J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Pengaruh Perbedaan Sumber Asam Lemak Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lecepede) Effect of Fatty Acid-Fish Feed Different on Growth of Silver Pampano (Trachinotus blochii, Lecepede) Helmina Febrianti1), Komsanah Sukarti2), Catur Agus Pebrianto3) 1) 2), 3)
Mahasiswa Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman e-mail :
[email protected] ;
[email protected] ;
Abstract Effect of fatty acid-fish feed different on growth of Silver Pampano (Trachinotus blochii, Lecepede) (supervised by Komsanah Sukarti and Catur Agus Pebrianto). The aims of this study was to analyse the effect of fatty acid sources in feed on the growth of Silver Pampano (Trachinotus blocii, Lecepede). The study was conducted on 22 May to 8 June 2015 at Balai Benih Sentral Air Payau dan Air Laut (BBSAPAL) Manggar, Balikpapan. Completely randomized design (CRD) was applied consisting of 4 treatment and 3 replication, which were, squid oil of treatmen (P1), corn oil (P2), coconut oil (P3) and commercial feed (P4). The result of this study sholoed that has no significant effect on the survival. But had affected significantly in feed efficiency, protein retention, lipid retention and growth of Silver Pampano. Coconut oil achieved feed efficiency, protein retention, lipid retention, and growth of Silver Pampano as same as commercial feed. Keywords : Sources of lipid, Silver Pampano (Trachinotus blochii, Lecepede), Growth
1. LATAR BELAKANG Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lecepede) merupakan ikan yang baru dikembangkan di Indonesia. Pembenihan bawal bintang sudah berhasil dilakukan di Balai Budidaya Laut Batam sejak tahun 2007 (Minjoyo et al., 2008). Permintaan pasar terhadap ikan bawal bintang cukup tinggi, mulai dari tingkat lokal sampai dengan
internasional (Ransangan et al., 2011). selain pertumbuhan yang cepat ikan bawal bintang juga tahan terhadap penyakit, mudah dipelihara dan nilai ekonomisnya tinggi (Rahardjo et al., 2008). Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya salah satunya aspek manajemen pakan. Tujuan memperhatikan aspek ini adalah untuk mendapatkan suatu pakan yang baik sehingga dapat memaksimalkan kelangsungan hidup 24
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
dan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan dengan komponen nutrisi yang tepat dapat menghasilkan produk ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Beberapa komponen nutrisi yang penting bagi pertumbuhan ikan adalah protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Pakan yang bermutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam konversi pakan pada ikan. ikan hanya menyerap sekitar 25% pakan yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah di dalam air (De Schryver et al., 2008). Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk ikan, memiliki rasa yang disukai oleh ikan dan mudah dicerna oleh ikan (Akbar dan Sudaryanto, 2001). Dalam kegiatan budidaya ikan bawal bintang, pakan berpengaruh pada laju pertumbuhan ikan. Maka dari itu perlu diketahui kebutuhan nutrisi ikan yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Sebagian besar sumber energi bagi ikan berasal dari lemak selain karbohidrat dan protein. 