ISSN: 1410-413X
Desember 2010
Volume 22
Jumal llmu-llmu Hayati (Life Sciences) Pengaruh Stres Kekeringan Pada Fase Vegetatif Terhadap Kandungan Prolin, Gula Total Terlarut Pada Beberapa Genotip Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Studi Etnobotani Jenis-jenis Tanaman Obat Pada Masyarakat Tengger, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Efek Non Genomik Dan Genomik Ekstrak Daun Ceplukan {Physalis Minima L) Pada Kultur Sel Endotel Manusia (Huvecs)
Wahyu Widoretno, Linda Winarsih
Serafinah Indriyani, Jati Batoro
Nur Permatasari, Nurdiana
1-7
8-13
14 -19
Setyawati Karyono
Konstruksi Ikan Mas CyprinusCarpio Partenogenetik Diploid-homozigot Untuk Produksi Bibit Unggul
Agung Pramana Warih Marhendra 20 - 28
Perbandingan Persentase Hemozoin Dan Derajat Parasitemla Pada Pasien Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi
Loeki E.F., Meralda Nindyasti E.B 29 - 36
Dan Dengan Komplikasi
Rustidja, Aris Soewondo
Didi C., Ninik Burhan, Utama Budi S., Eko Suhartono
Bambang 3., Erma Sulistyaningsih Sintesis Dan Pemurnian PoiiesterDari Sumber Monomer
37 - 42
Minyak Jarak Dan Gliserol
Diah Mardiana, A. Roesdiana S.B. Widjanarko, R. Retnowati
Etnofarmakologi Dan Pengetahuan Tumbuhan Obat Masyarakat Tengger Di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur
Jati Batoro, Dede Setiadi
43 - 50
Tatik Chikmawati, Y. Purwanto
Kajian Macam Media Tumbuh Terhadap Hasil Jamur Merang (Volvarielia Displasia) Ketersediaan Hara Npk Dengan Biochar Pada Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung
Ninuk Herlina, Sukindar
51 - 57
Justina Novareta
Widowati, Wani H.U, Bambang, G., Loekito, A.S.
58-68
Rektor Univ^rsitas Brawijaya
Penang^ung Jawab Prof. Dr. Ir.
Chuzaemi, MS
DEWAN REDAKSI K^tua
Prof. Dr. dr. NoorhaindanI AS, DMM, Sp.MK(K) Anggota Prof. Dr. drh. Aulanni'am DESS
Prof. Dr. Ir. Luqman Hakim, MS Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si Penyunting Ahli Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS
Prof. Dr. Ir. Kuswanto, MP (UB) Prof. Ir. Sukoso, M.Sc, Ph.D (UB) Prof. Dr. If. Ristanto Utomo, SU (UGM) Prof. Dr. Bambang Sektiari (UNAIR) Tata Usaha
Dra. Liliek Listiowati, MM
Hadi Sucipto, SH, M.AB Wasis Dwiono, SE
Poegoeh Soesilowati, SE Era Agustina, ST Ardian Wahyu S. SE Yudan Setiawan
Alamat Redaksi
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. Veteran Malang 65145 Telp. (0341) 551611 Pes. 304, 575824, 584394 Fax. (0341) 575825, 575828
Website : www.lppm.ub.ac.id
email:
[email protected]
Kajian Macam Media Tumbuh Terhadap Hasil Jamur Merang (Volvariella Displasia)
JURNALILMU-ILMU HAYATI {Life Sciences) • VOL. 22 • Desember 2010
2004. Pengenalan dan Pemanfaatan
Martin, G. J. Ethnobotani. 1988. Sebuah Manual
Tanaman Berkasiat Obat, Dinas Kesehatan
Pemeliharaan Manusia dan Tumbuhan.
Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Balai Materia Medica Batu Malang Raya. Backer, C. A. And R. C. Bakhuizen Van Den Brink. 1968. Flora of Java. Vol. 1, II, III (Spermatophytes Only) N. V. P. Noordhoff. Groningen- The Netherlands. Cotton, C.M. 1996. Ethnobotany:, Principle and Applications. John Wiley & Sons. New York, USA. Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. Ellen, R. 1993. The Cultural Relations of Classification. An Analysis of Nuaulu Animal Catagories from Central Seram.CamhvidgQ University Press.
Kajian Macam Media Tumbuh Terhadap HasilJamurMerang (Volvariella Displasia)
Natural Flistotory Publications, Borneo. Purwanto, Y. 2003. Metode Penelitian Etnobotani.
(tidak dipublikasikan) Laboratorium Etnobotani,Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi.LIPI. Bogor. Rambo,A. T; Gillogly, K.; Hutterer, K. L. 1988. Ethnic Diversity and the Control of Natural Resources in Southeast Asia.
Center for South and Southeast Asian
Studies The University ofMichigan USA. Sastrapradja, D. S. et al. 1989. Keanekaragaman Hayati Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi -LIPI. Bogor.
