PENGUKURAN Sifat-sifat fisis suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif diperlukan pengukuran. Perhatikan gambar berikut
Bila dideskripsikan secara kualitatif, balok di atas padat, keras, serta tinggi. Namun bila ditanyakan secara khusus mengenai tinggi ataupun panjang balok tersebut, maka diperlukanlah pengukuran, untuk menyatakan/menggambarkan balok-balok tersebut secara kuantitatif dalam bentuk angka. Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan, sedangkan pengukuran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif dari variabel-variabel fisika suatu zat atau benda yang diukur, misalnya panjang 1m atau massa 1 kg dan sebagainya. Mengukur dapat dibedakan menjadi dua yaitu mengukur secara kualitatif dan mengukur secara kuantitatif. Mengukur secara kualitatif, yaitu menandai keadaan obyek secara kualitatif (kata/verbal), seperti keras, padat, panas, dingin, atau bau serta rasanya, dan lain-lain. Hasil ukur secara kualitatif bersifat subyektif, artinya tergantung pada suasana saat pengukuran, seperti perasaan mengukur, situasi tempat mengukur, keadaan obyek ukur itu sendiri dan lain sebagainya. Mengukur secara kuantitatif, yaitu menandai obyek ukur secara bilangan (numerikal). Misalnya mengukur panjang papan tulis. Hasil ukur secara kuantitatif bersifat obyektif, artinya hasil ukur
itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu. Hasil pengukuran secara kuantitatif ini dinyatakan dalam bilangan dan satuan. Tinggi atau panjang balok tadi adalah sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang merupakan besaran fisika. Maka, dapat dikatakan besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas.
Contoh
penggunaan
sehari-hari
besaran,
misalnya
mengenai pada
saat
berbelanja kebutuhan sehari-hari. Penggunaan nama besaran yang kurang tepat, juga seringkali dijumpai misalnya untuk besaran massa yang sering
disalah
artikan
dengan
berat,
ini
dikarenakan berat lebih familiar dan sudah dipakai secara konvensional oleh masyarakat.
Dalam fisika, besaran terbagi atas besaran dasar/pokok dan besaran turunan. Besaran dasar/pokok adalah besaran yang tak tergantung pada besaran-besaran lain sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran-besaran dasar. Adapun besaran dasar dalam fisika menurut sistem international (SI) yang berlaku mulai sejak 1960 pada konferensi International dari “Bureau of Weights and Measures” di Paris ialah sebagai berikut: Besaran Pokok
Lambang Besaran Pokok
Lambang satuan
Panjang
𝑙
m
Massa
m
kg
Waktu
t
s
Suhu
T
K
Kuat arus listrik
I
A
Intensitas cahaya
I
Cd
Jumlah zat
n
mol
Sedangkan contoh untuk besaran turunan, beberapa diantaranya: kecepatan, percepatan, gaya, energi, daya, momentum dan sebagainya.
Pengukuran Besaran Fisika Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah batu bata. Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos untuk mendapatkan satuan meter. Misalnya dilakukan pengukuran panjang bangku dengan buku artinya kita membandingkan panjang bangku dengan panjang buku, dan buku itu dipakai sebagai satuan pengukuran. Perhatikan Gambar berikut ini. Misalkan ada seorang anak ingin mengukur tinggi badan temannya namun tidak ada penggaris, kemudian dia menggunakan tangan atau hasta (panjang jengkal jari dari kelingking ke jempol) atau jegkal sebagai alat pengukur panjang. Dengan menggunakan tangan orang pertama tinggi badan anak tersebut 10 jengkal, sedangkan menurut orang kedua tingginya ialah 12 jengkal. Lalu anakah yang dapat dipercaya? Mengukur dengan tangan memberikan hasil yang berbeda-beda untuk setiap orang, sehingga tidak dapat dipakai sebagai pembanding, karenanya hasta, jengakal dan depa juga tidak dapat dipakai sebagai satuan ukuran baku. 1. Alat ukur panjang a. Pengukuran Panjang dengan Mistar Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu: 1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm 2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.
c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil. Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.
2. Alat Ukur Massa Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan anak timbangan yang digunakan. Alat ukur yang biasa digunakan seperti neraca ohaus, neraca lengan, neraca pegas, neraca analitikbahakan sampai neraca digital, dimana massa benda langsung dapat dibaca pada tampilan layarnya
3. Alat Ukur Waktu Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.
4. Alat Ukur Suhu Untuk mengukur suhu dapat digunakan thermometer, mulai dari termometer yang berisi raksa hingga yang digital.
5. Alat ukur Kuat Arus Kuat arus dapat diukur dengan amperemeter,baik yang analog hingga digital.
NURKHAERATI MUHYIRUNG 15B08013