1 gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal/g, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/g. Lemak juga dapat membantu proses metabolisme, osmoregulasi, dan memelihara bentuk serta fungsi membran/jaringan. Lemak dapat disimpan dalam jangka panjang sebagai cadangan energi dalam tubuh hewan pada saat beraktivitas dan selama waktu tidak ada makanan. Dalam tubuh, lemak menyediakan energi dua kali lebih besar dibandingkan protein (Sargent et al., 2002). Penggunaan sumber asam lemak untuk kebutuhan akan asam lemak esensial dapat meningkatkan pertumbuhan. Asam lemak dapat bersumber dari lemak hewani dan nabati. Pada pembuatan pakan, minyak cumi bisa digunakan sebagai sumber asam lemak ω3, minyak jagung sebagai sumber asam lemak ω-6, dan minyak kelapa sebagai sumber asam lemak jenuh. Apabila asam lemak esensial tidak
ISSN : 2460-9226
terpenuhi akan menyebabkan gangguan pada kesehatan ikan, kematian larva, dan pertumbuhan abnormal, penglihatan yang cacat, ketidakmampuan untuk makan pada intensitas cahaya yang rendah, tingkah laku yang abnormal dan turunnya fungsi membran pada suhu yang rendah (Tocher, 2003). Asam lemak esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, sehingga ikan memperoleh asam lemak esensial dari pakan. Ikan laut membutuhkan lemak esensial tetapi yang lebih utama asam lemak tidak jenuh (HUFA). Untuk meningkatkan pertumbuhan yang maksimal maka ikan diberi pakan yang mempunyai kandungan HUFA rantai panjang ω-3 dan ω-6 yang sangat dibutuhkan bagi ikan laut karena ikan laut tidak memiliki sistem enzim seperti ikan air tawar yang memiki enzim (Ibeas et al., 2000; Yildiz, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan sumber asam lemak pada pakan buatan guna meningkatkan pertumbuhan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lecepede). 2. METODE PENELITIAN Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lecepede) dari UPTD Balai Benih Air Laut (BBSAPAL) Manggar, Balikpapan ukuran ikan uji yang digunakan dalam penelitian yaitu panjang rata-rata 4,5 cm/ekor, berat rata-rata 1,45 g/ekor dan ditebar dengan kepadatan 20 ekor/bak. Hal ini sesuai menurut Hermawan et al., (2010), padat tebar untuk larva ikan bawal bintang sebesar 10-20 ekor/liter. Jumlah keseluruhan ikan dalam percobaan adalah 240 ekor. Bak percobaan dilengkapi dengan pengairan air secara sirkulasi terbuka selama 24 jam. Pemberian pakan buatan diberikan dengan dosis yang telah ditentukan. Pemberian pakan 3 kali sehari dilakukan pada pagi pukul (07.00 wita), siang pukul (12.00 wita) dan sore pukul (18.00 wib ). Untuk melihat pertumbuhan ikan dilakukan sampling setiap 1 minggu sekali.
25
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
ISSN : 2460-9226
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang ditambahkan sumber asam lemak yang berbeda dengan jumlah minyak 8 gram/kg pakan mengacu pada penelitian (Fitriani, 2014). dan pakan pabrik merk kaio dari Balai Benih Sentral Air Payau dan Air Laut (BBSAPAL) Manggar Balikpapan. Keempat perlakuan tersebut yaitu : P1 : Pakan buatan + Minyak cumi sebanyak 8 gram/kg P2 : Pakan buatan + Minyak jagung sebanyak 8 gram/kg P3 : Pakan buatan + Minyak kelapa sebanyak 8 gram/kg P4 : Pakan pabrik merk kaio dari Balai Benih Sentral Air Payau dan Air Laut (BBSAPAL) Manggar Balikpapan. Parameter yang diamati meliputi kelangsungan hidup, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, dan pertumbuhan berat ikan dan kualitas air.
Wo = Berat rata-rata pada awal penelitian (g) D = Berat ikan yang mati selama penelitian (g) F = jumlah total pakan yang diberikan (g)
a. Kelangsungan hidup (survival rate) Untuk mengetahui sintasan ikan bawal bintang selama penelitian maka digunakan rumus menurut Sudrajat dan Effendi (2002) yaitu:
d.
