ISSN: 2407-2095
PENDIDIKAN GLOBAL-RELIGIUS DI MADRASAH: MEWUJUDKAN GENERASI YANG BERILMU PENGETAHUAN GLOBAL DAN BERKARAKTER ISLAM Heru Kurniawan dan Feny Nida Fitriyani Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
[email protected], hp : 081564777990
Abstrak Pendidikan global religius merupakan pendidikan yang berbasis pada pengetahuan global berkarakter religius Islam. Pendidikan global-religius penting direalisasikan di madrasah sebagai upaya menyikapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pendidikan globalreligius ini akan mewujudkan anak-anak didik yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk mampu bersaing dalam MEA. Pendidikan global-religius ini menciptakan generasigenerasi yang berwawasan global dan masih memegang teguh prinsip-prinsip religius Islam. Dengan berbagai kegiatan-kegiatan pendidikan yang berbasis pendidikan global-religius inigenerasi bangsa akan semakin memahami peran dan tanggung jawabnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan akan lebih membuka mata terhadap dunia yang terus berproses.
Kata Kunci: pendidikan global-religius, berilmu pengetahuan global, dan berkarakter Islam.
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam Pendahuluan Pendidikan adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk mengubah dan mempersiapkan kehidupan yang lebih “manusia”, yang sering disebut: “memanusiakan manusia.” Pendidikan akan mengajarkan setiap manusia untuk selalu bisa mempertahankan diri dan menghadapi setiap tantangan, baik oleh perubahan lingkungan atau perubahan zaman. Hal ini terjadi karena zaman akan terus berganti seiring dengan waktu yang terus berjalan. Perubahan waktu ini akan menyebabkan setiap situasi dan kondisi zaman akan selalu berbeda. Perbedaan ini bisa tampak dari perubahan-perubahan budaya dan masyarakat yang terus berkesinambungan. Perubahan inilah yang menuntut perubahan individu, dimana setiap individu harus berani berubah dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Proses perubahan inilah yang akan membawa dampak pada proses belajar karena belajar akan membuat individu bisa melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, cara setiap individu belajar untuk menyesuaikan diri dalam setiap zamanpun berbeda. Di sinilah, pendidikan diperlukan untuk membekali kesiapan individu dalam menghadapi perubahan zaman dalam ekosistem kehidupannya. Dalam posisi ini, manusia sebagai individu hadir di tengah ekosistem budaya dan masyarakat yang selalu berubah karena manusia sendiri yang mengubahnya. Sebagai individu, manusia secara otomatis dituntut untuk belajar terhadap ekosistem budaya tersebut. Hasil belajar inilah yang kemudian akan digunakan manusia untuk melakukan penyesuaian diri dengan perubahan lingkungan. Di sini tampak hubungan dialektis antara manusia dengan lingungkan dalam proses belajar. Di satu sisi, manusia belajar untuk mengembangkan ekosistem budaya dan masyarakat, di sisi lain perubahan ekosistem budaya masyarakat menuntuk manusia sebagai individu untuk belajar
2|
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani juga. Hasilnya, dalam dialektika inilah, manusia harus terus belajar dalam proses penyesuaian diri dengan perubahan ekosistem budaya dan masyarakat. Hal ini dapat dilustrasikan, dahulu, ketika Indonesia masih dalam jajahan Belanda dan Jepang. Saat ekosistem budaya kita dikuasai oleh imperialisme, maka pendidikan tentang nasionalisme dan kemerdekaan sangatlah penting. Sebabnya, melalui kesadaran nasionalisme itulah rakyat Indonesia bisa disatukan dalam aksi mewujudkan kemerdekaan. Dengan kemerdekaan ini masyarakat bisa menentukan arah kemajuan bangsanya sendiri. