JAME JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOL. 2, NO. 2, Oktober 2014 Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi Recliner Merek Lazboy) Florensy Natalia Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk Sepatu Converse Di Jakarta Barat Adi Prasetyo Widodo Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen Andy Hendri Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas Pada Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul Anggrahini Puspitasari Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. JREAL Property Aprilia Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas PT Garmindo Co ) Caecillia Aditya Wijaya Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat) Windi Asiani Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone Blackberry Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif) Ferian Osman
Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli ( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream ) Intan Rosetti Arimbi Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya Keterikatan Nasabah Stephanus Taniadi Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu Im3 Versi “Play With Jkt48 & Cesar” Regina Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011 Darwis Chayady Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Akbar Pribadi Nurdin Putra Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana Refrigeratama) Corry Friska Hutagaol Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Elis Kartika Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 – 2011 Emi Karina
Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover Intention Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang Fei Ie Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra) Firly Rahayu Puspitaningrum
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan (Studi Kasus Pada PT Purna Baja Harsco) Gumarang Ade Himawan Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta Herman Sugianto
Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta Herman Sugianto
Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio Dan Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007 – 2011 Agustina Cyntia
Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret Nina Merdiana
Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2012 Pipit Tri Puspita Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Di Universitas Swasta X) Rudy Setiawan
Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat Nurchalim Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM) Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking Oggi Makayasa Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ponds (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011) Kurniawan Sriprasetyo
Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta ) Tika Permata Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta. Ussy Annisa Darusman
JAME JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014, HAL 1 – 384
Terbit 2 kali dalam setahun pada Bulan April dan Oktober. Berisi artikel yang diangkat dari hasil-hasil riset mahasiswa dalam bentuk Skripsi baik Manajemen dan Akuntansi. KETUA PENYUNTING: MF Arrozi WAKIL KETUA PENYUNTING: Dihin Septyanto PENYUNTING AHLI: Hasyim Achmad Lia Amalia Sugiyanto PENYUNTING PELAKSANA: Sri Handayani Abdurrahman Adrie Putra Rina Anindita STAFF ADMINISTRASI Jaka Suharna Delfian Aldeni Evalina Silitonga
Alamat Penyunting : JAME Fakultas ekonomi Universitas Esa Unggul. Jalan Terusan Arjuna No 09 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Gedung Utama Lantai 3. Email :
[email protected]
Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel Kebijakan Editorial Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul setiap enam bulan sekali dengan tujuan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah staf pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat akademik yang tertarik pada penelitian dibidang akuntansi dan manajemen. Ruang Lingkup penelitian akuntansi dan manajemen yang dimuat dalam JAME meliputi bidang: akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, akuntansi sektor publik, pemeriksaan akuntansi, perpajakan, sistem informasi (baik akuntansi dan manajemen), manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, manajemen operasional, manajemen bisnis, manajemen strategik, dan manajemen umum JAME menerima naskah/artikel yang belum pernah dipublikasikan/diterbitkan oleh media lain. Penentuan naskah yang diterbitkan dalam JAME melalui proses blind review oleh dewan redaksi JAME dengan mempertimbangkan: 1) Sesuai standar baku publikasi jurnal, 2) Metodologi penelitian yang digunakan, 3) Kontribusi penelitian dengan pengembangan pendidikan di bidang akuntansi dan manajemen. Dewan redaksi bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstrukstif dan jika perlu menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Penulisan artikell dikirimkan ke alamat: JAME (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul) Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta Ruang 301, Lantai 3 Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang, Keboin Jeruk, Jakarta Barat. Telp (021) 5674223 Fax (021) 5674248 Pedoman Penulisan Naskah/Artikel 1. Sistematika pembahasan dalam artikel yang dikirimkan memuat beberapa bagian sebagai berikut: a. Abstrak memuat ringkasan penelitian yang terdiri: masalah dan tujuan penelitian, metode, temuan dan kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks dan terdiri antara 150 s/d 400 kata yang ditulis dalam satu paragrap( abstrak disajikan dalam Bahasa Inggris jika naskah /artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, jika artikel ditulis dalam Bahasa Inggris maka abstrak disajikan dalam Bahasa Indonesia). Dalam abstrak terdapat kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. b. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kontribusi penelitian. c. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis memuat kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan logis dan mengembangkan hipotesis atau preposisi dan model penelitian. d. Metodologi Penelitian memuat metode pengumpulan data, pengukuran dan operasionalisasi variabel, dan metode analisis data. e. Analisis data memuat analisis data penelitian dan statistik deskriptif . f. Pembahasan dan simpulan memuat pembahasan dan hasil temuan penelitian. g. Implikasi dan Keterbatasan memuat implikasi hasil temuan dan keterbasan penelitian serta saransaran yang diberikan peneliti terhadap penelitian di masa akan datang. h. Daftar Pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Sumber yang dimuat hanya yang diacu dalam penelitian yang bersangkutan. i. Lampiran memuat tabel, gambar dan instrumen(kuisioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut. 2. Format Tulisan : a. Artikel diketik dengan jarak baris dua pada kertas kuarto (8,5” x 11”). Kutipan langsung yang panjang(lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan indent style (bentuk berinden). b. Panjang artikel tidak lebih dari 15 sampai dengan 25 halaman kuarto. c. Margin atas, bawah, kiri dan kanan sekurang-kurangnya 1 inci. d. Halaman cover setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. e. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas serta diberi nomor urut halaman.
f.
Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah (pada bagian akhir naskah) dan menyebutkan. g. Kepustakaan yang diacu menggunakan sistem nama tahun yang mengacu pada daftar acuan. Jika dipandang perlu penulis dapat mencantumkan halaman karya acuan. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ( Galbraith, 1997). Jika disertai nomor halaman: (Galbraith,1997:23) 2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis ( Smith dan Watts, 1992). 3) Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis ( Bathala et al, 1994 atau Bathala dkk, 1994) 4) Dua Sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Rozeff,1982; Easterbrook,1984) 5) Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama( Myer and Majluf, 1984a,1984b) 6) Sumber kutipan berasal dari institusi menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan,(IAI, 1999). h. Daftar referensi hanya memuat sumber yang diacu serta disusun secara alfabetis sesuai dengan nama penulis atau nama institusi. Adapaun urutan susunan setiap referensi sebagai berikut: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman. Contoh: Anthony,R.N, and Vijay Govindarajan, 2000, Management Control System,Ninth Edition. Chicago,II: Irwin. Bapepam,1996, Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia Diana, Nur, 2002, Analisis Hubungan Kompleksitas Organisasi, Keterlibatan Tim, Diversitas Ukuran Kinerja, Besar Kompensasi, Partisipasi Terhadap Kinerja Tim, Tesis, UGM, Tidak dipublikasikan. Mills,P.K, 1983, Sef Management: Its Control and Relationships to Other Organizational Properties. Academy of Management Review : 445-453. Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I.Lirzman, 1970, Role Conflict and Abiguity in Complex Organizations, Administrative Science Quarterly, 150-163. Rockness, H.O, and M.D. Shields,1988. An Empirical Analysis of the Expenditure Budget in Research and Development, Contemporary Accounting Research: 568 –581. 3. Artikel diserahkan dalam bentuk 3 (tiga eksemplar) cetakan.
JAME JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014
DAFTAR ISI
Halaman
Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi Recliner Merek Lazboy) Florensy Natalia
1
Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk Sepatu Converse Di Jakarta Barat Adi Prasetyo Widodo
12
Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen Andy Hendri
18
Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas Pada Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul Anggrahini Puspitasari
34
Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. JREAL Property Aprilia
42
Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas PT Garmindo Co ) Caecillia Aditya Wijaya
54
Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat) Windi Asiani
76
Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone Blackberry Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi) Ferian Osman
84
Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover Intention Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang Fei Ie
93
Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra) Firly Rahayu Puspitaningrum
110
Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) P ada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta Herman Sugianto
125
Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret Nina Merdiana
136
Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat Nurchalim
148
Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM) Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking Oggi Makayasa
161
Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ponds (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011) Kurniawan Sriprasetyo
171
Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli ( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream ) Intan Rosetti Arimbi
179
Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya Keterikatan Nasabah Stephanus Taniadi
195
Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklantelevisi Kartu Im3 Versi “Play With Jkt48 & Cesar” Regina
211
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011 Darwis Chayady
221
Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Akbar Pribadi Nurdin Putra
234
Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana Refrigeratama) Corry Friska Hutagaol
247
Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris : Pada Perusahaan Industri Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2011) Elis Kartika
259
Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 – 2011 Emi Karina
274
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ( Studi Kasus Pada Pt. Purna Baja Harsco ) Gumarang Ade Himawan
284
Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta Herman Sugianto
306
Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio Dan Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007 – 2011 Agustina Cyntia
317
Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2012 Pipit Tri Puspita
329
Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Di Universitas Swasta X) Rudy Setiawan
343
Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta ) Tika Permata
355
Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta. Ussy Annisa Darusman
363
Analisis Profitabilitas, Keputusan Investasi, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Periode 2008-2012 Linawati
374
PENGARUH BRAND IMAGE, KUALITAS PRODUK, DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PT CHANDRA JAYA SUKSES (PRODUK KURSI RECLINER MEREK LAZBOY)
Florensy Natalia Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI PT Chandra Jaya Sukses merupakan distributor tunggal di Indonesia untuk kursi recliner merek Lazboy, yang dimana merek Lazboy tersebut berasal dari Amerika Serikat yang hampir mayoritas penduduk Amerika Serikat sudah mengenal produk kursi recliner merek Lazboy tersebut, sedangkan di Indonesia sendiri untuk produk tersebut masih belum cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini berdampak pada tingkat penjualan produk tersebut di Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan Negara asalnya, sehingga dalam pembahasan ini peneliti membahas dari sisi keputusan pembelian konsumen dimana brand image, kualitas produk, dan harga yang menjadi faktor keputusan pembelian. Pembahasan hasil penelitian ini dibuat dengan mendeskripsikan jawaban responden sehingga mampu memberikan suatu gambaran menyeluruh mengenai pengaruh brand image, kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian dalam membeli produk kursi recliner merek Lazboy . Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi studi lapangan dengan melakukan survey dan studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan dari 100 responden melalui penyebaran Kuesioner. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan untuk analisis data penulis menggunakan analisis data diskriminan dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel tersebut mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk kursi recliner merek Lazboy. Berdasarkan fungsi diskriminan dapat disimpulkan bahwa ternyata ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy, dan yang paling kuat mempengaruhi adalah harga. Kata Kunci : Brand image, kualitas produk, harga, dan keputusan pembelian
PENDAHULUAN Latar Belakang Di zaman era modern saat ini perkembangan gaya hidup masyarakat sudah berubah sangat pesat. Kebutuhan demi kebutuhan dari masyarakat menjadi semakin banyak yang harus dipenuhi. Di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga tingkat kebutuhannya pun tinggi tercatat setiap tahunnya penduduk Indonesia bertambah sebanyak tiga juta jiwa pertahun, sehingga kebutuhan akan tempat tinggal serta perlengkapan furniture rumah akan meningkat juga untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat di Indonesia, Hal inilah yang dijadikan peluang bagi beberapa perusahaan furniture, untuk dapat menggarap seluruh pasar furniture di Indonesia karena jumlah penduduk di Indonesia yang terus meningkat. 1
Perusahaan sangat perlu untuk mengetahui faktor pendorong bagi pelanggan untuk dapat memutuskan membeli suatu produk, hal ini akan berdampak dengan tingkat penjualan perusahaan yang pada akhirnya juga akan berdampak pada laba dari sebuah perusahaan. Perusahaan dalam bidang furniture pada saat ini membutuhkan sebuah penelitian yang lebih khusus dalam bidang pemasaran karena pada zaman modern sekarang ini pesaing-pesaing di bidang yang sejenis cukup banyak yang bermunculan dan perubahan demi perubahan pada perilaku konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa juga berubahubah akibat dari perubahan zaman saat ini. Penelitian inilah yang diperlukan PT Chandra Jaya Sukses untuk dapat bersaing dengan produk-produk luar negri yang sudah lebih lama dalam penjualan brand asing di Indonesia sebenarnya untuk produk kursi Lazboy memiliki keunggulan seperti kualitas produk yang sudah diakui oleh American Chriropratic Assoociation, dan harga yang standart untuk ukuran furniture import, hal inilah yang tidak dimiliki oleh beberapa pesaing lainnya,namun tingkat penjualan dari kursi Lazboy di Indonesia masih jauh dari target penjualan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka judul yang dipilih adalah “Pengaruh Brand image ,kualitas produk,dan harga terhadap keputusan pembelian pada PT Chandra Jaya Sukses (produk kursi recliner merek LA-Z-BOY)”.
Rumusan Masalah Dari Identifikasi masalah diatas maka penulis melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara partial ? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara bersama-sama? 3. Faktor mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kursi recliner merek Lazboy?
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian pada produk kursi LA-Z-BOY 2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada produk kursi LA-Z-BOY 3. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi LA-Z-BOY
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan mengenai pemasaran. Dalam lingkungan bisnis ini yang berkembang semakin cepat,maka pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk tetap bertahan dalam menjalankan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor vital sebagai strategi perusahaan dalam menjalankan usahanya, yang terutama berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran sendiri berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran. Mengenai pemasaran menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007 :26)) mengungkapkan bahwa pemasaran adalah sebuah keseluruhan system kegiatan bisnis yang 2
dirancang untuk menyediakan sesuatu bagi kelompok,individu, atau organisasi yang memuasakan mereka, guna mencapai tujuan organisasi.
Brand Image(Citra Merek) Setiadi(2003:180) mengatakan bahwa citra merek merupakan representasi dari keseluruhan presepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian Brand image dapat dijadikan pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas pada merek tersebut. Brand image itu sendiri dibentuk oleh adanya asosiasi merek. Asosiasi merek berfungsi sebagai, anatara lain (Keller Kevin Lane, 2000 : 332) : 1. Membantu proses penyusunan informasi Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan. 2. Membedakan, suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi usaha pembedaan, asosisasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan suatu merek dari merek yang lain. 3. Alasan membeli, pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk mengambil keputusan guna membeli produk tersebut atau tidak. 4. Menciptakan sikap dan perasaan positif, asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.
Kualitas Produk Menurut Dr. Eva Zhoriva yusuf dan Dr. Lesley Williams (2007:132) mengatakan bahwa produk adalah sekumpulan atribut dasar yang dirangkai menjadi sebuah bentuk yang dapat dikenali, seperti perahu, kursi, atau hiburan Menurut Philip Kotler(Philip Kotler,2009:143), pengertian kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya utuk memuasakan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kita dapat mengatakan bahwa ekspektasi pelanggan yang memuaskan sebagian besar kebutuhan pelanggannya sepanjang waktu disebut perusahaan berkualitas, tetapi kita harus membedakan antara kesesuaian dan kinerja (atau tingkat kualitas). Berdasarkan klasifikasi Barang Konsumen , banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut(Philip Kotler,2009:451) : a Barang Convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera, dan dengan usaha yang minimum b Barang Shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan pembelian c Barang Khusus (specialty goods) adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. d Barang Unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya Menurut Husein Umar(2005:30), pengertian kualitas adalah suatu produk baik yang berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya yaitu sebagai berikut : 1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut. 2. Features, yaitu aspek performasi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya. 3. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. 3
4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Durability, Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.
Harga Philip Kotler(2003:430) menyatakan bahwa harga dalam arti sempit adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang atau jasa dan dalam arti luas harga adalah jumlah semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa . Sedangkan menurut Buchari Alma (2007:169) Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. Bagi konsumen, harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk.Bagi perusahaan, penetapan harga merupakan cara untuk membedakan penawarannya dari para pesaing (Ali Hasan 2009 : 298) 1. Penentuan harga produk dan jasa memainkan peran sebagai kunci strategis dalam perusahaan. Munculnya penentuan harga sebagai konsekuensi dari derergulasi, kompetisi global yang ketat, pertumbuhan yang lambat dan kesempatan bagi perusahaan untuk memperkuat posisi pasar. 2. Harga mempengaruhi kinerja finansial dan memiliki pengaruh penting terhadap presepsi pembeli dan penetapan merek. 3. Harga dapat menjadi pengganti dari ukuran kualitas produk ketika pembeli sulit mengevaluasi produk yang kompleks. 4. Relasi antara permintaan dan harga mempengaruhi keputusan penentuan harga MODEL PENELITIAN
Gambar Model Penelitian
HIPOTESIS Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan pengujiannya. Hipotesis ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi analisis penelitian Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut 4
1. H1 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian secara partial 2. H2 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama 3. H3 = Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian METODE PENELITIAN
Variabel Brand Image
Variabel Penelitian Dimensi Merek terkenal Merek mudah diingat Merek memiliki citra yang positif
Kualitas Produk
Daya Tahan
Keamanan Kenyamanan Harga
Daftar harga
Potongan Harga Keputusan pembelian
Motivasi dan pengenalan kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Tingkah laku pasca membeli
Populasi dan Sampel Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 100 responden. Metode yang digunakan adalah purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel yang memiliki beberapa kriteria pada responden, dimana peneliti memilih sampel secara subjektif. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah para pengunjung showroom Melandas furniture di Mall Taman Anggrek yang sudah melakukan pembelian produk kursi recliner merek Lazboy. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian yang ingin meneliti tentang keputusan pembelian produk kursi recliner merek Lazboy
Metode Analisis Penelitian -
Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Analisis Diskriminan
5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Reliabilitas dan Validitas Berdasarkan pada hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa semua variabel memiliki Cronbach Alpha lebih besar dari standar Alpha yaitu sebesar0,749 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliable. Dan juga semua indicator yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki r hitung > r table dan tingkat signifikasi < 0,05, sehingga semua indikator yang digunakan tersebut adalah valid.
Uji Analisis Diskriminan 1. Pengujian Variabel bebas Pada analisis diskriminan yaitu menguji apakah semua variabel independent (bebas) berbeda secara nyata dengan variabel dependent (tidak bebas), sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya dianalisis pada table dibawah ini: Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda brandimage kualitasproduk harga a
b
.843 .759 .572
F 18.290 31.102 73.219
df1
df2 1 1 1
Sig. 98 98 98
.000 .000 .000
Dengan angka Wilk‟s lambda berkisar 0 sampai 1, jika angka mendekati 0 maka data tiap group cenderung berbeda, sedangkan jika angka mendekati 1 group cenderung sama. Dari table diatas dapat dilihat angka Wilk‟s lambda berkisar 0,572 sampai 0,843. Dari kolom sig dapat dilihat bahwa variabel brand image, kualitas produk, dan harga yang cenderung berbeda. Hal ini berarti brandimage, kualitas produk, dan harga untuk kelompok membeli dan tidak membeli pada produk kursi recliner merek Lazboy memiliki perbedaan secara nyata. Dengan F-test, jika sig >0,05 berarti tidak ada perbedaan antar group, sedangkan sebaliknya jika sig <0,05 berarti terdapat perbedaan antar group yang cukup signifikan. Dari hasil data SPSS tersebut maka dapat disimpulkan bahwa brand image, kualitas produk, dan harga memiliki nilai sig 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05, sehingga terdapat perbedaan antar group.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga variabel tersebut merupakan discriminant power atau kekuatan yang membedakan perilaku pengelompokan keputusan yaitu brand image, kualitas produk, dan harga. Dengan demikian ketiga variabel tersebut dapat dijadikan sebagai model untuk memprediksikan apakah keputusan pembelian konsumen tergolong membeli dan tidak membeli . 2. Tabel dibawah ini merupakan table yang menjelaskan korelasi antara variabel independen dengan fungsi diskriminan yang terbentuk :
6
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa harga merupakan variabel yang paling erat hubungannya dengan fungsi diskriminan karena nilai korelasi yang diperoleh merupakan nilai paling tinggi yaitu 0,984. 3. Berikut ini disajikan table fungsi diskriminan dari variabel yang telah dimasukkan dalam persamaan diskriminan. Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 Brandimage Kualitasproduk Harga (Constant)
.341 -.083 .371 -3.948
Sumber : Hasil OutputSPSS Dari data diatas maka persamaan fungsi diskriminan yang terbentuk adalah sebagai berikut : Z score = -3,948+3,41(brand image)-0,83(kualitas produk)+0,371(harga) 4. Konsumen yang dijadikan responden terdapat 2 kelompok diskriminanyang disebut two group discriminant, dan hal tersebut dapat dilihat pada table berikut : Functions at Group Centroids keputusanpemb elian tidak membeli membeli
Function 1 1.686 -.448
Dari table diatas terlihat bahwa kelompok tidak membeli mempunyai nilai Z= 1,686, sedangkan kelompok membeli mempunyai niai Z= - 448. Dari table tersebut diatas dapat digambarkan kurva centroid sebagai berikut :
Terlihat dari gambar dihalaman sebelum ini, distribusi anggota tidak membeli dengan kategori 0 berjumlah 21 orang, sedangkan anggota kelompok membeli dengan kategori 1 berjumlah 79 orang. Perhitungan Zcu (angka kritis) :
7
Dimana : Zcu = angka kritis, berfungsi sebagai cut of score (nilai batas) = jumlah sampel di grup A dan grup B angka centroid pada grup A dan grup B Perhitungan Zcu (angka kritis) :
atau praktis sama dengan -0,00 5. Pengujian secara simultan dapat dilihat pada output test result. Box‟s M menguji homoginitas covariance matrik antar group. Test Results Box's M 5.211 F Approx. 5.124 df1 1 df2 9752.613 Sig. .024 . Dari output tersebut terlihat bahwa model penelitian ini memiliki nilai signifikan sebesar 0,024. Tingkat signifikan > 0,05 maka terima HA dan tolak HO, sehingga model ini memberikan kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara brand image, kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama. 6. Untuk mengetahui ketepatan model persamaan diskriminan yang telah terbentuk, dapat dilihat pada berikut ini :
Tabel 5.9 Classification Results keputusanpem Predicted Group Membership belian tidak membeli membeli OriginaL
Count %
Cross-validated
a
Count %
Total
tidak membeli
17
4
21
membeli
10
69
79
tidak membeli
81.0
19.0
100.0
membeli
12.7
87.3
100.0
tidak membeli
17
4
21
membeli
10
69
79
81.0
19.0
100.0
12.7
87.3
100.0
tidak membeli
membeli Sumber : Hasil Output SPSS
8
Pada table diatas, ditunjukkan bahwa pada bagian original terlihat bahwa mereka yang pada data awal terdapat 21 orang yang tidak membeli, dengan model diskriminan diramalkan sebanyak 4 orang akan beralih prilakunya menjadi membeli dan 17 orang akan tetap berprilaku tidak membeli. Sedangkan dari konsumen yang membeli sebanyak 79 orang namun diramalkan 70 orang akan tetap berprilaku membeli sedangkan sisanya hanya 9 orang diramalkan akan berubah. Ketetepan fungsi diskriminan dapat dihitung dengan cara 17+69/100= 0,86 atau 86 %
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian secara partial Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05, maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut layak masuk ke dalam model. Dari data table Tests of Equality of Group Means pada bab sebelumnya brand image, kualitas produk, dan harga memiliki nilai signifikan yang sama yaitu 0,00<0,05, maka Ha diterima, sehingga ketiga variable tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian secara partial.
b
Ha2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image. kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama. Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05, maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut memiliki pengaruh secara besama-sama dengan keputusan pembelian. Dapat dilihat pada hasil output SPSS pada Tabel 5.8 Test Result. Dimana nilai signifikan 0,024 < 0,05 maka hasil kesimpulannya adalah terima Ha dan ini berarti variable brand image, kualitas produk, dan harga dapat mempengaruhi keputusan pembelian secara bersama-sama.
c
Ha2b : Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian Dari nilai fungsi diskriminan pada table 5.5 Canonical diskriminant function coefficients yaitu : Z score = -3,948+3,41(brandimage)-0,83(kualitas produk)+0,371 (harga) maka dapat dilihat nilai yang tertinggi yaitu Harga yang mencapai 0,371 maka hal ini berarti Ho ditolak dan terima Ha, artinya varibel harga yang memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian dibandingkan variable brand image dan kualitas produk.
Jadi kesimpulannya adalah faktor yang sangat menentukan keputusan pembelian adalah faktor harga dimana hal ini sangat berpengaruh apabila ada potongan diskon dan promo harga maka pelanggan tidak terlalu banyak berpikir dalam melakukan pembelian produk dan untuk variable brand image, kualitas produk, dan harga memiliki pengaruh baik secara partial maupun bersama-sama terhadap keputusan pembelian.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis ingin memberikan saran-saran kepada PT Chandra Jaya Sukses sebagai distributor tunggal kursi recliner merek Lazboy di Indonesia berupa masukkan dalam menentukan strategi-strategi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan penjualan, sebagai berikut: 9
1. PT Chandra Jaya sukses selaku distributor tunggal kursi recliner merek Lazboy di Indonesia sebaiknya memperhatikan harga produk yang ditawarkan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menentukkan pembelian produk tersebut dan sebaiknya lebih sering mengadakan clearance sale dengan memberikan potongan diskon untuk produk kursi yang sudah model lama, hal ini dilakukan supaya konsumen yang tadinya tidak ingin membeli atau masih berpikir dulu untuk membeli dapat berubah keputusan menjadi membeli karena adanya potongan harga yang cukup menarik, hal ini akan meningkatkan penjualan produk secara tidak langsung. 2. Faktor Brand image dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian produk kursi recliner Lazboy, maka dengan ini penulis ingin memberikan saran kepada perusahaan PT Chandra Jaya Sukses untuk tetap memperkenalkan brand produk tersebut lebih lagi ke masyarakat Indonesia dengan memberikan kesan lebih yang ekslusif pada produk. Hal ini dapat dengan cara mengadakan acara gathering untuk kalangan atas dengan bertema acara gathering yang eksklusif untuk pengenalan brand image produk kursi recliner Lazboy seperti dapat diadakan di mall-mall besar di Indonesia, restaurant eksklusif, dan hotel-hotel berbintang, serta dalam membangun brand image yang lebih baik lagi maka dapat juga dengan acara pameran-pameran, dari hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk kursi recliner merek Lazboy di Indonesia.
3. Faktor kualitas produk juga mempengaruhi keputusan pembelian walaupun hanya memiliki pengaruh yang sedikit akan tetapi perusahaan juga tetap harus memperhatikan hal ini, dapat dengan cara memberikan garansi produk yang lebih lama untuk busa dan bahan kayunya atau arc metal handle nya, hal ini dilakukan supaya konsumen merasa lebih yakin lagi dengan kualitas produk tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk kursi recliner merek Lazboy.
DAFTAR PUSTAKA Ali Hasan, Marketing,Yogyakarta : Media Pressindo,2009 A.A. Anwar Prabu. M, Perilaku konsumen, Bandung: Refika Aditama, 2005 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi ketujuh, Bandung: Alfabeta, 2007, Eva Z.Yusuf,Lesley Williams,Manajemen Pemasaran,Jakarta : Penerbit PPM ,2007 Fred R.David,Strategic Management,New Jersey : Pearson Prentice Hall,2009 Hanna. Nessim & Richard Wozniak,Consumer Behaviour : An Applied Approach, New Jersey: Pretice Hall, 2001 Henry, Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Penerbit YKPN,2003 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, edisi keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2005
10
Husein Umar,Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,cetakan pertama,Jakarta :PT Gramedia Pustaka,2004, Keller, Kevin Lane. Strategic Brand Management; Building Measuring and Managing Brand Equity : Prentice Hall. New Jersey, 2000., Jurnal_fuad_asshiddieqi_c2a008066,Tahun 2012 Philip kotler,Dasar-dasar pemasaran,edisi kesembilan, jilid 1,Jakarta : PT indeks Gramedia, 2003
kelompok
Philip Kotler & Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran jilid 1, edisi ke 12, Jakarta: PT indeks kelompok Gramedia, 2008 Setiadi, N. J. Perilaku konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003. Philip Kotler dan Kevin Lane Keller,Manajemen pemasaran, edisi 13 jilid 1, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2009 Pelton.Lou.E dkk, Marketing Channels : Relationship Management Approach, Edisi kedua, New York: The McGraw-Hill Compines,2002 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi 10, jilid 2, Jakarta : Pearson Education Asia Pte. Ltd. Dan PT Prenhallindo, 2002 Suliyanto, Analisis Data : Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005 Tybout, A.M., Calkins, T. Kellog on Branding. New Jersey: John Wiley & Sons,In
11
PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBANGUN INTENSI PEMBELIAN PADA PRODUK SEPATU CONVERSE DI JAKARTA BARAT
Adi Prasetyo Widodo Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta Barat
[email protected]
ABSTRAKSI Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Sepatu Converse di Jakarta Barat (dibimbing oleh Tantri Yanuar Rahmat Syah). Studi ini dibuat untuk mengetahui pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi Pembelian Sepatu Converse. Pada penelitian ini populasinya adalah pengunjung toko Sepatu Converse di mall Daan Mogot, Jakarta Barat, dalam hal ini populasi tidak diketahui. Karena tidak diketahui maka menggunakan Quota Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa produk dan distribusi berpengaruh terhadap intensi pembelian dan secara bersamaan produk, harga, distribusi dan promosi berpengaruh terhadap intensi pembelian. Key Word : Product, Price, Distribution, Promotion, Purchase Intentions.
PENDAHULUAN Converse merupakan salah satu merek dagang perusahaan sepatu asal Amerika yang pertama kali memulai produksinya pada tahun 1908. Pada perkembangannya muncul saat sepatu Converse dipakai oleh sebuah grup band yang sedang tenar pada tahun 1987 bernama Nirvana. Salah seorang personelnya yaitu almarhum Kurt Cobain menjadi acuan dalam trend fashion bagi para remaja pada zamannya. Dengan memakai kemeja flannel dan sepatu Converse serta tampilan yang cuek terlihat liar seolah telah menjadi ciri khas dari seseorang dari aliran musik Grunge. Keberadaan sepatu Converse di Indonesia dinilai cukup besar, hal tersebut terlihat dengan dibangunnya 2 (dua) buah pabrik tempat pendistribusian sepatu Converse yang tepatnya berada di daerah Tangerang dan Sukabumi. Seiring berjalannya waktu peningkatan penjualan di Indonesia kurang terlihat adanya pertumbuhan. Hal ini terjadi ketika munculnya produk palsu, memanfaatkan dari segi harga yang lebih terjangkau serta segi efektivitas sepatu Converse dapat dipakai baik oleh wanita maupun pria dan dapat dipadukan dengan berbagai gaya busana. Semakin menjamurnya produk sepatu Converse palsu telah menjadikan ancaman serius bagi perusahaan yang berimbas pada penjualan. Ditengah persaingan antara sepatu adidas, nike maupun puma, sepatu converse terbilang mampu bertahan dari gempuran brand-brand tersebut. Selain daya tahan, kualitas dan style yang tidak terkalahkan, sepatu Converse juga mendulang 12
kesuksesan besar karena strategi marketingnya atau pemasarannya yang jitu tidak terkalahkan. Setiap bisnis selalu akan menghadapi sebuah istilah yang namanya persaingan, dan setiap pemain bisnis tentu akan selalu menginovasi baik strategi maupun produknya untuk tetap bertahan di posisi atas terhadap pasar penjualan. Converse sendiri merupakan salah satu merek sepatu yang berfokus pada satu niche saja, khususnya niche olahraga dengan merek sepatunya sneakers. Merek ini sudah menjadi nama yang berkualitas bagus khususnya untuk sepatu bidang olahraga karena mereka benar-benar berfokus untuk itu, selain itu harganya juga bersaing dan cukup untuk semua kalangan. Pada umumnya, perusahaan menggunakan promosi sebagai tambahan atas strategi pemasaran yang lain seperti produk, penentuan harga dan tempat distribusi. Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran. Aktivitas pemasaran tersebut, berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan target audiens atas perusahaan serta produk yang dapat diterima hingga membeli pada produk yang ditawarkan perusahaan. Namun proses promosi yang telah dilakukan sebelumnya terbukti kurang efektif dikarenakan tidak adanya informasi tentang perbedaan originalitas produk dalam mengurangi intensitas pemalsuan yang dinilai dapat menurunkan laba penjualan (www.facebook.com/ ConverseID diakses 12 Maret 2013). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi Terhadap Iintensi Pembelian : Studi Kasus Pada Produk Sepatu Converse di Jakarta Barat”. Maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk terhadap intensi pembelian sepatu Converse, b). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga terhadap intensi pembelian sepatu Converse, c). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh distribusi terhadap intensi pembelian sepatu Converse, d). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi terhadap intensi pembelian sepatu Converse, e). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama - sama terhadap intensi pembelian sepatu Converse. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam usaha mengembangkan bisnisnya agar dapat berjalan dengan baik sebagai bahan pertimbangan, b). Menambah wawasan dan pengetahuan atas ilmu mengenai pengaruh bauran pemasaran terhadap intensi pembelian serta studi perbandingan antara teori ilmu kenyataan yang terjadi dilapangan, c). Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan dokumentasi guna melengkapi sarana yang diperlukan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak - pihak yang berkepentingan.
TINJAUAN PUSTAKA William J. Stanton dalam Basu Swasta “pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial” (Swastha Basu, 1998:179). Menurut Kotler dan Amstrong, bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:62). Intensi merupakan suatu rencana yang disusun sebelum kita melakukan pembelian. Sebelum pembelian, konsumen mulai dengan mengumpulkan informasi produk berdasarkan pengalaman pribadi dan lingkungan eksternal. Ketika jumlah informasi mencapai tingkat tertentu, konsumen mulai penilaian dan proses evaluasi, dan membuat keputusan pembelian setelah perbandingan dan penilaian. Niat beli sering digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam studi terkait. Niat beli konsumen berarti kecenderungan subjektif untuk memiliki produk tertentu, dan telah terbukti menjadi faktor kunci untuk memprediksi perilaku konsumen (Chi, H. K., Yeh, H. R., dan Tsai, Y. C, 2007). 13
METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan metode mall intercept. Adapun lokasi penelitian ini adalah di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung toko sepatu converse di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda. Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas, maka pernyataan yang terdapat dalam definisi operasional variabel tentang Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi Pembelian sepatu Converse. Adapun penjelasan variabel dibahas dalam penulisan ini akan dijelaskan sebagai berikut : a). Produk (X1) yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang ditawarkan oleh Converse untuk mempengaruhi konsumen agar tertarik untuk membeli produk sepatu Converse. Adapun indikatornya produk menurut Philip Kotler sebagai berikut : kualitas, desain dan citra merek, b). Harga (X2) yang dimaksud dengan harga adalah sejumlah uang dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Stanton sebagai berikut : keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, dan daya saing harga, c). Distribusi (X3) yang dimaksud dengan distribusi adalah sesuatu yang ditawarkan oleh Converse agar konsumen mudah dalam memperoleh atau membeli Produk sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Bashu Swastha sebagai berikut : mudah dijangkau, kelengkapan produk , dan jumlah gerai, d). Promosi (X4) yang dimaksud dengan promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pihak Converse, agar para konsumen dapat mengetahui Produk sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Kotler sebagai berikut : iklan, promosi penjualan, e). Intensi Pembelian (Y) yang dimaksud dengan intensi pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan sebelum melakukan pembelian, apakah konsumen tersebut akan membeli atau tidak membeli produk sepatu Converse.
Hipotesis H1 : Semakin baik produk, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk tersebut. H2 : Semakin kompetitif harga, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk tersebut. H3 : Semakin baik saluran distribusinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk tersebut. H4 : Semakin menarik promosinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk tersebut. H5 : Secara keseluruhan Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Intensi Pembelian.
HASIL Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada tiga hipotesis yang didukung oleh data, dan dua hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data. 14
Tbel 5.3 Tabel Olahan Regresi Coefficientsa
Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
2.553
.014
(Constant) 1.627
.637
PRODUK .253
.085
.345
2.973
.005
HARGA
.082
-.126
-1.102
.276
TEMPAT .434
.107
.475
4.067
.000
PROMOSI .003
.094
.003
.029
.977
-.090
a. Dependent Variable: INTENSI PEMBELIAN
PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka pembahasan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel produk (X1) secara sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel produk (X1) yang memiliki nilai signifikansi 0,005 yang berarti < 0,05. b). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel harga (X2) secara sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel harga (X2) yang memiliki nilai signifikansi 0,276 yang berarti > 0,05. c). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel distribusi (X3) secara sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel distribusi (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05. d). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel promosi (X4) secara sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel promosi (X4) yang memiliki nilai signifikansi 0,977 yang berarti > 0,05.
15
e.) Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama - sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : a). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel produk mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, b). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga tidak mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, c). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel distribusi mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, d). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel promosi tidak mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, e). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi secara bersama-sama Mempunyai Pengaruh Terhadap Intensi Pembelian. Adapun saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai produk, harga, distribusi dan promosi terhadap intensi pembelian produk sepatu Converse. Hal ini dikarenakan dalam penelitian hanya ada 3 hipotesis yang diterima yaitu produk terhadap intensi pembelian, distribusi terhadap intensi pembelian dan bauran pemasaran secara bersama-sama terhadap intensi pembelian. Dan Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh yang tidak hanya berdasarkan lingkup produk, harga, distribusi dan promosi serta intensi pembelian. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan intensi pembelian.
Persantunan Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang tercinta yang telah membiayai kuliah saya dan mendoakan saya selama saya kuliah.
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2005. Bandung.
Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, CV. Alfabeta;
Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta; PT Rineka Cipta. Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Grafindo Persada.
Jakarata; PT.
Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. Dr. Hasym, SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita, SE, MM. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press. Engel, Blackwell, dan Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Tanggerang; Binarupa Aksara. Grewal D. Levy M. 2008. Marketing. New York; McGraw-Hill Companies Inc. Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid Satu Edisi Keduabelas, Cetakan Ketiga. Jakarta; Penerbit Indeks. Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta;
Erlangga. 16
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium jilid 1 dan 2, Jakarta; Indeks. Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jakarta; Indeks. Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2004. Prinsip – prinsip Pemasaran Jilid II. Erlangga.
Jakarta;
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2006. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid Jakarta; Erlangga.
1.
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 11 Jilid 1 Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama. Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian, Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta; Salemba Empat. Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Ke-12 Jakarta: Erlangga.
jilid 1.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2 edisi Jakarta; Erlangga.
ke-12.
Mowen, John C dan Michael Miror. 2007. Perilaku Konsumen Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta; PT. Penerbit Erlangga. Prof. Dr. Sugiyono. 2010. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R &D. Bandung; Cv. Alfa Beta. Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif . Jakarta; Utama.
Gramedia Pustaka
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta:PT.Indeks. Swastha, Basu. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta; Prenhalinda. Swastha, Basu dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua.Cetakan kesebelas. Jakarta; Penerbit Liberty. Swastha, Basu dan T Hani Handoko. 2010. Manajemen Pemasaran : Analisa Konsumen. Yogyakarta ; UGM.
Perilaku
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung; PT. Rosdakarya.
Remaja
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta; Andi. Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi Pemasaran Edisi Ketiga. Yogyakarta; Andi.
17
PERANAN CITRA MEREK TDR RACING DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS KONSUMEN Andy Hendri Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRAKSI Perkembangan sepeda motor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi. Meningkatnya pengguna sepeda motor di Indonesia diiikuti juga oleh meningkatnya permintaan atas produk spare part motor. Hal ini membuat persaingan dalam dunia industri spare part motor di Indonesia menjadi semakin ketat karena bermunculan merek-merek baru yang membuat pilihan semakin banyak. Perusahaan harus mampu menciptakan Citra yang baik terhadap mereknya sehingga dapat membuat orang-orang membeli produknya, sehingga pada akhirnya terciptalah kepuasan dan kepuasan itu dapat terus berkembang menjadi loyalitas konsumen terhadap produk. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji factor, uji realibilitas, uji ANOVA, dan uji Structural Equation Model (SEM). Dimana hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa citra merek yang dimiliki produk TDR Racing berhasil mempengaruhi terciptanya kepuasan konsumen. Namun, citra merek yang dimiliki TDR Racing belum tentu membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing, tetapi untuk membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing perusahaan harus mampu menimbulkan rasa kepuasan konsumen terhadap produk TDR Racing terlebih dahulu. Kata kunci : Citra Merek, Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Konsumen PENDAHULUAN Pada saat ini kendaraan yang cocok untuk kondisi lalu lintas di kota Jakarta dan yang dapat menunjang aktivitas masyarakat secara efektif dan efisien adalah sepeda motor. Sepada motor dipilih oleh masyarakat karena lalu lintas yang padat dan lebih mudah menerobos kemacetan. Hal-hal seperti itulah yang membuat perkembangan penjualan sepeda motor di Indonesia semakin meroket. Dengan meningkatnya pengguna sepeda motor setiap tahunnya, maka membuat hal tersebut juga diiringi dengan meningkatnya permintaan terhadap spare part sepeda motor, khususnya bagi spare part racing. Spare part racing motor menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengguna sepeda motor karena ada sebagian kalangan yang tidak puas terhadap performa kecepatan motor yang telah dimilikinya sehingga membuat mereka berkeinginan untuk menambah kecepatan mesin dengan mengganti spare part orisinil dengan spare part racing. Penggunanaan spare part racing pada motor dapat meningkatkan performa motor agar lebih baik lagi dan cepat. Oleh karena itu, banyak 18
dari pengguna sepeda motor yang kerap kali melakukan modifikasi – modifikasi spare part pada motornya dan hal ini menjadi hobi baru tersendiri bagi mereka. TDR racing merupakan salah satu merek spare part ternama yang ada di Indonesia. Ada beberapa macam jenis produk spare part racing yang dimiliki mulai dari untuk meningkatkan performa rem hingga knalpot racing. Banyak masyarakat di Indonesia yang mencari spare part TDR Racing.Hal ini membuat merek dari TDR Racing ini menjadi semakin terkenal. Namun sekarang ini, TDR Racing mulai menghadapi persaingan yang sangat ketat karena mulai bermunculan beberapa kompetitor yang mulai memposisikan pasar sebagai pasar yang kompetitif. Hal ini berarti mengharuskan TDR Racing untuk selalu berinovasi dan mengembangkan strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan nya. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh citra merek untuk TDR Racing karena merupakan salah satu merek spare part yang memiliki produk-produk unggulan. Dari hasil pengamatan, TDR Racing terkenal sebagai merek spare part yang diakui memiliki kualitas bagus dibandingkan spare part racing merek lain nya. Dapat dilihat bahwa TDR Racing dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor nya tidak dengan menawarkan harga yang lebih murah, namun lebih menjual kualitas dengan mengutamakan kekuatan merek yang dimiliki nya, sehingga memberikan keyakinan pada para konsumen nya. Pemasar harus selalu mendesign program pembangunan citra merek dalam aktivitas pemasaran dan melakukan kegiatan yang mendukung pemasaran guna memperkuat merek.Kekuatan merek menyangkut dalam dua hal yaitu kepuasan konsumen terhadap produk dan loyalitas konsumen terhadap produk. Seiring dengan perkembangan persaingan antar produsen spare part racing dengan berbagai macam keunggulan yang bertujuan untuk menaikkan volume penjualan, meraih kembali pasar yang telah menurun, dan untuk mempertahankan pasar yang telah diperolehnya adalah tantangan yang harus dihadapi. Dipasar yang serba kompetitif seperti sekarang ini, merek mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran dimasa yang akan datang lebih menjadi persaingan antar merek, yaitu persaingan untuk merebut konsumen melalui merek. Selain itu, merek bukan hanya dianggap sebagai nama, logo ataupun symbol, melainkan merek merupakan nilai yang ditawarkan sebuah produk bagi konsumen yang memakai nya. Penelitian ini difokuskan pada persepsi kualitas produk yang dirasakan konsumen menetukan loyalitas konsumen. Dengan demikian, bisa terlihat bahwa citra merek memiliki pengaruh yang lebih spesifik pada persepsi kualitas produk dan loyalitas konsumen. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap kepuasan konsumen TDR Racing. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap loyalitas konsumen TDR Racing. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen TDR Racing.
19
TINJAUAN PUSTAKA 1. Citra Merek Menurut Keller (2008), citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasimerek yang ada pada pikiran konsumen. Sementara itu, definisi lain mengenai citra merek diungkapkan oleh David A. Aaker (1991) sebagai kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang berarti. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek yang terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu merek. Untuk mendefinisikan merek sebagai suatu simbol yang kompleks terdapat enam tingkatan pengertian, yaitu: 1. Attributes Suatu merek membawa atribut tertentu ke dalam pikiran. Contoh: mahal, tahan lama, prestise tinggi. 2. Benefit Atribut harus dapat diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional.Contoh : atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan kedalam manfaat fungsional sedangkan “mahal” dapat diterjemahkan kedalam manfaat emosional. 3. Values Merek juga mengatakan sesuatu mengenai nilai produsen. Contoh: performa tinggi, keamanan, prestise. 4. Culture Suatu merek dapat merepresentasikan budaya tertentu. Contoh: budaya disiplin, efisien dan lain-lain. 5. Personality Suatu merek dapat memproyeksikan budaya tertentu.Contoh : enerjik, aktif, dan lain-lain. 6. User Merek memperkirakan konsumen macam apa yang akan membeli dan menggunakan produk. 2. Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan menurut Mowen dan Minor (2001) adalah keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Sedangkan menurut Tjiptono (1997) kepuasan konsumen adalah perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Konsumen yang puas, akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melalukan pembelian ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa yang akan datang. Mereka juga akan mengungkapkan kebaikan akan produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada yang mendiamkan saja dan ada yang melakukan komplain atau keluhan. Menurut Kotler dan Amstrong (2000) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai berikut suatu tingkatan dimana produk dirasakan sesuai dengan harapan pembeli.Kepuasan pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja produk aktual, sehingga sesuai dengan harapan pembeli.Pelanggan memiliki berbagai macam tingkatan 20
kepuasan.Jika keberadaan suatu produk berada di bawah harapan pembeli, maka pembeli tersebut tidak merasa puas. Namun, tidak ada satu pun ukuran tunggal yang terbaik tentang kepuasan pelanggan, meskipun demikian beragamnya cara mengukur kepuasan pelanggan terdapat sebuah kesamaan yang setidaknya berada didalam enam konsep inti mengenai objek pengukuran sebagai berikut : 1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Costumer Satisfaction) Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk atau jasa spesifik tertentu. Biasanya, ada dua bagian dalam proses pengukurannya .Pertama, mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan yang bersangkutan.Kedua, menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap produk atau jasa para pesaing. 2. Dimensi Kepuasan Pelanggan Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan ke dalam komponenkomponennya.Umumnya, proses semacam ini terdiri atas empat langkah Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan.Kedua, meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan, atau keramahan staf layanan pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Dan Keempat, meminta para pelanggan untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan. 3. Konfirmasi Harapan ( Confirmation of Expectations) Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut atau dimensi penting. 4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent) Kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan lagi. 5. Kesediaan Untuk merekomendasi (Willingness to Recommend) Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif sama atau bahkan hanya terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian mobil, broker rumah, asuransi jiwa, tur keliling dunia, dan sebagainya). Kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis dan ditindaklanjuti. 6. Ketidakpuasan Pelanggan (Costumer Dissatissfaction) Beberapa macam aspek yang sering ditelaah guna mengetahui ketidakpuasan pelanggan, meliputi : a) komplain b) retur atau pengembalian produk c) biaya garansi d) product recall (penarikan kembali produk dari pasar) e) gethok tular negative f) defections konsumen yang beralih ke pesaing.
21
3. Loyalitas Konsumen Menurut Ratih (2005) definisi loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Griffin (2005) definisi pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan pembelian secara berulang pada badan usaha yang sama, membeli lini produk dan jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang sama, memberitahukan kepada orang lain kepuasan-kepuasan yang didapat dari badan usaha dan menunjukkan kekebalan terhadap tawaran dari pesaing. Griffin (2005) mengemukakan pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Melakukan pembelian berulang yang teratur Hal ini menunjukkan bahwa konsumen setia untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tertentu dalam suatu periode tertentu. b. Pembelian antarlini produk dan jasa Konsumen yang loyal tidak hanya membeli suatu jenis produk atau jasa saja, tetapi membeli lini produk atau jasa lain pada badan usaha yang sama. c. Mereferensikan kepada orang lain Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang setia akan merekomendasikan halhal yang positif mengenai produk atau jasa dari perusahaan tertentu kepada rekan dan keluarga, dan meyakinkan bahwa produk atau jasa tersebut merupakan produk yang baik. Sehingga orang lain akhirnya ikut membeli dan menggunakan produk atau jasa dari badan usaha tersebut. d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan yang loyal akan menolak untuk mempertimbangkan tawaran produk atau jasa dari pesaing karena produk atau jasa yang dikonsumsi saat ini telah memberikan kepuasan yang akhirnya berujungpada loyalitas terhadap produk atau jasa tersebut. Dari karakteristik pelanggan yang loyal diatas terlihat bahwa pelanggan yang loyal memenuhi karakteristik : melakukan pembelian ulang secara teratur, membeli antarlini produk dan jasa, merekomendasikan kepada orang lain, dan menunjukkan kekebalan dari daya tarik pesaing, dengan kata lain tidak mudah terpengaruh oleh produk atau jasa dari pesaing. 4. Hipotesis Definisi dari citra merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek yang terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu merek. Citra merek yang positif dapat membuat orang yang sebelumnya belum mengkonsumsi produk menjadi tertarik untuk mencoba untuk mengkonsumsi produk. Hal tersebut lah yang diharapkan oleh kebanyakan perusahaan, dengan citra merek mereka yang positif diharapkan semakin banyak orang yang menggunakan produk mereka, dan setelah menggunakannya konsumen dapat mencapai pada titik dimanatimbul rasa kepuasan atas produk yang dikonsumsi. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Astri Ayu Lutfiana, Saryadi, dan Andi Wijayanto, Universitas Diponegoro Semarang, yang berjudul “Pengaruh Citra 22
Merek dan Kualitas Produk Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Antara Terhadap Loyalitas Konsumen Air Minum Merek Aqua”. Pada penelitian ini diketahui bahwa variable citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen, yang berarti bahwa citra merek yang baik akan mendasari peningkatan kepuasan konsumen. H1 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap kepuasan konsumen. Memiliki konsumen yang loyal meupakan idaman dari seluruh perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Melka Neria S, Universitas Indonesia, ”Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditarik kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang kuat dan positif antara variabel citra merek terhadap loyalitas pelanggan maskapai Garuda Indonesia. Citra merek juga berpengaruh terhadap pembentukan loyalitas pelanggan Garuda Indonesia. H2 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap loyalitas konsumen. Selanjutnya mengenai pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen.Perusahaan selalu berharap bahwa konsumen yang sudah merasakan kepuasan terhadap produk perusahaan dapat terus bekembang menjadi konsumen yang loyal terhadap perusahaan. Penelitian yang mewakili hal tersebut telah dipaparkan oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma. Hasil dari penelitian itu mengatakan variable loyalitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan variable kepuasan dilihat dari hasil uji regresi yang dilakukan. H3 : Terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Toko Zoom Motor, jalan Kebon Jeruk III no.35B, Jakarta Barat. 2. Populasi dan Sampel Penelitian ini memilih konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk – produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dan karena jumlahnya tidak diketahui secara pasti, maka dilakukan pengambilan sampel untuk penelitian ini. Penentuan banyaknya jumlah sampel sebagai responden harus disesuaikan dengan banyaknya jumlahitem pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n observasi x 5. Kuesioner dibagikan kepada konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk – produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah13 item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah kuisioner yang digunakan adalah sebanyak 65 responden, namun kuesioner yang dibagikan sebenarnya sebanyak 70 responden.
23
3. Definisi Operasional Variabel Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut. Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut : Tabel 1 Definisi operasional variabel Nama Variabel Konstruk
Citra Merek (Stephen L. Sondoh et al,2007)
Indikator (Variabel Terukur) A.Experential benefit 1. Menggunakan produk TDR Racing membuat saya merasa hebat. B.Functional benefit 2. Performa produk TDR racing seperti yang dijanjikan. 3. TDR Racing membuat motor lebih kencang. C.Appearance enhances 4. TDR Racing memberikan solusi yang sesuai dengan harapan saya.
D.Overall satisfaction 1. Saya pikir saya melakukan keputusan yang tepat dengan menggunakan TDR Racing. 2. Saya yakin TDR Racing dapat memberikan pengalaman yang Kepuasan Pelanggan menyenangkan. (Stephen L. Sondoh 3. Saya puas terhadap pilihan saya et al,2007) menggunakan produk TDR Racing. 4. Keputusan menggunakan TDR Racing adalah pilihan yang bijaksana. 5. TDR Racing dapat memuaskan kebutuhan saya.
Loyalitas Pelanggan (Stephen L. Sondoh et al,2007)
E.Loyalty intention 1. Produk TDR Racing adalah pilihan utama saya. 2. Saya berniat untuk terus menggunakan produk TDR Racing. 3. Saya akan membeli kembali produk TDR Racing. 4. Saya akan merekomendasikan produk TDR Racing kepada temanteman saya.
Ukuran
Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju
Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju
Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju
24
4. Analisis Structural Equation Model Analisis statistik ini digunakan untuk mengestimasi beberapa regresi yang terpisah tapi saling berhubungan secara bersamaan (simultaneously). Berbeda dengan analisis regresi, dalam SEM bisa terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel dependen ini bisa menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain. SEM adalah sebuah teknik statistik multivariat yang menggabungkan aspek-aspek dalam regresi berganda (yang bertujuan untuk menguji hubungan dependen) dan analisis faktor (yang menyajikan unmeasured concepts factors with multiple variables) yang dapat digunakan untuk memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling mempengaruhi secara bersama-sama. Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM yaitu : 1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Merupakan suatu model kausal atau sebab akibat yang menyatakan hubungan antar dimensi atau variabel. 2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang dibentuk berdasarkan dasar teori. Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang diujinya. 3. Membagi path diagram tersebut menjadi satu set dari model pengukuran (measurement model) dan model struktrural (structural model). 4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan. Perbedaan SEM dengan teknik multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimisinya. SEM hanya menggunakan matrik varian / kovarian atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan. 5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk menentukan model yang dispesifikasikan bukan model yang under-indentified atau unidentified. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini : a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar. b. Program ini mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan. c. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif. d. Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat (Misalnya lebih dari 0,9). 6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit sebagai berikut. a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbandingan 5 observasi untuk setiap parameter estimate b. Normalitas dan linearitas c. Outliers d. Multicolinierity dan singularity 7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.
25
5. Model Penelitian
H1 H3 H2
Gambar 1 Model Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengujian Validitas Faktor Sesuai rekomendasi dari Hair et.al (1998) bahwa variabel pengamatan yang layak digunakan sebagai indikator terhadap konstruk atau variabel latennya haruslah memiliki muatan faktor yang lebih besar dari 0,5 sehingga model yang digunakan mempunyai kecocokan yang baik, selain itu nilai-t muatan faktornya harus lebih besar daripada nilai kritis (>1,96). Pada hasil analisis validitas butir indikator pada tabel order construct penelitian, variabel observasi dari citra merek memiliki 4 indikator, variabel kepuasan pelanggan 5 indikator, dan variabel loyalitas pelanggan memiliki 4 indikator. Berikut hasil akhir dari analisis validitas indicator konstruk penelitian. Tabel 2 Hasil Pengukuran Validitas Indikator Order construct Loading Factor Indikator
Nilai t
Konstruk
Keterangan 1
2
1
2
0,66
0,65
5,61
5,51
Digunakan
0,61
0,62
5,09
5,16
Digunakan
0,71
0,71
6,09
6,10
Digunakan
CM4
0,67
0,67
5,67
5,71
Digunakan
KP1
0,65
0,64
5,75
-
Digunakan
0,79
0,79
7,54
5,41
Digunakan
0,66
0,67
5,93
4,74
Digunakan
CM1 CM2 CM3
KP2 KP3
Citra Merek
Kepuasan Pelanggan
26
KP4
0,76
0,77
7,21
5,29
Digunakan
KP5
0,66
0,61
5,94
4,41
Digunakan
LP1
0,75
0,70
6,86
-
Digunakan
0,83
0,87
7,88
6,08
Digunakan
0,54
0,58
4,54
4,42
Digunakan
0,37
-
3,02
-
Tidak Digunakan
LP2 LP3
Loyalitas Pelanggan
LP4
2. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk Menurut Bagozi dan Yi. (1988) syarat reliabilitas yang baik adalah memiliki construct reliability > 0,6 dan variance extracted > 0,5. Ghozali dan Fuad (2005) menambahkan bahwa syarat reliabilitas dapat dilihat dari salah satu metode saja. Dari perhitungan di atas diketahui bahwa konstruk citra merek(CM), kepuasan pelanggan (KP), dan loyalitas pelanggan (LP) seluruhnya memiliki reliabilitas yang baik, diatas dari 0,6. Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk Indikator
Std. Loading
CM1
0.65
CM2
0.62
0.62
CM3
0.71
0.5
CM4
0.67
0.55
KP1
0.64
0.59
KP2
0.79
0.37
KP3
0.67
0.55
KP4
0.77
0.41
KP5
0.61
0.62
LP1
0.7
0.51
LP2
0.87
0.24
LP3
0.58
0.66
Error
Costruct Reliability
Variance Extracted
0.76
0.44
0.83
0.49
0.77
0.53
0.57
27
3. Analisis Model Struktural Tabel 4 Persamaan Modl Struktural No.
Persamaan KP = 0.76*CM, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.58
1
(0.17)
(0.18)
4.54
2.31
LP = 0.86*KP + 0.038*CM, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.79 2
(0.25) (0.19)
(0.10)
3.37
2.06
0.20
Dari tabel diatas tersebut diatas dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing persamaan. Nilai R2 ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing variabel independent mampu menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil diatas dapat dianalisis sebagai berikut : 1) Citra merekmempengaruhi kepuasankonsumen mempunyai R2 = 0,58. Hal ini berarti 58% varian dalam kepuasan konsumen dapat dipengaruhi oleh citra merek, sedangkan 42% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. 2) Kepuasan konsumen dan citra merek secara bersama – sama mempengaruhi loyalitas pelanggan mempunyai R2= 0,79 atau 79% varian loyalitas pelanggan dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan konsumen dan citra merek, sedangkan 21% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan konsumen dan citra merek. 4. Analisis Goodness of Fit Tabel 5 Analisa Goodness of Fit Group
Indicator
Cut of Value
Degree of Freedom
Chi-square
1
Tingkat Kecocokan
50
Nilai yang kecil
NCP
P
Value
62,52
Baik
12,52
p> 0,05
0,11
28
RMSEA
RMSEA ≤ 0,08
0,060
Good Fit
P Value
p ≥ 0,05
0,35
Baik
2 ECVI Model ECVI Saturated
3 ECVI Independence
1,72 ECVI Model dekat dengan ECVI Saturated
AIC Model AIC Saturated
2,26 Baik 6,28
118,52 AIC Model dekat dengan AIC Saturated
AIC Independence
156
Baik
433,49
4 CAIC Model CAIC Saturated
209,48 CAIC Model dekat dengan CAIC Saturated
CAIC Independence
Kurang Baik
472,47
NFI
NFI ≥ 0,90
0.83
Marginal Fit
CFI
CFI ≥ 0,90
0.95
Good Fit
NNFI ≥ 0,90
0.93
Good Fit
IFI
IFI ≥ 0,90
0.95
Good Fit
RFI
RFI ≥ 0,90
0.78
Marginal Fit
PNFI
Nilai Tinggi
0.63
Baik
CN ≥ 200
78,37
Kurang Baik
RMR ≤ 0,05
0.067
Kurang Baik
GFI ≥ 0,90
0.87
Marginal Fit
AGFI
AGFI ≥ 0,90
0.80
Marginal Fit
PGFI
PGFI ≥ 0,50
0.56
Baik
NNFI
5
6
409,38
Critical N Standardized RMR GFI
7
Pengujian 1 :Statistic Chi-Square Chi Square (50) = 62,52, (p = 0,11) menunjukan kecocokan yang tidak mencukupi, karena nilai Chi Square nya besarmeskipun propabilitas p p = 0,11 > 0,05. NCP = 12,52 bernilai besar, menunjukkan kecocokan yangtidak mencukupi. Pengujian 2 :Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) RMSEA = 0,060 menunjukkan good fit. Kecocokan model cukup baik. 29
P-value for test of close fit (RMSEA ≥0,05) = 0,35, kecocokan keseluruhan model baik. Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI) ECVI model (1,72) dibandingkan dengan ECVI saturated model (2,26) dan ECVI independence model (6,28) ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model dan jauh dari ECVI independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati saturated daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,54 sampai 2,07, maka diperoleh kecocokan yang baik. Pengujian 4 :Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike Information Creterion (CAIC) AIC model (118,52) dibandingkan dengan AIC saturated model (156) dan AIC independence model (433,49). AIC modeldekat dengan AIC saturatedmodel dan jauh dari AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik. CAIC model (209,48) jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (409,38) dan juga lebih besar dari CAIC independence (472,47), maka menunjukkan kecocokan yang tidak baik. Pengujian 5 :Fit Index Normed fit index (NFI) = 0.83 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit. CFI = 0,95 (lebih dari 0.90)menunjukkan model yang sesuai. Tucker-Lewis Index atau Non normed fit index (NNFI) = 0,93 (diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Incremental Fit Index (IFI) = 0,95 menunjukkan good-fit. Relative Fit Index (RFI) = 0.78menunjukkan marginal fitdan Comparative Fit Index (CFI) = 0,95 menunjukkan good-fit. Parsimonius Normed Fit Index (PNFI) = 0.63 digunakan untuk perbandingan model, menunjukkan kecocokan yang mencukupi. Pengujian 6 :Critical N Critical N (CN) = 78,37 => model tidak mewakili sampel data Pengujian 7 :Goodness of Fit Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan dari fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variancecovariance matrix dari sampel data. Standardized RMR = 0.067 (> 0.05) menunjukkan mediacore fit.. Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87menandakan model yang diuji memiliki kesesuaian yang cukup baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.80 menunjukkan marginal fit. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.56 digunakan dalam perbandingan model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi. Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian menunjukkan kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang mencukupi kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh model (goodness of fit ) model ini memenuhi syarat. 30
5. Pengujian Hipotesis Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural Hipotesis
Pernyataan hipotesis
Nilai-t
Keterangan
4,54
Data mendukunghipotesis
H1
Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Kepuasan Konsumen.
H2
Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen.
0,20
Data tidakmendukung hipotesis
H3
Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen.
3,37
Data mendukung hipotesis
a. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Kepuasan Konsumen. Hal ini didapat dari nilai t- values 4,54> 1,96, yang berarti hipotesis dapat diterima. Hal tersebut membuktikan bahwaCitra Merek yang dimiliki oleh produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi puas terhadap produk TDR Racing. b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang didapatkan 0,20< 1,96. Hal tersebut berarti Citra Merek yang baik yang dimiliki TDR Racing tidak menjamin membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing. Hal ini mungkin dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang membuat konsumen untuk menjadi loyal, salah satunya bisa saja dari segi kualitas produk yang dimiliki TDR Racing. c. Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai T-values 3,37> 1,96. Yang berartihal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap produk TDR Racing
KESIMPULAN Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation model (SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 2 hipotesis yang signifikan dan 2 hipotesis lainnya tidak signifikan. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Kepuasan Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwaCitra Merek yang dimiliki oleh produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi puas terhadap produk TDR Racing. Tidak terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen. Hal ini menunjukkan Citra Merek yang baik yang dimiliki TDR Racing tidak menjamin membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing. Hal ini mungkin dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang membuat konsumen untuk menjadi loyal, salah satunya bisa saja dari segi kualitas produk yang dimiliki TDR Racing. Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk 31
TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap produk TDR Racing. SARAN Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat diimplementasikan di masa yang akan dating, seperti perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kualitas produk terhadap citra merek, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan. Kualitas produk merupakan salah satu aspek penting dalam membangun citra yang positif dan menciptakan rasa puas konsumen yang akhirnya berujung pada loyalitas. PERSANTUNAN Terima kasih disampaikan yang sebesar – besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar R. S, SE, MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik toko Zoom Motor Kebon Jeruk, Ibu Yenny Hendri, yang telah memberikan kesempatan untuk dijadikan tempat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Aaker, David A., Managing Brand Equity: Capitalizing On The Value of Brand Name. Free Press, New York, 1991 Armstrong, Garry dan Philip Kotler, Marketin an Introduction, Edition 8.Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2007 Auda, Rima Zhuhriah, “Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. (2009) Griffin, Jill, Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Erlangga, Jakarta, 2005 Haerudin, Heri, “Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli Konsumen”.Skripsi.Bandung : Universitas Pasundan. (2010) Hair et.al, Multivariate Data Analysis, 7th Edition.Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2010 Hurriyati, Ratih, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan pertama. Alfabeta, Bandung, 2005 Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE, Yogyakarta, 2002 Jumhur, Adang, Metode Penelitian Kuantitatif. Pustaka Setia, bandung, 2012 Keller, Kevin Lane, Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity 3rd Edition. Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, 2008 Kotler, Philip, Marketing Management 11th Edition. International Prentice Hall, New Jersey, 2003 , Manajemen Pemasaran, Edisi 11, Jilid 2. INDEKS, Jakarta, 2005 Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Manajemen Pemasaran, Jilid 1.PT.Prenhallindo, Jakarta, 2000 , Marketing An Introduction Eight Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2007 Meenaghan, Tony, “The Role of Advertising in Brand Image Development”. Journal of Product and Brand Management Vol.4 Iss.4, 1995 Mowen, J.C dan M. Minor, Perilaku Konsumen, Andi, Yogyakarta, 2001 32
Rahma, Eva Sheilla, “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra merek Terhadap Minat Beli dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian”.Skripsi.Semarang : Universitas Diponegoro. 2007 Rangkuti, Freddy, Measuring Customer Satisf ication Teknik Mengukurdan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP,PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta, 2002 Simamora, Bilson, Aura Merek (7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat). PT. Gramedia Pustaka Umum,Jakarta,2002 Stephen et.al, “The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention In The Context Of Colour Cosmetic”. Asian Academy of Management Journal, Vol.12, No.1.Malaysia, 2007 Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif.Alfabeta, Bandung, 2011 Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Edisi 1. Andi, Yogyakarta, 1997 , Strategi Pemasaran, Edisi 2. Andi, Yogyakarta, 2002 , Pemasaran Jasa, Edisi 1. Bayumedia, Malang, 2006 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17¬ab=12
33
PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBANGUN KEPUASAN DAN LOYALITAS PADA PRODUK LAPTOP ASUS DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Anggrahini Puspitasari Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul, Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen produk Laptop Asus. Penelitian ini dilakukan di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, dengan jumlah sampel sebanyak delapan puluh lima responden dimana pengambilan sampel menggunakan metode cross sectional. Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa harga memberikan pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen, dan kepuasan konsumen memberikan pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Hal tersebut dapat menjadi positif karena Laptop Asus merupakan salah satu produk yang paling banyak diminati oleh konsumen, khususnya pada Laptop Asus. Key Word : Price, Product Quality, Customer Loyalty, Customer Satisfaction.
PENDAHULUAN Asus merupakan salah satu vendor pembuat perangkat komputer terbesar di dunia. Perusahaan asal Taiwan ini memiliki banyak sekali portofolio produk notebook maupun netbook yang telah diluncurkan produk notebook Asus terkenal tangguh dengan harga relatif terjangkau sehingga banyak kalangan yang merekomendasikan merk ini, kabar baiknya daftar harga laptop Asus cenderung lebih murah dibanding merk lain meskipun spesifikasi yang ditawarkan setara atau bahkan lebih tinggi. Dewasa ini memang penggunaan perangkat notebook atau laptop sudah umum dan lumrah digunakan siapa saja mulai dari siswa sekolah hingga mahasiswa perguruan tinggi, kalangan pekerja atau karyawan, penggiat bisnis kecil UKM, rumah tangga, hingga profesional mudah yang membutuhkan perangkat komputer jinjing untuk menjalankan aktifitasnya. Harga laptop Asus yang bermacam-macam jenis dan tipe, semua orang dapat memilih tipe laptop berdasar kebutuhan dan budget yang dimilikinya. Ada laptop untuk pelajar, laptop untuk pekerja berat misalnya rendering video dan menjalankan program berat hingga laptop untuk hiburan seperti bermain game atau menonton film berkualitas tinggi dan Asus menyediakan semuanya tinggal kita memilih mana yang 34
cocok ( www.asus.com diakses tanggal 13 juli 2014). Oleh karena itu, dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari laptop menyebabkan permintaan laptop meningkat dari kalangan mahasiswa. Banyaknya merek laptop yang ada di Indonesia membuat mahasiswa dihadapkan pada berbagai macam pilihan merek laptop yang saling mengunggulkan harga, kualitas produk, serta desain produk yang menarik konsumen. Laptop sekarang ini sudah menjadi barang yang sangat penting dalam dunia modern. Laptop merupakan penyempurnaan dengan bentuk dan pembawaan yang lebih fleksibel dari komputer. Jika komputer menyala harus dengan dialiri arus listrik, maka laptop bisa dibawa kemana-mana karena memakai sumber tenaga berupa baterai. Namun, seiring waktu dalam penggunaannya, baterai laptop menjadi komponen yang paling rawan untuk rusak (daya tahan yang menjadi boros dan lemah). Hal ini dikarenakan arus yang mengaliri laptop tersebut tidaklah stabil atau sering naik turun. Pasti kita sering menjumpai beberapa orang yang suka mengeluh tentang daya kapasitas baterai laptopnya yang terus mengalami penurunan. Ada yang dipakai satu setengah jam saja, kemudian mati, ada yang sampai kurang dari 30 menit baterai laptop sudah mati, bahkan ada juga yang parah, sampai baterai laptop tidak tahan sama sekali, dengan kata lain notebook jika mau di nyalakan harus dihubungkan ke charger dan ke aliran listrik. Ada beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar kita yang banyak mengeluhkan tentang baterai laptopnya yang sering mati mendadak, ataupun baterai laptopnya yang tidak tahan lama jikalau dipakai ( www.kompasiana.com diakses tanggal 13 juli 2014). Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) mendefinisikan salah satu strategi tersebut adalah strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan keadaan dari produk yang ditawarkan. Studi kasus pemilihan merek laptop ini dilakukan di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan mempertimbangkan pentingnya peranan laptop bagi mahasiswa dalam bidang pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya mahasiswa yang menggunakan laptop di kampus setiap Fakultas dan di area sekitar kampus Universitas Esa Unggul. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membahas keadaan sebuah penelitian. Sehingga diputuskan mengambil judul ”Analisis Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Konsumen Melalui Kepuasan Konsumen : Studi Pada Produk Laptop Asus di Universitas Esa Unggul”. Maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara harga terhadap kepuasan konsumen produk laptop ASUS, b). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kepuasan konsumen produk laptop ASUS, c). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen produk laptop ASUS, d). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara harga terhadap loyalitas konsumen produk laptop ASUS, e). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen produk laptop ASUS. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Bagi Penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi yang sangat berguna mengenai pengaruh Harga dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen pada produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, b). Bagi Mahasiswa, dapat 35
dijadikan referensi apabila ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh Harga dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen pada produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, c). Bagi Perusahaan, untuk mengetahui keinginan konsumen tentang laptop dengan harga yang terjangkau tetapi memiliki kualitas yang baik sehingga konsumen akan merasa puas akan produk Laptop ASUS, dan berinovasi terhadap produk tersebut sehingga pelanggan tetap loyal.
TINJAUAN PUSTAKA Apa yang disebut pemasaran? Banyak orang berfikir bahwa pemasaran hanyalah menjual dan mengiklankan. Itu tidak mengherankan, karena setiap hari kita dibombardir dengan iklan televisi, penawaran surat langsung, penawaran lewat telepon, dan melalui internet. Sesungguhnya, penjualan dan iklan hanyalah puncak dari gunung es pemasaran. Karena itu kita mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya ( Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2006). Dalam arti yang sempit, harga (price) adalah jumlah yang ditagihkan atau suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Sepanjang sejarahnya, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli. Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa faktor di luar harga menjadi semakin penting. Namun, harga tetap menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2006:345). Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa ( http://www.bny.web.id/media, diakses 8 Juli 2009). Kualitas adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkatan dan konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar lebih dahulu harus memilih tingkatan kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam dimensi tersebut kualitas produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk melakukan fungsi-fungsinya. Selain tingkatan kualitas, kualitas yang tinggi juga dapat berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsisten yang tinggi tersebut kualitas produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan kekonsistenan dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai/dijanjikan. Semua perusahaan harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi. Dengan demikian, sekarang banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan oleh pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka menciptakan kepuasan dan nilai bagi pelanggan secara konsisten dan secara menguntungkan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan kualitas. Saat ini, secara nyata kualitas telah menjadi keharusan supaya dapat bersaing di abad dua puluh satu ini, hanya perusahaan yang mempunyai kualitas yang terbaik yang akan berhasil. Oleh karena itu kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2003:347). 36
Secara umum, kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:139). Pelanggan yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk lama, membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak terlalu memperhatikan merek pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga, menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih murah dibandingkan pelanggan baru karena transaksi dapat menjadi hal rutin ( Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:140). Rizan mendefinisikan loyalitas adalah suatu komitmen yang kuat untuk melakukan pembelian ulang atau berlangganan suatu produk atau pelayanan secara konsisten, serta tidak mudah terpengaruh pada lingkungan yang ada atau upaya aktivitas pemasaran para pesaing, serta aspek-aspek lain yang dapat mendorong pelanggan untuk beralih ke perusahaan lain (Rizan, 2010:26). Menurut Kartajaya menyatakan pelanggan yang paling loyal adalah pelanggan paling lama “bersama” perusahaan dan membeli produk kita lebih banyak (Hermawan Kartajaya, 2007: 34).
METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Teknik yang digunakan yaitu teknik convenience sampling. Adapun lokasi penelitian ini adalah di Universitas Esa Unggul. Populasi dalam penelititan ini adalah mahasiswa yang pernah menggunakan Laptop ASUS. Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM). Operasionalisasi variabel sangat penting untuk memperoleh data yang dapat menguji hipotesis dan melihat kecocokan model yang telah dibangun berdasarkan konstruk teori. Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan penyusunan kuesioner. Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut : a). Harga (X1) adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli produk Laptop ASUS yang dinyatakan dalam uang, dimana laptop asus memberikan harga yang terjangkau, serta mendapatkan potongan harga dari produk laptop asus, b). Kualitas Produk (X2) adalah sesuatu yang ditawarkan oleh ASUS untuk mempengaruhi konsumen, dimana laptop asus memiliki tampilan menarik, fitur, dan daya tahan produk laptop asus, c). Kepuasan Konsumen (Y1) adalah perasaan senang atau tidak terhadap suatu produk yang kita inginkan diantaranya pengalaman yang memuaskan dan memenuhi harapan konsumen laptop asus, d). Loyalitas Konsumen (Y2) adalah respon konsumen dalam pembelian yang konsisten terhadap laptop asus dengan indikator loyalitas konsumen yaitu mengatakan hal-hal positif, merekomendasikan produk kepada orang lain dan percaya akan kualitas yang diberikan oleh Laptop ASUS.
37
Model Penelitian
Harga
Kepuasan Konsumen
Loyalitas Konsumen
Kualitas Produk
Gambar 2.5 Model Konseptual Hipotesis H1 : Harga mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen. H2 : Kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen. H3 : Kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen. H4 : Harga mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen. H5 : Kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
HASIL Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada dua hipotesis yang didukung oleh data, dan tiga hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data. Tabel 5.12 Pengujian Hubungan Model Struktural
Hipotesis Pernyataan hipotesis
Nilai-t
H1
Harga mempunyai pengaruh terhadap 0,58 kepuasan konsumen
H2
Kualitas
produk 1,49
Keterangan Data tidak mendukung hipotesis Data
tidak 38
mempunyai terhadap konsumen
pengaruh kepuasan
mendukung hipotesis
H3
Kepuasan konsumen mempunyai pengaruh 2,05 terhadap loyalitas konsumen.
