ISSN: 2088-687X
45
PERGESERAN PERSPEKTIF “HUMAN MIND” JOHN LOCKE DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN MATEMATIKA RR. Imamul Muttakhidah Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Bengkulu Jl. Telaga Dewa 2 Perum Taman Erika no. 39 kelurahan Pagar Dewa kecamatan Selebar kota Bengkulu, kodepos 38211
[email protected]
ABSTRAK Manusia merupakan subjek sekaligus objek pendidikan. Artinya manusia sebagai pelaku atau pelaksanaan dunia pendidikan sekaligus sebagai obyek atau sarana yang di kaji dalam dunia pendidikan (Adam Malik, 2005). Sedangkan, manusia merupakan makhluk psikologis yang dinamis akan terus mengalami perubahan. Perubahan merupakan bagian dari hasil pengalaman dan pemikiran manusia (human mind). Pikiran tersebut menimbulkan perspektif yang mempengaruhi sebagian besar perilaku dan produk kreatifitas manusia, termasuk dalam bidang pendidikan matematika. Perspektif John Locke (1690) mengenai human mind menyatakan bahwa manusia dilahirkan dengan suatu keadaan dimana tidak ada bawaan yang akan dibangun pada saat lahir. Jadi segala sesuatu yang kita pelajari dalam hidup adalah hasil dari hal-hal yang kita amati dengan menggunakan indera kita. Namun kenyataannya, paradigma pendidikan untuk memperoleh pengetahuan tidak hanya dapat dilihat dari perilaku yang tampak sebagaimana dianut oleh kaum behavioris, atau konstruksi antara pendidik dan peserta didik (dalam kontruktivisme) tetapi juga memperhatikan faktor genetis, lingkungan pembelajaran termasuk kebijakan pendidikan yang diterapkan. Maka penting mengkaji kembali perspektif human mind, dari kelahiran tabula rasa hingga kognitivisme yang berkembang saat ini sebagai dasar pandangan dalam pendidikan. Kata kunci : pikiran manusia, tabula rasa, paradigma pendidikan matematika.
ABSTRACT Humans are the subject and object of education. It means that man as the perpetrator or the implementation of the educational world as well as an object or a tool in knowledge in education (Andi Setiawan, 2009). Meanwhile, humans are creatures psychological dynamic will continue to change. The changes are part of experiences and mindset of man (human mind). These thoughts lead to the perspective that affects most of the behavior and the products of human creativity, including in the field of mathematics education. Perspective of John Locke (1690) on the human mind holds that humans are born with a condition in which there is no default will be built at birth. So everything we have learned in life is the result of things that we observe with our senses. But in reality, based on education of paradigm the knowledge not only can be seen from the behavior that looks as espoused by the behaviorists, or construction between educators and learners (in constructivism) but also pay attention to genetic factors, environmental learning including education policy is applied. It is important rethink the human mind perspective, from birth tabula rasa to Cognitivism developed at this time as the basic views in education. Keywords : human mind, Tabula rasa, mathematics education of paradigm .
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
46
ISSN: 2088-687X Sedangkan, manusia merupakan makhluk
Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu
psikologis yang dinamis akan terus
alat menuju perubahan. Namun, apakah
mengalami
dunia berubah atau tidak tergantung
tersebut merupakan bagian dari hasil
manusia-nya yang menempuh pendidikan
pemikiran atau pengetahuan manusia
itu sendiri. Sebagaimana istilah the man
(human mind). Tidak dapat dipungkiri,
behind the gun, pendayagunaan suatu alat
mindset tersebut menimbulkan perspektif
tergantung
yang
siapa
yang
memegang
kendalinya.
mempengaruhi
perilaku
Maka kepentingan belajar dalam
perubahan.
dan
termasuk
sebagian
produk
dalam
Perubahan
besar
kreatifitasnya,
bidang
pendidikan
suatu pendidikan formal tidak hanya
matematika. Kembali kepada hakikat
untuk mencapai tujuan kurikulum, namun
manusia, setiap kita memiliki keunikan
juga membantu manusia menemukan jati
masing-masing, latar belakang biologis
dirinya (Adam Malik, 2005). Selanjutnya,
dan lingkungan yang berbeda. Oleh
mantan menteri pendidikan era orde baru
karena itu, perlu adanya keterpaduan
tersebut juga menyatakan bahwa sebelum
antara pendidik dan peserta didik untuk
melaksanakan pendidikan parapendidik
memahami satu sama lain agar tercapai
seharusnya terlebih dahulu memperkokoh
tujuan pembelajaran secara efektif dan
landasan
efisien.
pendidikannya.Mengingat
hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu
upaya
memanusiakanmanusia,
Karena posisinya sebagai subjek tunggal
dalam
pendidikan,
seorang
maka para pendidik perlu memahami
guru/pendidik
hakikat
salahsatu
khusus untuk memandang, menentukan
landasannya. Konsep hakikat manusia
dan mendesain kegiatan pembelajaran.
yang dianut pendidik akanberimplikasi
Sementara peserta didik, seolah-olah
terhadap
sebagai
manusia
sebagai
konsep
dan
praktek
mempunyai
objek
atau
otoritas
benda
yang
pendidikannya. Sehingga antara pendidik
membutuhkan perlakuan dari pendidik.
dan peserta didik pun harus memahami
Sudut
perubahan yang terjadi.
berganti, seiring bergantinya paradigma
Terkait
dengan
pandang
itu
memang
sudah
pendidikan,
teacher centered ke student centered.
manusia adalah subjek sekaligus sebagai
Namun apakah perubahan paradigma
objek
tersebut
pendidikan.Artinya
manusia
diiringi
dengan
sebagai pelaku atau pelaksanaan dunia
perspektif,
pendidikan sekaligus sebagai obyek atau
didiknya. Itulah yang harus dipahami dan
sarana
dikaji ulang kembali. Tentu tidak lain
yang
pendidikan
di
(Andi
kaji
dalam
Setyawan,
dunia 2009).