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang didirikan saat itu, intens mendidik anak-anak dalam menanamkan kesadaran nasionalisme. Semangat nasionalisme sebagai buah pendidikan pun berhasil tertanam di seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat pun sadar tentang betapa pentingnya nasionalisme dan kemerdekaan bagi suatu bangsa. Kemerdekaan pun akhirnya bisa teraih. Pendidikan telah berhasil mewujudkan kemanusiaan yang lebih baik di negeri tercinta ini. Di sini tampak, kondisi budaya dan masyarakat imperalis saat itu telah membuat masyarakat Indonesia saat itu belajar tentang nasionalisme. Nasionalisme yang bisa membuat masyarakat Indonesia bersatu dan merdeka. Saat itu, masyarakat pun ramai-ramai belajar memahami nasionalisme. Hasilnya masyarakat bisa belajar dengan tuntas, dan nasionalisme itu mampu memerdekakan bangsa dan negara. Namun pada saat ini, dalam masa sekarang, idealnya kita mampu mengidentifikasi persoalan yang akan dihadapi bangsa. Kenyataannya memang banyak persoalan yang harus diurai, tetapi salah satu salah satu persoalan sosial yang perlu dipikirkan bersama adalah kesiapan masyarakat dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Eropa [MEE]. Pada masa ini, Indonesia akan berada pada era free trade antara Negara-negara ASEAN yang telah dicanangkan oleh para petinggi ASEAN dalam KTT yang
Volume 02. November 2015 | 3
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam diadakan di Kuala Lumpur pada tahun 1997 menghasilkan keputusan membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 ini. Era MEA ini akan membuat masyarakat mengalami perubahan sosial baru. Jika masyarakat tidak siap, maka MEA akan menjadi persoalan sosial, tetapi, jika masyarakat siap, maka MEA akan menjadi solusi atas berbagai persoalan sosial yang tengah dihadapi masyarakat. Dalam hal ini, bangsa kita memiliki kecenderungan belum siap terhadap kedatangan MEA ini. Hal ini terbukti dari pemahaman masyarakat yang belum tahu MEA itu apa dan tingginya impor sebagai bentuk konsumerisme masyarakat menandakan masyarakat kita memahamai MEA. Jika ini tidak segera dicari penyelesaiannya, maka MEA bisa menjadi bencana bagi masyarakat kita. Masyarakat kita bisa hanya berposisi sebagai konsumen saja, yang jika hal ini diteruskan akan membaw akehancuran pada bangsa dan negara. Untuk itulah, dalamkonteks ini, kita harus mulai menyadari arti penting pendidikan memiliki peran dalam membekali individu [masyarakat] untuk bisa beradaptasi bahkan memanfaatkan era MEA untuk meningkatkan harkat dan derajat masyarakat. Melalui pendidikan yang baik inilah masyarakatakan terbangun kesadarannya bahwa dalam era MEA ini, masyarakat Indonesia tidak hanya bisa menjadi penonton [konsumen] saja, melainkan pemain [produksi] yang harus ikut andil dalam masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Dari fakta ini, pendidikan memiliki peran penting dalam menjadikan masyarakat Indonesia menjadi pemain dalam pasar ASEAN ini. Masyarakat Indonesia harus menyiapkan generasi muda yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Generasi ini adalah generasi yang berwawasan global. Mereka yang akan memahami tentang prospek global. Sehingga pendidikan global sangatlah diperlukan oleh mereka.Namun pendidikan global saja tidaklah cukup, karena idealnya globalisasi dapat diimbangi
4|
