Physically Connecting Hosts
Direct Networks (Lecture 3)
Jaringan Komputer (IKI-20240) Johny Moningka (
[email protected]) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
Semester 2003/2004 Versi: 1.1
1
Big Picture: where are we?
Direct Link Network
2
Fasilkom UI v-1.2
PENGANTAR: Jaringan yang paling sederhana adalah jaringan dimana semua host terhubung langsung dengan media fisik (wire/fiber atau wireless). Area cakupannya dapat dalam area terbatas atau jarak jauh (point-to-point). Koneksi dua atau lebih host dengan media yang cocok, adalah langkat awal (physical) yang harus dilakukan. Walaupun dalam penerapannya terdapat masalah (5) yang harus ditangani sebelum host-host dapat saling mempertukarkan data. Masalah-masalah tersebut menjadi topik pembahasan pada slides selanjutnya.
2
Agenda Masalah: Bagaimana melakukan koneksi fisik Host => Bagaimana mengirimkan bits melalui koneksi fisik !! Bab 2: Jaringan Komputer Hubungan Langsung (Direct Link Networks) H/W Building Blocks Encoding Framing Error Detection Reliable Transmission Protokol Medium Access Control (MAC) Pelajari Reference: Bab 2 (Hal. 64 s/d 110) 3
Fasilkom UI v-1.2
WAWASAN: 1. Masalah yang harus dipecahkan dalam suatu jaringan dimana “host terhubung langsung” dapat dipilah sebagai berikut. 2. Realisasi konektifitas secara fisik => hardware, yang membangun jaringan. Kita mengenal “link” dan node” sebagai building block utama. Dalam perspektif ini dibahas teknologi, jenis link dan struktur node dalam berhubungan dengan “link”. 3. Pertama bit dapat dikirimkan harus dilakukan “encoding” ke dalam sinyal yang cocok untuk media (link) yang digunakan. 4. Kedua perlu membatasi dan membedakan data bits yang dikirimkan dan diterima oleh host. Pembentukan blok data bits dikenal dengan nama framing. 5. Ketiga, sebab frame sering rusak saat transmisi, diperlukan deteksi error bit dalam frame. 6. Keempat, meningkatkan kehandalan transmisi frame, walaupun transmisi bit terdapat error. 7. Teakhir, dalam kasus link digunakan bersama oleh lebih dari satu host (vs. point to point), maka perlu kontrol host yang mana yang berhak mengakses link. 8. Sebagai catatan kelima issue dan pemecahannya umumnya diterapkan pada s/w dan h/w dari network adaptor (NIC, network interface card), sebagai bagian dari I/O devices.
3
Physically Connected Hosts Jaringan terbentuk hubungan langsung antar hosts/nodes Secara fisik kedua node tersebut dihubungkan oleh links => media (kabel, fiber dll). Bagaimana informasi (message) disampaikan secara fisik => transfer bits! Informasi host dalam bentuk bits (data). Struktur host => transmisi bits (komponen I/O devices). Pemilihan jenis media => kecepatan dan koneksi I/O 4
Fasilkom UI v-1.2
PENGANTAR: 1. Jaringan paling sederhana terbentuk dari host-host komputer yang terhubung langsung melalui links, yakni media yang menyediakan “konektifitas” dari host komputer. 2. Dalam perspektif ini maka “building block” hardware yang utama adalah “node” dan links, hal ini tidak berlaku saja pada jaringan yang sederhana (direct link networks) tapi juga internet. 3. Dengan adanya hardware building block, maka issue pertama adalah bagaimana bits dapat dikirimkan ke link dari nodes/hosts. 4. Pertama: peninjauan struktur node/host => struktur h/w dalam hubungannya dengan I/O. 5. Kedua: pilihan media yang ada.
