PENDAHULUAN
Ja mb i
BUDIDAYA TANAMAN PORANG
Co py rig ht@ BP IK
Sebagai Negara besar yang mendapat julukan Zamrut khatulistiwa, Indonesia dikaruniai kekayaan alam berlimpah. Mulai dari kekayaan alam laut, potensi mineral hingga kekayaan hutan dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Tidak kurang dari 63% luas daratan Indonesia merupakan hamparan hutan tropis seluas 136 juta hektar yang terdiri dari hutan konversi, hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan priduksi, dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan hutan yang kita miliki mempunyai peran dan kontribusi sebagai paru-paru dunia, penghasil oksigen dan sumber plasma nutfah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Selama lebih dari tiga dekade, sektor kehutanan telah menjadi modal utama pembangunan nasional, baik sebagai penghasil davisa, pembangkit aktivitas sektor lain, maupun pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Secara umum UU No.41/1999 telah mengamanatkan bahwa penyelenggaraan kehutanan harus menganut asas manfaat dan lestari, kerakyatan, berkeadilan, kebersamaan, terbuka dan terpadu. Berkenaan dengan hal tersebut Kementrian Kehutanan telah berupaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari dengan mengoptimalkan sumberdaya yang termasuk di dalam dan sekitar hutan dijadikan salah satu aspek dalam kebijakan Kementrian Kehutanan, dengan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, Kementrian Kehutanan dalam menjalankan perannya mengacu pada visi yang telah ditetapkan yaitu:Terwujudnya kelestarian hutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Berdasarkan visi tersebut, Kementrian Kehutanan menyelenggarakanpengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Pembangunan kehutanan ke depan diarahkan agar melibatkan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Ja mb i
peran serta masyarakat yang lebih besar. Salah satu upaya memperdayakan masyarakat sekitar hutan adalah dengan memanfaatkan lahan hutan atau lahan masyarakat dengan penanaman porang saat ini mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi.
MENGENAL TANAMAN PORANG
Co py rig ht@ BP IK
Porang (Amorphopallus oncophillus) merupakan salah satu jenis tanaman iles-iles yang tumbuh di dalam hutan. Porang merupakan famili Araceae yang merupakan tumbuhan semak (herba) yang berumbi di dalam tanah, dan menghasilkan karbohidrat. Tanaman porang tumbuh berupa semak dengan tinggi 100-150 C m, berbatang halus,tangkai dan daunnya berwana hijau hingga hijau tua bergarisgaris dengan bercak putih. Tanaman porang merupakan tanaman lorong di antara tanaman tahunan sehingga lebih menyukai lingkungan dengan tingkat naungan tinggi dan kelembapan cukup. Sebagaimana tanaman suweg, yang masih satu famili dengan porang, tanaman ini menghasilkan umbi yang dapat di manfaatkan sebagai bahan olahan, baik makanan, kosmetik hingga industri. Bahkan porang dapat diproses lebih lanjut sebagai bahan campuran pada industri kertas, bahan pembuat lem, bahan untuk industri tekstil, industri perfilma,bahan isolator pada industri listrik. Porang juga bermanfaat untuk industri minuman dan makanan, industri farmasi, kosmetika dan pengobatan. Selain itu hasil olahan porang juga dapat dimanfaatkan untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian koloid yang terapung pada industry bir, gula, minyak dan serat.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Morfologi tanaman
Co py rig ht@ BP IK
Ja mb i
Hasil utama tanaman porang berupa umbi. Ada dua macam umbi pada tanaman porang yaitu umbi batang yang berada di dalam tanah, dan umbi tetas/bupil yang terdapat pada setiap pangkal cabang atau tulang-tulang daun yang mengandung biji. Umbi yang banyak dimanfaatkan adalah umbi batang yang berbentuk bulatan dan bagian atasnya berlekuk dangkal tempat bekas tumbuhnya tangkai. Umbi ini merupakan perubaha bentuk dari batang yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Dengan demikian umbi dan batang menyatu dengan batas yang tidak begitu jelas. Umbi terdiri atas bagian kulit dan daging umbi. K ulit umbi ketika di panen berwarna keabu-abuan