H4
Harga mempunyai pengaruh terhadap loyalitas 2,70 konsumen
Data mendukung hipotesis
H5
Kualitas mempunyai terhadap konsumen
Data tidak mendukung hipotesis
produk pengaruh -0,17 loyalitas
Data mendukung hipotesis
PEMBAHASAN Dari Tabel yang menggambarkan uji signifikasi, maka dapat berikut :
disimpulkan sebagai
a). Harga (X1) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini disebabkan nilai T-value 0,58 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya harga yang telah diberikan oleh ASUS kepada konsumen kurang sesuai sehingga tidak menimbulkan kepuasan konsumen Laptop ASUS. Hasil studi ini bertentangan dengan hasil studi Irawan yang melakukan penelitian tentang pengaruh harga terhadap kepuasan konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek penelitian dan responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan hasil penelitian. b). Kualitas Produk (X2) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini disebabkan nilai T-value 1,49 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas Laptop ASUS kurang sesuai dengan yang diinginkan konsumen sehingga konsumen tidak merasa puas. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ridwan Amiruddin yang melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek penelitian dan responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan hasil penelitian. c). Kepuasan konsumen (Y1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini disebabkan nilai T-value 2,05 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya konsumen sudah merasa puas dengan Laptop ASUS sehingga menimbulkan sikap loyal 39
terhadap Laptop ASUS. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Taylor. Taylor juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara kepuasan dan loyalitas konsumen. d). Harga (X1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini disebabkan nilai T-value 2,70 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kondisi ini dikarenakan harga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Hasil hipotesis ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Aristo dan Ari Setyanigrum. Aristo dan Ari Setyanigrum juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara harga dan loyalitas konsumen. e). Kualitas produk (X2) tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini disebabkan nilai T-value -0,17 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas Laptop ASUS kurang sesuai dengan konsumen sehingga tidak mempengaruhi konsumen untuk loyal pada laptop asus. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Gremler dan Brown yang melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas konsumen. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kualitas produk mempengaruhi loyalitas konsumen.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Harga dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen : Studi Pada Produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul Jakarta Barat, maka telah diperoleh kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data sebagai berikut : a). Tidak terdapat pengaruh antara harga terhadap kepuasan konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, b). Tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kepuasan konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, c). Terdapat pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat d). Terdapat pengaruh antara harga terhadap loyalitas konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat e). Tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh yang tidak hanya berdasarkan lingkup harga dan kualitas produk, kepuasan konsumen serta loyalitas konsumen. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan loyalitas bagi para konsumen.
Persantunan Terima kasih kepada kedua orang tua saya tercinta yang sangat luar biasa memberikan semangat dan dorongan baik materi maupun dorongan moril serta tiada henti-hentinya mendoakan saya agar dapat menyelesaikan skripsi ini. 40
DAFTAR PUSTAKA Garvin, D. A. (1987). Managing Quality. New York: The Free Press. Hasym dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press. Handi Irawan. 2006. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Cetakan ketujuh. Jakarta: Elex Media Komputindo. Kotler, Philip,1996. Marketing. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia dari Marketing Essentials. Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan, Indeks, Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan, Indeks, Jakarta. Kotler, P and Keller K. L. 2006. Marketing Management, Twelfth Edition, Perason Education International, Singapore. Stanton William J,1998. Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta. Supranto, J. (2001), Pengukuran Tingkat Kepuasan pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Rineke Cipta, Jakarta. Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Swastha, Basu DH, 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kelima. ANDI OFFSET, Yogyakarta. www.teknogadget.com, diakses tanggal 13 juli 2014 www.kompasiana.com, diakses tanggal 13 juli 2014 www.asus.com, diakses tanggal 13 juli 2014
41
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. JREAL PROPERTY
Aprilia Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk serta faktor apakah yang paling signifikan yang berpengaruh antara motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh karyawan PT. JaReal Property, Tbk sebanyak 407 orang. Dari populasi ini akan ditarik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai responden. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Dengan menggunakan rumus Slovin maka dapat diketahui jumlah sampel 80 dengan pembulatan menjadi 82. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama dengan nilai signifikan 0,007 < 0,05. Sedangkan secara sendiri-sendiri faktor motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan faktor lingkungan kerja tidak berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,831 > 0,05. Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, maka yang paling dominan mempengaruhi kinerja karyawan adalah variabel motivasi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan thitung masing-masing variabel, dimana thitung motivasi kerja (2,921) > thitung lingkungan kerja (0,241). Kata Kunci: Motivasi Kerja, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan.
42
PENDAHULUAN Dalam mengembangkan perusahaan dunia bisnis saat ini dituntut untuk menerapkan manajemen sumber daya manusia yang baik dan menghasilkan karyawan yang berkualitas tinggi. Manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran individu, organisasi, masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif. Suatu perusahaan dikatakan berhasil apabila perusahaan tersebut mampu mencapai target dan tujuan yang diinginkan, untuk meraih apa yang diinginkan perusahaan, maka perusahaan perlu memiliki alat penggerak utama yaitu karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, disiplin waktu serta maksimal dalam menjalankan job desk-nya. Dalam setiap aktivitasnya, karyawan membutuhkan motivasi untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi agar bekerja secara giat dan optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain dari motivasi, lingkungan kerja juga memiliki peran yang tak kalah penting untuk mendukung keseharian dari karyawan tersebut bekerja. Apabila lingkungan kerja yang dirasakan baik serta nyaman, maka kinerja karyawan akan meningkat, perhatian dari perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang memadai merupakan hal penting dalam peningkatan kinerja karyawannya. Salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktibitas kerja karyawan adalah upaya-upaya dalam peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti pemenuhan kebutuhan baik yang bersifat eksternal ataupun internal, sehingga harus disadari bahwa salah satu alasan karyawan bekerja di dalam suatu perusahaan adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan ekonominya serta kebutuhan akan berprestasi yang mendapat pengakuan dari orang lain, dan dengan adanya kepastian dalam menerima upah atau gaji, sehingga karyawan merasa terjamin untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya, demikian pula pada perkembangan karier sebagai kebutuhan dari karyawan untuk mengaktualisasi kemampuan diri dan potensi yang dimiliki. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan di dalam suatu perusahaan adalah lingkungan kerja. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses kerja dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan yang melaksanakan proses kerja tersebut. Semakin baik lingkungan kerja, maka semakin baik pula kinerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. PT. JReal Property, Tbk merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan yang menginginkan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas tinggi dan potensial dalam mencapai tujuan perusahaan dengan harapan para karyawan memiliki kinerja karyawan yang maksimal. Persaingan dibidang property saat ini semakin meningkat tajam, munculnya berbagai pesaing dalam bidang property menjadi acuan untuk perusahaan menghasilkan serta mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas di dalam perusahaan. Namun dalam upaya menciptakan kinerja karyawan yang tinggi dan optimal, nampaknya masih terdapat berbagai masalah atau kendala yang membuat perusahaan sulit untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri. Kendala yang timbul tersebut dapat menjadi ancaman namun bila diatasi dengan baik akan menjadi faktor yang membuat perusahaan berhasil dalam pencapaian tujuan organisasi. Dari berbagai masalah dan kendala inilah membuat saya selaku peneliti tertarik untuk meneliti penelitian dengan judul “ Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT. JReal Property, Tbk” 43
Perumusan Masalah 1. Apakah motivasi kerja berpengraruh terhadap kinerja karyawan? 2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan? 3. Faktor manakah diantara motivasi kerja dan lingkungan kerja yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan 2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan 3. Untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. JReal Property Tbk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014 Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff karyawan PT. JReal Property, Tbk yang berjumlah 407 orang. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah : Dalam pengambilan sampel sebagai responden pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. Metode ini digunakan karena objek yang diteliti tidak terlalu besar. Ukuran sampel yang dijadikan dasar pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut: n= N 1+Ne2
Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = presentase kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir Dengan menggunakan rumus slovin diatas, maka dapat ditentukan jumlah sampel minimal, yaitu: 407 n= 1+ (407) (0.1) 2 44
407 n= 5,07 = 80,2 = 80 Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 80 responden dan dibulatkan menjadi 82 responden. Populasi dan sampel amat penting dijelaskan dalam rancangan penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi (memberlakukan kesimpulan hasil penelitian terhadap populasi). Dalam rancangan penelitian, perlu secara tegas dinyatakan mana yang menjadi populasi penelitian beserta seberapa besar sampel yang akan diteliti, dan bagaimana teknik beserta prosedur yang ditempuh di dalam penarikan sampel yang dimaksud. Karena di dalam perusahaan terdiri dari beberapa divisi atau unit, maka untuk menentukan pengisisan dari kuisoner dalam setiap unit digunakan teknik Random Sampling, ialah teknik penentuan pengisian sampel dimana semua individu dalam populasi, diberi kesempatan yang sama untuk mengisi kuisoner. Pengambilan ini ditentukan tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Metode Analisis Data 1.
Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahan suatu istrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka istrumen tersebut kurang valid. Rumus person product moment : n(∑ XY) – (∑X ∑Y) r= √[n∑X2 – (∑X)2] [ n∑Y2 – (∑Y)2]
Keterangan : r = n = X1 = X2 = Y = 2.
korelasi respon product moment jumlah data sample variable terikat kualitas pelayanan variable terikat kepuasan pelanggan variable terikat loyalitas pelanggan
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama . Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. dengan menggunakan Cronbach,s Alpha, dengan Rumus : 45
r11
k
1
σb 2
k 1 σt 2 Keterangan : r11 = Reliabilitas intrumen k = Banyak butir pertanyaan t2 = Varian total b2 = Jumlah varian butir
3. Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mengukur serta menguji pengaruh faktor-faktor terhadap peningkatan kinerja karyawan, khususnya untuk variabel motivasi kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2), maka dilakukan pengolahan data dengan persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 21. Hasil dari olahan data tersebut terangkum dalam tabel dibawah ini:
Model
1
(Constant) X1 X2
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.659 .439 .377 .129 .334 .028 .129 .025 a. Dependent Variable: Y
t
Sig.
3.775 2.921 .214
.000 .005 .831
Standardized Coefficients Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS Dari tabel diatas, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y= 1,659 +0,377X1 + 0.028X2 a= 1,659 artinya jika tidak ada perubahan pada motivasi dan lingkungan kerja yang termasuk dalam variabel bebas, maka nilai kinerja karyawan sebesar 1,659 sebagai nilai konstan untuk variabel terikat. b1= 0,377 artinya setiap penambahan motivasi akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan sebesar 0,377. b2= 0,028 artinya setiap penambahan lingkungan kerja akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan sebesar 0,028. Hasil analisis regresi dari tabel diatas menunjukkan motivasi kerja memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan, ini ditunjukkan dengan koefisien variabel dimana motivasi bertanda positif, begitupula dengan lingkungan kerja memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan. a. Uji F Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama diuji dengan menggunakan uji f. Berikut hasil penghitungannya: 46
ANOVAa Model 1
Regression Residual Total
Sum of Mean df Squares Square 1.714 2 .857 12.738 79 .161 14.452 81 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1
F
Sig.
5.316
.007b
Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS Hasil pengujian uji f menyatakan pengaruh variabel motivasi kerja dan variabel lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap variabel kinerja karyawan ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai fhitung = 5,316 dan dalam kolom signifikan 0,007. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 maka diperoleh nilai signifikansi dari uji f yang dilakukan 0,007 < 0,05 sehingga menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. 1.) Implikasi dari hasil pengujian uji f Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan dari pengujian uji f bahwa faktor-faktor yaitu motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan, sehingga dalam penelitian ini manajemen PT. JReal Property, Tbk harus menyelidiki apa yang dapat meningkatkan kinerja karyawannya menyangkut faktor motivasi kerja dan lingkungan kerja secara bersamaan. Hal ini dapat dikatakan karena dengan adanya motivasi kerja yang tinggi dari karyawan serta lingkungan kerja yang memadai akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja karyawan. Sehingga PT. JReal Property, Tbk dianjurkan lebih memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan di dalam perusahaannya serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif serta nyaman dan menyenangkan. Apabila perusahaan memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan motivasi kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif serta nyaman dan menyenangkan, maka akan berdampak munculnya hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan membuat munculnya rasa nyaman dalam beraktifitas seharihari di lingkungan kerja yang ada, yang kemudian akan menjadi suatu kekuatan perusahaan dalam menghasilkan kinerja karyawan yang tinggi dan optimal. Sedangkan tinggi rendahnya kinerja karyawan mempunyai dampak dalam perkembangan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari karyawan yang memenuhi standart kerja yang ditentukan perusahaan, karyawan mampu mengambil inisiatif dalam bekerja, karyawan selalu ingin memberikan yang terbaik untuk perusahaan, sehingga kinerja yang diharapkan oleh organisasi atau 47
perusahaan akan tercapai. Serta didukung pula dengan lingkungan yang nyaman yang dapat mendukung aktivitas sehari-hari para karyawan di dalam perusahaan seperti kebersihan tempat kerja yang lebih ditingkatkan, penerangan yang cukup, suasana kerja karyawan yang nyaman, begitu pula dengan kesejahteraan karyawan, dan bagaimana karyawan membina hubungan yang baik dengan rekan kerja dan pimpinannya yang harus selalu dipantau dan diimprovisasi menjadi lebih baik sehingga memudahkan mereka dalam bekerja dan akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan nantinya. b. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel Y (variable dependent). Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua informasi yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil peritungan koefisien determinasi penelitian: Model 1
Model Summary R Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate a .344 .119 .096 .40155 a. Predictors: (Constant), X2, X1
Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS Berdasarkan output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang diliht dari Adjusted R square sebesar 0,096 yang mengindikasikan bahwa sebesar 9,6% kinerja karyawan dipengaruhi motivasi kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan sisanya sebesar 90,4% yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
c.
Uji t Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh secara sendiri-sendiri masing-masing variabel bebas yaitu motivasi kerja dan lingkungan kerja. Dengan uji t diperoleh informasi variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendirisendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap kinerja karyawan, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
48
Model
1
(Constant) X1 X2
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.659 .439 .377 .129 .334 .028 .129 .025 a. Dependent Variable: Y
t
Sig.
3.775 2.921 .214
.000 .005 .831
Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dapat terlihat arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara membandingkan tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa secara sendiri-sendiri variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di dalam perusahaan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05, sedangkan variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara sendiri-sendiri di dalam perusahaan dengan nilai signifikan 0,831 > 0,05. 1.) Implikasi dari hasil pengujian uji t Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan dari pengujian uji t bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,831 > 0,05. Sehingga dalam kasus ini manajemen PT. JReal Property, Tbk dapat lebih memfokuskan pada variabel motivasi kerja. Manajemen perusahaan dapat berusaha melakukan pelatihan untuk para karyawan dan dengan demikian dapat mendorong kinerja karyawan yang tinggi. Manajemen perusahaan dari PT. JReal Property, Tbk juga harus dapat menentukan metode atau cara dalam menilai serta menghargai apa yang telah karyawan kerjakan. Perusahaan pun tidak perlu takut menghabiskan dana yang terbilang besar untuk memotivasi karyawannya dengan menggunakan berbagai taktik atau strategi yang dapat dirasakan efektivitasnya, seperti misalnya mengundang “pembicara motivasional atau motivator” untuk menginspirasi para karyawannya, hal ini sematamata dilakukan untuk dapat menghasilkan kinerja karyawan yang tinggi karena karyawan merupakan harta terbesar di dalam perusahaan. Dalam penelitian ini variabel motivasi kerja (X1) dinyatakan terdapat pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan, hal ini terlihat dari thitung motivasi kerja (2.921) > ttabel (1.667), maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara variabel motivasi kerja dengan variabel kinerja karyawan. Disamping itu nilai probabilitas 0,005 < 0,05 menunjukkan bahwa X1 berpengaruh secara signifikan terhadap Y. sehingga Ha1 yang menyatakan bahwa “diduga terdapat pengaruh yang 49
signifikan dari motivasi kerja terhadap kinerja karyawan” dapat diterima. Sedangkan variabel lingkungan kerja dengan thitung (0,214) < ttabel (1.667) dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel lingkungan kerja dengan variabel kinerja karyawan. Disamping itu nilai probabilitas 0,831 > 0,05 menunjukkan bahwa X2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Y. Sehingga Ha2 yang menyatakan bahwa “diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk” ditolak karena lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan di perusahaan tersebut. Selanjutnya penelitian ini mengungkapkan faktor diantara motivasi kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2) yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan (Y) berdasarkan pengujian dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial terlihat bahwa variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Jaya Real Property, Tbk adalah variabel motivasi kerja (X1) dengan nilai thitung yang lebih besar dibandingkan dengan variabel lingkungan kerja (X1) yaitu 2,921 > 0,214. Sehingga Ha2 yang menyatakan “diduga motivasi kerja mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk” dapat diterima
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi memiliki hubungan atau berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Dan menurut hasil dari pengujian uji f menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan. 2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor lingkungan kerja tidak memiliki hubungan atau tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Dan menurut hasil dari pengujian uji f menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama. 3. Berdasarkan hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, yang paling dominan atau paling kuat mempengaruhi kinerja karyawan adalah variabel motivasi kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan thitung masing-masing variabel, dimana nilai thitung motivasi kerja (2,921) lebih besar dibandingkan dengan nilai thitung lingkungan kerja (0,214)
50
Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran yang dapat peneliti berikan sebagai bahan masukan untuk perusahaan yaitu sebagai berikut : 1. Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk sebaiknya pihak manajemen perusahaan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan serta penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dengan fasilitas lengkap serta menyenangkan untuk dapat menciptakan kinerja karyawan yang tinggi. PT. JReal Property, Tbk juga dapat menganalisa, menambahkan serta mengevaluasi faktor apa saja selain dari motivasi kerja dan lingkungan kerja, yang memungkinkan lebih banyak terdapat pengaruh terhadap kinerja karyawan, agar dapat benar-benar menilai kinerja karyawan yang optimal di dalam perusahaannya. 2. Pihak dari manajemen PT. JReal Property, Tbk hendaknya lebih memfokuskan atau menitikberatkan kebijakan yang berkaitan dengan motivasi kerja, karena dari hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi kerja merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap naik turunnya kinerja karyawan di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Adisty Herwidaningtyas Soeyitno, 2013, “Relationship Between Employee Perceptions of Supervisor Participative Leadership Styles to Performance in The Muji Rahayu Hospital Employees Surabaya”, Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. Arifin, Zainal, 2011, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT.RemajaRosdakarya. Bernardin, John H., dan Joyce E.A Russel, 1993, Human Resource Management, Singapore: Mc. Graw-Hill. Ernawati dan Ambarini, 2010. “Pengaruh Hubungan Kerja dan Lingkungan Kerja TerhadapKinerja Pegawai dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Moderating”, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. Faisal, Sanapiah, 2008, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers. Ghozali, Imam, 2009, Ekometrika Teor, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hasibuan, Melayu, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 51
Hasyim, dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta: UIEU-University Press. Kiggundu, Moses N., 1989, Managing Organization in Developing Countries: An Operation and Strategies Approach, West Harford: Kumarian Press Inc,. Kussriyanto, Bambang, 1991, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Mangkuprawita, Sjafri, 2011,Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Martono, Nanang, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa Isi dan Analisa Data Sekunder, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Maryoto, Susilo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE-UGM, Yogyakarta Mathis, Robert L., dan John Harold Jackson, 2013, Human Resources Management, Thomson Learning. Ninuk Muljani, 2002, “Kompensasi sebagai Motivator untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Nitisemito, Alex S., 1991, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia. Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka Setia. Sarwono, Jonathan, dan Tutty Martodiredjo, 2008, Riset Bisnis untuk Pengambilan Keputusan , Jakarta: C.V ANDI OFFSET,. Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Bandung. Sulistiyani, Ambar Teguh, dan Rosidah, 2003, Manajemen SDM: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Yogyakara: Graha Ilmu. Sunyoto, Danang, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service. 52
Suwatno dan Donni Juni Priansa, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Alfabeta. Teguh, Muhammad, 1999, Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Teman, Koesmono H., 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Umar, Husein, 2005,Evaluasi PustakaUtama.
Kinerja
Perusahaan,
Jakarta:
Gramedia
Umar, Husein, 1998, Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Veitzal, Rivai, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Yani, H.M, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Mitrawacana Media.
53
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP RELATIONSHIP QUALITY ( STUDI KASUS PADA PRODUK TAS PT GARMINDO CO ) Caecillia Aditya Wijaya Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAK Studi ini dibuat untuk mengetahui pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu dan Harga terhadap Relationship Quality produk tas pada PT Garmindo Co. Penelitian ini dilakukan di PT Garmindo Co , Jakarta Utara, dengan jumlah sampel sebanyak tiga puluh responden. Responden penelitian ini adalah perusahaan yang pernah membeli dan menggunakan produk tas PT Garmindo Co. Metode penelitian ini adalah metode analisis linear berganda. Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa kualitas pelayanan dan harga adalah yang berpengaruh terhadap relationship quality. Sedangkan variaberl kualitas produk, waktu dan interaksi tidak signifikan berpengaruh terhadap relationship quality. Kata kunci : Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu, Harga, Interaksi, Relationship Quality
PENDAHULUAN Dalam bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk lebih inovatif dan memiliki keunggulan yang bisa ditawarkan kepada para pelanggan dan mitra bisnis. Salah satunya adalah konsep kerja sama business to business (B2B). Bentuk kerja sama ini dapat membantu upaya efisiensi biaya pengadaan barang dan yang paling penting adalah bisa memudahkan mitra bisnis. Pengertian business to business adalah transaksi antara institusi bisnis (perusahaan) dengan institusi bisnis lainnya. Business-to-business (B2B) menggambarkan transaksi perdagangan antara perusahaan, seperti antara produsen dan grosir, atau antara grosir dan pengecer. Dalam B2B biasanya dilakukan customization sesuai dengan kebutuhan masing-
54
masing. Hal ini yang membuat hubungan antara pembeli dan penjual dalam B2B terjalin hubungan personal yang lebih rapat.1 Bagi PT Garmindo Co, kepentingan pelanggan selalu menjadi nomor satu. Prinsip ini menjadi nyata dalam penyediaan layanan business to business (B2B). Peningkatan kualitas produk barang dan jasa semakin diperhatikan oleh perusahaan karena dengan kualitas akan barang dan jasa dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mencapai keunggulan kompetitif. Terwujudnya interaksi dapat memberikan manfaat yang baik bagi perusahaan berupa terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pelanggan, dasar bagi pembelian ulang produk barang atau jasa atau terbangunnya kualitas hubungan yang baik dan terjadinya rekomendasi berupa word of mouth yang menguntungkan bagi perusahaan karena akan terjadi pertambahan laba perusahaan. Perkembangan teknologi dan semakin ketatnya persaingan sekarang ini juga menuntut PT Garmindo Co sebagai perusahaan barang dan jasa memberikan pelayanan dan kualitas terbaik bagi para pelanggan dan calon pelanggan PT Garmindo Co dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan tetap mempertahankan kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan kepada para konsumennya. Ikatan sosial atau persahabatan akan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Ikatan sosial atau persahabatan adalah hal yang timbul akibat interaksi antara karyawan dengan pelanggan. Melalui ikatan ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu melakukan yang terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk jangka panjang. Oleh karena itu, PT Garmindo Co sangat menjalin interaksi sebagai bentuk persahabatan terhadap para konsumennya. PT Garmindo Co sebagai perusahaan yang menyediakan produk barang berupa tas dan barang- barang promosi serta jasa sablon ( pad print ), terkadang juga mengalami kesulitan dalam memuaskan para pelanggannya dalam hal waktu, karena terkadang pelanggan melakukan permintaan pembelian produk dengan jadwal pengiriman sangat mepet. Namun, PT Garmindo Co secara maksimal memberikan pelayanan yang terbaik dan tepat waktu bagi para pelanggannya agar hubungan harmonis dengan pelanggan tetap terjalin dan kualitas hubungan tetap terjaga. Oleh karena itu PT Garmindo Co harus berusaha terus menerus memperbaiki pelayanannya dan menjalin hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan para pelanggannya dengan berusaha menciptakan kepercayaan, kepuasan, dan komitmen sehingga diharapkan para pelanggan tersebut bersedia menjalin hubungan jangka panjang dengan PT Garmindo Co. Kualitas produk yang baik, kualitas pelayanan yang memuaskan, ketepatan waktu yang diberikan sebanding dengan harga yang diberikan oleh PT Garmindo Co kepada konsumennya serta adanya interaksi yang baik, menjadikan terciptanya kualitas hubungan yang baik kepada para pelanggannya dan terus dipertahankan oleh PT Garmindo Co. 1
http://ferdyfaisal.blogspot.com/2012/12/b2b-vs-b2c.html
55
Namun terkadang perusahaan mengalami kesulitan dalam mempertahankan kualitas produk yang baik sesuai dengan standarisasi perusahaan tetapi harus mengikuti standarisasi konsumen ( perusahaan yang memesan). Standarisasi kualitas produk tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga yang akan diberikan kepada konsumen. Kemudian dalam menjaga dan mempertahankan kualitas pelayanan, perusahaan masih kurang optimal misalnya dalam hal merespon permintaan konsumen yang langsung menghubungi pemilik perusahaan untuk melakukan pemesanan barang. Menurut pemilik perusahaan, ia sangat memegang teguh komitmen yang ia terapkan diperusahaan untuk setiap konsumen, dan sang pemilik percaya dengan kualitas produk dan pelayanan yang baik akan memuaskan para konsumennya serta adanya interaksi antara perusahaan dan konsumen akan tercipta kualitas hubungan yang baik untuk kerja sama jangka panjang. Maka dari itu, dengan permintaan yang beraneka ragam serta menghadapi setiap konsumen yang berbeda selain kualitas produk dan pelayanan, perusahaan juga memperhatikan pemberian harga yang semakin dipress oleh konsumen namun tetap menjaga hubungan yang baik serta berusaha memberikan ketepatan waktu dalam produksi dan pengiriman barang ke konsumen. Karena hal inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP RELATIONSHIP QUALITY : STUDI PADA PRODUK TAS PT GARMINDO CO.” B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dalam kaitannya dengan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang ada yaitu : a. Kualitas Produk yang diinginkan setiap konsumen PT Garmindo Co berbeda-beda. b. Kualitas Pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co sedikit kurang optimal . c. Harga yang diberikan PT Garmindo Co terkadang dipress oleh konsumen. d. PT Garmindo Co masih terkendala oleh deadline waktu yang sangat mendesak. e. Adanya Interaksi yang dilakukan oleh PT Garmindo Co diinginkan oleh konsumennya . f. Relationship Quality yang diwujudkan oleh PT Garmindo Co. 2. Pembatasan Masalah a. Peneliti hanya membatasi tentang permasalahan mengenai pengaruh kualitas produk dan pelayanan, harga, ketepatan waktu terhadap Relationship Quality pada produk PT Garmindo Co. b. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang pernah membeli dan menggunakan produk PT Garmindo Co. 56
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co? 2. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co? 3. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co? 4. Apakah interaksi akan berpengaruh terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co? 5. Apakah terdapat pengaruh ketepatan waktu terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co? D. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co. 4. Untuk mengetahui apakah interaksi berpengaruh terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co. 5. Untuk mengetahui apakah ketepatan waktu mempengaruhi kualitas hubungan PT Garmindo Co. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan, pengalaman dan dokumentasi ilmiah. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan informasi serta gambaran untuk dijadikan bahan pertimbangan mengenai kualitas pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan atau konsumen sehingga mereka puas terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan. b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.
57
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan suatu perusaaan. Kualitas menjadi pedoman utama dalam pengembangan dan keberhasilan implementasi program-program manajerial untuk mewujudkan tujuan-tujuan bisnis yang utama. Pertanyaan mengenai “apakah produk atau jasa memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan ?” merupakan aspek yang penting dalam kualitas. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. “Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetap”.2 Secara sederhana pengertian kualitas pelayanan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang diterimanya.3Kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”4. “Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhankebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten.”5 Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pengertian kualitas dapat diartikan bahwa “suatu hal yang dapat menerjemahkan tuntutan dan kebutuhan pasar konsumen dalam suatu proses manajemen produksi barang atau jasa secara terus menerus sehingga dapat memenuhi selera dan kebutuhan pasar yang diinginkan konsumen.” 1. Kualitas Produk Sekarang ini banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan oleh pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka menciptakan kepuasan dan nilai bagi pelanggan secara konsisten dan secara menguntungkan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan kualitas. Hanya perusahaan yang mempunyai kualitas terbaik yang akan berhasil.
2
Total Quality Management-Fandy Tjiptono & Anastasia Diana-Penerbit Andi) (Parasuraman, Zeithami, dan Berry, 1988:240) 4 Goetsch & Davis 1994 5 Avilianti dan Wildfridus Elu,1997,Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI,Mei 3
58
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Menurut Kotler and Amstrong arti dari kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.6 Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan keinginan konsumen yang secara keunggulan produk sudah layak diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk, dan lain-lain.7 Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan. 2. Kualitas Pelayanan Dalam upaya memuaskan konsumen , perusahaan jasa berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik. Persaingan yang ketat dalam memperoleh konsumen ataupun mempertahankan konsumen tidak dapat dihindari ditambah dengan masyarakat yang semakin jeli dan pintar dalam membeli suatu barang atau jasa dengan kuaklitas terbaik membuat perusahaan melakukan beberapa strategi dan faktor pendukung lainnya untuk memenuhi kualitas pelayanan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Menurut J.Paul Peter,dkk pelayanan didefiniskan sebagai “perilaku penjual kepada pembeli dengan memberikan kepuasan kepada konsumen agar konsumen merasa dihargai dan mendapatkan barang atau jasa sesuai 6 7
Kotler dan Gary Amstrong, 2008 Zeithalm, dalam Kotler,2009
59
dengan keinginannya”. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk keputusan pembelian. Pelayanan dapat diartikan sebagai tindakan yang harus dilakukan dengan baik didalam memenuhi kebutuhan maupun keinginan konsumen setiap saat dan setiap waktu tanpa mementingkan ego dari si pemberi layanan.8 Kualitas pelayanan diartikan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan bukanlah dilihat dari sudut pandang pihak penyelenggara atau penyedia layanan, melainkan berdasarkan persepsi masyarakat (pelanggan) penerima layanan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan merasakan pelayanan yang diberikan, sehingga merekalah yang seharusnya menilai dan menentukan kualitas pelayanan.9 Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan itu sesuai dengan apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan masyarakat (para penerima layanan) secara konsisten. Dengan demikian baik tidaknya kualitas layanan bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa/layanan melainkan berdasarkan pada persepsi konsumen. Menurut Supranto untuk mengetahui kinerja pelayanan, konsumen dapat mengukur tingkat kualitas pelayanan dengan memperhatikan beberapa indikator-indikator sebagai berikut :10 1. Bukti fisik (tangibles) yaitu bukti fisik dari jasa yang menunjang penyampaian dan pemberian pelayanan; 2. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk menerikan pelayanan yang dapat dijanjikan secara tepat dan akumulatif sesuaidengan profesinya; 3. Daya tanggap (responsive) yaitu keinginan untuk membantu para konsumen dan memberikan pelayanan sebaik mungkin; 4. Jaminan (assurance) yaitu pengetahuan dan sopan santunn para karyawan serta kemampuan menumbuhkan rasa percaya bagi konsumen;
8
J.Paul Peter,Jery C.Olson.Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid II.Edisi IV,Erlangga,Jakarta 9 Wyckof (dalam Tjiptono, 1996:59) 10 Supranto, Johanes, 1997, Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan untuk menaikan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta.
60
5. Empati (emphaty) yaitu penjiwaan atau perhatian yang terfokus diberikan kepada konsumen. Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. 3. Waktu Waktu adalah bagian dari sistem pengukuran yang digunakan untuk acara urutan, untuk membandingkan jangka waktu kejadian dan untuk mengukur tingkat perubahan seperti gerakan obyek. 11Waktu menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan suatu pembelian sehingga memungkinkan konsumen merasa puas akan barang atau jasa yang digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan sesuai waktu yang diinginkan serta dalam sebuah perusahaan ketepatan waktu menjadi faktor penting dalam suatu pembelian barang atau jasa karena akan mempengaruhi kegiatan aktivitas perusahaan. 4. Harga Harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Harga juga menjadi salah faktor dalam menentukan atau mempengaruhi pilihan para pembeli. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.12 Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih diantara merek-merek yang ada konsumen akan mengevaluasi harga secara tidak absolut akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan transaksi pembelian. B. Kualitas Hubungan ( Relationship Quality ) Relationship Quality atau konsep kualitas hubungan dapat dinyatakan sebagai multidimensi meta konstruksi yang mencerminkan sifat keseluruhan dari hubungan antara perusahaan dan konsumen dan sebagai syarat untuk 11
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2174582-pengertianwaktu/#ixzz2rF8lkr7d 12 http://www.bny.web.id/media diakses 8 Juli 2009
61
hubungan jangka panjang dan retensi pelanggan 13untuk pembentukan kualitas dalam hubungan pelanggan yang sedang berlangsung. Kualitas hubungan mengacu pada persepsi pelanggan tentang seberapa baik hubungan keseluruhan memenuhi harapan, prediksi, tujuan, dan keinginan pelanggan. Gummesson mengidentifikasi dua dimensi kualitas hubungan dalam layanan bertatap muka, yang didefinisikan sebagai hubungan profesional dan hubungan sosial. Kualitas hubungan telah dilihat sebagai konstruksi tatanan yang lebih tinggi terdiri dari setidaknya tiga dimensi:14 (1) kepercayaan (2) kepuasan (3 ) komitmen Relationship quality didefinisikan sebagai sebuah konsep yang terdiri dari berbagai pengaruh positif yang ditimbulkan oleh suatu hubungan yang mencerminkan keseluruhan hubungan dan luasnya hubungan kepada pihak yang dipenuhi kebutuhan dan harapannya, berkaitan dengan hal-hal yang mencakup kepercayaan (trust), komitmen dan kesinambungan hubungan di masa mendatang. Kualitas hubungan yang baik akan menurunkan level konflik dan sebaliknya memperbesar kepercayaan, komitmen, berlanjutnya hubungan jangka panjang. Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Produk Harapan Pelanggan Nilai Produk bagi Pelanggan
Tingkat Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono (2008) 1. Kepercayaan Konsumen
13
Hennig-Thurau, T. and Klee, A. (1997), „„The impact of customer satisfaction and relationship quality and customer retention: a critical reassessment and model development‟‟, Psychology and Marketing, Vol. 14 No. 8, pp. 737-64 14 Gummesson, E. (1998), „„Implementation requires a relationship marketing paradigm‟‟, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 26 No. 3
62
Banyak ahli yang telah mendefinsikan pengertian trust (kepercayaan). Dalam konteks busines to business marketing, definisi kepercayaan sebagai berikut: Trust as a belief that another company will perform actions that will result in positive outcomes for the firm while not taking actions that would result in negative outcomes. Berdasarkan definisi di atas kepercayaan merupakan keyakinan suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya bahwa perusahaan lain tersebut akan memberikan outcome yang positif bagi perusahaan.15 Kepercayaan (trust) merupakan faktor paling krusial dalam setiap relasi, sekaligus berpengaruh pada komitmen. Trust bisa diartikan sebagai kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang sebagaimana disepakati bersama secara implisit maupun eksplisit.16 Kepercayaan merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan secara timbal balik serta peranan kualitas pelayanan dan keterikatan pelangganlah yang menimbulkan adanya kepercayaan. Dengan demikian, kepercayaan dapat ditinjau sebagai komponen yang berharga dalam setiap keberhasilan menjalin hubungan dan berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi resiko serta membangun hubungan jangka panjang dan meningkatkan komitmen .17 2. Komitmen Komitmen dalam membangun suatu kualitas hubungan dalam konteks busines to business marketing adalah sebuah janji implisit dan eksplisit atau kontinuitas relasional antara mitra kerja. Komitmen hubungan merupakan keinginan abadi untuk menjaga hubungan dan saling menghargai diantara mitra kerja. Komitmen juga merupakan pusat dari pemasaran hubungan. Konsumen merasakan sejumlah perasaan terhadap komitmennya pada hubungan yang telah tercipta dengan para penyedia jasa (service provider). Bentuk komitmen konsumen dibedakan atas continuance, affective dan normative commitment. Continuance commitment dalam hubungan pemasaran adalah komitmen yang timbul karena konsumen terikat pada suatu perusahaan dan akan membutuhkan biaya dan waktu apabila ia pindah ke perusahaan lain. Sedangkan yang dimaksud dengan komitmen yang normatif (normative commitment) adalah komitmen yang timbul karena konsumen merasa bahwa ia wajib menjalankan suatu usaha bisnis dengan perusahaan tertentu. Affective commitment merupakan komitmen yang muncul, karena masing-masing pihak yang berhubungan merasa yakin bahwa di antara mereka terdapat nilai-nilai yang sejalan dan
15
Anderson dan Narus,1990 (dalam Rusdin, 2007) Sheth dan Mittal (dalam Ciptono,2002) 17 http://sriwijayanti.wordpress.com/kepercayaan-trust/ 16
63
timbulnya komitmen ini berdasarkan kesepakatan bahwa hubungan yang saling menguntungkan ini perlu dilanjutkan.18 C. Interaksi Interaksi menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam terwujudnya kepuasan konsumen, konsumen akan lebih merasa puas dan dihargai jika produsen dapat melayani langsung kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen secara langsung dan mau ikut berperan dalam proses produksi hingga pengiriman barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen. Interaksi antara karyawan dengan pelanggan akan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Interaksi adalah hal yang timbul akibat adanya hubungan yang baik antara karyawan dengan pelanggan. Melalui ikatan ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu melakukan yang terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk jangka panjang. Interaksi merupakan suatu kebutuhan memberi dan menerima suatu perhatian dari dan untuk pelanggan dan masyarakat. Kebutuhan ini antara lain hubungan antara pelanggan dengan penjual, hubungan antara karyawan dengan masyarakat sekitar. 19 D. Kerangka Penelitian Kerangka berpikir dapat diartikan sebagai pandangan, atau model, atau pola pikir yang dapat dijabarkan sebagai variabel dan pengaruhnya terhadap variabel lain, sehingga akan mudah dalam merumuskan masalah penelitian, perumusan teori yang relevan, rumusan yang diajukan, tehnis analisis yang digunakan, serta kesimpulan yang diharapkan. Pada penelitian ini penulis mencoba menguraikan kerangka pemikiran penelitian, sebagai berikut : 1. Kualitas produk sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas hubungan dalam suatu organisasi. 2. Kualitas peayanan yang baik akan menentukan kualitas hubungan jangka panjang dalam suatu jalinan mitra kerja. 3. Interaksi yang terjalin dengan baik akan mempengaruhi kualitas hubungan dengan para mitra kerja. 4. Jika kualitas produk, kualitas pelayanan, ketepatan waktu dan harga yang kompetitif secara bersamaan dilakukan secara maksimal dan dipertahanakan maka akan berpengaruh pada kualitas hubungan. 5. Hasil dari penelitian, akan kami berikan kepada perusahaan PT Garmindo Co sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan para konsumennya. Dari uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir tersebut sebagai berikut :
18 19
(Fullerton dan Taylor, 2000, p.7). http://id.wikipedia.org/wiki/interaksi
64
Kerangka Pikir Penulis Sumber : Diolah sendiri Gambar 2.3 Bagan Kerangka PikiR E. Hipotesis Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.20 Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambul suatu kesimpulan. Berikut ini adalah model penelitian agar mempermudah untuk menjelaskan metode penelitian yang penulis buat :
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 64
65
Gambar 2.4 Model Hipotesis Kualitas hubungan menurut Thurau dan Klee adalah tingkat kesesuaian dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang terkait dengan produk dan kualitas produk secara keseluruhan. Sebuah produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan adalah produk yang memiliki kualitas yang tinggi. Kepercayaan akan kualitas produk ini menjadi sangat penting peranannya dalam membina hubungan, terutama pada usaha jasa yang penuh ketidakpastian, resiko, dan kurangnya informasi diantara pihak-pihak yang saling berhubungan. Hal ini yang menyebabkan konsumen menginginkan kepercayaan dan komitmen penuh terhadap penyedia jasa.21Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Kualitas produk yang tinggi akan mempengaruhi pembinaan kualitas hubungan dengan pelanggan. Lovelock dalam Sharma dan Patterson, kualitas pelayanan merupakan suatu perbedaan antara harapan dan persepsi konsumen terhadap kinerja pelayanan yang mereka terima. Kualitas pelayanan berhubungan dengan hasil aktual yang dipersepsikan dalam pelanggan. Dalam hal ini kualitas pelayanan mengacu kepada kompetensi dari suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dari konsumen. Tujuan tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah pembentukan kualitas hubungan antara perusahaan dengan konsumen.22 Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2a : Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kualitas hubungan. 21 22
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/JAM/article/view/3/3 http://eprints.uns.ac.id/7978/1/144271308201009301.pdf
66
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui melalui interaksi penyedia dan pengguna jasa selama dan sesudah transaksi berlangsung. Mengukur dan mendefinisikan kualitas pelayanan lebih sulit dibandingkan kualitas suatu barang karena sifat dari jasa yang tidak berwujud (intangible). Dalam pemasaran, kualitas pelayanan dan interaksi didalamnya sangat penting karena konsumen tidak akan membeli produk itu lagi apabila konsumen berpendapat bahwa kualitas yang diberikan tidak baik. Dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan dan akan terciptanya kualitas hubungan yang baik kepada pelanggan.23 Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2b : Kualitas pelayanan yang disertai interaksi akan menciptakan kualitas hubungan yang baik kepada pelanggan. Waktu menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan suatu pembelian sehingga memungkinkan konsumen merasa puas akan barang atau jasa yang digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan sesuai waktu yang diinginkan serta dalam sebuah perusahaan ketepatan waktu menjadi faktor penting dalam suatu pembelian barang atau jasa karena akan mempengaruhi kegiatan aktivitas perusahaan. Parasuraman, Zethaml, dan Barry mengemukakan bahwa konsumen mengidentifikasi ketepatan waktu sebagai suatu bagian integral dari evaluasi peningkatan kualitas hubungan. 24. Semakin tepat waktu semakin berpengaruh terhadap kualias hubungan yang baik. Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirimuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : Semakin tepat waktu maka kualitas hubungan akan semakin baik. Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan ( the law of demand ), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit permintaan produk yang bersangkutan dan sebaliknya. Harga mempengaruhi citra, kualitas hubungan dan strategi positioning dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan ciri kualitas, harga menjadi unsur penting. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas jasa.25 Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Harga mempengaruhi kualitas hubungan dengan pelanggan.
23
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37397/4/Chapter%20II.pdf http://eprints.lib.ui.ac.id/1482/1/108868-T%2020275-Analisis%20pengaruh.pdf 25 Chandra, 2002 dalam F.Tjiptono 2006 24
67
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana point pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner dapat digunakan untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian. Pertanyaan yang diuji adalah sebanyak 52 pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Hasil uji validitas dilihat dikatakan valid jika nilai KMO (Kaiser Mesyer Olkin) dan MSA (Maesure Sampling Adequacy) diatas 0,5 (> 0,5). Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas No. Variabel No. Pertanyaan KMO 1 Kualitas Produk ( X1 ) 1 .596
2
Kualitas Pelayanan ( X2 ) Tangibles
No. Assurance
Variabel
Realibility
Responsive
Emphaty
3
Harga ( X4 )
MSA .453
2 3 4 5
.596 .596 .596 .596
.515 .726 .547 .605
Keterangan Tidak Valid , karena nilai MSA <0,5 . Valid Valid Valid Valid
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 No. Pertanyaan 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
.683 .683 .683 .683 .683 .683 .820 .820 .820 .820 KMO .820 .820 .627 .627 .627 .729 .729 .729 .729 .590 .590 .590 .590 .716 .716 .716
.531 .579 .761 .774 .737 .658 .784 .825 .880 .792 MSA .851 .817 .745 .600 .601 .828 .824 .672 .692 .584 .568 .593 .629 .695 .819 .641
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 68
4
5
6
32 .716 33 .716 34 .716 Waktu ( X3 ) 35 .701 36 .701 37 .701 Interaksi ( X5 ) 38 .789 39 .789 40 .789 41 .789 42 .789 Relationship Quality ( X6 ) 43 .836 44 .836 45 .836 46 .836 47 .836 48 .836 49 .836 50 .836 51 .836 52 .836 Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Validitas
.713 .709 .722 .712 .680 .712 .754 .813 .789 .754 .827 .812 .887 .783 .738 .901 .842 .878 .819 .779 .911
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alat ukur yang digunakan atau sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika hasil perhitungan memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,5. Tabel 5.1 Hasil Uji Reliabelitas No. Variabel Cronbach Alpha Keterangan 1 Kualitas Produk ( X1 ) .810 Reliabel 2 Kualitas Pelayanan ( X2 ) Tangibles .742 Reliabel Assurance .834 Reliabel Realibility .668 Reliabel Responsive .765 Reliabel Emphaty .705 Reliabel 3 Waktu ( X3 ) .779 Reliabel 4 Harga ( X4 ) .856 Reliabel 5 Interaksi ( X5 ) .850 Reliabel 6 Relationship Quality ( X6 ) .915 Reliabel Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Reliabilitas
69
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,5 sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independent yaitu kualitasproduk (X1), kualitas pelayanan(X2), Waktu (X3), Harga (X4) , dan Interaksi ( X5 )terhadap variabel dependent yaitu relationship quality. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 20.0. Tabel 5.3 Tabel Olahan Regresi Coefficientsa Model Sig 1 ( constant ) .602 2 Kualitas Pelayanan .037 3 SQxInteraksi .413 4 Kualitas Produk .502 5 Harga .000 6 Waktu .545 Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut : Y = -0,042+ 0,399 X1+0,052 X2 - 0,058 X3 + 0,544 X4+ 0,068X5+e Keterangan : Y = Relationship Quality a = constanta b = Koefisien X1 = Variabel Kualitas Pelayanan X2 = Variabel SQxInteraksi X3 = Variabel Kualitas Produk X4 = Variabel Harga X5 = Variabel Waktu e = error disturbances Persamaan di atas mempunyai arti sebagai berikut : 1. Nilai konstanta (a) adalah -0,042 yang artinya jika kualitas produk, harga, waktu dan kualitas pelayanan bernilai nol (0), maka relationship quality bernilai -0,042. 2. Nilai koefisien regresi berganda variabel kualitas pelayanan bernilai positif yaitu 0,399 yang artinya, setiap peningkatan variabel kualitas pelayanan sebesar satu satuan akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,399 dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. 3. Nilai koefisien regresi berganda variabel harga bernilai positif yaitu 0,544 yang artinya, setiap terjadi peningkatan variabel harga sebesar satu satuan akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,544 dengan asumsi variabel lain bernilai tetap. 70
1.
Uji t Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (kualitas produk, kualitas pelayanan , waktu, harga, dan interaksi) mempengaruhi variabel dependen relationship quality secara sendirisendiri. a. Variabel kualitas produk (X1) memiliki nilai signifikansi 0,502 yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas produk tidak secara sendiri-sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. b. Variabel kualitas pelayanan (X2) memiliki nilai signifikansi 0,037 yang berarti < 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas pelayanan secara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap relationship quality. Dapat diartikan bahwa pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co kepada konsumennya sudah baik sehingga berpengaruh terhadap keinginan membeli konsumen karena konsumen sudah merasa puas dan percaya kepada PT Garmindo Co.
c. Variabel Harga (X3) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti < 0,05. Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Dapat diartikan bahwa harga tas PT Garmindo Co dapat bersaing dengan baik karena dikerjakan oleh tukang jahit sendiri maka para konsumen ingin membeli produk tas PT Garmindo Co. d. Variabel Waktu (X4) memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel waktu tidak berpengaruh terhadap relationship quality. Dapat diartikan bahwa ketepatan waktu dari PT Garmindo Co masih kurang optimal sehingga tidak berpengaruh terhadap keinginan membeli konsumen dan tidak terjalin hubungan yang baik terhadap PT Garmindo Co. e. Variabel SQxInteraksi ( X2 ) memiliki nilai signifikansi 0,413 yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel SQxInteraksi tidak secara sendiri–sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Dapat diartikan bahwa tidak semua konsumen akan menjalin hubungan baik kepada perusahaan walaupun adanya interaksi antara konsumen dan perusahaan sehingga interaksi tidak berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Dari hasil pengolahan regresi dapat disimpulkan bahwa reponden pada penelitian ini merupakan konsumen yang fanatik terhadap produk PT Garmindo Co karena variabel kualitas pelayanan dan variabel harga berpengaruh terhadap relationship quality. Pembahasan Data Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
71
1.
Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Relationship Quality Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas produk (X1) secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Hal ini ditunjukkan oleh variabel distribusi(X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,502 yang berarti >0,05. Karena kualitas produk yang baik belum bisa membuat konsumen menjalin hubungan baik terhadap perusahaan.
2.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Relationship Quality Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas pelayanan (X2) secara sendiri berpengaru signifikan terhadap relationship quality. Hal ini ditunjukkan oleh variabel kualitas pelayanan (X1) yang memiliki nilai signifikansi 0,037 yang berarti < 0,05. Karena dengan pelayanan yang baik dan pelayanan yang memuaskan maka konsumen merasa dihargai dan puas serta percaya sehingga terjalin hubungan yang baik antara konsumen dan perusahaan.
3.
Pengaruh Waktu Terhadap Relationship Quality Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel waktu (X3) secara individu tidak berpengaruh terhadap relationship quality. Hal ini ditunjukkan oleh variabel waktu (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti > 0,05. Karena PT Garmindo masih mengalami kendala dalam waktu proses produksi yang mempengaruhi waktu pengiriman, sehingga keterlambatan pengiriman masih belum bisa dihindari.
4.
Pengaruh Harga Terhadap Relationship Quality Variabel harga (X4) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti < 0,05. Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri ( individu ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap relationship quality. Dapat diartikan bahwa harga tas PT Garmindo dapat bersaing dan masih lebih kompetitif dari perusahaan garmen lainnya. Harga murah yang diberikan oleh perusahaan akan membuat konsumen tetap membeli barang pada perusahaan tersebut dan akan tetap terjalin hubungan yang baik antara konsumen dan perusahaan.
5.
Pengaruh Interaksi Terhadap Relationship Quality Karena nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,413 maka hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel interaksi (X5) secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Interaksi ternyata tidak selalu mempengaruhi hubungan antara konsumen dan perusahaan, karena ada sebagian konsumen yang membatasi jarak antara konsumen dan perusahaan sebatas hubungan pekerjaan.
72
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa variabel kualitas pelayanan dan variabel harga yang secara signifikan mempengaruhi Relationship Quality karena jika kualitas pelayanan baik maka hubungan yang baik akan terjalin dan jika harga murah dan sesuai maka hubungan akan terjalin antara perusahaan dengan konsumennya dan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas produk tidak signifikan mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co. 2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co. 3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel waktu tidak mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co. 4. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co. 5. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa variabel interaksi tidak signifikan mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan saran berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut : 1. Jika dilihat dari hasil penelitian, disarankan bagi PT Garmindo Co harus mampu mempertahankan kualitas produknya agar tetap baik, serta harus mempertahankan citra perusahaannya supaya tetap baik agar para pelanggan tetap memiliki keinginan untuk membeli produk tas dari PT Garmindo Co. Dari sisi ketepatan waktu, PT Garmindo Co harus membuat mekanisme kerja yang lebih efisien agar produksi tas PT Garmindo Co dapat tepat waktu diterima oleh konsumen. 2. Perlu diadakan penelitian ulang pada waktu mendatang setelah perusahaan melakukan perubahan – perubahan kebijakan mengenai strategi pemasaran. Saran ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang mempengaruhi relationship quality. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh, tidak hanya berdasarkan mengenai kualitas produk, kualitas pelayanan, waktu, harga, interaksi serta relationship quality, karena masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan relationship quality.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta Avilianti dan Wildfridus Elu, Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI, Mei 1997. 73
Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas (Edisi Ketiga), Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 1997. Crosby, L.A., Evans, K.R. and Cowles, D. Relationship Quality in Services Selling : an Interpersonal Influence Perspective, Journal of Marketing, Vol.54 No.3, 1990. Fullerton , G., and Taylor,S. Service Quality and Satisfaction with Service Reasearch. 2000. Garvin, D.A. Managing Quality, The Free Press, New York. 1998. Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Edisi Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001. Ghozali, Imam. Model Persamaan Struktural, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2004. Goetsch, D.L. and S, Davis. Introduction to Qualty, Productivity, Competitivenessm, Englewood. Clifs, N.J.: Prentice Hall International, Inc.1994. Gummeson, E. Implementation Requires a Relationship Marketing Paradigm, Journal of The Academy of marketing Science, Vol.26 No.3, 1998. H. Djaslim Saladin, “Manajemen Pemasaran”, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Hasyim, Dr. SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita,SE, MM, Metode Penelitian untuk Pemasaran, 2009. Hasyim, Dr. SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita,SE, MM, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEU-University Press, 2009. Hellier, P.K., Geursen, G.M., Carr, R.A. and Rickard, J.SA., Customer Repurchase Intention a General Structural Equation Model, European Journal of Marketing, Vol.37 No 11/12, 2003. Hennig – Thurau, T and Klee, A. The Impact of Customer Satisfaction and Realtionship Quality and Customer Retention :a Critical Reassessment and Model Development, Psychology and Marketing, Vol.14 No.8, 1997. Hicks, J.M., Page Jr, T.J., Behe, B.K, Dennis, J.H.,Fernandez, R. And Thomas. Delighted Consumers Buy Again, Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behaviour, Vol.18, 2005. Ibrahim, Buddy. TQM Panduan untuk Menghadapi Pasar Global, Djambatan, Jakarta, 1997. J.Paul Peter, Jery C.Olson. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid II.Edisi IV, Erlangga, Jakarta. Kotler, Phillip. Management Marketing ( 6th Edition ). Prentice Hall inc publishing, New Jersey, 2002. Kotler, Phillip dan Armstrong, Gary . Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid I. Erlangga, Jakarta, 2008. Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller . Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid I. Erlangga, Jakarta, 2008. Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L. A Multiple Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. 1988. Rusdin. Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik, Alfabeta, Bandung, 2007. 74
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. CV Alfa Beta, Bandung, 2000 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012. Supranto, Johanes. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1997. Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994. Thamrin Abdullah, Prof. Dr. MM, M,Pd dan Francis Tantri, Dr. SE.,MM. Manajemen Pemasaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. Total Quality Management, Andi, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Andi-Offset, Yogyakarta, 1996. Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Andi Press ,Yogyakarta, 2000. Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorius. Service, Quality & Statisfaction, Andi Press, Yogyakarta, 2005. Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran Edisi III , Andi Press ,Yogyakarta, 2008. Tse dan Wilton, Two Approaches to Service Quality Dimension, The service Industry Journal, Vol.11 No.3, 1998.
75
PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DALAM IKLAN FRESHCARE AROMATHERAPY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI KASUS DI WILAYAH TANJUNG DUREN, JAKARTA BARAT)
Windi Asiani Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara celebrity endorser dalam iklan FreshCare Aromatherapy terhadap keputusan pembelian. Celebrity endorser terdiri dari tiga atribut yang menjadi variabel independen yaitu : credibility, attractiveness dan power. Dan keputusan pembelian menjadi variabel dependen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang membeli dan pernah melihat iklan FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai celebrity endorsernya. Metode Analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa credibility memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 (<0,05) dan power memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 (<0,05), sehingga credibility dan power memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, Sedangkan attractiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, karena nilai signifikannya sebesar 0,971 (>0,05). Dan juga hasil penelitian menunjukkan bahwa credibity, attractiveness dan power secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, karena nilai signifikannya sebesar 0,000 (<0,05). Dari hasil tersebut dapat disarankan bahwa PT. Ultra Sakti sebagai produsen FreshCare Aromatherapy harus mempertahankan penggunaan celebrity endorser dengan kriteria yang memiliki wawasan luas dan berkharisma. Kata kunci: credibility,attractiveness, power, keputusan pembeli.
PENDAHULUAN Dari tahun ke tahun perkembangan dan persaingan di segala sektor industri semakin meningkat, hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan usahanya. Strategi pemasaran akan berpengaruh terhadap penjualan. Dengan kata lain banyak konsumen yang tertarik untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan aspek bauran pemasaran yang berhubungan dengan tehnik-tehnik yang paling efektif untuk menjual produk (Griffin : 2007). 76
Menurut Belch dan Belch, promosi merupakan suatu bentuk koordinasi dari semua upaya yang dilakukan oleh penjual dalam rangka memberikan informasi dan juga persuasi (belch : 2008). Media promosi yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi tentang produk adalah media periklanan. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli produk tersebut. Salah satu cara kreatif dalam beriklan adalah dengan menggunakan celebrity endorser. Selebriti sangat berperan dalam membantu kelancaran aktivitas pemasaran. Selebriti akan membantu membuat hubungan emosional yang lebih kuat dengan konsumen, serta bisa membangun daya tarik merek dengan target pasar yang dituju. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendra Saputra bahwa Variabel independen (visibility, credibility, attraction, dan power) secara bersama-sama dan parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Keputusan pembelian). Dan variabel yang paling berpengaruh adalah credibility (Hendra : 2010). Shimp mengatakan bahwa tidak semua merek yang menggunakan celebrity endorser akan menjadi efektif iklannya (Shimp : 2007). Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori yang dikemukakan oleh Shimp, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Celebrity Endorser Pada Iklan Minyak Angin FreshCare Aromatherapy Terhadap Keputusan Pembelian”. Penelitian ini dilakukan di wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas,maka peneliti merumuskan masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Apakah credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy? 2. Apakah attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy? 3. Apakah power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy ? 4. Apakah atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power) mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy. MODEL PENELITIAN Credibility (X1) Attractivenes s (X2)
Keputusan Pembelian
(Y)
Power (X3)
Gambar 1 : Model Penelitian 77
HIPOTESA H1: Diduga credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy H2: Diduga attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy. H3: Diduga power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy. H4: Diduga atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power) mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy. METODE PENELITIAN 1. Identifikasi Variabel Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: credibility, attractiveness , power dan keputusan pembelian. keempat variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel dependent (Y), credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3) adalah sebagai variabel Independent. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat berkisar pada bulan Desember 2013 – Februari 2014.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang membeli dan pernah melihat iklan minyak angin FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai celebrity endorsernya. Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode Hair et. Al. Metode Analisis Data 1. Analsisi Regresi Berganda variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e Keterangan: Y : Keputusan Pembelian a : Konstanta b : Angka arah atau koefisian regresi 78
X1 X2 X3 e
: Credibility : Attractiveness : Power : standard error
2. Uji t, Uji F dan Kofisien Determinasi - Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendirisendiri (atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak (Hasyim dan Rina, 2009). - Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Hasyim dan Rina, 2009). - Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas celebrity endorser (credibility, attractiveness, dan power) terhadap keputusan pembelian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
.127
.620
X1_CREDIBILITY .571
.114
X2_ATTRACTIVE .008 NESS
.230
Model 1
(Constant)
X3_POWER .446 a. Dependent Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN
t
Sig.
.205
.838
.441
5.018
.000
.004
.036
.971
3.228
.002
.138 .364 Variable:
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui persamaan regresi bergandanya adalah sebagai berikut : Y = 0,127 + 0,571X1 + 0,008X2 + 0,446X3 + e
79
2. Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
Standardize d Coefficients
B
Std. Error Beta
t
Sig.
.127
.620
.205
.838
X1_CREDIBILIT .571 Y
.114
.441
5.018
.000
X2_ATTRACTIV .008 ENESS
.230
.004
.036
.971
3.228
.002
(Constant)
X3_POWER .446 a. Dependent Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN
.138 .364 Variable:
Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel credibility (X1) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel credibility (X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Nilai signifikansi variabel attractiveness (X2) pada tabel diatas yakni 0,971 yang berarti > 0,05 , dengan demikian maka Ho diterima. Kesimpulannya, variabel attractiveness (X2) secara individual tidak berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Nilai signifikansi variabel power (X3) pada tabel diatas yakni 0,002 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel power (X3) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 3. Uji F ANOVAb Model
Sum of Squares df
1 Regressio 17.283 n Residual 29.577
Mean Square F
Sig.
3
5.761
.000a
96
.308
Total 46.860 99 a. Predictors: (Constant), X2_ATTRACTIVENESS b. Dependent Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN
X3_POWER,
18.698
X1_CREDIBILITY,
Variable:
80
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas diperoleh F hitung sebesar 18,243 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat pula dikatakan bahwa variabel Credibility (X1), attractiveness (X2), dan power (X3) secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian (Y). 4. Koefisien Determinasi Model Summary Model R
Adjusted R Square Square
R Std. Error of the Estimate
1 .607a .369 .349 .55507 a. Predictors: (Constant), X3_POWER, X1_CREDIBILITY, X2_ATTRACTIVENESS Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya Adjusted R Square adalah 0,369. Hal itu berarti variabel independen (credibility, attractiveness dan power) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 36,9%. Sedangkan sisanya (100%36,9% = 63,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel independen dalam penelitian ini yakni credibility celebrity endorser berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan. 2. Variabel independen dalam penelitian ini yakni attractiveness celebrity endorser tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,971 diatas 0,05 (>0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan. 3. Variabel independen dalam penelitian ini yakni power celebrity endorser berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,002 dibawah 0,05 (<0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan. 4. Variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan power) celebrity endorser berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Dan variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan power) celebrity endorser memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel 81
dependen (keputusan pembelian) sebesar 34,9%. Sedangkan 65,1% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar variabel credibility, attractiveness dan power. 1. Saran Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan kepada PT. Ultra Sakti selaku perusahaan yang memproduksi minyak angin FreshCare Aromatherapy, adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan keputusan pembelian, disarankan kegiatan promosi melalui media iklan dengan menampilkan seorang celebrity endorser tetap dilakukan terus agar minat konsumen semakin tinggi dan tertarik untuk membeli minyak angin FreshCare Aromatherapy. 2. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan menggunakan celebrity endorser yang memiliki kharisma yang baik, selain itu yang memiliki wawasan yang luas mengenai produk yang akan diiklankan, sehingga dalam membawakan produk dalam periklanan dapat meyakinkan dan menambah kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen. DAFTAR PUSTAKA Belch, George E and Michael A Belch.2008. Advertising and Promotions. New York : Mc. Graw Hill Bruno Hasson. 2008. Fashion Branding : 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM Fashion. Jakarta : Gramedia 2008 Fuad, Christine, dkk. 2006. “Pengantar Bisnis”. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald. 2007. Bisnis. Ed.8. Jilid Satu. Jakarta : Erlangga Hasyim dan Anindita, Rina. 2009 Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta : UIEU-University Press Heruwati, Eni. 2010. Analisis Pengaruh Daya Tarik, Kredibilitas, Dan Keahlian Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio. Semarang : Universitas Diponegoro Indriani, Farida dkk. 2009 Studi Mengenai Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek Maskapai Garuda Indonesia. Jurnal Sains Pemasaran Indnesia. Kotler, Philip dan Amstrong. 2008 Dasar-dasar Pemasaran. Edisi 9. Jilid 1. Alih Bahasa : Alexander Sindoro. Jakarta : PT. Index Kotler, Philip dan Amstrong. “Prinsip-Prinsip Pemasaran”. Alih Bahasa : Bob Sabran. Erlangga Lee, Monlee dan Johnson, 2007. Carla. Prinsip-Prinsip Periklanan Dalam Perspektif Global. Ed.1, Cet.2, Jakarta : Kencana Morrisan. 2007. “Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu”. Jakarta : Ramdina Prakarsa Rizan, Muhammad, dkk. 2012. Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro.Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, Vol. 3. No. 1 82
Royan, Frans. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Sapitri, Dwi Dkk. 2010 Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo L‟oreal Saputra, Hendra. 2010 Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Produk Pond’s. Jurnal Keuangan dan Bisnis Setya, Hendri. 2013 Analisis Pengaruh Selebritis Pendukung Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Pada PT. Harpindo Jaya, Kota Purwodadi). Jurnal ilmiah USM Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Jakarta : Indeks Sebayang dan Siahaan. 2008. Jurnal Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio Automatik Club (MAC) Medan, Fakultas Ekonomi USU, Jurnal Manajemen Bisnis,Vol.1 No.3 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Therence, Shimp. 2007. Periklanan dan Promosi. Jakarta : Erlangga
83
ANALISIS BAURAN PEMASARAN MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS EKONOMI REGULER AKTIF) Ferian Osman Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian smartphone BlackBerry. Variabel independen terdiri atas produk, harga, distribusi, dan promosi, sedangkan variabel dependen adalah keputusan pembelian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswa universitas esa unggul fakultas ekonomi regular aktif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam peningkatan keputusan pembelian konsumen. Secara parsial, variabel produk dan promosi mempunyai pengaruh terhadap keputusan itu.Sedangkan variabel yang paling dominan adalah variabel produk. Kata kunci: bauranpemasaran, keputusan pembelian
PENDAHULUAN Pemasaran tidak lepas dari masalah produk, harga, distribusi dan promosi yang harus dipikirkan perusahaan agar dapat meraih pasar yang diinginkan.Konsumen menjadi faktor kunci penentu atas keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan di dalam memasarkan produknya. 84
Perkembangan teknologi handphone dapat dilihat dengan banyaknya merekmerek handphoneyang dipasarkan di Indonesia, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.Salah satu produsen yang ingin mengikuti perkembangan teknologi tersebut
adalah Blackberry. Blackberry berhasil menguasai pangsa pasar menghadirkan berbagai fitur yang canggih bagi konsumen di seluruh dunia.
dengan
Gambar 1. Mobile brands in emerging markets 2013-2014 Namun, dalam beberapa tahun terakhir posisi BlackBerry tergeser oleh merek-merek baru yang menawarkan Smartphone yang berlayar sentuh dan fitur yang lebih canggih,pengguna Blackberry mulai beralih ke Smartphone tersebut dan mereka memilih Smartphoneatau tablet yang lebih menarik. Hal ini dapat dilihat dari Survei yang melibatkan 4.504 konsumen di negara berkembang termasuk Brasil, China, India, Nigeria, dan Vietnam. Grafik persaingan antara smartphonedi bawah inimenunjukkan BlackBerry masih jauh pasar yang dijangkau I-Phone dan Samsung. Berdasarkan Gambar1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun 2013-2014 diduduki oleh merek Samsung dan Apple, padahal tahun-tahun sebelumnya BlackBerry dikenal sebagai market leader.Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS BAURAN PEMASARAN MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SMARTPHONE BLACKBERRY DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL”. (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif) Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Apakah produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul? 85
2. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul? 3. Apakah lokasi/distribusi berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul? 4. Apakah promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul? 5. Apakah produk, harga, lokasi, dan promosi secara bersama-sama berpengaruhterhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul? Model Penelitian Produk (X1)
Harga (X2) Keputusan Pembelian (Y) Tempat (X3)
Promosi (X4)
Gambar 2. Model Penelitian
Hipotesa Pengaruh Produk Terhadap keputusan Pembelian Produk merupakan hal penting dalam kegiatan pemasaran. Produk dapat berupa barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan.Dalam membuat keputusan pembelian, konsumen akan membeli barang atau jasa yang dirasakan perlu serta bermanfaat baginya. Menurut Kotler (2000), Atribut produk adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari strategi produk yang dapat dikontrol langsung oleh perusahaan 86
sebagai suatu rangsangan yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam proses keputusan pembelian. Pengaruh harga Terhadap Keputusan Pembelian Fandy Tjiptono (1997), menyatakan penentuan harga yang tepat harus dilakukan perusahaan agar produk dapat bersaing dan dapat dipertahankan dipangsa pasar. Harga yang ditetapkan perusahaan harus disesuaikan dengan kemampuan konsumen.Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli. Pengaruh Tempat Terhadap keputusan Pembelian. Menurut Arfiyandi dan Adhilla (2010), kecepatan dan ketepatan dari saluran distribusi yang dilakukan perusahaan akan sangat membantu konsumen dalam mendapatkan produk perusahaan, hal ini agar dapat menaikkan citra keberadaan produk dan perusahaan sendiri. Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Perusahaan melakukan promosi untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen. Promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada konsumen untuk melakukan pembelian secara lebih cepat.Menurut Peter dan Olson (2000) promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada konsumen untuk melakukan pembelian. Metode Penelitian Identifikasi Variabel Pada penelitian ini ada lima variabel yang dibahas yaitu: produk, harga, tempat, promosi dan keputusan pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel dependent (Y), produk (X1), harga (X2), tempat (X3) dan promosi (X4) adalah sebagai variabel independent. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada bulan Desember 2013 – Agustus 2014.
87
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalahyaitu mahasiswa yang sudah pernah membeli dan menggunakan Smartphone Blackberry di Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul reguler aktif.Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode quota sampling. Metode Analisis Data a. Analsisi Regresi Berganda Variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 +e Keterangan: Y : Keputusan Pembelian a: Konstanta b: Angka arah atau koefisian regresi X1: Produk X2: Harga X3: Tempat X4: Promosi e: Standard error b. Uji F, Kofisien Determinasi (R2), dan Uji t - Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. - Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas (produk, harga, tempat dan promosi) terhadap keputusan pembelian. - Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.
88
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji F Tabel 1. Hasil Uji F
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 15.653 44.175 59.828
df 4 95 99
Mean Square 3.913 .465
F
Sig.
8.416
.000(a)
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 5.13 hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 8.416 dengan tingkat signifikan 0.000 . Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0.000< 0,05) maka variabel produk (X1), harga (X2), distribusi (X3), dan promosi (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y). Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 2.Hasil Analisa uji R Square Model Summary
Model 1
R .511(a)
R Square .262
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.231
.6819
a Predictors: (Constant), promosi, distribusi, harga, produk Sumber : Output SPSS Berdasarkan tabel 2 diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,262 atau 26,2%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian) adalah sebesar 26,2%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 26,2% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 73,8% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
89
Uji t Tabel 3. Hasil Uji t
Model 1 (Constant) Produk Harga Distribusi Promosi
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 1.623 .466 .970 .176 .726 -.247 .140 -.190 -.018 .060 -.029 -.271 .122 -.263
t
Sig.