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
untuk
pendidik,
perubahan
perbaikan
kepada
pendidikan
peserta
dan
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
ISSN: 2088-687X
47
tercapainya tujuan pembelajaran yang
Pembahasan
paripurna.
Tabula Rasa John Locke
Terkait
sejarah
perkembangan
Mastrianni
(2012)
menyatakan
paradigma pendidikan, pengaruh Locke
bahwa tabula rasa atau “blank slate”
terhadap teori pembelajaran cukup besar.
telah
Salah satu teorinya yang terkenal yaitu
beberapa abad. Meskipun teori tabula
tabula
pijakan
rasa ini pertama kali muncul di zaman
kedudukan
Yunani kuno, namun hal ini paling sering
anak/peserta didik sebagai subjek „kertas
dikaitkan dengan dengan filsuf Inggris,
kosong‟ yang belum mengenal apapun
John Locke (1632-1704). Locke (1690)
tentang dunianya sehingga praktik yang
mengemukakan
terjadi dalam pembelajaran yaitu transfer
dilahirkan dengan suatu keadaan dimana
ilmu, ibarat menulis diatas kertas atau
tidak ada bawaan yang akan dibangun
mengisi air dalam bejana. Teori tersebut
pada saat lahir. Locke menyatakan bahwa
telah menjadi landasan selama berabad-
segala sesuatu yang kita pelajari dalam
abad sebelum neurosains dan psikologi
hidup adalah hasil dari hal-hal yang kita
pendidikan berkembang pesat seperti
amati dengan menggunakan indera kita.
sekarang.
Dia
rasa,
yang
empirisme
menjadi
dimana
Meski
paradigma
pendidikan
menjadi
perdebatan
bahwa
menyimpulkan
memiliki
selama
manusia
bahwa
kemampuan
manusia untuk
sudah berubah kearah student centered,
mengendalikan
teori
slate/tabula
mereka sendiri, meskipun tidak ada yang
rasaJohn Locke selama ini masih relatif
bisa memisahkan perkembangan ini dari
sering
identitas manusia sebagai anggota dari
blank
sheet/blank
digunakan
dikelas-kelas
sebagai
formal.
Maka
metafor sangat
pertumbuhan
karakter
umat manusia.
penting untuk meluruskan pandangan
Aristoteles (384 SM -322 SM)
seorang pendidik, atau orangtua agar
dalam tulisannya yang berjudul De
tidak
pesimis
Anima, disebutkan bahwa pikiran sebagai
anak.
Pendidikan
pikiran kosong. Lebih dari 1000 tahun
khususnya,
mempunyai
kemudian, pada abad ke -11 teori tabula
wilayah kajian dan sejarah sendiri. Dan
rasa muncul di Persia kuno dalam tulisan
artikel ini fokus untuk mengkaji “human
Ibnu Sina, seorang filsuf Persia. Ibnu
mind” John Locke dalam paradigma
Sina menyatakan bahwa pikiran saat lahir
pendidikan matematika, terutama terkait
adalah batu tulis kosong dan pengetahuan
dengan
yang
kepada
memandang seorang
matematika,
tabula
demikian
rasadan
aliran-aliran
setelahnya.
melalui
pengalaman
dengan benda nyata dan dari pengalaman itu
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
diperoleh kemudian
digunakan
untuk
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
48
ISSN: 2088-687X
mengembangkan konsep abstrak tentang
by that vast store which the
benda-benda, dan bukan sebaliknya.
busy and boundless fancy of
John-Jacques
Rosseau
(1712-
man has painted on it with an
1728), sebagai sesama penganut aliran
almost
endless
variety?
empirisme
Whence
has
all
the
reason
and
juga
menyatakan
it
persetujuannya dengan teori tabula rasa.
materials
Rosseau percaya bahwa sifat manusia
knowledge? To this I answer,
merupakan
akibat
in the one word , from
pengalaman
dan
langsung
dari
lingkungan,
yang
experience. (Dawkins, 2009).
diberikan dalam keadaan berbeda-beda. Laki-laki
juga
akan
of
Jikajiwa
seseorang
seperti
mengalami
lembaran kertas kosong maka dapat
perkembangan yang berbeda dengan
dikatakan bahwa seperti kertas kosong
perempuan. Pendapat ini berbeda dengan
yang dapat ditulis, jiwa tersebut menjadi
pandangan
berwarna
Thomas
Hobbes
yang
dan
berisi.