dan jika di biarkan beberapa hari akan berubah menjadi kehitaman. Bagian kulit umbi yang terkupas akan mengeluarkan getah yang licin dan menyebabakan gatal di kulit. Daging umbi porang berwarna kekuningan, berisi karbohidrat yang berfungsi bagi pertumbuhan selanjutnya. Akar tanaman porang berupa akar serabut berwarna putih. Akar yang berjumlah banyak ini tumbuh dari batang dan kulit umbi, berguna untuk memperluas daya serap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Sedangkan batang tanaman porang menyatu dengan umbinya dan merupakan bagian kecil dari keseluruhan bonggol umbi. Pada perkembangan selanjutnya batang mengalami perubahan bentuk untuk menyimpan cadangan makanan sebagai umbi. Bagian lain dari tanaman porang adalah tangkai daun porang yang tumbuh ke atas dan dapat mencapai 125 cm dengan diameter mencapai 6 cm. Tangkai daun utama lebih besar dan lebih panjang di bandingkan dengan batang. T angkai daun berwarna hijau muda dengan motif berbentuk belang-belang, patah-patah tidak beraturan, berwarna putih atau pudar. Pada ujung tangkai daun terdapat daun yang terbagi dalam tiga bagian anak daun yang bertumpu pada satu tangkai dan. Pada ujung percabangan tangkai daun tumbuh umbi tetas/bupil. Demikian juga pada tangkai daun, masing-masing membentuk umbi tetas/bupil.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
SEKILAS BUDIDAYA TANAMAN PORANG Syarat tumbuh
Ja mb i
Tanaman porang merupakan tanaman asli daerah tropis, yang tumbuh di bawah tegakan dengan kelembaban yang cukup dengan suhu sekitar 25◦C-35◦C dan curah hujun antara 1.000-1.500 mm. Tempat tumbuh yang optimal yaitu tempat dengan ketinggian 100-600 m dpl, dengan intensitas cahaya yang dibutuhkan antara 60%hinga 70%. K ondisi tanah yang diperlukan agar porang dapat tumbuh dengan baik adalah tanah dengan tekstur lempung berpasir dan bersih dari alang-alang dengan ph netral (6-7).
Co py rig ht@ BP IK
Persiapan lahan
Lokasi tumbuh tanaman porang yang baik adalah di bawah naungan dengan itensitas cahaya 60-70%. Kegiatan penyimpanan lahan:
1. Pada lahan datar Setelah lahan dibersihkan dari semak-semak liar/gulma lalu dibuat guludan selebar 50 cm dengan tinggi 25 cm dan panjang di sesuaikan dengan lahan. Jarak antara guludan adalah 50 cm. 2. Pada lahan miring Lahan dibersihkan tidak perlu di olah. Lalu dibuat lubang tempat ruang tumbuh bibit yang di laksanakan pada saat penanaman.
Persiapan bibit
Porang dapat diperbanyak dengan cara vegetative dan generative (biji,tetas/bupil). Untuk bibit yang baik dipilih dari umbi dan bupil yang sehat. Bibit porang cukup ditanam sekali saja. Setelah bibit yang ditanam berusia 3 tahun dan dapat dipanen untuk pertama kalinya. Selanjutnya, porang dapat dipanen kembali tanpa perlu dilakukan penanaman kembali.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Kebutuhan bibit per satuan luas sangat tergantung pada jenis bibit yang digunakan dan jarak tanam. Dengan prosentase tumbuh benih da atas 90%, kebutuhan benih per hektar dengan jarak tanam 1 m×0,5 m adalah :
Ja mb i
1. Umbi : 1.500 kg ( ¬+20-30 buah/kg) 2. Biji : 300 kg 3. Bupil : 350 kg( +170-175 buah/kg)
Co py rig ht@ BP IK
Tata cara penyiapan bibit dari umbi adalah : a. Tentukan anakan tanaman porang yang telah berumur kurang lebih satu tahun yang pertumbuhannya subur dan sehat b. Bongkar rumpun/tanaman tadi kemudian bersihkan umbi dari akar-akar dan tanah yang masih menempel c. Kumpulkan bibit tersebut ditempat yang teduh dan mudah untuk penanganan selanjutnya yaitu penanaman d. Perlu diingat bahwa satu umbi hanya meghasilkan satu tanaman Tata cara penyimpanan bibit dari bupil/katak adalah : 1. Bupil diperoleh di sekitar rumpun tanaman yang telah cukup tua 2. Bupil dipilih melalui seleksi, sehingga diperoleh bupil yang sehat 3. Bupil yang terpilih dikumpulkan dalam wadah dan di simpan di tempat yang kering untuk menunggu penanganan selanjutnya. 4. Dari setiap tanaman porang yang cukup besar dan tua maupun menghasilkan sampai 15 bupil
Penanaman
Porang sangat baik di tanam ketika turun hujan, yaitu sekitar NovemberDesember. Tahapan dalam menanam porang adalah sebagai berikut :
