JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM LINGKUNGAN MULTIETNIS LANGUAGE TRAINING CENTRE (LTC) UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA (UKSW) SALATIGA Politeness in Using Indonesian’s Language in LTC’s Multiethnic Environment (Case Study in UKSW Salatiga) oleh/by: Ika Inayati Balai Bahasa Jawa Tengah Jalan Elang Raya Nomor 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang 50272 Pos-el Penulis:
[email protected] Diterima:17 Januari 2017; Disetujui: 15 Maret 2017
ABSTRAK Indonesia merupakan negara multietnis. Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu yang diharapkan dapat menjembatani komunikasi dalam lingkungan multietnis tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa Indonesia di lingkungan multietnis dan menemukan serta menjelaskan pengaruh kondisi multietnis tersebut terhadap kesantunan berbahasa Indonesia. Data diperoleh dengan cara observasi menggunakan teknik simak libat cakap yang direkam tanpa sepengetahuan responden. Selain itu, data juga diperoleh melalui kuesioner. Hasil analisis data percakapan dan kuesioner dengan metode deskriptif-kualitatif menunjukkan bahwa responden di lingkungan LTC, UKSW telah memperhatikan unsur-unsur kesantunan berbahasa. Berdasarkan isian atau jawaban responden atas kuesioner diketahui bahwa kondisi multietnis di LTC UKSW terhadap kesantunan berbahasa tidak memberikan pengaruh negatif. Kata kunci: kesantunan berbahasa, bahasa multietnis, bahasa Indonesia
ABSTRACT Indonesia is a multiethnic country. Indonesian language is the language that unites and bridges the communication between the multiethnics. The research aims to describe the politeness of using Indonesian language and the influence of the multiethnics environment to the politeness of using Indonesian language. The data collected by observation using recorded simak, libat, cakap techniques. The respondents did not know that they were recorded. The data is also gathered from the answers of the questionnaires. Using the qualitative method, the result shows that the multiethnic respondents in LTC, UKSW have applied the politeness when using Indonesian language. Based on the questionnaires, the multiethnic in LTC UKSW does not give negative effect on politeness in using Indonesian language. Keywords: language politeness, multiethnic language, Indonesian language.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara multietnik, terdiri atas 931 etnik besar dan kecil. Beberapa etnis besar tersebut adalah Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Bali, Minangkabau, Batak, Dayak, Bugis, dan Tionghoa Sebagai negara yang multietnis, bentuk fisik, sistem religi, hukum, arsitektur, obat-obatan, makanan, kesenian, dan bahasa orang Indonesia pun berbeda-beda menurut etnisnya. Sedikitnya, terdapat 731 bahasa dari keberagaman etnis tersebut. Beruntung bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu (Atmawati, dkk., 2015). Bahasa Indonesia digunakan dalam interaksi sehari-hari agar komunikasi dalam lingkungan multietnis dapat terjalin dengan harmonis. Selain itu, kesantunan berbahasa Indonesia juga perlu dikedepankan untuk menjaga kenyamanan masing-masing dan 31
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 menghindari konflik. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa Indonesia di lingkungan multietnis dan menemukan serta menjelaskan pengaruh kondisi multietnis tersebut terhadap kesantunan berbahasa Indonesia. Lokasi penelitian dipilih UKSW karena di kampus tersebut terdapat beragam etnis, antara lain: Papua, Sulawesi, Sumatera, dan Ambon. Pengambilan data dilakukan di Language Training Centre (LTC) karena memiliki kunjungan multietnis yang paling banyak (termasuk mancanegara). Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai contoh praktik berbahasa di lingkungan multietnik agar lebih memperhatikan kesantunan dalam bertutur sehingga konflik yang disebabkan keadaan multietnis dapat dihindari. Kesantunan berbahasa dapat ditafsirkan sebagai upaya menghindari konflik antarpenutur (Brown dan Levinson dalam Chaer, 2010:11). Untuk menghindari konflik, penutur hendaknya memperhatikan normanorma kesantunan berbahasa. Berikut adalah bagan norma kesantunan berbahasa menurut Poedjosoedarmo (1978).