Locke
(1690)
mengemukakan bahwa laki-laki biasanya
menganggap bahwa otak manusia adalah
mempunyai kelakukan yang lebih buruk
sebuah penerima pasif yang memperoleh
daripada
biasanya
pengetahuan dari pengalaman dan diserap
mereka ditempatkan di barisan terdepan
melalui panca indera. Berbagai gagasan
oleh polisi.
sederhana dan kemudian dihubungkan
wanita
sehingga
Dalam Essay Concerning Human Understanding,
John
Locke
mengingatkan
kembali
(1690)
atau digabungkan menjadi pemikiran yang berkaitan. Karena John Locke
mengenai
adalah filsuf empirisme, maka teori
pentingnya pengalaman. Pada saat lahir,
tabula rasa ini sangat dekat hubungannya
mereka bagaikan kertas kosong yang
dengan teori pengalaman sebagai sumber
kemudian
pengetahuan.
diisi
dengan
berbagai
pengalaman. Pada awalnya, manusia
Selanjutnya
Locke
(1690)
memulai dengan konsep-konsep yang
mengungkapkan,
sederhana,
dilajutkan
dimasukkan ke dalam pikiran, ia akan
dengan konsep yang lebih kompleks. Hal
diproses dan dibentuk oleh pengalaman
ini juga tercantum di dalam tulisannya,
sensoris secara murni. Ia berasumsi
yaitu :
bahwa
dan
kemudian
sebuah
manusia
bebas
informasi
mengolah
“Let us then suppose the mind
pikirannya sendiri. Poin komprehensif
to be, as we say,white paper
Locke
void of all characters, without
perolehan pemahaman dan pengetahuan
any ideas. How comes it to be
manusia.
furnished? Whence comes it
banyak filosof seperti Berkeley dan
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
(1690)
ini
Kemudian
mengacu
pada
mempengaruhi
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
ISSN: 2088-687X
49
Hume (M. Imtiaz Subhani dan Amber
merupakan makhluk psikologis yang
Osman,
dinamis.
2011)
untuk
meneliti
Jadi,
metafor
tersebut
keberfungsian mental manusia dalam
memudahkan, namun bila ditelisik dari
memperoleh pengalaman sebagai “kertas
sudut pandang kognitif manusia, juga
kosong” sejak mereka dilahirkan.
dapat dibilang menyesatkan.
Tabula
rasa
erat
kaitannya
dengan pengalaman, dan dengan hal ini
Relevansi Dari Beberapa Temuan dalam Pendidikan Matematika
John Locke tidak mengakui adanya
Konsep
“human
mind”mulai
intuisi yang membangun pemahaman
banyak dikaji dari temuan para behavioris
manusia. Segala yang diketahui oleh
pada
seorang anak hanyalah akibat dari apa
memandang
yang diajarkan oleh orangtuanya. Setiap
binatang sebagai semata-mata hanya
anak lahir dengan kemampuan yang sama
psikologi stimulus respon; dengan kata
dan
lain,
setelah
itu
perkembangannya
abad
ke-20.
Para
psikologi
mereka
behavioris
manusi
mengurangi
dan
pengaruh
berdasarkan apa yang diberikan oleh
pengalaman (empirisme) hingga hanya
orang tuanya. Teori ini tidak mengakui
pada taraf stimulus-respon (Robert L.
adanya kemampuan awal yang ada dalam
Solso,
setiap diri anak. Jadi, sejak lahir, seorang
pembelajaran
anak
berpusat
tidak
mempunyai
bakat
dan
pembawaan apa-apa, dan segala yang akan terjadi merupakan tanggung jawab
hal
7,
2008).Sehingga
beracuan pada
behaviorisme
upaya
siswa
mengumpulkan pengetahuan dan guru berupaya
mentransfernya.
Dalam
penuh dari pendidiknya, entah guru atau
mentransfer pengetahuan ini, menjadikan
orangtuanya. Tabula rasa juga tidak
siswa bersifat pasif, guru mengarahkan
mengakui adanya kemampuan awal atau
dan mengkontrol kegiatan, dan guru
bakat
mendominasi kelas dengan pola mengajar
awal
dan
diwariskan
dari
orangtuanya.
sebagai berikut: informasi-contoh soal-
Hingga kini, anggapan ini masih
latihan
sesuai
terus berkembang dan menjadi pijakan
matematika
empiris dalam memandang anak didik.
dipandang
Menurut analisis penulis, “kertas kosong” hanya
contoh.
beracuan kurang
Pembelajaran behaviorisme berhasil
dan
menjadikan siswa bersifat menghapal
membuat kita membayangkan
matematika (Hudoyo, 2005; Marpaung,
benda statis (kertas) yang dapat kita
2003). Pola pembelajaran behavioris ini
(pendidik
tidak jauh dari pengaruh „menulis diatas
maupun
lingkungan)
tulis
dengan tinta diatasnya. Padahal kita
kertas kosong‟ tabula rasa Lockean.
semua tahu bahwa subjek pendidikan,
Keruntuhan behaviorisme yang
baik pendidik maupun peserta didik,
terjadi pada 1930, diawali dari konsepsi
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
50
ISSN: 2088-687X
Piaget tentang hakikat konstruktivis dari
dengan banyaknya benda tersebut, selain
kecerdasan dan faktor-faktor esensial
juga pengetahuan dasar dibalik aktivitas
tentang perkembangan kognitif dengan
menghitung, walaupun mereka belum
pelevelan usia berdasarkan kematangan
dapat
menyebutkan
fisik dan psikis tertentu dari tahap sensori
secara
tepat.
motorik sampai tahap operasional formal,
Butterworth
telah banyak menjadi
dalam
bahwa setiap anak mempunyai modul
berbagai penelitian pendidikan (dalam
angka (Number Module) yang terberi
Muhammad Surya, 2014). Namun, Piaget
sejak lahir secara biologis yang terletak di
berpendapat terlalu kaku bahwa anak-
otak. Jadi secara umum, tampaknya
anak menggunakan konsep atau kerangka
semua anak mempunyai kapasitas yang
yang eksis di dalam pikiran individu yang
merupakan karunia sejak lahir (innate)
dipakai untuk mengorganisasikan dan
yang kurang lebih sama dalam mengenal
menginterpretasikan
yang
angka yang sifatnya biologis, walaupun
mereka peroleh dari lingkungan atau
tentu saja pasti ada variasi individual
yang disebut shematic (Carpenter, 1970).
disana-sini.