SR =
౪
x 100
Dimana: SR = Sintasan (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan pada awal penelitian b. Efisiensi Pakan Efisiensi pakan ditentukan berdasarkan persamaan Sudrajat dan Effendi (2002): ሺ୲ାୈሻି୭
EP =
Dimana: EP = Efisiensi pakan Wt = Berat rata-rata penelitian (g)
x 100%
ikan
pada
akhir
c. Retensi Protein Menurut Sudrajat dan Effendi (2002), retensi protein merupakan perbandingan dari jumlah protein yang tersimpan dalam tubuh ikan dengan jumlah protein yang diberikan selama penelitian. Retensi protein dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi, 1988):
RP =
ிିூ
x 100%
Dimana: RP = Retensi protein F = Total protein tubuh ikan pada akhir penelitian I = Total protein tubuh ikan pada awal penelitian P = Total protein dari pakan yang dikonsumsi ikan Retensi Lemak Menurut Sudrajat dan Effendi (2002), retensi lemak merupakan perbandingan dari jumlah lemak yang tersimpan dalam tubuh ikan dengan jumlah yang diberikan selama penelitian. Retensi lemak dirumuskan oleh Viola dan Rappaport (1979) sebagai berikut:
RL=
౪ ି
x 100%
Dimana: RL = Retensi lemak Lt = Total lemak pada tubuh ikan pada akhir penelitian Lo = Total lemak pada tubuh ikan pada awal penelitian LK = Total lemak dari pakan yang dikonsumsi ikan e. Pertumbuhan Pertumbuhan berat diukur dengan menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 0,1 gram dengan cara mengambil beberapa sampel ikan untuk mengetahui rata26
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
ISSN : 2460-9226
rata pertambahan bobot ikan. Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (1997) sebagai berikut:
pakan yang cukup baik kuantitas dan kualitas serta kondisi lingkungan yang baik akan meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara, sebaliknya kekurangan pakan dan G = Wt - Wo kondisi lingkungan yang buruk akan berdampak terhadap kesehatan ikan dan akan menurunkan kelangsungan hidup ikan Dimana : yang dipelihara. Nilai kelangsungan hidup ikan G = Pertumbuhan berat mutlak (g) bawal bintang selama penelitian berlangsung Wt = Berat tubuh akhir (g) dapat dilihat pada Tabel 1. Wo = Berat tubuh awal (g) Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal bintang selama penelitian pada tiap perlakuan, f. Pengukuran Kualitas Air ini menunjukan bahwa ikan bawal bintang Parameter kualitas air yang diukur dapat hidup dengan baik. Tingkat kelangsung selama penelitian yaitu suhu, DO, salinitas dan hidup tertinggi pada perlakuan minyak kelapa pH. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap (P3) dan perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu hari. 100%. Diikuti dengan perlakuan minyak cumi (P1) yaitu 95%, dan perlakuan minyak jagung Analisa Data (P2) yaitu 93%. Nilai kelangsungan hidup ikan Data dianalisa keragamannya bawal bintang selama pemeliharaan berada menggunakan Analisa Sidik Ragam (ANOVA), diatas angka 90%. Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA), apabila F. Hitung > F. Tabel atau berpengaruh perlakuan minyak cumi (P1), perlakuan minyak maka dilanjutkan dengan uji lajut yaitu apabila koefisien keragamnnya KK < 5% maka jagung (P2), perlakuan minyak kelapa (P3), dan pakan pabrik (P4), tidak dilanjutkan denga Uji Beda Nyata Jujur (UBNJ), perlakuan apabila koefisien keragaman KK > 5-10% maka berpengaruh nyata (P < 0,01), terhadap dilanjutkan Uji Beda Jarak Terkecil (UBNT), dan kelangsungan hidup. Agar memperoleh pertumbuhan yang apabila koefisien keragaman KK > 10% maka baik, ikan uji yang dipelihara harus memiliki dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Analisa data menggunakan program Microsoft tingkat kelangsungan hidup yang baik pula. Adapun kelangsungan hidup ikan bawal Office Exel 2007. bintang selama penelitian berlangsung ratarata berkisar antara 93 – 100% untuk tiap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan. Nilai kelangsungan hidup memiliki kisaran tidak terlalu tajam, sehingga kematian a. Kelangsungan Hidup Menurut Effendi (1997) dalam Rahman ikan setiap perlakuan ulangan dianggap masih 2013, kelangsungan hidup adalah pronsentase dapat di tolerir. Kelangsungan hidup yang jumlah ikan yang hidup dalam kurun waktu cenderung tinggi membuktikan proses tertentu. Faktor yang mempengaruhi pemeliharan dilakukan dengan baik dan tepat kelangsungan hidup biasanya ditentukan oleh sehingga mampu menghasilkan kelangsungan pakan dan kondisi lingkungan. Pemberian hidup yang baik. Menurut Effendie (2002), bahwa Tabel 1. Nilai rata-rata kelangsungan hidup ikan bawal bintang (%) Ulangan Variabel Perlakuan Rata-rata ± SD 1 2 3 Kelangsungan Hidup 1 100 85 100 95 ± 8,660 2 90 100 90 93 ± 5,774 3 100 100 100 100 ± 0,000 4 100 100 100 100 ± 0,000 27
