Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014
ISSN 1693-6094
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI UD. HAIVA JAYA TULUNGAGUNG Oleh: Ahsin Daroini 1) dan Ahmad Khoirun Nafingi2) 1) Dosen Prodi Peternakan-FP-Uniska-Kediri 2) Prodi Peternakan-FP-Uniska-Kediri
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di UD. Haiva Jaya Desa Pulosari Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini dimulai tanggal 10 Maret sampai 10 April 2014. Materi yang digunakaan dalam penelitian ini adalah 26 ekor sapi potong di UD. Haiva Jaya yang pada saat itu berjumlah 26 ekor. Kandang yang digunakan adalah kandang persegi panjang dengan panjang 20 x 12 meter, dengan atap genting yang dilengkapi dengan lampu, radio, dan pompa air. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan BEP dan Pay Back Period untuk mengetahui usaha tersebut untung atau rugi dan layak dijalankan atau tidak serta untuk mengetahui titik balik modal sejak usaha tersebut didirikan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa biaya produksi di UD. Haiva Jaya dalam satu periode adalah Rp. 505.077.000.- sedangkan penerimaannya adalah Rp. 543.700.000.. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa pendapatan UD. Haiva Jaya adalah Rp. 38.623.000.-, R/C Ratio sebesar 1,07, BEP sebesar Rp. 24.160.000.-, dan Pay Back Period selama 4,6 tahun. Kata kunci: BEP, kelayakan usaha, pay back period, sapi potong
ABSTRACT This study was conducted at UD. Haiva Jaya farm from March 15 to April 10, 2014. The aims of this study are to analyses BEP and Pay Back Period of this farm.The materials used were 26 head of beef cattle which maintained at 20 x 12 meters of cage. The cattle were fed forages (elephant grass) and concentrates. The data were analyzed by BEP and Pay Back Period analysis to determine the profitability, viability and turning point capital of UD. Haiva Jaya farm.The results showed that the cost of production at UD. Haiva Jaya in one period is Rp. 505.077.000.- while the revenue is Rp. 543.700.000. Based on this calculations, the profit of UD. Haiva Jaya in a period aboutRp. 38.623.000., R / C ratio about 1.07, BEP about Rp. 24.160.000.-, and Pay Back Period about 4,6 years. Key word: BEP, beef cattle, feasibility, pay back period
sampai kegiatan bisnis di hilir dan semua kegiatan bisnis pendukungnya. Kita memimpikan mempunyai suatu industri peternakan sapi potong yang tangguh dalam arti sebagai suatu industri peternakan yang mempunyai daya saing
PENDAHULUAN Industri peternakan sapi potong sebagai suatu kegiatan agribisnis mempunyai cakupan yang sangat luas. Rantai kegiatan tidak terbatas pada kegiatan produksi di hulu tetapi juga 98
Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014
ISSN 1693-6094
yang tinggi dan mampu secara mandiri terus tumbuh berkembang di era persaingan dalam ekonomi pasar global (Hadi, 2002). Usaha ternak sapi potong di Indonesia sebagian besar masih merupakan usaha peternakan rakyat yang dipelihara secara tradisional. Pemeliharaannya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemeliharaan sebagai pembibitan dan pemeliharaan sapi bakalan untuk digemukan (Widiyaningrum, 2005). Ciriciri pemeliharaan dengan pola tradisional yaitu kandang dekat bahkan menyatu dengan rumah, dan produktivitas rendah. Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyrakat. Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber protein berupa daging, produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih jauh dari target yang diperlukan konsumen. Permasalahan ini disebabkan oleh produksi daging masih rendah (Sudarmono, 2008).