Konsepsi
ini
acuan
informasi
diketahui
mempunyai
nama
bilangan
ini
kemudian
Dengan (1999)
Dehaene
mengasumsikan
(1999)
turut
banyak kekurangan di kemudian hari,
memperkuat pendapat di atas dengan
seperti
mengemukakan bahwa
penelitian
diungkapkan
dalam
Flavell
mengenai
hasil isu
tertentu
di
otak
bagian-bagian
berkaitan
horisontal decalage (dalam Carpenter,
berbagai
kegiatan
1970). Secara tidak langsung, hal ini juga
manusia.
Dari
dikuatkan dengan hasil penelitian Gelman
dengan pasien-pasien yang mengalami
yang menunjukkan bahwa anak sudah
berbagai kesulitan matematika akibat
memiliki kemampuan mengenal angka
adanya lesi pada bagian-bagian tertentu
sejak dini bahkan sebelum usia sekolah
di
(Gelman & Gallistel, 1978 dan Sophian,
menyimpulkan bahwa ada bagian-bagian
1996; Wynn, 1995 dalam Butterworth,
tertentu di otak yang berkaitan dengan
1999). Anak usia pre-sekolah sudah
fungsi berbagai kemampuan matematika
mengerti tentang
seperti
kuantitas, misalnya
otak,
matematika
dengan
berbagai
kemudian
kemampuan
pada
eksperimen
para
ahli
representasi
banyak dan sedikitnya benda, dapat
kuantitatif, daya ingat aritmatika dan
mengenali perubahan dalam banyaknya
sebagainya. Walaupun sebenarnya sulit
benda yang disebabkan oleh adanya
untuk menyatakan secara pasti bahwa
benda yang ditambah atau dikurangi
hanya di bagian-bagian tertentu itu saja
dari sekelompok benda dan mengurut
yang secara khusus yang berkaitan
besar kecilnya sejumlah benda sesuai
dengan
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
kemampuan
matematika,
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
ISSN: 2088-687X mengingat
51
otak
dengan
neuron-
mempelajari matematika dan cara-cara
neuronnya bekerja secara simultan dan
pemecahan
saling bekerja sama antara satu bagian
disebutkan
oleh
dengan
sebagai
bagian dari faktor
bagian
lainnya
ketika
mengerjakan soal-soal matematika.
mempengaruhi
Kalau faktor biologis, dalam hal ini otak, mempunyai andil yang cukup besar
dalam
mendasari
soal-soal
terjadinya
(1999) yang
perbedaan
pada anak. Berpijak pada adanya perbedaan
angka dan matematika dan sepertinya
individual
memberikan
kemampuan
bahwa
Butterworth
pemahaman dan kemampuan matematika
pemahaman
impresi
matematika
dalam
pemahaman
matematika
ini,
dan cukup
„seharusnya‟ semua anak mempunyai
menarik
kemampuan dan pemahaman yang sama
ternyata
dalam bidang ini, lalu mengapa ada
penelitian
sementara
memiliki
kemampuan dan pemahaman matematika
kemampuan matematika yang sangat
juga terjadi diantara dua atau lebih
tinggi sedangkan sebagian lainnya harus
budaya. Kembali lagi kepada penjelasan
berjuang
dapat
sebelumnya mengenai faktor biologis
memahaminya? Kelihatannya tidak ada
yang mempengaruhi kemampuan angka
jawaban yang mudah dan ringkas untuk
dan matematika pada anak, „seharusnya‟
menjelaskannya.
apabila faktor biologis sebagai penentu
anak
yang
keras
untuk
Butterworth
(1999) mengungkapkan
disimak
berdasarkan
bahwa
hasil sejumlah
lintas-budaya
perbedaan
selain
tunggal dari kemampuan pemahaman
adanya kemungkinan perbedaan dalam
angka dan matematika pada anak, maka
hal
berkonsentrasi
tidak akan ada perbedaan lintas- budaya
dalam mengerjakan tugas, dalam hal
dalam kemampuan ini, karena semua
ini
dan
anak diciptakan kurang lebih sama
kemungkinan adanya perbedaan minat
darimanapun ia berasal. Namun faktanya
terhadap hal-hal apa saja yang dianggap
tidaklah
menarik oleh anak, faktor lainnya yang
penelitian lintas-budaya terutama yang
cukup berperan adalah budaya di sekitar
menyoroti budaya timur, seperti Asia,
anak. Budaya disini lebih berarti sebagai
dan barat, seperti Amerika dan Eropa,
bagaimana lingkungan
menunjukkan
kapasitas soal
seperti
bahwa
apabila
untuk
matematika,
terdekat anak,
orangtua dan sekolah
mempengaruhi anak.