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
1. Bibit yang sehat satu persatu di masukkan ke dalam lubang tanam dengan letak bakal tunas menghadap ke atas.
Ja mb i
Tutup bibit tersebut dengan tanah halus atau tanah olahan setebal sekitar 3 cm. 2. Tiap lubang tanaman di isi satu bibit porang jarak tanam tergantung kebutuhan. Pemeliharaan tanaman
Co py rig ht@ BP IK
Tanaman porang merupakan yang mudah tumbuh dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Namun untuk mendapatkan hasil melalui pertumbuhan dan produksi yang maksimal, dapat dilakukan dengan melakukan perawatan yang intensif, diantaranya dengan cara : • Penyiangan
◦ P enyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang berupa rumput-rumput liar yang dapat menjadi pesaing tanaman porang dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan faktor lainnya. ◦ Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan sebulan setelah umbi porang ditanam. Sedangkan penyiangan berikutnya dapat dilakukan kapan saja jika gulma muncul. ◦ Setelah dilakukan penyiangan, selanjutnya gulma yang terkumpul ditimbun dalam sebuah lubang agar membusuk dan menjadi kompos. • Pemupukan
Pada saat pertama kali bibit ditanam, dilakukan pemupukan dasar, selanjutnya untuk pemupukan berikutnya dilakukan setahun sekali yaitu pada awal musim hujan. Jenis dan dosis pupuk urea 10 gram/lubang dan SP 36,5 gram/lubang. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditanam di sekitar batang porang. • Pengamanan dari pohon pelindung
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Pertumbuhan
Ja mb i
Tanaman porang merupakan tanaman yang butuh naungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamanan dan pemeliharaan terhadap pohon pelindung agar dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5-6 bulan setiap tahunnya yaitu pada musim penghujan. Di luar masa itu tanaman porang mengalami masa istirahat/dorman dan daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati. Tanaman akan tumbuh kembali pada musim penghujan dan umbi yang berada di dalam tanah akan tumbuh membesar.
Co py rig ht@ BP IK
Pemanenan
Tanaman porang setelah ditanam selama tiga tahun baru dapat dipanen untuk pertama kalinya. Setelah itu tanaman ini dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya. Waktu panen biasanya dilakukan pada bulan April sampai Juli pada saat tanaman mengalami masa dorma. Ciri-ciri tanaman sudah saatnya dipanen adalah sebagian besar atau seluruh tanaman sudah mati dan tersisa batang kering dan lubang kecil yang menjadi petunjuk keberadaan tanaman porang tersebut. Umbi yang dipanen adalah umbi yang sudah besar yang beratnya mencapai 1 kg/umbi, sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada daur berikutnya. Rata-rata produksi umbi porang sekitar 10 ton per hektar. Pengolahan
Setelah dilakukan pemanenan, umbi porang dibersihkan dari kotoran berupa tanah dan akar yang menempel. Kemudian diiris dengan ketebalan sekitar 0,5 Cm. Proses selanjutnya yaitu menjemurnya di bawah terik matahari hingga benar-benar kering. Proses penjemuran ini memerlukan waktu sekitar 5 hari. Pada tahap ini porang harus benar-benar kering, untuk menghindari timbulnya jamur yang dapat mengurangi kualitas dan harga jual porang.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Ja mb i
KELAYAKAN USAHA BERDASARKAN ANALISA FINANSIAL
Co py rig ht@ BP IK
Dari pengalaman penanaman porang yang dikembangkan oleh dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan Perum Perhutani Unit II di dapat data tentang kelayakan usaha pengembangan budidaya porang yang dilakukan dibawah tegakan hutan pada beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan ( KPH ) yang secara agloklimat cocok serta situasi kondisi masyarakat desa hutannya yang mendukung. Dengan asumsi mulai panen pada tahun ke-4 dan standar satuan harga dan biaya dan biaya rata-rata pada tahun 2009. Analisa financial per hektar meliputi kegiatan persiapan lahan, kebutuhan bibit, pemeliharaan hasil panen dan keuntungan. 1. Biaya yang dibutuhkan : Persiapan lahan per Ha untuk jumlah bibit 2.000 biji sebesar Rp. 500.000,2. Biaya bibit : 2.000 biji × Rp. 500,- =Rp. 1.000.000,-/Ha 3. Biaya penanaman : Rp. 500.000,-/Ha 4. Biaya pemeliharaan dan pemupukan selama 3 tahun a. Tahun ke 1 Rp. 400.000,-/Ha b. Tahun ke 2 Rp. 300.000,-/Ha c. Tahun ke 3,dst. Rp. 300.000,-/Ha d. Total biaya penanaman, pemeliharaan dan pemupukan sampai tahun ke3 sebesar Rp. 1.000.000,-/Ha 5. Total biaya penanaman,pemeliharaan dan pemupukan sampai tahun ke-3 sebesar Rp. 3.000.000,-/Ha 6. Hasil panen pada tahun ke 4 : a. Setiap hektar dapat menghasilkan rata-rata 10 ton/tahun b. Harga 1 kg porang basah rata-rata Rp. 600,-/kg atau Rp. 600.000,-/ton