Keterangan P1 : speaker P2 : addressee P3 : one or more person who happen to be around Dalam norma sopan santun bahasa tersebut dijelaskan bahwa penutur (P1) hendaknya bersikap ramah, bersedia mendengarkan dan menanggapi petutur (P2), tidak memfokuskan perhatian pada dirinya sendiri, berkata benar dan tidak bohong. P1 memberikan perhatian penuh pada P2/P3, menyesuaikan bahasa yang digunakan P2/P3 dengan memperhatikan tingkat tutur, serta tindak tutur, menyenangkan P2/P3. Penutur hendaknya memperhatikan juga peristiwa tutur, berbicara sesuai situasi, tujuan, dan topik. Gaya tutur formal atau informal juga hendaknya dipilih yang sesuai. Penutur menggunakan instrumen yang sesuai, yaitu lisan, tulis, elektronik, suara (keras/lemah/sedang), atau gerak tubu. Penutur hendaknya menggunakan tindak tutur secara efisien, hanya menyampaikan pokokpokoknya, paragraf/kalimatnya singkat, wacana/ujurannya jelas, masuk akal, mengandung keutuhan, saling berhubungan, dan implikaturnya tidak terlalu jauh dengan topik. Tuturan disampaikan secara lancar dan mudah dipahami. Bila digunakan idiom/metafora, hendaknya idiom/metafora yang mudah. Selain itu, irama tutur juga hendaknya tepat. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Maksudnya, proses penelitian dan pemahaman dilakukan berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena sosial. Peneliti membuat gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci pandangan responden, dan 32
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 melakukan studi pada situasi yang alami (Cresswell, 2002:15). Data diperoleh dengan cara observasi dan pemberian kuesioner pada responden. Observasi dilakukan dengan teknik simak libat cakap. Dalam teknik ini, peneliti juga ikut terlibat dalam percakapan dengan responden. Percakapan tersebut direkam tanpa disadari oleh responden. Selanjutnya, data yang diperoleh dicatat dan diberi kode berupa nomor. Objek penelitian ini adalah semua tuturan yang terdapat di lingkungan multietnis LTC UKSW Salatiga pada 19 Juni 2015. Subjek penelitian ini adalah semua orang yang terdapat di lingkungan tersebut, baik pengelola, siswa, dan pengunjung. Sampel penelitian ini adalah percakapan atau dialog multietnis di lingkungan LTC. Selain data berupa rekaman percakapan, peneliti juga menyebarkan kuesioner. Kriteria reponden kuesioner tersebut adalah sehat jasmani rohani, berusia 20—60 tahun, berasal dari berbagai wilayah, dan mampu berbahasa Indonesia secara lisan. Kuesioner digunakan sebagai data pendukung untuk memperkaya dan memperdalam data. Data penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan tujuan memperoleh kedalaman dan kelengkapan data dalam menghadapi realitas yang tidak ditujukan untuk pengusahaan generalisasi pada populasi, tetapi untuk kedalaman studi dalam konteks tertentu (Sutopo, 2006:64). Teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan data primer yang berupa satuan lingual yang bersumber dari hasil observasi dan isian kuesioner responden.
Data berupa rekaman percakapan multietnis di LTC UKSW ditranskripsi. Hasil transkripsi kemudian diamati dan dikelompokkan berdasarkan temuan kesantunan berbahasanya. Secara umum, percakapan multietnis yang berhasil direkam pada lingkungan tersebut telah menunjukkan kesantunan berbahasa Indonesia yang cukup memadai. Dari beberapa percakapan yang menunjukkan kesantunan tersebut, peneliti hanya akan menampilkan dua sampel data beserta analisisnya pada bagian pembahasan ini. Berikut adalah dua sampel data dan analisis tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
B: Halo selamat pagi
Data 7 Latar: meja penerima tamu Language Training Centre (LTC) A: suku Jawa B: orang asing A: Mas Dani! Daniel atau siapa? B: Mas Dani A: Dani Tes ini ya? wawancara ya? B: O..di sana? A: Bukan B: O, ini? A: Ini, mau menunggu apa? B: Ow, menunggu apa.. A: Menunggu tes wawancara? B: Iya iya..yes, yes. Suara C berbicara kepada A C: suku Sumba C: Ada yang ketinggalan hp (sambil memberikan sebuah hp) Semua yang ketinggalan hp taruh di sini saja ya sekalian A: Peserta? C: Peserta
33
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 C: Halo selamat pagi Dialog tersebut menggambarkan percakapan antara resepsionis (A), peserta tes (B), dan Kepala LTC (C). A merupakan suku Jawa yang sudah lama menetap di Salatiga, B merupakan orang asing yang hanya tinggal sementara di Salatiga untuk belajar bahasa Indonesia di LTC, dan C berasal dari suku Sumba yang juga sudah lama menetap di Salatiga. Dalam dialog tersebut, bahasa yang disampaikan oleh A menunjukkan kesantunan. Terlihat sekali bahwa A mencoba membantu dan memberikan rasa nyaman kepada B (orang asing yang sedang belajar bahasa Indonesia). A mengulang pertanyaan/kata-katanya dengan suara yang lebih lambat dan intonasi yang lebih jelas agar B memahami apa yang disampaikannya. Pengulangan tersebut ditunjukkan dengan kata-kata yang ditebalkan berikut. A: Mas Dani! Daniel atau siapa? B: Mas Dani A: Dani Tes ini ya? wawancara ya? B: O..di sana? A: Bukan B: O, ini? A: Ini, mau menunggu apa? B: Ow, menunggu apa.. A: Menunggu tes wawancara? Penekanan dan pengulangan dengan cara berbicara lebih lambat tersebut menunjukkan bahwa A menyesuaikan diri dengan petutur B. B juga menunjukkan kesantunannya dalam berbahasa. Ia memberi salam pada C (Kepala LTC) yang datang menginterupsi percakapannya dengan A. C juga bersikap santun dengan membalas salam B tersebut.