Orangtua
yang
dalam
demikian
adanya.
adanya
kemampuan
Banyak
perbedaan
dan pemahaman
matematika diantara kedua kelompok
mendukung
besar
berkembangnya kemampuan matematika
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
anak
Bacon
dan
banyaknya
latihan-latihan
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
ini &
(sebagai Ichikawa,
contoh 1988;
adalah Fuligni
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
52
ISSN: 2088-687X
&Stevenson,1995; Kwok & Lytton, 1996,
Pembelajaran dipandang sebagai suatu
Miura, et al., 1993 dan Ginsburg, et al.,
proses perubahan atau kondisi tingkah
1997).Bilangan membentuk sistem yang
laku yang dapat diamati sebagai hasil
koheren
dapat
respon individu terhadap rangsang yang
dikurangi,
terjadi di suatu lingkungan. Benak siswa
dimana
bilangan
dibandingkan,
ditambah,
dikalikan
dan
dibagi.
bilangan
merupakan
Seperti
juga
dipandang sebagai kertas kosong, suatu
abstraksi
dari
tabula rasa yang dapat diisi atau sebagai
gagasan kuantitas, hubungan “kurang
kaca yang merefleksikan realita.
dari”, “lebih dari”, dan “sama dengan”
Teori
Piaget
tentang
kognitif
menyatakan
serta operasi penjumlahan, pengurangan,
perkembangan
perkalian,
adalah
bahwa manusia tidak dapat “diberi
perbandingan,
informasi” yang kemudian secara tiba-
dan
abstraksi
pembagian
dari
penggabungan dan pemisahan kuantitas.
tiba
Hubungan dan operasi bilangan tersebut
menggunakannya, tetapi manusia harus
dapat
“mengkonstruksi” pengetahuan mereka
diaplikasikan
dalam
beragam
situasi.
dapat
memahami
dan
sendiri. Siswa membangun matematika Jadi secara umum, tampaknya
semua
anak
mempunyai
kapasitas
melalui
pengalaman.
kognitif
berbasis
Konstruktivisme pada
dua
ide
yangdisebut sebagai karunia sejak lahir
“konstruktivistik”. Pertama, ide bahwa
(innate)
dalam
siswa belajar secara aktif mengkonstruksi
mengenal angka yang sifatnya biologis,
pengetahuan, tidak hanya dengan cara
walaupun tentu saja pasti ada variasi
menerima informasi ke benaknya. Kedua,
individu. Dengan kata lain, meskipun
ide bahwa siswa belajar lebih efektif jika
penelitian masih terbatas dan diterima
mereka terlibat dengan “mengkonstruksi”
secara
secara
kurang
lebih
substantif
sama
pada
bidang
matematika, dasar ini dapat meluruskan pandangan
pendidik
mengenai
pribadi
makna
matematika
(Murphy dalam Muhammad surya, 2014).
anak
Dalam pembelajaran matematika,
bahwa sejak lahir mereka bukanlah
siswa
“kertas putih” tabula rasa yang statis.
melalui proses adaptasi dan organisasi.
Lahirnya konstruktivisme sering diartikan
sepenuhnya
berseberangan
mengkonstruksi
matematika
Perkembangan struktur mental siswa bergantung
pada
pengetahuan
yang
dengan model pembelajaran behavior.
diperoleh siswa melalui proses asimilasi
Pembelajaran
beracuan
dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa
behavioristik
menekankan
psikologi pada
memperoleh
pemahaman
matematika
perubahan tingkah laku siswa setelah
berdasar pada skema yang sudah dimiliki.
memperoleh
Masuknya
perlakuan
pembelajaran.
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
skema-skema baru dalam
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
ISSN: 2088-687X
53
struktur mental siswa terutama tergantung
pengalaman yang telah anak-anak alami
pada akomodasi dalam menyerap dan
dan ada dalam hidupnya, maka kelak
memahami konsep, prinsip, atau struktur
individu
matematika dan mengorganisasikannya
langkah hidup selanjutnya dan memilih
dalam struktur mental siswa (Rains,
apa yang terbaik untuk dirinya.
tersebut
dapat
menentukan
2008). Dengan kata lain, konsekuensi
Sedangkan matematika menurut
apabila tidak ada skema bawaan yang ada
Ebbut dan Straker (dalam Marsigit, 2011)
dalam diri seorang anak maka tidak akan
adalah kegiatan penelusuran pola dan
ada
hubungan, memerlukan imajinasi, intuisi,
dasar
untuk
mengkonstruk
pengetahuannya.
dan
Sementara menurut teori tabula
penemuan,
komunikasi.
bangku sekolah dan bertemu dengan
pemasalahan
guru,
dipecahkan
yang
sepenuhnya
juga
merupakan kegiatan problem solving, dan
rasa ini, sebelum anak-anak mengenyam orangtualah
Matematika
Maka
tidak
matematika secara
semua dapat
prosedural,
bertanggungjawab terhadap apa yang
matematika juga memerlukan intuisi, dan
akan diajarkan kepada anak. Segala yang
kita
diajarkan oleh orang tua, itulah ilmunya.