VC = Variable Cost atau biaya tidak tetap (Rp/ 4 bulan) 2. Penerimaan Riyanto (2010) berpendapat bahwa jumlah penerimaan akan diperoleh dari suatu proses produksi dengan mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga produk yang berlaku pada saat itu. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : TR = P x Q Keterangan: TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp/ 4 bulan) P = Price of Quantity atau harga sapi per ekor (Rp/ekor/ 4 bulan) Q = Quantity atau jumlah sapi potong (ekor/ 4 bulan) 3. Pendapatan Penyusutan Rumus Penyusutan (Prawirokusumo, 1990) adalah : Np
Ha Na Up
Keterangan: Np = Nilai penyusutan Ha = Harga awal Na = Nilai akkhir Up = Umur produksi
METODE PENELITIAN Analisis Data Analisis usaha yang digunakan untuk mengetahui titik impas dari usaha sapi potong adalah analisa R/C Rasio, BEP dan Pay Back Period. Perhitungan R/C Rasio, BEP dan Pay Back Period dihitung dengan menggunakan pendekatan matematis, perhitungan R/C Rasio, biaya produksi, penerimaan, penyusutan, break even point dan Pay Back Period dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Rasyaf (2012) berpendapat bahwa biaya produksi merupakan penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel atau biaya tidak tetap, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Cost atau total biaya (Rp/ 4 bulan) FC = Fixed Cost atau biaya tetap (Rp/ 4 bulan)
4. Pendapatan Umar (2001) berpendapat bahwa Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Adapun rumusnya sbagai berikut : π = TR – TC Keterangan : TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Π = Keuntungan 5. R/C Ratio Munawir (2010) berpendapat bahwa, Analisis R/C Ratio adalah merupakan penerimaan antara total penerimaan dengan biaya. Semakin besar nilai R/C semakin bbesar pula keuntungan dari usaha tersebut. Rumusnya Adalah:
99
Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014
ISSN 1693-6094
6. Perhitungan BEP Mulyadi (2005) berpendapat bahwa BEP sebagai titik impas memiliki pengertian bahwa “Impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila selisih pendapatan hanya mampu digunakan untuk menutup biaya tetap saja”. Adapun rumusnya sebagai berikut : BEP Unit
Total Biaya Harga Penjualan
BEP Harga
Total Biaya Jumlah ternak yang dipelihara
7. Pay Back Period Pay Back Period adalah titik balik modal atau titik impas, yaitu perbandingan antara total investasi dengan keuntungan yang diperoleh. (Soeprapto, 2006). Adapun rumusnya sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Peternakan Desa Pulosari adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Wilayah Desa Pulosari termasuk dataran rendah dan berada di ketinggian 34 m diatas permukaan laut yang memiliki curah hujan 2000 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 200 C. Desa Pulosari memiliki luas lahan 367. 965 Ha, yang terdiri dari sawah dan ladang yang memiliki luas 148.160 ha, pemukiman 80.200 ha, pekarangan 20.200 ha, peladangan 20.246 ha, dan tegal 191.330 ha.
Paternakan ini dapat bertahan dari berbagai situasi perekonomian yang terjadi di Indonesia hingga saat ini menunjukkan manajemen yang baik dalam hal pengelolaan usaha. Jumlah sapi potong yang dipelihara saat ini mencapai 26 ekor, jumlah ini merupakan jumlah yang besar jika dibandingkan dengan peternakan sapi potong pada umumnya di wilayah Desa Pulosari yang kebanyakan hanya memiliki beberapa ekor sapi potong. Jenis sapi potong yang dipelihara di UD. Haiva Jaya adalah sapi limousin, sapi potong tersebut dipelihara dalam jangka waktu pemeliharaan selama 4 bulan. Jangka waktu pemeliharaan tersebut tidak boleh lebih dari empat bulan, karena akan menambah beban biaya usaha, sedangkan harga jualnya tidak banyak berbeda, sehingga keuntungan yang didapatkan akan menjadi kecil. Penjualan sapi ini dilakukan ditempat usaha tanpa harus membawa ternak ke pasar. Pembeli datang sendiri untuk memilih ternak yang sesuai dengan kebutuhannnya, hal ini karena UD. Haiva Jaya telah diketahui secara luas oleh peternak dan pedagang yang ada disekitarnya. Modal Usaha Modal yang digunakan dalam usaha peternakan sapi potong pada UD. Haiva Jaya adalah Modal Investasi yang meliputi Kandang, Ternak, Peralatan kandang, Kendaraan dan Tanah. Berikut rincianya adalah sebagai berikut : Tabel 4 Investasi (Modal) Usaha Sapi Potong Modal Investasi Jenis Modal Investasi : 1. Kandang 2. Ternak
Profil Usaha Peternakan Usaha peternakan milik Bapak H. Julus Mustofa berada di Desa Pulosari RT 03 / RW 08 Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung yang diberi nama UD. Haiva Jaya. Usaha ini berdiri sejak tahun 2001.
