Jam hampir menunjukkan pukul 08.30 wib. Diluar masih basah, suhupun dingin. Nyeri perutkku yang lagi kedatanagn tamu bulanan makin melilit. Semalam ia telah menyita waktuku untuk terjaga, barang untuk mencoba mengintip bahan kimia Anorganik 3 saja aku dibuat tak kuasa, pagi inipun ia masih memenjara, bahkan aku hampir mengurung niat untuk tidak mandi pagi itu, sepengalamanku kalau lagi sakit perut begini pantang untuknya terkena temperature dingin, tapi cepat-cepat ku urung niat itu, nanti siang aku ada rapat, masa gak mandi, apa lagi ini ujian, lagian aku kan perempuan. Rasionalisasiku pribadi. Dengan ligat segera kubersiap siaga, Nesi teman sekelas yang biasa ku tebengi mulai gencar meluncurkan sms nya, “dimana ? ,masih lama ya ? katanya bertubi-tubi. Aku yang bahkan tidak sempat membalas sms itu lansung mempercepat gerakan saja. Keterlambatanku selalu bukan karena telat bangun, tapi karena ada sesuatu yang selalu sibuk kukerjakan terlebih dahulu, Nesi selalu bertanya padaku “telat bangun ya ? “ nggakk.. jawabku singkat, mungkin dia heran padaku tapi biarlah dulu, nanti saja bahasnya kalau mau. Barisan kursi sudah rapi dengan penghuninya, kulihat dibagian belakang
masih ada yang kosong. Lansung saja kutuju tempat duduk segera sambil mata yang sibuk memerhati wajah-wajah diruang itu. Tangkapan mataku beragam, ada yang benarbenar sudah siap ujian, ada juga yang sedang bersiap-siap, sementara aku adalah kelompok yang tidak siap itu. Soal mulai dibagikan, satu persatu kertas putih itu menyebar dibangkubangku, pasrah. Pesanku kemaren pada sahabat ku Novita “sekarang tinggal memantaskan diri supaya Allah menolong kita saja lagi” aku tidak tau apa ia setuju, yang pasti memang begitulah menurutku untuk saat itu. Satu setengah jam hampir berlalu, sudah ku isi sebisa yang ku mampu, Herman temanku tampak sibuk telponan, ku dengar dari dialognya ia tengah bercerita dengan seseorang, lucu memang, disaat yang lain sibuk berusaha mencari jawaban bahkan dengan membuat jaringan kilat disaat itu juga ia malah asyik menikmati keadaan. Ku intip lembar jawabnnya masih kosong, mungkin ia pasrah, seperti ku yang juga tidak tau banyak untuk menjawab soal ujian pagi itu. Akhirnya demi tetap elegannya corak lembar jawabanku, ku isi saja apa yang ku tau, lama menunggu akhirnya kuputuskan untuk mengumpulkannya saja. Dari pada menghabiskan waktu duduk berlama-lama 2
menunggu yang lain bergeriliya mendingan aku kumpul saja lagi. Aku masih punya agenda yang jauh lebih berarti daripada duduk menunggu jam habis disini. Man, kumpul yuk, ajak ku Yuk, balasnya senang. Aku yakin dia berada dipihakku sekarang, bagaimanapun pembahasann kami yang tak sempat mengulang pelajaran semalam, ini ujian kejujuran. Akhirnya lembar jawabanpun ku titip sama Herman, perutku masih tidak enak, jadi sebisa mungkin ku tak banyak berekspresi. Dan aku rasa ini tindakan yang tak cukup diterima pikiran banyak orang, pasrah dengan soal ujian tanpa berusaha sedikitpun barang bertanya satupun keteman-teman, tapi tak mengapa, menurutku itu lebih baik, mereka hanya perlu diberi penjelasan sedikit saja untuk kasus itu, tapi tak usahlah, sepertinya mereka tidak akan sempat bertanya itu, dari tadi yang kulihat hanyalah aksi geriliya mereka yang berusaha mencari puing-puing jawaban dari sumber-sumber kekuatan, temanku Novita mungkin salah satu sumber itu, aku cukup bangga padanya. Sambil segan-segan kususuri badanbadan sibuk itu, berharap pak Bakar tidak melihat kami keluar duluan. Akan sangat 3
sombong sekali mungkin kami dimata beliau, sudah setiap kuliah diam sekarang malah sok an keluar duluan seolah bisa menaklukkan soal beliau saja. Sambil berjalan menyusuri lorong itu Herman memulai diskusi kami dengan agenda rapat FOLTA nanti, aku berjalan dibelakangnya, tiba-tiba “ Sudah selesai ? Tanya pak Bakar angker dengan matanya. “ sudah tidak sanggup lagi pak “ jawab Herman sekenanya sambil tertawa. Temanku yang satu itu memang sedikit aneh ku rasa, tapi tidak mengapa, itu bukan masalah. Pak Bakar rupanya malah datang dari arah yang tidak kami sangka-sangka. Ya sudahlah. Pasrahku. Aku lansung saja menuju parkiran untuk menaiki motor dan berlalu, Herman juga, dia beralasan mau pulang dulu mandi, semalam ia habis dari Halaqah dan baru pulang jam 06.00 wib tadi, karena dingin tertidur dan baru bangun 08.30 wib, ingat ada ujian lansung saja ia berangkat tanpa sempat mandi. Aku sudah curiga dengan latar belakang keterlambatannya sejak pertama kali ia masuk ruangan saat ujian tadi. Jawabannya belum tentu benar, dosa pasti. Itulah kalimat yang aku temukan dalam sebuah buku untuk menjadi alasan kenapa jangan mencontek saat ujian. Lagi pula banyak yang masih harus kita 4
selesaikan. Jika masalah sekecil itu saja membuat kita harus berbuat yang tidak seharusnya bagaimana untuk hal yang besar. Mungkin kita sering mendengar bagaimana cerita seorang dosen menjelaskan tentang filosofi kenapa ketika batu, kerikil, pasir dan kemudiaan air dimasukkan kedalam satu ember harus dimulai dari yang paling besar dulu. Karena jika kita memulainya dari yang paling besar maka bisa jadi kita malah akan melupakan yang padahal sangat utama kita pikirkan. Namun, ketika kita memulainya dari yang paling besar, ember itu akan menyisakan rongga untuk kerikil, kerikil akan menyisakan rongga untuk pasir dan pasir akan menyisakan rongga untuk air. Seperti itulah seharunya kita dalam menyikapi masalah kehidupan. Ujian kejujuran adalah salah satu bagaimana cara kita mengukur kemampuan dalam menghadapi masalah kehidupan itu. Saya dan anda tak pelak tidak menjadi pesertanya. Namun yang terutama harus diingat adalah bagaimana agar apapun keadaan jangan sampai malah menjadi bumerang waktu untuk diri kita sendiri, karena hanya kitalah yang tau apakah kita menciptakan bumerang itu atau bukan. Menjadi aktivis mahasiswa adalah menjadi mahasiswa dengan sejuta masalah, bukan kita yang membuat masalah tapi justru masalah yang datang mencari kita. Ia seolah hanya mau diselesaikan oleh mahasiswa-mahasiswa yang seperti kita, aktivis 5
kampus. Karenanya saya selalu sungguh bangga pada mereka. Mahasiswa yang mampu memerankan pribadi dengan segala defenisi mulianya ini semoga selalu memberikan kontribusi untuk negeri. Salam mahasiswa !
6