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu resistensi terhadap penyakit, pakan dan umur. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan. Faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu padat tebar, penyakit serta kualitas air. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan. (Mudjiman, 2000), Secara eksternal, padat tebar merupakan salah satu faktor penting karena berkaitan dengan ruang gerak ikan. Pada saat ikan berusaha mendapatkan pakan ikan akan saling berebut. Jika satuan luas wadah yang digunakan sempit maka ikan akan saling berdesakan dan bisa memicu ikan untuk stres. Pada saat kondisi ikan stres, ikan tidak hanya kurang respon terhadap pakan yang diberikan dan berdampak pada pertumbuhan, ikan juga akan lebih mudah terserang patogen yang dapat mengakibatkan kematian. A. Efisiensi Pakan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data nilai efisiensi pakan menunjukan baik dan buruknya kualitas nilai pakan buatan yang diberikan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka semakin baik kualitas pakan (Kordi, 2002). Efisiensi pakan yang tertinggi dihasilkan dari perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 86,8%, diikuti oleh perlakuan minyak kelapa (P3) menghasilkan efisiensi pakan yaitu 57,3%, dan perlakuan minyak cumi (P1) menghasilkan efisiensi pakan yaitu 51,0%, dan perlakuan minyak jagung (P2) menghasilkan efisiensi pakan yaitu 36,3%. Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) terhadap efisiesi pakan menunjukkan perlakuan pakan pabrik (P4) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan minyak kelapa (P3), perlakuan minyak cumi (P1), dan perlakuan minyak jagung (P2). Perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap
ISSN : 2460-9226
perlakuan P1 dan P2, adapun perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2. Nilai efisiensi pakan yang tertinggi pada perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 86,8%, sedangkan nilai efisiensi pakan buatan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, nilai efisiensi pakan yang tertinggi pada perlakuan minyak kelapa (P3) yaitu 57,3%, diikuti perlakuan minyak cumi (P1) yaitu 51,0% dan nilai efisiensi pakan terendah terdapat pada perlakuan minyak jagung (P2) yaitu 36,3%. Jumlah pakan yang dimakan oleh ikan selama penelitian akan mempengaruhi efisiensi pakan bawal bintang. Berdasarkan hasil penelitian efisiensi pakan perlakuan pakan pabrik (P4) lebih baik dibandingkan pakan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, walaupun pakan pabrik lebih baik dibandingkan pakan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, tetapi tingkat efisiensi pakan yang ditambah sumber asam lemak masih dikatakan baik pada perlakuan minyak kelapa (P3) yaitu 57,3% dan perlakuan minyak cumi yaitu 51,0%, hal ini dapat dikatakan pemberian pakan masih sesuai sehingga pakan dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai pendapat Craig dan Helfrich (2002), dimana pakan dapat dikatakan baik bila nilai efisiensi pemberian pakan lebih dari 50% atau bahkan mendekati 100%. Pemanfaatan pakan yang baik oleh ikan dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ikan selama penelitian. Nilai efisiensi terendah pada perlakuan minyak jagung (P2) yaitu 36,3%, rendahnya efisiensi pakan pada penelitian ini diduga disebabkan karena kandungan nutrisi pakan kurang memenuhi terutama pada lemak yang mengandung asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan, mortalitas dan efisiensi pakan. B. Retensi Protein
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari (Afrianto dan 28
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
