C . Spesifikasi geografis Manusia merupakan bagian dari alam dan memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dari pada mahkluk hidup lain dalam hal merubah kondisi alam berhubungan dengan kemampuanya yang dilandasi oleh akal yang dimiliki, maka manusia dapat menempatkan dirinya pada unsur yang paling dominan dan paling menguasai
dibandingkan
dengan
unsur-unsur
lainnya
di
dalam
ekosisitem.(Anonimus, 1980) Manusia berinteraksi dengan lingkunganya, baik lingkungan yang bersifat alamiah maupun yang bersifat biofisik buatan manusia sendiri. hutan, sungai, danau adalah contoh biofisik alamiah. Sedangkan gedung, bendungan, dan sawah merupakan contoh Biofisik buatan. Selain manusia juga berinteraksi dengan sesamanya yang merupakan lingkungan sosialnya.(Soemarwoto, 1979) Di dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia berusaha untuk dapat serasi dengan ekosistemnya karena menyadari bahwa kerusakan ekosistem dapat membahayakan dirinya. Namun pada umumnya tingkat kesadaran masyarakat Ekowisata adalah menghubungkan keserasian lingkungan hidup dengan industri pariwisata. Lebih lanjut, pengertian ini di kenal dengan ecotourism atau ekoturisme. Sekarang lebih popular dengan istilah ekowisata. Ketiganya memiliki pengertian yang sama, yaitu pariwisata yang berwawasan lingkungan hidup (Oka, 2000) A. Pesona alam 1. Air Terjun Git-git. Koordinat
: 08° 11’28,71” S dan 115° 08’ 04,84” E
Ketinggian
: lebih kurang 570 meter dari permukaan laut
Objek
: Iar terjun alam
Lingkungan sekitar
: Perkebunan, hutan, sawah
Bentang lahan
: Perbukitan, pegunungan dataran rendah
Pemilik Objek
: Masyarakat
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Roda 4 dan roda 2
189
Objek pendamping
: Perkebunan dan persawahan
Diskripsi
: Lingkungan yang mengitari air terjun ini merupakan
wilayah hutan alami, persawahan dan perkebunan cengkeh dan kopi. Hawanya yang sejuk serta menawarkan pemandangan yang asri, pengunjung dapat menikmati hamparan sawah dan perkebunan cengkeh serta medan yang berkelak-kelok serta naik turun para pencinta alampun dapat menikmati treckhing ke hutan-hutan kecil yang berada disekitar Air Terjun Gitgit ini. Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
Pemilik objek/kawasan
: Pemda Tk II
Pengelola
: Pemda Tk II
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat cukup baik Fasilitas
: lengkap (wc umum, parkir, tempat ibadah, pojok makanan, toko cendera mata, pramuwisata)
Administrasi
: kecamatan : Sukasada, : Desa
Keterangan tambahan berbagai
:
Para
: Gitgit wisatapun
dapat
membeli
cenderamata (seperti kerajinan tangan, bahkan tanaman khas
daearah ini seperti Vanili cengkeh dan berbagai rempah - rempah lainnya) yang dijual disepanjang jalan menuju air terjun ini
Foto 115: Air Tejun Gitgit di Kecamatan Sukasada
190
2. Air Terjun Singsing Koordinat Ketinggian
: 8° 11ˈ 09,14" LS dan 115° 00ˈ 00,33" BT : lebih kurang 85 meter dari permukaan laut
Objek
: Air terjun alam
Lingkungan sekitar
: Perkebunan, hutan, sawah
Bentang lahan
: Perbukitan, pegunungan dataran rendah
Pemilik Objek
: Masyarakat
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Roda 4 dan roda 2 Objek pendamping Diskripsi
: Perkebunan dan persawahan : Lingkungan yang mengitari air terjun ini merupakan wilayah hutan alami Letaknya sangat dekat dengan Pantai Lovina, yang jaraknya lebih kurang 3 km. Air terjun ini ada 2 tingkat, untuk naik ke tingkat 2, harus mendaki dan melalui jalan yang cukup terjal. Hawanya
yang
pemandangan
sejuk
yang
asri,
serta
menawarkan
pengunjung
dapat
menikmati hutan alam serta medan yang berkelakkelok yang naik turun para pencinta alampun dapat menikmati treckhing ke hutan-hutan kecil yang berada disekitar Air Terjun Singsing ini. Pengelolaan
: Masyarakat
Pemilik objek/kawasan
: Masyarakat
Pengelola
: Masyarakat
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat baik
191
Foto 116. Air terjun Singsing, di Kecamatan Banjar
Fasilitas
: lengkap (wc umum, parkir, tempat
ibadah, pojok makanan, toko cendera mata, pramuwisata) Administrasi
: kecamatan
: Banjar
: Desa
: Desa Temukus,
3. Air Panas Banjar. Koordinat
: 8° 12ˈ 38,12" LS dan 114° 58ˈ 02,06" BT
Ketinggian
: lebih kurang 115 hingga 130 meter dari permukaan laut
Objek
: Air panas alami
Lingkungan sekitar
: Perkebunan, hutan, sawah
Bentang lahan
: Perbukitan, pegunungan dataran rendah
Pemilik Objek
: Swasta
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Roda 4 dan roda 2 Objek pendamping
: Perkebunan dan persawahan 192
Diskripsi
: Posisinya tidak jauh dari Vihara Brahma Arama Para wisatapun dapat membeli berbagai cenderamata (seperti kerajinan tangan, bahkan tanaman khas daearah ini seperti Vanili cengkeh dan berbagai rempahrempah lainnya) yang dijual disepanjang jalan menuju air terjun ini
Pengelolaan
: Masyarakat
Pemilik objek/kawasan
: Masyarakat
Pengelola
: Masyarakat
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat cukup baik Fasilitas Administrasi
: Tidak lengkap : kecamatan : Desa
: Banjar : Banjar.
