JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 BEBERAPA KESALAHAN EJAAN DALAM JURNAL ILMIAH KESEHATAN OLAHRAGA MEDIKORA (Some Spelling Errors in Sport Health Scientific Journal: Medikora) oleh/by: Endro Nugroho Wasono Aji Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Jalan Elang Raya No. 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang Telepon 024-76744357, 70769945; Faksimile 024-7674358, 70799945 Posel Penulis:
[email protected] Diterima: 23 Februari 2017; Disetujui: 5 Mei 2017
ABSTRAK Penggunaan bahasa Indonesia dalam jurnal ilmiah seharusnya menggunakan ragam bahasa baku. Salah satu ciri ragam baku adalah penulisan yang sesuai dengan EYD. Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora masih banyak ditemukan kesalahan dalam penulisan kata dan ejaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan preskriptif. Beberapa kesalahan yang ditemukan berupa penulisan huruf kapital, huruf miring, dan penulisan tanda baca. Kesalahan penulisan tanda baca berupa tanda koma, tanda hubung, tanda titik dua. Selain itu, ditemukan pula kesalahan yang berupa penulisan kata, yaitu kata yang ditulis serangkai atau dipisah. Kata-kata kunci: jurnal ilmiah, kesalahan ejaan, penulisan huruf, tanda baca
ABSTRACT Formal Indonesian language should be used in the writing of scientific journal. One way to identify the formality is by the use of the correct spelling based on PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). In the sport health scientific journal, there are many errors found in the writing of words and spellings. This research uses the perspective approach. Some of the errors are found in the writing of the capital letters, italic, and punctuation. The errors in the writing of punctuation are found in the writing of commas, hyphens, and colons. Errors are also found in the writing of words, especially in join and separate words. Keywords: scientific journal, spelling errors, writing of letter, punctuation
PENDAHULUAN
Bahasa menurut pemakaiannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (dengan
fonem sebagai unsur dasarnya), sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan (dengan huruf sebagai unsur dasarnya) disebut bahasa tulis (Sugono, 2009: 16). Dalam bahasa tulis diperlukan aturan-aturan yang 1
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 disepakati bersama agar pembaca dapat memahami maksud penulis. Aturan-aturan tersebut meliputi tanda baca, pemenggalan kata, penggabungan morfem-morfem sehingga membentuk kata jadian, kata ulang maupun kata majemuk, dan sebagainya. Keseluruhan aturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antarlambanglambang itu dalam suatu bahasa disebut ejaan (Wirjosoedarmo, 1984:2). Ejaan mempunyai fungsi yang penting dalam penulisan karya tulis ilmiah, yaitu untuk kejelasan dalam penyampaian pesan agar tidak terjadi ambigu atau makna ganda. Ada banyak jurnal ilmiah yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Jurnal Medikora. Medikora adalah jurnal ilmiah kesehatan olahraga yang diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Medikora terbit perdana pada April 2005. Majalah ilmiah tersebut terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober. Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora berisi tulisan yang diangkat dari hasil kajian analisis kritis dan penelitian di bidang kesehatan olahraga. Namun, dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora ditemukan beberapa ketidaktepatan dalam penulisan ejaan. Untuk itu, penelitian ini akan mengungkap lebih jauh penggunaan bahasa Indonesia khususnya penulisan ejaan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora. Data dalam penelitian ini diambil dari Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora Volume VI Nomor 1, April Tahun 2010; Volume
VI Nomor 2, Oktober Tahun 2010; Volume VII, Nomor 1, April Tahun 2011; dan Volume VII, Nomor 2, Oktober Tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan preskriptif atau normatif. Pendekatan preskriptif cenderung melihat gejala bahasa secara normatif dengan mengacu pada kaidah, apakah gejala bahasa tersebut selaras dengan kaidah. Gejala bahasa yang tidak selaras dengan kaidah dianggap bentuk yang salah. Penelitian atau kajian yang menggunakan pendekatan preskriptif bertujuan menilai keselarasan gejala bahasa yang ada dengan kaidah yang digunakan (Zulaeha, 2015). Dalam hal ini kaidah atau norma yang dijadikan standar dalam tulisan ini adalah EYD (Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan). Kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia dapat diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu kesalahan ejaan, kesalahan diksi dan bentuk kata, serta kesalahan kalimat. Namun, makalah ini hanya membahas kesalahan ejaan termasuk di dalamnya penulisan kata yang terdapat dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora. Kesalahan ejaan merupakan kesalahan yang terjadi karena penulisan huruf dan tanda baca yang tidak benar. Kesalahan penulisan huruf dapat berupa penulisan huruf kapital, huruf miring, atau huruf tebal yang tidak tepat. Kesalahan penulisan tanda baca berupa penulisan tanda baca seperti: tanda titik, koma, tanda hubung, dsb. yang tidak berdasarkan kaidah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kesalahan-kesalahan dalam Penulisan Ejaan pada Jurnal 74
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Olahraga
dibahas secara lebih rinci pada subbab-subbab berikut.