B: Halo selamat pagi C: Halo selamat pagi Data 8 Latar: lobi LTC A: suku Jawa, Banten B: suku Ambon C: suku Sumba A: Halo B: Pagi Bu A: Saya Ika B: Mira C: Ibu, ini salah satu LTC‟s friend namanya Mira dari Ambon A: O iya, apa kabar? B: Baik-baik Ibu C: Ibunya mau wawancara sebentar, ya B: O ya, boleh-boleh C: Jangan bingung-bingung B: O, tidak Ibu B: Di sini saja Bu, duduknya A: Di sini itu ya..apa? sekolah? ngambil apa? B: FBS Bu. A: Sastra? B: Pendidikan A: O pendidikan Dari mana asalnya? B: Ambon A: Oo gitu. Dialog tersebut menggambarkan percakapan antara pengambil data (A), sahabat LTC (B) dan Kepala LTC (C). A merupakan suku Jawa yang berasal dari Serang, Banten. Walaupun bersuku Jawa, A tidak dapat berbahasa Jawa dan hanya menguasai bahasa Indonesia. B berasal dari Ambon dan sudah cukup lama tinggal di Salatiga. C berasal dari Sumba dan sudah tinggal di Salatiga 34
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 lebih lama dari B. Sebagai orang yang baru kenal, A menunjukkan sikap yang ramah dan santun dengan menyapa B lebih dahulu (sebelumnya A dan C sudah lebih dahulu berkenalan) serta memperkenalkan diri (kata-kata yang ditebalkan). A: Halo B: Pagi Bu A: Saya Ika B: Mira B juga menunjukkan kesantunan dengan memberi salam dan membalas dengan menyebutkan nama diri. C juga menunjukkan kesantunan dalam berbahasa dengan membuat A dan B yang baru saja bertemu dan saling kenal merasa nyaman dengan memperkenalkan B dan menyebutkan asalnya, seperti pada percakapan berikut. C: Ibu, ini salah satu LTC’s friend namanya Mira dari Ambon
A juga menyambut dengan memberikan salam lazimnya orang yang baru berkenalan tetapi dalam waktu yang bersamaan berusaha mengakrabkan diri dengan menanyakan kabar. B juga menjawab dengan santun, ditandai dengan kata sapaan „Ibu‟ pada akhir tuturan. A: O iya, apa kabar? B: Baik-baik, Ibu
sehingga B dapat bersikap santai ketika berbicara dengan A. Pesan „jangan bingung-bingung‟ tersebut juga dilontarkan C untuk mencairkan suasana agar A dan B dapat berinteraksi dengan lebih akrab. C: Ibunya mau wawancara sebentar, ya B: O ya, boleh-boleh C: Jangan bingung-bingung B: O, tidak Ibu Secara keseluruhan, percakapan multietnis antara suku Jawa, Sumba, Ambon, dan orang asing dalam dua percakapan tersebut menunjukkan kesantunan dalam berbahasa. Semua partisipan dalam percakapan tersebut saling menjaga kenyamanan satu sama lain sehingga interaksi dalam dialog tersebut dapat terjalin dengan baik. Selain dua sampel data percakapan tersebut, peneliti juga menjaring data dari lima belas kuesioner yang dibagikan kepada siswa, pengunjung, dan pengelola. Setiap kuesioner dianalisis berdasarkan norma kesantunan berbahasa yang ditampilkan dalam tabel. Hasil analisis seluruh kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden memenuhi norma kesantunan dalam berbahasa Indonesia. Dalam pembahasan hasil analisis kuesioner ini, peneliti juga hanya akan menampilkan dua contoh sebagai berikut.