Friedberg, C. 1990. Le Savoir botanique des Bunaq Percevoir et classer dans le Haut
Shell D. et al. 2004. Mengeksplorasi
Lemaknen {Timor, Indonesie). Memoires
keanekaragamanHayati, Lingkungan dan Pandangan Masyarakat Lokal Mengenai Lanskap Hutan. CIFOR, Bogor. p. 1-62.
du Museum Nati d'Histoire Naturelle.
Botanique. Tome.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia
Soekarman, dan S. Riswan 1992. Status
Jilid I-IV. Badan Litbang Kehutanan dan
Pengetahuan Etnobotani di Indonesia Prosiding Seminar Etnobotani Balitbang
Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Hidayat, et al. 2008. Kajian Status Konservasi
Ninuk Herlina, Sukindar, Justina Novareta Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan jenis media tumbuh sebagai media alternatifpengganti jerami dan mendapatkan jenis media yang memberikan hasil jamur merang tertinggi. Penelitian dilaksanakan dirum jamur(kumbung) di Desa Sumberejo, Sukodono Lumajang padabulan Juli - Agustus 2009. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan7 perlakuandandiulang4kali.Perlakuanterdiridari: 100%Jerami;75%Jei^i +25% Daun Pisang Kering; 50% Jerami +50% Daun Pisang Kering; 25% Jerami +75% Daun Pisang Kenng; 75 /o Jerami +25%AzollaKering; 50% Jerami+ 50%Azolla Kering dan 25% Jerami+ 75%Azolla Kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos daun pisang kering dan azollla kering dapat digunakan sebagai altematifpengganti media tumbuh jamur merang dari jerami padi serta dapat meningkatkan hasil. Jamur merang membutuhkan selulosa lebih dari 45,00%, nitrogen lebih dari 2,00% dan C/N rasio lebih dan 50 untuk mendapatkan hasil tertinggr Media 25% jerami +75% daun pisang kering dan25% jerami +75%azollakeringmenghasilkanbobotsegarbadanbuah
tertinggi, tetapi media 100% jerami menghasilkan R/C rasio tertinggi yaitu3,9. Pay backperiodpadapQvlakuan 100%jerami adalah 3,1 kali panen, sedangkan pada perlakuan 25%jerami +75% daun pisang kermg dan 25 /ojerami + 75%azollakeringadalah 3,6dan5,4kali panen.
Kata kunci: jnmur merang,jerami, daun pisang kering dan azolla kering
Study OfMedia On Production Of Mushroom (Volvariella Displasia)
Botani-Balitbang biologi, LIPI. Bogor. p.
Tumbuhan Obat Langka di Jawa: Ekspedisi
1-7.
di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. LIPI Bogor, p. 1-16.
Sundari, D. et al. 1998. Penelitian Tanaman Obat
Indriyani. S. ; Batoro. J.; Ekowati. G. 2007.
Indonesia IX. Pusat Penelitian dan
Inventarisasi Jenis dan Potensi Tanaman
Obat Suku Tengger, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Pengembangan Farmasi Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Rl. Jakarta, p. 1-
Unibraw Malang.
176.
Di Beberapa Perguruan Tinggi Di
Tylor, V.E; L. R. Brady and J. E. Robbers. 1976. Pharmacognosy Lea & Febiger
Indrayanto, G. 2006. Laporan Eksplorasi Keanekaragaman dan Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Hutan Tropis Gunung
Philadelphia USA. Toledo, M.V. 1992. What is Ethnoecologyl Origen, Scope and Implications of A Rising Dicipline. Ethnoecologica, vol.
Bromo Semeru dan Ijen. Fakultas
Farmasi, UNAIR. Surabaya, p, 1-30.
Iskandar, Y. 2007.Tanaman Obat\ang Berkhasiat Sebagai Antihipertensi, Fakultas Farmasi
1(1):5-21.
Abstract
Study of media on production ofmushroom (voivarieiia displasia). The research purpose is to get of media Design with 7treatments and 4replications have been done at sOTw house (kunibung) mSumberejo vilia e Sukodono-Lumajang at July till August 2009. The media consist ofVtjres i.e (A). straw +25% dries banana ieaf; (C). 50% rice straw +50% dries ban^a leaf, (D) 25% rice o ' leaf; (E) 75% rice straw +25% dries azolla; (F) 50% rice straw +50%dries azolla and (G) 25% rice straw +75 /.dries azolla. The result showed that the compost of dries banana leaf and dries azolla could be used as alternative ot media ofmushroom the most properous media resulting highest pri^uction mushroom and economically Ptospectiv^ Such media contributed 45.00% cellulose, 2.00% nitrogen and had C/N ratio 50 production ofmushroom. Under cultivation of 25% ricestraw +75% dries banana leaf and 25% rice straw +75/« dries azolla the highest productivity ofmushroom could be obtamed but using 100% rice straw for media gave most
as substitue of rice straw and to get the media given the highest production of mushroom.
efficient R/C ratio Pay back period ofusing 100%rice straw media was 3.1 times ofharvesting while using 25/o rice
straw + 75% dries banana leaf and25%ricestraw +75%driesazoilawas3.6and5.4
Keywords: mushroom, rice straw, dries banana ieafand dries azolla
Widyaprakosa, S. 1994. Masyarakat Tengger :
Universitas Padjadjaran Jatinangor
Latar Belakang Daerah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kanisius.