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani dengan pondasi karakter Islam. Karakter Islam ini sangat penting. Karena kodrat manusia adalah tidak pernah lepas dari Dzat yang menciptakannya. Sehingga kemanapun mereka melangkah, mereka akan tetap memegang prinsip-prinsip agama. Oleh karena itu, madrasah sebagai salah satu institusi pendidikan Islami menjadi lembaga pendidikan yang tepat untuk mengkonsepkan pendidikan yang tepat dalam menghadapi MEA ini. Dalam hal ini, pendidikan global-religiusmenjadi solusi dan dasar pemikiran dalam konseptualisasi pendidikan ideal dalam menghadapi MEA. Persoalannya kemudian adalah terkait konseptualisasi dan realisasi pendidikan global-religius sebagai solusi dalam menghadapi MEA itu konkretisasinya seperti apa? Dan bagaimana idealisasi pendidikan global-religius ini jika bisa diimplementasikan dalam sistem pendidikan kita sekarang ini. Relasi Pendidikan Global-Religius dengan MEA Pendidikan adalah garda depan yang berperan dalam memajukan suatu bangsa. Pada saat Jepang mengalami kekalahan oleh sekutu karena Nagasaki dan Hiroshima dijatuhi bom atom yang meluluhlantakan negeri sakura itu. Kaisar Jepang lebih dahulu menanyakan, “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Bukan berapa kekayaan yang masih tersisa. Hal ini membuktikan bahwa peran pendidikan sangat penting menjadi pondasi utama saat negara mengalami perubahan drastis, bahkan krisis. Pendidikanlah yang bisa menyelamatkan kehancuran suatu bangsa. Pendidikan menjadi pondasi utama dalam beradaptasi dan membangun bangsa. Oleh karena, melalui pendidikan masyarakat akan diinternalisasikan kesadaran, pengetahuan, nilai, dan sikap-sikap yang dapat mengarahkan individu untuk bisa mengatasi perubahan keadaan, bahkan krisis. Pendidikan membuat manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dan mencarikan solusi atas berbagai persoalan yang dialami. Hal ini terjadi karena
Volume 02. November 2015 | 5
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam pendidikan akan mengkondisikan individu untuk belajar memahami kehidupan. Melalui pemahaman inilah, individuindividu terdidik ini kemudian akan merumuskan solusi dan aksi terhadap persoalan yang dihadapi bangsanya. Dalam kontek ini, MEA adalah suatu perubahan zaman membawa perubahan budaya dan masyarakat, dan perubahan ini harus disikapi secara bijak dalam sistem pendidikan. Pendidikan harus mulai membangun kesadaran bersama mengenai MEA yang akan membawa konsekuensi pada masyarakat. Hal ini terjadi karena akan membawa masyarakat regional ASEAN untuk berkompetisi secara bebas, baik dari sektor ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Kompetisi ini akan ketat dan dinamis, sehingga negara dan masyarakat yang tidak memiliki kompetensi bagu akan kalah, dan pada gilirannya akan menjadi bangsa yang tertinggal. Di sinilah arti penting pendidikan dalam relasinya dengan MEA. Artinya, dalam relasinya dengan MEA ini, pendidikan oleh pemerintah harus diarahkan untuk bisa mendidik anak-anak bangsa yang siap menjadi sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi. Untuk menuju ini, pendidikan harus bisa menanamkan kesadaran global yang baik. Namun, sampai saat ini, pendidikan kita masih belum mampu menanamkan kesadaran global dalam menyambut MEA. Sebagai satu contoh kecil: anak-anak [pelajar] di Indonesia, jika ditanya mengenai MEA, maka bisa dipastikan sangat sedikit yang paham dan mengerti tentang MEA. Padahal kalau menilik negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia. Anak-anak sejak dini [di bangku sekolah] sudah sangat familiar dengan ASEAN dan MEA. Jadi ketika membicarakan MEA dan ASEAN anak-anak sudah tidak kaku dan canggung lagi. Lain kasus jika menilik anak-anak di Indonesia, untuk bisamengetahui 10 negara ASEAN sudah luar biasa, apalagi mengetahui MEA.