3.486 5.525 -1.771 -.307 -2.215
Sumber :Data primer yang diolah, 2014
Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel produk (X1) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel produk (X1) secara individual berpengaruh positif keputusan pembelian. Pada variabel promosi (X4) memiliki nilai signifikasi 0.029 yang berarti <0,05 dengan demikian, maka kesimpulannya, variabel promosi (X4) secara parsial mempunyai pengaruh, tetapi tidak searah terhadap keputusan pembelian. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel Bauran Pemasaran(produk, harga distribusi, dan promosi) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) berpengaruh signifikan dalam peningkatan keputusan pembelian konsumen. 2. Variabel produk dan promosi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua variabel Bauran Pemasaran, ternyata hanya variabel produk dan promosi yang mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas produk dan promosi yang menarik akan mempengaruhi konsumen untuk membeli Smartphone BlackBerry. Di lain pihak variabel harga dan distribusi tidak signifikan artinya variabel harga dan distribusi tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian BlackBerry. 90
.001 .000 .080 .759 .029
3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian. Dari keseluruhan variabel Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi), ternyata variabel produk yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian. Saran 1. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk karena terbukti bahwa faktor paling dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Smartphone BlackBerry adalah faktor produk. Perusahaan perlu berinovasi dan menyesuaikan produk dengan pangsa pasar yang ada pada masa kini. Masyarakat membutuhkan produk yang inovatif, maka dari itu perusahaan BlackBerry harus mencari dan mengembangkan fitur unggulan yang banyak diminati masyarakat dan untuk bersaing dengan produk pesaing. 2. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan empat faktor yaitu produk, harga, distribusi dan promosi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen padasmartphone BlackBerry. Maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadapsmartphone BlackBerry. Dengan menggunakan faktor-faktor selain produk, harga, distribusi, dan promosi. DAFTAR PUSTAKA Angipora, Marius P. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999 Arfiyandi dan Adhilla , Analisis bauran pemasaran terhadap perilaku keputusan pembelian konsumen distribusi outlet mailbox di Yogyakarta , 2010 Bilson Simamora , Analisis Multivariat Pemasaran . PT Gramedia Pustaka Umum, 2005 Courtland L. Bovee, Michael J. Houstin, dan John V. Thill. Marketing . Edisi 2.UnitedStates of America: McGraw Hill , 1995 D. H, Basu Swasta dan T. Hani Handoko , Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen , Edisi Kelima , Yogyakarta : Penerbitan Liberty , 2004 Griffin, Ricky W dan Ronald J. Ebert .Bisnis Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga . 2007 Hasyim dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press Husein Umar, Metode Riset Bisnis, PT. Gramerdia Pustaka Utama: Jakarta. 2006 James F. Engel at. al , Consumer Behavior , 8th, Orlando Florida : Dryden Press – Harcourt Brace Jovanovich,2001 91
Kotler dan Keller, Marketing Management Edisi 14, Global Edition.Pearson Prentice Hall , 2012 Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran . PT. Prenhallindo, Jakarta ,2000 Kotler, Philip , Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia ,2005 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian, Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat , 2007 Leon G. Schiffman dan Leslie L. Kanuk , Consumer Behavior , Sixth Edition , New Jersey : Prentice Hail International Inc , 2000
92
JOB INSECURITY, JOB SATISFACTION, KOMITMEN ORGANISASI dan TURNOVER INTENTION di PT TIFFAKASIH PRIMATAMA TANGERANG
Fei Ie Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRACT This study aimed to test wheter the relationship between job insecurity, job satisfaction, organizational commitment with the turnover intention of technical service division at PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. There are three independent variables, such as : job insecurity, job satisfaction dan organizational commitment and one dependent variable is turnover intention. This research uses the quantitative method. The sample used in this research are 59 people employee from technical service division in the organization of PT TIFFAKASIH PRIMATAMA Serpong Tangerang. The data are analyzed using path analysis technique with the IBM SPSS statistics 20 program. The research result shows that there is a significant relation between job insecurity and job satisfaction with turnover intention and with organizational commitment. Job satisfaction has a negative significant relationship with turnover intention and organizational commitment does not have any significant relationship with the turnover intention. Keywords : job insecurity, job satisfaction, organizational commitment, turnover intention
93
Pendahuluan Sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan,dan sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan akhir suatu perusahaan. Resign / keluar nya karyawan berprestasi rendah dalam suatu perusahaan akan bermanfaat positif bagi organisasi, namun dengan keluarnya sumber daya manusia (karyawan) yang berpotensi akan merugikan perusahaan, sumber daya manusia yang berprestasi akan mengundang perusahaan melakukan usaha dan mengeluarkan banyak biaya untuk merekrut karyawan baru agar mengisi posisi yang kosong. Devisi Technical Service di PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, merupakan tulang punggung yang menunjang berputarnya roda bisnis perusahaan. Bergerak di bidang supplier kimia untuk di gunakan pada industri kertas di Indonesia, PT TIFFAKASIH PRIMATAMA memberikan service langsung ke pabrik pabrik yang merupakan pelanggan sekaligus klien. Keahlian khusus diperlukan dalam devisi technical service ini, dan bilamana terjadi turnover 94ntense yang tinggi, akan menimbulkan kesulitan dalam penanganan masalah di lapangan. Ketidak nyamanan dalam pekerjaan (job insecurity) merupakan suatu kondisi ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang mengancam. Ketidak nyamanan ini akan berdampak pada sikap kerja karyawan dan keinginan untuk keluar dari organisasi ( turnover ) semakin besar. Persepsi ketidak nyamanan dalam pekerjaan (job insecurity) yang pada beberapa penelitian (Ashford et al.,; Ameen et al.,; Rosenblatt and Ruvio, ) ditemukan sebagai salah satu penyebab munculnya intense (keinginan) keluar seseorang dari pekerjaannya. (nurwening, 2005) Identifikasi dan pembatasan masalah Pengamatan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, serpong, mencatat peningkatan jumlah karyawan yang berpindah kerja, adapun fenomena yang terjadi ; Penyebab tingginya turnover intention hanya di identifikasi melalui “alasan” semu yang di berikan, diantaranya : sakit, meneruskan pendidikan, membantu orang tua dan lain lain, perusahaan belum pernah meneliti lebih lanjut penyebab sesungguhnya. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh ke tidak nyamanan kerja (Job Insecurity) terhadap kepuasan kerja (job satisfaction). 2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (job satisfaction) terhadap komitmen organisasi. 3. Untuk mengetahui pengaruh ketidak nyamanan kerja (Job insecurity) terhadap keinginan karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention). 4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (Job Satisfaction) terhadap keinginan karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention). 5. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention). Manfaat penelitian Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :
94
1. Perusahaan, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan meminimalisasi intensitas perputaran keluar masuknya karyawan. 2. Bagi Universitas Esa Unggul, berharap hasil kajian ini dapat menambah kepustakaan Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, terutama yang berkaitan dengan topik Sumber Daya Manusia 3. Bagi peneliti selanjutnya, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, dengan topik yang selaras. 4. Bagi penulis, penelitian ini akan membuka wawasan penulis mengenai keterkaitan antara teori yang di pelajari di universitas dengan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya. Tinjauan Pustaka Pengertian dan aktifitas Sumber Daya Manusia (SDM) Aktivitas SDM terdiri atas beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang terjadi dalam konteks organisasi (Mathis and Jackson, 2006), berikut ini adalah tinjauan singkat tujuh aktivitas SDM : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Perencanaan dan analisa SDM Peluang Pekerjaan yang sama Pengangkatan pegawai Pengembangan SDM Kompensasi dan tunjangan Kesehatan, keselamatan dan keamanan Hubungan karyawan dan buruh / manajemen
Perencanaan dan analisa SDM, perencanaan SDM yang dilakukan manajer manajer dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan sumber daya manusia di perusahaan yang akan mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Sebagai bagian dari usaha memepertahankan daya saing organisasional, harus ada analisa dan penilaian efektivitas SDM, karyawan juga hendaknya di motivasi dengan baik dan diharapkan bersedia tinggal bersama organisasi dalam jangaka waktu yang pantas. (Mathis and Jackson, 2006) Menurut Cascio, manusia adalah sumber daya yang penting dalam industri dan organisasi, oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia mencakup penyediaan tenaga kerja yang bermutu, mempertahankan kualitas dan mengendalikan biaya ketenagakerjaan. (wendi, 2009) Ketidaknyamanan kerja (Job Insecurity) Secara umum, job insecurity adalah ketidakamanan dalam bekerja secara psikologis. Toly menyampaikan dengan sederhana, job security merupakan ketidakberdayaan seseorang secara terus menerus dalam mewujudkan keinginannya pada sebuah situasi kerja yang menakutkan. Nur Wening menuliskan bahwa perasaan tidak aman akan membawa dampak pada cara kerja dan sikap kerja karyawan, penurunan komitmen, bahkan keinginan untuk berpindah kerja semakin besar. Job insecurity dapat dilihat sebagai pertentangan antara tingkat keamanan yang dirasakan oleh seseorang dengan tingkat keamanan yang diharapkan. Hal ini di nyatakan oleh Jacobson dan Hartley dalam Kinnunen et al. (Toly, 2001). Kepuasan Kerja(Job Satisfaction) 95
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang ( Mathis and Jackson, 2006) Ketidakpuasan kerja muncul ketika harapan seseorang tidak terpenuhi. Faktor faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja adalah imbalan (gaji), promosi (jenjang karir), rekan kerja, supervisi (pelatihan ketrampilan) dan pekerjaan itu sendiri. Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi di lapangan bisa diamati terjadinya keluar masuknya karyawan terlihat dari beberapa indikasi, diantaranya : lewat absensi yang meningkat, mulai malas bekerja / melakukan tanggung jawabnya, peningkatan terhadap pelanggaran tatib kerja, sering melancarkan protes terhadap atasan, dan terlihat perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya. Robin,“organizational behaviour” terjamahan mengatakan istilah kepuasan kerja ( job satisfaction) merujuk ke sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu; seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap kerja itu. (Wendi, 2009) Komitmen organisasi Sedangkan dalam sudut pandang Manajemen SDM, makna komitmen organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organsiasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran serta keluar masuk tenaga kerja. Demikian dituliskan Mathis and Jackson, dalam bukunya “Human Resource Management ; manajemen sumber daya manusia ( 2006 ) Dalam perkembangannya tentang komitmen organisasi, Meyer dan Allen memperkenalkan tiga komponen model komitmen. (2003) 1. Komitmen organisasi afektif yang mengacu kecenderungan emosional karyawan, berdasarkan keterikatan hati secara emosional individual dengan organisasinya, sehingga individu cenderung untuk mengidentifikasikannya dan melibatkan diri dalam organisasi (want to). 2. Komitmen organisasi normatif, yang mengacu kepada kewajiban karyawan terhadap organisasi., bahwa sebagai anggota organisasi mereka merasa wajib untuk tetap tinggal dalam organisasi (ought to). 3. Komitmen organisasi continuance, yaitu mengacu pada biaya yang diperoleh selama hidup dalam organisasi, berdasarkan pada untung rugi atau pertimbangan costs dan benefits individu ketika meninggalkan suatu organisasi (need to) Perputaran atau tingkat keluar masuk karyawan (Turnover Intention) Perputaran (Turnover) atau tingkat keluar masuk karyawan terjadi ketika karyawan meninggalkan organisasi dan harus digantikan (Mathis and Jackson, 2006). Teori lain mengemukakan bahwa Turnover merupakan perilaku menarik diri atau keluarnya karyawan dari satu organisasi kerja dan kemudian pindah ke organisasi kerja yang lain. (Wijayanti & Listyorini, 2013) Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, seperti menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia. Keadaan tersebut menyebabkan organisasi menjadi tidak efektif karena kehilangan karyawan berpengalaman. Pendapat tersebut didukung oleh Gregson T yang menyatakan dampak negatif turnover terdapat pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan individu yang keluar organisasi. ( Wijayanti ) Penyebab terjadinya turnover secara specifik dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik antara lain faktor ekonomi seperti kebutuhan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik, faktor organisasi seperti kurangnya keterpaduan dan komunikasi, dan faktor individual seperti orientasi kognitif atau efektif karyawan dan ketidaknyamanan kerja (Mobley dkk). 96
Kerangka pikir PT Tiffakasih Primatama, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kimia untuk industry kertas, perusahaan yang mulai berdiri pada tahun 1991 ini memasok bahan kimia berupa kimia / preparat pada industry kertas dari berbagai negara, baik dari Singapura, China maupun Perancis. Kebutuhan sumber daya manusia untuk membantu perusahaan tetap berdiri dengan kokoh adalah dengan melakukan service kepada customer secara rutin dan berkala, baik itu service secara financial (yaitu : memperhatikan total cost yang dikeluarkan customer untuk biaya produksi), secara hubungan marketing maupun melakukan service secara teknikal di lapangan. Beberapa tahun terakhir ini, tahun 2010 hingga tahun 2012 tercatat peningkatan angka turnover intention yang terjadi pada salah satu devisi dalam perusahaan, yaitu devisi technical service. Yang berada di bawah supervisi devisi marketing dan manajemen sumber daya manusia PT Tiffakasih Primatama. Untuk itu penulis merasa tepat melakukan analisa penyebab terjadinya peningkatan turnover intention tersebut. Seturut dengan teori teori yang ada dan penelitian penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang, Penulis menduga peningkatan turnover intention dipengaruhi oleh faktor job insecurity, job satisfaction dan komitmen organisasi. Pembuktian dugaan tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan data primer berupa pertanyaan yang di berikan kepada sample yang mewakili seluruh populasi, uji validitas dan reliabilitas, dan analisis regresi.
Model Penelitian 3 4 5
2 1
Hipotesis Pandangan sementara terhadap karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA devisi technical service bahwa pengaruh ketidak-nyamanan kerja berpengaruh positif terhadap keinginan berpindah kerja atau berhenti bekerja pada perusahaan. H1 : diduga semakin rendah job insecurity maka akan menyebabkan semakin tinggi kepuasan kerja. Kondisi situasi kerja yang di alami technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, memperlihatkan ketidaknyamanan kerja mempengaruhi keinginan berpindah kerja melalui kepuasan kerja pribadi karyawan juga komitmen kepada organisasi atau perusahaan. H2 : diduga semakin tinggi job satisfaction / kepuasan kerja menyebabkan semakin tinggi komitmen organisasi 97
Penilaian individu terhadap posisi sekarang dan merasakan tidak puas dapat memicu seseorang untuk mencari pekerjaan lain. Lebih lanjut Hulin et al. dalam penelitiannya menemukan bahwa ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya akan menimbulkan keinginan untuk keluar dari organisasi. Temuan sejenis oleh peneliti lain yaitu Lum dkk juga mengindikasikan hal yang sama, yaitu adanya hubungan negative antara kepuasan kerja dengan turnover intention. H3 : diduga semakin tinggi job insecurity yang dirasakan, semakin tinggi keinginan berpindah kerja karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA Karyawan yang merasa puas pada tugas dan lingkungannya akan merasakan adanya persamaan dengan organisasi dan terlibat pada aktivitas perusahaan. Kepuasan kerja yang di rasakan individu cenderung mempererat komitmen individu terhadap organisasi, dan loyalitas karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA yang akhirnya akan menyebabkan rasa ketergantungan dan tidak ingin keluar dari organisasi H4 : di duga kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention. Hubungan antara komitmen organisasional dengan keinginan berpindah kerja, dari hasil pengujian sebelumnya oleh Agus Arianto Toly, bahwa variabel komitmen organisasi dan variabel turnover intention walau tidak berkorelasi kuat, namun terbukti dengan tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan sangat kecil keinginan pekerja untuk pindah keperusahaan lainnya. H5 : diduga semakin tinggi komitmen organisasi, semakin rendah keinginan berpindah kerja. METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian Nama perusahaan: PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, Alamat lengkap: jl. Komplek Multiguna kav D, jalan raya serpong, KM 7, Serpong Tangerang , Status kantor : Head Office, Waktu Penelitian : Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013 Jenis dan sumber data Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif, Sumber data Sumber perolehan data akan diambil dari pengisian angket pertanyaan yang di distribusikan kepada 59 orang karyawan yang masih bekerja pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Populasi dan sample Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 orang karyawan yang masih bekerja pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Sampel dalam kesempatan ini peneliti menggunakan seluruh populasi sebagai sampel. Yaitu 59 orang karyawan yang masih bekerja pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Metode analisis data Berikut ini adalah metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini Uji Validitas untuk menguji keberartian koefisien rxy valid atau tidak valid akan digunakan uji t, yang dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Keputusan pengujian validitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikasi 5% adalah sebagai berikut: 1) Item instrumen dikatakan valid jika thitung lebih besar atau sama dengan t0,05; maka item instrumen tersebut dapat digunakan. 2) Item instrumen dikatakan tidak valid jika thitung lebih kecil dari t0,05; maka item instrumen tersebut tidak dapat digunakan. 98
Uji reabilitas di tunjukan untuk menguji sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran di ulang dua kali atau lebih jadi reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat di percaya atau diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan dua kali untuk konsisten. Sebagaimana yang dinyatakan Rina Anindita dan Hasyim menyatakan: “Jika koefisien reabilitas (Alpha) mendekati 1 sangat baik, jika berada diatas 0,8 baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0,6 tidak baik. Artinya, bila nilai Alpha berada di bawah 0,6, maka dapat dikatakan bahwa pengukuran yang dilakukan tidak konsisten atau pengukuran kita tidak reliable”. Metode Analisis Jalur Analisis Jalur digunakan untuk mengetahui apakah data mendukung teori, yang secara apriori dihipotesiskan, yang mencakup kaitan structural antar variabel terukur. Analisis jalur (path analysis) digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening. Analisis jalur diperuntukkan menentukan besarnya pengaruh suatu variabel ataupun beberapa variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Diagram Jalur (Path Diagram) Substruktur 1 Job Insecurity X1
persamaan regresi 1, adalah pengaruh Job Insecurity terhadap Job Satisfaction Job Satisfaction X2
Substruktur 2 Organisasi
Job Satisfaction X2
persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen
Komitmen Organisasi X3
Substruktur 3 persamaan regresi 3 adalah pengaruh Job Insecurity, Job Satisfaction dan komitmen organisasi terhadap Turnover Intention
X1 X2
Y
X3 Y adalah variabel :Turnover Intention 99
X1 adalah variabel:Job Insecurity X2 adalah variabel :Job Satisfaction X3adalahvariabel:KomitmenOrganisasi Definisi Operational dan pengukuran Variabel
1. Job insecurity didefinisikan Greenhalgh dan Rossenblatt dalam Utami dan Bonussyeani sebagai ketidakberdayaan seseorang dalam mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang terancam. Job insecurity diukur dengan instrumen multidimensi dari Greenhalgh &
Rosenblatt dan Ashford et al. Jurnal Nur Wening dan jurnal Rony Setiawan dan Bram Hadianto juga jurnal Utami Bonussyeani. Instrumen ini terdiri dari 7 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert. 2. Job Satisfaction didefinisikan oleh Vandenberg dan Lance sebagai kondisi menyenangkan atau emosi positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya. Instrumen kepuasan kerja di salin dari Hackman & Oldham dalam Nur Wening. Instrumen terdiri dari 13 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert. 3. Komitmen organisasi, Komitmen organisasi menggunakan dimensi Afektif, Normatif dan continuance. Instrumen komitmen organisasi yang di adopsi dari Meyer & Allen dalam Iverson & Butigieg. Jurnal Merry Christina dan Sunjoyo, terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.
4. Turnover Intention, Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan Bonussyeani, sebagai keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain. Keinginan berpindah kerja diukur dengan instrumen dari Kalber dan Forgarty dalam Utami, Bonussyeani, yang terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.
Latar Belakang Responden Sebelum disajikan data hasil penelitian setiap variabel yang di uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dideskripsikan latar belakang responden secara singkat. Latar belakang tersebut meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, jabatan saat ini, lokasi kerja dan pengalaman kerja sebelumnya. Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin Usia (tahun) < 25 26 - 30 31 – 35
59
100
27 12 2
45.76 20.34 3.39
100
36 – 40 > 40
6 12
10.17 20.34
Pendidikan terakhir SMTP SMU sederajat D3 sederajat S1 sederajat
1 52 3 3
1.694 88.14 5.08 5.08
5 23 14 17
8.48 38.98 23.74 28.8
45 5 4 5
76.27 8.47 6.78 8.47
14 23 6 3 5 4
23.73 38.98 10.17 5.08 8.47 6.78
6 44
10.17 74.58
lama bekerja < 1 tahun 1 – 3 tahun 3 – 5 tahun > 5 tahun jabatan saat ini Technical service junior Technical service senior Supervisor Koordinator team lokasi kerja Cikarang Perawang Jambi Kerawang Serang Surabaya pengalaman kerja sebelumnya Tidak diketahui masa lalunya Tidak ada pengalaman kerja sebelumnya
Pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas saat ini 4
6.78
5
8.47
Pengalaman kerja yang tidak sesuai dengan tugas saat ini
(sumber : rekapitulasi penyebaran kuesioner penelitian)
Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan Bonussyeani, sebagai keinginan
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu, masing masing item pertanyaan diukur melalui uji validitas menggunakan SPSS, nilai valid dinyatakan atau bisa dilihat dari nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf signifikan ( α ) sebesar 0,05. Pengujian ini di berikan kepada 30 responden diluar sample. Hasil pengujian validitas pertanyaan job insecurity No
Butir
Nilai korelasi (pearson correlation)
Prob. korelasi [ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
101
aspek pekerjaan
P1
job event negative
P2
job event
P3
ancaman
P4
Ancaman
P5
job event
P6
job event
P7
0.679
0.000
Valid
0.558
0.001
Valid
0.104
0.583
Tidak valid
0.344
0.063
Tidak valid
0.456
0.011
Valid
0.173
0.360
Tidak valid
0.603
0.000
Valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan yang valid dari variable job insecurity untuk diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 2,5 dan 7 Hasil pengujian validitas job Satisfaction No
Butir
Nilai korelasi (pearson correlation)
Prob. korelasi [ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
P1
Keanekaragaman ketrampilan
0.421
0.020
Valid
P2
Umpan balik
0.008
0.966
Tidak valid
P3
Identitas tugas
0.524
0.003
Valid
P4
Derajat pentingnya tugas
0.210
0.265
Tidak valid
P5
Derajat pentingnya tugas
0.342
0.064
Tidak valid
P6
Otonomi
0.349
0.058
Tidak valid
P7
Identitas tugas
0.196
0.299
Tidak valid
P8
Otonomi
0.479
0.007
Valid
P9
Umpan balik
0.617
0.000
Valid
P10
Otonomi
0.640
0.000
Valid
P11
Umpan balik
0.455
0.011
Valid
P12
Umpan balik
0.446
0.014
Valid
P13
Derajat pentingnya tugas
0.288
0.122
Tidak valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk variable job satisfaction yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 3,8,9,10,11 dan 12. hasil pengujian validitas Komitmen organisasi No
Butir
Nilai korelasi (pearson correlation)
Prob. korelasi [ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
P1
Afektif
0.485
0.007
Valid
102
P2
Afektif
0.094
0.622
Tidak valid
P3
Afektif
0.470
0.009
Valid
P4
Afektif
0.253
0.177
Tidak valid
P5
Normative
0.296
0.112
Tidak valid
P6
Normative
0.381
0.038
Valid
P7
Normative
0.039
0.837
Tidak valid
P8
Continuance
0.581
0.001
Valid
P9
Normative
0.623
0.000
Valid
P10
Continuance
0.617
0.000
Valid
P11
Continuance
0.438
0.015
Valid
P12
Continuance
0.540
0.002
Valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk variable komitmen organisasi yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 3,6,8,9,10,11 dan 12.
hasil pengujian validitas turnover intention
No
P1 P2
Butir
pribadi dengan pekerjaan alternative
Nilai korelasi (pearson correlation)
Prob. korelasi [ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
0.012
0.949
Tidak valid
0.280
0.135
Tidak valid
103
P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11
pekerjaan pribadi dengan pekerjaan dengan lingkungan dengan lingkungan alternative pekerjaan pribadi dengan pekerjaan dengan lingkungan dengan lingkungan alternative pekerjaan alternative pekerjaan
0.403
0.027
Valid
0.350
0.058
Tidak valid
0.401
0.028
Valid
0.681
0.000
Valid
0.496
0.005
Valid
0.543
0.002
Valid
0.728
0.000
Valid
0.340
0.066
Tidak valid
0.502
0.005
Valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk variable turnover intention yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 3,5,6,7,8,9 dan 11.
2. Uji Reliabilitas Setelah data validitas diperoleh, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas menunjukkan internal konsistensi reliabilitas yang bisa di katakan baik, hal ini di tunjukkan dari nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0.60. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian reliabilitas dengan 30 responden diluar sample, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha dari masing masing variabel sebagai berikut : Variabel
Cronbach's Alpha (Reliabilitas)
Job Insecurity
0,761
Job Satisfaction
0,818
komitmen Organisasi
0,761 0,476
Turnover Intention sumber primer, diolah (2013)
Hasil uji reliabilitas dari 4 pertanyaan job insecurity, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0.761 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk job insecurity pada tingkat reliabilitas yang cukup tinggi / cukup reliabel. Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan job satisfaction, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0.818 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk variabel job satisfaction adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas dari 8 pertanyaan komitmen organisasi, ternyata diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0.761 menunjukkan pertanyaan untuk mengukur variable komitmen organisasi cukup reliabel. Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan turnover intention, ternyata diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0.476 menunjukkan pertanyaan pertanyaan yang mewakili pengukuran variabel turnover intention reliabel tingkat sedang. 104
Hasil Penelitian dan Analisis Data 1. Substruktur 1 persamaan regresi 1, adalah pengaruh Job Insecurity terhadap Job Satisfaction, Pengujian substruktur 1 bertujuan untuk membuktikan apakah kepuasan kerja dapat berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job insecurity terhadap keinginan berpindah kerja. Hasil analisa regresi untuk substruktur 1 untuk uji t pada substruktur 1 Hasil Analisa uji t pada Substruktur 1 Coefficientsa Model (Constant) 1Job Insecurity
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B
Std. Error
Beta
3.069 .363
.704 .131
.344
4.362 .000 2.764 .008
a. Dependent Variable: Job Satisfaction Sumber output SPSS
Interpretasi : Pengaruh langsung dari X1 terhadap X2 = (0.344) (0.344) = 0.118 Yang berarti secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction sebesar 11.8%, dan sisanya 88.2% dipengaruhi oleh variabel lainnya. 2. Substruktur 2 persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen Organisasi, Pengujian substruktur 2 bertujuan untuk membuktikan apakah komitmen organisasi dapat berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job satisfaction terhadap keinginan berpindah kerja. Hasil analisa regresi dengan melakukan uji t untuk substruktur 2, didapati
Hasil Analisa uji t untuk Substruktur 2 Coefficientsa Model
(Constant)
1
Job Satisfaction
Unstandardiz ed Coefficients
B
Std. Err or
1.751
.301
.727
.060
Standardize d Coefficients
t
Sig .
5.822
.00 0 .00 0
Beta
.850
12.17 9
a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi Sumber output SPSS
Interpretasi : Pengaruh langsung dari X2 terhadap X3 = (0.850) (0.850) = 0.7225 105
Yang berarti secara langsung job satifaction mempengaruhi komitmen organisasi sebesar 72.25 %, dan sisanya 27.75% dipengaruhi oleh variabel lain. 1. Substruktur 3 → persamaan regresi 3 adalah pengaruh job insecurity, job satisfaction dan komitmen organisasi terhadap turnover intention, Pengujian substruktur 3 bertujuan untuk membuktikan pengaruh dan besarnya pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y, a. Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak signifikan terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. output SPSS memberikan nilai standardized coefficients beta job insecurity pada persamaan sebesar - 0.120 dan koefisien regresi = 0,395 ( > 0.05, tidak signifikan) yang berarti job insecurity tidak mempengaruhi turnover intention secara langsung. b. diketahui hasil output SPSS menunjukkan adanya hubungan kausal antara kepuasan kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah kerja (turnover intention) memberikan nilai koefisien regresi yang signifikan pada 0,034 ( < 0.05 ) menunjukkan variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention. Dan nilai standardized coefficients beta job satisfaction pada persamaan adalah sebesar - 0.520 dengan hubungan negatif. c. Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent dan turnover intention sebagai variable dependent, output SPSS menunjukkan ( β = 0.156 ; t = -0.182 ; sig. = 0.469). hasil ini menggambarkan bahwa komitmen organisasi berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara signifikan. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut : Secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction, namun pengaruh nya positive, secara logika ketidak nyamanan kerja berpengaruh negative terhadap kepuasan kerja, semakin nyaman semakin dirasakan kepuasan. Hasil penelitian substruktur 1 ini gagal mendukung hipotesis 1 yang disajikan diawal. Ternyata karyawan devisi technical service di PT TIFFAKASIH PRIMATAMA mampu meningkatkan antisipasi terhadap job insecurity. Job satisfaction / Kepuasan kerja dapat juga berperan sebagai variabel intervening pada pengaruh faktor job insecurity terhadap komitmen organisasi. Karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA devisi technical service yang telah merasakan kepuasan kerja akan merasa aman dan bebas dari perasaan terancam dalam bekerja, serta dapat berkomitmen pada perusahaan dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA dapat mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja dalam kekompakan organisasi. Pengujian melalui substruktur 2 menemukan kepuasan kerja (job satisfaction) secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi, Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak signifikan terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. Temuan ini mendukung hasil pengujian Nur Wening yang menunjukkan bahwa job insecurity secara signifikan dan negatif tidak berpengaruh terhadap turnover. Namun dicatat dalam jurnal Nur Wening, penemuan Pasewark dan Strawser menyatakan bahwa job insecurity bukan merupakan prediktor langsung terhadap keinginan berpindah. Ada hubungan kausal antara kepuasan kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah kerja (turnover intention), variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention, dengan hubungan negatif. Job satisfaction ( kepuasan kerja ) merupakan hal terpenting yang di rasakan oleh karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa job satisfaction / kepuasan kerja dapat berperan sebagai variabel intervening pada pengaruh faktor job insecurity terhadap keinginan berpindah kerja. 106
Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent dan turnover intention sebagai variable dependent, menggambarkan bahwa komitmen organisasi berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara signifikan. Hal ini menunjukkan komitmen organisasi, kesetiaan terhadap organisasi atau perusahaan tidak mempengaruhi keinginan karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA untuk pindah kerja. Atau dengan kata lain komitmen organisasi bukan salah satu penyebab keinginan berpindah kerja. Saran bagi perusahaan Melihat hasil pengolahan data kuesioner, terlihat bahwa subvariabel yang memiliki angka tertinggi adalah kekhawatiran karyawan dalam hal melakukan dan mengantisipasti kesalahan, atau kepuasan karyawan akan pekerjaan atau jobdes (tugas) mereka dan pengembangan karir. Hal ini yang diharapkan dapat memenuhi dan memberikan perasaan aman dan nyaman bagi devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA dan dapat meningkatkan kepuasan kerja Kepuasan kerja merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan kebutuhan di lingkungan kerja, seperti kebutuhan terhadap pekerjaan, tingkat supervisi, hubungan sesama karyawan, kesempatan promosi yang memadai. Berdasarkan hal hal tersebut maka penulis menyarankan kepada top management PT TIFFAKASIH PRIMATAMA untuk melakukan hal hal sebagai berikut : Memberikan kesempatan kenaikan jenjang atau tingkat jabatan, yang di iringi kenaikan gaji yang sesuai dan jelas untuk devisi technical service, dengan melakukan evaluasi kerja team secara berkala, agar karyawan memiliki motivasi kerja dan target jabatan, yang diharapkan akan memacu semangat kerja yang pada akhirnya dapat melahirkan kinerja yang baik Hasil analisa pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention ternyata tidak memperlihatkan signifikansi, komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja pada organisasi terntu memiliki tingakat komitmen yang berbeda, di sarankan kepada perusahaan, melalui penelitian ini didapati besarnya pengaruh job satisfaction terhadap turnover intention maupun komitmen organisasi Saran penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa saran untuk penelitan selanjutnya diantaranya adalah sebagai berikut : Masalah turnover intention yang cukup komplek, sehingga ada banyak terdapat pengaruh faktor lain yang belum di pertimbangkan untuk di amati. Agar dapat diperoleh hasil yang lebih representative dan variabilitas data yang lebih banyak. Jumlah sample penelitian kali ini relative sedikit, walaupun telah memenuhi batas minimal, tapi tentunya mempengaruhi keandalan pengujian data. Jika memungkinkan untuk penelitian selanjutnya dapat mengumpulkan lebih banyak sample yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner, angket berupa kalimat kalimat pertanyaan, kelemahan metode ini adalah memungkinkan terjadinya bias oleh surveyor, ( common method bias ( Podsakoff et al.,)) tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap. Terima Kasih Segala Puji Sembah juga Syukur ku naikkan bagi MU TUHAN YESUS KRISTUS. Terima kasih kedua orang tua saya, suami dan anak anak, dosen pembimbing saya ibu Rina Anindita, SE. MM., ketua program studi jurusan manajemen bapak Sugiyanto., serta teman-teman Fakultas Ekonomi 2013. Terima kasih atas dukungan serta doanya 107
Daftar Pustaka Agus Arianto Toly;. (November 2001). "analisis faktor faktor yang mempengaruhi turnover intentions pada staf kantor akuntan publik". Jurnal akuntansi dan keuangan volume 3, no. 2, 102-125. Ariati, J. (Oktober 2010). Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) dan kepuasan kerja pada staf pengajar (dosen) di lingkungan fakultas psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal psikologi Undip vol. 8, no. 2, . Becker, Thomas, et.al.;. (n.d.). "Employee Commitment : Implications for Job Performance". Academy of Management Journal. Volume 39, no. 2, 464-482. Bonaventura Ridya Putra;. (2012). "pengaruh job stressor terhadap turnover intention dengan kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi". Jurnal studi manajemen Indonesia, volume 1, no. 2, 72-81. Bram Hadianto, Rony Setiawan;. (Mei 2013). "job Insecurity dalam organisasi". staf pengajar fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung, di unduh. Burich, B. a. (2010). " Creating Learning Organizations in Higher Education : applying a system perspective". The Learning Organization Volume 17, no. 3. Chien, Chi Tseng;. (2010). "The effects of Learning Organization on Organization Commitment and Effectiveness for Small and Medium-Sized Enterprises in Taiwan". Graduate School University of Minnesota. Gaertner, S. (1999). , “structural determinants of job satisfaction and organizational commitment in turnover models”. 479-493. Husein Umar;. (1998). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Husein Umar;. (2005). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Imam Ghozali;. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, ISBN 979.704.015.1. Indi Djastuti;. (April 2011). "pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi karyawan tingkat managerial perusahaan jasa konstruksi di jawa tengah". Jurnal bisnis dan akuntansi, volume 13, no. 1, 1-19. Ivancevich, et.al. (2005). "organisasi" edisi ke tujuh, penterjemah Gina Gania. Jakarta: Erlangga. Kristiana Haryanti, Estuning Ristaniar;. (mei 2013). " komitmen organisasi ditinjau dari kepuasan kerja dan kualitas hubungan atasan - bawahan (Q-LMX). salatiga. Lilis Endang Wijayanti, Inon Listyorini;. (February 2013). "pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap turnover intentions". Universitas Teknologi Yogyakarta. diakses dari perpustakaan jurnal universitas Esa Unggul. Lin, Yan-Tsan, et.al.;. (2011). "The Effect of Organizational Commitment on Employee Reactions to Educational training : An evaluation using the Kirk Patrick Four-level Model". International Journal of Management. volume 28, no.3. , Part 2. Luthans. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh. Jogjakarta: Andi. M. Nursalim, Rezky Yulia Safitri;. (2013). " hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan intensi turnover pada guru ". Character, volume 01, no. 02. Mangaraja Agung;. (2007). "disonansi kognitif pada mantan narapidana anak yang bergabung dalam LSM sahabat Andik". Disonansi Kognitif, F. Psi UI. Meyer and Allen;. (2003). " A Three Component Conceptualization of Organization Commitment". Human Resources Management Review. volume 1, 61-89. Nur Endah Sumiwi Bonussyeani, Initiyas Utami;. (Juni 2009). "pengaruh job insecurity, kepuasan kerja, dan komitmen organisasional terhadap keinginan berpindah kerja". Jurnal akuntansi dan keuangan Indonesia, volume 6, no. 1, 117-139. 108
Okechukwu, E. A. (2009). “Job satisfaction and turnover intention relationship : The moderating effect of job role centrality and life satisfaction". Moderating : Research and Practice in Human Resource Management. 17(1),, 24-35. Robbin, S. P. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh, penterjemah Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, . Jakarta: Prenhalindo. Sunjoyo, Merry Christiana;. (mei 2013). " pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional yang di mediasi oleh identifikasi organisasional ". jurnal fakultas ekonomi universitas Kristen Maranatha, Bandung. Thomas, K. a. (2006). " The Learning Organization : a Meta Analysis of themes in Literature". The Learning Organization. volume 13, no. 2. Tri Sugiarti;. (2001). " Pengaruh Karakteristik Individu dan Pekerjaan terhadap Komitmen Organisasional". Jurnal Bisnis dan Manajemen, volume 1, no. 1, 42-55. Trisnaningsih, S. (2009). " Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Akuntansi". UPN Veteran jawa timur. Ulrich, Dave;. (1998). " Human resources Champion. The Next Agenda for Adding Value and Delivering Results". Boston. Massachussets.: Harvard Business Press. Ursa, Majorsy;. (Desember 2007). "Kepuasan Kerja, Semangat Kerja dan Komitmen Organisasi pada Staf Pengajar". Jurnal Psikologi, volume 1, no. 1, 67-79. Usmara. (2007). "Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia". Jakarta: Amara. Wening, Nur. (2005). "pengaruh ketidak amanan kerja (job insecurity), sebagai dampak restrukturisasi terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan intensi keluar survivor". Kinerja, volume 9, no.2,, 135-147. Wening, Nur. (Oktober 2005). "pengaruh job insecurity pasca- restrukturisasi terhadap kepuasan kerja, komitmen dan intensi turnover survivor". Usahawan no. 10 XXXIV. Yen, Poh Ng. (2011). " Learning Organization Dimensions on Knowledge Sharing : A Study of Faculty Members in the Private Universities in Malaysia". diunduh .
ANALISIS ASOSIASI MEREK DAN ATMOSFIR TOKO MEMPENGARUHI NIAT BELI PRODUK LES FEMMES (STUDY KASUS : TOKO LES FEMMES DI MALL CIPUTRA) Firly Rahayu Puspitaningrum Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul
[email protected] ABSTRAKSI Diera globalisasi saat ini, kekuatan persaingan adalah persaingan antar merek. Untuk itu asosiasi merek suatu perusahaan harus semakin kuat. Dengan semakin kuatnya asosiasi merek pada suatu produk, maka semakin kuat pula daya tarik produk tersebut dimata konsumen untuk menimbulkan niat beli. Selain itu, faktor atmosfir toko dapat mempengaruhi niat beli pada konsumen, dengan menciptakan toko yang berbeda dengan yang lain, menjadi daya tarik tersendiri konsumen untuk berkunjung ke toko. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh asosiasi merek yang terdapat pada produk-produk Les Femmes dan atmosfir toko dari les femmes yang memiliki konsep yang 109
berbeda terhadap niat beli pengunjung toko Les femmes di Mall Ciputra. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pada toko Les femmes Mall Ciputra. Kata kunci : Asosiasi Merek, Atmosfir Toko, Niat Beli
PENDAHULUAN Di era modern ini, barang branded menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang sangat penting di berbagai kalangan baik kalangan muda maupun tua. Banyak orang yang ingin tampil menarik dan berbeda dari orang lain, apalagi dalam pergaulan, penampilan sangat penting untuk diperhatikan, bahkan biasanya penampilan tersebut harus didukung dengan produk bermerek yang eksklusif. Di dunia mode, merek-merek dalam jajaran luxury brand bukanlah sekadar nama, juga bisa dibilang sebagai penunjang gaya hidup sampai simbol status si pengguna. Semakin ketatnya persaingan antar bisnis ritel modern, menyebabkan diperlukannya peningkatkan kekuatan dalam perusahaaan agar mampu menarik niat beli konsumen yang dapat dilakukan dengan cara memunculkan keunikan atau suatu ciri khas yang perusahaaan yang dapat membedakan dengan para pesaing.Pada kondisi persaingan yang ketat, maka brand association memegang peranan sangat penting. Nilai yang mendasari sebuah merek merupakan sekumpulan asosiasinya, berarti makna merek tersebut bagi khalayak yang menjadi pijakan dalam memutuskan pembelian. Namun disamping itu, atmosfir toko juga menjadi salah satu faktor yang dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke toko les femmes menciptakan store atmosphere yang berbeda dengan toko fashion lainnya, oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa yang dapat meningkatkan niat beli konsumen pada produk Les femmes karena Les femmes itu sendiri merupakan fashion store terbaru khususnya dijakarta. Rumusan masalah 1. Apakah asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes? 2. Apakah atmosfir toko toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes? 3. Apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes secara serempak? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh asosiasi merek terhadap niat beli produk Les Femmes. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh atmosfir toko terhadap niat beli produk Les Femmes. 3. Untuk mengetahui apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli produk Les femmes secara serempak
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Asosiasi Merek 110
Rangkuti menyatakan bahwa: “asosiasi merek adalah segala hal berkaitan dengan ingatan menegenai suatu merek. Asosiasi tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Ketertarikan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau terekspos dengan komunikasi dari pihak perusahaan. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek (brand image) di dalam benak konsumen”. Sedangkan menurut Susanto adalah : “ hal-hal lain yang penting dalam asosiasi merek adalah asosiasi yang menunjukkan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikan gaya hidup, kelas sosial, dan peran professional atau yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk tersebut, toko yang menjual produk atau wiraniaganya”. Pengertian Atmosfir Toko Store atmosphere merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputarputar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Lili Karmela dan Jujun Junaedi menjelaskan bahwa store atmosphere yaitu suasana (atmosphere) merupakan kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi dan lingkungan sekitarnya
Pengertian Niat Beli Niat beli Assael dalam Alex menyatakan bahwa niat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian Niat beli menurut Engel dalam Clyo dan Anik mengatakan bahwa niat umumnya dirujuk sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya. Konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli. Fatima Gillani bahwa dalam pembelian niat yang datang ke dalam pertimbangan ketika pelnggan mungkin mencoba untuk membeli beberapa produk atau jasa. Untuk pemasar pembelian niat sangat penting sebagai perilaku konsumen ramalan mereka sangat tergantung pada niat pembelian pelanggan. Model dan Hipotesis Penelitian Assosiasi Merek (X1)
Niat Beli ( Atmosfir Toko (X2)
(Y)
111
Hipotesis : H1: terdapat pengaruh positif asosiasi merek terhadap niat beli H2: terdapat pengaruh positif atmosfir toko terhadap niat beli H3 : terdapat pengaruh positif antara asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli
Waktu dan Lokasi Penelitian Untuk pengumpulan data dan informasi data yang dibutuhkan, maka penulis dapat melakukan penelitian ini di toko les femmes mall Ciputra dan yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini pengunjung wanita yang berada di toko les Femmes. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2014. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pengunjung wanita yang berada di Mall Ciputra.Sementara itu, karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti maka perhitungan jumlah sampel didasarkan pada rumus sebagai berikut: n
=
Z2 4 (Moe)2
Dimana : Z = tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penelitian sampel Moe = Margin of error, atau tingkat kesalahan maksimum yang dapat ditolerir. n = besarnya sampel. Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria yang dibutuhkan peneliti adalah 1. Wanita berumur lebih dari 18 tahun. 2. Wanita yang mengunjungi gerai Les Femmes di Mall Ciputra.
Metode Pengumpulan Data Uji Kaiser Mayer Olkin (KMO) dengan Uji Validitas Kaiser Mesyer Olkin (KMO) digunakan untuk mengukur kecukupan pengambilan sampel. Measure Sampling Adequacy (MSA) digunakan untuk memperhitungkan kecukupan penggunaan analisis faktor. Nilai KMO yang kecil memperlihatkan bahwa analisis faktor tidak dapat digunakan, karena korelasi antara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya. Bila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisa faktor tidak dapat digunakan atau diterima. Sedangkan nilai KMO yang dapat diterima adalah nilai di atas 0,5 yaitu 0,6 hingga 0,9. Nilai KMO 0,9 menunjukkan harga yang sangat memuaskan, sedangkan nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak dapat diterima. 112
Uji Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukurdalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang, formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbach‟s Alpha, metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product moment. Atau kita bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekara, reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Analisis Faktor Score Faktor score spada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variable yang lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada. Faktor score, sama dengan variabel aslinya, juga berupa angka sejumlah pada kasus yang ada. Pembuatan faktor score akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti analisis regresi atau analisis deskriminan.
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Persamaan regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut: Keterangan: Y = Variabel dependent a = Intercept (konstanta) b1 = Koefisien regresi untuk X1 b2 = Koefisien regresi untuk X2 b3 = Koefisien regresi untuk X3 bn = Koefisien regresi untuk Xn X1 = Variabel bebas pertama X2 = Variabel bebas kedua X3 = Variabel bebas ketiga Xn = Variabel bebas ke-n ε = Nilai residu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas 113
Uji Validitas dari hasil Tabel untuk α 0.05 dan uji satu sisi Tabel Hasil Uji Validitas Asosiasi Merek Butir Pernyataan
Anti Image Matrices
MSA
Keterangan
2 3 5 6 7 8 9
0,883 0,854 0,898 0,881 0,920 0,818 0,860
> 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5 > 0,5
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Untuk uji validitas brand association yang terdiri dari 7 pernyataan. Dan semua pernyataan dinyatakan valid.terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
Tabel Component Matrix Asosiasi Merek 1 Component Matrixa Pernyataan
Component 1
2
Asosiasi Merek 1
.500
.508
Asosiasi Merek 2
.621
-.236
Asosiasi Merek 3
.750
-.312
Asosiasi Merek 4
.535
.710
Asosiasi Merek 5
.759
.248
Asosiasi Merek 6
.789
-.462
Asosiasi Merek 7
.603
-.033
Asosiasi Merek 8
.864
-.007
Asosiasi Merek 9
.878
-.057
Dilihat dari component matrix brand association diatas dapat dilihat bahwa asosiasi merek memiliki 2 componen matrix, untuk menjadikan komponen menjadi satu maka pernyataan 1 dan pernyataan 4 tidak diikut sertakan karena pernyataan 1 dan 4 mengelompok ke dalam komponen 2 dan dilakukan perhitungan ulang dan didapat nilai komponen tabel berikut ini: Tabel Component Matrix Brand Association ke-2 114
Component Matrixa Pernyataan
Component 1
Asosiasi Merek 2
.635
Asosiasi Merek 3
.777
Asosiasi Merek 5
.729
Asosiasi Merek 6
.850
Asosiasi Merek 7
.609
Asosiasi Merek 8
.860
Asosiasi Merek 9
.880
Setelah dilakukan penghitungan ulang dengan tidak mengikutsertakan pernyataan 1 dan 4, didapat 1 komponen matrix dengan nilai diatas 0,05 maka dapat dikatakan bahwa analisa faktor ini dapat diterima dan di analisis lebih lanjut. Tabel Hasil Uji Validitas Suasana Toko Butir Pernyataan 1 2 3 4 8 9 10 11
Anti Image Matrices 0,866 0,784 0,750 0,788 0,908 0,816 0,895 0,932
MSA >0,5 >0,5 >0,5 >0,5 >0,5 >0,5 >0,5 >0,5
Keterangan VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Untuk uji validitas suasana toko yang terdiri dari 8 pernyataan. Dan semua pernyataan dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan sinifikan, dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
Tabel Component Matrix Atmosfir Toko Component Matrixa Pernyataan
Component 1 2
Atmosfir Toko 1
.779
-.080
Atmosfir Toko 2
.817
-.155 115
Atmosfir Toko 3
.811
.040
Atmosfir Toko 4
.760
-.166
Atmosfir Toko 5
.618
.642
Atmosfir Toko 6
.535
.738
Atmosfir Toko 7
.414
.724
Atmosfir Toko 8
.778
-.231
Atmosfir Toko 9
.757
-.324
Atmosfir Toko 10
.852
-.195
Atmosfir Toko 11
.601
-.363
Dilihat dari data component matrix store atmosphere diatas dapat dilihat bahwa suasana toko memiliki 2 component matrix, untuk menjadikan 1 komponen matrix maka pernyataan atmofir toko 5, atmosfir toko 6, dan atmosfir toko 7 tidak diikutsertakan karena pada pernyataan 5, 6 dan 7 mengelompok pada komponen 2. Dan dilakukan penghitungan ulang maka di dapat nilai component tabel berikut ini: Tabel Component Matrix Suasana Toko ke-2 Component Matrixa Pernyataan
Component 1
Atmosfir Toko 1
.777
Atmosfir Toko 2
.842
Atmosfir Toko 3
.793
Atmosfir Toko 4
.773
Atmosfir Toko 8
.813
Atmosfir Toko 9
.805
Atmosfir Toko 10
.871
Atmosfir Toko 11
.654
Tabel Anti image matrices niat beli Butir Pernyataan 1 2 3
Anti Image Matrices 0,729 0,724 0,736
MSA >0,5 >0,5 >0,5
Keterangan VALID VALID VALID 116
4
0,744
>0,5
VALID
Untuk uji validitas niat beli yang terdiri dari 4 pernyataan. Dan semua pernyataan dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5. Tabel Componenet Matrix Niat beli Component Matrixa Pernyataan
Component 1
Niat Beli 1
.908
Niat Beli 2
.891
Niat Beli 3
.878
Niat Beli 4
.906
Untuk uji validitas minat beli yang terdiri dari 5 pernyataan. Dan semua pernyataan dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur kuisioner merupakan indikator dari suatu variabel. Dengan asumsi suatu kuisioner dikatakan reliable apabila nilai Alpha positif dan > 0,6 dikatakan reliable sedangkan apabila niali Alpha positif dan < 0,6 dikatakan tidak reliable. Daftar kategori reliabilitas: 0,0 – 0,2 Sangat tidak reliabel 0,21 – 0,4 Tidak reliabel 0,41 - 0,6 Cukup reliabel 0,61 – 0,8 Reliabel 0,81 – 1,0 Sangat reliable Berikut hasil uji reliabilitas dari masing-masing variabel: Tabel Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha
Keterangan
Asosiasi Merek
0,871
Sangat Reliabel
Atmosfir Toko
0,903
Sangat Reliabel
Niat Beli
0,913
Sangat Reliabel
Variabel
Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS 117
Terlihat nilai Cronbach‟s Alpha dari X1 sebesar 0,871 dimana > 0,61 maka dikatakan pada uji reliabilitas asosiasi merek sangat reliable. Selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk variabel X2 yaitu suasana toko. Terlihat bahwa nilai Cronbach‟s Alpha dari variabel X2 sebesar 0,903 > 0,61 sehingga dapat dikatakan sangat reliable.Dan uji reliabilitas untuk variabel Y yaitu niat beli terlihat bahwa nilai Cronbach‟s Alpha dari variabel Y yaitu niat beli adalah 0,913 dimana > 0,61 maka dikatakan bahwa reliabilitas niat beli sangat reliable.
3. Uji Faktor Score Setelah dilakukannya uji validitas dan reliabilitas, berikutnya pengujian faktor score. Pada uji ini, data yang digunakan adalah data real dengan jumlah responden sebanyak 100 dengan . Kemudian dilakukan pengujian menggunakan faktor score sehingga didapat hasil seperti dibawah ini:
1. Faktor Score Asosiasi Merek Component Matrixa
Asosiasi Merek 2
Component 1 .620
Asosiasi Merek 3
.771
Asosiasi Merek 5
.612
Asosiasi Merek 6
.781
Asosiasi Merek 7
.629
Asosiasi Merek 8
.832
Asosiasi Merek 9
.874
Pernyataan
Pada hasil data diatas didapat bahwa asosiasi mereek memiliki 1 componen matrix dengan nilai diatas 0,05. 2. Faktor Score Atmosfir Toko Component Matrixa Pernyataan
Component 1 118
Atmosfir Toko 1
.805
Atmosfir Toko 2
.791
Atmosfir Toko 3
.847
Atmosfir Toko 4
.553
Atmosfir Toko 8
.838
Atmosfir Toko 9
.803
Atmosfir Toko 10
.600
Atmosfir Toko 11
.599
Berdasarkan pengujian faktor score, atmosir toko memiliki component matrix 1 dengan nilai diatas 0,05. 3. Faktor Score Niat Beli Component Matrixa
Niat Beli 1
Component 1 .761
Niat Beli 2
.852
Niat Beli 3
.839
Niat Beli 4
.884
Pernyataan
Hasil pengujian faktor score, niat beli memiliki 1 nilai component matrix dan diatas 0,05. Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel independent yaitu asosiasi merek (X1), atmosfir toko (X2), terhadap variabel dependent yaitu niat beli. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 2.1
Pengujian Uji F
119
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama diuji dengan menggunakan uji F. berikut hasil perhitungannya: Tabel Hasil Uji ANNOVA ANOVAa Model Regression Residual
Sum of Squares 49.402 49.598
df 2 97
Mean Square 24.701 .511
F 48.308
Sig. .000b
99.000 99 Total a. Dependent Variable: NIAT BELI b. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS Hasil pengujian uji F menyatakan pengaruh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko secara bersama-sama terhadap variabel niat beli ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai dalam kolom signifikan 0,000. Dengan menggunakan batas signifikan 0,005 maka diperoleh nilai signifikan dari uji F yang dilakukan 0,000 < 0,005 sehingga menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen Les Femmes di mall Ciputra.
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengatur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel Y (variabel dependent). Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua informasi yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil perhitungan koefisien detreminasi penelitian: Tabel Koefisien Determinan (R2) Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.706a .499 .489 .71506857 a. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK 1
Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS Berdasarkan angka-angka hasil perhitungan yang terlihat pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pengunjung Les 120
Femmes Mall Ciputra sebesar 0,706dengan koefisien determinasi 0,499 atau 4,99%. Artinya tingkat niat beli pengunjung dipengaruhi oleh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko, sedangkan sisanya 5,01% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian.
Pengujian Uji t Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh secara sendirisendiri masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko. Dengan uji t diperoleh informasi variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendirisendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap niat beli pengunjung, dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel Hasil Uji t
Model (Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.832E-17 .072
ASOSIASI .149 MEREK ATMOSFIR .582 TOKO a. Dependent Variable: NIAT BELI
T .000
Sig. 1.000
.119
.149
1.253
.213
.119
.582
4.910
.000
Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS
Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli dapat terlihat arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara membandingkan tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa secara sendiri-sendiri variabel asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap niat beli secara sendiri-sendiri dengan signifikan 0,213> 0,05, sedangkan variabel atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
121
Dari hasil yang telah dikemukakan pada bab V, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli menunjukkan bahwa faktor asosiasi merek tidak memiliki hubungan atau tidak berpengaruh terhadap niat beli pada toko Les Femmes di mall Ciputra. 2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli menunjukkan bahwa faktor atmosfir toko memiliki hubungan atau berpengaruh terhadap niat beli pada toko Les Femmes di Mall Ciputra. 3. Hasil analisis dari pengujian uji f, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli menunjukkan bahwa variable asosiasi merek dan atmosfir suasana toko berpengaruh terhadap niat beli secara bersama-saama pada toko Les Femmes di mall Ciputra.
Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran yang dapat peneliti berikan sebagai bahan masukan untuk Les femmes yaitu sebagai berikut: Dalam upaya meningkatkan niat beli pada toko Les Femmes, sebaiknya pihak manajemen toko dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan asosiasi merek karena secara sendiri-sendiri asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap niat beli. Dalam hal ini manajemen toko perlu melakukan inovasi terhadap produk-produk Les Femmes baik dari segi kualitas produk maupun varian produk yang dijual untuk wanita sehingga pangsa pasar yang ditujukkan lebih meluas tidak hanya untuk kalangan muda namun wanita dengan usia diatas 25 dengan berbagai macam profesi juga dapat menggunakan produk-produk dari Les Femmes tidak hanya itu dalam penggunaannya produk-produk Les femmes harus dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama maka dari itu kualitas bahan harus diperhatikan dengan baik serta penciptaan lingkungan toko yang indah,bersih,nyaman serta aman sehingga selain dapat menarik pengunjung untuk datang juga membuat betah pengunjung yang berada didalamnya. Dengan merasa betah dapat menimbulkan niat beli terhadap produk-produk yang dilihatnya. Tidak hanya itu, keramahan dan perhatian karyawan terhadap pengunjung dalam melayani dan memberikan informasi mengenai produk yang dijual dapat membangun hubungan yang baik antara Les femmes dengan pelanggan dalam jangka panjang serta dengan hal tersebut membentuk citra yang baik mengenai Les femmes dalam benak pelanggan. DAFTAR PUSTAKA Bilson Simamora,Aura Merek,PT.Ikrar Mandiri Abadi,Jakarta,2003 Bilson Simamora, Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2004 Christian Hadi Wijaya,2013,”Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics Terhadap Purchase Intention Pada The Body Shop Galaxy Mall Surabaya”hlm.3
122
Clyopaza Kartika dan Anik Lestari,2013,”Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Pada Samsung Galaxy Tab”,Jurnal Ilmu Manajemen,Vol.1,No.5,hlm.1419 Darmadi Durianto, Sugiarpto dan Tony Sitinjak,”Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset dan Perilaku Merek”,PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001,
Ekuitas
Fandy Tjiptono,Brand Management and Strategy,Andi,Yogyakarta,2005, Freddy Rangkuti, The Power of Brands:Tehnik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek,PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2002 Hasyim, Rina Anindita, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEUUniversity Press, 2009 Ida Bagus dan Ni Made,2013,”Pengaruh Atmosfir Toko,Kualitas Pelayanan,Kelengkapa Barang dan Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Seminyak Bali”,hlm 1243Pada Toko Painluva Seminyak Bali”,hlm 1243 Kevin Lane Keller,Strategic Brand Management:Building,Measuring and Managing Brand Third Edition,Pearson Inter,USA,2008.
Equity
Lili Karmela dan Jujun Junaedi,2009,”Pengaruh Store Athmosphere terhadap Minat Beli Konsumen pada Toserba Griya Kuningan”,Vol.5,No.9 Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research : An Applied Orientation. Pearson Education. Jersey.hal. 364
New
Philip Kotler,Manajemen Pemasaran Edisi Milenium,PT.Prenhallindo,Jakarta,2002 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management:Manajemen Benyamin Molan 2007,Edisi 12,Indeks,Jakarta,2006.
Pemasaran,Penerjemah
Resti Meldarianda dan Henky Lisan,2008,”Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat Beli Resort Café Atmosphere Bandung
pada
Reza Jalilvand, Neda Samiel dan Sayed Hassamaldin M,2011,”The Effect of Brand Equity on Purchase Itention”,Vol.2,No.2 Rima Zhuhriah,2009,”Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli”,hlm.35 Singgih, Santoso, Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006
Multivariant,
Susanto B.A dan Himawan Widjanarko, Power Branding:Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya, Quantum Bisnis dan Manajemen (PT.Mizan Publika),Cetakan Pertama,Jakarta,2004
123
PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk, JAKARTA Herman Sugianto Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi efisiensi proses produksi. Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi. Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku
PENDAHULUAN 124
Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja secara efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas perusahaan dan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan kebijakan persediaan dan menjadikan sebuah senjata kompetitif. Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal dapat menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting, sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap kelancaran proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan. Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan, semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan sistem yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut tidak baik, akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat bantu) untuk mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa model seperti EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan MRP.26 Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi.27 1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen. 2. Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan konstan. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu. 4. Tidak tersedia diskon kuantitas. 5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa). Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya. 6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ? 2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ? 3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ? Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah : 1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi. 26
Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31 27 Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92
125
2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk. 3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam”. Berdasarkan uji pengaruh dan uji regeresi dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level, dan Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Hantong Precision Manufacturing.28
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkahlangkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan melalui kerangka pemecahan masalah berikut :
Mulai
Data Kuesioner
Analisis SPSS
Kesimpulan
Selesai
Gambar Kerangka Pemecahan Masalah Obyek penelitian ini adalah PT Pelangi Indah Canindo Tbk dengan waktu penelitian periode Agustus 2013 sampai dengan selesai. Jenis data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang 28
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT. Hantong Precision Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4
126
menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field research). Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan di Jl. Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 – Indonesia. Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013 No. Divisi Operation Jumlah Persentase 1
LOGISTIC
6
10 %
2
PRODUCTION
44
73 %
3
QA & QC
4
7 %
4
WAREHOUSE
4
7 %
5
DELIVERY
2
3 %
60
100 %
Total Responden Sumber : PT Pelangi Indah Canindo
Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun pertimbangan atau kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi Operation yang mengetahui dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk. Operasional Variabel Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu efisiensi proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan bahan baku. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian persediaan bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity). Variabel independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out. Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas
127
Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap variabel yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki nilai tertentu. Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.29 2. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika memiliki nilai tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.30 3. Analisis Deskriptif Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan jelas dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan demikian setiap pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.31 4. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.32 Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :33 Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei Dimana : Y = Efisiensi Proses produksi X1 = Demand X2 = Lead Time X3 = Safety Stock X4 = Reorder Level X5 = Stock Out bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi Ei = Error Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t. 29
Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU University Press, Jakarta, 2009, p.92 30 Ibid, p.99 31 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177 32 Ibid, p.211 33 Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25
128
Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu : metode Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan diteliti, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap efisiensi proses produksi dan mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi.
Hipotesis H1 : Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi H2 : Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi H3 : Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi H4 : Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi H5 : Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi H6 : Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Validitas Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut : 1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05. 2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05. 129
3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05. 4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05. 5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05 6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05. 7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05. 8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05. 9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05. 10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05 11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05. 12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05. 13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05. 14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05. 15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05 16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05. 17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05. 18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05. 19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05. 20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05 21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05. 22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05. 23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05. 24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05. 25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05. 26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05. 2. Hasil Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka pada tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian reliabilitas dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbach‟s Alpha dari masing masing variabel, sebagai berikut :
Hasil Uji Reliabilitas Dimensi Efisiensi Proses Produksi Demand Lead Time Safety Stock Reorder Level Stock Out
Jumlah Butir Pertanyaan 4 4 4 4 3 7
Jumlah
Cronbach’s Alpha 0,834 0,888 0,640 0,691 0,851 0,922
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
26
3. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif
130
Hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan sangat sesuai atau sesuai dalam mendukung Efisiensi Proses Produksi. Berikut ini hasil pengujian deskriptif dengan 60 responden, sebagai berikut : Tanggapan Responden No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14
Butir Pertanyaan Penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan Kemampuan Perusahaan Peranan Departemen PPC Kelancaran proses produksi Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan pelanggan Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan tenggat waktu Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat waktu agar tepat waktu Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan pengaman Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan baku
P15 Perencanaan persediaan pengaman P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26
Kesesuaian perencanaan persediaan pengaman dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap tingkat pemesanan kembali bahan baku Perencanaan tingkat pemesanan kembali bahan baku Kesesuaian tingkat pemesanan kembali bahan baku dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap mengantisipasi kehabisan persediaan bahan baku Perencanaan kehabisan persediaan bahan baku di perusahaan Kinerja Departemen PPC di perusahaan untuk mengantisipasi stock out (kehabisan bahan baku) Tanggung jawab departemen PPC untuk mengantisipasi stock out Kehabisan persediaan bahan baku merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi Kinerja seluruh departemen di perusahaan untuk mengantisipasi stock out Tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk mengantisipasi stock out
Jumlah Skor
Kesimpulan
272
Sangat Setuju
275 277 271
Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju
286
Sangat Setuju
283 279 283
Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju
259
Sangat Setuju
255
Sangat Setuju
245 260
Setuju Sangat Setuju
285
Sangat Setuju
278
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
283
Sangat Setuju
277
Sangat Setuju
273
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
222
Setuju
231
Setuju
237
Setuju
222
Setuju
230
Setuju
227
Setuju
233
Setuju 131
4. Hasil Penelitian Analisis Regresi Berganda a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Hasil uji R Square menunjukkan bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,941 yang mendekati nilai satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Efisiensi Proses Produksi). Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 94 % variasi variabel dependen (Efisiensi Proses Produksi). Sedangkan sisanya sebesar 6 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. b. Uji F Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out secara serempak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi dengan Nilai Fhitung sebesar 172,140 terhadap Ftabel sebesar 2,386, jadi Fhitung > Ftabel. c. Uji t Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level maka efisiensi proses produksi akan meningkat. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan bahwa setiap kenaikan variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses produksi akan menurun. Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya modal yang akibat barang modal menganggur dan tidak berputar dan kerugian kehilangan penjualan atau kehilangan pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit diperkirakan karena berhubungan dengan good will perusahaan. Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata yang lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand. Nomor Urut 1 2 3 4 5
Variabel Demand Reorder Level Lead Time Stock Out Safety Stock
T hitung 4,901 4,199 3,815 1,934 0,104
Sig. 0,000 0,000 0,000 0,058 0,918
132
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan terhadap variabel Safety Stock dan variabel Stock Out tidak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi. Oleh karena itu pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama pada variabel Safety Stock dan variabel Stock Out belum secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan oleh manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan perlu melakukan sosialisasi secara rutin penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai perencanaan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi. 2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand. Keterbatasan Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa keterbatasan setelah di evaluasi oleh peneliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada semua perusahaan. 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen secara tertulis. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk : 1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku untuk mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta mempertahankan kelancaran proses produksi. 2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk meningkatkan komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi dengan baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap variabel yang hendak diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden.
133
DAFTAR PUSTAKA Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004 Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2008 Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004 Handoko, T.H., Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan 13, BPFE, Yogyakarta, 2000 Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009 Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU - University Press, Jakarta, 2009 Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008 Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004 Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003 Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008 Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor 1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya Pembelian Pada PT Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan, www.google.com, diunduh pada tanggal 17 Februari 2013 Riyanto, B., Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001 Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012 Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000 Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000 Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober 2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring Indonesia di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada tanggal 31 Juli 2013 Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta, 2008, p.387 Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001 Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013 Yunarto, H.I. & Santika M.G., Business Concepts Implementation Serises in Inventory Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005
134
ANALISIS RETAILING MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI INDOMARET
Nina Merdiana Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang. Bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan diskriminan yang terbentuk. Faktor Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service, Store Design & Display, Communication Mix sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang pernah melakukan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Metode analisis yang digunakan adalah diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Store Design & Display dan Communication Mix memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan faktor Customer Service tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Pricing tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Location tidak memiliki pengaruh yang signifikan, dan faktor Merchandise Assortment tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang adalah faktor Store Design & Display. Kemudian dilakukan analisis kualitatif diperoleh hasil bahwa responden yang sering melakukan pembelian adalah perempuan usia dewasa dan karyawan swasta. Setelah melakukan analisis diskriminan maka diperoleh hasil persamaan diskriminan Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix. Kata kunci : Retailing Mix, Keputusan Pembelian.
Pendahuluan Latar Belakang Perdagangan besar dan perdagangan eceran sangat penting dalam proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit bagi produsen untuk menyaluran barangnya walaupun produsen dapat langsung menyalurkan barang kepada konsumen atau kepada pengecer. Perusahaan yang bergerak di bidang ritel atau perdagangan eceran selalu berusaha memikat hati para konsumennya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang berkualitas, harga yang bersaing, program promosi 135
yang menarik, kenyamanan berbelanja serta pelayanan yang prima. Industri ritel modern terbagi terbagi menjadi beberapa kelompok seperti hypermarket, supermarket dan minimarket. Segmen bisnis ritel tersebut biasanya dikelompokkan berdasarkan luas area penjualan, jumlah item serta jenis itemnya. Minimarket merupakan jenis ritel modern yang paling agresif memperbanyak jumlah gerai, misalnya Indomaret . Tidak heran, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini kita dapat melihat betapa menjamurnya pertumbuhan minimarket di sekitar kita. Menurut Data Consult, kenaikan jumlah gerai ritel terutama dipicu oleh pertumbuhan gerai minimarket yang fenomenal. Jika pada tahun 2007 total gerai minimarket hanya 8.889 maka pada 2010 melonjak pesat hingga mencapai sekitar 15.538 gerai. Sedangkan pada 2011 diperkirakan akan meningkat menjadi 16.720 gerai. Para peritel harus semakin memahami konsumen dalam berbelanja, khususnya Store Design & Display mengenai kenyamanan dan penataan barang. Menurut Sopiah dan Syihabudin di dalam bukunya mengatakan bahwa, desain toko merupakan 5 materi penting untuk menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa berat berada disuatu toko. Pada intinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sambil menyediakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi. Menurut Bob Foster di dalam bukunya mengatakan bahwa, Display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan membeli. Display atau presentasi atau memajang barang sangat penting dilakukan oleh toko swalayan. Display yang baik akan membangkitkan minat pelanggan untuk membelinya. Definisi umum display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan memutuskan untuk membelinya. Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada konsumen. Levy dan Weitz menyebutkan bahwa retailing adalah himpunan kegiatan bisnis yang menambahkan nilai ke produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Retailing memiliki elemen yaitu Location (lokasi), Merchandise Assortment (ragam produk), Pricing (penetapan harga), Customer Service (pelayanan konsumen), Store Design & Display (desain toko dan display) dan Communication Mix (bauran komunikasi). Mengingat keinginan konsumen yang beragam, penting bagi pihak perusahaan untuk mengetahui dan memahami perilaku pembelian konsumen, sehingga perusahaan mampu mengembangkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian di Indomaret (Studi kasus pada konsumen Indomaret di Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang).
Rumusan Masalah
136
1. Faktor-faktor Retailing Mix (Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service, Store Design & Display dan Communication Mix) manakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang ? 2. Manakah faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang ? 3. Bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan diskriminan yang terbentuk ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang. 2. Untuk mengetahui manakah faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang. 3. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan diskriminan yang terbentuk. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan berguna sebagai: 1. Bagi Perusahaan Bahan masukan untuk perusahaan khususnya retailer untuk menentukan strategi dalam memasarkan produk yang dihasilkan dengan lebih baik. 2. Bagi Pembaca Bahan tambahan bacaan khusus untuk mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembelian produk yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang selanjutnya dapat dijadikan dasar masukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Digunakan sebagai langkah awal bagi peneliti untuk menerapkan pengetahuan berupa teoriteori di bidang manajemen pemasaran yang didapat di bangku perkuliahan khususnya berkaitan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian dan penerapannya di lapangan.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari 2014 sampai dengan Mei Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
2014 di
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut dengan kuesioner. 137
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden. Kuesioner bertujuan untuk mengukur persepsi responden digunakan Skala Likert. Pertanyaan didalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-4 untuk mewakili pendapat dari responden. Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan untuk mengetahui berbagai pengetahuan atau teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu dengan melalui penyebaran kuesioner dan menggunakan data sekunder yang merupakan informasi yang diperoleh dari hasil publikasi dan diolah oleh pihak lain berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter). Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh konsumen yang sudah pernah melakukan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang yang jumlahnya tidak diketahui. Menetapkan populasi dalam penelitian ini menggunakan Quota Sampling dimana pengambilan sampel ini dilakukan jika populasi tidak diketahui jumlahnya sehingga peneliti harus menentukan sendiri jumlah sampel yang diinginkan. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling dimana pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti merupakan anggota populasi. METODE ANALISA DATA 1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap variabel yang akan diukur.Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki nilai tertentu. Penentuan kevalidan suatu instrument diukur dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Adapun penentuan disajikan sebagai berikut: 1) 2)
Nilai sig r < 0.05 dikatakan valid Nilai sig r > 0.05 dikatakan tidak valid
Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan proses analisis diulang untuk butir valid saja. Untuk menghitung nilai korelasi setiap pertanyaan dengan total jawaban, menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut : n( XY ) ( X )( Y ) r n X 2 ( X ) 2 (n Y 2 ( Y ) 2 ) Keterangan : r = Koefisien korelasi = Jumlah skor total item X Y
n
= Jumlah skor total item = Jumlah responden 138
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. uji reliabilitas data digunakan rumus cronbach alpha yaitu:
Reliabilitas instrumen Banyaknya butir pertanyaan kuesioner Jumlah varians butir Varians total Suatu instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki nilai koefisien keandalan atau alpha lebih dari atau sama dengan 0,6. Perhitungan uji reliabilitan ini juga dilakukan dengan bantuan komputer dengan program SPSS for Windows. Untuk menganalisa tingkat kecenderungan konsumen mengambil keputusan berdasarkan variabel dependent yang dibagi menjadi dua pada diskriminan dengan keterangan sebagai berikut : Kode
Nilai
0
Sering Membeli
1
Jarang Membeli
3. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan adalah sebuah teknik untuk menganalisis data ketika criterion atau variabel dependen bersifat kategoris dan prediktor atau variabel independen bersifat interval. Teknik analisis diskriminan dijelaskan dengan sejumlah kategori yang dimiliki oleh variabel kriterion. Bila variabel kriterion mempunyai dua kategori, teknik analisisnya dikenal sebagai analisis diskriminan dua kelompok. Jika terdapat tiga atau lebih kategori, teknik analisisnya dikenal dengan analisis diskriminan majemuk. Perbedaan utama kedua jenis teknik ini adalah bahwa dalam analisis dua variabel, dimungkinkan untuk menurunkan hanya satu fungsi diskriminan. Dalam analisis diskriminan majemuk, dapat dihitung lebih dari satu fungsi. Model analisis diskriminan terdiri dari kombinasi linier dari bentuk berikut : D = b0 + b1 X + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 Dimana : D = Keputusan Pembelian b = koefisien diskriminasi atau bobot X1 = Location X2 = Merchandise Assortment X3 = Pricing X4 = Customer Service 139
X5 = Store Design & Display X6 = Communication Mix Untuk memprediksi responden mana masuk golongan mana, kita dapat menggunakan optimum cutting score. Rumus yang digunakan berbeda untuk grup yang proporsional (kedua grup memiliki jumlah anggota yang sama) dan yang tidak proporsional (jumlah anggota kedua grup berbeda). Untuk dua grup yang memilki anggota yang sama, cutting score dinyatakan dengan rumus: Zcu =
N AZ B NA
NBZ A NB
Dimana: Zcu = Cutting score untuk nilai yang sama NA = Jumlah anggota grup A NB = Jumlah anggota grup B ZA = Centoroid grup A ZB = Centroid grup B Definisi Operasional Variabel Didalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : variabel dependent dan independent yang termasuk variabel dependentnya adalah, keputusan pembelian sebagai (Y) dan yang termasuk variabel independentnya adalah Retailing Mix. VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR 1. Strategis 2. Mudah dijangkau 3. Tersedia lahan parkir
Location (X1) Merchandise Assortment (X2)
1. Rentang produk 2. Kualitas produk 1. Harga tetap (fixed price) yang tertera jelas pada rak barang 2. Harga yang bersaing 1. Jam operasional gerai 2. Menangani keluhan 3. Kemudahan pembayaran 4. Penyediaan trolley dan keranjang dalam jumlah cukup 5. Jumlah kasir yang memadai 1. Kenyamanan 2. Penataan barang
Pricing (X3) Bauran Eceran (Retailing Mix) (X)
Customer Service (X4)
Store Design & Display (X5) Communication Mix (X6)
Keputusan Pembelian (Y)
Keputusan Pembelian Produk
Kerangka Pikir Penelitian
1. Iklan 2. Promosi penjualan 3. Pemasaran langsung dan Pemasaran interaktif Pertimbangan Akhir Sebelum Membeli Produk 0 = Sering Membeli 1 = Jarang Membeli
Sumber : Data di olah peneliti PT. Indomarco Prismatama
Indomaret
Konsumen Indomaret di Perumahan Vila Tomang Baru - Tangerang
140
Retailing Mix (X)
Location (X1) Merchandise Assortment (X2)
Keputusan Pembelian
F e e d b a c k
Sumber : Data diolah Peneliti
Hipotesis : H1 : Terdapat pengaruh positif antara Location terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. H2 : Terdapat pengaruh positif antara Merchandise Assortment terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. H3 : Terdapat pengaruh positif antara Pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. H4 : Terdapat pengaruh positif antara Customer Service terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Berdasarkan hasil tabulasi pada kuesioner, pengujian validitas dan reliabilitas maka peneliti melakukan uji diskriminan,untuk mengetahui faktor retailing mix manakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
Analysis Case Processing Summary Unweighted Cases N Percent Valid 100 100,0 Excluded Missing or out-of0 ,0 range group codes At least one missing 0 ,0 discriminating variable Both missing or out0 ,0 of-range group codes and at least one missing discriminating variable Total 0 ,0
141
Tests of Equality of Group Means
Location Merchandise Assortment Pricing Customer Service Store Design & Display Communication Mix
Wilks' Lambda ,992 ,988 ,997 ,997 ,959 ,954
F ,750 1,229 ,338 ,324 4,157 4,713
df1
df2 1 1 1 1 1 1
98 98 98 98 98 98
Sig. ,389 ,270 ,562 ,570 ,044 ,032
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Variables Entered/Removed Min. D Squared Step 1
Entered Statistic Between Groups Communication ,190 Sering Membeli Mix and Jarang Membeli 2 Store Design & ,391 Sering Membeli Display and Jarang Membeli Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Statistic 4,713
Exact F df1 df2 Sig. 1 98,000 ,032
4,786
2 97,000
,010
Structure Matrix Function 1 Communication Mix Store Design & Display Pricinga Locationa Customer Servicea Merchandise Assortmenta Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
,698 ,656 ,305 -,071 -,013 ,005
142
Pengaruh Keputusan Pembelian No.
Faktor
Fungsi
1.
Communication Mix
0,698
2
Store Design & Display
0,656
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19 Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 Store Design & Display 2,450 Communication Mix 2,545 (Constant) -11,588 Dari tabel diatas terlihat bentuk dari fungsi diskriminan yang terben Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Untuk menjadi persamaan : Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix.
Functions at Group Centroids Function Keputusan Pembelian 1
Sering Membeli Jarang Membeli Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Jarang Membeli
Z = -0,344
,281 -,344
Sering Membeli
Z = 0,281
143
0
Kurva Titik Cutting Off Sumber : Pengolahan Data SPSS 19 Perhitungan : Zcu = 55 x -0,344 + 45 x 0,281 55 + 45 = -0,06275 – = berarti sama dengan 0. Classification Results
Keputusan Pembelian Original Count Sering Membeli Jarang Membeli % Sering Membeli Jarang Membeli a Cross-validated Count Sering Membeli Jarang Membeli % Sering Membeli Jarang Membeli Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Predicted Group Membership Sering Jarang Membeli Membeli 30 25 13 32 54,5 45,5 28,9 71,1 29 26 13 32 52,7 47,3 28,9 71,1
Total 55 45 100,0 100,0 55 45 100,0 100,0
Dari pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan. Dengan demikian dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat pengaruh positif antara location terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel location yang memiliki tingkat signifikan 0,389 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa location tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. 2. Tidak terdapat pengaruh positif antara merchandise assortment terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel merchandise assortment yang memiliki tingkat signifikan 0,270 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa merchandise assortment tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. 3. Tidak terdapat pengaruh positif antara pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel pricing yang 144
4.
5.
6.
7.
8.
memiliki tingkat signifikan 0,562 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pricing tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Tidak terdapat pengaruh positif antara customer service terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel customer service yang memiliki tingkat signifikan 0,570 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa customer service tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Terdapat pengaruh positif antara store design & display terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel store design & display yang memiliki tingkat signifikan 0,044 < 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa store design & display signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Terdapat pengaruh positif antara communication mix terhadap keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel communication mix yang memiliki tingkat signifikan 0,032 < 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa communication mix signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Adapun faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang adalah faktor store design & display (kenyamanan, penataan barang). Fungsi diskriminan untuk kasus ini adalah : Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix. Berdasarkan fungsi ini kita dapat mengetahui bahwa kecenderungan seseorang untuk sering membeli dan jarang membeli adalah karena mereka melihat dari sisi Store Design & Display dan Communication Mix yang ada di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti ingin memberikan masukan berdasarkan hasil kesimpulan yaitu : 1. Location mengenai letak yang strategis, mudah dijangkau dan tersedianya lahan parkir menurut peneliti akan lebih baik jika suatu saat Indomaret menambah gerai agar ditempatkan lebih dekat dengan tempat tinggal konsumen, gerai Indomaret bisa lebih dekat dengan konsumen sehingga mempermudah konsumen untuk melakukan pembelian, memperluas lahan parkir agar konsumen merasa aman ketika parkir saat berbelanja. Merchandise Assortment mengenai rentang produk dan kualitas produk, perusahaan seharusnya lebih memperbanyak jumlah produk yang dijual, menyediakan ukuran yang beragam pada tiap jenis produk, lebih menseleksi produk-produk yang berkualitas.. Pricing mengenai harga tetap (fixed price) yang tertera jelas pada rak barang dan harga yang bersaing, menurut peneliti akan lebih baik jika Indomaret lebih teliti dalam mencantumkan harga pada produk-produk yang dijual agar konsumen dengan mudah mengetahui, lebih cermat dalam memberikan informasi mengenai harga produk, menjual produk dengan harga yang lebih bersaing, menjual produk dengan harga yang lebih hemat. Customer Service yang meliputi jam operasional gerai, menangani keluhan, kemudahan pembayaran, penyediaan trolley dan keranjang dalam jumlah cukup, dan jumlah kasir yang memadai menurut peneliti akan lebih baik jika Indomaret menambah jam operasional hingga 24 jam, lebih tepat waktu membuka toko, karyawan Indomaret lebih memahami informasi setiap produk yang dijual oleh Indomaret agar ketika konsumen bertanya dapat memperoleh informasi yang benar mengenai produk, karyawan Indomaret semaksimal mungkin mampu memberikan solusi kepada konsumen mengenai produk, menambah fasilitas cara pembayaran, lebih memperhatikan keranjang belanja yang rusak kemudian menggantinya dengan yang lebih layak dan menambah jumlah keranjang belanja, menambah jumlah kasir agar aktifitas bertransaksi lebih efektif dan konsumen tidak terlalu lama antre. Store Design & Display menurut peneliti perusahaan tetap 145
mempertahankan mengenai kenyamanan dan penataan barang, akan lebih baik jika ditambahkan iringan musik dalam format audio visual dan lebih diperhatikan kebersihan lantai agar konsumen nyaman dalam berbelanja. Communication Mix, menurut peneliti perusahaan harus tetap mempertahankan yang sudah dilakukan mengenai iklan, promosi penjualan, pemasaran langsung dan pemasaran interaktif seperti melalui brosur, papan iklan, undian berhadiah, potongan harga pada produk-produk tertentu, katalog dan website namun akan jauh lebih baik jika perusahaan beriklan melalui media televisi. Terima Kasih Puji syukur kehadirat ALLAH SWT serta junjungan nabi besar Muhammad SAW atas rahmat dan hidayah-Nya. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya Ibu Nani Wijaya, Bapak RD. Rusdiyono, Adik saya Ferdy Rahadian, Dosen pembimbing saya Ibu Dra. I‟in Endang Mardiani, S.E, M.E, Ketua program studi Bapak Drs. Sugiyanto, MM, Dekan Fakultas Ekonomi Dr. MF Arrozi A, SE, M.Si, Akt, CA serta teman-teman Fakultas Ekonomi angkatan 2010. Terima kasih atas dukungan serta doanya. DAFTAR PUSTAKA Asep ST Sujana, 2013, Manajemen Minimarket, Jakarta : Raih Asa Sukses. Bilson Simamora, 2002, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Bob Foster, 2008, Manajemen Ritel, Bandung: ALFABETA. Data
Consult, 2014, Perkembangan 2011ProfilIndustri.html.