Bandung.
Lemmens, R.H.M.J. et al. (Editors). 1989. Plant resources of South-East Asia. Prosea
Yogyakarta.
project, Wageningen, the Neherlands.
50
51
Kajian Macam Media Tumbuh Terhadap Hasii Jamur Merang (Volvariella Dispiasia)
JURNAL ILMU-ILMU HAYATI {Life Sciences)• VOL. 22• Desember 2010
PENDAHULUAN
kompos organik dengan kadar nitrogen tinggi (azolla kering),oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui pengaruh penggunaanjerami, daun pisang kering dan azolla kering terhadap hasil jamur merang.
Jainur merang merupakan salah satu produk pertanian yang banyak diminati oleli masyarakat
untuk dikonsumsi maupun dibudidayakan. Seiring dengan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi tinggi menyebabkan i^emiintaan
METODE PENELITIAN
terhadap jamur merang meningkat.
Salah satu faktor penting yang perlu diperha-
Penelitian dilaksanakan di Desa Sumberejo,
tikan dalam upaya meningkatkan produksi adalah
Kec. Sukodono Kab. Lumajang pada bulan Juli-
media tumbuh yang digunakan dalam biididaya jamurmerang. Upaya peningkatan hasil dengan memperbaiki media dapat dilakukan dengan menggunakan bahan baku bernutrisi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
Agustus 2009 pada ketinggian ± 89 m dpi, kelembaban ruangan 80% dengan suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung masing-masing 28°C dan 31°C. Rancangan yang digunakan adalah RAK
dengan 7 perlakuan,yaitu A: 100%jerami, B : 75%
jamur merang.
jerami + 25% daun pisang kering, C : 50%jerami + 50% daun pisang kering, D : 25% jerami + 75%
Chang dan Miles (1987) menyatakan bahwa
media tumbuh yang baik adalah media yang
daun pisang kering, E: 75% jerami + 25% azolla
mampu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk
kering, F: 50% jerami + 50% azolla kering dan G: 25% jerami + 75% azollakering dandiulang
pertumbuhan dan perkembangan jamur merang. Dalam budidaya jamur merang, sebagian besar petani menggunakan media tumbuh berupa bahan organik seperti jerami padi karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh jamur merang. Limbah pertanian dengan kandungan lignoselulosa
4 kali.
Alatyangdigunakan terdiri dari: higrometer, pH meter, termometer, karimg goni, sprayer, plastik, drumpasteurisasi, timbangan, timba, terpal, pisau,
keranjang dan kumbung. Bahan bahan yang digunakan terdiri atas jerami, air, bekatui, kapur, bibitjamur merang, azolla kering dan daun pisang
tinggi seperti jerami padi dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku untuk media tumbuh dalam budidaya jamur merang. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada media yangberasal dari limbah
kering.
Jamur ditanam di dalam kumbung yang berukuran 6,15 m x 5,00 m x 3,5 m. Rak tempat
organik, hal ini disebabkan karena jamurmampu mendegradasikan limbah organik sehingga dapat menambah nilai guna limbah dan meningkatkan
penanaman berukuran 0,8 m x 0,71 m disusun
bertingkat, rak I sampai V. Rak 1- IV merupakan ulangan I —IV sedangkan rak V tidak digunakan sebagai tempat penanaman. Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 rak, yaitu rak kiri, tengah
produksi jamur merang. Selain jerami, azolla kering dan daun pisang kering merupakan bahan
organik yang mudah didapat dan mengandung nitrogen, kalsium,fosfor dan selulosa yang
dan kanan.
dibutuhkan oleh jamur merang. Penelitian Kinanli
Pelaksanaan Penelitian. I) Pengomposan Jerami. Jerami sebanyak 502,68 kg direndam
el a1. (1992) dan Susiani (2003) menunjukkan bahwa daun pisang kering sebagai limbah pertanian
dalam airselama30 menit kemudian ditiriskan dan
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh jamur merang. Legowo (1994), Arifm (1996), Sebayang (1996) dan Djojosuwito (2000)
dibuat 5tumpukan setinggi 30 cm. Antartumpukan diberi bekatui 5,70 kg dan kapur 0,57 kg. Kompos dibiarkan selama 3 hari. Kompos dibalik dan
menyatakan bahwa selain untuk meningkatkan produksi padi, azolla dapat dimanfaatkan sebagai
dibuat 5 tumpukan kembali serta ditambahkan
bekatui dan kapur seperti pada pengomposan hari pertama, Kompos dibiarkan selama 4 hari sampai matang. 2) Pengomposan Daun Pisang Kering 188,52 kgdaun pisang kering direndam dalam air
media tumbuh karena mengandung unsur hara.