berlangsungnya intuisi di dalam pikiran,
Locke (1690) mengatakan bahwa orang
entah sejak lahir, atau kapan. Intuisi tidak
tua dan pembimbing harus menjadi
memiliki pedoman, sehingga kita tidak
contoh dan memperlihatkan sifat-sifat
pernah tahu kapan ada dan dimulainya di
dan kepribadian yang baik, yang meliputi
dalam
kebaikan, pendidikan yang baik, dan hal-
penelitian Piaget (dalam Muhammad
hal yang dihormati serta dapat ditiru oleh
surya, 2014), ciri-ciri cara berpikir intuitif
anak-anak. Seorang anak yang mencoba
sudah ada pada anak pada peringkat pre-
untuk mencontoh hal-hal baik tersebut
operasional (1,5 – 6 tahun) yang ditandai
harus diberi pujian, didorong untuk
dengan adanya penalaran transduktif,
melakukan
kembali,
yaitu cara berpikir yang bukan induktif
diperbaiki, ditegur, atau dibimbing jika
atau deduktif tetapi logis. Hal ini jelas
perlu tetapi jangan dibebani dengan kritik
suatu penegasan adanya pemikiran yang
yang berlebihan dan tidak berguna. Pada
bisa muncul diluar kebiasaan nalar.
hal
yang
baik
tidak
pernah
pikiran
kita.
tahu
kapan
Berdasarkan
intinya filosofi John Locke (dalam Robert
Dengan demikian, tidak benar
Duchinsky., 2012) meyakini bahwa lebih
secara sepenuhnya jika kita mengatakan
baik
pengalaman
bahwa manusia lahir sebagai kertas putih
dibandingkan belajar dari buku-buku,
yang kosong. Teori tabula rasa John
namun belajar dari buku juga tidak serta
Locke juga ternyata tidak mengakui
merta dilupakan begitu saja. Dengan
adanya intuisi, karena dia kemampuan
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
belajar
dari
54
ISSN: 2088-687X
yang ada di dalam diri manusia adalah
filsafat. Hasil eksperimen Miller, Gardner
goresan pena dari para pengisinya.
dan kawan-kawan (dalam Terezina Nunes
Yang menjadi pernyataan penulis,
dan Peter Bryant, 1996) melahirkan bibit
bagaimana guru secara terus menerus
baru
menganggap siswa sebagai lembaran
merupakan
kosong
behaviorisme, kontruktivisme dan aliran-
yang
harus
diisi
pengetahuan-pengetahuan?
dengan
Bagaimana
faham
aliran
kognitivisme, hasil
yang
kajian
sebelumnya
yang dari telah
jika suatu saat bejana itu penuh dan pecah
berkembang. Kognitivisme tidak hanya
atau kertas tersebut sobek dan terbakar?
hanya
Bagaimana
mengenali, memahami dan menggunakan
jika
pengetahuan
yang
mengarahkan
cara
bukankah sumber pembelajaran itu tidak
pengetahuan sesuai dengan level usia dan
selamanya berasal dari guru, mengingat
mental seseorang. Studi kognitif lebih
posisi guru hanyalah sebagai fasilitator.
menjelaskan
Siswa yang satu juga bisa menjadi
individu
sumber belajar bagi siswa yang lain. Jika
mengolah, menyimpan dan mensintesis
menemukan suatu kesulitan, tidak harus
pengetahuan
seorang siswa itu bertanya langsung
menggunakannya
kepada guru, tetapi bisa juga bertanya
masalah dengan pengetahuan (informasi)
kepada teman yang lain terlebih dahulu
yang dimilikinya tanpa mengabaikan
dan terkadang penjelasan teman lebih
skema bawaan sejak lahir (Robert L.
mudah dipahami daripada penjelasan
Solso, 2008, hal. 19) . Kognitivisme telah
guru sendiri. Banyak buku pelajaran,
mengembalikan
LKS dan sumber belajar dan media
seseorang
dalam
pembelajaran
digunakan
pengetahuan,
yang
sebagai sumber pembelajaran yang baik.
secara ilmiah.
dapat
tepat
untuk
untuk
dimiliki guru tidak cukup memadai dan
yang
yang
kita
beberapa
membangun
aspek
memperoleh
proses
informasi,
(mengkonstruk) untuk
serta
memecahkan
fitrah
kemanusiaan memperoleh
dapat
dibuktikan
Semakin banyak sumber yang ada, maka
Penulis mencoba mengarahkan
semakin banyak hal baru yang dapat
pada “metafora” yang mungkin lebih
diperoleh. Guru bukanlah satu-satunya
tepat sebagai sebuah pandangan dalam
sumber pembelajaran yang tersedia di
mendidik
kelas. Pembelajaran akan menjadi aktif
mengarahkan
dan hidup jika semua elemen yang ada di
manusia (secara psikologis) dan memberi
dalamnya ikut berperan aktif.
kontribusi positif pada peserta didik
Seiring
anak.
Pendidikan
untuk
yang
memanusiakan
kemajuan
ilmu
untuk mencapai kesadaran tertinggi akan
teknologi
dibidang
kehidupan yang dinamis (lingkungan
psikologi pendidikan, neurosains dan
yang terus berubah), mendalam dan
pengetahuan
dan
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
ISSN: 2088-687X kompleks,
baik
55 dalam
skala
kecil
“warna”
lainnya.
membiarkan
pendidikan
bangunan
kemungkinan ia menerima warna lain
pendidikan sebagai pondasi menara air
dari lingkungan, seperti merah, kuning,
akan mewujudkan cita-cita pendidikan
hitam bahkan hijau lagi.