6|
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman global anakanak tentang MEA hampir tidak ada. Anak-anak tidak tahu tentang perubahan budaya masyarakat yang akan terjadi. Perubahan budaya dan masyarakat yang sebentar lagi mengglobal di mana antar sesama negara ASEAN akan bisa saling melakukan migrasi sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Hal ini tentu harusnya diketahui oleh anak-anak melalui berpikir global yang harus mulai diajarkan di sekolah, yaitu berpikir tentang eksistensi negara Indonesia sebagai bagian dari ASEAN, yang akan ditandai dengan perdagangan bebas ASEAN. Ini menunjukkan krisis minimnya pemahaman masyarakat Indonesia tentang MEA-ASEAN. Tentu saja hal ini harus diatasi melaui pendidikan. Tujuannya agar masyarakat kita memahami benar tentang MEA dan memiliki daya saing sumber daya manusia yang tinggi. Pendidikan sebagai institusi sosial harus digunakan untuk mengembangkan aspek-aspek emosional, intelektual dan spiritual seseorang menjadi lebih baik, yang siap menghadapi MEA. Di sinilah, pendidikan secara langsung menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bisa bersaing dalam MEA. Hal ini didasarkan pada konsepsi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Abdul Latif, 2009:7). Dalam memberikan solusi terhadap persoalan MEA ini, pendidikan idealnya harus diorientasikan pada dua hal: menanamkan pemahaman tentang global ke-ASEAN-an dan menanamkan pemahaman lokal ke-Indonesia-an. Dalam konteks Indonesia ini, religious Islam menjadi nilai karakter penting karena tipologis
Volume 02. November 2015 | 7
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam masyarakat Indonesia adalah religius yang berdasarkan mayorisitas masyarakat yang beragama Islam. Di sini, pendidikan global merupakan pendidikan yang fokus pada pengembangan wawasan global untuk membekali peserta didik memasuki era globalisasi MEA, sehingga siswa mampu bertindak secara global. Di sisi lain, religius spiritual merupakan pengetahuan dan sikap yang dilandasi semangat lokal spiritual Islam. Dengan dua hal ini, pendidikan akan membangun manusia yang dilandasi wawasan global [MEA] dengan dasar sikap lokal religious Islam. Pendidikan ini akan membentuk masyarakat yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan keunggulan lokal dan global dalam aspek ekonomi, seni budaya, sumber daya manusia (SDM), bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain ke dalam kurikulum pendidikan yang akhirnya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Di sinilah, pendidikan global akan bersandarkan pada pondasi Islam sebagai ciri utama pendidikan Islam di madrasah. Muhammad Fadhil Al-Jamali [2012: 10] memberikan pengertian pendidikan Islam, yang merupakan basis pendidikan religius, sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilainilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan. Pendidikan Islam menjadi basis dalam membangun kesadaran spiritual masyarakat, sehingga pemahaman dan tindakan global masyarakat dibangun dalam kesadaran keislaman yang kuat. Pendidikan ini akan membentuk manusia Indonesia dalam kesadaran global dan spiritual Islam yang padu. Pendidikan inilah yang bisa menjadi solusi terhadap persoalan MEA yang akan menjadi era kompetisi di Indonesia ini. Dengan demikian, pendidikan gobal-spiritual memiliki relasi yang komprehensif terhadap problematika MEA.
8|
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani Pendidikan global-spiritual menjadi media utama dalam membentuk kesadaran, pemahaman, dan kepribadian yang siap berkompetisi dalam MEA. Pendidikan yang mendasarkan pada pemahaman global dan religius Islam menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi persoalan ini. Pendidikan globalreligius ini adalah pendidikan yang membekali wawasan global pada siswa memasuki era globalisasi sehingga siswa mampu bertindak lokal dengan dilandasi wawasan global serta tetap menjadi pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan agar mampu bersaing dengan dunia global. Konseptualisasi Pendidikan Global-religius untuk Menghadapi MEA Pendidikan itu untuk hidup. Hidup dalam setiap dinamika sosial. Pendidikan menjadi pondasi setiap individu dalam membangun kehidupan. Pendidikan adalah sarana untuk beradaptasi dan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Dalam upaya ini, pendidikan harus membangun