Foto
Foto 117: Air Panas Banjar, Desa Banjar
4. Danau Tamblingan Koordinat
: 08° 15’ 03,3” LS dan 115° 08’ 10,1” BT
Ketinggian
: lebih kurang 1200 – 1400 meter dari permukaan laut 193
Objek
: Danau alam
Lingkungan sekitar
: Perkebunan, hutan
Bentang lahan
: Perbukitan, pegunungan
Pemilik Objek
: Masyarakat
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Roda 4 dan roda 2 Objek pendamping
: Perkebunan dan persawahan
Diskripsi
: Danau Tamblingan merupakan salah satu danau
yang
terdapat
di
Kabupaten
Buleleng.
Karena
letaknya
di
daerah
pegununungan maka daerah ini merupakan daerah yang sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga berbagai jenis tumbuhan dapat hidup di kawasan Tamblingan ini. Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
Pemilik objek/kawasan
: Pemda Tk II
Pengelola
: Pemda Tk II
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat cukup baik Fasilitas
: lengkap (wc umum, parkir, tempat ibadah, pojok makanan, toko cendera mata, pramuwisata)
Administrasi
: kecamatan : Desa
Keterangan tambahan
: Banjar : Munduk :-
Foto 118. Danau Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar
194
5. Danau Buyan Koordinat
: 08° 14’ 13,8” LS dan 115° 08’ 28,9” BT
Ketinggian
: 1474 meter dari muka laut
Objek
: Danau alam
Lingkungan sekitar
: Danau, perbukitan dan pemukiman
Bentang lahan
: Dataran tinggi
Pemilik Objek
: Masyarakat
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat Objek pendamping
: Wisata kera, lembah
Diskripsi
: Danau ini berasal dari salah satu kepundan Gunung
Beratan Purba. Sama halnya dengan Danau Tamblingan, Danau Buyan juga
Foto 119. Danau Buyan, Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada
berada pada daerah pegunungan, Disamping pesona alam danau ini, dilokasi ini juga terdapat pemandangan wisata kera. Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
195
Pemilik objek/kawasan
: Pemda Tk II dan masyarakat
Pengelola
: Pemda Tk II Masyarakat
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat cukup baik Fasilitas
: lengkap (wc umum, parkir, tempat ibadah, pojok makanan, toko cendera mata, pramuwisata)
Administrasi
: kecamatan
: Sukasada
: Desa
: Wanagiri
Keterangan tambahan
:Tempat pemberhentian berupa tanah
lapang/parkiran sepanjang 40 m di pinggir jalan Singaraja-Bedugul atau jalan pertigaan menuju Desa Gobleg. Pemandangan danau Buyan terlihat di sebelah selatan dan beberapa monyet yang berkeliaran di sekitar lokasi tersebut. 6. Bendungan Gerokgak Koordinat Ketinggian
: 114º 46’ 56,5” BT dan 08º 12’ 43,1” LS. : 159 meter dari permukaan laut
Objek
: Bendungan/waduk Gerokgak
Lingkungan sekitar
: Munduk Patas dan Munduk Renon
Bentang lahan
: Perbukitan
Pemilik Objek
: Pemda Buleleng
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : Waduk Aksesbilitas/jangkauan : Mudah ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat Cara tempuh
: Naik kendaraan
Objek pendamping
: Perkebunan dan persawahan
Diskripsi
: Bendungan Gerokgak membendung Tukad Gerokgak
yang hulunya berasal dari Pegunungan Patas yang ada di wilayah selatannya. Wilayah tenggara terdapat Munduk Renon dan sebelah baratdaya terdapat Munduk Batas. Bendung ini dibangun sekitar tahun 1996. Saat ini bendungan ini dimanfaatkan sebagai waduk yang dikelola oleh pemerintah daerah 196
setempat. Waduk ini dikelilingi oleh perbukitan Munduk Patas dan Munduk Renon dengan beberapa sungai-sungai kecil yang bermuara ke waduk ini, dan salah satu sungai besar yang mermuara ke waduk ini adalah Tukad Gerokgak. Selain sebagai bendungan, waduk ini dimanfaatkan juga sebagai area memancing dan sebagai objek wisata, akan tetapi sebagai objek wisata ini, waduk ini kurang diminati pengunjung. Hal ini disebabkan kurangnya fasilitas umum seperti kamar kecil dan pusat informasi, disamping itu tidak terdapatnya penjual makanan di areal ini menyebabkan areal ini kurang diminati oleh wisatawan mengingat daerah ini cukup jauh dari daerah pemukiman Pada hari minggu biasanya ramai dikunjungi pengunjung terutama pemancing yang sengaja mencari ikan, bahkan datang dari kecamatan yang berbeda. Jenis ikan yang terdapat di bendungan tersebut gurame dan breskap yang sengaja ditebar di bendungan tersebut. Pengelolaan