Penggunaanjerami, daun pisang kering dan azolla kering sebagai mediatumbuh dalam budidaya jamur merang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan
selama 30 menit kemudian ditiriskan dan dibuat
menambah nilai gunadari limbah organik pertanian (jerami dan daun pisang kering) dan pemanfaatan
5tumpukan setinggi 30 cm. Antar tumpukan diberi
bekatui 2,13 kg dan kapur 0,21 kg. Kompos 52
stadia telur (diameter badan buah mencapai ± 3 cm). 9) Pengamatan. Parameter pengamatan meliputi: a) pH dan kelembaban media : diamati sebelum pengomposan, pada saat pengomposan, pembalikan kompos dan kompos matang. b) Suhu media : diukur setiap tiga hari sekali mulai penanaman sampai panen. c) Analisis C/N rasio, unsur N, serta selulosa pada akhir pengomposan dan akhir panen. d) Waktu munculnya pinhead pertama e) Waktu panen pertama f) Diameter badan buah g) Jumlah badan buah h) Bobot segar badan buah i)Lama masa panen j) Analisis usaha tani: dihitung kelayakan budidaya jamur merang pada kumbung seluas (6,15 x 5,0 x 3,5) m selama 1 tahun 10) Analisis Data. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data hasil pengamatan dianalisis dengananalisisragam pada taraf 5% dan apabila terdapat pengaruh perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.
dibiarkan selama 3 hari kemudian dibalik dan dibuat
5 tumpukan kembali serta ditambahkan bekatui dan kapur seperti pada pengomposan pertama. Kompos dibiarkan selama 4 hari sampai matang. 3) Pengomposan Azolla Kering. Pengomposan azolla kering dilakukan bersamaan dengan pembalikan kompos jerami dan daun pisang kering yaitu pada hari kelima. 188,52 kg azolla kering dibasahi dengan sedikit air dan dibuat 5 tumpukan. Antar tumpukan ditambahkan bekatui 4,30 kg dan kapur 0,43 kg. Kompos dibiarkan selama 4 hari sampai matang. 4) Memasukan Media Dalam Rak Masing-masing mediayang sudalidikomposkan dimasukkan ke rak yang berukuran (0,8 x 0,71) m sesuai dengan perlakuan. Media dihamparkan di atas rak setebal 0,3 m. Antar petak perlakuan
dipisahkan dengan kayu sebagai pembatas untuk menghindari bercampumya perlakuan yang saling berdekatan. Setelah semua media diletakkan dalam
rak selanjutnya dilakukan penyiraman media agar tumpukan media semakin padat dan siap dilakukan pasteurisasi. 5) Pasteurisasi. Pasteurisasi dWdkwVzn dengan cara mengaiirkan iiap air dari air yang mendidih di dalam drum pasteurisasi. Pada tahap pasteurisasi ini dibutuhkan suhu kumbung 65°C
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan macam media tumbuh berpengaruh
nyata terhadap hasil jamur merang, saat pertama munculnya pinhead, saat panen pertama,. lama panen serta bobot segar badan buah namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
selama 8jam kemudian kumbung ditutup rapat. 6) Penanaman. Penanaman bibit jamur dilakukan satu hari setelah pasteurisasi. Bibitjamur merang yang berbentuk gumpalan dihancurkan dengan
badan buah dan diameter badan buah.
Data saat pertama munculnya yaitu 6,33 hstpada perlakuan25% jerami + 75% azolla kering merupakan saat pertama munculnya pinhead tercepat. Hal ini diduga karena suhu ratarataharian padaawalpembentukan miselium pada perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering merupakan perlakuan dengan suhu yang paling sesuai untuk pertumbuhan miselium dalam pembentukan pinhead yzixin : 32°C dibandingkan dengan perlakuan lain yang suhunya masih tergolong tinggi, yaitu perlakuan 100% jerami, suhu mediamasih mencapai 39°C, perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering dengan suhu 37°C, perlakuan 50%jerami + 50% daun pisang kering, mencapai suhu 37°C, suhu media tumbuh pada perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering yaitu 36°C, suhu media tumbuh perlakuan 75% jerami + 25% azolla kering 37°C dan perlakuan 50% jerami + 50% azolla kering sebesar 36°C (Tabel2). Perlakuan 100% jerami
tangan menjadi bagian yang lebih kecil dan haius kemudian ditebarkan di atas media. Kumbung
berukuran (6,15 x 5 x 3,5) m dengan jumlah rak 15 membutuhkan ± 25 log bibit jamur merang.