Liviawaty, 2005). Cepat tidaknya pertumbuhan ikan, ditentukan oleh banyak protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh ikan sebagai zat pembangun. Oleh karena itu, agar dapat tumbuh secara normal, pakan yang diberikan harus memiliki kandungan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisme dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan pembangun sel-sel tubuh yang baru. Nilai retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 19,7%, sedangkan nilai retensi protein yang ditambah sumber asam lemak berbeda nilai retensi protein tertinggi pada perlakuan minyak kelapa (P3) yaitu 15,1%, diikuti perlakuan minyak cumi (P1) yaitu 12,5%, dan perlakuan minyak jagung (P2) yaitu 9,0%. Nilai retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 19,7%, sedangkan nilai retensi protein yang ditambah sumber asam lemak berbeda, nilai retensi protein tertinggi pada perlakuan minyak kelapa (P3) yaitu 15,1%, diikuti perlakuan minyak cumi (P1) yaitu 12,5%, dan perlakuan minyak jagung (P2) yaitu 9,0%. Marzuqi et al., (2004), menyatakan nilai kebutuhan protein dari tiap ikan berbedabeda menurut umur dan spesies ikan tersebut. Teng et al., (1978) melaporkan bahwa juvenil Epinephelus salmoides membutuhkan protein sebesar 50%, E. akaara sebesar 49,5% (Chen et al. 1995), dan E. striatus lebih dari 55% (Ellis et al., 1996). Berdasarkan hasil penelitian retensi protein ikan bawal bintang, menunjukkan bahwa perlakuan pakan pabrik (P4) retensi protein lebih tinggi dibandingkan pakan buatan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, walaupun retensi protein pakan pabrik (P4) lebih tinggi dibandingkan pakan buatan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, tetapi penyerapan protein pada ikan bawal bintang dengan pakan buatan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, pada perlakuan minyak kelapa (P3) masih dapat dikatakan bahwa pemanfaatan protein bagi ikan cukup baik karena terlihat juga dari penambahan
ISSN : 2460-9226
pertumbuhan. Hal ini menunjukkan ikan bawal bintang dapat memanfaatkan protein untuk proses metabolisme, aktivitas, dan pertumbuhan. Perlakuan minyak cumi (P1) dan perlakuan minyak jagung (P2) menghasilkan pertumbuhan ikan bawal bintang lebih lambat diduga kadar protein dalam pakan rendah maka kecernaan protein juga rendah. Laining et al., (2003), menyatakan bahwa koefisien kecernaan protein cenderung meningkat dengan meningkatnya kadar protein dalam pakan. Ikan membutuhkan energi untuk aktivitas hidupnya. Mudjiman (2004) menyatakan bahwa secara alami, semua energi yang dibutuhkan ikan berasal dari protein. Jadi, protein digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Untuk pemeliharaan tubuh dapat digunakan dari lemak dan karbohidrat. Lemak dan karbohidrat dapat digunakan untuk menggantikan peran protein sebagai sumber energi dalam pemeliharaan tubuh. Dengan demikian protein akan lebih terarah untuk sumber pertumbuhan. Menurut Marzuqi et al. (2006), nilai kecernaan protein yang tinggi itu sangat penting artinya karena protein tersebut merupakan sumber energi utama. Di samping digunakan sebagai sumber energi, protein juga digunakan untuk pembentukan sel-sel baru dalam proses pertumbuhan. C. Retensi Lemak
Retensi lemak merupakan perbandingan dari jumlah lemak yang tersimpan dalam tubuh ikan dengan jumlah yang diberikan selama penelitian (Sudrajat dan Effendi, 2002). Nilai retensi lemak dari sumber lemak yang berbeda yaitu dari perlakuan minyak cumi (P1), minyak jagung (P2), minyak kelapa (P3), dan pakan pabrik (P4) yang diberikan pada ikan bawal bintang. Untuk masing-masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Retensi lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 10,0%, diikuti oleh perlakuan minyak kelapa (P3) menghasilkan retensi lemak sebesar 4,4%, perlakuan minyak cumi (P1) menghasilkan 29
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