Selain mengenalkan A dan B, C juga berusaha membuat keduanya merasa nyaman dengan memberi pengantar kepada B tentang maksud A datang dan berkenalan di LTC. C juga terus meyakinkan dan membuat nyaman B bahwa A tidak akan membuat wawancara tersebut menakutkan 35
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Kuesioner 1
Sebagian besar hasil menunjukkan bahwa responden multietnis di LTC UKSW telah memenuhi teori norma-norma kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo (1978). Akan tetapi, diketahui bahwa hanya terdapat satu unsur yang tidak terpenuhi, yaitu bertutur secara efisien (speech act efficient): bertutur dengan menyampaikan pokok-pokoknya, paragraf/kalimatnya singkat (brief: limited functional slots, brief paragraphs, sentences). Hal tersebut terlihat pada tabel nomor 10, 6, 8, dan 15. Berdasarkan analisis kuesioner tersebut diketahui bahwa kesantunan berbahasa Indonesia di lingkungan multietnis LTC UKSW cenderung memenuhi unsur-unsur kesantunan berbahasa. Rekapitulasi hasil jawaban responden atas kuesioner tersebut sebagai berikut. - Responden merasa perlu memberi salam ketika pertama kali bertemu dengan seseorang yang dikenal. - Responden menggunakan kata sapaan ketika bertutur dengan orang yang lebih tua. - Reponden meminta maaf ketika ada kesalahan dalam bertutur atau bertindak. - Sebagian responden menganggap penolakan secara langsung terhadap permintaan orang lain merupakan hal yang santun, tetapi sebagian responden menganggap penolakan secara langsung terhadap permintaan orang lain merupakan hal yang tidak santun. 36
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 -
Sebagian besar responden menganggap menyindir dalam bertutur termasuk hal yang tidak wajar dan sebagian kecil responden menganggap menyindir dalam bertutur termasuk hal yang wajar. - Sebagian besar responden menganggap merendahkan orang lain dengan menggunakannya sebagai bahan olok-olok dalam bercanda merupakan hal yang wajar. - Sebagian besar responden menganggap mengkritik mitra tutur di hadapan umum merupakan hal yang tidak wajar dan sebagian kecil responden menganggap kritik mitra tutur di hadapan umum merupakan hal yang wajar. - Sebagian responden memperbolehkan petutur berbicara menyimpang dari topik dan sebagian responden tidak memperbolehkan petutur berbicara menyimpang dari topik. - Sebagian besar responden menyatakan penutur harus menyesuaikan diri dengan mitra tutur yang berbeda budayanya dan sebagian kecil responden menyatakan penutur tidak harus menyesuaikan diri dengan mitra tutur yang berbeda budayanya. - Sebagian besar responden tidak memperbolehkan penutur menggunakan kta-kata vulgar dalam bertutur dan sebagian kecil responden memperbolehkan penutur menggunakan kata-kata vulgar dalam bertutur. Kondisi multietnis pada LTC UKSW terhadap kesantunan berbahasa
tidak memberikan pengaruh negatif. Masyarakat multietnis tersebut cenderung dapat bertutur secara santun.
PENUTUP Berdasarkan data yang terkumpul, dapat disimpulkan bahwa penutur dan petutur di lingkungan multietnis LTC UKSW telah memperhatikan unsur-unsur kesantunan berbahasa. Dari unsur-unsur berbahasa yang mencakup keramahan; perhatian penuh kepada mitratutur (respectful); perhatian kepada peristiwa tutur (speech event proper); bertutur secara efisien (speech act efficient); gerak tubuh (gesture), sebagian besar terpenuhi. Berdasarkan 33 data percakapan atau dialog yang terkumpul, hanya tiga percakapan atau dialog (data 6, 7, dan 19) yang tidak memenuhi sebagian unsur kesantunan berbahasa, yaitu 1) keramahan: bersedia mendengarkan dan menanggapi petutur (ready to address, to listen and to respond); berkata benar dan tidak berbohong (be true, no lying). 2) perhatian penuh pada petutur (respectful): menyesuaikan bahasa yang digunakan petutur (adjust to language of addressee). 3) efisien dalam bertutur (speech act efficient): bertutur dengan menyampaikan pokok-pokoknya, paragraf/kalimatnya singkat (brief: limited functional slots, brief paragraphs, sentences). Berdasarkan isian atau jawaban responden atas kuesioner diketahui bahwa kondisi multietnis di LTC UKSW terhadap kesantunan berbahasa cenderung tidak memberikan pengaruh 37
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 negatif. Responden dalam percakapan multietnis tersebut menunjukkan kecenderungan bertutur secara santun.
Daftar Pustaka Atmawati, Dwi, dkk. 2015. “Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Komunitas Multietnik di Jawa Tengah”. Laporan Penelitian Tim. Semarang: Balai Bahasa Jawa Tengah.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Creswell, John W. 2002. Research Design: Qualitative dan Quantitative Approach. London: Sage Publications.
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1978. “Language Etiquette in Indonesian”. Spectrum: Essays presented to Sultan Takdir Alisjahbana on his seventieth birthday. S. Udin (ed.) Jakarta: Dian Rakyat.
Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
38