Setelah itu pintu kumbung ditutup rapat selama 710 hari untuk menunggu munculnya badan buah pertama Suhu dalam kumbung yang dibutuhkan antara 30-35°C. 7) Pemeliharaan. Pemeliharaan jamur meliputi: a) mempertahankan kelembaban media antara 80-90% dan suhu media pada
pertumbuhan miselium 30-35°C sedangkan pada pertumbuhan tubuh buah diperlukan suhu 27-
30°C. b)Mencegah tumbuhnya jamur liar. Apabila jamur Coprinus sp. mulai terlihat tumbuh maka hams segera dicabut agar spora tidak menyebar ke tempat lain. 8) Pane. Pemanenan dilakukan 10 hari setelah penanaman bibit. Jamur merang
dipanen pukul 12.00WIB selama± 12hariberturut
turut (sampai jamur merang habis) dengan menggunakan tiga jari (telunjuk, ibu jari dan jari tengah). Kriteria jamur merang siap panen adalah
dengan suhu tertinggi sebesar 39°C memberikan hasil saat pertama muncul pinhead terlama yaitu 53
Kajian Macam Media Tumbuh Terhadap Hasil Jamur Merang (Volvariella Displasia)
JURNALILMU-ILMU HAYATI {Life Sciences) B VOL. 22 H Desember 2010
9,67 hst. Widiyastuti (2008) menyatakan bahwa suhu yang diperlukan pada tahap pertumbuhan miselium jamur merang berkisar antara 30-35°C.
50% - 75% juga dapat memberikan pengaruh terhadap saat panen pertama pada lingkungan tumbuh terutama suhu yang sesuai. Pengaruh suhu sebesar 33°C terhadap perlakuan 100% jerami menyebabkan pinheadyang terbentuk tidak dapat melakukan pembesaran secara optimal sehingga pemanenan dilakukan pada saat tubuh buah sempuma pada hari ke 12 setelah penanaman bibit. Perlakuan 100% jerami menghasilkan lama panen terpendek dibandingkan dengan perlakuan lainnya.Perlakuan25%jerami + 75% azolla kering
Sehingga diperlukan penurunan suhu kumbung dan media tumbuh dengan cara membuka jendela kumbung.
Saat pertama munculnya pinhead ternyata tidak selalu diikuti oleh saat panen pertama pada perlakuan yang sama meskipun unsur hara dalam media tersedia, ha! ini dapat dikarenakan dalam
masa pemeliharaan budidaya jamur merang perkembangan suhu pada masing-masing petak perlakuan berubah-ubah sehingga mempengaruhi
dan perlakuan 25% jerami + 75% daun pisang kering menghasilkan lama panen yang lebih lama dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Perlakuan 75%jerami + 25% daun pisang kering, perlakuan 50%jerami + 50% daun pisang kering, perlakuan 75% jerami + 25% azolla kering dan perlakuan 50% jerami + 50% azolla kering menghasilkan lama panen yang bersamaan satu dengan yang lainnya. Hal ini terkait dengan ketersediaan unsur hara yang tersedia bagi pertumbuhan jamur merang pada masing-masing
waktu panen pertama. Suhu yang baik untuk
perkembangan pertumbuhan badan buah jamur 27-30°C (Gunawan, 2001). Chang dan Quimio
(1982) menyatakan bahwa enzim selolitik yang akan memanfaatkan selulosa dalam media tumbuh
jamur merang hanya akan terbentuk pada suhu 26-30°C dan suhuterbaik pada 28°C. Suhu pada hari kesepuluh setelah tanam di mana pada petak perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering sudah memasuki saat panen pertama yaitu badan buah jamur merang telah mencapai pertumbuhan yang optimal pada suhu 2TC sedangkan pada perlakuan 100% jerami mencapai suhu 33°C, perlakuan 75% jerami+ 25% daun pisang kering sebesar 3rC, perlakuan 50% jerami + 50% daun pisang kering
perlakuan.
Unsur hara yang kandungan nutrisinya telah berkurang akan menyebabkan media tumbuh tersebut semakin padat. Kepadatan media akan
menyebabkan berkurangnya Oj sehingga sirkulasi udara dalam media tidak berjalan lancar. Chang dan Quimio (1982) menjelaskan bahwa struktur
sebesar30°C, perlakuan 75%jerami + 25% azolla kering sebesar 31°C, perlakuan 50%jerami + 50% azolla keringsebesar30°C, perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering yaitu 28°C dan perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering sebesar
media yang masih mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh jamurmerang namun tidakdalam jumlah besar serta struktur yang tidak lagi sesuai/ lapuk akan menyebabkan pertumbuhan jamur
2TC (Tabel 2). Pada saat tersebut, suhu media cenderung tinggi karena masih merupakan akhir masa pertumbuhan miselium sehingga media cenderung memiliki suhu yang masih tinggi. Media dengan komp6sisi jerami 75%-100% yaitu pada perlakuan 100% jerami, perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering dan perlakuan 75% jerami + 25% azolla kering menghasilkan saat panen pertama lebih lambatdibandingkan perlakuan dengan komposisi jerami 25 - 50% yaitu pada perlakuan 50% jerami + 50% daun pisang kering, perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering, perlakuan 50% jerami + 50% azolla kering dan perlakuan 25% jerami +75% azolla kering. Hal ini diduga bahwa dengan penambahan bahan organik seperti daun pisang kering dan azolla kering pada media tumbuh jamur merang sebesar
merang terhenti. Jumlah badan buah dan diameter badan buah
tidak berbeda nyata antar perlakuan, hal ini dapat disebabkan karena suhu tiap petak perlakuan yang digunakan tidak terlalu berbeda sehingga tidak mempengaruhi jumlah dan diameter badan buah.