: Pemda Tk II
Pengelola
: Pemda Tk II
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat cukup baik
Foto 120. Bendungan Gerokgak, Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak
Fasilitas Administrasi
: tidak ada : kecamatan
: Gerokgak
: Desa
: Gerokgak
7. Air Terjun Munduk/Air Terjun Melanting Koordinat Ketinggian
: 115º 04’ 07,2” BT dan 08º 15’ 24,0” LS : 940 meter dari permukaan laut 197
Lingkungan sekitar
: Perkebunan, hutan
Bentang lahan
: Perbukitan
Pemilik Objek
: Masyarakat
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Lokasi ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraa roda 2 dan roda empat hingga dipinggir jalan Desa Munduk, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui jalan setapak menuju air terjun ini Objek pendamping
: Perkebunan cengkeh, kopi dan coklat
Diskripsi
: Air terjun Munduk atau biasa disebut juga dengan Air
terjun Melanting. Tinggi air terjun ini sekitar 25 - 30 meter dengan bagian bawah terdapat bangunan untuk menahan laju air sehingga tidak menggerus tanah di atas bangunan tersebut. Menurut penjaga (Putu Yudiantara, 25 tahun) lahan air Terjun ini dimiliki oleh 2 orang warga setempat yaitu Gde Turis dan Komang Ulun dengan luas areal air terjun sekitar 2 ha. Berdasarkan informasi dari Putu Yudiantara (25 tahun), Pada hari biasa pengunjung yang datang berkisar antara 40 – 60 orang setiap harinya. Sedangkan pada bulan antara Juli – Agustus berkisar antara 80 – 100 orang setiap harinya, terutama wisatawan manca negara. Di sekitar lokasi air terjun Melanting terdapat dua air
terjun lain yang masih terletak di jalur sungai
yang sama. Terdapat lapangan parkir yang cukup luas tetapi dikelola oleh pribadi, untuk mencapai lokasi ini harus berjalan kaki sekitar 15 menit dari jalan utama Busungbiu-Tamblingan menyulitkan pengunjung jika sudah ada di dekat air terjun. Sarana jalan ke bawah juga sudah dicor semen sehingga jalannya terlalu licin. Ada retribusi yang dipungut untuk masuk lokasi tersebut, berdasarkan kesepakatan maka hasil retribusi tersebut dibagi kepada pemda, pemilik lahan, desa adat, dan penjaga tiket Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
Pemilik objek/kawasan : Masyarakat Desa Munduk Pengelola
: Dinas Pariwisata dan Masyarakat Desa Munduk 198
Kondisi disekitar objek/ : sarana dan prasarana tidak memadai, keterawatan sedangkan WC umum dibangun oleh Dinas Pariwisata setempat tidak terawat
Foto 121 Air terjun Melanting/ Air Terjun Munduk, Desa Munduk, Kecamatan Banjar
Fasilitas
: Tempat ibadah dan pojok makanan tidak ada, sedangkan lokasi air terjun agak jauh dari pemukiman
Administrasi
: kecamatan : Banjar : Desa
: Munduk
199
8. Air Terjun Campuhan/ Twin Waterfall Koordinat
: 8° 12ˈ 15,85" S dan 115° 08ˈ 18,51"
Ketinggian
: 813,5 meter dpl
Objek
: air terjun
Lingkungan sekitar
: hutan
Bentang lahan
: Perbukitan
Pemilik Objek
: Masyarakat
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Lokasi ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan roda empat hingga dipinggir jalan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui jalan setapak menuju air terjun ini Objek pendamping
:
Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
Pemilik objek/kawasan
:
Pengelola
:
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Cukup terawat, Fasilitas
: kurang memadai; Tempat ibadah dan pojok makanan tidak ada, sedangkan lokasi air terjun agak jauh dari pemukiman
Administrasi
: kecamatan : : Desa
:
200
Foto 122. Air Terjun Campuhan/ Twin Waterfal
9. Pantai Lovina Koordinat Ketinggian
: 08° 09’ 40.1” S dan 115° 01’ 29.2” E : 5-10 meter dari permukaan laut
Objek
: Pantai
Lingkungan sekitar
: Pemukiman
Bentang lahan
: pedataran
Pemilik Objek
: Masyarakat, Pemda
Kondisi
: Tertata
Pemanfaan sekarang : objek wisata Aksesbilitas/jangkauan : Roda 4 dan roda 2 Objek pendamping
: Lumba-lumba
Diskripsi
: Pantai Lovina merupakan objek wisata yang terkenal dengan atraksi lumba2. Untuk menikmati atraksi lumba - lumba harus menggunakan perahu menuju tengah laut.
Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
Pemilik objek/kawasan
: Pemda Tk II 201
Foto 123. Pantai Lovina saat pagi hingga sore, Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat baik Fasilitas
: lengkap (wc umum, parkir, tempat 202
ibadah, pojok makanan, toko cendera mata, pramuwisata) Admiistrasi
: kecamatan : Buleleng : Desa
Keterangan tambahan
: Kalibukbuk
: Selain wisata keindahan pantai Lovina,
juga tempat atraksi menyaksikan lumba-lumba berenang pada pagi hari. Biaya yang harus dikeluarkan yaitu Rp60.000,- untuk satu orang (satu perahu 4 orang). Aktivitas ini dimulai sekitar jam 06.00 pagi untuk mendapatkan kesempatan melihat atraksi lumba-lumba tersebut berenang. Karena sudah menjadi atraksi rutin setiap hari dan tanpa adanya pembatasan jumlah perahu, sehingga banyak perahu memenuhi lokasi berenangnya lumba-lumba. Saling kejar perahu untuk menyaksikan lumba-lumba dari dekat sehingga berkesan saling potong. Lumba-lumba
sering
membentuk
kelompok-kelompok
kecil
sehingga
konsentrasi kumpulan perahu terkadang terpecah, tetapi ketika perahu banyak yang kembali maka lumba-lumba tersebut terkumpul dalam konsentrasi besar, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 08.00 wita. Tidak jauh dari tempat tersebut terdapat juga terumbu karang dengan
kedalaman 3 meter sehingga selesai menyaksikan lumba-lumba, wisatawan dapat melakukan snorkeling atau diving (penyelaman) di lokasi terumbu karang tersebut. Alat-alat aktivitas tersebut dapat disewa di beberapa dive shop yang ada di Lovina. 10. Kolam Renang Air Sanih Koordinat Ketinggian
: E = 115º 13’ 01,6”
S = 08º 04’ 39,6”
: 5 meter dari permukaaan laut
Objek
: Kolam renang
Lingkungan sekitar
: Pantai dan pemukiman
Bentang lahan
: Pedataran
Pemanfaan sekarang : sebagai kolam renang dan wisata Aksesbilitas/jangkauan : Roda 4 dan roda 2
203
Diskripsi
: Yeh Sanih merupakan mata air yang sekarang
difungsikan sebagai kolam pemandian dan merupakan objek wisata. Lokasi kolam sangat berdekatan dengan laut. Keberadaan Air/Yeh Sanih sudah disebut pada prasasti Julah terkait dengan bangunan suci yang ada di desa tersebut Jarak antara pantai dengan sumber mata air sekitar 100 meter. Air dari pembendungan ini kemudian dialirkan ke beberapa kolam. Dua kolam di antaranya dijadikan pemandian. Sementara beberapa kolam lain yang ukurannya lebih kecil dari 2 kolam di atas dijadikan sebagai tempat untuk memelihara ikan. Air kolam tempat memelihara ikan ini berasal dari limpahan dari 2 kolam yang difungsikan sebagai kolam pemandian. Pengelolaan
: Pemerintah Daerah Tk II
Pemilik objek/kawasan
: Pemda Tk II
Pengelola
: Pemda Tk II
Kondisi disekitar objek/keterawatan : Terawat cukup baik Fasilitas
: lengkap (wc umum, parkir, tempat ibadah, pojok makanan, toko cendera mata, pramuwisata)
Administrasi
: kecamatan : Kubutambahan : Desa
Keterangan tambahan
: Bukti
:
Air Sanih merupakan sebuah kolam pemandian yang sudah diperbaiki atau direnovasi di beberapa tempat sehingga terlihat tertata dengan rapi. Ada 2 kolam utama, satu untuk anak-anak dengan kedalaman sekitar 50 cm dan kolam besar untuk umum dengan kedalaman sekitar 100 cm, dan beberapa taman yang dapat digunakan untuk bersantai sekeluarga dengan menggelar tikar. Tanah yang dijadikan objek tersebut keseluruhan memiliki luas 64 are. Biaya yang harus dikeluarkan (karcis) sebesar Rp5000,- untuk dewasa, dan Rp3000 untuk anak-anak. Kolam pemandian tersebut sekarang dikelola oleh Desa Adat Pekraman Yeh Sanih dengan sistem menyewa kepada pemerintah per 10 tahun. Pada masa sebelumnya dikelola oleh pribadi yaitu Surya Mataram tetapi setelah tahun 2000 diambil alih oleh desa adat. Keuntungan yang diperoleh desa
adat
tersebut
digunakan
untuk
renovasi
beberapa
lokasi
objek,
pembangunan jalan kampong, pembangunan pura, dan subsidi upacara adat. 204
Keseluruhan karyawan berjumlah 17 orang dan tiga orang diantaranya merupakan pekerja taman desa, penjaga pura, dan guru playgroup. Puncak keramaian pengunjung biasanya berlangsung pada hari liburan, galungan, tahun baru, dan libur sekolah. Selain untuk keperluan berenang atau mandi biasa, pada hari-hari tertentu ada kegiatan ritual keagamaan terutama setiap galungan serta untuk keperluan mendapatkan tirtha, ritual dilakukan di pura yang terletak di pojok atau sudut areal. Informan
: - Ketut Sumanasa (43 th) selaku Manager Objek. - Nyoman Suardana (41 th) selaku Akuntan - Luh Sukreni (23 th) selaku karyawan
Ketiga informan tersebut berasal dari Dusun Sanih, Bukti, Kubutambahan.
Foto 124. Kolam renang Air Sanih, Kecamatan Kubutambahan
11. Pantai Batu Mekecuh Objek
: Pemandangan pantai
Kategori
: Pesona Alam
Koordinat
: 08° 05’ 24,4” S dan 115° 16’ 04,1” E 205
Ketinggian
: 5 meter dari permukaan laut.
Lingkungan alam
: Laut
Bentang lahan
: Perbukitan dataran rendah
Cara tempuh
: Untuk mencapai lokasi dapat dilakukan dengan kendaraan roda 4.
Objek pendamping
:-
Deskripsi objek
: Lokasi pantai di sebelah utara jalan raya, sebelah barat Balai Banjar Batu Mekecuh. Lokasinya tenang dan pantainya berkarakter landai berkerikil dengan batas batu-batu karang di ujung barat dan bagian timurnya
Pemilik objek
: tidak ada
Pemanfaatan
: tidak ada
Kondisi disekitar objek
: alami
Foto 125. Pantai Batu Makecuh, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula
Fasilitas
: Tidak ada
Lokasi administrasi
: Dusun Antasari Desa Pacung Kec. Tejakula
Foto
:
206
12. Terrasering sawah Objek
: Pemandangan sawah
Kategori
: Pesona Alam
Koordinat
: E = 114º 58’ 15,5”
S = 08º 16’ 36,7”
E = 114°58’01,9”
S = 08° 16’ 06,8”
E = 114°58’12,8”
S = 08° 16’ 25,7”
Ketinggian
: 302, 5 meter dari permukaan laut.
