Judul
: Tindak Pencurian Sebagai Dampak Penggunaan Narkoba
Nama Penulis : Elis Yulia Ningsih Tsuwaibah Al Aslamiyah Pendahuluan Narkoba adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasanya dipakai untuk membius pasien sebelum operasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu (Partodiharjo, 2011). Undang-undang nomer 35 tahun 2009 menyebutkan jika narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat pengguna narkoba di Indonesia pada tahun 2004 sekitar 3,2 juta jiwa, atau sekitar 1,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8000 orang menggunakan narkoba dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60% terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahun karena menggunakan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) yang lainnya. Kemudian pada 2008 angka tersebut meningkat sekitar 3,6 juta jiwa, 900 diantaranya masuk dalam kategori pecandu dan pada 2011 ada sebanyak 3,8 juta jiwa menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba (Kurniawan, 2012). Bahaya dari narkoba menyerang individu secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Narkoba ada yang merupakan depresan, halusinogen, stimulan atau adiktif. Secara umum dampak jika menggunakan depresan yang berlebihan ialah pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri, halusinogen dapat membuat pemakai berhalusinasi atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, stimulan dapat mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu, sedangkan adiktif dapat membuat pemakai merasa ketagihan. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja diluar batas normal, lama-lama sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian. Jika pemakai tidak bisa mendapatkan narkoba saat dibutuhkan, maka tubuhnya akan ada pada kondisi kritis atau sering disebut sakaw (Tia, 2012). Pada kondisi sakaw, para pengguna sering kali melakukan apapun agar dapat mendapatkan barang tersebut. Beberapa diantaranya rela berhubungan seksual dengan pengedar demi mendapatkan narkoba secara gratis ataupun melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok, atau melakukan tindak kriminal lainnya untuk mendapatkan
uang dengan cepat. Sriwijaya post mencatat bahwa 70% kejahatan yang terjadi di dunia disebabkan oleh tindak kriminal akibat pengaruh narkoba (Romli, 2010). Salah satu contoh dari perilaku kriminal yang terjadi ialah perilaku kriminal yang dilakukan oleh Hendra, seorang narapidana Lapas Salemba. Hendra sudah delapan kali dihukum kurungan penjara karena tindak kriminalitas. Kriminalitas yang dilakukan subjek ialah mencuri dan merampok. Subjek melakukan tindakan tersebut karena subjek membutuhkan uang untuk membeli putau. Tindakan subjek ini membuat peneliti ingin melihat latar belakang subjek melakukannya dan tinjauan perilaku subjek dengan menggunakan teori konformitas, teori need and drive dari Clark Hull, dan teori kepribadian Freud. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku subjek dan meninjaunya dari sisi psikologi. Selain itu, juga bertujuan untuk memberi saran lebih lagi bagi Lapas Salemba dalam mencoba mengurangi kejahatan yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Pembahasan Subjek menggunakan putau sejak tahun 1995. Saat itu subjek memiliki masalah. Subjek pergi mengunjungi rumah teman subjek dengan tujuan ingin mencari tempat untuk bercerita. Setelah bercerita mengenai masalahnya, teman subjek memberikan sebuah putau. Teman subjek menyuruh subjek mencoba putau karena subjek akan merasa nyaman dan tenang setelah mencobanya. Pada awalnya subjek menolak, namun karena teman subjek mengatakan bahwa banyak teman-teman mereka yang juga mengonsumsi putau, maka subjek terbujuk untuk ikut mencobanya. Dari paparan subjek, dapat dianalisis jika subjek menggunakan putau karena ada faktor konformitas. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron & Byrne, 2008). Subjek menggunakan putau karena mengikuti teman-temannya. subjek merasa semua temannya menggunakan putau maka untuk berada di lingkungan dimana teman-temannya berada subjek harus mengonsumsi putau juga seperti teman-temannya agar subjek diterima pada komunitas tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bahr dkk. (2005) mengungkapkan jika faktor terbesar yang menyebabkan seorang remaja menggunakan narkoba ialah teman sebaya yang juga menggunakan narkoba. Hal ini terbukti pada kasus subjek. Subjek menggunakan putau juga karena pengaruh teman sebaya. Menurut pengakuan subjek, hubungan subjek dan keluarga
baik-baik saja dan tidak ada anggota keluarga yang juga menggunakan narkoba, namun subjek tetap menjadi pecandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Bahr dkk., jika faktor pengaruh keluarga yang juga menggunakan narkoba berpengaruh kecil terhadap perilaku menggunakan narkoba. Walaupun subjek adalah pecandu narkoba, subjek masuk ke penjara selama delapan kali bukanlah karena kasus narkoba. Subjek masuk penjara karena subjek melakukan tindak pencurian dan pencopetan. Subjek mengaku mencuri karena subjek membutuhkan uang untuk membeli narkoba. Clark Hull mengemukakan teori need dan drive dalam mempersepsikan motivasi seseorang. Drive merupakan dorongan yang disebabkan oleh kebutuhan fisiologis, sedangkan need adalah suatu kondisi kekurangan yang mendorong drive untuk menghilangkan kondisi tersebut (Wade & Travis, 2008). Teori ini dapat mendeskripsikan perilaku kriminal yang dilakukan oleh subjek. Subjek termotivasi untuk mencuri karena adanya need yaitu membutuhkan putau. Tubuh subjek secara fisiologis merasakan sakit karena sakaw. Rasa sakit itu akhirnya membuat subjek ingin terus mengonsumsi putau. Subjek tidak memiliki uang untuk membeli putau, sehingga subjek mencari jalan pintas untuk memiliki uang dengan cepat yaitu dengan cara mencuri. Subjek menuturkan jika subjek merasa pada diri subjek terjadi perubahan kepribadian dari sebelum menggunakan narkoba dan sesudah menggunakan narkoba. Subjek merupakan individu yang mudah bergaul dan suka berkumpul dalam sebuah kelompok, tetapi sejak subjek menggunakan putau, subjek merasa dirinya menjadi lebih diam dan tertutup, selain itu subjek juga menjadi jauh dengan lingkungan sosialnya. Menurut Freud, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosiologis (Suryabrata, 2010). Kepribadian subjek berubah karena ketiga faktor ini juga berubah dari sebelum dan sesudah menggunakan narkoba. Faktor biologis subjek terganggu karena putau adalah zat-zat adiktif yang dapat merusak tubuh, sehingga beberapa sel di dalam tubuh manusia terutama otak akan rusak karena menggunakan putau secara berlebihan. Faktor psikologis juga mengalami gangguan ketika subjek menggunakan putau. Subjek akan mengalami kecemasan yang berlebihan dan gangguan psikologis lainnya. Faktor sosiologis juga ikut berubah, lingkungan jadi menjauhinya karena subjek diketahui menggunakan narkoba dan subjek dipandang negatif karena subjek adalah pecandu.