Maka,
yang ideal sebagai solusi kehidupan
mengalir,
kita
keluarga, masyarakat maupun institusi formal.
air
Sementara
membuat
Air jernih yang ditempatkan pada
manusia. Meskipun begitu, kerangka
wadah
biru
lebih
tepat
sebagai
kerja organisasional akan lebih detail
perumpamaan anak yang baru lahir,
untuk memudahkan memahami proses
adalah akibat biologis, tindakan dan pola
yang sesungguhnya.
pikir orangtua, sudah ada pada wadah
Jika demikian, sifat air yang
warna biru. Maka yang direkognisi anak
dinamis, menempati ruang dan mengalir
sejak awal adalah warna biru, tanpa
dari tempat tertinggi ketempat terendah,
disadari sebenarnya ia –belum-menjadi
mungkin lebih tepat daripada metafora
biru. Namun, ketika seorang anak sudah
kertas
mampu
putih
yang
hampa.
Dengan
melakukan
interaksi
sosial
penalaran filsafatis, selain Tuhan, tidak
dengan alam dan lingkungan, dari situlah
ada yang mampu membendung aliran air
air dalam wadah dialirkan dalam sungai
yang terus menerus turun kebawah, ke
kehidupan.
titik terendah. Karena pada dasarnya,
bercampur, mengalami hambatan atau
tempat tertinggi bukan milik kita. Tugas
mengalir dengan deras sesuai laju. Jadi
kita
kehidupan
“kertas kosong” yang statis tidak akan
disekitar dan yang ada dibawah. Seperti
mampu berproses dan membuat kebaruan
derajat manusia, tidak ditentukan dari
warna sebagaimana “air jernih” yang
seberapa tinggi jabatannya, namun asas
mengalir secara dinamis.
adalah
“mengairi”
Siapapun
dan
apapun
ke-manfaatannya kepada sesama. Aras air
Teori John Locke juga bergeser
diatas gunung terlalu sulit dijangkau sang
oleh ungkapan Feminis dari Amerika,
lembah. Disisi lain, laut sebagai muara air
Foucault,
terluas dalam arti ekosistem manusia
tabula rasa‟ has been deployed in the
yang tidak berhenti akan selalu siap
history of philosophy and psychology to
menyokong
signify an origin of utter human mental
kehidupan
makhluk
didaratan dan didalam tubuh laut sendiri.
yang
menyatakan„Locke‟s
malleability (Robert Duchinsky., 2012).
Misalkan kita meneteskan tinta hijau pada air yang jernih, maka seketika
Kesimpulan
ia bisa berubah berwarna hijau. Meskipun
Pemerolehan
pengetahuan
nanti akan timbul pula gradasi warna
berdasarkan pengalaman
sebagaimana
hijau muda, hijau tua, dan variasi
pendapat John Locke merupakan hal
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
56 yang
ISSN: 2088-687X perlu
diperhatikan
dalam
faktor lainnya. Hal ini bertolak belakang
pembentukan pengetahuan. Telah diakui
dengan apa yang dijelaskan di dalam
bahwa
membawa
prinsip tabula rasa. Seperti yang telah
pengaruh yang cukup besar terutama
dijelaskan di atas bahwa tabula rasa
dalam sistem pembelajaran konvensional
meyakini pembentukan karakter melalui
pada
praktik
apa yang diberikan oleh dunia luar, dan
pembelajaran konvensional, guru terlalu
tidak meyakini adanya kemampuan awal
terlihat aktif di dalam pembelajaran.
yang
Dalam hal ini, siswa memang tidak pasif
orang tuanya karena setiap jiwa terlahir
secara mutlak, tetapi aktivitas siswa yang
sebagai kertas putih.
Tabula
abad
rasa
17-an.
ini
Dalam
merupakan warisan dari kedua
timbul sangat sedikit sekali, yaitu hanya
Tabula
rasa
erat
kaitannya
terbatas pada mendengarkan, mencatat,
dengan pengalaman, dan menurut analisis
dan menjawab pertanyaan dari guru.
penulis, pengalaman juga mempunyai
Kegiatan para siswa hanya terbatas
peran yang penting dalam pembentukan
terhadap apa yang diperintahkan guru dan
pengetahuan manusia. Seorang siswa
cara yang ditetapkan guru.
juga dapat menggunakan pengalaman
Asumsi
awal
penulis,
setiap
belajarnya
yang
lalu
untuk
manusia yang lahir sudah dibekali dengan
mengembangkan
kemampuan awal di dalam pikirannya
baru.
sehingga tidak dapat dikatakan jiwa
memperoleh
manusia berupa kertas putih yang kosong.
(mengkonstruk) tentang apa yang telah
Gellman dkk (dalam Butterworth, 1999)
dipelajari. Namun belum tentu juga
telah membuktikan bahwa setiap manusia
dengan
telah
dilakukan,
mendapatkan
warisan
yang
Dengan
pemikirannya belajar,
siswa
pengalaman
pembelajaran siswa
yang akan
berharga
yang
akan
telah
mempunyai
dibawanya sejak lahir. Setiap manusia
pengalaman yang berharga. Pengalaman
mempunyai kecenderungan khas sebagai
siswa akan terbentuk jika pembelajaran
warisan yang dibawanya sejak lahir yang
itu bermakna baginya dan berkesan
akan mempengaruhi kepribadiannya pada
sehingga
waktu dewasa. Akan tetapi, warisan
dilupakan.
genetik hanya menentukan kepribadian setiap
orang.