Suhu harian rata-rata pada petak perlakuan 100% jerami sebesar 23°C, perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering sebesar 23°C, perlakuan 50% jerami + 50% daun pisang kering sebesar 25°C,
perlakuan 25% jerami + 75% daun pisang kering sebesar 27°C, 75% jerami + 25% azolla kering sebesar 25°C dan perlakuan 50% jerami + 50% azolla kering sebesar 26°C dan perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering sebesar 27°C. Jamur
54
dalam kompos yaitu seperti pati, sehdosa dan hemiselnlosa. Karbon dibutuhkan sebagai sumber energi, pertumbuhan dan membentuk struktur badan buah jamur. Jamur merang akan tumbuh dan memberikan hasil lebih baik pada media yang mempunyai C/N rasio lebih dari 50 (Chang dan Miles, 1987). Penurunan C/N rasio dengan nilai yang tinggi memberikan pengaruh terhadap kenaikan bobot segar badan buah jamur merang sehingga terjadi hubungan yang berbanding lurus antara tingginya penurunan C/N rasio dengan bobot segar badan buah. Chang dan Quimio (1982) menambahkan bahwajamur merang membutuhkan selulosa yang cukup tinggi untuk mendukung pertumbuhannya. Jamur merang membutuhkan
mempengaruhi proses respirasi yang berhubungan dengan penguin pulan energi untuk pembentukan dan perkembangan badan buah (Oei, 1991). Perlakuan 100% jerami menghasilkan bobot segar badan buah terkecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya sedangkan perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering dan perlakuan 25% jerami + 75% daun pisang kering menghasilkan bobot segar badan buah yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Tabel 1). Perlakuan 75% jerami + 25% daun pisang kering, perlakuan 50% jerami + 50% daun pisang kering, 75% jerami + 25% azolla kering dan 50% jerami + 50% azolla kering menghasilkan bobot segar badan buah yang hampir sama. Bobot segar badan buah jamur merang terkait dengan lama masa panen namun tidak dipengaruhi oleh saat
selulosa namuntidak membutuhkan lignin. Lignin merupakan senyawa yang sangat kompleks dan resisten sehingga lebih sulit dipecah oleh jamur merang dibandingkan selulosa (Novarina, 1991
pertama munculnya pinhead. Jamur mempunyai kemampuan mencerna substrat kompleks menjadi
dalam Muttaqien, 1994). Hal ini berkaitan erat dengan hasil analisis kandungan unsur hara pada media tumbuh bahwa unsur lignin yang tersisa masih dalam jumlah yang cukup besar sedangkan jumlah selulosa berkurang meskipun masih tersisa dalam jumlah yang cukup besar pula. Nitrogen yang tinggi, yaitu lebih dari 2,00% memiliki peran penting dalam pertumbuhan jamur merang. Ashari (1995) menyatakan bahwa nitrogen penting untuk membangun sel dan
komponen sederhana sehingga nutrisi dapat diserap, seperti peroinbakan selulosa dan lignin menjadi gliikosa (Bilgrami dan Verma, 1976). Pada umumnya jamur akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada media yang memiliki nisbah C/ N lebih dari 50, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
bahwa perlakuan dengan kandungan C/N rasio awal lebih dari 50 seperti perlakuan 25% jerami + 75% daun pisang kering yaitu 56,82% dan perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering sebesar 52,58% (Tabel 3)memberikan hasil bobot segar yang tinggi dan keduanya tidak berbeda nyata yaitu 3109,17 g dan 3096,67 g (Tabel 1). Chang dan Miles (1987) menyatakan bahwa C/N rasio, kandungan nitrogen, mineral dan vitamin sangat berpengaruh sebagai sumber hara bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur merang. Perlakuan dengan tekstur media yang mudah lapuk dan mengalami proses pengomposan selama beberapa hari dapat menyebabkan kandungan nitrogen cepat keluar pada waktu pembentukan pinhead dan tidak tersedia secaramaksimal pada saat perkembangan jamurmerang selanjutnya. Sukandi (1987, dalam
memacu pertumbuhan sel. Unsur N merupakan
unsur penyusun protein yang diperlukan untuk pertumbuhan badan buah jamur merang. Pada
penelitian ini, kandungan nitrogen yang tersedia dalam media tergolong sedang yaitu antara 1,10%2,00% sehingga berpengaruh pada pembesaran badanbuahyang kurang optimal yang menyebabkan diameter badan buah dan jumlah badan buah tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan. Namun demikian,nitrogencukup dimanfaatkanoleh jamur merang untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan sehingga mempengaruhi bobot segar badan buah, hal ini dapat diketahui dari penurunannitrogendengan nilai yang clikuptinggi yaitu pada perlakuan 25% jerami + 75% azolla kering sebesar 31,53% (Tabel 4) menghasilkan bobot segar badan buah seberat 3096,67 g (Tabel 1) dan perlakuan 25% jerami + 75% daun pisang kering sebesar 30,09% (Tabel 4) menghasilkan bobot segar badan buah sebesar 3109,17 g yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya (Tabel 1).