Lingkungan alam
: Sawah, hutan dan perbukitan
Bentang lahan
: Perbukitan dataran rendah
Cara tempuh
: Untuk mencapai lokasi dapat dilakukan dengan kendaraan roda 4.
Objek pendamping
: Pemotretan Pemetikan Cengkeh
Deskripsi objek
:
Merupakan objek para petani sedang menggarap sawah di pagi hari. Dengan semangatnya para petani, terutama orang-orang tua menggarap sawah bersama tetangganya. Sawah yang ada di kawasan ini berbentuk terasering atau berteras-teras. Persawahan yang ada di kawasan ini sistem pengairannya dikelola melalui subak. Subak yang ada di kawasan ini adalah Subak Slokah. Satu subak beranggotakan sekitar 70 orang. Lokasi ini sangat mudah dijangkau oleh mobil maupun bus karena terletak di pinggir jalan lintasan utama Seririt (Buleleng) – Pupuan (Tabanan). Pemandangan sawah dapat terlihat dari ketinggian Dusun Dauhrurung Desa Kekeran. Sawah tersebut terdiri atas 4 wilayah desa yaitu Desa Titap, desa Mardon, Desa Plaga, dan Desa Busungbiu. Terlihat dua buah sungai yaitu Tukad Saba dengan air yang melimpah dan Tukad Titap yang kering. Sarana: tempat parkir yang memadai sekitar 3 are, bale bengong untuk istirahat dan ada satu orang pedagang kopi untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan yaitu Luh Putri (40 th – informan). PEMANFAATAN
: sawah
Kondisi sekitar objek
: tertata rapi
Fasilitas
: Tidak ada
Lokasi administrasi
: Desa Kekeran, Banjar Subuk, Kec. Busung Biu, Kab. Buleleng 207
Keterangan tambahan
:
Nara sumber/informan
:
1. Nama
: Ketut Warte
Umur
: 65 tahun
Alamat
: Desa Kekeran, Banjar Subuk, Kec. Busung Biuh, Kab. Buleleng
Jabatan 2. Nama
: Petani penggarap sawah : Nyoman Warsi
Umur
: 60 tahun
Alamat
: Desa Kekeran, Banjar Subuk, Kec. Busung Biuh, Kab. Buleleng
Jabatan 3. Nama
: Petani penggarap sawah : Nengah Sukerti
Umur
: 34 tahun
Alamat
: Desa Kekeran, Banjar Subuk, Kec. Busung Biuh, Kab. Buleleng
Jabatan
: Petani penggarap sawah
Foto 126. Terrace Sawah, desa Kekeran, Busungbiu
208
Foto 127 Pemetik cengkeh pemandangan kebun cengkeh dan sawah., Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu
13. Sawah-Laut Penarukan Objek
: Pemandangan sawah dan laut
Kategori
: Pesona Alam
Koordinat
: 08° 05’ 37,3 ” S dan 115° 06’ 55,5” E
Ketinggian
: 5 meter dari permukaan laut.
Lingkungan alam
: Sawah dan laut
Bentang lahan
: Pedataran pantai
Deskripsi
: Pesona ini dapat dilihat dari jalan raya utama Singaraja-Sangsit akan ditemukan Pemandangan indah yang menyatu antara sawah dan laut
Lokasi Lokasi administrasi
sawah dan pantai terletak di sebelah utara jalan. Desa
: Panarukan
Kecamatan : Buleleng
209
Foto 128: Sawah di pingir pantai Panarukan, Buleleng
14. Pantai Penimbangan Barat Objek
: Pemandangan sawah dan laut
Kategori
: Pesona Alam
Koordinat
: 08° 07’ 33,2” S dan 115° 03’ 44,9” E
Ketinggian
: 5 meter dari permukaan laut.
Lingkungan alam
: Sawah dan laut
Bentang lahan
: Pedataran pantai
Deskripsi
: Lokasi ini mencirikan kondisi Bali yaitu terdapat
bentang lahan persawahan yang dapat dilihat dan panta. Sawah yang terlihat sebelum masuk pelabuhan menambah daya tarik karena memiliki aslian. Di pantai dapat dijumpai kapal-kapal ikan milik nelayan setempat yang bersandar di bibir pantai untuk perbaikan dan perawatannya. Pun demikian ada juga wisatawan lokal yang mandi di pantai. Lokasi
: Desa Pemaron, Kota Singaraja
210
Foto 129. Pantai dan sawah di Desa Pemaron, Singaraja
B. Usaha Perkebunan Usaha perkebunan memiliki prospek cerah bukan hanya sebagai komoditas tapi juga untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah. Ini sejalan dengan misi Kemenparekraf yang mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan, serta mampu mendorong pembangunan daerah, Kekayaan alam Indonesia khususnya bidang agrowisata menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan lokal. Secara geografi, Kabupaten Buleleng mempunyai kekhasan sendiri terhadap tanaman yang diusahakan, baik dari sudut geografi maupun dari sisi bentang alamnya. Beberapa hasil survei terhadap tanaman spesifik di wilayah kabupaten ini adalah: 1. Sawah. Daerah pedalaman dari Kabupaten Buleleng, terutama di daerah perbukitan, budidaya bertanam padi tampaknya merupakan tanaman yang utama. Tanahnya yang subur membuat persawahan di wilayah ini tumbuh dengan suburnya. Sawah-sawah diperbukitan di tata berbentuk teras-teras, sehingga menambah indahnya pemandangan di kawasan di Kabupaten Buleleng ini.