Nilai (Rp)
3. Peralatan kandang 4. Kendaraan
65.800.000.442.000.000.3.099.000.53.300.000.-
1 Unit Sepeda Motor @ Rp 7.300.000,1 Unit Pickup @ Rp. 46.000.000,Total Keseluruhan Investasi
Sumber : Data terolah
100
564.199.000.-
Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014
ISSN 1693-6094
Biaya Operasional Biaya Operasional yang digunakan dalam usaha peternakan sapi potong pada UD. Haiva Jaya adalah Biaya tetap dan Biaya tidak tetap, biaya tetap meliputi
Tenaga kerja, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Penyusutan yang meliputi penyusutan kandang, peralatan, kendaraan dan tanah. Adapun rincianya sebagai berikut :
Tabel 5 Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Tetap : 1. Nilai penyusutan : Kandang Peralatan kandang BBM PBB 2. Tenaga kerja 2 org @ Rp. 75.000/hari, @ Rp. 9.000.000/4bulan.
Nilai / 4 bln (Rp)
563.000.138.000.600.000.84.000.18.000.000.-
Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap : 1. Ternak @17.000.000,00 x 26 ekor 2. Pakan 3. Listrik 4. Obat-obatan 5. Transportasi dan Bahan bakar Total Biaya Tidak Tetap
19.385.000.442.000.000.40.092.000.300.000.700.000.2.600.000.485.692.000.-
Total Biaya Operasional
505.077.000.-
Sumber : Data terolah
Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Rumusnya, π = TR – TC dimana π adalah pendapatan, TR adalah total penerimaan dan TC adalah total biaya. Adapun rincianya adalah sebagai berikut :
besar nilai R/C semakin besar pula keuntungan dari usaha tersebut. Rumusnya adalah: R/C Ratio
Total Penerimaan Total Biaya
R/C Ratio
543.700.000. 505.077.000. -
R/C Ratio = 1,07 Tabel 6 Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan
Kriteria penilaian R/C Ratio sebagai berikut : R/C Ratio > 1, usaha peternakan layak dikembangkan. R/C Ratio = 1, usaha peternakan tersebut tidak untung tidak rugi (impas). R/C Ratio < 1, usaha peternakan tidak layak dikembangkan
Jumlah
Total Penerimaan (TR) Total Biaya Operasional (TC)
Rp. 543.700.000.Rp. 505.077.000.- _
Total Pendapatan (π)/ 4 bulan
Rp. 38.623.000 .-
Pendapatan (π)/ Ekor
Rp. 1.485.000.-
BEP Sumber : Data terolah
R/C Ratio R/C Ratio adalah penerimaan antara total penerimaan dengan biaya. Semakin
BEP adalah titik impas suatu usaha dimana suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya. Rumusnya adalah :
101
Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 BEP Unit
ISSN 1693-6094 peternakan sapi potong tersebut dalam investasi atau menanamkan modalnya akan mengalami titik balik modal atau titik impas pada saat usaha peternakan berjalan selama 4,6 tahun dari titik investasi awal periode pemeliharaan.