Tumbuh
tidak
Disisi
akan
lain,
mudah
untuk
pengalaman
itu
dan
membantu seseorang untuk memahami
berkembangnya potensi tidak seperti
pengetahuan yang baru. Jika hal ini
garis lurus, namun ada potensi terjadi
dikaitkan dengan konsep tabula rasa
penyimpangan. Faktor genetik memang
yang menganggap jiwa siswa bagaikan
mempengaruhi keprbadian, namun tidak
kertas
bersifat mutlak, masih banyak faktor –
pengetahuan awal yang sudah diterima
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
kosong,
bagaimana
dengan
ISSN: 2088-687X
57
pada kelas sebelumnya. Sudah tentu,
lingkungan membangun menara air untuk
mereka telah mempunyai pengalaman
kehidupan alam dan manusia.
belajar di kelas sebelumnya. Bahkan seorang bayi yang baru lahir pun telah
Pustaka
mendapatkan pengalaman saat ia masih
Carpenter, Thomas P. (1999). Children‟s
dalam rahim ibunya. Dengan demikian,
mathematics : Cognitively Guided
tampaknya tabula rasa John Locke
Instruction.
mengalami sedikit kontradiksi di dalam
University of Wisconsin.
Madison
Pers
:
penerapannya di dalam dunia pendidikan.
Dawkins, Richard, et.al. (2009). John
Guru sebagai fasilitator dalam
Locke Mind as a Tabula Rasa.
pembelajaran memberikan
hendaknya fasilitas
yang
dapat
http://www.age-of-the-
dapat
sage.org/philosophy/john_locke_t
digunakan oleh siswa untuk membentuk
abula_rasa.html.
pengetahuannya. Fasilitas yang diberikan
tanggal 7 November 2015.
Diakses
pada
adalah fasilitas dalam bentuk model pembelajaran yang digunakan guru. Guru
Duchinsky, Robert. (2012). Tabula rasa and Human Nature. Journal of
dapat mengorganisir model pembelajaran yang
Philosophy,
dapat memberikan pengalaman
87,
pp
509-529.
http://journals.cambridge.org/abst
belajar bagi siswa dan sesuai dengan
ract_S0031819112000393.
kemampuan siswa untuk melakukannya.
Diakses tanggal 25 september
Jika pembelajaran yang dilakukan dan
2015
dialami siswa tidak memberikan manfaat dan pengalaman yang baik, maka sama
Gelman, R. & Gallistel, C. R.. (1978).
halnya pembelajaran yang dilakukan
The Child‟s Understanding of
tidak memiliki makna yang baik dan akan
Number.
mudah untuk dilupakan siswa.
Harvard University Press.
“Anak kita bukanlah kita, mereka
Locke,
Cambridge,
John.(1690).
adalah anak-anak zaman…” Imam Al
Concerning
Ghazali
Understanding
Dalam artikel ini, tidak ada unsur “menyingkirkan”
sebuah
akhirnya,
penulis
hanya
ingin
mengungkapkan bahwa tugas pendidik bukan
menulis
dikertas
putih,
tapi
An
Essay Human
(Ed.
Winkler,
P.K.). Indiana polis, IN : Hacket
gagasan
filosofis yang sudah turun-temurun. Pada
MA:
Publishing Company Malik,
Adam.
(2005).
Holistika
Pemikiran Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada : jakarta
konsensi untuk belajar bersama-sama
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
58
ISSN: 2088-687X
Marsigit,M.A.
(2011).
Elegi
understanding of place value:
Pemberontakan Matematika 9 :
Cross-national
School
comparisons⎯France, Japan,
Mathematics.http://powermathem
Korea, Sweden, and the United
atics.blogspot.com/search?update
States.
d-min=2011-01-
Psychology, 85(1), 24-30.
01T00:00:00%2B07:00&updatedmax=2012-01-
Journalof
Nunes, Terezina dan Bryant, Peter. (1996).
01T00:00:00%2B07:00&max-
Educational
Children
doing
mathematics. Oxford : Black well
results=50 tanggal 20 November
publisher
2015. Mastrianni, Steve. (2012). Tabula Rasa – Reductio
Ad
Absurdum.
http://www.mastrianni.net/pdf/Ta bula%20Rasa.pdf
tanggal
15
November 2015.
Rains, et al. (2008).The Evolution of the Importanceof Techniques
Multisensory in
Elementary
Mathematic: Theory and Practice. Journal of Theory and Practice in Education.Vol.13,
Miura, I. T., Kim, C. C., Chang, C-M, &
pp.365-
372http://www.age-of-the-
Okamoto, Y. (1988). Effects of
sage.org/Theoryandpractice/eleme
language
ntary_mathematic.pdf.
characteristics
children‟s representation Cross-national
on
cognitive of
number: comparisons.
Diakses
pada tanggal 7 November 2015. Solso, Robert, L,. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga.
Journal of Child Development, 59,
1445-
1450.http://www.science.direct/pd f/journalofchild
tanggal
15
Subhani,
M.
dan
Osman,
Amber.(2011). Human Mind is Tabula Journal
November 2015
Imtiaz
Rasa.Interdisciplinary of
contemporary
Research in Business. Vol. 3. No. Miura, I. T., Okamoto, Y., Kim, c. C.,
3. Pp. 1173-1176, Juli 2011
Steere, M., & Fayol, M. (1993). First
graders‟
cognitive
representation of number and
Surya, Muhammad. (2014). Psikologi Pendidikan : Teori dan Aplikasi untuk Guru. Gramedia : Jakarta
Pergeseran … (RR. Imamul Muttakhidah)
AdMathEdu | Vol.6 No.1 | Juni 2016