Sebagai alat komunikasi bahasa Indonesia ragam lisan telah memenuhi fungsinya; hampir-hampir tidak pernah terjadi gangguan komunikasi karena bahasa. Namun, dalam ragam tulis khususnya ragam ilmiah masih banyak ditemukan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak tepat. Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Medikora banyak ditemukan ketidaktepatan penggunaan bahasa yang berupa kesalahan pada penulisan ejaan dan penulisan kata.
Penulisan Huruf Kapital Beberapa ketidaktepatan dalam penulisan huruf kapital ditemukan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora, seperti yang terlihat pada contoh berikut ini. (1) Menurut penelitian Suryanto dan Suharjana (2004: 21) perilaku hidup sehat lansia terhadap kesegaran jasmani di Dusun Karanggawang, Desa Mororejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman termasuk dalam Kategori Tidak Baik. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 24)
Ilmiah Kesehatan Medikora
Ejaan Di dalam kenyataaan penggunaan bahasa masih banyak kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya, antara lain, ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan ejaan yang berlaku sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat perhentian sebentar (jeda). Hal seperti itu sekarang tidak seluruhnya dipertahankan. Misalnya, antara subjek dan predikat terdapat jeda dalam membaca, tetapi tidak digunakan tanda koma jika bukan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi (Sugono, 2009: 229). Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora ditemukan beberapa ketidaktepatan dalam penulisan, baik penulisan huruf, penulisan tanda baca ataupun penulisan kata. Hal tersebut akan
(2)
Penyakit yang sering kita lihat adalah Kepikunan/Demensia, Parkinsonisme, Stroke dengan berbagai gejalanya. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 26)
(3) Beribu-ribu penduduk dunia baik di Negara maju ataupun Negara berkembang mengidap penyakit ini. (Medikora, Vol. VI, No. 2, Oktober 2010: 36) (4)
Penyakit Diabetes yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin akibat rusaknya pankreas ini disebut diabetes tipe I. (Medikora, Vol. VII, No. 1, April 2011: 2)
(5) Menurut James Tangkudung Staff Ahli MENEGPORA RI (2009) tentang kebugaran jasmani pelajar tahun 2005 dinyatakan sebagai berikut: kategori baik sekali 0 %, baik 5,66 %, sedang 37,66 %, kurang 45,97%, dan kurang sekali 10,71 %. 75
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2011: 16) Pada contoh (1) ketidaktepatan tampak pada penulisan frasa Kategori Tidak Baik. Awal kata pada frasa tersebut seharusnya tidak ditulis menggunakan huruf kapital, tetapi menggunakan huruf kecil sehingga frasa tersebut ditulis menjadi kategori tidak baik. Pada contoh (2) kata Kepikunan/Demensia, Parkinsonisme, Stroke tidak diawali dengan huruf kapital, tetapi dengan huruf kecil menjadi kepikunan/demensia, parkinsonisme, stroke. Kata Negara pada contoh (3) seharusnya ditulis dengan huruf kecil menjadi negara. Demikian juga pada contoh (4) kata Diabetes seharusnya ditulis diabetes tidak menggunakan huruf kapital. Adapun bentuk singkatan MENEGPORA pada contoh (5) seharusnya hanya pada awal kata saja yang menggunakan huruf kapital sehingga bentuknya menjadi Menegpora. Dengan demikian kalimat-kalimat pada contoh (1)—(5) seharusnya diubah menjadi seperti berikut ini. (1a) Menurut penelitian Suryanto dan Suharjana (2004: 21) perilaku hidup sehat lansia terhadap kesegaran jasmani di Dusun Karanggawang, Desa Mororejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman termasuk dalam kategori tidak baik. (2a) Penyakit yang sering kita lihat adalah kepikunan/demensia, parkinsonisme, stroke dengan berbagai gejalanya. (3a) Beribu-ribu penduduk dunia baik di negara maju ataupun negara berkembang mengidap penyakit ini.