retensi lemak sebesar 2,9% dan perlakuan minyak jagung (P2) menghasilkan retensi lemak sebesar 2,5%. Lemak digunakan untuk kebutuhan energi jangka panjang dan juga untuk cadangan energi. Dalam tubuh, lemak menyediakan energi dua kali lebih besar dibandingkan protein (Sargent et al., 2002). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa retensi lemak yang tertinggi pada perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 10,0%, dibandingkan pakan buatan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, pada perlakuan minyak kelapa (P3) memberikan nilai retensi lemak yaitu 4,4% perlakuan minyak cumi (P1) nilai retensi lemak yaitu 2,9% dan perlakuan minyak jagung (P2) nilai retensi lemak 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pakan cukup tinggi sehingga untuk metabolismenya diperlukan energi yang tinggi. Energi paling banyak diperoleh dari lemak. Semakin jumlah protein tinggi maka lemak yang dimanfaatkan untuk menghasilkan energi tersebut juga semakin tinggi sehingga mempengaruhi nilai retensi lemak pada ikan. Menurut penelitian Palinggi et al. (2002), ikan kuwe yang dipelihara dengan pakan yang mengandung sumber lemak, maka asam lemak yang dibutuhkan ikan kuwe dapat memberikan kontribusi pada fungsi metabolismenya, akibatnya mempengaruhi tingkat kecernaan dari protein. Salah satu fungsi protein yaitu sebagai sumber energi sepenuhnya telah terpenuhi melalui lemak yang ada. D. Pertumbuhan Berat Ikan Bawal Bintang
Pertumbuhan didefinisikan sebagai proses perubahan ukuran (berat, panjang atau volume) pada periode waktu tertentu (level individu) Affandi dan Tang (2002). Pertumbuhan meliputi pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak yaitu pertumbuhan panjang atau bobot dalam
ISSN : 2460-9226
periode waktu tertentu, sedangkan pertumbuhan relatif yaitu pertumbuhan panjang atau bobot yang dicapai pada waktu tertentu dihubungkan dengan panjang atau bobot periode waktu tertentu (Hendri, 2007). Nilai pertumbuhan berat ikan bawal bintang dari perlakuan minyak cumi (P1), minyak jagung (P2), minyak kelapa (P3), dan pakan pabrik (P4) yang diberikan pada ikan bawal bintang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung pertumbuhan berat ikan bawal bintang tertinggi terdapat pada perlakuan pakan pabrik (P4) dengan nilai ratarata 7,2 g/ekor, diikuti perlakuan minyak kelapa (P3) dengan nilai rata-rata 5,0 g/ekor, perlakuan minyak cumi (P1) dengan nilai ratarata 4,5 g/ekor, sedangkan perlakuan minyak jagung (P2) dengan nilai rata-rata 3,7 g/ekor. Berdasarkan hasil uji sidik ragam (ANOVA), perlakuan minyak cumi (P1), perlakuan minyak jagung (P2), perlakuan minyak kelapa (P3), dan perlakuan pakan pabrik (P4), memberikan pengaruh sangat nyata (P < 0,01), terhadap pertumbuhan berat ikan bawal bintang, sehingga dilanjutkan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) seperti disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD ) menunjukkan masing-masing antara perlakuan memberikan pertumbuhan ikan bawal bintang berbeda sangat nyata. Pertumbuhan berat ikan terjadi akibat metabolisme tubuh ikan yang bekerja secara baik setelah ikan mengkonsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Samsudin (2004) mengatakan bahwa pertumbuhan bobot pada ikan dapat terjadi karena adanya ketersediaan energi yang berasal dari pakan untuk pertumbuhan. Menurut Halver (1972), kecepatan pertumbuhan tergantung pada jumlah pakan
Tabel 8. Nilai rata-rata pertumbuhan berat ikan bawal bintang yang ditransformasi akar (g). Ulangan Variabel Perlakuan Rata-rata ± SD 1 2 3 Pertumbuhan 1 4,4 4,4 4,8 4,5 ± 0,226 Berat 2 3,7 3,6 3,8 3,7 ± 0,076 3 5,0 5,0 4,9 5,0 ± 0,079 4 7,29 6,76 7,4 7,2 ± 0,342
30
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
yang diberikan, ruang, suhu, kedalam air dan faktor lainnya. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan yaitu faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makan dari segi kualitas dan kuantitas. Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan berat rata-rata ikan bawal bintang pada perlakuan pakan pabrik (P4) yaitu 7,2 g/ekor, perlakuan minyak kelapa (P3) yaitu 5,0 g/ekor, perlakuan minyak cumi (P1) yaitu 4,5 g/ekor, dan perlakuan minyak jagung (P2) yaitu 3,7 g/ekor, mengalami perbedaan pertumbuhan. Pertumbuhan perlakuan P4 lebih tinggi diduga kandungan nutrisi pakan pabrik sesuai dengan kebutuhan nutirsi ikan bawal bintang dikarenakan kandungan nutrisi tinggi dibandingkan pakan buatan yang ditambah sumber asam lemak berbeda, walapun pertumbuhan perlakuan P4 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P3, P1, dan P2. Tetapi pada perlakuan P3 dapat dikatakan cukup baik karena pakan yang diberikan dimanfaatkan untuk pertumbuhan dapat dilihat dari kenaikan rata-rata bobot ikan yang terus meningkat selama penelitian. Sedangkan perlakuan P1 dan perlakuan P2 pertumbuhan rendah diduga kandungan nutrisi pakan tersebut rendah hal ini secara langsung dapat memperlambat pertumbuhan ikan. Menurut Mudjiman (2004) ikan pemakan daging (karnivora) membutuhkan protein lebih banyak dari pada ikan pemakan tumbuhan. Pakan yang dibuat untuk beberapa jenis ikan laut harus mengandung protein 4050% (Kordi, 2011). Kordi (2004) menyatakan bahwa pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan harus mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi atau sesuai kebutuhan ikan yang dipelihara. Apabila kandungan nutrisi pada
ISSN : 2460-9226
pakan tersebut rendah hal ini secara langsung dapat menghambat pertumbuhan ikan. Dosis pakan juga harus disesuaikan dengan umur ikan, sehingga dengan dosis pakan yang tepat maka tidak akan menimbulkan sisa pakan yang dapat merusak kualitas air. Kualitas Air Tabel 11. kualitas air selama pemeliharaan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lecepede) Parameter Suhu DO pH Salinitas
Kisaran selama penelitian 28-31 5-5,8 7-8 30-32
Satuan 0
C mg/l Ppt
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengaruh perbedaan sumber asam lemak pada pakan tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan bawal bintang. 2. Pengaruh perbedaan sumber asam lemak pada pakan, hasilnya berpengaruh sangat nyata terhadap efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak dan pertumbuhan ikan bawal bintang. 3. Pemberian pakan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lecepede), sebaiknya menggunakan sumber lemak yang berasal dari minyak kelapa karena menghasilkan efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak dan pertumbuhan yang hampir mendekati pakan pabrik yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Affandi, R dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press. Pekanbaru. 217 halaman. Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta
31
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
Akbar, S dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan pembesaran kerapu bebek. Penebar Swadaya Jakarta. Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo). 2012. Produksi Benih Bawal Bintang (Trachinotus blocii, Lecepede). Chen, X., L. Lin, and H. Hong. 1995. Optimum content of protein in artificial diet for Epinephelus akaara. J. Oceanogr, 14:407412.. Craig, S. dan Helfrich, L.A., 2002. Understanding Fish Nutrition, Freeds, and Feeding.Virginia Polytechnic Institute and State University.18 p. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-2, Agustus 2011. De Schryver P, R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon , W Verstraete. 2008. The Basics of Bioflocs Technology : The Added Value for Aquaculture. Aquaculture 277: 125-137. Elsevier : 280-289. Effendi, H. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya 188 hal. Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Ellis, S, S., G. Viala, and W.O. Watanabe. 1996. Growth and feed utilization of hatcheryreared juvenil of nassau grouper fed four practical diets. Prog. Fish. Cult., 58:167-172 Fitriani, 2014. Pengarug Perbedaan Sumber Lemak Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang (Ephinephelus sp). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Mulawarman,. Samarinda, hal 16. Halver, J. E. 1972. Fish Nutrition. Academic Pres, Newyork and London. 713 p. Hendri, A.2007. Pertumbuhan dan Sintasan juvenil lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) pada padat tebar yang berbeda. Skripsi Bidang Budidaya Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 47 hal. Hermawan T, A.Suseno, Yanto, Dikrullah, M. N. Hayati, Rita M, I. Adiguna, S. Aprianing, E. Widiastuti, J. Sihotang, D. M. Dinata, F. Junaidi. 2010. Produksi Benih Ikan Laut Balai Budidaya Laut Batam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan Dan Perikanan.