Bisnis
Ritel
Modern,
http://www.datacon.id/Ritel-
Ecampinindonesia, 2014, Alasan Mengapa Indomaret dan Berdekatan,http://www.ecampindonesia.com/5-alasan-mengapa alfamart-selalu-berdekatan.
Alfamart selalu indomaret-dan-
Hasyim dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta : UIEU-University Press. Husein Umar, 2003, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. ___________, 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Indomaret, 2014, Profil Perusahaan, http://www.indomaret.co.id/profil-perusahaan. Junitrianto Kantohe, Merlyn Karuntu. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Berbelanja pada Fiesta Pasar Swalayan Manado, Jurnal EMBA, Vol.2, No.1, Hal 6677.
Levy and Weitz, 2004, Retailing Manajemen, New York : Mc Graw Hill. Naresh, Malhotra, 2010, Riset Pemasaran, Jilid 2, Jakarta : Indeks. Philip Kotler and Kevin Lane keller, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas Alih Bahasa Benyamin Molan, Jakarta : Indeks. 146
Philip Kotler and Gary Amstrong, 2006, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Penerbit Erlangga. ____________________________, 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas Jilid Satu, Jakarta : Penerbit Erlangga.
147
CELEBRITY ENDORSER IWAN FALS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TOP COFFEE DI WILAYAH RAWA BUAYA, JAKARTA BARAT
Nurchalim Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta Barat
[email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan atas dasar gencarnya promosi iklan Top Coffee yang dilakukan oleh PT Wings Food di berbagai media. Dalam penelitian sebelumnya, dihasilkan bahwa penggunaan seorang celebrity endorser akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam memberi barang, namun survey yang dilakukan oleh abi callysta dalam artikelnya yang berjudul “Kuatnya Iklan Top Coffee belum mampu menggeser konsumen kopi sejati”, mengatakan bahwa promosi melalui iklan yang dilakukan tersebut belum efektif. Penelitian skripsi ini bertujuan untukmengetahui pengaruh celebrity endorser Iwan Fals terhadap keputusan pembelian Top Coffee: Studi kasus di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Dalam pengambilan sampel menggunakan Purposive Samplingdan penentuan banyaknya jumlah sampel menggunakan quota samplingkarena jumlah populasi tidak diketahui. Data telah diuji validitas dan reliabilitas dengan menyebarkan kuesionerdan dilakukan analisis selanjutnya. Hasil analisis didapatkan bahwa 4 hipotesis yang diterima dari 5 hipotesis yang diajukan. Hipotesis yang pertama yaitu atribut celebrity endorser secara serempak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, hipotesis yang kedua yaitu atribut credibility secara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian,hipotesis yang ketiga yaitu atribut attractiveness secara individuberpengaruh terhadap keputusan pembelian, hipotesis yang keempat yaitu atributpowersecara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Kata kunci : Credibility, Attractiveness, Power, dan Keputusan Pembelian
Pendahuluan Disaat keadaan perekonomian yang semakin pelik ini banyak terjadi persaingan di berbagai bidang kehidupan, yang juga termasuk di dalamnya persaingan dalam dunia bisnis.Banyak perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen atau pangsa pasar, sehingga hal ini membuat perusahaan terus maju dalam memperbaiki bisnisnya yang dengan maksud untuk mendapatkan profit.Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi, perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal dengan perusahaan lainnya.Dengan adanya keinginan serta kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan bermacam-macam sepanjang waktu, baik itu dalam kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi suatu pelaku industri dalam bidangnya. Agar perusahaan dapat tumbuh serta berkembang sesuai tujuan, maka perusahaan harus dapat mengantisipasi perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan 148
berbagai strategi yang tepat agar tidak tersisih dari persaingan bisnis. Selain itu perusahaan harus juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa yang akan datang dan harus bisa bersaing dengan perusahaan lain yang berkecimpung di dalam jenis bisnis yang sama. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta kemajuan perusahaan dalam dunia bisnis ini. Saat memasarkan produknya, sebuah perusahaan memerlukan berbagai strategi yang jitu agar dapat menjaring banyak konsumen, yaitu salah satunya melalui media apa perusahaan memasarkan serta menggunakan siapa perusahaan dalam mengenalkan produk-produknya. Oleh karena itu perusahaan harus menunjuk dengan tepat siapa orang yang paling pantas untuk menjadi icon dari produk yang sedang diiklankannya, sehingga saat konsumen melihat orang tersebut melalui berbagai media, dalam benaknya langsung mengingat serta menggambarkan produk perusahaan yang pernah di perkenalkan olehnya. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memasarkan produknya yaitu dengan menggunakan celebrity endorser.Banyak perusahaan yang rela menggelontorkan uang banyak untuk menjadikan seorang selebriti terkenal sebagai endorser produknya. Dengan adanya celebrity endorser ini diharapkan akan berdampak positif terhadap penjualan produk suatu perusahaan, yang tentu saja perusahaan tersebut harus benar-benar memilih dengan tepat siapa yang cocok. Karena celebrity endorser tersebut harus dapat menciptakan atau merubah persepsi masyarakat terhadap suatu produk yang diwakilinya dan apabila perusahaan dengan gegabah dalam menentukannya bisa saja hal tersebut akan menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendra Saputra, penggunaan celebrity endorser (visibility, credibility, attractivenessdan power) akan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen secara simultan dan secara parsial variabel yang paling dominan adalah credibility. Frans M. Royan menyatakan bahwa seorang selebriti akan sangat berpengaruh apabila memiliki kredibilitas yang didukung faktor keahlian, sifat dapat dipercaya dan adanya kesukaan. Serta menurutnya iklan yang menarik dan dibawakan oleh seorang selebriti yang sedang ngetop akan mempengaruhi keberadaan produk dalam segi penjualan. Dalam persaingan industri di Indonesia, salah satu perusahaan yang menggunakan celebrity endorser adalah PT Wings Food melalui anak perusahaannya PT Harum Alam Segar pada produknya yang bermerek Top Coffee.Dalam iklannya, Top Coffee menggandeng salah satu musisi ternama di Indonesia sebagai celebrity endorser-nya yaitu Iwan Fals. Keberanian PT Wings Food menggunakan salah satu legenda musik ternama di Indonesia sebagai endorsernya, serta menampilkan iklan yang berulang kali di berbagai media, tentu saja tidak menghabiskan biaya yang sedikit.Karakter Iwan Fals yang tegas dan selalu mencirikan Indonesia dalam setiap karya lagu-lagu yang diciptakannya sesuai dengan visi maupun misi yang dibawa oleh Top Coffee. Namun, dalam artikel yang dimuat dalam www.kompasiana.com pada tanggal 14 Desember 2012, survey yang dilakukan oleh Abi Calliysta di kabupaten Jombang, hasilnya menunjukkan bahwa gencarnya iklan dan hebatnya ide PT Wings Food dengan “mengawinkan” ketenaran citra Iwan Fals dengan Top Coffee di berbagai media belum mampu meraih pangsa pasar konsumen kopi instan, dan ia dalam surveynya menyimpulkan sesuai teori mowen bahwa penikmat kopi sejati mulai beralih ke merek lain hanya karena alasan ingin mencoba-coba bukan karena berpindah ekstrim 100%. Berdasarkanpenelitian sebelumnya dan teori yang dikemukakan, serta adanya fenomena, maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan 149
Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee( Studi Kasus di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat)” Rumusan Masalah 1. Apakah celebrity endorser yang atributnya terdiri dari credibility (X1), attractiveness (X2), dan power (X3), secara serempak berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee? 2. Apakah credibility (X1) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee? 3. Apakah attractiveness (X2) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee? 4. Apakah power (X3) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee? 5. Atribut celebrity endorser (Credibility (X1), attractiveness (X2), Power X3)) manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
Landasan Teori Celebrity Endorser Menurut Shimp (2004:6) yang dialih bahasakan oleh sahrial dan anikasari, Celebrity Endorser adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal dalam mendukung suatu iklan. Menurut Schlecht (2010:228) Celebrity Endorser adalah individu yang terkenal oleh publik atas prestasinya selain daripada produk yang didukungnya. Peni Hapsari, seorang selebriti yang
digunakan sebagai endorser harus Menurut Belch dan belch (2001:172) yang dimuat dalam penelitian Ajeng memiliki atribut credibility, attractiveness, danpower. a. Credibililty Kredibilitas selebritis menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif, dan pada penelitian ini atribut credibility memiliki indikator yaitu (1). Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki endorser yang berkaitan dengan produk yang diiklankan, (2). Trustworthiness, mengacu pada kejujuran, integritas, dapat dipercayainya seorang sumber. b. Attractiveness Attractiveness seorang endorser dengan tampilan fisik yang baik dan karakter yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan, dan atribut attractiveness memiliki indikator, (1). similarity, merupakan persepsi khalayak yang berkaitan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang 150
ditampilkan pada iklan, dan sebagainya. (2). familiarity yaitu pengenalan terhadap narasumber melalui exposure atau sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan tingkat keseringan tampil di publik, dan (3). likability yaitu mengacu pada kesukaan audiens terhadap narasumber karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter personal lainnya. c. Power Power adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut, yaitu : 1) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis yang patut responden ikuti atau teladani. 2) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis mampu dijadikan sebagai idola acuan. Keputusan Pembelian Dalam sepanjang hidupnya, manusia akan terus menerus akan berusaha untuk memenuhi segala keinginan serta kebutuhannya yang makin bervariasi dan beragam dalam kehidupan. Hal tersebut menjadi peluang yang cukup menggiurkan bagi banyak produsen untuk mendapatkan laba dengan selalu menciptakan produk-produk yang baru dengan disertai dengan inovasi juga ide yang dapat menarik minat para konsumen untuk membeli. Namun, dengan banyaknya produsen yang mengeluarkan variasi dari setiap jenis produknya, dapat membuat kosumen bingung menentukan apa yang menjadi kebutuhannya. Pengertian keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485) adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada. Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2008:179), saat menentukan keputusan dalam membeli suatu produk, konsumen akan melalui beberapa proses dan proses tersebut meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. a. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan yaitu pembeli merasakan serta menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa haus, lapar, seks dan sebagainya timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Contohnya, suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli motor baru. Pada tahap ini, pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhsan atau masalah apa yang timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu. b. Pencarian Informasi Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak. Konsumen yang telah tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. 151
Jika keinginan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen konsumen akan menyimpan kebutuhannya itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan. Contohnya, setelah anda memutuskan bahwa memerlukan mobil baru, paling tidak, anda mungkin lebih banyak mamperhatikan iklan mobil, mobil milik teman, dan percakapan tentang mobil atau mungkin anda dengan aktif mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengumpulkan informasi dengan cara lain. c.
Evaluasi Alternatif Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi yang telah didapatkan untuk memilih serta mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif tergantung konsumen pribadi serta situasi pembelian tertentu. Ada beberapa konsumen yang hanya sedikit melakukan evaluasi atau bahkan tidak mengevaluasi sama sekali, yang kemungkinan mereka membeli berdasarkan referensi dari keluarga, teman, ataupun tetangga. Pemasar harus mengetahui dan mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara mereka dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika mereka tahu bagaimana proses evaluasi apa yang dilakukan pembeli, pemasar dapat mengambil langkah untuk mendapatkan pembeli tersebut agar membeli produk dari perusahaannya.
d. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian yaitu tahap proses dimana konsumen menjatuhkan keputusan dan pilihannya untuk membeli produk. e.
Perilaku Pasca Pembelian Perilaku pasca pembelian yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah membeli suatu produk dan hal tersebut didasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Kewajiban seorang pemasar tidak berakhir ketika produknya telah dibeli oleh konsumen. Mereka harus mengetahui dan memperhatikan apakah konsumen akan merasa puas atau tidak terhadap produk yang baru saja dibelinya. Jika produk yang dibeli oleh konsumen tidak memenuhi harapan berarti konsumen itu tidak puas. Jika produk yang dibeli memenuhi harapannya berarti konsumen itu puas, sedangkan jika produk yang dibeli melebihi harapannya berarti konsumen itu sangat puas. (X3)) yang paling dominan mempengaruhi Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee adalah Credibility (X1)
152
2.3
Model Konseptual Hipotesis
Ha5
Credibility
Ha1
Ha4
Attractiveness
Keputusan Pembelian Pembelian
Power
Ha3
Ha2
Ha1: Diduga atribut celebrity endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3)) secara serempak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee Ha2: Diduga credibility (X1) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee Ha3: Diduga attractiveness (X2) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee Ha4: Diduga power (X3) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee Ha5: Diduga Atribut Celebrity Endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), dan power
Metodelogi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang dilakukan di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Waktu yang digunakan dalam penelitian mulai dari pengambilan data, pra survey hingga analisis data dilakukan pada bulan Maret–Mei 2014.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran. Skala pengukuran ini bertujuan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif. Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala semantic differensial dengan bobot penilaian antara 1 sampai dengan 10 point. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sumber data primer yaitu seluruh masyarakat di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Data sekunder diperoleh dari 153
buku-buku, jurnal, internet, dan sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan topik yang sedang diteliti dan studi kepustakaan.
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu tidak diketahui. Sampel Dikarenakan populasi tidak diketahui, maka pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling sebanyak 100 responden dengan menggunakan metode non probability sampling dan menetapkan beberapa kriteria-kriteria (purposive sampling) untuk menentukan respondennya. Cara menentukan responden yang menjadi sampel digunakan tehnik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan keputusan dari peneliti sendiri, dengan menggunakan kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh si peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti merupakan anggota populasi. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Masyarakat yang berdomisili di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat b. Berusia minimal 17 tahun c. Pernah melihat iklan Top Coffee versi Iwan Fals d. Pernah meminum Top Coffee Metode Analisis Data Uji Validitas Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu instrument (kuesioner) telah mengukur indikator dan variabel yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Korelasi Rank Spearman jika data yang diperoleh adalah data ordinal, sedangkan jika data yang diperoleh data interval kita bisa menggunakan produk moment. Valid tidaknya suatu instrument dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi sebagai nilai krisisnya dengan rumus sebagai berikut: Adapun penentuan disajikan sebagai berikut: nilai sig r < 0.05 dikatakan valid nilai sig r >0.05 dikatakan tidak valid Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan proses analisis diulang untuk butir valid saja. Rumus Person Products Moment :
n(
r n
X2
XY ) ( (
X ) 2 (n
X )( Y2
Y) (
Y)2 )
Keterangan : r = Koefisien korelasi X = Jumlah skor total item Y
= Jumlah skor total item 154
n
= Jumlah responden
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah nilai yang menunjukkan konsistensi suatu instrumen terhadap pengukuran indikator/variabel. Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data digunakan rumus cronbach alpha yaitu:
Reliabilitas instrumen Banyaknya butir pertanyaan kuesioner Jumlah varians butir Varians total Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara : 1. Ukur ulang (repeat measure) adalah pemberian pertanyaan kepada responden atau calon responden dengan pertanyaan yang sama dalam waktu yang berbeda (sebulan lagi, dua bulan lagi, atau seterusnya), dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan jawabannya. 2. Ukur sekali (one shot) adalah pengukuran angket yang hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan yang lain. Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah cara ukur sekali. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel yang ada biasanya variabel X dan Y menampilkan simbol dari suatu data dimana Y sebagai variabel tergantung dan X sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y a b X1 X2 X3
:Keputusan Pembelian :Kostanta :Angka arah atau koefisian regresi :Credibility :Attractiveness :Power
Uji t, Uji f dan Koefisien Determinasi (R2) Kriteria pengujian hipotesis terdiri atas uji t, uji f dan perhitungan besaran R2. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak. 155
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Perhitungan besarnya R2 (koefisien determinasi) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar variabel brand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) mempengaruhi loyalitas. Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan brand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) terhadap loyalitas. Sebaliknya R2 yang mendekati 0% menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang diberikan olehbrand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) terhadap loyalitas. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Uji Validitas Berkaitan dengan variabel credibility, attractiveness, power dan keputusan pembelian terdapat 20 butir pertanyaan. Hasil Uji Validitas menyatakan bahwa dari 20 butir pertanyaan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 1 dan 5 karena hasil signifikanya diatas 0,05 (R > 0.05). Sehingga pertanyaan yang tidak valid tersebut dihapus. Sedangkan 18 pertanyaan lain yang memiliki nilai signifikannya dibawah 0,05 (R < 0.05 dianggap valid dan dapat digunakan untuk penelitian ini. Hasil Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alatukur yang digunakan atau sejauh mana alat ukur dapat dipercaya ataudiandalkan. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika hasil perhitunganmemiliki koefisien keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,6. Tabel 5.2Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach’s Alpha .905
N of Items 20
Sumber: Data pengolahan SPSS 16.0 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel yang meliputi variabel credibiltity (X1), attractiveness (X2), power (X3), dan keputusan pembelian (Y) memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,6 (> 0.6) sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliabel
Hasil Uji Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independent yaitu variabel credibiltity (X1), attractiveness (X2), power (X3), terhadap variabel dependent yaitu keputusan pembelian (Y). Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 20.0.
156
Tabel 5.3 Hasil Olahan Regresi Coefficientsa Model
Unstandard ized Coefficients
Sig.
B 1.
(constant)
-,535
,324
2.
credibility
,193
,049
3.
Attractiveness
,247
,024
4.
Power
,578
,000
Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0 Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,535+ 0,193 X1 + 0,247X2 + 0,578X3 + e Keterangan : Y = Keputusan Pembelian A= constanta b= Koefisien X1 = Credibility X2 = Attractiveness X3= Power e = error disturbances Uji t Tabel 5.4 Uji t Coefficientsa Model
Unstandard ized Coefficients
Sig.
B 1.
(constant)
-,535
,324
2.
credibility
,193
,049
3.
Attractiveness
,247
,024
4.
Power
,578
,000
Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0 Berdasarkan tabel 5.4 di atas, pada variabel credibility (X1) memiliki nilai signifikansi 0,049 yang berarti < 0,05 dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya, bahwa variabel credibility (X1) secara sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee. Pada variabel attractiveness (X2) memiliki nilai signifikansi 0,024 yang berarti < 0,05 dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah variabel attractiveness (X2) secara sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee. Sedangkan pada variabel power (X3) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti > 0,05 dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah variabel power (X3) secara sendirisendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee. 157
Uji F Tabel 5.5 Hasil Uji f ANOVAb 1. 2. 3.
Model Regression Residual Total
F 51.150
Sig. .000a
Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0 Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji f diperoleh F hitung sebesar 51,150 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka variabel credibility (X1), attractiveness (X2) dan power (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian Top Coffee (Y). Koefisien Determinasi (R2) Tabel 5.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model
R
R Square
Std. Error Of The Estimate
1
,784
,603
,98218
Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0
Dari tabel 5.6 di atas nilai model summary besarnya R Square adalah 0,615. Hal ini berarti bahwa variabel independen (celebrity endorser) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 61,5%, Sedangkan sisanya sebesar 38,5% (100%-61,5% = 38,5%). Menunjukan bahwa 38,5% adalah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 3. Variabel Credibility, Attractiveness, Dan Power Secara Serempak Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, memberikan hasil bahwa secara serempak atau bersama-sama variabel credibility, attractiveness, dan power yang terdapat pada endorser Iwan Fals mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli Top Coffee. 4. Variabel Credibility Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian. 158
Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals memiliki kemampuan dalam menyampaikan dan membawakan iklan, serta konsumen percaya atas informasi yang diberikan olehnya dalam iklan Top Coffee. 5. Variabel Attractiveness Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals sebagai endorser Top Coffee merupakan selebriti yang sudah terkenal dimata masyarakat, selain itu masyarakat pun banyak yang menyukai kemunculan sosok Iwan Fals dalam iklan Top Coffee. 6. Variabel Power Secara individu Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa power seorang Iwan Fals sebagai endorser mempengaruhi keputusan pembelian Top Coffee. Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals dengan pengaruh dan kharismanya telah dapat mempengaruhi keputusan pembelian Top Coffee. 7. Variabel Power Sebagai Yang Paling Dominan Mempengaruhi Keputusan Pembelian Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals dengan pengaruh dan kharismanya dalam membawakan iklan Top Coffee lebih dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli, dibandingkan dengan keahliannya dalam membawakan iklan, dipercayainya oleh masyarakat, terkenal, serta disukainya Iwan Fals oleh masyarakat.
Saran Saran dari penulis kepada perusahaan PT Wings Food sebagai berikut: 1. Disarankan bagi perusahaan PT Wings Food terlebih khususnya untuk produk Top Coffee, agar tetap mempertahankan Iwan Fals sebagai celebrity endorser-nya, karena menurut hasil analisis dalam penelitian ini bahwa seorang bintang iklan Top Coffee yaitu Iwan Fals yang ditunjuk sebagai endorser mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli Top Coffee. 2. Saran dari penulis kepada peneliti selanjutnya sebagai berikut: Dalam penelitian ini hanya fokus dalam variabel credibility, attractiveness dan power terhadap keputusan pembelian. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dimasukkan variabel lainnya yang memungkinkan dapat mempengaruhi penelitian ini serta jumlah sampel diperbesar atau diperluas. DAFTAR PUSTAKA Anindita, Rina. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa SMU Di Tangerang Dalam Keputusan Pembelian Kartu IM3 Prabayar. Jurnal Ekonomi. 2010 Djatnika, Tjetjep. Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007 Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo L‟oreal. 2010 Hasyim dan Anindita, Rina. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta : Uieu-University Press 2009 Kata, Muli dan Siahaan. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio Automatic Club (MAC) Medan. Jurnal Manajemen Bisnis. 2008 159
Kennedy, John dan Soemanagara, RD. Marketing Communication: Taktim dan Strategi. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta : 2006 Kotler, dan Keller, Kevin Lane. Marketing Management. Edisi Keempat Belas. New Jersey : Prentice Hall International. 2012 Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta: 2008 Kotler, Philip. Dasar-Dasar Pemasaran: Principles Of Marketing. Pt Indeks Kelompok Gramedia 9th Edition. Jakarta: 2003 Monle, Lee. dan Johnson Carla. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Prenada. Jakarta: 2004 Morissan. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Ramdina Prakarsa. Jakarta: 2007 Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Prenada Media Group. Jakarta: 2007 Royan, Frans. Marketing Selebrities. Jakarta : Pt Elex Media Komputindo: 2004 Santara, Mutiara Ayu. Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Anggun C. Sasmi‟ Terhadap Keputusan Pembelian Sampo Pantene. Jurnal Marketing Communication. 2012 Saputra, Hendra. Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Produk Pond‟s. Jural Keuangan Dan Bisnis. 2010 Schelect. The Basic Principles Of Marketing. Better Sconnoi. San Fransisco : 2008 Schiffman dan Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks. Jakarta. 2007 Sheyrent dan Leonid Julivan. Analisa Prediksi /Penilai Efektivitas Penggunaan Selebritis Sebagai Brand Endorser Untuk Membangun Brand Image . Jurnal Manajemen Pemasaran. 2013 Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi, Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta. Shimp, Terence. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Erlangga. Jakarta: 2008 Soemanagara, Rd. Strategic Marketing Communication. Alfabeta. Bandung: 2006 Sulistya, Endang dan Widya, Dina. Pengaruh Agnes Monica Sebagai Celebrity Endorser Sebagai Pembentukan Brand Image Honda Vario. Jurnal Bisnis Dan Manajemen. 2012 Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen. Bogor Selatan : PT Ghalia Indonesia. 2002
160
SIKAP NASABAH DAN KONSTRUK TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) DALAM PENERAPAN PENGGUNAAN SESUNGGUHNYA INTERNET BANKING Oggi Makayasa Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Studi ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahanpenggunaan terhadap penggunaan internet banking melalui sikap. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Ciledug Kota Tangerang, dengan jumlah sampel seratus responden dengan menggunakan quota sampling untuk menentukan jumlah sampel dan purposive sampling untuk pemilihan kriteria responden dengan uji statistik menggunakan path analysis menggunakan software SPSS v16.00. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap sikap dan sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking. Hal tersebut dapat terjadi karena nasabah tidak melihat dari seberapa besar manfaat yang didapat dari penggunaan internet banking namun dari seberapa mudah internet banking digunakan, hal ini yang menentukan sikap nasabah dalam penerapan penggunaan internet banking. Keyword : Internet Banking, Technology Acceptance Model, Attitude PENDAHULUAN Perkembangan pada media teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia dari kota besar hingga ke kotakota kecil. Dalam survei dilakukan pada 78 kabupaten/kota di 33 Propinsi Indonesia itu juga terungkap bahwa pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 71,19 juta orang atau telah mencapai 28% dari total populasi.Naiknya penetrasi internet tidak lepas dari upaya pemerintah dengan Pemerintah melalui Kemenkominfo yang sepanjang 2013 berhasil memperkuat infrastruktur internet di daerah-daerah guna pemerataan akses informasi ke masyarakat (www.metrotvnews.com/tekno diakses tanggal 18 januari 2014). Dapat dipastikan untuk tahun 2014 pengguna internet di Indonesia terus bertumbuh mengingat dari kegunaan internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat berbagai klangan, baik dari pelajar hingga dunia Industri. Dengan didorong pertumbuhan pengguna perangkat mobile khususnyajenis smartphone di Indonesia dari tahun ke tahunnya mengalami pertumbuhan yang signifikan di dunia ini. Menurut hasil studi bertajuk "Getting Mobile Right"yang diprakarsai oleh Yahoo dan Mindshare, saat ini ada sekitar 41,3 juta pengguna smartphone dan 6 juta pengguna tablet di Indonesia. Jumlah tersebut diyakini bakal 161
terus berkembang dengan pesat khususnya di wilayah perkotaan(http://tekno.liputan6.comdi akses tanggal 23 Maret 2014). Di sisi lain pengguna personal computer (PC) baik dengan menggunakan laptop dan computer saat ini masih mempertahankan eksistensinya walau perkembangan dunia handphone dan tablet saat ini digandrungi oleh masyarakat umum. Saat ini makin banyak bank yang menyediakan layanan internet banking dalam menjalankan usahanya. Internet banking akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas serta memberikan pengalaman kenyamanan dan kemudahan dalam mengakses internet banking sekaligus meningkatkan pendapatan baik itu nasabah maupun lembaga keuangan melalui sistem penjualan yang jauh lebih efektif daripada sistem konvensional yang harus mendatangi bank-bank cabang yang ada. Hal itu ditambah juga dengan penghematan biaya transportasi maupun waktu. Tentu juga didukung dengan fitur internet banking yang semakin komplit saat ini.Berdasarkan hasil survei MARS belum lama ini terungkap bahwa dari 1.710 nasabah di 5 kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan) yang disurvei, sebanyak 34,7% menyatakan aware atau melek internet banking. Meski jumlah ini masih kalah dibandingkan dengan tingkat awareness mobile banking, tapi sudah ada tren peningkatan yang cukup signifikan (http://newsletter.marsindonesia.com dikutip 24 Maret 2014). Banyak hal yang dapat digunakan dengan menggunakan layanan i-banking walau di setiap bank memiliki fitur yang berbeda dalam fitur layanan untuk nasabahnya, namun teknologi yang sudah diberikan bank kepada nasabah dengan mempermudah kegiatan perbankan tidak diiringi dengan penerimaan nasabah kepada teknologi yang diberikan. Karena penerimaan i-banking baik dari sikap nasabah dan perilaku nasabahmasih dirasa belum maksimalmaka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH PERSEPSI KEMANFAATAN DAN KEMUDAHAN PENGGUNAAN TERHADAP PENGGUNAAN SESUNGGUHNYA INTERNET BANKING MELALUI SIKAP PADA NASABAH BANK DI KAWASAN CILEDUG, KOTA TANGERANG ”.Maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1). Untuk mengetahui pengaruh persepsikemanfaatan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use) dan terhadap sikap (Attitude Towards Behaviour).2). Untuk mengetahui pengaruh persepsikemanfaatan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use)terhadap penggunaan sesungguhnya (Actual System Usage) internet banking melalui sikap (Attitude Towards Behaviour). Manfaat yang diharapkandari hasil penelitian yang dilakukan adalah : 1). Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sumber ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu Manajemen Pemasaran untuk akademis yang tertarik meneliti dan mengembangkan ilmu di bidang e-commerce dan Technology Acceptance Model (TAM). 2). Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan apabila ingin mengadakan penelitian mengenai sikap nasabah dalam menggunakan i-banking dengan menggunakan kerangka technology acceptance model (TAM). 3). Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan bagi lembaga keuangan mengenai layanan i-bankingyang dapat diterima oleh masyarakat secara lebih luas.
TINJAUAN PUSTAKA Model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) merupakan suatu model penerimaan system teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Model penerimaan teknologi atau technology acceptance model (TAM) dikembangkan oleh Davis et al. berdasarkan model TRA oleh Fishben dan Ajzen .Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi system informasi merupakan tindakan 162
sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA. Dua konstruk utama ini adalah kemanfaatan persepsian (Perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use).TAM beragumentasi bahwa penerimaan individual terhadap system teknologi informasi ditentukan oleh dua konstuk tersebut. Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention). Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa system teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use) tetapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan system jika system bermanfaat baik system itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. System yang sulit digunakan akan tetap digunakan jika pemakai merasa bahwa system masih berguna. Model dasar TAM yang dikembangkan oleh davis digambarkan pada Gambar Model Technology Acceptance Model (TAM) : Gambar 1 Model Technology acceptance model (TAM)Davis (1989) Kemanfaatan Persepsian (Perceived Usefulness)
Sikap Terhaadap Perilaku (Attitude towards Behavior)
Minat Perilaku (Behavior Intention)
Penggunaan Teknologi Sesungguhnya (Actual Technology Use)
Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use)
Sumber : Hartono (2007:113) Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagaithe degree to which a person believes that using a particular system would enchance his or her job performance(Davis, 1989:319-340). Dari definisinya, diketahui bahwa kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Dengan demikian jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking yang di gunakan dapat memperabaiki kinerjanya maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking kurang dapat memperabaiki kinerjanya maka dia tidak akan menggunakannya. 163
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagaithe degree to which a person believes that using a particular system would be free effort(Davis, 1989:319-340). Dari definisinya, diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. Jogiyanto mendefinisikan sikap (attitude) adalah sebagai evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan positip atau negatip dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (Jogiyanto, 2007:36).Dengan demikian sikap (attitude) seseorang terhadap system informasi menunjukkan seberapa jauh orang tersebut merasakan bahwa system informasinya baik atau jelek. Didalam kenyataannya seseorang akan menunjukkan sikapnya terhadap suatu penerimaan system informasi yang baru diterimanya dengan tindakannya terhadap system informasi tersebut. Penggunaan sesungguhnya merupakan aktualisasi dari perilaku seseorang terhadap teknologi yang digunakannya.Perilaku (behavior) menurut Jogiyanto adalahtindakan yang dilakukan oleh seseorang.Dalam konteks penggunaan system teknologi informasi, perilaku (behavior) adalah pengunaan sesungguhnya (actual user) dari teknologi (Jogiyanto, 2007:117).Jogiyanto di dalam bukunya berpendapat penggunaan sesungguhnya tidak dapat di observasi oleh peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka pengunaan sesungguhnya ini banyak diganti dengan nama pemakaian persepsian (perceived usage).Namun tidak kepada penelitian Eriksson et al bahwa variabel Actual Usage dapat di teliti dengan 2 dimensi yaitu length of use dan frequency (Eriksson, 2005:200-216). Dimana Eriksson et al menyimpulkan kedua dimensi ini ke dalam 2 pertanyaan yaitu seberapa sering dan berapa lama telah menggunakan i-banking.Kedua pertanyaan berhubungan dengan pertimbangan analog dalam studi asli Davis.
METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian eksplanatori (explanatory research). Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan denganquota sampling di karenakan jumlah populasi tidak diketahui sehingga peneliti menentukan sendiri jumlah sampel dalam penelitian ini dan cara menentukan responden digunakan teknik purposive sampling. Adapun lokasi pada penelitian ini adalah kawasan Ciledug kota Tangerang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh nasabah perbankan yang ditemui dan pernah menggunakan fasilitas layanan internet banking. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Operasionalisasi variabel digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat kecocokan model yang telah dibangun berdasarkan konstruk teori yang menjadi acuan pada penelitian ini. Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan penyusunan kuesioner berdasarkan dimensi maupun indikator yang ada. Adapun operasionalisasi variabel pada penelitian ini sebagai berikut : a). Persepsi Kegunaan (XI), yaitu Sistem informasi dari fasilitas internet banking apakah berguna bagi nasabah yang memakainya atau tidak. b). Kemudahan Penggunaan (X2), yaitu system informasi yang dipercayai oleh nasabah apakah 164
system informasi tersebut mudah digunakan atau tidak. c). Sikap (Y1), merupakan penilaian nasabah terhadap system informasi dari fasilitas internet banking yang mereka terima. d). Penggunaan Sesungguhnya (Y2), merupakan suatu keinginan nasabah dari penerimaan system informasi fasilitas internet banking.
Desain Penelitian
Persepsi Kegunaan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking
Sikap
Persepsi Kemudahan
Gambar 2 Desain penelitian dimodifikasi oleh peneliti
Hipotesis H1 : Diduga persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) (perceived ease of use)berpengaruh terhadap sikap.
dan kemudahan penggunaan
H2 : Diduga persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use) berpengaruh terhadap penggunaan sesungguhnya (Actual System Usage) internet bankingmelalui sikap (Attitude Towards Behaviour).
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menyebarkan sejumlah 100 kuesioner baik secara face to face maupun media sosial yang terhubung oleh akun google drive milik peneliti. Hasil pengumpulan data menunjukkan sejumlah 100 kuesioner terisi setelah melakukan penyebaran data kurang lebih 2 bulan. Hasil menunjukkan bahwa dari 2 pengujian regresi yang dilakukan secara parsial antar ke 4 variabel, hanya 2 variabel yang hasilnya didukung oleh data, dan 2 variabel lainnya tidak didukung oleh data.
165
Tabel 1 Pengujian Hubungan Struktural No.
Pernyataan mempunyai
Nilai-t pengaruh 1,243 < 1,984
Keterangan
1
Persepsi kegunaan terhadap sikap
2
Persepsi kemanfaatan mempunyai pengaruh 2,628 > 1,984 terhadap sikap
Terdapat pengaruh
3
Persepsi kegunaan memiliki pengaruh terhadap -1,278 < 1,984 penggunaan sesungguhnya
Tidak terdapat pengaruh
4
Persepsi kemanfaatan memiliki terhadap penggunaan sesungguhnya
pengaruh 0,0005 < 1,984
Tidak terdapat pengaruh
5
Sikap mempunyai perngaruh penggunaan sesungguhnya
terhadap 2,587 >1,984
Terdapat pengaruh
0,9674
0,9664 Persepsi 1. Kegunaan
ρx1z = -0,126 (t = -1,278)
(X1)
2
ρx1y= 0,121
ρx2z = 0,253
(t = 1,243)
t = 2,587
Sikap
ρx1&y1= -0,008 (sig = 0,205)
Tidak terdapat pengaruh
(Y)
Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking (Z)
1 ρx2y = 0,257 Persepsi Kemudahan
t = 2,628
ρx2z = 0,005 (t = 0,053)
(X2) Gambar 3 Diagram Jalur Model II Hasil Perhitungan
166
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Persepsi Kemudahan PenggunaanTerhadap Sikap Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan(X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap. Hal ini ditunjukkan oleh variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan(X1) yang memiliki nilai signifikansi 0,010 yang berarti < 0,05, dan besarnya pengaruh yang diberikan sebesar 0,257 atau 25,7%. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Mayasari yang menunjukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap sikap. Tetapi persepsi manfaat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Maharsi dan Yuliani serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Arief yaitu persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan terhadap sikap. Pada kenyataannya dengan memanfaatkan i-banking banyak keuntungan yang dapat diperoleh nasabah terutama mengenai waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena i-banking terbebas dari antrian dan dapat dilakukan dimana saja selama nasabah memiliki sarana pendukung. Namun, yang terjadi nasabah masih enggan menggunakan i-banking karena banyak faktor seperti faktor keamanan dalam transaksi perbankan di internet rawan terhadap pengintaian dan penyalahgunaan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Banyaknya kejadian pembobolan ibanking karena komputer milik nasabah dapat disusupi virus dan trojan horse sehingga datadata yang berada di komputer pengguna (seperti nomer PIN, nomor kartu kredit, dan kunci rahasia lainnya) dapat disadap, diubah, dihapus dan dipalsukan. Hal ini salah satu faktor yang membuat nasabah enggan memanfaatkan dari penggunaan fasilitas internet banking. 2. Pengaruh Sikap Terhadap Penggunaan Sesungguhnya Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel sikap(Y) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan sesungguhnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi variabel sikap (Y) sebesar 0,011 yang berarti < 0,05, dan besarnya pengaruh yang diberikan sebesar 0,253 atau 25,3%. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Ericsson dan Arief bahwa sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap nasabah kepada penggunaan sesungguhnya i-banking adalah faktor kepercayaan. Seperti pada penelitian yang dilakukan Risna yang membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan nasabah terhadap internet banking, maka nasabah akan semakin mudah mengadopsi internet banking, begitu pula sebaliknya. Salah satu bentuk ketakutan yang kerap terjadi adalah bahwa internet banking akan mengarahkan orang untuk berurusan dengan lingkungan bisnis tanpa kertas.Nasabah takut bahwa jika mereka tidak memiliki bukti terulis setiap melakukan transaksi, yang mengakibatkan kekhawatiran jika terjadi sesuatu maka mereka tidak bisa mempunyai bukti yang kuat. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kurangnya kepercayaan nasabah akan fasilitas internet banking yang mengakibatkan sikap mereka penuh dengan keraguan dalam menggunakan fasilitas tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a). Model TAM yang diperkenalkan oleh Davis dapat digunakan dalam penelitian ini, mengingat internet banking merupakan salah satu teknologi layanan perbankan oleh bank kepada nasabah yang kemudian teknologi ini akan digunakan berdasarkan 167
kemanfaatan ataupun kemudahan penggunaan layanan oleh nasabah yang akan menentukan sikap nasabah terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking. b). Model akhir yang memenuhi kriteria fit-nya model penelitian adalah hasil modifikasi terhadap model awal penelitian TAM. c). Tidak signifikannya variabel kemanfaatan terhadap sikap dalam penelitian ini menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh antara variabel kemanfaatan terhadap sikap. Meskipun responden merasa bahwa internet banking memberikan manfaat dalam kegiatan perbankan mereka, namun hal ini tidak meningkatkan sikap maupun keinginan mereka untuk menggunakan kembali internet banking. Rasa takut akan keamanan fasilitas internet banking masih diragukan oleh nasabah setelah melihat beberapa kejadian pembobolan data nasabah dengan dimasukinya ruang data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. d). Persepsi kemudahan penggunaan membuat responden memiliki sikap positif untuk menerima layanan internet banking. Hal ini dikarenakan nasabah merasa mudah dalam menggunakan layanan internet banking dengan teknologi yang mereka miliki seperti handphone, PC ataupun laptop. e). Variabel independen dalam penelitian ini yakni persepsi kemudahan penggunaan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar. Hal ini terlihat dari nilai Total Effect pada perhitungan pengaruh diagram jalur sebesar 0,489. f). Masih rendahnya penggunaan layanan internet banking oleh nasabah perbankan ternyata selama ini kebanyakan dari responden masih mempunyai persepsi yang kurang positif terhadap layanan internet banking. Walaupun nasabah mengeri akan manfaat atas kontribusi layanan internet banking terhadap kegiatan perbankan mereka, namun penggunaan internet banking masih minim dilakukan oleh nasabah untuk melakukan kegiatan perbankan. Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan kepada perusahaan perbankan di Indonesia yang memberikan layanan internet banking kepada para nasabahnya, adalah sebagai berikut : a). Saran dari penulis kepada perusahaan perbankan, jika dilihat dari hasil penelitian terhadap nasabah yang ditemui oleh penulis yang menjadi responden bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan yang memiliki pengaruh paling besar. Perusahaan perbankan diharapkan dapat meningkatkan pengenalan dan memberikan pengetahuan kepada para nasabah mengenai nilai yang didapatkan dalam menggunakan layanan internet banking melalui publisitas maupun secara langsung kepada nasabah yang melakukan kegiatan perbankan di kantor cabang suatu bank sehingga nasabah dapat mengetahui manfaat dari penggunaan layanan internet banking. Perusahaan perbankan juga disarankan untuk meningkatkan sosialisasi pengenalan dari fitur-fitur yang terdapat dalam layanan internet banking lebih terperinci agar nasabah mengetahui akan suatu kegunaan dari fitur layanan internet banking dan mulai beralih menggunakan internet banking di masa yang akan datang. b). Saran dari penulis kepada peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini yang diteliti hanya terbatas pada pengaruh persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking melalui sikap dimana pada penelitian ini hanya variabel persepsi kemudahan penggunaan yang berpengaruh positif terhadapa sikap dan variabel sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking,maka disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dimasukkan variabel-variabel lainnya seperi variabel kepercayaan dan keamanan dimana dalam banyak penelitian sudah banyak dilakukan namun tidak pada penlitian ini serta memodifikasi model penelitian dengan variabel lain yang memperkuat suatu hubungan variabel yang satu dngan yang lainnya namun tetap mengacu kepada penelitian yang sudah ada serta sampel dan populasi penelitian lebih diperluas. Persantunan Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat dan segalanya dalam menyelesaikan skripsi saya dan para dosen dalam menyalurkan ilmu mereka 168
sehingga saya dapat terapkan ilmu tersebt pada dunia nyata serta para teman dan sahabat seperjuangan saya.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior andHumanDecision Processes. Vol. 50; 179-211. B.A., Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005." Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived ease of Use, and User Acceptance ofInformation Technology. MIS Quarterly. Vol 13 (3); 319-340. Deshpande, Rohit, and Gerald Zaltman. "A Comparison of Factors Affecting Use of Marketing Information in Consumer and Industrial Firms." Journal of Marketing Research (JMR) 24.1 (1987).Baca Online (http://www.jstor.org/discover/10.2307/3151759?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=2110 3783165911) Eriksson, Kent, Katri Kerem, and Daniel Nilsson. "Customer acceptance of internet banking in Estonia." International Journal of Bank Marketing 23.2 (2005): 200-216. Fiol, C. Marlene, and Marjorie A. Lyles. "Organizational learning." Academy of management review 10.4 (1985): 803-813. Fishbein, M and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behaviour: An Introduction toTheory and Research. Addison-Wesely. Boston. MA. Hartono, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Hartono Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisni. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007 Juwaheer, Thanika Devi, Sharmila Pudaruth, and Priyasha Ramdin. "Factors influencing the adoption of internet banking: a case study of commercial banks in Mauritius." World Journal of Science, Technology and Sustainable Development 9.3 (2013): 204-234. King, William R., and Jun He. "A meta-analysis of the technology acceptance model." Information & Management 43.6 (2006): 740-755.Baca Online (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378720606000528) Maharsi, Sri, and Yuliani Mulyadi. "Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Nasabah." Jurnal Akuntansi dan Keuangan 9.1 (2008): pp-18. Mayasari, F., Kurniawati, E. P., & Nugroho, P. I. (2011). Anteseden dan Konsekuen Sikap Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking dengan Menggunakan Kerangka Technology Acceptance Model (TAM)(Survey pada Pengguna KlikBCA). Semantik, 1(1). Rahardjo, Budi. "Aspek Teknologi dan Keamanan dalam Internet Banking." PT Insan Indonesia. PT INDOCISC (2001). Ramadhani, Risna. "Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Internet Banking di Semarang: Dengan Menggunakan Pendekatan TAM." Jurnal Akuntansi Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (2008). Sarwono, Jonathan. 2012. Path Analysis. Jakarta: PT Elex Media Computindo Sulistiyarini, Suci. "Pengaruh Minat Individu Terhdap Penggunaan Mobile Banking: Model Kombinasi Technology Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behavior (TPB). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1.2 (2013). Tidak Dipublikasikan 169
Thanika, D. J., Pudaruth, S., & Ramdin, P. (2012). Factors influencing the adoption of internet banking: A case study of commercial banks in mauritius. World Journal of Science, Technology and SustainableDevelopment, 9(3),204234.doi:http://dx.doi.org/10.1108/20425941211250552 Whiteside, John, et al. "User performance with command, menu, and iconic interfaces." ACM SIGCHI Bulletin. Vol. 16. No. 4. ACM, 1985.Baca Online.(http://dl.acm.org/citation.cfm?id=317490) Wibowo, Arief. "Kajian Tentang Perilaku pengguna sistem informasi dengan pendekatan technology acceptance model (TAM)." Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan (2008). Wijayanti, Ratih. "Analisis Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Internet Banking (Studi Empiris Terhadap Nasabah Bank Di Depok)." (2012).
170
PENGARUH IKLAN DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PONDS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS EKONOMI REGULER AKTIF ANGKATAN 2010-2011)
Kurniawan Sriprasetyo Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan pembelian ponds. Variabel independen terdiri atas iklan dan citra merek, sedangkan variabel dependen adalah keputusan pembelian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi regular aktif angkatan 2010 dan 2011 yang pernah melihat iklan dan menggunakan ponds. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 (<0,05) dan citra merek memiliki nilai signifikan sebesar 0.035 (<0,05), sehingga iklan dan citra merek memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan dan citra merek secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, karena nilai signifikannya sebesar 0,000 (<0,05). Kata kunci: iklan, citra merek dan keputusan pembelian
PENDAHULUAN Perkembangan pada zaman sekarang menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi suatu perusahaan yang berada di seluruh dunia. Seiring perkembangan zaman dan tantangan bisnis ini, salah satu implikasinya adalah dengan perdagangan bebas yang mengharuskan semua pelaku bisnis baik yang bergerak dalam bidang industri perdagangan maupun jasa harus mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tingginya tingkat persaingan, mengindikasikan banyaknya brand (merek) produk dengan jenis yang sama, yang beredar di pasaran. Hal itu menyebabkan persaingan antar brand (merek) menjadi sangat tinggi. Di lain pihak, para konsumen memilki sebuah sikap terhadap brand (merek) yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten. Nilai tambah ini sangat menguntungkan bagi produsen atau perusahaan. Karena itulah perusahaan berusaha terus memperkenalkan merek yang dimilikinya dari waktu ke waktu, terutama konsumen yang menjadi target marketnya. Untuk dapat memiliki mencapai itu semua, secara tidak langsung, perusahaan wajib untuk membangun citra dari merek secara keseluruhan yang baik, dan lalu menjaga citra tersebut. 171
Untuk memperkenalkan atau mengingatkan konsumen akan suatu produk maka perusahaan perlu melakukan suatu promosi, salah satunya melalui iklan. Iklan merupakan salah satu instrument pemasaran modern yang aktivitas didasarkan pada konsep komunikasi karena merupakan bentuk komunikasi, maka keberhasilan dalam mendukung pemasaran merupakan pencerminan keberhasilan komunikasi. Dalam penelitian ini akan dibahas hal-hal yang telah dijelaskan diatas dengan menurutkan hal-hal yang telah dibahas tadi kedalam satu kasus yang terjadi pada suatu produk yang ada di pasaran. Sabun pembersih wajah, memang bukanlah sebuah produk yang bisa dikategorikan prduk primer, namun seiring dengan berkembangnya jaman dan tuntutan orang untuk selalu berpenampilan bersih, membuat sabun pembersih wajah menjadi salah satu komoditas perawatan wajah yang dicari. Berikut adalah data beberapa merek sabun pembersih wajah yang beredar di Indonesia dalam kurun waktu 2012-2013.
No. Merek 1 2 3 4 5 6
Pond‟s Biore Papaya (RDL) Shinzu‟i Dove Nivea
Top Brand Index 2012 2013 43.5 % 34.9 % 25.3 % 25.4 % 8.0 % 9.8 % 2.7 % 3.4 % 1.9 %
4.0 % 3.0 % 2.9 %
Tabel 1. Top Brand Index kategori sabun pembersih wajah tahun 2012-2013
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun 2012-2013 diduduki masih berada oleh merek Pond‟s walaupun masih urutan top, pada tahun 2013 Pond‟s hanya mendapatkan sebesar 34.9 %, padahal pada tahun 2012 mendapatkan sebesar 42.5 %. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Iklan dan Citra Merekterhadap Keputusan Pembelian Pond‟s (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011 )”. Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh antara iklan terhadap keputusan pembelian Pond‟s? 2. Apakah terdapat pengaruh antara citra merek terhadap keputusan pembelian Pond‟s? 3. Apakah terdapat pengaruh antara iklan dan citra merek secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian Pond‟s?
172
MODEL PENELITIAN IKLAN (X1) CITRA MEREK
KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
(X2)
Gambar 1 Model Penelitian HIPOTESA Hubungan Iklan dan Keputusan Pembelian Shimp mengatakan bahwa iklan yang efektif mampu membujuk pelanggan untuk membeli produk dan jasa yang diiklankan. Dengan adanya iklan, konsumen akan lebih percaya dengan produk yang diiklankan, sehingga timbul keyakinan untuk membeli produk tersebut. Selain itu hasil penelitian Swati Bisht menyebutkan bahwa Iklan televisi memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian remaja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis pertama dalam penelitian ini sebagai berikut : H1 :Diduga ada pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian Pond’s. Hubungan Citra Merek dan Keputusan Pembelian Pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian juga ditunjukan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hendra Noky Andrianto dan Idris. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra merek dengan keputusan pembelian. Artinya semakin baik citra merek sebuah produk maka semakin tinggi pula konsumen melakukan keputusan pembelian pada sebuah produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis kedua dalam penelitian ini sebagai berikut : H2
: Diduga ada pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Pond’s.
Hubungan Iklan dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Suatu produk yang diiklankan dan mempunyai citra merek yang baik, tentu saja akan memberikan pengaruh yang baik, salah satunya adalah ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut. Artinya semakin baik iklan dan citra merek sebuah produk maka semakin tinggi pula konsumen melakukan keputusan pembelian pada sebuah produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis ketiga dalam penelitian ini sebagai berikut : H3
: Diduga ada pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan pembelian Pond’s.
173
METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: iklan, citra merek dan keputusan pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel dependent (Y), iklan (X1), citra merek (X2) adalah sebagai variabel independent. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada bulan Desember 2013 – Februari 2014. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang membeli dan pernah melihat iklan produk ponds. Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode Hair et. Al. Metode Analisis Data Analsisi Regresi Berganda Variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 +e Keterangan: Y a b X1 X2 e
: : : : : :
Keputusan Pembelian Konstanta Angka arah atau koefisian regresi Iklan Citra Merek Standard error
Uji t, Uji F dan Kofisien Determinasi - Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak. - Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. - Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas (iklan dan citra merek) terhadap keputusan pembelian. 174
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Regresi Berganda Tabel 2 Hasil uji regresi berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.700
.398
Iklan (X1)
.585
.102
Model 1
citra_merek .283 .133 (X2) a. Dependent Variable: keputusan_pembelian
t
Sig.
1.759
.082
.529
5.737
.000
.197
2.133
.035
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui persamaan regresi bergandanya adalah sebagai berikut : Y = 0,7 + 0,585 X1 + 0,283X2 + e
Uji t Tabel 3 Hasil uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.700
.398
Iklan (X1)
.585
.102
Model 1
citra_merek .283 .133 (X2) a. Dependent Variable: keputusan_pembelian
t
Sig.
1.759
.082
.529
5.737
.000
.197
2.133
.035
Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel iklan (X1) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel iklan (X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Nilai signifikansi variabel citra merek (X2) pada tabel diatas yakni 0,035 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel power (X3) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
175
Uji F Tabel 4 Hasil uji f ANOVAb Sum Squares
Model 1
of df
Mean Square F
Sig.
Regression 13.749
2
6.874
.000a
Residual
97
.184
17.865
37.325
Total 31.614 99 a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan b. Dependent Variable: keputusan_pembelian Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas diperoleh F hitung sebesar 37,325 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat pula dikatakan bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian (Y). KOEFISIEN DETERMINASI Model Summary
Model R
Adjusted R Square Square
R Std. Error of the Estimate
1 .659a .435 .423 .42916 a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan Tabel 5 Hasil Koefisiensi determinasi Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya Adjusted R Square adalah 0,423. Hal itu berarti variabel independen (iklan dan citra merek) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 43.5%. Sedangkan sisanya (100%-42.3% = 57.7%) 57.7 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.
176
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel Iklan Mempunyai Pengaruh Terhadap Keputusan Pembelian. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini dikarenakan iklan yang baik akan mempengaruhi keputusan pembelian. Selain itu iklan-iklan yang menarik dan mudah diingat konsumen biasanya mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. 2. Variabel Citra Merek Mempunyai Pengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek mempengaruhi keputusan pembelian.Hasil tersebut berarti bahwa ada hubungan yang kuat antara citra merek terhadap keputusan pembelian kosumen. Semakin tinggi citra merek, maka akan semakin banyak konsumen yang akan membeli produk yang ditawarkan.
3. Variabel Iklan Dan Citra MerekTerhadap Keputusan Pembelian Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y).Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)menunjukkan bahwa variabel independen (iklan dan citra merek) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 42.3%. Sedangkan sisanya sebesar (100%-42.3% = 57.7%) 57.7 %. Saran Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan kepada PT. Unilever Indonesia selaku perusahaan yang memproduksi produk ponds. Disarankan bagi perusahaan PT. Unilever Indonesia khususnya untuk produk ponds mengadakan kompetisi untuk bertemu bintang ponds dan membuat jingle nada khusus untuk setiap iklan produk ponds. DAFTAR PUSTAKA Ananda Fortunisa dan Andrew Arief Agassi.“ Jurnal Pesan Iklan Televisi Dan Personal Selling: Sebagai Alat Promosi Untuk Peningkatan Pembelian Rokok”. Bisht, Swati. Impact of TV Advertisement On Youth Purchase Decision-Literature Review. International Monthly Refereed Journal of Research In Management & Technology.2013 Dewanti, Retno, dkk. “ Jurnal analisis pengaruh brand trust dan brand image terhadap keputusan pembelian produk label pribadi dan dampaknya terhadap loyalitas merek”. Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo TerhadapKeputusan Pembelian Shampoo L‟oreal. 2010 E. Desi Arista, Sri Rahayu Tri Astuti, “Jurnal Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen”, tahun 2011. 177
Fuad, Christine, dkk. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006. Hasyim dan Rina Anindita. Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran.Jakarta : UIEU-University Press 2009. Hendra Noky Andrianto dan Idris. “ Jurnal Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Jenis MPV Merek Toyota Kijang Innova Di Semarang”. Jerry S. Wilson dan Ira Blumenthal.Managing Brand You: Seven Steps to Creating Your Most Successful Self. (USA: AMACOM Div. American Management Ass 2008) Kotler, Philip and Garry Amstrong.“Principles of Marketing”. New Jersey: Pearson Education Limited, 2012 Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. AlihBahasa : Bob Sabran. Erlangga.Jakarta.2008. Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. Alih Bahasa : Bob Sabran. Erlangga. Jakarta. 2008. Michael Korchia. A New Typology of Brand Image, European Advance in Consumer Research, Vol. 4, 1999. Mohammad Rizan, Basrah Saidani, Yusiyana Sari, “Pengaruh Brand Image dan Brand Trust terhadap Brand Loyaly The Botol Sosro”, 2012. Morissan, “Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu”, Ramdina Prakasarsa, Tangerang, 2007. Muly Kata Sebayang dan Simon Darman O Siahaan, “ Jurnal Pengaruh Celebrity Endorser terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio pada Mio Automatik Club (MAC) Medan. Palantupen, Octaviani. “ Jurnal pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk shampoo”. Rangkuti, Freddy.“Creating Effective Marketing Plan”.PT. Gramedia PustakaSchiffman & Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks. Jakarta. 2007. Setyo Ferry Wibowo dan Maya Puspita Karimah, “ Jurnal Pengaruh Iklan Televisidan Harga terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux”. Shimp, Therence. Periklanan dan Promosi.Jakarta : Erlangga 2007. Simamora. “Penerapan Prinsip-Prinsip Pemasaran”, Bumi Aksara, Jakarta. 2005. Sugiyono, 2002.Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung. Suyanto, M. “Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia”. Swastha, Basu dan Irawan, “Manajemen Pemasaran Modern”.Penerbit Liberty, Yogyakarta. 2002. Tjiptono,Fandy.”Pemasaran Jasa”, Malang, Bayumedia, 2005 www.pondsinstitute.co.uk/history.php. Wahyuni, Sri. “ Jurnal Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Citra Merek Dan Dukungan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Skuter Matik Merek Honda Di Kota Semarang”. Zimri Remalya. Periklanan dan Citra Merek Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Kendaran Bermotor Yamaha. Jurnal EMBA 2013.
178
MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER TERHADAP MINAT BELI ( STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM )
Intan Rosetti Arimbi Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Semakin selektifnya konsumen dan di dalam pemilihan produk dan perkembangan arus informasi yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi, membuat perusahaan harus tanggap dengan keinginan konsumen. Strategi pemasaran menggunakan iklan hingga kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia. Salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah produk ini adalah untuk membuat penggunaan endorser. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi antara daya tarik (attractiveness) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, apakah interaksi antara kepercayaan (trustworthiness)dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, dan untuk mengetahui apakah keahlian (expertise) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli pada produk Garnier BB cream pada mahasiswi angkatan 2011 dan 2012 reguler aktif dan eksekutif aktif Universitas Esa Unggul. Analisis menggunakan metode deskriptif, dan Two-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu; daya tarik (attractiveness) , kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) mempengaruhi minat beli. Tetapi pada variabel kepercayaan (trustworthiness) dan keahlian (expertise) , tipe endorser tidak mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel daya tarik (attractiveness), tipe endorser mempengaruhi minat beli. Kata kunci: daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness) , keahlian (expertise), minat beli
Pendahuluan Dewasa ini, konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat konsumen dapat menyerap informasi serta pengetahuan tentang keberadaan suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini, perusahaan harus tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan informasi tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga konsumen akan memberikan tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada konsumen yaitu iklan. Salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah produk ini adalah untuk membuat penggunaan endorser. Menurut Byrene at al dalam Waldt et al (2009 : 102) transfer karakteristik endorser ke produk dapat terjadi ke target konsumen 179
jika mereka seperti atau bercita-cita untuk memiliki karakter endorser tersebut dan hal itu secara sengaja akan memanggil mereka untuk tindakan untuk membeli produk atau jasa. Sosok endorser dapat berasal dari kalangan celebrity dan orang biasa / noncelebrity. Endorser sebagai pemimpin pendapat (opinion leader) yang menyampaikan pesan hingga sampai ke konsumen mengenai merek produk. Menurut Tom et al dalam Waldt et al ( 2009 : 102), khalayak sasaran umumnya memiliki perasaan positif terhadap celebrity endorser. Byrne at al dalam Waldt et al ( 2009 ), menyatakan bahwa celebrity sering digunakan oleh organisasi , karena mereka dapat dengan mudah meningkatkan merek organisasi dan menghemat sumber daya dalam menciptakan kredibilitas melalui mentransfer nilai-nilai mereka untuk merek . Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan celebrityyang sesuai dengan image merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri "celebrity endorser“, yaitu seorang juru bicara buatan (created spoke person/non celebrity endorser). Di sana dibuat dua jenis juru bicara, sebuah organisasi dapat membuat ; baik orang-orang nyata memerankan peran dan animasi / peran imajiner (Waldt et al, 2009, p.103). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al (2009:111) , disisi lain mengadakan perbandingan antara celebrity endorser dengan Juru bicara buatan (created spokeperson) dengan hasil penelitian bahwa celebrity endorser dianggap lebih berpengalaman dan dapat dipercaya dibandingkan dengan Juru bicara buatan (created spokeperson). Juga, daya tarik celebrity endorser dan kredibilitas celebrity endorser dianggap lebih menarik dibandingkan dengan Juru bicara buatan / created spokeperson (Waldt et al, 2009). Selain penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al, penelitian yang dilakukan oleh Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74), menyatakan bahwa Kredibilitas endorser yang terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), keahlian (expertise) berpengaruh terhadap minat beli (purchase intention). Di Indonesia, persaingan pasar produk perawatan kulit cukup marak. Banyak produk BB cream yang menggunakan celebrity sebagai bintang iklan sebagai endorsernya. Untuk mengkomunikasikan produk terbarunya, L‟oreal Indonesia juga meluncurkan dua versi iklan Garnier BB cream yaitu dengan menggunakan celebity endorser dan typical-person endorser. Versi pertama iklan Garnier BB cream yaitu iklan dengan menggunakan celebrity endorser yaitu Pevita Pearce. Sedangkan versi kedua yaitu iklan menggunakan typical-person endorser sebagai endorser. Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER TERHADAP MINAT BELI ” (STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM). TINJAUAN PUSTAKA Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:68) , Kredibilitas sumber tersebut diukur dengan 3 dimensi yaitu daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise). Ketiga dimensi ini dimaksudkan sebagai ukuran kredibilitas sumber (source credibility). Daya tarik (Attractiveness) Menarik bukan hanya terbatas pada sesuatu yang indah atau bagus secara fisik, meskipun hal tersebut merupakan salah satu atribut penting dalam pemilihan selebriti sebagai bintang iklan. Namun, yang lebih penting adalah karakteristik seseorang yang dapat dijadikan seorang pendukung seperti kemampuan intelektual, kepribadian, kepemilikan property, gaya hidup, dan kecakapan atletis. 180
Daya tarik endorser merupakan berbagai daya tarik yang dimiliki endorser dalam berperan sebagai endorser. Menurut Sertoglu et al (2014, p.69) daya tarik adalah stereotip asosiasi positif pada orang dan tidak hanya mensyaratkan daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti kepribadian dan kemampuan atletik. Endorser yang dianggap menarik lebih cenderung untuk memimpin maksud pembelian. Daya tarik bisa menjadi pengaruh besar atas konsumen dibandingkan dengan yang kurang menarik (Sertolu et al, 2014, p.69) Kepercayaan (Trustworthiness) Kepercayan merupakan salah satu atribut penting dalam mendukung kredibilitas sumber. Tanpa adanya kepercayaan, atribut lainnya yang dimiliki oleh komunikator tidak akan efektif dalam menghasilkan perubahan sikap. Kepercayaan adalah kejujuran , integritas dan kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan (Sertoglu et al, 2014, p.69) Keahlian (Expertise) Keahlian yang dimiliki oleh endorser memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan kredibilitas endorser itu sendiri. Keahlian adalah sejauh mana endorser yang dianggap memiliki cukup pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan untuk mempromosikan produk (Sertoglu et al, 2014, p. 69). Keahlian seorang pendukung seperti seorang ahli terkadang bukan suatu hal yang penting, namun masalahnya adalah bagaimana penonton dapat mempresepsikan selebriti tersebut sebagai seorang ahli. Kepercayaan dan keahlian menunjukkan kredibilitas seseorang yang dijadikan endorser pada produk tertentu. Pengertian Endorser Endorser diartikan sebagai : “Orang – orang yang terlibat dalam penyampaian pesan, dapat secara langsung ataupun tidak langsung.” ( Bearden, Richard, Mary dalam Bruno Hasson : 2008) Pengertian Endorser yang dikemukakan oleh Shimp (2007:329) adalah “ Sebagai pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan. “ Shimp (2007) juga membagi endorser dalam 2 (dua) jenis, yaitu: a. Celebrity Endorser, adalah orang terkenal dan dapat mempengaruhi karena prestasinya. b. Typical-person Endorser, adalah orang-orang biasa yang tidak terkenal untuk mengiklankan suatu produk. Kedua jenis endorser di atas memiliki atribut dan karakteristik yang sama tetapi dibedakan hanya dalam penggunaan orang sebagai pendukungnya, apakah tokoh yang digunakan seorang tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahasan hanya terfokus pada penyampai pesan yang menggunakan celebrity endorser saja sedangkan untuk typical-person endorser dianggap konstan.
181
Pengertian Celebrity & Celebrity Endorser Menurut Shimp (2007:282) , celebrity adalah : “Orang (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena kemampuannya di suatu bidang yang dapat mendukung produk yang dipromosikannya”. Selebriti banyak sekali diminta untuk menjadi endorser dalam berbagai event marketing. Menurut Schlect dalam Khatri Puja (2006:27), celebrity adalah orang-orang yang menikmati pengakuan puBlik oleh saham besar dari kelompok orang tertentu sedangkan atribut seperti daya tarik , gaya hidup yang luar biasa hanya contoh dan karakteristik umum tertentu tidak dapat diamati meskipun dapat dikatakan bahwa dalam sesuai celebrity kelompok sosial umumnya berbeda dari norma sosial dan menikmati tingkat tinggi kesadaran masyarakat. Berkiatan dengan definisi celebrity endorser, menurut Shimp (2007:458) yang dialih bahasakan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari adalah : “Seorang aktor atau artis, entertainer atau atlet yang mana dikenal atau diketahui umum atas keberhasilannya di bidangnya masing-masing untuk mendukung sebuah produk yang diiklankan”. Non Celebrity Endorser Selain celebrity endorser, terdapat non celebrity endorser yang terbagi menjadi dua: a. Typical Person Endorser Selain celebrity endorser pemasar juga menggunakan typical-person endorser untuk mendukung iklan, dengan alasan: Typical-person endorser biasanya digunakan sebagai bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen. Typical-person dapat lebih diakrabi oleh konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri yang aktual (actual-self concept), nilai-nilai yang dianut kepribadian, gaya hidup (lifestyles), karakter demografis, dan sebagainya. (Shimp, 2007, p.468) b. Created Spokeperson Endorser Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan selebriti yang sesuai dengan image merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri " selebriti " endorser , yaitu seorang juru bicara buatan (created spokeperson). Di sana terdapat dua jenis juru bicara buatan yang dibuat organisasi ; baik orang-orang nyata memerankan peran atau animasi / peran imajiner. (Wald et al, 2009, p.103) Kerugian terbesar bila menggunakan Juru bicara buatan adalah bahwa endorser tersebut akan hanya terkenal setelah organisasi memiliki menciptakan kesadaran dan belanja iklan yang tinggi . Tom et al dalam Wald et al (2009:103) menunjukkan bahwa pemasaran profesional harus memanfaatkan endorser buatan ketika tujuan iklan adalah untuk membuat link jangka panjang antara endorser dan organisasi . Hal ini juga harus dicatat bahwa selebriti akan menjadi pilihan yang lebih baik ketika organisasi hanya tertarik dalam membangun jangka pendek tautan mengesankan. Pada penelitian ini mengacu pada penggunaan non-celebrity endorser yaitu TypycalPerson endorser. Minat Beli Assael (1998 : 41) mengemukakan bahwa Purchase Intention (minat beli ) merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang 182
berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Menurut Bearman dalam Natalia & Leonid (2013:5) tumbuhnya minat beli seseorang diakibatkan oleh unsur-unsur yangterdiri dari tiga tahapan: 1. Rangsangan, merupakan suatu syarat yang ditunjukan untuk mendorong terjadinya sesuatu tindakan atau menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. 2. Kesadaran merupakan sesuatu yang dapat memasuki pikiran seseorang dan biasanya dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri. 3. Pencarian informasi, yaitu informasi intern yang bersumber dari data pribadi konsumen itu sendiri dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya. Informasi ekstern yang diperoleh dari luar konsumen yaitu, misalnya melalui iklan ataupun sumber sosial (teman,keluarga,dan, kolega), hal ini dapat memastikan sifat yang khas dari pemilihan yang ada, yaitu konsumen membandingkan beberapa produk sejenis yang mampu memuaskannya. Model Konseptual dan Hipotesis Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep Ohanian dalam Sertoglu et al yaitu karakteristik tipe endorser yang terdiri dari Expertise, Trustworthiness dan Attractiveness sebagai ukuran seorang Endorser dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Sehingga model penelitian adalah sebagai berikut:
Attractiveness
Trustworthiness
Expertise
H1 H2
Purchase Intention H3
Gambar 1. Model Konseptual. Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli.
Attractiveness ( daya tarik) endorser terhadap minat beli Baker et al dalam Sertoglu et al (2014:68) berpendapat bahwa orang-orang yang berpendapat positif terhadap daya tarik sumber , dan sebagai hasilnya komunikator yang menarik secara fisik lebih berhasil mengubah kepercayaan, sikap dan menghasilkan niat beli. Kahle dan Homer dalam Sertolu et al (2014:68) berpedapat dalam pengunaan produk yang dapat menarik orang, selebriti dengan penampilan fisik yang baik yang cukup efektif dalam penarikan kembali produk, sikap produk, dan niat membeli. Holzwarth et al., dalam Ni dan Komang (2014:940) menyatakan bahwa, penyertaan sebuah gambar dari endorser yang menarik di situs web telah terbukti menghasilkan sikap konsumen yang menguntungkan dan niat beli yang tinggi terhadap produk.
183
Trustworthiness(kepercayaan) celebrity endorser terhadap minat beli Dalam studi yang dilakukan Atkin dan Blok dalam Sertoglu et al (2014:74) yang menggunakan sebuah iklan dengan dua versi, satu menggunakan selebriti dan lainnya selebriti buatan. Mereka menyatakan bahwa selebriti diterima lebih kompeten dan dapat dipercaya karena versi ini dianggap lebih positif dibandingkan dengan versi lain. Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74) juga menemukan bahwa tiga dimensi kredibilitas endorser(attractiveness,trustworthiness,expertise) semuanya berpengaruh positif berhubungan dengan niat beli. Expertise (keahlian) celebrity endorser dan minat beli Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:74) yang dalam studinya menganalisis dampak kredibilitas juru bicara selebriti pada niat pembelian konsumen dan menemukan bahwa terdapat hubungan antara keahlian selebriti dan niat beli. Menurut Hansudoh dalam Ni dan Komang (2014:941) keahlian berpengaruh terhadap minat beli, dimana keahlian dari seorang celebrity endorser dalam hal menyampaikan pesan dalam iklan dengan baik, dapat memunculkan niat beli seseorang yang menyaksikan iklan tersebut. Ohanian dalam Ni dan Komang (2014:941) menemukan bahwa, ketika seorang celebrity endorser mendapatkan penilaian yang tinggi dari konsumen terhadap keahlian yang dimilikinya, maka secara persuasif konsumen akan dengan mudah terbujuk untuk menghasilkan niat pembelian positif. Maka dari pertimbangan di atas terbentuklah dua tipe hipotesis: a. Hipotesisuntuk Typical-Person endorser H1a = Diduga daya tarik (Attractiveness) Typical-Person endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention). H1b = Diduga kepercayaan (Trustworthiness) Typical-Person endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention). H1c = Diduga keahlian (Expertise) Typical-Person endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention). b. Hipotesis untuk Celebrity endorser; H2a = Diduga daya tarik (Attractiveness)Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention). H2b = Diduga kepercayaan (Trustworthiness) Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention). H2c = Diduga keahlian (Expertise) Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention)
184
Metodologi Penelitian Tempat Penelitian dan Metode Pengumpulan Data Populasi adalah adalah seluruh mahasiswi Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi reguler aktif dan eksekutif aktif angkatan 2011-2012 dan bersedia untuk melihat iklan Garnier BB Cream yang ditunjukkan oleh Peneliti. Metode yang digunakan adalah convenience sampling dimana Pemilihan sampel dilakukan dengan pembagian kuisioner secara langsung kepada responden. Dengan menyebarkan kuisioner kepada responden, peneliti akan menampilkan video iklan Garnier BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser dan Celebrity Endorser. Pengambilan sampel sesuai dengan apa yang Dalam tabel yang ditulis Maholtra (2009:372) berikut ini menggambarkan beberapa sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing tipe penelitian pemasaran: Tabel 4.1 Besaran sampel penelitian Type of Study
Minimum size
Typical Range
Problem Identification Research
500
10002500
Problem-solving Research
200
300-500
Product test
200
300-500
Test Marketing Studies
200
300-500
Tv, Radio, or Print Advertising
150
200-300
Test Market Audits
10
10-20 stores
2 groups
4-12 groups
Focus Groups
Sumber : Maholtra Tipe penelitian ini adalah Tv, Radio or Print Advertising. Peneliti mengambil sampel sebanyak 150 karena berdasarkan tabel Maholtra bahwa sampel tersebut sudah cukup untuk mewakili populasi. Besaran sampel terbagi menjadi dua : 75 untuk celebrity endorser dan 75 untuk typical person endorser. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 18 item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah kuesioner yang digunakan adalah sebanyak 150 responden.