(4a)
Penyakit diabetes yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin akibat rusaknya pankreas ini disebut diabetes tipe I.
(5a)
Menurut James Tangkudung Staff Ahli Menegpora RI (2009) tentang kebugaran jasmani pelajar tahun 2005 dinyatakan sebagai berikut: kategori baik sekali 0 %, baik 5,66 %, sedang 37,66 %, kurang 45,97%, dan kurang sekali 10,71 %.
Penulisan Huruf Miring Ketidaktepatan dalam penulisan huruf miring juga ditemukan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora. Hal tersebut terlihat pada contoh (6) berikut. (6) Menurut Sulistyo yang dikutip oleh Kedaulatan Rakyat (2010:2) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang luasnya 3.185,81 Km dihuni oleh 3,33 juta jiwa dengan penduduk lansia sejumlah 389.347 jiwa. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 24) Kedaulatan Rakyat pada kalimat di atas seharusnya ditulis dengan huruf miring karena merupakan nama surat kabar. Jadi, kalimat pada no (6) seharusnya ditulis menjadi seperti berikut. (6a) Menurut Sulistyo yang dikutip oleh Kedaulatan Rakyat (2010:2) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang luasnya 3.185,81 Km dihuni oleh 3,33 juta jiwa dengan 76
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 penduduk lansia 389.347 jiwa.
sejumlah
Penulisan Tanda Baca Penggunaan tanda baca yang tidak tepat ditemukan juga dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora. Tanda baca tersebut adalah tanda koma (,), tanda hubung (-), dan tanda titik dua (:). Tanda koma (,) Penggunaan tanda koma (,) yang tidak tepat banyak ditemukan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora. Berikut ini beberapa contoh ketidaktepatan tersebut. (7) Di samping itu jumlah lansia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan memerlukan pelayanan yang lebih baik, terutama dari keluarga maupun pemerintah. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 23) (8)
Namun perlu dipahami bahwa olahraga pada lansia hanya sebatas untuk mempertahankan kesehatan dan bukan untuk mencari prestasi dalam pertandingan. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 30)
(9)
Dengan demikian aktivitas olahraga sangat baik dilakukan oleh penderita diabetes untuk menjaga agar organ tubuh dalam keadaan baik. (Medikora, Vol. VII, No. 1, April 2011: 4)
(10) Sisa-sisa metabolisme tersebut misalnya: berupa CO2, sisa obat, racun, dan zat-zat lain
yang tidak berguna. (Medikora, Vol. VII, No. 1, April 2011: 4) (11)
Tidak sedikit orang tidak menghiraukan kondisi fisik, sehingga banyak terserang penyakit salah satunya stroke. (Medikora, Vol. VI, No. 2, Oktober 2010: 38)
(12)
Betapa pentingnya pola hidup sehat, karena menurut hasil penelitian para ilmuwan di Preventive Medicine Research Institute di Sansalito, California, Amerika Serikat, cara terbaik untuk mencegah penyakit kanker adalah dengan melakukan pola hidup sehat. (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2010: 48)
Pada contoh (7)—(10) di atas ada penghilangan tanda koma (,). Pada contoh (7) sesudah frasa di samping itu seharusnya diberi tanda koma (,). Frasa tersebut berfungsi sebagai konjungtor antarkalimat. Hal yang serupa juga terdapat pada contoh (8) dan (9). Pada contoh (8) sesudah konjungtor namun seharusnya diberi tanda koma (,), sedangkan contoh (9) sesudah frasa penghubung dengan demikian seharusnya juga diberi tanda (,). Untuk kalimat (10) sebelum kata misalnya seharusnya diberi tanda koma (,). Sebaliknya pada kalimat (11) dan (12) sebelum konjuntor intrakalimat sehingga dan karena tidak perlu diberi tanda koma (,). Jadi, contoh (7—12) di atas seharusnya ditulis seperti berikut. (7a) Di samping itu, jumlah lansia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan memerlukan pelayanan yang 77
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 lebih baik, terutama dari keluarga maupun pemerintah. (8a) Namun, perlu dipahami bahwa olahraga pada lansia hanya sebatas untuk mempertahankan kesehatan dan bukan untuk mencari prestasi dalam pertandingan. (9a)
Dengan demikian, aktivitas olahraga sangat baik dilakukan oleh penderita diabetes untuk menjaga agar organ tubuh dalam keadaan baik.