keseimbangan dalam kehidupan, yaitu keseimbangan manusia sebagai makhluk sosial dan keseimbangan manusia sebaga makhluk transendental. Sebagai makhluk sosial pendidikan berpondasi pada keilmuan, sedangkan dalam pondasi transendental pendidikan berpondasi pada religiusitas. Untuk itu, pendidikan ideal adalah pendidikan yang pondasinya berpijak pada orientasi ilmu duniawi dan ukhrawi. Ilmu sebagai kebutuhan primer untuk menjawab tantangan zaman yang begitu cepat berubah dari masa ke masa. Dalam konteks ini pendidikan harus berpijak pada setting sosial. Di sini, Indonesia sebagai setting sosial harus dipahami sebagai teritorial sosial yang masyarakatnya memiliki karakteristik tersendiri, yaitu Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia, yang kualitas manusianya dalam kategori rendah. Ini berarti bahwa generasi
Volume 02. November 2015 | 9
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam muda Indonesia sangat rentan dan terancam. Apalagi dengan arus globalisasi yang semakin menekan dan menghimpit kehidupan. Mau tidak mau Indonesia harus lebih introspeksi dengan keadaan yang saat ini menerpa dan segera menemukan problem solving-nya. Di sinilah, pendidikan sebagai institusi pemerintah harus bisa membenahi generasi muda Indonesia. Proses pembenahan ini bisa dilakukan dengan memosisikan pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk mengintelektualkan anak-anak, tetapi pendidikan sebagai jalan memberikan pemecahan masalah atas persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Di sini pendidikan harus mampu bergerak ke dalam dan bergerak keluar. Artinya, pendidikan pada substansi utamanya adalah pemahaman ilmu pengetahuan, namun dalam gerak keluarnya, pendidikan harus mampu membuat masyarakat beradaptasi dan memajukan lingkungan kenegaraannnya. Problem kenegaraan dan masyarakat harus bisa diatasi melalui pendidikan yang berorientasikan secara jelas, yaitu pendidikan untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, pendidikan dalam konteks keilmuan, idealnya bergerak dalam tiga ranah: pemahaman-keilmuan, sikap, dan keterampilan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pemahaman keilmuan. Hal ini bisa dilihat dari pandangan masyarakat bahwa nilai prestasi anak yang tinggi itu sangat penting. Sampai banyak anak yang ditekan oleh orang tuanya untuk memperoleh nilai yang bagus. Karena bagi mereka nilai yang akan menentukan masa depan anaknya kelak. Akan tetapi, yang harus lebih dicermati adalah setiap anak punya kemampuan yang berbeda dan passion yang berbeda pula. Di era globalisasi ini anak sangat membutuhkan aspek sikap dan keterampilan. Dalam konteks persoalan global ini, dengan adanya kecenderungan perkembangan global akibat teknologi informasi ini menimbulkan dua implikasi sekaligus, antara positif dan
10 |
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani negatif, tergantung pada siapa yang paling banyak menginstal konsep, pemikiran, budaya, dan nilai kedalamnya (Ahmad Barizi, 2013). Ditambah lagi orang tua yang sudah semakin permisif melihat anak-anak mereka bermain internet tanpa ada batasan. Hal ini muncul karena kebutaan informasi tentang dampak yang secara tidak langsung akan timbul kepada diri anak. Dengan saluran inilah, globalisasi, yang selain membawa kemajuan, jika memberikan persoalan, yaitu implikasi negatif. Namun, globalisasi secara cara berpikir, bukan kebudayaan, menjadi hal urgen yang harus dimiliki sekolah sebab melalui pendidikan global anak-anak bisa mengidentifikasi pengaruh buruk dari global, serta bisa bersaing secara intensi dengan negara maju. Dari sinilah globalisasi sebagai suatu gerakan harus mulai dipikirkan eksistensinya, yaitu harus diadopsi sebagai sistem gagasan yang akan dikembangan oleh anak-anak. Artinya, globalisasi akan menjadi suatu nilai khas yang akan menjadi anak-anak dibangku sekolah sebagai sistem pengetahuan global yang akan diajarkan pada anak-anak di madrasah. Namun demikian, implikasi negatif perkembangan global, yang memunculkan pribadi-pribadi yang miskin spiritual, akan terus muncul membawa dampak yang merugkan masyarakat. Jatuh dari makhluk spiritual ke lembah material-individualistik. Dampak-dampak negatif yang dapat menjerumuskan anak inilah yang akan sangat mengganggu perkembangan anak selanjutnya. Degradasi karakter anak yang semakin menjadi-jadi inilah yang bisa menjerumuskan Indonesia jatuh ke keterpurukan. Jika degradasi karakter ini tidak segera di atasi, maka dalam menghadapi MEA ini kelak akan menjadi persoalan yang serius dan krusial. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa perhelatan pergantian tahun sudah di depan mata. Seakan berpacu dengan waktu, pada tahun 2015 ini pula (tepatnya pada Desember 2015) akan dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN / MEA