4
Hardware Building Blocks Jaringan “sederhana” dibangun oleh dua komponen utama yakni: node dan link Node => host/komputer (umum); Link => media (kabel, fiber dll) Kemampuan hardware Node: Memori => kapasitas penampungan (buffer), kecepatan akses/transfer memori. Network Adapter: • Interface antara memori dan network link, device driver mengontrol network adapter. • Mengatur pengiriman/penerimaan bit ke link, secara fisik. 5
Fasilkom UI v-1.2
WAWASAN: 1. Dua komponen utama h/w building block adalah node dan link. 2. Node dapat diartikan sebagai “general purpose” komputer, walaupun dalam realisasi dapat saja “embedded systems”, device kecil lainnya, atau “node” dengan fungsi khusus untuk mendukung operasi jaringan seperti switch yang berada dalam jaringan untuk melakukan forwarding paket saja. 3. Secara teknologi “node” mempunyai memori dengan kapasitas terbatas. Memori mempunyai peran yang penting karena menampung (buffer) sebelum paket dapat diproses oleh prosesor, atau menunggu untuk dikirimkan ke link. 4. Setiap “node” terhubung dengan jaringan melalui “network adaptor”. Adaptor/controller terhubung dengan I/O bus, dan melalui bus ini terjadi transfer bits antara memori dan “link”. Adaptor harus dikontrol dan dimanage oleh OS melalui “device driver”, dalam memberikan perintah ke adaptor. 5. Issue prosesor tidak sekritis memory, karena perkembangan performance prosesor jauh melebihi memori. Sehingga dalam penerapan network yang menjadi “bottleneck” adalah memori dan link.
5
Network Adapter: Host Computer CPU chip register file ALU
main memory
I/O bridge
bus interface
I/O bus USB controller mouse keyboard
graphics adapter
disk controller
Network Adapter
monitor disk
6
Fasilkom UI v-1.2
PEMAHAMAN: Overview, struktur PC dalam konteks hubungan antara network adaptor dan main memory (DMA, lihat kuliah POK). Dari sisi host, jaringan hanyalah salah satu device I/O sebagai “sumber” dan “tujuan” data. Adapter ditambahkan pada expansion slot dari bus I/O sbg. interface fisik dengan jaringan (link). Data yang diterima oleh adapter di copy ke memory melalui bus I/O (tipikal DMA transfer). Hal yang sama juga berlaku untuk data dari memory ke adapter.
6
Example: Network Media Twisted Pair:
Copper, 1mm think, twisted to avoid antenna effect
Used by cable Coaxial Cable: companies: high Plastic Covering Braided outer conductor BW, good noise Insulator immunity Copper core Light: fiber, light Total internal Fiber Optics source, reflection Transmitter Air light – L.E.D – Laser Diode Receiver detector – Photodiode light source Silica 7
Fasilkom UI v-1.2
CONTOH: 1. Links dapat direalisasikan dalam berbagai media, termasuk kabel tembaga: •
Twisted pair: sama seperti kabel telepon, 2 atau lebih kabel ditwist.
•
Coaxial cable: mirip dengan cable TV.
•
Optical fibre: digunakan oleh sentral telepon, untuk media fisik jarak jauh dan bandwidth besar.
•
Udara: gelombang radio, microwave dan infrared.
2. Fungsi “pysical media” adalah melakukan propagasi signal. Signal (elektronis) adalah gelombang elektromagnetis yang merambat dengan kecepatan cahaya. (Ingat: kecepatan gelombang EM tergantung media).
7
Network Basics: Links links
0110
bits
0110
signal
Link made of some physical media wire, fiber, air with a transmitter (tx) on one end konversi simbol dijital (binary) ke sinyal analog/dijital dan kirim sinyal melalui link. and a receiver (rx) on the other “capture” sinyal analog/dijital dan konversikan kembalikan ke bentuk simbol dijital (binary) tx+rx called a transceiver 8
Fasilkom UI v-1.2
WAWASAN: 1. Dasar network dimana node (mesin) mengartikan informasi dalam bentuk bits, sedangkan links menyampaikan informasi dalam bentuk signal yang melalui physical media. 2. Sender: konversi
8
Example: Dial-up Links
The dial-up modem allows connections through the phone network
9
Fasilkom UI v-1.2
9
Links & Signal Sinyal Sinyal => gelombang elektromagnetis (EM) yang merambat pada berbagai media fisik. Property gel. EM adalah frekwensi (Hz, setara dengan periode gel. atau panjang gel. atau wavelength) Ingat (Fisika): Panjang Gelombang = Kecepatan / Frekwensi • Kecepatan konstan gelombang EM utk suatu media, mis di uadara 3.0 x 10^8 m/det. f (Hz) 100
102
104
106 Radio
10
4
10
5
10
6
10
7
108
1010
Microwave
10
8
10
9
1012
1014
Infrared
10
10
10
1016
10 18
UV
11
10
Satellite
1020
1022
Gamma ray
X ray
12
10
13
10
1024
14
10
15
10
16
Fiber optics
Coax AM
10
FM TV
Terrestrial microwave
Fasilkom UI v-1.2
WAWASAN: 1. Secara teoritis sinyal dapat dikategorikan dua yakni sinyal analog dan sinyal dijital. Pengertian sinyal sebagai gelombang pembawa data yang dapat merambant pada jarak yang jauh (tujuan) merupakan kunci teknologi telekomunikasi. 2. Sebagai analogi suara manusia dalam bentuk gelombang analog dapat merambat media pada jarak yang terbatas ( < 10 m). Untuk mencapai jarak yang jauh harus ditumpangkan (modulasi) pada sinyal dengan frekwensi yg lebih tinggi, misalkan gelombang radio. Sebagai contoh suara penyiar radio FM 90.6, akan menggunakan sinyal pembawa (carrier, 90.6 MHz) ditransmisikan melalui stasion radio dan dapat ditangkap pada radio dalam jarak yg jauh. 3. Dengan contoh di atas, maka sinyal adalah gelombang radio, sedangkan media pembawa adalah udara (open space). 4. Pada gambar di atas maka terlihat frekwensi dari sinyal analog yang sering digunakan sebagai carrier, yakni satelit, FM, TV, microwave dan fiber optics (cahaya). 5. Makin tinggi frekwensi makin pendek panjang gelombang, karena kecepatan relatif konstan.