185
Dalam melakukan penelitiaan ini, metode pengumpulan data yang diperlukan yaitu : penelitian lapangan, yaitu penelitian yang langsung dilakukan dengan mengunjungi langsung objek penelitian. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner . Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala likert dengan 5 point. Jika responden sangat memahami objek penelitian maka dapat menggunakan pemakaian skala yang tertinggi. Berikut adalah pengolahan data dengan menggunakan SPSS yang menggunakan uji ANOVA dengan metode two-way yaitu untuk melihat pengaruh lebih dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi terjadi ketika pengaruh-pengaruh sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung pada tingkat (kategori) faktor-faktor lain. Apabila nilai F hitung > F tabel atau nilai sig (p-value) < 0.1 maka tolak H0 Tabel 4.2 Two-way ANOVA Indikator F Sig Interaksi Tipe Endorser dan Attractiveness
3.316
.071
Interaksi Tipe Endorser dan Trustworthiness
.809
.370
Interaksi Tipe Endorser dan Expertise
.082
.775
Operasionalisasi Variabel Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut. Attractiveness (daya tarik) Daya tarik, tidak hanya mensyaratkan daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti kepribadian dan kemampuan atletik , penulis menggunakan indikator berdasarkan dari penelitian sebelumnya tentang menguji dampak pemilihan tipe endorser oleh Sertoglu et al (2014). Sertoglu et al membagi 5 indikator yang digunakan untuk Attractivenes (daya tarik) adalah : Attractive, Classy, Beautiful, Elegant, Sexy. Trustworthiness (kepercayaan) Kejujuran , integritas dan kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan. (Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator yang digunakan untuk trustworthiness yaitu : Dependable, Honest, Reliable, Sincere, Trustworthy. 186
Expertise (keahlian) Expertise adalah sejauh mana endorser dianggap memiliki cukup pengetahuan , pengalaman atau keterampilan untuk mempromosikan produk. (Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator yang digunakan : Expert, Experienced, Knowledgeable, Qualified, Skilled. Minat Beli Menurut pengertian yang disampaikan dalam Sertoglu et al (2014) minat beli adalah instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian dengan melalui tahap perancanaan, mengambil tindakan – tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemarkasa), merekomendasikan (influencer), memilih dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Sertoglu et al membagi 3 indikator dari minat beli : Intention, Recommendation, Willingness. Pelaksanaan Administrasi Survei Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 150, dan yang dapat diolah lebih lanjut berjumlah 150. Kuisioner dibagikan kepada mahasiswi reguler aktif dan eksekutif aktif angkatan 2011 dan 2012 yang sedang berada di ruangan kelas di Universitas Esa Unggul. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi responden langsung, kemudian peneliti menampilkan video iklan Garnier BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser (kuisioner diisi oleh 75 responden) dan Celebrity Endorser kepada para responden (kuisioner diisi oleh 75 responden) . Waktu rata-rata yang diperlukan oleh responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner adalah 10 menit. Penyiapan Data Data valid yang diperoleh dari penyebaran kuesioner tidak dapat diolah secara langsung. Untuk dapat diolah maka dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) memberikan nomor urut setiap kuesioner, (2) pembuatan kode jawaban untuk setiap pertanyaan dalam kuesioner, (3) memasukkan data ke dalam program Microsoft Excell, dan (4) menyusun data siap olah. Metode Deskriptif dilakukan untuk membantu menjawab perumusan masalah 1 – 3. Metode deskriptif dilakukan dengan cara menghitung Nilai Rata-rata responden untuk jawaban Attractiveness, Trustworthiness dan Expertise. Kemudian dilakukan Pengelompokkan Responden responden terhadap masing-masing variabel tersebut. Sebagai ilustrasi untuk Attractiveness : Nilai Maksimum dari jawaban responden = 5 Nilai Minimum dari jawaban responden = 1 Range = 5 – 1 = 4 Kategori = 3 (Atrratctive, Biasa Saja, Tidak Attractive) Maka jarak antar Kelas =
187
Tabel 3. Pengelompokkan jawaban responden untuk Attractiveness Kelas
Nilai Ratarata jawaban
Kelompok
1
1 - 2.32
Tidak Attractive
2
2.33 - 3.65
Biasa Saja
3
3.66 - 5
Attractive
Dalam menentukan pengaruh lebih dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi terjadi ketika pengaruh-pengaruh sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung pada tingkat (kategori) faktor-faktor lain. (Maholtra, 2009, 369) Analisis Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan two-way ANOVA. Pada hasil analisis validitas butir indikator menyatakan bahwa terdapat 18 pertanyaan dengan n = 20 yang valid karena nilai r hitung > dari r tabel ( > 0,444 ), sehingga semua butir pertanyaan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur. Tabel 4 Uji Validitas Endorser terhadap Minat Beli Garnier BB Cream N o
1
2
3
4
Variabel
Nomor Pertanyaan
Attractiv 1.attractive eness 2. classy (X1) 3.beautiful 4.elegant 5.sexy Trustwo 6.dependable rthyness 7.honest (X2) 8.sincere 9.reliable 10.trustworthy Expertis 11.expert e (X3) 12.experienced 13.knowledgeable 14.qualified 15.skilled Minat 16.intention Beli (Y) 17.recommenda
Hasil Korela si
Keteran gan
0.796 0.933 0.821 0.732 0.669 0.626 0.737 0.603 0.709 0.810 0.917 0.814 0.918
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.834 0.446 0.960 0.874
Valid Valid Valid Valid 188
-tion 18.willingness
0.961
Valid
Statistik Deskriptif Tabel 6 Statistik Deskriptif Attractiveness Tipe Endorser Typical Person
Celebrity
Total
Attractiveness Tidak Attractive Biasa Saja Attractive Total Biasa Saja Attractive Total Tidak Attractive Biasa Saja Attractive Total
Mean 2.3333 3.1006 3.7500 3.2533 3.3846 3.5538 3.5244 2.3333 3.1566 3.6016 3.3889
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang mendominasi minat beli responden adalah daya tarik (attractiveness) endorser tipe Typical person (M=3.7500) Tabel 7 Statistik Deskriptif Trustworthiness Tipe Endorser Typical Person Celebrity
Total
Attractiveness Biasa Saja Trustworthy Total Biasa Saja Trustworthy Total Biasa Saja Trustworthy Total
Mean 3.1159 3.4713 3.2533 3.2083 3.7597 3.5244 3.1538 3.6435 3.3889
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang mendominasi minat beli responden adalah kepercayaan (trustworthiness) endorser tipe Celebrity (M=3.7597)
189
Tabel 5.2.3 Statistik Deskriptif Expertise Tipe Endorser Typical Person
Celebrity
Total
Attractiveness
Mean
Tidak Expert Biasa Saja Expert Total Biasa Saja Expert Total Tidak Expert Biasa Saja Expert Total
3.7083 3.0808 3.3137 3.2533 3.2982 3.6012 3.5244 3.7083 3.1603 3.4926 3.3889
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang mendominasi minat beli responden adalah keahlian (expertise) endorser tipe Celebrity (M=3.6012) Analisis Two Way Anova 1. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Attractiveness terhadap variabel Minat Beli. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Salman Pakaya (2013), Sugiarto (2012), Ni Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh attractiveness terhadap minat beli. Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh attractiveness terhadap minat beli. Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser Credibility on the Consumer’s Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga menyatakan bahwa attractiveness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka semakin attractive (menarik) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen. Hasil uji Anova tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Attractiveness memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan bahwa Tipe Endorser ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini membuktikan tidak adanya perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. 2. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Trustworthiness terhadap variabel Minat Beli. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh trustworthiness (kepercayaan) terhadap minat beli. Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh trustworthiness terhadap minat beli. 190
Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser Credibility on the Consumer’s Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga menyatakan bahwa trustworthiness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka semakin trustworthy (terpercaya) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Trustworthy memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan bahwa Tipe Endorser ternyata memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat perbedaan Trustworthy (kepercayaan) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. 3. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Expertise terhadap variabel Minat Beli. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh Expertise (keahlian) terhadap minat beli. Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh expertise terhadap minat beli. Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser Credibility on the Consumer’s Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga menyatakan bahwa expertise mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka semakin expert (ahli) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Expertise memiliki Minat beli yang berbeda pula. Tipe Endorser ternyata memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya perbedaan minat beli antara Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat perbedaan expertise (keahlian) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Penelitian Berdasarkan penelitian “ Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli” pada mahasiswi di Universitas Esa Unggul, maka telah diperoleh kesimpulan. 1. Terdapat interaksi antara attractiveness dan tipe endorser pada minat beli konsumen. Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0,071 < 0,1 maka H1 diterima. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity dipengaruhi oleh tingkat attractiveness. 2.
Tidak terdapat interaksi antara trustworthiness dan tipe endorser pada minat beli konsumen. Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.370 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity tidak dipengaruhi oleh tingkat trustworthiness. 191
3. Tidak terdapat interaksi antara expertise dan tipe endorser pada minat beli konsumen. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity tidak dipengaruhi oleh tingkat expertise. 4. Ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu : attractiveness, trustworthiness, dan expertise mempengaruhi minat beli. Tetapi pada variabel trustworthiness dan expertise tipe endorser tidak mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel attractiveness, tipe endorser mempengaruhi minat beli. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka diajukan saran-saran yaitu sebagai berikut : 1. Saran untuk perusahaan (PT L‟oreal Indonesia) a. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan tidak mengutamakan apakah sosok endorser berasal dari tipe Typical-person atau Celebrity tetapi lebih mempertimbangkan attractiveness, trustworthiness, expertise endorser dalam menyampaikan pesan produk dalam sebuah iklan sehingga dapat meyakinkan konsumen tentang manfaat dari produk dan menambah kepercayaan produk, yang pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen. b. Kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen. Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.775 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity tidak dipengaruhi oleh tingkat expertise. 2. Saran untuk penelitian selanjutnya: a. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan mengambil sampel masyarakat umum agar penelitian yang dilakukan lebih konkrit dan lengkap. b. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa yang mempengaruhi minat beli konsumen Terima Kasih Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaannya. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya. Dosen Pembimbing saya Ibu Rina Anindita, SE, MM. Ketua Program Studi saya Bapak Drs. Sugiyanto , MM, serta Dekan Fakultas Universitas Esa Unggul Dr. MF. Arozzi, SE., M.si., Akt, CIA serta teman-teman Fakultas Ekonomi 2011. Terima kasih atas dukungan serta doanya.
Daftar Pustaka Ajeng, P. H. (2008). Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser Dan TypicalPerson Endorser Iklan Televisi Dan Hubungannya Dengan Brand Image Produk. Bisnis dan Manajemen , 2-18. Assael, H. (1998). Consumer Behavior & Marketing Action. 6 edition. International Edition. New York: International Thomson Publishing. 192
Basu, S., & Irawan. (2002). Manajemen Pemasaran Modern.Cetakan 13. Yogyakarta: Liberty. Fandy, T. (2004). Strategi Pemasaran. Edisi 2. Yogyakarta: Andi. Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2008). Business.8 Edition. New Jersey: Prentice Hall. Gunarsa, & Yulia, S. (2005). Psikologis Praktisi Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia Sab'atun. Hasson, B. (2008). Fashion Branding: 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM Fashion. Jakarta: Gramedia. Hasyim, & Rina, A. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta: UIEU-University Press. Khatri, P. (2006). Celebrity Endorsement: A Strategic Promotion Perspective. Indian Media Studies Journal. Vol.1. No. 1 . Kotler, P. (2000). Marketing Management.Millenium Edition. New Jersey: Prentice Hall International Inc. Kotler, P. (1995). Marketing Management: An Asian Perspectif. New Jersey: Prentice Hall Inc. Kotler, P., & Keller, K. L. (2007). 12 edition. Dalam E. Terjemahan, Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Indeks. Kussudyarsana. (2004). Fenomen Selebritas Sebagai Model Iklan Dari Sudut Pandang Sumber Pesan. Jurnal Benefit. Vol. 8 No.2. UMS Surakarta . Lamb, H. M. (2001). Pemasaran.Buku 1. Jakarta: PT Salemba Emban Raya. M, S. (2005). Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi. Maholtra, N. K. (2009). In Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan. Ed Bahasa Indonesia, Ed 4 (jilid ke-1). Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Maria, A. R. (2002). Dasar-dasar Public Relation. Jakarta: Grafindo. Moh, A. (1991). Psikologi Industri. Edisi 4. Yogyakarta: Liberti. Morrissan. (2007). Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Tanggerang: Ramafina Prakarsa Taman. Natalia, S., & Leonid, J. (2013). Analisa Credibility Celebrity Endorser Model: Sikap Audience Terhadap Iklan Merek Serta Pengarhnya Pada Minat Beli "Top Coffee". Jurnal Manajemen Pemasaran . 193
Ni Md Mahadewi, I., & Komang Agus Satria, P. (2014). Pengaruh Kredibilitas Celebrity Endorser Dan Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Wanita Pada Online Shop Produk Pakaian. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana . Renald, K. (1992). Manajemen periklanan dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama. Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2004). Consumer Behavior Seventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Sertoglu, A. E., Catli, O., & Korkmaz, S. (2014). Examining the Effect of Endorser Credibility on the Consumers' Buying Intentions: An Empirical Study in Turkey. International Review of Management and Marketing , 66-77. Shimp, T. A. (2007). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Sri, K. (2007). Analisis Pengaruh Dead Endorser Terhadap Brand Personality Pada Iklan Kompas Di Televisi. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.14 No.1. Yogyakarta. Sutisna. (2003). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Waldt, V. D., Loggerenberg, M. V., & Weluneyer, L. (2009). Celebrity Endorsements Versus Created Spokepersons In Advertising: A Survey Among Students. Departement of Marketing and Communication Management, University of Pretoria , 100-114.
194
PERANAN UNIT KERJA TELLER BCA KCU PASAR BARU DALAM TERCIPTANYA KETERIKATAN NASABAH
Stephanus Taniadi Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Tingkat persaingan di dalam dunia perbankan sekarang ini menjadi semakin ketat karena banyaknya jumlah bank di Indonesia. Untuk menghadapi persaingan ini, bank dituntut untuk mampu menjadi Relationship Banking. Relationship Banking mengharuskan bank untuk membina hubungan seerat mungkin dengan para nasabahnya. Lini frontliner, khusunya teller, harus mampu menciptakan hubungan yang seerat mungkin dengan nasabah sehingga tercipta keterikatan antara bank dan nasabah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien interaksi yang dibangun oleh unit kerja teller kepada nasabah dalam rangka membentuk keterikatan antara nasabah dengan bank. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji ANOVA, dan uji structural equation model (SEM). Dimana diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh teller kepada nasabah berhasil menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya. Namun, interaksi para teller belum tentu dapat membuat hubungan antara nasabah dengan bank menjadi terikat satu sama lain. Selain itu, kepuasan yang dirasakan oleh para nasabah juga tidak menjamin nasabah memiliki hubungan keterikatan dengan bank, mungkin terdapat faktor lainnya yang dapat membuat nasabah terikat dengan bank. Kata kunci : Interaksi Pelanggan, Kepuasan Pelanggan, Keterikatan Nasabah PENDAHULUAN Krisis moneter yang sempat melanda Indonesia juga berimbas besar kepada dunia perbankan Indonesia. Banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan banyak pula sampai harus menutup banknya. Pasca krisis moneter jumlah bank di Indonesia terus menerus bertambah seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi karena mulai pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap jasa bank. Banyaknya bank di Indonesia, membuat persaingan di dalam dunia perbankan Indonesia semakin ketat. Setiap bank berusaha untuk memperkuat posisinya untuk menjadi pemain utama di dunia perbankan Indonesia, baik dari segi produk, segi penyelesaian pembayaran maupun dari segi penyaluran kredit. Setiap bank juga berlomba - lomba berusaha untuk meningkatkan layanan mereka kepada nasabah sehingga nasabah merasakan kenyamanan dan keamanan dalam melakukan transaksi. Apabila sebuah bank tidak dapat memberikan pelayanan yang baik kepada nasabahnya, bank tersebut harus siap – siap akan ditinggalkan oleh 195
nasabahnya untuk beralih ke bank lainnya yang dianggap lebih memberikan solusi bagi nasabah tersebut. Pemberian pelayanan sebuah bank salah satunya melalui lini frontliner. Pekerja front liner dalam bank terdiri dari Teller, Customer Service, Duty Officer, dan Security. Lini frontliner ini merupakan ujung tombak dalam sebuah bank, khususnya unit kerja teller. Teller bukan hanya bertugas untuk menyelesaikan transaksi keuangan nasabah, teller juga dapat menjadi perantara bank untuk menyampaikan informasi – informasi terbaru dan juga dapat menyalurkan keluhan – keluhan nasabah yang dapat menjadi bahan evaluasi sebuah bank. Bank Central Asia (BCA) merupakan salah satu bank swasta serta bank transaksional terbesar yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu bank yang besar, BCA menyadari bahwa tidaklah cukup hanya menjadi bank transaksional tetapi juga perlu mengembangkan keunggulan kompetitif dalam bentuk relationship banking. Menjadi relationship banking berarti mengharuskan BCA untuk memiliki hubungan seerat mungkin dengan nasabah – nasabahnya, dan lini frontliner, khususnya teller, disini mulai melakukan peranannya sebagai penyalur keinginan dari BCA. Hal ini terbukti dari adanya budaya pelayanan yang dimiliki oleh BCA untuk memuaskan para nasabahnya, yang disebut SMART (Sigap Menarik Antusias Ramah Teliti). SMART yang menjadi dasar perilaku BCA kemudian dikembangkan menjadi SMART SOLUTION (Sigap Menarik Antusias Ramah Teliti Simak Open mind Lengkapi Telling solution Inisiatif On time). Budaya service dan relationship yang lebih berpusat kepada nasabah. Teller dituntut untuk menciptakan interaksi kepada nasabah, dengan tujuan nasabah tersebut merasa aman serta nyaman sehingga yang pada akhir nya tercipta keterikatan (engagement) antara nasabah dan BCA. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru terhadap nasabah. 2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan nasabah BCA KCU Pasar Baru. 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru dalam terciptanya keterikatan nasabah. TINJAUAN PUSTAKA 1. Interaksi Pelanggan Bagi Thibaut dalam Haryanto (2011), Interaksi sendiri didefinisikan sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Hal yang hampir serupa juga dikatakan oleh Shaw dalam Haryanto (2011), yang mengatakan interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing – masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing – masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Sementara itu menurut Rambat (2006), pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut. Dapat disimpulkan bahwa interaksi pelanggan adalah hubungan yang terjadi antara organisasi atau perusahaan dengan individu membayar dan menggunakan produk atau jasa tersebut, yang saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain. 196
Terdapat empat tahapan di dalam interaksi pelanggan yang dirancang untuk memastikan bisnis proses perusahaan dapat membentuk pengalaman pelanggan yang baik : 1. Initiation Manajemen secara aktif menerima pelanggan baru dan memulai hubungan dengan pelanggan tersebut. 2. Integration Setelah tahapan initiation selesai, selanjutnya manajemen aktif dan menafsirkan produk atau jasa. Tujuan utama pada tahapan integrasi ini adalah membangun keunggulan operasional. 3. Kecerdasan (Intelligence) Manajemen mengumpulkan seluruh pengalaman yang terjadi pada tahapan initiation dan integrasi untuk dijadikan landasan untuk menetapkan langkah selanjutnya yang harus dilakukan perusahaan dengan tujuan jangka panjang pelanggan. 4. Menciptakan Nilai (Value Creation) Manajemen aktif mengembangkan hubungan dengan pelanggan untuk menjadikan pelanggan sebagai bagian tak terpisahkan. 2. Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler (2008), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai berikut perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan – harapannya. Sedangkan menurut Fandy (2006), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Sementara, untuk mengukur kepuasan konsumen atas jasa yang dikonsumsi menurut Christian (1990), ada enam cara, yaitu sebagai berikut : 1. Keahlian dan Keterampilan (Profesionalism and Skills) Konsumen menyadari bahwa reputasi dan pelayanan, sistem operasional dan sumber fisik memiliki pengetahuan dan keahlian untuk menyelesaikan masalah mereka secara profesional. 2. Sikap dan Tingkah Laku (Attitudes and Behaviour) Konsumen merasa bahwa pelayanan jasa (orang yang berhubungan langsung) memperhatikan mereka dan berminat dalam penyelesaian masalah secara ramah dan sopan. 3. Mudah Disesuaikan (Accesibility and Flexibility) Operasi, pelayanan jasa dan sistem operasional sebaikya dijalankan dengan cara yang fleksibel sesuai permintaan dan pengharapan konsumen. 4. Menepati Janji (Reliability and Trustworthiness) Konsumen mengetahui bahwa dimanapun tempatnya mereka untuk dapat bergantung pada penyediaan jasa, pelayanan, sistem agar menepati janji. 5. Segera Mengambil Kendali (Recover) Konsumen menyadri bahwa bagaimanapun sesuatu yang tidak terprediksi atau tidak dapat diperkirakan, penyedia jasa akan secara spontan dan aktif mengambil tindakan dalam mengendalikan situasi dan mencari solusi baru yang dapat diterima kedua belah pihak. 6. Dapat Dipercaya (Reputation and Credibility) 197
Konsumen percaya bahwa operasi dan penyedia jasa dapat dipercaya dan dapat memberikan nilai baik material maupun spiritual dan hal ini adalah hasil dari suatu performa yang baik yang dapat diberikan kepada konsumen dan juga kepada penyedia jasa. 3. Keterikatan Nasabah Roberts (2010) mendefinisikan Customer engagement adalah pelanggan yang loyal terhadap produk perusahaan dan secara aktif merekomendasikan produk dan pelayanan perusahaan kepada orang lain. Sedangkan Hans (2012) mengatakan customer engagement adalah sebuah proses melibatkan customer dengan berinteraksi dengan mereka di dalam sebuah dialog dan pengalaman untuk mendukung customer secara optimal yang mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan pembelian. Keterlibatan terdiri dari hal – hal seperti mendengarkan, mengerti dan berinteraksi secara individual. Dialog secara individual, dengan waktu yang tepat, dan saluran yang tepat serta pesan yang tepat : konten dan konteks menjadi penting, sangat dibutuhkan dalam customer engagement. Untuk mengukur engagement pada dasarnya harus dilakukan dalam konteks strategi perusahaan dan customer itu sendiri, dimana perilaku yang dipercayai oleh sebuah perusahaan akan membentuk dan mengikat customer. Kunci utama untuk mempertahankan profit di masa depan tidaklah semudah dengan menjaga customer, melainkan harus memperdalam hubungan dengan mereka dan mengikat mereka sebagai suatu usaha yang paling penting. Namun, ada empat dimensi kunci yang mendasari keterlibatan emosional customer dengan organisasi dimana masing – masing dimensi mewakili aktifitas spesifik dari kebutuhan emosional customer. Model ini digambarkan dalam sebuah piramida yang menggambarkan urutan dimensi dari sebuah customer engagement. Dimensi pertama adalah confidence. Hal ini berkaitan dengan apakah sebuah organisasi dapat dipercaya atau tidak karena kepercayaan diri menjadi fondasi level yang lebih tinggi dari keterlibatan emosional yang hendak dibangun. Tahap ini melingkupi kemampuan perusahaan untuk menyampaikan pesan secara terpercaya dan tetap memegang janji. Dimensi kedua adalah integrity. Integritas adalah melakukan sesuatu yang benar. Jika terjadi sebuah kesalahan atau masalah, perusahaan mampu mengubah kesalahan menjadi kesempatan. Selalu memperlakukan dan memberikan solusi – solusi kepada customer dengan adil. Dimensi ketiga adalah pride, customer akan lebih merasa bangga bukan karena asosiasinya dengan perusahaan yang menjadi konten, namun lebih kepada apa yang dikatakan kepada mereka adalah benar – benar “mereka”. Dimensi ini merujuk pada perlakuan customer secara hormat, perasaan bangga menjadi customer sebuah produk atau jasa atau perusahaan, dan rasa prestisius mengenai sebuah produk, jasa, atau perusahaan tertentu. Dimensi yang terakhir adalah passion, seorang passionate customer akan menggambarkan hubungan mereka sebagai sesuatu yang tak tergantikan (iireplaceable) dan sebagai pasangan yang cocok (a prefect fit).
198
Gambar 1 Dimensi Emosional Customer
4. Hipotesis Dalam penelitian ini jelas membahas hubungan interaksi yang terjadi diantara dua kelompok, yaitu nasabah dan juga bank. Nasabah dan bank mencoba untuk melakukan komunikasi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai hasil yang menguntungkan satu sama lainnya. Bentuk interaksi nyata yang dilakukan oleh bank kepada nasabahnya yaitu dari segi pelayanan. Bank berusaha untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya agar mencapai kepuasan yang maksimal pada nasabahnya.Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Feronika Handayani, Institut Pertanian Bogor, 2006, yang bertema “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank BNI Di Kota Bogor”, hasil akhirnya diketahui bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah terhadap pelayanan adalah keamanan, fasilitas yang diperoleh, lama pelayanan, keramahan, kesigapan, dan penampilan petugas, sistem antrian. H1 : Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Customer engagement merupakan puncak dari hubungan antara perusahaan dengan customer atau nasabahnya. Hubungan kedekatan yang terjalin sudah menjangkau pada tingkat kedekatan batin dan berjangka waktu panjang. Bank harus dapat memahami nasabah yang berarti siap secara konsisten mengembangkan produk serta pelayanannya yang berdasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, keinginan dan harapan konsumen. Dalam pencapaiannya, diperlukan interaksi yang terjalin antara bank dengan nasabahnya agar bank dapat mengetahui apa saja yang diinginkan oleh para nasabahnya, salah satunya yaitu melalui pelayanan dari para pekerja frontliner bank, khususnya unit kerja teller. Salah satu penelitian telah coba dilakukan oleh Fani Stiyanti, Universitas Indonesia, 2012, yang berjudul “Pengaruh Iklim Layanan dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas”. Melalui beberapa uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini, ditariklah beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut. Yang pertama, Diketahui bahwa iklim layanan memiliki hubungan terhadap customer engagement. Kedua, variabel pelayanan prima SDM memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap customer engagement. Ketiga, iklim layanan dan pelayanan prima SDM memiliki pengaruh yang positif dan kuat terhadap customer engagement, sehingga menimbulkan perubahan yang searah. Pengaruh pelayanan prima SDM lebih kuat dibandingkan dengan iklim layanan. 199
H2 : Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru.
Nasabah yang loyal akan membawa banyak sekali manfaat bagi bank. Untuk mencapai hal tersebut salah satu upaya yang diusahakan oleh bank yaitu dari segi pelayanan frontlinernya, khususnya unit kerja teller, yang berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik hingga mencapai kepuasan konsumen. Namun, melayani nasabah tidak berhenti pada konsep kepuasan konsumen semata, karena terdapat banyak pesaing yang mampu memberikan kepuasan juga kepada nasabah. Nasabah yang puas ternyata tidak serta merta menjadi nasabah yang loyal. Nasabah yang menyatakan diri puas bisa saja dengan mudahnya berpindah pada produk atau jasa dari bank lain yang dinilai memiliki kualitas yang sama. Pada level ini, relationship yang terbangun sudah merupakan campuran antara aspek rasional dan emosional. Kualitas hubungan sudah menjangkau pada tingkat kedekatan batin dan berdimensi jangka panjang. Pada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan loyalitas nasabah telah coba dilakukan oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma, 2009, dengan judul “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah”. Di dalam penelitian tersebut variabel independen yang diteliti ada dua, yaitu nilai (pelayanan, hadiah, produk, bunga), dan teknologi. Sedangkan variabel dependennya yaitu kepuasan nasabah bank dan loyalitas nasabah. Dari hasil uji regresi yang telah dilakukan menghasilkan faktor teknologi yang disediakan oleh bank yang memiliki pengauh besar terhadap kepuasan nasabah dengan standar koefisien sebesar 0,230 dan bernilai lebih besar dibandingkan variabel nilai sebesar 0,181. Sementara itu, variabel loyalitas yang menjadi variabel dependent mempunyai hubungan yang siginfikan dengan variabel kepuasan nasabah dilihat dari hasil uji regresi yang menghasilkan standar koefisien sebesar 0,492. Namun, variabel independent yang terdiri dari variabel nilai dan variabel teknologi tidak berpengaruh langsung terhadap loyalitas nasabah melainkan berpengaruh terhadap kepuasan nasabah. H3 : Semakin puas nasabah maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Bank Central Asia (BCA) Kantor Cabang Utama Pasar Baru, jalan K.H. Samanhudi no.8, Jakarta Pusat. 2. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan populasi adalah nasabah - nasabah yang berinteraksi langsung dengan unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru, yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Pengambilan sampel disesuaikan dengan banyaknya jumlah item pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n x 5 observasi. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 22 item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah kuisioner yang digunakan adalah minimal sebanyak 110 responden namun kuesioner yang dibagikan kepada nasabahg yang berinteraksi langsung dengan teller BCA KCU Pasar Baru sebenarnya sebanyak 117 responden.
200
3. Definisi Operasional Variabel Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut. Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut :
Tabel 1 Definisi operasional variabel Nama Variabel Konstruk
Interaksi (Customer Engagement Strategies, Inc, 2006)
Kepuasan Nasabah (Christian Gronroos, 1990)
Indikator (Variabel Terukur) 1. Teller memberikan nasabah senyuman terbaik selama melayani. 2. Teller menanggapi pertanyaan dari nasabah dengan baik. 3. Teller berada dalam keadaan siap untuk melayani nasabah. 4. Teller semangat dalam melayani nasabah 5. Teller memberikan penjelasan yang mudah dipahami 6. Teller menangani masalah nasabah dengan cepat
1. Teller memberikan layanan yang profesional. 2. Teller menyelesaikan transaksi dengan teliti. 3. Teller tulus dalam membantu nasabah. 4. Teller melayani nasabah dengan ramah. 5. Layanan teller sesuai dengan harapan nasabah. 6. Layanan teller sesuai dengan standar layanan BCA, yaitu SMART SOLUTION. 7. Teller memberikan solusi yang tepat bagi nasabah. 8. Teller dapat dipercaya sebagai penyedia layanan yang baik.
Ukuran
Skala 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju
Skala 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju
201
Keterikatan Nasabah (Fani Stiyanti, 2012)
5. Tingkat kepercayaan nasabah kepada teller sangat tinggi 6. Nasabah selalu ingat terhadap teller. 7. Teller memberikan pelayanan yang sungguh – sungguh kepada nasabah. 8. Teller memperlakukan nasabah dengan hormat. 9. Teller membuat nasabah bangga menjadi nasabah 10. BCA KCU Pasar Baru menjadi bank pilihan utama bagi nasabah. 11. Teller merupakan yang terbaik bagi nasabah. 12. Nasabah akan merekomendasikan kepada rekan kerja.
Skala 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju
9. Analisis Structural Equation Model Analisis statistik ini digunakan untuk mengestimasi beberapa regresi yang terpisah tapi saling berhubungan secara bersamaan (simultaneously). Berbeda dengan analisis regresi, dalam SEM bisa terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel dependen ini bisa menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain. Uji SEM adalah sebuah teknik statistik multivariat yang menggabungkan aspek-aspek dalam regresi berganda (yang bertujuan untuk menguji hubungan dependen) dan analisis faktor (yang menyajikan unmeasured concepts factors with multiple variables) yang dapat digunakan untuk memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling mempengaruhi secara bersamasama. Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM yaitu : 1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Merupakan suatu model kausal atau sebab akibat yang menyatakan hubungan antar dimensi atau variabel. 2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang dibentuk berdasarkan dasar teori. Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang diujinya. 3. Membagi path diagram tersebut menjadi satu set dari model pengukuran (measurement model) dan model struktrural (structural model). 4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan. Perbedaan SEM dengan teknik multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimisinya. SEM hanya menggunakan matrik varian / kovarian atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan. 5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk menentukan model yang dispesifikasikan bukan model yang under-indentified atau unidentified. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini : 1) Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar. 2) Program ini mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan. 202
3) Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif. 4) Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat (Misalnya lebih dari 0,9). 6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit seabagai berikut : a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbadingan 5 observasi untuk setiap parameter estimate b. Normalitas dan linearitas c. Outliers d. Multicolinierity dan singularity 7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.
10. Model Penelitian
Gambar 2 Model Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengujian Validitas Faktor Sesuai rekomendasi dari Hair et al (1998) bahwa variabel pengamatan yang layak digunakan sebagai indikator terhadap konstruk atau variabel latennya haruslah memiliki muatan faktor yang lebih besar dari 0,5 sehingga model yang digunakan mempunyai kecocokan yang baik, selain itu nilai-t muatan faktornya harus lebih besar daripada nilai kritis (>1,96). Pada awalnya variabel interaksi memiliki 6 indikator, variabel kepuasan pelanggan 8 indikator, dan variabel keterikatan nasabah terdapat 8 indikator. Berikut hasil akhir dari analisis validitas indikator konstruk penelitian.
203
Tabel 2 Hasil Pengukuran Validitas Indikator Order Construct Indikator
Loading Factor
Nilai t
Keterangan
INT1
0,63
6,61
Digunakan
INT2
0,49
4,85
Tidak Digunakan
0,47
4,63
Tidak Digunakan
0,52
5,29
Digunakan
INT5
0,59
6,14
Digunakan
INT6
0,37
3,64
Tidak Digunakan
SAT1
0,46
4,67
Tidak Digunakan
SAT2
0,38
3,81
Tidak Digunakan
SAT3
0,42
4,34
Tidak Digunakan
0,59
6,30
Digunakan
0,55
5,77
Digunakan
SAT6
0,47
4,78
Tidak Digunakan
SAT7
0,53
5,64
Digunakan
SAT8
0,46
4,70
Tidak Digunakan
CE1
0,53
5,58
Digunakan
CE2
0,46
4,75
Tidak Digunakan
CE3
0,56
5,96
Digunakan
0,65
7,19
Digunakan
0,58
6,23
Digunakan
CE6
0,58
6,28
Digunakan
CE7
0,56
6,02
Digunakan
CE8
0,58
6,27
Digunakan
INT3 INT4
SAT4 SAT5
CE4 CE5
Konstruk
Interaksi Pelanggan
Kepuasan Nasabah
Keterikatan Nasabah
2. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk Menurut Bagozi (1988) syarat reliabilitas yang baik adalah memiliki construct reliability > 0,6 dan variance extracted > 0,5. Ghozali (2005) menambahkan bahwa syarat reliabilitas dapat dilihat dari salah satu metode saja. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa konstruk interaksi (INT) dan keterikatan nasabah (CE) memiliki reliabilitas yang baik diatas dari 0,6, sedangkan pada konstruk kepuasan pelanggan (SAT) secara statistik memang tidak 204
memenuhi syarat reliabilitas namun penting secara teori jadi tetap disertakan didalam penelitian. Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk Indikator
Std.Loading
Error
INT1 INT4 INT5 SAT4 SAT5 SAT7 CE1 CE3 CE4 CE5 CE6 CE7 CE8
0,75 0,46 0,65 0,57 0,54 0,47 0,51 0,51 0,63 0,57 0,60 0,57 0,60
0,44 0,79 0,58 0,67 0,71 0,78 0,74 0,74 0,61 0,67 0,64 0,68 0,64
Construct Reliability
Variance Extracted
0,7
0,40
0,5
0,28
0,8
0,33
3. Analisis Model Struktural Tabel 4 Persamaan Model Struktural No.
Persamaan SAT = 0.69*INT, Errorvar.= 0.023 , R² = 0.63
1
(0.22)
(0.015)
3.15
1.50
CE = 5.52*SAT - 2.00*INT, Errorvar.= 0.038, R² = 0.96 2
(2.87)
(2.05)
(0.32)
1.92
-0.97
0.12
Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing persamaan. Nilai R2 ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing variabel independent mampu menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil tersebut dapat dianalisis sebagai berikut : 3) Interaksi pelanggan mempengaruhi kepuasan nasabah mempunyai R2 = 0,63. Hal ini berarti 63% varian dalam kepuasan nasabah dapat dipengaruhi oleh interaksi pelanggan, sedangkan 37% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. 4) Kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan secara bersama – sama mempengaruhi keterikatan nasabah mempunyai R2 = 0,96 atau 96% varian keterikatan nasabah dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan nasabah dan interaksi, sedangkan 4% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan.
205
4. Analisis Goodness of Fit Tabel 5 Analisa Goodness of fit Group
Indicator
Cut of Value
Degree of Freedom
1
Chi-square
3
4
5 6 7
Tingkat Kecocokan
61 Nilai yang kecil
NCP
2
Value
72,02
Baik
11,02
P RMSEA P Value ECVI Model ECVI Saturated ECVI Independence
p> 0,05 RMSEA ≥ 0,08 p ≥ 0,05
AIC Model AIC Saturated AIC Independence CAIC Model CAIC Saturated CAIC Independence NFI CFI NNFI IFI RFI PNFI Critical N Standardized RMR GFI AGFI PGFI
AIC Model dekat dengan AIC Saturated CAIC Model dekat dengan CAIC Saturated NFI ≥ 0,90 CFI ≥ 0,90 NNFI ≥ 0,90 IFI ≥ 0,90 RFI ≥ 0,90 Nilai Tinggi CN ≥ 200 RMR ≤ 0,05 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 PGFI ≥ 0,50
ECVI Model dekat dengan ECVI Saturated
0,16 0,039 0,67 1,14 1,57 3,66 132,02 182 424,86 244,88 524,36 473,77 0.81 0.96 0.94 0.96 0.76 0.64 139,67 0.067 0.91 0.87 0.61
Close Fit Baik Baik
Baik
Kurang Baik Marginal Fit Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Marginal Fit Baik
Pengujian 1 : Statistic Chi-Square Chi Square (61) = 72,02, (p = 0,16) menunjukan kecocokan yang mencukupi, karena nilai Chi Square nya kecil 72,02/61 = 1,18. NCP = 11,02 bernilai kecil, menunjukkan kecocokan yang mencukupi. Pengujian 2 : Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) RMSEA = 0,039 (< 0,05) menunjukkan close fit. P-value for test of close fit (RMSEA ≥ 0,05) = 0,67, kecocokan keseluruhan model baik. Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI) ECVI model (1,14) dibandingkan dengan ECVI saturated model (1,57) dan ECVI independence model (3,66). ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model 206
dan jauh dari ECVI independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati saturated daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,04 sampai 1,36, maka diperoleh kecocokan yang baik. Pengujian 4 : Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike Information Creterion (CAIC) AIC model (132,02) dibandingkan dengan AIC saturated model (182) dan AIC independence model (424,86). AIC model dekat dengan AIC saturated model dan jauh dari AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik. CAIC model (244,88) jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (524,36) dan juga lebih besar dari CAIC independence (473,77), maka menunjukkan kecocokan yang tidak baik. Pengujian 5 : Fit Index Normed fit index (NFI) = 0,81 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit. CFI = 0,96 (lebih besar dari 0,90) menunjukkan model yang sesuai. Tucker-Lewis Index atau Non normed fit index (NNFI) = 0,94 (diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Incremental Fit Index (IFI) = 0,96 (diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Relative Fit Index (RFI) = 0.76 menunjukkan kurang baik dan Comparative Fit Index (CFI) = 0,96 menunjukkan good-fit. Parsimonius Normed Fit Index (PNFI) = 0.64 digunakan untuk perbandingan model, menunjukkan kecocokan yang mencukupi. Pengujian 6 : Critical N Critical N (CN) = 139,67 model tidak mewakili sampel data karena dibawah dari 200. Pengujian 7 : Goodness of Fit Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan dari fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variance-covariance matrix dari sampel data. Standardized RMR = 0.067 (diatas 0,05) menunjukkan mediacore fit. Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 (lebih dari 0,90) menandakan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) 0.87 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.61 digunakan dalam perbandingan model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi. Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian menunjukkan kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang mencukupi kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh model (goodness of fit ) model ini memenuhi syarat. 5. Pengujian Hipotesis Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural Hipotesis
Pernyataan Hipotesis
Nilai-t
Keterangan
H1
Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah.
3,15
Data mendukung hipotesis
207
H2
Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru.
H3
Semakin puas nasabah maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru.
-0,97
Data tidak mendukung hipotesis
1,92
Data tidak mendukung hipotesis
a. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini didapat dari nilai t- values 3,15 > 1,96, yang berarti hipotesis dapat diterima. Interaksi yang baik yang dilakukan teller BCA KCU Pasar Baru akan menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya. b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang didapatkan 0,97 < 1,96. Hal tersebut berarti kualitas interaksi yang baik dari para teller BCA KCU Pasar Baru belum tentu dapat membuat nasabah terikat dengan BCA KCU Pasar Baru. c. Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin membuat nasabah semakin memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru. Karena di dalam hasil penelitian diperoleh nilai t nya adalah 1,92, oleh karena itu tidak dapat diterima karena nilai minimum nya yaitu 1,96.
KESIMPULAN Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation model (SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 1 hipotesis yang signifikan dan 2 hipotesis lainnya tidak signifikan. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kepuasan pelanggan yang tinggi maka teller harus menciptakan interaksi yang sebaik mungkin dengan para nasabah. Interaksi yang baik antara teller dengan nasabah dapat membuat nasabah merasakan keamanan serta kenyamanan melakukan transaksi di BCA KCU Pasar Baru. Jika nasabah sudah merasakan hal tersebut maka kemungkinan besar nasabah akan datang berulang kali kembali ke BCA KCU Pasar Baru. Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin tidak menjamin nasabah akan semakin memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang baik belum tentu dapat membuat nasabah menjadi terikat. Terdapat faktor – faktor lain untuk mencapai keterikatan dengan nasabah, nasabah bukan melihatnya dari seberapa baik teller berinteraksi dengan para nasabah. Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin semakin memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah yang sudah merasakan puas terhadap BCA KCU Pasar Baru belum tentu menjadikan nasabah tersebut memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini mungkin dikarenakan oleh banyaknya bank lainnya juga yang dapat memberikan kepuasan yang sama kepada para nasabah nya, sehingga nasabah merasa kepuasan yang mereka rasakan merupakan perasaaan yang normal dan tidak ada yang berlebih.
208
SARAN Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat diimplementasikan di masa yang akan datang, seperti : 1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh interaksi terhadap keterikatan nasabah dan pengaruh kepuasan nasabah terhadap keterikatan nasabah. 2. Melakukan penelitian terhadap variabel – variabel lainnya yang dapat mempengaruhi keterikatan nasabah. 3. Memfokuskan penelitiannya terhadap keterikatan nasabah terhadap perusahaan bukan kepada personal 4. Melakukan penelitian pada bagian private banking. PERSANTUNAN Terima kasih disampaikan yang sebesar – besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar R. S, SE, MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada BCA KCU Pasar Baru yang telah memberikan kesempatan untuk dijadikan tempat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. CV.Alfabeta, Bandung, 2004 Arief, Muhtosim, Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Bayumedia, Malang, 2006 Cook, Sarah, Customer Care Excellent: How to Create an Effective Customer Focus. Kogan Page, London, 2011 Customer Engagement Strategies. Inc. “The Four Stages of Customer Interaction”. 12 Desember 2013. http://www.customerengagement.com/next/Four%20Stages%20of%20Customer%20Inter action.pdf Gardenia, Yulisa, “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok.(2006) Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro, Semarang, 2005 Gronroos, Christian, Strategic Management Marketing In Service Sector. Mass, Cambridge, 1990 Hair et.al., Multivariate Data Analysis. 7th Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2010 Handayani, Feronika, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank BNI di Kota Bogor”. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.(2006) Hari Wijanto, Setyo, Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008 Haryanto. “Pengertian Interaksi Sosial”. 29 Oktober 2013. http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/ Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta, 2002 Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1. Erlangga, Jakarta, 2008 209
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta, 2006 Malayu, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta, 2006 Manurung, M, dan Rahardja, P, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004 Paulson, Dan, “I’m happy to be here – How Engaged Employees Improve Your Bottomline”, Loyalty Management Vol.1 No.5, 2009 Payne, Adrian, The Essence of Services Marketing. Andi, Yogyakarta, 1993 Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997 Robert, Christopher dan Frank Alpert, “Total Customer Engagement : Designing And Aligning Key Strategies Elements To Achieve Growth”. Journal of Product and Brand Management. Vol.19. Iss.3, 2010 Stiyanti, Fani, “Pengaruh Iklim Layanan Dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas”. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.(2012) Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung, 2005 Tjiptono Fandy, dan Chandra, G, Service Quality Satisfaction. Andi, Yogyakarta, 2004 Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia & JBRC, Jakarta, 2005 Willems, Hans. “Transitioning Into a Blueconomy. White Paper Customer Driven Online Engagement”. Blueconic B.V. 5 Februari 2014. http://www.blueconic.com Zeithaml, Valarie dan Mary Jo Bitner, Services Marketing, Integrating Customer Focus Across The Firm, Second Edition. Tata McGraw – Hill Edition, New Delhi, 2000
210
ANALISIS PENGARUH DAYA TARIK IKLAN, KUALITAS PESAN IKLAN, FREKUENSI PENAYANGAN IKLANTERHADAP EFEKTIVITAS IKLANTELEVISI KARTU IM3 VERSI “PLAY WITH JKT48 & CESAR” Regina Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Regina. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan terhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar” (Survei Pemirsa Iklan Kartu IM3 Versi”Play With JKT48 dan Cesar” Pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang). (Dibimbing oleh Abdurrahman). Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar” pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang. Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan SPSS 16 dengan uji validitas, uji reliabilitas, dan regresi linear berganda. Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat pengaruh tidak positif antara daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan, dan terdapat pengaruh positif antara kualitas pesan iklan terhadap efektivitas iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan. Daya tarik iklan tidak terdapat pengaruh positif karena responden tidak melihat dari daya tarik iklan yang mungkin menurut responden Iklan Kartu IM3 sama saja dengan iklan – iklan provider lainnya. Tetapi, responden melihat dari bonus – bonus dan promo – promo yang ditawarkan oleh kartu IM3 dan seringnya frekuensi penayangan iklan membuat responden lebih mudah mengingat iklan dan isi pesan iklan. Kata kunci : Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan, Efektivitas Iklan.
Pendahuluan Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju membuat persaingan usaha menjadi semakin ketat dalam bidang ekonomi maupun perdagangan, sehingga banyak membuat perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah strategi pemasaran yang efektif agar produk yang mereka ciptakan dapat diterima oleh pasar. Perusahaan dapat mengenalkan produk dengan menggunakan media informasi yaitu periklanan. Salah satu media periklanan yang banyak diminati oleh pemasar adalah media televisi, karena media ini merupakan media audio visual yang canggih dan menarik dengan sebuah 211
tayangan berdurasi kurang lebih 60 detik yang dapat disaksikan serentak oleh puluhan juta bahkan ratusan dan ribuan juta pasang mata di seluruh dunia. Televisi dapat memberikan tayangan yang bersifat informasi dan menghibur dan juga dijadikan sebagai media untuk mempromosikan suatu produk. Industri telekomunikasi di Indonesia memiliki beberapa perusahaan besar dan memiliki pengguna yang cukup banyak, di antaranya seperti Telkomsel dengan produk yang ditawarkan adalah adalah Simpati, Kartu As, Kartu Halo dan Telkom Flexi. Selanjutnya Indosat dengan produk yang ditawarkan adalah Mentari, IM3, SmartOne, dan Matrix. XL dengan produk yang ditawarkan adalah XL Bebas, XL Jempol. AXIS Telekom Indonesia dengan produk yang ditawarkan seperti AXIS dan Hepi. Dengan adanya beberapa provider tersebut dapat mengubah pola persaingan yang terjadi saat ini dan berbagai strategi diterapkan oleh perusahaan untuk mengatasi persaingan tersebut. Berikut adalah hasil survei Frontier Consulting Group dalam Majalah Marketing tentang Top Brand Index yang diadakan setiap tahun dimulai dari tahun 2000 dengan pengukuran berdasarkan tiga parameter yaitu Top Of Mind Awareness (40%), Last Used (30%), dan Future Intention (30%). Hasil survei Top Brand Index Produk Simcard Prabayar yang ada di Indonesia sejak tahun 2009 – 2013 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Sumber :www.top.brand-award.com
Produk simcard GSM prabayar IM3 dari tahun 2009 – 2013 berada diperingkat ke- 2 dan belum bisa menggeser simPATI yang berada di posisi atas. Semakin tingginya tingkat persaingan yang terjadi pada saat ini, membuat IM3 harus memikirkan berbagai cara dan strategi untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan keputusan pembelian produk yang ditawarkan. Kartu seluler bersaing untuk menambah jumlah pelanggannya dengan menawarkan jasa terbarunya baik dalam tarif ataupun fitur melalui iklan di berbagai media massa, salah satunya media televisi. Promosi melalui iklan menjadi suatu pilihan yang menarik, disamping sebagai sumber informasi, iklan juga dipandang sebagai media hiburan dan media komunikasi pemasaran yang efektif untuk menjangkau target pasar terutama jika ditayangkan di televisi. Menurut Purnama tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut. 212
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan judul yaitu “Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi pada Siswa/SiswiSMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang”. Masalah dalam penelitian ini yaitu Tingginya persaingan dunia pemasaran melalui periklanan di televisi, ketidakmampuan Brand IM3 menggeser dominasi SimPATI, besarnya biaya promosi iklan melalui televisi, dan siswa/siswi yang cenderung mudah dipengaruhi oleh iklan-iklan baru. Tujuan penelitian ini, yaitu: Untuk mengetahui model yang digunakan dalam penelitian sudah baik. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48dan Cesar”di Televisi. 3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pesan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar” di Televisi. 4. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar”di Televisi. 5. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi efektivitas iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar”di Televisi. Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya media televisi. Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan agar menjadi bahan masukan untuk meningkatkan efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya media televisi. 1. 2.
Tinjauan Pustaka A. Shopping Goods Menurut Ali produk barang yang dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja, harga dan sebagainya, misalnya produk elektronik, pakaian, perabot rumah tangga dan seterusnya. Barang – barang yang dalam proses pembeliannya memerlukan evaluasi pilihan pilihan dan perbandingan dari berbagai alternatif yang tersedia, seperti harga, kualitas, dan model masing – masing barang. Contohnya alat – alat rumah tangga, pakaian, dan furniture. B. Promosi Menurut Ali Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran (marketing mix) yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk. Kegiatan promosi adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi, memengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan (penjual dan pembeli). C. Publisitas Menurut Lawrence & Dennis L. Wilcox (pakar humas dari San Jose State University) publisitasadalah informasi yang tidak perlu membayar ruang-ruang pemberitaan/penyiarannya, namun disaat yang sama tidak dapat dikontrol oleh individu/perusahaanyang memberikan informasi, sebagai akibatnya informasi dapat mengakibatkan terbentuknya citra dan mempengaruhi orang banyak dan 213
D.
E.
F.
G.
dapatberakibataksidimanaaksiinidapatmenguntungkanataumerugikansaatinformasidipublikasi kan. Efektivitas Iklan Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC model. EPIC model yang dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, mencakup empat dimensi kritis yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuasion, Impact and Communications). Daya Tarik Iklan Menurut Morissan daya tarik iklan digunakan untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi perasaan mereka terhadap suatu produk (barang dan jasa). Menurut Eka dan Saliman, daya tarik iklan harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu : 1. Iklan harus bermakna (meaningful), yaitu menunjukkanmanfaat – manfaatyang membuat produk lebih diinginkan atau lebih baik bagi konsumen. 2. Pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan. 3. Daya tarik itu khas (distinctive), yaitu harus menyatakan apa yang membuat produk lebih baik dari produk-produk pesaing. Kualitas Pesan Iklan Menurut Kotler pesan iklan harus menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan (action). Menurut Durianto dan Liana (2004), untuk memformulasikan pesan iklan harus memperhatikan apa yang akan dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya secara logis (struktur pesan), bagaimana mengatakannya secara simbolis (format iklan), dan siapa seharusnya yang mengatakan (sumber pesan). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf, dan kalimat yang dapat menjalankan suatu sistem. Pesan iklan sama seperti pendorong, yaitu suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan dari calon pembeli. Frekuensi Penayangan Iklan Menurut Jack Myers frekuensi penayangan iklan minimal sebanyak tiga kali lebih sesuai untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan iklan lain. Konsumen diserbu oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya yang berasal dari berbagai media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk, billboard, dll). Penayangan iklan minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen hanya menerima sekitar seribu pesan iklan setiap harinya.Menurut Shimp, day part dibagi menjadi tiga bagian waktu yaitu waktu utama (prime time), siang hari (daytime), dan waktu tambahan (fringe time).
Metode Analisis Data Jenis penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah informasi yang disusun dalam bentuk angka. Sumber data yang digunakan dalam penelitianiniadalah data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner pada sampel yang telah ditentukan yang berisi tanggapan konsumen tentang daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan, dan efektivitas iklan pada produk kartu seluler IM3, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnaljurnal, dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kaji. 214
Populasidalampenelitianiniadalahseluruh siswa/siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang yang masih aktif berstatus sebagai siswa/siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang yang berjumlah 900 orang. Pengambilansampel pada penelitian ini menggunakan metode slovin sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal 90 orang tetapi peneliti menetukan jumlah sampel sebanyak 200 orang menggunakan purposive sampling dengan penentuan kriteria yaitu yang sudah pernah melihat Iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 & Cesar” di Televisi. Metodepengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner yang dimana pernyataan - pernyataan dalam kuisioner dibuat dengan menggunakan skala 1-4 untuk mendapatkan data yang bersifat likert. Setelah semua data-data terkumpulmakaselanjutnya data-data tersebut dianalisis yaitu dengan uji validitas, ujirealibilitas, dananalisis regresi linear berganda. Berikut hipotesis yang diajukandalampenelitianini: 1. H1 : Diduga model yang digunakan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. 2. H2 : Diduga daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. 3. H3 : Diduga ualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. 4. H4 : Diduga frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan 5. H5 : Diduga variabel yang paling dominan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan Makaterbentuklah model penelitiansebagaiberikut: Daya Tarik Iklan (X1)
Kualitas Pesan Iklan
Efektivitas Iklan
(X2)
(Y)
Frekuensi Penayangan Iklan (X3)
215
1. Hasil dan Pembahasan 1. AnalisisTabel 5.8 Model Summary Model Summary
Model
R
1
.655
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.429
.421 ,3007
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Sumber : Data Pengolahan SPSS
Besarnya kontribusi variabel daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3) terhadap efektivitas iklan (Y) ditunjukkan dengan koefisien determinan (Adjusted R Square) sebesar 0,421 atau 42.1%, artinya besarnya pengaruh variable bebas yaitu daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3), terhadap efektivitas iklan (Y) danbesarnya pengaruh variabel bebas tehadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah 42.1%, sedangkan sisanya sebesar 57.9% dipengaruhioleh variabel lain diluar penelitian. 2. AnalisisTabelANOVA b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
13.334
3
4.445
49.171
.000
Residual
17.717
196
.090
Total
31.052
199
a
a.Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Pengolahan SPSS
Tabel Anova menunjukan bahwa signifikan 0.000 yang berarti variable daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3), mempengaruhi variabel efektivitas iklan (Y). Signifikan menunjukan 0.000 yang berarti di bawah 0.05.
216
3. Analisis Tabel Coefficients Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error 1.004
.136
X1
.000
.004
X2
.392
X3
.260
Coefficients Beta
T
Sig. 7.361
.000
-.014
-.259
.796
.057
.428
6.905
.000
.049
.329
5.282
.000
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Pengolahan SPSS
Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut : Y = 1.004 + 0.000X1 + 0,392X2 +0.260X3+ e Keterangan : Y = Efektivitas Iklan a = constanta b= Koefisien X1= Variabel Daya Tarik Iklan X2= Variabel Kualitas Pesan Iklan X3 = Variabel Frekuensi Penayangan Iklan e = error disturbance
Dari hasil analisis di atas, diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Daya tarik iklan (X1) menunjukan nilai signifikan 0.796 yang berarti lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel daya tarik iklan (X1) tidak signifikan atau tidak memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan demikian, maka H0 pada penelitian ini diterima. Artinya, mungkinresponden tidak melihat dari daya tarik iklan Kartu IM3 karena iklan kartu IM3 sama saja dengan iklan – iklan provider lainnya dan tidak menghibur. 2. Kualitas pesan iklan (X2) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel kualitas pesan iklan (X2) signifikan atau memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y) Dengan demikian, maka H0 pada penelitian ini ditolak. Artinya responden tertarik dengan bonus – bonus dan promo – promo yang diberikan oleh Kartu IM3 karena responden yang dipiliih yaitu anak SMA yang belum memiliki pendapatan sendiri sehingga responden melihat dari segi harganya yang murah. Didukung dengan teori Ali Hasan, shopping goods bahwa produk barang yang dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja, harga dan sebagainya. Shopping goods yang dimaksud adalah homogenous shopping goods yang artinya konsumen 217
menganggap bahwa kualitas produk sama tetapi harganya berbeda. Dengan demikian, setiap provider memiliki kualitas produk yang sama tetapi dengan harga yang berbeda, sehingga anak SMA melihat dari harga yang murah dan memiliki banyak bonus dan promo. 3. Frekuensi penayangan iklan (X3) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel frekuensi penayangan iklan (X3) signifikan atau memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan demikian, maka H0 pada penelitian ini ditolak. Artinya semakin tinggi tingkat frekuensi penayangan iklan di televisi, maka pemirsa akan semakin sering melihat iklan tersebut. Dengan demikian iklan yang berkali – kali akan membuat pemirsa lebih mudah mengingat iklan dan pesan iklan akan cepat tersampaikan. Didukung dengan teori Morrisan, semakin tinggi frekuensi penayangan iklan maka akan semakin banyak audien yang bisa dijangkau, tetapi harus diingat bahwa penayangan iklan lebih dari sepuluh kali dinilai berlebihan (overxposure), sedangkan iklan yang ditayangkan kurang dari tiga kali dinilai tidak memiliki cukup jangkauan. Menurut Jack Myers, frekuensi penayangan iklan minimal sebanyak tiga kali lebih sesuai untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan iklan lain. Konsumen diserbu oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya yang berasal dari berbagai media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk, billboard, dll). Penayangan iklan minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen hanya menerima sekitar seribu pesan iklan setiap harinya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Hasil daripada analisis regresi linear berganda yang telah peneliti lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Model yang diajukan pada penelitian ini sudah layak karena daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3) berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan (Y). 2. Pada uji yang dilakukan terdapat kesimpulan bahwa : i. Daya tarik iklan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. ii. Kualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. iii. Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan. 3. Kualitas pesan iklan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi efektivitas iklan. Saran Setelah peneliti menganalisis penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal berkaitan dengan penelitian selanjutnya yaitu : 1. Perusahaan harus tetap menggunakan bintang iklan yang populer di kalangan anak muda, karena dapat menjanjikan dan menarik perhatian pemirsa pada produk tersebut. 2. Perusahaan harus lebih banyak lagi menawarkan promo – promo dan bonus – bonus agar tetap menarik minat konsumen karena prinsip konsumen jika ada yang murah kenapa cari yang mahal.
218
3. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan. Peneliti berikutnya dapat menambahkan beberapa variabel lagi seperti popularitas endorser, kreativitas iklan, dll. DAFTAR PUSTAKA Afrian Mukti Ramdani, Pengukuran “ Efektivitas Iklan Kartu Seluler Axis Di Media Televisi Dengan Pendekatan DRM Dan EPIC Model”, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Ali Hasan,SE,MM. Marketing dan kasus-kasus pilihan, cetakan pertama, 2013. Cara Pandangku. Blog, Pengujian Hipotesis: Regresi Linier Berganda, Uji T, Uji F dan Uji R Square (Penjelasan Lengkap), http://carapandangku.blogspot.com/2011/07/pengujian-hipotesisregresi-linier.html. Diakses tanggal 8 November 2013. Faela Sufa, Bambang Munas.2012“Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang)”.Diponegoro Journal Of Management,.Vol. 1, No. 1, 2012. Faela Sufa,“Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang)”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro, Skripsi, 2012. Gilar Rosandini, Augusty Tae Ferdinand, “Analisis Pengaruh Daya Tarik Media Luar Ruang, Popularitas Endoser, dan Kreativitas Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Guna Menumbuhkan Top Of Mind Produk Simcard GSM Prabayar Mentari (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro)”, Diponegoro Journal Of Management, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012. Gema Pariwara, Metode ”EPIC Model” Untuk Mengukur Efektivitas Iklan, http://gemapariwara.blogspot.com/2010/02/metode-epic-model-untuk-mengukur.html, diakses
tanggal 8 November 2013. Hasyim, Rina Anindita, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEUUniversity Press, 2009. IM3 Indosat – providernya anak muda Indonesia, http://icity.indosat.com/t5/Indosat-IM3/IM3kartunya-anak-muda-nah-bagi-user-yang-sudah-tua/td-p/73998, diakses pada tanggal 25 November 2013 Ilmu Pengetahuan Teknologi, http://iptekindonesiae.blogspot.com/2013/10/efektivitasiklan.html, diakses pada tanggal 27 November 2013 219
Kompasiana, Mengapa Ada Istilah Ababil (ABG Labil), http://edukasi.kompasiana.com/ 2013/ 06/04/mengapa-ada-istilah-ababil-abg-labil--565528.html, diakses tanggal 27 November 2013 Morrissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Tangerang, Ramdina Prakasa, 2007. Muh Agung Rianto Said, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Media Elektronik (TV) Produk Sepeda Motor Yahama Di Makassar, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Skripsi, 2012. Nugroho Ardhi Setiawan, I Made Bayu Dirgantara, “Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Televisi Axis “Penjual Gorengan”. Oka Riansyah, “Efektivitas Penggunaan Humor Pada Iklan (Studi Korelasional Mengenai Efektifitas Penggunaan Humor Pada Iklan Kartu As Versi “Sule, Ozo dan Widy di Dalam Kereta Api”Dalam MembentukBrand Image ProdukDi Kalangan Siswa/Siswi SMA Mardi Lestari Medan)”. Sarjanaku.com, Pengertian Iklan, Definisi Adalah, Artikel, Makalah Menurut Para Ahli,http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-iklan-definisi-adalah.html, diakses tanggal 8 November 2013. Statistic 4 life, Uji Realibilitas, http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-reliabilitas/, diakses tanggal 8 November 2013. Statistic 4 life, Uji Validitas, http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-validitas/, diakses tanggal 8 November 2013. SWA, Kuartal 1 2011 Mobil Mulai Melirik Iklan Televisi, http://swa.co.id/listedarticles/kuartal-i-2011-mobil-mulai-melirik-iklan-televisi, diakses tanggal 27 November 2013 Top Brand Index, Kategori Telekomunikasi/IT Simcard GSM Prabayar, http://www.topbrandaward.com/top-brand-survey/survey-result/top-brand-index-2009-2013, diakses tanggal 25 November 2013 Warta Digital News, Harga Iklan Di Televisi, http://kamerabaru. blogspot.com/2012/09/harga-iklandi-televisi-tv.html, diakses tanggal 8 November 2013. Wikipedia, Publisitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Publisitas, diakses tanggal 22 Januari 2014 Wikipedia, Indosat, http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat, diakses tanggal 22 Januari 2014
220
PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN 2011 Darwis Chayady Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRACT Earning management is an action taken by management to increase or decrease reported earning of the unit of responsibility that has no relation with the increase or decrease in long-term profitability for the company. The purpose of this research is aimed to explore the quantitative effect of profitability, firm size, and institutional ownership structure as independent variable toward earning management as dependent variable. The result of the study proved that there was a simultaneous influence among profitability, firm size, and institutional ownership structure toward earning management on automotive and component in the year2009-2011. Partially, profitability had negative influence toward earning management, firm size there is no significant influence toward earning management, and institutional ownership structure had positive influence toward earning management. Keywords : profitability, firm size, institutional ownership structure, earning management.
PENDAHULUAN Manajemen laba merupakan fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik manajemen laba dilakukan guna untuk mempengaruhi besaran laba. Dalam praktiknya dapat terjadi secara legal maupun secara tidak legal. Usaha – usaha mempengaruhi besaran laba yang dapat dikatakan legal adalah tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum, terlebih tidak bertentangan dengan standar akuntansi. Beberapa cara untuk mempengaruhi besaran laba adalah dengan memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan dapat juga menggeser periode pendapatan atau biaya. Sedangkan praktik manajemen laba yang dapat dikatakan tidak legal adalah cara – cara yang tidak diperbolehkan dalam standar akuntansi yang berlaku, misalnya dengan cara melaporkan transaksi – transaksi pendapatan atau biaya yang fiktif dengan cara menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau juga dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang dikehendaki. 221
Fenomena terjadinya kecurangan akuntansi ini juga terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu kasus PT. Kimia Farma. Terjadi pada tahun 2002, perusahaan ini menaikan laba hingga Rp. 31 milyar. Skandal ini diduga terkait dengan manajemen lama yang menginginkan dirinya untuk dipilih kembali oleh pemerintah dalam mengelola perusahaan farmasi tersebut. Pada tahun 2004, PT. Indofarma melakukan praktik manajemen laba dengan menyajikan laba bersih yang telah diperbesar nilainya, sebesar Rp. 28,8 Milyar. Hal ini sebagai dampak dari penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga pokok penjualan tahun tersebut diperkecil. Tindakan menaikan laba yang dilakukan oleh PT. Indofarma merupakan motif agar labanya lebih besar. Penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi manajemen laba sudah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan Chtourou et al. dan Midiastuty dan Machfoedz tentang hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berhubungan negatif dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berhubungan positif dengan manajemen laba. Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan Boediono yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Andiany, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan Moses yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marrakchi serta Veronica dan Siddharta menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba (Muliati, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ika Kurnaini menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya dorongan melakukan manajemen laba dengan alasan perusahaan bsar mempunyai aktivitas operasional yang lebih kompleks selain itu perusahaan besar juga dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi Perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen di Indonesia semakin berkembang, dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Dengan ditemukan banyaknya fenomena – fenomena perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba, ditemukan terdapat ketidakkonsistenan penelitian – penelitian terdahulu, dan semakin berkembangnya sektor otomotif dan komponen ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian praktik manajemen laba dalam sector industri tersebut. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011. 2. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011. 3. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011. 222
4. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan secara simultan terhadap Manajemen Laba perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011. KAJIAN TEORI 1. Teori Keagenan Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua atau lebih pihak. Dimana salah satu pihak dapat disebut agent (manajer) dan pihak lain disebut principal (pemilik). Principal mendelegasikan pertanggung jawaban atas decision making kepada agent. Hal tersebut dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama (Yushita, 2010). Manajemen sebagai pihak yang diberikan amanah untuk menjalankan dana dari pemilik atau principal, harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dipercayakan kepadanya. Di lain pihak, pemilik sebagai pemberi amanah akan memberikan insentif pada manajemen berupa berbagai macam fasilitas baik secara financial dan non financial. Permasalahan timbul ketika kedua belah pihak mempunyai persepsi dan sikap yang berbeda dalam hal pemberian informasi yang akan digunakan oleh principal untuk memberikan insentif kepada agent. Hal lain yang membuat permasalahan adalah persepsi kedua belah pihak dalam menanggung resiko. Agent yang mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, tidak akan memberikan seluruh informasi atas kepemilikannya. Tetapi akses pada informasi selengkapnya. Keinginan pemilik tersebut tersebut pada umumnya sangat sulit untuk dipenuhi. Dikarenakan adanya beberapa faktor seperti biaya penyajian informasi, keinginan manajemen menghindari resiko untuk terlihat kelemahannya. Waktu yang digunakan untuk menyajiakan informasi. Dan sebagainya. Tetapi di satu sisi, pihak agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemilik di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan – tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utility nya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang beberapa kebijakan - kebijakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Masalah keagenan (agency Problem) sebenarnya muncul ketika pemilik kesulitan untuk memastikan bahwa agen telah bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Menurut dari teori keagenan, salah satu mekanisme yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan pemilik atau agen adalah melalui mekanisme pelaporan keuangan. Namun karena dalam akuntansi laba (biaya) yang sudah menjadi hak (kewajiban) dalam periode sekarang, belum dibayarkan secara tunai. Maka angka - angka dalam laporan keuangan mengandung komponen akrual. Komponen ini berada dibawah kebijakan manajemen (discretionary) maupun tidak (non discretionary) seperti dikutip oleh Sugiri dalam Yushita (2010). Oleh karena adanya kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri (moral hazard) dan tingkat asimetri informasi yang tinggi, ditambah motif - motif tertentu, kemungkinan manajemen memanfaatkan pos - pos akrual guna 223
menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya. Yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan principal. Seperti pemilik, pemegang saham, atau pemberi pinjaman akan lebih besar. 2. Asimetri Informasi Schift dan Lewin dalam Yushita (2010), menyatakan bahwa agen berada posisi yang mempunyai informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan serta keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa setiap individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. Merujuk agency theory, laporan keuangan disiapkan oleh manajemen sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada principal. Karena manajemen terlibat secara langsung dalam kegiatan usaha perusahaan, maka pihak manajemen memiliki asimetri informasi dengan melaporkan segala sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Creative accounting sangat mungkin dilakukan oleh manajemen dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan leluasa untuk memilih alternatif metode akuntansi. Manajemen akaan memilih metode akuntansi tertentu jika terdapat insentif dan motivasi untuk melakukan tindakan tersebut. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan manajemen laba, karena laba seringkali menjadi fokus perhatian para pihak eksternal yang berkepentingan. Ada dua tipe asimetri informasi : a) Adverse selection Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih dari pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar. b) Moral hazard Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. 3. Manajemen Laba Manajemen laba adalah suatu tidakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan dan penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang (Yushita, 2010). Menurut Kurnaini (2009), terdapat tiga teknik dalam manajemen laba. Pertama, memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Kedua, mengubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Ketiga, menggeser periode biaya atau pendapatan. 224
Penelitian mengenai manajemen laba menggunakan akrual diskresioner sebagai proksi bagi manajemen laba. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya sebagian besar ditujukan pada berbagai pendekatan yang bertujuan mengara pada usaha yang dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan manajemen laba. Salah satu kelebihan dari pendeketan akrual diskresioner yaitu pendeketan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkap cara - cara untuk menurunkan atau menaikkan keuntungan. Sebab cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak eksternal. De Angelo seperti yang dikutip oleh Kurniawan (2012), menjelaskan bahawa accounting accruals mencerminkan keputusan manajemen, antara lain untuk menghapuskan assets, pengakuan atau penundaan pendapatan atau menganggap biaya atau modal suatu pengeluaran. Ayres seperti dikutip oleh Kurniawan (2012) menambahkan cara-cara lain untuk mempengaruhi tingkat keuntungan, yaitu dengan penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib baik lebih awal dari tanggal berlakunya atau tepat waktu dan perubahan-perubahan akuntansi secara sukarela.
METODE PENELITIAN Model Penelitian Gambar 1 Model Penelitian
ROA
Ukuran Perusahaan
Manajemen Laba
Struktur Kepemilikan Institusional
Hipotesis Penelitian Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Ha4 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.
225
Pengumpulan Data Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2009-2011. Tahun 2009 sebanyak 12 perusahaan. Tahun 2010 sebanyak 12 perusahaan. Tahun 2011 sebanyak 12 perusahaan. Total sebanyak 36 perusahaan.
Metode Analisis Data Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut : a. Deskriptif Analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran manajemen laba perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI, serta menjelaskan hasil penelitian. b. Kausalitas Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh profitabilitas yang diwakilkan ROA tahun sebelumnya, ukuran perusahaan yang diukur dari pertumbuhan penjualan, dan struktur kepemilikan institusional terhadap diskresioner akrual. Kemampuan prediksi variabel-variabel tersebut akan dilakukan dengan melihat pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. Metode analisis kausalitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis kausalitas (pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki tahapan sebagai berikut, antara lain: (1) Uji kualitas data Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan normal probability plot jika titik mendekati garis diagonal maka data tersebut dianggap. (2) Uji Asumsi Klasik (a) Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas. Cara mendeteksi multikolinieritas berdasarkan rule of thumb. Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF <10. maka tidak terjadi multikolinieritas. (b) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin 226
(c)
Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. Uji Heterokedatisitas Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titiktitik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
(3) Uji Hipotesis (a) Uji F (simultan) Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu Profitabilitas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Struktur Kepemilikan Institusional (X3) terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba (Y1). Dasar pengambilan keputusan: a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak Bentuk regresi linier multiple (berganda) untuk loyalitas Lion Air dilambangkan dalam model 1: Y = a0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
(b)
Keterangan : Y = Manajemen Laba a = Konstanta b1 – b3 = Koefisien regresi X1 = Profitabilitas X2 = Ukuran Perusahaan X3 = Struktur Kepemilikan Institusional e = error Uji t (parsial) Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh Profitabilitas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Struktur Kepemilikan Institusional (X3) terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba (Y1). secara parsial, Dasar pengambilan keputusan: a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak
227
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif Tabel 1 Hasil Perhitungan Angka Akrual Diskresioner No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perusahaan Astra International Tbk 2009 Astra Auto Part Tbk 2009 Indo Kordsa Tbk 2009 Goodyear Indonesia Tbk 2009 Gajah Tunggal Tbk 2009 Indomobil Sukses International Tbk 2009 Indospring Tbk 2009 Multi Prima Sejahtera Tbk 2009 Multistrada Arah Sarana Tbk 2009 Nipress Tbk 2009 Prima alloy steel Universal Tbk 2009 Selamat Sempurna Tbk 2009 Astra International Tbk 2010 Astra Auto Part Tbk 2010 Indo Kordsa Tbk 2010 Goodyear Indonesia Tbk 2010 Gajah Tunggal Tbk 2010 Indomobil Sukses International Tbk 2010
Akrual Diskresioner (4.905.232.000.000,00) (372.400.812.000,00) (955.201.133.672,00) (412.468.903.992,00) (715.697.480.000,00) 51.852.907.595,59 (32.437.579.489,41) 15.909.439.746,99 225.703.775.999,99 (60.357.844.876,63) (78.674.195.761,23) (504.428.400.121,05) 25.291.044.000.000,00 (859.461.736.000,01) (894.469.324.980,01) (205.257.944.722,42) (1.764.677.656.000,01) 395.466.432.602,26
No. 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Perusahaan Indospring Tbk 2010 Multi Prima Sejahtera Tbk 2010 Multistrada Arah Sarana Tbk 2010 Nipress Tbk 2010 Prima alloy steel Universal Tbk 2010 Selamat Sempurna Tbk 2010 Astra International Tbk 2011 Astra Auto Part Tbk 2011 Indo Kordsa Tbk 2011 Goodyear Indonesia Tbk 2011 Gajah Tunggal Tbk 2011 Indomobil Sukses International Tbk 2011 Indospring Tbk 2011 Multi Prima Sejahtera Tbk 2011 Multistrada Arah Sarana Tbk 2011 Nipress Tbk 2011 Prima alloy steel Universal Tbk 2011 Selamat Sempurna Tbk 2011
Akrual Diskresioner (79.561.679.706,45) (371.902.605,16) (21.660.356.000,01) (55.740.701.570,36) (282.876.739.260,24) (402.372.405.266,86) (3.290.036.000.000,02) (951.242.284.000,01) (944.638.049.448,00) (376.082.248.261,62) (2.209.104.656.000,01) 1.327.956.578.487,57 216.407.688.921,48 6.727.632.800,60 (799.537.760.000,02) (46.625.626.682,96) (254.810.728.547,42) (521.624.096.050,55)
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Mean DA ROA UP SKI
Std. Deviation
-262422267650,3430
N
253911901604,51300
36
,0617
,06461
36
,5358
2,37959
36
,0607
,09243
36
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 perusahaan otomotif dan komponen yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2011. Terindikasi secara menyeluruh telah melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan laba rata – rata sebesar 262.422.267.650,34. 2. Uji Kausalitas 3. a. Uji Kualitas Data Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data
228
Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik – titik berada mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data tersebut dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Asumsi Klasik (1) Uji Multikolinieritas Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas a
Coefficients Standardiz ed Coefficient s
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) ROA
B
Std. Error
Beta
-160937043243,381
50978835662,782
t
Correlations ZeroSig. order Partial Part
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-3,157 ,003
-2441412683287,980
501375731218,654
UP
10946417217,926
13247955858,661
-,621 -4,869 ,000 -,668 ,103
,826 ,415
,027
-,652 -,592 ,145
,100
,909 1,100 ,960 1,042
SKI
712335960973,006
347324072317,130
,259
2,051 ,049
,419
,341
,249
,926 1,080
a. Dependent Variable: DA
Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hai ini menjelaskan bahwa tidak terdapat multikolinieritas. (2) Uji Autokorelasi Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics R Square Sig. F R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change F Change df1 df2 Change Durbin-Watson
Model R 1 ,527 ,482 ,726a a. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA
182707652290,52500
,527
11,865
3 32
,000
1,689
b. Dependent Variable: DA
Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa du < DW < 4-du = 1,6539 < 1,689 < 2,3461. Hai ini menjelaskan bahwa tidak terdapat autokorelasi, karena angka D-W berada diantara du dan 4-du. (3) Uji Heterokedastisitas Gambar 3 Hasil Uji Heterokedastisitas
229
Dari hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas tersebut menunjukan bahwa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Hipotesis a. Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba Tabel 4 Hasil Uji t a
Model 1 (Constant) ROA UP SKI
Unstandardized Coefficients B Std. Error -160937043243,381
Coefficients Standardized Coefficients Beta
t
Collinearity Correlations Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF Sig.
50978835662,782
-3,157 ,003
-2441412683287,980 501375731218,654
-,621 -4,869 ,000
-,668
-,652 -,592
,909 1,100
,103
,826 ,415
,027
,145 ,100
,960 1,042
,259 2,051 ,049
,419
,341 ,249
,926 1,080
10946417217,926
13247955858,661
712335960973,006 347324072317,130
a. Dependent Variable: DA
(1) Uji Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara profitabilitas dengan Manajemen Laba Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Ha1 diterima artinya terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Laba yang terlalu besar pada suatu periode digeser keperiode berikutnya untuk berjaga-jaga akan besaran laba/rugi pada periode berikutnya. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan besaran laba atau rugi yang akan diterima dalam periode mendatang. Dan jika profitabilitas perusahaan pada tahun lalu besar maka akan menurunkan motivasi perusahaan untuk melakukan manajemen laba, karena dari profitabilitas tersebut aset perusahaan dapat meningkat, dan investor juga merasa tertarik untuk melakukan investasi karena melihat perusahaan dengan aset yang baik. (2) Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Ha2 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,415 > 0,05. Hal ini kemungkinan disebabkan perusahaan yang semakin besar akan menjadi sorotan publik sehingga cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba, selain itu transaksi pada perusahaan besar juga semakin kompleks sehingga praktik manajemen laba sulit untuk dilakukan. Ketidaksignifikannya variabel ini juga memungkinkan dari jenis industri yang dijadikan sampel, karena karakteristik perusahaan otomotif 230
dan komponen kebanyakan memiliki keterkaitan atau memiliki kerjasama dalam bisnis yang dijalaninya. (3) Uji Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Ho3 : Tidak terdapat pengaruh antara Struktur Kepemilikan Institusional dengan Manajemen Laba Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Ha3 diterima artinya terdapat pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,049 < 0,05. Hal ini dikarenakan tindakan manajemen laba belum tentu dipandang negatif oleh investor. Manajemen laba dilakukan perusahaan dengan salah satu tujuannya yaitu agar laba tidak fluktuatif. Pada dasarnya investor lebih menyukai laba yang tidak fluktuatif atau stabil, dengan harapan mendapatkan keuntungan atas investasinya. Selain itu dari dilihat dari karakteristik perusahaannya yang kebanyakan kepemilikannya adalah lembaga atau perusahaan, maka memudahkan perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya kepemilikan lembaga/perusahaan, maka semakin sedikitnya pihak yang memantau perusahaan tersebut, sehingga perusahaan semakin leluasa untuk melakukan praktik manajemen laba. b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba Tabel 5 Hasil Uji F a
ANOVA Sum of Squares
Model 1 Regression
1188267123598210000000000,000
df
Mean Square
F
Sig.