Muttaqien, 1994) menyatakan baliwapengomposan
dapat berjalan dengan baik apabila nisbah C/N rasio dari bahan yangdikomposkan tinggi sehingga hal ini dapat memberikan pengaruh pada ketersediaan unsur hara dalam media. C/N rasio tinggi dapat
membutuhkan sirkulasi udara dan O, agar badan
diartikan dengan ketersediaan unsur N organik rendah dantingginya nilai kandungan dari senyawa
buah berkembang secara optimal dan akan
karbon yang langsung tersedia untuk organisme 55
❖
JURNALILMU-ILMU HAYATI {LifeSciences) • VOL. 22 • Desember 2010
Faktor lingkungan seperti pH, suhu dan kelembabanjuga berpengaruh terhadap pertumbuhan jamurmerang. Dalam penelitianini,pHdisesuaikan dengan kebutuhan jamur merang dengan cara menambahkan unsur Ca pada saat pengomposan sedangkan kelembaban diatur dengan cara pengkabutan di dalamkumbung. Suhumediayang
kering, pada saat panen pertama (10,00 hst dan 10,58 hst), lama panen (12,08 hari dan 12,17 hari), bobot segar badan buah (3090,67 g/5680 cm^dan 3109,17 g/5680 cm^) lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain.Media 100% jerami menghasilkan saat pertama muncul pinhead terlama (9,67 hst), saat panen pertama terlama (12,00 hst), lama panen terpendek (11,25 hari) dan bobot segar terendah (2960,83 g/5680 cm^) tetapi mempunyai nilai R/C rasio tertinggi sebesar 3,9 dan Pay Back Period tercepat yaitu 3,1 kali panen. Saran. Diperlukan pengaturan kondisi lingkungan terutama suhu media tumbuh yang sesuai sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan produksi jamur merang.
berbeda-beda dan mudah berubah padatiap petak perlakuan serta kebutuhan suhu yang berbeda pada tiap tahapan pertumbuhan jamur merang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter saat pertama munculpinhead dan saat panen pertama sedangkan pada diameter badan buah dan jumlah badan buah tidak berbeda nyata karena suhu media tidak terlalu berbeda disebabkan oleh seringnya kumbung dibuka ketika
Tabel 1. Rata-rata Saat Muncul Pinhead, Saat Panen Pertama, Lama Panen, Diameter. Badan Buah, Jumlah
dilakukan pemanenan dan udara serta lingkungan di luar kumbung yang turut mempengaruhi. Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa
Kajian Macam Media Tumbuh Terhadap Hasil Jamur Merang (Volvariella Displasia)
Tabel 4. Analisis Awal dan Akhir Kandungan Selulosa
Kinanti, R., Dimaz, Totok dan Elly. 1992. Daun Pisang Kering Untuk Media Jamur Merang. Trubus Vol XXIII (226) p:54-55 Legowo, E. 1994. Pemanfaatan Azolla Untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Floitikultura. Simposium Hortikultura. BIP Jawa Timur.p.3-10
Dan Nitrogen Pada Media Tumbuh SeluIoM (%)
Petlalnun A B
C D E F
G
Nitrogen (*/•)
Penurunan
Penurunan
Awal
Akhir
ScIulora('/i)
Awal
Akhir
Nitrogen (K)
36,60 46,20
32,34
46,76 47,61 36,98
40,40 40,38 32,48
37,00 45,05
33,72
11,64 8,01 13,60 15,19 12,17 8,86 15,12
0,86 0,91 0,99 1,13 0,93 0,96 l.II
0,79 0,84 0,83 0,79 0,80 0,79
8,14 7,70 16,16 30,09 13,98 17,71 31,53
42,50
38,24
0,76
Muttaqien, Z. 1994. Pengaruh JenisMedia dan Konsentrasi PPC Organik Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang {Volvariella volvaceae). Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. pp. 7-35
Tabel 5. Analisis usaha tani budidaya jamur merang selama 1 tahun dalam kumbung berukuran (6,15 x 5 X 3,5)m Perlakuan
Produksi (kg)
Pendapatan (Rp)
Biaya Produksi
R/CRasio
A B C
4689,96 4820,64 4827,24
46.899.600 48.206.400 48272.400
11.979.600 13299.600 14.619.600
D
5372,64
53.726.400
15.939.600
E
4800,84 4803,48 5340,72
48.008.400
16.659.600
48.034.800
19.899.600 a859.600
F G
53.407.200
PBP
(xPanen)
(Rp) 3,9 3.6 3J 3,4 2.9 2.4 22
Oei, Peter. 1991. Manual on Mushroom Cultivation.