10
Media: Cable Local Links Contoh: kabel tembaga (copper) dan fiber yang digunakan untuk koneksi lokal (LANs) Jenis Bandwidth Jarak Cat 5 Twisted Pair 10 – 100 Mbps 100 m Thin Net Coax 10 – 100 Mbps 200 m Thick Net Coax 10 –100 Mbps 500 m Multimode fiber 100 Mbps 2 km Single-mode fibel 100 – 2400 Mbps 40 km
11
Fasilkom UI v-1.2
CONTOH: 1. Jika anda akan membangun jaringan komputer dalam satu ruangan/gedung/site (kampus), maka dapat menggunakan/membeli kabel dan menghubungkan secara langsung dengan node (network adapator) secara fisik. 2. Pilihan kabel yang digunakan tergantung kapasitas (bandwidth), jarak dan jenis teknologi yang mampu menggunakan jenis link tersebut. 3. Saat ini media kabel yang paling banyak digunakan dalam ruangan/gedung adalah Category 5 TP. Instalasi kabel jaringan sering menimbulkan masalah jika ingin diganti (upgrade), sehingga terdapat cara dimana teknologi jaringan yang baru “compatible” dengan instalasi kabel yang ada. 4. Fiber banyak digunakan untuk jarak jauh, misalkan menghubungkan gedung dalam suatu site.
11
Example: Telco. carriers
Sirkit Sewa (Leased Lines)
24 x E0 DS3 STS1
44.736 Mbps 28 x DS1 51,840 Mbps
E0, sering setara dengan 1 kanal digital voice channel, STS1, basis dasar jaringan telekomunikasi (antar sentral) => OC-N (Optical Carrier) STS3 = 3 x STS1, 12
Fasilkom UI v-1.2
CONTOH: 1. Jika anda akan menghubungkan dua nodes yang berjarak sanga jauh (antar kota, negara dll), maka tentunya tidak praktis memasang sendiri kabel. Dalam hal ini harus menyewa dari perusahan telekomunikasi, yang disebut sirkit swea (leased lines). 2. Perusahan telco, menyediakan berbagai range services, terutama berbeda dalam hal bandwidth. Sebenarnya basis dari “kanal” yang dapat disewa adalah kelipatan dari bandwidth satu “voice channel”, yang secara tradisionil dialokasikan sebesar 64 Kbits. 3. Misalkan kita dapat menyewa DS1, yang setara dengan 24 kanal voice atau 1,544 Mbps.