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Co py rig ht@ BP IK
Ja mb i
c. Harga hasil panen per hektar setiap tahun : Rp. 600.000,-/ton×10 ton = Rp. 6000.000,-/Ha/tahun 7. Panen porang sekali ditanam hasilnya bisa diambil sampai tanaman hutan pokoknya ditebang ( misalnya jati = 60 tahun). 8. Keuntungan pada tahun ke-4 ( pertama panen) = Rp. 6.000,-/Ha/th- Rp. 3.000.000,- = RP. 3.000.000,9. Keuntungan pada tahun ke-5 = hasil panen- biaya pemeliharaan/tahun= Rp. 6000.000,- - Rp. 300.000,- = Rp. 5.700.000,-/Ha 10. Hasil panen rata-rata/tahun pada tahun ke-4 senilai Rp. 2.000.000,sehingga pada tahun ke-2 ( rata-rata 1,5 tahun) modal sudah bisa kembali.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Ja mb i
Co py rig ht@ BP IK
BUDIDAYA DAN MANFAAT SAGU SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DAN BAHAN PANGAN ALTERNATIF NASIONAL
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki areal sagu terbesar di dunia. Namun potensi tersebut belum diekspoitasi secara maksimal sebagai penghasil tepung sagu untuk bahan kebutuhan pangan. Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif bagi masyarakat Indonesia selain padi, dan sagu telah dikenal sebagai makanan pokok sebagaian masyarakat ( Irian Jaya, Maluku dan Mentawai). Seperti halnya padi. Berdasarkan nilai gizinya, tepung sagu memiliki beberapa kelebihan sebagai pati yang penting bagi kesehatan, selain itu patinya dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi berbagai jenis makanan. Sagu ( Metroxylon sp) sebagai penghasil pati dan karbohidrat bisa di kembamgkan menjadi aneka produk bernilai ekonomi tinggi, dan sagu merupakan bahan campuran bagi soun, mie dan kerupuk, sagu juga di butuhkan bagi industry tekstil, kertas, dan juga industry kosmetika. Sementara produksi sagu di Indonesia baru mencapai 5% dari potensi sagu nasional. Oleh karena itu potensi tersebut perlu untuk dikelola secara optimal guna memenuhikebutuhan pangan nasional, dimana
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Ja mb i
pada saat ini kebutuhan bahan pangan pokok berupa beras semakin tinggi, sedangkan produksi padi nasional belum dapat memenuhi permintaan.
SEBARAN TANAMAN SAGU ( Metroxylon sp)
Co py rig ht@ BP IK
Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi. Tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat > 70% dan bahan organic 30% pertumbuhan yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan organic tinggi. Sagu juga dapat tumbuh pada tanah vukanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial, hidromorfik kelabu dan tipe-tipe tanah lainnya. Sagu mampu tumbuh pada lahan yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada tanah yang kadar abahan organisnya tinggi dan bereaksi sedikit asam ph = 5,5-6,5. Sagu paling baik bila di tanampada tanah yang mempunyai pengaruh pasang surut. Lingkungan yang paling baik untuk pertumbuhan sagu juga dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang disuplai dari air tawar, terutama potasium, fosfat, kalsium, dan magnesium. Sentra tanaman sagu di dunia adalah Indonesia dari Papua Nugini dengan luas sekitar 2 juta hektar. Sedangkan Indonesia memiliki areal tanaman sagu terbesar di dunia, sekitar 1.128 juta hektar atau 51,3% dari 2.291 juta hektar areal sagu dunia. Sekitar 90% areal tanaman ini terdapat di Papua dan Maluku. Di Papua sendiri terdapat sekitar 20 jenis sagu dengan warna tepung beragam, mulai dari merah, coklat, kuning, putih, abu-abu, hingga kehitaman. Yang disukai pada umumnya adalah sagu putih. Meski beragam jenis, namun hanya dua spesies yang memiliki nilai ekonomi tinggi di I ndonesia, yakni jenis berduri ( Metroxylon rumphii Mart) dan tak berduri ( Metroxylon sagu Rott).