(10a)
Sisa-sisa metabolisme tersebut, misalnya: berupa CO2, sisa obat, racun, dan zatzat lain yang tidak berguna.
(11a) Tidak sedikit orang tidak menghiraukan kondisi fisik sehingga banyak terserang penyakit salah satunya stroke. (12a) Betapa pentingnya pola hidup sehat karena menurut hasil penelitian para ilmuwan di Preventive Medicine Research Institute di Sansalito, California, Amerika Serikat, cara terbaik untuk mencegah penyakit kanker adalah dengan melakukan pola hidup sehat. Tanda hubung (-) Dalam Jurnal Medikora ditemukan juga pelesapan tanda hubung (-) seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini. (13) Menurut Lindsey dan Corbin (2007: 43) pada periode tahun 1990an penyebab kematian didominasi oleh penyakit pneumonia, infeksi bakteri dan virus, sedang abad 21 penyebab utamanya adalah
penyakit jantung, kanker, dan stroke. (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2011: 16) (14)
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretic atau insulin, harus mentaati diet terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. (Medikora, Vol. VI, No. 2, Oktober 2010: 35)
Pada contoh (13) penanggalan tanda hubung (-) tampak pada bentuk 1990an. Di antara angka dan huruf pada bentuk tersebut seharusnya diberi tanda hubung (-) sehingga bentuknya menjadi 1990-an. Adapun pada kalimat (14) penanggalan tanda hubung (-) tampak pada bentuk ulang terus menerus. Di antara kata terus dan menerus seharusnya ditandai dengan tanda hubung (-) karena bentuk tersebut adalah kata ulang. Oleh karena itu, penulisannya yang benar adalah terus-menerus. Selain itu, dalam kalimat (14) juga terdapat beberapa kesalahan penggunaan bahasa, yaitu pada kata anti diueretic yang seharusnya dirangkai menjadi antidiueretic. Kata mentaati seharusnya ditulis menaati karena bentuk dasar yang diawali fonem /t/ jika bertemu dengan prefiks mengmenjadi luluh. Jadi, kalimat di atas dapat diubah menjadi seperti berikut. (13a) Menurut Lindsey dan Corbin (2007: 43) pada periode tahun 1990-an penyebab kematian didominasi oleh penyakit pneumonia, infeksi bakteri dan virus, sedang abad 21 penyebab utamanya adalah 78
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 penyakit jantung, kanker, dan stroke. (14a)
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan antidiuretic atau insulin, harus menaati diet terusmenerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur.
Tanda titik dua (:) Penanggalan tanda titik dua (:) ditemukan dalam Jurnal Medikora. Tanda titik dua (:) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian, seperti yang terlihat pada kalimat (15). (15) Latihan olahraga juga akan dapat meningkatkan kelemahlembutan yang akan mengurangi cedera, misalnya keseleo, robek, dan putus. (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2011: 21) Kata misalnya pada contoh (15) merupakan kata yang diikuti oleh pemerian sehingga kata tersebut harus diikuti tanda titik dua (:) seperti yang terlihat pada kalimat (15a) di bawah ini. (15a) Latihan olahraga juga akan dapat meningkatkan kelemahlembutan yang akan mengurangi cedera, misalnya: keseleo, robek, dan putus.