Total Biaya Harga Penjualan
BEP Unit = 505.077.000. 20.900.000. -
BEP Unit = Rp. 24.160.000.BEP Harga
Total Biaya Jumlah ternak yang dipelihara
505.077.000 BEP Harga = 26 BEP Harga = Rp. 19.426.000.Tabel 8. Analisis BEP dengan hasil UD. Haiva Jaya Uraian
Hasil
BEP
BEP Unit
Rp. 38.623.000 .-
Rp. 24.160.000.-
BEP Harga
Rp. 20.900.000.-
Rp. 19.426.000.-
Sumber : Data terolah
Analisis Pay Back Period Pay Back Period adalah titik balik modal atau titik impas, yaitu perbandingan antara total investasi dengan keuntungan yang diperoleh. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa kemampuan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada penelitian usaha peternakan sapi potong di UD. Haiva Jaya Desa Pulosari dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Investasi (Modal) pada usaha peternakan sapi potong di UD. Haiva Jaya adalah sebesar Rp. 564.199.000.2. Biaya Operasional pada usaha peternakan sapi potong di UD. Haiva Jaya adalah sebesar Rp. 505.077.000.-/ 4 bulan. 3. Penerimaan pada usaha peternakan sapi potong di UD. Haiva Jaya adalah sebesar Rp. 543.700.000.-/ 4 bulan. 4. Pendapatan pada usaha peternakan sapi potong di UD. Haiva Jaya adalah sebesar Rp. 38.623.000.-/ 4 bulan. 5. R/C Ratio pada usaha peternakan sapi potong pada UD. Haiva Jaya sebesar 1,07.6. Nilai BEP pada usaha peternakan sapi potong akan mengalami titik impas pada saat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 24.160.000.-/4bulan. 7. Nilai Payback Period pada usaha peternakan sapi potong dalam investasi atau menanamkan modalnya akan mengalami titik balik modal pada saat usaha peternakan berjalan antara periode 4,6 tahun dari titik investasi awal periode pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong, Jakarta : Agro Media Pustaka. Arikunto. S. 2007. Prosedur Penelitian (Pendekatan Praktek) Edisi Revisi VIII, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Bagus. I.G.P. 2003. “Analisis Finansial Usaha Agribisnis Peternakan Sapi Daging”. (jurnal). (Online). Vol.11.9 Halaman. Tersedia :
102
Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014
ISSN 1693-6094
http://Soeyo.sipuk.id.4/71.Pdf. (7 Maret 2014). Disnakertrans. 2015. Profil Ketenaga Kerjaan Kabupaten Tulungagung. Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Gazpersz. V. 2002. Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hadi. P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia. Jurnal Litbang, 21 (4) : 148 – 157. Ikatan Akuntansi Indonesia (2001), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Irwan. T. 2013. “Analisis Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong di Tulungagung”. (Jurnal). (Online). Vol 7. 10 halaman. Tersedia : http://Epaa.jurnal.edu/epa/V7N7.Pdf. (12 Maret 2014). Iswardono. 2004. Ekonomi Mikro. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Kariyasa. K. dan F. Kasryono. 2004. Dinamika Pemasaran dan Prospek Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akutansi Biaya. Aditya Media. Yogyakarta. Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta. Prawirokusumo. S. 1990. Ilmu Usaha Tani, BPFE. Yogyakarta. Rahardi. F. Hartono, R. 2006. Agribisnis Peternakan . Penebar Swadaya. Jakarta. Rachman. R. N. 2004. Genetika Ternak, edisi 4. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf. M. 2012. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta. Rizqina. 2011. “Analisis Pendapatan Sapi Potong dan Sapi Bakalan di
Kabupaten Sumenep”. (Jurnal). (Online). Vol 1. 5 Halaman. Tersedia : http://
[email protected]. (10 Maret 2014). Riyanto. B. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFEE. Yogyakarta. Saleh. E. dan Yunilas. 2006. “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Kabupaten Deli Serdang”. (Jurnal). (Online). Vol.3 9 Halaman. Tersedia : http://www.bi.go.id/sipuk/id./?id=4&n o=93.Pdf. (7 Maret 2014). Santosa. U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Potong Secara Profesional. Jakarta : Penebar Swadaya. Sudarmono. A. dan Sugeng. Y.B. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya ; Jakarta. Sugeng. B. 2007. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Susanti. T. 2010. “Modal Minim Untung Maksi”, Majalah Trubus, Edisi Mei. Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Yogyakarta : BPFE. Teken. dan Asnawi. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Umar. H. 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, PT. Grafindo Persada : Jakarta. Usman. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Bagian III. Kelompok Penelitian Sosial Politik. Yogyakarta. Wakhid. A. 2010. Beternak dan Bisnis Itik. Agromedia Pustaka. Jakarta. Widiyaningrum. P. 2005. Motivasi Keikutsertaan Peternak Sapi Potong pada Sistem Kandang Komunal (Studi Kasus di Kabupaten Bantul Yogyakarta).
103