Ketiga faktor itu akhirnya merubah kepribadian subjek yang awalnya terbuka menjadi penyendiri. Penelitian dari Holrovd dan Kahn (1974) menunjukan jika memang kepribadian pecandu dan bukan pecandu memiliki beberapa perbedaan. Pecandu narkoba memiliki kepribadian yang lebih introvert jika dibandingkan dengan bukan pecandu. Lingkungan sosiologis di tempat subjek tinggal sudah tidak bersahabat lagi bagi subjek. Disekeliling subjek banyak teman yang merupakan pecandu dan keluarga subjekpun tidak mendukung untuk berubah. Subjek selalu mendapat celaan dan hinaan. tak ada lagi yang percaya padanya sehingga subjek sulit memperbaiki hidup dengan bekerja dan menjadi orang yang baik lagi. Nevid, Rathus, dan Greene (2005), memaparkan jika ketergantungan zat adiktif akan bisa pulih salah satunya ialah dari dukungan orang terdekatnya, namun subjek tidak mendapatkan itu. Hal itulah yang membuatnya tidak bisa berhenti menggunakan putau. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Butzin dkk. (2005), menjelaskan jika seorang pecandu yang mendapatkan rehabilitasi memiliki kemungkinan tidak menggunakan narkoba tiga kali lebih tinggi dibandingkan pecandu yang tidak mendapatkan rehabilitasi. Subjek dipenjara sebanyak delapan kali selama hidupnya dan subjek merasa tidak mendapatkan pelajaran sedikitpun sehingga perilaku subjek tidak berubah. Jika melihat dari penelitian Butzin dkk., hal ini terjadi karena subjek tidak mendapatkan rehabilitasi selama di penjara yang seharusnya subjek dapatkan di penjara. Kesimpulan Menurut hasil penelitian, subjek melakukan tindakan kriminal karena adanya need, yaitu membutuhkan uang untuk membeli putau. Keadaan ekonomi yang tidak memungkinkanya untuk membeli putau membuatnya mencari jalan pintas yaitu mencuri .Subjek menggunakan putau karena konformitas. Subjek ditawari temannya ketika subjek sedang memiliki masalah dan akhirnya subjek mencobanya. Setiap keluar penjara dan ingin berhenti untuk memakai, subjek kesulitan karena lingkungan tempat tinggal , yaitu temantemannya adalah pemakai. Sebelum menggunakan putau, subjek termasuk orang yang ekstrovert dilihat dari subjek yang suka bergaul dan bermain bersama teman-temannya. Setelah menggunakan putau, subjek menjadi introvert, dilihat dari subjek yang menjadi pendiam, tertutup, dan tidak percaya diri. Kepribadian subjek berubah dari ekstrovert menjadi introvert karena adanya faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang juga berubah dari sebelum dan sesudah subjek menggunakan narkoba.
Saran Sebaiknya setelah keluar penjara, narapidana yang tergolong menggunakan narkoba direhabilitasi terlebih dahulu, karena dengan adanya rehabilitasi, narapidana akan terlatih untuk tidak menggunakan narkoba lagi. Rehabilitasi, juga perlu diimbangi dengan terapi dari dokter untuk detoksifikasi dan juga pemberian obat penahan rasa sakit yang subjek rasakan ketika subjek sakaw. Selain rehabilitasi yang dilakukan kepada subjek, perlu juga diberikan rehabilitasi pada keluarga, agar keluarga dapat menjadi lingkungan yang baik bagi subjek dan mendukung subjek untuk pulih dari ketergantungannya terhadap narkoba. Program rehabilitasi yang diberikan dapat menyisipkan materi berupa dorongan agar pecandu mendapat pembelajaran dari pengalaman buruknya, sehingga tidak melakukannya lagi. Selain itu, perlu diberikan psikolog di penjara sebagai tempat para narapidana menceritakan masalahnya dan mendapatkan dukungan psikologis. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan jika penyalahgunaan narkoba terjadi karena faktor konformitas terhadap teman sebaya, untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba terjadi semakin besar, bisa dilakukan salah satunya dengan pemberian program preventif kepada remaja tentang bahaya narkoba.