3 396089041199404000000000,000 11,865 ,000b
Residual
1068226758576490000000000,000 32 33382086205515300000000,000
Total
2256493882174700000000000,000 35
a. Dependent Variable: DA b. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA
Ho4
:
Ha4
:
Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.
Ha4 diterima dilihat bahwa nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba. Bentuk persamaan model regresi berganda (multiple regression) sebagai berikut : 231
-160.937.043.243,38 – 2.441.412.683.287,98 X1 + 10.946.417.217,93 X2 + 712.335.960.973,01 X3 + e Model penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba adalah signifikan dengan melihat nilai sig dari uji anova sebesar 0,00 dibawah 0,05 Y
=
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut: a. Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purnamawati, dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita. b. Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh dengan manajemen laba. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handayani, dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita. c. Variabel Struktur Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dengan manajemen laba Hasil ini bertentangan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andiany, dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita. d. Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba. 2. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian ini dan melihat kesimpulan yang diperoleh maka dapat diajukan saran sebagai berikut : a. Bagi Investor, agar lebih berhati – hati dalam menilai kualitas dari laba yang telah dilaporkan, karena dari hasil penelitian ini membuktikan seluruh perusahaan yang diuji melakukan praktik manajemen laba. b. Bagi Emiten, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan mengingat laba dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang bersangkutan. c. Bagi peneliti selanjutnya, dari faktor internal dapat menambahkan jumlah sampel pada penelitian selanjutnya, dapat menambahkan jumlah variabel dan dapat diluar dari perusahaan otomotif dan komponen agar hasilnya dapat lebih maksimal, dapat menggunakan model manajemen laba diluar model Jones. Dari faktor eksternal dapat menambahkan faktor inflasi, dan perubahan kurs. DAFTAR PUSTAKA Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba, 2011 Kurniani, Ika. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009 Indra Pujiningsih, Andiany. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance, dan Kopensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, 2011 232
Muliati, Ni Ketut. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba di perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek, 2011 Yushita, A. Novi. Earning Management dalam Hubungan Keagenan, 2010 Kurniawan, Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 Sampai Dengan 2009, 2012 Subramanyam, Analisis Laporan Keuangan, 2010 Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba, 2011 Handayani, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba, 2009 Nuvita, Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010, 2012
233
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)
Akbar Pribadi Nurdin Putra Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta (
[email protected])
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini (1) motivasi kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk), (2) motivasi ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) dan (3) motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Penelitian ini menggunakan responden 53 orang mahasiswa fakultas ekonomi jurusan akuntansi S1 Universitas Esa unggul yang telah lulus mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua sampai semester ganjil 2012-2013. Sampel diperoleh menggunakan metode purposive sampling. Data penelitian ini diperoleh menggunakan lembar kuesioner dan selanjutnya dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian adalah (1) hipotesis pertama diterima karena motivasi kualitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk), (2) hipotesis kedua ditolak karena motivasi ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) dan (3) hipotesis ketiga diterima karena motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Kata kunci : motivasi kualitas, motivasi ekonomi, minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk)
234
PENDAHULUAN Akuntansi merupakan salah satu jurusan yang masih banyak diminati oleh para mahasiswa di fakultas ekonomi pada saat ini karena masih banyak pekerjaan yang dapat diisi oleh para lulusannya. Dari hasil penelitian Basuki (2006) menyebutkan bahwa rata-rata mahasiswa memilih jurusan akuntansi, didorong oleh keinginan mereka untuk menjadi profisional dibidang akuntansi. Selain itu mereka juga termotivasi oleh anggapan bahwa akuntan dimasa mendatang akan sangat dibutuhkan oleh banyak organisasi dan perusahaan, khususnya di Indonesia. Menurut Sundem (2006), pendidikan akuntansi harus menghasilkan para akuntan yang professional sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan jasa akuntansi pada abad mendatang. Pendidikan tinggi akuntansi yang tidak menghasilkan seorang profesional sebagai akuntan akan tidak laku dipasaran tenaga kerja. Keraguan atas kualitas pendidikan tinggi akuntansi dalam menghasilkan tenaga akuntan yang professional telah dikemukakan oleh Foo (2006) yang mendeteksi pendidikan tinggi di Indonesia dan Singapura tentang proses pendidikan akuntan di dua Negara tersebut. Di Indonesia menurut Foo (2011) proses pendidikan akuntansi manghasilkan akuntan yang diskriminatif dan tidak profesional. Pemberian gelar akuntan di Indonesia didasarkan atas Undang-Undang No. 43 tahun 1945, yang menyatakan bahwa gelar akuntan diberikan kepada lulusan perguruan tinggi negeri atau swasta yang memenuhi syarat untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikannya atau perguruan tinggi negeri yang ditunjuk oleh pemerintah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Air langga, STAN, Universitas Brawijaya dan Univeritas Sumatera Utara akan menghasilkan akuntan secara automatis. Menurut Machfoed (2004) proses pemberian gelar akuntan yang bersifat deskriminatif tersebut, akan mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah tidak meratanya tingkat profesionalisme para akuntan di pasaran tenaga kerja. Alasan inilah yang menyebabkan organisasi profesi akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia) dan Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan melalui Dirjen Dikti merasa perlu meninjau kembali peraturan yang berlaku untuk menghasilkan akuntan yang profesional. Melalui Surat Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor. 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akutansi (PPAk), dan Surat Keputusan Mendiknas No. 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli persamaan ijazah akuntan, serta dengan ditandatangani Nota Kesepahaman (Mou) pada tanggal 28 Maret 2002, antara Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan Dirjen Dikti Depdiknas atas pelaksanaan Pendidikan Profesi Akuntansi, yang pada akhirnya Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) di Indonesia dapat terealisasi setelah sekian lama ditunggu oleh berbagai kalangan khususnya para penyelenggara pendidikan akuntansi yang lulusannya tidak secara automatis mendapat gelar dengan sebutan akuntan. Dengan dikeluarkannya kedua surat keputusan tersebut, pendidikan akuntansi di Indonesia secara resmi memiliki pendidikan berbasis profesi. Selama ini pendidikan akuntansi menitikberatkan pada aspek akademis sehingga aspek pendidikan profesi yang juga sangat penting terkesan tidak mendapat perhatian dalam Samiaji (2011). Dengan dimulainya pelaksanaan program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) sejak September 2002, maka gelar akuntan bukan lagi dimonopoli oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tertentu yang diberikan hak istimewa oleh Depdiknas, tetapi sudah menjadi hak bersama bagi seluruh perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Dengan demikian dapat diharapkan para akuntan junior 235
maupun senior di masa akan datang, khususnya dalam era globalisasi ekonomi abad 21, akan menjadi akuntan yang profesional dan siap menghadapi persaingan di tingkat global dan mampu bersaing dengan akuntan belahan dunia lainnya. Berikut ini adalah tabel yang mencerminkan Minat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul secara acak terhadap minat menempuh PPAk: Table 1.1 Minat Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Esa Unggul Menempuh PPAk Mahasiswa yang minta PPAk 9 45% Mahasiswa yang tidak minat PPak
11
55%
JUMLAH
20
100%
Sumber : Data diolah Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang didapat artinya masih banyak mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak berminat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Banyak penelitian yang dilakukan oleh , Widyastuti, Suryaningrum dan Juliana (2004) yang meneliti tentang pengaruh motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi ekonomi dan motivasi karir terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk), di enam perguruan tinggi yaitu UPN, STIE YKPN, UII, UAJY, Sanata Dharma dan UGM. Hasil penelitian tersebut bahwa motivasi karir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi kualitas dan motivasi ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Penelitian Elly Benny dan Yuskar (2006) yang meneliti tentang pengaruh motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) pada perguruan tinggi di Padang. Hasil penelitian tersebut bahwa motivasi kualitas dan motivasi karir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Sedangkan motivasi ekonomi tidak pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Ikbal (2011) yang meneliti pengaruh motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Diponogoro Semarang. Dari hasil kuisioner penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Ikbal di Universitas Diponogoro Semarang diperoleh skor rata-rata dari motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Riani Nurainah Lisnasari dan Fitriani (2006) yang meneliti tentang faktor-faktor (yaitu motivasi karir, motivasi mencari ilmu, motivasi ekonomi, motivasi gelar, motivasi mengikuti USAP, biaya pendidikan PPAk dan lama pendidikan PPAk) yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan 236
profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Indonesia. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi karir dan motivasi mengikuti UAP berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi mencari ilmu, motivasi ekonomi, motivasi gelar, biaya pendidikan dan masa studi PPAk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang didapat masih banyak mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak berminat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). 2. Untuk mengetahui Motivasi Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). 3. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas dan Motivasi Ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). KAJIAN TEORI 1. Motivasi Kualitas Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan motivasi kualitas adalah “Dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kualitas atau kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar” Adapun beberapa dimensi dari motivsi kualitas menurut Kusumaningsih (2010), yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan tersebut dimaksudkan agar seseorang yang ahli dibidangnya harus memiliki pengetahuan yang lebih baik, seperti untuk seorang akuntan harus memiliki pengetahuan yang lebih dibidang akuntansi. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengikuti pendidikan jenjang yang lebih tinggi, membaca, serta masih banyak cara lain untuk dapat mengeksplorasi diri agar kualitas pengetahuan menjadi lebih baik. Dari dimensi pengetahuan terdapat beberapa indikator, yaitu: 1) Mendapat pengetahuan tentang isu-isu kebijakan dan peraturan akuntansi terkini. 2) Meningkatkan pengetahuan perpajakan dan pengaruhnya terhadap keputusan keuangan dan manajerial. 3) Meningkatkan pengetahuan organisasional dan lingkungan bisnis. 4) Meningkatkan pengetahuan dalam bidang keuangan. 237
5) Meningkatkan pengetahuan dalam akuntansi manajemen seperti penganggaran, penelitian kinerja dan sebagainya. b.
Kemampuan Kemampuan yang dimaksudkan dalam operasional variabel disini seperti kemampuan seseorang dalam menganalisis, menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang terbaik. Selain itu, kemampuan interpersonal yang dimilikipun harus dikembangkan seperti kemampuan bekerja sama dengan kelompok. Adapun beberapa indikator dalam dimensi kemampuan, yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan kemampuan analitis, decision making dan problem solving. 2) Meningkatkan keahlian dalam mengaplikasikan pengetahuan akuntansi untuk memecahkan masalah riil dalam kehidupan sehari-hari. 3) Meningkatkan kemampuan interpersonal, seperti kemampuan bekerja sama dalam kelompok. 4) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun tertulis. 5) Meningkatkan kemampuan dalam praktek audit.
2. Motivasi Ekonomi Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan motivasi ekonomi adalah “Dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan finansial yang diinginkan” Adapun beberapa dimensi Motivasi Ekonomi menurut Kusumaningsih (2010) yaitu sebagai berikut: a. Finansial Dalam dimensi finansial ini sangat krusial sekali nilainya dimana dengan adanya dorongan finansial yang tinggi tentu dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk mendapatkan finansial. Finansial tersebut dapat diperoleh melalui gaji besar, adanya kenaikan gaji setiap periode tertentu, adanya bonus yang diberikan di akhir tahun maupun target yang telah kita capai. Dari dimensi finansial terdapat beberapa indikator yaitu: 1) Memperoleh pekerjaan dengan gaji jangka panjang yang besar. 2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan tunjangan keluarga. 3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan gaji tambahan (diluar gaji pokok, seperti honor) yang tinggi. 4) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan kenaikan gaji setiap periode tertentu. 5) Mendapatkan pekerjaan dengan starting salary atau gaji awal tinggi. 6) Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kebijakan yang jelas dalam pemberian gaji yang lembur. 7) Mendapatkan bonus akhir tahun yang besar. b. Fasilitas Fasilitas merupakan inventaris yang didapatkan atas hasil kerja atau usaha yang telah kita lakukan. Fasilitas ini banyak sekali jenisnya seperti opsi saham, rumah dinas, 238
kendaraan dan masih banyak lagi fasilitas yang diberikan oleh perusahaan maupun instansi tertentu. Selanjutnya dari dimensi fasilitas terdapat beberapa indikator yaitu: 1) Memperoleh pekerjaan dengan fasilitas yang memadai, seperti mobil dan rumah dinas. 2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan fasilitas opsi saham. 3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan program dana pensiun. 3. Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008) minat yaitu kecenderungan hati yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Selanjutnya Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa mendefinisikan minat sebagai keinginan untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu. Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan minat adalah “Keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya” Sandjaja (2011) mendefinisikan minat adalah “Suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan. Selain itu, minat juga merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang”. Stiggins (2011) mendefinisikan minat adalah “Salah satu dimensi dari aspek aktif yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Aspek efektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindaka seseorang”. Dalam dimensi efektif tersebut ada beberapa hal yaitu : a. Berhubungan dengan perasaan mengenai obyek yang berbeda. b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke kubu yang berlawanan, tidak positif dan tidak negative. c. Berbagai perasaan yang memiliki intensitas yang berbeda, dari kuat ke sedang ke lemah. Adapun beberapa dimensi Minat Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) menurut kusumaningsih (2010), yaitu sebagai berikut: a. Peningkatan Kualitas Karir Peningkatan kualitas karir ini berhubungan dengan adanya perkembangan bagi profesi akuntan. Karena dengan adanya kualitas yang baik dari segi pendidikan tentunya akan mendapatkan kualitas profesi akuntan yang baik pula. Pendidikan yang cukup serta kesiapan mental untuk dapat menghadapi isu-isu yang ada didalam dunia profesi akuntansi. Dari dimensi peningkatan kualitas karir ada bebrapa indikator yaitu: 1) Pendidikan Profesi Akuntansi dapat membantu perkembangan profesi akuntansi. 2) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat meningkatkan kualitas calon akuntan. 3) Tertarik entuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat membantu kesuksesan karir dalam profesi akuntansi. 239
4) Akan mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi setelah studi selesai. b. Peningkatan Kualitas Ekonomi Dengan adanya pendidikan yang lebih tinggi tentunya mempengaruhi finansial yang diperoleh oleh orang tersebut. Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi, dan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan prosedur yang berlaku tentunya mendapatkan finansial yang besar. Adapun indikator dari dimensi peningkatan kualitas ekonomi, yaitu: 1) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk merupakan saranan untuk mendapatkan pekerjaan yang memberikan pembayaran finansial yang besar. Menurut Muhamad Ikbal (2011) Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah ”pendidikan khusus yang diselenggarakan bagi seseorang setelah menempuh strata satu program studi akuntansi dengan tujuan untuk mendapatkan gelar akuntan (AK)”. Hal ini sesuai dengan keputusan Mendiknas Nomer 179/U/2001 menyebutkan pendidikan profesi akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana Ilmu Ekonomi pada program studi akuntansi. Keputusan Mendiknas ini merupakan awal kelahiran PPAk di Indonesia. METODE PENELITIAN 1. Hipotesis Penelitian Ha1 : Motivasi Kualitas mempunya pengaruhi yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Ha2 : Motivasi Ekonomi mempunya pengaruhi yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Ha3 : Motivasi kualitas dan motifasi ekonomi secara simultan mempunya pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk). 2.
Pengumpulan Data Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan metode slovin method yang menghasilkan sampel sebanyak 53 responden dari jumlah populasi 109 responden. Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, karena sampel penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi yang berkuliah di Universitas Esa Unggul. Kriteria Responden Mahasiswa sebagai berikut: a. Mahasiswa masih aktif di semester ganjil 2012/2013. b. Mahasiswa program Reguler Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul Jakarta. c. Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah lulus Mata Kuliah Pemeriksaaan Akuntansi Dua.
3. Metode Analisis Data Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut: 240
a. Uji Kualitas Instrumen (Validitas dan Reliabilitas alat ukur) 1) Uji Validitas Validitas bersal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Maka Uji Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini digunakan teknik korelasi product moment dengan melakukan pengujian terhadap 30 responden pada saat pra survey, dengan taraf signifikansi 5% (r tabel = 0,361). Maka kuesioner dinyatakan valid jika r hitung > 0,361.
2) Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah tingkat keandalan suatu indeks yang menunjukkan angka konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur jawaban responden. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Cronbach Alpha dengan melakukan pengujian awal terhadap 30 responden pada saat pra survey, maka kuesioner disebut reliabel, jika nilai cronbach alpha 0,61-0,80. b. Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari responden. Metode ini dinyatakan dalam bentuk uraian dari masing-masing variabel yang dilakukan sebelum uji hipotesis. Analisis deskriptif ini menggunakan rentang skala untuk menetapkan kategori persepsi dari tiap item pernyataan. c.
Analisis Regresi Ganda Analisis regresi digunakan untuk mempresdiksi pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat, baik secara parsial maupun secara simultan. Mengingat penelitian ini menggunakan dua variabel bebas, maka persamaan regresinya sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + е Keterangan: Y = Minat Mengikuti PPAk α = Bilangan konstanta β1...βn = Koefisien arah regresi X1 = Motivasi Kualitas X2 = Motivasi Ekonomi e = Koefisien error
241
Interprestasi dari hasil analisis regresi sebagai berikut: 1) Uji F Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu Motivasi Kualiatas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y).
2) Uji t Hasil uji t ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y), dengan menganggap variabel lainnya konstan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH Pada penelitian ini, sebelumnya dilakukan pra survey sebanyak 30 responden dengan tujuan untuk menguji kualitas kuesioner, yaitu untuk uji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya setelah uji validitas dan ujii reliabilitas, maka dilakukan survey yang sesungguhnya sebanyak 53 responden. 5) Uji Persyaratan Analisis Regresi a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan pada 30 responden pada saat pra survey. Berdasarkan hasil uji validitas, Dari hasil uji Validitas tersebut diatas terlihat bahwa dari 10 item pertanyaan untuk variabel Motivasi Kualitas tiap item pertanyaan dinyatakan valid, 10 item pertanyaan untuk variabel Motivasi Ekonomi tiap item pertanyaan dinyatakan valid dan 5 item pertanyaan untuk variabel Minat Mengikuti PPAk tiap item pertanyaan valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden pada saat pra survey. Berdasarkan hasil ujii reliabilitas, nilai cronbach alpha pada kuesioner adalah sebesar 0,944. Maka kuesioner tersebut dinyatakan sangat reliabel. 6) Hasil Analisis Desktiptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan dari tiap variabel, diketahui skor rata-rata dari variabel Motivasi Kualitas masuk kedalam kategori tinggi, skor rata-rata dari variabel Motivasi Ekonomi masuk kedalam kategori tinggi dan skor rata-rata dari variabel Minat Mengikuti PPAk juga masuk kedalam kategori tinggi. 7) Uji Hipotesis a. Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Motivasi Kualitas dan Motivasi Ekonomi Terhadap Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap variabel dependen 242
yaitu Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (∆Y). Jika hasil uji t lebih kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut ini merupakan tabel hasil uji statistik pengaruh secara parsial : Tabel 5.8 Uji t Coefficients a
Model 1
Standardiz ed Unstandardized Coefficient s Coefficients Std. B Error Beta (Constant)
1.013
.532
X1
.793
.182
X2
-.103
.151
Correlations Zeroorder Partial Part
Collinearity Statistics Toleranc e VIF
t 1.902
Sig. .063
.663
4.364
.000
.594
.525
.494
.556
1.797
-.103
-.681
.499
.338
-.096
-.077
.556
1.797
a. Dependent Variable: Y
1) Hipotesis 1 Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi kualitas dengan minat mengikuti PPAk Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi kualitas terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima artinya terdapat pengaruh Motivasi Kualitas terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk. Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. 2) Hipotesis 2 Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi ekonomi dengan minat mahasiswa mengikuti PPAk Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan Motivasi Ekonomi terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk. Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,499 > 0,05. b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi Terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (∆Y). Jika hasil uji F lebih kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikuti ini merupakan tabel hasil uji f, pengaruh secara simultan sebagai berikut:
243
Tabel 5.9 Uji F ANOVAa Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regressio n Residual
6.982
2
3.491
12.490
50
.250
Total
19.472
52
F 13.975
Sig. .000 b
a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1
a. Hipotesis 3 Ho3 : Tidak terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk Ha3 : Terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima artinya terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan terhadap minat mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Adapun persamaan regresi yang dapat disajikan sebagai berikut: Y = 1,013 + 0,793 X1 – 0,103 X2 + е Dari hasil uji asumsi diatas, maka pembahasan sebagai berikut: 1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar 1,013. Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen dalam keadaan tetap atau 0. Maka minat mahasiswa mengikuti PPAk naik sebesar 1,013. 2. Dengan tingkat koefisien 0,793 untuk motivasi kualitas menunjukan bahwa apabila motivasi kualitas naik sebesar 1 dan motivasi ekonomi dianggap konstan maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan naik sebesar 0,793. 3. Dengan tingkat koefisien -0,103 untuk motivasi ekonomi menunjukan bahwa apabila motivasi ekonomi naik sebesar 1 dan motivasi kualitas dianggap konstan, maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan turun sebesar 0,103, tetapi tidak berpengaruh secara signifikan.
4. Keterbatasan Penelitian Mengingat luasnya aspek pembahasan maka penelitian ini dibatasi oleh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi, selain itu juga penelitian ini dibatasi pada minat dengan responden mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Esa Unggul yang telah lulus mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua pada semester ganjil 2012-2013. 244
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada Bab V, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil pengujian hipotesis pertama (H1) disimpulkan bahwa motivasi kualitas mempunya pengaruh yang signifikan terhadapa minat mahaiswa mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. 2. Dari hasil pengujian hipotesis kedua (H2) disimpulkan bahwa motivasi motivasi ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya 0,499 > 0,05. 3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) disimpulkan bahwa motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti penddikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk masing-masing variabel independen 0,000 < 0,05. 6. Implikasi Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya mahasiswa kelas reguler tetapi mengikut sertakan mahasiswa kelas karyawan jurusan akuntansi di Universitas Esa Unggul, sehingga pengungkapan penelitian terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) lebih luas dibandingkan penelitian terdahulu. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Arens & Loebbecke. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu, Diterjemahkan Oleh Amir Abadi Jusuf, Edisi Indonesia, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta. Azwar. Repository. Usu. Ac. Id/Bistream/123456789/19289/4/Chapter II. Pdf. Benny, Elly dan Yuskar. 2006. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Simposium Nasional Akuntansi IX. Ikbal, Muhamad. 2011. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan PPAk. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Kusumaningsum, Nana Wulansari. 2010. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2006 Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Skripsi Universita Bina Nusantara.
245
Lisnasari, Riani Nurainah dan Fitriany. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Accounting Conference, Doctoral Colloqocium dan Accounting Workshop. Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi keempat, Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama. Prawita, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Cetakan Pertama, Penerbit AR – Ruzz Media. Rahayu, Sri dan R. Wedi Rusmawan. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Untuk Mengikuti Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional Akuntansi XIII. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2012. Pengantar Psikologi Umum, Cetakan Keempat, Pt. Raja Grafindo Persada. Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keprilakuan, Edisi Pertama, Penerbit C.V. Andi. Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana. 2004. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional Akuntansi VII.
246
PENCATATAN SELISIH KURS ATAS PEMBELIAN DAN PENJUALAN PADA TRANSAKSI VALUTA ASING PADA LAPORAN KEUANGAN ( STUDI KASUS PT SARANA REFRIGERATAMA) Corry Friska Hutagaol Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh atas pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan. Hasil perbandingan dari pencatatan perusahaan dan PSAK No.10 menggunakan kurs yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu pada kurs transaksi dan kurs saat tutup buku. Jenis data yang digunakan menggunakan data secara kuantitatif, yaitu langsung mengambil data dari perusahaan dan hasil wawancara manager. Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana Refrigeratama dengan membandingan metode pencatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan menurut PSAK No.10 periode selama tahun 2011. Kesimpulan dari hasil penelitian pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas transaksi valuta asing tidak mempunyai pengaruh pada laporan keuangan. Kata Kunci : Transaksi Valuta Asing, Kurs Tengah BI, Kurs Pajak, PSAK No.10, PSAK No.11 PENDAHULUAN Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Mata uang fungsional, mata uang yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang negara dimana perusahaan itu berlokasi atau mata uang yang berlaku di suatu wilayah negara. Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam 2 (dua) cara yaitu pertama melakukan transaksi mata uang asing dalam pembelian atau menjual barang atau jasa, dan kedua adalah melakukan kegiatan usaha diluar negeri. Transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat perusahaan membeli atau menjual dengan pembayaran yang dilakukan mata uang asing dimana suatu mata uang asing dapat berdenomasi dalam suatu mata uang asing tetapi ditukar atau dicatat dalam mata uang yang lain. Pengaruh mata uang dalam berkaitan dengan transaksi dalam mata uang asing yaitu transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa terhadap mata uang asing pelaporan yang dihasilkan dari proses tersebut. Mata uang asing 247
adalah mata uang selain mata uang fungsional. Di Indonesia akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing di atur dalam Standar Akuntasi Keuangan Tahun 2009 yaitu PSAK No10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan IFRS (International Financial Reporting Standards). Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan. Kurs adalah perbandingan nilai antara satu mata uang dengan mata uang lainnya. Dimana terdapat jenis – jenis kurs yang digunakan dalam transaksi valuta asing yaitu : Spot rate, Current rate, Hyitorical rate, Forward rate dan Kurs BI tengah. Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Demikian pula yang dilakukan oleh PT Sarana Refrigeratama yang merupakan perusahaan dagang dimana sebagai distributor tunggal di Indonesia yang memiliki principle di Negara Italy dan Thailand. PT Sarana Refrigeratama sebagai perusahaan importir, melakukan kegiatan pembelian barang dari negara lain dimana menggunakan uang mata uang asing dalam melakukan pembayaran atas pembelian impor. Dan PT Sarana refrigeratama melakukan penjualan di dalam negeri dengan menggunakan mata uang fungsional ( IDR) dan mata uang asing asing (USD dan EURO). Atas transaksi tersebut yang menimbulkan pencatatan tentang kurs pada saat transaksi, pada akhir periode dan pada saat pembayaran atau penerimaan piutang sehingga mengakibatkan selisih kurs. Perlakuan atas selisih kurs yang timbul untuk transaksi pembelian dan penjualan dalam pencatatan laporan keuangan, menjadikan dasar untuk peneliti untuk mengkaji akun selisih kurs atas laporan keuangan oleh PT Sarana Refrigeratama apakah sesuai dengan PSAK No. 10 tahun 2009 dan IFRS tahun 2012. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan (Studi Kasus PT Sarana Refrigeratama)”. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pencatatan menurut perusahaan terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ? 2. Bagaimana pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ? 3. Bagaimana hasil perbandingan pencatatan perusahaan dengan pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing pada laporan keuangan ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan menurut perusahaan terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan. 2. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan. 248
3. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh antara perbandingan menurut pencataan perusahaan dengan pencatatan sesuai PSAK No.10 pada selisih kurs atas pembelian dan penjualan valuta asing pada laporan keuangan.
TINJAUAN PUSTAKA 1.
Standar Akuntansi International Menurut Weirich et.at (Belkaoui, 1985) mendefiniskan akuntansi international adalah mencakup semua perbedaan prinsip, metode dan standar akuntansi semua negara. Termasuk di dalamnya prinsip akuntansi (GAAP) yang ditetapkan di tiap negara sehingga akuntan harus menguasai semua prinsip di semua negara jika mempelajari akuntansi international, Tidak ada maksud untuk memiliki prinsip yang berlaku umum sedunia. Perbedaan ini diakui karena adanya perbedaan geografis, social, ekonomi, politik dan hokum. Perkembangan akuntansi international semakin cepat dan memberikan secara khusus terhadap masalah profesi akuntan. Terdapat tiga pengertian akuntansi international, yaitu : Pertama, accounting for foreign subsidiary bahwa akuntansi international hanya menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan perusahaan cabang yang berada di berbagai negara. Kedua, international accounting atau comparative yang menekankan pada upaya mempelajari dan mencoba memahami perbedaan akuntansi di berbagai negara. Di sini menyangkut pengakuan terhadap perbedaan akuntansi dan praktik pelaporan, pengakuan terhadap prinsip dan praktik akuntansi di masing – masing negara dan kemampuan mengetahui dampak perbedaan dalam laporan keuangan. Ketiga, universal atau world accounting merupakan konsep di mana kita memiliki satu konsep akuntansi dunia termasuk dalam teori dan prinsip akuntansi yang berlaku di semua negara. Klasifikasi kegiatan usaha luar negeri menurut PSAK No.11 adalah metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan bergantung pada cara pendanaan dan operasi perusahaan pelapor. Kegiatan usaha luar negeri yang hanya menjual barang – barang yang diimpor dari perusaahaan pelapor dan mengirimkan hasilnya ke perusahaan pelapor, maka dalam keadaan tersebut terjadi suatu perubahaan dalam nilai mata uang pelaporan. Sehingga memiliki dampak langsung pada arus kas dari operasi perusahaan pelapor. Perubahaan dalam nilai tukar mempengaruhi masing – masing pos moneter pada kegiatan usaha luar negeri daripada neto perusahaan pelapor dalam operasi tersebut.
2.
Transaksi Mata Uang Asing Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Pengertian lain, mata uang yang bukan merupakan alat pembayaran yang syah di suatu negara di sebut mata uang asing atau valuta asing. Di Indonesia dalam Akuntansi untuk transaksi mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2009 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs. Mata uang dalam suatu negara menyediakan standar nilai, media pertukaran atau suatu alat tukar menukar dan unit sebagai pengukuran dalam transaksi 249
ekonomi. Sedangkan dalam negara yang berbeda mata uang menyediakan unit pengukuran untuk aktivitas ekonomi dan sumber daya dari negaranya masing – masing. Setiap transaksi tersebut dalam catatan keuangan, transaksi itu harus diukur dalam mata uang. Mata uang yang digunakan untuk mencatat transaksi dan yang diperlukan untuk menyelesaikan transaksi tersebut adalah sama. Jika sebuah perusahaan melakukan transaksi membeli dan menjual barang dagangan dengan mata uang asing maka perusahaan tersebut harus mentranslasikan transaksi pembelian dan penjualan kedalam mata uang yang berlaku di negara tersebut. Contohnya PT X melakukan transaksi pembelian dan penjualan mengunakan mata uang asing USD dan EURO maka ketika mentranslasikan mata uang asing ke dalam laporan keuangan haruslah mengunakan mata uang rupiah karena PT X mendirikan perusahaan di negara Indonesia maka mata uang yang berlaku adalah rupiah. Apabila timbul piutang atau utang dalam transaksi pembelian dan penjualan barang dengan mata uang asing, akan terjadi penerimaan dan pengeluaran mata uang asing tersebut untuk menyelesaikannya. Piutang atau utang itu didenominasikan (denominated) dalam suatu mata uang apabila akan dicatat pada laporan keuangan dalam mata uang fungsional. Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah rasio antara unit dari satu mata uang dan jumlah mata uang lainnya di mana unit tersebut dapat ditukarkan pada suatu waktu tertentu.34 Beberapa jenis kurs antara lain : a. Kurs Spot (Spot Rate) adalah kurs yang disepakati pada saat transaksi atau kurs tunai yang berlaku pada saat transaksi. b. Kurs Sekarang (Current Rate) adalah Nilai tukar pada saat di susunnya laporan keuangan yaitu pada saat neraca atau kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca. c. Kurs Historis (Hyitorical Rate) adalah Nilai tukar pada nilai tertentu di masa lalu atau kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi. Kurs Masa Depan (Forward Rate) adalah Nilai tukar yang disepakatin pada tanggal tertentu di masa akan datang atau kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam kontrak berjangka. Metode dalam translasi valuta asing dapat digunakan berbagai metode antara lain : 1. Metode Single Rate Menjabarkan semua saldo valuta asing dengan kurs current yang akan menghasilkan suatu keuntungan maupun kerugian pada setiap perubahaan kurs pada saat ditranslasikan. Penyesuaian tersebut yang akan mengakibatkan penyimpangan dari laporan keuangan. Kondisi ini sering terjadi akan mengakibatkan keuntungan dan kerugian karena tidak direalisasikan secara penuh sebab perubahaan kurs pertukaran sering berbanding balik arah. 2. Metode Multiple Rate Memiliki 2 (dua) jenis yaitu pertama metode current non current adalah asset lancar dan kewajiban lancer ditranslasikan dalam laporan keuangan perusahaan induk dengan menggunakan kurs yang berlaku. Aset dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan dengan kurs historis, ternasuk unsur - unsur dalam laporan keuangan kecuali beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan memakai kurs rata – rata dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Kedua metode moneter nonmoneter 34
Floyd A. Beams, dkk, Akuntansi Lanjutan (Advanced Accounting) Jilid 2, Erlangga, 2009, Hal 2.
250
merupakan asset dan kewajiban moneter (kas, piutang dan utang ternasuk utang jangka panjang) ditranslasikan memakai kurs berlaku. Unsur – unsur non moneter (asset tetap, investasi jangka panjang dan persedian) ditranslasikan menggunakan kurs historis. 3. Metode Temporal, Hutang, piutang dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan ditranslasikan memakai kurs berlaku pada tanggal neraca. Aset dan kewajiban yang dapat diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenan dengan harga uang tersebut. Jadi unsur – unsur non moneter harus ditranslasikan sesuai dengan basis pengukuran aslinya, secara khususnya asset yang tercatat dalam laporan keuangan valuta asing berbasis biaya historis ditranslasikan memakai kurs historis. 3.
Perlakuan Akuntansi Selisih Kurs Menurut PSAK No.10 Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. c. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana. d. Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang transaksi dalam mata uang asing PSAK No. 10 telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya. Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis untuk hedging, contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing, terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs.
4. Pengungkapan Perusahaan harus mengungkapkan: a) Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode tersebut. 251
b) Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode. c) Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam paragraf 20. 5. Pengakuan awal Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. 6. Pelaporan pada tanggal neraca berikutnya pada setiap tanggal neraca: 1) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. 2) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. 3) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. 7. Pengakuan selisih kurs Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. 8. Kurs Tengah Bank Indonesia35 BI rate merupakan acuan suku bunga yang berlaku di Indonesia. BI rate adalah suatu suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dimana BI rate memiliki fungsi sebagai media yang dapat menaikkan BI rate apabila terjadi inflasi yang dikemudian hari akan terjadi kenaikan melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Bahkan dapat sebaliknya BI rate dapat diturunkan apabila inflasi mengalami penurunan dari sasaran yang telah ditetapkan. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia setiap bulanan dan diimplementasi pada kegiatan moneter melalui pengelolan likuiditas dipasar uang untuk mencapai sasaran operasional moneter. Kebijakan sasaran operasional moneter dicerminkan melalui pergerakan suku bunga pasar uang antar bank, pergerakan ini dapat diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito dan selanjutnya suku bunga kredit perbankan.
35
Bank Indonesia, 2008, Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate, diakses tanggal 25 November 2012
Acuan,
252
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian, penulis memilih PT Sarana Refrigeratama yang berkedudukan di Jalan Tomang Raya No.20C Jakarta Barat sebagai tempat penelitian guna memperoleh data – data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Waktu penelitian ini penulis menggunakan data – data perusahaan selama periode tahun 2011, dimana penulis mengobservasi, mengumpulkan dan menganalisa dari mulai bulan Januari 2012 sampai bulan Januari 2013. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan data secara kuantitatif, yaitu langsung mengambil data dari perusahaan PT Sarana Refrigeratama atau mengambil data dari sumber internal dan hasil wawancara manager perusahaan PT Sarana Refrigeratama. Untuk data kualitatif seperti sejarah perusahaan atau gambaran umum perusahaan hanya digunakan sebagai bahan pelengkap. Sumber data berasal dari data internal perusahaan, dimana penulis terlibat langsung dalam perusahaan PT Sarana Refrigeratama sehingga data langsung dari sumbernya dan laporan keuangan perusahaan. Metode Pengumpulan Data 1. Studi kepustakaan Dilakukan dengan mengumpulkan data teoritis guna menunjang pembahasan masalah, membaca atau mempelajari buku – buku literatur maupan tulisan – tulisan ilmiah berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dan melalui mata kuliah yang telah didapatin selama perkuliahan guna menambah bahan skripsi ini. 2. Studi Lapangan Metode pengumpulan data dengan terlibat secara langsung dan menganalisa serta mendokumentasi data – data yang diperlukan guna menunjang penelitian dan melalui wawancara dalam memberikan informasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Metode Analisa Data Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana Refrigeratama dengan metode pancatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan menurut PSAK No.10 dalam pencatatan selisih kurs dalam periode selama tahun 2011. Penulis juga menyajikan perbandingan laporan keuangan menurut perusahaan dan PSAK No.10 dalam pencatatan selisih kurs sehingga terlihat dampak dalam laporan keuangan. Definisi Operasional Variabel 1) Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. 2) Pembelian adalah Suatu kegiatan membeli barang dagang atau jasa untuk memenuhi suatu kebutuhan dapat dilakukan baik secara tunai atau kredit. 3) Penjualan adalah Suatu transaksi yang menghasilkan penerimaan dari hasil pengiriman barang atau penyertaan jasa baik yang diterima secara tunai atau kredit. 253
4) Transaksi valuta asing adalah transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa atau pembayaran peminjaman atau penerimaan, dimana proses penjabaran jumlah atau hitungan menggunakan satu mata uang yang dipilih antara dua mata uang. 5) Laporan keuangan adalah Catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu peiode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selisih kurs menurut pencatatan perusahaan Pembelian
Perusahaan (RP)
€ 225.246,23
Transaksi 2.725.063.328
Tutup Buku 2.785.699.856
Selisih kurs (60.636.528)
$ 978.004,70
8.592.169.546
8.619.249.617
(27.080.071)
Total
11.317.232.874
11.404.949.473
(87.716.599)
Selisih kurs pada transaksi penjualan tahun 2011 Penjualan
Perusahaan (RP)
€ 318.538,64
Transaksi 3.892.161.156
Tutup Buku 3.888.117.535
Selisih kurs (4.043.621)
$ 1.500.321,68
13.185.257.505
13.172.394.032
(12.863.473)
Total
17.077.418.661
17.060.511.567
(16.907.094)
Jurnal pada saat transaksi dan tutup buku Tanggal 01/01 – 01/12‟11 01/01 – 01/12‟11 01/01 – 01/12‟11 01/01 – 01/12‟11 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11
Akun Pembelian Hutang Piutang Penjualan Rugi selisih kurs Hutang Rugi selisih kurs Piutang
Debet (RP) 11.317.232.874
Kredit (RP) 11.317.232.874
17.077.418.661 17.077.418.661 87.716.599 87.716.599 16.907.094 16.907.094
254
Transaksi Laba / Rugi selisih kurs Tanggal 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11 Jumlah
Akun Rugi kurs Rugi kurs
Debet (RP) 87.716.599 16.907.094 104.623.694
Kredit (RP)
Selisih kurs menurut pencatatan PSAK No.10 Pembelian € 225.246,23 $ 978.004,70 Total
Transaksi 2.779.689.395 8.756.459.652 11.536.149.048
PSAK No.10 (RP) Tutup Buku 2.785.699.856 8.619.249.617 11.404.949.473
Selisih kurs (6.010.461) 137.210.035 131.199.575
Selisih kurs pada transaksi penjualan tahun 2011 Penjualan € 318.538,64 $ 1.500.321,68 Total
Transaksi 3,955,078,613 13.362.856.755 17.317.935.368
PSAK No.10 (RP) Tutup Buku 3.888.117.535 13.172.394.032 17.060.511.567
Selisih kurs (66.961.078) (190.462.722) (257.423.801)
Jurnal pada saat transaksi dan tutup buku Tanggal 01/01 – 01/12‟11 01/01 – 01/12‟11 01/01 – 01/12‟11 01/01 – 01/12‟11 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11
Akun Pembelian Hutang Piutang Penjualan Hutang Laba selisih kurs Rugi selisih kurs Piutang
Debet (RP) 11.536.149.048
Kredit (RP) 11.536.149.048
17.317.935.368 17.317.935.368 131.199.575 131.199.575 257.423.80 257.423.801
255
Transaksi Laba / Rugi selisih kurs Tanggal 31/01 – 31/12‟11 31/01 – 31/12‟11 Jumlah
Akun Laba kurs Rugi kurs
Debet (RP) 257.423.801 126.224.226
Kredit (RP) 131.199.575 -
Hasil Perbandingan Laporan Keuangan Menurut Perusahaan dan PSAK No.10 Laporan Keuangan (RP) Total Penjualan HPP Laba Kotor Penjualan Total Biaya Usaha Laba /Rugi Usaha Laba /Rugi diluar Usaha Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan
Perusahaan (RP)
PSAK No.10 (RP)
Selisihnya (RP)
16.984.469.376 12.761.176.071 4.223.293.305
17.224.986.083 12.980.092.244 4.244.893.839
240.516.707 218.916.173 21.600.534
2.078.158.808 2.145.134.497 976.317.536
2.078.158.808 2.166.735.031 954.717.004
0 21.600.534 21.600.532
3.121.452.033
3.121.452.035
2
Transaksi valuta asing atas pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi dan pelaporan pada waktu tutup buku, menghasilkan selisih kurs mempengaruhi pada laporan keuangan . Hasil perbandingan laporan keuangan berdasarkan perusahaan dan PSAK No. 10 atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing dapat terlihat laba bersih sebelum pajak penghasilan menurut pencatatan perusahaan adalah Rp 3.121.452.033. Dan laba bersih sebelum pajak penghasilan menurut pencatatan PSAK No.10 sebesar Rp 3.121.452.035 maka perbedaan laba bersih menurut PSAK No.10 beda tipis dibandingkan laba bersih menurut perusahaan, sehingga terdapat selisihnya Rp 2. Selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada saat transaksi dan pelaporan menghasilkan laba selisih kurs atau rugi selisih kurs dikelompokkan pada pendapatan dan biaya diluar usaha, yaitu menurut perusahaan sebesar Rp 976.317.536 sedangkan berdasarkan PSAK No.10 sebesar Rp 954.717.004 sehingga terdapat selisihnya adalah Rp 21.600.532 maka pendapatan dan biaya diluar usaha menurut perusahaan lebih besar dibandingkan pendapatan dan biaya diluar usaha menurut PSAK No.10. Terakhir dapat dibandingakan hasil laba kotor penjualan menurut pencatatan perusahaan dengan pencatatan PSAK No.10 yaitu laba kotor penjualan menurut perusahaan sebesar Rp 4.223.293.305 dan laba kotor penjualan menurut PSAK No.10 sebesar Rp 4.244.893.839 maka 256
terdapat selisihnya sebesar Rp 21.600.534. Dapat dilihat bahwa laba kotor penjualan menurut PSAK No.10 lebih besar dibandingkan laba kotor penjualan menurut perusahaan. Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 menghasilan laba kotor penjualan adalah Rp 21.600.534 dan laba rugi diluar usaha menhasilkan Rp 21.600.532. Jadi dapat terlihat perbedaannya Rp 2 suatu nilai yang sangat kecil terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan transaksi valuta asing.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pencatatan menurut perusahaan dimana pada transaksi menggunakan kurs pajak dan pada pelaporan menggunakan kurs tengah BI sesuai dengan tanggal neraca. Perbedaan selisih kurs yang terjadi antara kurs yang digunakan saat transaksi dan pelaporan menimbulkan laba selisih kurs pada transaksi valuta asing. Sehingga pencatatan menurut perusahaan terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan valuta asing tidak mempengaruhi laporan keuangan suatu perusahaan. 2. Pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing terhadap laporan keuangan tidak mempengaruhi kinerja laporan keuangan suatu perusahaan. Pada saat transaksi pembelian dan penjualan valuta asing menggunakan kurs BCA dan saat pelaporan menggunakan kurs tengah BI sehingga menghasilkan rugi selisih kurs, dapat diakui atau ditangguhkan pada laba rugi diluar usaha. Dan selisih kurs yang terjadi mempengaruhi saldo akhir pada hutang dan piutang. 3. Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing, keduanya tidak mempengaruhi laporan keuangan suatu perusahaan. Nilai tukar atau kurs dapat saja ditetapkan oleh pemerintah atau dibiarkan fluktuasi (mengambang) mengikuti di pasar mata uang asing atau valuta asing. Pergerakan mata uang asing di pasar pasti akan selalu mengalami perubahaan naik (menguat) atau menurun (melemah). Di Negara Indonesia, pemerintah menggunakan kurs resmi atau kurs tetap (fixed exchange rates) , kurs yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak akan berubah merskipun terjadi perubahaan di pasar valuta asing. Metode pencatatan yang digunakan terhadap transaksi valuta asing menggunakan metode Multiple Rate. Sehingga perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No. 10 perbedaannya tidak jauh dan keduanya menggunakan kurs yang sama – sama ditetapkan oleh pemerintah yaitu kurs pajak dan kurs tengah BI.
Saran Setiap transaksi sebaiknya perusahaan konsisten menggunakan kurs, yaitu kurs pajak dan kurs tengah BI saat transaksi dan pada waktu pelaporan selama periode berjalan dalam transaksi pembelian dan penjualan valuta asing, apabila sulit untuk melakukan hedging pada transaksi tersebut. 257
DAFTAR PUSTAKA Bank Sentral Republik Indonesia. (2008). Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan. BI Rate. Diperoleh 25 November 2012 Dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate. Bragg, S.M., IFRS Made Easy, Indeks, Jakarta, 2012 Choi, F.D.S. dan Meek, G.K., Akuntansi International, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2010 Donald, E.K., Weygandt, J.J., dan Warfield, T.D., Akuntansi Intermediate, Edisi 5, Erlangga, Jakarta, 2010 Germon, H., dan Meek, G.K., Akuntansi Perspektif International, Jilid 5, Andi, Yogyakarta, 2007 Mursyidi, Akuntansi Dasar, Edisi 1, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010 Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2009 Syafri, S., Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011, PT Rajagrafindo Persada Jakarta, 2011 Syakur, A.S., Intermediate Accounting, Jilid 1, Av Publisher, Jakarta, 2009 Zebua, F., Akuntansi International, Jilid 1, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008 Website : www.saranarefrigeratama.com
258
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN NILAI PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (STUDI EMPIRIS : PADA PERUSAHAAN INDUSTRI FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2008-2011)”. Elis Kartika Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Penelitian dilakukan pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan farmasi melakukan praktik perataan laba serta untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba. Perataan laba (Income Smoothing) dapat dilihat dari income smoothing index dimana jika coefficients of variation of earnings (CV ΔI ≤ CV ΔS), maka perusahaan dikatakan melakukan perataan laba. Profitabilitas dengan menggunakan ROE yaitu laba atau rugi bersih setelah pajak tahun sebelumnya dibagi modal sendiri tahun sebelumnya. Perhitungan ukuran perusahaan yaitu total penjualan tahun sekarang dikurang total penjualan tahun sebelumnya dibagi total penjualan tahun sebelumnya, varibel leverage dengan menghitung total hutang tahun sebelumnya dibagi total aktiva tahun sebelumnya, dan untuk perhitungan nilai perusahaan yaitu harga saham tahun sekarang dibagi nilai buku tahun sebelumnya. Hasil penelitian diperoleh berdasarkan Uji Wald (Uji Parsial) dimana hasilnya adalah hanya variabel nilai perusahaan saja yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan berdasarkan Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan) variabel profitabilitas, ukuran perusahaan,leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba. Kata kunci
:
Perataan laba, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, perusahaan
nilai
PENDAHULUAN Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba yaitu tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba yang dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam berinvestasi. Menurut Belkaoui yang dikutip Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. Selain itu menurut Sri Sulistyanto perataan laba adalah Upaya perusahaan mengatur agar laba relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan dan biaya 259
periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya. Salah satu perusahaan yang melakukan praktik perataan laba di Indonesia ialah PT. Kimia farma. Dalam blog David Parsaoran diduga PT. Kimia farma melakukan manipulasi laba bersih dalam laporan keuangan tahun 2001 dalam laporan keuangan tersebut PT. Kimia farma menghasilkan laba sebesar Rp. 132 Miliar. Tetapi kecurangan tersebut akhirnya terbongkar juga, karena setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 dalam laporan keuangan yang baru, keuntungan PT. Kimia farma yang sebenarnya hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan Diduga PT. Kimia farma melakukan kecurangan dengan menaikkan laba itu adalah untuk menarik minat investor agar menanamkan modalnya di PT. Kimia farma. Penelitian tentang praktik perataan laba sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya oleh Nuvita Dwi Cahyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan jenis industri terhadap praktek perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI, dari hasil penelitiannya profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemiliikan terbukti terdapat pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap praktek perataan laba. Hasil penelitian Nuvita Dwi Cahyani tidak konsisten dengan penelitian Yudho Aji dan Farah Mita (2010) tentang pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, terbukti resiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba, sedangkan profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap praktek perataan laba. hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba menurut Aji dan Mita (2010) dengan melakukan perataan laba maka variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba yang minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor dan agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan untuk menarik sumber daya ke dalam perusahaan. Perusahaan industri farmasi di Indonesia pada saat ini memiliki perhatian lebih oleh investor, karena berdasarkan pernyataan wakil sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012) Kendrariadi Suhanda menyatakan pada tahun 2010 total nilai industri farmasi di Indonesia mencapai US$ 3,7 Miliar, tahun 2012 angka itu diperkirakan meningkat menjadi US$ 4,7 Miliar. Rata – rata industri farmasi tumbuh 13,4% per tahun. Kalangan pengusaha memperkirakan pada tahun 2014 angka tersebut naik menjadi US$ 6,1 Miliar. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
2.
3.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Leverage terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 20082011. 260
4.
5.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Nilai Perusahaan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011.
KAJIAN TEORI 1. Teori Keagenan (Theory Agency) Teori keagenan (Theory Agency) merupakan salah satu teori yang sangat erat hubungannya dengan praktik perataan laba yang merupakan salah satu tindakan dari manajemen laba. Teori agensi menurut Zulkarnaini yang dikutipoleh Amanza (2012) adalah hubungan atau kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent). Masalah yang mendasari teori keagenan (agency theory) adalah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer. Pemilik disebut principal dan manajer disebut agent, merupakan dua pihak yang masing-masing saling memiliki tujuan yang berbeda dalam mengendalikan perusahaan terutama menyangkut bagaimana memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang dicapai melalui aktivitas usaha. Di dalam teori ini, menurut Komalasari yang dikutip oleh Amanza (2012) bahwa salah satu kunci dari teori agensi adalah adanya perbedaan tujuan antara prinsipal dan agen, sehingga semua individu berusaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya masingmasing. Adanya tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, di mana setiap individu ingin mengoptimalkan kepentingannya pribadi, menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen. Pihak principal termotivasi untuk melakukan kontrak dalam rangka mensejahterakan dirinya melalui profitabilitas yang pada umumnya diharapkan selalu meningkat. Sedangkan menurut Widyaningdyah dalam penelitian Amanza (2012) agen termotivasi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Perbedaan tujuan prinsipal dan agen inilah yang menimbulkan konflik keagenan dalam perusahaan. 2. Manajemen Laba Menurut Sri Sulistyanto secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi – informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Menurut Schipper Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, resiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba. Secara umum motivasi yang mendorong manajer untuk berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak, perubahan CEO, IPO, atau SEO dan mengkomunikasikan informasi ke investor. Menurut Watts dan Zimmerman yang dikutip oleh Valentine (2012) pengelompokkan ini sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory), yang menjadi dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu hipotesis bonus, hipotesis biaya politik, dan hipotesis perjanjian hutang. 3.
Perataan laba Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba yaitu tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba 261
yang dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam berinvestasi. Menurut Belkaoui dalam penelitian Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. Sedangkan menurut Sri Sulistyanto, perataan laba adalah upaya perusahaan mengatur agar laba relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan dan biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya. Menurut Heyworth dalam penelitian Salno dan Baridwan yang dikutip oleh Dhiar Ratnasari (2012) mengungkapkan bahwa manajer melakukan perataan laba karena ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomis dan psikologis, yaitu : a. Mengurangi total pajak yang terutang. b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil. c. Meningkatkan hubungan antar manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah. d. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dengan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak. Tujuan perataan laba menurut Foster dalam penelitian Suwito dan Herawaty (2005) adalah sebagai berikut: a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah. b. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa mendatang. c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis. d. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen. e. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. 4.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba Profitabilitas adalah tingkatan keuntungan bersih yang dicapai perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kinerja operasional perusahaan, Zuhro dalam Syafriont By yang dikutip Dhiar Ratnasari (2012) menyatakan bahwa sebagian besar investor dan kreditor menggunakan profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menilai seberapa efektif perusahaan mengelola sumber-sumber yang dimilikinya dan juga merupakan bahan pertimbangan utama bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan baik dalam menginvestasikan dana maupun dalam meminjamkan dana pada suatu perusahaan. Menurut Carlson dan Bathala yang dikutip dalam penelitian Darma Yudho Aji dan Aria Farah Mita (2010) menyimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen, karena sesuai dengan hipotesa biaya politik bahwa tingkat profitabilitas yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada mereka berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan manajemen untuk melakukan perataan laba yang merupakan salah satu tindakan manajemen laba terhadap laporan keuangannya, salah satunya yaitu menurunkan profitabilitas yang tinggi menjadi rendah hal ini bertujuan agar perusahaan terhindar dari pajak yang terlalu tinggi dan kompensasi untuk karyawan dan juga masyarakat
5.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Menurut Machfoeds yang dikutip oleh Eddy Suwito dan Arleen Herawaty (2005) dalam penelitiannya ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat 262
diklasifikasikan besar, kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain – lain. Pada dasarnya ukuran hanya perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Selain itu menurut Moses dalam penelitian Eddy Suwito dan Arleen Herawaty dalam penelitiannya (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan – perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan – perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan) yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. hal tersebut menyebabkan perusahaan – perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba hal tersebut bertujuan untuk menghindari pajak yang tinggi, karena perusahaan – perusahaan besar biasanya memiliki kekayaan dan sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan kecil sehingga perusahaan – perusahaan yang lebih besar akan dikenakan pajak yang tinnggi sehingga banyak perusahaan – perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari terkena pajak yang tinggi. 6.
Leverage Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biayabiaya operasi tetap (misal penyusutan gedung, peralatan kantor dsb). Martono dan Harjito (dalam Dhiar Ratnasari : 2012) pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan. Leverage operasi juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang diperoleh. Dari hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti empiris bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena tingkat leverage yang tinggi akan mempersulit perusahaan untuk menarik investor dan mendapatkan pinjaman dari kreditor, sehingga perusahaan akan meratakan tingkat leverage agar menjadi turun atau relatif samadengan tingkat leverage periode sebelumnya, sehingga mempermudah perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor dan menarik investor.
7.
Nilai Perusahaan Menurut Salvatore yang dikutip oleh Rahmawati (2012) tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Menurut Euis dan Taswan yang dalam penelitian Rahmawati (2012) memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Dari hasil penelitian Aji dan Mita (2010) menemukan hasil bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba yang minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor dan agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan untuk menarik sumber daya ke dalam perusahaan.
263
METODE PENELITIAN 1. Model Penelitian
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan Perataan Laba Leverage Nilai Perusahaan Gambar 1 Model Penelitian 2.
Hipotesis Penelitian Ha1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba. Ha2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba. Ha3 : Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Praktik Perataan Laba Ha4 : Nilai Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Ha5 : Profitabilitas, Ukuran Perusahaan. Leverage, Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba.
3.
Pengumpulan Data Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2008-2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2008-2011. Tahun 2008 sebanyak 9 perusahaan Tahun 2009 sebanyak 9 perusahaan. Tahun 2010 sebanyak 9 perusahaan. Tahun 2011 sebanyak 9 perusahaan. Total sebanyak 36 perusahaan.
4.
Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Deskriptif Analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran perataan laba perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI, serta menjelaskan hasil penelitian. b. Kausalitas Uji kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh profitabilitas yang diwakilkan ROE tahun sebelumnya, ukuran perusahaan yang diukur dari pertumbuhan penjualan tahun sebelumnya, leverage tahun sebelumnya yang diukur dengan debt to total assets dan nilai perusahaan tahun sebelumnya yang diukur dengan PBV terhadap variabel dependen yaitu perataan laba. Kemampuan prediksi variabelvariabel tersebut akan dilakukan dengan melihat pengaruh variabel independen tersebut 264
terhadap variabel dependennya.Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis kausalitas (pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki tahapan sebagai berikut, antara lain: (1) Uji kualitas data Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan normal probability plot jika titik mendekati garis diagonal maka data tersebut dianggap normal. (2) Uji Asumsi Klasik (a) Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas. Cara mendeteksi multikolinieritas berdasarkan rule of thumb. Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF <10. maka tidak terjadi multikolinieritas. (b) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. (3) Uji Hipotesis (a) Uji Hosmer dan Lmeshow’s Goodness of Fit Dalam penelitian ini uji Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Dasar pengambilan keputusan : Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha ditolak Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha diterima (b) Uji Wald (Uji Parsial) Uji Wald dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah masing – masing koefisien regresi logistik signifikan maka digunakan Uji Wald. Dasar pengambilan keputusan : Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha ditolak Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha diterima (c) Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji Simultan) Uji ini dapat dilihat dibawah nilai Chi-square goodness-of-fit test untuk menguji apakah dengan memasukkan variabel independen kedalam model akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistik Dasar pengambilan keputusan : Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha5 ditolak Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha5 diterima Metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis yaitu binary logistic regression yaitu jika variabel dependen merupakan variabel dummy yang berskala nominal sementara variabel independennya dapat berskala nominal, interval, dan rasio. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Ln P = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4 x4 1–P Dimana : 265
P
=
probabilitas perusahaan melakukan perataan laba dengan variabel bebas profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan. β0 = koonstanta β1 - β4 = koefisien x1 = Profitabilitas x2 = Ukuran Perusahaan x3 = Leverage x4 = Nilai Perusahaan (d) Negelkerke R2 Square Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen digunakan koefisien Negelkerke R2 Square Dasar pengambilan keputusan : Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha ditolak Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha diterima (4) Pengukuran variabel dependen Perataan Laba Pengukuran perataan laba dalam penelitian ini sama seperti pengukuran perataan laba pada penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menggunakan rumus Indeks Eckel, sebagai berikut : Indeks Eckel = CV ΔI CV ΔS Keterangan: CV : Koefesien variasi variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan, dari laba tahun tertentu. ΔI : perubahan laba dalam satu periode ΔS : perubahan penjualan dalam satu periode Nilai CV ΔI dan CVΔS dihitung dengan rumus CV ΔI atau CVΔS = √∑ (Δx−ΔX)2 −1 : ΔX Keterangan: Δx : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 ΔX : rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 n : banyaknya tahun yang diamati HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Hasil Pengukuran Perusahaan yang melakukan Perataan Laba dan Yang Tidak Melakukan Perataan Laba Tabel 1 Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba dan yang Tidak Melakukan Perataan Laba Keterangan 2008 2009 2010 2011 Prosentase Perata Laba
5
4
4
6
52,78 %
Bukan Perata Laba
4
5
5
3
47,22 %
266
Dari hasil perhitungan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 52, 78% perusahaan sampel mealakukan praktik perataan laba, atau bisa dikatakan rata – rata perusahaan sampel banyak yang melakukan praktik perataan laba. 2.
Statistik Deskriptif Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
PROFIT
36
45,0556
114,67792
UP
36
41,7222
173,94492
LEV
36
16,3333
17,09469
NP
36
393,6944
285,85069
PL
36
,5278
,50631
Valid N (listwise)
36
Penelitian ini menggunakan sebanyak 36 sampel dari 9 perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 – 2011. Dari hasil penelitian rata – rata profitabilitas dari perusahaan sampel sebesar 45%, dan rata – rata ukuran perusahaan sampel sebesar 41,7%, sedangkan leverage perusahaan sampel rata – rata sebesar 16,3%, dan untuk nilai perusahaan rata – rata perusahaan sampel sebesar 39,36%. 3.
Uji Kausalitas a. Uji Kualitas Data
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik – titik berada mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data tersebut dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Asumsi Klasik (1) Uji Multikolinearitas
267
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Unstandardiz ed Coefficients B
Standardized Coefficients Std. Error
t
Sig.
Beta
Correlations
Zeroorder
(Constant)
,089
,163
,545
,590
PROFIT 1UP LEV NP a. Dependent Variable: PL
,001 ,001 ,002 ,001
,001 ,000 ,005 ,000
,123 ,799 ,200 1,285 ,076 ,491 ,507 3,258
,430 ,208 ,627 ,003
,057 ,153 ,058 ,462
Partial
,142 ,225 ,088 ,505
Collinearity Statistics Part
Toleranc e
,122 ,196 ,075 ,498
,983 ,967 ,971 ,966
VIF
1,018 1,034 1,030 1,035
Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. (2) Uji Autokorelasi Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate a 1 ,525 ,276 ,183 ,45774 2,358 a. Predictors: (Constant), Nilai Perusahaan, Leverage, PROFIT, Ukuran Perusahaan
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 2.358 yang berarti menjauhi angka 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regeresi terjadi masalah autokorelasi. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan tabel Durbin Watson yaitu dengan melihat tabel Durbin Watson. Apabila angka DU < DW < 4 – DU maka dapat dikatakan aman. Hasil dari tabel Durbin Watson pada penelitian ini terdapat pada kategori tidak aman karena angka DU 1.7245 < DW 2.358 < 4 – 1.7245 = 2,2755, sehingga dapat disimpulkan DU 1,7245 < DW 2,358 > 2,2755, hasil tersebut menandakan bahwa data terkena gejala autokorelasi. Tetapi karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data nonparametrik , dimana data berskala nominal dan rasio sehingga uji asumsi klasik dalam penelitian ini tidak wajib dilakukan pada data nonparametrik. Selain itu terdapat pernyataan dalam buku Statistik Nonparametrik yang menyatakan bahwa statistik nonparametrik tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik nonparametrik dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak. Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis pada data nominal atau ordinal. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut maka penelitian ini dapat dilanjutkan karena data yang digunakan merupakan data nonparametrik.
268
4.
Uji Hipotesis a. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test Step
Chisquare
df
13,172
1
Sig. 7
,068
Dari hasil tabel diatas Nilai Hosmer and Lemeshow’s sebesar 13.172 dan signifikan sebesar 0.068 lebih besar α = 0.05, maka hipotesis Ha ditolak berarti model tidak mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model tidak dapat diterima karena tidak cocok dengan data observasinya. b. Uji Wald (Uji Parsial) Tabel 6 Hasil Uji Wald ( Uji Parsial) Variables in the Equation B
Step
PROFIT UP a LEV 1 NP Constant
,002 ,004 ,012 ,004 -1,941
S.E. ,003 ,005 ,022 ,002 ,852
Wald
df
,587 ,529 ,286 7,348 5,191
Sig. 1 1 1 1 1
,444 ,467 ,593 ,007 ,023
Exp(B) 1,002 1,004 1,012 1,004 ,144
a. Variable(s) entered on step 1: PROFIT, UP, LEV, NP.
a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba secara parsial. Dari hasil tabel diperoleh hasil Sig 0,444 yang berarti lebih besar dari α = 0,05, sehingga profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha1 ditolak. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi maka akan lebih menjadi sorotan publik dan mendapat pengawasan serta perhatian lebih keat dari investor dan publik, sehingga perusahaan tersebut harus memberikan laporan keuangan lebih berhati – hati dan lebih transparan, dengan demikian perusahaan tidak akan melakukan perataan laba yang akan membahayakan kredibilitas perusahaannya. b.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba secara parsial. Hasil Sig sebesar 0,467 yang berarti lebih besar dari α = 0,05 dan berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha2 ditolak. Perusahaan dengan ukuran besar biasanya mendapat perhatian dan pengawasan yang lebih ketat dari publik dan investor, sehingga perusahaan tersebut harus memberikan informasi laporan keuangannya lebih berhati – hati dan lebih menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung didalamnya serta lebih transparan sehingga perusahaan tidak akan melakukan perataan laba yang akan membahayakan kredibilitas perusahaannya.
c.
Pengaruh Leverage terhadap Perataan Laba secara parsial. 269
Hasil Sig menunjukkan sebesar 0.593 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha3 ditolak atau leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, karena apabila tingkat leverage tinggi tetapi produktivitas perusahaan baik maka perusahaan tidak perlu melakukan perataan laba d.
Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba secara parsial. Hasil Sig menunjukkan 0,007 lebih kecil dari α = 0,05, yang berarti nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha4 diterima. Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi berarti perusahaan tersebut menghasilkan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas akan diminati oleh banyak masyarakat sehingga menyebabkan permintaan produk akan meningkat, dengan meningkatnya permintaan produk berarti penjualan perusahaan tersebut juga akan meningkat. Penjualan yang meningkat tersebut akan menghasilkan laba yang meningkat juga, tingkat laba yang cenderung meningkat ini oleh perusahaan akan diratakan atau perusahaan akan melakukan perataan laba agar laba yang dihasilkan relatif sama dengan laba periode sebelumnya, sehingga laba yang dilaporkan akan stabil setiap periodenya. Dengan demikian nilai perusahaan akan menjadi baik atau stabil, nilai perusahaan yang baik dan stabil ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan investor dan kreditor terhadap perusahaan tersebut. Sehingga dengan dengan demikian perusahaan akan mudah menarik investor ke dalam perusahaan karena investor lebih menyukai berinvestasi pada perusahaan yang labanya stabil dan juga yang memiliki nilai perusahaan yang baik karena investor dan kreditor akan merasa aman apabila menanamkan dananya diperusahaan tersebut. Dari Uji Wald model regresi logistik biner yang terbentuk adalah :
Ln
P
= -1,941 + 0,002 x1 + 0.004 x2 + 0.012 x3 + 0.004x4
1–P D c. Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan) Tabel 7 Hasil Uji Omnibus Test of Model Coefficients Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chisquare
df
Sig.
Step
10,987
4
,027
Block
10,987
4
,027
Model 10,987
4
,027
Dari hasil tersebut ternyata Sig sebesar 0,027 yang berarti lebih kecil dari pada α = 0,05, maka menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba atau Ha 5 diterima. d. Uji Negelkerke R2 Square Tabel 8 Hasil Uji Negelkerke R2 Square Model Summary 270
Step 1
-2 Log likelihood 38,809a
Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square ,263
,351
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hasil tabel diatas terdapat -2 Log Likelihood sebesar 38,809 dan hasil perhitungan koefisien Negelkerke R2 sebesar 0,351 yang menunjukkan bahwa variabel independen hanya mampu menjelaskan 35,1 % variabilitas variabel dependen sedangkan sisanya 64,9 % menjelaskan oleh variabel lainnya atau faktor lainnya diluar model penelitian ini seperti struktur kepemilikian, jenis usaha, Devident payout, opini auditor, inventory turn over, dan lain – lain. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh hasil uji Wald ( Uji Parsial) dimana nilai signifikansi variabel sebesar 0,444 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suwito & Herawaty(2005) dan Yudi Astuti (2012), tetapi tidak konsisten dengan penelitian Budi Asih yang dikutip dalam penelitian Yudi Astuti (2012). 2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi variabel sebesar 0,467 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Salno Baridwan, Jatingrum dan Suwito & Herawaty yang dikutip dalam penelitian Suwito & Herawaty (2005), dan sebaliknya penelitian ini tidak sesuai dengan Budiasih dan Yudi Astuti yang dikutip dalam penelitian Yudi Astuti (2012) 3. Hasil dari nilai signifikansi leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba, hasil tersebut dapat dilihat dari hasil uji Wald (uji parsial) sebesar 0,593 yang berarti lebih besar dari α = 0,05 berarti Ha3 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dan Yudi Astuti namun sebaiknya penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ni Luh Putu & Gerianti yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012) dalam penelitiannya. 4. Variabel nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi sebesar 0,007 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ha4 diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dhamar Yudho Aji & Aria Farah Mita (2010). 5. Profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap praktik perataan laba. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil Uji Omnibus Test of Model Coeficcient ( Uji Simultan) dimana nilai signifikansinya sebesar 0,027 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ha5 diterima. Kemampuan variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan menjelaskan gejala110 praktik perataan laba sebesar 35,1% dan sisanya 64,9% dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar model penelitian. 271
2.
Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian, maka saran yang diajukan oleh peneliti sebagai berikut : 1. Perusahaan farmasi pada penelitian ini terdeteksi banyak yang melakukan perataan laba, untuk perusahaan sebaiknya tidak melakukan praktik perataan laba karena tindakan perataan laba merupakan tindakan manipulasi data laporan keuangan perusahaan yang sangat penting bagi para penggunanya, sehingga tindakan tersebut dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 2. Bagi investor dan kreditor sebaiknya harus lebih berhati – hati dalam melihat laporan keuangan suatu perusahaan, investor dan kreditor seharusnya bisa belajar menghitung indeks eckel, agar perusahaan dapat mengetahui perusahaan – perusahaan yang melakukan perataan laba, sehingga investor dan kreditor tidak tersesat dan salah dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman dana kepada suatu perusahaan. Sehingga informasi yang didapat investor dan kreditor benar – benardapat dipercaya. 3. Sebaiknya pemerintah harus lebih tegas terhadap perusahaan yang melakukan perataan laba dengan memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan yang melakukan perataan laba. Dan pemerintah membuat aturan – aturan yang lebih ketat tentang laporan keuangan serta pengungkapan setiap laporan keuangan harus lebih luas dalam hal perataan laba. 4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar sampel perusahaan dan jumlah sampel perusahaan yang digunakan berbeda dan lebih banyak dari penelitian sebelumnya agar mengetahui perusahaan apa saja yang melakukan praktik perataan laba selain perusahaan farmasi dan hasil penelitian yang didapat lebih akurat. 5. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel yang berbeda dan teknik analisis yang berbeda dari penelitian ini agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dibandingkan .
DAFTAR PUSTAKA Aji Dhamar Yudho dan Mita Aria Farah, Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Niliai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, SNA XIII, Purwokerto : 2010 Amanza Arya Hagaganta, Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba (Income Smoothing) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2012 Astuti Yudi, Analisa Pengaruh Profitabilitas, Total Assets, Inventory Turnover, Financial Leverage, Dan Opini Auditor Terhadap Praktik Perataan LabaPada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2007-2010,Jakarta : 2012 Budiasih Igan, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Davidparsaoran‟s Blog, Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk, 04 November 2009 Dewinnya-ardiksupriyadi. Blog, proposal.scribd, factor-faktor yang berhubungan dengan perataan laba Dewi Ratih Kartika, Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di BEI (2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2011. Ghozali Iman dan Chariri Anis, Teori Akuntansi Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro : 2007 Harahap Sofyan Syafri, Teori Akuntansi. Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2007 H. Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakart : 2008 272
H. Sri Sulistyanto, Teori dan Model Empiris Manajemen Laba, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2008 H. Sutrisno, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), PT. Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, Yogyakarat : 2007 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012, Jakarta : 2012 Kurniawan Mukhlas Deddy, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Surabaya : 2012 Kustono Alwan Sri, Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Resiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006, Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, Nomor 3, November : 2009 Martani Dwi, PSAK – 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS – 1 Presentatio of Financial Statement, Departemen Akuntansi FEUI.1 Mursalim, Income Smoothing Dan Motivasi Investor Studi Empiris Pada Investor Di BEJ, Universitas Muslum Indonesia : 2005 Ningsih Kurnia, Faktor – Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, Universitas Pembangunan Nasional, Jakarta : 2011 Rahmawati Apriliana Nuzul, Analisis Kebijakan Hutang Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan ManufakturYang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010, Universitas Diponegoro : 2012 RR Sri Handayani & Agustono Dwi Rachadi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba, Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Diponegoro, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol II No.1, : 2009 Rastilla May Prasetya, Deteksi Perataan Laba Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi (Studi Kasus PT. Excelcomindo Pratama Tbk Dan PT. Indonesian Satellite Corpooration, Tbk), Universitas Narotama, Surabaya : 2010 Ratnasari Dhiar, Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 – 2010, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro : 2012 Statistik Nonparametrik ; Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, BAB 1 Statistik Parametrik dan Nonparametrik. Sugiono Arief, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta : 2009 Suranta Eddy dan Merdistusi Pratana Puspita, Income Smoothing, Tobins’ Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan, SNA VII Denpasar, Bali : 2004 Suwito Edy dan Herawaty Arleen, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdafter Di Bursa Efek Jakarta, SNA 8 Solo : 2005 Taman Abdullah dan Nugroho Bily Agung, Determinan Kualitas Implementasi Corporate Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2008, Universitas Negeri Yogyakarta : 2012. Valentine, Analisis Pengaruh Perataan Laba (Income Smoothing), Debt Ratio, Total Assets Terhadap Ekspektasi Laba Masa Depan (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan Tahun 20082009), Jakarta : 2012 Yadiati Winwin, Teori Akuntansi, PT Kencana Prenada Media Group, Jakarata : 2007 Zulkarnaini, Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia, Journal Ichsan Gorontalo Vol 2 No 1 Februari – April, Gorontalo : 2007 273
PENGARUH ASIMETRIS INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI OTOMOTIF & KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009 – 2011 Emi Karina Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta (
[email protected]) ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik Manajemen Laba pada industri otomotif & komponennya yang terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode selama 3 tahun, (2009-2011). Pengukuran menggunakan metode analisis data yang terdiri dari: uji kulitas data, uji normalitas data, uji asumsi klasik, uji statistik deskriptif, dan analisis regeresi sederhana. Data penelitian ini menggunakan 12 industri otomotif dengan menggunakan metode sampling jenuh. Asimetris Informasi diukur dengan relative bid-ask spread sebagai variabel independen, dan Manajemen Laba diukur dengan DACC (discretionary accrual) menggunakan modified jones model sebagai variabel dependen. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan tingkat signifikansi 5%, kesimpulan pengujian diambil berdasarkan hasil uji F. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan Asimetris Informasi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai signifikan 0,335 > 0,05. Hal ini mengidentifikasi bahwa adanya kemungkinan investor tidak bersifat rasional, setra ada kemungkinan manajemen tidak berupaya dalam memaksimalkan utilitasnya. Kata Kunci : Asimetris Informasi, Manajemen Laba.