Volume 02. November 2015 | 11
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam (ASEAN Economic Communities). Suatu era yang menyatukan negara-negara di kawasan Asia Tenggara menjadi “satu basis pasar dan produksi”. Di mana akan terjadi arus bebas produk, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal, yang semuanya bermuara pada prinsip pasar terbuka bebas hambatan (Republika, 2014: 2). Untuk itu, masyarakat Indonesia harus siap bersaing dengan pasar ASEAN. Dengan komoditi-komoditi advance yang ditawarkan. Hal ini yang seharusnya meningkatkan semangat generasi muda yang siap berkompetisi di MEA. Suatu keadaan di mana pasar sosial yang akan lebih bersifat materialistik dan cenderung sekularistik, sehingga perlu berhati-hati (Anies Baswedan, 2014: 5). Kondisi dilematis yang terjadi sekarang ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi sistem pendidikan Islam untuk berpartisipasi di dalam urun rembuk pembangunan masa depan (Ahmad Barizi, 2013: 34). Dalam konteks ini, pembangunan masyarakat negara kita tercinta adalah dengan pendidikan yang berkualitas, salah satunya pendidikan di lingkungan madrasah. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam bisa menjadi basis dalam menyiapkan gerasai anak-anak bangsa dalam menghadapi MEA. Hal ini didasarkan fakta bahwa madrasah itu masih sama dengan lingkungan Islam. Nilai Islam lah yang kemudian dianggkat menjdi penanda konsiliasi penjajah dengan Indonesia. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan ini, madrasah merupakan pondasi pendidikan yang punya peran penting dalam mengembangakan ilmu sebagai dasar wawasan global dan internalisasi nilai Islam sebagai sumber pengembangan religius manusia. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam menjadi tempat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sangat dibutuhkan sebagai pengimbang ilmu pengetahuan. Alasan-alasan tersebutlah yang mendorong lembaga pendidikan untuk semakin memajukan anak bangsa. Pendidikan Indonesia harus sama-sama bersinergi dengan masyarakat untuk mencetak
12 |
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani generasi gemilang, berwawasan global dan berkarakter Islam, yaitu suatu generasi yang memiliki keilmuan global yang siap berkompetisi dalam konstelasi MEA. Hal inilah yang perlu menjadi pemikiran bersama bahwa pendidikan madrasah yang secara konseptual berorientasikan pada nilai religius Islam harus bisa mengembangkan paradigmanya lagi, yaitu pendidikan yang berbasis global. Hal ini tidak bisa dinafikan karena MEA yang sebentar lagi datang perlu mendapat kesiapan yang matang. Pendidikan global menjadi solusi karena dengan pengetahuan global anak-anak sebagai generasi penerus Islam dan negara akan semakin memahami dunia global. Dunia yang bisa diakrabi dan diadaptasi dengan baik dengan masih memegang teguh keislaman. Dengan cara ini, kelak MEA dalam perspektif pendidikan madrasah akan bisa dihadapi dengan lahirnya generasi pendidikan yang global dan islami. Di sinilah tampak arti penting pendidikan global dan religius. Pendidikan yang secara personal akan menjadikan generasi islami yang bisa berhadapan dengan dunia global. Dengan dua pondasi ini, maka MEA akan disikapi dengan tepat oleh masyarakat karena pemahaman keilmuan masyarakat yang sudah siap berkompetisi, dan pengaruh MEA dalam dinamika sosial masyarakat ini, pengaruh negatifnya, akan dinetralisir oleh pemahaman spiritual-religius Islam masyarakat. Hal ini akan menjadikan MEA merupakan perubahan sosial masyarakat yang positif karena pendidikan di Indonesia sudah memberikan dua pondasi penting dalam menyikapi MEA ini. Di sinilah, konseptualisasi pendidikan global dan religius ini menjadi konsep solusi dalam mengatasi problematika sosial masyarakat. Implementasi Pendidikan Global-religius untuk Anak-anak Montessori (2013: 23) meyakini bahwa seorang anak dikaruniai dengan potensi kemampuan yang luar biasa besar.