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Sagu merupakan tanaman asli Indonesia, dan diyakini bahwa pusat asal sagu adalah sekitar Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Co py rig ht@ BP IK
Ja mb i
Tanaman sagu terbesar di wilayah tropika bahasa Asia Tenggara dan Oseania, terutamatumbuh di lahan rawa, payau yang sering tergenang air. Diperkirakan luas tanaman sagu di Papua adalah 980.000 hektar ( belum termasuk kebun sagu). Sedangkan daerah lain sebagai penghasil sagu adalah Maluku, dengan luas areal mencapai 31.360 hektar ( belum termasuk kebun sagu), dan baru 6.000 hektar hutan sagu tersebut dikelola. Di Mentawai sagu memiliki nilai penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan budaya, merupakan makanan pokok yang di komsumsi sehari-hari maupun pada saat-saat pesta adat. Tanaman sagu juga dikenal dengan nama kirai ( Jabar), bulung, kresula, bulu, rembulung atau resula ( Jateng), lapia atau napia ( Ambon), tumba ( Gorontalo), pogalu atau tabaro ( Toraja), rambian atau rabi ( Aru). Sentra Sagu Indonesia juga terdapat dibeberapa wilayah lainnya ( Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan), namun produksinya tidak sebesar seperti di Indonesia Bagian Timur ( Irian Jaya dan Maluku).
JENIS- JENIS TANAMAN SAGU
Sagu ( Metroxylon sp) termasuk dalam Ordo Spdicifiorae, dengan famil Palmae, tanaman ini dapat tumbuh di daratan rendah sampai dengan ketinggian 700 meter dpl, dengan ketinggian tempat yang optimal adalah 400 meter dpl. Di kawasan Indo Pasifik terdapat 5 marga ( genus) Palmae yang zat tepungnyatelah dimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Arenga Corypha, Euqeissona dan Caryota. Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya cukup tinggi. Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu : yang berbunga/berbuah dua kali ( Pleonanthic) dan berbunga/berbuah sekali
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
( Harpaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan karbohidratnya lebih banyak.
Ja mb i
Golongan ini terdiri dari 5 varietas, yaitu : Metroxylon sagus, Rottboi atau sagu Molat Metroxylon rumphii, Martius atau sagu Tuni Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu Ihur Metroxylon rumphii, Matius varietas Longispinium Martius atau sagu Makanaru e. Metroxylon rumphii, Martius varietas Microcanthum Martius atau sagu Rotan.
Co py rig ht@ BP IK
a. b. c. d.
Dari kelima varietas tersebut di atas, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni dan Molat. MANFAAT TANAMAN SAGU a. b. c. d. e. f.
g. h.
i.