PENDAHULUAN Masalah agensi telah menjadi bahasan yang sangat menarik untuk diteliti oleh para peneliti di bidang akuntansi keuangan. Menurut Andika Wisnumurti, yang di kutip dari Jensen dan Meckling menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Principal memberikan kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer 274
terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earning management) Richardson, dalam Andika Wisnumurti . Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu demi memperoleh keuntungan pribadi menurut Ujiyanto, yang dikutip oleh Andika Wisnumurti. Asimetri informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya praktik manajemen laba di perusahaan. Asimetri informasi ini dapat dikurangi dengan cara transparansi dalam penyampaian laporan keuangan terhadap principal. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui secara empiris asimetris informasi pada industri otomotif di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. 2. Untuk mengetahui secara empiris praktik Manajemen Laba pada industri otomotif di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. 3. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh sigifikan antara Asimetris Informasi terhadap Manajemen Laba pada industri otmotif di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. KAJIAN TEORI 1. Teori Keagenan Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Menurut scoot, yang dikutip oleh Ni Ketut Mualiati menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dankontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. . Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan- tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. 2. Manajemen Laba Manajemen Laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, Manajemen Laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba 275
adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu, sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Faktor- faktor Pendorong Manajemen Laba Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba menurut Watt dan Zimmerman, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati yaitu: 1. Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 2. Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba menurut Sweeney , yang dikutip oleh Rahwati. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3. Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain. Teknik Manajemen Laba Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na‟im, yang dikutip oleh Ni Ketut Mulaiti menyatakan bahwa ,dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: 1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. 2. Mengubah metoda akuntansi Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus. 3. Menggeser perioda biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba Menurut Richardso, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati, menunjukkan bukti hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat 276
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan informasi (bid-ask spreads dan analyst’ forecast dispersion) dan manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott yang dikutip oheh Ni Ketut Muliati, menyatakan bahwa dapat dilakukan dengan cara: 1. Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. 2. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3. Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. 3. Discretionary Accrual Model jones dimodifikasi (modified jones model) merupakan modifikasi dari Jones yang didesain untuk mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang bisa salah dari model Jones untuk menentukan discreationary accrual ketika discreation melebihi pendapatan. Model ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi karena dinilai merupakan model yang balik dalam mendeteksi Manajemen Laba dan memberikan hasil paling robust. Sama halnya model Manajemen Laba berbasis aggregate accruals yang lain model ini menggunakan discreationary accrual sebagai proksi Manajemen Laba. Kelebihannya, model ini memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual, yaitu discreationary current accruals, discreationary long-term accruals, nondiscreationary current accruals, dan nondiscreationary long-term accruals. Discreationary current accruals dan discretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva lancar (current assets), sedangkan nondiscreationary current accruals dan nondiscretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva tidak lancar (fixed assets). 4. Asimetris Informasi dan Teori Bid-Ask Spread Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dalam hal ini adalah pihak bank-bank komersial/umum dengan pemilik (prinsipal) yaitu Bank Indonesia. 277
Menurut Ika Kurnaini yang dikutip dari penelitian Jensen dan Meckling menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orangorang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Ada dua tipe Asimetris Informasi yaitu : adverse selection dan moral hazard a. Adverse Selection Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. b. Moral Hazard Moral hazard adalah jenis Asimetri Informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelisaian transaksitransaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Teori Bid-Ask Spread Literatur mikrostrukstural mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi. 2) Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. 3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal. Pembahasan lebih lanjut mengenai spreads dikemukakan oleh menurut Cohen dkk dalam Ika Kurnaini . Menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread pasar. Ia menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid dan ask yang ditentukan oleh dealer secara individual ketika ia hendak memperdagangkan saham tersebut, sedangkan spread pasar untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer yang sama-sama melakukan transaksi untuk saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka spread pasar dapat lebih kecil dibandingkan dengan spread dealer. METODE PENELITIAN 1. Model Penelitian Dalam model analitis manajemen laba, Due (1988) dan Trueman & Titman (1988), 278
yakin bahwa asimetri informasi sebagai keadaan untuk manajemen laba. Dye (1988) berasumsi terdapat tumpang tindih didalam pemilik. Pemegang saham penjualan menginstruksikan manajemen untuk mengikuti beberapa strategi manajemen laba untuk menciptakan impress yang menguntungkan dalam grup pembelian. Dalam model ini, manajer mengetahui sesuatu tentang earnings yang pemegang saham tidak mengetahuinya. Diasumsikan propietory cost dari pengungkapan, peraturan akuntansi dan institusi lain dan pemaksaan kontrak mengusulkan terdapat hambatan komunikasi antara manajemen dan pemegang saham. Asimetri informasi tidak terhambur sepanjang waktu karena bentuk informasi yang terhalang tidak dapat dieliminasi oleh perubahan perjanjian kontrak (Schipper, 1989). Gambar 1 Model Penelitian SPREAD D
DACC
2. Hipotesis Penelitian Ho1: Asimetris Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap praktik Manajemen Laba 3. Pengumpulan Data Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan teknik sampling jenuh, yaitu pengambilan sampel berdasarkan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut atau teknik sampel bila semua anggota dijadikan sebagai sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011. 4. Metode Analisis Data Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut : a. Uji Kualitas Data Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai signifikan diatas 5% atau >0,05. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku koefisien regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu 279
besar. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang berdekatan. Autokorelasi adalah korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross sectional). Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. 3) Uji Hipotesis Menggunakan regresi linier sederhana digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu Asimetris Informasi terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba (∆Y) . Dasar pengambilan keputusan : a) Jika sig < 0,05 maka Ha diterima. b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak. Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan regresi sederhana persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
∆Y = a + b1 X1+e
Dimana : ∆Y = Manajemen Laba a = Konstanta/ Intercept Persamaan Regresi b1 = Koefisien regresi variabel independent = Asimetris Informasi e = Koefisien error Besarnya proporsi variasi dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dapat dilihat dari koefisien determinasi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan perhitungan Manajemen Laba dengan Model jones dimodifikasi (modified jones model), yaitu discreationary current accruals, discreationary long-term accruals, nondiscreationary current accruals, dan nondiscreationary long-term accruals. Lalu mencari Asimetris Informasi yaitu selisih antara harga tertinggi saham dan terendah saham, lalu diregresikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti price,trans, var,depth lalu hasil yang didapatkan ADJSPREAD. 280
1. Uji Persyaratan Analisis Regresi a. Uji Kualitas Data Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai signifikan diatas 5% atau >0,05. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Heteroskedastisitas Dari hasil uji heteroskedastisitas yang sudah di outlier dapat dilihat bahwa titik – titik tidak menyebar pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas tersebut menunjukan bahwa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena menurut Wolfowitz merupakan orang yang pertama kali menggunakan uji nonparametrik, menggungkapkan metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.
2) Uji Autokorelasi Dari hasil uji autokorelasi yang sudah dioutlier tersebut dapat terlihat, nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,753. Nilai tersebut terletak diantara dU (1,5136) dan 4-d U = 2,4864 , maka persamaan dari uji Durbin-Watson ini yaitu 1,5136 < 1,753 < 2,4864. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini. 2. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini, Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Serta Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat pengaruh secara simultan antar variabel independen yaitu Asimetris Informasi (X1), terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba (∆Y). a) Jika Sig < 0,05, maka Ha diterima b) Jika Sig > 0.05, maka Ha ditolak a. Pengaruh Secara Simultan Antara Asimetris Informasi Terhadap Manajemen Laba 281
Adapun hasil output pengujian secara simultan dari aspek-aspek variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: Tabel 1Hasil Uji Regresi Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error -13309127172,998 2009597542,601 (Constant) 1 ADJSPREAD -31569148290,914 32277929808,935 a. Dependent Variable: DACC
Standardized Coefficients Beta -,170
Coefficients t
a
Sig.
-6,623
,000
-,978
,335
1) Hipotesis Ho1 :Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Asimetris Informasi terhadap Manajemen Laba. Ha1 :Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Asimetris Informasi terhadap Manajemen Laba. Maka : Ho1 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikann Asimetris Informasi terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,335 > 0,05. Adapun Persamaan Regresi linier sederhana dapat disajikan sebagai berikut: Y = -13.309.127.172,998 - 31.569.148.290,914 + e Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar -13.309.127.172,998. Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen dalam keadaan tetap atau bernilai 0 , maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba sebesar 13.309.127.172,998. 2. Koefisien regresi b1, adalah negatif sebesar - 31.569.148.290,914 untuk Asimetris Informasi, yang berarti apabila variabel Asimetris Informasi naik sebesar 1 atau setiap penambahan 1 maka akan menurunkan Manajemen Laba sebesar - 31.569.148.290,914. 3. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya meneliti pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik Manajemen Laba, ini merupakan salah satu dari dampak Manajemen Laba. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel independ lainnya seperti ukuran perusahaa, corporate governance, kinerja masa datang, dan lain-lain, sehingga untuk dapat mengetahui lebih banyak lagi faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Manajemen Laba itu sendiri. Disamping itu penelitian ini juga mengandung kelemahan seperti, jumlah sampel yang sedikit. 4. Implikasi Bagi Penelitian Berikutnya
282
Karena beberapa kelemahan penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya perlu dimasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel lain serta menambah jumlah sampel penelitian. Serta untuk menghitung Manajemen Laba menggunakan Modified Jones Model, sebenarnya masih banyak cara untuk mendeteksi Manajemen Laba, seperti model Healy.model De Angelo, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA Andika Wisnumurti, Analisis Pengaruh Corporate Goverance terhadap hubungan Asimetris Informasi dengan praktik Manajemen Laba, Skripsi, 2010. Aprillia Yunita Sari, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba di Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di BEI, Skripsi , 2010. Dwi Retno Wahyuningsih, Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi pasar Pasar Pengumumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta,
Universitas Diponegoro, Semarang, Skripsi, 2007. Eva Andriani, Pengaruh Rasio Probabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mnaufaktur yang Terdaftar di BEI, Skripsi,2011. Ika Kunaini, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufkatur yang Terdapat di BEI, Skripsi, 2009. Ikatan
Akuntansi
Indonesia,
Standar
Akuntansi
Keuangan,
Salemba
Empat,
Jakarta,2002. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan ,Cetaka Pertama, Ikatan Akuntan Indonesia, 2012 J. Supranto,M.A, Statistik, Erlangga, Jakarta,2001. Ni Ketut Muliati, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktek Manajemen Laba di Perusahaan Perbangkan yang ada di BEI, Tesis, 1998. Rahmawati dkk, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbangkan Publik Yang Terdaftar di BEJ, Jurnal Simponsium Nasional Akuntansi XII ,2006. Sulistyanto Sri, Manajemen Laba, Grasindo , Jakarta, 2008. ______________,2007. Statistik Nonparametrik Aplikasi Dalam Bidang Sosial
Ekonomi
Pertanian. http//www.google.co.id 283
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ( STUDI KASUS PADA PT. PURNA BAJA HARSCO )
Gumarang Ade Himawan Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAK PT.Purna Baja Harsco sebagai satu perusahaan joint venture antara perusahaan local (PT.Purna Sentana Baja) dengan Harsco (Amerika) yang berada dikawasan Industri Cilegon sebagai perusahaan jasa pendaur ulang limbah baja dari proses peleburan besi baja PT. Krakatau Steel, tidak luput dari pengaruh dunia usaha sehingga tingkat pendapatan, rentabilitas dan net profit margin berfluaktif. Dari hasil analisa, Pendapatan dan Biaya PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 pendapatan sebesar -11,02% dan biaya operasional sebesar 44,08%, tahun 2009 pendapatan sebesar 16,91% dan biaya operasional sebesar 14,22%, tahun 2010 pendapatan sebesar 11,31% dan biaya operasional sebesar 13,43%, tahun 2011 pendapatan sebesar -2,20% dan biaya operasional sebesar 7,53%, tahun 2012 pendapatan sebesar 0,85% dan biaya operasional sebesar 10,37%, dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan biaya perusahaan kecenderungan berfluaktif Dari hasil analisa, Rentabilitas PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun 2009 sebesar 46,89%, tahun 2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar 9,06%, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas perusahaan kecenderungan fluktuatif dan menurun. Dari hasil analisa, Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 22,09%, tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010 sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012 sebesar 7,35%, dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin perusahaan kecenderungan fluktuatif dan menurun. Atas kecenderungan menurunya rentabilitas dan net profit margin tersebut, sebaiknya perusahaan menambah atau mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan dengan menekan biaya produksi seminimal mungkin dan mencari alternative untuk tidak bergantung pada PT. Krakatau Steel. Kata kunci : Pendapatan dan Biaya, Rentabilitas, Net Profit Margin,
PENDAHULUAN Dalam persaingan bisnis yang ketat, inovasi teknologi yang semakin maju dan era globalisasi pada abad ini, memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Perubahan strategi bisnis diperlukan agar perusahaan-perusahaan dapat terus bertahan. Perusahaan tidak hanya berfokus pada aset dan finansial yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business), inovasi teknologi juga perlu dikembangkan. Aset terdiri dari aset lancar dan aset tetap. Secara umum, dibutuhkan aset lancar yang teratur dan permanen untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Begitu pula dengan aset tetap, 284
aset ini juga begitu penting bagi kegiatan produksi karena tanpa adanya peralatan, mesin, bangunan, kendaraan dan tanah, tidak akan ada kegiatan produksi dalam industri manufaktur. Tidak hanya aset yang berperan dalam penciptaan nilai dalam perusahaan. Finansial sebagai sumber pendanaan perusahaan juga memiliki peran yang penting bagi kehidupan perusahaan. Dari sudut pandang kreditor, finansial adalah jumlah pinjaman yang tertanam diperusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan di mata kreditor maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kreditor untuk meminjamkan dananya kepada perusahaan. Selain dari sudut pandang kreditor, finansial juga dapat dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Para pemegang saham akan menanamkan investasinya pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Bagi pihak manajemen, penilaian kinerja keuangan perusahaan akan mempengaruhi dalam penyusunan rencana perusahaan yang akan diambil untuk masa depan demi kelangsungan hidup perusahaan Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola aset, dan finansial diyakini mampu menciptakan menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan inovasi, penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. Dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam mengoptimalkan modal untuk menghasilkan pendapatan. Kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang menunjukan keefektifan, presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan. PT. Purna Baja Harsco merupakan salah satu industri Join Venture yang berada di kawasan industri Cilegon sebagai perusahaan jasa penampung limbah yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Steel, belakangan ini tingkat pendapatan mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun terakhir. Penurunan tingkat pendapatan perusahaan ini harus segera diatasi agar dapat kembali ditingkatkan guna menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Penurunan pendapatan ini berdampak pada kinerja perusahaan, sehingga tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Faktor eksternal juga bisa mempengaruhi perubahan pendapatan seperti kalah saingnya penjualan baja di pasar dikarenakan perdagangan bebas sudah masuk di Indonesia sehingga baja dari luar harganya lebih murah dibandingkan harga didalam negeri. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dibuatlah penelitian tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan terhadap kinerja perusahaan ( Studi kasus terhadap PT. Purna Baja Harsco )
Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dia atas, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perubahan pendapatan pada perusahaan dengan akibat yang dipengaruhinya. b. Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan itu sendiri seperti menambah atau mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan.
2. Pembatasan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini penulis mecoba membatasi permasalahan mencakup terjadinya perubahan pendapatan periode 2007 - 2012 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti faktor internal dan faktor eksternal.
Rumusan Masalah Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut. 1. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor internal? 2. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal? 3. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal dan faktor internal ? 285
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor internal. b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor eksternal. c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor eksternal dan faktor internal.
2. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak diantaranya : a. Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan. b. Penulis Pelaksanaan penelitian dan hasilnya diharapkan berguna bagi penulis sebagai wahana pengembangan teori, kelengkapan wawasan dan pengetahuan intelektual serta bertambahnya pengalaman dibidang kajian ilmiah. c. Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan dan kajian lebih lanjut dibidang keuangan dimasa yang akan datang. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pendapatan Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha dapat merupakan bagian dari perwujudan prestasi yang dicapai sesuai dengan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh laba. Laba dapat diperoleh jika pendapatan lebih besar dibanding dengan biaya operasi yang dikeluarkan. Dengan demikian pendapatan adalah salah satu faktor yang teramat penting dalam menjalankan usaha. Tanpa adanya pendapatan, perusahaan mustahil dapat tumbuh dan berkembang. Mengenai pendapatan dapatlah diberikan pengertian menurut sumber sebagai berikut: Menurut Sofyan Syafri Harahap, pendapatan didefinisikan sebagai berikut: “suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai” Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan lebih lanjut bahwa pendapatan sebagai nilai pendapatan yang diterima baik dengan cara tunai maupun kredit sebagai akibat adanya transaksi dari pihak penjual dan pembeli. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan Pendapatan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor tersebut sebagai berikut: a. Skala Produksi Yang dicapai b. Besar kecilnya perusahaan c. Harga d. Tingkat Bunga 286
e. Resiko usaha
Laporan keuangan Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang berkaitan erat dengan bidang akuntansi secara umum, dalam arti kata bahwa laporan keuangan disajikan untuk semua pihak yang memiliki kebutuhan dan kepentingan dalam suatu transaksi ekonomi. Pihak pihak yang berkepentingan tersebut adalah pemilik, kreditur, investor, calon investor, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum. Menurut Efraim Ferdinan Giri, laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur mengenai posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi ” Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk periode tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selam periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber penggunaan kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan. 1. Tujuan Laporan Keuangan Secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan, laporan keuangan disusun dengan maksud : a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahaan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Akan tetapi, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi pada umumnya, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Para pengguna laporan keuangan memerlukan informasi yang dapat memberikan gambaran tentang hubungan dan ketergantungan bank terhadap berbagai pihak seperti pihak lain, pelaku pasar uang lainya dan penyimpanan. Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya perolehan dan akrual, kecuali untuk efek-efek diperdagangkan, obligasi rekapitilasi diperdagangkan dan tersedia untuk dijual dan tagihan. 287
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan cirri yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan, karakteristik kualitatif laporan keuangan meliputi: a. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi yang dibutuhkan dengan ketekunan yang wajar. b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hassil evaluasi mereka dimasa lalu. c. Dapat Diperbandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecendrungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan serta perubahan posisi keuangan secara relative. Untuk memenuhi kualitas tersebut, maka pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dijelaskan melalui arti masing-masing kata. Analisis yaitu menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit yang lebih kecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laporan laba, arus kas, dan dana. Dengan menggabungkan dua pengertian ini, maka analis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan mejadi unit informas yang lebih kecil dan melihat hubungannya bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Ada dua metode analisis yang dapat digunakan yaitu: 1. Analisis Horizontal Analisis horizontal yaitu analsis dengan mengadakan perbandingan laporan untuk beberapa periode sehinggga dapat diketahui perkembangannya.
keuangan
2. Analisis Vertical Analisis Vertical dilakukan apabila laporan keuangan yang dianalsis hanya meliputi satu periode, yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut sehuingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada periode itu saja. 288
Metode analisis horizontal adalah metode analsis yang dilakukan dengan cara membadingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut analisis horizontal karena anlisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode berbeda. Teknik analsis yang termasuk pada metode ini antara lain analsis perbandingan analis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana. Metode anasisli vertical adalah metode analiss yang dilakukan denga cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain analsis prosentase per komponen (Common Size), analisis rasio dan analisis impas. Kondisi Keuangan Perusahaan Hasil akhir dari analisa laporan keuangan yaitu mengetahui bagaimana kondisi keuangan suatu perusahaan. Secara umum kondisi keuangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu apakah perusahaan dalam kondisi yang baik dimana perusahaan akan terus beroprasi dan mempertahankan kelangsungan aktivitasnya (going concern) atau perusahaan dalam kondisi yang tidak sehat (sedang menuju kebangkrutan). Asumsi going concern Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan diliquidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibanya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibanya dengan menjual asset dalam jumlah besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestrukturasi hutang, atau dengan kegiatan serupa lain, hal demikian akan menimbulkan keruguan besar terhadap going concern perusahaan. Rasio Keuangan Sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Laba perusahaan diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Selain menilai kondisi kinerja perusahaan dengan melakukan analisis rasio keuangan serta pengolahan yang baik, maka ada satu alat pengukur untuk mengetahui profitabilitas perusahaan serta nilai perusahaan dimata pemegang saham, berapa besar perusahaan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden kepada pemegang saham. Pengukuran profitabilitas perusahaan diukur dari kinerja perusahaan dalam satu periode waktu. Profitabilitas ini diukur oleh satu alat yang sudah digunakan secara universal, yakni Return On Investemnt (ROI). ROI mengaitkan pendapatan dengan modal modal yang ditanam (Total Asset). ROI memberikan standard untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam hal ini efisiensi dari perusahaan dalam mengelola setiap rupiah yang ditanamkan dalam aset perusahaan dananya dari pemilik saham atau dari kreditur. 289
Perhitungan ROI diukur dengan menggunakan rumus:
ROI
Laba Operasi = ------------------ x 100% = …. % Jumlah harta yang tertanam Dalam perusahaan
Penilaian ini masih kurang komprehensif, karena hanya memberikan nilai keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dari total assetnya. Masalahnya kita ingin mengetahui tiap rupiah yang ditanamkan dalam perusahaan, berapa keuntungan yang dicapai, selain itu kita juga menginginkan penjelasan mengenai apa saja yang terkait didalamnya. Dalam rasio diatas, kita tidak mengetahui bagaimana perputaran aset dan profitabilitas yang dapat dihasilkan atas aset itu. Penanaman dana yang berlebihan pada aset yang tidak sebanding dengan peningkatan laba merupakan pemborosan dana.
Rasio diatas mengkombinasikan laporan Laba Rugi dan neraca kedalam suatu ukuran guna pengukuran kinerja perusahaan. Rasio Laba Penjualan menggambarkan profitabilitas perusahaan atau efisiensi operasi yang lebih jauh lagi menggambarkan berapa rupiah keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Sebaliknya Perputaran harta menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola asetnya dalam menghasilkan penjualan. Faktor internal dan eksternal Faktor internal adalah faktor yang terjadi didalam perusahaan seperti kurangnya kendaraan, kurangnya orang dilapangan, kurang baiknya manajemen di perusahaan. Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi diluar perusahaan sehingga bisa menyebabkan konflik didalam perusahaan, seperti adanya persaingan globalisasi sehingga menyebabkan harga dan kualitas dalam negeri tidak bisa bersaing dengan produk dari luar sehingga barang dalam negeri tidak bisa terkendalikan karena kalah saing dengan produk dari luar dengan kualitas dan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk dalam negeri. 290
Optimalisasi Produksi Optimalisasi merupakan pendekatan alternatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi tujuan. Secara umum, optimalisasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik. Apabila dikaitkan dengan produksi, maka pengertian optimalisasi produksi berarti pencapaian suatu keadaan terbaik dalam kegiatan produksi. Optimalisasi produksi diperlukan oleh perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumber daya yang digunakan agar suatu produksi dapat menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan. Optimalisasi produksi juga bisa diartikan sebagai penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku utama, bahan baku penolong, dan tenaga kerja. Optimalisasi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuanya yaitu memperoleh keuuntungan maksimum, dapat ditempuh melalui dua cara yaitu: 1. Maksimisasi, yaitu optimalisasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan ( biaya ) yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuuntungan maksimum. 2. Minimisasi, yaitu optimalisasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan masukan ( biaya ) yang paling minimal. Kerangka pikir penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan PT. Purna Baja Harsco. Untuk mendapatkan data keuangan tahun 2007 - 2012 (laba/rugi). Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
291
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat : PT. Purna Baja Harsco, yang berlokasi di Jl N2, Cigading, kawasan PT Krakatau Steel Cilegon, Banten. 2. Waktu Waktu : bulan april 2012 sampai dengan selesai. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Berikut sumber data tersebut yaitu : a. Data kualitatif Secara kualitatif, maksudnya yaitu informasi yang dikumpulkan dari suatu penelitian yang tidak dapat di uji dengan variabel, seperti : sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dengan wewenang dan tanggung jawab, serta visi dan misi perusahaan. b. Data kuantitatif Secara kuantitatif, maksudnya informasi dari suatu penelitian adalah berupa data-data keuangan perusahaan, seperti laporan keuangan, rasio keuangan. 2. Sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder (data penelitian yag diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau data tersebut sebelumnya telah diperoleh dan dicatat, oleh pihak lain). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data laporan keuangan b. Refrensi buku c. Jurnal-jurnal ekonomi sebagai gambaran penelitian. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Riset keperpustakaan Pengumpulan data melalui riset keperpustakaan dilakukan dengan cara membaca bukubuku literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 2. Riset Lapangan Riset ini dilakukan untuk memperoleh data yang menyangkut dengan penelitian yang dilakukan, penelitian dilakukan di PT. Purna Baja Harsco dengan mengambil data yang diperlukan. 3. Wawancara Melakukan wawancara pada personalia yang banyak kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan data penelitian ini. Metode Analisis Data Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini diperlukan data yang mendukung penelitian. Dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan beberapa metode yaitu: 292
1. Deskriptif Kuantitatif Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitunganperhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu sehingga hubungan antara suatu variable dengan variable lainya dapat dinilai berdasarkan kuantitasnya. Tujuanya adalah agar pembaca dapat memahami permasalahan dan mengintepretasikan dengan akurat. Analisa kuantitatif dilakukan dengan perhitungan rasio-rasio yang dibandingkan selama 5 tahun. 2. Metode DuPont Metode DuPont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam bisnisnya ia memiliki cara sendiri dalam menganalisis laporan keuanganya.caranya sebenarnya hampir sama dengan analisis laporan keuangan biasa, namun pendekatanya lebih integrative dan menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai elemen analisisnya Definisi Operasional Variabel Variable adalah suatu objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Variablevariabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. 2. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti kurangnya kendaraan pada saat dibutuhkan atau kendaraan tersebut sudah tidak layak jalan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. 3. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi kinerja keuagan dari luar perusahaan, seperti di jaman perdagangan bebas ini Krakatau Steel sudah tidak mampu lagi memproduksi baja sendiri dikarenakan kalah saing harga, harga baja dari luar lebih murah dari Krakatau Steel namun kualitas hampir sama sehingga Krakatau Steel harus membeli baja dari luar negeri otomatis ini berdampak untuk perusahaan Purna Baja Harsco, limbah yang yang dihasilkan oleh Krakatau Steel tidak lah sebanyak memproduksi sendiri sehingga mempengaruhi kinerja keuangan dilihat dari sisi factor eksternal. 4. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor. 293
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Perusahaan Pada awalnya PT. Krakatau Steel dalam upaya pengadaan bahan berupa Scrap dan pembersihan sisa-sisa hasil produksinya yang berupa limbah baja itu dikelola oleh perusahaan itu sendiri, namun karena dalam pengelolaannya dirasakan mengalami kendalakendala atau kesulitan-kesulitan, maka pada tanggal 12 agustus 1983 PT. Krakatau Steel mendirikan PT. Purna Baja Heckett yang mengkhususkan bergerak pada bidang pengelolaan dan pembuangan limbah baja tersebut. Yang kemudian diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Soeharto pada tanggal 02 Nopember 1983 dimana perusahaan itu kepemimpinannya dijabat oleh Bapak Soejoto Sadino dari Indonesia dan kantor pusatnya berkedudukan di Amerika. Perusahaan ini merupakan joint venture antara dua negara yaitu antara Negara Indonesia yaitu PT. Purna Sentana Baja (PT. PSB) yang bertempat di Cilegon dengan Harsco Corporation Amerika Serikat (Harsco). Perusahaan Amerika yaitu Harsco Corporation memegang sahm sebesar 40% dan perusahaan Indonesia yaitu PT. Purna Sentana Baja memegang saham sebesar 60%. PT. Purna Sentana Baja adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan dan Service yang merupakan badan usaha dari Yayasan Dana Pensiun PT. Kraktau Steel.. Sedangkan Harsco adalah sebuah perusahaan Internasional yang bergerak di berbagai bidang yang berpusat di Butler, Pensylvania USA. Bidang usaha terbesar dari Harsco adalah pelayanan di bidang peleburan baja melalui anak perusahaannya yakni Hecket Multiserv. Hecket Multiserv beroperasi di 30 negara yang meliputi 120 lokasi dan merupakan perusahaan terbesar yang beroperasi dalam pelayanan pabrik peleburan baja di seluruh dunia. PT. Purna Baja Heckett bekerja berdasarkan Kontrak perjanjian Kerja dengan PT. Krakatau Steel. Adapun Tujuan didirikannya PT. Purna Baja Heckett ini untuk membantu PT. Krakatau Steel dalam pengelolaan limbah baja khususnya pada masalah pembersihan sisa-sisa hasil produksi dan pengadaan bahan scrap yang telah terbuang, yaitu dengan cara mengambil sisa-sisa hasil produksi dari PT. Krakatau Steel yang berupa Slag, Tundish dan Scrap yang sudah tidak terpakai lagi, yang kemudian bahan-bahan tersebut diproses oleh PT. Purna Baja Heckett menjadi produk yang menjadi bahan baku tambahan yang dapat dipergunakan lagi oleh PT. Krakatau Steel dalam membantu proses produksinya. Sedangkan lingkup kegiatan PT. Purna Baja Heckett adalah merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan limbah baja yang berasal dari PT. Krakatau Steel dan kemudian diolah melalui beberapa aktivitas pemerosesan sehingga menghasilkan produk bahan baku PT. Krakatau Steel. Hasil pemerosesan bahan-bahan limbah tersebut menjadi beberapa jenis barang produksi diantaranya Scrap yang berupa scull yang berasal dari limbah besi, Scullpit yang berupa limbah baja, sedangkan Tundish berupa balokan besi serta Slag yang berupa batuan kecil (berupa batu split) yang dapat digunakan untuk pengerasan pada jalan raya, pengurugan rawa-rawa dan masih banyak lagi kegunaan-kegunaan lainnya PERUBAHAN NAMA : HARSCO adalah perusahaan dunia yang bergerak dibeberapa bidang. HECKETT adalah anak perusahaan HARSCO yg bergerak dalam bidang MILL SERVICE (perawatan pabrik peleburan baja). PT. PURNA BAJA HECKETT dengan komposisi saham mayoritas dipegang oleh YAYASAN DANA PENSIUN PT. KRAKATAU STEEL Indonesia dan minoritas dipegang HARSCO Amerika, untuk tujuan komersial, PT.PURNA BAJA HECKETT dirubah kepada induk HECKETT menjadi PT.PURNA BAJA HARSCO. Komersial yang dituju adalah salah satunya pabrik baja KRAKATAU-POSCO yang akan 294
segera dibangun pada saat itu, untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian selama ini. Nama baru tersebut secara resmi diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2013. Visi dan Misi Perusahaan Visi : Memberi Nilai Tambah Misi : Memberikan pelayanan secara professional dan aman kepada pelanggan, serta menghasilkan produk ramah lingkungan dengan mematuhi peraturan dan standar Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT. Purna Baja Harsco merupakan struktur yang membentuk garis dan staff dasar dari bentuk organisasi ini adalah organisasi yang dilengkapi dengan hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan wewenang yang mengalir dari atas ke bawah, selanjutnya membentuk garis dari tingkat yang paling atas sampai tingkatan yang paling bawah dalam struktur organisainya, sedangkan hubungan horizontal yaitu hubung mendatar yang bersifat penyelenggaraan bantuan bagi unsure pimpinan yang disebut staff.
PT. Purna Baja Harsco mempunyai 139 orang karyawan yang dibagi dalam 3 (tiga ) departemen yaitu : 1. Departemen Keuangan dan Administrasi. 2. Departemen Operasi. 3. Departemen Komersial.
295
Masing-masing departemen dipimpin oleh seorang Manager Departemen, dan setiap Manager Departemen bertanggung jawab pada Presiden Direktur. 1. Manager Keuangan dan Administrasi membawahi antara lain : a. Akuntansi b. Keuangan c. IT 2. Manager Operasi membawahi antara lain : a. Operasi b. Perawatan pabrik dan alat c. Keteknikan 3. Manager Komersial membawahi antara lain : a. Pengembangan SDM b. Pemasaran dan pengadaan barang
Tugas Pokok Masing-Masing Departemen : 1. Departemen Keuangan dan Adminsitrasi Tugas utama departemen ini adalah mengurusi semua masalah administrasi, personalia serta semua urusan keuangan. 2. Departemen Operasi Departemen ini bertanggung jawab terhadap tugas-tugas operasional sebagai berikut : a. Melaksanakan tugas pelayanan seharihari terhadap PT. Krakatau Steel. b. Mengoperasikan semua peralatan untuk mendukung pelayan maupun tugas produksi. c. Melakukan pemerosesan Limbah PT. Krakatau Steel sesuai ruang lingkup pekerjaan diatas. 3. Departemen komersial Departemen ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut : a. Melakukan pengembangan sumber daya manusia di perusahaan. b. Memasarkan barang sesuai kebutuhan yang ada pada PT. Krakatau Stell atau pada yang membutuhkanya. c. Menyediakan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan. Ruang Lingkup Pekerjaan Kegiatan Operasi PT. Purna Baja Harsco yang dilakukan dalam pengolahan limbah dari proses peleburan PT. Krakatau Steel menggunakan alat yang spesifik antara lain adalah : 296
1. Wheel Loader berfungsi untuk memuat bahan material sisa-sisa proses peleburan yang akan diolah kembali di area PT.Purna Baja Heckett. 2. Slag Pot Carrier (Kress) Berfungsi untuk mengangkut slag pot dari dapur peleburan ke area pemrosesan slag di site PT.Purna Baja Heckett. 3. Ladle Wrecker Berfungsi untuk membantu proses desculling yaitu membersihkan di dalam ladle. 4. Excavator Berfungsi untuk membantu proses Scrap Recovery material sisa peleburan dan memuat ke Dump Truck dalam kegiatan Scrap Handling.
5. Processing Plant Berfungsi untuk memproses slag dari slag fresh (bongkahan) menjadi beberapa ukuran (size distribusi) serta menaikkan kandungan metal (recovery proses). 6. Cutting Equipment Berfungsi untuk memotong material (Tundish, Skull, Hob) menjadi ukuran yang sesuai dengan yang diinginkan dan siap dikirimkan ke dapur peleburan. 7. Lowbed Berfungsi untuk mengankut material (Spill, Skull atau Tundish) yang belum diproses dari pabrik peleburan ke area site PT.Purna Baja Heckett. 8. Grader Berfungsi untuk merawat dan merapikan jalan diarea operasi sekitar PT.Purna Baja Heckett 9. Magnetic Crane Berfungsi untuk mengolah Spill atau Skull dengan cara mengangkat dan menumbukkan bola besi keatas material tersebut. 10. Dump Trailer Berfungsi untuk mengangkut Scrap Recovery dan Scrap Import dari area penumpukan ke dapur peleburan PT.Karakatau Steel. 11. Dump Truck Walau sama-sama sebagai alat angkut namun Dump Truck berbeda dengan Dump Trailer dilihat dari segi pisiknya, Dump Truck antara kepala dan ekor tidak terpisahkan, sedangkan Dump Trailer antara kepala dan ekor terpisah. Berfungsi untuk alat angkut dalam proses slag, scrap recovery dan angkutan scrap pada kegiatan scrap handling. 12. Tangki Penyiraman Berfungsi untuk melakukan penyiraman secara rutin jalan-jalan di lingkungan operasi PT.Purna Baja Heckett untuk mengurangi emisi debu. Sedangkan kaitannya dengan pelayanan terhadap PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut : 1. Slag Handling 2. Slag Processing 3. Scrap Recovery 4. Scrap Handling 5. Ladle Deskulling 297
Penjelasan secara garis besar pekerjaan-pekerjaan diatas yaitu : 1. Slag Handling Slag adalah salah satu limbah peleburan baja, yang sering disebut juga kerak baja. Didalam proses peleburan baja, kotoran-kotoran yang terkumpul dibagian atas tungku peleburan dapur PT. Krakatau Steel, kemudian dialirkan ketempat penampungan yang berada dibawah tungku peleburan. Tempat penampungan slag tersebut dinamakan Slag Pot. Slag yang ditampung didalam slag pot tersebut masih berupa cairan slag panas dengan temperatur kira-kira 600 C. Pekerjaan slag handling yang dilakukan olh PT. Purna Baja Harsco adalah mengangkut slag cair tersebut dari pabrik peleburan ketempat areal pembuangan yang berlokasi di PT. Purna Baja Harsco. Pengankutan ini dilakukan dengan alat transport khusus yang dinamakan Slag Pot Carrier.
2. Slag Processing Slag Processing adalah kegiatan memproses Slag cair setelah dituang dan didinginkan Kegiatan ini dilakukan pada fasilistas Metal Recovery Plant. Tujuan dari kegiatan ini adalah memisahkan antara bahan-bahan yang masih mengandung besi (disebut Scrap). Scrap yang telah diproses dan dipisahkan tadi dikirim ke PT. Krakatau Steel sebagai bahan baku besi. Sedangkan Slag (berbentuk menyerupai batu split) yang sudah tidak mengandung besi dapat dijual keluar PT. Krakatau Steel untuk dimanfa‟atkan sebagai bahan pembuat jalan, pengurugan pantai, tempat parkir dan lain sebagainya. 3. Scrap Recovery Scrap Recovery adalah proses yang dilakukan terhadap material limbah padat ex proses peleburan (Spill, Skull, Hob, Tundish) untuk menaikan kandungan metal material tersebut. Proses recovery dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Magnetic Balling Crane b. Lancing System Pada system Balling (penumbukan) material diproses menggunakan alat Magnetic Crane yaitu dengan menjatuhkan / menumbukan bola besi (10 – 15 ton) ke atas material yang diproses sehingga diharapkan kotoran akan terpisah dari material tersebut dan menghasilkan produk dengan kandungan metal yang tinggi (80 – 90%) untuk dapat dikirim kembali ke dapur peleburan. Sedang lancing system, material diproses menggunakan Cutting Equipment yaitu alat potong dengan memakai oksigen bertekanan tinggi. Sistem ini digunakan untuk memproses material dengan kandungan metal yang tinggi (Tundish) sehingga hanya memerlukan proses pengecilan ukuran. Material dipotong dengan ukuran maksimum 100 cm kemudian diangkut ke area pabrik peleburan sebagai salah satu bahan baku dapur peleburan. Jadi pada dasarnya jenis pengelolaan limbah PT. Krakatau Steel yang dikelola oleh PT. Purna baja Harsco adalah pengumpulan, penumpukan dan penyimpanan sementara. Jenis dan spesifikasi bahan yang diolah PT.Purna Baja Heckett yaitu : a. Spill Baja cair yang tercecer ke lantai kerja (casting bay) pada proses peleburan, system pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing. b. Skull 298
Baja yang melekat pada dinding dan pada bibir ladle, system pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing. c. Hob Sisa baja dari Ladle yang ditampung dalam Pot, system pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing. d. Tundish Sisa baja yang terperangkap dan menempel pada saat proses casting, system pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing. 4. Scrap Handling Scrap handling adalah aktivitas penataan, penyimpanan serta pengangkutan Scrap dari area PT. Purna Baja Harsco ke Scrap Yard pabrik PT. Krakatau Steel. Scrap yang diangkut adalah besi scrap yang berasal dari luar negeri (imported scrap). Scrap tersebut merupakan sebagian bahan baku pembuatan baja, sedangkan bagian terbesar bahan baku adalah besi sponge yang diolah oleh PT. Krakatau Steel sendiri.
5. Ladle Deskulling Ladle adalah tempat menampung baja cair dari tungku peleburan untuk dibawa ke tempat pencetakan baja. Sedangkan Ladle deskulling adalah pekerjaan pembersihan ladle dari sisa-sisa baja yang menempel pada dasar dinding ataupun bibir ladle. Pekerjaan ini dilakukan pada sa‟at ladle dalam kondisi panas maupun kondisi dingin. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Untuk dapat menilai kondisi dan prestasi suatu perusahaan, penganalisa keuangan memerlukan beberapa tolak ukur yang biasa digunakan. Alat tolak ukur tersebut yang biasa digunakan adalah analisa rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan serta prestasi perusahaan. Perusahaan PT. Purna Baja Harsco menyediakan laporan yang merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan, yang disajikan dalam neraca dan laporan laba rugi. Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode. Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.
299
Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Dan Biaya PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 – 2012
Sumber DataRugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012, Dalam Rupiah
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat dikatakan bahwa selama tahun 2009 pertumbuhan pendapatan sebesar 3,26% sedangkan biaya operasional sebesar 2.52% dibanding tahun 2008, tahun 2010 pertumbuhan pendapatan sebesar 2,47% sedangkan biaya operasional sebesar 2.73% dibandingkan tahun 2009, tahun 2011 mengalami penurunan pendapatan sebesar – 0,47% sedangkan biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 1.67% dibanding tahun 2010. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan pendapatan sebesar 0.18% sedangkan biaya operasionalnya terus naik sebesar 2,55% dibanding tahun 2011. Pada tahun 2009 pendapatan PT. Purna Baja Harsco mengalami kenaikan dibandingkan ditahun 2008 yang menyebabkan pendapatan meningkat 3,26% dikarenakan PT. Krakatau Steel memproduksi baja lumayan banyak sehingga limbahnya juga lumayan banyak, ditahun 2009 dan 2010 pendapatan mengalami kenaikan dikarenakan PT. Krakatau Steel produksinya stabil sehingga pendapatan masih merangkak naik, ditahun 2011 pendapatan sedikit menurun -0,47% dikarenakan sudah dimulainya perdagangan bebas di ASEAN sehingga banyak baja dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dalam negeri, dan juga harga jual yang tidak stabil sehingga menyebabkan PT. Krakatau Steel menjual baja mejadi tidak menentu sehingga produksi PT. Krakatau Steel mulai dikurangin sehingga limbah yang di terima oleh PT. Purna Baja Harsco mengalami penurunan, di tahun 2012 pendapatan mulai kembali naik 0,18% sedangkan biaya operasional tiap tahun mengalami kenaikan. Analisa Metode Deskriptif Kuantitatif, Metode Optimalisasi dan Metode DuPont. 1. Deskriptif Kuantitatif Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitunganperhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu 300
sehingga hubungan antara suatu variable berdasarkan kuantitasnya.
dengan variable lainya dapat dinilai
2. Optimalisasi Optimalisasi dapat diartikan sebagai menjalankan bisnis untuk memaksimalkan keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya atau resiko. Keinginan untuk memecahkan masalah dalam model optimalisasi secara umum dapat digunakan pada hampir semua bidang aplikasi. Model optimalisasi telah pada masa sekarang ini menjadi sangat mencolok jika ingin mengembangkan bisnis menjadi sangat besar dan rumit. Para insinyur pun menjadi makin ambisius. Dalam banyak keadaan, tidak lagi mungkin untuk membuat keputusan tanpa model optimalisasi. Untuk model yang besar, dengan segala kerumitan yang ada, akan sedikit bermasalah jika tidak dapat diselesaikan, persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat suatu nilai fugsi beberapa variable menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pemabatasan yang ada. Biasanya pembatasan-pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja, uang dan material yang merupakan input serta waktu dan ruang. Saat ini, ada banyak masalah optimalisasi dimana tidak terdapat metode yang pasti atau metode komputerisasi deterministic terlalu rumit untuk diterapkan. 3. Du Pont Du Pont merupakan analisi yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan. Yang dapat di uraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI (Rate of Return on Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan. Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan perusahaan besar. Diharapkan melalui Du Pont, perusahaan dapat menilai kinerja keuangan, departemen perusahaan. a. Keunggulan dan kelemahan analisis Du Pont. Adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain : 1) Sebagai salah satu teknis analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva. 2) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial. 3) Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integrative dan menggunakan laporan keungan sebagai elemen analisisnya. Kelemahan dari analisis Du Pont antara lain : 1) ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akuntansi yang digunakan. 2) Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara 2 perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan. Pada tahun 2009 kenaikan rentabilitas sebesar 18.38% dibanding tahun 2008 ini disebabkan karna harga masih stabil dan tingkat produksi Krakatau Steel masih banyak, tahun 2010 mengalami penurunan yang tajam sebesar 14.35% dibandingkan tahun 2009 301
disebabkan karena pemasukan laba operasi lebih sedikit dibandingkan total aset yang bertambah dan perawatan untuk kendaraan dilakukan sehingga memakan biaya yang lumayan banyak, tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 14.43% dibanding tahun 2010 ini disebabkan sudah mulainya perdagangan bebas di Indonesia sehingga pendapatanya pun menurun sementara perawatan untuk kendaraan trus dilakukan dan di cek secara berkala karena sudah harus diremajakan tetapi belum ada dana yang mencukupi untuk membeli kendaraan, Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9.05% dibanding tahun 2011 ini juga disebabkan harga yang sudah tidak stabil dan order pun berkurang sehingga mengalami penurunan yang tajam. Dengan adanya rentabilitas perusahaan maka bisa diukur tingkat kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan dari penjualan, apabila faktor ini melemah maka akan memberikan indikator yang paling dominan terhadap kebangkrutan perusahaan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung pada laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Tabel 5.3 Perhitungan Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco
Sumber Data : Rugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012 Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2008 persentase keuntungan bersih sebesar 22,09%, pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar 45,58% dengan begitu pada tahun 2009 mengalami kenaikan net profit margin sebesar 23.49%, kenaikan net profit margin tersebut disebabkan karena penjualan yang masih relative stabil, dan harga pun masih stabil sehingga net profit margin atau keuntungan bersih , di tahun 2010 persentase keuntungan sebesar 29,67% pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar 45.58% dengan begitu pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 15.91% dibandingkan tahun 2009 hal ini disebabkan laba operasi yang menurun dibandingkan pendapatan yang mengalami kenaikan, tahun 2011 persentase keuntungan yang didapat sebesar 15,69% pada tahun 2010 persentase keuntungan sebesar 29,67% dengan begitu mengalami penurunan sebesar 13.98% dibanding tahun 2010 hal ini disebabkan laba operasi dan pendapatan yang berkurang karena adanya perdagangan bebas di indonesia, Pada tahun 2012 persentase keuntungan sebesar 7,35% pada tahun 2011 persentase keuntungan sebesar 15,69% dengan begitu mengalami penurunan sebesar 8.34% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan 302
karena adanya perdagangan bebas yang menyebabkan terjadinya penurunan laba operasi selama 2 tahun. Beberapa Faktor Penyebab Perubahan Pendapatan dan Biaya Perusahaan Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan yang dialami PT. Purna Baja Harsco selama ini sebagai berikut: 1. Faktor Internal a. Penjualan/pendapatan Perusahaan bergantung pada pertumbuhan kegiatan PT. Krakatau Steel. Selama kondisi perekonomian mengalami penurunan, menyebabkan melesunya kegiatan operasional PT. Krakatau Steel yang ditandai dengan berkurangnya Order selama kurun waktu 2 tahun terahir ini pada PT. Purna Baja Harsco, sehingga menyebabkan pula penjualan perusahaan ikut mengalami perubahan yang menurun. Seharusnya perusahaan mencari alternative lain jangan tergantung dari PT. Krakatau Steel sehingga apabila perusahaan tersebut mengalami penurunan produksi PT. Purna Baja Harsco masih bisa stabil pendapatanya, apabila PT. Purna Baja Harsco ini masih tergantung pada PT. Krakatau Steel seandainya terjadi kebangkrutan maka PT. Purna Baja Harsco pun ikut bangkrut. b. Biaya Produksi Tinggi Efisiensi dan peningkatan produktifitas yang diperbaiki dan dapat diraih belum mampu mengatasi tingginya kenaikan biaya suku cadang (dampak depresiasi rupiah yang berkelanjutan), kenaikan harga bahan bakar dan energi telah mendorong kenaikan harga bahan-bahan pembantu lainnya dan dilanjutkan juga dengan peningkatan upah minimum regional (UMR) yang cukup tinggi. Kondisi peralatan yang semangkin menuntut perawatan yang lebih intensif, sementara rencana peremajaan belum memungkinkan direalisasi sejak lima tahun terakhir berhubung usaha saat ini masih belum dapat memberikan prospek pertimbangan investasi yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga peralatan yang ada saat ini sudah tidak bekerja dengan maksimal karena banyak yang harus diperbaiki. c. Kendaraan Kendaraan di PT. Purna Baja Harsco berumur lebih dari 5 tahun, ini menyebabkan terhambatnya pekerjaan dikarenakan perlu dilakukanya perawatan berkala yang bisa memakan waktu yang lama dan biaya yang besar belum lagi kendaraan yang tidak bisa diperbaiki, seharusnya PT. Purna Baja Harsco melakukan peremajaan agar pekerjaan tersebut bisa maksimal dan juga meningkatkan pendapatan. d. Manajemen perusahaan. Dengan menurunya pendapatan 2 tahun belakanga ini seharusnya perusahaan mencari alternative yang bisa menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, apabila perusahaan mengalami kebangkrutan banyak karyawan yang di PHK dan belum tentu karyawan di yang di PHK tersebut bisa mendapatkan pekerjaan kembali karna dijaman sekarang tidak mudah untuk mencari pekerjaan bagi yang sudah berumur lebih dari 30 tahun, apabila manajemen tidak punya alternative lain maka perusahaan PT. Purna Baja Harsco akan mengalami kebangkrutan, banyak karyawan yang di PHK dan juga pengangguran akan bertambah. 303
Faktor Eksternal a. Seiring dengan adanya perdagangan bebas di indonesia yang menyebabkan masuknya baja dari luar ke Indonesia yang kualitasnya sama bagusnya dari baja Krakatau Steel dan harganya pun lebih murah maka Krakatau Steel kalah saing dari baja luar sehingga Krakatau Steel pun terpaksa membeli baja dari luar sehingga produksinya dibatasi, hal ini menyebabkan menurunya pendapatan PT. Purna Baja Harsco yang mendapatkan limbah sedikit dari Krakatau Steel yang membeli baja yang sudah jadi. b. UMR ( Upah Minimum Regional) UMR di banten pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp. 2.200.000, hal ini menyebabkan beban perusahaan bertambah, dengan adanya kenaikan UMR ini tidak seimbang dengan pendapatan perusahaan yang menurun sehingga beberapa karyawan harus di berhentikan untuk kelangsungan hidup perusahaan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dengan berdasarkan hasil analisa, dapatlah disimpulkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir ini perkembangan pendapatan PT. Purna Baja Harsco sebagai berikut: 1. Perkembangan pendapatan dan biaya PT. Purna Baja Harsco selama ini memiliki kecenderungan yang semakin meningkat, dimana pertumbuhan pendapatan untuk tahun 2008 sebesar 16,06% dan biaya operasional sebesar 15,17%, untuk tahun 2009 pendapatan meningkat sebesar 19,32% dan biaya operasional sebesar 17,69%, tahun 2010 pendapatan sebesar 21,79% dan biaya operasional sebesar 20,42%, tahun 2011 pendapatan sebesar 21,32% dan biaya operasional sebesar 22,09%, ditahun 2012 pendapatan sebesar 21,50% dan biaya operasional sebesar 24,64%. 2. Perkembangan rentabilitas PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun, dimana rentabilitas untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun 2009 sebesar 46,89%, tahun 2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar 9,06%. 3. Perkembangan laba bersih PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun, dimana laba bersih tahun 2008 sebesar 22,09%, tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010 sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012 sebesar 7,35%. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang mudahmudahan dapat berarti untuk pertimbangan jangka panjang perusahaan, dimana saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Bagi PT. Purna Baja Harsco a. Dengan hasil perkembangan pendapatan yang semakin naik disarankan perusahaan menambah daya produksi yang tidak hanya terbatas pada kinerja PT. Krakatau Steel saja, melainkan merambah pada industri lain disekitar kawasan industri berat cilegon agar pendapatanya lebih maksimal. b. Atas dasar kecenderungan menurunnya rentabilitas tersebut, sebaiknya perusahaan menambah aktiva tetap yang dalam hal ini mesin pengolahan agar dapat meningkatkan luas produksi normal yang dapat meningkatkan pendapatan. c. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan penekanan biaya produksi terutama biaya maintenance dan subkontraktor yang selama ini dirasakan cenderung meningkat. 304
2. Penelitian Selanjutnya a. Untuk penelitian selanjutnya ditambahkan variabel-variabel untuk bisa lebih spesifik lagi agar bisa dilihat kecenderungan menurun atau naiknya pendapatan, rentabilitas dan laba bersih tersebut. b. Diharapkan menambahkan uji metode, karena metode yang sudah ada kurang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA Choi, F. D. S., dan Meek G. K., International Accounting, Edisi Keenam,Cetakan Kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2010. Darsono, Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis, Cetakan Pertama, Diadit Media, Jakarta, 2006. Efraim Ferdinan Giri, Akuntansi keuangan menengah 1, Edisi pertama, Bumi Askara, Jakarta, 2012. Fraser, L., dan Ormiston A., Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Cetakan Pertama, Indeks, Jakarta, 2008. Harahap, S. S., Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Rajawali pers, Jakarta, 2010. Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorcard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis, Cetakan Kedua, Bumi Askara, Jakarta, 2011. Priatna, R. B., Abdillah, J,. dan Suryana, Akuntansi Keuangan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bandung, 2010. Anugrahani, E., 2007, Analisis DuPont System Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada PT. Aqua Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk,. PT. Ultra Jaya Milk Tbk), Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Loanda, R., 2011, Analisa kesehatan Keuangan PT. Timah, Tbk tahun 2005-2009, Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi, Jakarta. Tardin A., 2007, Analisa Perubahan Pendapatan Terhadap Perkembangan Rentabilitas Perusahaan, Skripsi Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Tri Nurindah yanti Yulian, Analisis Pengaruh Earning Per Share, Book Value dan Debt Equity Ratio Terhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi Vol.1 No.1, Jakarta, 2004.
305
PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk, JAKARTA Herman Sugianto Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi efisiensi proses produksi. Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi. Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku PENDAHULUAN Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja secara efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas perusahaan dan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan kebijakan persediaan dan menjadikan sebuah senjata kompetitif. Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal dapat menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting, 306
sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap kelancaran proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan. Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan, semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan sistem yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut tidak baik, akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat bantu) untuk mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa model seperti EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan MRP.36 Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi.37 1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen. 2. Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan konstan. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu. 4. Tidak tersedia diskon kuantitas. 5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa). Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya. 6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ? 2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ? 3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ? Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah : 1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi. 2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk. 3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk. 36
Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31 37 Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92
307
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam”. Berdasarkan uji pengaruh dan uji regeresi dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level, dan Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Hantong Precision Manufacturing.38
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkahlangkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan melalui kerangka pemecahan masalah berikut :
Mulai
Data Kuesioner
Analisis SPSS
Kesimpulan
Selesai
Gambar Kerangka Pikir Penelitian Obyek penelitian ini adalah PT Pelangi Indah Canindo Tbk dengan waktu penelitian periode Agustus 2013 sampai dengan selesai. Jenis data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field research). Populasi dan Sampel
38
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT. Hantong Precision Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4
308
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan di Jl. Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 – Indonesia. Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013 No. Divisi Operation Jumlah Persentase 1
LOGISTIC
6
10 %
2
PRODUCTION
44
73 %
3
QA & QC
4
7 %
4
WAREHOUSE
4
7 %
5
DELIVERY
2
3 %
60
100 %
Total Responden Sumber : PT Pelangi Indah Canindo
Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun pertimbangan atau kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi Operation yang mengetahui dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk. Operasional Variabel Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu efisiensi proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan bahan baku. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian persediaan bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity). Variabel independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out. Teknik Analisis Data 1.
Uji Validitas Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap variabel yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki nilai tertentu. Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan
309
disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.39 2.
Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika memiliki nilai tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.40
3.
Analisis Deskriptif Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan jelas dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan demikian setiap pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.41
4.
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.42 Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :43 Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei Dimana : Y = Efisiensi Proses produksi X1 = Demand X2 = Lead Time X3 = Safety Stock X4 = Reorder Level X5 = Stock Out bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi Ei = Error Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t. Kerangka Pemikiran
39
Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU University Press, Jakarta, 2009, p.92 40 Ibid, p.99 41 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177 42 Ibid, p.211 43 Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25
310
Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu : metode Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan diteliti, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap efisiensi proses produksi dan mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi.
Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5 H6
: : : : : :
Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Validitas Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut : 1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05. 2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05. 311
3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05. 4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05. 5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05 6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05. 7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05. 8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05. 9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05. 10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05 11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05. 12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05. 13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05. 14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05. 15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05 16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05. 17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05. 18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05. 19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05. 20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05 21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05. 22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05. 23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05. 24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05. 25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05. 26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05. 2. Hasil Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka pada tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian reliabilitas dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbach‟s Alpha dari masing masing variabel, sebagai berikut : HASIL UJI RELIABILITAS Dimensi Efisiensi Proses Produksi Demand Lead Time Safety Stock Reorder Level Stock Out
Jumlah
Jumlah Butir Pertanyaan Cronbach’s Alpha 4 4 4 4 3 7
0,834 0,888 0,640 0,691 0,851 0,922
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
26
3. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif Hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan sangat sesuai atau sesuai dalam mendukung Efisiensi Proses Produksi. Berikut ini hasil pengujian deskriptif dengan 60 responden, sebagai berikut : 312
Tanggapan Responden No.
Butir Pertanyaan
P11 P12 P13 P14
Penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan Kemampuan Perusahaan Peranan Departemen PPC Kelancaran proses produksi Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan pelanggan Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan tenggat waktu Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat waktu agar tepat waktu Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan pengaman Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan baku
P15
Perencanaan persediaan pengaman
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26
Kesesuaian perencanaan persediaan pengaman dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap tingkat pemesanan kembali bahan baku Perencanaan tingkat pemesanan kembali bahan baku Kesesuaian tingkat pemesanan kembali bahan baku dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku Kesesuaian prosedur SOP terhadap mengantisipasi kehabisan persediaan bahan baku Perencanaan kehabisan persediaan bahan baku di perusahaan Kinerja Departemen PPC di perusahaan untuk mengantisipasi stock out (kehabisan bahan baku) Tanggung jawab departemen PPC untuk mengantisipasi stock out Kehabisan persediaan bahan baku merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi Kinerja seluruh departemen di perusahaan untuk mengantisipasi stock out Tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk mengantisipasi stock out
Jumlah Skor
Kesimpulan
272
Sangat Setuju
275 277 271 286 283 279 283 259
Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju
255
Sangat Setuju
245 260 285 278
Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
283
Sangat Setuju
277
Sangat Setuju
273
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
222
Setuju
231
Setuju
237
Setuju
222
Setuju
230
Setuju
227
Setuju
233
Setuju
4. Hasil Penelitian Analisis Regresi Berganda 1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Hasil uji R Square menunjukkan bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,941 yang mendekati nilai satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Efisiensi Proses Produksi). Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 94 % variasi variabel dependen (Efisiensi Proses Produksi). Sedangkan sisanya sebesar 6 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 2. Uji F Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out secara serempak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi dengan Nilai Fhitung sebesar 172,140 terhadap Ftabel sebesar 2,386, jadi Fhitung > Ftabel. 313
3. Uji t Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level maka efisiensi proses produksi akan meningkat. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan bahwa setiap kenaikan variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses produksi akan menurun. Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya modal yang akibat barang modal menganggur dan tidak berputar dan kerugian kehilangan penjualan atau kehilangan pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit diperkirakan karena berhubungan dengan good will perusahaan. Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata yang lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand. Nomor Urut 1 2 3 4 5
Variabel Demand Reorder Level Lead Time Stock Out Safety Stock
T hitung 4,901 4,199 3,815 1,934 0,104
Sig. 0,000 0,000 0,000 0,058 0,918
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan terhadap variabel Safety Stock dan variabel Stock Out tidak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi. Oleh karena itu pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama pada variabel Safety Stock dan variabel Stock Out belum secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan oleh manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan perlu melakukan sosialisasi secara rutin penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai perencanaan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi. 2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand. B. Keterbatasan Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa keterbatasan setelah di evaluasi oleh peneliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 314
1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada semua perusahaan. 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen secara tertulis. C. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk : 1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku untuk mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta mempertahankan kelancaran proses produksi. 2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk meningkatkan komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi dengan baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap variabel yang hendak diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden. DAFTAR PUSTAKA Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004 Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2008 Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004 Handoko, T.H., Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan 13, BPFE, Yogyakarta, 2000 Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009 Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU - University Press, Jakarta, 2009 Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008 Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004 Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003 Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008 Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor 1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya 315
Pembelian Pada PT Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan, www.google.com, diunduh pada tanggal 17 Februari 2013 Riyanto, B., Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001 Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012 Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000 Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000 Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober 2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring Indonesia di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada tanggal 31 Juli 2013 Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta, 2008, p.387 Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001 Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013
316
PENGARUH CURRENT RATIO, NET PROFIT MARGIN, DEBT TO EQUITY RATIO DAN TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2007 – 2011 Agustina Cyntia Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRAKSI Laba menjadi indikator untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang mengalami kenaikan atau penurunan melalui perbandingan secara horizontal. Perubahan ini memberikan dampak terhadap kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya. Bagi pihak eksternal, laba sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Rasio keuangan bisa digunakan untuk memberikan gambaran kondisi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Objek penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2007 – 2011. Perubahan laba merupakan variable dependen yang digunakan, sedangkan Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio dan Total Asset Turnover adalah variable independennya. Pengujian statistic menggunakan pendekatan analisa regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, kesimpulan pengujian diambil berdasarkan uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Net Profit Margin, dan Total Asset Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Kata Kunci : Perubahan Laba, Rasio Keuangan, Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover.
PENDAHULUAN Salah satu tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang maksimal. Oleh sebab itu laba dinilai sebagai salah satu bukti hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Namun dalam prakteknya, laba yang dihasilkan oleh perusahaan belum tentu sama ataupun naik dari laba yang dihasilkan di periode sebelumnya. Perusahaan food and beverages merupakan tipe usaha yang mudah untuk dimasuki, dan hal itu menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia Adhi S. Lukman, mengatakan “konsumen Indonesia dikenal lebih mudah dan terbuka untuk mencoba produk-produk 317
baru.”44 Dengan iklim persaingan yang begitu ketat, manajemen perusahaan perlu menarik minat investor untuk melakukan investasi di perusahaan yang mereka kelola agar bisa menambah modal yang dapat mengembangkan kegiatan operasional perusahaan. Umumnya investor mengukur kinerja dari tingkat pertumbuhan laba. Namun pada faktanya, terjadi fluktasi pertumbuhan laba rata – rata perusahaan food and beverages pada tahun 2007 – 2011. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi menurunnya kondisi keuangan suatu perusahaan, baik dari sisi eksternal maupun dari sisi eksternal. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) ada beberapa hal yang terkait yang menjadi suatu tantangan bagi industri makanan dan minuman, diantaranya : belum sinerginya peraturan perpajakan dan retribusi, tingginya harga bahan baku dan kemasan, kebijakan energi nasional, keterbatasan infrastruktur, dan tingginya suku bunga kredit / pinjaman di Indonesia.3 Dari sisi internal, bisa disebabkan karena adanya efektif dan efisiennya strategi yang ditetapkan oleh manajemen. Agar bisa tetap bertahan di tingkat persaingan yang ketat, manajemen perusahaan food and beverages harus bisa menarik minat para investor dengan memberikan informasi keuangan yang baik. Masa yang akan datang selalu penuh dengan ketidakpastian, sehingga pihak eksternal terutama para investor perlu membuat prediksi. Untuk dapat membuat prediksi dimasa yang akan datang diperlukan pengetahuan tertentu untuk menganalisis informasi keuangan dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Hal itu yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam menganalisa laporan keuangan adalah menggunakan analisa rasio.
LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu pengajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan investasi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi asset, liabilites, ekutias serta pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian berserta arus kas. Laba Menurut SFAC No 6, laba adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. Perubahan Laba 44
Investasi Asing Di Industri Makanan Diyakini Bisa Naik Lebih Dari 100%,
http://www.gapmmi.or.id/index.php?pilih=lihat&id=97, diakses 10 September 2013, jam 14.00 WIB.
318
Pengertian perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan laba per tahun. Penilaian tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun.45 Rumus untuk menghitung perubahan laba adalah :
Keterangan: Δ Y = Perubahan Laba Y t = Laba perusahaan tertentu pada periode tertentu Y t-1= Laba perusahaan tertentu pada periode sebelumnya Current Ratio Current ratio mengambarkan sejauh mana aktiva lancar, menutupi kewajiban – kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rumus untuk menghitung current ratio adalah :
Net Profit Margin Dari segi rasio profitabilitas, akan menjadi perhatian utama para analis dan investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut menjadi tolok ukur bagaimana perusahan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding dengan risikonya. Net profit margin mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham.
Debt to Equity Ratio Dari segi rasio solvabilitas, penggunaan utang jangka pendek akan mempengaruhi likuiditas. Penggunaan utang jangka panjang akan mempengaruhi solvabilitas. Pada akhirnya utang jangka panjang yang jatuh tempo akan mempengaruhi likuiditas juga. Salah satu karakteristik utang jangka panjang adalah menimbulkan bunga. Bunga menjadi beban tetap perusahaan, sementara laba berfluktuasi sesuai dengan kinerja perusahaan. Salah satu cara menghitung solvabilitas adalah membandingkan utang dengan equity saja. 45
Andriyani, Lusiana Noor, “Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)”. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008
319
Total Asset Turnover Total asset turnover merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio ini cukup sering digunakan karena cangkupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh pendapatan. Rumus untuk menghitung total asset turnover :
Perumusan Hipotesis H1 Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba H2 Net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. H3 Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. H4 Total asset turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. H5 Current ratio, net profit margin, debt to equity ratio dan total asset turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sedangkan sumber data laporan keuangan food and beverages yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan food and beverages yang ada di BEI pada tahun 20072011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) 2008 - 2012.
Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu perubahan laba merupakan variabel dependen dan beberapa variabel independen yang terdiri dari current ratio, net profit margin, debt to equity ratio dan total asset turnover. Analisis Statistik Deskriptif
320
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah objek yang diteliti (N) adalah 70 sampel untuk tahun 2007 - 2011. Sebelum data diolah, terlebih dahulu variabel CR (Current Ratio), NPM (Net Profit Margin), DER (Debt to Equity), dan LABA (Perubahan Laba) ditransformasikan ke bentuk Logaritma Natural untuk mendapatkan satuan yang sama, yaitu kali. Berikut ini adalah deskripsi hasil analisis : a. LnLaba (Logaritma Natural Laba) Mean sebesar 3.0134 dan LnLaba Standard Deviation sebesar 1.58164 64 b. LnCR (Logaritma Natural Current Ratio ) Mean sebesar 5.1405 dan LnCR Standard Deviation sebesar 0.50325 c. LnNPM (Logaritma Natural Net Profit Margin) Mean sebesar 5.1405 dan LnNPM Standard Deviation sebesar 1.05186 d. LnDER (Logaritma Natural Debt to Equity Ratio) Mean sebesar 4.7377 dan LnDER Standard Deviation sebesar 0.93421 e. TATO (Total Asset Turonver) Mean sebesar 1.3690 dan TATO Standard Deviation sebesar .061697
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Singkat Objek Penelitian Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011, dan mempunyai data yang lengkap. Diperoleh data dalam penelitian ini sebanyak 70 (14x5) perusahaan. Uji Kualitas Data 1. Pengujian Normalitas Data Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikasi > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal.Dan jika signifikasi < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas
321
Dapat dijelaskan bahwa model regresi linear berganda tersebut layak dan baik digunakan dalam penelitian ini, karena semua variabel memiliki Asymp.Sig > 0.05 yang berarti residual data berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas, yaitu dimana keadaan antara dua variable independen atau lebih pada suatu model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Salah satu cara untuk medeteksi ada tidaknya multikolineritas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF. Hasil output uji multikolineritas sebagai berikut : Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolineritas
Berdasarkan table 5.4 di atas, terlihat bahwa masing – masing variabel independen memiliki nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0.1. 3. Uji Autokolerasi Autokolerasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi dengan menggunakan uji Durbin Watson. Hasil output uji autokolerasi menujukan nilai Durbin Watson sebesar 1.777. Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi, adalah : 1) Nilai Durbin-Watson yang didapat dari hasil regresi adalah 1.777. 2) Nilai dL dan dU setelah dilihat pada tabel Durbin-Watson dengan tingkat signifikansi 0.05, n=70, dan k=4, adalah dL = 1.4943, dU = 1.7351 dan 4-dU adalah 2.2649 3) Dari hasil yang diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.777 terletak pada daerah dL < DW < 4-dU (1.4943< 1.777 < 2.2649) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi autokolerasi.
322
4. Uji Heterokesdasitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskesdatisitas.
Pada gambar hasil pengujian dapat terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasititas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
Uji Hipotesis 1.
Uji Adjusted R2 Tabel Hasil Uji Adjusted R2
Dari output tabel model summary dapat diketahui nilai R2 adalah 0,132. Jadi pengaruh dari Variabel Independen (Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover) yaitu 13,2%, sedangkan sisanya sebesar 86,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. 2. Uji Statistik F Uji anova dilakukan dengan melihat hasil uji signifikansi F test yaitu apakah hasil uji signifikansi tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 323
0.05. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Ha5 menyatakan Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio dan Total asset turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.
Tabel Hasil Uji F
Dari tabel diatas terlihat angka F sebesar 3.624 dan kolom sig terlihat angka 0.010 < a (0.05) artinya koefisien regresi tersebut signifikan. Maka Ha5 dalam penelitian ini diterima artinya Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) secara simultan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba.
3. Uji t Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter β yaitu apakah variabel bebas ln Current Ratio, ln Net Profit Margin, ln Debt to Equity Ratio, dan Total Asset Turnonver dapat dipakai sebagai penduga yang signifikan terhadap variabel terikat ln Laba dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Tabel Hasil Uji t
1) Pengujian Hipotesis 1
324
Ha1 menyatakan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik, besar nilai t hitung 2.254 lebih besar dari t table, pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha1 diterima dan menolak Ho. Artinya current ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 2) Pengujian Hipotesis 2 Ha2 menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 1.065 lebih kecil dari t tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha2. Artinya net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 3) Pengujian Hipotesis 3 Ha3 menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 3.631 lebih besar dari t tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha3 diterima dan menolak Ho. Artinya debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 4) Pengujian Hipotesis 4 Ha4 menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung -0.888 lebih kecil dari t tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha4. Artinya total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Analisa Persamaan Model Regresi Berganda Bentuk persamaan linear berganda penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) sebesar -6.922 artinya apabila tidak ada pengaruh Current Ratio (CR) X1, Net Profit Margin (NPM) X2, Debt to Equity Ratio (DER) X3, dan Total Asset Turnover (TATO) X4, maka perusahaan mengalami penurunan sebesar -6.922 % 2. Nilai koefisien b1 (CR) sebesar 1.021 artinya setiap kenaikan 1% (CR) X1 sementara variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan labasebesar 1.021 %. 3. Nilai koefisien b2 (NPM) X2 sebesar 0.207 artinya setiap kenaikan 1% (NPM) X2 sementara variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan laba sebesar 0.207 %.
325
4. Nilai koefisien b3 (DER) X3 sebesar 0.933 artinya setiap kenaikan 1 satuan (NPM) X3 sementara variabel lainnya konstan, maka perusahaan akan mengalami perubahan laba sebesar 0.933 %. 5. Nilai koefisien b4 (TATO) X4 sebesar -0.31 artinya setiap kenaikan 1% (TATO) X4 sementara variabel independen lainnya konstan, maka terjadi penurunan laba sebesar 0.31%. Pembahasan 1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan perubahan laba karena current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemampuan perusahaan dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Adanya peningkatakan kinerja perusahaan juga menambah peluang meningkatnya pertumbuhan laba. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas perusahaan cukup baik dan memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan laba. Artinya, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala utang jangka pendeknya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Tumurin (2004) membuktikan bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 2. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin dengan perubahan laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food and bevarages mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang besar. Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal tersebut mendukung penelitian Syamsudin (2008) yang membuktikan bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dengan perubahan laba, karena perusahaan mampu memutarkan modal yang berupa pinjaman secara efektif. Walaupun bunga dan angsuran yang dibayar menambah beban perusahaan, tetapi perusahaan mampu memaksimalkannya sehingga bisa menambah potensi bertambahnya laba. Hal ini tidak sama dengan penelitian Syamsudin (2008) yang membuktikan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 4. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara total asset turnover terhadap perubahan laba, perusahaan food and beverages kurang memaksimalkan penggunaan aktiva yang dimiliki, agar bisa lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa walau perusahaan memiliki asset yang besar, bukan berarti akanmenghasilkan pendapatan yang meningkat. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Juliana dan Sulardi (2003), serta Meythi (2005). Kesimpulan dan Saran 1.