ISSN : 2460-9226
Ibeas, C., Rodriguez, C., Badia, P., Cejas, J.R., Santamaria, F.J., Lorenzo, A., 2000. Efficacy of dietary methyl easters of n-3 HUFA vs. Triacylglycerols of n-3 HUFA by gilthead seabream (Sparus aurata L.) Juveniles. Aquaculture, 190, 273 – 287. Laining, A., N. Kabangnga, dan Usman. 2003. Pengaruh protein pakan yang berbeda terhadap koefisien kecernaan nutrien serta perfor-mansi biologis kerapu macan, Ephinephelus fuscoguttatus dalam keramba jaring apung. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 9(2):29-34. Kordi, H. G. M. 2002. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kansius. Jakarta Kordi, K. M. G. H., 2004. Nutrisi dalam Pakan Ikan dalam Pedoman Rakyat, 13 dan 20 Oktober, Makasar. Marzuqi, M., N.A. Giri, dan K. Suwirya. 2004. Kebutuhan protein dalam pakan untuk pertumbuhan yuwana ikan kerapu batik (Epinephelus polyphekadion). J. Penelitian Perikanan Indonesia, 10(1):25-32. Marzuqi M. N.A. Giri. K. Suwirva dan S.L. Sagala 2006. Kebutuhan Protein Optimal dan Kecernaan Nitrisi Pakan untuk Benih Ikan Kerapu Sunu (Plectrovomus leovurdus). BBRPBL. Gondol. Bali. Minjoyo. H, Prihaningrum. A, and Istikomah. 2008. Pembesaran Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Dengan Padat Tebar Berbeda di Karamba Jaring Apung. Diakses dari Jurnal Perikanan dan Kelautan Pada 22 januari 2015. Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Jakarta : Penerbit Swadaya Mudjiman, 2004. Makanan Ikan. Ed. Revisi. Agriwawasan. Jakarta : Penebit penebar Swadaya. Palinggi, N., Rachmansyah, dan Usman. 2002. Pengaruh pemberian sumber lemak berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sexfasciatus. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 8(3):25-29. Peter, R. E. 1979. The brain and feeding behaviour, p: 121-153. In W.S. Hoar, D.J. Randall & J.R. Brett (Eds.). Fish Physiology. Vol. VIII. Academic. Press. London. 32
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 24-33. April 2016.
Rahardjo, Bambang Budi; Prihaningrum, Arif.2008. Rekayasa Teknologi Pembesaran Bawal Bintang (Trachinotus blochii) dengan Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda di kermaba Jaring Apung. Rahman, 2013. Penambahan Enzim Fitase pada Pakan Buatan untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata Bloch.) sebagai upaya Domestikasi Ikan Spesifik Lokal. Skripsi. Fakultas dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman. Ransangan. J. Manin. B.O, Abdullah.A, Roli.Z, and Shafrudin. 2011. Betanodavirus Infection In Golden Pompano, Trachinotusblochii , Fingerlings Cultured In Deep-Sea Cage Culture Facility In Langkawi, Malaysia. Aquaculture, Vol. 315, 327-334. Samsudin, R. 2004. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan dengan Single Cell Protein (SCP) yang Berbeda dalam Pakan Ikan Patin (Pangasius sp.) Terhadap Retensi Protein, Pertumbuhan, dan Efisiensi pakan. Skripsi. Jurusan Teknologi dan Manajemen Akuakultur, IPB. Bogor. 53 hal. Sargent, J.R., Tocher, D.R., Bell, J.G., 2002. The lipids, in: Halver, J. E., Hardy, R.W (Eds.), Fish Nutrition, 3rd edition. Academic Press, San Diego, 181-257. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-2, Agustus 2011. Sitta, A., Hermawan, T. 2011. Penambahan Vitamin dan Enrichment pada Pakan Hidup untuk Mengatasi Abnormalitas Benih Bawal Bintang (Trachinotus blochii, Lacepede). Balai Budidaya Laut Batam. Direktorat Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Sudrajat, A. O. Dan Effendi, I. 2002. Pemberian pakan buatan bagi benih ikan betutu oxyeleotris marmorata (BLKR). Jurnal Akuakultur Indonesia 1(3): 109-118. Takeuchi T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrition, In Watanabe T (ed). Fish nutrition and mariculture, JICA textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa International Fisheries Training Center. p.179 – 229. Teng S.K., T.E. Chua, and P.E. Lim. 1978. Preliminary observation on the dietary protein requirement of estuary grouper,
ISSN : 2460-9226
Epinephelus Salmoides Maxwell cultured in floating net-cages. Aquaculture, 15:257271. Tocher, D.R., 2003. Metabolism and functions of lipids and fatty acids in teleost fish. Rev. Fish Sci., 11, 107 – 184. Viola, S and U, Rappaport. 1979. The extra caloric Effect of Oil in the Nutrition of carp, Bangladesh, 31(3): 51-68 Yildiz, M., 2008. Fatty Acid Composition of Some Commercial Marine Fish Feeds Available in Turkey. Turk. J. Vet. Anim. Sci, 32, 3, 151-158.
33