Daftar Pustaka Bahr, Stephen J., Hoffmann, John P., & Yang, Xiaoyan. 2005. Parental and Peer Influences on the Risk of Adolescent Drug Use. The Journal of Primary Prevention, Volume 26, Number 6. Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2003. Social Psychology (10th ed). USA : Pearson Education. Butzin, Clifford A., Martin, Steven S., & Inciardi, James A. 2005. Treatment During Transition From to Community and Subsequent Illicit Drug Use. Journal of Substance Abuse Treatment. Holrovd, Kenneth., & Kahn, Malcolm. 1974. Personality Factors in Student Drug Use. Jurnal of Consulling and Clinical Psychology, Volume 42, Number 2, 236-243. Kurniawan, T. (2012, 01 26). Jakarta, Kota Tertinggi Pengguna Narkoba. Retrieved 05 23, 2012,
from
Okezone
News:
http://news.okezone.com/read/2012/01/26/338/563575/jakarta-kota-tertinggi-jumlahpengguna-narkoba Nevid, Jefrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey : Pearson Education Partodiharjo, Subagyo. 2011. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Esensi Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomer 35 Tahun 2009. Romli, T. (2010, 03 10). Tindak Kejahatan Oleh Pengguna Narkoba. Sriwijaya Post , p. 4. Suryabarata, Sumadi.(2007).Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo Tia. 2012, 04 29. Narkoba dan Bahayanya. (E. Y. Ningsih, & T. A. Aslamiyah, Interviewers) Wade, Carole., & Tavris, Carole. 2008. Psychology. (9th Ed). USA : Pearson Education
Lampiran 1 Biodata Penulis 1
Nama
: Elis Yulia Ningsih
Tempat & Tangal Lahir
: Jakarta, 26 Juli 1991
NIM
: 209000130
Program Studi
: Psikologi
Jenjang
: S1
Biodata Penulis 2
Nama
: Tsuwaibah Al Aslamiyah
Tempat & Tangal Lahir
: Jakarta, 27 November 1990
NIM
: 209000248
Program Studi
: Psikologi
Jenjang
: S1
Lampiran 2 Halaman Abstrak
ABSTRAK Universitas Paramadina Program Studi Psikologi 2009
Elis Yulia Ningsih/209000130 Tsuwaibah Al Aslamiyah/20900248
Tindak Pencurian Sebagai Dampak Pengunaan Narkoba
5, -, -, 2 Pada 2011 ada sebanyak 3,8 juta jiwa menjadi pelaku penyalahguna narkoba. Begitu banyak pengguna narkoba membuat masalah tersendiri bagi negeri ini. Bahaya dari narkoba menyerang bukan saja tubuh secara biologis, namun juga secara psikologis dan sosiologis, orang yang menggunakan narkoba juga akan mengalami kerugian yang begitu besar. 70% kejahatan yang terjadi di dunia disebabkan oleh tindak kriminal akibat pengaruh narkoba. Tujuan : Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku subjek dan meninjaunya dari sisi psikologi. Selain itu, juga bertujuan untuk memberi saran lebih lagi bagi Lapas Salemba dalam mencoba mengurangi kejahatan yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Kesimpulan: Menurut hasil penelitian, subjek melakukan tindakan kriminal karena adanya need, yaitu membutuhkan uang untuk membeli putau. Keadaan ekonomi yang tidak memungkinkanya untuk membeli putau membuatnya mencari jalan pintas yaitu mencuri .Subjek menggunakan putau karena konformitas. Sebelum menggunakan putau, subjek termasuk orang yang ekstrovert dilihat dari subjek yang suka bergaul dan bermain bersama teman-temannya. Setelah menggunakan putau, subjek menjadi introvert, dilihat dari subjek yang menjadi pendiam, tertutup, dan tidak percaya diri. Kata Kunci: Narkoba, Kejahatan, Pencurian Daftar Pustaka: 12, 1974-2013.
ABSTRACT Paramadina University, Courses in Psychology, 2009. Elis Yulia Ningsih/209000130 Tsuwaibah Al Aslamiyah/20900248
Being a Theft as a Result of Drugs Abuse
5, -, -, 2 In 2011 there are 3,8 million peoples acts as drugs abusers. The large amount of drug users become a problem for this country. Not only poisonous for a biological body, but also caused psychologically and sociologically into problems, People who using drugs will also get many disadvantages. 70% of crimes in around the world caused by people affected by drugs. Objective : This Paper was written to describe the subject's behavior and review of the psychology. besides, to give some more advices for Lapas Salemba in trying to reduce crimes in Indonesia, especially in Jakarta. Conclusion : According to the research, Subjects doing criminal and became violent because of the needs. the need of money for buying drugs. The economic situation are improbable for them to buying drugs and then they make a shortcut by being a thief and robbing. Subjects using drugs for conformity. Before using drugs, subjects are kind of extrovert person, viewed from subject who like to hang out and make relation with other people. After using drugs, the subjects become introverted, we can see that the subjects being uncommunicative, reclusive, and insecure.
Keywords: Drug Used, Crime, Theft. Bibliography : 12, 1974-2013.