Kesimpulan 1) Secara simultan, Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) memiliki pengaruh yang signifikan 326
2)
3)
4) 5)
2.
terhadap perubahan laba perusahaan. Dilihat dari pengaruh variabel independent terhadap perubahan laba yang siginifikan. Terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan perubahan laba karena current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemampuan perusahaan dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas perusahaan cukup baik dan memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan laba. Artinya, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin dengan perubahan laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food and bevarages mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang besar. Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. Total Asset Turnover (TATO) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1) Bagi Perusahaan food and beverages, current ratio dalam perusahaan menunjukan angka tinggi dan berarti banyak dana yang menganggur disarankan agar dipergunakan untuk berinvestasi guna meningkatkan laba perusahaan. Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food and beverages mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang besar, untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Terhadap penggunaan assets, perusahaan food and beverages harus lebih memaksimalkan seluruh assets yang dimiliki agar penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan mampu menutupi semua beban yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan meminimalisir terjadinya kerugian. 2) Bagi investor dalam menentukan keputusan investasi dalam perusahaan food and beverages sebaiknya tidak hanya didasari oleh informasi keuangan. Jika ingin melakukan investasi, bisa menggunakan perbandingan harta lancar dengan utang lancar, dengan melihat tingkat likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan. 3) Untuk penelitian yang lebih lanjut diharapkan agar memperluas sampel penelitian bukan hanya dari perusahaan food and beverages tetapi juga perusahaan lainnya sebagai contoh manufaktur, perbankan, trading, dan lain – lainya serta menambahkan variabel yang lain dari penelitian yang telah teruji kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA Andriyani, Lusiana Noor. 2008. Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)”. Semarang: Universitas Diponegoro. 327
Ang, Robert. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.Jakarta : Mediasoft Indonesia, 1997. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke IV,Semarang : Badan Penerbit UNDIP, 2009. Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis atas laporan keuangan keuangan.Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007. http:// junaidichaniago.wordpress.com Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan .Jakata : Salemba Empat, 2009 Kuswandi.Memahami Rasio – Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006. Mardiyanto, Handono. Inti Sari Manajemen.Jakata :Grasindo, 2009 Meythi. 2005. Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume XI Nomor 2. Parawiyati.2000.Penggunaan Informasi Keuangan untuk memprediksi keuntungan investasi bagi investor di Pasar Modal.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 3 No 2, 215. Prihadi, Toto. Mudah Memahami Laporan Keuangan, Toto Prihadi. Jakarta : PPM, 2007 Priyatno, Duwi. Mandiri Belajar SPSS (saistical Product and service solution) Untuk Analisis Data Dan Uji Statistik. Jakarta : MediaKom, 2008. PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2007 PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2008 PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2009 PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2010 PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2011 Sugiono, Arief. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan.Jakarta :Grasindo, 2009. Soemarso S. R. Akuntansi Suatu Pengantar . Buku satu. Edisi lima. Jakata : SalembaEmpat, 2004. Stella. 2009.Pengaruh PER, DER, ROA dan PBV terhadap harga pasar saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Suwardjono.Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Yogyakarta: BPFE, 2008. Wild, John J. Analisis LaporanKeuangan 1.Jakarta : Salemba 4, 2005. www.gapmmi.or.id 328
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO JANGKA WAKTU 1 BULAN TERHADAP ROA, LDR, DAN NPL PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009 – 2012 Pipit Tri Puspita Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap Return on Assets (ROA),Loan to Deposit Ratio (LDR) Non Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum. Desain penelitian menggunakan kausalitas-komparatif dimana sumber data adalah data sekunder.Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Unit analisis adalah perusahaan.Analisis data menggunakan regresi linear sederhana dengan alat bantu Statistical Package for the Social Science(SPSS) Hasil penelitian pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan terhadap ROA, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset bank tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik besar pula kinerja perusahaan, karena return yang didapat perusahaan semakin besar. danSukubungaberpengaruh secarapositiftidak signifikan terhadap LDR artinyaSemakin kecil tingkat suku bunga LDR, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh. KinerjaLDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian.Sebaliknya, Semakinbesaratautinggitingkatsukubunga LDR, makaakansemakinkuranglaba yang akandiperoleh.sedangkanvariabel Suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikanterhadapNon Perfoming Loan (NPL)artinyaNPL yang tinggi menyebabkan timbulnya masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang). Kata kunci : Kinerja perusahaan, Good Corporate Governance, profitabilitas, ukuran perusahaan. PENDAHULUAN Awal tahun 2012, perekonomian di Indonesia menghadapi situasi dimana suku bunga deposito berjangka mengalami gejolak. Karena Indonesia saat ini masih memiliki tingkat kesejahteaan penduduk yang relatif rendah. Trend rendahnya tingkat inflasi dan penurunan 329
suku bunga induk (BI-rate) hingga level 5,75% pada awal maret 2012 (terendah sejak pemberlakuan suku bunga induk) oleh Bank Indonesia, seharusnya dapat menjadi berita gembira untuk semua kalangan seperti pengusaha, debitur kredit pemilikan rumah (KPR) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) karena diharapkan kebijakan bank sentral ini akan diikuti dengan penurunan bunga kredit bank. Dalam 1 tahun terakhir ini suku bunga deposito berjangka terus mengalami penurunan dan cenderung stabil. Keadaan ini mengakibatkan penurunan suku bunga kredit dan pinjaman pada bank umum di Indonesia. Suku bunga deposito sebagai daya tarik utama penduduk Indonesia untuk merencanakan dan menyimpan uang mereka pada bank-bank umum di Indonesia. Dan dalam mengelola dananya, setiap masyarakat harus benar-benar mengetahui resiko yang akan diperoleh. Dan untuk bank harus pintar serta cermat melihat peluang bisnis dana segar seperti deposito atau dana pihak ketiga. Tingkat bunga yang terlalu rendah akan membuat masyarakat sulit atau ragu-ragu menabung atau ikut menginvestasikan dana mereka. Dan apabila suku bunga yang diberikan kepada masyarakat terlalu tinggi, itu akan berpengaruh terhadap suku bunga kredit yang ada di bank tersebut. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan suku bunga deposito dan kredit industri perbankan terus menunjukkan penurunan. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada April 2012 turun hingga 24 bps. Sedangkan suku bunga kredit turun tipis 8 bps. Demikian hasil Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter BI bulan Juni 2012 penurunan suku bunga perbankan masih terus berlanjut. Penurunan suku bunga kredit yang lebih terbatas dibandingkan dengan suku bunga deposito menyebabkan selisih (spread) di antara kedua suku bunga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan selisih pada bulan sebelumnya Selisih yang masih relatif lebar tersebut masih memberikan ruang bagi penurunan suku bunga kredit lebih lanjut sejalan dengan efisiensi penyaluran dana perbankan serta perbaikan efisiensi operasional perbankan. Berdasarkan kelompok bank, BI mengungkapkan penurunan terbesar suku bunga deposito 1 bulan tercatat pada kelompok BPD yang memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Penurunan suku bunga deposito 1 bulan pada kelompok BPD tercatat sebesar 40 bps, sedangkan kelompok bank asing, bank swasta dan bank persero masing-masing tercatat sebesar 20, 25 bps, dan 20 bps. Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang juga memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Pada April 2012, kelompok bank asing menurunkan suku bunga KMK dan KK masing-masing sebesar 21 dan 37 bps. Sementara itu, kelompok bank swasta, BPD dan bank persero menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 5, 6, dan 10 bps. Pada dasarnya tingkat suku bunga yang tinggi belum tentu bagus bagi kinerja perbankan meskipun mendapatkan dana segar dari masyarakat yang besar, perbankan tidak bisa dan mampu bertahan selama modal mereka terus menerus keluar karena pengaruh negative spread 9 selisih bunga deposito dengan kredit ). Umumnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh kinerja utama keuangan perbankan berupaROA (Return on Assets), LDR (Loan on Deposi Ratio)dan NPL(Non Perfoming Loan),yang dipengaruhi tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan pada Bank Umum di Indonesia. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 330
1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap Return on Assets (ROA) Pada Bank Umum. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank Umum. 3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap Non Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum. LANDASAN TEORI A. Laba Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). 1. Pengertian Laba Optimal Pergerakan seluruh sumber daya untuk menghasilkan laba. Laba usaha atau laba optimal merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara pemasukan dengan biaya serta pengeluaran dalam kegiatan normal perusahaan. 2. Pengertian Optimalisasi Laba Ukuran yang lain menyangkut profitabilitas, yaitu angka laba harta atau laba investasi, yang berasal dari perbandingan angka laba (dipetik dari laporan laba rugi) dan total harta atau total asset. B. BANK Kata bank berasal dari bahasa Itali banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung dari biaya transaksi atau jasa yang diberikan dan bunga pinjaman. Menurut UndangUndang No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan pada jasa penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut untuk digunakan sebagai pemberian kredit kepada nasabah bank tersebut. 1. Sumber Dana Bank a. Dana Sendiri Meskipun untuk suatu usaha bank, porporasi dana sendiri relatif kecil apabila dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting bagi kelangsungan usahanya. b. Sumber Dana Pihak Pertama Sumber Dana Pihak Pertama adalah modal, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan untuk mendirikan suatu bank oleh pemegang saham. Modal merupakan factor yang sangat penting bagi bank yaitu sebagai alat penampung resiko kerugian (Riyadi, 2006). Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 terdiri atas modal inti dan modal pelengkap dengan penjelasan sebagai berikut : 331
a. Modal inti 1) Modal disetor Modal disetor adalah sejumlah dana yang disetorkan secara berkala oleh pemilik saat pendirian bank, dan biasa digunakan untuk menyediakan tanah, gedung, peralatan kantor dan kegiatan promosi untuk kepentingan perusahaan. 2) Agio saham Nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemilik baru dibandingkan dengan nilai nominal saham. 3) Modal sumbangan Modal sumbangan yaitu modal yang didapat dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut terjual. 4) Cadangan – cadangan Sebagian keuntungan bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lain yang digunakan untuk menampung risiko yang dapat terjadi di masa yang akan datang. 5) Laba ditahan Laba ditahan merupakan laba bersih yang didistribusikan kepada para pemegang saham. 6) Cadangan Umum Cadangan umum yaitu cadangan dan penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat pesetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat angota. 7) Cadangan tujuan Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 8) Laba tahun lalu Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umu pemegang saham atau rapat anggota. 9) Laba tahun berjalan Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi. b. Modal Pelengkap 1) Cadangan revaluasi aktiva tetap Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dan selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak. 2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif Penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. 3) Modal pinjaman Modal pinjaman yaitu hutang yang didukung oleh isntrumen atau warkat yang memliki sifat seperti modal. 4) Pinjaman subordinasi Pinjaman subordinasi yang mempunyai ciri – cirri adanya perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman. 332
c. Return on Assets ( ROA ) Return on Assets ( ROA ) keuangan perusahaan yang berkaitan dengan profitabilitas. ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan,semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.Return On Asset menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total aset-aset.(Keown, Martin, Petty, dan Scott JR, 2004:77). Nilai Return on Assets dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Analisis ROA dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan seluruh total kekayaan yang dimilikinya, dengan menyesuaikan beban – beban yang digunakan untuk membiayai assetnya. d. Loan to Deposit Ratio ( LDR ) Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (2005:116) menyatakan bahwa loan to deposit ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Akan tetapi, batas toleransi berkisar antara 85% 100%. Tetapi menurut kasmir (2003 : 272 ), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. e. Non Perfoming Loan (NPL) Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Menurut Riyadi (2006), risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Menurut Kuncoro dan Suharjono (2001) :“Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank 333
Indonesia merupakan kredit yang digolongkan kedalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Total NPL NPL =
X 100% Total Kredit
f. Suku Bunga Menurut Budiono (1996 : 76), suku bunga adalah harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti. Adanya kenaikan suku bunga yang tidak wajar akan menyulitkan dunia usaha untuk membayar beban bunga dan kewajiban, karena suku bunga yang tinggi akan menambah beban bagi perusahaan sehingga secara langsung akan mengurangi profit perusahaan. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan. Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu g. Kerangka Pikir Penelitian ROA (Y1)
Suku Bunga Deposito (X)
LDR (Y2)
NPL (Y3)
h. Hipotesis Penelitian Ha1: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap Return on Assets ( ROA ) ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Ha2: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap Loan to Deposit Ratio ( LDR ) 334
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari deposito nasabah maka sektor formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat suku bunga, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh. Ha3: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap Non Perfoming Loan ( NPL ) Non Perfoming Loan adalah salah satu cara untuk menilai kinerja fungsi bank dalam mengelola bisnisnya. NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan. Semakin tinggi NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai tempat penelitian untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu pada perusahaan Perbankn umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2012. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 - 2012. Diketahui bahwa pada tahun 2009 ada 32 Perusahaan Perbankan umum yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 ada 34 Perusahaan Perbankan umum yang terdaftar di BEI, dan tahun 2011 ada 31 perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI, sedangkan untuk tahun 2012 ada 32 perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI. Berdasarkan kreteria tersebut maka diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel, yang terdiri dari sampel tahun 2009 sampai dengan 2012. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara 2 variabel saja, dimana terdiri dari 1 variabel independent (bebas), dan variable dependent (terikat) dan juga digunakan untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut umtuk membuat perkiraan (prediction). Namun sebelumnya harus dilakukan Uji Kausalitas data dengan pengujian Normalitas dan Uji Asumsi Klasik dengan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solution) yang berguna untuk membantu pengujian secara statistik. 1. Uji Kualitas data Uji Kualitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Normalitas. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini Uji Normalitas menggunakan grafik normal probability plot. 2. Uji Regresi Sederhana Analisis regresi sederhana adalah pengaruh antara 2 variabel saja, dimana terdiri dari 1 variabel independent (bebas), dan variable dependent (terikat) dan juga digunakan untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut umtuk membuat perkiraan (prediction). 3. Pengujian Hipotesis Uji Parsial (Uji-t) 335
Uji-t merupakan pengujian masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri yang dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lain konstan (cateris paribus). Dasar pengambilan keputusannya adalah, Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima, Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak. Adapun model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y1 = a + bx +e Y2 = a + bx + Y3e= a + bx +e Ket: Y 1,2,3 = Kinerja Return on assets (ROA) Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Perfoming Loan (NPL) yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito Berjangka. a
= konstanta
b
= koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel terikat akibat perubahan tiap-tiap unit variabel bebas.
x e
= Tingkat suku bunga deposito berjangka = Kesalahan residual (error)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Regresi Sederhana Y1 Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
.673
.188
-7.672
3.006
T
Sig.
Beta 3.578
.001
-2.552
.013
1 SUKU_BUNGA
-.311
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2013 Penelitian ini menggunakan industri perbankan berjumlah 16 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2012 sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan tahunan, laporan keuangan perusahaan. jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64. dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (ROA dan Suku Bunga) mendapatkan hasil uji regresi sederhana yang signifikan pada α = 5%. Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut : 336
ROA = 0,673-7,672x + ε Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data tersebar di sepanjang garis diagonal dan grafik memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal, artinya model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan tabel hasil pengujian menunjukan bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Adapun hasil output pengujian secara parsial dari aspek-aspek variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:
Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
.673
.188
-7.672
3.006
T
Sig.
Beta 3.578
.001
-2.552
.013
1 SUKU_BUNGA
-.311
a. Dependent Variable: ROA
a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap ROA ( Return On Asset ) Ha1:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA ( Return On Asset ) H01:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA ( Return On Asset ) Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -2.552 dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.013 berada lebih kecil dari level of significance 0.05 (5%), sehingga hipotesis pertama berhasil menolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA ( Return On Asset ). Artinya Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan terhadap ROA. Return on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. Uji Regresi Sederhana Y2 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
.792
.086
SUKU_BUNGA
.060
1.361
Beta 9.261
.000
.044
.965
1 .006
a. Dependent Variable: LDR
337
Dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (LDR dan Suku Bunga Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > α = 5% (0,05).Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut : LDR = 0,792 + 0,60x + ε Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi data mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data berbeda dengan standar baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data tidak berbeda dengan standar baku atau terdistribusi secara normal. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SUKU_BUNGA N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
LDR
64
64
.061525
.796195
.0130621
.1399758
Absolute
.153
.059
Positive
.153
.042
Negative
-.069
-.059
1.224
.468
.100
.981
Mean Std. Deviation
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari data diatas untuk LDR dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi normalitas karena nilainya di atas dari 0,05. Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error .792
.086
.060
1.361
Beta 9.261
.000
.044
.965
1 SUKU_BUNGA a. Dependent Variable: LDR
.006
a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ) Ha2:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap LDR( Loan to Deposite Ratio ) H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar 0.044 dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.965 berada lebih besar dari level of significance 0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat 338
disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh positif tidak signifikan terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ).LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari deposito nasabah maka sektor formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat suku bunga LDR, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh. Kinerja LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian. Sebaliknya, Semakin besar atau tinggi tingkat suku bunga LDR, maka akan semakin kurang laba yang akan diperoleh.
Uji Regresi Sederhana Y3 Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
-3.682
.001
-1.381
.172
Coefficients B (Constant)
Std. Error -3.347
.909
-19.987
14.471
Beta
1 SUKU_BUNGA
-.177
a. Dependent Variable: LN_NPL
dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (NPL dan Suku Bunga Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > α = 5% (0,05). Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut : NPL = 0,54-0,020x + ε Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic nonparametik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi data mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data berbeda dengan standar baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data tidak berbeda dengan standar baku atau terdistribusi secara normal. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LN_NPL N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
SUKU_BUNGA
61
61
Mean
-4.5755
.061461
Std. Deviation
1.47978
.0131030
.153
.157
Absolute
339
Positive
.153
.157
Negative
-.147
-.068
1.193
1.227
.116
.098
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari data diatas untuk NPL dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi normalitas karena nilainya di diatas dari 0,05.
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -3.347
.909
-19.987
14.471
Beta -3.682
.001
-1.381
.172
1 SUKU_BUNGA
-.177
a. Dependent Variable: LN_NPL
Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap NPL (Non Performing Loan ) Ha3:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap NPL (Non Performing Loan ) H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -1,381 dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.172 berada lebih besar dari level of significance 0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap NPL (Non Performing Loan ).NPL yang tinggi menyebabkan timbulnya masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang). Semakin tinggi suku bunga maka resiko tingkat terjadinya kredit macet akan rendah, karena nasabh tidak tertarik untuk mengajukan kredit sehingga akan menurunkan kinerja perbankandan profitabilitas perbankan dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank. Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank harus menjaga NPL-nya di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank Indonesia.
340
KESIMPULAN 1. Secara Statistik diketahui Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Suku bunga terhadap ROA (Return On Asset). Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan terhadap ROA 2. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau Suku Bunga terbukti berpengaruh secara positif tidak signifikan terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). 3. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau variabel Suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikan NPL (Non Performing Loan)
SARAN Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menambah jumlah periode penelitian. 2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambahkan objek penelitian tidak hanya pada lembaga keuangan bank, melainkan mencakup pula lembaga keuangan lainnya, misalnya lembaga keuangan pembiayaan kredit (finance) di Indonesia sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menggeneralisasi seluruh industri keuangan. Serta menambahkan sumber pendapatan bank yang lain. Contoh : DPK ( Dana Pihak Ketiga), Biaya admin, dll. 3. Jika perusahaan perbankan ingin mengoptimalisasikan labanya bisa menggunakan variabel lain dan semoga penelitian ini bisa menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Anton Wahyu Utomo, 2006, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis ANTISIPASI, Vol.10, No. 1. Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Eko, Yohannes Yuni, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia 2006-2008, SKRIPSI Manajemen UNDIP Hardono Mardiyanto,2008,”Intisari Manajemen Keuangan,Jakarta:Granindo. Hasibuan, H. Malayu S.P., 2007, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta. Herdaru Purnomo – detik finance Rabu,13/06/2012, http://finance.detik.com/read/2012/06/13 J.Supranto.2001,”Statistik”,Jakarta:Erlangga. Kasmir. 2006. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 341
Kasmir, SE, MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2008) Keown J Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen Keown J Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen Keuangan (prinsip dan penerapan). Cetakan Pertama.Edisi10. Jilid 1.PT Indeks. Mia Lasmi Wardiah.2013,”Dasar-Dasar Perbankan”,Bandung:PustakaSetia. Prof.Dr.Husaini Usman,M.Pd.,M.T dan R Purnomo Setiady Akbar,M.Pd,.2006,”Edisi Kedua,Jakarta:PT Bumi Aksara. Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sova Sandrawati.2012,8 Mei 2012 http://www.sinarpaginews.com Yohanes Yuni Eko Nugroho,2010,”Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2006 – 2008”,Semarang.
342
PENGARUH KARAKTERISTIK SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus di Universitas Swasta X) Rudy Setiawan Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta (
[email protected]) ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan pada salah satu Universitas Swasta yang ada berlokasi di Jakarta Barat, Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh karakteristik sasaran anggaran yang terdiri atas partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran, dan kesulitan sasaran anggaran berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap kinerja manajerial. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode survey, Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh para pemegang anggaran di setiap departemen dan fakultas di Universitas Swasta X. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, Uji-t dan Uji-F. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Karakteristik Sasaran Anggaran secara parsial hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik sasaran anggaran yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan karakteristik sasaran anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial di Universitas Swasta X. Kata kunci: Karakteristik Sasaran Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Evaluasi Sasaran Anggaran, Umpan Balik Sasaran Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, dan Kinerja Manajerial PENDAHULUAN Sistem perencanaan/penganggaran merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah organisasi yang berdasarkan pada fungsi perencanaan keuangan. Menurut Rudianto dalam bukunya menjelaskan bahwa di dalam suatu organisasi terdapat empat fungsi pokok anggaran, yaitu Planning (perencanaan), Organising (pengorganisasian), Actuating (menggerakkan), dan Controlling (pengendalian). Dengan adanya empat fungsi pokok anggaran diharapkan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien dari waktu kewaktu baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Selain fungsi anggaran terdapat Budgetary Goal Characteristics BGC yang menjelaskan secara langsung hubungan antara anggaran dengan manajemen. Menurut Kenis (1979) ada lima Budgetary Goal Characteristics (BGC)/ Karateristik Sasaran Anggaran (KSA), yaitu partisipasi penyusunan anggaran 343
(budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clearity), umpan balik anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetary evaluation) dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty). Dalam beberapa penelitian sebelumnya, pembahasan mengenai karakteristik sasaran anggran terhadap kinerja manajerial pernah dilakukan dan hasil penelitian menunjukkan ketidak konsistenan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ida dan Ketut (2008) menyatakan bahwa Budgetary Goal Characteristic tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di Kota Denpasar. Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kornelius (2008) Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komuniaksi. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Renny (2008) menunjukkan bahwa partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajeril. Selanjutnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Andy (2009) menyatakan bahwa keadilan procedural berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan melalui budgetary goal characteristics menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Dengan temuan ketidak konsistenan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan masih belum banyaknya penelitian mengenai ke kelima kompenen karateristik sasaran anggaran yang saling berkaitan satu sama lain. Maka dapat dirumuskan pernyataan penelitian : apakah Kejelasan Sasaran Anggaran yang terdiri dari partisipasi penyusutan, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Swasta X? Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial” studi kasus pada Universitas Swasta X.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, makan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. 2. Untuk mengkaji pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial 3. Untuk mengkaji pegaruh evaluasi anggaran terhadap kinerja manajerial. 4. Untuk mengkaji umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial. 5. Untuk mengetahui pengaruh kesulitan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial.. KAJIAN TEORI 1. Landasan Teori Teori yang akan di uji dalam penelitian ini ada Goal Setting Theory. Yang mana teori ini digunakan oleh Kenis sebagai dasar teori penelitiannya. Menurut Edwin Locke dalam sebuah situs online mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni: 344
1. 2. 3. 4.
Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian. Tujuan-tujuan mengatur upaya. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
2. Karakteristik Anggaran Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran, berikut ini diuraikan karateristik anggaran menurut Mulyadi (1997) sebagai berikut: 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3. Anggaran berisis komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dengan anggaran. 4. Usulan anggaran ditelaah dan diisesuaikan oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran. 5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan. 3. Kinerja Manajerial Mahoney, Jerdee dan Carol (1965) dalam Badriah dkk (2013) mendefinisikan kinerja manajerial berdasarkan fungsi-fingsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik, yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam meliputi: 1. Perencanaan yaitu menentukan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. 2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuat laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. 3. Koordinasi, menyelenggarakan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dean menyesuaikan program yang akan dijalankan. 4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan olah pimpinan terhadapat rencana yang telah dibuat, dan ditujunka untuk menilai pegawai dan cacatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan. 5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan. 6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, meyeleksi pekerjaan baru, menetapkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. 7. Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa. 8. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.
345
METODE PENELITIAN 1. Hipotesis H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial H2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. H3 : Evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. H4 : Umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. H5 : Kesulitan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. H6 : Partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran dan kesulitan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial 2. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode Survei, Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh karyawan disetiap departemen Universitas Swasta X
3. Metode Analisis Data a) Uji Kualitas Data Menurut (Huck dan Cormier 1996), kualitas data dalam sebuah penelitian dapat dievaluasi dengan melakukan uji reliabilitas dan validitas. 1) Uji Validitas Uji validitas, digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji ini maksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah instrument penelitian yang telah disusun benar-benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur didalam kuesioner. Menurut (Ghozali, 2002), jika r hitung untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r table dan nilai pisitif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas, merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi beberapa kali (Supramono dan Utami 2004). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Uma Sekaran, pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai berikut (Sekaran 2003): 1) Cronbach‟s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk 2) Cronbach‟s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima 3) Cronbach‟s alpha 0,8 = reliabilitas baik Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik. b) Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji Asumsi Klasik dengan Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. 2) Uji Multikolinieritas 346
Uji Asumsi Klasik dengan Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara viriabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. 3) Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumya. Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. 4) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Dalam hal ini penulis akan menggunakan metode grafik regresi sebagai alat uji untuk mengetahui apakah terjadi masalah heteroskedastisitas. c) Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini, terdapat 5 variable independen (X) dan 1 variable dependen (Y) maka untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Regresi ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variable dengan variable lain. Budgetary Goal Characteristic (BGC) terdiri dari 5 karakteristik, pengujian dilakukan dengan menguji karakteristik BGC dengan variable Kinerja Manajerial dengan persamaan regresinya adalah: Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + …. bkXk + e Dimana: Y = Kinerja Manajerial a = Konstanta X1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran X2 = Kejelasan Sasaran Anggaran X3 = Evaluasi Anggaran X4 = Umpan Balik Anggaran X5 = Kesulitan Sasaran Anggaran X6 = Secara Simultan b1,..b6 = Koefisien Regresi e = Eror 1) Uji T Test (Uji Parsial) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau : H0 : bi = 0 Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 347
Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: HA : bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen 2) Uji Analysis of Variance (Anova) / Uji F Test (Uji Simultan/Uji Global) Uji F adalah uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variable bebas (X1, X2, …Xk) dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variable terkait (Y). Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variable bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol. Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: H0 : b1 = b2 = … bk = 0 Artinya, apakah semua variable independen bukan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variable independen. Hipotesis alternatif (H1) tidak semua parameter secara simulan sama dengan nol, atau H1 : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 1. Data Kuesioner Hasil survei dari 39 kuesioner yang diberikan kepada responden di Universitas Swasta X, hanya 33 kuesioner yang kembali dan diolah dalam penelitian ini sehingga dalam penelitian ini memperoleh respon rate sebesar 84,6%, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Kuesioner Keterangan Jumah Kuesioner yang dikirim 39 Kuesioner yang kembali 33 Kuesioner yang tidak kembali 6 Kuesioner yang digunakan dalam penelitian 33 Tingkat pengembalian (Respon rate) 84,6% 2. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguaraikan, data sehingga mudah dipahami. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum dan standar deviasi suatu variabel. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
348
Tabel 2. Statistik Deskriptif a
Model
(Constant) PPA KSA UBA ESA KESA
1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 11.932 4.808 .005 1.438 .803 -.042 -.028
Coefficients Standardized Coefficients Beta
.337 .473 .386 .182 .284
.004 .530 .377 -.052 -.021
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
2.482
.020
.016 3.038 2.078 -.230 -.099
.988 .006 .049 .820 .922
.406 .753 .695 .449 .505
VIF 2.464 1.329 1.439 2.228 1.980
a. Dependent Variabel: KM
Pada table 2 di atas menggambarkan variabel-variabel yang diteliti baik independen maupun variabel dependen. Di bawah ini merupakan penjelasan dari tabel 5.2 statistik deskriptif. a. N dalam tabel menunjukkan banyaknya data. Data dalam penelitian ini berjumlah 30 sampel, yang berarti semua data mengenai partisipasi penyusunan anggaran (PPA), kejelasan sasaran anggaran (KSA), umpan balik sasaran (UBA), evaluasi sasaran anggaran (ESA), kesulitan sasaran anggaran (KESA) dan kinerja manajerial (KM) . b. Maximum adalah nilai tertinggi dari setiap pengamatan. Data maximum dari PPA (21), KSA (12), UBA (143), ESA (36), KESA (23) , dan KM (6,52). a. Mean (rata-rata) merupakan jumlah seluruh angka pada data dibagi dengan jumlah data yang ada. Mean dari PPA (14,87), KSA (9,13), UBA (9,17), ESA (27,63), KESA (17,10) dan KM (1,3862). Standar deviasi dalam tabel menggambarkan variasi dari variabel-variabel tersebut. 3. Hasil Pengujian Hipotesis Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial a
Model
(Constant)
1
PPA KSA UBA ESA KESA
Unstandardized Coefficients B Std. Error 11.932 4.808 .005 1.438 .803 -.042 -.028
Coefficients Standardized Coefficients Beta
.337 .473 .386 .182 .284
.004 .530 .377 -.052 -.021
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
2.482
.020
.016 3.038 2.078 -.230 -.099
.988 .006 .049 .820 .922
.406 .753 .695 .449 .505
VIF 2.464 1.329 1.439 2.228 1.980
a. Dependent Variabel: KM
Sumber : Lampiran Uji Regresi Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Anova Secara Simultan (F) a
Model Regression 1
Residual Total
Sum of Squares 289.491 353.976 643.467
ANOVA df
5 24
Mean Square 57.898 14.749
F 3.926
Sig. b .010
29
a. Dependent Variabel: KM b. Predictors: (Constant), KESA, UBA, KSA, ESA, PPA
349
4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada tabel 5.10. Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,450 atau 45%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh Variabel independen, yaitu Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Umpan Balik Anggaran, Evaluasi Sasaran Anggran dan Kesulitan Sasaran Anggaran terhadap Variabel Kinerja Manajerial sebesar 45%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 45% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya 55% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. a. Model Summary Hasil analisi regresi pada tabel 5 menunjukkan R sebesar 0.671 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara karakteristik sasaran anggaran dengan kinerja manajerial mempunyai hubungan yang kuat sebesar 67,1%, dikatakan kuat karena angaka tersebut berada di atas 0,5 atau diatas 50%. Untuk nilai R Square atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,450 yang berarti bahwa Variabel dependen (kinerja manajerial) mempu menjelaskan Variabel independen (partisipasi penyusunan anggran, kejelasan sasaaran anggran, umpan balik sasaran anggran, evaluasi sasaran anggaran dan kesulitan sasaran anggaran) sebesar 45%. Dan selebihnya 55% (100% 45%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. b. Uji t Test Untuk hasil penelitian secara parsial pada tabel 3 hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan adalah Variabel partisipasi penyusunan anggaran (X1), evaluasi anggaran (X4) dan kesulitan sasaran anggaran (X5) Sedangkan untuk Variabel yang mempunyai pengaruh signifikan adalah Variabel kejelasan sasaran anggaran (X2) dan umpan balik anggaran (X3). 1) Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung sebesar 0,016 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam partisipasi penyusunan anggaran di Universitas Swasta X kepala departemen tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan sasaran anggaran di departemennya (tidak adanya feedback antara kepala departemen dengan bawahan). Penetapan sasaran anggaran oleh kepala departemen tidak berada di bawah kendali kepala departemen. 2) Kejelasan Sasaran Anggaran (X2) Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kejelasan Sasaran Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung sebesar 3,038 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam penentuan sasaran anggaran di Universitas X kepala departemen mengetahui dengan jelas dan spesifik sasaran anggaran yang ingin dicapai, kepala departemen memiliki pemahaman yang jelas atas sasaran anggaran yang prioritas dan bukan prioritas dan sasaran anggaran disetiap departemen jelas dan tidak mendua. 3) Umpan Balik Anggaran (X3) Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Umpan Balik Anggaran (X3) berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung 350
sebesar 2,078 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam Universitas Swasta X, Kepala departemen menerima cukup banyak umpan balik mengenai pencapaian sasaran di setiap departemen, serta pengarahan atas penyimpangan anggaran yang terjadi. 4) Evaluasi Sasaran Anggaran (X4) Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Evaluasi Sasaran Anggaran (X4) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung sebesar -0,230 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa tidak ada evaluasi anggaran yang dilakukan oleh kepala departemen dalam Universitas Swasta X. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya penjelasan mengenai penyimpangan anggaran didalam evaluasi kerja, kepala departemen tidak menjelaskan atas item-item yang melampaui anggaran yang berada diluar kendali. Tidak ada feedback antara atasan dengan bawahan atas ketidakpuasan hasil yang dicapai didalam departemen masing-masing. 5) Kesulitan Sasaran Anggaran (X5) Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kesulitan Sasaran Anggaran (X5) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung sebesar -0,099 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa tidak ada kesulitan dalam sasaran anggaran di Universitas Swasta X. hal ini bisa terjadi jika didukung dengan tidak adanya kesulit dalam mencapai sasaran anggaran, tidak ada keahlihan kusus atau pengetahuan yang tinggi dalam pencapaian sasaran anggaran, serta sangat longgarnya sasaran di setiap departemen. c. Uji F Test Untuk hasil penelitian secara simultan pada tabel 4 menunjukkan bahwa Karakteristik Sasaran Anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Manajerial di Universitas Swasta X. Secara keseluruhan fakultas dan departemen-departemen yang memegang anggaran direfleksikan dalam Karakteristik Sasaran Anggaran dan memiliki persepsi yang dapat diterima terhadap partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan sasaran sasaran anggaran dalam mengkomunikasikan kinerja di Universitas Swasta X. SARAN DAN KESIMPULAN 1. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan, landasan teori, hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakteristik Sasaran Anggaran secara parsial hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik sasaran anggaran yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan karakteristik sasaran anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial di Universitas Swasta X.
2. Saran Penelitian 1. Menambah jumlah sampel atau objek dalam penelitian sehingga hasil penelitian lebih dapat terwakili. 351
2. Diharapkan penelitian berikutnya juga tidak hanya melakukan metode survei tetapi juga melakukan wawancara secara langsung sehingga salah persepsi dalam pertanyaan dikuesioner dapat dihindari 3. Penelitian selanjutnya menambahkan beberapa variable lain seperti variable komunikasi, goal commitment, keadilan prosedural dan variable intervening. Karena kinerja manajerial tidak hanya diukur dengan karakteristik sasaran anggaran saja.
DAFTAR PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/analisis-regresi-linier- berganda.html pada 30 Agustus 2013, pukul 16. Apa Itu Uji Asumsi Klasik? http://olahdatainstan.com/apa-itu-uji-asumi-klasik/ Badriah, Nurul., Pengaruh Partisipaso Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Evaluasi Anggaran dan Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial, Jurnal Skripsi, Universitas Riau, January, 2013. Bawono, Andy Dwi Bayu., Peran Budgetary Peran Budgetary Goal Characteristics Sebagai Variable Intervening Dalam Hubungan Antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta), Megister Sains Akuntansi, Universitas Diponogoro, Semarang, 2009. Damarik, Ayu Zulaini, 2011. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada Eselon III dan IV Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi), Tesis Magister, Universitas Sumatera Utara, Medan. Darsono & Purwati. A., Penganggaran Perusahaan, Teknik Mengetahui dan Memahami Penyajian sebagai Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian Aktivitas Bisnis. Jakarta, 2008. Dickey, T., Dasar-Dasar Anggaran, Menyusun Perencanaan Keuangan Usaha. PPM. Jakarta, 2004.
Penerbit
Ghozali I. 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. BP Diponogoro Semarang.
Universitas
,2009., Ekonometrika : Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. BP Universitas Diponogoro Semarang. Harefa, Kornelius., Analisis Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komunikasi Sebagai Variable Moderating Pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Di Medan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008. Kenis I., Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review Vol. LIV, No. 4. October. 1979. 352
Nurdini, Allis. (2008). ”Cross-Section Vs Longitudinal : Pilihan Rancangan Waktu Dalam Penelitian Perumahan Permukiman”. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. No 1, Juli 2008: 52 – 59.
34,
Maisyarah, Renny., Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komunikasi dan Komitmen Sebagai Variable Moderating Pada PDAM Propinsi Sumatera Utara, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008. Mulyadi., Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. January. 1997. Munandar. M., Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja. Yogyakarta. Murthi, Ida Ayu Mas M. dan Sujana, I Ketut. (2008). “Pengaruh Budgetary Goal Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Kota Denpasar”. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana Bali. Dipublikasikan. Pendidikan Ekonomi, Konsep Dasar Penganggaran – Pengertian Anggaran. http://www.pendidikanekonomi.com/2012/11/konsep-dasar-penganggaranpengertian.html. Pengertian Statistik, Uji Hipotesis, Regresi Linier Berganda http://andiwijayanto.blog.undip.ac.id/ pukul 16.42 pada 06 Agustus 2013. Pengertian Statistik http://definisipengertian.com/2011/pengertian-statistik Ramandei, Philipus., Karakteristik Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Internal dan Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah, Jurnal Maksi, Vol. 10. January, 2010. Populasi dan Sample http://asropi.wordpress.com/tag/cluster-sampling/ diakses pada 20 juli 2013, pukul 01.00. Rudianto., Penganggaran, Konsep dan Teknis Penyusunan Anggaran. Penerbit Erlangga. Ciracas, Jakarta. Shim
J.K dan Siegel J.G., Budgeting, Pedoman Lengkap Penganggaran. Penerbil Erlangga. Jakarta. Februari 2000.
Langkah-langkah
Suharyadi dan Purwanto., Statistik untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Penerbit Salemba Empat. Jagakrsa, Jakarta. 2009. Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas http://marsonobejosuwito.files.wordpress.com/2011/04/spss_3.pdf 31 Juli 2013. pukul.10.32. Tunggal. A.W., Pokok-Pokok Budgeting. Penerbit Harvarindo, 2008. Uji Kualitas Data : Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu Konstruk Atau Konsep kk.mercubuana.ac.id/files/99022-11-157641443672.doc 353
Uji Validitas dan Realibilitas Item Pernyataan Penelitian dilengkapi dengan contoh Pengerjaan dengan SPSS 16 wajibstat.blogspot.com/2013/04/uji-validitas- danrealibilitas-item.html pada 23 Agustus 2013, pukul 16.31. Welsch. G.A dkk., Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.
354
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN ( Study Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta )
Tika Permata Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan baik secara parsial maupun simultan. Jenis penelitian ini adalah kausalitas menggunakan data primer melalui penyebaran kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Responden adalah auditor, pengambilan sample dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Unit analisis adalah individu. Data analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan Dengan Sesama Profesi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan variabel Kemandirian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas. R Square menunjukan 67,9 % sedangkan sisanya 32,1 % dipengaruhi oleh variabel lain. Kata kunci : Pengabdian pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Sosial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Profesi, Hubungan Sesama Profesi dan Materialitas. PENDAHULUAN Penelitian ini mengangkat isu bahwa auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan, khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen profesional yang ditunjuk oleh para pemegang saham. Biasanya satu tahun sekali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), para pemegang saham akan meminta pertanggung jawaban perusahaan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik (AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Salah satu dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs. Hans Burhanuddin Makarao. Yang bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam 355
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Contoh kasus yang terjadi adalah kasus yang menimpa Bank Century, kasus yang terjadia dalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century terhadap Laporan Keuangan yang dikeluarkan. Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Century yang dianggap menyesatkan ternyata berisi banyak sekali kesalahan material. Disini peran auditor sangat dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang Century dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan memuat "dosa" LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang belum secara resmi menetapkan perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan fakta material yang salah harus dikumpulkan. Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bias diakibatkan oleh penerapan prinsip akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena hilangnya informasi penting (Haryono, 2001). Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000,00 akan memberi pengaruh material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai angka Rp200.000.000,00 adalah tidak memadai baginya untuk merancang prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp 200.000.000,00 saja (Hastuti et al., 2003). Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Auditing Konrath mendefinisikan auditing sebagai “Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. 2. Jenis-jenis Audit Audit Laporan Keuangan Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan, yaitu informasi-informasi kuantitatif yang diaudit, telah disusun sesuai dengan kriteria yang digunakan adalah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU).Audit ini dilakukan oleh auditor independen. Audit Ketaatan Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau peraturan dan kebijakan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang baik dari pihak intern maupun pihak ekstern. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dalam perusahaan, kreditor, maupun pemerintah. Audit Operasional Audit operasional merupakan pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas.Audit operasional juga sering disebut sebagai audit manajemen (management audit) atau audit kinerja (performance audit). 356
Audit Forensik Audit forensik merupakan jenis audit yang terspesialisasi penugasannya karena tujuannya adalah untuk menilai bukti terjadinya fraud atau kecurangan.
3. Pengertian Materialitas Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan ynag melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti. Konsep mateialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam laporan keuangan, hanya informasi yang materialitas yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik hanya berdasarkan tipe informasi tertentu maupun metode informasi yang disajikan. Beberapa penelitian tentang pertimbangan tingkat materialitas berfokus pada penemuan tentang jumlah konsisten yang ada diantara para profesional dalam membuat pertimbangan tingkat materialitas. Ada juga penelitian yang dilakukan, yang berkaitan dengan materialitas memeriksa pengaruh satu variabel (ukuran suatu item seperti presentase pendapatan) dalam pertimbangan materialitas. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah KAP yang terdaftar di IAPI, sedangkan sampel penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di IAPI. Analisis data yang diguakan yaitu menggunakan analisis: 1. Regresi yang menggunakan analisis regresi berganda, perhitungan yang diunakan yaitu : Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5 dimana : Y = Tingkat Materialitas. a = Konstanta. b1 = Koefisien Regresi. X1 = Pengabdian Pada Profesi. b2 = Koefisien Regresi. X2 = Kewajiban Sosial. b3 = Koefisien Regresi. X3 = Kemandirian. b4 = Koefisien Regresi. X4 = Keyakinan Profesi. b5 = Koefisien Regresi. X5 = Hubungan Dengan Rekan Seprofesi. 2. Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multkolineritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi. 3. Uji Hipotesis yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji t yang merupakan uji yang dilakukan secara parsial untuk menguji 357
hubungan variabel secara individu, dan Uji F yang merupakan uji yang dilakukan secara simultan untuk menguji hubungan variabel secara bersama-sama. Adapun ketentuan yang digunakan untuk pengujian di atas yaitu: Uji t = Jika thitung< ttabel maka Ho diterima Uji F = Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak HASIL 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Pengujian normalitas menggunakan P-P Plot, dengan criteria apabila titik-titik padaPP Plot berada pada garis lurus, maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data berasal dari poplasi yang terdistribusi normal.
Gambar 5.1 Uji Normalitas Data Berdasarkan hasl diagram P-P Plot dapat diketahui bahwa titik-titik berada pada garis lurus, seperti tampak pada gambar diatas. Hal ini berarti bahwa data penelitian ini telah diambil dari poulasi yang terdistribusi normal. b. Uji Multikolineritas Tabel 5 Hasil Uji Multikolenieritas Variabel Pengabdian Pada Profesi Pengabdian Kewajiban Soaial Kemandirian Keyakinan Terhadap Pofesi
colinearity tolerance 0,324 0,508 0,739 0,766
VIF 3,091 1.970 1.353 1.306
358
Hubungan Dengan Sesama Profesi Materialitas
0,443 0,324
2.257 3.091
Tabel diatas menggambarkan bahwa tidak ada problem multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIP)< 10 dan nilai tolenrance(TOL) yang lebih besar dari 0,10 yaitu pada variabel Pengabdian pada Profsesi nilai tolenrance sebesar 0324 > 0,10 sedangkan nilai VIF 3,091 < 0,10. Variabel Pengabdian Kewajiban Sosial nilai tolenrance sebesar 0,508 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,970 < 10. Variabel Kemandirian nilai tolenrance sebesar 0739 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,353 < 0,10. Variabel Keyakinan terhadap Profesi nilai tolenrance sebesar 0,766 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,306 < 0,10. Variabel Materialitas nilai tolenrance sebesar 0,324 > 0,10 sedangkan nilai VIF 3,091 < 0,10. c. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar dengan baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dpat disimpilkan tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi berganda. d. Uji Autokorelasi Table 5.16 Model
R
1
.815a
R Square .664
Adjusted R Square .639
Std. Error of the Estimate 4.975
DurbinWatson 1.356 359
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00003, VAR00004, VAR00002, VAR00001 a. Dependent Variable: VAR00006 Dari hasil pengujian tersebut nilai Durbin-Watson sebesar 1,356 dan angka tersebut berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi. 2. Uji Hipotesis a. Uji t Table 5.18 Hasil uji regresi secara parsial ( uji t )
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 21.646 6.302
1 (Constant)
t 3.435
Sig. 0.001
Pengabdian
0.53
0.213
0.308
2.491
0.015
Pks Kemandirian
0.687 -0.13
0.323 0.526
0.21 -0.02
0.037 0.806
Keyakinan Hubungan
1.181 0.558
0.342 0.237
0.277 0.249
2.126 0.247 3.452 2.358
0.001 0.021
Sumber : data primer yang diolah Hasil uji t diatas menunjukan, bahwa Keyakinan terhadap profesi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas, sebab nilai thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikan berada dibawah nilai signifikan yaitu 0,05 b. Uji F ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
3253.539
5
650.708
Residual
1540.433
65
23.699
Total
4793.972
70
F 27.457
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Hubungan, Kemandirian, Keyakinan, Pks, Pengabdian 360
b. Dependent Variable: Materialitas Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi dan Hubungan Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tingkat Materialitas. Dengan demikian persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: Y = 21.646 + 0.530 Pengabdian Pada Profesi + 0.687 Pengabdian Kewajiban Sosial + (-0,130) Kemandirian + 1.181 Keyakinan Terhadap Pofesi + 0.558 Hubungan Dengan Sesama Profesi Dimana:
Y a b X1 X2 X3 X4 X5
: Tingkat Meterialitas : konstanta : koefisien regresi : Pengabdian Pada Profesi : Pengabdian Kewajiban Sosial : Kemandirian : Keyakinan Terhadap Pofesi : Hubungan Dengan Sesama Profesi
Disini yang memiliki tanda positif yaitu Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian Kewajiba Sosial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi, dan yang memiliki tanda negative hanya Kemandirian saja. PEMBAHASAN Pembahasan Hipotesis 1 Variabel Pengabdian Pada Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0.015 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho1 diterima. Pembahasan Hipotesis 2 Variabel Pengabdian Kewajiban Soaial adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0.037 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho2 diterima. Pembahasan Hipotesis 3 Variabel Kemandirian adalah tidak signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0.806 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho3 ditolak. Pembahasan Hipotesis 4 Variabel Keyakinan Terhadap Pofesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho4 diterima. Pembahasan Hipotesis 5 Variabel Hubungan Dengan Sesama Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya sebesar 0.021 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho5 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat materialitas dipengaruhi oleh variabel Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan Dengan Sesama Profesi. 361
KESIMPULAN Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) pada uji regresi secara parsial, Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi yang berpengaruh secara parsial terhadap materialitas. Sedangkan variabel lainnya seperti Kemandirian, tidak berpengaruh terhadap materialitas. (2) pada uji regresi secara simultan, dapat diketahui bahwa semua variabel independen yaitu Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama berpengaruh terhadap materialitas.
DAFTAR PUSTAKA Agoes, S. (2008). Auditing, Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Publik. Jakarta: LPFE-UI. Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley.Auditing & Assurance Services An Integrated Approach. 10th edition.Prentice Education International. 2010. Boynton, William C., and Raymond N. Johnson., 2006, “Modern Auditing”, United States of America:John Wiley & Sons, Inc. Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia,Bogor. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ikhsan, Arfan. (2007). “Profesionalisme Auditor pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatnnya”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.9, No.3., Desember, hlm.199-222 Jusuf, Amir Abadi., 2011, “ Jasa Audit dan Assurance”, Jakarta:Salemba Empat. Kieso, D.E., & Weygandt, J.J. 2001.Intermediate Accounting (10th ed.). Toronto: John Wiley &Sons, Inc. Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta Wahyudi, Hendro & Aida Ainul Mardaniyah. 2006.“Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Laporan Keuangan”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi. Padang: 23-26 Agustus. Lawrence P, Kalbers dan Timothi J, Fogart., 1995,” Profesionalism and its Consequences: A study Of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice and Theory “.
362
PENGARUH GENDER, TEKANAN ANGGARAN WAKTU, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA.
Ussy Annisa Darusman Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan antara gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment. Subyek penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Metode pengumpulan data, kuesioner dibagikan langsung kepada responden dan sebagian dibagikan melalui mail survey. Dari 92 kuesioner yang di kirim ke responden hanya 50 kuesioner yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis regresi linier beganda. Yang diolah menggunakan software SPSS 21. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap audit judgment, tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap audit judgment, kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment, pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment dan secara simultan gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment. Kata kunci : Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor, Audit Judgment.
PENDAHULUAN Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan audit. Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi 363
ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku di mana dalam banyak penelitian tidak menjadi fokus utama. (Meyer, 2001). Gender menjadi salah satu faktor individu yang dapat berpengaruh terhadap kinerja yang memerlukan judgment dalam berbagai kompleksitas tugas. Wanita lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi pada saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria. Isu mengenai pengaruh gender meningkat di lingkungan kerja ketika terjadi perubahan komposisi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin di perusahaan, tetapi sampai sekarang wanita belum menunjukan keberhasilannya dalam menempati jabatan puncak dalam perusahaan hal ini disebabkan karena masih terdapat diskriminasi perlakuan yang berbeda terhadap hasil kerja atau kinerja auditor wanita dibandingkan dengan auditor pria. Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment karena perbedaan karakter dan sifat auditor tersebut tidak berpengaruh terhadap audt judgment. Anggaran waktu yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditor adalah untuk mengurangi biaya auditnya. Tekanan Anggaran waktu ini dapat menyebabkan perilaku menyimpang auditor, yang dapat memberikan implikasi yang serius bagi kualitas audit, etika dan kesejahteraan auditor. (Liyanarachichi dan McNamara, 2007). Beberapa penelitian sebelumnya manyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berdampak negatif terhadap kinerja auditor. Terkadang waktu yang dianggarkan seorang auditor untuk menyelesaikan tugasnya sangat sedikit, tidak sebanding dengan tugas yang harus ditanganinya. Semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor maka akan semakin sulit baginya untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat. Dengan adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat mempengaruhi judgment yang dibuat oleh auditor. Pengalaman auditor juga dapat mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam memprediksi kecurangan yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Dari pengalaman, auditor dapat belajar bagaimana cara yang tepat dalam melakukan suatu penilaian atau judgment. Auditor yang berpengalaman dalam membuat suatu judgment tidak mudah dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Pada kasus Perusahaan Enron Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya. Pelanggaran tersebut awalnya bagi Perusahaan Enron sangat menguntungkan, tetapi akhirnya pelanggaran ini dapat menjatuhkan kredibilitas Enron dan profesionalisme Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson. Akibat dari kasus tersebut Enron mengalami kebangkrutan dan memiliki banyak utang kepada para pemegang sahamnya, sedangkan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson kehilangan kepercayaan dan keindependensiannya dari klien dan masyarakat terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan opini (judgment). Motivasi penulis melakukan penelitian ini dikarenakan terdapat hasil penelitian yang berbeda – beda oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor dapat mempengaruhi audit judgment. Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta”. TINJAUAN PUSTAKA a. Teori Auditing Menurut Sekar Mayangsari dan Puspa Wandanarum (2013) auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentutukan tingkatan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut. dengan kriteria 364
yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Alvins A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Jusuf (2011) auditing merupakan pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Menurut Sukrisno Agoes (2012) auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. b. Audit Judgment Menurut Jamilah (2007) Audit Judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status atau jenis peristiwa lainnya. Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti-bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit, jadi dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pemeriksaan audit. Auditor membuat judgment dengan kesadaran bahwa penilaiannya akan ditinjau dan akan dimintai keterangan. c. Gender Gender dapat diartikan sebagai pembedaan peran antara pria dan wanita yang juga mengacu pada sistem hubungan sosial dan masyarakat kemudian menjadikannya budaya. Gender juga diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgment terlihat dari bagaimana klien lebih percaya pada auditor wanita karena akan lebih teliti dalam menginvestigasi bukti-bukti audit, sedangkan kepada auditor pria klien kurang percaya karena cenderung berpikir logis dalam menanggapi keterangan klien tanpa memperhatikan isyarat nonverbal maupun bahasa tubuh dari kliennya. d. Tekanan Anggran Waktu Seorang auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat mempengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas. Jangka waktu audit yang terlalu lama akan menyebabkan cost audit yang semakin besar, akibatnya klien yang akan menanggung fee audit yang besar juga. Hal tersebut akan dapat merugikan auditor atau KAP. e. Kompleksitas Tugas Tingkat kesulitan tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut. Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan tingkat kesulitan yang semakin tinggi. Dengan adanya tugas yang semakin kompleks akan mendorong seorang auditor untuk melakukan tugasnya tidak semudah yang dibayangkan.Semakin kompleks tugas seorang auditor maka, dapat mempengaruhi judgment yang akan diberikan. f. Pengalaman Auditor Semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman audit 365
dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.(Gusnardi, 2003). METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian yang dilakukan adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang terdaftar pada direktori IAPI 2012 dan waktu peniitan dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai dengan selesai. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh langsung dari responden dan sumber data diperoleh langsung dari sumber yang berupa jawaban kuesioner dari responden. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta dan sampel pada penelitian ini dilakukan secara random sampling, yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut : (1) auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang terdaftar pada direktorat Kantor Akuntan Publik, (2) level auditor senior. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 responden. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara disampaikan langsung dan sebagian melalui mail survey ke Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta. kuesioner berisi persyaratan untuk mendapatkan informasi tentang gender, tekanan anggaran waktu auditor, kompleksitas tugas, pengalaman auditor, dan juga audit judgment. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Model fungsi persamaan dalam penelitian ini adalah: Y=
+
+
+
+
+
Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen (Audit Judgment) Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert lima poin yaitu 1 = rendah sekali, 2 = rendah, 3 = netral, 4 = tinggi, dan 5 = sangat tinggi. 2. Variabel Independen a. Gender (X1) Di dalam penelitian ini gender dibedakan dalam 2 kategori yaitu pria dan wanita. Gender merupakan variabel dummy dimana 1 = pria dan 0 = wanita. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala nominal. 366
b. Tekanan Anggran Waktu (X2) Tekanan anggaran waktu merupakan situasi yang muncul dari keterbatasan sumber daya yang ditunjukkan untuk auditor dalam melakukan efisiensi terhadap waktu. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. c. Kompleksitas Tugas Kompleksitas tugas adalah tingkat kesulitan tugas yang selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. d. Pengalaman Auditor Pengalaman auditor merupakan pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas, pengalaman auditor dan audit judgment, yang akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 5 Tabel 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tekanan Anggaran Waktu 1 Tekanan Anggaran Waktu 2 Tekanan Anggaran Waktu 3 Tekanan Anggaran Waktu 4 Tekanan Anggaran Waktu 5 Tekanan Anggaran Waktu 6 Kompleksitas Tugas 1 Kompleksitas Tugas 2 Kompleksitas Tugas 3 Kompleksitas Tugas 4 Kompleksitas Tugas 5 Kompleksitas Tugas 6 Pengalaman Auditor 1 Pengalaman Auditor 2 Pengalaman Auditor 3 Pengalaman Auditor 4 Pengalaman Auditor 5 Pengalaman Auditor 6 Audit Judgment 1
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5
3.36 3.38 3.28 3.24 3.06 3.10 3.02 3.24 3.24 3.16 3.26 3.24 3.18 3.04 2.92 3.38 3.06 2.88 3.16
0.851 0.878 0.927 0.822 0.935 1.015 1.000 0.894 0.870 0.817 0.922 0.847 0.896 1.009 0.922 0.855 0.890 0.849 0.949
367
Audit Judgment 2 Audit Judgment 3 Audit Judgment 4 Audit Judgment 5 Audit Judgment 6 Valid N (listwise)
50 50 50 50 50 50
1 2 1 1 2
4 5 5 5 5
3.18 3.26 3.12 3.22 3.42
0.748 0.723 0.849 0.790 0.731
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa pada variabel tekanan anggaran waktu rata-rata total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat mempengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas tetapi jika tekanan anggaran waktu digunakan secara tepat dapat memberikan metode yang lebih efisien dalam mengaudit, auditor kadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi anggaran waktu yang menunjukan efisiensinya sebagai auditor. Untuk variabel kompleksitas tugas rata-rata total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan semakin sulit untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat tetapi dengan adanya kompleksitas tugas auditor dapat mengetahui tingkat kesulitan tugas tersebut sehingga auditor dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan benar. Dan pada variabel pengalaman auditor rata-rata total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan dan mampu mencari penyebab yang terkait dengan kekeliruan dan pelanggaran yang terjadi didalam laporan keuangan. Sedangkan pada variabel audit judgment rata-rata total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa auditor yang mempunyai tekanan anggaran waktu yang efisien, tugas audit yang bemacam-macam dan pengalaman yang baik dapat memberikan judgment (opini) dengan lebih hati-hati, teliti dan kompeten. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation. Suatu model dikatan valid jika tingkat signifikannya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Berikut ini akan disajikan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan pada penelitian ini, yaitu tekanan anggaran waktu dengan pertanyaan sebanak 6 item, kompleksitas tugas dengan pertanyaan sebanyak 6 item, pengalaman auditor dengan pertanyaan sebanyak 6 item dan audit judgment dengan pertanyaan sebanyak 6 item. Tabel 5-2-1 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2Keteranagan Tailed)
Tekanan Anggaran Waktu 1
0,753**
0,000
Valid
Tekanan Anggaran Waktu 2
0,829**
0,000
Valid
Tekanan Anggaran Waktu 3
0,765**
0,000
Valid 368
Tekanan Anngaran Waktu 4
0,765**
0,000
Valid
Tekanan Anggaran Waktu 5
0,834**
0,000
Valid
Tekanan Anggaran Waktu 6
0,809**
0,000
Valid
Tabel 5-2-2 Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Kompleksitas Tugas 1
0,787**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 2
0,805**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 3
0,843**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 4
0,733**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 5
0,678**
0,000
Valid
Komplekstas Tugas 6
0,808**
0,000
Valid
Tabel 5-2-3 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor U j i Pengalaman Auditor 1 Pertanyaan
V Pengalaman Auditor a 2 l i 3 Pengalaman Auditor d i 4 Pengalaman Auditor t a Pengalaman Auditor s 5 Pengalaman Auditor V 6 \
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
0,662**
0,000
Valid
0,794**
0,000
Valid
0,688**
0,000
Valid
0,697**
0,000
Valid
0,787**
0,000
Valid
0,735**
0,000
Valid
369
Tabel 5-2-3 Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed) Keterangan
Audit Judgment 1
0,715**
0,000
Valid
Audit Judgment 2
0,688**
0,000
Valid
Audit Judgment 3
0,793**
0,000
Valid
Audit Judgment 4
0,811**
0,000
Valid
B Judgment 5 Audit
0,816**
0,000
Valid
Audit Judgment 6 B
0,755**
0,000
Valid
Berdasarkan tabel uji validitas di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dibawah 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua indikator pada penelitian ini valid. 2. Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel jika nilai conbranch’s alpha berada diatas 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 5.3 berikut ini. Variabel
Conbranch's Alpha
Keterangan
Tekanan Anggaran Waktu
0,909
Reliabel
Kompleksitas Tugas
0,925
Reliabel
Pengalaman auditor
0,922
Reliabel
0,934
Reliabel
T Audit Judgment
Tabel 5.3 menunjukan nilai cobranch’s alpha atas tekanan anggaran waktu sebesar 0,909, kompleksitas tugas sebesar 0,925, pengalaman auditor sebesar 0,922 dan audit judgment sebsar 0,934. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai conbranch’s alpha lebih besar dari 0,6. 370
A. Uji Regresi Linier Berganda Coefficients Model
1
P e
a
Standardized Coefficients Beta
(Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 4.480 1.555
Gender Tekangwkt Komp_Tugas Peng_Auditor
-.291 .183 .246 .365
-.040 .208 .280 .396
.624 .174 .143 .150
T
Sig.
2.882
.006
-.466 1.054 1.720 2.426
.643 .298 .092 .019
Persamaan regresi pada penelitian ini adalah: Y= 4,480 - 0,291X + 0,183X + 0,246X + 0,365X + e 1
2
3
4
Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta (constant) sebesar 4,480 dengan signifikasi 0,006 atau 0,6 > 5% berarti jika nilai gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor 0 maka nilai konstantaya sebesar 4,480. 2. Nilai koefisien regresi gender sebesar -0,291 dengan signifikansi 0,643 atau 64,3% > 5% berarti gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. 3. Nilai koefisien regresi tekanan anggaran waktu sebesar 0,183 dengan signifikansi 0,298 atau 29,8% > 5% berarti tekanan anggran waktu tidak berpengaruh sgnifikan terhadap audit judgment. 4. Nilai koefisien regresi kompleksitas tugas sebesar 0,246 dengan signifikansi 0,092 atau 0,92% > 5% berarti kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. 5. Nilai koefisien pengalaman auditor sebesar 0,365 dengan signifikasi 0,19 atau 19% < 5% berati pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. B. Uji F Uji F digunakan untuk menguji peruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut: a
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression 445.909 203.611 Residual Total
649.520
df 4 45
Mean Square 111.477 4.525
F 24.637
Sig. b .000
49
a. Dependent Variable: Audit_Judgment b. Predictors: (Constant), Peng_Auditor, Gender, Komp_Tugas, Tekangwkt
Dari hasil uji ANOVA pada table 5.6 diatas menunjukan bahwa nilai signifikan untuk uji F adalah 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa gender, tekanan angaran waktu, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
371
C. Uji t Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut: Coefficients Model
a
(Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 4.480 1.555
Gender -.291 .624 Tekangwkt .183 .174 Komp_Tugas .246 .143 Peng_Auditor .365 .150 a. Dependent Variable: Audit_Judgment 1
Standardized Coefficients Beta -.040 .208 .280 .396
t
Sig.
2.882
.006
-.466 1.054 1.720 2.426
.643 .298 .092 .019
1.
Uji hipotesis Ha1 Hasil uji t pada gender dengan audit judgment mempunyai nilai signifikansi 0,643 > 0,05. berarti bahwa gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
2.
Uji hipotesis Ha2 Hasil uji t pada tekanan anggaran waktu dengan audit judgment mempunyai nilai signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
3.
Uji hipotesis Ha3 Hasil uji t pada kompleksitas tugas dengan audit judgment mempunyai nilai signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
4.
Uji hipotesis Ha4 Hasil uji t pada kompleksitas tugas dengan audit judgment mempunyai nilai signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. 2. Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. 3. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifkan terhadap audit judgment. 4. Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. b. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
372
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperluas wilayah sampel penelitian, menambah jumlah responden yang akan dijadikan sampel, menambah variabelvariabel (tekanan ketaatan,pengetahuan dan situasi audit). 2. Bagi kantor akuntan publik diharapkan memberikan pendidikan bagi auditor ke jenjang yang lebih tinggi dan sertifikasi untuk auditor yang berpengalaman dan upaya untuk mengatasi persoalan anggaran waktu bukanlah hal yang tepat karena akan berdampak pada tingginya cost audit, sehinnga klien akan pindah ke KAP lain.
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2012 “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik”, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Anonim., “ Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment pada Kantor Akuntan Publik di Bali”. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. “Jasa Audit dan Assurance”. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Dwiorphen. 2012. “Kasus Enron dan KAP Arthur Anderson”, http://dewiorphen.blogspot.com/2012/01/kasus-enron-dan-kap-andersen.html, diakses Januari 2012. Idris, F,S,. 2012, “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kopleksitas Tugas, Pengetahuan dan Persepsi Etis terhadap Audit Judgment”. Universitas Diponegoro, Semarang. Iramustika. 2008. “Skandal Enron dan KAP Arthur Anderson”, http://iramustika.wordpress.com/2008/04/24/skandal-enron-dan-arthur-andersen/, diakses tanggal 24 april 2008. Jamilah. S., Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin, 2007, “Pengaruh Gender Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment” SNA X, Makasar, 2628 Juli 2007. Mayangsari S. dan Puspa Wandanarum, 2013. “Pendekatan Sektor Publik dan Privat”, buku 1, Jakarta: Media Bangsa. “Pengaruh independensi terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh kap di Bandung”,http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/444/jbptunikompp-gdl-sellyandit22198-1-unikom_s-i.pdf Praditaningrum. A.S., 2012, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgment” Universitas Diponegoro Semarang. Susetyo, Budi. 2009. “Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor Dengan Kredibilitas Klie Sebagai Variable Moderating”. Tesis, Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Tielman, E.M.A,. dan Pamudji. S.H,. “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengertahuan Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment”. Zulaikha. 2006. “Prngaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang,
373
ANALISIS PROFITABILITAS, KEPUTUSAN INVESTASI, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PERIODE 2008-2012 Linawati Fakultas Ekonomi/Jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh profitabilitas, keputusan investasi dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Untuk mengukur profitabilitas diukur menggunakan Return On Equity, sementara untuk keputusan investasi menggunakan Market Book Value of Equity Ratio, kebijakan dividen dengan menggunakan variabel dummy. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan food and beverages yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2012, dengan menggunakan regresi berganda untuk mengetahui profitabilitas, keputusan investasi dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian regresi berganda dapat diperoleh dengan melihat dari tabel Coefficients dengan nilai Beta dan Sig dengan tingkat Signifikansi 5%. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan. Keputusan investasi berpengaruh positif signifikan. Dan kebijakan dividen berpengaruh negatif tidak signifikan. Kata Kunci
: Profitabilitas, Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan
PENDAHULUAN Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham. Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham. Bagi perusahaan yang masih bersifat private atau belum go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga penilai atau apprisial company. Bagi perusahaan yang akan go public nilai perusahaan dapat diindikasikan atau tersirat dari jumlah variabel yang melekat pada perusahaan tersebut. Misalnya saja asset yang dimiliki perusahaan, keahlian manajemen mengelola perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Menurut signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan. Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. 374
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 - 2012. 2. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 – 2012. TINJAUAN PUSTAKA 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Pada dasarnya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi yang aktivitasnya berhubungan dengan produksi dan pertukaran barang atau jasa. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi para pemakainya dan juga sebagai pertanggungjawaban (accountability) manajemen. Laporan keuangan juga menjadi indikator kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Dimana Komponen Laporan Keuangan antara lain : Laba Rugi Komperensif, Laporan Perubahan Modal, Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Dan pengguna laporan keuangan itu sendiri ialah : Manajer atau pimpinan perusahaan, Pemegang sahm atau pemilik pemilik perusahaan, Pemerintah, Kreditor, Karyawan serta masyarakat luas. 2. Signaling Theory Menurut teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.. Menurut Jama‟an Signaling Theory adalah tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk mewujudkan keinginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan menaikkan laba secara tidak wajar dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. 3. Nilai Perusahaan Menurut Fakhrudin dan Hadianto, Nilai Perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi 375
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi saat saham diperdagangkan di pasar. Menurut Soliha dan Taswan (2002), nilai perusahaan sering diindikasikan dengan price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Longbrake (1972) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai harapan investor atas investasi yang dilakukan dan kebijakan keuangan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa nilai perusahaan adalah fungsi dari dividen dan tingkat return dari suatu ekuitas. Teori ini pula memberikan pemahaman bahwa besaran perusahaan yang direpresentasikan melalui total asset akan mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan dan mempengaruhi nilai perusahaan 4. Profitabilitas Menurut Copeland dan Weston, Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Sedangkan Menurut Brigham dan Weston Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Menurut Sujoko dan Soebintoro (2007), Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat. Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca. 5. Keputusan Investasi Menurut Martono dan Agus, (2005) merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Menurut Darminto (2008), keputusan investasi merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu kembalinya modal lebih dari satu tahun. Menurut Murtini (2008), investasi merupakan suatu tindakan mengeluarkan dana saat sekarang yang diharapkan untuk memperoleh arus kas masuk pada waktu-waktu yang akan datang selama umur proyek itu. Keputusan investasi merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu kembalinya modal lebih dari satu tahun (Sutrisno, 2003). Investasi sebagai penanaman modal dalam aktiva dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Perusahaan dalam melakukan aktivitas operasional membutuhkan investasi barang modal (capital investment) yaitu 376
berupa aset nyata seperti pabrik, mesin, peralatan, persediaan dan aset berwujud lainnya untuk menghasilkan setiap unit penjualan dalam jangka panjang Elmasry (2004). 6. Kebijakan Dividen Hermuningsih dan Wardani (2009) menyatakan kebijakan dividen adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan secara proporsional dengan jumlah saham yang dipegang oleh para pemegang saham. Arifin (2005) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas yang harus dibayarkan dalam satu tahun. Sedangkan Ahmad (2004) menyebutkan, kebijakan dividen diartikan secara umum sebagai pembayaran laba kepada pemegang sahamnya. Mahadwartha dan Hartono (2002) dalam Mursalim (2011) juga menyatakan manajemen menggunakan dividen sebagai sinyal prospek perusahaan. Demikian pula Hatta (2002) menyatakan bahwa kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN 1. Model Penelitian Model yang digunakan pada penelitian adalah berdasarkan gagasan yang disampaikan oleh beberapa pakar marketing. Model penelitian disusun berdasarkan hipotesis-hipotesis yang menyatakan adanya hubungan di antara elemen-elemen penelitian. Elemen-elemen yang dikaji dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen. Secara skematis, model dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 Model Penelitian Profitabilitas
Keputusan Investasi
Nilai Perusahaan
KebijakanDividen
2. Hipotesis
377
Ha1 : Ha2 :
Variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI perode 2008-2012. Variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI perode 2008-2012.
3. Pengumpulan Data Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, adapun kriteria pengambilan sampel sebagai berikut: a. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2008 sampai tahun 2012. b. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kategori industri manufaktur sektor makanan dan minuman. c. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam kurun waktu penelitian 4. Metode Analisis Data a. Deskriptif Metode analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran umum perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI, serta menjelaskan hasil penelitian. b. Kausalitas Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam memprediksi pengaruh manajeman laba terhadap pengungkapan laporan keuangan. Metode analisis kausalitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. 1) Uji kuasalitas data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau dengan menggunakan P-plot, dengan melihat gambar terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan ini menunjukkan indikasi data itu normal. 2) Uji asumsi klasik (1) Uji Autokorelasi Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. (2) Uji Heteroskedastisitas Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku koefisien regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu besar. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Teknik Analisis 378
1) Analisis Regresi Berganda Metode regresi digunakan dalam penelitian ini adalah melelui persamaan regresi sederhana yang dirumuskan sebagai berikut: Y = a + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + ε Dimana: Y = Nilai Perusahaan a = Konstanta B1 B2 B3 B4 = Koefisien regresi X1 = Profitabilitas X2 = Keputusan Investasi X3 = Kebijakan Dividen ε = Error . d. Definisi Variabel Variabel dalam penelitian initerdiri atas dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut : 1) Variabel dependen, yaitu Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. 2) Variabel independen (X) Dalam penelitian ada tiga variabel independen yang akan diuji yaitu : a. Profitabilitas (X1) dengan menggunakan Return On Equity (ROE), merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas. b. Keputusan Investasi (X2) dengan menggunakan Market to Book Value of Equity Ratio (MVE/BVE), mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. c. Kebijakan Dividen (X3) dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika perusahaan melakukan pembagian dividen maka mendapat nilai 1, sedangkan yang tidak melakukan pembagian dividen mendapat nilai 0. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan Profitabilitas, Keputusan Investasi dam Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan food and beverages sebanyak 9 perusahaan selama periode 2008-2012. Selanjutnya setelah dihitung dan didapatkan hasilnya, maka hasil dari kelima variabel tersebut akan diregresikan. 1. Statistik Diskripsi Hasil Penelitian Tabel 5.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Des criptive Statis tics N Nilai Perusahaan Prof itabilitas Keputusan Inv es tasi Kebijakam Deviden Valid N (lis tw ise)
45 45 45 45 45
Minimum .62 5.22 .05 .00
Max imum 39.47 449.09 47.28 1.00
Mean 4.0327 41.8220 4.2349 .4444
Std. Deviation 7.80139 71.21453 8.63310 .50252
379
Dari tabel 5.1 menunjukan hasil uji statistik deskriptif dengan jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 45. 1. N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 45 sampel penelitian. Berarti semua data tentang Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen. 2. Minimun adalah nilai terendah dari seluruh sampel penelitian. Nilai minimum dari indeks Nilai Perusahaan sebesar 0.62, Profitabilitas sebesar 5.22, Keputusan Investasi sebesar 0.05, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.00. 3. Maximum adalah nilai tertinggi dari seluruh sampel penelitian. Nilai maximum dari ikdeks Nilai Perusahaan sebesar 39.47, Profitabilitas sebesar 449.09, Keputusan Investasi sebesar 47.28, dan Kebijakan Dividen sebesar 1.00. 4. Mean adalah nilai rata-rata dari seluruh sampel penelitian. Nilai mean dari indeks Nilai Perusahaan sebesar 4.0327, Profitabilitas sebesar 41.8220, Keputusan Investasi sebesar 4.2349, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.4444. 2. Uji Kausalitas Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan. a. Uji Kausalitas Data Uji kuasalitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan metode grafik. Berdasarkan hasil uji normalitas residual dengan menggunakan metode grafik pada gambar di atas terlihat titik-titik menyebar disekitas garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi akan terjadi jika terdapat hubungan yang signifikan antara dua data yang berdekatan. Cara mendeteksinya dengan Durbin Watson melalui angka D-W, apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka D-W adalah jika nilai statistik Durbin Watson diantara , maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. 2) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas untuk mengetahui apakah model regresi ada kesamaan atau tidak kesamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi Kebijakan Dividen Secara Parsial. Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
380
B 1 (Constant) Profitabilitas Kp. Investasi Keb. Dividen
..022 ..017 ..781 .-.054
Std. Error .090 .002 .014 138
Beta
Tolerance
.245 .808 .159 10.476 .000 .864 57.450 .000 -.003 -.392 .697
.308 .314 898
VIF 3.243 3.187 1.114
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber: Hasil uji pengolahan data statistic
1) hasil pengujian menunjukkan bahwa Profitabilitas memiliki tingkat signifikan sebesar 0.000 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha1.1 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Profitabilitals dengan Nilai Perusahaan. 2) hasil pengujian menunjukkan bahwa Keputusan Investasi memiliki tingkat signifikan sebesar 0.000 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha1.2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Keputusan Investasi dengan Nilai Perusahaan. 3) hasil pengujian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen memiliki tingkat signifikan sebesar 0.697 karena lebih besar dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha1.3 ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan. b. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen Secara Simultan. ANNOVAb Model Sum Of Df Mean Of F Sig. Squares 1 Reggresion 2670.118 Residual Total
7.793 2677.911
3 41 44
square 890.039
4682.616
.000 (a)
.190
a. Predictor (s): Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber: Hasil uji pengolahan data statistic
Berdasarkan tabel Annova di atas, maka hasil uji F menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0.000 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05, kesimpulannya Ha2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan secara simultan. c. Uji Keberartian Persamaan Regresi (Uji Determinasi) Koefisien determinan ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Jika bernilai satu (1) menandakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen. Tabel Koefisien Determinan Model
R
Model Summaryb R Square Adjusted R
Std. Error of the
381
Square 1
Estimate
a
.999 .997 .997 .43597 a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber: Hasil Uji Pengolahan Data Statistik
Dari tabel koefisien, menunjukkan bahwa R square sebesar 0.997 artinya 99.7% variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen. Sedangkan sisanya sebesar 0.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang digunakan diluar variabel yang digunakan. 4. Analisis dan Pembahasan Variabel dari Hasil Penelitian Hasil pengujian terhadap perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Profitabilitas yang tinggi pada perusahaan mempunyai arti bahwa perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi akibat operasionalnya. Hal ini memberikan hal yang positif terhadap pasar modal dan investor karena profitabilitas yang dihasilkan tinggi ini memberikan kabar baik untuk pasar modal dan investor. Dari kabar baik yang dihasilkan ini maka secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan akan saham perusahaan yang berdampak pada naiknya harga saham sehingga nilai perusahaan akan naik juga. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, Hasil penelitian ini konsisten dengan Signaling theory yang menyatakan bahwa kabar baik dari perusahaan akan berpengaruh baik terhadap permintaan, Profitabilitas yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap Harga Saham karena semakin tinggi Profitabilitas maka permintaan terhadap saham akan meningkat dan akan meningkatkan Nilai Perusahaan. Keputusan Investasi ialah proses prencanaan dan pengembalian berbagai bentuk investasi yang jangka waktu pengembalian modalnya lebih dari satu tahun. Keputusan investasi ini pada perusahaan sangat berpengaruh dikarnakan jika perusahaan salah melakukan investasi maka hasil dari investasi ini tidak dapat dinikamati. Keputusan investasi yang baik merupakan suatu hal yang baik juga karna bagi pihak perusahaan ataupun investor melihat perusahaan yang melakukan investasi dengan baik ini mempunyai arti bahwa perusahaan akan terus berkembang dengan baik akibat dari investasi-investasi yang dimilikinya. Dari keputusan investasi yang baik ini memberikan suatu sinyal yang baik untuk pasar modal dan investor, sehingga para investor tertarik untuk membeli saham perusahaan. Akibat dari permintaan yang naik maka harga saham juga akan naik sehingga meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukan Keputusan Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari data tahun 2008 sampai 2012, menunjukkan bahwa perbandingan antara Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen berbanding terbalik, dimana jika Nilai Perusahaan mengalami peningkatan maka Kebijakan Dividen mengalami penurunan. Karna itulah antara Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen berpengaruh negatif tidak seperti berdasarkan Signaling Theory. Secara simultan variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijiakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. 5. Keterbatasan Penelitian 382
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dengan hanya menggunakan Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen. Dengan peride waktu penelitian 5 tahun. 6. Implikasi Penelitian Untuk Profitabilitas yang diproyeksikan dengan ROE menunjukkan hasil yang signifikan, maka diharapkan perusahaan tetap mempertahankan profitabilitas seperti 5 tahun kebelakang ini supaya tetap memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Untuk Keputusan Investasi yang diproyeksikan dengan MVE/BVE menunjukkan hasil yang signifikan, maka diharapkan supaya perusahaan melakukan investasi yang baik agar pasar tetap meresponnya sebagai suatu sinyal yang baik serta mempengaruhi permintaan dan menaikan harga saham sehingga nilai perusahaan ikut naik. Untuk Kebijakan Dividen agar dapat mempunyai pengaruh secara signifikan, perusahaan harus peka terhadap apa yang ada dilapangan. Jika Nilai Perusahaan mengalami peningkatan usahakan agar pembagian dividen tetap terjadi agar pasar meerespon dengan positif, sehingga Signaling Theory pada hakikatnya akan terjadi tidak seperti pada 5tahun belakangan ini dimana jika Nilai Perusahaan mengalami peningkatan Kebijakan Dividen mengalami penurunan ataupun sebaliknya. Terima Kasih Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan yang dilimpahkanNya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya, Alm. suami saya, dan anak saya tersayang, yang menjadi pendorong dan semangat bagi saya untuk terus menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Rudianto, SE, MM, Ak. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dan seluruh dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul serta teman-teman saya yang selalu mendukung saya. DAFTAR PUSTAKA Analisa, Yangs. 2011. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009)”. Universitas Diponogoro, Semarang. Budi Rahardjo, Keuangan Dan Akuntansi Untuk Manajer Keuangan, Graha Ilmu, 2007. Brigham dan Weston. Dasar-Dasar Menejemen Keuangan. Edisi kesembilan. Darminto. 2010. Pengaruh faktor eksternal dan berbagai keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi Manajemen, Vol. 8, No. 1, Febuari 2010. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hadri Mulya, Memahami Akuntansi Dasar, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media Jakarta, 2008. Harjito, A., dan Martono,.2005. “Manajemen Keuangan”. Yogyakarta. Hasnawati, Sri. 2005. Dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia, vol. 9, no. 2, hlm: 117 – 126. Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma. Wardani. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No.1, hlm 173-183. http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/teori-sinyal.html Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuanga, Jakarta: Salemba Empat. 383
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Edisi Pertama. Yogyakarta; BPFE-Yogyakarta. Murtini, Umi. 2008. Pengaruh kebijakan manajemen keuangan terhadap nilai perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, hlm 32-47. Purnamasari, Linda, Sri Lestari Kurniawati dan Melliza Silvi. 2009. Interpendensi antara keputusan investasi, keputusan pendanan dan keputusan dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 1, hlm 106-119. Rahmawati Aprilia Nuzul, “Analisis Faktor Kebijakan Hutang yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar tahun 2006-2010)” Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan: Edisi Kedua. Mitra Wacana Media. Jakarta. Sofyan Syafri Harahap, 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sofyaningsih, Sri, dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Struktur kepemilikan, kebijakan dividen, kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, hlm 68-87. Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Hlm 41-48. Susanti, Rika. 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Universitas Diponogoro, Semarang. Weston dan Copeland. 1999. Menejemen Keuangan. Edisi ke delapan. Jilid 1. Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi dan Anas Wibawa. 2010. Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi, XIII, Purwerkerto. Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Edisi kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.
384