12
Example: Common Carrier Links Link yang menggunakan network bersama (service provider) Service POTS (telepon) ISDN ADSL CATV
Bandwidth 28,8 Kbps – 56 Kbps 64 – 128 Kbps 16 Kbps – 9 Mbps 20 – 40 Mbps
ADSL, menggunakan kabel telepon (Telkom) ISDN, hanya ditawarkan pada “bussiness district” CATV, bagian dari jaringan cable TV (Indovision) 13
Umumnya perlu peralatan: Modem Fasilkom UI v-1.2
CONTOH: 1. Link “leased line” sering disebut “dedicated lines”, karena sirkit link tersebut telah dialokasikan secara tetap, dan biaya per-bulan tetap dan mahal (sewa bulanan). Terdapat pilihan lain dimana menggunakan service bersama yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jasa telco. Dengan menggunakan bersama oleh pemakai lain link yang ada, maka “cost” dapat lebih ekonomis untuk pemakaian dengan load kecil (mis. home users). 2. Pilihan pertama menggunakan modem untuk saluran telepon, dengan kecepatan 56 Kbps. Saat ini teknologi menggunakan voice channel (POTS) telah mendekati “bandwidth” limit sehingga sulit dipercepat lagi. 3. Pilihan lain: Integrated Services Digital Networks (ISDN), dapat mencapai 128 Kbps. Saat ini ISDN mendapat tantangan dari ADSL (Asymmetrci Digital Subscriber Line), yang menghubungkan home/office ke kantor sentral telepon (up-stream) dan dari sentral telepon ke user (down-stream). Kecepatan ADSL untuk down-stream 1.544 Mbps. 4. Pilihan lain: Cable modem, menggunakan jaringan cable TV, kecepatan dapat mencapai 40 Mbps (upstream), sedangkan down-stream 20 Mbps.
13
Example: Wireless Links Perkembangan pesat => teknologi dan skala ekonomi Transmisi nirkabel: Satelit, low orbit (Teledesic: 288 satelit melingkupi seluruh bumi) Standar radio (IEEE 802.11, WiFi): 2.4 GHz radio, 11 Mbps, 7Km Infrared (IR) link, 1 Mbps, 10 m Bluetooth: 2.45 GHz, 1 Mbps, 10 m Masalah (tanpa media guide): atenuasi besar, noise, security (open space), interferensi. 14
Fasilkom UI v-1.2
14
Encoding (1/3)
Adaptor men-drive sinyal pada link. Problem: Bagaimana menumpangkan bit 0 dan 1, supaya dapat dideteksi pada sisi receiver.
Encoding: konversi bit data ke dalam sinyal supaya dapat dikirimkan 15
Fasilkom UI v-1.2
KONSEP: 1. Untuk memanfaatkan “konektivitas” fisik (h/w buliding blocks) maka diperlukan mekansime untuk mengirimkan bits dari satu node ke node yang lain. Seperti diketahui adaptor dapat mengirim sinyal ke adapator di node yang lain melalui media fisik tsb. Tugas pertama yang harus dilakukan adalah sender melakukan “encoding” (pengkodean) bits ke sinyal yang dapat merambat pada links tersebut, selanjutnya receiver akan melakukan “decoding” sinyal yang diterima ke bits. 2. Detil menumpangkan bits ke sinyal, adalah mengubah besaran property suatu sinyal seperti amplitudo (voltage), frekwensi, phase atau power (mis. fiber optik). Dengan perubahan ini dapat dikodekan binary bit (0 atau 1). 3. Selanjutnya kita akan melihat teknik yang umum dalam melakukan pengkodean bits ke sinyal.
15
Encoding: Non-Return to Zero (NRZ) (2/3) 0 Æ low signal; 1 Æ high signal Deteksi sinyal (bit) jika terdapat string bit 1 (atau 0) yang panjang => Receiver sulit mendeteksi (sampling tegangan).
16
Fasilkom UI v-1.2
CONTOH: 1. Cara yang sederhana adalah melakukan map data bit 1 ke sinyal “high” dan bit 0 ke sinyal “low”. Mekanisme pengkodean ini disebut NRZ, diagram di atas memperlihatkan sederatan bits ke dalam pulsa gelombang sinyal. 2. Masalah dengan NRZ, adalah urutan 1 yang terus menerus menyebabkan sinyal akan “high” terus, atau urutan 0 terus akan menyebabkan sinyal “low” terus. 3. Umumnya receiver menggunakan transisi (perubahan sinyal) untuk menyesuaikan “clock” dengan sender. Jadi receiver mendapatkan acuan clock dari transisi sinyal tsb (clock recovery). Jadi jika tidak ada transisi (misalkan dalam kasus data 1 terus menerus) receiver sulit melakukan sinkronisasi dengan sender dan sampling sinyal untuk mendapatkan bit dapat terjadi kesalahan. 4. Jadi sinyal yang baik harus memberikan informasi “clock” (self clocking) dari sender, tidak bergantung pada data (bits) yang dikirimkan.