211
Foto 130. Teras-teras sawah di Kecamatan Sukasada, Buleleng
Foto 131. Hamparan sawah di Desa Pemaron (atas) dan Desa Panarukan (bawah)
Tidak saja Ambengan, di desa Sukasada pun persawahan tertata dengan indahnya. Karena letaknya di daerah perbukitan serta mayoritas penduduknya bertani, desa ini dihiasi oleh hamparan sawah yang sangat indah. Tidak saja diperbukitan terdapat hamparan sawah, hingga ke pantaipun masih dijumpai hamparan sawah nan menghijau yang berpadu dengan birunya laut di Pantai Utara Bali. 2. Budidaya tanaman bunga Bunga Indonesia sebagai salah satu produk agrowisata dinilai eksotis. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari
212
Elka Pangestu, pada acara ";Awarding Night 2012, Say It With Flower"; di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kemenparekraf pada Selasa (14/2). Bunga merupakan simbol yang memberi harapan, kebanggaan serta salah satu cara mengungkapkan perasaan Pemanfaatan bunga ini dapat dilakukan dengan cara menggunakannya dalam keseharian atau kesempatan tertentu. Selain itu, pengenalan dan pelestarian bunga juga dapat dilestarikan dengan cara mengembangkan taman bunga.
Foto 132. Budi daya tanaman bunga pecah seribu di Desa Munduk, Kecamatan Banjar
3. Budidaya tanaman anggur Koordinat
: Spot 1A
: E = 114º 58’ 49,9” S = 08º 11’ 07,1”
Ketinggian: 17 m dpl Desa Den Carik, Kec. Banjar, Kab. Buleleng Spot 1B
: E = 114º 56’ 59,4” S = 08º 11’ 31,6”
Ketinggian: 22 mdpl Spot 2
: E = 114º 55’ 28,8” S = 08º 11’ 36,0”
Ketinggian: 32 mdpl Desa Lokapasa, Kec. Seririt, Kab. Buleleng Lingkungan alam
: sawah, pemukiman
Bentang lahan
: pedataran
Cara tempuh
: Untuk sampai ke lokasi bisa dengan kendaraan roda 4
Deskripsi objek
: Anggur yang ditanam di daerah ini jenisnya anggur
hitam. Secara teknis pemeliharaan pohon anggur dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 213
Setelah bibit ditanam, kemudian diberi pupuk dan disiram. Setelah 7 hari baru dipotong daunnya. Kemudian setelah 15 – 20 hari keluarlah cabang dan bunga. Setelah 1 bulan menjadi buah anggur muda. Setelah itu ditunggu sekitar 115 hari baru dapat dipanen. Pemilik objek
: Gede Sugana dan diteruskan anaknya yang bernama Putu Astawa
Jumlah pegawai
: 12 orang
Pemanfaatan
: Dijual ke gudang kepada pengepul kemudian dijual lagi ke Bali, Jawa dan sekitarnya
Lokasi administrasi
: Desa Tangguwisia, Kec. Seririt, Kab. Buleleng
Keterangan tambahan : Budidaya anggur pertama kali dikembangkan di Desa Banyupoh Kecamatan Seririt, Buleleng. Dalam rentang waktu 15 tahun, yaitu pada tahun 1984, di kabupaten Buleleng telah ada sekitar 40,000 tanaman (sekitar 80 hektar) dan menghasilkan 500 ton buah anggur setiap masa panen. Disampng di Seririt, di Kecamatan Banjarpun telah umum dilakukan budidaya anggur ini. Yang ditanaman yaitu angur hijau Salah satu kebun anggur yang ada seluas 40 are. Dengan kebun seluas itu dapat menghasilkan anggur sekitar antara 4 – 5 ton. Nara sumber
:
a. Nama : Ketut Mutrini Lanang Umur
: 70 tahun
Alamat
: Jl. Gajah Mada No. 96, Singaraja
Status
: Pengusaha dan pemilik kebun anggur
b. Nama : Gede Sugana Tangusie Umur
: 48 tahun
Alamat
: Kecamatan Seririt, Kab. Buleleng
Status
: Pengusaha dan pemilik kebun anggur
214
Foto 133. Budi daya anggur di desa Den Carik, Kec. Seririt (atas) dan Desa Banjar, Kecamatan Banjar (bawah)
4. Perkebunan cengkeh Koordinat Ketinggian (dpal)
: E = 114º 59’ 23,4”
S = 08º 14’ 44,0”
: 400 mdpl
Objek (bcb)
: Perkebunan
Deskripsi
: Areal perkebunan cengkeh meliputi kawasan
Munduk Bestale. Hamparan tanaman cengkeh terdapat di desa ini yang diselingi oleh tanaman kakao, durian, salak dan manggis. Tetapi sayang, sarana jalan yang berliku-liku dan sebagian rusak tidak menarik wisatawan untuk mengunjungi lokasi ini walaupun beberapa penunjukk jalan terdapat informasi terkait view point, ketika dekat dengan lokasi penunjuk jalan tidak ada sehingga menyulitkan mencari lokasi tersebut. Menuju view point tidak dapat dijangkau dengan kendaraan tetapi dengan jalan kaki sekitar 10 menit. Lokasi ini dapat dijangkau dengan sarana pribadi roda 4.