Volume 02. November 2015 | 13
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam Akan tetapi, banyak orang tua dan guru yang tidak mengetahui kemampuan yang sangat mengagumkan ini. Kurangnya memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Padahal ini adalah aset yang begitu berharga yang terkadang banyak terlupakan oleh para pendidik yang notabene harus lebih paham mengenai dunia anak. Anak-anak Indonesia terbiasa dijejali dengan begitu banyak pelajaran yang diberikan sekolah. Anak hanya terfokus materi yang diberikan sekolah. Akan tetapi, itu semua belum lengkap tanpa membuka jendela wawasan baru dalam era yang baru. Pendidikan harus selalu disesuaikan dengan waktu dan dinamika sosial yang melingkupinya. Tujuannya agar anak mudah mengaplikasikan apa yang didapat dari sekolah dan akan sangat berguna bagi masa depannya kelak. Dalam kedudukan ini, anak pun bisa merasakan secara langsung konseptual ilmu dalam kehidupan masyarakat. Di sinilah letak arti penting pendidikan bahwa dalam dinamikan masyarakat yang sebentar alam mengalami kebebasan karena MEA, maka pendidikan harus bisa mewujudkan generasi yang pemahaman konseptual globalnya bagus serta mampu mengimplementasikan dalam basis nilai religius Islam. Pendidikan mampu memecahkan persoalan yang dihadapi masayarakat dengan adanya MEA dengan basis pengetahuannya, serta mampu menjaga moral-etika-keislaman melalui religius Islamnya. Untuk itu, kesiapan implementasi pendidikan globalreligius sudah urgen dilaksanakan karena negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, Mereka sudah banyak merespon dan bersiap-siap menghadapi MEA sejak awal. Dan itu terbukti saat sekolah-sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai tinggi sangat gencar melakukan sosialisasi tentang MEA dan ke-ASEAN-an. Ketika masuk ke setiap sekolah di Malaysia dan Thailand akan sangat terasa terhadap pembiasaan anak-anak terhadap ASEAN. Oleh karena itu, ASEAN sudah sangat-sangat
14 |
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani masuk kedalam jiwa anak. Mereka begitu familiar dengan ASEAN. Mereka tidak buta dengan informasi MEA 2015. Mereka sangat menunggu datangnya MEA. Hal ini akan berbeda dengan Indonesia, ketika Indonesia baru sibuk dengan sosialisasi MEA. Mereka sudah banyak mengetahui dan paham tentang MEA. ASEAN itu selalu masuk dalam setiap kegiatan yang masyarakat lakukan. Tidak ada kata terlambat, begitu juga dengan pendidikan di Indonesia. Implementasi pendidikan global-religiusini bisa di lakukan dengan berbagai cara. Salah satunyadengan memberikan mata pelajaran ke-ASEAN-an, sehingga anak-anak akan menjadi familiar dengan ASEAN seperti halnya yang dilakukan lembaga pendidikan di Thailand. Atribut-atribut ASEANpun perlu dipasang di setiap sekolah, buku-buku tentang ASEAN ataupun bisa melalui seni lukis yang berbau ASEAN. Selain itu, kompetisi-kompetisi yang berhubungan dengan ASEAN juga sangat baik untuk implementasi pendidikan global. Selain belajar, anak pun akan belajar berkompetisi untuk menaikan kemampuan-kemampuan anak. Misalnya, lomba pidato bahasa Inggris mengenai ASEAN, lomba artikel, lomba menyanyi Mars ASEAN, English Camp yang beritmekan ASEAN. Hal ini akan sangat membantu anak untuk mendapatkan wawasan-wawasan danketerampilan global. Untuk menghindari ketimpangan terpenuhinya wawasan global. Anak pun memerlukan pondasi dalam diri mereka. Membangun karakter yang kuat sejak dini. Ini adalah bekal yang sangat penting untuk membentuk pribadi yang berkarakter Islam yang kokoh. Hal ini sangat bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga Islam. Implementasi religius Islam ini dapat dilakukan dengan pembiasaan-pembiasaan keagamaan yang kontinu. menanamkan nilai-nilai dan karakter keislaman dalam praktik-praktik realisasi islam yang hakiki.