Pelepah sagu dipakai sebagai dinding atau pagar rumah Daunnya dipergunakan sebagai atap Kulit atau batang sagu merupakan kayu bakar yang bagus Aci sagu ( bubuk yang dihasilkandengan cara mengektraksi pati dari umbi atau empelur batang0 dapat diolah mejadi berbagai makanan Sebagai makanan ternak Serat sagu dipergunakan sebagai bahan hardboard atau bricket bangunan bila dicampur dengan semen Dapat dipergunakan sebagai bahan perekat/lem untuk kayu lapis Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi 3-5 rantai glukosa dapat dipakai untuk menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan kain pada industri tekstil Sagu dapat diolah menjadi bahan bakar methanol-bensin.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
KEUNGGULAN TANAMAN SAGU
Ja mb i
Sagu merupakan tanaman tahunan. Dengan sekian tanam, sagu akan tetap berproduksi secara berkelanjutan selama puluhan tahun. Sedangkan tanaman penghasil karbohidrat lainnya, seperti padi, jagung, ubi kayu, dan tebu merupakan tanaman semusim. Pohon sagu dapat mencapai tinggi 10-15 meter, diameter
Co py rig ht@ BP IK
50-60 cm, tebal kulit luar 10 cm, dan tebal batang yang menganndung sagu 50-60 cm. Namun untuk pertama paling tidak harus menunggu selama 6 tahun atau bila ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih terutama pada bagian luarnya. Masa tidak produktif ini dapat dikurangi dengan mengunakan bibit anakan berukuran besar. Pengembangan tanaman sagu tidak akan mengganggu tanaman penghasil karbohidrat lain untuk ketahanan pangan nasional, dan sagu mudah untuk di panen, sampai dengan menghasilkan aci memerlukan waktu relatif singkat, yaitu 7 hari. Pada saat ini sagu masih banyak dikelola secara tradisional secara turun temurun, dan pemanfaatannya pun masih dalam bentuk pangan tradisional dan pembuatan kue-kue tepung sagu. Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang di kelola secara baik dapat menghasilkan 25 ton pati kering/ha/tahun, produksi tersebut setara dengan tebu, namun lebih tinggi dibanding dengan ubi kayu dan kentang, yaitu 10 ton/ha/th. Tepung sagu mengandung 27% amilosa, 73% amilopektin. Kandungan kalori, karbohidrat, protein dan lemak tepung sagu setara dengan tepung tanaman penghasil karbohidrat lainnya. Satu pohon sagu dewasa dangan tinggi setidaknya 10 meter dangan umur panen 11 tahun empelur sagu mengandung sekitar 15-20% dapat di hasilkan tepung sagu bekisar antara 50-450 kg tepung sagu basah. Di pasaran internasional tepung sagu di gunakan sebagai bahan subsitusi tepung terigu untuk pembuatan biscuit, mie, sirup berkadar fruktosa tinggi, industri perekat, dan industri farmasi.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
BUDIDAYA TANAMAN SAGU
Ja mb i
Sagu memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, kalsium, dan zat besi yang tinggi. Dengan kandungan tersebut, sagu berpotensi dijadikan sebagai bahan baku sirup glukosa yang dapat meningkatkan nilai tambah sagu, selain itu sagu kini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan ragi untuk pembuatan roti atau pembuatan minuman beralkhol, juga sebagai bahan baku biotanol.
Teknologi perbanyakan tanaman sagu dapat dilakukan dengan metode :
Co py rig ht@ BP IK
1.Generatif
Yaitu dengan mengunakan biji yang berasal dari buah yang sudah tua dan rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan adalah biji yang berasal dari pohon induk yang baik, yang subur dan produksinya tinggi, yang tumbuh pada lahan yang wajar serta produksi kion rata-rata tinggi. Biji yang di ambil tersebuut adalah biji yang tidak cacat fisik, besarnya rata-rata, dan bertunas. 2.Vegetatif
yaitu perbanyakan tanaman sagu yang di lakukan dengan menggunakan bibit berupa anakan yang melekat pada pangkal batang induknyayang disebut dangkel atau abut (jangan yang berasal dari stolon), adapun cara pengadaan dangkel tersebut adalah : a. Pengambilan dangkel di pilih yang terletak di permukaan atas b. Pemotongan dilakukan di sisi kiri dan kanan sedalam 30 cm, tanpa membuang serabutnya c. Dangkel yang telah dipotong, dibersihkan dari daun-daun dan ditempatkan pada Tempat yang mendapat cahaya matahari langsung dengan bagian permukaan belahan tempat dimana cahaya matahari jatuh selama satu jam. d. Luka bekas irisan dangkel yang masih tertanam segera dilumuri dengan zat penutup luka untuk mencegah hama dan penyakit. e. Bibit sagu direndam dalam air aerobik selama 3-4 minggu. Setelah itu bibit baru ditanam
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
3.Teknik penyemaian benih
Ja mb i
f. Penyimpanan dangkel sebaiknya dilakukan pada waktu menjelang sore hari, kemudian dangkel dikumpulkan, pada malam hari dangkel diangkut kelahan, untuk menghindari kerusakan dangkel oleh cahaya matahari.