215
Cengkeh dapat dipanen 1 tahuin sekali sekitar bulan mei – September, sedangkan kakao dapat dipanen sepanjang tahun sehingga tidak mengenal musim. Dari seluruh hasil yang ada, cengkeh merupakan tanaman yang paling dominan dan paling diminati warga di kawasan ini. Terkait dengan produksi cengkeh di kawasan ini, secara umum dapat disampaikan bahwa satu pohon besar setinggi 15 meter sekali panen dapat menghasilkan 100 kg cengkeh basah. Sementara satu pohon kecil setinggi sekitar 7 meter, sekali panen menghasilkan 25 kg cengkeh basah. 1 ha tanah idealnya ditanami cengkeh sebanyak 40 hingga 75 pohon. Cengkeh dapat dipaneh 1 tahun 1 kali saja, pada umumnya antara bulan Mei – Desember. Masyarakat desa ini menjual langsung hasil panennya ke perusahaan Gudang Garam dengan harga yang disesuaikan dengan nilai dollar yang berlaku Lokasi administrasi
: Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
Keterangan tambahan
: Lokasi areal perkebunan ini agak sulit, karena
tidak ada kendaraan umum yang sampai ke lokasi ini. Sehingga yang berkepentingan ke daerah ini harus membawa kendaraan sendiri, baik roda 2 maupun roda 4. Nara sumber/Informan : a. Nama : Putu Eka Sastrawan Umur
: 31 tahun
Alamat
: Desa Munduk Bestala, Banjar Sekar, Kec. Busung Biuh, Kab. Buleleng
Status
: Pekerja.
b. Nama : Made Bawe Umur
: 53 tahun
Alamat
: Desa Munduk Bestala, Banjar Sekar, Kec. Busung Biuh, Kab. Buleleng
Status
: Pengusaha cengkeh dan kakako
Karyawan : 3 – 5 orang
216
Foto 134. Perkebunan cengkeh di Desa Munduk Bestale, Kecamatan Busungbiu
5. Perkebunan coklat Koordinat
: E = 114º 59’ 23,4”
Ketinggian
: 400 m dpl
Objek
: Perkebunan
S = 08º 14’ 44,0”
217
Deskripsi objek
: Selain cengkeh sebagai komoditi utama di Desa
Munduk bestale, coklat/cacao juga merupakan tanaman perkebunan yang tak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan cengkeh. Cacao dapat dihasilkan lebih kurang 1 ton cacao selama seminggu. Untuk pohon coklat (kakao) hasil produksinya dapat dipanen 1 bulan 2 kali secara terus menerus sepanjang tahun. Hasil produksi setiap pohon berkisar antara 25 – 75 biji. Biji coklat yang sudah kering dijual ke perusahaan Gudang Garam Lokasi administrasi
: Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
Keterangan tambahan
: Lokasi areal perkebunan ini agak sulit, karena
tidak ada kendaraan umum yang sampai ke lokasi ini. Sehingga yang
Foto 135. Perkebunan coklat di Desa Munduk Bestale, Busungbiu
berkepentingan ke daerah ini harus membawa kendaraan sendiri, baik roda 2 maupun roda 4. Nara sumber/onforman
:
Nama
: Made Bawe
Umur
: 53 tahun
Alamat
: Desa Munduk Bestala, Banjar Sekar, Kec.
218
Busung Biuh, Kab. Buleleng Status
: Pengusaha cengkeh dan kakao
Karyawan
: 3 – 5 orang
6. Perkebunan kopi Objek
: Kebun kopi (Pabrik Kopi)
Koordinat
: E = 114º 02’ 08,6”
Ketinggian
: 546 meter dpl
Objek
: Pabrik
Deskripsi objek
: Usaha ini terletak di dalam perkampungan
S = 08º 15’ 30,4”
Desa Kayu Putih, untuk menuju lokasi harus berjalan kaki sekitar 100m karena masuk ke gang. Usaha ini telah dirintis sejak kakek Ida Bagus Santa sekitar tahun 70-an. Pada masa lalu tanaman kopi sangat melimpah di Desa kayuputih, Munduk, dan Gobleg, tetapi sekarang jumlahnya sangat terbatas karena banyak beralih ke tanaman cengkeh sehingga mempengaruhi jumlah produksinya. Satu hari dapat memproduksi hingga 100kg kopi. Produksinya merupakan produk kopi asli tanpa ada campuran bahan lainnya kecuali gula yang ditaburkan saat kopi sudah
(setelah) disangrai,
sehingga memiliki cita rasa yang khas. Pemasaran kopi hanya seputaran Bali seperti Denpasar, Gianyar, dan Buleleng dengan merk KOPI KAYU PUTIH. Sayangnya tidak memiliki sarana kafe atau tempat untuk menikmati kopi. Bahan dasar yang dipilih adalah kopi jenis Robusta dan Arabica. Kedua jenis kopi tersebut didatangkan dari : Desa Kayu Putih sendiri, Gobleng, dan Munduk. Secara teknis pembuatan kopi bubuk di Kayu Putih ini dimulai dari: -
Kopi yang telah dipetik lalu dijemur.
-
Setelah dijemur kemudian biji kopi dimasukkan ke dalam mesin untuk melepas kulit arinya.
-
Setelah itu dijemur lagi. Setelah itu disimpan selama kurang lebih 1 tahun. Hal ini dimaksudkan agar rasanya gurih.
219
-
Proses selanjutnya dimasak dengan cara diguling / nyahnyah di atas api. Setelah itu masih dalam kondisi panas dicampur dengan gula pasir dan ditaruh di atas semacam meja dari kayu sambil diaduk-aduk hingga dingin.