Volume 02. November 2015 | 15
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam Keberhasilan perkembangan tahap-tahap awal akan menentukan keberhasilan tahap-tahap selanjutnya Montessori (2013). Madrasah yang akan menjadi batu loncatan untuk anak dalam mencapai keberhasilan perkembangan seorang anak. Nantinya diharapkan, anak-anak akan menjadi karakter yang baik yang siap membangun bangsanya dan siap bersaing dengan sehat untuk menghadapi pangsa pasar ASEAN. “Education must become one of the most important priorities of muslim governments, and non-governments institutions both at national and international levels. Since it is only through education citizens will be able to improve the quality of their lives” [Azyumardi Azra, 2013]. Implikasi pendidikan global-religius ini akan memberikan banyak sekali keuntungan bagi masyarakat Indonesia khususnya generasi muda Indonesia dalam menyambut MEA 2015. Dengan pembekalan wawasan global akan banyak menciptakan generasi muda yang aktif, kreatif dan berilmu pengetahuan luas. Dengan terbiasanya memahami para pesaing di pasar ASEAN, maka generasi muda akan menciptakan sifat berani bersaing di MEA ini. Produk-produk yang bervariatif dan SDM berkualitas yang melimpah. Ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan jati diri Indonesia yang sebenarnya. Pendidikan religius Islam yang akan mengokohkan pendirian anak-anak Indonesia untuk bersaing secara sportif dengan ciri khas ketimuran yang sopan tetapi berwawasan luas. Sehingga tidak terjadi kepincangan diri yang akan membawa kepada masa depan yang gemilang sebagai realisasi dari alinea pembukaan UUD 1945 tercantum konsep “bangsa yang cerdas”, yaitu cerdas dunia dan cerdas ukhrawinya. Penutup
16 |
Heru Kurniawan & Feny Nida Fitriyani Pendidikan yang berorientasi global dan religius Islam sangat tepat sekali di implementasikan pada madrasah. Sehingga anak-anak sejak dini mulai dikenalkan dengan wawasanwawasan global dan juga pembentukan karakter islami yang kokoh. Implementasi pendidikan global-religius dapat dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya memberikan mata pelajaran keASEAN-an. Melalui kompetisi-kompetisi dengan bahan dan materi ASEAN. Sehingga anak akan terbiasa dengan suasana ASEAN, anak tidak akan canggung lagi membahas ASEAN dan paham mengenai seluk beluk ASEAN. Selain itu juga diimbangi dengan pembiasaan-pembiasaan ajaran agama dalam keseharian anak. Agar anak selalu ingat akan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.Dengan semakin gencarnya sosialisasi dan praktik-praktik pengajaran berwawasan global religius Islam. Anak-anak akan semakin menghayati dan memahami apa-apa yang harus dipersiapakan untuk bersaing secara sehat dan supportif dalam era MEA 2015. DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. 2013. Developing Global Welfare : Improving The Education of The Ummah. Purwokerto: International Seminar. Barizi, Ahmad. 2013. Pendidikan Integratif (Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam). Malang : UIN Maliki Press. Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT Refika Aditama. Mappalotteng, Abdul Muis. 2011. Paradigma Pendidikan Berwawasan Global dan Tantangannya di Masa Depan. Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomer 2.
Volume 02. November 2015 | 17
Pendidikan Global-religius di Madrasah: Mewujudkan Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global dan Berkarakter Islam Montessori, Maria. 2013. The Absorbent Mind. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syukur, Yanuardi. 2014. Anies Baswedan Mendidik Indonesia. Yogyakarta: Giga Pustaka. Detiknews.com. 2013. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2015 pada pukul 08.30 WIB. Republika.com. 2013. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2015 pada pukul 08.46 WIB. http://materi-paksyaf.blogspot.com/2013/05/pendidikan-globaldan-multikultural-30.html. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2015 pada pukul 09.32 WIB. https://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertianpendidikan-islam/ diunduh pada tanggal 5 Mei 2015 pada pukul 10.15 WIB.
18 |