Penulisan Kata
Penulisan kata yang tidak tepat banyak ditemukan dalam Jurnal Imiah Kesehatan Olahraga Medikora. Kesalahan tersebut berupa penulisan bentuk yang dirangkai padahal bentuk tersebut seharusnya dipisah, seperti yang terlihat pada contoh (16), (17), (18), dan (19) berikut. (16) Dari sisi biologis, beberapa mata kuliah rumpun biologi telah ditetapkan menjadi mata kuliah wajib tingkat fakultas yang diantaranya adalah anatomi, fisiologi dan histologi. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 2) (17)
Lingkungan harus bersifat mendukung terjadinya kerjasama antara penderita dan terapis serta dibentuk sedemikian rupa agar mendekati lingkungan aktual, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mentransfer keterampilan motorik yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. (Medikora, Vol. VI, No. 2, Oktober 2010: 43)
(18) Derajat kesehatan yang buruk akan menyebabkan pemborosan dana milyaran rupiah pertahun untuk perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas. (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2011: 16) Pada contoh (16) frasa diantaranya seharusnya ditulis terpisah menjadi di antaranya. Bentuk di pada frasa tersebut merupakan preposisi sehingga penulisannya harus dipisah. Sementara itu, bentuk majemuk kerjasama pada contoh (17) seharusnya ditulis terpisah menjadi 79
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 kerja sama. Adapun penulisan bentuk pertahun pada contoh (18) seharusnya ditulis terpisah karena satuan per mempunyai makna „tiap‟. Satuan per pada bentuk per tahun sama maknanya dengan tiap tahun. Jadi, Kalimat-kalimat pada contoh (16)—(18) seharusnya diubah menjadi seperti pada contoh berikut. (16a) Dari sisi biologis, beberapa mata kuliah rumpun biologi telah ditetapkan menjadi mata kuliah wajib tingkat fakultas yang di antaranya adalah anatomi, fisiologi dan histologi. (17a) Lingkungan harus bersifat mendukung terjadinya kerja sama antara penderita dan terapis serta dibentuk sedemikian rupa agar mendekati lingkungan aktual, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mentransfer keterampilan motorik yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. (18a) Derajat kesehatan yang buruk akan menyebabkan pemborosan dana milyaran rupiah per tahun untuk perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas. Sebaliknya, pada contoh (19)—(23) bentuk-bentuk yang seharusnya dirangkai malah ditulis secara terpisah. (19) ... ketiadaan buku-buku penunjang dan kurang mendapatkan pembimbingan maksimal dari dosen pengampu, dikarenakan berasal dari latar belakang SMA non-eksakta merasa kesulitan untuk langsung
memahami materi-materi yang dibebankan. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 9) (20)
Jurusan PKR menitik beratkan pada kajian keilmuan olahraga pada bidang terapi, adaptif dan kebugaran jasmani. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 1)
(21)
Cedera ini dapat terjadi, misalnya disebabkan oleh terjadinya bodycontact/sleeding tackle antar pemain atau jatuhnya badan pada tanah tidak benar. (Medikora, Vol. VI, No. 1, April 2010: 71)
(22)
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretic atau insulin, harus mentaati diet terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. (Medikora, Vol. VI, No. 2, Oktober 2010: 35)
(23)
Buatlah momen sehari-hari menjadi luar biasa berkat kegembiraan dan semangat yang di bawa ke dalamnya. (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2011: 60)
Bentuk non-eksakta pada contoh (19) seharusnya dirangkai menjadi noneksakta bukan dengan menggunakan tanda hubung (-) karena satuan non merupakan satuan leksikal terikat yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada bentuk yang lain. 80