-
Setelah dingin diselip atau ditumbuk dengan mesin penggiling hingga halus.
-
Terakhir pemasaran. Kopi ini dipasarkan di sekitar daerah ini hingga Denpasar dan Karang Asem.
Pemilik
: Keluarga alm. Ida Bagus Guri
Pemanfaatan sekarang
: Usaha keluarga sebagai home industri.
Lokasi administrasi
: Desa Kayu Putih, Kec. Banjar, Kab. Buleleng
Keterangan tambahan
: Usaha pabrik kopi bubuk ini merupakan turun
temurun yang dilakukan pertamakali pada tahun 1964 yaitu oleh seseorang yang bernama Ida Bagus Guri. Usaha ini diteruskan oleh anaknya yang bernama Ida Bagus Marga. Selanjutnya sejak tahun 1999 dilanjutkan oleh cucunya dari pemilik pertama. Cucu ini bernama Ida Bagus Santa yang meneruskan usaha ini hingga sekarang. Nara sumber/informan : Nama
: Bagus Santa
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Desa Kayu Putih, Kec. Banjar, Kab. Buleleng
Tenaga
: 3 orang sebagai buruh.
Foto
:
220
Foto 136. Perusahaan kopi Kayu Putih
221
C. Budidaya Mutiara Objek
: Budidaya Mutiara
Katagori
: Budaya Lokal
Koordinat
: E = 114º 44’ 20,3”
Lingkungan alam
: Pantai
Cara tempuh
: Untuk sampai ke lokasi bisa dengan
S = 08º 09’ 50,0”
kendaraan roda 4 Deskripsi objek
: Budidaya ini merupakan public company
dengan saham terbesar berasal dari Australia. Awalnya budidaya mutiara terletak di Raja ampat dan sejak tahun 2002 memulai usaha di Desa Penyabangan . Hasil atau kualitas mutiara memiliki standar yang tinggi atau sempurna sehingga berpengaruh juga terhadap harga tersebut. Perusahaan mutiara ini diberi lebel ATLAS. ATLAS merupakan kepemilikan saham dan pemilik saham kebanyakan orang Australia. Proses pembiakan mutiara dapat disampaikan sbb: Menyiapkan induk dengan jenis Pindata maxima. Berikutnya sporing (dikawinkan). Umur 25 – 30 hari dipelihara di tempat khusus (belum di laut). Setelah itu dibawa ke laut agar dapat menempel di kolektor (bahan buatan) berupa tali. Umur 60 hari dipilih untuk pemeliharaan lebih lanjut. Tingkat keberhasilan hanya 3 %. Yang gagal bisa dikembalikan ke alam. Dilanjutkan dengan pemeliharaan selama 32 bulan atau sekitar 2,5 tahun. Dengan pemeliharaan yang demikian ini tetap saja ada hama yang setiap saat menyerang. Jenis hama meliputi: ikan buntal, penyu, kepiting. Yang paling gawat adalah perubahan cuaca. Misalnya dari musim panas ke musim dingin atau dari musim dingin ke musim panas. Pemilik objek
: Merupakan kepemilikan bersama berdasarkan sahamnya.
Pemanfaatan
: Dijual untuk perhiasan.
Fasilitas
: Cukup
Lokasi administrasi
: Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak, Kab.
Buleleng
222
Keterangan tambahan
: Harga mutiara tergantung kualitasnya dan
dijual dengan standar dolar, jika dirupiahkan berkisar antara Rp. 250.000,sampai dengan Rp. 25.000.000,Nara Sumber/ informan
:
a. Nama : Yakob Kristofel Umur : 41tahun Alamat: Desa Pemalangan,. Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng Jabatan: Sed Manager b. Nama : Philip Regaal Umur : 46 tahun Asal
: Perancis
Jabatan
: Projek Manager
c. Nama : Trami Prihatin Umur : 36 tahun Alamat : Denpasar Jabatan : Office Manager d. Nama : Ni Luh Ita Ervayani Umur : 30 tahun Alamat: Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak Jabatan : Joint store manager / difisi pemasaran Foto
:
223
224
Foto 137. Aneka perhiasan mutiara di Gallery “Atlas”
Pembahasan : Kepariwisataan Indonesia merupakan penggerak perekonomian nasional yang sangat potensial yang dapat dipergunakan untuk memacu pertumbuhan perekonomian Indonesia yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Perkembangan pariwisata dewasa ini dapat disimpulkan berjalan sangat pesat dan dalam perkembangannya telah dapat memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Untuk itu pembangunan pariwisata tampaknya harus terus dipacu dan pemerintah harus mempunyai keyakinan bahwa pariwisata dapat menjadi sektor andalan menggantikan minyak dan gas bumi yang selama ini menjadi tumpuan pemerintah dalam menunjang penerimaan negara. Besarnya peluang potensi kebudayaan dan kepariwisataan tampaknya menjadi
bagian
yang
integral
dalam
pengembangan
kebijakan
umum
pembangunan daerah di Kabupaten Buleleng. Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng diarahkan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menegakkan supremasi hukum, meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan rakyat. Dalam pembangunan bidang kebudayaan dan kepariwisataan tidak terlepas dari kualitas dan kuantitas sumber daya kebudayaan dan kepariwisataan beserta komponen yang dimiliki yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Komponen sumber daya kebudayaan yang bersifat tangibel terdiri dari 3 unsur utama yaitu: - Adat istiadat. - Kesenian dan benda cagar budaya. - Kawasan dan situs 225