Penyemaian benih biasanya dilakukan secara generatif penyemaian benih tanaman sagu dapat dilakukan dengan cara perkecambahan tak langsung, penyiapan media, penataan bibit dan pembibitan, sebagai berikut :
Co py rig ht@ BP IK
a. Perkecambahan tak langsung Penyimpanan media : wadah atau bak dari bata atau bambu berukuran tinggi 30-40 cm, panjang tidak lebih dari 2 meter dan lebar 1,5 cm. Selanjutnnya sepertiga bagian bawah diisi pasir dan atasnya serbuk gergaji basah. Penanaman bibit : bibit ditata dengan jarak 15×15 cm dengan posisi miring atau tegak, bagian lembaga diletakkan dibawah, seperempat bibit ditekan dalam serbuk gergaji. Kelembaban media 80-90%. Setelah berumur 1-2 bulan dan sudah berdaun 2-3 lembar, bibit dipindah kebedeng pembibitan. b. Pembibitan dimedia pembibitan Penyiapan media : tanah diolah sedalam 50 cm, di gemburkan dan di tambah pupuk dasar. Ukuran jarak antarbedengan 50 cm. Penaturan pembibitan tanpa penjarangan : bibit ditanam dengan jarak 30×30 cm. Pengaturan pembibitan dengan penjarangan : pada mulanya bibit ditanam dengan jarak rapat, yaitu 15×15 cm.
4.Pemeliharaan penyemaian 1. Cara generatif dangan penjarangan :
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
dilakukan setelah satu bulan, yaitu menjadi 40×40 cm selama masa penyemaian kelembaban dipertahankan 90% diberi naungan agar tidak kena cahaya matahari secara langsung penyiraman dilakukan setiap saat.
Ja mb i
a. b. c. d.
2. Pemindahan bibit a. cara generatif : bibit yang berumur 8-12 bulan dapat dipindahkan atau ditanam. Cara pengangkatannya ke kebun atau atau tempat penanaman mudah dan murah. b. Cara vegetatif : setelah diambil dapat langsung di tanam.
Co py rig ht@ BP IK
5.Penanaman dan penyulaman
a. Pola tanam, jarak tanam yang biasa dipergunakan bervariasi, antara lain 7×7 m, 8×8 m, 9×9 m. Dalam satu hektar rata-rata sebanyak 150 tanaman. b. Pembuatan lubang tanam, dapat dibuat satu bulan atau selambatlambatnya satu minggu sebelum penanaman, dengan ukuran 30×30×30 cm, dibiarkan beberapa hari dan setiap lubang diberi 2 pancang bambu. c. Cara penanaman, dilakukan dengan cara membenamkan dangkel pada lubang yang telah disediakan sebelumnya, dan tanah penutup dapat dicampur dengan gambut.
6.Penyiraman
Penyiraman dilakukan terhadap gulma dan di lakukan pada sagu muda ( 3-4 tahun), sebab rawan terhadap serangan hama. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, sabit, parang, cangkul dan sebagainya. Bila gulma mengandung hama, dibakar dan abunya dijadikan pupuk. 7.Pengendalian hama dan penyakit
Pada umumnya sagu terdapat hama dan penyakit yang dapat mengurangi hasil panen. Beberapa jenis hama dan penyakit sebagai berikut :
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Co py rig ht@ BP IK
Ja mb i
a. Kumbang ( Oricles rhenoceos sp),pengendalian secara mekanis, yaitu pohon yang terkena serangan kumbang tersebut dibakar. Sedangkan cara biologis dapat dengan menggunakan musuh alami b. Kumbang sagu ( Rhynohophorus sp), pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun biologis c. Ulat daun Artona ( Artona catoxantha), pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun biologis. d. Babi hutan, binatang ini merusak tanaman muda berumur 1-3 tahun, pengendalian binatang ini dengan cara memburu dan membunuhnya agar populasi terkendali. e. Era, binatang ini merusak bagian sagu muda dan selalu merusak lebih banyak daripada yang dibutuhkan, pengendaliannya sama dengan babi hutan.
8.Penyakit
Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman sagu adalah bercak kuning yang disebabkan oleh cendawan Cercospora. Gejala dari penyakit ini adalah daun bercak-bercak coklat. Pengendalian belum ada secara khusus, hanya pemakaian fungsida dan sanitasi lingkungan. 9.Pemupukan
Unsur hara dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman sagu, antara lain kalsium, kalium dan magnesium. Pada hutan sagu liar, pemeliharaan tanaman berupa pemupukan jarang dilakukan. Berbeda dengan hutan budidaya sagu yang mengejar produktivitas yang optimal, maka akan dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan membenamkan pupuk dalam tanah, agar tidak terbawa air sebelum terabsorbsi oleh akar tanaman lahan yang berada di daerah rawa/daratan rendah dan pasang surut yang sering terjadi luapan air. Pemupukan dilaksanakan secara melingkar di sekeliling rumpun atau secara lokal di daun sisi rumpun pada jarak sejauh pertengahan antara ujung tajuk dengan pohon/rumpun sagu.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
10.Panen a. Ciri dan umur panen
Ja mb i
Pemupukan sagu muda selama satu tahun menjelang panen, dilakukan 1-2 kali setahun diawal dan akhir musim hujan, atau sekali pada awal musim hujan.
