah.Pustaka Baru Press. Sleman Yogyakarta.
Yusdja. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Sapi Perah di Indonesia, Analisis Kebujakan Ekonomi Pertanian. Vol 3 No 3. Bogor.
38