16
Example: Manchester Encoding (3/3) Each bit contains a transition 0 Æ low-to-high transition 1 Æ high-to-low transition Setiap bit: terdapah perubahan tegangan (transisi) => tanda (clock) Digunakan: 10 Mbps Ethernet Bits
0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0
NRZ Clock Manchester NRZI 17
Fasilkom UI v-1.2
CONTOH:
17
Framing (1/5) Encoding: menerjemahkan bit data ke dalam sinyal supaya dapat dikirimkan Framing: membuat batas pada urutan bit (strings) dalam satu kesatuan unit (blok, paket) Terbentuk kelompok bit dalam unit frame Tanda awal dan akhir sebuah frame. Kegunaan frame: Sinkronisasi (awal, akhir transmisi 1 blok data). Kontrol (recovery): deteksi kesalahan dan retransmisi pada satu frame (blok data)
18
Fasilkom UI v-1.2
18
Framing (2/5)
Blok data (kumpulan bits) dipertukarkan dalam satu unit => frames Problem: Bagaimana mengetahui akhir dan awal dari frame?
19
Fasilkom UI v-1.2
19
Framing: Bit Oriented (3/5) Setiap frame mulai dengan pola (sequence) bit yang unik sebagai tanda (flag): Misalkan: 01111110 = 0160
Problem: Bagaimana jika data berisi “pola” bit flag tsb? 20
Fasilkom UI v-1.2
20
HDLC: Bit Stuffing (4/5) Contoh Protokol Data Link: High Level Data Link Control (standard OS) Bermula dari standard IBM: SDLC (Synchronous DL Control). Bit Stuffing: flag: 01111110 Sender:Sisipkan bit 0, pada setiap lima bit 1 yang berurut. Receiver: Jika melihat lima bit 1 berurut, lakukan “decision” berdasarkan dua bit sesudahnya: Jika bit berikutnya 0 (pasti stuffed bit), remove bit 0 tsb. Jika bit berikutnya 1, lihat lagi bit sesudahnya • Jika 0 berarti akhir dari frame (flag: 01111110) • Jika 1 berarti error, buang frame tsb (receiver meneriman invalid bit: 01111111) 21
Fasilkom UI v-1.2
21
Bit Stuffing Example (5/5) Data:
Sender: flag flag
Receiver:
22
Fasilkom UI v-1.2
22
Error Detection: Focus Encoding data bit ke sinyal Framing bit data dalam bentuk unit blok data transfer Error Detection Bit yang telah di-encode dalam bentuk sinyal dan dikirimkan dalam blok/frame Kemungkinan terdapat kesalahan dalam transmisi (hardware): network interface, noise, koneksi, dll Bagaimana menjamin frame yang diterima receiver tidak terdapat error? • Mampu mendeteksi adanya kesalahan • Mekanisme memperbaiki kesalahan 23
Fasilkom UI v-1.2
23
Error Detection (1/5) Mekanisme umum => sulit memperbaiki bit yang error Lebih mudah mendeteksi adanya kesalahan dalam satu frame (blok bit pada frame tsb) Problem: Bagaimana receiver mengetahui terdapat bit yang salah dalam frame? Contoh: Kirim dua frame yang sama => receiver membandingkan (XOR)? • • • • 24
Jika sama tidak ada kesalahan Redundant bits sebanyak besar frame tsb. Overhead? 100% Reliability? Fasilkom UI v-1.2
24
Redundant Bits (2/5) Ide Dasar: Sender tambahkan redundant bits, berdasarkan data dalam frame. Receiver: analisa/bandingkan redundant bits dan data frame => deteksi kesalahan. Usahakan: • Jumlah redundant atau extra bits sangat minimal (overhead untuk transmisi satu frame) tapi kemampuan deteksi sangat besar (mis. 99.9 % jenis error dapat dideteksi) • Proses deteksi kesalah frame harus sederhana; supaya cepat => implementasi pada tingkat hardware
Algoritma (proses): parity, checksum (addition), CRC (Cyclic Redundancy Check) dll. 25
Fasilkom UI v-1.2
25
Example: Single Parity Check (3/5) Pengirim: Data: 1 1 0 0 0 b1 b2 b3 b4 b5 Menggunakan “even parity”:
0 1 b6 b7
• Data: terdapat 3 bit 1 (ganjil) => tambahkan bit 1, jumlah bit 1 menjadi genap. • Kirim: Data & Parity = 11000011
Penerima: Proses (algoritma) even parity: • • • •
Hitung jumlah bit 1 => x Jika x = genap disimpulkan tidak ada error Jika x = ganjil, terjadi error Terima: Data & Parity = 11100011 • Error?
Single parity: mampu mendeteksi satu bit error 26
Fasilkom UI v-1.2
26
Two-dimensional parity: Frame (4/5) Teknik untuk deteksi kesalahan dalam satu frame. Frame: Blok karakter (bytes) single bit paritas untuk setiap byte (karakter) paritas byte: paritas vertikal untuk seluruh byte dalam frame. Kemampuan deteksi: 1, 2, 3, bit errors.