Co py rig ht@ BP IK
Panen dapat dilakukan pada tanaman sagu berumur 6-7 tahun, atau bila ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih. b.Cara panen
Langkah-langkah pamanenan sagu adalah sebagai berikut :
- Pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan pembersihan batang yang akan dipotong untuk memudahkan penebangan dan pengangkutan hasil tebangan. - Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya - Batang dibersihkan dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena acinya rendah, sehingga tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6-15 m. Gelondongan dipotong-potong 1-2 m untuk memudahkan pengangkutan. Berat satu gelondongan dengan diameter 45 cm, tebal kulit 3 cm dapat mencapai 120 kg.
11.Periode panen dan perkiraan produksi
Penanaman kedua dilakukan dengan jangka waktu sekitar 2 tahun. Perkiraan produksi pada kondisi liar sekitar 40-60 batang/ha/tahun, dengan aci sagu kering
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
7-11 ton, atau 100-600 kg aci sagu kering pohon. Rendemen total untuk pengolahan yang ideal adalah 15%.
Ja mb i
12.Pasca panen
Co py rig ht@ BP IK
a. Pengumpulan, gelondongan yang telah dipotong diangkut menuju ketempat pengolahan b. Pengambilan aci : - potongan pohon sagu di belah dua - empelur ditetak-tetak sedikit demi sedikit dari ujung hingga pangkalnya, dan empelur dijaga jangan sampai kering - hasil totokan empelur dikumpulkan dan disaring - empelur yang telah disaring disiram dengan air bersih, maka aci akan keluar bersamaan dengan air siraman, kemudian disaring dalam tempat yang telah disediakan. - air siraman empelur diendapkan, dan hasilnya dipisahkan dari air sehingga di peroleh aci sagu basah - selanjutnya aci sagu basah dimasukkan dalam wadah untuk disimpan atau diproses lebih lanjut. c.Pemutih aci
- 300 gram kaporit dilarutkan dalam 10 liter air bersih - Aci sagu dimasukkan dalam larutan air kaporit tersebut dengan perbandingan 1 ( tepung) : 2 ( air) - cairan bening yang terdapat pada bagian atas tepung dikeluarkan dan ditampung pada ember yang telah disediakan, cairan ini masih dapat dipergunakan untuk mencuci 2-3 kali lagi. - netralkan aci sagu dengan memasukkan air bersih dalam aci kemudian diaduk hingga merata selama satu menit. - sebelum larutan aci dalam ember tenang, larutan tersebut segera di saring dan diendapkan. Cairan bagian atas dibuang kemudian di tambah air lagi,
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
13.Pengemasan
Ja mb i
diaduk, diendapkan, cairan bening dibuang. Pekerjaan ini diulang hingga 34 kali sampai bau kaporit hilang - aci sagu yang sudah tampak putih dan tidak berbau kaporit segera dikeringkan pada para-para yang dialasi plastik, sampai kering.
Co py rig ht@ BP IK
Produk dikemas dalam wadah yang tidak di pengaruhi atau mempengaruhi isi selama penyimpanan dan pengangkutan yang mengacu pada undang-undang yang berlaku tentang kesehatan. Berdaarkan perkembangan yang ada, sagu yang memiliki karbohidrat dan gizi, saat ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan saja. Tetapi telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kemasan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. PENUTUP
Program pengembangan budidaya tanaman porang dan sagu untuk masa yang akan datang sangatlah berpotensi dan menguntungkan. Oleh karenanya diharapkan tanaman porang dapat dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan yang berbasis masyarakat. Pemanfaatan porang dan sagu sebagai bahan pangan berpeluang sebagai : 1. Pelestarian hutan 2. Peningkatan pendapatan petani 3. Industrialisasi porang dan sagu di pedesaan
Mengingat potensi kedua jenis tanaman ini di kawasan hutan sangat baik serta fleksibel ditinjau dari aspek financial dan ekonomi, maka diperlukan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Co py rig ht@ BP IK
Ja mb i
pengembangan, pemeliharaan dan penelitiannya dangan tetap memperhatikan fungsi dan peruntukannya.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/