3.1 33 3.7
Tool Foundation Press. Amsterdam,
p. 27-30
3.6
Sebayang, H. T. 1996. Azolla, Suatu Kajian Produksi dan Potensinya Dalam Bidang Pertanian. Habitat Vol Vlll(97) p:45-48 Susiani, Dgwi 2003. Pemanfaatan DaunPisang
43 5.0 5.4
Badan Buah dan Bobot Segar Badan Buah akibat Perlakuan Jenis Media
perlakuan dengan produksi tinggi tidak selalu disertai pengembalian pendapatan (R/C rasio) dan waktu pengembalian modal {Pay Back Period) yang cepat pula. Perlakuan 100% jerami dengan produksi, pendapatan dan biaya produksi terendah mampu mendapatkan nilai R/C rasio tertinggi yaitu 3,9 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 3,9 dan pengembalian modal tercepat 3,1 kali panen sedangkanperlakuan 25%jerami + 75% daun pisang kering menghasilkan pendapatan tertinggi sebesar Rp. 53.726.400 namun memberikan biaya produksi yang tinggi sehingga menghasilkan nilai R/C rasio sebesar 3,4 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 3,4 dan pengembalian modal selama 3,6 kali panen (Tabel 5).
Sut Muncul P'mkeai
Polilaiin
SttlPtnca
UmaPaxn
PottniaChn)
(ban)
(ha) A
B C D E F G BNT 5%
Ditmcter
Jumlah Badtn Bnih
9,67d >,Oc 8,33be 8,00b 8,75c 7,67b 6,33a 0,66
12,00d 103c 10,92be 10,38tb 10,67b 10,25 tb 10,001 0,65
11,25a 11,58b 11.67b
12,17c 11,58b
11,75 b 12,08c 0,30
2.23 2,44 2.57 2,37 2,45
2,50 2,34 In
BobolScgti BtdanBuih
(g/5680 m')
(cm) 12,00 11,58 12,00 13,67 11,92 11,50 12,50
2960,83a 3043,33b 3047,50b 3109,17c 3030,83 b
3032,50 b 3090,67c 46,57
tn
Keterangan: angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%; tn = tidak nyata Tabel 2. Rata-rata Suhu Media Tumbuh Selama Penelitian
Biti-nlaSahj Media(T)paihban b..(hiA
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan. Daun pisang kering dan azolla kering dapat digunakan sebagai altematifpengganti jerami pada media tumbuhjamur merangdan dapat meningkatkan hasil panen jamur merang. Dalam
Pemanfaatan PadaTanaman Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta, p. 23-41 Ashari,S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.
4
7
10
13
16
19
A
39
39
39
33
24
22
23
Universitas Indonesia Press. Jakarta,
B
37
37
37
31
23 23
23
23
23
p. 20-21
C D E
37 36 37
37
37
30
25
26
25
24
36
36
2S
37 36 32
31 30 27
27 25 26 27
27 25 26 27
26 24 26 28
28 26 26 26
F
36
32
32
Malang. p. 5 27
Widiyastuti, B. 2008. Budidaya Jamur Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta, p. 32-35
Arifin, Z. 1996. Azolla, Pembudidayaan dan
1
G
Kering Sebagai Media Tanam Jamur Merang {Volvariella volvaceae). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
DAFTAR PUSTAKA
PerbkiBO
37 36
22
Keterangan : A= 100% jerami B = 75% jerami + 25% daun pisang kering C = 50% jerami + 50% daun pisang kering D = 25% jerami + 75% daun pisang kering E = 75% jerami + 25% azolla kering F = 50% jerami + 50% azolla kering G = 25% jerami + 75% azolla kering PBP = Pay Back Period
Bilgrami, K. S., and R. N. Verma. 1976. Physiology of Fungi. Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi, p. 112-124
Chang, S. T., and T. H. Quimio. 1982. Biological Tabel 3. Penurunan C/N Rasio Media Tumbuh akibat Perlakuan Macam Media Perlakuan
pertumbuhannya jamur merang membutuhkan selulosa lebih dari 45,00%; unsur N lebih dari 1,00%
A
dan C/N rasio lebih dari 50 agar mendapatkan hasil budidaya yang optimal. Media 25% jerami + 75%
B
C D
azolla kering menghasilkan saat pertama muncul pinhead tercepat (6,33 hst), tidak berbeda nyata dengan perlakuan 25% jerami + 75% daun pisang
E
F G
56
C/N rasio awal
C/N rasio akhir
Penurunan
(%)
(%)
C/N rasio (%)
34,73 44,63 49,55 52,43 44,53 47,50 52,01
28,73 26,31 25,54 25,19 25,75 25,51 25,26
17,28 41,05 48,46 51,95 42,17 46,29 51,43
Nature and Cultivation Methods. Chinese
University Press. Hongkong, pp. 493
Chang,S.T.,and P. G Miles. 1987. Edible Musliroom and Their Cultivation. CRC Press. Boca
Raton. Florida, p.54-61
Djojosuwito. 2000. Azolla Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius.Yogyakaita. p. 134148 Gunawan, A. W. 2001. Usaha Pembibitan Jamur.
Penebar Swadaya. Jakarta, pp. 60 57