27
Contoh: paritas genap (even parity)
Parity bits
Data
Parity byte
0101001
1
1101001
0
1011110
1
0001110
1
0110100
1
1011111
0
1111011
0
Fasilkom UI v-1.2
27
Coverager Error Detection (5/5) 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
One error
Two errors
0 0 0 0 0 1
1 0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 1 0
1 0 0 1 1 0
1 0 0 1 1 1
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1
Tanda panah menunjukkan bit paritas, mampu mendeteksi bit yang error
1 0 0 1 0 0
1 0 0 1 1 1
1 0 0 1 1 1
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0
28
1 0 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0 Three errors
Four errors
1 0 0 1 1 1 Fasilkom UI v-1.2
28
Cyclic Redundancy Check (CRC) Teori: finite field arithmetic (binary valued arit.) String bit direpesentasikan dalam persamaan tingkat tinggi (polynomial) => M(x) 0110 = x^3 + x^2 + x^1 + x^0 0 1 1 0 M(x) = x^2 + x^1 Terdapat: string generator polynomial yang unik dan standard (G(x)), sama utk. sender/receiver CRC: G(x) = X^2 + x^0 = 101 Hitung CRC code dari sisa hasil bagi: M(x) / G(x) => P(x): x^1 + x^0 = 2 bit sisa hasil bagi (CRC code) 101 / 0110
29
Kirimkan sebagai message: T(x) = M(x) << 2 bit + P(x) Fasilkom UI v-1.2 0110 00 + xx = 0110 xx => T(x)
29
Reliable Transmission (1/3) Problem: Bagaimana menjamin frame diterima, walaupun terdapat kemungkinan error atau hilang saat transmisi di jaringan? Saat ini kita telah mempelajari: Receiver mampu mendeteksi kesalahan dari frame yang diterima. Pilihan untuk receiver: Memperbaiki kesalahan pada frame => sulit dan “overhead” h/w & s/w besar Membuang (discard) frame tersebut dan request sender untuk mengirimkan kembali frame tsb. 30
Fasilkom UI v-1.2
30
Reliable Transmission (2/3) Sender: menjamin diterima dengan baik Kemungkinan frame “dibuang” oleh receiver Terdapat mekanisme untuk memberikan informasi ke sender => frame OK atau Error Jika OK, kirim frame berikutnya Jika Error, retransmisi frame yang error tsb. Mekanisme Dasar: Receiver wajib mengirim “control” frame OK, sebagai tanda ke sender. • Sender menerima frame: ACK (Acknowledgements), berarti receiver telah menerima frame dengan baik (no error). 31
Fasilkom UI v-1.2
31
Reliable Transmission (3/3) Bagaimana jika sender tidak menerima frame control ACK? Sender harus mempunyai timer (timeout) selama menunggu ACK Jika timer expired => retransmisi frame Catatan: jadi setiap timer expired, sender otomatis melakukan retransmisi frame => jenis protokol ARQ (Automatic Repeat Request) Menggunakan tanda ACK (receiver) Menggunakan timer untuk “automatic retransmission” (sender). 32
Fasilkom UI v-1.2
32
Protocol Stop & Wait (1/3) Simplest reliable protocol: Stop and Wait Sender: Kirim SEBUAH frame Start timer, Stop and Wait pengiriman frame, sampai frame ACK diterima dari Receiver Retransmit frame yang sama, jika terjadi time-out atau menerima Not-ACK dari Receiver. Kontinyu transmisi frame berikutnya, jika menerima ACK. Receiver: Menerima frame Deteksi kesalahan pada frame tsb. Kirim ACK atau Not-ACK berdasarkan hasil algoritma deteksi kesalahan 33
Fasilkom UI v-1.2
33
Protocol Stop & Wait (2/3) Bagaimana Receiver mengetahui terjadi duplikasi frame (mis. retransmisi jika ACK hilang)? Solusi: Informasi untuk identifikasi nomor frame Gunakan nomor urut frame yang dikirim oleh sender dan receiver menerima sesuai nomor urut frame Performance Lambat, tidak dapat mengirim lebih dari satu frame (No pipeline effect) Masalah: Satu frame per RTT, throughput tidak terpengaruh oleh besarnya bandwidth Utilisasi link (throughput) sangat rendah 34
Fasilkom UI v-1.2
34