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Adapun kata menitik beratkan seperti yang terlihat pada contoh (20) seharusnya penulisannya dirangkai menjadi menitikberatkan. Kata titik berat sebagai kata majemuk memang ditulis terpisah, tetapi bentuk majemuk jika bertemu dengan konfiks ke-an ditulis serangkai. Pada contoh (21) kata antar pemain seharusnya ditulis serangkai antarpemain. Kata antar merupakan satuan leksikal terikat yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga penulisannya melekat pada satuan lain. Hal serupa juga terlihat pada contoh (22) kata anti diuretic seharusnya penulisannya dirangkai menjadi antidiuretic. Satuan anti merupakan satuan leksikal terikat yang melekat pada satuan lain. Pada contoh (23) kata di bawa seharusnya ditulis serangkai karena satuan {di-} merupakan prefiks atau awalan. Penulisan prefiks pada satuan dasar adalah dirangkai. Jadi, penulisannya adalah dibawa. Kalimat-kalimat pada contoh (19)—(23) dapat diperbaiki menjadi kalimat (19a)—(23a) seprti berikut ini. (19a) ... ketiadaan buku-buku penunjang dan kurang mendapatkan pembimbingan maksimal dari dosen pengampu, dikarenakan berasal dari latar belakang SMA noneksakta merasa kesulitan untuk langsung memahami materi-materi yang dibebankan. (20a) Jurusan PKR menitikberatkan pada kajian keilmuan olahraga pada bidang terapi, adaptif dan kebugaran jasmani. (21a)
Cedera ini dapat terjadi, misalnya disebabkan oleh
terjadinya bodycontact/sleeding tackle antarpemain atau jatuhnya badan pada tanah tidak benar. (22a)
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai dengan yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan antidiuretic atau insulin, harus menaati diet terusmenerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur.
(23a)
Buatlah momen sehari-hari menjadi luar biasa berkat kegembiraan dan semangat yang dibawa ke dalamnya.
Kesalahan dalam penulisan kata yang seharusnya ditulis luluh juga ditemukan dalam Jurnal Medikora, seperti yang terlihat pada contoh (24) berikut. (24) Hormon sangat besar manfaatnya bagi tubuh manusia yaitu berfungsi untuk mengkoordinasi dan mengendalikan proses di dalam tubuh di antaranya adalah: (1) metabolisme, (2) pertumbuhan, (3) stabilitas lingkungan internal, (4) menahan stress, dan (5) reproduksi. (Medikora, Vol. VII, No. 2, Oktober 2011: 22) Kata mengkoordinasikan berasal dari bentuk dasar koordinasi dan imbuhan gabung meng-kan. Bentuk dasar yang diawali dengan fonem /k/ jika bertemu dengan afiks meng- akan mengalami peluluhan. Proses tersebut dinamakan proses morfofonemik. Jadi, bentuk mengkoordinasikan seharusnya 81
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 diubah menjadi mengoordinasikan seperti yang terlihat pada contoh kalimat (24a). (24a) Hormon sangat besar manfaatnya bagi tubuh manusia yaitu berfungsi untuk mengoordinasi dan mengendalikan proses di dalam tubuh di antaranya adalah: (1) metabolisme, (2) pertumbuhan, (3) stabilitas lingkungan internal, (4) menahan stress, dan (5) reproduksi. PENUTUP Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga Medikora masih banyak ditemukan ketidaktepatan dalam penulisan ejaan. Ketidaktepatan dalam penulisan ejaan berupa penulisan huruf kapital, huruf miring, dan penulisan tanda baca. Kesalahan penulisan tanda baca berupa tanda koma, tanda hubung, dan tanda titik dua. Selain itu, ditemukan pula beberapa kesalahan dalam penulisan kata. Kesalahan dalam penulisan kata berupa penulisan kata yang
seharusnya dipisah, tetapi penulisannya dirangkai. Sebaliknya, kata yang seharusnya ditulis serangkai, tetapi penulisannya malah dipisah. Ditemukan pula kesalahan penulisan kata dalam makalah jurnal Medikora, yaitu penulisan kata yang seharusnya luluh, tetapi ditulis tidak luluh.
Daftar Pustaka Sugono,
Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wirjosoedarmo, Soekono. 1984. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya. Zulaeha, Ida. 2015. “Dinamika Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia”. Makalah disajikan pada Lokakarya Metode Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Berkonteks Kekinian di Universitas Negeri Tidar Magelang, 31 Oktober 2015.
82